web viewmaka lepaskanlah belenggu itu dengan istghfar-istighfar kalian. pundak-pundak kalian telah...

18
PUASA: VEKTOR-VEKTOR KEIKHLASAN DALAM DIMENSI TIGA MUHAMMAD SOLEH Pengantar Alhamdulillah. Usia kita telah disampaikan ke bulan suci Ramadhan 1437 H. Terasa memang, ada rasa dan suasana gembira, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah. Saya merasakan kegembiraan itu meliput aku (dimensi ego), kita (dimensi sosial) dan Al-Khaliq (dimensi spiritual). Pada dimensi ego, terasa hati ini ingin mendekat kepada Allah swt. Jasmani dan ruhani ini ingin dicharge (diseimbangkan) kembali. Pada dimensi sosial, terasa keinginan untuk saling bermaafan, saling mendoakan, saling bersedekah, dan juga berziarah kepada kerabat di alam barzach. Pada dimensi spiritual, terasa Allah melimpahkan kasih sayang-Nya, iba melihat hamba-Nya terombang- ambing dalam 11 bulan, terkadang didorong oleh kepentingan egonya, terkadang didorong oleh kepentingan sosialnya, dan jarang sekali yang didorong oleh kepentingan spiritualnya. Maka disediakanlah 1 bulan untuk menyeimbangkan kembali diri hambaNya dalam keseimbangan tiga dimensi itu. Allah swt sangat bergembira jika hambanya memanfaatkan kasih sayang- Nya itu, sedemikian sehingga dijanjikan-Nya, DIA sendiri yang akan menyerahkan pahala-Nya. Dorongan diri kita dalam bertindak, dalam bahasa matematika disebut vektor. Hasil gabungan dari dorongan-dorongan itu, yang dalam bahasa matematika dinamakan resultan dari berbagai vektor. mencerminkan kadar keikhlasan, Diilhami oleh bahasa matematika ini, maka jadilah judul tulisan ini, VEKTOR-VEKTOR KEIKHLASAN DALAM DIMENSI TIGA. Prolog Pak Rene Descartes sedang berbaring di sofa. Pandangannya tertuju pada sudut ruangan. Dilihatnya seekor laba-laba tertidur tidak di dinding seperti cicak itu, tidak juga di tiang seperti tokek itu, tetapi berjarak tertentu dari setiap dinding, mengambang di ruang. Ia memperhatikan, oh ada jala- jala yang menghubungkan laba-laba ke setiap dinding. Itulah baitul ‘ankabut (rumah laba-laba). AHA, EUREKA. SAYA MENDAPATKAN IDEA. Anak pak Rene, si Viktor sedang memperhatikan sarang tawon laler (jinak) yang menempel di pojok plafon ruang tamu itu. Ia melihat tawon-tawon terbang keluar masuk sarang. Ada yang terbang menjauh, ada yang tidak

Upload: hoangnguyet

Post on 06-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PUASA:VEKTOR-VEKTOR KEIKHLASAN DALAM DIMENSI TIGA

MUHAMMAD SOLEH

Pengantar

Alhamdulillah. Usia kita telah disampaikan ke bulan suci Ramadhan 1437 H. Terasa memang, ada rasa dan suasana gembira, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah. Saya merasakan kegembiraan itu meliput aku (dimensi ego), kita (dimensi sosial) dan Al-Khaliq (dimensi spiritual). Pada dimensi ego, terasa hati ini ingin mendekat kepada Allah swt. Jasmani dan ruhani ini ingin dicharge (diseimbangkan) kembali. Pada dimensi sosial, terasa keinginan untuk saling bermaafan, saling mendoakan, saling bersedekah, dan juga berziarah kepada kerabat di alam barzach. Pada dimensi spiritual, terasa Allah melimpahkan kasih sayang-Nya, iba melihat hamba-Nya terombang-ambing dalam 11 bulan, terkadang didorong oleh kepentingan egonya, terkadang didorong oleh kepentingan sosialnya, dan jarang sekali yang didorong oleh kepentingan spiritualnya. Maka disediakanlah 1 bulan untuk menyeimbangkan kembali diri hambaNya dalam keseimbangan tiga dimensi itu. Allah swt sangat bergembira jika hambanya memanfaatkan kasih sayang-Nya itu, sedemikian sehingga dijanjikan-Nya, DIA sendiri yang akan menyerahkan pahala-Nya.

Dorongan diri kita dalam bertindak, dalam bahasa matematika disebut vektor. Hasil gabungan dari dorongan-dorongan itu, yang dalam bahasa matematika dinamakan resultan dari berbagai vektor. mencerminkan kadar keikhlasan, Diilhami oleh bahasa matematika ini, maka jadilah judul tulisan ini, VEKTOR-VEKTOR KEIKHLASAN DALAM DIMENSI TIGA.

