11.bab i

24
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 ﻟﻄﺎﻟﺐ اﻟﻌﻠﻢ ﻳﻨﺒﻐﻰ اذا ﺣﻀﺮا* ﻣﺠﻠﺲ ﻋﻠﻢ ﺗﻄﻬﺮ ﻛﻤﺎ ﻓﻌﻼ٢ “Alangkah baiknya Orang yang mencari ilmu ketika akan menghadiri suatu majlis ilmu dalam keada’an suci “ Demikianlah sebagian bait nadham kitab “Tanbihu Al Muta’allim” yang dikarang oleh KH. Ahmad maisur Sindy At Tursidy dinukil dan didukung oleh gurunya yaitu KH. Hasyim Ays’ari. Bait nadham ini ditulis dengan bahasa arab, berpola bahar Tawil ( اﻟﻄﻮﻳﻞ. 3 ) dan diterjemahkan dengan bahasa arab pegon. 4 1 Ada tiga hal yang harus dirumuskan dengn jelas sebelum suatu penelitian dapat dilakukan, ketiga hal tersebut antara lain adalah 1. Masalah yang akan diteliti atau pertanyaan yang akan dijawab. 2. Metode penelitian atau cara yang akan ditempuhuntuk menemukan jawaban dari permasalahan tersebut. 3. Alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan. Lihat, Ahmad Tanzeh, Pengntar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Sukses Offset, 2009), hlm. 82-83 2 Ahmad Maisur sindy At Tursidy, Tanbihu Al-Muta’allim, ( Semarang : Maktabah Toha Putra, 1418 H ), hlm. 4. 3 Merupakan bahar yang paling sempurna untuk digunakan, karena bahar ini hampir tidak pernah rusak, biasanya bahar ini digunakan untuk puisi semangat ) ( , puisi yang bertujuan untuk berbangga-bangga ) ( atau puisi cerita ) ( , adapun polanya adalah : * طﻮﯾﻞ ﻟﮫ دون اﻟﺒﺤﻮر ﻓﻀﺎءلﻓﻌﻮﻟﻦ ﻣﻔﺎﻋﯿﻠﻦ ﻓﻌﻮﻟﻦ ﻣﻔﺎﻋﯿﻠﻦ. Lihat, Chotibul Umam, Ilmu ‘Arud, ( Arab Saudi: Maktabah Makkah, 1992), hlm. 6 4 Ialah huruf arab atau orang jawa menyebutnya dengan huruf arab yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa jawa juga bahasa indonesia atau bahasa lainnya. konon, kata pegon berasal dari bahasa jawa ”pegonyang artinya menyimpang. Sebab bahasa jawa yang ditulis dengan bahasa arab dianggap suatu yang tidak lazim. Demikian juga, sistem bahasa arab pegon secara teoritis belum mempunyai aturan yang jelas. Baik dari sisi ponetik, morfologi, maupun bangunan sintaksisnya. Sehingga walaupun bahasa ini sering digunakan (terutama dipesantren), akan tetapi atuaran penulisannya masih cenderung bebas belum ada standar linguistik yang menjadi acuan. Seperti dalam modifokasi huruf konsonan “ng” arab pegon menggunakan huruf “ain” denagn membubuhkan tiga titik di atasnya. Untuk konsosnan “P” diambil dari huruf “F” yang ditambah tiga titik diatasnya. Lihat, M. Irfan Shafwani, Mengenal Tulisan Arab Melayu, ( Yogyakarta: BKPBM dan Adicita, 2005), hlm. 15

Upload: fehlephi-ramadhan

Post on 01-Dec-2015

57 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah1

٢فعالكماتطهرعلممجلس* حضرااذاينبغىالعلملطالب

“Alangkah baiknya Orang yang mencari ilmu ketika akan menghadirisuatu majlis ilmu dalam keada’an suci “

Demikianlah sebagian bait nadham kitab “Tanbihu Al Muta’allim”

yang dikarang oleh KH. Ahmad maisur Sindy At Tursidy dinukil dan

didukung oleh gurunya yaitu KH. Hasyim Ays’ari. Bait nadham ini ditulis

dengan bahasa arab, berpola bahar Tawil ( الطويل .3) dan diterjemahkan dengan

bahasa arab pegon.4

1 Ada tiga hal yang harus dirumuskan dengn jelas sebelum suatu penelitian dapat dilakukan,ketiga hal tersebut antara lain adalah 1. Masalah yang akan diteliti atau pertanyaan yang akandijawab. 2. Metode penelitian atau cara yang akan ditempuhuntuk menemukan jawaban daripermasalahan tersebut. 3. Alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan. Lihat, Ahmad Tanzeh,Pengntar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Sukses Offset, 2009), hlm. 82-83

2 Ahmad Maisur sindy At Tursidy, Tanbihu Al-Muta’allim, ( Semarang : Maktabah TohaPutra, 1418 H ), hlm. 4.

3 Merupakan bahar yang paling sempurna untuk digunakan, karena bahar ini hampir tidakpernah rusak, biasanya bahar ini digunakan untuk puisi semangat ) الحماسة( , puisi yang bertujuanuntuk berbangga-bangga )الفخر( atau puisi cerita ) القصص( , adapun polanya adalah :

طویل لھ دون البحور فضاءل * ,Lihat, Chotibul Umam .فعولن مفاعیلن فعولن مفاعیلن Ilmu ‘Arud, (Arab Saudi: Maktabah Makkah, 1992), hlm. 6

