laskarimpiansite.files.wordpress.com€¦ · web view2017-10-19 · daftar pustaka. 24. bab i....
TRANSCRIPT
AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN
GERAKAN JAMAAH DAN DAKWAH JAMAAH
Kelompok III
Aidatul Nurjanah 412016018
Arman Tika 412014009
Preli Yulianto 412016009
Tri setiawan 412016030
Jurusan/Semester : Agribisnis A/III
Dosen Pengasuh : Rulitawati, S.Ag. M.Pd.I
FAKULTAS PERTANIAN PRODI AGRIBISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Al-islam
Kemuhammadiyahan yang berjudul “Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah”
Dalam proses pembuatan makalah ini penulis banyak mengalami kendala, namun
itu semua dapat teratasi berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan sumbangan yang berarti
kepada pembaca. Kami selaku penyusun tugas makalah ini sangat sadar bahwa
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari teman-
teman, dan Pembimbing yang sangat kami harapkan agar tugas berikutnya dapat
lebih baik lagi.
Palembang, 03 Oktober 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................IDaftar Isi.......................................................................................................II
BAB II PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................1B. Rumusan Masalah..............................................................................2C. Tujuan Masalah..................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Dakwah..............................................................................................31. Akidah..........................................................................................42. Akhlaq..........................................................................................5
B. Pengertian tentang Jamaah.................................................................6C. Pengertian tentang Hidup Berjamaah................................................7,8D. Pengertian tentang Inti Jamaah..........................................................9E. Organisasi Jamaah.............................................................................10,11F. Lokasi Gerakan Jamaah Dan Dakwah Jamaah..................................12G. Peranan Ranting dalam Gerakan Jamaah dam Dakwah Jamaah.............13
a. Pelayanan Ibadah sesuai Tuntunan Rasullah...................14,15,163. Penataan pengumpulan dan Penyaluran ZIS..............17
1. Penyiapan sarana dua sholat idh.............................182. Penataan Kehidupan Bermasyarakat.......................19
b) Pembentukan Jamaah.........................................20H. Diskusi Permasalahan dalam Lapangan.......................................21,22
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................23B. Saran............................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangan zaman dari sejak dulu sampai sekarang, banyak sekali hal-hal yang dilakukan umat manusia, khususnya umat islam yang mulai melenceng dari agama. Seperti yang kita semua kenal, sesajen merupakan hal yang lumrah yang sering kita dengar, yang sering dilakukan orang-orang untuk menyembah dan meminta apa yang diharapkannya.Maka dari itu, banyak hal yang dilakukan oleh sosok KH.Ahmad Dahlan, antara lain factor intern (factor dalam) dan extern (factor luar). Factor dalam umat dan masyarakat kita yang diliputi bid’ah, khurafat, tahayul, jumud, dan ta’asub; factor luar adanya penjajahan dan usaha-usaha kristenisasi, yang akibatnya kemerosotan dan kemunduran total bangsa Indonesia.
Dengan Pemikirannya yang sangat luas KH.Ahmad Dahlan membentuk sebuah organisasi yaitu bernama Muhammadiyah. Persyerikatan Muhammadiyah yang didirikan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H atau 18 November 1912 M di Kauman Yogyakarta Menurut asal katanya diambil dari bahasa arab yang berarti “Muhammad” adalah nama rasul terakhir Muhammad saw, “iyah” berarti pengikut, jadi muhammadiyah adalah pengikut Nabi Muhammad saw. Dengan kata lain Muhammadiyah itu adalah umat islam yang hidup dan kehidupannya mengikuti, mencintai dan menghidupkan sunnah, tuntunan dan pelajaran serta melangsungkan usaha Da’wah Islam A’mar Ma’ruf Nahi Munkar.Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah, maka muhammadiyah berhadapan dengan tantangan cultural. Suatu hal tak perlu ditanyakan lagi , bahwa tantangan itu berasal dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang pesat yang banyak membawa perubahan, boleh dikata dalam semua lapangan kehidupan.
Muhammadiyah dikenal sebagai Gerakan Dakwah Islam, Amar Ma’ruf Nahi Munkar (memerintahkan kebajikan/kebaikan dan mencegah kemungkaran atau apa saja yang diingkari dan ditolak oleh islam). Penegasan seperti ini jelas menggambarkan komitmen Muhammadiyah terhadap Surat Al-Imran ayat 104, suatu ayat yang menjadi factor utama yang melatarbelakangi berdirinya perjuangan gerakan Muhammadiyah.Berdasarkan ayat tersebut Muhammadiyah meletakkan khittah atau strategi dasar perjuangannya, yaitu Dakwah (menyeru, mengajak) Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar dengan masyarakat sebagai medan/kancah perjuangannya.
Muhammadiyah berkiprah ditengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai amal usaha yang benar-benar dapat menyentuh hajat orang banyak semacam berbagai ragam lembaga pendidikan dari sejak Taman Kanak-kanak, hingga Perguruan Tinggi, membangun sekian banyak Rumah Sakit, Panti Asuhan, dsb. Seluruh amal usaha diadakan dengan niat dan tujuan yang tunggal, yaitu dijadikan sarana dan wahana dakwah islam sebagaimana yang diajarkan oleh Al-Quran dan As-sunnah Shahihah.
B. Rumusan Masalaha. Apa yang dimaksud dakwah, jamaah, hidup jamaah dan inti jamaah ?b. Apa organisasi jamaah?c. Dimana lokasi gerakaan jamaah dan dakwah jamaah?d. Apa Peranan ranting dalam gerakan jamaah dan gerakan jamah?e. Bagaimana penataan pengumpulan dan pengumpulan ZIS?f. Bagaimana diskusi permasalahan lapangan?
C. Tujuan Penulisan Makalaha. Untuk mengetahui gerakan jamaah dan dakwah jamaah secara umum,b. Untuk mengetahui organisasi jamaah,c. Agar tau lokasi gerakan jamaah dan dakwah jamaah, dand. Untuk mengetahui peranan ranting dalam gerakan gerakan jamaah, dan
gerakan jamaah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dakwah
Menurut syekh Ali Mahfudz dalam kitab Hidayat al-Mursyidin
mendifinisikan dakwah islamiyyah adalah sebagaiberikut “upaya membawa
(mendorong) manusia kepada kebajikan, petunjuk danbimbingan-bimbingan
(ilahiah), beramar Ma’ruf nahi munkar, untuk menggapai keberhasilan hidup
dunia dan akhirat”. Dalam kaitan ini,kajian tentang esensi dakwah diarahkan
kepada telaah atas beberapa ayat penting yang berkaitan dengan dakwah dan
sering menjadi acuan dari gerakan Muhammadiyah maupun ortomnya, yaitu Q.S
Ali Imran[3]:104
�مرون ." ويأ �ر �خي ال إلى يد�عون أمة �كم� من �تكن� ول�مف�لحون ال هم وأولئك �كر �من ال عن �هو�ن وين �مع�روف بال
(QS Ali-Imran:104)
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar
merekalah orang-orang yang beruntung.
