1.1.kartinah
TRANSCRIPT
25
ASSESSMENT FOR LEARNING (AfL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA IKIP PGRI SEMARANG PADA
MATA KULIAH KALKULUS II
Kartinah, S.Si., M.Pd.1)
Muhtarom, S.Pd., M.Pd.2)
1,2) Dosen Pendidikan Matematika IKIP PGRI Semarang
Jln. Lontar No. 1 Semarang, email: [email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peningkatkan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa pada mata
kuliah Kalkulus II setelah mendapatkan pembelajaran berbasis AfL dan mengetahui profil kemampuan
pemecahan masalah mahasiswa dalam memecahkan masalah pada mata kuliah Kalkulus II. Subjek penelitian
tindakan ini adalah mahasiswa kelas 2A semester II Prodi Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI
Semarang 2011/2012. Penelitian ini dirancang dalam enam siklus, masing – masing siklus dengan tahapan
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Pembelajaran berbasis AfL dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah mahasiswa kelas 2A pada mata kuliah Kalkulus II. Hal ini dapat dilihat pada
peningkatan rata-rata kemampuan mahasiswa dalam memahami masalah; rata-rata kemampuan mahasiswa
dalam melaksanakan rencana pemecahan masalah; rata-rata kemampuan mahasiswa dalam mengecek kembali
hasil pemecahan masalah. Selain itu, dengan pembelajaran berbasis AfL pada mata kuliah Kalkulus II dapat
meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Hal ini terlihat dari hasil tes evaluasi yang meningkatkan pada tiap
siklus. Data pendukung lainnya adalah pada siklus I, mahasiswa yang tuntas belajar atau yang mendapat nilai ≥
70,00 sebanyak 28% dari 40 mahasiswa, kemudian pada siklus VI mahasiswa yang tuntas belajar atau yang
mendapat nilai ≥ 70,00 sebanyak 40 siswa atau 100% dari 40 mahasiswa dengan nilai rata-rata kelas mencapai
92,25.
Kata Kunci: AfL, Pemecahan Masalah, Kalkulus II.
Pendahuluan
Dalam pembelajaran, soal dibedakan menjadi dua yaitu latihan yang diberikan dengan tujuan agar
pebelajar terampil untuk mengaplikasikan pengertian yang baru saja dipelajari dan masalah yang menghendaki
pebelajar untuk menganalisis atau mensintesis terhadap apa yang telah dipelajari sebelumnya. Untuk dapat
memecahkan masalah, pebelajar harus menguasai hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya, yaitu mengetahui,
memahami serta terampil menggunakan suatu konsep, dalil, teorema tertentu. Memiliki kemampuan,
pemahaman dan keterampilan menggunakan konsep saja tidaklah cukup, ia harus juga dapat menghubungkan
dan menggunakan apa yang dimilikinya secara tepat pada situasi baru yang dihadapinya.
Meskipun pemecahan masalah membutuhkan pemikiran tingkat tinggi, akan tetapi kemampuan
pemecahan masalah sebenarnya dapat dilatihkan. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam memecahkan suatu
masalah sangat penting bagi dosen. Dengan mengetahui kemampuan mahasiswa, dosen dapat melacak letak dan
jenis kesalahan yang dilakukan mahasiswa. Kesalahan yang diperbuat mahasiswa dapat dijadikan sumber
informasi belajar dan pemahaman bagi mahasiswa. Yang tak kalah pentingnya adalah dosen dapat merancang
pembelajaran yang baik. Oleh karena itu pengungkapan kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah
perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
Mata kuliah Kalkulus II merupakan mata kuliah dasar yang menjadi prasyarat beberapa mata kuliah pada
semester selanjutnya. Jika mahasiswa tidak lulus, pada mata kuliah ini maka mahasiswa yang bersangkutan
tidak dapat menempuh mata kuliah yang mensyaratkan kalkulus II sebagai materi prasyarat. Banyak
permasalahan yang penyelesaiannya membutuhkan konsep dan materi dalam mata kuliah Kalkulus II, misalnya
mata kuliah pada semester selanjutnya. Dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan Kalkulus II,
mahasiswa dapat menggunakan langkah pemecahan masalah yang salah satunya dikemukan oleh Polya. Polya
(1973) dalam Suparni (2010) mengembangkan empat langkah pemecahan masalah yaitu memahami masalah
(understand problem), menyusun rencana pemecahan (make a plan), melaksanakan rencana pemecahan (carry
out a plan), memeriksa kembali hasil pemecahan (look back at the completed solution). Dengan menggunakan
langkah-langkah pemecahan masalah oleh Polya, diharapkan mahasiswa dapat lebih runtut dan terstruktur dalam
memecahkan masalah.
