vocaedumidwifery4.files.wordpress.com · web viewsebuah daerah endemis demam berdarah dengue (dbd)...

22
BAHAN AJAR.04.Epid.Bid UKURAN - UKURAN EPIDEMIOLOGI Disusun Oleh : Murwati, SKM, M.Kes.Epid Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 1

Upload: nguyenquynh

Post on 10-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: vocaedumidwifery4.files.wordpress.com · Web viewSebuah daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) menunjukkan jumlah yang meninggal akibat penyakit tersebut adalah 83 dan yang terkena

BAHAN AJAR.04.Epid.Bid

UKURAN - UKURAN EPIDEMIOLOGI

Disusun Oleh :

Murwati, SKM, M.Kes.Epid

POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA

JURUSAN KEBIDANAN KLATEN

2013

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 1

Page 2: vocaedumidwifery4.files.wordpress.com · Web viewSebuah daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) menunjukkan jumlah yang meninggal akibat penyakit tersebut adalah 83 dan yang terkena

Tujuan Instruksional :

Pada bab ini mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang ukuran-ukuran

epidemiologi yang meliputi angka morbiditas dan angka mortalitas.

A. Frekuensi Masalah Kesehatan

Frekuensi masalah kesehatan ialah keterangan tentang banyaknya suatu masalah

kesehatan yang ditemukan dalam sekelompok manusia yang dinyatakan dengan

angka mutlak, rate atau rasio. Agar pengukuran frekuensi masalah kesehatan benar-

benar menggambarkan kondisi yang sebenarnya maka perlu diperhatikan hal-hal

berikut:

1. Mengupayakan agar masalah kesehatan yang akan diukur hanya masalah yang

dimaksudkan saja.

2. Mengupayakan agar semua masalah kesehatan yang akan diukur dapat masuk

dalam pengukuran.

3. Mengupayakan agar penyajian hasil pengukuran dalam bentuk yang

memberikan keterangan optimal.

Secara umum bentuk penyajian dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

a) Angka mutlak

Penyajian ini memberikan keterangan yang amat terbatas, sehingga

kurang dirasakan manfaatnya.

Contoh : Hasil surveilens penyakit flu burung (avian influenza) di Kab

banyumas ditemukan jumlah kasus sebanyak 20 orang.

b) Rate

Adalah perbandingan suatu peristiwa (event) dibagi dengan jumlah

penduduk yang mungkin terkena peristiwa yang dimaksud (population at

risk) dalam waktu yang sama yang dinyatakan dalam persen atau permil.

Penyajian dengan rate menjadi lebih lengkap karena sekaligus

menggambarkan besarnya masalah di suatu daerah pengukuran. Rumus yang

digunakan untuk menghitung rate adalah :

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 2

Page 3: vocaedumidwifery4.files.wordpress.com · Web viewSebuah daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) menunjukkan jumlah yang meninggal akibat penyakit tersebut adalah 83 dan yang terkena

Rate = Jumlah suatu peristiwa X 100 % (1000 / 0/00) Jumlah penduduk yang mungkin terkena peristiwa

Contoh : Hasil surveilens penyakit flu burung (avian influenza) di

Kabupaten Banyumas tahun 2005 sebanyak 13 0/00.

c) Rasio

Adalah perbandingan suatu peristiwa (event) dengan peristiwa (event)

lainnya yang tidak berhubungan. Rumus yang dipergunakan untuk

menghitung rasio adalah :

Rasio = Jumlah peristiwa A Jumlah peristiwa B

Contoh : Hasil pengukuran penyakit flu burung (avian influenza) di

Kabupaten Banyumas ditemukan perbandingan penderita antara pria dan

wanita sebesar 0,43

Dalam pengukuran masalah kesehatan ada dua hal yang dipandang

penting, yakni masalah penyakit dan kematian, sehingga ukuran yang

digunakan untuk kedua masalah tersebutpun beranekaragam. Secara garis

besar dapat digambarkan sebagai berikut :