4 Ialah huruf arab atau orang jawa menyebutnya dengan huruf arab yang dimodifikasi untukmenuliskan bahasa jawa juga bahasa indonesia atau bahasa lainnya. konon, kata pegon berasal daribahasa jawa ”pegon” yang artinya menyimpang. Sebab bahasa jawa yang ditulis dengan bahasaarab dianggap suatu yang tidak lazim. Demikian juga, sistem bahasa arab pegon secara teoritisbelum mempunyai aturan yang jelas. Baik dari sisi ponetik, morfologi, maupun bangunansintaksisnya. Sehingga walaupun bahasa ini sering digunakan (terutama dipesantren), akan tetapiatuaran penulisannya masih cenderung bebas belum ada standar linguistik yang menjadi acuan.Seperti dalam modifokasi huruf konsonan “ng” arab pegon menggunakan huruf “ain” denagnmembubuhkan tiga titik di atasnya. Untuk konsosnan “P” diambil dari huruf “F” yang ditambahtiga titik diatasnya. Lihat, M. Irfan Shafwani, Mengenal Tulisan Arab Melayu, ( Yogyakarta:BKPBM dan Adicita, 2005), hlm. 15

2

Dilihat dari arti bait syair di atas menunjukan betapa mulianya ilmu,

sehingga orang yang akan belajarpun disunnahkan untuk bersuci yaitu dengan

cara berwudhu bila hadats kecil, jika hadats besar maka dengan mandi wajib.

Bahkan Rasulullah SAW mewajibkan-Nya dalam mencari ilmu seperti yang

diriwayatkan Imam Ibnu abdul bari dari Imam Annas :

٥)انسعنالبرعبدابنروه(مسلم كلعلىفريضة العلم طلب

Artinya :” Mencari ilmu itu sangat wajib bagi muslim laki-laki ( muslimperempuan)”

Telah kita ketahui pada hadits tersebut bahwasannya mencari ilmu

merupakan suatu kewajiban bukan hanya bagi kaum Adam, bahkan kaum

Hawapun diwajibkan unuk mencarinya dan ilmu tersebut akan diperoleh

tentunya dengan melalui proses pembelajaan.

Proses belajar mengajar merupakan enteraksi edukatif yang dilakukan

oleh guru dan siswa dalam situasi tertentu. Mengajar lebih Spesifik lagi

melaksanakan proses belajar mengajar bukanlah suatu pekerjaan yang mudah

dan dapat begitu saja tanpa direncanakan sebelumnnya, akan tetapi mengajar

itu merupakan suatu kegiatan yang semestinya direncanakan desain

sedemekian rupa mengikuti langkah-langkah prosedur tertentu.

Sehinggadengan demikian pelaksanaannya akan mencapai hasil yang

diharapkan.6

5 Sayyid Ahmad Al Hasyimi, Mukhtarul Ahadits An Nabawiyyah, ( Semarang : MaktabahToha putra ), hlm. 93

6 Syaiful Bahri Djamroh dan aswan Zain, Strategi belajar mengajar, Jakarta : PT. RinekaCipta 2002, hlm. 43

3

Etika merupakan salah satu prosedur dalam pembelajaran, Dalam

menjalin hubungan antar sesama manusia harus dilandasi dengan ahlakul

karimah, Dalam ensiklopedia Indonesia, etika diartiakan sebagai suatu ilmu

yang membahas tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana manusia

hidup bermasyarakat.7

Dalam pengertian filsafat islam etika/akhlak ialah salah satu hasil dari

iman dan ibadat, bahwa iman dan ibadat manusia tidak sempurna kecuali

kalau timbul etika/akhlak yang mulia dan muamalah yang baik tarhadap Allah

dan MakhlukNya.8

Dalam lingkungan pendidikan, peserta didik merupakan suatu subyek

dan obyek pendidikan yang memerlukan bimbingan dari orang lain untuk

memebnatu mengarahkannya mengembangkan potensi yang dimliki serta

membimbinnya menuju kedewasaan.9 Oleh karena itu peserta didik / murid

sebagai pihak yang diajar, dibina dan dilatih untuk dipersiapkan menjadi

manusia yang kokoh iman dan islamnya harus mempunyai etikadan

berakhlakul kariamah baik kepada guru maupun maupun dengan yang lainnya.

Peserta didik yang mempunyai etika mulia juga akan mampu

mewujudkan norma-norma dan nilai-nilai positif yang akan mempengaruhi

keberhasilan di dalam proses pendidikan dan pengajaran.10

7 H. Imam Suraji, Etika dalam perspektif Al Qur’an dan Al Hadits, Jakarta: Pustaka AlHusna Baru, 2006, hlm. 9

8 Oemar M al Toumy, filsafat pendidikan islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1979, hlm.312

9 Samsul Nizar, filsafat pendidikan islam pendekatan historis, teoritis dan praktis, jakarta :Ciputat pres, 2002, hlm. 47

10 Zainudin dkk, seluk beluk pendidikan dari al-Ghozali, jakarta : Bumi Aksara, 1991, hlm.71.

4

Untuk dapat mencapai keberhasilan tersebut, disini Akhlak maupun

etika mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan, sebab

baik dan buruknya manusia sangat ditentukan oleh akhlaknya, oleh karena itu,

dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak melepaskan diri dari ketentuan-

ketentuan yang mengatur atau menilai baik dan buruknya atau benar dan

salahnya perbuatan yang mereka kerjakan, ketentuan tersebut diperlukan

karena ada aturan-aturan yang mengikatnya.11

Dengan memepunyai etika yang mulia peserta didik akan mampu

mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk,

meskipun secara naluriah fitrah manusia sudah ada sifat kecenderungan

kebaikan. Selain itu krisis moral yang melanda dewasa ini, lebih-lebih dalam

dunia pelajar yang seakan-akan mensampingkan moral dan etika, sehingga

banyak yang gagal dalam meraih pendidikannya.