Berdasarkan data hasil Ujian Akhir Semester pada tahun sebelumnya didapatkan data sebagai berikut:
10% mahasiswa mendapatkan nilai A, 35% mahasiswa mendapatkan nilai B, 50% mahasiswa mendapatkan nilai
C, 5% mahasiswa mendapatkan nilai D. Data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata mahasiswa mendapatkan
nilai C. Walaupun nilai C dapat dikatakan mahasiswa tersebut lulus, tapi kenyataannya kemampuan penguasaan
26
materi Kalkulus II oleh mahasiswa yang bersangkutan lemah. Hal ini berakibat, nilai mahasiswa pada semester
selanjutnya menjadi dibawah standart. Keadaan ini sejalan dengan apa yang dikemukan oleh dosen pengampu
mata kuliah lain yang mensyaratkan mata kuliah Kalkulus II bahwa kemampuan penguasaan materi Kalkulus II
rendah.
Rendahnya kualitas penguasaan materi Kalkulus II oleh mahasiswa, dimungkinkan terjadi karena
mahasiswa kurang mendapatkan latihan dalam memecahkan masalah pada mata kuliah Kalkulus II. Kalaupun
mahasiswa mendapatkan latihan pemecahan masalah, biasanya dosen yang bersangkutan tidak memberikan
balikan terhadap hasil pekerjaan mahasiswa. Akibatnya, mahasiswa tidak pernah mengetahui kebenaran tugas
yang dikerjakan. Mahasiswa selalu beranggapan bahwa apa yang dikerjakan telah “benar” karena dosen
pengampu mata kuliah tidak pernah memberikan balikan terhap hasil pekerjaannya.
Berdasarkan kajian di atas, jika kemudian dikehendaki mahasiswa dituntut untuk dapat menempuh mata
kuliah pada semester selanjutnya dengan kemampuan penguasaan materi yang baik, maka permasalahan yang
kemudian muncul seperti bagaimanakah kerangka pembelajaran yang mampu untuk meningkatkan pengusaan
materi Kalkulus II. Pengusaan materi Kalkulus II, biasanya identik dengan sejauh mana mahasiswa mampu
menggunakan semua konsep, teorema, prinsip yang ada dalam memecahkan masalah pada mata kuliah Kalkulus
II. Oleh karena itu, pertanyaan mendasar dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kerangka pembelajaran yang
mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa pada mata kuliah Kalkulus II.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang muncul dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran yang berbasis AfL dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa
pada mata kuliah Kalkulus II
2. Bagaimanakah profil kemampuan pemecahan masalah mahasiswa dalam memecahkan masalah pada mata
kuliah Kalkulus II.
Telaah Pustaka
Asesmen kadang diartikan berbeda tergantung konteks dan siapa yang mengartikannya. Garfield (1994)
mengartikan asesmen sekedar pemberian tes, pemberian nilai, kegiatan asesmen hanyalah kegiatan melakukan
skoring pada ujian untuk memberikan nilai pada mahasiswa. Pengertian ini menunjukkan bahwa asesmen
digunakan untuk memberitahukan kepda mahasiswa seberapa baik mereka menguasai mata kuliah yang telah
diajarkan oleh dosennya. Sedangkan Young (2005) mengatakan bahwa asesmen digunakan untuk meningkatkan
hasil belajar. Asesmen digunakan sebagai wahana untuk memberikan balikan kepada mahasiswa terhadap
kesalahan yang dilakukan selama pembelajaran. Asesmen yang seperti ini dikenal sebagai Assessment for
Learning (AfL).
