ttu.docx

19
Judul

Upload: rieke-yulian

Post on 02-Jan-2016

96 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: TTU.docx

Judul

Page 2: TTU.docx

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2DAFTAR TABEL.....................................................................................................3DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................4BAB I......................................................................................................................5PENDAHULUAN....................................................................................................5

1.1 Latar Belakang..............................................................................................51.2 Tujuan...........................................................................................................51.3 Manfaat.........................................................................................................5

BAB II.....................................................................................................................6TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................6

2.1 Definisi Tanah...............................................................................................62.2 Proses Pembentukan Tanah........................................................................62.3 Macam Ordo Tanah dan Sifatnya................................................................72.4 Klasifikasi Tanah.........................................................................................10

BAB III..................................................................................................................12METODOLOGI.....................................................................................................12

3.1 Waktu dan Tempat.....................................................................................123.2 Prosedur Pelaksanaan...............................................................................12

3.2.1 Pengamatan.........................................................................................123.2.2 Klasifikasi Tanah..................................................................................123.2.3 Pengamatan Fisiografi.........................................................................12

BAB IV..................................................................................................................13HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................13BAB V...................................................................................................................14PENUTUP............................................................................................................14

5.1 Kesimpulan.................................................................................................145.2 Saran..........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................15LAMPIRAN...........................................................................................................16

Page 3: TTU.docx

DAFTAR TABEL

Page 4: TTU.docx

DAFTAR LAMPIRAN

Page 5: TTU.docx

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangTanah adalah gejala alam permukaan daratan, membentuk suatu daerah (zona) yang disebut pedosfer, tersusun atas massa galir (loose) berupa pecahan dan lapukan batuan (rock) bercampur dengan bahan organic. Berlainan dengan mineral, tumbuhan dan hewan. Tanah bukan suatu wujud tedas (distinct). Dalam pedosfer terjadi tumpang tindih (everlap) dan saling tindak (interaction) antar litosfer, atmosfer, hidosfer, dan biosfer. Maka tanah dapat disebut lintas batas antar berbagai gejala alam permukaan bumi.Ditinjau dari segi asal usul, tanah merupakan hasil alihrupa (transformation) dan alihtempat (translocation) zat-zat mineral dan organic yang berlangsung dipermukaan daratan dibawah pengaruh factor-faktor lingkungan yang bekerja selawa waktu sangat panjang, dan bentuk tubuh dengan organisasi dan morfologi tertentu.Ada 5 faktor pokok yang mempengaruhi pembentukan tanah dan menentukan rona bentang tanah, yaitu : bahan induk, iklim, organism, relief, dan waktu. Dengan peningkatan intensitas penggunaan tanah, khusus dalam bidang pertanian, manusia dapat dimasukkan dalam factor pembentuk tanah. Dengan tindakkannya mengelola tanah, mengirigasi, memupuk, mengubah bentuk tanah (meratakan & menteras) dan mereklamasi. Manusia dapat mengubah/ mengganti proses tanah yang semula dikendalikan oleh factor-faktor alam. Factor pembentuk tanah ialah keadaan atau kakas (force) lingkungannya yang berdaya menggerakkan proses pembentukan tanah atau memungkinkan proses pembentukan tanah berjalan.

1.2 TujuanTujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis tanah pada tiap sheet beserta karakteristiknya.

1.3 ManfaatManfaat dari penyusunan makalah ini adalah memahami jenis-jenis tanah pada tiap sheet beserta karakteristiknya.

