ehipassiko.or.idehipassiko.or.id/wp-content/uploads/2018/02/love-you.pdf · melayani dengan sepenuh...

155
book

Upload: dinhnga

Post on 06-May-2019

259 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1

book

2

SERI DHARMA PUTRA INDONESIA

7

LOVE YOUHappy - Happier - Happiest

Vidi Yulius Sunandar

Anda boleh mengunduh, mencetak, menyalin,dan membagi buku ini selama tidak dijual.

Love YouHappy - Happier - Happiest

PenulisVidi Yulius Sunandar

PenyuntingHandaka Vijjànanda

Perancang SampulShinju Arisa & Jeff Liang

Penata LetakVidi Yulius Sunandar

Copyright ©2010 Vidi Yulius SunandarCetakan I, Mei 2010

Pusat PelayananEhipassiko Foundation, 085888503388

[email protected]

_____________________________________________

Dengan mendanai buku ini, Anda membantukelangsungan perjuangan penerbit dalammenyediakan buku Dharma di Indonesia.

Dana dapat disalurkan melalui:BCA KCP Taman Permata Buana

Yayasan Ehipassiko, 4900333833

Sujudku

Untuk mamaku, Lany Tanily,yang melalui keteladanannya tentang kasih sayang,

kepemimpinan, dan perhatian,yang memberiku landasan hidup yang tak ternilai.

Untuk papaku, Arief Sunandar,yang melalui keteladannya tentang keberanian,

pengorbanan, disiplin, kebijaksanaan, dan motivasi,

yang memberiku pegangan hidup yang tak ternilai.

Serta untuk semua guru dan sahabatkudalam kehidupan ini.

Love You

Senarai Isi

Prolog: Veni, Vidi, Hepi

Ha! HAPPY1. Urus Bisnismu Sendiri!2. Parameter Kebijaksanaan3. Belajar dari Anak-anak4. Kring Kring Kring Ada Sepeda5. Syarat Mudah untuk Bahagia6. Kesepakatan dan Anggapan7. Pelita Bagi yang Dalam Gulita8. Sudah Biasa!

Ha! HAPPIER9. Melayani Dengan Sepenuh Hati10. Love You11. Guru Kehidupan12. Lagu Favorit13. Taman Bunga14. Investasi Terbaik15. HaHaHa16. Brahma

Ha! HAPPIEST17. Dua Sayap18. Seperti Apakah Aku Mati Nanti?19. Dua Guru Sejati

1318263136414852

5762677281849096

106111117

20. Delapan Angin Dunia21. Siluman Kehidupan22. Monyet23. Tamparan Sejuta Makna24. Aku Akan...

Epilog: Ibu Segala Guru

Profil Penulis

123128132136144

152

154

Kupu-kupu yang lucukemana engkau terbang

Hilir-mudik mencariBunga-bunga yang kembang

Berayun-ayunPada tangkai yang lemah

Tidakkah sayapmuMerasa lelah

Kupu-kupu yang elokBolehkah saya serta

Mencium bunga-bungaYang semerbak baunya

Sambil bercandaSemua kuhampiriBolehkah kuturut

Bersama pergi

~In Memoriam, Ibu Soed~

PrologVeni, Vidi, Hepi

Veni, Vidi, Vici. Demikianlah petikan sebuah slogan dari Julius Caesar, seorang penguasa terhebat Romawi pada

zaman Romawi Kuno. Veni, Vidi, Vici berarti “Aku Datang, Aku Lihat, Aku Menang”. Julius Caesar menggunakan kalimat ini dalam pesannya kepada senat Romawi untuk melukiskan kemenangannya atas Pharnaces II dari Pontus dalam Pertempuran Zela.

Nama saya Vidi Yulius Sunandar. Ketika kecil, saya sering mempertanyakan maksud nama saya “Vidi” yang berarti “melihat”. Sampai akhirnya saya mengetahui apa yang saya lihat ketika saya mendapatkan sebuah nama Buddhis dalam bahasa Pali. Nama Buddhis saya adalah Vipasati. Vipa berarti “cerah”, sedangkan sati berarti “sadar”, jadi Vipasati adalah “cerah dan sadar”.

Hmm.... Setelah mendapatkan nama ini, akhirnya saya “menyadari” apa yang harus saya “lihat”. HaHaHa, ternyata saya harus melihat “pencerahan”, kemudian membagikan pencerahan-pencerahan kecil yang saya lihat itu dalam media buku yang sekarang Anda baca ini. HaHaHa....

Kakak perempuan saya, bernama Veni—Veni Sundari Sunandar. Kami berdua kakak-beradik yang saling sayang.

11

Tidak ada saudara kandung lain yang kami sayangi. Ya, karena memang kami cuma dua bersaudara. HaHaHa.... Karena kami cuma dua bersaudara, berarti slogan Julius Caesar itu menjadi tidak lengkap—hanya Veni, Vidi. Yulius Sunandar memodifikasi slogan ini dari Veni, Vidi, Vici (Datang, Lihat, Menang) menjadi Veni, Vidi, Hepi, yang berarti Datang, Lihat, Senang! HaHaHa.... Slogan yang menurut saya tak kalah bagus, karena akan selalu memotivasi kami untuk menjadi pribadi yang menyenangkan orang lain.

Buku ini dibagi menjadi 3 bagian yang dinamai (1) Happy, (2) Happier, (3) Happiest, yang disingkat “HaHaHa”! Harapan saya, setelah Anda datang, lihat, dan baca bagian demi bagian buku ini, Anda menjadi Happy, Happier, Happiest! HaHaHa....

Love You,Vidi Yulius SunandarPondok Kopi, 23 - 4 - 10

12

Ha!HAPPY

13

Urus Bisnismu Sendiri!

1Urus Bisnismu Sendiri!

Dalam bukunya yang berjudul Rich Dad Poor Dad, Robert T. Kiyosaki mengatakan bahwa, “Agar aman dan terjamin secara finansial, orang harus mengurus bisnis mereka sendiri.” Mulailah mengurus dan menjalankan bisnis Anda sendiri. Teruskan kerja harian Anda, tetapi mulailah membangun aset-aset yang bisa mendatangkan passive-income untuk Anda.

Saya terinspirasi kata-kata Robert Kiyosaki ini, tidak sekadar sebagai pengetahuan akuntansi dan investasi. Menurut saya, kalimat “urus bisnismu sendiri” bisa diubah menjadi “urus hidupmu sendiri”. Ya, seperti Anda mengurus masalah keuangan Anda sendiri, demikian pula dalam hidup ini, satu-satunya orang yang paling bertanggung jawab terhadap hidup Anda adalah diri Anda sendiri!

Kalimat dari Robert Kiyosaki ini menginspirasi saya untuk terus belajar, mengurus hidup saya sendiri, dan mengurangi menyalahkan orang lain. Karena memang, satu-satunya orang yang paling bertanggung jawab terhadap hidup saya adalah saya sendiri. Menurut saya, dalam hidup ini ada tiga hal yang harus kita urus sendiri.

Yang pertama adalah perbuatan kita sendiri. Seringkali kita

15

terlalu sibuk mencari kesalahan dan kekurangan orang lain. Kita sibuk mengurusi hidup orang lain! Akan tetapi, ketika orang lain mengurusi hidup kita dengan memberikan kritik atas perbuatan kita yang salah, kita menjadi marah, tidak mau menerima kritikan itu.

Selain sibuk mengurusi hidup orang lain, seringkali kita juga sibuk mencari “kambing hitam” atas apa yang terjadi dalam hidup kita. Dan apabila kita tidak menemukan kambing hitam, kita akan mencari “gajah hitam”.

Oh tidak, betapa menyedihkannya kita ini....

Karena terlalu sibuk mengurusi hidup orang lain, kita jadi kehabisan waktu untuk mengurus hidup sendiri sehingga kita tidak memperbaiki diri dan tidak belajar dari kesalahan. Inilah yang menyebabkan kita tidak bertumbuh untuk menjadi lebih baik.

Kemudian, hal kedua yang harus kita urus sendiri adalah pengembangan kita sendiri. Kita sendiri yang harus proaktif dalam belajar, bukan bersifat pasif. Seorang yang bijaksana sekalipun tidak dapat membuat kita menjadi bijaksana apabila kita tidak proaktif belajar dan bertanya kepadanya. Satu-satunya orang yang dapat membuat kita bijaksana adalah diri kita sendiri. Oleh karena itu, kita semua harus proaktif dalam belajar. Banyak bertanya, banyak mendengarkan, dan membaca buku-buku bermanfaat.

Urus Bisnismu Sendiri!

16

Satu hal terpenting mengenai belajar adalah: kita menjadi apa yang kita pelajari! Dan apa yang kita pelajari sangat menentukan seperti apakah kita 3, 5, 10, atau 20 tahun mendatang. Tidak ada cara lain untuk membuat kita menjadi lebih baik, selain dengan belajar!

Hal ketiga yang harus kita urusi sendiri adalah kebahagiaan kita sendiri. Ya, karena satu-satunya orang yang dapat membuat kita bahagia adalah diri kita sendiri. Mungkin Anda akan mengatakan bahwa teman Anda yang lucu dan humoris bisa membuat Anda tertawa bahagia. Bukan, bukan begitu. Yang membuat Anda tertawa bahagia adalah Anda sendiri. Karena Anda sendiri yang mau membuka hati untuk mendengarkan lelucon teman Anda sehingga Anda bisa tertawa mendengarkan lelucon itu. Coba Anda renungkan, ketika Anda sedang bersedih karena kehilangan orang yang Anda sayangi, bisakah teman Anda yang lucu itu membuat Anda tertawa? Tidak, karena satu-satunya orang yang membuat Anda tertawa pada saat Anda bersedih adalah diri Anda sendiri. Betul?

Mengenai kebahagiaan diri sendiri, kita seringkali menggantungkan kebahagiaan pada sesuatu yang di luar kendali kita. Contohnya, kita menggantungkan kebahagiaan dengan memberi syarat, “Ketika impianku tercapai, aku akan bahagia.” Dengan syarat ini, kita jadi menggantungkan kebahagiaan di luar kendali kita, karena masa depan belum pasti terjadi, dan kita tidak dapat mengendalikan ketidakpastian.

Urus Bisnismu Sendiri!

17 Urus Bisnismu Sendiri!

Dengan syarat ini pula, kita jadi menunda untuk bahagia pada saat ini juga. Padahal semestinya, kita bahagia ketika kita mencapai impian, tetapi tetap bahagia dan menikmati setiap momen dalam proses pencapaian impian itu.

Salah satu tes untuk mengukur seberapa sukseskah Anda dalam mengurus kebahagiaan Anda sendiri adalah dengan bernyanyi, “Di sini senang, di sana senang, di mana-mana hatiku senang....”

Lagu diatas memang kedengarannya cuma lagu untuk anak-anak, tetapi pertanyaannya, “Seberapa seringkah kita bisa mempraktikkan syair lagu ini?” Di mana pun kita berada, keadaan apa pun yang kita alami, siapa pun yang kita temui, kita selalu senang....

Oleh karena itu, kitalah yang harus bertanggung jawab dan memegang kendali atas kebahagiaan diri kita sendiri. Dengan menjadi tuan atas kebahagiaan kita sendiri, kita akan mudah, sering, dan awet untuk bahagia, di sini dan saat ini.

“Jika kau tak bisa menghentikan ombak, setidaknya kau bisa belajar untuk berselancar.”—MoM Handaka (Pendiri Ehipassiko Foundation)

ParameterKebijaksanaan

2Parameter Kebijaksanaan

Berikut ini adalah tes untuk mengukur seberapa bijakkah Anda dalam menjalani hidup ini. Untuk Anda yang berpengetahuan luas, selamat, karena belum tentu Anda lebih bijak dibanding orang yang Anda kira tidak sepintar Anda! HaHaHa....

Ada delapan parameter orang yang bijaksana dalam hidup ini, kenapa delapan? Jawabnya, karena saya sendiri yang nulis, jadi suka-suka yang nulis donk! HaHaHa....

Pertama, mereka yang bijaksana dalam hidup ini adalah mereka yang dapat menerima perubahan. Ya, karena perubahan seringkali datang seketika. Bisa saja dalam waktu dekat ini, saya atau Anda akan mendapat berita duka. Atau malah mengalami sendiri duka itu. Setiap saat, hidup ini selalu berubah, dan seringkali perubahan terjadi begitu saja, seketika! Pengalaman membahagiakan dapat secara seketika berlalu, dan berubah menjadi ratap tangis kesedihan.

Jadi, seberapa siapkah Anda dapat menerima perubahan?

Kedua, mereka yang bijaksana dalam hidup adalah mereka yang cepat memulihkan diri ketika mengalami masalah hidup. Setelah mereka terkena perubahan yang tidak menyenangkan,

20 Parameter Kebijaksanaan

orang bijak dapat dengan cepat bangkit kembali untuk mengejar cita-cita mereka.

Ketika saya remaja, saya senang menonton film remaja, Dragon Ball. Di film itu diceritakan, bahwa pahlawan dalam film itu adalah keturunan bangsa Saiya Super. Bangsa Saiya memiliki ciri khas, yaitu apabila mereka bertarung dengan makhluk lain sampai hampir mati, mereka akan menjadi bertambah kuat! Bertarung hampir mati berarti menjadi tambah kuat, hampir mati, tambah kuat, hampir mati, tambah kuat. Demikian seterusnya sehingga mereka menjadi semakin kuat dari hari ke hari.

Saya merasa hal ini cocok juga diterapkan dalam kehidupan kita. Selama kita hidup, berbagai permasalahan hidup akan terus datang silih berganti. Akan tetapi, masalah-masalah yang datang kepada kita, haruslah membuat kita menjadi lebih bijaksana dan tangguh dalam menjalani hidup ini. Begitu kan?

Salah satu hal penting lain soal cepat memulihkan diri adalah seberapa cepat kita dapat memaafkan dan meredakan amarah kita. Sebagai manusia yang masih bisa jengkel dan marah, harusnya kita membuat rekor-rekor baru setiap harinya tentang kemarahan dan pemaafan. Contohnya, apabila rata-rata dalam sehari kita marah selama 23 menit, untuk selanjutnya kita harus berusaha untuk mengurangi lama waktu kemarahan kita menjadi cuma 12 menit saja. Dan dari 12 menit terus

21

berkurang menjadi 8 menit saja. Begitu seterusnya. Mari kita membuat rekor baru setiap harinya, hingga suatu saat nanti mungkin saja kita sudah tidak bisa marah lagi. HaHaHa....

Begitu juga mengenai pemaafan. Apabila tadinya kita sering berbulan-bulan memendamkan kebencian terhadap orang lain. Mulai hari ini, kita harus berusaha untuk mengurangi lama waktu kebencian kita menjadi sesingkat-singkatnya, menjadi cuma beberapa menit atau detik saja. Kita buat rekor baru setiap harinya dalam hal pemaafan.

Mengenai pemaafan, mungkin orang yang paling sulit untuk dimaafkan adalah orang yang paling dekat dengan kita, yaitu: diri sendiri. Seringkali kita sulit memaafkan diri sendiri, dan kita sering dihantui perasaan bersalah untuk waktu yang sangat lama. Salah satu cara terbaik yang saya gunakan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan cara “berdamai dengan diri sendiri”, belajar menerima kenyataan, dan belajar dari kesalahan yang telah saya lakukan. Inilah salah satu cara terbaik untuk melepaskan rasa bersalah yang berlarut-larut.

Jadi, seberapa cepatkah Anda dapat memulihkan diri dari masalah hidup, rasa bersalah, dan kemarahan?

Ketiga, mereka yang bijaksana dalam hidup ini adalah mereka yang mudah bahagia. Praktikkanlah “Peraturan Nomor 5”! Peraturan yang saya dapat dari MoM Handaka Vijjananda (Founder Ehipassiko Foundation) dalam bukunya yang berjudul

Parameter Kebijaksanaan

22 Parameter Kebijaksanaan

“Illuminata”. Apakah isi ”Peraturan Nomor 5” itu? Isinya adalah... “Jangan serius-serius amat lah!” HaHaHa....

Kita sering menjalani hidup dengan penuh ketegangan dan keseriusan tingkat tinggi! Padahal pada kenyataannya, tidak ada hal yang benar-benar serius dalam hidup ini. Contoh: ketika kakek masih muda, berumur 20 tahun, ia mempunyai masalah serius dengan seorang temannya. Ketika itu masalah mereka benar-benar serius sampai terjadi perkelahian. Akan tetapi, waktu pun berlalu, kakek sekarang sudah meninggal, begitu pula dengan musuh kakek itu. Pertanyaannya: apakah masalah kakek sekarang benar-benar serius?

Peraturan Nomor 5 ini bukan berarti kita tidak perlu serius dan bermalas-malasan saja dalam menjalani hidup. Bukan, bukan begitu. Akan tetapi, Peraturan Nomor 5 berarti kita menjalani hidup dengan serius, tapi tidak terlalu serius-serius amat. Contohnya: ketika sedang mengalami masalah serius, kita cari solusi dari masalah itu dengan serius, bahkan sangat serius! Tetapi, tidak perlu ”terlalu” serius, sampai-sampai mengorbankan segenap kebahagiaan dan ketenangan batin kita. Segala sesuatu yang baik pun, jika ”terlalu” atau ”keterlaluan”, malah jadi tidak baik kan?

Ketika kita menjalani hidup terlalu serius, kita menjadi begitu tegang, dan sulit untuk bahagia. Teruslah mengejar impian-impian kita, akan tetapi, tetap nikmatilah prosesnya dan syukurilah apa pun hasilnya.

23

Jadi, seberapa mudahkah Anda bahagia?

Keempat, mereka yang bijaksana dalam hidup ini adalah mereka yang sering bahagia. Dalam hidup ini, adakah yang lebih penting selain bahagia? Apabila tidak ada yang lebih penting dari bahagia, mengapa kita tidak sering-sering bahagia? Ketika kita masih kanak-kanak, kita sangat sering bahagia, tertawa gembira, jadi mengapa tidak kita lakukan lagi sekarang? Jadilah seperti anak-anak, tapi bukan kekanak-kanakan. Be childlike, not childish!

Jadi, seberapa seringkah Anda bahagia?

Kelima, mereka yang bijaksana dalam hidup ini adalah mereka yang dapat mempertahankan kebahagiaan mereka untuk jangka waktu yang lama. Ya, kita tahu, hidup ini selalu berubah. Mereka yang bijaksana adalah mereka yang dapat “bersahabat” dengan perubahan itu sendiri. Situasi apa pun, baik itu yang menyenangkan ataupun menyedihkan, mereka yang bijaksana tetap bahagia dengan tidak terusik oleh sesuatu yang di luar kendali mereka. Mereka akan tetap tenang-seimbang dan bahagia dalam waktu yang lama.

Jadi, seberapa awetkah kebahagiaan Anda?

Keenam, mereka yang bijaksana dalam hidup ini adalah mereka yang mau berbagi kepada orang lain. Belum ada satu pun orang bijaksana yang saya kenal, bersifat kikir dan tidak mau berbagi.

Parameter Kebijaksanaan

24

Mereka yang bijaksana, selalu senang berbagi. Entah itu berbagi pengetahuan ataupun materi kepada mereka yang membutuhkan. Mereka memberi dengan setulus hati dan tak harap kembali.

Jadi, seberapa seringkah Anda berbagi kepada orang lain?

