1 isi proposal fge 50

13
1 A. JUDUL Pemanfaatan Limbah Pod Kakao sebagai Bahan Baku Alternatif Pembuatan Bioetanol Menggunakan Metode Si multa ne ous Sa ch a ri fi ca t ion a nd F e rme nt a t i on (SSF)  B. LATAR BELAKANG MASALAH Umumnya bioetanol dibuat dari tanaman-tanaman berpati seperti singkong, ubi, sagu, jagung dan sorgum. Tetapi tanaman ini mempunyai nilai guna lain sebagai bahan  pangan. Jika tanaman tersebut digunakan sebagai bahan baku dalam memproduksi etanol secara komersial maka akan meminbulkan persaingan antara bahan pangan dan energi. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup  penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Komoditas kakao menempati peringkat ketiga ekspor sektor perkebunan dalam menyumbang devisa negara, setelah komoditas karet dan CPO. Pada tahun 2009 ekspor kakao mencapai US$ 116,51 miliar atau meningkat 26,47% dibanding tahun 2005 (Mahendra, 2010). Semakin meningkatnya produksi kakao akan meningkatkan jumlah limbah buah kakao. Komponen limbah buah kakao yang terbesar berasal dari kulit buahnya atau  biasa disebut pod kakao, yaitu sebesar 75 % dari total buah. Jika dilihat dari data  produksi buah kakao pada tahun 2009 yang mencapai 849.875 ton, maka limbah pod kakao yang dihasilkan sebesar 637,4 ribu ton. Apabila limbah pod kakao ini tidak ditangani secara serius maka akan menimbulkan masalah lingkungan. Pod kakao merupakan limbah lignoselulosik yang mengandung lignin, selulosa dan hemiselulosa. Bahan selulosa pada limbah dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbon untuk produksi etanol (C 2 H 5 OH) dengan teknologi  sakarifikasi dan fermentasi serentak atau Simultaneous Sacharification and Fermentation (SSF . Berdasarkan fakta-fakta yang terdapat di atas, muncul sebuah ide dalam melakukan penelitian tentang pemanfaatan limbah pod kakao (theobroma cacao) menjadi bioetanol dalam upaya mengurangi limbah organik di lingkungan juga untuk menghindari persaingan bahan baku energi dengan pangan. C. Perumusan Masalah

Upload: setiyo-wibisono

Post on 10-Oct-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

proposal

TRANSCRIPT

  • 1

    A. JUDUL

    Pemanfaatan Limbah Pod Kakao sebagai Bahan Baku Alternatif Pembuatan

    Bioetanol Menggunakan Metode Simultaneous Sacharification and Fermentation

    (SSF)

    B. LATAR BELAKANG MASALAH

    Umumnya bioetanol dibuat dari tanaman-tanaman berpati seperti singkong, ubi,

    sagu, jagung dan sorgum. Tetapi tanaman ini mempunyai nilai guna lain sebagai bahan

    pangan. Jika tanaman tersebut digunakan sebagai bahan baku dalam memproduksi

    etanol secara komersial maka akan meminbulkan persaingan antara bahan pangan dan

    energi.

    Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup

    penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,

    sumber pendapatan dan devisa negara. Komoditas kakao menempati peringkat ketiga

    ekspor sektor perkebunan dalam menyumbang devisa negara, setelah komoditas karet

    dan CPO. Pada tahun 2009 ekspor kakao mencapai US$ 116,51 miliar atau meningkat

    26,47% dibanding tahun 2005 (Mahendra, 2010).

    Semakin meningkatnya produksi kakao akan meningkatkan jumlah limbah buah

    kakao. Komponen limbah buah kakao yang terbesar berasal dari kulit buahnya atau

    biasa disebut pod kakao, yaitu sebesar 75 % dari total buah. Jika dilihat dari data

    produksi buah kakao pada tahun 2009 yang mencapai 849.875 ton, maka limbah pod

    kakao yang dihasilkan sebesar 637,4 ribu ton. Apabila limbah pod kakao ini tidak

    ditangani secara serius maka akan menimbulkan masalah lingkungan.