Page 6: TTU.docx

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi TanahDefinisi tanah secara mendasar dikelompokkan dalam tiga definisi, yaitu:(1) Berdasarkan pandangan ahli geologiMenurut ahli geologi (berdasarkan pendekatan Geologis), tanah didefiniskan sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit (lapisan partikel halus).(2) Berdasarkan pandangan ahli ilmu alam murniMenurut Ahli Ilmu Alam Murni (berdasarkan pendekatan Pedologi), tanah didefinisikan sebagai bahan padat (baik berupa mineral maupun organik) yang terletak dipermukaan bumi, yang telah dan sedang serta terus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor: bahan induk, iklim, organisme, topografi, dan waktu.(3) Berdasarkan pandangan ilmu pertanianMenurut Ahli Pertanian (berdasarkan pendekatan Edaphologi) tanah didefinisikan sebagai media tempat tumbuh tanaman.Selain ketiga definisi diatas, definisi tanah yang lebih rinci diungkapkan ahli ilmu tanah sebagai berikut:"Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran sebagai penopang tumbuh tegaknya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan hara ke akar tanaman; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (baik berupa senyawa organik maupun anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial, seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologisberfungsi sebagai habitat dari organisme tanah yang turut berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif bagi tanaman; yang ketiganya (fisik, kimiawi, dan biologi) secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman sayur-sayuran, tanaman hortikultura, tanaman obat-obatan, tanaman perkebunan, dan tanaman kehutanan. (Madjid, 2010)

2.2 Proses Pembentukan TanahTanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.Tahap I : Pada tahap ini permukaan batuan yang tersingkap di permukaan akan berinteraksi secara langsung dengan atmosfer dan hidrosfer. Keadaan ini akan menyebabkan permukan batuan ada pada kondisi yang tidak stabil. Pada keadaan ini lingkungan memberikan pengaruh berupa perubahan-perubahan kodisi fisik seperti pendinginan, pelepasan tekanan, pengembangan akibat panas (pemuaian), kontraksi (biasanmya akibat pembekuan air pada pori-pori batuan membentuk es), dan lain sebagainya, menyebabkan terjadinya pelapukan secara fisik (disintegrasi). Pelapukan fisik ini membentuk rekahan-rekahan pada permukaan batuan (Cracking) yang lama kelamaan menyebabkan permukaan batuan terpecah-pecah membentuk material lepas yang lebih kecil dan lebih halus. Akibat berinteraksinya permukan batuan dengan lapisan atmosfer dan hidrosfer juga

Page 7: TTU.docx

akan memicu terjadinya pelapukan kimiawi (Dekomposisi) diantaranya proses oksidasi, hidrasi, hidrolisis, pelarutan dan lain sebagainya. Menjadikan permukaan batuan lapuk, dengan merubah struktur dan komposisi kimiawi material batuannya. Membentuk material yang lebih lunak dan lebih kecil (terurai) dibanding keadaan sebelumnya, seperti mineral-mineral lempung.Tahap II : Pada tahapan ini, setelah mengalami pelapukan bagian permukaan batuan yang lapuk akan menjadi lebih lunak. Kemudian rekahan-rekahan yang terbentuk pada batuan akan menjadi jalur masuknya air dan sirkulasi udara. Sehingga, dengan proses-proses yang sama, terjadilah pelapukan pada lapisan batuan yang lebih dalam. Selain itu, pada tahap ini di lapisan permukaan mulai terdapat (Organic Matter) calon makhluk hidup.Tahapan III : Pada tahap ini, di lapisan tanah bagian atas mulai muncul tumbuhan perintis. Akar tumbuhan ini membentuk rekahan pada lapisan-lapisan batu yang ditumbuhinya. Sehingga rekahan ini menjadi celah/ jalan untuk masuknya air dan sirkulasi udara. Selain itu, dengan kehadiran tumbuhan, material sisa tumbuhan yang mati akan membusuk membentuk humus. Pada dasarnya humus memiliki sifat keasaman yang dapat memicu proses pelapukan. Akar tanaman menjadi tempat respirasi. Air yang terinfiltrasi ke dalam lapisan tanah akan membawa asam humus yang ada di lapisan atas melalui rekahan-rekahan yang ada. Menjangkau lapisan batuan yang lebih dalam. Ini semua akan menyebabkan meningkatnya keasaman pada tanah yang kemudian akan memicu terjadinya pelapukan pada bagian-bagian tanah serta batuan yang lebih dalam. Membentuk lapisan-lapisan tanah yang lebih tebal. Dengan semakin tebalnya lapisan-lapisan tanah, air yang tefiltrasi ke dalam lapisan tanah dapat melakukan proses pencucian (leaching) terdadap lapisanlapisan yang dilaluinya. Ssehingga tahapan ini merupakan awal terbetuknya horison-horoison tanah.Tahap IV: Pada tahapan ini, tanah telah menjadi lebih subur. Sehingga tumbuhlah tumbuhan yang lebih besar. Dengan hadirnya tumbuhan yang lebih besar, menyebabkan akar-akar tanaman menjangkau lapisan batuan yang lebih dalam. Sehingga terbentuk rekahan pada lapisan batuan yang lebih dalam. Pada tahapan ini lapisan humus dan akumulasi asam organik lainnya semakin meningkat. Seperti proses yang dijelaskan pada tahap-tahap sebelumnya, keadaan ini mempercepat terjadinya peroses pelapukan yang terjadi pada lapisan batuan yang lebih dalam lagi. Kemudian pada tahapan ini juga terjadi proses pencucian yang intensif. Air yang ter-infiltrasi (meresap) ke dalam lapisan-lapisan tanah membawa mineral-mineral yang ada di lapisan atas dan mengendapkannya pada lapisan-lapisan dibawahnya. Sehingga terbentuklah akumulasi mineral-mineral tertentu pada lapisan-lapisan tanah tertentu membentuk horison tanah. Horizon-horizon tanah ini mengandung komposisi unsur serta karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

