tulisan-hukum_pnbp-2014.pdf

Upload: akituch

Post on 07-Aug-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/20/2019 Tulisan-Hukum_PNBP-2014.pdf

    1/26

     Tulisan Hukum –  Seksi Informasi Hukum 1

    MEKANISME PENGELOLAAN DAN PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA

    BUKAN PAJAK BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

    www.onemint.com

    I.  PENDAHULUAN

    Dalam upaya pencapaian tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-

    Undang Dasar 1945, Pemerintah menyelenggarakan kegiatan pemerintahan dan

     pembangunan nasional. Untuk menunjang kondisi ekonomi Indonesia membutuhkan

    sumber pembiayaan selain penerimaan dari sektor perpajakan. Potensi penerimaan negara

    yang dapat diharapkan dan paling menjanjikan dapat menutup sumber pembiayaan tersebut

    adalah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

    Pasal 23 A perubahan ketiga Undang-Undang Dasar 1945, menegaskan bahwa pajak

    dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-

    undang. Oleh karena itu, penerimaan negara di luar penerimaan perpajakan, yang

    menempatkan beban kepada rakyat juga harus didasarkan pada undang-undang.

    PNBP merupakan penerimaan negara (pusat) yang diatur dalam Undang-Undang

     Nomor 20 Tahun 1997 dan pengaturan tarifnya diatur dalam peraturan pemerintah yang

    mengatur jenis dan tarif PNBP yang berlaku pada masing-masing kementerian/lembaga,

    sedangkan penerimaan daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

    Pajak dan Retribusi Daerah dan Perda yang berlaku pada masing-masing daerah/provinsi.Sesuai dengan amanat UU yaitu apabila suatu jenis pungutan tertentu yang semula

     penerimaan negara (pusat) kemudian diubah menjadi penerimaan daerah, maka hal tersebut

    harus diamanatkan oleh Undang-Undang. Pada Prinsipnya pemungutan penerimaan negara

    dan penerimaan daerah diatur dengan ketentuan perundang-undangan tersendiri.

  • 8/20/2019 Tulisan-Hukum_PNBP-2014.pdf

    2/26

     Tulisan Hukum –  Seksi Informasi Hukum 2

    Dalam ketentuan Pasal 150 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

    Daerah dan Retribusi Daerah, jenis retribusi daerah dapat ditambah sepanjang memenuhi

    kriteria yang ditetapkan dalam undang-undang. Adanya peluang untuk menambah jenis

    Retribusi dengan Peraturan Pemerintah dimaksudkan untuk mengantisipasi penyerahan

    fungsi pelayanan dan perizinan kepada daerah yang juga diatur dengan PeraturanPemerintah yang juga bertujuan untuk menambah sumber pendapatan bagi pemerintah

    daerah dalam rangka mendanai fungsi pelayanan dan perizinan yang menjadi tanggung

     jawab pemerintah daerah.

    Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu

    Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA)

    merupakan salah satu bentuk adanya penyerahan fungsi pelayanan dan perizinan kepada

    daerah, yang bertujuan untuk menambah sumber pendapatan bagi pemerintah daerah dalam

    rangka mendanai fungsi pelayanan dan perizinan yang menjadi tanggung jawab pemerintah

    daerah. Pungutan perpanjangan IMTA sebelumnya merupakan PNBP berdasarkan Peraturan

    Pemerintah Nomor 65 Tahun 2012 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara

    Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi sampai dengan

    31 Desember 2012. Dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012

     perpanjangan IMTA ditetapkan sebagai Retribusi dan pemberlakukannya dimulai sejak

    tanggal 1 Januari 2013 untuk memberikan kesempatan kepada daerah untuk mempersiapkan

    kebijakan daerah dan hal-hal lain yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pemungutan

    retribusi perpanjangan IMTA.

    Besarnya tarif retribusi perpanjangan IMTA ditetapkan dengan Perda dan palingtinggi sebesar tarif penerbitan IMTA yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah mengenai

     jenis dan tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada kementerian di bidang ketenagakerjaan.

    Sejalan dengan meningkatnya pembangunan nasional di segala bidang, terdapat

     banyak bentuk penerimaan negara di luar penerimaan perpajakan yang pengaturannya diatur

    dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2007 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak

    (PNBP). PNBP mencakup segala penerimaan pemerintah pusat di luar penerimaan

     perpajakan. PNBP mempunyai potensi penerimaan yang cukup besar, karena jenis dan

     besarannya yang cukup menjanjikan.

    Dengan berpegang teguh pada prinsip kepastian hukum, keadilan dan kesederhanaan,

    arah dan tujuan perumusan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2007 adalah :

    1.  menuju kemandirian bangsa dalam pembiayaan negara dan pembiayaan pembangunan

    melalui optimalisasi sumber-sumber PNBP dan ketertiban administrasi pengelolaan

    PNBP serta penyetoran PNBP ke Kas Negara;

  • 8/20/2019 Tulisan-Hukum_PNBP-2014.pdf

    3/26

     Tulisan Hukum –  Seksi Informasi Hukum 3

    2.  lebih memberikan kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat berpartisipasi dalam

     pembiayaan pembangunan sesuai dengan manfaat yang dinikmatinya dari kegiatan-

    kegiatan yang menghasilkan PNBP;

    3.  menunjang kebijaksanaan Pemerintah dalam rangka meningkatkan pertumbuhan

    ekonomi, pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta investasi di seluruh wilayah

    Indonesia;

    4.  menunjang upaya terciptanya aparat Pemerintah yang kuat, bersih dan berwibawa,

     penyederhanaan prosedur dan pemenuhan kewajiban, peningkatan tertib administrasi

    keuangan dan anggaran negara, serta peningkatan pengawasan1.

    Sebelum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 ditetapkan, banyak instansi

     pemerintah yang enggan untuk melaporkan dan menyetor PNBP ke Kas Negara, artinya

    adanya ketidakpatuhan instansi pemerintah tersebut dalam menyelenggarakan pengelolaan

    PNBP yang baik. Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997, penertiban

    dan penegakan hukum dalam pengelolaan PNBP dapat dilaksanakan, karena di dalamundang-undang tersebut diatur konsep hukuman ( punishment)  yang cukup tegas terhadap

     pelanggaran yang dilakukan oleh wajib bayar dan pejabat pengelola PNBP. Hukuman

    tersebut dapat berupa hukuman administrasi berupa pengenaan denda dan juga sanksi pidana

     penjara. Pengaruh hukuman dalam pengelolaan PNBP ini membawa pengaruh yang cukup

    signifikan terhadap ketertiban dan kepatuhan instansi pemerintah dalam melaporkan dan

    menyetorkan PNBP.

    Penegakan hukum dalam pengelolaan PNBP yang diatur dalam Undang-Undang

     Nomor 20 Tahun 1997 tidak serta merta diterima oleh semua instansi pemerintah. Beberapa

    instansi pemerintah resisten dan berusaha bertahan dengan pola lama yang sarat dengan

    moral hazard . Kondisi ini menghasilkan bentuk „kompromi‟ dalam pengelolaan PNBP yang

    dinamakan earmarked . Dalam konsep  Earmarked   PNBP, instansi pemerintah diberikan

    kewenangan untuk dapat menggunakan PNBP yang dipungut/dihasilkannya, untuk

    membiayai kegiatan tertentu dengan persetujuan Menteri Keuangan.

    Penulisan kajian mengenai ”Pengelolaan dan Penatausahaan Penerimaan Negara

    Bukan Pajak” dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan, sebagai berikut: 

    a.  Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak;

     b.  Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

    c.  Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

    d. 

    Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung

    Jawab Keuangan Negara;

    e.  Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan

     Negara Bukan Pajak;

    1  Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.

  • 8/20/2019 Tulisan-Hukum_PNBP-2014.pdf

    4/26

     Tulisan Hukum –  Seksi Informasi Hukum 4

    f.  Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penggunaan PNBP yang

    Bersumber dari Kegiatan Tertentu;

    g.  Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.06/2006 tentang Modul Penerimaan

     Negara; dan

    h. 

    Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-78/PB/2006 tentangPenatausahaan Penerimaan Negara Melalui Modul Penerimaan Negara (MPN).

    II.  PERMASALAHAN

    Berdasarkan hal-hal tersebut, maka beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam

    tulisan hukum ini adalah:

    a.  Bagaimana definisi, jenis dan tarif PNBP berdasarkan peraturan perundang-undangan?

     b.  Bagaimana mekanisme pengelolaan dan penatausahaan PNBP berdasarkan peraturan

     perundang-undangan?

    III.  PEMBAHASAN

    A.  Definisi, Jenis dan Tarif PNBP Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan

    PNBP adalah seluruh penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari

     penerimaan perpajakan2. Antara lain sumber daya alam, bagian pemerintah atas laba

    BUMN, serta penerimaan negara bukan pajak lainnya.

