16_206berita terkini-kasus terbaru resistensi neisseria gonorrhoeae di kanada-resistensi cefixime...

1
525 BERITA TERKINI CDK-206/ vol. 40 no. 7, th. 2013 H ingga kini, resistensi Neisseria gonorrhoeae terhadap cefixime, antibiotik oral pilihan terakhir yang diberikan pada pasien-pasien dengan penyakit ini, telah terdeteksi di Amerika Utara dari hasil penelitian the Canadian study. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa angka kegagalan terapi cefixime pada pasien penderita gonorrhea mencapai 7%. Simpulan ini merupakan hasil penelitian retrospektif oleh Dr. Vanessa G. Allen dkk. dari Public Health Ontario, Toronto, Kanada, dan telah dipublikasikan dalam JAMA edisi bulan Januari 2013. Gonorrhea merupakan PMS (penyakit menular seksual) kedua tersering di seluruh dunia. Neisseria gonorrhoeae, yang merupakan kuman penyebab gonorrhea, telah berkembang menjadi resisten terhadap antibiotika (AMR, antimicrobial resistance) semua terapi lini utama seperti penicillin, tetracycline, dan fluoroquinolones, sehingga antibiotika yang tersisa, yang kini menjadi rekomendasi utama terapi infeksi kuman gonococcal adalah ESC (expanded-spectrum cephalosporins) ceftriaxone dan cefixime. Sayangnya dalam dekade terakhir ini, kerentanan terhadap ESC juga menurun secara global, baik di Jepang, Norwegia, Austria dan Inggris. Tampaknya ada beberapa keturunan klon gonokokal seperti kuman dengan urutan MLST (multilocus sequence typing) tipe 7363 (ST7363) dan ST1901, yang diperkirakan berasal dari Jepang, menyebar secara luas ke seluruh dunia dan menunjukkan resistensi terhadap ESC dan terhadap obat-obat lainnya di beberapa negara. Dr Vanessa dkk. melakukan analisis retrospektif terhadap the Canadian Study. Para peneliti mengumpulkan data dari 291 pasien dengan biakan gonorrhea positif dan telah diterapi dengan cefixime, antara bulan Mei 2010 hingga April 2011. Dari semua pasien yang diteliti, 133 pasien yang telah diberi terapi cefixime kembali untuk menjalani pemeriksaan kultur. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa 13 pasien memiliki biakan yang tetap positif untuk gonnorhea; 9 dari 13 pasien tersebut dinyatakan gagal diterapi dengan cefixime (6.77%; 95% confidence interval [CI], 3,14% - 12,45%). Dari 9 pasien yang gagal diterapi, 4 pasien tidak menunjukkan gejala infeksi gonorrhea (asimptomatik). Para ahli mengatakan bahwa kegagalan terapi dengan cefixime berhubungan erat dengan MIC (minimum inhibitory concentration) cefixime yang rendah, yaitu pada MIC ≥0,12 ug/mL kegagalan terapi terjadi pada 7 dari 28 pasien (25% (95% CI, 10.69% - 44.87%). Sebagai perbandingan, angka kegagalan klinis untuk infeksi dengan MIC cefixime <0,12 adalah 2 dari 105 pasien (1,90% 95% CI, 0.23% - 6.71%). Risiko relatif untuk kegagalan terapi antara MIC ≥0,12 ug/mL dibadingkan dengan MIC <0,12 ug/mL adalah 13,13 (95% CI, 2.88 - 59.72; P < 0,001). Kegagalan terapi secara klinik terjadi pada 4 dari 76 infeksi uretral (5,26%), 2 dari 7 infeksi faring (28,6%) dan 3 dari 39 infeksi rektal (7,69%). Tujuh dari 9 isolat memiliki MIC cefixim paling tidak 0,12 ug/ mL dan 2 isolat sisanya memiliki MIC < dari 0,12 ug/mL. Empat dari 13 kasus dengan kultur positif tidak termasuk gagal terapi karena ketidak jelasan data. Kesembilan pasien dalam penelitian Canadian study pada akhirnya bebas dari infeksi. Enam pasien diterapi dengan ceftriaxone 250 mg intramuskuler dan 3 pasien lainnya diterapi dengan 800 mg cefixime. Para ahli dalam penelitian ini menerangkan bahwa MIC cephalosporin pertama kalinya ditemukan meningkat di Asia pada akhir tahun 1990an, dan resistensi mulai terlihat di Amerika Serikat dan Kanada sejak tahun 2000. Dalam editorial penyertanya, Dr Robert D. Kirkcaldy dan rekan dari Division of STD Prevention, Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Atlanta, Georgia, Amerika Serikat mengatakan bahwa hasil penelitian tersebut akan menyebabkan masalah ganda. Para ahli kesehatan sekarang diperhadapkan dengan Neisseria gonorrhoeae yang resisten terhadap obat golongan cephalosporin, tanpa pilihan back-up terapi yang memadai. CDC pada tahun lalu telah merevisi panduan terapi gonorrhea dan tidak lagi menganggap cefixime sebagai bagian terapi lini pertama. Terapi yang direkomendasikan adalah terapi kombinasi antara ceftriaxone 250 mg IM dengan azithromycin atau doxycycline. Simpulannya, resistensi Neisseria gonorrhoeae terhadap cefixime, antibiotika oral pilihan terakhir yang diberikan pada pasien dengan penyakit ini, telah terdeteksi di Amerika Utara dari hasil penelitian the Canadian study. Resistensi Neisseria gonorrhoeae terhadap cefixime sudah mendunia. Karena banyaknya kasus resistensi ini, terapi yang di- rekomendasikan untuk Neisseria gonorrhoeae adalah terapi kombinasi antara ceftriaxone 250 mg IM dengan azithromycin atau doxycycline. (YYA) Kasus Terbaru Resistensi Neisseria Gonorrhoeae di Kanada: Resistensi Cefixime Semakin Meluas di Seluruh Dunia REFERENSI: 1. Allen VG, Mitterni L, Seah C, Rebbapragada A, Martin IE, Lee C, et al. Neisseria gonorrhoeae Treatment Failure and Susceptibility to Cefixime in Toronto, Canada. JAMA. 2013;309(2):163- 70 2. Barry PM, Klausner JD. The use of cephalosporins for gonorrhea: the impending problem of resistance. Expert Opin. Pharmacother. 2009;10:555–77. 3. Kirkcaldy RD, Ballard RC, Dowell D. Gonococcal resistance: arecephalosporins next? Curr Infect Dis Rep. 2011;13:196–204. 4. Unemo M, Golparian D, Nicholas R, Ohnishi M, Gallay A, Sednaoui P. High-Level Cefixime- and Ceftriaxone-Resistant Neisseria gonorrhoeae in France: Novel penA Mosaic Allele in a Suc- cessful International Clone Causes Treatment Failure. Antimicrob Agents Chemother. 2012;56:1273-80.