2.3 Macam Ordo Tanah dan SifatnyaOrdo-ordo tanah beserta garis besar karakteristik dan penyebarannya adalah sebagai berikut:1. Alfisol : yaitu tanah-tanah yang menyebar di daerah-daerah semiarid

(beriklim kering sedang) sampai daerah tropis (lembap).Tanah ini terbentuk dari proses-proses pelapukan, serta telah mengalami pencucian mineral liat dan unsur-unsur lainnya dari bagian lapisan permukaan ke bagian subsoilnya (lapisan tanah bagian bawah), yang merupakan bagian yang menyuplai air dan unsur hara untuk tanaman. Tanah ini cukup produktif untuk pengembangan berbagai komoditas tanaman pertanian mulai tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Tingkat

Page 8: TTU.docx

kesuburannya (secara kimiawi) tergolong baik. pH-nya rata-rata mendekati netral. Di seluruh dunia diperkirakan Alfisol penyebarannya meliputi 10% daratan.

2. Andisol : yaitu tanah yang pembentukannya melalui proses-proses pelapukan yang menghasilkan mineral-mineral dengan struktur kristal yang cukup rapih. Mineral-mineral ini mengakibatkan Andisol memiliki daya pegang terhadap unsur hara dan air yang tinggi. Tanah ini umumnya dijumpai di daerah-daerah yang dingin (pada ketinggian di atas 1000 m dpl) dengan tingkat curah hujan yang sedang sampai tinggi, terutama daerah-daerah yang ada hubungannya dengan material volkanik. Andisol cenderung menjadi tanah yang cukup produktif, terutama setelah diberi masukan amelioran (seperti pupuk anorganik). Andisol seringkali dimanfaatkan orang untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan sayur-sayuran atau bunga-bungaan (seperti di daerah Lembang Kabupaten Bandung). Andisol diperkirakan meliputi sekitar 1% dari luas permukaan daratan dunia di luar daratan es.

3. Aridisol : adalah tanah-tanah yang berada di daerah-daerah dengan tingkat kekeringan yang ekstrem (sangat kering), bahkan sekalipun untuk petumbuhan vegetasi-vegetasi mesopit (seperti rumput). Sehubungan dengan lingkungannya yang kering, Aridisol termasuk sangat sulit dimanfaatkan sebagai lahan untuk bercocok tanam, terutama apabila sumber air untuk irigasi tidak tersedia (air tanah atau sungai). Aridisol umumnya dijumpai di padang-padang pasir dunia, dan diperkirakan luasnya mencakup sekitar 12% dari daratan bumi (di luar daratan es).

4. Entisol : terjadi di daerah dengan bahan induk dari pengendapan material baru atau di daerah-daerah tempat laju erosi atau pengendapan lebih cepat dibandingkan dengan laju pembentukan tanah; seperti daerah bukit pasir, daerah dengan kemiringan lahan yang curam, dan daerah dataran banjir. Pertanian yang dikembangkan di tanah ini umumnya adalah padi sawah secara monokultur atau digilir dengan sayuran/palawija. Entisol diperkirakan terdapat sekitar 16% dari permukaan daratan bumi, di luar daratan es.