Ketujuh, mereka yang bijaksana dalam hidup ini adalah mereka yang mudah mengasihi orang lain. Tetapi kasih yang mereka tebar adalah “cinta kasih tanpa pilih kasih”, bukan cinta kasih yang pilih-pilih. Contohnya: orang yang bijaksana dapat dengan mudah memaafkan kesalahan orang lain. Mereka akan selalu mengatakan, “Kesalahan apa pun yang kamu perbuat, pintu hatiku akan selalu terbuka untukmu.”

Jadi, seberapa mudah Anda mengasihi orang lain tanpa pilih kasih?

Kedelapan, mereka yang bijaksana dalam hidup ini adalah mereka yang mudah melayani dan mudah dilayani. Demi kebaikan dan kebahagiaan pihak lain, mereka yang bijaksana ternyata senang melayani. Di satu sisi, mereka bahagia dengan melayani; di sisi lain, mereka juga mudah dilayani!

Ketika kita masih anak-anak, kita sangat bergantung kepada orangtua kita. Setiap saat kita harus selalu dilayani, diberi makan, minum, dimandikan, diberi pengetahuan, dan lain-lain. Kita senantiasa dilayani oleh orangtua kita. Seharusnya, seiring berjalannya waktu seharusnya kita menjadi orang yang tidak

Parameter Kebijaksanaan

25

lagi menggantungkan hidup pada orang lain. Kita harus lebih dewasa dengan cara lebih sering melayani dan tidak terlalu banyak menuntut untuk dilayani.

Jadi, seberapa mudah Anda melayani dan dilayani?

Demikianlah delapan parameter orang yang bijaksana dalam hidup ini. Seberapa bijaksana Anda menjalani hidup Anda? Anda sendiri yang tahu jawabannya!

Apabila Anda mengenal orang bijaksana yang piawai dalam praktik delapan parameter di atas. Temuilah mereka, dan belajarlah kepada mereka. Anda akan ikut menjadi bijaksana!

Dan apabila orang bijaksana itu ternyata adalah Anda sendiri. Maka, demi kebaikan dan kebahagiaan banyak orang, ajarkan dan bagikanlah kebijaksanaan Anda!

Mari kita sama-sama belajar dan bertindak agar kita menjadi bertambah bijaksana!

Together, We Grow!

”Orang bijak bukanlah orang yang tidak melakukan kesalahan, tetapi adalah mereka yang memaafkan dirinya dan belajar dari kesalahan mereka.”—Ajahn Brahm (penulis buku ”Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya”)

Parameter Kebijaksanaan

Belajar dari Anak-anak

3Belajar dari Anak-anak

Seringkali guru-guru terbaik bukan hanya para ahli di bidangnya, namun semua orang yang kita temui dapat menjadi guru kehidupan yang baik untuk kita termasuk anak-anak.

Ada beberapa hal yang saya rasa, kita para orang dewasa ini perlu belajar dari anak-anak. Hmm.... Jumlah pembelajarannya cukup banyak untuk menjadikan anak-anak juga sebagai guru kehidupan yang baik untuk kita.

Pertama, anak-anak mudah sekali memaafkan. Apabila mereka berkelahi satu sama lain, tidak dalam hitungan jam mereka sudah saling memaafkan dan dapat bermain bersama lagi. Berbeda dengan kita orang dewasa, seringkali kesalahan kecil yang telah diperbuat orang lain sangat sulit untuk kita maafkan, bahkan sampai kita pendam berpuluh-puluh tahun lamanya.

Contohnya, apabila ada sahabat kita yang telah kita kenal sejak kecil, tumbuh dan bermain bersama hingga dewasa. Kemudian karena satu kesalahan yang telah ia lakukan, kita tidak mau memaafkan dan membencinya sampai puluhan tahun. Ini adalah hal paling tidak adil yang kita lakukan.

28 Belajar dari Anak-anak

Kita menjadi orang yang mudah sekali melupakan kebaikan hati orang lain, sekaligus mudah membebani hidup sendiri dengan kebencian dan kemarahan. Hal ini akan membuat kita menjadi sangat sulit menemukan kedamaian hati dan kebahagiaan. Kebencian itu seperti meminum racun, tetapi mengharapkan orang lain yang celaka.

Hal kedua yang bisa kita pelajari dari anak-anak yaitu: anak-anak tidak menyukai hal-hal yang rumit. Mereka akan bingung apabila diberi tahu hal yang rumit dan menyulitkan. Mereka lebih suka mendengar cerita sederhana yang mudah dimengerti. Inilah yang membedakan anak-anak dengan kita orang dewasa yang malah suka membesar-besarkan masalah yang tadinya sederhana.

Malahan, kita seringkali merumitkan hal-hal yang sederhana. Padahal Albert Einstein pernah berkata: “Orang pintar adalah orang yang menyederhanakan hal yang rumit. Orang bodoh adalah orang yang merumitkan hal yang sederhana.”

Ketiga, anak-anak sangat proaktif dalam belajar. Jika ada suatu hal yang tidak mereka ketahui, mereka langsung menanyakannya kepada orang dewasa. Selain itu, anak-anak selalu terbuka terhadap hal-hal baru, mereka akan tertarik untuk mengetahui dan belajar banyak. Berbeda dengan kita orang dewasa yang seringkali merasa sudah tahu dan tidak perlu belajar lagi. “Cangkir” dalam pikiran kita sudah terisi penuh dan tidak bisa diisi lagi oleh pelajaran-pelajaran baru.

29

Kadang kita juga terlalu angkuh untuk belajar pada orang yang lebih muda.

Keempat, anak-anak tidak terlalu terbebani masalah. Yang mereka tahu hanya bermain, bermain, dan bermain. Hepi-hepi. Mereka selalu mengisi hari-hari mereka dengan penuh keceriaan dan canda tawa dengan teman-temannya. Berbeda dengan kita orang dewasa yang telah “bersentuhan” dengan masalah-masalah kehidupan. Berbagai ambisi hidup yang ingin kita capai, kita seringkali menjadi lupa untuk tetap ceria dan bermain-main sejenak dengan orang-orang di sekitar kita. Kita menjadi terlalu serius sehingga kita sulit untuk ceria dan tertawa bahagia.

Sebuah ilmu psikologi mengatakan bahwa pada dasarnya orang dewasa pun masih memiliki jiwa anak-anak, mereka masih ingin bermain seperti anak-anak. Akan tetapi, karena terjebak oleh rutinitas sehari-hari, mungkin kita lupa untuk menjadi seperti anak-anak dalam hal keceriaan dan kebahagiaan.

Demikianlah empat hal yang bisa kita pelajari dari anak-anak. Kelihatannya memang sederhana, akan tetapi....

Pertanyaannya:

Pertama, apakah Anda bisa mudah memaafkan kesalahan orang yang pernah berbuat salah kepada Anda atau malah

Belajar dari Anak-anak

30 Belajar dari Anak-anak

sebaliknya, Anda akan memendam kemarahan sampai berpuluh-puluh tahun lamanya?

Kedua, apakah Anda mau menyederhanakan masalah-masalah besar yang Anda hadapi atau Anda malah senang memperbesar masalah yang tadinya sederhana?

Ketiga, apakah Anda mau selalu mengosongkan ”cangkir” dalam pikiran Anda untuk belajar dari orang lain atau Anda malah terlalu angkuh untuk belajar dari orang lain?

Keempat, apakah Anda mau menyediakan waktu untuk tertawa bersama dengan orang-orang di sekitar Anda atau justru Anda malah enggan menyisihkan waktu sedikit pun untuk tertawa bersama dengan orang-orang di sekitar Anda?

Pelajaran terbaik dari cerita ini bukanlah kita menjadi orang dewasa yang bersifat kekanak-kanakan, tetapi kita menjadi orang dewasa yang seperti anak-anak. Be childlike, not childish. Jadilah seperti anak-anak dalam hal memaafkan, kesederhanaan, belajar, dan keceriaan.

”Orang-orang yang seperti anak-anak itulah yang empunya Kerajaan Surga.”—Isa Almasih (pencetus ajaran Kristiani)

Kring Kring KringAda Sepeda

4Kring Kring Kring Ada Sepeda

Beberapa waktu yang lalu, ketika saya berlibur ke pantai sekaligus mengikuti pelatihan pengembangan diri. Saya berkesempatan mengendarai sepeda di pantai. Hmm..., nyaman sekali rasanya bersepeda di tepi pantai dengan semilir angin yang bertiup menambah rasa nyaman.

Ketika sedang mengendarai sepeda, saya teringat ketika pertama kali saya belajar mengendarai sepeda. Kalau tidak salah, waktu itu saya berumur 10 tahun. Setelah berhari-hari belajar dan berkali-kali jatuh dari sepeda, saya masih belum bisa juga mengendarai sepeda. Akan tetapi, saya tidak menyerah dan mengumpulkan tekad harus bisa mengendarai sepeda.

Sulit sekali rasanya naik sepeda; harus seimbang sisi kiri dan sisi kanan, tidak berat sebelah. Hari itu saya memulai latihan, dengan mendorong sepeda menggunakan kedua kaki, sambil tetap memegang kemudi sepeda, saya mendorong sepeda saya perlahan-lahan dengan menggunakan kaki kiri dan kaki kanan saya.

Begitu laju sepeda cukup kencang, saya mengangkat kedua kaki saya dari tanah, dan mencoba untuk menyeimbangkan posisi tubuh. Saya melakukan hal itu terus menerus sampai akhirnya

33 Kring Kring Kring Ada Sepeda

saya berhasil mengemudikan sepeda dengan baik. Ya, seperti itulah kenangan saya, saat belajar mengendarai sepeda.

Pada saat mengendarai sepeda di tepi pantai, saya membuktikan kebenaran dari salah satu filosofi tentang sepeda, yang dalam bahasa Inggris berbunyi, “Life is riding a bicycle, to keep your balance you must keep moving” (Hidup itu seperti mengendarai sepeda, untuk menjaga keseimbanganmu, kau harus tetap bergerak maju).

Kedengarannya mungkin sederhana sekali, dan semua orang mungkin mengetahui hal ini. Tapi pertanyaan pentingnya, “Apakah kita bisa benar-benar mempraktikkan filosofi sepeda ini ketika masalah besar datang kepada kita?”

Tidak semudah itu memang....

Selama perjalanan hidup saya hingga saat ini, saya pun seperti Anda, sering mengalami masalah-masalah hidup. Ada masalah yang ringan, dan ada juga masalah yang sangat berat. Beberapa masalah hidup ini terkadang membuat saya sampai menitikkan air mata.

Akan tetapi....

Ketika masalah itu terjadi, saya tidak punya pilihan lain, kecuali terus melangkah maju menghadapi dan menyelesaikan setiap masalah yang saya alami.

34

Ketika kita terpuruk dan mengalami depresi berat karena masalah yang datang, perumpamaannya seperti kita terjatuh dari “sepeda kehidupan” yang kita kendarai. Apabila kita berlama-lama meratapi sakit akibat terjatuh dari sepeda kehidupan ini, berarti kita cuma menangisi lukanya tanpa berusaha untuk bergerak dan mengobati luka itu hingga bisa cepat sembuh.

Masalah dalam hidup ini memang seringkali datang seketika. Kita bisa terjatuh seketika dari “sepeda kehidupan” yang kita kendarai. Dalam situasi seperti itu, kita hanya akan dihadapi oleh dua pilihan: bangkit dan mengendarai lagi “sepeda kehidupan” ke tempat yang ingin kita tuju....

Atau....

Kita berlama-lama berkubang meratapi dan menangisi rasa sakit akibat terjatuh dari “sepeda kehidupan” dan kita tidak pernah bangkit lagi untuk mengayuh “sepeda kehidupan” kita ke tempat yang ingin kita tuju.

Saya senang belajar dari para guru-guru besar di seluruh dunia. Dari mereka saya mengetahui bahwa ketika mereka hidup, mereka membawa “sepeda kehidupan” yang sangat besar dan berat, sehingga saat mereka terjatuh dari “sepeda kehidupan” ini, rasa sakit dan luka yang ditimbulkan jauh lebih besar dibanding dengan terjatuh dari sepeda yang biasa dikendarai orang-orang pada umumnya.

Kring Kring Kring Ada Sepeda

35 Kring Kring Kring Ada Sepeda

Namun perbedaan orang-orang luar biasa ini dengan orang biasa adalah ketika mereka jatuh dari sepeda kehidupan mereka yang sangat besar itu, mereka mau bangkit dan mengangkat sepedanya dengan sekuat tenaga, perlahan-perlahan menaiki sepeda mereka lagi, kemudian coba mengayuh, mengayuh dan terus mengayuh pedal sepeda mereka hingga menuju garis finis cita-cita mereka.

Saya menyadari bahwa ketika tulisan ini saya buat, saya belum menjadi “pebalap sepeda kehidupan yang sempurna”, terkadang saya masih mengurangi kayuhan pedal sepeda yang saya kendarai, bahkan sering juga ketika saya terjatuh dari sepeda kehidupan, saya duduk termenung berlama-lama meratapi sakit.

Namun, mulai saat ini saya tahu apa yang harus saya lakukan ketika terjatuh dari “sepeda kehidupan”. Saya akan segera bangkit dan mengayuh lagi sepeda kehidupan saya, menuju tempat yang saya cita-citakan! Never give up! Keep Striving! Jia You! Sampādetha!

Kring kring kring ada sepeda....

”Manusia sejati adalah mereka yang tersenyum pada masalah, mengumpulkan kekuatan dari penderitaan, dan tumbuh berani dengan bercermin diri.”—Thomas Paine (tokoh revolusi Kerajaan Britania Raya)

36

Syarat Mudahuntuk Bahagia

5Syarat Mudah untuk Bahagia

Dalam salah satu ceramah yang saya hadiri, pembicaranya bertanya kepada seluruh hadirin di situ, “Siapa yang ingin bahagia?” Semua orang di situ angkat tangan, kecuali saya dan beberapa orang. Tahu kenapa saya tidak angkat tangan? Karena... saya sudah tahu jawabannya! HaHaHa....

Apabila saya mengangkat tangan, berarti saya setuju dengan pertanyaan itu bahwa saya ingin bahagia. Hal ini berarti, saya tidak bahagia pada saat ini karena masih menginginkan kebahagiaan. Iya kan?

Salah satu hal yang menyebabkan kita jarang dan sulit untuk bahagia pada saat ini adalah karena kita sering menetapkan syarat untuk bahagia yang terlalu sulit.

Tahukah Anda cara termudah untuk bahagia?

Cara termudah untuk bahagia, ya sama seperti judul di atas: tentukanlah syarat untuk bahagia semudah mungkin! HaHaHa.... Ini serius lho! Mungkin jawabannya terkesan sepele, tetapi inilah cara terbaik yang saya praktikkan sendiri dan setelah saya praktikkan membuat saya jadi lebih bahagia saat ini.

38 Syarat Mudah untuk Bahagia

Ketika saya kuliah, saya sering makan di sebuah kantin mal. Di tempat itu harga makanannya terjangkau, dan makanannya enak. Ketika makan di sana, saya menentukan syarat semudah mungkin untuk bahagia dengan cara: menikmati secangkir susu cokelat hangat. Ketika saya minum susu cokelat hangat itu, saya merasakan “Surga Dunia” melalui rasa susu cokelat itu. HaHaHa.... Saya merasa sangat bahagia ketika minum susu cokelat itu. Tahukah Anda berapa harga susu cokelat itu? Cuma Rp3.000,- saja (2008). Dengan hanya mengeluarkan uang Rp3.000,- saya sudah dapat merasakan “Surga Dunia”. HaHaHa....

Satu contoh lagi bagaimana saya membuat syarat semudah mungkin untuk bahagia adalah saat sebelum dan sesudah mencuci mobil. Ketika saya selesai mencuci mobil saya, dan melihat mobil saya bersih, maka saya akan merasa puas dan bahagia sekali. HaHaHa.... Akan tetapi..., begitu Anda mengetahui hal ini, janganlah Anda mencari-cari kesempatan untuk menyuruh saya mencuci mobil Anda. HaHaHa....

Hmm.... Percaya atau tidak, hal yang menyebabkan kita jarang dan sulit untuk bahagia memang karena seringkali kita membuat syarat yang sangat sulit untuk bahagia.

Ketika saya kuliah, seorang teman saya menentukan syarat bahagianya dengan cara menargetkan semua nilai kuliah dengan nilai rata-rata 90. Apakah ia salah menentukan target nilai rata-rata 90? Jawabnya, tidak! Saya pun pasti akan merasa

39

bangga dan turut bahagia dengan teman saya ini, apabila ia berhasil mendapatkan nilai rata-rata 90. Target rata-rata nilai 90 tidaklah mustahil untuk dicapai. Tetapi celakanya, teman saya ini jadi tidak menikmati kuliahnya, dan menjadi sangat sedih ketika nilainya kurang dari 90!

Hendaknya kita tidak menunda kebahagiaan dengan mengatakan, “Ketika saya mendapat ini, maka saya akan bahagia!” Karena dengan berpikir seperti itu, kita tidak akan pernah bahagia pada saat ini juga, karena pada saat ini juga, kita belum mendapatkan apa yang kita inginkan.

Kelihatannya memang mudah ketika kita mengetahuinya, namun belum tentu kita dapat benar-benar mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, saya membuat syarat-syarat bahagia lainnya semudah mungkin agar saya dapat sering-sering mempraktikkannya. Contoh lainnya adalah dengan tersenyum, atau ketika saya membaca buku, ataupun ketika saya mendengarkan musik, ataupun ketika saya menyantap makanan enak, mak nyoz! HaHaHa....

Satu contoh lagi syarat mudah untuk bahagia yang dapat kita lakukan adalah ketika buang air. Mungkin selama ini kita kurang menyadari bahwa salah satu kebahagiaan terbesar dalam hidup adalah ketika kita buang air pada saat yang tepat dan di tempat yang tepat! Betul?

Anda semua pasti sudah pernah merasakan, bagaimana ketika

Syarat Mudah untuk Bahagia

40 Syarat Mudah untuk Bahagia

Anda ingin buang air (kecil apalagi besar), tetapi tidak ada tempat “pembuangan” di sekitar Anda. HaHaHa.... Pasti rasanya sangat tidak nyaman kan? Oleh karena itu, bahagialah ketika buang air pada saat yang tepat dan di tempat yang tepat! HaHaHa....

Banyak sekali syarat-syarat mudah yang bisa kita tentukan sendiri agar kita bisa sering dan mudah bahagia. Tentukanlah syarat bahagia semudah mungkin, maka Anda akan semakin sering dan mudah untuk bahagia. Sampai suatu saat, ketika kita sudah bahagia setiap saat, mungkin kita sudah tidak memerlukan lagi syarat-syarat untuk bahagia.

”Gitu aja kok repot!”—Gus Dur (Presiden Republik Indonesia ke-4)

41

Kesepakatandan

Anggapan

6Kesepakatan dan Anggapan

Ada banyak sekali cerita pembelajaran ketika saya duduk di bangku kuliah, salah satunya melalui cerita berikut ini, yang menggambarkan bahwa kita seringkali terjebak oleh kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat sebelumya.

Berikut ini adalah sistem penilaian di kampus saya, ketika saya masih kuliah.

A = 80-100B = 65-79C = 56-64D = 0-55

Ada banyak sekali cerita mengenai sistem penilaian ini. Ada yang suka dan ada yang tidak suka.

Anak A sangat gembira setelah tahu nilai ujiannya mendapat nilai 80, ”Yey...! Aku dapat A.... Yes! Yes! Yes!” seru anak A.