    Pod kakao merupakan limbah lignoselulosik yang mengandung lignin, selulosa

    dan hemiselulosa. Bahan selulosa pada limbah dapat dimanfaatkan sebagai sumber

    karbon untuk produksi etanol (C2H5OH) dengan teknologi sakarifikasi dan fermentasi

    serentak atau Simultaneous Sacharification and Fermentation (SSF.

    Berdasarkan fakta-fakta yang terdapat di atas, muncul sebuah ide dalam

    melakukan penelitian tentang pemanfaatan limbah pod kakao (theobroma cacao)

    menjadi bioetanol dalam upaya mengurangi limbah organik di lingkungan juga untuk

    menghindari persaingan bahan baku energi dengan pangan.

    C. Perumusan Masalah

  • 2

    Meningkatnya produksi kakao menjadi hal yang membanggakan bagi Negara

    Indonesia akan tetapi produksi kakao yang semakin naik juga menyebabkan

    meningkatnya jumlah limbah buah kakao. Bila limbah tersebut tidak ditangani dengan

    tepat maka dapat menimbulkan masalah lingkungan. Disisi lain, pada proses pembuatan

    bioetanol dibutuhkan bahan baku alternatif yang murah dan tidak bersaing dengan

    bahan pangan. Dengan menghubungkan masalah diatas, maka penelitian ini perlu

    dilakukan untuk mengetahui potensi limbah pod kakao sebagai bahan baku alternatif

    pembuatan bioetanol.

    D. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

    a. Memanfaatkan limbah pod kakao sebgai bahan baku pembuatan bioetanol.

    b. Mengetahui hubungan antara kadar enzim selulase yang digunakan dalam proses

    hidrolisis terhadap glukosa yang dihasilkan.

    c. Mengetahui pengaruh waktu, kadar yeast dalam proses fermentasi glukosa

    menjadi bioetanol.

    E. Luaran yang Diharapkan

    Dengan penelitian ini diharapkan lahirnya artikel yang mengkaji tentang potensi

    limbah pod kakao untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol ditinjau

    dari pengaruh enzim selulase dan waktu fermentasi. Karena Selain limbah pod kakao

    harganya murah juga dalam pemanfaatnya dapat mengurangi limbah dilingkungan.

    F. Kegunaan Program

    Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

    1. Mengetahui potensi limbah pod kakao sebagai bahan baku pembuatan bioetanol.

    2. Mengurangi jumlah limbah pod kakao dilingkungan dengan memanfaatkannya

    sebagai bahan baku pembuatan bioetanol.

    3. Menghindari persaingan antara bahan pangan dengan bahan baku pembuatan

    bioetanol

    4. Memberikan wawasan baru kepada masyarakat atau pembaca sebagai dasar

    pengembangan bioetanol lebih lanjut.

    G. TINJAUAN PUSTAKA

    G.1 Kakao (Theobroma cacao)

  • 3

    Tanaman kakao bukan tanaman asli Indonesia tetapi tanaman tersebut

    diperkirakan berasal dari lembah hulu sungai Amazon, Amerika Selatan yang dibawa

    masuk ke Indonesia melalui Sulawesi Utara oleh Bangsa Spanyol sekitar tahun 1560.

    Kakao menjadi salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi

    perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan

    dan devisa negara. Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan

    wilayah dan pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah

    menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala

    keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta

    memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga sub sektor perkebunan setelah karet dan

    kelapa sawit dengan nilai sebesar US $ 701 juta.

    Gambar 2.1. Buah Kakao Trinitario

    G.2 Pod Kakao

    Pod kakao merupakan bagian mesokarp atau dinding buah kakao yang mencakup

    kulit terluar sampai daging buah sebelum kumpulan biji, terlihat pada Gambar 2. Pod

    buah kakao merupakan bagian terbesar dari buah kakao. Komposisi bagian-bagian buah

    kakao dapat dilihat pada Tabel 1.