Salah satu kitab yang membahas tantang Etika yang baik, terutama

etika murid dalam mencari ilmu ialah kitab Tanbihu Al-Muta’allim yang

dikarang Oleh KH. Ahmad Maisur At Tursidy, KH. Ahmad Maisur menulis

kitab ini atas dasar perlunya leteratur yang mambahas tentang etika dalam

mancari ilmu. Dan atas dukungan serta dorongan dari guru-gurunya dan

masyarakat luas. Karena menuntut ilmu itu merupakan pekerjaan agama yang

sangat luhur sehingga orang yang mencarinya harus memperlihatkan etika

yang luhur pula.

11 H. Imam Suraji, Op. Cit. hlm. 38

5

Sebagaimana umumnya kitab kuning (turats), pembahasan terhadap

masalah pendidikan beliau lebih menekankan terhadap masalah etika, kitab

Tanbihu Al Muta’allim ini secara keseluruhan terdiri dari 1 jilid dan terdapat

32 halaman, serta keseluruhannya merupakan suatu nadlom-nadlom atau

syair-syair arab yang diterjemahkan dalam bahasa jawa salaf/arab pegon, bait

syair berjumlah 55 bait yang berisikan tentang etika yang mulia, diantaranya

etika dalam mencari ilmu terutama etika murid dalam mencari ilmu.12

Selain kitab Tanbihu Al Muta’allim, banyak tokoh-tokoh pendidikan

islam seperti Imam Ghozali, Imam Az-Zarnuji, Asma Hasan Fahmi, Athiyah

Al-Abrasyi dan Zakiyah Drajat juga membahas telaah tentang akhlak/etika

yang harus dimilki oleh peserta didik dalam belajar.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis terdorong mengkaji untuk

lebih lanjut tentang “KONSEP ETIKA MURID DALAM MENCARI ILMU

MENURUT KH. AHMAD MAISUR SINDY AT TURSIDY ( Kajian kitab

Tanbihu Al Muta’allim karangan KH. Ahmad Maisur Sindy At Tursidy ) “

dengan alasan sebagai berikut :

1. Karena dalam kitan Tanbihu Al Muta’allim ini mengajarkan supaya murid

dalam mencari ilmu mempunyai akhlakul Karimah terutama bagaimana

etika yang baik, baik itu kapada guru maupun yang lain.

2. Di dalam kitab Tanbihu Al Muta’allim banyak terdapat etika-etika yang

baik dalam pembelajaran maupun kehidupan, walaupun kitabnya kecil

12 Ahmad Maisur Sindy At Tursidy, Op Cit., hlm. 1-32

6

ukurannya tetapi kandungan ma’na Syair dalam tiap bait nadham

mampunyai ma’na yang sangat luas.

3. Banyak diantara kita yang mengkesampingkan kitab tersebut, karena

mungkin ukurannya yang sangat kecil, dan dianggap kurang relevan, akan

tetapi sebaliknya jika ditilik dari kandungan isi kitab Tanbihu Al

Muta’allim, dan sangat penting sekali bagi penuntut ilmu khususnya dan

sangat besar manfa’atnya.

B. Rumusan Masalah

Agar pemikiran ini terfokus dalam permasalahan, maka penulis

merumuskan pokok permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini,yaitu:

1. Bagaimana Konsep Etika Murid dalam mencari ilmu menurut KH.

Ahmad Maisur sindy At Tursidy dalam kitab Tanbihu Al Muta’allim ?

2. Bagaimana relevansi konsep etika murid dalam mencari ilmu menurut KH.

Ahmad Maisur sindy At Tursidy dalam kitab Tanbihu Al Muta’allim

dengan pendidikan sekarang ?

7

Penegasan Istilah

Selanjutnya penulis kemukakan beberapa penegasan istilah-istilah

yang berkaitan dengan judul skripsi ini agar tidak terjadi interpretasi yang

berbeda bagi pembaca , Bebera istilah yang dipandang perlu untuk dijelaskan

adalah sebagai berikut :

1) Konsep Dalam kamus Umum bahasa Indonesia Konsep adalah ide atau

pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.13

2) Etika kata Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos14 yang menurut

bahasa berarti adat atau kebiasaan, yang merupakan teori tingkah laku

manusia dipandang dari nilai baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan

oleh akal.15

Al-Ghozali mendefinisikan Akhlak/etika dalam kitab ihya’nya

yaitu ibarat (sifat atau keadaan) dari perilaku yang konstant (tetap) dan

meresap dalam jiwa, daripadanya tumbuh perbuatan-perbuatan degan

mudah dan wajar tanpa memeerlukan pikiran dan pertimbangan.16 Etika

adalah unsur penting yang terdapat dalam teori nilai. Yang banyak

membahas teori baik dan buruk, benar dan salah. Etika mengandung

pengertian:

13 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993),hlm. 520.