    Berdasarkan sumber penerimaannya dapat dikelompokkan menjadi3

    :1.  Penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana pemerintah;

    2.  Penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam;

    3.  Penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan;

    4.  Penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan pemerintah;

    5.  Penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan berasal dari pengenaan denda

    administrasi;

    6.  Penerimaan berupa hibah yang merupakan hak pemerintah; dan

    7.  Penerimaan lainnya yang diatur dalam undang-undang tersendiri.

    PNBP dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu4:

    1.  Penerimaan sumber daya alam, terdiri atas pendapatan Sumber Daya Alam (SDA)

    migas yang diperoleh dari bagian bersih pemerintah atas kerjasama pengelolaan

    2  Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.3  Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.4  Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan Belanja Tahun 2014.

  • 8/20/2019 Tulisan-Hukum_PNBP-2014.pdf

    5/26

     Tulisan Hukum –  Seksi Informasi Hukum 5

    sektor hulu migas dan SDA non-migas yang diperoleh dari hasil pertambangan

    umum, kehutanan, perikanan, dan panas bumi.

    2.  Pendapatan bagian laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang merupakan

    imbalan kepada pemerintah pusat selaku pemegang saham BUMN (return on equity)

    yang dihitung berdasarkan persentase tertentu terhadap laba bersih ( pay-out ratio).Pendapatan ini diklasifikasikan ke dalam kelompok perbankan dan nonperbankan.

    3. 

    PNBP lainnya, meliputi berbagai jenis pendapatan yang dipungut oleh

    Kementerian/Lembaga atas produk layanan yang diberikan kepada masyarakat.

    Pungutan dilakukan oleh instansi pemerintah atas dasar Peraturan Pemerintah tentang

    Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP pada Kementerian/Lembaga tertentu. Termasuk di

    dalam kelompok ini adalah pendapatan atas pengurusan Surat Izin Mengemudi

    (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), dan surat nikah sebagaimana contoh.

    Pungutan yang dilakukan oleh Kementerian instansi pemerintah tersebut dilakukan

    atas dasar Peraturan Pemerintah tentang Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP pada

    Kementerian/Lembaga (K/L) tertentu. Tidak kurang dari sepuluh ribu jenis dan tarif

    PNBP yang dikenakan secara sah oleh instansi pemerintah.

    4.  Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU), yang diperoleh atas produk layanan

    instansi pemerintah yang diberikan kepada masyarakat. Bedanya, pendapatan yang

    diperoleh melalui mekanisme BLU ini dapat langsung digunakan oleh instansi yang

     bersangkutan. Jenis dan tarif PNBP BLU tidak ditetapkan melalui Peraturan

    Pemerintah melainkan Peraturan Menteri Keuangan.

    Berdasarkan peraturan perundang-undangan, setiap K/L yang mempunyai PNBPharus memiliki peraturan perundangan (minimal Peraturan Pemerintah/PP) tentang jenis

    dan tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada masing-masing K/L. PP tersebut digunakan

    sebagai dasar pemungutan atas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat5.

    PNBP yang dikelola oleh K/L dapat dikelompok menjadi 2 (dua), yaitu6:

    1.  PNBP Umum

    Setiap kementerian negara/lembaga pada dasarnya mempunyai PNBP yang bersifat

    umum yaitu PNBP yang tidak berasal dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya.

    PNBP umum merupakan PNBP yang berlaku umum di semua kementerian

    negara/lembaga. PNBP Umum sesuai PP Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan

    Penyetoran PNBP antara lain:

    a.  Penerimaan hasil penjualan barang/kekayaan negara;

    5  Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan

     Negara Bukan Pajak.6  ftp://ftp1. perbendaharaan.go.id/ modul .../  Modul pengelolaan PNBP, hal.6-7.

  • 8/20/2019 Tulisan-Hukum_PNBP-2014.pdf

    6/26

     Tulisan Hukum –  Seksi Informasi Hukum 6

     b.  Penerimaan hasil penyewaan barang/kekayaan negara;

    c.  Penerimaan hasil penyimpanan uang negara (jasa giro);

    d.  Penerimaan ganti rugi atas kerugian negara (tuntutan ganti rugi dan tuntutan

     perbendaharaan);

    e. 

    Penerimaan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah;f.  Penerimaan dari hasil penjualan dokumen lelang; dan

    g. 

    Penerimaan pengembalian belanja tahun anggaran lalu.

    2. PNBP Fungsional 

    Selain PNBP Umum terdapat PNBP di kementerian/lembaga yaitu PNBP yang

     bersifat fungsional. PNBP yang bersifat fungsional yaitu penerimaan yang berasal

    dari hasil pungutan kementerian negara/lembaga atas jasa yang diberikan sehubungan

    dengan tugas pokok dan fungsinya dalam melaksanakan fungsi pelayanan kepada

    masyarakat. Penerimaan fungsional tersebut terdapat pada sebagian besar

    kementerian negara/lembaga, namun macam dan ragamnya berbeda antara satu

    kementerian negara/lembaga dengan kementerian negara/lembaga lainnya, tergantung

    kepada jasa pelayanan yang diberikan oleh masing-masing kementerian negara/

    lembaga.

    Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara

    Bukan Pajak Pasal 2 ayat (1) disebutkan bahwa kelompok PNBP meliputi jenis-jenis

     penerimaan sebagai berikut:

    a.  Penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana pemerintah;

     b. 

    Penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam;c.  Penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan;

    d.  Penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan pemerintah;

    e.  Penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan

    denda administrasi;

    f.  Penerimaan berupa hibah yang merupakan hak pemerintah; dan

    g.  Penerimaan lainnya yang diatur dalam undang-undang tersendiri.

    Jenis PNBP Fungsional yang berlaku pada setiap K/L berdasarkan PP Nomor 22

    Tahun 1997 sebagai berikut7:

    a. 

    PNBP pada Departemen Luar Negeri:

    1)  Penerimaan dari pemberian surat perjalanan Republik Indonesia; dan

    2)  Penerimaan dari jasa pengurusan dokumen kanselerai.

     b.  PNBP pada Departemen Pertahanan dan Keamanan:

    7  Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan

    Pajak.

  • 8/20/2019 Tulisan-Hukum_PNBP-2014.pdf

    7/26

     Tulisan Hukum –  Seksi Informasi Hukum 7

    1)  Penerimaan dari pemberian Surat Izin Mengemudi (SIM);

    2)  Penerimaan dari pemberian Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK);

    3)  Penerimaan dari pemberian Surat Tanda Coba Kendaraan (STCK);

    4)  Penerimaan dari pemberian Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB)

     baru; dan5)  Penerimaan dari pelayanan kesehatan.

    c. 

    PNBP pada Departemen Kehakiman:

    1)  Penerimaan denda administrasi;

    2)  Penerimaan dari pelayanan jasa hukum;

    3)  Penerimaan dari penggunaan jasa tenaga narapidana dan hasil penjualan

     barang keterampilannya;

    4)  Penerimaan dari pendaftaran ciptaan;

    5)  Penerimaan dari permintaan hak paten;

    6) 

    Penerimaan dari pemberian merek;

    7)  Penerimaan dari keimigrasian;

    8)  Penerimaan balai harta peninggalan; dan

    9)  Penerimaan pengadilan.

    d.  PNBP pada Departemen Penerangan:

    1)  Penerimaan dari siaran iklan;

    2)  Penerimaan dari siaran iklan spot Radio Republik Indonesia (RRI);

    3)  Penerimaan dari penyelenggaraan sensor film, video tape, kaset, film reklame

    komersial dan non komersial; dan4)  Penerimaan dari pembuatan film untuk instansi pemerintah dan penyewaan

     peralatan perfilman.

    e.  PNBP pada Departemen Keuangan:

    1)  Penerimaan denda administrasi atas keterlambatan penyampaian laporan

     perusahaan di bidang pasar modal;

    2)  Penerimaan denda administrasi yang dikenakan pada pihak yang melanggar

     peraturan perundang undangan di bidang pasar modal;

    3)  Penerimaan Bea Lelang;

    4) 

    Penerimaan dari biaya administrasi lelang swasta;

    5)  Penerimaan dari Bea Lelang Batal;

    6)  Penerimaan dari biaya administrasi Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara

    (BUPLN);

    7)  Penerimaan dari penjualan saham bagian Pemerintah;

    8)  Penerimaan dari bagian Pemerintah atas laba BUMN;

  • 8/20/2019 Tulisan-Hukum_PNBP-2014.pdf

    8/26

     Tulisan Hukum –  Seksi Informasi Hukum 8

    9)  Penerimaan dari selisih lebih karena perubahan harga jual yang ditetapkan

    Pemerintah atas persediaan gula pasir di gudang-gudang Badan Urusan

    Logistik (Bulog) dan gudang dari pabrik gula, dan persediaan pupuk di semua

    gudang Pupuk Sriwijaya (Pusri);

    10) 

    Penerimaan dari denda keterlambatan penyampaian laporan oleh PerusahaanPembiayaan;

    11) 

    Penerimaan dari denda tidak menyampaikan laporan keuangan tahunan dan

    laporan operasional tahunan dan atau tidak mengumumkan neraca dan

     perhitungan laba rugi bagi perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi

    sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan;

    12)  Penerimaan dari denda tidak menyampaikan laporan keuangan tahunan dan

    laporan operasional tahunan bagi perusahaan pialang asuransi atau

     perusahaan pialang reasuransi sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan;

    13) 

    Penerimaan dari denda keterlambatan penyampaian laporan bagi Dana

    Pensiun;

    14)  Penerimaan kembali pinjaman yang disalurkan oleh Pemerintah;

    15)  Penerimaan dari laba bersih minyak;

    16)  Penerimaan bagian Pemerintah dari annual fee PT. Inalum; dan

    17)  Penerimaan dari pungutan ekspor.

    f.  PNBP pada Departemen Perindustrian dan Perdagangan:

    1)  Penerimaan dari biaya pengujian mutu barang dan sertifikasi mutu barang.

