tripanosoma ev ansi - repository.ugm.ac.id€¦ · kuasa atas bimbingannya, suhingga penelitian dan...
TRANSCRIPT
ISOti'Sl aLIIOPllOTEIN MEMBRAN PERMUKAAN ~ .. ' '
TRIPANOSOMA EV ANSI
DENGAN PENGECATAN COOMASSIE ·BLUE
Oleh :
Tasmini.
Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran UGM
MenQetahui
ktUIIl UGM
-1.,
Kl<!
~lb. JJ3 7i4'
1' .. . '
ISOLASI GLIIOPROTEIN MEMBRAN PERMUKAAN
TRIPANOSOMA EV ANSI
DENGAN PENGECATAN COOMASSIE BLtlf
Oleh :
Tasm1n1.
Penel1tlan 1n1 dib1aya1 oleh PAU B1oteknolo91 UGM Yo9yakarta
th. 1969/1990
Laboratorium Biokimia FaKultas KedoKteran UGM
YOGYAKARTA
1989
P R A K A T A
Pwji 5yukur kami panjatkan kupada Tuhan Vang Maha
Kuasa atas bimbinganNya, suhingga penelitian dan laporan
dapat diselesaikan dan berjalan lancar.
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima
kasih kepada bapak Dr. Wayan T. Arthama, Bapak Dekan dan
berbagai pihak yang tidak kami sebutkan satu persatu yang
telah bany~k membantu terlaksananya penelitian ini.
Semoga hasil penelitian ini dapat bermarifaat.
i i
Vogyakarta, 16 Nopember 1989
Peneliti.
D F T A R I S I
PF<A~~ATA • • . . . • • • • • • • . . . . . . ii
DAFTAH ISI. • • . . . . . . ij. t
DAFTAR GAI'lBAR •
INTISARI •• . . . . . . . . ..
PENDAHULUAN • . . . . . . . . . . . 1
TINJAUAN PUSTAKA. . . . 3
CARA PENELITIAN . • • . 16
HASIL DAN PEMBAHASAN. 17
KESIMPULAN DAN SARAN. . . . . . . . . 19
2(1
U~l'lP I liAN . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
iii
D A F T A R G A M B A R
Gamba..- I. Bl oodst.ream Form T..t:.Y.1?..~3.0.n.f:in.m..:1. -c·. •
J=C)[lg.ol en~g <Vic: kermc::1n, 1 969'> • ~ .• ·~ • 16
II. Gambaran ele~(tn::mmi~:n::lskopi~: dari ·~ .... T r y P.5lUQ.a.Q.!.!la £Q.UHQ.J..~n.§.fi:. < pot n n g c.m melintang, pembesaran 257.000 M). Pada gambar nampak selubung (surface coat> berupa lapisan pro-· ·· tein yang kompak, menutupi permuka-an tubuh dcm ·f 1 agell a • . • • • • • • • • • • 17
III. Bentuk kurva standard dari 1% BSA dan 1X Tripsin Inhibitor •••••••••
IV. Gambar hasil elektroforesis sampel glikoprotein membran permukaan Tripanosoma pengecatan coomassie
36
blLte ............................... ~)7
INTI BARI
Tripanosomisia merupakan penyakit pada hewan dan ffi~nY~~~ y~ng g~DV~~~k~n QIWh prg~~~Q~ tr&p~ng~QmM•
Ir.:.Yn . .@.!lQ?JQ.ill.!EI_ ~.Y . .@.!H~i. menyeb;:.bkan p•:~ny<:'lki t ~~~~t.wrc-," pc.1da hewan, terutama hewan-hewan piaraan. Tubuh tripanosoma berbentuk furiform, mempunyai dua lapis membran yaitu membran permukaan <luar) dan membran dalam. Glikoprotein merupakan senyawa yang ikut menyusun membran tripanosoma.
PenE.:>l it. i .: .. \n i ni bE·r·tujuc:.1n l.tnt:.uk fh(;!niJ.::,n<:il i !:~.:~ fJ 1 i ko-pr-t:l'tt::d n membran I.r.:YJ?...~D.n.2.9.!!h~ .. ~Y..ii~.ru~~ .. L mE.-nquni..:d,an el+:?ktnJforesis dengan pengecatan coomassie blue.
Darah kerbau yang mengandung tripanosoma disuntikkan ke tikus, dan setelah terjadi parasitemia darah diambil untuk sampel. Darah dilewatkan kolom kromatografi kemudian disent.rifugasi untuk mendapatkan t.ripanosoma. Membran tripanosoma diperoleh dengan jalan melisiskan tripanosoma dengan dioksan. Identifikasi glikoprotein membran dilakukan dengan elektroforesis.