Ayat di atas membicarakan bagaimana menegakkan dan memeliharan masyarakat
yang beriman dan bertaqwa kepada allah yakni dengan jalan dakwah dan amar
ma’ruf nahi mungkar. Maka pembahasan ayat ini biasanya mencakup tentang
cukupan kewajiban dakwah,materi dakwah,langkah-langkah dakwah, dan tujuan
akhir dakwah islam.
a. Pengembangan Konsep Dakwah Muhammdiyah
Sebagai gerakan dakwah yang multidimensi, muhammadiyah senantiasa
melakukan revitalisasi sebagai upaya penguatan terus menerus langkah-langkah
dakwah, baik secara kualitifmaupun kuantitatif menuju terwujudnya cita-cita dan
tujuan muhammdiyah, yaitu masyarakat islam yang sebenar benarnya.
Muhammdiyah memandang bahwa dakwah memiliki pengertian yang luas, yakni
dengan tujuan untuk mengajak seseorang atau sekelompok orang(masyarakat)
agar memeluk dan mengamalkan ajaran islam kedalam kehidupan nyata.Tujuan
dakwah Islamiyah secara proporsional meliputi tiga sasaran yaitu:
1. Agar supaya umat manusia menyembah kepada Allah, tidak
mempersyarikatkan-Nya dengan sesuatu, dan tidak menyembah Tuhan
selain Allah semata-mata.
2. Agar supaya umat manusia bersedia menerima islam sebagai
agamanya, memurnikan keyakinan, hanya mengakui Allah sebagai
Tuhannya, membersihkan jiwanya dari penyakit nifaq dan selalu
menjaga amal perbuatannya agar tidak bertentangan dengan ajaran
agama yang diianutnya.
3. Dakwah islamiyah ditujukan untuk mengubah sistem pemerintahan ke
dalam pemerintahan islam. Dalam matan kepribadian Muhammadiyah
dinyatakan bahwa “maksud” Gerakan Dakwah Islam Amar Ma’ruf
Nahi Munkar yang ditujukan kepada dua bidang yaitu Perseorangan
dan masyarakat.
Pada kategori ini sifat dakwah yang digerakkan muhammadiyah berbeda-beda
disesuaikan dengan karakter, situasi dan kondisi masing-masing.
b. Sifat Dakwah kepada orang yang sudah Islam (Umat Ijabah)
Sifat dakwah yang ditujukan kepada orang yang sudah islam bukan lagi
bersifat ajakan untuk menerima islam sebagai keyakinan, akan tetapi bersifat
Tajdid dalam arti pemurnian. Artinya bahwa tajdid yang dikenakan pada golongan
ini adalah bersifat menata kembali amal keagamaan mereka sedemikian bersih
dan murninya.Sebagaiman yang diajarkan oleh Allah dan Rsul-rasul-Nya. Tajdid
terhadap amal keberagamaan umat Ijamah meiputi beberapa bidang, yaitu :
1. Akidah
Akidah yaitu ajaran yang berhubungan dengan kepercayaan keyakinan
hidup.Pada bidang ini tekanan Tajdid yang perlu mendapat perhatian cukup serius
adalah dalam bidang ajaran tauhid, seperti 3 bentuk penyakit yang ditegaskan
dalam Matan yaitu Syirik, Bid’ah, Khurafat. Contohnya adalah : memakai
kalung/benang penangkal bala (syirik), masih mempercayai faham animisme dan
dinamisme (khurafat).
2. Akhlaq
Tajdid dalam bidang Akhlaq adalah berupa mendidikkan dan mendayakan
sikap hidup yang mulia dan terpuji dan bersamaan dengan hal tersebut
menuntunkan untuk melepaskan diri dari sikap dan kebiasaan hidup yang tercela
dan menjijikan. Dalam matan keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah
dinyatakan bahwa Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlaq
mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-Quran dan Sunnah Rasul,
tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia.
3. Ibadah
Tajdid dalam bidang ibadah terhadap orang yang sudah islam adalah
menuntunkan ibadah sebagaimana yang dituntunkan oleh Rasulullah saw tanpa
tambahan/perubahan dari manusia (bid’ah) serta menghilangkan kebiasaan berniat
Taqliq/membeo.
4. Muamalat Duniawiyat
Tajdid dalam bidang Muamalat Duniawiyat ini adalah dalam bentuk
membimbingkan, menuntunkan kepada mereka agar dalam berkiprah ditengah-
tengah masyarakat dengan berbagai kegiatannya mereka selalu berpedoman
kepada qaidah-qaidah yang telah digariskan oleh ajaran agama.
5. Sifat dakwah kepada orang yang belum islam
Dakwah islam kepada orang yang belum islam adalah merupakan ajakan,
seruan dan panggilan yang bersifat menggembirakan, menyenangkan atau tabsyir.
Adapun tujuan utamanya adalahagar mereka bisa mengerti, memahami ajaran
Islam, dan kemudian mau menerima Islam sebagai agamanya, dilakukan dengan
menunjukkan Mahasinul-Islam (keindahan islam) dengan keterangan-keterangan
dan tingkah laku (contoh teladan) serta tanpa paksaan.
Dakwah terhadap orang yang belum islam hendaknya lebih dikedepankan Islam
dari sisi yang menggembirakan, yang ringan-ringan, yang dapat menimbulkan
kesan bahwa sesungguhnya beragama islam itu ternyata mudah dan
menggembirakan, bukan menambah beban dan tidak akan menimbulkan
kesusahan dan kesulitan.
c. Gerakan Jama'ah dan Dakwah Jama'ah Muhammadiyah
Gerakan yang dimaksud dalam rangka gerakan jama'ah dan dakwah
jama'ah disini adalah suatu usaha Persyarikatan Muhammadiyah, melalui
anggotanya yang tersebar di seluruh tanah air, untuk secara serempak teratur dan
terencanameningkatkan keaktifannya dalam membina lingkungannya ke arah
kehidupan yangsejahtera lahir dan batin.