Prolog

Pak Rene Descartes sedang berbaring di sofa. Pandangannya tertuju pada sudut ruangan. Dilihatnya seekor laba-laba tertidur tidak di dinding seperti cicak itu, tidak juga di tiang seperti tokek itu, tetapi berjarak tertentu dari setiap dinding, mengambang di ruang. Ia memperhatikan, oh ada jala-jala yang menghubungkan laba-laba ke setiap dinding. Itulah baitul ‘ankabut (rumah laba-laba). AHA, EUREKA. SAYA MENDAPATKAN IDEA.

Anak pak Rene, si Viktor sedang memperhatikan sarang tawon laler (jinak) yang menempel di pojok plafon ruang tamu itu. Ia melihat tawon-tawon terbang keluar masuk sarang. Ada yang terbang menjauh, ada yang tidak jauh. Ada yang ke timur, ada yang ke utara. Si Viktor memberi tahu bapaknya. Bapaknya teriak lagi, AHA, EUREKA. SAYA MENDAPATKAN IDEA. Anaknya jadi bengong, mengapa bapaknya teriak seperti itu.

A. DESKRIPSI PENGERTIAN

Marilah kita sepakati kata kunci dalam judul ini. Dimensi Tiga, Vektor, Keikhlasan.

1. Dimensi-tiga

Dimensi tiga maksudnya adalah ruang. Ruang terbangun oleh 3 pasang bidang. Pertama, bidang sisi bawah/atas yang merupakan luasan yang dibatasi dua sinar (arah), Kedua, bidang sisi samping kiri/kanan, yang merupakan luasan yang dibatasi dua sinar (arah), Ketiga, bidang sisi depan/belakang, yang merupakan luasan yang dibatasi dua sinar (arah). Sebagai kesatuan, kita sebut dimensi-tiga. Tetapi jika kita ingin menyatakan berapa dimensi, maka kita menyebutnya 3 dimensi.

Gambar 1

Dimensi Tiga Posisi Titik

Pada dimensi-tiga ini, setiap titik dalam ruang menempati posisi, seperti laba-laba tadi. Jika jaraknya ke sisi kiri = a, jarak ke sisi depan = b, jarak ke sisi bawah = c, maka titik itu menempati posisi (a,b,c). inilah yang di AHA-EUREKA (ditemukan) oleh Pak Rene.

Analoginya dalam konteks tulisan ini, 3 dimensi itu adalah dimensi ego, dimensi sosial, dimensi spiritual pada diri manusia. Dimensi-tiganya (sebagai kesatuan) adalah prilaku manusia. Titik-titik dalam ruang adalah posisi tingkah lakunya, akibat dorongan egonya, sosialnya, atau spiritualnya.

2. Vektor

Vektor adalah himpunan ruas garis yang memiliki besar dan arah. Seperti terbangnya tawon laler tadi, ada jauh-dekatnya, ada arahnya. Jika posisi awalnya (0,0,0) kemudian terbang ke arah tertentu sejauh a dari sisi samping kiri, dan b dari sisi

depan, dan c dari sisi bawah, maka gerakannya dinyatakan sebagai (abc)

(abc)

Gambar 2

O

b

c

(a,b,c)

a

a

b

c

Inilah yang disaksikan si Viktor, dan di AHA-EUREKA (ditemukan) oleh Pak Rene, sehingga Viktor bingung.

Analoginya dalam konteks tulisan ini adalah dorongan (motif) prilaku manusia. Prilaku manusia dipengaruhi oleh motif egonya, motif sosialnya, dan motif spiritualnya. Motif ini memiliki besaran (seberapa kuat) dan memiliki arah (untuk kepentingan tertentu).

3. Keikhlasan

Keikhlasan adalah motif perbuatan yang besar dan arahnya mutlak untuk mentaati Allah. Dalam konteks tulisan ini, kadar keikhlasan ditamsilkan sebagai Resultan dari vektor-vektor.

Ada prinsip tentang hasil penjumlahan 2 vektor, yang disebut resultan. Prinsip itu adalah: Hasil penjumlahan 2 vektor adalah vektor baru yang besar dan arahnya sama dengan panjang dan arah diagonal jajargenjang yang dibentuk oleh kedua vektor itu.

Gambar 3 a + b = r a + b + c= ( a + b) + c = r + c = k

k

Analoginya dalam konteks tulisan ini adalah kadar keikhlasan. Kadar keikhlasan tergantung pada gabungan motif-motif ego, sosial, spiritual. Keikhlasan murni adalah mutlak motif spiritual, mengeliminir motif ego dan sosial.

Kita meyakini, Keikhlasan seseorang dalam bertindak, hanya diketahui oleh Allah swt. Diri kita sendiripun tidak tahu persis apakah kita ikhlas. Kata Ulama, bahwa keikhlasan itu seperti semut berjalan di batu licin dalam kegelapan. Ia bisa tergelincir di awal perjalanan, dalam perjalanan, atau di akhir perjalanan.

Sebagai ilustrasi: Seseorang berniat sedekah dengan ikhlas. Baru membuka dompet, pengemis itu sudah memuji, Tuan baik sekali, dari tadi saya belum dapat apa-apa, tuanlah yang pertama. Ia menimpali, Ah, bisa aja, bapak ini.