Stiggin dan Chappuis (2006) menyatakan bahwa AfL dapat meningkatkan kesusksesan mahasiswa.
Diungkapkan bahwa AfL adalah proses untuk mencari dan menginterpretasikan bukti-bukti yang ada untuk
digunakan bagi mahasiswa dan dosen dalam menentukan posisi mana mahasiswa telah belajar, apa yang harus
dikerjakan kemudian dan bagaimana cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan. AfL dikembangkan atas
dasar bahwa kemampuan mahasiswa dapat meningkat secara optimal, jika mereka mengerti tujuan
pembelajaran, mengetahui posisi mereka dalam kaitannya dengan tujuan pembelajaran dan mengerti cara
mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
Polya (1973) dalam (Darminto, 2010); (Suparni, 2010); Dewiyani, 2008) terdapat dua masalah didalam
matematika yaitu: masalah mencari (problem to find) dan masalah membuktikan (problem to solve). Polya
(1973) dalam Suherman (2003) mengembangkan empat langkah pemecahan masalah yaitu (a) memahami
masalah (understand problem), (b) menyusun rencana pemecahan (make a plan), (c) melaksanakan rencana
pemecahan (carry out our plan), (d) memeriksa kembali hasil pemecahan (look back at the completed solution);
yang dijabarkan secara rinci sebagai berikut:
1. Memahami masalah (understand problem)
Dalam tahap ini, masalah harus dibaca dengan sebaik mungkin, dan kemudian yakinkan bahwa
masalah sudah dipahami dengan benar, tanyakan sendiri beberapa hal seperti apa yang diketahui, apa yang
tidak diketahui, bagaimana hubungan antara yang diketahui adan apa yang tidak diketahui.
2. Menyusun rencana pemecahan (make a plan)
Sesudah mahasiswa memahami masalah dengan baik, maka mahasiswa diarahkan untuk membuat
rencana pemecahan masalah. Langkah yang harus dilakukan pada tahap ini adalah mencari hubungan antara
informasi yang diberikan dengan yang tidak diketahui, dan memungkinkan untuk dihitung variabel yang
tidak diketahui tersebut.
3. Melaksanakan rencana pemecahan (carry out our plan)
Dalam melaksanakan rencana tertuang pada langkah kedua, maka harus diperiksa tiap langkah dalam
rencana dan menuliskannya secara detail untuk memastikan bahwa tiap langkah sudah benar.
27
4. Memeriksa kembali hasil pemecahan (look back at the completed solution)
Dalam tahap ini, setiap jawaban ditinjau kembali apakah sudah diyakini kebenaran dari solusi
masalah tersebut (dengan melihat kelemahan dari solusi yang didapatkan, seperti langkah-langkah yang
tidak benar), apakah ada solusi atau pemecahan dengan cara lain atau mungkin hasil atau cara ini juga dapat
memecahkan permasalahan lain.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di pada mahasiswa semester 2 Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA
IKIP PGRI Semarang yang menempuh mata kuliah Kalkulus II di kelas 2A tahun ajaran 2011/2012 yang
berjumlah 40 mahasiswa. Agar mampu menjawab permasalahan dalam penelitian ini, ada beberapa variabel
yang akan diselidiki yaitu: faktor mahasiswa berupa peningkatan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa
semester 2 Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Semarang yang menempuh mata kuliah
Kalkulus II setelah mendapatkan pembelajaran berbasis AfL dan faktor dosen dengan melihat cara dosen
merencanakan pembelajaran serta bagaimana pelaksanaan didalam kelas “apakah sesuai dengan pelaksanaan di
dalam kelas serta tujuan pembelajaran yang ingin dicapai atau belum”.