5. Gelisol : adalah tanah yang terbentuk dalam lingkungan permafrost (lingkungan yang sangat dingin). Dinamakan Gelisol, karena terbentuknya dari material Gelic (campuran bahan mineral dan organik tanah yang tersegregasi es pada lapisan yang aktif). Belum banyak penelitian yang dilakukan terhadap jenis tanah ini, dan sehubungan dengan kondisinya yang berada pada iklim yang ekstrim, diperkirakan tidak ada Gelisol yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanaman. Diperkirakan penyebarannya meliputi sekitar 9% daratan permukaan bumi.

6. Histosol (gambut) : merupakan tanah yang mengandung bahan organik tinggi dan tidak mengalami permafrost. Kebanyakan selalu dalam keadaan tergenang sepanjang tahun, atau telah didrainase oleh manusia. Histosol biasa disebut sebagai gambut. Terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan, sampah hutan, atau lumut yang cepat membusuk yang terdekomposisi dan terendapkan dalam air. Penggunaan Histosol paling ekstensif adalah sebagai lahan pertanian, terutama untuk tanaman sayur-sayuran seperti buncis, kacang panjang, bayam, dan lain-lain. Histosol menyusun sekitar 1% dari daratan dunia.

7. Inceptisol : adalah tanah-tanah yang menyebar mulai di lingkungan iklim semiarid (agak kering) sampai iklim lembap. Memiliki tingkat pelapukan dan perkembangan tanah yang tergolong sedang . Umumnya tanah ini bekembang dari formasi geologi tuff volkan, namun ada juga sebagian

Page 9: TTU.docx

yang terbentuk dari batuan sedimen seperti batu pasir (sandstone), batu lanau (siltstone), atau batu liat (claystone). Pemanfaatannya pun oleh manusia bervariasi sangat luas pula, mulai untuk bercocok tanam hortikultura tanaman pangan, sampai dikembangkan sebagai lahan-lahan perkebunan besar seperti sawit, kakao, kopi, dan lain sebagainya, bahkan pada daerah-daerah yang eksotis, dikembangkan pula untuk agrowisata. Inceptisol menyusun sekitar 17% dari tanah dunia di luar daratan es.

8. Mollisol : adalah tanah yang mempunyai horison (lapisan) permukaan berwarna gelap yang mengandung bahan organik yang tinggi. Tanah ini kaya akan kation-kation basa, oleh karena itu tanah ini juga tergolong sangat subur. Mollisol secara karakter terbentuk di bawah rumput dalam iklim yang sedang. Tanah ini tersebar luas di daerah-daerah stepa di Eropa, Asia, Amerika Utara, dan Amerika Selatan. Walaupun dikatakan subur (dengan kondisi yang dijelaskan di atas), namun intensitas pengelolaan dan pemanfaatannya relatif masih rendah. Mollisol diperkirakan meliputi luasan sekitar 7% dari tanah dunia.

9. Oxisol :adalah tanah yang telah mengalami pelapukan tingkat lanjut di daerah-daerah subtropis dan tropis. Kandungan tanah ini didominasi oleh mineral-mineral dengan aktivitas rendah, seperti kwarsa, kaolin, dan besi oksida. Tanah ini memiliki kesuburan alami yang rendah. Reaksi jenis tanah ini adalah masam, kandungan Al yang tinggi, unsur hara rendah, sehingga diperlukan pengapuran dan pemupukan serta pengelolaan yang baik agar tanah dapat menjadi produktif dan tidak rusak. Oxisol meliputi sekitar 8% dari daratan dunia. Adapun di Indonesia, banyak dijumpai di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

10. Spodosol : merupakan tanah yang terbentuk dari proses-proses pelapukan yang di dalamnya terdapat lapisan iluviasi (penumpukan) bahan organik berkombinasi dengan aluminium (dengan atau tanpa besi). Tanah ini cenderung tidak subur (kurus unsur hara) dengn pH masam. Sebaiknya tanah Spodosol tidak dijadikan lahan pertanian, tetapi tetap dibiarkan sebagai hutan. Selain kesuburannya rendah, tanah ini juga peka terhadap erosi karena teksturnya berpasir sehingga cenderung gembur (remah). Spodosol menyusun sekitar 4% lahan-lahan di dunia.