Penyakit Kematian

1. Insidena. Insidence rateb. Attack ratec. Secondary attack rate

2. Prevalena. Period prevalence rateb. Point Prevalence rate

1. Crude death rate1. Abortus rate2. Late abortus rate3. Perinatal mortality rate4. Still death mortality rate5. Under five mortality rate6. Maternal mortality rate7. Age spesific mortality rate8. Cause spesific mortality rate9. Case fatality rate

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 3

Page 4: vocaedumidwifery4.files.wordpress.com · Web viewSebuah daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) menunjukkan jumlah yang meninggal akibat penyakit tersebut adalah 83 dan yang terkena

B. Insiden

1. Insidence rate

Merupakan frekuensi penyakit baru yang terjangkit di masyarakat di suatu

tempat/wilayah/negara pada waktu tertentu.

Insiden rate = Jumlah orang yang menderita suatu penyakit tertentu/kasus X 1000 Population at risk /penduduk yang mempunyai risiko tertular penyakit sama.

2. Attack rate

Nilai attack rate dapat dimanfaatkan dalam memperkirakan derajat serangan

atau penularan suatu penyakit. Makin tinggi nilai attack rate, maka penyakit

tersebut makin memiliki derajat serangan dan atau penularan yang tinggi pula.

Contoh kejadian keracunan.

C. Prevalence rate

Merupakan frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit di masyarakat di

suatu tempat/wilayah/negara pada waktu tertentu. Bila prevalence rate ditentukan

pada suatu saat misalnya pada juli 2005, maka disebut sebagai point prevalence

rate, dan apabila ditentukan selama suatu periode waktu tertentu misalnya 1 Januari

2005 sampai dengan 31 desember 2005, maka disebut sebagai periode prevalence

rate. Nilai prevalence rate sangat bermanfaat untuk mempelajari penyakit kronik

yang terjadi di masyarakat, dan merupakan perangkat penting dalam membuat

perencanaan fasilitas dan sumber daya manusia di bidang kesehatan. Selain itu

prevalence rate dapat dimanfaatkan untuk mengetahui mutu pelayanan kesehatan

yang diselenggarakan. Apabila di suatu daerah telah disediakan pelayanan kesehatan

untuk penyakit B, tetapi nilai prevalence rate penyakit B tetap tinggi, ini memberi

petunjuk bahwa pelayanan yang disediakan tidak baik. Sebaliknya jika di suatu

daerah ditemukan mutu perawatan kesehatan yang buruk sehingga penderita cepat

meninggal maka dapat diperkirakan bahwa angka prevalence penyakit tersebut akan

rendah atau menurun. Dengan perkataan lain, jika nilai prevalence di suatu daerah

tinggi, ini berarti mutu pelayanan kesehatan di daerah tersebut adalah buruk, tetapi

jika nilai prevalence rendah bukan berarti mutu pelayanan kesehatan baik.

Rendahnya nilai prevalence tersebut mungkin karena mutu pelayanan kesehatan

yang terlalu buruk, sehingga semua penderita cepat meninggal dunia.

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 4

Page 5: vocaedumidwifery4.files.wordpress.com · Web viewSebuah daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) menunjukkan jumlah yang meninggal akibat penyakit tersebut adalah 83 dan yang terkena

Rumus Prevalence rate (PR) sebagai berikut :

PR = Jumlah orang yang menderita suatu penyakit (kasus baru & lama pada suatu saat/periode tertentu x 1000

Population at risk/penduduk yang mempunyai risiko tertular penyakit sama

Contoh perhitungan angka insiden dan prevalence sebagai berikut:

Di kabupaten Klaten ditemukan pola perjalanan penyakit demam berdarah untuk

bulan Juli sampai Desember 2005 sebagai berikut:

Juli Agustus September Oktober November Desember

A___

__

__________ __________ __________ __________ __________

__B___ __________ __________

C ________

D ________ __________ __________

E ________ __________ __________ __________

F_____ __________ _______

G_____ _________ __________ __________

__H __ __________ __________ __________ ___________ __________

Pertanyaan :