B. Pengertian tentang jama'ah
Jama'ah adalah suatu bentuk kehidupan bersama sekelompok orang yang
tujuannya membina hidup berjama'ah. Pengertian sekelompok orang yang
dimaksud adalah sekelompok keluarga yang tempat tinggalnya saling berdekatan,
tidak membedakan golongan, baik agama, status sosial maupun mata
pencaharian .Kelompok itu-oleh sekelompok kecil anggota Muhammadiyah yang
ada didalamnya diusahakan dapat terwujud suatu kehidupan yang sejahtera, lahir
dan batin, bagi segenap anggota kelompok, sehingga merupakan satu kesatuan
kehidupan bersama dan serasi, yang selanjutnya dapat menyumbangkan
kemampuannyauntuk ikut serta membangun bangsa dan negaranya.Sekelompok
anggota Muhammadiyah yang mengambil inisiatif itu, disebut intijama'ah, yang
membentuk dirinya sebagai potensi penggerak kelompok (group dinamics).Alasan
untuk menempatkan diri sebagai inti jama'ah bagi anggota Muhammadiyahini,
tidak lain karena didorong oleh rasa tanggung jawabnya sebagai muslim
yangmelaksanakan ajaran agamanya, sebagai ibadahnya kepada Allah subhanahu
wata'ala.Oleh karena itu, niat untuk membentuk jama'ah adalah semata-mata
untukmendapat ridha Allah subhanahu wa ta'ala, tidak dikerjakan untuk
menyusunkekuatan politik atau golongan, tidak pula untuk kepentingan
pribadinya.Kesejahteraan hidup adalah milik dan kepentingan bersama bagi setiap
orang,setiap keluarga, setiap kelompok.Jama'ah sebagai bentuk kehidupan
bersama tidak selalu harus dimulai denganmembentuk organisasi jama'ah yang
nyata (kongkrit).Titik berat gerakan iniadalah menyebarkan dan mengembangkan
ide hidup berjama'ah.Bentuk organisasijama'ah tidak boleh dipaksakan.Akan
tetapi pengelompokan anggota Muhammadiyahmenjadi inti jama'ah menjadi
sarana yang paling dekat untuk dicapai olehPersyarikatan.Dengan melalui
pertemuan dan lain sebagainya inti-inti jama'ah ini melangkahkan kakinya untuk
memprakarsai hidup berjama'ah di lingkungan tempat tinggalnya dan kalau situasi
dan kondisi setempat mengizinkan, melangkah lebih jauh untuk mewujudkan
jama'ah sebagai lembaga sosial yang terbukti memang dikehendaki dan
dibutuhkan masyarakat (sosial need).
C. Pengertian tentang Hidup Jama'ah
Bahwa hidup berjama'ah seperti yang dijelaskan di atas bisa tumbuh dan
berkembang dengan sendirinya, apalagi bisa teratur dan berencana mudah kita
duga.Manusia sebagai makhluk sosial, yang secara fitrahnya harus hidup
berkelompokkarena saling membutuhkan.Tetapi manusiapun disifati sebagai
makhluk individual, yang terjadi dari jiwa raga yang tak terpisahkan, dengan
cipta, rasa dan karsanya itu memiliki kemampuan untuk membebaskan dirinya
dari ikatan lingkungannya, walapun hanya di dalam hatinya.Oleh karena itu sifat
egoistis-mementingkan diri sendiri, sering lebih menonjol dari sifat sosialnya.Dari
pokok pangkal pikiran ini, kita mudah menduga bahwa hasrat untuk hidup
berjama'ah tidak bisa tumbuh dan berkembang sendiri.Harus ada sekelompok
kecil di tengah-tengah kelompok yang lebih besar yang membentuk dirinya
menjadi inti kelompok -dus inti jama'ah- mengajak untuk hidup sejahtera,
membina kebaikandan menjauhkan kemungkaran.Hidup berjama'ah harus
dida'wahkan, tetapi tidak cukup hanya dengan khutbah-khutbah di masjid atau
ceramah-ceramah di dalam pengajian-pengajian; pendeknya tidak cukup
diomongkan.Hidup berjama'ah harus diprakarsai muballigh (inti jama'ah) dan
umat yangdida'wahi (calon jama'ah)nya harus merupakan satu pernyataan hidup
bersama. Apayang dida'wahkan si muballigh - baik materi maupun sasarannya,
baik langsungmaupun tidak langsung akan menyangkut dan mengenai pribadi si
muballigh.Oleh karena itu sistem da'wah dalam rangka menimbulkan hidup
berjama'ah ini tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Tujuannya
a. Menumbuhkan dan membina hidup berjamaah yaitu hidup bersama yang
serasi,rukun dan dinamis;
b. Menumbuhkan dan membina hidup sejahtera, yakni hidup yang
terpenuhikebutuhan lahir dan batin bagi segenap warga jama'ah;
c. Kesemuanya itu untuk mengantarkan warga jama'ah dalam pengabdiannya
kepadaAllah subhanahu wa ta'ala, kepada bangsa dan negara serta
kemaslahatan manusiapada umumnya.
Materinya adalah sebagai berikut:
1. Bidang pendidikan: menumbuhkan kesadaran dan memberikan
pengertian tentangmutlak perlunya pendidikan bagi anak-anak dan
generasi muda, khususnyapendidikan agamanya, untuk menjadi
pegangan hidup dan kehidupannya di masadepan;
2. Bidang sosial: membina kehidupan yang serasi antara keluarga yang
satudengan yang lainnya, saling tolong menolong dan bantu
membantu mengatasikesulitan yang sedang dialami oleh anggota
jama'ahnya. Menghilangkan sifategois dan menutup diri;
3. Bidang ekonomi: berusaha mencegah kesulitan-kesulitan ekonomi/
penghidupanyang dialami oleh anggota jama'ahnya, antara lain
dengan membantu permodalan,mencarikan pekerjaan, memberikan
latihan ketrampilan/ keahlian dan sebagainya;
4. Bidang kebudayaan: membina kebudayaan yang tidak bertentangan
dengan Islamsebagai sarana / alat da'wah dan mengikis/
menghindarkan pengaruh kebudayaanang merusak, dari manapun
datangnya;
5. Bidang hukum: membina kesadaran dan memberikan pengertian
tentang tertibhukum untuk kebaikan bersama dalam kemasyarakatan.