Hasil penelitian dititik beratkan pada kemampuan pemecahan masalah mahasiswa dalam memecahkan
masalah pada mata kuliah Kalkulus II. Alur dalam penelitian tindakan kelas diawali dengan perencanaan
tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan,
dan melakukan refleksi, dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan (kriteria
keberhasilan). Data dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang memuat hasil analisis tentang profil
kemampuan pemecahan masalah mahasiswa pada mata kuliah Kalkulus II yang disajikan secara deskriptif; data
kuantitatif memuat hasil belajar mahasiswa yang tercermin dalam lembar penilaian mahasiswa saat mengerjakan
soal tahap II di setiap siklus pembelajaran. data profil kemampuan pemecahan masalah mahasiswa didapatkan
dari hasil analisis secara deskriptif terhadap pekerjaan mahasiswa dan data hasil belajar mahasiswa diambil dari
hasil analisis soal tahap II di setiap siklus pembelajaran. Sedangkan data tentang refleksi serta perubahan-
perubahan yang terjadi di kelas diambil dari hasil pengamatan dan hasil evaluasi.
Data yang diperoleh dari hasil belajar mahasiswa dapat ditentukan ketuntasan belajar individu
menggunakan analisis deskriptif presentasi dengan menggunakan perhitungan.
%100xmaksimumskor
didapatyangskorketuntasanTingkat
Data yang diperoleh dari hasil belajar mahasiswa dapat ditentukan ketuntasan belajar klasikal
menggunakan analisis deskriptif presentasi dengan menggunakan perhitungan.
%100xtesmengikutiyangmahasiswajumlah
belajartuntasyangmahasiswajumlahketuntasanTingkat
Keberhasilan kelas dilihat dari jumlah mahasiswa yang mampu menyelesaikan atau minimal 70%
sekurang-kurangnya 85 % dari jumlah mahasiswa yang ada di kelas tersebut. Sedangkan analisis profil
kemampuan pemecahan masalah disajikan dalam bentuk deskriptif presentase dengan berpedoman kepada
indikator pemecahan masalah dan rubrik penilaian kemampuan pemecahan masalah yang telah dikembangkan
oleh peneliti.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 6 kali pertemuan pada mata kuliah Kalkulus II.
Setiap pertemuan merupakan satu siklus karena dalam setiap pertemuan selalu diadakan evaluasi diakhir
pembelajaran. Oleh karena itu, penelitian ini dirancang dalam enam siklus dan tiap siklus terdiri atas tahapan
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
1. Perencanaan
Sebelum melaksanakan pembelajaran pada setiap siklus, dosen mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang dibutuhkan misalnya materi ajar, media, satuan acara perkuliahan, soal latihan dan soal
evaluasi, menyediakan lembar observasi kemampuan dosen dalam pembelajaran.
2. Tindakan
Sebelum pembelajaran dikelas, dosen (peneliti) menyiapkan soal tahap I (soal latihan) dan soal tahap
II (soal evaluasi). Perbedaan soal tahap I dan tahap II disajikan dalam Tabel 1 berikut ini.
28
Tabel1 Perbandingan Soal Tahap I dan Tahap II
No Aspek Soal Tahap I Soal Tahap II
1 Tingkat
kesulitan
Mudah Sedang atau sukar
2 Lama
pengerjaan
15 menit 30 menit – 60 menit
3 Waktu
pengerjaan
Di kelas Di Kelas
4 Waktu
penyerahan ke
dosen
Diserahkan di kelas setelah
selesai mengerjakan
Diserahkan di kelas setelah
selesai mengerjakan
5 Waktu
pemeriksaan
pekerjaan
mahasiswa
Diperiksa langsung oleh dosen
dikelas atau bersama
mahasiswa yang lain dan
dikembalikan kepada
mahasiswa saat itu juga
Diperiksa oleh dosen tidak
dikelas, dikembalikan pada
mahasiswa pada pembelajaran
berikutnya
6 Pemberian
umpan balik dan
motivasi
Diberikan umpan balik bagi
yang melakukan kesalahan dan
pujian bagi yang benar untuk
memotivasi
Diberikan umpan balik bagi yang
melakukan kesalahan dan pujian
bagi yang benar untuk
memotivasi
7 Jenis pujian dan
balikan
Pada lembar pekerjaan
mahasiswa ditulis:
- excellent: jika benar
dikerjakan dengan
sempurna
- good: jika hampir benar
dan ditunjukkan letak
kesalahannya
- perbaiki: jika salah dan
ditunjukkan cara
memperbaikinya
Pada lembar pekerjaan mahasiswa
ditulis:
- excellent: jika benar
dikerjakan dengan sempurna
- good: jika hampir benar dan
ditunjukkan letak
kesalahannya
- perbaiki: jika salah dan
ditunjukkan cara
memperbaikinya
atau berupa nilai sesuai dengan
hasil pekerjaan mahasiswa
Dalam melaksanakan pembelajaran dengan AfL dengan alokasi waktu 3 jam pelajaran (3x50 menit),
dilakukan pengorganisasian pembelajaran yang disusun dalam Tabel 2.