14 Dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti yaitu wataq, akhlak, tempat tinggal,perasa’an, cara berfikir (k. Bertens, 1993: 5). Yang mempunyai tujuan: 1. Mengetahui nilai-nilaiyang baik dan buruk. 2. Mempengaruhi dan mendorong supaya membentuk hidup yang suci. 3.Menghasilkan kebaikan dan kesempurnaan. 4. Memberi faedah kepada sesama manusia. Lihat,Imam Khanafi Al Jauhari, Filsafat Islam Pendekatan tematik, (Pekalongan: STAIN PekalonganPress, 2010), hlm. 93-94

15 Sidi Ghazalba, Sistematika Filsafat, Jakarta : Bulan Bintang, 1981, hlm. 51216 Al-ghozali, ihya’ ulumuddiin II, (terj. Ismail Ya’kub) jakarta : CV. Faizin, 1988, hlm.52

8

a. Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai atau norma-norma moral

yang menjadi pegangan seseorang atau sekelompok orang dalam

mengatur tingkah lakunya.

b. Etika berarti kumpulan asas atau moral. Misalnya kode etik; dan

c. Etika merupakan ilmu tentang yang baik dan yang buruk.17

3) Murid/ peserta didik

Adalah Anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri

melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis

pendidikan tertentu.18

4) Kitab Tanbihu Al Muta’allim

Merupakan Kitab Salaf yang dikarang oleh “KH. Ahmad Maisur Sindy At

Tursidy”, Kitab ini Sebagaimana umumnya kitab kuning ( turats ),

pembahasan terhadap masalah pendidikan beliau lebih menekankan

terhadap etika, kitab Tanbihu Al Muta’allim ini secara keseluruhan terdiri

dari 1 jilid dan terdapat 32 halaman, serta keseluruhannya merupakan

suatu nadlom-nadlom atau syair-syair arab yang kemudian di syarahi

dengan bahasa jawa diserti catatan kaki yang diterjemahkan dalam bahasa

jawa salaf , bait syair berjumlah 55 bait yang berisikan tentang etika/

Akhlak yang mulia, diantaranya etika dalam mencari ilmu.19

5) KH. Ahmad Maisur Sindy At Tursidy.

17 Cecep Sumarna, Filsafat Ilmu, Bandung: Mulia Press, 2008:209, hlm. 2318 Anwar Arifin, memahami paradigma baru pendidikan nasional dalam UU Sidiknas,

Jakarta : DepAg RI, 2003 , hlm. 35.19 Ahmah Maisursindy At Tursidy, Op. Cit., hlm. 1-32

9

Pengarang Kitab Tanbihu Al Muta’allim, berasal dari purworejo, jawa

tangah, indonesia.

Setelah menguraikan beberapa istilah diatas dapat disimpulkan bahwa

maksud dari judul skripsi adalah suatu ide atau pemikiran tentang Etika

yang harus dimilki oleh murid dalam mencari ilmu baik dari segi kognitif,

afektif, maupun psikomotorik, sesuai dengan isi kandungan kitab Tanbihu

Al Muta’allim yang dikarang oleh KH. Ahmad Maisur Sindy At Tursidy.

C. Tujuan Penelitian20

Berdasarkan rumusan masalah tersebut Tujuan penelitian ini sekaligus

menjawab dari permasalahan yang ada yaitu :

1. Untuk mendeskripsikan etika yang harus dimilki oleh peserta didik dalam

Mencari ilmu terutama pada qismun Awwal, seperti yang dihaturkan oleh

mu’allif pada muqoddimah-Nya.

2. Untuk mendeskripsikan etika-etika baik yang harus dimilki murid Dalam

mencari ilmu.

3. Untuk mengetahui bagaimana etika murid dalam mencari ilmu yang ada

dalam kitab Tanbihu Al Muta’allim, serta agar mencapai tujuan dari

pembelajaran yang diharapkan.

20 Menurut cholid dan achmadi (1999), tujuan penelitian itu lebih ditekankan pada tujuanpraktis walauppun mungkin ada manfaatnya bagi kepentingan penyajian ilmu secara teoritisdengan mewujudkan inovasi dan pengembangan tekhnologi administrasi yang dalamimplementasinya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Lihat, Masyhuri dan M. Zainudin,Metodologi Penelitian pendekatan Praktis dan aplikatif, Bandung: PT. Refika Aditama, 2008,hlm. 91. Semaoen dan Siagian (1996) tujuan penelitian adalah pernyataan yang akan dilakukandan hendak dicapai. Ibid. hlm. 91

10

4. Untuk menambah Khazanah keilmuan dalam bidang Etika/ Akhlak

sehingga bisa membuat perbaikan dalam pendidikan.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis dalam

penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

a. Untuk menambah wawasan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca

pada umumnya.

b. Untuk Memperkaya khazanah kepustakaan literatur akademis dan

dapat menambah wawasan keilmuan mengenai pentingnya etika murid

yang harus dimilki dalam mencari ilmu menurut Ahamad Maisur

Sindy At Tursidy dalam kitab tanbihu Almuta’allim.

2. Secara Praktis

a. Sebagai stimulasi wahana pendidikan agar melahirkan pemikiran-

pemikiran yang progresif.

b. Agar dapat memberikan gambaran pada murid akan Etika/ akhlak yang

baik dalam kehidupan sehari-hari sebagai pribadi maupun anggota

masyarakat, terutama kepada guru dan ilmunya dalam belajar.

c. Memberi pengetahuan khususnya bagi para pendidik untuk selalu

memperhatikan anak didiknya terutama dalam budi pekertinya karena

demi kemanfaatan suatu ilmu yang dicarinya.

11

d. Sebagai salah satu syarat karya ilmiah guna melengkapi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Satu (S1) yaitu Sarjana Pendidikan Islam

(S.Pd.I) pada jurusan Tarbiyah PAI STAIN Pekalongan.