Hasil yang diperoleh pada isolasi glikoprotein dengan elektroforesis gel poliakrilamid 10% adalah berupa pita-pita. Hasil ini dibandingkan dengan protein standar, maka didapatkan berat molekul glikoprotein tersebut + 62.000 Dalton
·\J
P E N D A H U L U ~ N
Tripanosoma merupakan salah satu jenis protozoa
parasit baik pada hewan maupun manusia. Protozoa ini
te~masuk kelas Flagellata yang dapat menyebabkan penya-
kit tidur yang disebut tripanosomiasis. Penyakit terse-
but t er j c:id i secara endemis dibeberapa daerah yang
sampai saat ini belum bisa disembuhkan.
Banyak sekali spesies tripanosoma yang menginfeksi
hewan dan mam.tsi a. F•adt.1 hewan, I!!.. ld.r..b!..G.ei IJ.r.J::~f .. ~J.i.s.. I..!!..
tidur pada ternak yang disebut Nagana, sedangkan pada
menyebabkan penyakit tidur yang disebut Human sleeping
sickness, terjadi di daerah Afrika. Di beberapa daerah
di Amerika Latin terdapat penyakit Chagas yang disebab-
Pengobatan terhadap tripanosomiasis sampai sa at
ini belum memuaskan. Pemberian kemoterapi dengan obat-
obat antiparasit hingga sekarang tidak banyak berarti,
bahkan terlalu toksis dan menimbulkan efek samping yang
berbahaya. Karena begitu ganasnya parasit tripanosoma
yang cepat mengakibatkan anemia, maka sangat diperlukan
pt:•11 angc.'\nan yanc..;~ c.::>er·ius;. £3,-:i\l.:~h ~::..::,tu Ci:ill'"iiil y.::,nc;;t d.s\pat
• c:~l·.j,:_~·.Lal .. , p~.~_ 1·1-1 1·.·.1 t~rian vaksin. Untuk itu perlu di har·;apr(i:."H1 a ,, " -
1.
kepada tripanosoma terutama mengenai komponen tubuhnya,
termasuk senyawa- senyawa penyusun membrannya. Penel i -·
tian ini untuk mengetahui jenis glikoprotein penyusun
£~v.:~nsi -··-·-·---·' i tt..l y.::1ng
bekerja sebagai antigen.
Di Indonesia penelitian tentang tripanosoma masih
masih sangat minim. Oleh kar~na itu masih sangatlah
perlu penelitian mengenai glikoprotein membran permu-
ka<:tn I.r..Y!HilD.Q§.Q!Jl€! ~eH§.i..· Gl i kopr·ot.f~i n i ni merupr..1kan
salah satu penyusun membran berbagai spesies tripanoso-
r i c:1si.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah luasnya
cakrawala ilmu pengetahuan serta dapat menambah kepus~
" takaan mengenai tripanosoma sehingga·akan mempermudah
penelitian-penelitian lebih lanjut. I 1 mu b.::'\ru yang
terkandung dalam hasil penelitian ini akan mendukung
usaha penanggulangan penyakit tripanosomiasis yang
sangat merugikan masyarakat Indonesia. Banyaknya hewan
ternak yang musnah karena serangan tripanosoma merupa-
kan salah satu hambatan tegaknya ekonomi rakyat Indone-
sia, sementara negaranya sedang giat membangun disegala
bidang, sehingga kerugian rakyat ini juga m£~rt.tpakan
kerugian negara, maka perlu mendapatkan per·hati an
ten:amdi ri.
T I N J A U A N P U 8 T A K A
I.H i lH~fH"t-"·lol r1 .lldOAl ah pl"'rl'bai t' y,tHH1 lfltcm(l.IA11f1Uf1(J ~(~f'"IJO'~'
hidrat yang terikat secara kovalen, merupakan monosaka
r·ida tunggal atau oliso!iHi\kiiArid;a y<:Ar.IJ rel;.:\ti f penclek.
Bagi~n karbohidrat dapat mencapai 1-30% atau lebih.
Glikoprotein mempunyai satu atau beberapa macam karbo
hidrat, yang lain mempunyai sejumlah rantai samping
oligosakarida yang berbentuk linier atau bercabang.
Hampir semua protein pada permukaan luar hewan adalah
glikoprotein.
Glikoprotein mempunyai berat molekul 15.000 - 1
juta Dalton atau lebih •. Glikoprotein terdapat hampir
disemua organisme termas~k tumbuh-tumbuhan, bakteri,
fungi, virus da~ hewan lainnya. Sebagian besar protein
membran yang disekresikan adalah glikoprotein (9).