Pada kesempatan lain, ia berhasil merasa ikhlas memberi sedekah tanpa pujian pengemis. Tiba-tiba temannya berkata, banyak sekali anda memberi pengemis itu, semoga nanti di kantor anda mendapat bonus yang besar. Ia menimpali, semoga ya.

Pada kesempatan lain, ia merasa berhasil ikhlas memberi sedekah tanpa pujian pengemis, tanpa diketahui teman. Kemudian ia membeli sesuatu yang sangat dibutuhkannya, ternyata uangnya kurang sebesar yang diberikan kepada pengemis tadi,

r

a

b

a

br

cb

ah, katanya. Ah nya itu lho. Ikhlaskah ia? Jadi, memang hanya Tuhan yang Maha Mengetahui.

Ini true story. Sebut saja namanya Alan (samaran). Selesai shalat Jum’at, si Alan mampir ke warteg. Selesai makan ia membuka dompetnya. Ia kaget. Kemana lembaran 50-ribuan, kok tinggal 10-ribuan. Yah,. 50-ribuan masuk ke kotak amal tadi, padahal niatnya 10-ribuan. Sialan. Katanya. Si Alan menyumpahi dirinya sialan. Ikhlas???

Untuk kemudahan pembahasan, saya mendefinisikan kadar keikhlasan sebagai

spektrum berkembang dari kecil ke besar. Tetapi saya tidak boleh (haram), membuat kriteria keikhlasan, mana yang diterima atau ditolak Allah swt. Hal itu mutlak hak Allah. Kita meyakini Allah swt adalah pemberi Rahmat yang Maha Luas.

Jika kita kembali kepada motif prilaku kita yang 3 dimensi sebagai (abc) dengan,

a motif ego, b motif sosial, c motif spiritual, maka keihlasan didefinisikan terjadi, jika

c lebih besar daripada a atau b. Ikhlas sempurna adalah (00c) hanya ada motif spiritual

karena Allah, mengeliminir kepentingan ego dan kepentingan sosial.

Kemungkinan-kemungkinan lain adalah:Kasus 1,2,3c>a>b, motif spiritual lebih dari motif ego, motif ego lebih dari motif sosial.c>b>a motif spiritual lebih dari motif sosial, motif sosial lebih dari motif egoc>a=b motif spiritual lebih dari motif ego, motif ego = motif sosial.

Ketiga kasus ini dapat diilustrasikan sebagai seseorang yang berbuat kebaikan, niatnya karena Allah swt, tetapi tersirat masih ada sedikit keinginan untuk memenuhi kepentingan ego atau kepentingan sosial.

Kasus 4,5c>a, b=0, motif spiritual lebih dari motif ego, tidak ada motif sosialc>b, a=0 motif spiritual lebih dari motif sosial, tidak ada motif ego

Dua kasus ini, diilustrasikan sebagai seseorang yang berbuat kebaikan, niatnya karena Allah, dan ia menghapus salah satu kepentingan ego atau sosialnya.

Kasus 6 c≠0, a=b=0, hanya ada motif spiritual, Inilah ikhlas yang murni, berbuat kebaikan hanya karena Allah swt.ilustrasi gambar.

Kasus 1 Kasus 2 Kasus 3

Kasus 4 Kasus 5 Kasus 6

Dalam kasus 4 dan 5, kita hanya mampu berdoa, semoga Allah swt ridha memberikan rahmatnya, diampuninya dosa, karena ada sedikit kepentingan ego dan kepentingan sosial ikut terbawa dalam perbuatan kita . Pada kasus 6 perlu dijelaskan, bukan berarti ia tidak memenuhi kebutuhan pribadi dan sosialnya, ia tetap normal, hanya saja ketika dia beribadah, dieliminir (dinolkan) kepentingan pribadi dan sosialnya. Ia tidak khawatir berkekurangan, dan tidak mengharap respon sosial. Hanya untuk Allah dalam hati, kata, dan perbuatannya.

Dalam kasus c<a atau c<b, motif spiritual kalah dari motif ego atau motif sosial, ini jelas menurut definisi, tidak ikhlas. Orang ini perlu mendapat ujian atau pembiaran. Masih lebih baik ujian daripada pembiaran.

Ilustrasi Gambar

c<a atau b, a>b c<a atau b, b>a c=0,

Ilustrasi kenyataannya, seseorang yang berbuat sesuatu dengan motif yang besar untuk kepentingan egonya atau kepentingan sosialnya, dengan mengaitkan spiritual sekedarnya saja. Jika c=0, ia sama sekali tidak mengaitkannya dengan spiritual, murni ego dan sosial, murni duniawi. Naudzubillah.