Melaksanakan danmempraktekkan ajaran-ajaran agama (Islam) yang
berhubungan dengan mu'amalahduniawiyah;
6. Bidang hubungan luar negeri (solidaritas): menumbuhkan rasa setia
kawan danimpati terhadap sesama umat Islam khususnya dan umat
manusia umumnya yangsedang mengalami musibah, penderitaan,
penindasan dan sebagainya kemudianmenyata-laksanakannya dengan
mengumpulkan bantuan dan sebagainya.
Metodenya
a) Dakwah jama'ah dilaksanakan oleh sekelompok kecil warga jama'ah
(intijama'ah) yang ditujukan kepada kelompok (jama'ahnya);
b) Inti jama'ah bertindak sebagai penggerak kelompok yang
merencanakan,melaksanakan dan menilai langkah-langkah dan materi
da'wahnya;
c) Dakwah jama'ah menggunakan teknik-teknik pembinaan masyarakat
(communitydevelopment).
Sifatnya
1) Da'wah jama'ah dilaksanakan atas nama pribadi masing-masing muballigh;
2) Da'wah jama'ah bersifat informil, artinya tidak mengikatkan dirinya
kepadainstansi / lembaga yang formil;
3) Instansi/lembaga-lembaga masyarakat yang ada menjadi tempat
menyalurkankegiatan warga berjama'ah.
D. Pengertian tentang inti jama'ah
1. Inti jama'ah terjadi dari anggota Muhammadiyah. Satu inti jama'ah
terdiridari sekitar 3 (tiga) sampai 7 (tujuh orang, dari pria dan wanita;
2. Ruang gerak satu inti jama'ah sekurang-kurangnya meliputi satu
rukuntetangga (RT), seluas-luasnya meliputi satu rukun kampung / warga /
dukuh;
3. Tugas inti jama'ah adalah melaksanakan dan merencakan da'wah jama'ah
sertadinilai hasil-hasilnya untuk langkah-langkah perubahan;
4. Inti-inti jama'ah di satu keluarga saling mengkoordinir dan
menyeleraskankegiatan menjadi satu unit gerakan jama'ah.
Unit-unit ini yang menjadi salauran komunikasi dengan induk organisasi
Muhammadiyah;
a. Keanggotaan inti jama'ah serta pembagian tugas perhatiannya
diatur/dimusyawarahkan bersama oleh anggota Muhammadiyah dalam
satu jama'ah.Apabila di dalam satu jama'ah terdapat kelebihan anggota
Muhammadiyah, tugasinti jama'ah dapat digilirkan secara periodik.
Anggota yang kebetulan tidakmenjadi inti jama'ah berfungsi sebagai
pendukung dan pelopor kegiatanjama'ahnya. Kelebihan anggota tersebut
dapat ditugaskan untuk membina tempatlain yang tidak terdapat anggota
Muhammadiyah di dalamnya;
b. Apabila bentuk jama'ah sudah gatra (maujud), inti jama'ah
mempersiapkanterbentuknya organisasi jama'ah dengan mempersiapkan
pamong jam'ahnya;
c. Di dalam hal organisasi jama'ah belum terwujud, inti jama'ah
berfungsisebagai pamong jama'ah sementara. Kalau organisasi jama'ah dan
pamong jama'ahsudah terwujud, inti jama'ah dapat mengintegrasikan diri
ke dalamnya atauberdiri di luar sebagai pembantu, aktif menjadi sumber
inspirasi dan kreasikegiatan jama'ahnya.
E. Organisasi jama'ah
Organisasi jama'ah adalah organisasi yang informal, dalam arti tidak terikatdan
bertanggungjawab kepada organisasi lain.Organisasi ini lahir sebagai proses yang
wajar dari kebutuhan kelompokmasyarakat di suatu tempat, sebagai akibat dari
suksesnya dakwah jama'ah yangdilaksanakan oleh inti jama'ah. Organisasi
jama'ah tidak dapat dipaksakanadanya. (Nama jama'ah itu sendiri tidak mutlak
harus dipergunakan sekiranyajustru akan menghambat pengertian hidup
berjama'ah).
a. Di dalam satu lingkungan tempat di mana semua atau sebagian
besarpenghuninya warga Muhammadiyah, masalah terbentuknya
organisasi jama'ah tidakperlu dipersoalkan. Karena ide hidup berjama'ah
memang sudah menjadi sebagiandari kepribadiannya; maka timbulnya
organisasi jama'ah berfungsi sebagaiintensifikasi semangat dan kegiatan
hidup berjama'ah;
b. Organisasi jama'ah dipimpin oleh pamong jama'ah yang terjadi dari
wargajama'ah dan terdiri dari Bapak dan Ibu jama'ah dengan beberapa
pembantu. Ibudan Bapak jama'ah dipilih dari dan oleh warga jama'ah
sebagai sesepuh/tertualingkungan itu. Sedang pembantu-pembantunya
terdiri dari tenaga-tenaga mudayang lincah dan penuh daya kreasi dan
bertanggungjawab kepada Bapak dan Ibujama'ah;
c. Pamong jama'ah bisa terjadi, sebagian dari inti jama'ah atau seluruhnya,
atau dapat pula inti jama'ah ada di luar pamong jama'ah
d. Tugas pamong jama'ah adalah memimpin dan mengantarkan jama'ahnya
menuju kekehidupan berjama'ah yang sejahtera. Menampung dan
menyalurkan ide-ide kegiatandan kebutuhan-kebutuhan hidup warganya
yang sesuai dengan sasaran hidupberjama'ah yang sejahtera;
e. Saluran ide-ide, kegiatan dan kebutuhan warga jamaah dapat ditumbuhkan
dalamjama'ah atau memanfaatkan instansi / lembaga yang telah ada di luar
jama'ah;
f. Sekali lagi perlu ditegaskan, bahwa secara resmi jama'ah tidak
adahubungannya dengan organisasi Muhammadiyah; yang ada hubungan
secaraorganisatoris adalah antara anggota Muhammadiyah (sebagai warga
jama'ah yangmenjadi inti jama'ah) dengan Muhammadiyah (Ranting).