11. Ultisol : adalah tanah-tanah yang terbentuk di daerah yang lembap. Mengingat beberapa kendala dari tanah Ultisol, baik ditinjau dari segi fisik, kimia, maupun biologinya, maka tanah ini sebaiknya tidak digunakan untuk pertanian tanaman pangan terlalu intensif, dalam arti jangan ditanami tanaman semusim sepanjang tahun, tetapi perlu diselingi dengan tanaman pupuk hijau, serta lebih ditingkatkan penggunaan dan penanaman berbagai jenis tanaman leguminosa.Ultisol diperkirakan meliputi sekitar 8% dari lahan-lahan di dunia.

12. Vertisol: adalah tanah yang memiliki sifat khusus, yakni mempunyai sifat vertik, karena mengandung banyak mineral liat yang mudah mengembang apabila basah atau lembap, tetapi kembali mengerut apabila kering. Akibatnya, tanah ini seringkali mengalami perubahan volume dengan berubahnya kelembapan. Oleh karena itu, tanah ini dicirikan mempunyai rekahan yang membuka dan menutup secara periodik. Sifat fisiknya yang konsisten keras, menjadikan tanah ini termasuk berat untuk diolah. Tanah ini diperkirakan meliputi 2% dari daratan di dunia. Dari dua belas ordo tanah yang telah diuraikan di atas, dua ordo di antaranya yaitu Aridisol dan Gelisol tidak terdapat di bumi Indonesia, karena memang kedua jenis tanah ini berkembangnya di daerah-daerah dengan kondisi iklim ekstrem.

Page 10: TTU.docx

Sedangkan ordo tanah yang lainnya telah dijumpai keberadaannya di Indonesia.

2.4 Klasifikasi TanahSalah satu sistem klasifikasi tanah yang telah dikembangkan Amerika Serikat dikenal dengan nama: Soil Taxonomy (USDA, 1975; Soil Survey Satff, 1999; 2003). Sistem klasifikasi ini menggunakan enam (6) kateori, yaitu:1. Ordo (Order)2. Subordo (Sub-Order)3. Grup (Great group)4. Sub-grup (Subgroup)5. Famili (Family)6. Seri.Ciri Pembeda Setiap Kategori:Kategori Ordo Tanah:Ordo tanah dibedakan berdasarkan ada tidaknya horison penciri serta jenis (sifat) dari horison penciri tersebut. Sebagai contoh: suatu tanah yang memiliki horison argilik dan berkejenuhan basa lebih besar dari 35% termasuk ordo Alfisol. Sedangkan tanah lain yang memilikihorison argilik tetapi berkejenuhan basa kurang dari 35% termasuk ordo Ultisol. Contoh tata nama tanah kategori Ordo: Ultisol. (Keterangan: tanah memiliki horison argilik dan berkejenuhan basa kurang dari 35% serta telah mengalami perkembangan tanah tingkat akhir = Ultus). Nama ordo tanah Ultisol pada tata nama untuk kategori sub ordo akan digunakan singkatan dari nama ordo tersebut, yaitu: Ult merupakan singkatan dari ordo Ultisol). Kategori Sub-ordo Tanah:Sub-ordo tanah dibedakan berdasarkan perbedaan genetik tanah, misalnya: ada tidaknya sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan pengaruh: (1) air, (2) regim kelembaban, (3) bahan iduk utama, dan (4) vegetasi. Sedangkan pembeda sub-ordo untuk tanah ordo histosol (tanah organik) adalah tingkat pelapukan dari bahan organic pembentuknya: fibris, hemis, dan safris.Contoh tata nama tanah kategori Sub Ordo: Udult. (Keterangan: tanah berordo Ultisol yang memiliki regim kelembaban yang selalu lembab dan tidak pernah kering yang disebut: Udus, sehingga digunakan singkatan kata penciri kelembaban ini yaitu: Ud. Kata Ud ditambahkan pada nama Ordo tanah Ultisol yang telah disingkat Ult, menjadi kata untuk tata nama kategori sub-ordo, yaitu: Udult).Kategori Great Group Tanah:Great Group tanah dibedakan berdasarkan perbedaan: (1) jenis, (2) tingkat perkembangan, (3) susunan horison, (4) kejenuhan basa, (5) regi suhu, dan (6) kelembaban, serta (7) ada tidaknya lapisan-lapisan penciri lain, seperti: plinthite, fragipan, dan duripan. Contoh tata nama tanah kategori Great Group:Fragiudult. (Keterangan: tanah tersebut memiliki lapisan padas yang rapuh yang disebut Fragipan, sehingga ditambahkan singkatan kata dari Fragipan, yaitu: Fragi. Kata Fragi ditambahkan pada Sub Ordo: Udult, menjadi kata untuk tata nama kategori great group, yaitu: Fragiudult)Kategori Sub Group Tanah:Sub Group tanah dibedakan berdasarkan: (1) sifat inti dari great group dan diberi nama Typic, (2) sifat-sifat tanah peralihan ke: (a) great group lain, (b) sub ordo lain, dan (c) ordo lain, serta (d) ke bukan tanah. Contoh tata nama tanah kategori Sub Group: Aquic Fragiudult. (keterangan: tanah tersebut