B. SKETSA PRILAKU MANUSIA DALAM BERIBADAH PUASA.

Terlebih dahulu kita batasi prilaku beribadah di bulan puasa, dalam hal-hal besar saja.1. Sahur (pre imsak)2. Menahan makan, minum, jinabah (making love) di siang hari.3. Menahan pandangan, pendengaran, bicara, emosi, pikiran dan hati4. Berbuka (iftar)5. Shalat Tarawih, Witir, Tahajjud, I’tikaf,6. Qira’atil Qur’an, tadarrus dan thalabul “ilmi

7. Sedekah, Zakat

Kemudian kita batasi motif-motif prilaku manusia:Motif-motif ego, antara lain:

Motif kebutuhan diri, jasmani dan ruhaniMotif keselamatan diri, jasmani dan ruhaniMotif eksistensi diri Motif harga diri,

Motif-motif sosial, antara lain:Motif partisipasi, kerjasamaMotif persahabatan, atau permusuhanMotif cintaMotif kekuasaan

Motif-motif spiritualMotif ingin disayangi, dirahmati, diberkahi, diampuni dan diridhai Allah swt

Berikut ini, sekedar sketsa kegiatan di bulan Ramadhan dikaitkan dengan motifnya,

1. Kegiatan Sahur dan Berbuka

a. Kasus c > a atau b, motif spiritual lebih dari motif ego, atau motif sosial. (ada kadar ikhlas)

Sketsa kenyataan pada kasus ini,

Ia mengimani dan memahami bahwa sahur dan berbuka itu sunnah, dikehendaki Allah dan Rasulnya. Ia mentaatinya, sesuai anjuran Rasullah, ia laksanakan sahur disaat-saat menjelang fajar (subuh), mengharap barakah. Sahur secukupnya (1/3 makanan, 1/3 minuman, 1/3 udara). Demikian juga untuk berbuka. Ia pahami, berbuka harus disegerakan, dimulai dengan doa, mulai dengan kurma (buah), lalu air putih dua atau tiga tegukan, makan makanan yang tidak menyita waktu yang lama, karena harus segera shalat, selesai shalat baru makan besar.

Hanya saja masih ada kepentingan ego atau sosial yang mencampuri iman dan perbuatannya, antara lain:

Ada keinginan untuk tetap hidup normal, ada rasa malas untuk bangun sahur. Ada kehawatiran lapar dan haus di siang hari, ada kehawatiran sakit maag,

maka sahur dan berbuka melebihi ukuran Untuk berbuka, ada keinginan merasakan yang lezat, maka disiapkan

makanan dengan banyak variasi. Ada keinginan kontak dengan teman melalui WA atau sms, ngobrol tentang

masakan, atau ada keinginan diketahui teman bahwa masakan kita nikmat . Ada keinginan diketahui orang bahwa kita berbuat kebaikan dengan berbagi

masakan .

b. Kasus c < a atau b (tidak ikhlas)

Sahur dirasakan sebagai beban, berbuka diperlakukan sebagai balas dendam.

c. Kasus c≠0, a=b=0, hanya ada motif spiritual (ikhlas murni) ,

Ia sahur dan berbuka karena Allah. Sahur dengan mengharapkan berkah, Berbuka dengan memuji Allah, bersyukur atas rezeki yang diberikannya. Tidak ada keistimewaan macam makanan. Tidak ada mencampuri urusan rumah tangga orang lain.

2. Kegiatan menahan (imsak)

2.1 Makan, minum, jinabah (ML) di siang hari.

a. Kasus c> a atau b, motif spiritual lebih dari motif ego, atau motif sosial (ada kadar ikhlas).

Sketsa kenyataan pada kasus ini, Menahan hal-hal yang membatalkan puasa, dirasakannya sebagai pembelajaran

dari Allah untuk mengendalikan nafsu biologis. Rasa lapar dan haus dicerminkan pada kondisi fakir miskin yang tiada berdaya mendapatkan makanan sepanjang hari, tanpa tahu kapan mendapatkan makanan.

Tetapi ia masih terganggu dengan kepentingan ego atau sosialnya, misalnya merasa lemah, malas bekerja, ingin tidur sepanjang hari, terganggu oleh orang-orang yang jajan, makan, minum dan merokok di luaran (jalan). Terkadang terganggu juga dengan keinginan untuk diketahui orang bahwa ia sedang berpuasa.

b. Kasus c < a atau b, motif spiritualnya kalah oleh motif ego atau motif sosial (tidak ikhlas)

Lapar dan haus dirasakannya sebagai siksaan, ia mencari celah-celah untuk mengakalinya, misalnya sering berkumur-kumur, mandi, sebentar-sebentar buka kulkas, kalau bertemu kawan, berakting khusu’ dalam puasanya.

c. Kasus c≠0, a=b=0, hanya ada motif spiritual (ikhlas murni)

Lapar dan haus tidak dirasakannya, karena lidahnya selalu berzikir, pikiran dan hatinya sibuk menghitung-hitung amal buruk apa yang telah dilakukannya, amal baik apa yang telah dilakukannya, amal apalagi yang bisa dikerjakan untuk menggapai ridha Allah. Tidak dirasakannya kepentingan ego atau kepentingan sosial.