F. Lokasi gerak jama'ah dan dakwah Jama'ah
a. Gerakan jama'ah dan dakwah jama'ah bertitik tolak pada pembinaan
mentalpribadi warga jama'ah dalam keluarganya dan dalam lingkungan
tetangganya;
b. Pembinaan ini dapat melalui sarana-sarana intern jama'ah dan dapat
memanfaatkansarana/fasilitas di luar jama'ah. Secara rutin pamong jama'ah
memperhatikansituasi dan kondisi warga jama'ahnya, mengamati rumah
tangganya dan suasanahidup bertetangga. Masalah-masalah yang tampak
segera ditangani, yaitu dicaripemecahannya baik secara langsung maupun
tidak langsung.Ide-ide yang positif dan kreatif diusahakan melalui
musyawarah, sehinggamenjadi milik bersama dan tanggung jawab
bersama jama'ahnya.
c. Selanjutnya gerakan jama'ah dan dakwah jama'ah meluaskan
pandangannya seluasbatas-batas kelurahan tempat jama'ah-jama'ah. Ada
inisiatif inti-inti jama'ahyang tergantung dalam unit gerakan jama'ah;
Jama'ah-jama'ah diajakberpartisipasi dalam pembangunan kelurahannya
(pembangunan desa/ kota).Kompetensi Da'i Pendamping sebagai berikut :
1. Kompetensi Subtantif
a) Ikhlas
b) Amanah
c) Shidq (Kejujuran ) : Perkataan, niat dan kehendak, 'azm/tekad,
menepati janji
d) dan dalam bekerja.
* Akhlaq karimah: rahmah, rifq (lemah lembut) dan hilm (santun), sabar, hirsh
(mencintai dan perhatian kepada mad'uw/audiens)
* Pemahaman Islam yang komprehensif
* Pemahaman akan hakekat dakwah/Fikih dakwah
* Mengenal lingkungan
1. Kompetensi Metodologis
Kompetensi metodologis adalah sejumlah kemampuan yang dituntut oleh seorang
da'i pendamping jama'ah yang berkaitan dengan masalah perencanaan dan metode
dakwah. Dengan ungkapan lain, kompetensi metodologis ialah kemampuan
profesional yang ada pada diri da'i pendamping jama'ah sehingga ia :
a) Mampu membuat perencanaan dakwah (persiapan, kegiatan dakwah)
yang akan dilakukan dengan baik dan sekaligus mampu melaksanakan
perencanaannya.,
b) Da'i pendamping jama'ah harus mampu mengidentifikasi permasalahan
dakwah yang dihadapi, yaitu mampu mendiagnosis dan mengemukakan
kondisi "keberagamaan" obyek dakwah yang dihadapi, baik pada tingkat
individu maupun tingkat masyarakat.,
c) Da'i pendamping jama'ah harus mampu mencari dan mendapatkan
informasi mengenai ciri-ciri obyektif dan subyektif obyek dakwah serta
kondisi lingkungannya,
d) Berdasarkan informasi yang diperoleh dengan kemampuan pertama dan
kedua di atas, seorang da'i pendamping jama'ah akan mampu menyusun
langkah perencanaan bagi kegiatan dakwah yang dilakukan,
e) Kemampuan untuk merealisasikan perencanaan tersebut dalam
pelaksanaan kegiatan dakwahmenentukan, tetapi faktor latihan (dan
pengalaman) akan sangat menunjang kompetensi ini.
G. Peranan ranting dalam gerakan jamaah dan dakwah jamaah
Misi sosial Ranting Muhammadiyah pada dasarnya adalah perwujudan
dari shodaqoh jariyah.Arti dari kata jariyah sendiri ialah mengalir, sehingga
shodaqoh jariyah sering diartikan shodaqoh yang pahalanyaa terus mengalir
meskipun orang yang melakukannya telah meninggal dunia.Makna shodaqoh
tidak hanya berbentuk pemberian barang atau uang kepada yang membutuhkan,
namun sangat luas cakupannya. Rasulullah bersabda: “Senyummu terhadap
wajah saudaramu adalah shodaqoh.” (HR. Tirmidzi).
Bahkan dalam sebuah sabdanya Rasulullah meyebutkan bahwa hubungan
intim suami istri pun bernilai shodaqoh. Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata, “Sesungguhnya sebagian dari para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah,
orang-orang kaya lebih banyak mendapat pahala, mereka mengerjakan shalat
sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, dan
mereka bershodaqoh dengan kelebihan harta mereka”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan bagi kamu sesuatu untuk
bershodaqoh?Sesungguhnya tiap-tiap tasbih adalah shodaqoh, tiap-tiap tahmid
adalah shodaqoh, tiap-tiap tahlil adalah shodaqoh, menyuruh kepada kebaikan
adalah shodaqoh, mencegah kemungkaran adalah shodaqoh dan persetubuhan
salah seorang di antara kamu (dengan istrinya) adalah shodaqoh“.Mereka
bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah (jika) salah seorang di antara kami
memenuhi syahwatnya, ia mendapat pahala?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab, “Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada
yang haram, dia berdosa. Demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu pada
yang halal, ia mendapat pahala” (HR. Muslim no. 2376).
Secara fungsional shodaqoh adalah suatu usaha “menggembirakan” orang
lain yang tidak bertentangan dengan ajaran agama. Meskipun beberapa ulama
mengartikann shodaqoh jariyah itu adalah wakaf, namun dengan pengertian di
atas bisa kita simpulkan bahwa semua usaha untuk menggembirakan orang lain
yang berkelanjutan (tidak hanya dirasakan sekali saja manfaatnya) bisa
digolongkan sebagai shodaqoh jariyah. Tentu saja jika hal itu tidak bertentangan
dengan perintah dan larangan Allah.Misi sosial untuk “menggembirakan” dalam
gerakan dakwah yang dilakukan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah
setidaknya ada dua:
a. Pelayanan ibadah sesuai dengan tuntunan Rasulullah
Allah berfirman: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzab [33]:
21).