Berapakah angka insiden dan prevalence penyakit demam berdarah untuk periode

Agustus sampai November 2005

Jawaban :

1. Insiden (kasus baru periode Agustus sampai November 2005)

D + E + F + G = 4

2. Prevalence (kasus lama dan baru periode Agustus sampai November 2005)

A + B + D + E + F + G + H = 7

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 5

Page 6: vocaedumidwifery4.files.wordpress.com · Web viewSebuah daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) menunjukkan jumlah yang meninggal akibat penyakit tersebut adalah 83 dan yang terkena

2. Berdasarkan diagram berikut ini coba anda hitung :

No. Kasus

1. √ !

2. √ ! R !

3. √ !

4. √ !

5. √ !

6. R !

1 Desember 2004 1 Agustus 2005

Keterangan :

√ = Hari timbul penyakit

R = Hari timbul kambuh/relaps

! = Hari berakhirnya penyakit/mati/sembuh

Population at risk = 300 orang

Pertanyaan :

1. Berapa point prevalence rate pada 1 Desember 2004

2. Berapa insidence rate penyakit tersebut?

3. Berapa periode prevalence rate mulai 1 Desember s/d 1 Agustus 2005

Jawaban :

1. Kasus lama dan baru pada tanggal 1 Desember 2004 adalah kasus 1,2,3 dan 6, jadi

point prevalence rate 1 Desember 2004 adalah (4/300) x 1000 = 13/1000 penduduk.

2. Kasus baru selama 1 Desember 2004 s/d 1 Agustus 2005 adalah kasus 1,2,3,4 dan 5,

sedangkan population at risk bukan 300 orang tetapi 294 orang (mati 6 ), jadi

insidence rate adalah (5/294) x 1000 = 17/1000 penduduk.

3. Kasus lama dan baru pada tanggal 1 Desember 2004 s/d 1 Agustus 2005 adalah

kasus 1,2,3,4,5, dan 6, jadi periode prevalence rate 1 Desember 2004 s/d 1 Agustus

2005 adalah (6/300) x 1000 = 20/1000 penduduk.

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 6

Page 7: vocaedumidwifery4.files.wordpress.com · Web viewSebuah daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) menunjukkan jumlah yang meninggal akibat penyakit tersebut adalah 83 dan yang terkena

D. Hubungan Insiden dan Prevalence

Hubungan Insiden dan Prevalence dapat dijelaskan sebagai berikut, prevalence

rate menggambarkan keadaan suatu masalah kesehatan pada satu saat. Dengan

demikian besarnya nilai prevalence ini amat ditentukan oleh banyaknya orang yang

sakit sebelumnya (insiden), serta lamanya orang tersebut menderita penyakit

(duration).

Dari pengertian yang seperti ini segera mudah dipahami, meskipun jumlah orang

yang sakit sebelumnya tidak begitu banyak, tetapi jika penyakit berlangsung cukup

lama, maka lama kelamaan jumlah penderita akan meningkat karena terjadi

penumpukan jumlah orang yang jatuh sakit. sehingga angka prevalence untuk

penyakit tersebut akan menjadi tinggi. Dengan demikian jika kita telah mengetahui

angka prevalen dan insiden maka akan dapat dihitung lama berlangsungnya penyakit

tersebut (duration). Rumus yang dipergunakan ialah:

P = I X D

Dimana :

P : Prevalence

I : Insidence

D : Duration

Rumus di atas berlaku apabila :

1. Nilai insiden dalam waktu yang cukup lama bersifat konstan dalam arti tidak

menunjukkan perubahan yang terlalu mencolok.

2. Lama berlangsungnya suatu penyakit bersifat stabil dalam arti tidak

menunjukkan perubahan yang terlalu mencolok.

E. Pengukuran angka kematian/mortalias

1. Crude death rate/CDR

Merupakan angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian selama

tahun berjalan dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun atau midle population

di suatu tempat atau negara.