2.2 Menahan pandangan, pendengaran, bicara, emosi, pikiran dan hati.

a. Kasus c> a atau b, motif spiritual lebih dari motif ego, atau motif sosial (ada kadar ikhlas).

Setelah menahan hal-hal yang membatalkan puasa, ia juga tahu hal-hal yang mengurangi atau menggugurkan pahala puasa. Ia menahan pandangan terhadap hal-hal yang membangkitkan nafsu, menahan pendengaran dari omongan yang jorok atau

medeskreditkan orang lain, menahan bicara dari hal-hal yang dusta, ghibah, fitnah, mengejek, berkelakar kelewat batas. Ia menahan emosi marah, sedih yang meraung. Ia menahan pikiran dari hal-hal yang kotor, jahat atau lupa diri, dan menahan hati dari bisikan-bisikan setan, misalnya ujub membanggakan diri, merendahkan orang lain dalam hati.

Tapi ia masih ada keinginan menengok sejenak jika ada sesuatu yang nikmat dipandang, ada keinginan mendengar sejenak obrolan gossip bisik-bisik tetangga, ada keinginan ikut menimpali pembicaraan yang sia-sia, ikut mentertawakan teman, sedikit terpancing emosi marah tapi segera sadar ia berpuasa, masih terlintas pikiran-pikiran kerdil, dan hati yang membisikkan kehebatan diri.

b. Kasus c < a atau b, motif spiritualnya kalah oleh motif ego atau motif sosial (tidak ikhlas)

Menahan pandangan, pendengaran, bicara, emosi, pikiran dan hati dirasakannya sangat berat. Kalau ada kesempatan itu, ia tengok kiri dan kanan apakah ada orang yang melihat kelakuannya, jika tidak, ia melahap pandangan, pendengaran, pembicaraan yang nimatnya sayang dilewati. Mubazir, katanya.

c. Kasus c≠0, a=b=0, hanya ada motif spiritual (ikhlas murni)

Menahan pandangan, pendengaran, bicara, emosi, pikiran dan hati ini memang sudah menjadi kebiasaannya. Ia tidak tertarik lagi dengan kepentingan ego dan sosial. Ia disibukkan dengan cintanya kepada Allah dan rasulnya. Ia sudah asyik dengan cintanya itu. Zikir tak pernah lepas dari bibirnya. Al-Qur’an tak lepas dari tangannya.

3. Kegiatan Shalat Tarawih, Witir, Tahajjud, I’tikaf, Qira’atil Qur’an, tadarrus dan thalabul “ilmi

a. Kasus c> a atau b, motif spiritual lebih dari motif ego, atau motif sosial (ada kadar ikhlas).

Ia mengisi kegiatan ramadhan dengan Shalat Tarawih, Witir, Tahajjud, I’tikaf, Qira’atil Qur’an, tadarrus dan thalabul “ilmi secara rutin. Ia hayati makna dari kegiatan-kegiatan itu, ia mengharap berkah dan rahmat Allah.

Tetapi ia masih terganggu dengan rasa enggan, rasa letih, dan rasa ingin diketahui orang bahwa ia rajin beribadah.

b. Kasus c < a atau b, motif spiritualnya kalah oleh motif ego atau motif sosial (tidak ikhlas)

Ia melakukan kegiatan tarawaih dan witir hanya pada hari-hari permulaan. Tarawihnya ingin cepat-cepat agar bisa kembali mencari hiburan, atau kesibukan lain. Ia lebih mementingkan berkumpul dengan teman, ngobrol, ngabuburit atau sahur on the road atau konvoi kendaraan.

c. Kasus c≠0, a=b=0, hanya ada motif spiritual (ikhlas murni)

Kegiatan Shalat Tarawih, Witir, Tahajjud, I’tikaf, Qira’atil Qur’an, tadarrus dan thalabul “ilmi dirasakannya sebagai kenikmatan. Istirahatnya hanya sebentar. Semakin mendekati akhir ramadhan, ia semakin giat, dan beri’tikaf di masjid, menanti kedatangan malam lailatul qadr dengan zikir dan doa. Tak terpikir lagi kepentingan ego atau sosial.

4. Kegiatan Sedekah, Zakat

a. Kasus c> a atau b, motif spiritual lebih dari motif ego, atau motif sosial (ada kadar ikhlas).

Ia memperbanyak sedekah di bulan ramadhan, dan menghitung zakat penghasilannya. Gangguan motif egonya, ia masih menghitung-hitung kebutuhan pribadinya lebih hati-hati, Gangguan motif sosialnya, masih ada keinginan diketahui bahwa ia bersedekah.

b. Kasus c < a atau b, motif spiritualnya kalah oleh motif ego atau motif sosial (tidak ikhlas)

Ia bersedekah kalau diminta, dan berpikir keras tentang nominalnya. Ia merasa kebutuhan pribadinya selalu tak mencukupi, walaupun dimata orang lain hartanya melimpah. Kalaupun sedekah, ia ingin disiarkan di media TV atau Radio atau masjid.

c. Kasus c≠0, a=b=0, hanya ada motif spiritual (ikhlas murni)

Sedekah menjadi panggilan hatinya. Setiap ada kesempatan untuk bersedekah, ia bersegera mengeluarkannya tanpa memperdulikan kebutuhan pribadinya. Dan ia tidak ingin sedekahnya diketahui orang lain, apalagi disiarkan.