    Gambar 2. Pod Kakao

  • 4

    Tabel 1. Komposisi Buah Kakao

    Komponen Presentase (DB)

    Pod (kulit buah) 75.70

    Biji dan pulp 21.68

    Plasenta 2.62

    Sumber : Ashadi, 1988

    Pod kakao merupakan limbah lignoselulosik. Lignoselulosa merupakan serat

    kasar yang memiliki komponen energi terbesar pada limbah. Limbah lignoselulosik

    dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan etanol, sehingga menghindari

    persaingan dengan bahan pangan. Lignoselulosa atau serat kasar terdiri atas tiga

    penyusun utama, yaitu selulosa, hemiselulosa, dan lignin, yang saling terikat erat

    membentuk satu kesatuan. Hasil penelitian Ashadi (1998) menunjukkan bahwa serat

    kasar pod kakao mengandung 20.11 % lignin, 31.25 % selulosa, dan 48.64 %

    hemiselulosa.

    G.3. Bioetanol

    Bioetanol adalah etanol yang dibuat dari biomass yang mengandung komponen

    monosakarida yang didapat dari pati atau selulosa. Etanol atau etil alkohol (C2H5OH)

    merupakan bahan kimia organik yang mengandung oksigen yang paling eksotik karena

    kombinasi sifat-sifat uniknya yang dapat digunakan sebagai pelarut, germisida,

    minuman, bahan anti beku, bahan bakar, dan khususnya karena kemampuannya sebagai

    bahan kimia intermediet untuk menghasilkan bahan kimia yang lain.

    G.4. Pembuatan Etanol dengan Metode SSF

    Dalam mengubah selulose menjadi etanol tidak dapat secara langsung

    difermentasi tetapi dengan menggunakan teknologi sakarifikasi dan fermentasi serentak

    atau Simultaneous Sacharification and Fermentation (SSF). Teknologi ini dapat

    mencakup 4 rangkaian proses yaitu, perlakuan awal, sakarifikasi, fermentasi dan

    destilasi (Hambali, 2008).

    Berikut adalah tahapan proses pembuatan etanol :

    1. Perlakuan Awal

  • 5

    Sebelumnya, bahan baku yang mengandung selulosa harus dikecilkan

    ukuranya terlebih dahulu lalu dikeringkan agar kadar airnya minimum

    (Setelah itu digunakan jamur pelapuk putih (white rot fungi) dan pemanasan

    pada suhu tinggi (steaming) yang bertujuan untuk meningkatkan konversi

    etanol dari bagas agar lebih optimal. Hal ini dikarenakan pretreatment

    dengan jamur pelapuk putih dan steaming dapat menghancurkan kandungan

    lignin pada pod kakao yang mempersulit kerja enzim dalam mengakses

    keberadaan selulosa.

    2. Sakarifikasi

    Selulosa merupakan polimer glukosa dengan ikatan -1,4 glukosida

    dalam rantai lurus. Selulosa terdiri atas 15-14.000 unit molekul glukosa

    Rantai panjang selulosa terhubung secara bersama melalui ikatan hidrogen

    dan gaya van der Waals (Coughlan, 1989).

    Ragi (saccharomyses cerevisiae) tidak dapat langsung memfermentasikan

    selulosa. Oleh karena itu diperlukan tahap hidrolisis, yakni perubahan

    selulosa menjadi glukosa dengan menggunakan enzim atau asam.

    Hidrolisis dengan enzim merupakan proses pemecahan struktur selulosa

    menjadi satuan-satuan monomernya yaitu glukosa dengan bantuan enzim.

    Hidrolisis dengan enzim baik dibandingkan secara kimiawi (mengggunakan

    asam) karea menghasilkan % hasil yang lebih tinggi ,biaya produksi yang

    lebih murah , tidak menyebabkan korosi dan bersifat ramah lingkungan.