E. Tinjauan Pustaka

1. Analisis Teoritis

Dalam penulisan skripsi ini banyak yang digunakan sebagai refrensi

untuk menghasilkan sebuah karya ilmiah, yaitu diantaranya :

Menurut Ibnu Miskawaihi dalam pendidikan seorang murid harus

mengutamakan akhlaknya yang dimulai sejak dini, dimulai diajarkan akhlak

mulia, melalui pendidikan keluarga, dengan menyesuaikan urutan

pertumbuhan daya pada jiwa anak, yakni daya keinginan (makan minum,

dan berpakaian), daya amarah (berani mengendalikan diri) dan daya berpikir

(nalar), sehingga lambat laun diharapkan dapat menguasai dan mengontrol

segala etika dan tingkah laku.21 Dalam rangka menyelamatkan dan

memperkokoh akqidah dan islamiah anak, pendidikan pada usia dini harus

dilengkapi dengan pendidika akhlak yang memedahi.22

Pendidikan yang baik menurut Ibnu Qoyyim adalah peserta didik

mempunyai tujuan yang mulia yaitu agar hanya menghambakan kepada

sang pencipta-Nya, dan menjaga kesucian fitrah dirinya. Disamping itu, ia

juga mempunyai sasaran yang bermacam-macam diantaranya adalah:

menjaga kesehatan badan, memperhatiakan dan mengarah kapada etika

21 Ibid., hlm. 15322 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007,

hlm. 117

12

yang mulia, menjaga keselamatan akalnya, menjaga skilnya dan mengarah

kepada yang lebih baik.23

Akhlak yang baik dan buruk serta cara menjauhi-nya, menurut Az

Zarnuji juga harus dipelajari, agar ia senantiasa bisa menjaga dan menghiasi

diri dengan akhlak mulia.24

Disamping itu Az Zarnuji juga memperingatkan agar peserta didik

tidak terpalingkan dengan masalah-masalah dunia yang remeh, kecil dan

merusak. Peserta didik jangan sampai merendahkan diri dengan

memngharapkan memperoleh suatuyangtidak semestinya, serta mencegah

dirinya dari hal-hal yang merendahkan ilmu, ia harus berbuat Tawadhu’

yaitu sifat tengah-tengah antara sombong dan kecil hati.25

Dijelaskan pula bahwa seoarang murid terhadap guru harus

mempunyai sifat tawadhu dan selalu mendahulukan apa yang menjadi

perintahnya, karena gurulah yang telah mendidik kita pada rohani, ibarat

bejana tanpa suatu isi tentu tidak akan berarti apa-apa, dan disinilah posisi

guru yaitu mengsisi bejana tersebut.26

Muhammad Abu Basyir Arromawi dalam Kitab Alaalaa menjelaskan

bahwa :

23 Ibid., hlm. 22824 M. Zainudin Dkk, Pendidikan Islam dari Paradigma klasik Hingga Kontemporer,

(Malang: UIN-Malang Press, 2009), hlm. 26925 Ibid., hlm. 27126 Muhammad Abu Basyir Ar-Romawi. Alaalaa (terj. Alala indonesia) Pekalongan :

Maktabah Asco. hlm.2-4

13

٢٧ببيانعهامجموعنسأنبيك* بستةاالالعلمتنالالاال

“ ketauhilah engkau (para pencari ilmu) tidak akan memperolehilmu kecuali dengan enam perkara * yang akan saya (mua’allif) jelaskankepadamu dengan jelas dalam perkara enam tersebut. diantaranya :

٢٨زمانوطولأستاذوارشاد* وبلغةواصتبارذكاءوحرص

“ Cerdas, Semanagat, Sabar, ada biaya * ptunjuk guru dan waktunyalama”

1. ذكاء (Cerdas) kemammpuan untuk menangkap ilmu, bukan berarti IQ

harus tinggi walaupun dalam mencari ilmu IQ yang tinggi sangat

menentukan sekali, asal akalnya mampu menngankap ilmu berarti

sudah memenuhi syarat pertama ini, berbeda dengan orang yang tidak

mempunyai akal maka sulitlah mereka dalam memperoleh ilmu yna

manfaaat, akal kita laksana pedang semakin sering di asah dan

dipergunakan maka akan semakin mengkilat dan tajam, begitu pula

akal kita semakin sering dibuat untuk berfikir dan mengaji makal akal

tersebut akan semakin tajam daya tangkapnya.

2. حرص (Semangat), Artinya sungguh-sungguh dengan bukti ketekunan,

karena ilmu agam merupakan suatu ilmu yang mulia yang tidak akn

mudah diperoleh kecuali dengan besungguh-sungguh

27Muhammad abu Basyir Arromawi, Alaalaa, Pekalongan : Maktabah Asco. hlm. 228 Ibid., hal. 2

14

3. اصتبار (Sabar), Artinya selalu tabah menghadpi cobaan dan ujian dalam

mencari ilmu, karena orang yang mencari ilmu adalah orang yang

mencari jalan lurus menuju penciptanya, oleh karena itu godaan pasti

selalu ada padanya. Kesabaran dibagi empat kategori diantaranya :

a. Sabar menanggung beratnya melaksankan kewajiban. Kewajiban

menjalankan shalat lima waktu, kewajiban membayar zakat,

kewajiban, melaksankan haji bila mana mampu. Bagi orang yang

bersabar betapapun berat kewajiban itu tetap dilaksanakan, tidk

pedili apakah dalam keadaan melarat, sakit, atau dalam kesibukan.