Sebaliknya, anak B merasa jengkel karena cuma mendapat nilai 64, ”Yaaah... pelit amat sih dosennya cuma kasih nilai C, padahal aku cuma kurang 1 angka...,” keluh anak B.

43 Kesepakatan dan Anggapan

Sesungguhnya apa sih bedanya nilai 64 dengan 80?

Bedanya kita sudah terlanjur menganggap 64 itu angka ”kiamat”, sedangkan 80 itu angka ”surgawi”. Padahal keduanya adalah kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya.

Bagaimana seandainya orang zaman dulu bersepakat: ”Ooooii... teman-teman, angka terbagus dan tertinggi adalah angka 1 ya, sedangkan angka 100 adalah angka terjelek dan terendah.”

Dalam kegiatan perkuliahan, petinggi-petinggi kampus juga membuat kesepakatan: ”Bapak-bapak, ibu-ibu, mulai hari ini kita ’bersepakat’ bahwa sistem penilaian dalam universitas kita adalah sebagai berikut: D= 80-100C= 65-79B= 56-64dan nilai terendah adalah nilai A, saudara-saudara! Mahasiswa yang mendapat nilai A dinyatakan... FAILED! GAGAL TOTAL!”

Selanjutnya terdengar gemuruh tepuk tangan dari seluruh petinggi kampus pertanda mereka setuju dengan kesepakatan tersebut.

Hingga akhirnya mulai saat itu para mahasiswa berlomba-lomba untuk mendapat nilai D. Mereka akan merasa puas dan bangga apabila mendapat nilai D. Para orangtua akan merasa sangat senang melihat hasil nilai belajar anak mereka yang

44

banyak mendapat D. Apabila mereka melihat banyak nilai D di rapor anak mereka, mereka akan tersenyum senang dan tidak henti-hentinya memuji anak mereka. Para orangtua ini juga membanggakan nilai rapor anak mereka kepada teman-temannya.

Sebaliknya, mahasiswa yang mendapat nilai A akan merasa sangat terpukul, bahkan di antaranya akan stres berat karena mendapat nilai A. Nilai A berarti kiamat! Sesampainya di rumah, orangtua mereka akan memarahi bahkan menghukum mereka karena banyak mendapat nilai A. Para orangtua ini merasa sangat malu karena nilai rapor anak mereka banyak mendapat nilai A.

Sesungguhnya, nilai A atau nilai D adalah ”kesepakatan” belaka. Kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya oleh para pendahulu kita. Sama seperti saya yang bernama Vidi Yulius Sunandar, ini adalah kesepakatan yang telah dibuat orangtua saya untuk memberi nama ini.

Semuanya adalah kesepakatan. Yang menjadikan suatu kesepakatan adalah baik atau buruk adalah pikiran kita sendiri. Padahal baik atau buruk, ya begitu saja....

Saya teringat ketika saya masih duduk di bangku SMP, saya senang menonton pertandingan sepakbola. Ketika itu, saya menonton tim favorit saya asal Italia bertanding melawan musuh bebuyutannya. Tentu saja saya hanya menonton

Kesepakatan dan Anggapan

45 Kesepakatan dan Anggapan

melalui televisi. HaHaHa....

Saat itu, pada saat lawan mencetak gol kedua, yang menjadikan skor 0-2 untuk lawan, saya menjadi sangat marah. Ketika itu saya melepaskan kaos tim favorit saya yang saya kenakan, lalu dengan penuh emosi kaos itu saya ”buang” ke tempat cucian. HaHaHa....

Setelah itu saya matikan televisi, dan bergegas tidur. Celakanya, karena marah, saya jadi tidak bisa tidur sampai pagi, yang menyebabkan sepanjang hari saya mengantuk ketika sekolah.

Hmm.... Padahal setelah saya merenungi kejadian itu, mau saya marah atau tidak marah, sama sekali tidak mempengaruhi tim favorit saya. Mereka akan tetap seperti itu. Ya, begitu saja! Saya sama sekali tidak bersikap bijaksana dengan marah-marah, ketika tim lawan mencetak gol.

Ketika itu saya menjadi remaja dungu yang memarahi habis-habisan televisi di rumah saya. Saya terjebak oleh kesepakatan yang ada, dan bersikap tidak bijaksana. Untung saja waktu itu saya tidak membuang kaos tim favorit saya ke tempat sampah betulan. HaHaHa....

Membicarakan tentang kesepakatan, saya terinspirasi kutipan dari buku yang berjudul ”Illuminata”, karya Handaka Vijjananda. Kutipannya adalah sebagai berikut.

46

Kita tidak semestinya terjebak dalam dualisme. Pikiran kita seolah terprogram untuk berpikir dualistik: baik dan buruk.

Lebih jauh, kita selalu melekat pada apa yang kita ”anggap” baik. Kalau sesuatu kita ”anggap” baik datang, kita bilang itu ”anugerah”, kita menyanjung, kita bersorai, kita tergelak....

Kalau sesuatu yang kita ”anggap” buruk datang, kita bilang itu ”musibah”, kita merutuk, kita meratap, kita menangis....

Anugerah atau musibah, sebenarnya... ya begitu saja....Bukan baik, bukan buruk.Pikiran kita sajalah yang menganggapnya demikian.

Wow! Inspiratif sekali kata-kata sang penulis itu.

Cerita sistem penilaian kampus memang lebih cocok untuk para mahasiswa atau para pelajar yang masih sekolah. Namun menurut saya angka di atas bisa diubah-diubah menurut selera dan kesepakatan bersama.

Bisa saja kesepakatannya Rp100.000,- adalah nilai mata uang terkecil. Sedangkan Rp100,- adalah nilai mata uang terbesar. Maka hal yang sama akan kita lakukan, kita akan bersorak-sorai ketika mendapat ribuan lembar uang Rp100,-. Semua orang akan berlomba-lomba untuk mendapatkan uang Rp100,- dalam jumlah yang banyak. Sebaliknya kita akan memandang remeh mata uang Rp100.000,- seperti tidak ada artinya.

Kesepakatan dan Anggapan

47 Kesepakatan dan Anggapan

Mengumpulkan ratusan atau ribuan lembar uang Rp100.000,- itu bukanlah hal yang salah. Karena saya pun masih mengumpulkan uang untuk kebutuhan saya sendiri. Uang memang bukan segalanya, tetapi segalanya butuh uang.

Akan tetapi, melalui cerita ini, saya mengajak Anda agar kita tidak terlalu mudah dipermainkan oleh kesepakatan yang ada. Ayolah, kita senantiasa bahagia, dalam segala situasi dan kondisi. Dapat uang Rp100.000,- kita hepi, dapat uang Rp100,- pun kita tetap hepi.

“Di sini senang, di sana senang, di mana-mana hatiku senang.... Di sini senang, di sana senang, di mana-mana hatiku senang... la la la la la la la.... ”

”Saya sudah menghasilkan uang jutaan dolar, namun saya tidak menjadi bahagia karenanya. Jika tidak bisa puas dengan jumlah kecil, Anda tak akan puas dengan jumlah besar. Jika Anda murah hati karena memiliki sedikit, Anda tak akan tiba-tiba berubah ketika menjadi kaya.”—

John Davison Rockefeller (salah satu orang terkaya sepanjang sejarah)

48

Pelita Bagi yangDalam Gulita

7Pelita Bagi yang Dalam Gulita

Pada salah satu pelatihan pengembangan diri yang saya ikuti, saya belajar tentang filosofi dari sebuah lilin. Sebuah benda yang kelihatannya cuma bermanfaat pada saat tertentu saja, namun pelajaran yang diberikan sebuah lilin tidaklah kalah dibandingkan buku-buku laris tentang motivasi sekalipun.

Tentu saja kita sudah mengetahui sifat lilin adalah menerangi ruangan pada saat gelap. Lilin seketika dapat menerangi ruangan sehingga kita dapat melihat lebih jelas.

Namun, sifat lilin tidak cuma itu.

Nilai pembelajaran terpenting dari sebuah lilin adalah: lilin membakar dirinya sendiri sampai padam untuk menerangi ruangan sekitarnya. Hmm.... Kelihatannya seperti hal yang sepele ataupun kita sudah mengetahui hal ini semenjak masih kanak-kanak. Namun pertanyaannya adalah: “Maukah kita menjadi seperti lilin?” Mengorbankan diri demi menerangi orang-orang di sekitar kita sampai kita “padam” nanti. Maukah?

Apabila Anda menanyakan hal yang sama kepada saya, saya pun akan sangat sulit menjawab pertanyaan ini. Karena

50 Pelita Bagi yang Dalam Gulita

memang tidak mudah untuk mempraktikkan sifat-sifat lilin ini dalam kehidupan kita. Namun kita bisa mulai dari hal-hal kecil terlebih dahulu, kita bisa mencontoh sifat-sifat lilin dengan cara “membakar” sedikit demi sedikit sifat-sifat egoistik kita, seperti: ketamakan, kebencian, dan keangkuhan.

Selain itu, kita juga bisa menerangi sekitar kita dengan cara berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada orang-orang di sekitar kita agar mereka menjadi lebih bajik dan bijak.

Belum selesai pembelajaran dari sebuah lilin pada cerita ini. Kita semua tahu bahwa lilin membakar dirinya sendiri dengan api yang perlahan-lahan melelehkannya. Perumpamaan api di sini adalah melambangkan semangat perjuangan kita untuk “membakar” sifat-sifat egoistik kita tadi, yaitu: ketamakan, kebencian, dan keangkuhan.

Apabila semangat kita kecil, tentu saja sifat-sifat egois dalam diri kita ini akan sulit berkurang. Tetapi, apabila api semangat kita besar, maka sifat-sifat egoistik dalam diri kita akan lebih cepat berkurang. Dengan mengurangi sifat-sifat egoistik, kita akan menjadi lebih baik. Betul?

Jadi seberapa besarkah api semangat di dalam diri Anda?

Bagi Anda yang berpikir pelajaran tentang lilin ini sudah selesai, Anda keliru! Masih ada setidaknya satu pelajaran lagi dari sebuah lilin. Kita semua mungkin sudah sering mendengar

51

bahwa apabila lilin membagi api ke lilin sebelahnya, lilin pertama tidak kehilangan api yang dimilikinya. Lilin pertama melambangkan sifat ingin berbagi kepada sekitarnya, lilin pertama tidak kikir ingin menjadi satu-satunya lilin yang terang sendirian. Akan tetapi, lilin pertama mengajak lilin-lilin lain untuk menerangi dunia bersama-sama, lilin pertama juga mengajak lilin-lilin lain bersama-sama membakar ego mereka.

Hmm.... Sekali lagi pertanyaannya, seberapa seringkah kita menjadi lilin yang membagikan terang api kepada lilin-lilin lain di sekitar kita? Atau malah sebaliknya, kita menjadi lilin yang kikir dan tidak mau membagi terang kita kepada lilin-lilin lain di sekitar kita?

Kita semua mungkin sudah sama-sama mengetahui bahwa kita belumlah menjadi “lilin yang sempurna”. Ya, sempurna dalam “membakar diri”, dan sempurna dalam memberi terang kepada pihak lain. Namun, kita harus selalu memotivasi diri sendiri untuk meniru sifat-sifat mulia lilin ini sedikit demi sedikit. Marilah kita menjadi pelita bagi yang dalam gulita!

“Kebahagiaan tergantung pada apa yang dapat Anda berikan, bukan pada apa yang dapat Anda peroleh.”—Mohandas Gandhi (pencetus gerakan Tanpa-Kekerasan di India)

Pelita Bagi yang Dalam Gulita

52

Sudah Biasa!

8Sudah Biasa!

Pepatah kuno mengatakan, ”Hidup hanya masalah pembiasaan.” Orang menjadi ahli dalam berceramah karena sudah biasa berceramah, orang bisa menyanyi dengan indah karena sudah biasa menyanyi, orang bisa membuat lukisan yang indah karena sudah biasa melukis, orang bisa memasak makanan yang lezat karena sudah biasa memasak, dan seterusnya. BISA KARENA BIASA!

Saya membuktikan kebenaran ini dalam hal belajar mengemudi mobil. Pertama kali saya belajar mengemudi, ketika saya duduk di bangku SMA. Ketika itu saya belajar mengemudi di sekitar komplek rumah sampai suatu ketika saya memutuskan untuk ikut kursus mengemudi.

Hari pertama saya ikut kursus itu, si pengajar bertanya kepada saya, “Kamu udah pernah mengemudikan mobil sebelumnya?” Kemudian saya menjawab, “Nggg, pernah sih Pak, paling cuma di sekitar komplek rumah. HaHaHa....” “Oh, gitu ya, bagus kalau begitu, kamu langsung bawa aja sekarang!” kata si pengajar. Hah???! Waktu itu saya sangat kaget, karena saya belum pernah mengemudi mobil di jalan raya yang ramai banyak mobil dan motor. Biasanya saya cuma berani di komplek atau di tempat sepi. Tapi karena sudah bayar kursus dan diberi kunci mobilnya,

54 Sudah Biasa!

maka tak ada pilihan lain. Dengan wajah sok tenang, saya menyalakan mesin mobil dan perlahan-lahan mengemudikan mobil di jalan raya. Menegangkan sekali rasanya ketika itu!

Dua tahun setelah mengikuti kursus itu, saya mulai memberanikan diri mengemudi mobil sendirian di jalan raya. Akan tetapi, saya biasanya menghindari jalan menanjak yang macet. Tahu kenapa alasannya? Ya, karena ngeri sekali kalau macet di tanjakan, bisa-bisa mobil yang saya kemudikan mundur dan mengenai mobil di belakang. HaHaHa.... Waktu-waktu itu setiap kali macet di tanjakan, keringat dingin pasti keluar dari tubuh saya dan biasanya disertai dengan mules-mules di perut. HaHaHa....

Singkat cerita, sekarang saya sudah lancar mengemudikan mobil. Setiap kali melalui tanjakan dan macet, saya sudah tidak tegang lagi. Karena sudah terbiasa mengemudi di tanjakan. Tidak ada lagi keringat dingin yang mengucur dari tubuh saya karena tegang. Tentu saja sudah tidak mules-mules lagi. HaHaHa.... Sekali lagi, bisa karena biasa!

Cerita saya tentang belajar mengemudi mobil ini hanya salah satu cerita yang membuktikan 3 kata sakti ini: BISA KARENA BIASA. Pastinya Anda pun pernah mengalami kejadian serupa dalam hidup Anda yang berhubungan dengan pembiasaan.

Dalam buku Outliers karangan Malcolm Gladwell ditemukan fakta bahwa para maestro dunia di bidangnya masing-masing

55

adalah mereka yang telah berlatih selama 10.000 jam. Contoh di buku itu adalah salah satu legenda dalam dunia musik, The Beatles. Ternyata sebelum meraih kesuksesan pada tahun 1964, The Beatles telah naik panggung sebanyak 1.200 kali! FANTASTIS! Kesuksesan The Beatles menjadi legenda dikarenakan mereka “sudah biasa” memainkan musik selama puluhan ribu jam bersama-sama. Mereka berlatih dengan giat, dan membiasakan diri untuk melakukan hal-hal yang tidak biasa mereka lakukan sebelumnya.

Kesimpulan saya dari cerita ini adalah: orang-orang yang kita anggap luar biasa melakukan hal-hal yang tidak biasa kita lakukan sampai menjadi kebiasaan. Setuju? Untuk menjadi luar biasa seperti mereka, kita harus membiasakan diri melakukan hal-hal yang tidak biasa kita lakukan sampai menjadi kebiasaan baru.

Demikian pula kita harus membiasakan diri dalam mengurus hidup kita sendiri, memaafkan, menyayangi, dan melayani orang lain.

”Kita adalah apa yang kita kerjakan berulang-ulang. Dengan demikian, kecemerlangan bukanlah tindakan, tetapi kebiasaan.”—Aristoteles (Bapak Filsafat Dunia)

Sudah Biasa!

56

Ha!HAPPIER

57

MelayaniDengan Sepenuh Hati

9Melayani Dengan Sepenuh Hati

Suatu hari, saya kembali bertemu kembali dengan guru-guru kehidupan. Mereka bukanlah selebriti atau tokoh terkenal di dunia. Mereka bukanlah pebisnis. Mereka mungkin tidak punya fans. Mereka mungkin tidak pandai bicara di depan umum. Akan tetapi, satu hal yang terpenting, mereka mempunyai hati yang tulus dan penuh cinta.

Tahukah Anda, siapa mereka? Mereka adalah orang-orang yang berada di Wisma Tuna Ganda.

Saya mendapatkan pelajaran tak ternilai dalam hidup tentang pelayanan dan ketulusan hati ketika saya mengunjungi Panti Sosial Wisma Tuna Ganda, tempat di mana orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik dan mental dirawat dan diberi kasih sayang oleh para perawat.

Mata saya berkaca-kaca menahan air mata ketika melihat sebagian besar dari mereka hanya berbaring tak berdaya di ranjang. Mereka tidak dapat membaca, tidak dapat berbicara normal, tidak dapat berjalan, tidak dapat menggerakan tangan, juga tidak dapat bersekolah. Sedih sekali melihat kondisi mereka.

59 Melayani Dengan Sepenuh Hati

Dari mereka saya belajar bahwa saya merasa bersyukur masih dapat membaca, saya bersyukur masih dapat berbicara, saya bersyukur masih dapat berjalan, saya bersyukur masih dapat menggunakan kedua tangan saya, saya bersyukur masih dapat belajar.

Karena melihat hal itu, saya belajar untuk lebih memaksimalkan waktu yang saya punya. Karena lagi-lagi, ketika perubahan datang seketika, bisa saja saya yang berbaring tanpa daya di atas ranjang, dan mengharapkan belas kasihan dari orang lain. Sehingga apabila itu benar-benar terjadi, saya jadi tidak akan menyesali hidup saya.

Ada beberapa dari mereka yang memiliki semangat juang yang tinggi! Mereka tidak menyerah dengan kondisi fisik mereka dan tetap berjuang untuk tetap hidup! Menyedihkan sekali apabila ada di antara kita ada yang kurang menghargai hidup ini, sementara di sisi lain, mereka yang memiliki keterbatasan kemampuan fisik begitu menghargai hidup mereka.

Ketika itu, saya benar-benar beruntung mendatangi Wisma Tuna Ganda ini. Karena yang saya pelajari tidak cuma itu saja. Saya juga belajar dari para perawat yang bekerja di sini. Dari mereka saya belajar tentang cinta yang tulus dan kesabaran yang luar biasa, menakjubkan sekali! Tidak mudah merawat dan memberikan kasih sayang kepada mereka yang mungkin saja, kita merasa jijik atau takut melihatnya.

60

Para perawat ini mungkin saja tidak ahli dalam menjalankan bisnis atau berinvestasi. Namun tidak semua orang mau dan mampu melakukan pekerjaan yang mereka lakukan. Para perawat ini sepertinya mempunyai misi hidup: melayani untuk sempurna dan sempurna untuk melayani (serve to be perfect, be perfect to serve).

Akhir cerita, sebelum saya pulang dari panti sosial ini, saya berfoto dengan inspirator yang baru saya temui. Beliau adalah pimpinan dari Wisma Tuna Ganda ini. Teladan dan sikapnya telah memberikan saya pelajaran tak ternilai dalam hidup saya. Tindakan yang telah dilakukan telah memberikan motivasi berharga kepada saya.