Tabel 2 Pengorganisasian Pembelajaran
No Kegiatan Dosen Kegiatan Mahasiswa Lama
1 - Memberikan apersepsi dan motivasi
- Menuliskan tujuan dan kriteria sukses
di papan tulis
- Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
kriteria sukses pada mahasiswa
Memahami dengan baik tujuan
pembelajaran dan kriteria
sukses yang disampaikan dosen
5 menit
2 Melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan RPP yang dibuat dosen
Melaksanakan pengalaman
belajar sesuai dengan RPP yang
dibuat oleh dosen
80
menit
3 Memberikan soal tahap I (soal latihan) Mengerjakan soal tahap I di
kelas
10
menit
4 Memeriksa jawaban mahasiswa untuk
soal tahap I dan memberikan balikan
pada kertas jawaban (oleh dosen maupun
bersama-sama dengan mahasiswa lain)
dan mengembalikan kertas jawaban
kepada masing-masing mahasiswa
- Berdiskusi dengan teman
mengenai jawaban soal tahap I
- Beberapa mahasiswa, misalnya
2 mahasiswa diminta untuk
menuliskan jawaban soal tahap
I di papan tulis sebagai hasil
diskusi.
10
menit
5 - Memberikan balikan kepada mahasiswa - Mendengarkan dan mencatat 15
29
secara klasikal terhadap pengerjaan
soal tahap I
- Menannggapi kesulitan-kesulitan yang
dialami oleh mahasiswa dalam
mengerjakan soal
balikan yang diberikan oleh
dosen
- Mengemukakan kesulitan yang
dialami oleh mahasiswa dalam
mengerjakan soal
menit
6 Memberikan soal tahap II (soal evaluasi) Mencatat soal tahap II 30
menit
3. Pengamatan dan Refleksi
Berdasarkan analisis hasil tes kemampuan pemecahan masalah pada mahasiswa pada siklus I dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berbasis AfL diperoleh:
Keterangan
Siklus I
Jumlah
Mahasiswa
Persentase
Mahasiswa yang tuntas belajar
(Nilai ≥ 70,00) 11 28 %
Mahasiswa yang tidak tuntas belajar
(Nilai < 70,00) 29 72 %
Rata – Rata Nilai Mahasiswa 51, 125
Kemampuan Mengajar Dosen Mata Kuliah Baik
Sedangkan profil kemampuan pemecahan masalah pada siklus I, disajikan pada Gambar 1.
Gambar 4.1 Profil Kemampuan Pemecahan Masalah pada Siklus I
Pada dasarnya pelaksanaan pembelajaran siklus I berjalan sesuai dengan pengorganisasian
pembelajaran yang direncanakan. Namun jika dilihat dari nilai rata-rata, ketuntasan belajar dan profil
kemampuan pemecahan masalah maka pada Siklus I belum menunjukkan indikator keberhasilan
pembelajaran berbasis AfL. Hal ini dikarenakan rata-rata nilai mahasiswa hanya 51,125; persentase
ketuntasan klasikal hanya 28% (batas minimal adalah 85%) dan rata-rata kemampuan pemecahan masalah
mahasiswa belum mencapai harapan. Hasil pada siklus I menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan
mahasiswa dalam memahami masalah sebesar 2,5; rata-rata kemampuan mahasiswa dalam merencanakan
pemecahan masalah sebesar 2,1; rata-rata kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan rencana pemecahan
masalah sebesar 1,95; rata-rata kemampuan mahasiswa dalam mengecek kembali hasil pemecahan masalah
sebesar 1,8. Rendahnya rata-rata kemampuan pemecahan masalah ini dikarenakan, mahasiswa kurang
terbiasa dalam menyelesaikan soal yang tidak rutin dan tidak mampu membuat kaitan antar informasi yang
ada pada soal. Upaya perbaikan yang dilakukan sebelum pelaksanaan siklus selanjutnya adalah dengan
memberikan penjelasan tentang tahap pemecahan masalah sebelum perkuliahan dimulai dan memberikan
bahan tentang pemecahan masalah berdasarkan pendapat Polya (diberikan diluar jam pembelajaran).