Upload: anhi-ramdhani

Post on 12-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

resistensicefix

TRANSCRIPT

Page 1: 16_206Berita Terkini-Kasus Terbaru Resistensi Neisseria Gonorrhoeae Di Kanada-Resistensi Cefixime Semakin Meluas

525

BERITA TERKINI

CDK-206/ vol. 40 no. 7, th. 2013

Hingga kini, resistensi Neisseria gonorrhoeae terhadap cefi xime, antibiotik oral pilihan terakhir yang

diberikan pada pasien-pasien dengan penyakit ini, telah terdeteksi di Amerika Utara dari hasil penelitian the Canadian study. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa angka kegagalan terapi cefi xime pada pasien penderita gonorrhea mencapai 7%. Simpulan ini merupakan hasil penelitian retrospektif oleh Dr. Vanessa G. Allen dkk. dari Public Health Ontario, Toronto, Kanada, dan telah dipublikasikan dalam JAMA edisi bulan Januari 2013.

Gonorrhea merupakan PMS (penyakit menular seksual) kedua tersering di seluruh dunia. Neisseria gonorrhoeae, yang merupakan kuman penyebab gonorrhea, telah berkembang menjadi resisten terhadap antibiotika (AMR, antimicrobial resistance) semua terapi lini utama seperti penicillin, tetracycline, dan fl uoroquinolones, sehingga antibiotika yang tersisa, yang kini menjadi rekomendasi utama terapi infeksi kuman gonococcal adalah ESC (expanded-spectrum cephalosporins) ceftriaxone dan cefi xime. Sayangnya dalam dekade terakhir ini, kerentanan terhadap ESC juga menurun secara global, baik di Jepang, Norwegia, Austria dan Inggris. Tampaknya ada beberapa keturunan klon gonokokal seperti kuman dengan urutan MLST (multilocus sequence typing) tipe 7363 (ST7363) dan ST1901, yang diperkirakan berasal dari Jepang, menyebar secara luas ke seluruh dunia dan menunjukkan resistensi terhadap ESC dan terhadap obat-obat lainnya di beberapa negara.