Pimpinan, pengurus, dan para perawat di panti sosial ini melakukan pekerjaan yang mereka cintai, melayani dengan setulus hati, pelayanan yang membawa kebaikan dan kebahagiaan bagi orang banyak.

Dari hal ini saya menemukan sebuah kunci sukses dalam hidup. Apabila saya boleh merumuskan kunci sukses itu menjadi satu kalimat saja, kalimat itu adalah, “Do what you love, love what you do, and make what you do for the good of the many, for the happiness of the many!” (Lakukan apa yang kau cintai, cintai apa yang kau lakukan, dan buatlah apa yang kau lakukan demi kebaikan banyak makhluk, demi kebahagiaan banyak makhluk!)

Melayani Dengan Sepenuh Hati

61 Melayani Dengan Sepenuh Hati

”Hatilah yang membedakan antara yang bagus dengan yang hebat. Jika ingin membuat perbedaan dalam kehidupan orang lain sebagai pemimpin, periksalah hati Anda!”—Michael Jordan (pebasket terbaik sepanjang masa)

62

Love You

10Love You

Ketika seorang ibu melahirkan seorang bayi. Dengan perasaan haru-bahagia, ia menimang bayi itu dan mengatakan, “Love You”.

Anehkah seorang ibu mengucap “Love You” kepada anaknya? Tentu tidak.

Kemudian bayi itu tumbuh, tumbuh, dan tumbuh besar. Sekarang ia menjadi seorang kakak. Ya, ia mempunyai adik perempuan yang lucu. Ia sangat menyayangi adiknya ini. Ia sering sekali menggenggam tangan adiknya dan mengatakan, “Love You”. Anehkah seorang kakak mengucap “Love You” kepada adiknya? Tentu tidak.

Beberapa tahun kemudian, si adik masuk ke taman kanak-kanak. Ketika si adik ingin berangkat ke sekolah, ia pun tidak lupa mengatakan, “Love You” kepada si kakak. Kemudian si kakak membalas, juga dengan mengucapkan, “Love You”.

Anehkah sepasang kakak-adik saling mengucap, “Love You”? Tentu tidak.

64

Waktu pun terus berlalu, beberapa tahun kemudian, si kakak dan si adik tumbuh menjadi pria dan gadis dewasa. Kalimat “Love You” sudah tidak pernah lagi diucapkan dari mulut mereka, karena kedengarannya sangat aneh, tidak masuk akal!

Apa benar memang aneh dan tidak masuk akal?

“Love You”, yang berarti ”Sayang Kamu”, bukanlah kalimat yang asing di telinga kita. Hampir setiap hari kita mendengar kata-kata ini di mana-mana. Akan tetapi, pemaknaan kata “Love You” menjadi terlalu sempit.

Love You, tanpa kata “I” (bukan I Love You, tapi Love You) adalah cinta tanpa ego, cinta tanpa keakuan, cinta yang tidak mementingkan diri sendiri saja, dan cinta yang tidak pilih kasih. Sama seperti yang dikatakan ayah Ajahn Brahm sewaktu beliau masih remaja, “Nak, apa pun yang kamu lakukan dalam hidupmu, ketahuilah, pintu hatiku akan selalu terbuka untukmu.” Love You adalah sebuah cinta tanpa syarat, tanpa ada maksud tersembunyi.

Kita seringkali terlalu banyak menggunakan otak—terlalu banyak berpikir dan menelaah, tetapi kita kurang menggunakan hati. Kita terjebak oleh kesepakatan yang dibuat bahwa “Love You” hanya pantas diucapkan oleh pasangan hidup ataupun pacar. Padahal, arti “Love You” sangat luas dan universal, tidak sekadar cinta antara sepasang suami-istri atau sepasang muda-mudi yang berpacaran.

Love You

65

Sehubungan dengan penyebab terjadinya peperangan dan ketidakharmonisan dalam dunia ini, Mother Teresa mengatakan, “The problem is, we draw our family tree too small.” (Masalahnya adalah, kita menggambar pohon keluarga kita terlalu kecil).

Ya, lagi-lagi kita terjebak oleh kesepakatan bahwa keluarga kita hanyalah keluarga inti kita, yang terdiri dari: ayah, ibu, anak, cucu, kakak, adik, kakek, nenek, kakek buyut, nenek buyut, paman, bibi, sepupu, keponakan. Di luar pohon keluarga itu, mereka adalah orang lain, bukan keluarga kita, bukan siapa-siapa! Inilah yang menyebabkan kenapa kita sulit sekali mengucapkan dan mempraktikan “Love You” kepada orang lain yang bukan bagian dari keluarga inti kita.

Padahal, salah satu cara terbaik untuk membuat hidup kita lebih bahagia dan penuh cinta adalah dengan memperbesar pohon keluarga seluas-luasnya sampai tidak terbatas. Setiap hari, setiap jam, setiap detik, kita bisa menambah anggota pohon keluarga kita.

Semakin banyak orang yang kita tambahkan dalam pohon keluarga kita, maka semakin besarlah pohon keluarga kita. Dengan semakin besarnya pohon keluarga kita, maka hidup kita akan semakin bahagia. Apabila setiap orang mau membuat pohon keluarga sebesar-besarnya, maka dunia akan menjadi lebih damai, kita semua hidup dalam harmoni sebagai sebuah keluarga besar, keluarga yang bernama “Keluarga Dunia”.

Love You

66

Kita semua adalah keluarga besar. Anda adalah bagian dari pohon keluarga saya. Begitu pun saya adalah bagian dari pohon keluarga Anda. Inilah salah satu cara terbaik agar cinta dan keharmonisan dalam hidup tercipta.

Arti kedua dari “Love You” adalah ”Sayangi Dirimu”. Ungkapan agar penerima pesan juga menyayangi diri mereka sendiri secara sehat, yakni dengan tidak mencemari diri sendiri, memperbanyak kebajikan, dan memurnikan batin sendiri. Love You...

“Love for everyone, not just someone.”—Vipasati (penulis buku “Nasi Basi”)

Love You

Guru Kehidupan

11Guru Kehidupan

Saya senang belajar kepada banyak guru kehidupan yang saya temui. Seringkali mereka yang menjadi guru kehidupan untuk saya tidak menyadari bahwa tindakan yang mereka lakukan kepada saya telah membuat saya menjadi lebih baik hari ini.

Beberapa guru kehidupan yang saya temui, telah menginspirasi dan menjadi teladan bagi saya. Ada dua guru kehidupan yang berperan sangat besar dalam hidup saya. Guru yang pertama adalah seorang perempuan.

Perempuan ini adalah ibu dengan dua orang anak. Ibu ini tidak mengenyam pendidikan yang terlalu tinggi, ia bukanlah seseorang yang memiliki banyak gelar akademis. Akan tetapi, walaupun ia tidak berpendidikan tinggi, ibu ini menjadi penasihat hebat bagi kakak dan adik-adiknya. Seringkali nasihat yang disampaikan lebih bijaksana daripada orang yang memiliki banyak gelar sekalipun.

Selain itu, ibu ini mendidik anak-anaknya dengan penuh perhatian dan cinta. Dengan perhatian dan cinta yang diberikan kepada anak-anaknya, beliau berhasil mendidik anak-anaknya menyelesaikan studi Strata-1 mereka.

69 Guru Kehidupan

Di kalangan teman-temannya, sosok ibu ini adalah teman yang menyenangkan dan juga sering menjadi penasihat pribadi mereka yang tengah gundah gulana. Dengan kemampuan humor yang dimilikinya, ia sering dapat menceriakan suasana.

Yang paling saya kagumi dari sosok ibu ini, ia senang melayani mereka yang membutuhkan pertolongan. Ia senang melayani orangtuanya, ia senang melayani anak-anaknya, ia senang melayani saudara-saudaranya, dan juga ia senang melayani teman-temannya. Ia bahagia dengan melayani orang lain.

Sedangkan guru kehidupan yang kedua adalah seorang bapak. Ia sangat tangguh. Selama 32 tahun mencari nafkah untuk keluarganya (sampai tulisan ini dibuat). Selama 24 tahun, ia harus bangun sebelum jam 3 dini hari untuk pergi berjualan ke pasar. Hal ini dilakukannya terus-menerus sepanjang hari, dan tidak kurang dari 360 hari dalam setahun ia harus berjualan untuk menafkahi keluarganya. Sama seperti ibu tadi, dengan teladan dan bimbingannya kepada anak-anaknya. Ayah ini memberi modal pendidikan dan budi pekerti kepada anak-anaknya hingga mereka dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang.

Saya merasa sangat kagum dan beruntung sekali mengenal sosok ibu di atas. Saya kenal sangat dekat dengan sosok ibu yang satu ini, karena ibu yang saya ceritakan ini adalah... ibu saya sendiri! Love You, Mom....

70

Saya juga sangat beruntung mengenal sosok bapak di atas, yang merupakan salah satu motivator saya untuk menjadi lebih tangguh. Ketangguhan beliau sangat menginspirasi saya. Tentu saya sangat mengenal sosok motivator yang satu ini karena beliau adalah ayah saya sendiri! Love You, Dad....

Demikianlah dua guru kehidupan ini membimbing dan mendidik seorang Vidi Yulius Sunandar. Kedua orang inilah yang sangat dikaguminya. Dua guru yang sangat berperan besar terhadap pengembangan mental dan spiritualnya. Dua guru pertama dalam hidupnya, yang mengajar dengan penuh cinta dan kasih sayang kepadanya.

Melalui tulisan ini, saya mencoba mengajak Anda semua untuk mengagumi orang-orang di sekitar Anda yang Anda kenal. Orang-orang yang telah berjasa bagi Anda. Apakah itu juga ibu Anda? Apakah itu ayah Anda? Anak Anda? Kakak Anda? Adik Anda? Suami Anda? Istri Anda? Sahabat Anda? Guru-guru Anda? Atau siapa pun itu.

Orang yang paling patut Anda kagumi adalah mereka yang telah berjasa dalam hidup Anda, yang telah memberikan banyak pelajaran tak ternilai sehingga hidup Anda menjadi lebih baik!

Saya mengagumi beberapa pembicara terkenal di Indonesia dan dunia. Mereka bisa menginspirasi dan “membakar” semangat saya serta memberikan motivasi kepada saya.

Guru Kehidupan

71 Guru Kehidupan

Mereka juga telah membuat hidup saya menjadi lebih baik hari ini.

Namun saya menyadari bahwa seharusnya saya juga mengagumi orang-orang yang berada di dekat saya yang telah memberikan totalitas, pengorbanan, perhatian, kasih sayang kepada saya dan sangat berperan besar terhadap pengembangan diri saya hingga saat ini. Tanpa mereka, saya tidak menjadi seperti hari ini!

Mari kita mengagumi orang-orang di sekitar kita. Orang-orang yang telah berjasa besar dalam hidup kita dan katakan kepada mereka, ”Thank You and Love You....”

“Kata yang paling indah di bibir umat manusia adalah kata ”Ibu”, dan panggilan paling indah adalah ”Ibuku”. Ini adalah kata yang penuh harapan dan cinta, kata manis dan baik yang keluar dari kedalaman hati.”—Khalil Gibran (seniman, penyair, dan penulis)

72

Lagu Favorit

12Lagu Favorit

Ketika sedang mengemudi mobil atau dalam waktu senggang, saya senang mendengarkan lagu. Bagi teman-teman saya yang sering bepergian satu mobil dengan saya, mereka pasti sudah hafal lagu-lagu yang sering saya putar di mobil. Saya jarang mengganti CD lagu yang saya putar di mobil, lagu yang saya putar itu-itu saja. Karena itu, saya sering di-“complain” oleh teman-teman yang merasa bosan dengan lagu-lagu saya. HaHaHa....

Saya senang mendengarkan lagu-lagu motivasi dan inspirasi, karena dapat mengubah perasaan saya menjadi lebih positif. Ada beberapa lagu yang saya suka dan sering saya dengarkan. Lagu pertama adalah lagu dari John Lennon yang berjudul ”Imagine”.

Sebuah lagu yang mengajarkan kita untuk mengakhiri pertikaian dan mulailah saling mengasihi satu sama lain. Kita adalah satu! Satu sebagai umat manusia! Berikut adalah syairnya:

Imagine there’s no heaven It’s easy if you try No hell below us

74 Lagu Favorit

Above us only sky Imagine all the people Living for today

Imagine there’s no countries It isn’t hard to do Nothing to kill or die for And no religion too Imagine all the people Living life in peace

You may say that I’m a dreamer But I’m not the only one I hope someday you’ll join us And the world will be as one

Imagine no possessions I wonder if you can No need for greed or hunger A brotherhood of man Imagine all the people Sharing all the world

You may say that I’m a dreamer But I’m not the only one I hope someday you’ll join us And the world will be as one

75

Bayangkan tak ada surgaItu mudah jika kau berusahaTidak ada neraka di bawah kitaDi atas kita hanya langit luasBayangkan semua orangHidup untuk hari ini

Bayangkan tak ada negaraItu tidak sulit untuk dilakukanTiada yang terbunuh atau mati demi ituDan tidak ada agama jugaBayangkan semua orangMenjalani kehidupan dalam damai

Kau mungkin pikir aku ini seorang pemimpiNamun aku bukan satu-satunya orangKuharap suatu hari kau akan bergabung dengan kamiDan dunia akan menjadi satu

Bayangkan tak ada penguasaanAku bertanya apa kau bisaTidak perlu tamak atau laparSuatu persaudaraan manusiaBayangkan semua orangBerbagi seluruh dunia

Kau mungkin pikir aku ini seorang pemimpiNamun aku bukan satu-satunya orang

Lagu Favorit

76 Lagu Favorit

Kuharap suatu hari kau akan bergabung dengan kamiDan dunia akan menjadi satu

Lagu “Imagine” dari John Lennon ini mengundang kontroversi besar-besaran ketika pertama kali beliau menyanyikannya. Banyak pihak yang tidak senang dengan syair dalam lagu ini. Namun seiring berjalannya waktu, lagu ini tetap menjadi legenda, dan telah menginspirasi orang banyak untuk memiliki kedamaian hati dan saling menyayangi.

Lagu ini menjadi salah satu satu syair terindah yang pernah saya baca dan nyanyikan. Lagu yang dapat mempersatukan semua orang di dunia ini, lagu yang dapat menghentikan pertikaian, mengatasi perbedaan ras, warna kulit, gender, suku, budaya, dan lain-lain.

Hanya saja pikiran kita yang egois ini tidak mau menerimanya, kita terjebak oleh kesepakatan-kesepakatan yang telah ada dan menutup pintu hati kita untuk hidup dalam harmoni.

Ya, keindahan hidup dalam harmoni. Itulah lagu kedua yang saya suka. Berjudul “In Harmony”, yang dinyanyikan oleh George Bruns.

What makes someone special?I suppose it all dependsIt’s what’s unique in each of usThat we all share as friends

77

The difference is our differencesMaybe smaller greatVariety add spice to lifeSo we should celebrate

In harmony, harmony You’re you, I’m meTogether weCan live in harmony

If there was only one noteHow boring life would beI’m glad there are so many notesIn many different keys

I hear each voice singingWith a special qualityAnd when we sing togetherWe bring music to the sea

Apa yang membuat seseorang istimewa?Kurasa semuanya tergantungHal yang unik pada kita masing-masing itulahYang sama-sama kita miliki sebagai kawan

Perbedaannya ada pada perbedaan kitaYang mungkin menjadi kehebatan-kehebatan kecil

Lagu Favorit

78 Lagu Favorit

Keragaman menambah bumbu bagi kehidupanJadi kita harus rayakan

Dalam harmoni, harmoniKamu adalah kamu, aku adalah akuBersama kitaDapat hidup dalam harmoni

Jika hanya ada satu nadaBetapa membosankannya hidup iniAku gembira ada begitu banyak nadaDalam berbagai kunci

Kudengar setiap suara bernyanyiDengan suatu kualitas istimewaDan ketika kita menyanyi bersamaKita membawa musik ke samudra

Lagu yang sangat menawan. Lagu ini mengajarkan kita bahwa perbedaan itu ada bukan untuk menjadi bahan pertikaian, tetapi untuk menjadi kehebatan-kehebatan kecil dalam kehidupan.

Sedangkan lagu ketiga yang sering saya dengar adalah lagu dari Bon Jovi yang berjudul ”It’s My Life”. Berikut ini adalah penggalan syair lagu It’s My Life:

79

It’s my lifeIt’s now or neverAin’t gonna live foreverI just wanna live while I’m alive

It’s my lifeMy heart is like an open highwayFrankie said I did it my wayI just wanna live while I’m alive

Inilah hidupkuSekarang atau tidak sama sekaliAku tak kan hidup selamanyaAku hanya ingin hidup selama aku hidup

Inilah hidupkuHatiku bagai jalan raya bebas hambatanFrankie katakan, ”Kulakukan dengan caraku sendiri.”*Aku hanya ingin hidup selama aku hidup

*Frank Sinatra, dalam lagu terpopulernya, ”My Way”.

Setiap kata dalam syair ini memberikan pelajaran penting tentang pilihan dalam hidup ini. Dengan penafsiran bebas, saya coba mengartikan arti lagu It’s My Life ini. Dalam hidup, kita akan selalu berhadapan dengan pilihan-pilihan. Pada akhirnya kita sendiri yang harus menentukan pilihan.

Lagu Favorit

80 Lagu Favorit

Kita selalu merasa bahwa esok kita pasti masih hidup, jadi kita menyia-nyiakan waktu yang kita miliki. Padahal masa depan penuh ketidakpastian. Jika ingin melakukan tindakan yang bermanfaat, lakukan sekarang juga, jangan ditunda! Sekarang atau tidak sama sekali! Lagu Bon Jovi ini sangat menginspirasi, mengajarkan kepada saya tentang aset terpenting dalam hidup yang saya punya, yaitu “waktu”!

Ketiga lagu ini banyak memberikan pelajaran tentang kita, tentang kedamaian hati, keharmonisan, dan melakukan apa yang harus dilakukan saat ini juga.

Apabila kita menggabungkan ketiga lagu dan meringkasnya menjadi satu kalimat saja, maka kita akan menemukan kesimpulan untuk membayangkan indahnya dunia tanpa pertikaian; hal itu dapat terjadi apabila kita saling menghargai perbedaan, hidup dalam harmoni; dan itu semua harus kita lakukan saat ini juga.

Indahnya hidup yang penuh cinta dan harmoni.... Bayangkan! Eh, wujudkan!

Musik adalah pengalaman, pemikiran, dan kebijaksanaanmu sendiri. Jika kamu tidak hidup dengannya, musik itu tidak akan keluar dari terumpetmu.—Charlie Parker (pemusik jaz, pemain saksofon legendaris asal Amerika)

81

Taman Bunga

13Taman Bunga

Salah satu cara untuk melihat bagaimana indahnya perbedaan dalam hidup, namun menjadi suatu harmoni adalah dengan cara melihat taman bunga di sekitar kita.

Tanpa kita sadari, taman bunga dapat memberi pelajaran tak ternilai kepada kita tentang keharmonisan. Seperti yang kita tahu, taman bunga menjadi sangat indah dengan keanekaragaman bunga dan tumbuhan di dalamnya. Ada bunga berwarna merah, ada bunga berwarna hijau, ada bunga berwarna putih, dan lain-lain. Saya rasa Anda semua sependapat dengan saya, apabila taman bunga hanya memiliki satu jenis tanaman yang berwarna putih atau merah saja, taman ini menjadi kurang menarik. Keindahan taman bunga justru terletak dari keanekaragaman warna dan jenis bunga di dalamnya.