Semuanya dilaksankan dengan petuh dan ikhlas.

b. Sabar menanggung musibah. Coba’an bermacam-macam silih

berganti datangnya. Namun bila orang mau bersabar menanggung

musibah disertai tawakal kepada Allah pasti kebahagia’an terbuka

lebar.

c. Sabar menahan penganiyayan dari orang. Di dunia ini tidak bisa

luput dari kedzaliman. Banyak terjadi kasus-kasus penganiyayaan

terutama menimpa orang-orang yang suka menegakan keadilan dan

kebenaran, tapi bila orang yang sabar menahan penganiayaan demi

tegaknya keadilan dan kebenaran, pasti dia orang yang dicintai

Allah

d. Sabar menaggung kemiskinan dan kepapaan. Banyak orang yang

hidupnya dirundung kemiskinanakhirnya berputus asa. Jika dalam

15

hal ini bisa sabar maka Allah akan dilimpahi kemuliaan oleh-

Nya.29

4. بلغة (Biaya), artinya orang yang menuntut ilmu memrlukan biaya

seperti juga setiap manusia yang hidup memerlukannya,biaya disini

merupakan hanya sebatas biaya primer saja yang meliputi sandang,

pangan dan papan secukupnya.

5. أستاذارشاد (Petunjuk guru), Artinya orang yang mencari ilmu harus ada

gurunya tidak boleh belajar sendiri, karena ilmu agama merupakan

warisan dari para nabi yang turun menurun hingga kepada umat-

umatnya,jadi ilmu yang sekarang kita peroleh merupakan ilmu yang

bersambung kepada nabi dan sampai kepada Allah SWT.

6. زمانطول (Waktu yang lama), Artinya orang yang mencari ilmu

memerlukan waktu yang lama dan mempunyai target yang dicapai.

Dan semua ini tentunya dikemas dalam Akhlakul karimah sesuai yang

diutusnya Rasulullah SAW :

األخالق مكارم ألتمم بعثت إنما

“Sungguh aku diutus menjadi Rasul tidak lain adalah untukmenyempurnakan akhlak yang saleh mulia “.

29 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: Sinar GrafikaOffset, 2007, hlm. 41-42

16

Disebutkan dalam skripsi yang disusun Oleh Khoirul Muttaqiin

NIM. 232 03 042 berjudul Proses Belajar Mengajar Menurut KH.

Hasyim Ay’ari ( Tela’ah Kitab Adabul Alim Wal Mutta’aliim ),, KH.

Hasyim Asy’asri menuturkan pendidikan akan dapat mencapai tujuan jika

peseta didik dalam mencari ilmu memperhatikan kewajiban-kewajibannya

dalam belajar, diantaranya etika, baik kepada sendiri, guru maupun ilmu,

dimana tujuan menuntut ilmu sebenarnya Adalah untuk mencari ridho Allah

Semata.30

Dalam skripsi yang berjudul Konsep pendidikan islam aplikatif

menurut Sayyid Quthb ( Telaah pemikiran pendidikan Dalam Buku

Mu’alim Fi At-Tariq) Iqbal Huda Amanullah menyebutkan,” Sayyid

Quthb menyarankan kepada orang tua ketika akan menyerahkan anaknya

untuk dididik oleh seseorang harus selektif, diteliti bahwa seseorang

tersebut mempunyai pribadi dan jiwa yang baik, bagaimana latar

belakangnya. Hal ini disebabkan karena ujung tombang suatu keberhasilan

pendidikan diantanya ada di tangan guru.31

Zahrotunisa NIM. 232 03 070, dalam skripsinya yang berjudul

Konsep Akhlak peserta Didik (Studi Komparasi Kitab Adab Alim Wal

Muta’aliim dengan Tokoh Pendidikan Islam yang Lain), menyebutkan

Bahwa Peserta didik Harus mempunyai Akhlak yang Mulia dalam mencari

Ilmu, diantaranya membersihkan hati dari Akhlak tercela, berniat karena

30 Khoirul Muttaqin, Proses Belajar mengajar Menurut KH. Hasyim As’ari ( Tela’ah Ataskitab Adabul Alim Wal Muta’aliim), ( Skripsi STAIN Pekalongan, 2008 )

31 Iqbal Huda Amanullah, Konsep pendidikan islam aplikatif menurut Sayyid Quthb (Telaah pemikiran pendidikan Dalam Buku Mu’alim Fi At-Tariq),(skripsi STAIN pekalongan,2012)

17

Allah, mempergunakan kesempatan Belajar, makan yang secukupnya,

BersikapWaro’ , Berakhlak baik kepada guru dan yang lain.32

Kemudian dalam Skripsi yang berjudul Konsep Pendidikan Moral

Dalam Membangun Karakter anak ( Studi Atas Pemikiran

Muhammad Ibnu KH. Ahmad Al-Ghozali Al-Tusi Dalam Kitab Ihya’

Ulumuddin) Oleh Rinawan NIM. 2321 08 098, dijelaskan bahwa Menurut

Al Ghozali tujuan akhir dari pendidikan adalah Ma’rifatullah, maka untuk

dapat mencapainya harus berlandas pada moral yang baik serta tidak ada

jalan lain keculi dengan ilmu dan Amal, metode yang digunakan ialah

mujahadah dan membiasakan diri dengan amal Shaleh.33

Ahmad Nailul Athor mengutarakan dalam skripsinya yang berjudul

kewajiban peserta didik dalam proses belajar mengajar (telaah terhadap

pemikiran Az-Zarnuji dan Al-Ghozali) bahwa seorang peserta didik harus

mempunyai kode etik yang mencerminkan bagi pribadi peserta didik yang

terpuji diantaranya niat yang mulia dalam belajar, memilih guru, dan

memiliki cita-cita yang mulia.