    2) 

    Penerimaan dari biaya jasa pelatihan;3)  Penerimaan dari pendaftaran perusahaan;

    4)  Penerimaan dari penerbitan Surat Keterangan Asal (SKA);

    5)  Penerimaan dari jasa pengujian/pemeriksaan tembakau;

    6)  Penerimaan dari jasa pembinaan petani tembakau oleh pabrikan rokok;

    7)  Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan;

    8)  Penerimaan dari jasa pembinaan industri kecil;

    9)  Penerimaan dari jasa pelayanan teknis;

    10)  Penerimaan dari pengaturan tata niaga cengkeh; dan

    11) 

    Penerimaan dari jasa tera/tera ulang.

    g.  PNBP pada Departemen Pertanian:

    1)  Penerimaan dari pungutan pengusahaan perikanan;

    2)  Penerimaan dari pungutan hasil perikanan;

  • 8/20/2019 Tulisan-Hukum_PNBP-2014.pdf

    9/26

     Tulisan Hukum –  Seksi Informasi Hukum 9

    3)  Penerimaan dari pungutan perikanan atas penggunaan kapal perikanan

     berbendera asing dengan cara sewa untuk menangkap ikan di zona ekonomi

    eksklusif Indonesia;

    4)  Penerimaan dari pungutan perikanan yang berasal dari hasil penangkapan

    atau pembudidayaan;5)  Penerimaan dari hasil pembibitan ternak dan hijauan makanan ternak;

    6) 

    Penerimaan dari penetapan pendaftaran dan pengujian mutu obat hewan;

    7)  Penerimaan dari pendapatan perubahan harga hasil produksi pusat veterinaria;

    8)  Penerimaan dari penjualan hasil pendidikan dan pelatihan, balai benih ikan

    dan udang;

    9)  Penerimaan dari penjualan embrio ternak untuk bibit;

    10)  Penerimaan dari penjualan obat hewan, vaksin dan semen beku;

    11)  Penerimaan dari jasa tambah labuh;

    12) 

    Penerimaan dari jasa pengadaan es;

    13)  Penerimaan dari jasa pengadaan air sumur dan air minum;

    14)  Penerimaan dari jasa penyewaan fasilitas;

    15)  Penerimaan dari jasa karantina tumbuhan, ikan dan hewan;

    16)  Penerimaan dari jasa pelayanan diagnosa penyakit hewan;

    17)  Penerimaan dari jasa pemeriksaan lapangan dan pengujian benih tanaman

     pangan;

    18)  Penerimaan dari jasa pelayanan teknologi, penelitian dan pengembangan;

    19) 

    Penerimaan dari redistribusi ternak pemerintah; dan20)  Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan pertanian.

    h.  PNBP pada Departemen Pertambangan dan Energi:

    1)  Penerimaan dari jasa teknologi di bidang pertambangan umum;

    2)  Penerimaan dari jasa penelitian/pengembangan dan jasa penerapan teknologi

     pada puslitbang teknologi minyak dan gas bumi;

    3)  Penerimaan dari iuran tetap/landrent; 

    4)  Penerimaan dari iuran eksplorasi/iuran eksploitasi/royalti;

    5)  Penerimaan dari perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara; dan

    6) 

    Penerimaan dari jasa teknologi geologi tata lingkungan.

    i.  PNBP pada Departemen Kehutanan:

    1)  Penerimaan dari Iuran Hasil Hutan (IHH);

    2)  Penerimaan dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH);

    3)  Penerimaan dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (IHPHTI);

    4)  Penerimaan dari Iuran Hak Pengusaha Hutan (IHPH) Bambu;

  • 8/20/2019 Tulisan-Hukum_PNBP-2014.pdf

    10/26

     Tulisan Hukum –  Seksi Informasi Hukum 10

    5)  Penerimaan dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH) Tanaman Rotan;

    6)  Penerimaan dari pengusahaan pariwisata alam;

    7)  Penerimaan dari pungutan masuk hutan wisata, taman nasional, tanam hutan

    raya dan taman wisata laut;

    8) 

    Penerimaan dari Iuran menangkap/mengambil dan mengangkut satwa liar dantumbuhan alam yang tidak dilindungi Undang-undang serta jarahan satwa

     baru;

    9)  Penerimaan dari Denda Pelanggaran Eksploitasi Hutan (DPEH);

    10)  Penerimaan dari Denda post audit  dan tata usaha iuran hasil hutan; dan

    11)  Penerimaan dari pengambilan jenis tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi

    undang-undang dari alam maupun dari hasil penangkaran.

     j.  PNBP pada Departemen Pekerjaan Umum:

    1)  Penerimaan dari jasa penyewaan peralatan dan jasa perbengkelan;

    2) 

    Penerimaan dari jasa laboratorium;

    3)  Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan dan latihan;

    4)  Penerimaan dari jasa pembuatan peta citra dari data media satelit;

    5)  Penerimaan dari jasa penyelidikan geoteknik;

    6)  Penerimaan dari jasa saran teknis dan pemeriksaan laboratorium; dan

    7)  Penerimaan dari jasa pengkajian mutu komponen.

    k.  PNBP pada Departemen Perhubungan:

    1)  Penerimaan dari pemberian surat izin mengemudi;

    2) 

    Penerimaan dari jasa pelabuhan penyeberangan laut, selat dan teluk;3)  Penerimaan dari jasa terminal dan fasilitas sandar kapal penyeberangan

    sungai dan danau;

    4)  Penerimaan dari jasa kepelabuhan untuk kapal pelayaran dalam negeri dan

    luar negeri pada pelabuhan Unit Pelaksana Teknis (UPT) kantor pelabuhan;

    5)  Penerimaan dari jasa dermaga dan penumpukan di pelabuhan unit pelaksana

    teknis (UPT) kantor pelabuhan;

    6)  Penerimaan dari penyewaan tanah pelabuhan di pelabuhan UPT kantor

     pelabuhan;

    7) 

    Penerimaan dari Jasa Pelayanan Penerbangan (JP2) untuk penerbangan

    internasional;

    8)  Penerimaan dari Jasa Pelayanan Penumpang Pesawat Udara (JP3U) pada

     bandar udara untuk angkutan udara luar negeri;

    9)  Penerimaan dari Jasa Pendaratan, Penempatan dan Penyimpanan Pesawat

    Udara (JP4U) penerbangan internasional;

  • 8/20/2019 Tulisan-Hukum_PNBP-2014.pdf

    11/26

     Tulisan Hukum –  Seksi Informasi Hukum 11

    10)  Penerimaan dari jasa pemeriksaan kesehatan;

    11)  Penerimaan dari pemberian dokumen penerbangan;

    12)  Penerimaan dari jasa pelayanan meteorologi dan geofisika dan penyewaan

     peralatan; dan

    13) 

    Penerimaan dari Sumbangan Pembinaan Pendidikan dan Latihan (SPPL).l.  PNBP pada Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi:

    1) 

    Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan pariwisata;

    2)  Penerimaan dari uang ujian perwira radio elektronika dan operator radio;

    3)  Penerimaan dari pemberian izin usaha jasa titipan;

    4)  Penerimaan dari pemberian izin amatir radio;

    5)  Penerimaan dari pemberian izin antene parabola penerima siaran televisi;

    6)  Penerimaan dari pemberian izin Komunikasi Radio antar Penduduk (KRAP);

    7)  Penerimaan dari pemberian hak penyelenggaraan (BHP) frekuensi radio

    konsesi;

    8)  Penerimaan dari pemberian izin hak penyelenggaraan (BHP) jasa

    telekomunikasi; dan

    9)  Penerimaan dari jasa penyelenggaraan/pengawasan ujian amatir.

    m.  PNBP pada Departemen Tenaga Kerja:

    1)  Penerimaan dari pembinaan tenaga kerja Indonesia dalam rangka

     pengembangan program Antar Kerja Antar Negara (AKAN);

    2)  Penerimaan dari jasa latihan kerja dan kursus latihan kerja (BLK/KLK);

    3) 

    Penerimaan dari pungutan Tenaga kerja Warga Negara Asing Pendatang(TKWNAP); dan

    4)  Penerimaan dari pendayagunaan fasilitas hiperkes dan keselamatan kerja.

    n.  PNBP pada Departemen Pendidikan Nasional:

    1)  Penerimaan dari penyelenggaraan pendidikan;

    2)  Penerimaan karcis tanda masuk museum;

    3)  Penerimaan dari kontrak kerja yang sesuai dengan peran dan fungsi

     perguruan tinggi;