Ada dua syarat diterimanya ibadah, yaitu ikhlas dan sesuai dengam
tuntunan Rasulullah.Syarat pertama mendasari gerakan meluruskan niat dalam
dakwah akar rumput, dan dalam hal ini masuk dalam misi keilmuan.Sedang syarat
kedua mendasari gerakan pelayanan ibadah sesuai dengan tuntunan Rasulullah,
dan dalam hal ini masuk dalam misi sosial. Salah satu bentuk pelayanan ibadah
sesuai dengan tuntunan Rasulullah ialah meluruskan shaf sholat di masjid atau
mushola yang dikelola sehingga dengan pelurusan itu maka setiap orang yang
sholat di sana akan mengirimkan pahala yang terus mengalir bagi mereka yang
berjasa meluruskan shaf sesuai tuntunan Rasulullah itu. Itu hanyalah satu contoh
kecil dari misi sosial dalam bentuk pengelolaan masjid/mushola sesuai tuntunan
Rasulullah. Secara umum ada beberapa bentuk pelayanan ibadah ini yang
merupakan bagian dari misi sosial, yaitu:
1. Pengelolaan masjid/mushola sesuai tuntunan Rasulullah
Masjid dan mushola pada prinsipnya didirikan sebagai tempat ibadah,
meski dalam GJDJ atau Gerakan Jamaah Dakwah Jamaah peran masjid tidak
hanya itu.Sebagai tempat ibadah, maka pengelolanya punya amanah untuk
berusaha dengan sungguh-sungguh agar pelayanan ibadah di dalamnya benar-
benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Untuk menjamin terselenggaranya
peribadatan seperti itu secara terus menerus maka dibutuhkan:
Pembinaan Imam (agar sholatnya sesuai dengan tuntunan Rasulullah, dengan
bacaan Qur’an yang baik, dan hafalan Qur’an yang memadai) Pembinaan
Khatib/Penceramah (agar yang disampaikan kepada jamaah benar-benar sesuai
dengan tuntunan Rasulullah). Pembinaan Takmir (agar masjid tetap dalam
komitmen mendukung GJDJ atau terikat secara organisatoris dengan dakwah akar
rumput seperti halnya dengan PRM).
2. Penataan tata cara dan sistem perawatan jenazah
Perawatan jenazah adalah kegiatan sosial yang sesungguhnya penting
dalam misi sosial dakwah justru karena menyinggung persoalan budaya setempat
dan dalam beberapa aspek menyentuh problematika kemiskinan di wilayah-
wilayah tertentu.Perawatan jenazah meliputi pemandian jenazah, pengkafanan,
penjelasan tentang adanya kewajiban penanggungan hutang jenazah,
mensholatkan jenazah, dan upacara pemberangkatan jenazah, serta
penguburan.Untuk mendukung perawatan jenazah tersebut butuh prasarana dan
sumber daya manusia yang memadai.
Perlu dipertegas, sebenarnya misi sosial perawatan jenazah hanya cukup
sampai di penguburan. Hanya saja tak jarang karena faktor budaya, dalam praktik
di beberapa tempat, setelah jenazah dikuburkan keluarga yang menyandang duka
masih harus ketanggungan untuk mengadakan tahlilan atau yasinan selama
beberapa hari dan kemudian masih ada peringatan kematian pada 7 hari, 40 hari,
100 hari, dan 1000 hari setelah jenazah meninggal dunia. Hal ini perlu perlakuan
dakwah yang tegas namun dengan cara bijak, karena menyangkut tradisi yang
mengakar di satu sisi dan persoalan kemiskinan di sisi lain.
Dari beberapa temuan, karena hal itu seakan menjadi keharusan tak jarang
sebuah keluarga yang miskin harus mengada-adakan doa setelah peguburan dan
peringatan kematian itu dengan berhutang kesana kemari. Orang-orang kaya di
wilayah tersebut punya peran dalam menciptakan kondisi seakan-akan ada
keharusan ada doa, tahlilan, atau yasinan serta peringatan kematian setelah
penguburan jenazah. Karena mereka punya uang dan melakukan hal itu, maka
yang miskin-miskin juga menganggap hal itu menjadi hal yang penting dan
disyariatkan dalam agama sehingga berusaha melakukan itu sampai mengada-
adakan dengan berhutang segala.
Dalam tulisan ini tidak akan diperinci bagaimana tata cara pemandian
jenazah, pengkafanan, penjelasan tentang adanya kewajiban penanggungan hutang
jenazah, mensholatkan jenazah, dan upacara pemberangkatan jenazah, serta
penguburan. Namun prinsipnya adalah bagaimana Pimpinan Ranting
Muhammadiyah dapat menyediakan pelayanan perawatan jenazah sesuai tuntunan
Rasulullah termasuk juga membuatkan sistemnya di kampung atau desa wilayah
dakwahnya.
Praktik di PRM Wirobrajan Yogyakarta bisa dijadikan contoh.Mereka
menunjuk orang untuk melayani perawatan jenazah yang disebut Rois.Ada dua
orang Rois yang secara keimuan sudah dibekali untuk perawatan jenazah, satu
Rois bertugas untuk kampung sebelah barat jalan dan satu Rois bertugas di
wilayah kampung yang sebelah timur jalan. Rois tersebut yang melayani
pemandian jenazah, pengkafanan, menjelaskan proses upacara pemberangkatan
jenazah, serta memimpin doa setelah penguburan.
3. Penataan pengumpulan dan penyaluran ZIS atau Zakat Infaq Shodaqoh
Zakat Infaq Shodaqoh yang selanjutnya disingkat ZIS merupakan potensi
yang ada di masyarakat untuk melakukan penyantunan bagi mereka yang tak
mampu.Penyantunan tersebut selama ini hanya bersifat karitas atau hanya sekedar
memberi, tidak peduli apakah pemberian itu memiliki efek pemberdayaan pada
yang diberi atau tidak.Bahkan di beberapa tempat, ZIS bukan disalurkan ke orang-
orang yang tak mampu tapi mengumpul di ustadz yang tak jarang sudah kaya raya
karena tanahnya yang luas.Walaupun seorang ustadz bisa termasuk fisabilillaah
yang menjadi golongan penerima zakat, tapi dia bukan satu-satunya yang berhak
menerima zakat. Masih ada 7 golongan lain yang berhak menerima zakat.
Pengelolaan modern ZIS sekarang ini dikelola oleh Lembaga Amil zakat yang
disingkat LAZ.Ada beberapa keuntungan pengelolaan Zakat melalui
LAZ.Pertama, bisa menjamin kepastian dan disiplin pembayaran zakat.Kedua,
pengelolaaannya dapat lebih professional. Ketiga, bisa mencapai efisiensi dan
efektifitas dalam sasaran dan dalam penggunaan harta zakat menurut proritas
yang ada pada suatu wilayah. Keempat, bisa memudahkan pelaporan dan
pertanggungjawaban ke publik.Kelima, bisa memudahkan koordinasi dan
konsolidasi data muzakki dan mustahiq.Sesungguhnya dengan manajemen LAZIS
yang baik maka bisa saja dirancang sebuah sistem zakat produktif, agar bantuan
yang diberikan kepada yang tidak mampu bisa memberdayakan yang
dibantu.Beberapa pendapat ulama mendukung adanya zakat produktif ini.