Dalam kitab talimul muta’alim karangan Imam Az-zarnuji

dijelaskan bahwa Etika yang harrus dimilki oleh peserta didik adalah

:mempunyai keniatan semata-mata hanya kepada Allah dalam mencari ilmu,

memilih guru yang lebih alim dan wirai serta lebih tua usianya,

32 Zahrotunisa, Konsep Akhlak peserta Didik (Studi Komparasi Kitab Adab Alim WalMuta’aliim dengan Tokoh Pendidikan Islam yang Lain), ( Skripsi STAIN Pekalongan, 2007 )

33 Rinawan, Konsep Pendidikan Moral Dalam Membangun Karakter anak ( Studi AtasPemikiran Muhammad Ibnu Ahmad Al-Ghozali Al-Tusi Dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin), ( SkripsiSTAIN Pekalongan, 2012 )

18

mengagungkan ilmu dan ulama serata memuliakan dan menghormati guru,

rajin dan tekun serta memiliki cita-cita yang mulia.

Zakiyah drajat dalam bukunya metodik khusus pengajaran agama

islam, dijelaskan bahwa hal-hal yang harus diprhatikan pesertadidik kepada

guru adalah : selalu senantiasa patuh dan hormat kepada perintah guru,

bersikap tawadhu, serta sopan dan hormat kepada guru dalam bergaul.

Peneliti mengangkat skripsi dengan judul “ Konsep Etika Murid

dalam mencari ilmu menurut KH. Ahmad Maisur sindy At Tursidy (Kajian

kitab Tanbihu Al Muta’allim Karangan KH. Ahmad Maisur sindy At

Tursidy)” karena belum ada peneliti yang menulis skripsi yang sama. Dari

sinilah peneliti ingin meneliti lebih dalam lagi mengenai etika yang harus

dimilki oleh murid dalam mencari ilmu khususnya dalam kitab Tanbihu Al

Muta’allim Karangan KH. Ahmad Maisur sindy At Tursidy tersebut,

dimana etika atau akhlak merupakan ajaran islam yang paling tinggi, sesuai

dengan diutusnya rosulullah SAW yaitu untuk menyrmpurnakan Budi

pekerti/Akhlak/etika.

2. Kerangka Berfikir

Berdasarakan analisis teoritis tersebut, maka peneliti merumuskan

kerangka befikir sebagai berikut :

Bahawasannya seorang peserta didik ketika dalam memasuki

majlis Ilmi (Sekolah, madrasah, kampus), maka ia harus mengerti dan

memahami kewajibannya sebagai seorang pelajar, sehingga ia dengan

19

mudah dan menyerap ilmu yang didapatnya dalam lembaga pendidikan

tersebut dan dapat memanfaatkan dikehidupan yang akan datang.

Dalam hal ini pemikiran KH. Ahmad Maisur sindy At Tursidy

menekankan lebih kepada etika peserta didik untuk

diperhatikannya,karena dengan moral yang baik pendidikan dapat

mencapai tujuan yang dicita-citakan, yaitu sukses dunia maupun akhirat.

Suatu kesuksesan dunia tanpa kesuksesan akhirat adalah hampa belaka.

Maka dengan makna-makna islami yang tumbuh subur pada peserta didik

dengan berlandas pada Akhlak yang mulia kebahagiaan itu InsyaAllah

akan tergapai.

F. Metode penelitian

Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan.34

Yang berarti cara kerja mamahami suatu objek.

Dari Definisi tersebut maka pengertian metode penelitian ini mengarah

pada cara kerja yang ilmiah untuk memahami suatu obyek.

1. Desain Penelitian

a. Jenis Penelitian

Melihat judul yang tertuang pada muka, maka penelitian ini

tergolong dalam penelitian studi literatur (pustaka) atau library

reserch.35

34Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung : Tarsito, 1982, hlm. 13135 Merupakan penelitian yang kegiatannya mendalami, mencermati, menela’ah dan

mengidentifikasi pengetahuan yang sering dikenal dengan mengkaji bahan pustaka atau tala’ahpustaka. Lihat, suharsimi Arikonto, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 1998, hlm. 75

20

b.Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif36,

yaitu pendekatan dengan cara memberikan prediksi yang

menunjukan kepada pernyataan sebagai kualitas data mengenai

konsep sebagai variabel yang diteliti yang sesuai dengan kondisi

yang sebenarnya. Sehingga dari penelitian yang menggunakan

pendekatan kualitatif tersebut, data yang disajikan berupa

pernyataan-pernyataan bukan disajiakan dengan angka-angka.37

2. Sumber Data

Dalam penelitian untuk mencapai suatu tujuan, maka diperlukan

sumber data, dimana sumber data merupakan sobjek dari mana data

diperoleh.38 Berdasarkan sumbernya, data penelitian dibagi menjadi

dua macam yaitu sumber data primer dan sumbar data sekunder.

a. Sumber Data Primer39

Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini

adalah kitab asli Tanbihu Al Muta’allim yang dikarang oleh KH.

36 Penelitian yang pemecahan masalahnya menggunakan data empiris, yang membedakanialah kemauan dan kepentingan itu sendiri, perlu diingat, bahwa tidak semua seluruhnya penelitiankuantitatif menggunakan desai yang tidak jauh beda dengan desain penelitian Kualitatif, apabilaseseorang melakukan penelitian dengan sasaran penelitian yang terbatas, tetapi denganketerbatasan sasaran penelitian yang ada itu digali sebanyak mungkin data mengenai sasaranpenelitian, dengan demikian walapun sasaran penelitian terbatas, tetapi kedalaman data-sebut sajakualitas data-tidak terbatas. Semakin berkualitas data yang dikumpulkan, maka penelitian inisemakin Berkualitas. Masyhuri dan M. Zainudin, Op. Cit., hlm. 13-14

37 Saifudin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998, hlm. 9138 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka

Cipata, 1998, hlm. 11439 Atau data tangan pertama, adalah sumber data pokok yang akan dikaji. lIhat, Bokor

Sukarto, Menyiapkan Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah, Bandung: Tarsito, 1992, hlm. 131.