Hal ini sama halnya dengan keharmonisan dalam hidup. Dunia ini menjadi begitu indah dengan keanekaragaman suku, bangsa, budaya, adat, tata cara, serta kepercayaan. Apabila semua orang di dunia ini mau menerima perbedaan dan sama-sama menjadikan perbedaan sebagai suatu keindahan, pastilah dunia ini menjadi lebih damai dalam harmoni.

83 Taman Bunga

Akan tetapi....

Celakanya kita sering menginginkan “taman bunga dunia” kita menjadi “satu warna” saja. Apabila keyakinan kita berwarna merah, kita meyakini bahwa apabila taman bunga kita hanya berisi bunga merah, maka taman bunga kita akan menjadi sempurna. Padahal kenyataannya dengan berisi bunga merah saja, taman bunga kita akan sangat membosankan. Iya kan?

Menghargai perbedaan sebagai suatu keindahan akan membuat hidup ini menjadi lebih damai. Dengan damai di hati kita masing-masing, maka bangsa ini akan menjadi damai juga, dengan damai pada setiap bangsa, maka dunia pun akan menjadi damai dalam harmoni.

Bila ada cahaya dalam jiwa, maka akan hadir kecantikan dalam diri seseorang. Bila ada kecantikan dalam diri seseorang, akan hadir keharmonisan dalam rumah tangga. Bila ada keharmonisan dalam rumah tangga, akan hadir ketertiban dalam negara. Dan bila ada ketertiban dalam negara, akan hadir kedamaian di dunia.—Pepatah Tiongkok

84

Investasi Terbaik

14Investasi Terbaik

Saya senang menghadiri seminar-seminar atau pelatihan-pelatihan mengenai berbagai macam pengetahuan. Baik itu dalam bidang Dharma, investasi, kepemimpinan, atau pengembangan diri.

Dulu saya berpendapat bahwa investasi terbaik yang harus saya lakukan adalah investasi dari “leher ke atas”, atau investasi dalam hal pengetahuan. Ketika itu saya berpikir bahwa pengetahuan sangat penting dan sangat menentukan masa depan saya.

Namun hari ini saya telah meralat sendiri pemikiran saya. Investasi dari “leher ke atas” bukanlah investasi terbaik. Jenis investasi ini adalah investasi terbaik kedua. HaHaHa....

Investasi terbaik yang harus kita lakukan adalah investasi persahabatan. Ya, investasi persahabatan sangat menentukan seperti apa kita 5, 10, 15, atau 20 tahun yang akan datang.

Dikatakan oleh Charles “Tremendous” Jones bahwa “Lima tahun dari sekarang Anda akan tetap sama seperti hari ini, kecuali jika Anda melakukan kedua hal berikut ini: membaca buku-buku yang bermanfaat dan berkenalan dengan orang-orang baru yang menjadi sahabat Anda.”

86 Investasi Terbaik

Jelas sekali dikatakan oleh Charles Jones bahwa dalam hidup ini, penting sekali kita berinvestasi dalam dua hal: pengetahuan dan persahabatan.

Dalam bidang pengetahuan atau pendidikan, kita bisa berinvestasi dengan mengikuti seminar atau pelatihan pengembangan diri, selain itu kita juga bisa membaca buku-buku bermanfaat yang akan menambah wawasan kita. Mungkin sebagian dari Anda enggan membaca buku. Saya pun begitu, tapi itu dahulu. Barangkali pesan berikut ini dapat mengubah pandangan Anda tentang membaca buku.

Mendengarkan ceramah dari seorang pembicara adalah hal yang baik untuk dilakukan. Akan tetapi, cara ini adalah cara paling lambat untuk bertumbuh. Karena dari 2 jam ceramah yang kita dengarkan, kita mungkin hanya dapat mengingat 3-10% saja dari isi ceramah itu. Bahkan mungkin setahun kemudian kita sudah benar-benar melupakannya. Sedangkan dengan membaca, kita dapat membaca kapan pun dan di mana pun kita mau, kita dapat mengulang terus membaca bagian yang belum kita mengerti dari sebuah buku.

Kemudian, umur berapakah rata-rata seseorang menulis buku? Hmm.... Mungkin Anda menjawab 30 tahun, atau 40 tahun, atau 50 tahun. Mari kita samakan suara bahwa rata-rata orang menulis buku umur 35 tahun. Oke?

Nah, sekarang apabila Anda mengatakan, “Saya ‘cuma’

87

membaca 100 buku dalam setahun”. Berarti 35 tahun x 100 = 3.500 tahun. MENAKJUBKAN! Berarti selama satu tahun, Anda telah mempelajari 3.500 tahun pengetahuan dan pengalaman hidup seseorang (penulisnya).

Hitung-hitungan di atas mungkin terlihat bodoh, tapi orang-orang yang terlihat “bodoh” yang rajin membaca buku, biasanya malah unggul di satu bidang tertentu dibanding mereka yang malas membaca.

Ada pepatah yang mengatakan: “Every Leader is a Reader”, yang apabila diartikan dalam bahasa Indonesia: “Setiap pemimpin adalah orang yang ’gila’ baca.” Hmm.... Sangat menarik, karena memang hampir semua tokoh dunia adalah mereka yang gemar membaca.

Hitung-hitungan bodoh dan kalimat inilah yang membuat saya lebih giat membaca, dan membuat saya bisa menulis buku ini. Apabila saya malas membaca, bagaimana mungkin saya bisa menulis buku?

Nah, tadi itu beberapa hal mengenai investasi dalam bidang pengetahuan atau pendidikan. Selanjutnya seperti apakah investasi dalam bidang persahabatan?

Investasi dalam bidang persahabatan yang dimaksud di sini adalah bersikap lembut kepada yang lebih muda, bersikap kasih kepada yang lebih tua, bersimpati kepada

Investasi Terbaik

88 Investasi Terbaik

yang berjuang keras, dan bertenggang rasa kepada yang lebih lemah. Inilah yang dikatakan oleh George Washington Carver (ilmuan, pendidik, dan penemu asal Amerika).

Inilah empat jenis investasi dalam bidang persahabatan yang sangat penting untuk dilakukan. Semakin sering kita melakukan empat hal ini, maka semakin besarlah tabungan investasi kita dalam bidang persahabatan.

Melakukan investasi dalam bidang persahabatan, tentu saja berbeda dengan sikap pamrih atau ”berteman bila ada maunya”. Investasi persahabatan adalah investasi yang dilakukan dengan sepenuh hati.

Pada sebuah seminar yang saya ikuti, pembicaranya mengatakan, “Janganlah Anda menghina orang lain. Masa depan penuh ketidakpastian, Anda tidak akan tahu kalau suatu saat orang yang Anda hina itu akan menjadi orang hebat.”

Anehnya, sebagian besar orang hebat yang saya baca kisah hidupnya adalah mereka yang tadinya ditindas, diremehkan, dihina, dan sebagainya. Menarik juga. Akan tetapi, daripada kita memberi “vitamin motivasi” dalam bentuk hinaan, bukankah lebih baik kita memberikan “vitamin motivasi” dalam bentuk pujian dan dukungan?

Empat jenis investasi inilah yang sangat berperan penting untuk kehidupan kita pada masa yang akan datang. Apabila

89

digabung dengan investasi dalam bidang pengetahuan, maka rumus kesuksesan dan kebahagiaan adalah: 4 Sahabat + 1 Pengetahuan = Sempurna!

Tepuk tangan untuk rumus ini! Yeiiiy!

”Sahabatmu adalah kebutuhan jiwamu yang terpenuhi. Dialah ladang hatimu, yang dengan kasih kau taburi dan kau pungut buahnya dengan penuh rasa terima kasih. Kau menghampirinya tatkala hati gersang kelaparan, dan mencarinya tatkala jiwa membutuhkan

kedamaian. Janganlah ada tujuan lain dari persahabatan, kecuali saling memperkaya jiwa.”—Khalil Gibran (seniman, penyair, dan penulis)

Investasi Terbaik

HaHaHa

15HaHaHa

Semasa kecil dan remaja, saya bukanlah tipe anak yang senang belajar. Saya sangat malas membaca dan menghafal. Bahkan salah satu alasan saya mengapa kuliah di jurusan Desain Komunikasi Visual adalah karena jurusan ini tidak ada hafalan dan hitungan (maaf ya, bapak dan ibu dosen). HaHaHa....

Akan tetapi, alasan saya untuk menghindari hafalan ternyata tidak terwujud, karena di jurusan Desain Komunikasi Visual ada pelajaran sejarah desain. Waduh! Saya jadi tidak bisa “membebaskan diri” dari hafal menghafal. HaHaHa....

Seiring berjalannya waktu, ketika memasuki usia 20. Saya menyadari bahwa memiliki pengetahuan yang luas sangat penting dalam perkembangan diri saya. Pandangan saya terbuka dan saya mulai menyukai buku. Saya coba untuk membiasakan diri membaca, mulai dari buku tipis maupun buku tebal. Dari membaca buku saya mendapatkan banyak pengetahuan dan pelajaran baru. Saya senang membaca buku tentang Dharma, pengembangan diri, investasi, pemasaran, komunikasi, tokoh dunia, psikologi, dan berbagai pengetahuan lainnya. Melalui buku-buku inilah pengetahuan saya terus bertambah dari waktu ke waktu.

92 HaHaHa

Akan tetapi....

Seiring berjalannya waktu. Saya menjadi pribadi yang terlalu “sibuk” dengan mengumpulkan teori dan pengetahuan sehingga saya menjadi pribadi yang kurang menggunakan “hati”. Ya, karena memiliki banyak teori pengetahuan, saya menjadi pribadi yang arogan. Tidak hanya senang berargumentasi, tapi saya juga senang mendebat pendapat orang lain. Saya ”siap mati” dalam berdebat untuk mempertahankan pendapat saya sendiri dan tidak memedulikan perasaan orang lain.

Singkat cerita, saya menjadi pribadi yang lebih menggunakan otak, tapi kurang menggunakan hati. Menyedihkan....

Selama bertahun-tahun lamanya, saya menjadi pengumpul teori yang tidak memakai hati. Sampai suatu kali, seorang sahabat saya menegur saya dengan mengatakan, “Vid, kamu bisa jadi orang hebat kalau kamu mempraktikkan apa yang kamu tahu!”

Kata-kata ini seakan menghantam keras kepala saya, dan menyadarkan saya atas kekeliruan yang telah saya lakukan selama ini. Saya tahu, yang dimaksud hebat oleh sahabat saya ini bukanlah berarti saya menjadi orang terkenal. Tetapi yang dimaksudkan sahabat saya ini adalah hebat karena bisa mempraktikkan apa yang saya tahu. Seperti yang dikatakan oleh Bruce Lee, “Knowing is nothing, but applying what you know is everything.”—mengetahui itu tidak ada artinya, tapi

93

menerapkan apa yang Anda tahu adalah segalanya.

Ya, mempraktikkan apa yang kita tahu memang akan menjadi segala-galanya. Orang bijaksana adalah mereka yang mempraktikkan apa yang mereka ketahui. Mempraktikkan hal yang sederhana secara terus menerus sampai menjadi kebiasaan dan pedoman hidup.

Rangkuman dari cerita di atas dapat disimpulkan menjadi ”HaHaHa”. Yang merupakan kependekan dari HeAd (Kepala) – HeArt (Hati) – HAnd (Tangan).

Dalam hidup ini kita harus terus belajar. Kita harus terus mengisi kepala (head) kita ini dengan pengetahuan yang bermanfaat untuk pengembangan diri kita masing-masing. Namun pengetahuan saja tidak cukup, kita harus lebih sering menggunakan hati (heart). Ketimbang memperdebatkan siapa yang salah atau siapa yang benar karena pikiran kita yang “pintar” ini, bukankah keharmonisan dan kedamaian dalam hati itu lebih penting?

Setelah memiliki pengetahuan dan memakai hati, yang terpenting adalah mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan tangan (hand) dan kaki kita. Praktikkanlah apa yang kita tahu demi kebaikan dan kebahagiaan orang lain.

Saya mengenal beberapa orang yang tidak berpendidikan

HaHaHa

94 HaHaHa

tinggi dan tidak pintar berbicara. Orang-orang ini jarang pakai otak, tetapi mereka sering menggunakan hati untuk menolong orang lain. Mereka tidak memikirkan banyak pertimbangan dalam menolong orang yang kesulitan dan mereka selalu siap bertindak kapan pun dimintai tolong. Mereka menjadi sumber inspirasi bagi saya—untuk lebih banyak memakai hati.

Akan tetapi....

Saya juga mengenal mereka yang berpendidikan tinggi, berpengetahuan luas, pintar berbicara, tetapi jarang menggunakan hati. Mereka memikirkan terlalu banyak pertimbangan dalam menolong orang lain. Mereka menjadi pribadi yang angkuh dengan pengetahuan yang dimiliki. Orang-orang inilah yang lebih banyak memakai otak daripada hati, mengetahui banyak hal yang baik-baik, tapi tidak mempraktikkannya. Semoga orang-orang yang saya kenal ini bukan Anda. HaHaHa....

Dengan semakin sering kita belajar (head), memakai hati (heart), dan praktik (hand), maka kita akan semakin bahagia dan dapat tertawa bahagia, HaHaHa. Selain itu, tidak cuma kita menjadi lebih bahagia, apabila kita sering-sering mempraktikkan “HaHaHa” ini, kita juga akan dapat membuat banyak orang lebih bahagia dan bisa tertawa HaHaHa....

Dengan demikian, dunia akan menjadi satu dalam harmoni dan tawa penuh sukacita. HaHaHa....

95

“Pendapat, pengetahuan, dan keyakinan kita pada akhirnya tidaklah penting. Yang penting hanyalah tindakan kita.”—John Ruskin (kritikus seni dan pengamat sosial Inggris)

HaHaHa

Brahma

16Brahma

Selama saya hidup hingga sekarang ini, banyak sekali guru-guru kehidupan yang saya temui dan belajar kepada mereka. Guru-guru ini mengajarkan banyak hal yang membuat hidup saya jadi lebih baik hari ini.

Salah satu guru yang berpengaruh besar terhadap pengembangan diri saya adalah Ajahn Brahmawangso, atau biasa dipanggil Ajahn Brahm, biksu “bule” yang berasal dari Inggris. Beliau adalah seorang inspirator kebahagiaan, penulis buku laris “Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya” dan juga seorang guru meditasi.

Pertemuan pertama saya dengan Ajahn Brahm melalui buku, “Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya”. Buku ini memberikan banyak pencerahan untuk saya. Ada 4 cerita dalam buku ini yang menjadi referensi hidup saya.

Pertama, cerita yang berjudul “Ini Pun Akan Berlalu”. Kalimat ini yang sering saya bawa kemana-mana. Kalimat “sakti” yang menjadi sumber dari segala inspirasi saya. Kalimat ini menggambarkan kenyataan hidup sesungguhnya.

Kebahagiaan akan berlalu dan berganti menjadi kesedihan.

Brahma

Akan tetapi, kesedihan pun akan berlalu dan berganti menjadi kebahagiaan lagi. Begitu seterusnya.

Saya sering mengingat kalimat ini ketika saya sedang menghadapi masalah. Sambil tetap mencari solusi, saya meyakini bahwa masalah ini pun pasti akan berlalu. Dan ternyata keyakinan saya benar adanya, tidak satu pun masalah dalam hidup yang tidak berlalu. Semua masalah pasti akan berlalu.

Kalimat ini sederhana sekali kedengarannya, namun tidaklah mudah untuk dipraktikkan pada kehidupan sehari-hari.

Cerita kedua, berjudul “Cinta Tanpa Syarat”. Cerita ini mengisahkan pengalaman pribadi Ajahn Brahm ketika beliau masih remaja. Ketika itu ayah beliau mengatakan, “Nak, Apa pun yang kamu lakukan dalam hidupmu, ketahuilah, pintu hatiku akan selalu terbuka untukmu.”

Kalimat ini sungguh sangat indah. Kalimat “cinta sejati” yang sesungguhnya. Saya sering mempraktikkan kalimat ini untuk berdamai dengan orang lain. Apa pun yang kamu lakukan, kamu tetap ayahku, kamu tetap ibuku, kamu tetap guruku, kamu tetap sahabatku, kamu tetap saudaraku, kamu tetap kakakku, kamu tetap adikku.... Kalimat inilah yang membuat saya tidak mau berlama-lama memendam kekecewaan kepada orang lain dan jadi lebih mudah memaafkan orang lain.

99

Ketiga, cerita yang berjudul “Ayam Atau Bebek”. Cerita ini mengisahkan sepasang pengantin baru yang berjalan di sebuah hutan. Ketika berjalan, mereka mendengar suara, “Kuek! Kuek!”

Si istri mengatakan bahwa itu adalah suara ayam. Sedangkan suami mengatakan bahwa itu adalah suara bebek. Dari perdebatan awal yang sepele, sepasang sejoli ini mulai bertengkar dalam mencari siapa yang benar, siapa yang salah. Sebelum pertengkaran berlanjut sampai pada tindak kekerasan, si suami menyadari kekeliruannya, dan membenarkan istrinya. Si suami membenarkan istrinya dengan ikut mengatakan bahwa suara itu adalah suara ayam. Setelah itu mereka saling bergandengan tangan dengan damai.

Pada salah satu ceramahnya, Ajahn Brahm mengatakan, “Kalau Anda berkata sesuatu itu adalah ayam, dan saya bilang itu bebek, pada akhirnya saya akan setuju dengan Anda, sekadar atas dasar belas kasih dan harmoni. Kedamaian itu lebih penting.”

WOW.... Menakjubkan Ajahn! Menakjubkan! Dengan mempraktikkan cerita ”Ayam Atau Bebek” ini, kita jadi lebih bisa berdamai dengan orang lain dan menciptakan keharmonisan dengan orang-orang di sekitar kita.

Keempat, cerita yang berjudul ”Tiga Pertanyaan Kaisar”. Cerita ini mengisahkan seorang kaisar yang sedang mencari falsafah

Brahma

Brahma

hidup. Falsafah ini ditemukannya sendiri melalui pengalaman hidup.

Sang Kaisar menyadari bahwa ia hanya memerlukan jawaban atas tiga pertanyaan mendasarnya. Tiga pertanyaan itu adalah:

1. Kapankah waktu yang paling penting?2. Siapakah orang yang paling penting?3. Apakah yang paling penting untuk dilakukan?

Setelah melalui pencarian panjang, akhirnya ia menemukan jawabannya saat mengunjungi petapa. Petapa itu memberi pencerahan dan kebijaksanaan dengan tiga jawaban yang diberikan.

1. Kapankah waktu yang paling penting? Saat ini.2. Siapakah orang yang paling penting? Orang yang sedang bersama kita.3. Apakah yang paling penting untuk dilakukan? Peduli.

”Tiga Pertanyaan Kaisar” ini membuat saya jadi lebih peduli dengan orang di sekitar saya. Salah satu contoh praktiknya adalah pada saat saya menghadiri ceramah atau seminar, orang lain akan sangat sulit menghubungi telepon genggam saya. Mengapa begitu?