    Dengan memanfaatkan enzim pengurai selulosa dari mikroorganisme,

    konversi selulosa untuk menghasilkan -1,4 glukosida yang tidak

    terfermentasi terjadi karena hidrolisis enzimatis.

    Secara keseluruhan terdapat tiga jenis reaksi yang dikatalisis oleh enzim

    selulase :

    1. Memotong interaksi nonkovalen dalam bentuk ikatan hydrogen yang ada

    dalam struktur Kristal selulosa oleh enzim endo-selulase

    2. Hidrolisis serat selulosa menjadi sakarida yang lebih sederhana oleh

    ekso-selulase

  • 6

    3. Hidrolisis disakarida dan tetrasakarida menjadi glukosa oleh enzim -

    glukosidase. Ketiga reaksi tersebut dijelaskan dalam gambar 5 (Fao,2005).

    Gambar 3. Mekanisme keseluruhan kerja enzim selulase

    3. Fermentasi

    Tahap inti dari produksi bioetanol adalah fermentasi gula sederhana, baik

    yang berupa glukosa, sukrosa, maupun fruktosa dengan menggunakan

    ragi/yeast terutama Saccharomyces cerevisiae.

    Saccharomyces merupakan mikroorganisme bersel tungal yang sangat

    dikenal masyarakat luas sebagai ragi roti (bakers yeast). Ragi roti ini selain

    digunakan dalam pembuatan makanan dan minuman, juga digunakan dalam

    industri etanol (Umbreit, 1959).

    Dalam proses ini, gula akan dikonversi menjadi etanol dan gas karbon

    dioksida .

    Persamaan reaksi fermentasinya:

    C6H12O6 > 2 CH3CH2OH + 2 CO2

    glucose etanol carbon dioxide (Waller, 1981).

    Fermentasi dapat didefenisikan sebagai perubahan gradual oleh enzim

    beberapa bakteri, ragi, dan jamur. Bahan dasar untuk kebutuhan fermentasi

    dapat berasal dari hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah industri.

    Bahan dasar harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: Mudah didapat,

  • 7

    jumlahnya besar, murah harganya dan bila diperlukan ada penggantinya

    (Hidayat, 2006).

    4. Distilasi

    Kadar etanol hasil fermentasi tidak dapat mencapai level diatas 18 - 21%,

    sebab etanol dengan kadar tesebut bersifat toxic terhadap ragi yang

    memproduksi etanol tersebut sehingga untuk memperoleh etanol dengan

    kadar yang lebih tinggi perlu dilakukan distilasi. Distilasi adalah proses

    pemanasan yang memisahkan etanol dan beberapa komponen cair lain dari

    substrat fermentasi sehingga diperoleh kadar etanol yang lebih tinggi

    (Archunan, 2004).

    H. METODOLOGI PENELITIAN

    Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimental dan dilakukan di

    laboratorium teknik kimia Universitas Diponegoro, dengan tahapan penelitian

    sebagai berikut :

    Pod Kakao

    Perlakuan Awal

    (Menghaluskan Bahan,

    Pengeringan dan

    Penghilangan lignin)

    Sakarifikasi

    (enzim selulase)

    Fermentasi

    (Saccharomyces

    cerevisisae)

    Destilasi

    GlukosaBioetanol

    kadar rendah

    Bioetanol

    kadar tinggi

    Gambar 3. Skema pembuatan bioetanol fuel grade

    Rangkaian penelitian diawali dengan persiapan bahan, bahan berupa pod kakao

    dihaluskan untuk memperluas permukaan pod kakao sehingga memudahkan reaksi

  • 8

    hidrolisis. Setelah itu, bahan dikeringkan agar kadar airnya berkurang. Lignin

    kemudian dipisahkan dengan menggunakan jamur pelapuk putih (white rot fungi).

    Setelah bahan siap, dilakukan hidrolisis hingga dihasilkan glukosa. Glukosa ini

    kemudian difermentasi dengan bantuan Saccharomyces cerevisiae dan

    menghasilkan bioetanol. Etanol yang dihasilkan kemudian di analisis dengan

    metode kromatografi gas (Gas Cromathography).