C. KUALITAS PUASA

Ulama sering menyatakan kategori puasa dalam 3 kategori: Puasa orang Awam, Puasa orang Khas, Puasa orang Khas al-Khas.

Orang awam (tak berilmu), menjalankan puasa menuruti aturan formal saja. Sahur, menahan, berbuka. Pada titik ekstrim bawah, sahurnya dengan penuh nafsu berlebihan takut kelaparan atau kehausan di siangnya, menahannya hanya menahan makan, minum dan sex, berbukanya dengan penuh nafsu balas dendam tidak rela tadi tertahan. Dalam hal ini jangankan kembali ke fitrah, pahala saja belum tentu diperolehnya, yang jelas ia memperoleh lapar dan haus. Pada titik ekstrim atas, sahur, menahan dan berbuka dilakukan dengan wajar. Tetapi ia tidak mengetahui (awam) akan fadhilah puasa yang lain, yaitu kebaikan-kebaikan yang mengembalikan fitrahnya. Dalam hal ini ia telah menjalankan kewajiban, gugur dari kata ingkar, dan insya Allah diganjar dengan pahalanya.

Orang Khas (berilmu), menjalankan puasa dengan keimanan dan keilmuannya (imanan wahtisaban), tahu fadhilah-fadhilah dan melakukan kegiatan-kegiatan

tambahan mengais fadhilah-fadhilah itu. Orang ini insya Allah diganjar dengan pahala dan jiwanya kembali ke fitrah tetapi belum sepenuhnya. Pada titik ekstrim atas, ia hanya tidak kuat mengisi malam-malamnya, siangnya pun ia masih merasa susah menghindari godaan, tapi dikuatkannya.

Orang Khas al-Khas, ini luar biasa. Ia berpuasa seperti mendapat anugerah kasih sayang Allah yang sangat sayang untuk ditinggalkannya. Detik demi detik ia geluti anugerah itu, malamnya ia habiskan berdekatan dengannya, siangnya ia melupakan dunianya, karena itu ia tidak merasa ada gangguan. Jika hari-hari berlalu ke penghujung puasa, ia semakin kencang mengikat perutnya, dahinya semakin dirapatkan ke tempat sujudnya, al-Qur’an tak lepas dari tanganya. Raganya tidak dirasakannya, yang terasa adalah jiwanya yang tenteram, nafs al-Muthmainnah. Orang inilah yang benar-benar kembali ke fitrah.

D. PENUTUP:

Semoga kita termasuk yang berpuasa dengan imanan wahtisaban. Semoga puasa kita dengan keikhlasan. Semoga puasa kita meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah. Amin. Billahittaufiq wal hidayah

Marilah kita simak KHUTBAH RASULULLAH MENYAMBUT RAMADHAN

KHUTBAH RASULULLAH MENYAMBUT DATANGNYA BULAN SUCI RAMADHAN

DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH DAN PENYAYANG

DIRIWAYATKAN OLEH SAYYIDINA ALI BIN ABI THALIB RA,

BAHWASANYA SUATU HARI RASULULLAH SAW BERKHUTBAH DI HADAPAN KAMI, KETIKA MENJELANG DATANGNYA BULAN SUCI RAMADHAN.

BELIAU SAW BERKATA:

WAHAI MANUSIA,

SESUNGGUHNYA TELAH DATANG KEPADA KALIAN, ‘BULAN ALLAH’ YANG PENUH BERKAH, RAHMAT DAN MAGHFIRAH,YAITU BULAN YANG DI SISI ALLAH LEBIH

MULIA DARI BULAN-BULAN LAINNYA.

HARI-HARINYA PUN LEBIH UTAMA DARIPADA HARI-HARI DI BULAN LAINNYA.

MALAM-MALAMNYA LEBIH MULIA DARI MALAM-MALAM BIASA,

DETIK-DETIKNYA PUN LEBIH UTAMA DARI DETIK-DETIK DI BULAN LAINNYA.

DI MANA PADA MASA-MASA ITU, KALIAN DIUNDANG KE DALAM SAJIAN DAN JAMUAN ILAHI, DAN KALIAN DIJADIKAN TAMU ISTIMEWADI HADAPAN-NYA

NAFAS-NAFAS YANG KALIAN HEMBUSKAN DI BULAN INI SAMA DENGAN TASBIH

AMAL-AMAL KALIAN AKAN DITERIMA DISISI- NYA

TIDUR YANG KALIAN LAKUKAN ADALAH IBADAH

DOA-DOA YANG KALIAN PANJATKAN AKAN DIKABULKAN OLEH-NYA

MAKA MINTALAH KEPADA TUHAN KALIAN DENGAN PENUH KETULUSAN NIAT SERTA KESUCIAN HATI, AGAR DIANUGERAHKAN KESUKSESAN DALAM MENJALANKAN

IBADAH PUASA DI BULAN INI

DAN JUGA DALAM MEMBACA KITAB SUCI AL-QUR’AN

......