    4)  Penerimaan dari hasil penjualan produk yang diperoleh dari penyelenggaraan

     pendidikan tinggi; dan

    5)  Penerimaan dari sumbangan dan hibah dari perorangan, lembaga

     pemerintahan, atau lembaga non pemerintah.

    o.  PNBP pada Departemen Kesehatan:

    1)  Penerimaan dari pemberian izin peredaran makanan dan minuman;

    2)  Penerimaan dari pemberian izin peredaran minuman keras;

  • 8/20/2019 Tulisan-Hukum_PNBP-2014.pdf

    12/26

     Tulisan Hukum –  Seksi Informasi Hukum 12

    3)  Penerimaan dari pemberian izin pelayanan kesehatan oleh swasta;

    4)  Penerimaan dari pemberian izin mendirikan rumah sakit oleh swasta;

    5)  Penerimaan dari jasa pendidikan tenaga kesehatan;

    6)  Penerimaan dari jasa pemeriksaan laboratorium;

    7) 

    Penerimaan dari jasa pemeriksaan air secara kimia lengkap;8)  Penerimaan dari jasa Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4);

    9) 

    Penerimaan dari jasa Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM);

    10)  Penerimaan dari jasa pemeriksaan obat, minuman, makanan, kosmetika, dan

    alat-alat kesehatan;

    11)  Penerimaan dari uji pemeriksaan spesimen; dan

    12)  Penerimaan dari jasa pelayanan rumah sakit.

     p.  PNBP pada Departemen Agama:

    1)  Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan;

    2) 

    Penerimaan dari peradilan agama; dan

    3)  Penerimaan dari pencatatan nikah dan rujuk.

    q.  PNBP pada Departemen Sosial:

    1)  Penerimaan Pendidikan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS)

    Bandung;

    2)  Penerimaan dari izin pengumpulan uang dan barang;

    3)  Penerimaan dari izin penyelenggaraan undian; dan

    4)  Penerimaan hibah yang merupakan hak Pemerintah.

    r. 

    PNBP pada Kejaksaan Agung:1)  Penerimaan dari penjualan barang rampasan;

    2)  Penerimaan dari penjualan hasil sitaan/rampasan;

    3)  Penerimaan dari ganti rugi dan tindak pidana korupsi;

    4)  Penerimaan biaya perkara;

    5)  Penerimaan lain-lain, berupa uang temuan, hasil lelang barang temuan dan

    hasil penjualan barang bukti yang tidak diambil oleh yang berhak; dan

    6)  Penerimaan denda.

    s.  PNBP pada Lembaga Administrasi Negara:

    Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan.

    t.  PNBP pada Badan Pusat Statistik:

    Penerimaan dari penjualan publikasi statistik.

    u.  PNBP pada Badan Tenaga Atom Nasional:

    1)  Penerimaan dari hak dan perizinan penggunaan (kalibrasi);

    2)  Penerimaan dari jasa analisa (tenaga/pekerjaan); dan

  • 8/20/2019 Tulisan-Hukum_PNBP-2014.pdf

    13/26

     Tulisan Hukum –  Seksi Informasi Hukum 13

    3)  Penerimaan dari penerbitan Sertifikat Bekas Radiasi Komoditi Ekspor/Impor.

    v.  PNBP pada Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional:

    Penerimaan dari pelayanan jasa pemotretan jarak jauh.

    w.  PNBP pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia:

    1) 

    Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan dan latihan;2)  Penerimaan dari penjualan hasil penelitian;

    3) 

    Penerimaan dari jasa penyewaan fasilitas; dan

    4)  Penerimaan dari penyelenggaraan jasa analisa, penelitian dan pengembangan

     jasa konsultasi,pelayanan informasi, jasa rekayasa, jasa kalibrasi dan

    metrologi, dan jasa tenaga ahli.

    x.  PNBP pada Arsip Nasional:

    Penerimaan dari pelayanan jasa kearsipan.

    y.  PNBP pada Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional:

    Penerimaan dari penjualan hasil survey dan pemetaan.

    z.  PNBP pada Badan Pengkajian dan Penerapan Tekonologi:

    Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pengkajian, penelitian dan pengembangan,

    dan pelayanan jasa teknologi.

    aa. PNBP pada Badan Pertanahan Nasional:

    1)  Penerimaan dari pengukuran dan pemetaan;

    2)  Penerimaan dari pemeriksaan tanah;

    3)  Penerimaan dari konsolidasi tanah secara swadaya;

    4) 

    Penerimaan dari redistribusi tanah secara swadaya; dan5)  Penerimaan dari ijin lokasi.

    PP Nomor 22 Tahun 1997 mengenai jenis PNBP pada K/L sampai dengan saat

    ini masih berlaku dan belum dilakukan perubahan, dan masih menggunakan nomenklatur

    “Departemen”, sementara Pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009

    tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, mengubah semua bentuk

    Departemen, Kantor Menteri Negara dan Kantor Menteri Koordinator menjadi

    Kementerian Negara.

    Dalam hal terdapat PNBP pada K/L tidak tercantum dalam Lampiran PP Nomor

    22 Tahun 1997, maka pengaturannya ditetapkan dalam PP tersendiri tentang jenis dan

    tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada masing-masing K/L, sesuai dengan ketentuan

    Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara

    Bukan Pajak bahwa setiap K/L yang mempunyai PNBP harus memiliki peraturan

     perundangan yang ditetapkan dalam undang-undang atau PP tentang jenis dan tarif PNBP

  • 8/20/2019 Tulisan-Hukum_PNBP-2014.pdf

    14/26

     Tulisan Hukum –  Seksi Informasi Hukum 14

    yang berlaku pada masing-masing K/L. PP tersebut digunakan sebagai dasar pemungutan

    atas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

    Adapun PP tentang Jenis dan Tarif PNBP yang berlaku pada K/L dan KMK

    tentang Ijin Penggunaan PNBP yang telah ditetapkan oleh Kementerian Keuangan

    dengan KMK berdasarkan database Direktorat PNBP per tanggal 5 Juni 2014 sebagai berikut : 

    BA KEMENTERIAN/LEMBAGA

    REGULASI

    JENIS DAN TARIF IJIN PENGGUNAAN

    PP KMK

    004 Badan Pemeriksa Keuangan PP No.76 Tahun 2013 KMK No.219/KMK.02/2010

    005 Mahkamah Agung PP No.53 Tahun. 2008  

    007 Sekretariat Negara PP No.39 Tahun 2011 KMK No.3/KMK.02/2013

    010 Kementerian Dalam Negeri PP No.64 Tahun 2013 KMK No.270/KMK.02/2010

    011 Kementerian Luar Negeri PP No.33 Tahun 2002 KMK No.405/KMK.02/2011

    012 Kementerian Pertahanan PP No.57 Tahun 2013

    PP No.17 Tahun 2014

    013 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia PP No.38 Tahun 2009Surat Menteri Keuangan

     No.S-178/MK.01/2000

    KMK No.43/KMK.02/2013

    KMK No.10/KMK.02/2012

    KMK No.407/2010

     

    KMK No.416/2011

    015 Kementerian Keuangan PP No.1 Tahun 2013  

    018 Kementerian Pertanian PP No.48 Tahun 2012 KMK No.420/KMK.02/2013  

    KMK No.421/KMK.02/2013  

    KMK No.422/KMK.02/2013  

    KMK No.423/KMK.02/2013  

    KMK No.424/KMK.02/2013  

    KMK No.425/KMK.02/2013  

    KMK No.426/KMK.02/2013  

    019 Kementerian Perindustrian PP No.47 Tahun 2011 KMK No.317/KMK.02/2013

    http://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2076%20Tahun%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2053%20TAhun%202008.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%2039%20Tahun%202011.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2064%20Tahun%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Dalam%20Negeri/KMK_270_2010.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20No.33%20TH%202002.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Luar%20Negeri/KMK%20405%202011.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2057%20Tahun%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2017%20Tahun%202014.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP_No_38_2009.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Hukum%20dan%20HAM/S_178_2000.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Hukum%20dan%20HAM/KMK%2043%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Hukum%20dan%20HAM/KMK_10_2012.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Hukum%20dan%20HAM/KMK_407_2010.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Hukum%20dan%20HAM/KMK_416_2011.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%201%20Tahun%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2048%20Tahun%202012.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Pertanian/KMK%20420%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Pertanian/KMK%20420%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Pertanian/KMK%20421%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Pertanian/KMK%20421%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Pertanian/KMK%20422%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Pertanian/KMK%20422%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Pertanian/KMK%20423%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Pertanian/KMK%20423%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Pertanian/KMK%20424%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Pertanian/KMK%20424%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Pertanian/KMK%20425%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Pertanian/KMK%20425%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Pertanian/KMK%20426%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Pertanian/KMK%20426%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2047%20Tahun%202011.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Perindustrian/KMK%20317%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Perindustrian/KMK%20317%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2047%20Tahun%202011.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Pertanian/KMK%20426%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Pertanian/KMK%20425%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Pertanian/KMK%20424%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Pertanian/KMK%20423%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Pertanian/KMK%20422%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Pertanian/KMK%20421%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Pertanian/KMK%20420%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2048%20Tahun%202012.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%201%20Tahun%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Hukum%20dan%20HAM/KMK_416_2011.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Hukum%20dan%20HAM/KMK_407_2010.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Hukum%20dan%20HAM/KMK_10_2012.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Hukum%20dan%20HAM/KMK%2043%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Hukum%20dan%20HAM/S_178_2000.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP_No_38_2009.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2017%20Tahun%202014.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2057%20Tahun%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Luar%20Negeri/KMK%20405%202011.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20No.33%20TH%202002.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Dalam%20Negeri/KMK_270_2010.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2064%20Tahun%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%2039%20Tahun%202011.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2053%20TAhun%202008.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2076%20Tahun%202013.pdf