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 7

Page 8: vocaedumidwifery4.files.wordpress.com · Web viewSebuah daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) menunjukkan jumlah yang meninggal akibat penyakit tersebut adalah 83 dan yang terkena

Angka CDR sangat tergantung pada komposisi seks dan umur penduduk.

Bila komposisi penduduk terdiri dari banyak orang usia lanjut, maka seks CDR

akan lebih tinggi, sebaliknya komposisi penduduknya terdiri dari banyak usia

muda, maka CDR akan lebih kecil. CDR sebenarnya bukan merupakan alat

pengukur atau yeard stick yang akurat dalam menentukan status kesehatan suatu

negara, namun demikian CDR masih tetap dipakai terutama di pakai di negara

berkembang.

Rumus :

CDR = Total seluruh kematian selama tahun berjalan X 1000 Total seluruh penduduk pertengahan tahun

/midle population Contoh :

Total seluruh kematian penduduk Indonesia tahun 2005 sebanyak

17.308.680 orang dan jumlah penduduk Indosesia pertengahan tahun 2005

sebanyak 219.000.000

Perhitungan :

CDR = 17.308.680 X 1000 219.000.000

= 79 0/00.

2. Spesific death rate

Merupakan angka kematian yang ditunjukkan pada penyebab kematian

spesific oleh penyakit tertentu dan biasanya dihubungkan dengan faktor-faktor

yang terdapat di masyarakat, seperti umur, seks, pekerjaan, dan status sosial atau

periode waktu seperti hari, minggu, bulan, dan tahun.

Data mengenai sebab kematian yang spesifc ini sangat penting dan

bermanfaat sekali sebagai baseline data pada studi epidemiologi.. Untuk

mengetahui faktor-faktor risiko yang dapat menimbulkan kesakitan dan

kematian oleh penyakit tertentu di masyarakat serta dapat dipakai untuk estimasi

terdapat etiologi penyakit.

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 8

Page 9: vocaedumidwifery4.files.wordpress.com · Web viewSebuah daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) menunjukkan jumlah yang meninggal akibat penyakit tersebut adalah 83 dan yang terkena

Rumus : Specific death rate (SDR)

SDR = Jumlah Kematian (oleh sebab tertentu) dalam tahun berjalan x 1000 Jumlah penduduk pertengah tahun

/midyear population

Contoh :

Jumlah penduduk Indonesia pada pertengahan (1 Juli) tahun 2005

sebanyak 219.000.000, sedangkan Jumlah kematian penduduk Indonesia akibat

penyakit jantung sebanyak 5.000.000, Berapa Spesific death ratenya.

Perhitungan :

SDR = 5.000.000 x 1000 219.000.000

= 22,83 0/00.

3. Proportional Mortality Rate (PMR)

Merupakan proporsi angka kematian yang disebabkan oleh penyakit

tertentu atau terjadi pada umur tertentu, dan menjadi salah satu indikator

penting untuk melakukan estimasi penyebab kematian utama di suatu negara,

serta sering dipakai sebagai baseline data untuk perencanaan pelayanan

kesehatan.

Rumus :

PMR = Jumlah kematian sebab penyakit/Umur tertentu x 1000 Total seluruh kematian oleh semua penyakit/umurContoh :

Jumlah kematian penduduk Indonesia tahun 2005 sebanyak 1.451.000, dan

jumlah kematian akibat penyakit demam berdarah sebanyak 5005 . Berapa PMR

demam berdarah tahun 2005.

Perhitungan :

PMR = 5005 X 1000 1.451.000

= 0,34 0/00.

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 9

Page 10: vocaedumidwifery4.files.wordpress.com · Web viewSebuah daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) menunjukkan jumlah yang meninggal akibat penyakit tersebut adalah 83 dan yang terkena

4. Case Fatality Rate

Merupakan persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu yang

dipakai untuk menentukan derajat keganasan/kegawatan dari penyakit tersebut.