Berdasarkan analisis hasil tes kemampuan pemecahan masalah pada mahasiswa pada siklus VI dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berbasis AfL diperoleh:
00.5
11.5
22.5
33.5
44.5
5
MemahamiMasalah
MerencanakanPemecahan
MelaksanakanRencana
MengecekKembali
PROFIL KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus I
Rata-Rata
30
Keterangan
Siklus VI
Jumlah
Mahasiswa
Persentase
Mahasiswa yang tuntas belajar
(Nilai ≥ 70,00) 40 100 %
Mahasiswa yang tidak tuntas belajar
(Nilai < 70,00) 0 0 %
Rata – Rata Nilai Mahasiswa 92,25
Kemampuan Mengajar Dosen Mata Kuliah Sangat Baik
Sedangkan profil kemampuan pemecahan masalah pada siklus VI disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Profil Kemampuan Pemecahan Masalah pada Siklus VI
Pada siklus VI didapatkan nilai rata-rata, ketuntasan belajar dan profil kemampuan pemecahan masalah
yang sudah menunjukkan keberhasilan pembelajaran berbasis AfL. Pada siklus ini didapatkan rata-rata nilai
mahasiswa 92,25; persentase ketuntasan klasikal menjadi 100% (batas minimal adalah 85%). Hasil pada siklus
VI menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan mahasiswa dalam memahami masalah sebesar 4,95; rata-rata
kemampuan mahasiswa dalam merencanakan pemecahan masalah sebesar 4,725; rata-rata kemampuan
mahasiswa dalam melaksanakan rencana pemecahan masalah sebesar 4,675; rata-rata kemampuan mahasiswa
dalam mengecek kembali hasil pemecahan masalah sebesar 4,65. Hasil analisis pada siklus VI menunjukkan
bahwa rata-rata kemampuan pemecahan masalah masih berada pada tingkat baik dan tidak berubah jika
dibandingkan dengan siklus sebelumnya.
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar tersebut dikarenakan mahasiswa sudah
mampu memahami dan menyesuaikan diri dengan pembelajaran berbasis AfL yang diterapkan oleh dosen.
Selain itu proses tanya jawab selama pembelajaran telah memunculkan ide-ide kreatif (proses berpikir yang
lebih kaya) dari mahasiswa untuk menyelesaikan soal latihan. Pembelajaran berbasis AfL ternyata mampu
meningkatkan semangat bersaing untuk mendapatkan nilai baik di akhir pembelajaran dan untuk mendapatkan
nilai terbaik dalam tes uji kompetensi (siklus VI). Hal ini terlihat dari keantusiasan mahasiswa untuk
bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran dan mengerjakan soal latihan dengan mandiri. Bimbingan
dosen yang secara aktif terlibat dalam setiap tahapan pembelajaran menambah nilai positif dari pembelajaran
berbasis AfL ini.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pembelajaran berbasis AfL dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa kelas 2A pada
mata kuliah Kalkulus II. Hal ini dapat dilihat pada rata-rata kemampuan memahami masalah sebesar 2,5;
rata-rata kemampuan mahasiswa dalam merencanakan pemecahan masalah sebesar 2,1; rata-rata
kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan rencana pemecahan masalah sebesar 1,95; rata-rata
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
5.5
MemahamiMasalah
MerencanakanPemecahan
MelaksanakanRencana
MengecekKembali
PROFIL KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus VI
Rata-Rata
31
kemampuan mahasiswa dalam mengecek kembali hasil pemecahan masalah sebesar 1,8 pada siklus I dan
meningkat menjadi rata-rata kemampuan memahami masalah sebesar 4,95; rata-rata kemampuan mahasiswa
dalam merencanakan pemecahan masalah sebesar 4,725; rata-rata kemampuan mahasiswa dalam
melaksanakan rencana pemecahan masalah sebesar 4,675; rata-rata kemampuan mahasiswa dalam mengecek
kembali hasil pemecahan masalah sebesar 4,65 pada siklus VI.