  • 8/20/2019 Tulisan-Hukum_PNBP-2014.pdf

    15/26

     Tulisan Hukum –  Seksi Informasi Hukum 15

    BA KEMENTERIAN/LEMBAGA

    REGULASI

    JENIS DAN TARIF IJIN PENGGUNAAN

    PP KMK

    KMK No.318/KMK.02/2013

    KMK No.561/KMK.06/2003

    KMK No.198/2004

    020 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral PP No.9 Tahun 2012 KMK No.317/KMK.06/2001

    KMK No.938/KMK.02/2006

    PMK No.56/PMK.02/2007  

    KMK No.60/KMK.02/2008

    022 Kementerian Perhubungan PP No.6 Tahun 2009 Surat Menteri Keuangan No.S-606/MK.017/2000

    PP No.74 Tahun 2013 KMK No.302/KMK.06/2001

    KMK No.20/KMK.06/2012

    KMK No.307/2001

     

    KMK No.308/2001

     

    KMK No.309/KMK.06/2001

    KMK No.518/KMK.06/2002

    023 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan KMK No.115/KMK.06/2001

    024 Kementerian Kesehatan PP No.21 Tahun 2013 KMK No.243/KMK.06/2002

    KMK No.358/KMK.06/2002

    KMK No.22/KMK.06/2003

    KMK No.343/KMK.02/2007

    KMK No.503/KMK.02/2009

    KMK No.1/KMK.02/2010

    KMK No.114/KMK.02/2011

    KMK No.459/KMK.02/2013

    KMK No.47/KMK.02/2014

    025 Kementerian Agama PP No.47 Tahun 2004 KMK No.338/KMK.06/2003

    http://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Perindustrian/KMK%20318%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Perindustrian/KMK_561_2003.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Perindustrian/KMK_198_2004.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%209%20Tahun%202012.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20ESDM/KMK317_2001.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20ESDM/KMK938_2006.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20ESDM/PMK56_2007.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20ESDM/PMK56_2007.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20ESDM/KMK60_2008.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP_No_6_2009.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2074%20Tahun%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perhubungan/KMK_302_2001.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perhubungan/KMK_20_2012.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perhubungan/KMK_307_2001.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perhubungan/KMK_308_2001.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perhubungan/KMK_309_2001.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perhubungan/KMK_518_2002.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Pendidikan%20dan%20Kebudayaan/KMK115_2001.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2021%20Tahun%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Kesehatan/KMK_243_2002.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Kesehatan/KMK_358_2002.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Kesehatan/KMK_22_2003.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Kesehatan/KMK_343_2007.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Kesehatan/KMK_503_2009.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Kesehatan/KMK_1_2010.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Kesehatan/KMK_114_2011.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Kesehatan/KMK_459_2013-IZIN%20RS%20OTAK%20DAN%20RS%20RATATOTOK.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Kesehatan/KMK_47_2014-IZIN_BINA%20GIZI%20DAN%20KIA.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20No.47%20TH%202004.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20No.47%20TH%202004.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Kesehatan/KMK_47_2014-IZIN_BINA%20GIZI%20DAN%20KIA.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Kesehatan/KMK_459_2013-IZIN%20RS%20OTAK%20DAN%20RS%20RATATOTOK.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Kesehatan/KMK_114_2011.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Kesehatan/KMK_1_2010.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Kesehatan/KMK_503_2009.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Kesehatan/KMK_343_2007.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Kesehatan/KMK_22_2003.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Kesehatan/KMK_358_2002.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Kesehatan/KMK_243_2002.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2021%20Tahun%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Pendidikan%20dan%20Kebudayaan/KMK115_2001.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perhubungan/KMK_518_2002.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perhubungan/KMK_309_2001.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perhubungan/KMK_308_2001.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perhubungan/KMK_307_2001.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perhubungan/KMK_20_2012.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perhubungan/KMK_302_2001.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2074%20Tahun%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP_No_6_2009.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20ESDM/KMK60_2008.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20ESDM/PMK56_2007.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20ESDM/KMK938_2006.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20ESDM/KMK317_2001.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%209%20Tahun%202012.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Perindustrian/KMK_198_2004.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Perindustrian/KMK_561_2003.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Perindustrian/KMK%20318%202013.pdf

  • 8/20/2019 Tulisan-Hukum_PNBP-2014.pdf

    16/26

     Tulisan Hukum –  Seksi Informasi Hukum 16

    BA KEMENTERIAN/LEMBAGA

    REGULASI

    JENIS DAN TARIF IJIN PENGGUNAAN

    PP KMK

    KMK No.115/KMK.06/2007

    026 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi PP No.65 Tahun 2012 KMK No.290/KMK.02/2011

    027 Kementerian Sosial PP No.3 Tahun 2012 KMK No.380/KMK.02/2013  

    029 Kementerian Kehutanan PP No.12 Tahun 2014 KMK No.368/KMK.06/2001

    PP No.2 Tahun 2008

     

    PP No.35 Tahun 2008 

    032 Kementerian Kelautan dan Perikanan PP No.58 Tahun 2002 KMK No.187/KMK.02/2007

    PP No.19 Tahun 2006 KMK No.74/KMK.02/2008  

    033 Kementerian Pekerjaan Umum PP No.38 Tahun 2012 KMK No.164/KMK.06/2003

    KMK No.470/KMK.06/2003

    040 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif PP No.41 Tahun 2010 KMK No.475/KMK.06/2002

    042 Kementerian Riset dan Teknologi PP No.13 Tahun 2014 KMK No.375/KMK.02/2009

    043 Kementerian Lingkungan Hidup PP No.52 Tahun 2008 KMK No.115/KMK.02/2010

    054 Badan Pusat Statistik PP No.54 Tahun 2009  KMK No.493/KMK.02/2009

    056 Badan Pertanahan Nasional PP No.13 Tahun 2010 KMK No.237/KMK.02/2010

    057 Perpustakaan Nasional PP No.75 Tahun 2013 KMK No.181/KMK.02/2010

    059 Kementerian Komunikasi dan Informatika PP No.7 Tahun 2009 KMK No.96/KMK.02/2011

    PP No.76 Tahun 2010 KMK No.97/KMK.02/2011

    KMK No.335/KMK.02/2011

    KMK No.174/KMK.02/2009

    060 Kepolisian Republik Indonesia PP No.50 Tahun 2010  KMK No.342/KMK.02/2010

    061 Badan Pengawas Obat dan Makanan PP No.48 Tahun 2010  KMK No.189/KMK.02/2011

    075 Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika PP No.24 Tahun 2008 KMK No.352/KMK.02/2008

    PP No.19 Tahun 2014  

    079 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia PP No.106 Tahun 2012 KMK No.381/KMK.02/2008

    http://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2065%20Tahun%202012.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%203%20Tahun%202012.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Sosial/KMK%20KEMENSOS.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Sosial/KMK%20KEMENSOS.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2012%20Tahun%202014.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Kehutanan/KMK368_2001.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%202%20Tahun%202008.dochttp://c/Users/rida.desmawati/Documents/2014/BPS/PNBP/PP%202%20Tahun%202008.dochttp://c/Users/rida.desmawati/Documents/2014/BPS/PNBP/PP%202%20Tahun%202008.dochttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20No.58%20TH%202002.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Kelautan%20dan%20Perikanan/KMK_187_2007.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP_no_19_th_2006.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Kelautan%20dan%20Perikanan/KMK74_2008.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Kelautan%20dan%20Perikanan/KMK74_2008.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2038%20Tahun%202012.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Pekerjaan%20Umum/KMK164_2003.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Pekerjaan%20Umum/KMK470_2003.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%2041%20Tahun%202010.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Pariwisata%20dan%20Ekonomi%20Kreatif/KMK_475_2002.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2013%20Tahun%202014.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2052%20TAhun%202008.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP_No_54_2009.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP_No_54_2009.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%2013%20Tahun%202010.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP_No_7_2009.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%2076%20Tahun%202010.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%2050%20Tahun%202010.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%2050%20Tahun%202010.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%2048%20Tahun%202010.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%2048%20Tahun%202010.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%2024%20Tahun%202008.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2019%20Tahun%202014.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%20106%20Tahun%202012.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%20106%20Tahun%202012.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2019%20Tahun%202014.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%2024%20Tahun%202008.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%2048%20Tahun%202010.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%2050%20Tahun%202010.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%2076%20Tahun%202010.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP_No_7_2009.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%2013%20Tahun%202010.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP_No_54_2009.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2052%20TAhun%202008.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2013%20Tahun%202014.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Pariwisata%20dan%20Ekonomi%20Kreatif/KMK_475_2002.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%2041%20Tahun%202010.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Pekerjaan%20Umum/KMK470_2003.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Pekerjaan%20Umum/KMK164_2003.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2038%20Tahun%202012.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Kelautan%20dan%20Perikanan/KMK74_2008.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP_no_19_th_2006.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Kelautan%20dan%20Perikanan/KMK_187_2007.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20No.58%20TH%202002.pdfhttp://c/Users/rida.desmawati/Documents/2014/BPS/PNBP/PP%202%20Tahun%202008.dochttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%202%20Tahun%202008.dochttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK/Kementerian%20Kehutanan/KMK368_2001.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2012%20Tahun%202014.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%203/Kementerian%20Sosial/KMK%20KEMENSOS.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%203%20Tahun%202012.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2065%20Tahun%202012.pdf