    H.1. Variabel Percobaan

    a. Variabel Berubah

    Kadar Enzim Selulase : 4%, 6% dan 8%g

    Waktu fermentasi : 48, 72 dan 96 jam

    Kadar Yeast : 3%, 5%, dan 7%v

    b. Variabel Tetap

    1. Sakarifikasi/Hidrolisis

    Serbuk pod kakao : 100 gram

    Aquadest : 1 Liter

    pH : 5

    Suhu hidrolisis : 500C

    Waktu Hidrolisis :

    2. Fermentasi

    S. cerevisiae : 5%v

    Urea : 5.4%v

    Medium Nutrient

    (NH4)2PO4 : 1,0 g/l

    MgSO4.7H2O : 0,05 g/l

    pH fermentasi : 4.5

    H.2. Bahan dan Alat yang Digunakan

    a. Bahan

    Pod kakao

    Enzim selulase

    Aquadest

    Saccharomyces

    cerevisaiae

    Urea

    Medium Nutrient

    H2SO4

    NaOH

    Jamur pelapuk

    putih

    b. Alat

    Gelas ukur

    Erlenmeyer

    Beaker glass

    Kawat osse

    Autoclave

    Pipet tetes

    Piknometer

    Thermometer

    Indikator pH

    Labu leher tiga

    Buret, statif, klem

    Pendingin liebig

    Magnetic stirrer

    Pengaduk

    Kompor listrik

  • 9

    Labu ukur Labu distilasi Kolom adsorpsi

    c. Gambar Alat

    Keterangan :

    1. Reaktor

    2. Waterbath

    3. Magnetic stirrer

    4. Thermometer

    5. Heater

    Gambar 3.2 Rangkaian alat sakarifikasi

    H.5. Prosedur Percobaan

    1. Persiapan Bahan Baku

    Bahan berupa pod kakao dihaluskan (kurang lebih 30-60 mesh) sehingga

    ukuran partikel lebih seragam, kemudian dikeringkan dengan oven selama 1 jam

    pada suhu 60-700C sehingga kadar air maksimal 10% dan disimpan di tempat

    yang kering. Bahan tersebut kemudian di-pretreatment dengan jamur pelapuk

    putih Lentinus edodes selam 4 minggu.

    2. Metode SSF

    Pada tabung reaksi , dimasukkan secara berurutan 0,25 g sampel ,

    selulase 10 sesuai variabel dan 2,5 ml yeast inokulum, 0,5 ml Na-citrate buffer

    pada pH 5.0, dan medium nutrient 2,5 ml. Sampel, medium nutrient, dan citrate

    buffer disterilisasi pada suhu 121 oC selama 20 menit dengan menggunakan

    autoclave, namun enzim ditambahkan tanpa sterilisasi. Medium nutrient terdiri

    dari 1,0 g l-1 (NH4)2PO4; 0,05 g l-1 MgSO4.7H2O dan 2 g l-1 yeast ekstrak.

    Kultivasi diambil dan dimasukan dalam test tube sebanyak 5.0 ml kemudian

    disentrifugasi menggunakan orbital shaker pada kecepatan 100 rpm selama 96

    jam pada suhu 35 oC. Cairan bersih sampel diambil dengan sampling 48, 72 dan

    96 jam dan diuji etanol yang dihasilkan.

    3. Analisa Produk

    Penentuan Konsentrasi Etanol

    1

    2

    3

    4

    5

  • 10

    Konsentrasi etanol ditentukan dengan metode kromatografi gas (Gas Cromathography)

    jenis SUPEL COWAX-10 (Supelco Inc., 0,53 mm i.d., 15 m, 0,5 mm, FID) pada

    temperatur 50oC. Sebelum pengujian, sampel diambil 50 l dan ditambah 200 l

    distilled water (5 kali pengenceran).