Rumus:

Case Fatality Rate = Jumlah kematian akibat suatu penyakit x 1000 Jumlah seluruh kasus penyakit yang sama

Contoh :

Jumlah kematian akibat kanker paru-paru di rumah sakit Banyumas di

laporkan sebanyak 56 orang, dan pasien yang dirawat dengan penyakit yang

sama sebanyak 112 orang. Berapa Case Fatality Rate penyakit tersebut.

Perhitungan

CFR = 56/112 x 1000

= 50 0/00.

5. Maternal Mortality Rate (MMR)/ Angka Kematian Ibu

Angka kematian ibu oleh sebab kehamilan, merupakan refleksi baik atau

tidaknya pelayanan obstetrik dan pengembangan status ekonomi masyarakat,

serta dapat juga dipakai sebagai salah satu indikator keberhasilan program

keluarga berencana.

Rumus :

MMR = Jumlah kematian ibu sebab hamil/melahirkan sampai 42 hari post partum x 1000

Jumlah seluruh kelahiran hidup pada tahun yang sama

Contoh :

Jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan di Indonesia pada tahun 2003

dilaporkan sebanyak 30.000 orang, dengan jumlah seluruh kelahiran hidup

sebanyak 1.800.000 orang. Berapa Maternal Mortality rate tahun 2003.

Perhitungan :

MMR = 30.000/1.800.000 x 1000

= 1,67 0/00

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 10

Page 11: vocaedumidwifery4.files.wordpress.com · Web viewSebuah daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) menunjukkan jumlah yang meninggal akibat penyakit tersebut adalah 83 dan yang terkena

Dalam pelaporan di Indonesia, angka kematian ibu (MMR) dihitung per 100.000

kelahiran hidup.

Rata-rata nasional AKI tahun 2007 adalah 228 per 100.000 LH.

6. Infant Mortality rate (Angka Kematian Bayi)

Angka kematian anak berumur kurang dari satu tahun, merupakan

parameter penting yang dipakai untuk menentukan status kesehatan masyarakat

meliputi keadaan tingkat ekonomi, sanitasi, gizi, pendidikan, dan fasilitas

kesehatan yang terdapat di suatu negara. Semakin besar infant mortality rate,

menunjukkan keadaan status kesehatan masyarakat yang semakin jelek, dan

begitu pula sebaliknya.

Rumus =

Infant Mortality rate = Jumlah kematian bayi/< 1 tahun X 1000 Jumlah kelahiran hidup

pada tahun yang sama

Contoh :

Hasil sensus penduduk di Indonesia tahun 2003 dilaporkan jumlah

kematian bayi <1 tahun sebanyak 30.000 orang dengan jumlah kelahiran hidup

sebesar 300.000 orang. Berapa infant Mortality rate tahun 2003.

Perhitungan :

IMR = 30.000/300.000 x 1000

= 10 0/00.

7. Neonatal Mortality Rate

Adalah :Jumlah kematian bayi umur 4 minggu atau 28 hari per

1000 kelahiran hidup.

Rumus :

Neonatal Mortality= Jumlah kematian bayi umur 4 minggu/28 hari x 1000Rate Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 11

Page 12: vocaedumidwifery4.files.wordpress.com · Web viewSebuah daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) menunjukkan jumlah yang meninggal akibat penyakit tersebut adalah 83 dan yang terkena

Contoh :

Hasil sensus di Indonesia pada tahun 2003 dilaporkan jumlah kematian

bayi umur 4 minggu sebanyak 40.000 dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak

500.000 orang. Berapa Neonatal Mortality Rate tahun 2003.

Perhitungan :

Neonatal Mortality Rate = 40.000/500.000 x 1000

= 8 0/00.

Neonatal Mortality Rate negara Indonesia pada tahun 2003 adalah 8 orang per

1000 penduduk.

8. Perinatal Mortality Rate

Adalah jumlah kematian janin umur 28 minggu sampai umur 7 hari

sesudah melahirkan per 1000 kelahiran hidup.