Pertama, karena waktu yang paling penting adalah ketika saya

101

mendengarkan ceramah itu. Kedua, pembicara di ceramah itu adalah orang yang paling penting untuk saya saat itu. Karena pada saat itu dialah yang sedang bersama saya, bukan orang yang menghubungi saya lewat sms atau telepon. Barulah setelah selesai ceramah, orang yang menghubungi saya lewat sms atau menelepon saya menjadi orang yang paling penting untuk saya. Selesai ceramah saya akan langsung menghubungi orang yang menelpon saya sebelumnya. Inilah salah satu cara saya dalam mempraktikkan cerita ”Tiga Pertanyaan Kaisar”.

Keempat cerita tadi hanya segelintir dari 108 cerita dalam buku ”Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya”. Banyak cerita lainnya yang menginspirasi saya dan membuat saya menjadi lebih baik. Bagi Anda yang belum membaca buku ini, bacalah sekarang juga! Apabila dalam hidup ini Anda hanya sempat membaca 1 buku, tidak keliru kalau buku itu adalah “Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya”!

Setelah menjadi pengagum Ajahn Brahm selama bertahun-tahun, saya baru bisa bertemu beliau secara langsung ketika beliau datang ke Indonesia pada Februari 2009. Selanjutnya pada Maret 2010, ketika beliau memberikan ceramah dan pelatihan meditasi di berbagai kota di Indonesia atas undangan Ehipassiko Foundation.

Berikut ini adalah kesan-kesan saya tentang Ajahn Brahm yang menginspirasi saya.

Brahma

102 Brahma

Pertama, Ajahn Brahm adalah salah satu orang paling bahagia yang pernah saya temui. Kebahagiaannya terlihat dari pancaran senyumnya yang berasal dari ketulusan hati. Setiap kali berada dekat dengan beliau, perasaan saya selalu bahagia dan damai. Ajahn Brahm selalu tampak bahagia kapan pun dan di mana pun. Dalam hal kebahagiaan, Ajahn Brahm memiliki gelar S4, yaitu: Selalu Senang Setiap Saat. HaHaHa....

Kedua, Ajahn Brahm selalu ingin menyenangkan orang lain. Contohnya ketika beliau selesai ceramah di Grand Chapel, Karawaci, lebih dari seribu orang pengunjung mengantre untuk meminta tanda tangan beliau. Para panitia yang baik hati khawatir kalau Ajahn Brahm sakit dan kelelahan karena menandatangani seribuan buku. Akan tetapi, karena cinta kasih Ajahn Brahm yang begitu besar kepada setiap orang, beliau tetap tersenyum bahagia menandatangani buku-buku (dan kaos-kaos Love You!) yang disodorkan kepadanya.

Selain itu, beliau tidak pernah absen memberikan senyum tulusnya apabila ada pengunjung yang ingin berfoto bersamanya. Dalam hal senyum kepada orang lain Ajahn Brahm juga bergelar S4, yaitu: Selalu Senyum Setiap Saat. HaHaHa....

Sungguh menakjubkan sekali! Beliau selalu melayani orang lain dengan sepenuh hati.

Ketiga, Ajahn Brahm adalah salah satu orang yang paling

103

positive thinking (berpikiran positif ) dan positive feeling (berperasaan positif ) yang pernah saya temui.

Selain itu, Ajahn Brahm selalu tenang-seimbang terhadap segala sesuatu yang terjadi, entah itu baik atau buruk, beliau selalu mengatakan ”Very Good” dan beliau tetap senantiasa happy.

Pernah pada siang bolong yang panas terik di Padang, saya mengeluh kepada beliau, “Duh, panas sekali ya, Ajahn!” Akan tetapi beliau malah menjawab, “No, it’s nice!” (Tidak, ini asyik!). Wow, saya sangat kagum mendengar komentarnya itu. Sungguh tidak ada penolakan terhadap lingkungan sekitarnya.

Kemudian yang keempat, Ajahn Brahm adalah salah satu tokoh spiritual yang dikenal di banyak negara. Salah satu bukunya, ”Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya”, diterbitkan 20 bahasa. Ceramah dan tulisan beliau tidak hanya digemari, namun juga mencerahkan banyak orang di banyak negara, termasuk saya salah satunya. Akan tetapi, yang membuat saya kagum bukanlah popularitas beliau yang sedemikian mengagumkannya, melainkan, Ajahn Brahm ”memanfaatkan” popularitasnya demi kebaikan dan kebahagiaan banyak orang.

Sebagai tokoh spiritual yang dikenal oleh masyarakat dunia, beliau tetaplah seorang biksu sederhana yang bersahaja. Biksu

Brahma

104 Brahma

yang mudah melayani dan mudah dilayani. Biksu yang hanya membawa mangkuk dan tas kainnya saja dari negara satu ke negara lainnya. Pelayanan yang dilakukannya kepada orang lain sungguh mengagumkan. Ajahn Brahm memanfaatkan kepiawaiannya dalam berceramah, menulis, dan bermeditasi demi kebaikan dan kebahagiaan orang banyak.

Demikianlah saya belajar dari Ajahn Brahm, belajar tentang cinta, kebijaksanaan, keharmonisan, kedamaian, pelayanan, dan kebahagiaan.

Semoga Anda semua juga dapat belajar dari Ajahn Brahm.

”Bagian terberat dari segala sesuatu dalam hidup, adalah... memikirkannya.”—Ajahn Brahm (guru kebahagiaan dan keheningan)

105

Ha!HAPPIEST

106

Dua Sayap

17Dua Sayap

Ribuan tahun yang lalu, tidak pernah terbayangkan oleh manusia, bahwa manusia dapat terbang seperti sekarang ini. Ya, dengan pesawat terbang, manusia dapat bepergian dari tempat satu ke tempat lainnya dengan lebih cepat.

Ketika saya berada di pesawat terbang, saya sering melihat keluar jendela pesawat untuk melihat pesawat tinggal landas. Saya sangat takjub melihat kecanggihan pesawat terbang saat tinggal landas. Sebelum tinggal landas, pesawat melaju dengan kecepatan tinggi sebagai pendorong untuk mengangkat berat pesawat, dan pesawat itu naik sedikit demi sedikit. Pesawat dengan dua sayapnya dapat terbang mengarungi “lautan” awan di angkasa. Sungguh menakjubkan!

Saya tidak henti-hentinya mengagumi hal ini! Kejeniusan pikiran manusia sangat mengagumkan hingga bisa-bisanya membuat pesawat terbang, benda yang dapat menerbangkan ratusan manusia dan bagasi di dalamnya. Selain itu, manusia juga dapat membuat hal yang tadinya dianggap tidak mungkin, menjadi mungkin!

Akan tetapi....

Dua Sayap

Seperti dua sisi uang logam yang saling berdampingan, demikian pula dengan kenyataan dalam hidup, positif dan negatif selalu berdampingan. Pesawat terbang dapat bermanfaat untuk kebaikan banyak orang, akan tetapi pesawat terbang juga dapat diubah menjadi pesawat tempur yang dapat menjadi pemusnah massal yang membuat jutaan manusia menderita.

Berbicara mengenai pesawat tempur, pasti berhubungan dengan perang; dan membicarakan perang, pasti berhubungan dengan bom. Saya pernah membaca artikel tentang bom yang bernama Tzar Bomba. Tzar Bomba berarti kaisar dari segala bom, bom yang mahadahsyat ledakannya. Tzar Bomba adalah sebuah bom nuklir yang diciptakan oleh Uni Soviet, yang pernah diuji coba pada tahun 1961. Tsar Bomba berbobot 27 ton dan diangkut oleh pesawat TU-95 yang merupakan pesawat pengebom terbesar pada zamannya.

Ketinggian pelepasan bom adalah 34.500 kaki, dan sewaktu meledak memiliki daya ledak sebesar 50 Megaton TNT yang sebanding dengan seluruh bom yang meledak pada Perang Dunia II dikalikan 10. Menyeramkan!

Pada Perang Dunia II, bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, telah menyebabkan 220.000 orang meninggal dan ribuan orang lainnya mengalami sakit serius akibat terkena radiasi dari bom atom ini.

109

Anda bisa bayangkan sendiri apabila Tzar Bomba digunakan sebagai alat perang dan dijatuhkan ke sebuah negara. Bom yang kekuatannya 10 kali lipat bom di Hiroshima plus Nagasaki ini akan menyebabkan jutaan nyawa melayang dan jutaan makhluk lainnya menderita untuk jangka panjang.

Huhh....

Betapa hebatnya kejeniusan pikiran manusia dapat menciptakan senjata pemusnah massal yang dapat menghilangkan jutaan nyawa seketika! Begitu mengetahui hal ini, saya menyadari satu hal bahwa dalam hidup, kita akan selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan. Hal ini diibaratkan seperti seekor burung yang mempunyai dua sayap. Sayap ini dapat membawa si burung terbang ke mana pun ia suka. Ia dapat memilih, apakah terbang ke tempat yang gelap, kotor, penuh kebencian, dan kemarahan, atau ia memilih tempat yang terang, bersih, dan penuh cinta kasih.

Ya, kita seperti burung yang mempunyai dua sayap di punggung. Kita bebas memilih apa yang mau kita lakukan, kita dapat memilih menjadi baik atau buruk, menjadi bijak atau bodoh, bahagia atau menderita.

Dengan mendengarkan suara hati, marilah kita memilih untuk menjadi pahlawan kehidupan. Kita memilih untuk menjadi pahlawan kehidupan yang penuh dengan cinta kasih, ketulusan, kepedulian, dan kebijaksanaan terhadap orang-orang di sekitar kita.

Dua Sayap

Dua Sayap

”Mana yang lebih ingin Anda miliki: harta berlimpah atau kemampuan untuk menikmati hidup?”—Anthony de Mello (pastur penulis buku Kicauan Burung).

111

Seperti ApakahAku Mati Nanti?

18Seperti Apakah Aku Mati Nanti?

Seperti seekor burung yang memiliki dua sayap, kita bebas memilih apa yang ingin kita lakukan dalam hidup. Demikian pula dengan kematian. Ilustrasi berikut ini dapat memberikan gambaran kepada kita, kematian seperti apakah yang kita inginkan?

Ada dua orang sahabat yang berteman sejak mereka masih anak-anak. Kedua sahabat ini sama-sama menjadi bussinessman sukses dengan harta, takhta, strata, dan kereta yang diidamkan semua orang. Waktu pun berlalu, kedua sahabat ini sama-sama telah berkeluarga. Keduanya menjalani hidupnya masing-masing.

Kisah hidup pertama, bussinessman pertama senang belajar dan praktik kebajikan, ia senang mendengarkan ceramah kebajikan, selain itu ia juga senang melakukan amal. Tentu saja, bussinessman baik ini sering, mudah, dan awet dalam kebahagiaannya sendiri. Selain itu, ia juga seorang humoris, yang dapat menceriakan suasana. Banyak sekali orang yang menyayanginya.

Tahun demi tahun pun berlalu, bussinessman ini pun telah berusia lanjut. Pada saat jelang ajal, puluhan orang setia

113 Seperti Apakah Aku Mati Nanti?

mendampingi di sisi pembaringannya dan menantikan pesan terakhir yang akan disampaikan oleh bussinessman kita ini. Beberapa saat kemudian, tampak bussinessman ini akan mengucapkan suatu kata, yang mungkin untuk terakhir kalinya. Kemudian dengan suara parau pelan, ia mengatakan, “Kalian yang bahagia ya....”

Setelah itu ia pergi meninggalkan dunia ini dengan damai dan penuh kebahagiaan.

Itulah kisah hidup bussinessman pertama yang hidup senang dan mati tenang.

Selanjutnya, bagaimanakah kisah hidup bussinessman kedua?

Bussinessman kedua orang yang sangat kikir, ia tidak suka mendengar ceramah kebajikan, hanya setahun sekali ia mau mengunjungi wiharanya, itu pun setelah dipaksa berulang-ulang kali plus omelan oleh istrinya. Suatu ketika, pada suatu acara ceramah yang disampaikan oleh seorang biksu bijak, bussinessman ini “tidak sengaja” mendengarkan ceramah. Biksu itu mengatakan bahwa, “Apabila Anda ingin terlahir di alam surga setelah kematian, ingatlah dua kata ini sebelum Anda mati! Dua kata itu adalah ‘Bajik’ dan ‘Bijak’”.

Bussinessman kita ini rupa-rupanya sangat terkesima dengan uraian dari biksu tersebut. Namun masalahnya, ia jarang ke wihara dan malas membaca buku Dharma, apalagi berbuat

114

kebaikan. Tapi, sebagai businessman kelas dunia yang sudah makan ”asam-garam” di dunia bisnis, ia segera mencari akal. Setelah memikirkannya selama berjam-jam. Akhirnya, ia menemukan suatu akal yang cemerlang.

Businessman kita ini rupanya punya dua putra. Demi mengejar ambisi untuk terlahir kembali di alam surga, ia lantas mengganti nama kedua putranya itu menjadi ”Bajik”, dan ”Bijak”. Ia yakin, saat kematiannya menjelang, pasti kedua putranya akan berada di sisi pembaringannya. Nah, pada saat itulah, ketika ia melihat kedua putranya untuk terakhir kalinya, ia pasti akan teringat dan menyebut nama-nama mereka, yaitu Bajik dan Bijak. Saat itu pulalah, ia akan mengucapkan terus nama-nama mereka itu, sampai detik terakhir penghujung hayatnya.

Dengan segera nama kedua putranya diganti. Dan sejak itu, ia tidak pernah lagi datang ke wihara, karena merasa tidak perlu lagi.

Suatu ketika, ia sakit keras. Ia sadar bahwa lonceng kematiannya sebentar lagi akan berdentang. Dari pembaringannya, segera ia memanggil kedua putranya. Dan benar saja, sesuai akalnya yang cerdik itu, ketika ia memanggil nama kedua putranya, segera ia teringat untuk menyebut nama-nama mereka terus-menerus. Lalu ia mulai melafal seraya melihat wajah kedua putranya satu per satu, “Bajik, Bijak.... Bajik, Bijak.... Bajik, Bijak.... Bajik, Bijak....”

Seperti Apakah Aku Mati Nanti?

115 Seperti Apakah Aku Mati Nanti?

Ketika sedang asyik-asyiknya melafal, tiba-tiba terlintas di dalam benaknya suatu pemikiran, yang spontan menyembur keluar lewat mulutnya, “Lho, kalau kalian berdua di sini, lantas siapa yang menjaga toko kita?” Sialnya, pada saat berpikiran kesal seperti itulah, businessman kita ini meninggal! Semoga saja ia tidak terlahir di alam menderita.

Seperti yang dikatakan oleh Master Shantideva: ”Semua kebahagiaan di dunia ini disebabkan oleh niat untuk membahagiakan pihak lain, sedangkan semua penderitaan di dunia ini disebabkan oleh niat untuk membahagiakan diri sendiri saja.”

Saat-saat terakhir menjelang kematiaannya, bussinessman pertama tetap memikirkan kebahagiaan pihak lain. Dengan begitu, berarti orang ini sudah bahagia, dan mengharapkan orang lain bahagia sama seperti dirinya.

Sedangkan saat-saat terakhir menjelang kematiannya, bussinessman kedua masih tetap memikirkan kebahagiaan dirinya sendiri saja. Ia tidak merelakan toko kesayangannya mengalami kerugian. Dengan begitu, orang ini mati dengan ketidakpuasannya.

Mungkin Anda berpendapat, kalau begitu tidak boleh membahagiakan diri sendiri? Saran saya, coba baca sekali lagi kalimat Master Shantideva di atas. HaHaHa....

116

”Semua kebahagiaan di dunia ini disebabkan oleh niat untuk membahagiakan pihak lain, sedangkan semua penderitaan di dunia ini disebabkan oleh niat untuk membahagiakan diri sendiri saja.”

Membahagiakan diri sendiri tentu boleh-boleh saja, asal tidak merugikan pihak lain. Tapi kalau sudah ”berpusat” pada kebahagiaan diri sendiri saja, maka hal ini akan menjadi masalah besar bagi diri kita sendiri, yang malah membuat kita jadi tidak dapat menikmati hidup.

Jadi, mau seperti apakah Anda mati nanti?

”Situasi kita di bumi ini memang aneh. Masing-masing dari kita datang untuk kunjungan singkat, tanpa mengetahui alasannya, namun terkadang tampaknya demi suatu tujuan yang ilahi. Namun dari sudut pandang kehidupan sehari-hari, ada satu hal yang kita ketahui, bahwa

manusia ada di bumi demi kepentingan manusia lainnya.”—Albert Einstein (ilmuwan terbesar abad ke-20)

Seperti Apakah Aku Mati Nanti?

Dua Guru Sejati

19Dua Guru Sejati

Banyak sekali guru dalam hidup ini yang kita temui, mereka berjasa besar kepada kita dengan pelajaran, inspirasi, motivasi, dan pengetahuan yang telah diberikan kepada kita.

Tanpa kita sadari, selain orang-orang yang telah berjasa menjadi guru kehidupan kita, ada dua guru kehidupan lagi yang seringkali tidak kita sadari keberadaannya. Dua guru kehidupan ini selalu menemani kita kapan pun dan di mana pun kaki kita berpijak. Dua guru kehidupan ini adalah guru seumur hidup kita!

Siapakah mereka?

Guru pertama adalah guru terbesar yang kita temui setiap saat. Kita tidak dapat lari dari guru pertama ini, karena ia ada di mana-mana. Guru pertama bisa sangat keras terhadap kita tapi bisa juga sangat bersahabat terhadap kita. Guru pertama ini adalah yang kita kenal dengan sebutan ”ALAM”.

Ya, alam adalah guru terbesar yang kita kenal. Bukankah semua yang kita miliki saat ini berasal dari alam? Makanan, air, api, listrik, pakaian, rumah, kendaraan, uang, dan lain-lain berasal dari alam. Sedangkan kita semua para manusia adalah bagian dari alam. Alam yang sungguh besar.

119 Dua Guru Sejati

Apabila kita menggunakan kekayaan alam ini dengan bijaksana, kita akan mendapatkan kesehatan, kejayaan, dan kemakmuran. Tetapi sebaliknya, ketika kita menggunakan kekayaan alam ini dengan tidak bijaksana, kita akan mengalami sakit, kehancuran, kesedihan, dan kesukaran.

Segala sesuatu terus berubah, termasuk alam yang mahabesar ini. Mungkin nenek moyang kita tidak pernah terbayang bahwa teknologi bisa secanggih sekarang. Teknologi berkembang begitu pesatnya sehingga jarak bukan lagi menjadi masalah.

Beberapa puluh tahun yang lalu, orang masih menggunakan surat untuk mengirim pesan. Akan tetapi, sekarang kita sudah dapat menggunakan e-mail atau sms untuk mengirim pesan. Dalam hitungan detik, pesan yang kita kirim sudah dapat sampai kepada orang yang kita tuju di belahan dunia lain. Bahkan penggunaan telepon genggam menjadi sedemikian canggih, ketika bercakap-cakap melalui telepon genggam, kita dapat saling melihat wajah satu sama lain melalui layar telepon. Menakjubkan!

Ketika saya duduk di bangku SD, saya pernah membayangkan hal ini sebelumnya, bahwa akan sangat keren sekali apabila saat menelepon, kita bisa saling melihat wajah satu sama lain melalui layar monitor. Akan tetapi, saya tidak menyangka bahwa bayangan saya itu menjadi kenyataan pada saat ini.

120

Dari perkembangan teknologi ini, kita belajar satu hal penting dalam hidup. Alam mengajarkan kita tentang perubahan. Ya, dari masa ke masa, kehidupan manusia terus berubah.