Pendapat Ibnu Qudamah seperti yang dinukil oleh Yusuf Qaradhawi mengatakan
“Sesungguhnya tujuan zakat adalah untuk memberikan kecukupan kepada fakir
miskin….” Hal ini juga seperti dikutip oleh Masjfuk Zuhdi yang membawakan
pendapat Asy-Syafi’i, An-Nawawi, Ahmad bin Hambal serta Al-Qasim bin Salam
dalam kitabnya Al-Amwal, mereka berpendapat bahwa fakir miskin hendaknya
diberi dana yang cukup dari zakat sehingga ia terlepas dari kemiskinan dan dapat
mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya secara mandiri. Salah satu hal
yang penting dalam pengelolaan ZIS ini adalah pembuatan sistem santunan untuk
pendidikan.Harus ada jaminan anak-anak yang kurang mampu tetap bisa
mengeyam pendidikan minimal sampai SMA/SMK di kampung atau desa tempat
dakwah akar rumput dijalankan. Caranya bisa dengan pendirian sekolah melalui
sistem subsidi silang, atau bisa juga dengan pemberian bea siswa bagi anak-anak
yang kurang mampu itu. Bisa juga dengan mengkoordinir gerakan orang tua asuh
misalnya melalui Pimpinan Ranting Aisyiyah atau yang lainnya.
Sekarang ini dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat setiap orang termasuk Takmir Masjid dilarang dengan sengaja
bertindak selaku amil zakat, yaitu melakukan pengumpulan, pendistribusian, atau
pendayagunaan zakat, tanpa izin pejabat yang berwenang. Menurut Undang-
undang tersebut, amil zakat yang tak berizin itu diancam pidana kurungan paling
lama 1 tahun dan/atau denda paling banyak 50 juta rupiiah. Untuk tidak terjerat
pada pelanggaran itu, Pimpinan Ranting Muhammadiyah dalam menjalankan
fungsi amil zakatnya menggunakan label Lazismu (Lembaga Amil Zakat Infak
dam Shodaqoh Muhammadiyah) yang telah mendapatkan izin dengan SK
Kementrian Agama RI No 457 tahun 2002.Untuk itu status Lazis di Ranting
Muhammadiyah adalah selaku UPZ (Unit Pengumpul Zakat) Lazismu.
1) Penyiapan sarana dua sholat ‘idh
Penyiapan sarana sholat ‘idh merupakan bagian dari misi sosial karena ada
unsur syiar dalam penyelenggaraan sholat ‘idh.Tempat sholat ‘idh idealnya di
lapangan terbuka sebagaimana dilakukan Rasulullah, kecuali jika hujan. Dengan
jumlah massa yang besar terkumpul di lapangan, memunculkan rasa kebanggaan
sebagai seorang muslim dan berdampak pada kualitas ukhuwah islamiyah.
Alhasil, yang demikian mendukung usaha untuk menata kehidupan
bermasyarakat.Di PRM Ngoro-oro Gunung Kidul, bahkan sampai memiliki
wakaf untuk lapangan hari raya agar sholat ‘Idh bisa senantiasa dilakukan di
lapangan. Tentu saja tidak semua bisa menyediakan lapangan khusus untuk sholat
‘idh ini, namun minimal bisa jauh-jauh hari menyiapkan peminjaman alun-alun
milik pemerintah, lapangan sepak bola, atau lapangan terbuka lainnya yang
menampung jamaah yang banyak.Idealnya untuk di perkotaan, satu kecamatan
hanya ada satu tempat sholat ‘idh agar syiar Islam benar terasa dengaan jumlah
massa yang banyak berkumpul.Sedang pelaksanaan di pedesaan bisa disesuaikan
dengan tingkat kebutuhan masyarakat.
b. Penataan kehidupan bermasyarakat
Penataan kehidupan bermasyarakat dilakukan dengan tiga pilar GJDJ,
yaitu: a) Majelis/Lembaga; b) Jamaah; c.) Organisasi otonom. Pembuatan
majelis/lembaga dilakukan untuk menangani bidang-bidang garap dakwah yang
spesifik.Pembentukan jamaah-jamaah untuk melakukan pembinaan berbasis
komunitas, yaitu komuitas berbasis hobi, profesi, kewilayahan, maupun kelompok
pengajian.Sedang pendirian organisasi otonom dilakukan untuk mengorganisir
penggerak dakwah dengan spesifikasi tertentu. Misalnya dibentuk NA untuk
menampung para remaja putri yang akan menjadi penggerak dakwah. Untuk
penggerak dakwah ibu-ibu bisa dibentuk Aisyiyah.
a) Pembuatan Majelis/Lembaga
Pembuatan Majelis atau Lembaga bisa dilakukan setelah memiliki konsep
yang matang tentang apa bidang garap Majelis / Lembaga yang akan didirikan.
Setelah ditentukan siapa yang akan diberi amanah untuk memegang Majelis atau
lembaga tersebut, selanjutnya dalam kerjanya Majelis atau Lembaga tersebut
segera membuat prioritas-prioritas program untuk menjawab problematika umat
di desa atau kampung tersebut.
Di depan telah dicontohkan salah satu lembaga yang penting untuk
dibentuk, yaitu LAZIS. Selain itu bisa pula dibentuk Majelis Tabligh untuk
menata pengelolaan masjid dan mushola, serta merancang pengajian atau majelis
ilmu yang dibutuhkan.Majelis Pendidikan Kader juga penting dibentuk untuk
mengawal penyiapan kader-kader dakwah akar rumput.Sedang untuk untuk
menyantuni warga dalam hal kesehatan bisa dibentuk Majelis Pelayanan
Kesehatan Umat.Untuk mengurusi wakaf bisa dibentuk Majelis Wakaf.Untuk
pemberdayaan masyarakat bisa dibentuk Majelis Pemberdayaan
Masyarakat.Untuk mendukung dakwah dengan seni bisa dibentuk lembaga Seni
Budaya.Untuk menggerakkan bisnis pendukung dakwah bisa dibentuk Majelis
Ekonomi.