Rumus :

Perinatal Mortality = Jumlah Kematian janin umur 4 minggu Rate s/d 7 hari post partum x 1000

Jumlah kelahiran hidup pada tahun yang samaContoh :

Hasil sensus penduduk di Indonesia tahun 2003, dilaporkan jumlah

kematian janin umur 4 minggu s/d 7 hari post partum sebanyak 125.000,

sedangkan jumlah kelahiran hidup pada tahun 2003 sebanyak 500.000 orang.

Berapa Perinatal Mortality Rate tahun 2003.

Perhitungan :

Perinatal Mortality Rate = 125.000 X 1000 500.000

= 250 0/00.

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 12

Page 13: vocaedumidwifery4.files.wordpress.com · Web viewSebuah daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) menunjukkan jumlah yang meninggal akibat penyakit tersebut adalah 83 dan yang terkena

F. Sumber kesalahan pada pengukuran

Dalam mengukur frekuensi masalah kesehatan dapat terjadi kesalahan yang

umumnya berasal dari sumber yakni:

1. Kesalahan akibat penggunaan data yang tidak sesuai

Contoh : Timbulnya kesalahan karena penggunaan data yang tidak sesuai antara

lain:

a) Mempergunakan sumber data yang tidak representatif, misal

hanya data dari fasilitas pelayanan kesehatan saja, padahal sangat mungkin

cakupan fasilitas pelayanan terbatas, dan tidak semua masyarakat datang

berobat keperawatan fasilitas tersebut.

b) Memanfaatkan data dari hasil survei khusus yang pengambilan

respondennya tidak secara acak (kurang memenuhi syarat randomisasi).

c) Memanfaatkan data dari hasil survei khusus, yang sebagian

besar respodennya tidak memberikan jawaban (drop out).

2. Kesalahan akibat adanya faktor “bias”

Bias adalah terdapatnya perbedaan antara hasil pengukuran dengan nilai

yang sebenarnya. Kesalahan karena bias dapat berasal dari pengumpul data dan

atau dari masyarakat yang dikumpulkan datanya. Contoh kesalahan dari

pengumpul data antara lain :

a. Mempergunakan alat ukur yang berbeda-beda atau yang tidak distandarisasi

b. Mempergunakan teknik pengukuran yang berbeda-beda

c. Mempergunakan cara pencatatan hasil yang berbeda-beda.

Sedangkan contoh kesalahan karena bias yang bersumber dari masyarakat :

a) Terdapatnya perbedaan persepsi masyarakat akan penyakit yang ditanyakan.

b) Terdapatnya perbedaan respon terhadap alat ataupun test yang dipergunakan.

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 13

Page 14: vocaedumidwifery4.files.wordpress.com · Web viewSebuah daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) menunjukkan jumlah yang meninggal akibat penyakit tersebut adalah 83 dan yang terkena

Soal Latihan (dikumpulkan per individu) :

1. Sebuah daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) menunjukkan jumlah

yang meninggal akibat penyakit tersebut adalah 83 dan yang terkena DBD sejumlah

102. Berapa CFR-nya ?

2. Berapa angka kematian bayi jika diketahui bahwa Jumlah kematian bayi <1 tahun

sebanyak 37.000, dengan jumlah kelahiran hidup sebesar 1.050.000 ? (Hitung per

1000 kelahiran hidup)

3. Jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan di sebuah daerah dilaporkan sebanyak

21.500 orang, dengan jumlah seluruh kelahiran hidup sebanyak 5.514.000 orang.

Berapa angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup ?

4. Perhatikan data berikut ini :

Januari Februari Maret April Mei Juni A

B C

D E FG

H I

Pertanyaan :

a. Incidence Rate untuk kasus di atas pada periode Februari – Mei adalah .....

b. Prevalence Rate untuk kasus di atas pada periode Januari – April adalah ....

- o O o –

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 14

Page 15: vocaedumidwifery4.files.wordpress.com · Web viewSebuah daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD) menunjukkan jumlah yang meninggal akibat penyakit tersebut adalah 83 dan yang terkena

Materi Epidemilogi – Prodi D3 Bidan – Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 15