Satu kisah nyata yang saya alami sendiri tentang perubahan alam adalah ketika terjadi gempa di Padang. Sebulan sebelum terjadi gempa, saya berada di Kota Padang, selama 3 hari.

Pada saat terjadi gempa, saya melihat kejadian itu melalui televisi, saya sangat sulit menerima kenyataan itu. Saya seakan tidak percaya, bahwa kota yang baru saya datangi bulan lalu menjadi lumpuh seketika.

Ketika gempa terjadi, saya merenungi kejadian itu, “Bagaimana bila gempa terjadi saat saya berada di Padang?” Mungkin saya yang akan berada di reruntuhan bangunan, tertimbun akibat gempa dahsyat itu. Hmm.... Perubahan datang, seketika!

Selain itu, dari alam kita juga dapat belajar hal penting lainnya tentang proses perubahan. Kita belajar siklus alamiah yang akan dialami setiap orang, yaitu: lahir, sakit, tua, dan mati. Satu persatu orang yang kita kenal akan mengalami sakit, tua, dan mati. Selain itu, kita juga akan menemui bayi-bayi baru yang lahir setiap harinya, bayi-bayi akan tumbuh besar, tetapi tetap tidak dapat terhindar dari sakit, tua, dan mati.

Kita dapat merenungkan satu hal tentang proses kehidupan ini, bahwa ketika kita mati nanti, semua sisa tubuh kita ini pun

Dua Guru Sejati

121 Dua Guru Sejati

akan kembali ke alam. Apa pun pilihan keluarga kita nanti, entah itu dikremasi ataupun dikebumikan, sisa-sisa jasad kita ini pun akan kembali ke alam.

Dari perubahan ini kita dapat belajar dari alam, ketika alam “bekerja” secara alami, segala yang kita miliki, semua yang berasal dari alam akan kembali ke alam juga. Segala yang terkondisi, apa pun itu, entah itu rumah bertingkat, perhiasan mahal, mobil mewah, pencakar langit sekalipun akan hancur. Semuanya pasti akan berlalu....

Dari hal ini, saya menarik kesimpulan bahwa kualitas kehidupan seseorang, bukanlah dinilai dari apa yang ia dapat dari alam. Akan tetapi, kualitas kehidupan seseorang dinilai dari bagaimana ia mensyukuri hidup saat ini, dan apa yang ia berikan untuk alam.

Inilah guru pertama yang kita kenal, yang akan selalu memberi kita pelajaran tentang perubahan. Perubahan yang dapat terjadi seketika, kapan pun dan di mana pun kita berada.

Selanjutnya, siapakah yang menjadi guru kedua kita?

Guru kedua adalah guru terbijaksana yang kita kenal. Guru kedua adalah ia yang selalu belajar dari kesalahan, kemudian memperbaikinya. Guru kedua ini selalu mau belajar dari alam dan bagian-bagiannya. Guru kedua ini yang kita kenal dengan sebutan “Peng-ALAM-an”. Ya, pengalaman.

122

Sebuah pepatah bijak mengatakan: “Pengalaman adalah guru terbaik.” Saya setuju dengan kalimat bijak ini. Ketika kita pernah melakukan kesalahan, maka pengalaman menjadi guru terbaik agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama. Karena sesungguhnya tidak ada kata salah, yang ada kita belum belajar.

Tidak cuma belajar dari pengalaman pribadi, sesungguhnya kita pun dapat belajar dari pengalaman hidup orang lain. Untuk itu, kita seharusnya menjadi pribadi yang rendah hati, dan mau belajar dari orang lain. Dengan banyak bertanya dan mendengarkan, biasanya kita akan mendapat “pencerahan-pencerahan kecil” dari pengalaman hidup orang lain.

Inilah “Dua Guru Sejati”, ALAM dan PENGALAMAN, yang akan selalu mengajarkan kita banyak hal dalam hidup ini. Dua guru sejati mengajarkan pesan yang sangat penting bahwa, “Segala yang terkondisi pasti akan hancur, untuk itu kita harus terus berjuang dengan penuh semangat dan kesadaran!”

Gate Gate Pāragate Pārasagate Bodhi Svāhā (Laju, Laju, Lajulah Menyeberang, Lajulah Menyeberang Bersama, Menuju Pencerahan)—Sutra Hati

Dua Guru Sejati

Delapan Angin Dunia

20Delapan Angin Dunia

Sebelum meninggal, seorang ayah mengatakan pesan terakhir kepada putra-putrinya. Pesan itu berbunyi, “Tetaplah tenang-seimbang menghadapi Delapan Angin Dunia!” Setelah mengatakan pesan terakhirnya itu, si ayah meninggal dengan tenang.

Sepasang kakak-adik ini tidak mengerti apa maksud dari pesan terakhir yang disampaikan oleh ayah mereka. Bertahun-tahun lamanya mereka tidak menemukan jawaban atas apa yang disebut Delapan Angin Dunia. Sampai suatu hari, ada seorang biksu datang ke kota mereka untuk mengajarkan kepada mereka ajaran kebijaksanaan.

Kedua kakak-adik ini menyambut penuh sukacita mendengar kedatangan biksu ini dan segera menemui biksu bijak ini dan menanyakan arti dari “Delapan Angin Dunia.”

Dengan tenang biksu bijak ini menjelaskan, “Delapan Angin Dunia adalah empat pasang perubahan, yaitu: untung-rugi, suka-duka, terkenal-tersisih, dipuji-dicaci. Inilah empat pasang perubahan yang akan selalu kita temui dalam menjalani hidup ini.”

125 Delapan Angin Dunia

”Lantas bagaimana cara kita menyikapi Delapan Angin Dunia ini dalam kehidupan sehari-hari?” tanya si kakak.

Biksu ini kembali menjelaskan, “Ketika Anda mendapat keuntungan, bertanyalah, ‘Hal-hal apa saja yang menyebabkan aku mendapat keuntungan?’ Sebaliknya apabila Anda mengalami kerugian, bertanyalah, ‘Hal-hal apa saja yang menyebabkan aku mengalami kerugian?’ Teruslah mengembangkan hal-hal baik yang menyebabkan Anda mendapat keuntungan, dan kurangilah hal-hal buruk yang menyebabkan Anda mengalami kerugian.”

“Yang kedua, ketika Anda sedang merasa suka, nikmatilah rasa suka itu, bahagialah! Akan tetapi ketika Anda merasa duka, carilah solusi dari masalah yang Anda hadapi, jadilah lebih baik dengan masalah-masalah kehidupan yang Anda alami!”

“Yang ketiga, ketika Anda terkenal dan memiliki popularitas, janganlah takabur, manfaatkanlah popularitas yang Anda miliki untuk menginspirasi orang banyak agar hidup mereka menjadi lebih baik. Ketika Anda tersisih, janganlah terpuruk, bertanyalah kepada diri sendiri, ‘Mengapa aku disisihkan dari lingkungan? Apa yang telah kulakukan sehingga aku tersisih? Hal apa yang harus aku perbaiki sehingga aku tidak disisihkan lagi?’”

“Yang keempat, ketika Anda dipuji, bertanyalah kepada diri sendiri, ‘Hal-hal baik apa yang telah kulakukan sehingga aku mendapatkan pujian ini?’ Apabila Anda dicaci, tetaplah

126

sabar menghadapi cacian itu, jadikanlah cacian orang lain sebagai ‘vitamin’ yang membuat Anda lebih kuat, selain terus memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik!”

“Inilah penjelasan tentang Delapan Angin Dunia yang akan selalu menemani langkah kita di mana pun kakimu berpijak,” kata si biksu. Kemudian kedua kakak-adik itu berseru, “Menakjubkan Biksu, menakjubkan!”

Pelajaran terbaik tentang Delapan Angin Dunia ini adalah mengenai perubahan. Ketika perubahan datang seketika, keuntungan yang kita alami bisa berubah menjadi kerugian besar-besaran. Ketika kita merasa sangat bahagia, hal itu pun bisa berubah dengan seketika menjadi tangis kesedihan. Ketika kita terkenal dan memiliki popularitas di mana-mana, hal ini pun bisa berubah seketika menjadi banyak orang yang menyisihkan kita. Ketika kita mendapat banyak pujian atas perbuatan yang telah kita lakukan, hal ini pun juga dapat berubah seketika menjadi caci maki hinaan dari orang lain.

Ya, perubahan selalu datang begitu saja, dan sering terjadi seketika!

Inti dari cerita Delapan Angin Dunia ini adalah untung atau rugi, suka atau duka, terkenal atau tersisih, dipuji atau dicaci, semuanya pasti akan berlalu. Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi Delapan Angin Dunia ini secara bijaksana dan tenang-seimbang.

Delapan Angin Dunia

127 Delapan Angin Dunia

”Jangan menjadi pohon kaku yang mudah patah. Jadilah bambu yang mampu bertahan melengkung melawan terpaan angin.”—Bruce Lee (legenda kungfu)

128

Siluman Kehidupan

21Siluman Kehidupan

Selama kita hidup, kita harus terus belajar. Apabila kita tidak belajar, maka alam yang akan memberi kita pelajaran. Kita masih tidak belajar, alam akan terus memberi kita pelajaran. Hidup itu tidak sempurna, maka kita harus keras terhadap diri sendiri!

Beberapa abad dari sekarang, manusia di Bumi akan kedatangan sesosok siluman. Siluman ini berwajah sangat mengerikan dan sangat kuat sekali. Tidak satu pun senjata api yang dapat melukai tubuhnya. Siluman ini memiliki kesaktian yang tiada tandingannya oleh siapa pun di Bumi ini. Untouchable! Yang lebih mengerikan lagi, siluman ini dapat memperbanyak diri setiap harinya!

Siluman ini akan memukul dan mengikat mereka yang malas, rendah diri, putus asa, angkuh, egois, dan tamak. Sebaliknya, siluman ini bersikap baik kepada mereka yang rajin, semangat, selalu mau belajar, tangguh, rendah hati, dan pantang menyerah.

Tali pengikat siluman ini dapat melemah apabila orang-orang yang diikat telah menyadari kekeliruannya dan mereka mau mengubah diri menjadi lebih baik. Tali pengikat mereka akan lepas begitu saja. Tetapi apabila orang tersebut kembali malas,

130 Siluman Kehidupan

rendah diri, putus asa, angkuh, egois, atau pun tamak, tali pengikat akan kembali mengikat.

Kita namakan monster ini sebagai “Siluman Kehidupan”!

Siluman Kehidupan di sini adalah suatu perubahan kondisi yang dapat muncul seketika (baca Delapan Angin Dunia). Siluman Kehidupan dapat muncul kapan saja, dan dalam bentuk apa saja. Siluman Kehidupan siap memberi pelajaran kepada kita yang malas, rendah diri, putus asa, angkuh, egois, atau pun tamak. Ia akan memberi pelajaran setimpal atas kekeliruan yang telah kita lakukan! Tali pengikat itu sendiri dapat berarti ketidaknyamanan yang kita rasakan saat perubahan datang.

Bagi saya sendiri, hidup itu keras. Saya seringkali melihat kerasnya hidup ketika melihat orang-orang di sekitar saya yang tidak mempunyai rumah, tidak dapat mengonsumsi cukup makanan, dan menderita sakit parah. Saya tidak dapat berkeras hati dengan tidak memedulikan mereka.

Saya merasa beruntung masih dapat tinggal di rumah beratap, masih dapat mengonsumsi cukup makanan, dan masih sehat. Akan tetapi, saya harus keras terhadap diri sendiri untuk memanfaatkan “keberuntungan” saya ini dengan terus belajar, semangat, giat, dan pantang menyerah agar saya dapat membantu sedikit “melunakkan” hidup mereka yang dalam kesukaran.

131

Dengan keras terhadap diri sendiri, Siluman Kehidupan dapat berubah menjadi sahabat baik hati, yang selalu memotivasi kita menjadi lebih baik setiap harinya.

Akan tetapi..., apabila kita malas, rendah diri, putus asa, angkuh, egois, atau pun tamak, Siluman Kehidupan mungkin saja akan benar-benar datang untuk menghukum kita! Untuk itu, mari kita bersama-sama melatih diri untuk keras terhadap diri sendiri dalam hal rajin, semangat, selalu mau belajar, tangguh, rendah hati, dan pantang menyerah!

“Jika kita keras terhadap diri sendiri, maka kehidupan akan lunak terhadap Anda. Jika Anda lunak terhadap diri sendiri, maka kehidupan akan keras terhadap Anda.”—Andrie Wongso (Motivator No.1 Indonesia)

Siluman Kehidupan

Monyet

22Monyet

Di suatu hutan hiduplah sekelompok monyet. Pada suatu hari, tatkala mereka tengah bermain, tampak oleh mereka sebuah toples kaca berleher panjang dan sempit yang bagian bawahnya tertanam di tanah. Di dasar toples itu ada kacang yang sudah dibubuhi dengan aroma yang disukai monyet. Rupanya toples itu adalah perangkap yang ditaruh di sana oleh seorang pemburu.

Salah seekor monyet muda mendekat dan memasukkan tangannya ke dalam toples untuk mengambil kacang-kacang tersebut. Akan tetapi tangannya yang terkepal menggenggam kacang tidak dapat dikeluarkan dari sana karena kepalan tangannya lebih besar daripada ukuran leher toples itu. Monyet ini meronta-ronta untuk mengeluarkan tangannya itu, namun tetap saja gagal.

Seekor monyet tua menasihati monyet muda itu, “Lepaskanlah kepalanmu! Engkau akan bebas dengan mudah!” Namun monyet muda itu tidak mengindahkan anjuran tersebut, tetap saja ia bersikeras menggenggam kacang itu.

Segera sang pemburu datang dari kejauhan. Sang monyet tua kembali meneriakkan nasihatnya, “Lepaskanlah kepalanmu

134 Monyet

sekarang juga agar kamu bebas!” Monyet muda itu ketakutan, namun tetap saja ia bersikeras untuk mengambil kacang itu. Akan tetapi, pada akhirnya ia melepaskan kepalan itu. Ya, ia melepaskannya setelah ia disembelih oleh pemburu itu.

Tahu kenapa ia baru melepaskan kepalannya ketika disembelih? Jawabnya, “Karena... ia monyet!” HaHaHa....

Cerita ini saya ambil dari Buku Pelajaran Agama Buddha SD Kelas 5, yang diterbitkan Ehipassiko Foundation. Cerita yang sangat mencerahkan dan menginspirasi!

Dari cerita ini kita dapat belajar beberapa hal tentang perubahan dalam hidup. Seberapa sering kita menjadi seperti monyet ini? Kita bersikeras tidak mau melepaskan kepalan kita sebelum disembelih oleh pemburu.

Monyet di sini melambangkan kita semua yang membaca cerita ini. Dengan ego yang kita miliki, seringkali kita bersikeras tidak mau melepaskannya. Kita sering mencari-cari alasan agar kita tidak berubah, menggenggam kuat ego sampai suatu saat para ”pemburu” datang. Mungkin saja para ”pemburu” ini datang dalam bentuk “Siluman Kehidupan”, yang datang dan menghukum kita dengan pelajaran setimpal akibat kita tidak mau berubah.

Saya rasa semua orang pernah menjadi monyet yang tersembelih, saya pun pernah demikian. Saya pernah menjadi

135

monyet dungu yang disembelih oleh pemburu bernama Siluman Kehidupan. Setelah saya merasakan sakit akibat disembelih, barulah saya berubah. Kata orang, sebelum tahu kalau api itu panas, anak-anak akan terus bermain api.

Pelajaran terpenting dari cerita ini bukanlah mengingatkan kita pernah menjadi monyet dungu yang tidak mau melepaskan kepalannya walaupun tahu bahwa pemburu sudah datang mendekat.

Akan tetapi....

Pelajaran yang bisa kita petik dari cerita ini adalah bahwa kita masih memiliki kesempatan untuk menjadi monyet bijaksana yang mau melepaskan kepalan sebelum pemburu datang untuk menyembelih kita. Saat ini kita masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri dan mengurangi ego, sebelum pemburu datang dan akan benar-benar “menyembelih” kita.

”Benar-benar tahu berarti diubah oleh apa yang diketahuinya.”—Anthony de Mello (pastur penulis buku Kicauan Burung)

Monyet

136

Tamparan Sejuta Makna

23Tamparan Sejuta Makna

Seorang guru bijak melakukan sebuah ujian kepada empat muridnya, untuk menentukan layak tidaknya mereka memberikan pelayanan dan ceramah yang mencerahkan kepada masyarakat luas. Keempat murid ini ditempatkan di ruangan terpisah. Lalu mata mereka ditutup dengan sehelai kain hitam, sehingga mereka tidak dapat melihat apa pun.

Sang guru masuk ke ruangan di mana murid pertama berada. Kemudian, sang guru menampar wajah murid pertama.

Lalu apa yang terjadi kemudian, pastilah Anda sudah dapat menerka. Murid pertama ini sontak menjadi sangat marah, ia membuka penutup matanya, lalu berbalik memukul wajah si guru. Kemudian setelah itu ia pergi meninggalkan gurunya untuk selama-lamanya dengan membawa luka hati dan dendam kepada sang guru.

Melihat kejadian itu, sang guru hanya tersenyum dan tidak ada kemarahan sedikit pun kepada murid pertamanya ini. Dengan begitu, murid pertama dipastikan tidak lulus ujian yang diberikan sang guru.

138 Tamparan Sejuta Makna

Kemudian sang guru masuk ke ruangan murid kedua. Kemudian ia melakukan hal yang sama—menampar wajah murid kedua.

Murid kedua segera membuka penutup matanya, lalu menatap wajah sang guru dengan penuh kemarahan, tetapi ia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Lalu ia pun pergi meninggalkan sang guru untuk selama-lamanya dengan penuh kemarahan.

Melihat kejadian itu, sang guru juga tersenyum dan tetap tenang-seimbang. Murid kedua juga dipastikan tidak lulus ujian yang diberikan sang guru.

Selanjutnya, sang guru masuk ke ruangan murid ketiga. Kemudian sang guru melakukan hal yang sama—menampar wajah murid ketiga.

Murid ketiga segera membuka penutup matanya, lalu dengan wajah kebingungan, murid ketiga ini bertanya kepada gurunya, “Mengapa Guru menamparku?” Sang guru pun memberikan penjelasan kepada murid ketiga, setelah mendengar penjelasan dari sang guru, murid ketiga tercerahkan, dan meninggalkan kediaman sang guru untuk memberikan pelayanan.

Melihat kejadian itu, sang guru tertawa dan puas melihat apa yang dilakukan murid ketiga. Murid ketiga dipastikan lulus ujian yang diberikan sang guru.

139

Selanjutnya, guru bijak ini masuk ke ruangan murid keempat. Kemudian sang guru melakukan hal yang sama—menampar wajah murid keempat.

Murid keempat ini segera membuka penutup matanya, lalu ia balik menampar wajah sang guru. Kemudian ia tertawa terbahak-bahak. Melihat muridnya tertawa terbahak-bahak, sang guru juga ikutan tertawa. Kemudian pemandangan yang menyenangkan berikutnya adalah guru dan murid ini pun tertawa bersama dalam kegembiraan penuh sukacita.

Selanjutnya sang guru berkata kepada murid keempat, “Engkau sudah lulus ujian yang kuberikan, bagikanlah apa yang telah kita pelajari bersama kepada mereka yang membutuhkan, Sahabatku!”