2. Pembelajaran berbasis AfL pada mata kuliah Kalkulus II dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Hal
ini terlihat dari hasil tes evaluasi siklus I yang menunjukkan bahwa mahasiswa rata-rata hasil belajar pada
siklus I hanya 51,125 menjadi 92,25 pada siklus VI. Data pendukung lainnya adalah pada siklus I,
mahasiswa yang tuntas belajar atau yang mendapat nilai ≥ 70,00 sebanyak 11 mahasiswa atau 28 % dari 40
mahasiswa, kemudian pada siklus VI mahasiswa yang tuntas belajar atau yang mendapat nilai ≥ 70,00
sebanyak 40 siswa atau 100% dari 40 mahasiswa dengan nilai rata-rata kelas mencapai 92,25.
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat dikemukakan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Dalam pembelajaran Kalkulus II hendaknya dosen menerapkan pembelajaran berbasis AfL karena dapat
dipakai sebagai alternatif pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan pemecahan
masalah dalam menyelesaikan masalah.
2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan mengambil mata kuliah lainnya sehingga diperoleh hasil yang
lebih menyakinkan tentang pembelajaran berbasis AfL.
Daftar Pustaka
Abbas N. 2000. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berorientasi Model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah (Problem Based-Instruction). Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya.
Bambang Priyo Darminto. 2010. Peningkatan Kreativitas dan Pemecahan Masalah Bagi Calon Guru
Matematika Melalui Pembelajaran Model Treffinger. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika di UNY pada tanggal 27 November 2010.
Clarke, S. 2005. Formative Assessment in The Secondary Classroom. London: Hoddey Murray.
Dewiyani. 2008. Mengajarkan Pemecahan Masalah dengan Menggunakan Langkah Polya. Jurnal STIKOM,
Volume 12 Nomor 2.
Erman Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Universitas Pendidikan
Indonesia.
Garfield, J, B. 1994. Beyond Testing and Grading: Using Asessment to Improve Student Learning. Journal of
Statistics Education. 2(1).
Herman Hudoyo. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.
Lexy J Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Maarten W. van Someren, Yvonne F. Barnard, dan Jacobijn A.C. Sandberg. 1994. The Think Aloud Method: A
Pratical Guide to Modelling Cognitive Processes. London: Academic Press.
Mahardi Saputro. 2011. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Langkah Polya
ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa. Tesis. Surakarta: PPs Universitas Sebelas Maret Surakarta.
National Council of Teacher Mathematics. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston,
Virginia: National Council of Teachers of Mathematics. (Online). http://www.netm.org/. diakses
tanggal 3 Mei 2011.
Robert L Solso. 1988. Cognitive Psychology. Boston: Allyn and Bacon.
Rudi Kurniawan. 2010. Pemahaman Dan Pemecahan Masalah Matematis (Artikel Kajian Pendidikan
Matematika. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika
di UNY pada tanggal 27 November 2010.
32
Stiggins, R dan Chapuis, J. 2006. What a Difference a word Makes: Assessment for Learning Rather than
Assessment of Learning Help Students Succeed. Diambil dari
http://www.nsdc.org/library/publications/jsd pada 11 Juli 2011.
Suparni. 2010. Membangun Karakter Bangsa dengan Teori Polya pada Pembelajaran Matematika. Makalah
disampaikan pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika di UNY pada tanggal
27 November 2010.
Tatag Yuli Eko Siswono. 2007. Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Identifikasi Tahap Berpikir
Kreatif Siswa dalam Memecahkan dan Mengajukan Masalah Matematika. Disertasi. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya.
Young, E. 2005. Assessment for Learning: Embedding and Extending. Diambil dari
http://www.ltcotland.org.uk/assess/for/index.asp pada 11 Juli 2011.