    I. JADWAL PELAKSANAAN

    Penelitian ini dilakukan selama lima bulan dengan rincian kegiatan sebagai berikut:

    Tabel 3. Jadwal Kegiatan Program

    J. RANCANGAN BIAYA :

    Peralatan Penunjang PKMP (Ni lum sy Revisi,,klo bsa dibuat silahkan.. tp

    kykny km lum bsa deh..:)haha

    - Pipa peralon, sambungan, dan lem Rp 90.000,00

    - Barometer Rp 145.000,00

    - 2 @Kran Rp 40.000,00

    - Corong 2 @ Rp 20.000,00

    - Sewa alat laboratorium 2 bulan Rp 700.000,00

    - Penyaring wheatman 1 pack Rp. 50.000,00

    - Pompa centrifugal Rp. 2.500.000,00

    Rp 3.425.000,00

    Pembelian Bahan habis Pakai

    - Kelapa tua 160@Rp. 5000,00 Rp. 35.000,00

    - Aquadest (200 liter)@ Rp. 1.500,00 Rp. 300.000,00

    Rp. 335.000,00

    Kegiatan Bulan

    1 2 3 4 5

    Studi Literatur

    Persiapan Bahan

    Rancangan Alat

    Eksperimen

    Analisis dan Interpretasi Data

    Penyusunan laporan

  • 11

    Transportasi dalam kota dan luar kota Rp 300.000,00

    Lain-Lain

    - Fotocopy Literatur dan Jurnal Rp 100.000,00

    - Fotocopy laporan @ 5 eksemplar Rp 100.000,00

    - Flash Disk 1 buah @ Rp 100.000,00 Rp 200.000,00

    - Kabel dan stop kontak Rp 75.000,00

    - Kertas label, tisu roll, busa cuci, dll Rp 85.000,00

    - Catridge printer Rp 300.000,00

    - Akses internet Rp 280.000,00

    - Uji sampel Percobaan (Wahana Lab.) Rp 1.200.000,00

    - Kertas 1 rim A4 Rp 40.000,00

    - Tinta

    Uji sampel Percobaan (Wahana Lab.) Rp 1.200.000,00

    TOTAL PENGELUARAN Rp. 7.000.000,00

    K. DAFTAR PUSTAKA (Tolong Dapusny disesuaikan ,, yg g ad dihapus aj)

    Archunan, G., Microbiology, 1st, Sarup & Sons, New Delhi, 2004, pp. 357-358.

    Ashadi, R.W., Pembutaan Gula Cair dari Pod Coklat dengan Menggunakan

    Asam Sulfat, Enzim, serta Kombinasi Keduanya. Skripsi. Fakultas

    Teknologi Pertanian, IPB. Bogor, 1988.

    Buckle, K. A., Ilmu Pangan, Universitas Indonesia Press. Jakarta, 1987.

    Coughlan, M. P., Enzyme System for Lignocellulose Degradation, Elsevier Applied

    Science, London and New York, 1989.

    Desrosier, Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah M. Muljahardjo. UI-Press,

    Jakarta, 1988.

    European Bioinformatics Institute, Eukaryotes Genomes-Saccharomyces cerevisiae,

    1996, [diakses 22 Juni 2011]. Diambil dari: URL: Hyperlink

    http://www.ebi.ac.uk/2can/genomes/eukaryotes/Saccharomyces_cerevisiae.html

    Fan, L.T., Y.H. Lee, dan M.M.Gharpuray, The Nature of Lignocellulosics

    and Their Pretreatment for Enzymatic Hydrolysis. Adv. Bichem. Eng. 23, 1982,

    pp.158 187.

  • 12

    Fardias, Srikandi, Fisiologi Fermentasi, Lembaga Sumber Daya Informasi-IPB, Bogor,

    1988.

    Fieser, L.F. dan Fieser, M., Reagents for Organic Synthesis, 1st, John Wiley & Sons,

    New York, 1967, pp. 703-705.