Mengapa empat orang yang ditampar di bagian yang sama dan dengan tingkat kekerasan tamparan yang sama, tapi bereaksi berbeda?

Murid pertama terlalu cepat menghakimi sang guru, ketika rasa ketidaknyamanannya terusik, murid pertama melupakan semua ajaran kebaikan yang telah dipelajarinya. Tidak hanya menghakimi sang guru, tetapi ia juga menyerang sang guru untuk membalas tamparan yang dilakukan sang guru kepadanya. Setelah puas, ia meninggalkan sang guru dengan kemarahan dan kebencian yang akan melukai dirinya sendiri sepanjang hidupnya.

Tamparan Sejuta Makna

Tamparan Sejuta Makna

Murid kedua juga terlalu cepat menghakimi sang guru. Ia tidak menanyakan maksud sang guru menamparnya, tetapi langsung menghakimi secara sepihak bahwa tindakan yang dilakukan sang guru adalah kesalahan besar. Rasa kagum dan segan terhadap gurunya menjadi hilang seketika, karena sang guru melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan. Dengan penuh kekecewaan, murid kedua meninggalkan sang guru. Ia meninggalkan sang guru karena hanya berfokus terhadap sedikit anggapannya terhadap keburukan sang guru, dan melupakan banyak kebaikan yang telah diberikan sang guru kepadanya.

Sedangkan murid ketiga, ia tidak terburu-buru menghakimi sang guru. Ia mau bersikap adil dengan mempertanyakan maksud dari sang guru menamparnya. Setelah mendengar penjelasan sang guru, ia mendapat pencerahan seketika dan menjadi paham maksud sang guru. Dan ia bahagia atas apa yang dipelajarinya, murid ketiga meninggalkan sang guru untuk memberikan pelayanan dan membagikan banyak pelajaran tak ternilai yang telah didapatnya dari sang guru.

Tahukah Anda, apa penjelasan dari sang guru sehingga murid ketiga mendapat pencerahan seketika? Berikut ini adalah beberapa penjelasan sang guru kepada murid ketiga tentang tamparan yang ia lakukan:

141

Pertama, hidup selalu berbuah dan seringkali perubahan terjadi seketika, begitu saja. Apabila perubahan kecil dalam bentuk tamparan saja sudah membuat batinmu goyah, apalagi perubahan besar yang akan kamu hadapi di dunia nyata? Hidup ini keras dengan berbagai macam masalah yang akan kamu temui, ingatlah selalu bahwa setiap “ tamparan kehidupan” akan membuatmu menjadi lebih kuat, lebih tangguh, dan lebih bijaksana.

Kedua, mengapa kita terlalu cepat menghakimi? Belajarlah untuk hening, dan engkau akan mengetahui, dirimu terlalu banyak bicara. Jadilah bajik, dan engkau akan menyadari, dirimu telah terlalu keras menghakimi orang lain. Setiap penghakiman yang kamu lakukan akan menghasilkan buah pembelajaran, yaitu: kamu menodai batinmu sendiri dan kamu tidak menjadi lebih bijaksana.

Ketiga, tentu saja, kamu selalu menginginkan rasa nyaman kan? Tapi pada kenyataannya seringkali kenyataan hidup tidak sejalan dengan apa yang kamu inginkan. Kenyamanan dan keamananmu dapat berubah seketika. Sama seperti rasa sakit yang muncul seketika di wajahmu, ketika aku menamparmu tadi. Untuk itu, kamu harus belajar untuk “bersahabat” dengan ketidaknyamanan. Apabila kamu mampu melakukannya, maka batinmu akan selalu tenang-seimbang tak tergoyahkan oleh segala perubahan yang akan kamu temui. Kamu akan selalu bahagia kapan pun dan di mana pun.

Tamparan Sejuta Makna

142 Tamparan Sejuta Makna

Keempat, aku tahu, ada kemarahan yang muncul pada saat aku menampar wajahmu. Namun kamu bisa menghilangkan kemarahanmu dengan sangat cepat, seperti hilangnya tulisan di atas pasir yang hilang disapu ombak dalam beberapa menit saja. Kedua sahabatmu yang mendapat tamparan yang sama dariku, pergi meninggalkanku dengan amarah. Mereka memendam kemarahan seperti menulis di batu karang, yang akan sangat sulit dihilangkan. Kemarahan dan kebencian itu seperti engkau memimum racun tapi mengharapkan orang lain yang celaka. Semakin bijaksananya seseorang bisa dilihat dari seberapa cepat ia memaafkan orang lain.

Demikianlah penjelasan sang guru kepada murid ketiga yang menyebabkan si murid mendapat pencerahan seketika dan memahami sepenuhnya sifat sejati kehidupan.

Lantas, apa yang terjadi dengan murid keempat? Mengapa ia menampar balik sang guru lalu mereka terbahak bersama?

Pertama, murid keempat sudah memahami sepenuhnya, kalau hidup selalu berubah, dan ia juga paham bahwa perubahan seringkali datang seketika. Batinnya sudah tidak tergoyahkan oleh perubahan yang datang, baik itu perubahan kecil maupun perubahan besar. Selain itu, murid keempat sudah sering mendapat “tamparan-tamparan” keras kehidupan, ia selalu belajar dari ”tamparan-tamparan” kehidupan dan dapat menyikapinya dengan bijaksana.

143

Kedua, murid keempat ini sudah mampu bersahabat dengan ketidaknyamanan, sehingga ia selalu merasa nyaman kapan pun dan di mana pun ia berada. Sehingga tamparan sang guru tidak menggoyahkan batinnya.

Ketiga, murid keempat merasakan sakit yang sama di wajahnya akibat tamparan dari sang guru, tetapi hal itu tidak memunculkan sedikit pun kemarahan dalam batinnya. Ia seperti menulis di udara, yang mana goresan tulisannya dapat dirasakan, namun tidak menimbulkan bekas apa pun.

Karena telah memahami maksud dari sang guru, maka ia menampar balik sang guru untuk mengajaknya bersama-sama menikmati sifat sejati kehidupan ini. Dan mereka berdua pun menikmati sifat sejati kehidupan dengan tawa penuh sukacita.

Tamparan kehidupan dapat membuat kita marah tetapi juga dapat membuat membuat kita menjadi lebih bijaksana. Manakah yang Anda pilih?

Tidak ada yang salah dengan dunia ini, namun asumsi kita sendirilah yang membuatnya menjadi baik atau buruk—MoM Handaka (penulis Komik Bodhi)

Tamparan Sejuta Makna

Aku Akan ...

24Aku Akan ...

Saya memiliki seorang nenek yang berusia lebih dari 80 tahun. Suatu ketika, nenek mengeluhkan kepada saya bahwa perutnya sering sakit, demikian pula dengan pinggangnya, pendengarannya terganggu, dan nafasnya sering sesak.

Saya merasa iba dengan nenek saya ini, tapi tidak banyak yang bisa saya perbuat lagi selain merawat, memberikan perhatian dan kasih sayang kepada nenek saya.

Kata-kata dari nenek memberikan penyadaran penting untuk saya, bahwa suatu saat nanti, ketika saya sudah tua, mungkin saya juga akan mengalami nasib yang sama, saya merasakan sakit karena usia tua. Hmm.... Ketika itu, mungkin mata saya menjadi tidak awas lagi, saya berjalan dengan sangat pelan karena kaki saya tidak sekuat ketika saya muda. Saat itu, mungkin pikiran saya menjadi pikun, tidak seperti sekarang yang masih bisa menulis cerita-cerita seperti di buku ini. Saya merenung dan menemukan satu kalimat penyadaran.

Aku akan... menjadi tua.

Mata tidak awas, berjalan lamban, pikiran pikun adalah ramalan pertama saya ketika saya sudah tua. Bagaimana kalau lebih

parah dari itu?

Mungkin saja nanti, sepanjang hari saya menghabiskan hari demi hari di ranjang. Hanya bisa makan dari suapan orang-orang yang mengasihani saya. Sepanjang hari saya menghabiskan waktu di ranjang karena sakit parah! Mungkin saya akan sangat merepotkan orang-orang di sekitar saya, yang harus merawat saya setiap harinya. Saya merenung kembali dan menemukan satu kalimat penyadaran.

Aku akan... mengalami sakit.

Kabar “baiknya”, kedua ramalan saya di atas, bisa saja tidak terjadi. Syukurlah kalau begitu.... Tapi kemungkinannya masih ada, yaitu saya mengalami kematian sebelum saya menjadi tua. Ya, saya tidak akan menjadi tua, apabila saya terlebih dahulu mati! Saya merenung kembali dan menemukan satu lagi kalimat penyadaran.

Aku akan... mati.

Apakah tidak wajar saya yang masih muda ini merenungi tentang kematian? Hmm.... Tidak juga. Belum tentu Anda yang lebih tua daripada saya akan mati duluan kan? Dan untuk Anda yang masih muda, belum tentu juga lho Anda mati belakangan dibanding orang yang sudah tua. Siapa tahu Anda yang mati duluan? Siapa tahu....

146 Aku Akan ...

147

Bukan bermaksud menakut-nakuti, tapi begitulah kenyataan hidup. Ketika perubahan datang, tidak satu orang pun yang dapat menolaknya.

Salah satu cerita yang memberikan pencerahan kepada saya tentang kematian adalah cerita yang berjudul “Dedaunan yang Berguguran”, (lagi-lagi) dari buku “Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya” karya Ajahn Brahm. Ringkasan ceritanya adalah sebagai berikut:

Seorang biksu hutan yang sederhana tengah bermeditasi sendirian di sebuah pondok jerami di tengah hutan. Pada suatu larut malam, terjadilah badai musim hujan yang garang. Angin menderu-deru bagaikan suara mesin jet dan hujan lebat menerpa pondoknya. Makin malam beranjak pekat, badai makin bertambah liar. Mula-mula, dahan-dahan pohon terdengar tercerabut dari batangnya. Lalu seluruh bagian pohon terenggut oleh angin ribut dan dihempaskan ke tanah dengan suara sekeras guntur.

Sang biksu segera sadar bahwa pondok jeraminya tak akan sanggup melindunginya. Jika sebuah pohon tumbang menimpa pondoknya, atau meskipun cuma sebuah dahan besar, pondoknya akan rata dengan tanah dan meremukkannya sampai mati. Dia tidak tidur sepanjang malam. Seringkali sepanjang malam itu, dia seolah mendengar para raksasa hutan mendobrak permukaan tanah dan hatinya berdegup untuk sesaat.

Aku Akan ...

Beberapa jam sebelum fajar menyingsing, secepat datangnya, begitu pula badai itu berlalu. Pada dini hari, sang biksu keluar dari pondoknya untuk memeriksa kerusakan yang terjadi. Banyak dahan besar dan dua pohon berukuran lumayan yang luput mengenai pondoknya. Dia merasa beruntung masih hidup. Apa yang tiba-tiba menarik perhatiannya, bukanlah pohon-pohon yang tercerabut dan dahan-dahan patah yang berserakan di mana-mana, tetapi dedaunan yang sekarang tersebar menyelimuti lantai hutan.

Seperti dugaannya, kebanyakan dedaunan yang berguguran adalah daun-daun yang berwarna cokelat tua, yang telah memenuhi umur kehidupannya. Di antara dedaunan yang berwarna cokelat terdapat banyak daun yang kuning. Bahkan terdapat pula beberapa daun yang hijau. Dan daun-daun yang berwarna hijau itu masih segar dan cerah, sehingga sang biksu tahu bahwa dedaunan itu baru saja jatuh dari pucuknya. Pada saat itulah hati sang biksu memahami sifat kematian sebagaimana adanya.

Dia ingin menguji kebenaran dari pengetahuan yang baru saja dipahaminya, lalu dia mendongak ke arah dahan-dahan pohon itu. Cukup meyakinkan, hampir sebagian besar dedaunan yang tertinggal di pohonnya adalah dedaunan hijau yang sehat segar, pada kehidupan dininya. Namun, meskipun banyak dedaunan muda yang gugur di atas tanah, ada sebagian daun berwarna cokelat tua peot dan keriting yang tetap bertahan di dahannya. Sang biksu tersenyum, mulai hari itu, kematian

148 Aku Akan ...

149

seorang anak tak akan pernah lagi membingungkannya.

Ketika badai kematian datang menghempas keluarga kita, badai itu biasanya mengambil orang-orang yang sudah tua, “dedaunan yang cokelat burik”. Badai itu juga mengambil orang-orang yang paruh baya, seperti daun-daun kuning di pohon. Kadang, anak-anak belia pun meninggal juga, pada usia dini mereka, seperti halnya dedaunan yang berwarna hijau. Dan suatu kali kematian juga merenggut kehidupan dari anak-anak yang kita kasihi, seperti badai merenggut tunas yang masih hijau. Inilah sifat hakiki dari kematian dalam kehidupan kita, sebagaimana hakikat badai di sebuah hutan.

Hmm.... Cerita di atas sangat masuk akal, sekali lagi, ketika perubahan datang seketika, badai kematian datang, kita tidak dapat menolaknya. Mati ya mati, no kompromi!

Sebagian besar dari kita menolak untuk membicarakan tentang kematian. Kenapa? Karena kita terlalu sulit untuk melepas orang-orang, atau hal-hal yang kita cintai. Selain sulit melepas hal-hal yang kita senangi, hal lain yang menyebabkan kita menolak membicarakan tentang kematian adalah terlalu banyak keinginan dalam hidup yang belum kita raih.

Ya, seperti itulah kenyataan hidup!

Suka atau tidak suka, selama hidup ini kita akan terus bertemu dengan ketidakpuasan, seperti: berkumpul dengan yang dibenci,

Aku Akan ...

150 Aku Akan ...

berpisah dengan yang dicintai, mendapatkan apa yang tidak diinginkan, dan tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Solusinya tergantung bagaimana kita sendiri yang menyikapinya.

Salah satu alasan mengapa saya mau menulis buku adalah karena: saya tidak tahu berapa lama lagi saya akan hidup! Saya dapat terkena perubahan seketika kapan pun dan di mana pun, yang mungkin saja pada waktu itu saya tidak dapat berkarya lagi. Karena alasan inilah, saya ingin meninggalkan ”warisan” berupa buku-buku yang saya tulis. Dan semoga cerita-cerita yang saya tulis bisa berumur lebih lama daripada umur saya sendiri.

Cerita-cerita dalam buku-buku yang saya tulis, belumlah dapat saya praktikkan semuanya dengan sempurna, namun saya selalu memotivasi diri saya sendiri untuk mempraktikkan apa yang saya tulis.

Setelah buku pertama saya yang berjudul ”Nasi Basi” terbit, saya mendapat berbagai pujian untuk buku ini. Hidup saya menjadi berubah, bukan karena pujian-pujian yang saya terima, melainkan karena saya merasa diikuti. Ya, saya merasa diikuti oleh ”Si Mangkuk”, ”Si Nasi Basi”, ”Si Kecoak”, ”Si Lalat”, dan ”Si Cacing” yang tampil di sampul depan buku ”Nasi Basi”). Lima ”makhluk suci” ini seakan mengawasi saya dari atas sono. Mereka mengawasi kegiatan saya 24 jam penuh tiap hari. Apabila ada tindakan saya yang menyimpang dari apa yang saya tulis, mereka seakan menertawakan saya sambil mengatakan, ”Woi, praktik woi!”

151

Melalui cerita-cerita dalam buku ini, saya ingin mengajak Anda para pembaca agar kita sama-sama melakukan sesuatu yang bermanfaat selagi kita masih memiliki kesempatan. Sebelum kita menjadi tua, sebelum kita sakit, dan sebelum kita mati. Ingat sekali lagi, perubahan datang seketika! Perubahan datang seketika! Perubahan datang seketika!

Jadilah pahlawan kehidupan bagi banyak orang, selagi kita masih sehat dan hidup. Teruslah melayani orang-orang di sekeliling kita, demi kebaikan dan demi kebahagiaan banyak makhluk.

Aku bertekad menjadi obat bagi yang sakit.Aku bertekad menjadi makanan bagi yang kelaparan.Aku bertekad menjadi pelindung bagi yang takut.Aku bertekad menjadi suaka bagi yang dalam bahaya.Aku bertekad menjadi embun bagi yang murka.Aku bertekad menjadi pemandu bagi yang tersesat.Aku bertekad menjadi bahtera bagi yang menyeberang.Aku bertekad menjadi pelita bagi yang dalam gulita.Aku bertekad sepanjang masa, saat ini dan selamanya,Melayani untuk menjadi sempurna,Menjadi sempurna, untuk melayani.

—Etos Pelayanan Ehipassiko Foundation

Aku Akan ...

EPILOGIbu Segala Guru

Pada sebuah sesi ceramah di sebuah gereja, seorang pendeta memberikan ceramah dengan topik ”Love You”. Semua yang hadir mendengarkan apa yang disampaikan oleh pendeta ini.

Minggu berikutnya, pendeta ini mendapat kesempatan lagi untuk berceramah. Dan untuk kedua kalinya ia menyampaikan ceramah yang sama dengan minggu sebelumnya, tentang ”Love You”.

Minggu ketiga, pendeta ini mendapat kesempatan ketiga kalinya ceramah di gereja yang sama. Dan untuk ketiga kalinya juga, pendeta ini menyampaikan ceramah yang sama dengan minggu-minggu sebelumnya, yaitu ”Love You”.

Karena sudah tidak tahan dan bosan dengan ceramah si pendeta, begitu ceramah itu selesai, seorang pemuda menghampiri pendeta itu, dan berkata, ”Pak Pendeta, Bapak sadar gak kalau Bapak sudah ngomong hal yang sama, itu-itu-itu terus, selama tiga minggu berturut-turut?”

Dengan tenang pendeta ini menjawab, ”Iya, saya tahu, saya sudah berceramah tentang ‘Love You’ ini sebanyak tiga kali, akan tetapi saya akan terus mengulang ceramah ini sampai kamu benar-benar mempraktikkannya!”

153

Ahaa.... Ada sebuah pepatah bijak dalam bahasa Inggris yang berbunyi, ”Repetition is mother of skill”, pengulangan adalah ibu segala guru. Untuk itu, kita harus terus menerus melakukan pengulangan dalam belajar dan pengulangan dalam praktik, sehingga kita dapat menjadi lebih baik, lebih bahagia, dan lebih bijaksana dalam hidup ini.

Love You,Vidi Yulius SunandarPulau Dewata, 8 - 5 - 10

Ibu Segala Guru

Profil Penulis

Vidi Yulius Sunandar lahir di Jakarta, 3 Desember 1986. Ia menyelesaikan studi S1-nya di Universitas Pelita Harapan, Tangerang, jurusan Desain Komunikasi Visual pada Juni 2009. Saat ini ia berkarya di Ehipassiko Foundation sebagai Desainer Grafis dan Dharmaduta.

Pemuda satu ini memiliki hobi membaca, main bola, main games, menyanyi, dan menonton sepak bola. Semasa kuliah di Universitas Pelita Harapan, ia pernah menjabat sebagai Koordinator Rohani di Keluarga Mahasiswa Vidya Buddhis.

Ia menulis buku pertamanya yang berjudul “Nasi Basi”. Buku “Love You” ini adalah buku kedua yang ditulisnya.

Saat ini Vidi tinggal bersama mama dan papanya di Pondok Kopi, Jakarta Timur. Vidi bisa dihubungi melalui e-mail: [email protected].