SESUNGGUHNYA HANYA ORANG YANG SANGAT CELAKA DAN DURJANA SAJALAH, KETIKA BULAN YANG MULIA INI BERLALU, SEDANGKAN DIA TIDAK MENDAPAT

AMPUNAN TUHANNYA.

INGATLAH KETIKA KALIAN LAPAR DAN DAHAGA, TENTANG BAGAIMANA LAPAR DAN DAHAGANYA KELAK DI HARI PEMBALASAN

PERBANYAKLAH BERSEDEKAH PADA FAKIR MISKIN DI ANTARA KALIAN

HORMATILAH ORANG-ORANG TUA DI ANTARA KALIAN

SAYANGILAH ANAK-ANAK YANG LEBIH MUDA

SAMBUNGLAH TALI SILATURRAHMI

JAGALAH LIDAH-LIDAH KALIAN DARI KETERGELINCIRAN

PALINGKANLAH PENGLIHATAN KALIAN DARI APA-APA YANG DIHARAMKAN UNTUK DILIHAT

JUGA BAGI YANG TAK PATUT DIDENGAR OLEH TELINGA-TELINGA KALIAN

BERBELAS KASIHLAH PADA ANAK-ANAK YATIM ORANG LAIN, AGAR ANAK YATIM KALIAN KELAK MENDAPAT PERLAKUAN YANG SAMA DARI ORANG LAIN

BERTAUBATLAH KALIAN DARI DOSA YANG KALIAN PERNAH PERBUAT

ANGKATLAH KEDUA TANGAN KALIAN SAMBIL MEMUNAJATKAN DOA-DOA DI SETIAP SHALAT KALIAN

KARENA PADA SAAT-SAAT SEPERTI ITU, ALLAH SWT AKAN SENANTIASA

MELIMPAHKAN CUCURAN RAHMAT PADA HAMBA-HAMBA-NYA

DIA ALLAH AKAN MENJAWAB KETIKA DIMINTA, MENYAMBUT KETIKA DISERU

DAN AKAN MENGABULKAN PERMOHONAN KETIKA HAMBA-HAMBA- NYA BERDOA

WAHAI MANUSIA,

SESUNGGUHNYA JIWA-JIWA KALIAN TERGADAI OLEH AMAL PERBUATAN KALIAN

MAKA LEPASKANLAH BELENGGU ITU DENGAN ISTGHFAR-ISTIGHFAR KALIAN

PUNDAK-PUNDAK KALIAN TELAH BERAT MENANGGUNG BEBAN DOSA-DOSA

MAKA RINGANKANLAH BEBAN TERSEBUT DENGAN MEMPERLAMA SUJUD-SUJUD DI SETIAP SHALAT KALIAN

KETAHUILAH WAHAI MANUSIA

SESUNGGUHNYA ALLAH YANG MAHA TINGGI TELAH BERSUMPAH DEMI

KEAGUNGAN DAN KEBESARAN-NYA BAHWA DIA TIDAK AKAN MENYIKSA DI HARI

PEMBALASAN KELAK HAMBA-HAMBA-NYA YANG SENANTIASA MELAKSANAKAN

SHALAT DAN BERSUJUD KEPADA- NYA

DAN PULA SI HAMBA TIDAK AKAN DIBAYANG-BAYANGI RASA KETAKUTAN PADA API

NERAKA KETIKA SEMUA MANUSIA MENGHADAP MEMENUHI PANGGILAN- NYA

WAHAI MANUSIA

BARANGSIAPA DI ANTARA KALIAN MEMBERI MAKANAN SEORANG MUKMIN YANG HENDAK BERBUKA PUASA DI BULAN SUCI INI, MAKA PAHALANYA SAMA DENGAN

MEMERDEKAKAN SEORANG BUDAK SERTA AKAN AKAN MENDAPATKAN PEMUTIHAN DARI DOSA DOSA YANG PERNAH DIA LAKUKAN.

salah seorang yang hadir kala itu berkata, ‘wahai rasulullah, tidak semua kami ,mampu melakukan hal seperti ini dalam menjamu bagi yang akan berbuka puasa

RASULULLAH SAW MENJAWAB, ‘SELAMATKANLAH DIRIMU DARI API NERAKA WALAUPUN DENGAN SEBIJI KURMA, BEBASKANLAH DIRIMU DARI API NERAKA

WALAUPUN DENGAN SETEGUK AIR

WAHAI MANUSIA, BARANGSIAPA DI ANTARA KALIAN YANG BERPERILAKU MULIA DI BULAN INI, NISCAYA DIA AKAN SANGAT MUDAH MELINTASI SHIRATAL MUSTAQIM, DIMANA PADA SAAT-SAAT SEPERTI ITU, SEMUA KAKI AKAN MUDAH TERGELINCIR