  • 8/20/2019 Tulisan-Hukum_PNBP-2014.pdf

    17/26

     Tulisan Hukum –  Seksi Informasi Hukum 17

    BA KEMENTERIAN/LEMBAGA

    REGULASI

    JENIS DAN TARIF IJIN PENGGUNAAN

    PP KMK

    080 Badan Tenaga Nuklir Nasional PP No.29 Tahun 2011 KMK No.236/KMK.02/2009

    081 Badan Pengkajian dan PenerapanTeknologi PP No.36 Tahun 2008 KMK No.351/KMK.02/2008

    082 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional PP No.21 Tahun 2003 KMK No.109/KMK.06/2003

    083 Badan Informasi Geospasial PP No.57 Tahun 2007 KMK No.188KMK.02/2008

    084 Badan Standarisasi Nasional PP No.62 Tahun 2007 KMK No.209/KMK.02/2008

    085 Badan Pengawas Tenaga Nuklir PP No.27 Tahun 2009 KMK No.242/KMK.06/2002

    086 Lembaga Administrasi Negara PP No.73 Tahun 2009 KMK No.140/KMK.02/2010

    087 Arsip Nasional PP No.42 Tahun 2005 KMK No.928/KMK.02/2006

    088 Badan Kepegawaian Negara PP No.11 Tahun 2012  

    089Badan Pengawasan Keuangan dan

    PembangunanPP No.20 Tahun 2014 KMK No.298/KMK.02/2010

    090 Kementerian Perdagangan PP No.45 Tahun 2012 KMK No.360/KMK.02/2013  

    KMK No.361/KMK.02/2013  

    KMK No.362/KMK.02/2013  

    KMK No.363/KMK.02/2013  

    KMK No.364/KMK.02/2013  

    KMK No.365/KMK.02/2013  

    KMK No.366/KMK.02/2013  

    KMK No.367/KMK.02/2013  

    KMK No.368/KMK.02/2013  

    KMK No.369/KMK.02/2013  

    KMK No.370/KMK.02/2013

    092 Kementerian Pemuda dan Olahraga PP No.39 Tahun 2009  

    Keterangan:

    - Sumber :Database dari Direktorat PNBP per tanggal 5 Juni 2014

    http://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%2029%20Tahun%202011.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%2036%20Tahun%202008.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20No.21%20TH%202003.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%2057%20Tahun%202007.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%2062%20Tahun%202007.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP_No_27_2009.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP_No_73_2009.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20NO%2042%20TH%202005.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2011%20Tahun%202012.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2045%20Tahun%202012.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20360%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20360%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20361%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20361%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20362%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20362%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20363%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20363%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20364%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20364%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20365%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20365%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20366%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20366%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20367%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20367%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20368%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20368%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20369%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20369%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20370%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP_No_39_2009.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP_No_39_2009.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20370%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20369%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20368%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20367%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20366%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20365%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20364%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20363%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20362%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20361%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/KMK%20dari%20DJA_P%20ari/KMK%202/Kementerian%20Perdagangan/KMK%20360%202013.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2045%20Tahun%202012.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20Nomor%2011%20Tahun%202012.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20NO%2042%20TH%202005.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP_No_73_2009.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP_No_27_2009.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%2062%20Tahun%202007.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%2057%20Tahun%202007.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%20No.21%20TH%202003.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%2036%20Tahun%202008.pdfhttp://localhost/var/www/apps/conversion/tmp/scratch_7/PP%2029%20Tahun%202011.pdf

  • 8/20/2019 Tulisan-Hukum_PNBP-2014.pdf

    18/26

     Tulisan Hukum –  Seksi Informasi Hukum 18

    Tarif atas jenis PNBP ditetapkan dengan memperhatikan8: 

    1.  Dampak pengenaan terhadap masyarakat dan kegiatan usahanya;

    2.  Biaya Penyelenggaraan kegiatan pemerintah sehubungan dengan jenis PNBP

     bersangkutan; dan

    3. 

    Aspek keadilan dalam pengenaan beban kepada masyarakat.Adapun proses penetapan tarif dan jenis PNBP pada K/L secara umum dapat

    diuraikan sebagai berikut9:

    1.  Pimpinan K/L (instansi pemerintah) menyampaikan usulan tarif atas jenis PNBP yang

     berlaku pada K/L yang bersangkutan kepada Menteri Keuangan.

    2.  Selanjutnya usulan besaran tarif tersebut dibahas oleh Kementerian Keuangan

     bersama dengan K/L yang bersangkutan, Kementerian Hukum dan HAM, serta

    Sekretariat Negara untuk mendapatkan justifikasi atas tarif yang diusulkan. Selain itu,

     pembahasan juga bertujuan untuk mempelajari dampak atas pengenaan tarif tersebut

    terhadap K/L dan masyarakat serta memastikan pelayanan (jenis PNBP) yang

    diberikan merupakan kewenangan K/L yang bersangkutan.

    3.  Jenis dan tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada K/L hasil pembahasan,

    disampaikan kepada Menteri Hukum dan HAM melalui surat Menteri Keuangan.

    4.  Kementerian Hukum dan HAM melakukan harmonisasi dan pembulatan terhadap

    Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) dimaksud, untuk selanjutnya disampaikan

    kepada Menteri Keuangan untuk diproses lebih lanjut.

    5.  Menteri Keuangan menyampaikan kepada Presiden untuk ditetapkan menjadi PP.

    6. 

    Setelah PP ditetapkan dan diundangkan, K/L wajib memungut dan menyetorkanPNBP yang diperolehnya ke Kas Negara sesuai dengan tarif dalam PP. 

    8  Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak. 

    9  ftp://ftp1.perbendaharaan.go.id/modul.../ Modul pengelolaan PNBP, hal.14-15. 

  • 8/20/2019 Tulisan-Hukum_PNBP-2014.pdf

    19/26

     Tulisan Hukum –  Seksi Informasi Hukum 19

    Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan RPP jenis dan tarif atas jenisPNBP

    10:

    1.  Jenis kegiatan atau pelayanan yang menghasilkan PNBP merupakan kewenangan dari

    K/L yang bersangkutan.

    2.  Jenis dan tarif atas jenis PNBP yang diusulkan dalam RPP adalah jenis PNBP

    Fungsional. Untuk jenis PNBP Umum, seperti PNBP dari pemanfaatan Barang Milik

     Negara (BMN) tidak dimasukkan dalam usulan RPP.

    3.  Ketepatan atas besaran tarif dan satuan atas jenis PNBP yang diusulkan berdasarkan

     pendekatan biaya dalam penetapannya, sesuai dengan karakteristik jenis layanan dan

    kondisi masyarakat (wajib bayar) yang akan menggunakan layanan pemerintah

    tersebut.

    Menteri Keuangan telah menerbitkan Surat Nomor S-420/MK.02/2011 tanggal 25

    Juli 2011 yang pada intinya meminta masing-masing K/L untuk melakukan inventarisasi

     jenis PNBP terkait pemanfaatan BMN dalam usulan revisi PP atau dalam PP tentang

    Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP yang berlaku pada masing-masing K/L. Selanjutnya,

     berdasarkan hasil inventarisasi, masing-masing K/L diminta agar mengusulkan

     pengaturan pemanfaatan aset sesuai PP Nomor 6 Tahun 2006 dan PMK Nomor

    96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Penggunaan, Pemanfaatan,Penghapusan dan Pemindahtanganan BMN dan mengusulkan revisi PP atau RPP tentang

    Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP K/L yang bersangkutan kepada Menteri Keuangan.