21

Ahmad Maisur Sindy At Tursidy dan semua buku yang berkaitan

dengan pendidikan moral.

b. Sumber Data Sekunder40

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah

buku-buku yang berisi tentang etika/akhlak yang mendukung

dalam pembahasan skripsi ini yang ada didalamnya diantaranya

yaitu : 1. Ihya’ ‘ulumiddin jilid I, karangan al Ghazali. 2. Dasar-

dasar pokok pendidikan Islam, karangan M. Athiyah Al-Abrasyi. 3.

Ta’limul Muta’alim, Karangan Az-Zarnuji. 4. Etika Akademis

Dalam Islam, karangan Hasan Asari. 5. Adabul ‘Alim Wal

Muta’allim, Karangan Hasyim Asy’ari. serta wawancara langsung

kepada narasumber yang terkait tentang Beografi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penyusunan

skripsi ini, penulis menggunakan penelitian kepustakaan (Library

Research) dan wawancara dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Membaca Buku-buku sumber baik primer maupun sekunder.

b. Mempelajari dan mengkaji, serta memahahami kajian yang

terdapat dalam buku-buku sumber.

c. Menganalisis dan membandingkan untuk selanjutnya dilakukan

identifikasi dan menglompokan dan mengklarifikasi sesuai

40 Atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsungdiperoleh oleh penelitian dari subyek penelitiannya, dengan kata lain, sumber data sekunder ialahdata yang diperoleh dari data pendukung. Lihat, Winarno Surakhmad, Op. Cit., hlm. 139

22

denagnsifatnya masing-masing dalam bentuk bab per bab, guna

mempermudah dalam analisa data.

d. Wawancara langsung dengan Narasumber terkait dengan beografi

pengarang kitab.

4. Teknik Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan teknik

analisis deskriptif yaitu mengumpulkan dan menyusun data, kemudian

berusah untuk menganalisis dan menafsirkan data tersebut. Adapaun

langkang-langkahnya yaitu sabagai berikut :

a. Deskripsi

Yaitu cara memaparkan konsep dan pemikiran kemudian

dilakukan penafsiran dan penentuan data yang telah ada.

b. Interpretasi

Yaitu mendalami buku untuk secepat mungkin dan mampu

mengungkapkan arti dan uraian yang disajiakan. Langkah ini

digunakan untuk mengkaji dan menafsirkan, kemudian

menganalisis isi buku sehingga dapat dikelompokan menjadi bab

dan sub babnya.41

c. Content Analisis

Yaitu cara yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah

dengan berbagai analisis terhadap buku-buku yang kemudian

41 Saifudin Azwar, Op, Cit., hlm. 6

23

ditarik kesimpulan sehingga dapat digeneralisasikan menjadi

sebuah teori, ide atau gagasan.42

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Agar skripsi ini mudah disusun secara sistematik dengan pembahasan

yang tidak menyempit ataupun terlalu melebar serta tetap terfokus pada

pokok-pokok pembahasan sesuia dengan judul skripsi, maka penulis

menunjukan dalam beberapa bab dan sub bab, pokok bahasannya yaitu :

Bab I pendahuluan, Meliputi: latar belang masalah, rumusan masalah,

tujun penelitian, keguna’an penelitian, dan sistematika peulisan.

Bab II sebagai Landasan Teori dibahas tentang Tinjauan Umum

mengenai Konsep Etika Murid dalam Mencari ilmu yang dikemukakan :

Pengertian Etika, pengertian Ilmu, dan Pendidikan Modern yang meliputi :

Pendidikan Islam, dan Aspek-aspek Pendidikan Islam, perecana’an program

Pendidikan Islam, karakteristik Pendidikan Islam, Tujuan Pendidikan Islam.

Bab III Merupakan Bahasan Inti atau Penyajian Data penelitian yang

membahas tentang pemikiran Ahamad Maisur Sindy At Tursidy dalam kitab

tanbihu Almuta’allim. Pembahasan dalam bab ini dibagi menjadi dua sub bab

yaitu :

Biografi Ahamad Maisur Sindy At Tursidy dan Konsep Etika menurut

Ahamad Maisur Sindy At Tursidy dalam kitab tanbihu Almuta’allim: Adaabu

ba’dal Inshiroof (etika-etika sesudah belajar). Adaabunnafsiyyah (Etika-etika

42 Anton Baker dan Ahmad Choiri Zubir, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta:Kanisisus, 1990), hlm. 69

24

pada diri sendiri). Adaabu ma’al Walidaini (etika-etika kepada kedua orang

tua). Adaabu ma’a Asy Syaikhi (etika-etika kepada kepada guru). Adaabu

ma’al Ilmi (Etika-etika kepada Ilmu).

Bab selanjutnya yaitu bab IV, merupakan Analisis Hasil Penelitian

mengenai dan Konsep Etika menurut Ahamad Maisur Sindy At Tursidy

dalam kitab tanbihu Almuta’allim yang bahasannya meliputi analisis konsep

etika menurut Ahamad Maisur Sindy At Tursidy dan relevansinya dengan

pendidikan Sekarang.

Bab V, Sebagai Penutup. Didalamnya dikemukakan Kesimpulan, dan

Saran-saran.