DI ATASNYA

BARANGSIAPA YANG MERINGANKAN TUGAS SEORANG HAMBA, SEPERTI PEMBANTU, DI BULAN INI, NISCAYA ALLAH AKAN MERINGANKAN PULA DOSA-DOSA DALAM

TIMBANGAN HITUNGAN AMALNYA

BARANGSIAPA YANG MENAHAN DIRI DARI PERBUATAN JAHAT PADA ORANG LAIN DI BULAN INI, NISCAYA ALLAH AKAN MENAHAN AMARAH MURKANYA DI SAAT SI

HAMBA BERHADAPAN DENGAN-NYA

BARANGSIAPA MEMULIAKAN MENYANTUNI ANAK YATIM DI BULAN INI, MAKA ALLAH

AKAN MEMULIAKANNYA TATKALA SI HAMBA BERHADAPAN DENGAN-NYA

BARANG SIAPA MENYAMBUNG TALI PERSAUDARAAN DENGAN BERSILATURRAHMI DI BULAN INI. NISCAYA ALLAH AKAN MENCUCURKAN RAHMATNYA PADA SAAT SI

HAMBA BERHADAPAN DENGAN-NYA

BARANG SIAPA MEMUTUSKAN PERSAUDARAAN DI BULAN INI, NISCAYA ALLAH AKAN MEMUTUSKAN LIMPAHAN RAHMAT-NYA KETIKA SI HAMBA BERHADAPAN DENGA-

NYA

BARANG SIAPA YANG MENGISI HARI DAN MALAMNYA DENGAN SHALAT-SHALAT SUNNAH, MAKA ALLAH AKAN MENCEGAH DIA DARI JILATAN API NERAKA

BARANG SIAPA MENUNAIKAN SATU IBADAH FARDHU DI BULAN INI, MAKA PAHALANYA AKAN SAMA DENGAN DIA MENUNAIKAN 70 IBADAH FARDHU DI BULAN

LAINNYA

BARANG SIAPA YANG MEMPERBANYAK BERSHALAWAT PADAKU DI BULAN INI, NISCAYA ALLAH AKAN MEMPERBERAT TIMBANGAN AMAL BAIKNYA PADA SAAT

DIMANA NERACA-NERACA AMAL BAIK MENJADI RINGAN

BARANG SIAPA YANG MEMBACA SATU AYAT DARI AL-QUR’AN DI BULAN INI, MAKA PAHALANYA AKAN SAMA DENGAN DIA MENGHATAMKAN AL QUR’AN DI BULAN YANG

LAIN

WAHAI MANUSIA

SESUNGGUHNYA DI BULAN INI PINTU-PINTU SURGA DIBUKA, OLEH KARENA ITU MINTALAH KALIAN PADA ALLAH AGAR TIDAK MENUTUPNYA UNTUK KALIAN KELAK

PINTU-PINTU NERAKA DI BULAN INI DITUTUP, MAKA MOHONLAH PADA TUHAN KALIAN AGAR TIDAK MEMBUKANYA UNTUK KALIAN KELAK

SETAN-SETAN DI BULAN INI DIBELENGGU, MAKA MINTALAH PADA TUHAN KALIAN AGAR JANGAN DIBERIKAN KESEMPATAN PADANYA HINGGA DAPAT MENGUASAI

JIWA-JIWA KALIAN

Lalu sayyidina Ali bin Abi Thalib ra berdiri dan bertanya,

wahai rasulullah, apakah amal yang paling mulia dan afdhol di bulan ini?

RASULULLAH SAW MENJAWAB, WAHAI ABAL HASAN, AMAL PALING MULIA DAN AFDHAL DI BULAN INI ADALAH MENJAGA DIRI DARI PERKARA PERKARA YANG

DIHARAMKAN OLEH ALLAH

YA ALLAH SAMPAIKANLAH KAMI PADA RAMADHAN

DAN BANTULAH KAMI DALAM PUASA DAN IBADAH-IBADAH KAMI

DAN JADKANLAH DI DALAMNYA ENGKAU BEBASKAN KAMI DARI SIKSA NERAKA

DENGAN KASIH SAYANGMU YANG MAHA PENGASIH DARI SEGALA PENGASIH

ALLAHUMMA SHALLI ‘ALA MUHAMMAD WA’ALA ALI MUHAMMADKAMA SHALLAITA ‘ALA IBRAHIM WA ‘ALA ALI IBRAHIM

FIL ‘ALAMINA INNAKA HAMIDUM MAJIIDWABARIK ‘ALA MUHAMMAD WA’ALA ALI MUHAMMADKAMA BARAKTA ‘ALA IBRAHIM WA ‘ALA ALI IBRAHIM

FIL ‘ALAMINA INNAKA HAMIDUM MAJIID.=============puasaikhlas puasaikhlaspuasaikhlaspuasaikhlas===============