    10http://bapsik.unila.ac.id/download/perencanaan/PMK%20&paparan%20sosialisasi%20revisi%20PMK%2007%20t

    h%202014/PAPARAN%20PENGELOLAAN%20PNBP.pdf, hal.11. 

    http://bapsik.unila.ac.id/download/perencanaan/PMK%20&paparan%20sosialisasi%20revisi%20PMK%2007%20th%202014/PAPARAN%20PENGELOLAAN%20PNBP.pdfhttp://bapsik.unila.ac.id/download/perencanaan/PMK%20&paparan%20sosialisasi%20revisi%20PMK%2007%20th%202014/PAPARAN%20PENGELOLAAN%20PNBP.pdfhttp://bapsik.unila.ac.id/download/perencanaan/PMK%20&paparan%20sosialisasi%20revisi%20PMK%2007%20th%202014/PAPARAN%20PENGELOLAAN%20PNBP.pdfhttp://bapsik.unila.ac.id/download/perencanaan/PMK%20&paparan%20sosialisasi%20revisi%20PMK%2007%20th%202014/PAPARAN%20PENGELOLAAN%20PNBP.pdfhttp://bapsik.unila.ac.id/download/perencanaan/PMK%20&paparan%20sosialisasi%20revisi%20PMK%2007%20th%202014/PAPARAN%20PENGELOLAAN%20PNBP.pdf

  • 8/20/2019 Tulisan-Hukum_PNBP-2014.pdf

    20/26

     Tulisan Hukum –  Seksi Informasi Hukum 20

    Tarif PNBP dapat dikategorikan sebagai berikut :

    1.  Tarif Cost Minus 

    Tarif PNBP yang dikenakan kepada masyarakat adalah nol (gratis) atau lebih rendah

    dibandingkan dengan biaya penyelenggaraan layanan (baik layanan dalam bentuk

     barang, jasa atau administratif) yang disediakan pemerintah. Pengenaan tarif dengan pendekatan ini umumnya diberikan pada pelayanan publik yang merupakan

    kebutuhan mendasar bagi masyarakat, antara lain pendidikan dan kesehatan.

    2.  Tarif Cost Recovery 

    Penentuan tarif PNBP dengan menyamakan antara tarif dengan biaya

     penyelenggaraan layanan (baik layanan dalam bentuk barang, jasa atau administratif)

    yang disediakan pemerintah. Pengenaan tarif seperti ini umumnya dikenakan atas

    layanan publik yang bukan merupakan kebutuhan dasar masyarakat, antara lain

    laboratorium uji mutu dan gedung/balai pertemuan.

    3. 

    Tarif Cost Plus 

    Tarif PNBP ditetapkan yang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya penyelenggaraan

    layanan (baik layanan dalam bentuk barang, jasa atau administratif) yang disediakan

     pemerintah. Pengenaan tarif seperti ini umumnya dikenakan atas jasa pengaturan dan

     pelayanan publik tertentu dimana masyarakat memperoleh manfaat yang besar dari

    layanan yang diberikan dan/atau untuk melindungi kelestarian lingkungan/alam,

    contoh di bidang pertambangan umum dan kehutanan.

    Berdasarkan jenis penetapannya, tarif PNBP ditetapkan berdasarkan:

    1. 

    Tarif spesifik tarif PNBP ditetapkan dalam bentuk satuan mata uang tertentu.2.  Tarif advalorem    tarif PNBP ditetapkan dalam bentuk persentase dari suatu

     perhitungan tertentu

    B.  Mekanisme Pengelolaan dan Penatausahaan PNBP

    Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak

    dan peraturan pelaksanaannya menyatakan bahwa seluruh PNBP wajib disetor langsung

    secepatnya ke Kas Negara11

    . Selain itu, seluruh PNBP dikelola dalam Sistem Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Negara12

    .

    Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban

    negara dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBN13

    .

    11  Pasal 4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.12  Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan

    Pajak.13  Pasal 3 ayat (5) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

  • 8/20/2019 Tulisan-Hukum_PNBP-2014.pdf

    21/26

     Tulisan Hukum –  Seksi Informasi Hukum 21

    Penerimaan K/L maupun Satuan Kerja Perangkat Daerah tidak boleh digunakan langsung

    untuk membiayai pengeluaran14

    .

    Setiap K/L yang mempunyai PNBP baik PNBP Umum maupun PNBP Fungsional

    wajib melaksanakan penatausahaan PNBP yang menjadi tanggung jawabnya.

    Penatausahaan PNBP meliputi :1.  Tata cara pemungutan dan pencatatan

    PNBP disetorkan ke rekening Kas Negara pada Bank/Pos Persepsi yang telah

    ditunjuk Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) sebagai Bank

    Persepsi/Devisa Persepsi/Pos Persepsi mitra kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan

     Negara (KPPN), dengan menggunakan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP). SSBP

    merupakan dokumen sumber dalam penyetoran dan pencatatan penerimaan PNBP.

    Dalam hal di suatu tempat tertentu tidak tersedia layanan Bank/Pos Persepsi,

     penyetoran ke Kas Negara dapat dilakukan melalui Bandahara Penerimaan, dimana

    Bendahara Penerimaan berkewajiban melakukan penyetoran secepatnya ke Kas

     Negara. Bendahara Penerimaan dapat membuka rekening penerimaan pada Bank

    Umum setelah mendapat persetujuan BUN dan berkewajiban untuk melakukan

     penyetoran ke Rekening Kas Negara setiap akhir hari kerja saat PNBP diterima15

    ,

    kecuali dalam hal PNBP diterima pada hari libur/hari yang diliburkan atau tidak

    terdapat Bank/Pos Persepsi yang tidak se-kota dengan Bendahara Penerimaan/

    Bendahara Penerimaan Pembantu, penyetoran ke PNBP ke Kas Negara dapat

    dilakukan pada hari kerja berikutnya16

    .

    Dalam kondisi gerografis satuan kerja yang tidak memungkinkan melakukan penyetoran setiap hari dan/atau jarak tempuh antara lokasi Bank/Pos Persepsi dengan

    tempat/kedudukan Bendahara Penerimaan melampaui waktu 2 jam dan/atau biaya

    yang dibutuhkan untuk melakukan penyetoran PNBP lebih besar daripada PNBP

    yang diperoleh maka penyetoran ke Kas Negara dapat dilakukan secara berkala17

    .

    Permohonan untuk melakukan penyetoran secara berkala dengan cara18

    :

    a.  Kepala satuan kerja dapat mengajukan permohonan untuk melakukan penyetoran

    secara berkala atas PNBP yang diterima kepada Kepala Kantor Wilayah

    14

      Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.15  Pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 3 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyetoran Penerimaan

     Negara Bukan Pajak oleh Bendahara Penerimaan.16  Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 3 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyetoran Penerimaan

     Negara Bukan Pajak oleh Bendahara Penerimaan.17  Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 3 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyetoran Penerimaan

     Negara Bukan Pajak oleh Bendahara Penerimaan.18  Pasal 6 ayat (1) dan (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 3 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyetoran

    Penerimaan Negara Bukan Pajak oleh Bendahara Penerimaan.

  • 8/20/2019 Tulisan-Hukum_PNBP-2014.pdf

    22/26

     Tulisan Hukum –  Seksi Informasi Hukum 22

    Direktorat Jenderal Perbendaharaan disertai dengan penjelasan perlunya

     penyetoran PNBP dilakukan secara berkala.

     b.  Permohonan paling sedikit dilengkapi dengan:

    1)  Alamat satuan kerja dan alamat Bank/Pos Persepsi tempat penyetoran PNBP

    satuan kerja yang bersangkutan;2)  Penjelasan mengenai jarak tempuh, kondisi geografis, dan biaya yang

    dibutuhkan untuk penyetoran;

    3)  Data jumlah realisasi PNBP, tanggal penerimaan, dan tanggal penyetoran

    dalam tahun berjalan dan satu tahun sebelumnya; dan

    4)  Usulan periode penyetoran PNBP secara berkala yang akan dilakukan oleh

    satuan kerja.

    Penyetoran secara berkala atas PNBP yang diterima oleh Bendahara

    Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu harus mendapatkan izin dari Kepala

    Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Izin penyetoran secara berkala

    dapat diberikan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan diberikan

    dengan ketentuan paling sedikit dilakukan penyetoran satu kali dalam satu minggu19

    .

    Satuan kerja penerima PNBP menerima SSBP baik yang berasal dari Wajib Pajak

    atau melalui potongan Surat Perintah Membayar (SPM) maupun dari setoran

    Bendahara Penerimaan. Satuan kerja melakukan pencatatan melalui Sistem Akuntansi

    Instansi (SAI). Pencatatan dilakukan sesuai petunjuk yang ada pada aplikasi SAI.

    2.  Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran PNBP

    Apabila terdapat kelebihan setor dan/atau kesalahan penyetoran maupunkelebihan/kesalahan pemotongan dalam SPM, Wajib Bayar dapat mengajukan

     permohonan pengembalian kelebihan pembayaran PNBP kepada Pimpinan Instansi

    Pemerintah dengan menyertakan dokumen pendukung yang sah dan lengkap sesuai

    dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-53/PB/2012

    tentang Petunjuk Teknis Pengembalian Penerimaan Negara Pada Tahun Anggaran

    Berjalan Melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara dan Peraturan Direktur

    Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-36/PB/2013 tentang Petunjuk Teknis

    Pengembalian Penerimaan Negara Pada Tahun Anggaran Berjalan Melalui Rekening

    Kas Umum Negara.

    19  Pasal 6 ayat (6) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 3 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyetoran Penerimaan

     Negara Bukan Pajak oleh Bendahara Penerimaan.