Page 11: TTU.docx

memiliki sifat peralihan ke sub ordo Aquult karena kadang-kadang adanya pengaruh air, sehingga termasuk sub group Aquic).Kategori Famili Tanah:Famili tanah dibedakan berdasarkan sifat-sifat tanah yang penting untuk pertanian dan atau engineering, meliputi sifat tanah: (1) sebaran besar butir, (2) susunan mineral liat,(3) regim temperatur pada kedalaman 50 cm. Contoh tata nama tanah pada kategori Famili: Aquic Fragiudult, berliat halus, kaolinitik, isohipertermik. (keterangan: Penciri Famili dari tanah ini adalah: (1) susunan besar butir adalah berliat halus, (2) susunan mineral liat adalah didominasi oleh mineral liat kaolinit, (3) regim temperatur adalah isohipertermik, yaitu suhu tanah lebih dari 22 derajat Celsius dengan perbedaan suhu tanah musim panas dengan musim dingin kurang dari 5 derajat celsius).Kategori Seri Tanah:Seri tanah dibedakan berdasarkan: (1) jenis dan susunan horison, (2) warna, (3) tekstur, (4) struktur, (5) konsistensi, (6) reaksi tanah dari masing-masing horison, (7) sifat-sifat kimia tanah lainnya, dan (8) sifat-sifat mineral dari masing-masing horison. Penetapan pertama kali kategori Seri tanah dapat digunakan nama lokasi tersebut sebagai penciri seri. Contoh tata nama tanah pada kategori Seri: Aquic Fragiudult, berliat halus, kaolinitik, isohipertermik, Sitiung. (Keterangan: Sitiung merupakan lokasi pertama kali ditemukan tanah pada kategori Seri tersebut).

Page 12: TTU.docx

BAB IIIMETODOLOGI

3.1 Waktu dan TempatPraktikum lapang dilaksanakan pada tanggal 26-28 April 2013. Wilayah yang dikunjungi dalam rangka Field Trip ini meliputi 6 Kabupaten dari 29 Kabupaten yang ada di Jawa Timur, yaitu: Malang (Pujon, Ngantang, Kandangan), Jombang (Ngoro, Ploso, Kabuh), Lamongan (Modo, Kedungpring, Babad, Pucuk), Gresik (Prupuh, Manyar), Probolinggo (Tongas, Sukapura, Cemoro Lawang, Boto), dan Lumajang (Ranuyoso, Tempeh, Watu Pecak, Gladak Perak).

3.2 Prosedur Pelaksanaan

3.2.1 Pengamatan

3.2.2 Klasifikasi TanahMenentukan epipedon tanah

Menentukan endopedon tanah

Menentukan ordo tanah

Menentukan subordo tanah

Menentukan grup tanah

Menentukan subgroup tanah 3.2.3 Pengamatan Fisiografi

Page 13: TTU.docx

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

Sheet

Page 14: TTU.docx

BAB VPENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

Page 15: TTU.docx

DAFTAR PUSTAKA

Madjid, Abdul. 2010. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2007/11/definisi-tanah.html. diakses tanggal 1 Juni 2013

Page 16: TTU.docx

LAMPIRAN