b) Pembentukan jamaah
Jamaah dibentuk berdasarkan potensi yang ada di kampung atau desa
setempat.Jika disederhanakan, tujuan dari pembentukan jamaah dalam Gerakan
Jamaah Dakwah Jamaah ini ada dua.Pertama, ialah untuk mengikat sumber daya
manusia yang ada sesuai karakter yang dipunyai sehingga bisa memperkuat
dakwah Muhammadiyah. Kedua, ialah untuk pembinaan sumber daya manusia
yang bisa ditampung oleh jamaah yang mereka itu akan turut serta menegakkan
dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya. Pembentukan jamaah tersebut bisa berbasis hobi, profesi,
kesamaan wilayah, dan pengajian.Tujuan pertama dari pembentukan jamaah di
atas, untuk mengikat sumber daya manusia yang ada sesuai karakter yang
dipunyai sehingga bisa memperkuat dakwah Muhammadiyah, berangkat dari
kesadaran perlunya merangkul sebanyak mungkin orang untuk menjadi penggerak
dakwah.Jika dakwah hanya digerakkan oleh orang yang berasal dari kelompok
pengajian, maka menjadi terbatas orang yang bisa terlibat. Padahal, orang bisa
terikat dengan dakwah Muhammadiyah melalui hobi, profesi yang digeluti, atau
karena kesamaan wilayah. Tujuan kedua dari pembentukan jamaah, untuk
pembinaan sumber daya manusia, berangkat dari kesadaran perlunya penataan
masyarakat dengan suatu program yang menggembirakan.Program pembinaan
yang menggembirakan itu disesuaikan pada hobi, profesi, kesamaan wilayah, atau
dalam keanggotaan jamaah pengajian yang menjadi pengikat jamaah
tersebut.Dengan demikian diharapkan anggota jamaah bisa gembira meningkatkan
kualitas diri sehingga muncul semangat merealisasikan kehidupan Islam yang
sebenar-benarnya.
c) Pembentukan organisasi otonom
Pembentukan organisasi otonom di Ranting Muhammadiyah dilakukan
untuk efisiensi dan efektivitas organisasi dakwah. Yang dimaksud dengan
efisiensi disini adalah pengukuhan penggerak dakwah secara lebih spesifik
sehingga tidak tumpang tindih dan tidak banyak membuang energi untuk hal-hal
yang tidak perlu. Sedang efektivitas ialah ketepatan sasaran karena telah
dispesifikkan atau dikhususkan pengelolaannya. Contoh organisasi otonom dalam
Muhammadiyah adalah Aisyiyah untuk wadah penggerak dakwah ibu-ibu.Ada
pula NA untuk wadah penggerak dakwah pemudi dan remaja putri. Ada PM untuk
penggerak dakwah pemuda dan remaja putra. Ada juga IPM untuk penggerak
dakwah di kalangan pelajar.Serta ada IMM untuk penggerak dakwah di kalangan
mahasiswa.
H. Diskusi Permasalahan dalam Lapangan
Salah satu fungsi gerakan jamaah dan dakwah jamaah adalah mendiskusikan dan
mencarikan solusi atas permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi oleh
anggota jamaahnya. Contoh antara lain:
1. Apabila kita mau membantu persoalan para nelayan bagaimana cara
mendapatkan ikan. Maka cara mengatasi masalah mereka bukan dengan
cara memberikan ikan sebanyak mungkin. Akan tetapi,berikan mereka kail
dan ajarilah cara menggunakkannya, bahkan lebih dari itu, ajari mereka
bagaimana cara membuat kail.
2. Membantu seseorang yang tidak mampu untuk membayar SPP dan biaya
sekolah anaknya, tidak cukup dengan memberikannya uang. Tetapi, jauh
lebih membantu lagi membantu lagi jika mereka dibimbing atau diberi
perkerjaan agar mendapatkan uang untuk mentutupi keperluan-
keperluannya.
Dua contoh diatas adalah diantara permasalahan yang terjadi pada
masyarakat, termasuk anggota jamaah. Sehubungan dengan itu, maka fungsi
pembimbing atau Bapak/Ibu sebagai inti jamaah, sangat diperlukan untuk
memberikan bimbingan dan penyuluhan terhadap anggota jamaahnya, baik yang
menyangkit[sic!] masalah agama. Sehingga tujuan dan masalah keduniaan
mereka. Sehingga tujuan akan tercapai. (Mulkhan S.U 2014:241).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gerakan dakwah muhammadiyah sangat dibutuhkan pada saat ini untuk
mengajak masyrakat yang belum masuk islam dan yang sudah masuk islam dalam
menjalani ibadah yang tidak tercampurnya antara budaya dan agama, dengan
demikian dapat terciptanya masyarakat islam yang sebenar benarnya yang
berlandaskan al-quran dan al-hadist.Albert Einstein mengeluarkan pernyataan
konsepsi baru tentang waktu “Kalau lebah menghilang dari permukaan bumi,
manusia hanya punya sisa waktu hidup empat tahun.Tak ada lagi lebah, tak ada
lagi penyerbukan, tak ada lagi tumbuhan, tak ada lagi hewan, tak ada lagi
manusia.” Hal ini terindikasi oleh National Academy of Sciences pada Oktober
2011 yang menyatakan bahwa sektor pertanian Amerika Serikat terlalu
bergantung pada lebah madu sebagai penyerbuk. Reuters melaporkan, produksi
pertanian Amerika Serikat yang bergantung pada lebah mencapai 15 miliar USD
per tahun, hampir sepertiga produk pertanian pangan di Amerika Serikat.
Sehingga, jika tidak ada lebah sebagai penyerbuk, otomatis akan mengurangi
jumlah produksi pangan.
Apakah Muhammadiyah juga memberi pengaruh yang signifikan terhadap
masyarakat jika seandainya Muhammadiyah tidak lagi terasa eksistensinya? Itu
semua bergantung pada jamaah yang bergerak di dalamnya. Jika satu orang dapat
membawa manfaat bagi kemaslahatan umat, bagi tercapainya tujuan mulia yang
diusung oleh Muhammadiyah sesuai perintah Allah SWT dan Rasul dalam Quran
dan Hadits; maka bayangkan bagaimana kekuatan gerakan dakwah bila dilakukan
secara berjamaah.
B. Saran
Sebagai salah satu gerakan dakwah yang mengajak masyarakat kepada
yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, muhammadiyah harus lebih
srategis dalam mengajak masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
http://malang.muhammadiyah.or.id/content-91-sdet-gerakan-jamaah-dakwah-
jamaah-dalam-muhammadiyah.html
https://muhammadsurya.wordpress.com/2009/06/13/materi-gerakan-jamaah-dan-
dakwah-jamaah-di-kampus/
Tim Penyusun. 2014. Al-islam dan Kemuhammadiyahan 2|4|6. Palembang:
Universitas Muhammadiyah Palembang.