Dr Vanessa dkk. melakukan analisis retrospektif

terhadap the Canadian Study. Para peneliti mengumpulkan data dari 291 pasien dengan biakan gonorrhea positif dan telah diterapi dengan cefi xime, antara bulan Mei 2010 hingga April 2011. Dari semua pasien yang diteliti, 133 pasien yang telah diberi terapi cefi xime kembali untuk menjalani pemeriksaan kultur. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa 13 pasien memiliki biakan yang tetap positif untuk gonnorhea; 9 dari 13 pasien tersebut dinyatakan gagal diterapi dengan cefi xime (6.77%; 95% confi dence interval [CI], 3,14% - 12,45%). Dari 9 pasien yang gagal diterapi, 4 pasien tidak menunjukkan gejala infeksi gonorrhea (asimptomatik).

Para ahli mengatakan bahwa kegagalan terapi dengan cefixime berhubungan erat dengan MIC (minimum inhibitory concentration) cefixime yang rendah, yaitu pada MIC ≥0,12 ug/mL kegagalan terapi terjadi pada 7 dari 28 pasien (25% (95% CI, 10.69% - 44.87%). Sebagai perbandingan, angka kegagalan klinis untuk infeksi dengan MIC cefixime <0,12 adalah 2 dari 105 pasien (1,90% 95% CI, 0.23% - 6.71%). Risiko relatif untuk kegagalan terapi antara MIC ≥0,12 ug/mL dibadingkan dengan MIC <0,12 ug/mL adalah 13,13 (95% CI, 2.88 - 59.72; P < 0,001). Kegagalan terapi secara klinik terjadi pada 4 dari 76 infeksi uretral (5,26%), 2 dari 7 infeksi faring (28,6%) dan 3 dari 39 infeksi rektal (7,69%). Tujuh dari 9 isolat memiliki MIC cefixim paling tidak 0,12 ug/mL dan 2 isolat sisanya memiliki MIC < dari 0,12 ug/mL. Empat dari 13 kasus dengan kultur positif tidak termasuk gagal terapi karena ketidak jelasan data. Kesembilan pasien dalam penelitian Canadian study pada akhirnya bebas dari infeksi. Enam

pasien diterapi dengan ceftriaxone 250 mg intramuskuler dan 3 pasien lainnya diterapi dengan 800 mg cefixime.

Para ahli dalam penelitian ini menerangkan bahwa MIC cephalosporin pertama kalinya ditemukan meningkat di Asia pada akhir tahun 1990an, dan resistensi mulai terlihat di Amerika Serikat dan Kanada sejak tahun 2000.

Dalam editorial penyertanya, Dr Robert D. Kirkcaldy dan rekan dari Division of STD Prevention, Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Atlanta, Georgia, Amerika Serikat mengatakan bahwa hasil penelitian tersebut akan menyebabkan masalah ganda. Para ahli kesehatan sekarang diperhadapkan dengan Neisseria gonorrhoeae yang resisten terhadap obat golongan cephalosporin, tanpa pilihan back-up terapi yang memadai. CDC pada tahun lalu telah merevisi panduan terapi gonorrhea dan tidak lagi menganggap cefi xime sebagai bagian terapi lini pertama. Terapi yang direkomendasikan adalah terapi kombinasi antara ceftriaxone 250 mg IM dengan azithromycin atau doxycycline.

Simpulannya, resistensi Neisseria gonorrhoeae terhadap cefi xime, antibiotika oral pilihan terakhir yang diberikan pada pasien dengan penyakit ini, telah terdeteksi di Amerika Utara dari hasil penelitian the Canadian study. Resistensi Neisseria gonorrhoeae terhadap cefi xime sudah mendunia. Karena banyaknya kasus resistensi ini, terapi yang di-rekomendasikan untuk Neisseria gonorrhoeae adalah terapi kombinasi antara ceftriaxone 250 mg IM dengan azithromycin atau doxycycline. � (YYA)

Kasus Terbaru Resistensi Neisseria Gonorrhoeae di Kanada: Resistensi Cefixime Semakin Meluas

di Seluruh Dunia

REFERENSI:

1. Allen VG, Mitterni L, Seah C, Rebbapragada A, Martin IE, Lee C, et al. Neisseria gonorrhoeae Treatment Failure and Susceptibility to Cefi xime in Toronto, Canada. JAMA. 2013;309(2):163-

70

2. Barry PM, Klausner JD. The use of cephalosporins for gonorrhea: the impending problem of resistance. Expert Opin. Pharmacother. 2009;10:555–77.

3. Kirkcaldy RD, Ballard RC, Dowell D. Gonococcal resistance: arecephalosporins next? Curr Infect Dis Rep. 2011;13:196–204.

4. Unemo M, Golparian D, Nicholas R, Ohnishi M, Gallay A, Sednaoui P. High-Level Cefi xime- and Ceftriaxone-Resistant Neisseria gonorrhoeae in France: Novel penA Mosaic Allele in a Suc-

cessful International Clone Causes Treatment Failure. Antimicrob Agents Chemother. 2012;56:1273-80.