  • 8/20/2019 Tulisan-Hukum_PNBP-2014.pdf

    23/26

     Tulisan Hukum –  Seksi Informasi Hukum 23

    3.  Tata cara koreksi/perbaikan pembukuan terhadap PNBP yang telah disetor ke Kas

     Negara, dapat dilakukan perbaikan/koreksi. Koreksi/perbaikan PNBP tersebut

    dilakukan atas20

    :

    a.  Kesalahan kode Akun (Mata Anggaran Penerimaan);

     b. 

    Kesalahan kode unit organisasi;c.  Kesalahan fungsi, subfungsi, dan program; dan

    d. 

    Kesalahan lain yang tidak mempengaruhi kas.

    Permintaan koreksi/perbaikan terkait dengan Penerimaan Negara Bukan Pajak

    (PNBP) diajukan oleh Satuan Kerja/Kementerian Negara/Lembaga penerima PNBP,

    Bank/Pos Persepsi, Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan/KPPN atau

    Direktorat Jenderal Anggaran kepada KPPN.

    Berdasarkan permintaan koreksi/perbaikan tersebut, Kepala Seksi Persepsi/

    Bendahara Umum KPPN menerbitkan Nota Penyesuaian untuk mendapatkan

     persetujuan Kepala KPPN.

     Nota Penyesuaian yang telah mendapat persetujuan Kepala KPPN berfungsi sebagai

    dokumen sumber transaksi koreksi/perbaikan. Selanjutnya, petugas Supervisor/

    Operator Seksi Persepsi/Bendahara Umum melakukan perbaikan data.

    KPPN mengirim hasil perbaikan kepada satuan kerja penerima PNBP. Permintaan

     perbaikan/koreksi PNBP yang diajukan oleh Wajib Bayar/Wajib Setor wajib

    dilakukan melalui satuan kerja penerima PNBP, untuk selanjutnya satuan kerja

    mengajukan permintaan perbaikan/koreksi ke KPPN.

    4. 

    Rekonsiliasi.Bendahara Penerima harus menatausahakan dokumen sumber penerimaan yang

    digunakan sebagai dasar pencatatan penerimaan negara dalam rangka penatausahaan

     pendapatan negara pada kantor/satuan kerja di lingkungan K/L. Seluruh dokumen

    sumber penerimaan negara dinyatakan sah setelah mendapat Nomor Transaksi

    Penerimaan Negara (NTPN) dan Nomor Transaksi Bank (NTB)/Nomor Transaksi

    Pos (NTP)/Nomor Penerimaan Potongan (NPP).

    Satuan kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran wajib menyampaikan

     pertanggungjawaban Penerimaan Negara. yang berupa berupa Laporan Realisasi

    Anggaran yang dihasilkan melalui SAI21. Dengan demikian, satuan kerja PNBP harus

    melakukan rekonsiliasi PNBP dengan Bendahara Umum Negara/KPPN.

    Sebagian dana dari suatu PNBP dapat digunakan oleh instansi yang bersangkutan

    untuk kegiatan tertentu yang berkaitan dengan jenis PNBP tersebut dengan tetap

    20  ftp://ftp1.perbendaharaan.go.id/modul.../ Modul pengelolaan PNBP. 21  Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.06/2006 tentang Modul Penerimaan Negara.

  • 8/20/2019 Tulisan-Hukum_PNBP-2014.pdf

    24/26

     Tulisan Hukum –  Seksi Informasi Hukum 24

    memenuhi ketentuan bahwa seluruh PNBP wajib disetor langsung secepatnya ke Kas

     Negara dan seluruh PNBP dikelola dalam sistem APBN22

    . Besarnya bagian dana PNBP

    yang dapat digunakan, ditetapkan oleh Menteri Keuangan23

    .

    Kegiatan tertentu tersebut meliputi bidang-bidang kegiatan24

    :

    1. 

     penelitian dan pengembangan teknologi;2.   pelayanan kesehatan;

    3. 

     pendidikan dan pelatihan;

    4.   penegakan hukum;

    5.   pelayanan yang melibatkan kemampuan intelektual tertentu; dan

    6.   pelestarian sumber daya alam.

    Instansi/satuan kerja dapat menggunakan sebagian dana PNBP setelah memperoleh

     persetujuan dari Menteri Keuangan.25

     

    Permohonan penggunaan PNBP diajukan oleh Pimpinan K/L yang bersangkutan

    kepada Menteri Keuangan. Permohonan penggunaan PNBP paling sedikit dilengkapi

    dengan26

    :

    1.  Tujuan penggunaan dana PNBP;

    2.  Rincian kegiatan pokok Instansi dan kegiatan yang akan dibiayai PNBP;

    3.  Jenis PNBP beserta tarif yang berlaku; dan

    4.  Laporan realisasi dan perkiraan tahun anggaran berjalan, serta perkiraan 2 (dua)

    tahun mendatang.

    Selanjutnya rencana penggunaan PNBP diteliti dan dibahas oleh Kementerian

    Keuangan bersama-sama K/L dan dilakukan analisis atas kelayakan penggunaan PNBPyang bersangkutan sebelum ditetapkan Menteri Keuangan.

    27 

    22  Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penggunaan Penerimaan Negara

    Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu.23

      Pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penggunaan Penerimaan NegaraBukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu.24  Pasal 4 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penggunaan Penerimaan Negara

    Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu. 25  Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan

    Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu.26  Pasal 6 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penggunaan Penerimaan Negara

    Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu. 27  Pasal 7 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penggunaan Penerimaan Negara

    Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu.

  • 8/20/2019 Tulisan-Hukum_PNBP-2014.pdf

    25/26

     Tulisan Hukum –  Seksi Informasi Hukum 25

    Dana PNBP dapat digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan tertentu pada

    satuan kerja bersangkutan dalam rangka pembiayaan28

    :

    1.  Operasional dana pemeliharaan; dan/atau

    2.  Investasi, termasuk peningkatan kualitas sumber daya manusia.

    IV.  PENUTUP

    PNBP sebagai salah satu jenis penerimaan negara dari dalam negeri, memang harus

    mendapat perhatian kita bersama. Usaha-usaha untuk meningkatkan PNBP ini harus terus

    digalakkan. PNBP mempunyai arti dan peran yang sangat penting dalam pembiayaan

     penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan nasional. Oleh karenanya,

    diperlukan langkah-langkah pengadministrasian yang efisien agar penerimaan tersebut dapat

    dimanfaatkan secara optimal.

    Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak dan

     peraturan pelaksanaannya menyatakan bahwa seluruh PNBP wajib disetor langsung

    secepatnya ke Kas Negara dan pengelolaannya dilakukan melalui Sistem Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Negara. Dengan demikian, semua penerimaan yang menjadi hak dan

     pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus

    dimasukkan dalam APBN. Penerimaan K/L dan Satuan Kerja Perangkat Daerah tidak boleh

    digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran. Setiap satuan kerja K/L yang mempunyai

    PNBP baik PNBP Umum maupun PNBP Fungsional wajib melaksanakan penatausahaan

    PNBP yang menjadi tanggung jawabnya.

    28  Pasal 8 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penggunaan Penerimaan Negara

    Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu.

  • 8/20/2019 Tulisan-Hukum_PNBP-2014.pdf

    26/26

    DAFTAR PUSTAKA

    Peraturan Perundang-Undangan

    Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak .

    Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

    Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab

    Keuangan Negara.

    Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

    Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan Belanja Tahun 2014.

    Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara

    Bukan Pajak.

    Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penggunaan Penerimaan Negara

    Bukan Pajak.

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.06/2006 tentang Modul Penerimaan Negara.

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 3 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyetoran Penerimaan

     Negara Bukan Pajak oleh Bendahara Penerimaan.

    Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-78/PB/2006 tentang Penatausahaan

    Penerimaan Negara Melalui Modul Penerimaan Negara.

    Internet

    ftp://ftp1.perbendaharaan.go.id/modul.../ Modul pengelolaan PNBP.

    http://bapsik.unila.ac.id/download/perencanaan/PMK%20&paparan%20sosialisasi%20revisi%20

    PMK%2007%20th%202014/PAPARAN%20PENGELOLAAN%20PNBP.pdf. 

    http://bapsik.unila.ac.id/download/perencanaan/PMK%20&paparan%20sosialisasi%20revisi%20PMK%2007%20th%202014/PAPARAN%20PENGELOLAAN%20PNBP.pdfhttp://bapsik.unila.ac.id/download/perencanaan/PMK%20&paparan%20sosialisasi%20revisi%20PMK%2007%20th%202014/PAPARAN%20PENGELOLAAN%20PNBP.pdfhttp://bapsik.unila.ac.id/download/perencanaan/PMK%20&paparan%20sosialisasi%20revisi%20PMK%2007%20th%202014/PAPARAN%20PENGELOLAAN%20PNBP.pdfhttp://bapsik.unila.ac.id/download/perencanaan/PMK%20&paparan%20sosialisasi%20revisi%20PMK%2007%20th%202014/PAPARAN%20PENGELOLAAN%20PNBP.pdf