    Food and Agriculture Organization of the United Nations, Mechanism of the enzyme

    cellulase, 2005 [diakses 22 Juni 2011]. Diambil dari: URL: Hyperlink

    http://www.fao.org/docrep/w7241e/w7241e08.htm

    Frisch, K.C., Phenolic Resin and Plastics dalam Kirk Othmer Encyclopedia of Chemical

    Technology, Vol. 15 Edisi 2rd

    , Mei Ya Publication Inc, 1967.

    Halimatuddahliana, Pembuatan n-Butanol Dari Berbagai Proses, USU Digital Library,

    2004.

    Hambali, E., dkk., Teknologi Bioenergi .Cetakan ketiga, PT.Agromedia Pustaka,

    Jakarta, 2008, Hal. 3-5, 38-50 .

    Hidayat, N., Masdiana C.P. dan Sri S., Mikrobiologi Industri, CV. Andi Offset.

    Yogyakarta, 1996, Hal. 2-14,18-24,111-120,179-192.

    Kavanagh, Kevin, Fungi Biology and Applications, John Willey & Sons Ltd, England,

    2005.

    Kirk, R. E., and R. F. Othmer, Encyclopedia of Chemical Technology, vol. 9, John

    Wiley and Sons Ltd, Canada, 1951.

    Mathewson, S.W., Drying the Alcohol. Chapter 12. In: The Manual for the Home and

    Farm Production of Alcohol Fuel, Ten Speed Press, California, 1980.

    Monick, J.A., Alcohols, Reinhold Book Corporation, New York, 1968, pp. 40, 52.

    Oshima, M., Wood Chemistry Process Engineering Aspec, Noyes Develop.

    Corp., New York, 1965.

    Perez, J. et al., Biodegradation and Biolgical Treatments of Cellulose,

    Hemicellulose, and Lignin: An Overview, Int Microbiol, Vol. 5, 2005, pp. 53-63.

    Prescott, Samuel Cate and Cecil Gordon Dunn, Industrial Microbiology, McGraw-Hill

    Book Company, Inc., New York, 1959.

    Prihandana, Bioetanol Ubi kayu Bahan Bakar Masa Depan, Agromedia, Jakarta, 2008.

    Suharto, Bioteknologi Dalam Dunia Industri. Edisi I, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta,

    1995, Hal. 18, 23, 25-27, 40-41, 122-125.

  • 13

    Sun, Y. and Cheng, J., Hydrolysis of Lignocellulosic Materials for Ethanol

    Production: A Review, Bioresource Technology, Vol. 83, 2002, pp. 1-11.

    Suryani, Dinie dan Zulfebriansyah, Komoditas Kakao : Potret dan Peluang

    Pembiayaan, Economic Review, 2007, No. 210.

    Roesmanto, J., Kakao: Kajian Sosial Ekonomi, Aditya Media. Yogyakarta , 1991 pp.

    165.

    Taherzadeh, Muhammad J. and Karimi, Keikhosro, Pretreatment of

    Lignocellulosic Waste to Improve Bioethanol and Biogas Production. Int.

    J. Mol. Sci 9, 2008, pp. 1621-1651.

    Umbreit, Wayne W., Advances In Applied Microbiology, Vol. 1, Rutgers University,

    New Jersey, 1959.

    Volk, Wesley A., Mikrobiologi Dasar, edisi ke-5, Erlangga, Jakarta, 1993.

    Waller, J.C., dkk., Feeding Value of Ethanol Production By-products, National

    Academy Press, Washington D.C, 1981, pp. 11-12.

    Wardoyo, S., Beberapa Persyaratan Dasar Untuk Meningkatkan Mutu Biji Kakao

    Indonesia. Proc. Komp. Nas. Kakao III. Buku 2. Pusat Penelitian Perkebunan

    Jember-Pusat Penelitian Perkebunan Medan, ASKINDO, Medan, 1991, hal. 75-

    76.

    (U/ Data Lainya Lampiran Nnnti sy Masukan, Oh Iya Biodatamu skalian Lampirkan

    dibwah y) Batas Max 15 hal di usahakan di edit sampai 13 hal spy CV bsa

    masuk Semangat Go To PIMNAS XXV