Sembilan residu gula yang ditemukan pada rantai
oligosakarida yang terikat pada glikoprotein adalah
glukosa, galaktosa, manosa, N-asetilglukosamin, N
asetil- galaktosamin, fukosa, arabinosa, xilulosa dan
asam sialat. Pada umumnya N-asetilheksosamin terletak
pada ujung proksimal protein. Residu fukosa terlatak
lebih distal dari rantai. Fukosa adalah derivat dari
Rantai oligosakarida terikat pada rangka pQJ. i pep 'I:. :i. c:l.r~
dari glikoprotein pada salah satu dari lima asam
amino yaitu asparagin, serin, treonin, hidroksiliein
atau hidroksiprolin. Ikatan kimianya berupa ikatan 0-
glikosidik dan ikatan N-glikosidik. Ikatan 0-glikosidik
adalah bila karbohidrat yang ada diikat oleh atom
oksigen sebagai rantai samping daripada residu serin
atau threonin. Ikatan N-glikosidik adalah bila gugus
karbohidrat diikat oleh rantai samping nitrogen dari
residu asparigin (10>.
Glikoprotein permukaan membran eel tidak hanya
dijumpai
juga pada
pada sel organisms tingkat tinggi melainkan
sel tanaman, bakteri dan
tertentu. Membran sel dengan ketebalan 60-120 A (1 A -
10-8 em> dijumpai hampir pada semua sel prokariotik
maupun sel eukariotik. Protein membran sel vertebrata
dan protein serum mengandung karbohidrat, dan resid~
karbohidrat seperti antene mengarah keluar permukaan
sel (4).
F~antai karbohidrat pada permukaan sel mempunyai
fungsi struktural penting bagi sel itu sendiri, antara
lain untuk menjaga stabilitas protein, penentuan lipa
tan yang cocok, penempatan posisi yang sesuai dalam sel
dan berbagai pelindung terhadap prrtease. Di ~:>ampi nrJ
fungsi struktural, karbohidrat juga mempunyai sifat
fungsional seperti misalnya pembebasan oligosakarida
pektin dapat menginduksi
tancMn.:u-.. Per·•~nan 1 c:li n de:.~ I'" i
Pl-.,ytoal £·?>: i ne
k i:~r- bol-. i d1·· at
glikoprotein adalah meningkatkan kelarutan
didalam air· <4>.
pc:.~da
p.::ida
Akhir-akhir ini integral protein yang terdapat
4
baik pada plasma membran maupun membran seluler banyak
mendapat perhatian khusus, karena karakteristika struk-,
turnya, fungsi maupun sintesanya. Protein ini walaupun
mt::.•mpunya:l i tiil i f .r:1t urnum y •. ,,nq m i , ... :1. p ~ mEil'"t.tp ,,.,, 1.: ,:·,,n l:!>tJ ii:l t 1.1 I·( e 1 ""' ~:~
protein dengan nama glikoprotein membran <8, 9).
Glikoprotein disintesis pada retikulum endoplas-
mik kemudian dibebaskan ke permukaan sel melalui apara-
tus golgi dengan N-terminus mengarah ke permukaan sel.
Sintesis glikoprotein pada ribosome~ dan setelah gliko-
silasi (penambahan residu gula) dalam komplek golgi
kemudian dilepas melalui vesikel-vesikel, dan di trans-
port ketempat tujuan masing-masing dengan jalan pinosi-
tose terbalik pada membran atau dengan jalan fusi
vesikel dengan membran. Banyak protein membran dan
sekret protein mempunyai satu atau lebih gugus .karbohi-
drat. Protein ini dikatakan mengalami glikosilasi. Oleh
ka~ena adanya gugushidroksil, maka terikatnya karbohi-
drat pada protein akan meningkatkan kelarutan protein
<4, 6). Unit karbohidrat dari protein membran dapat
berupa oligosakarida dan polisakarida. f<t~·!::;i du gul a
berfungsi sebagai antene seluler pada permukaan membran
sel dan merupakan kontak penghubung dengan dunia luar,
seperti misalnya kontak dengan sel sekitarnya. P.;:'lda
kebanyakan transformasi sel untuk menjadi tumor maka
sering kali dimulai dengan hilangnya struktur ini,
sehingga komunikasi antar sel terganggu. Dari analisa
kimia diketahui bahwa perubahan terjadi pada residu
karbohidratnya (6).
Analisa protein dapat dilakukan dengan gel poli-
akrilamid elektroforesis dalam keadaan terdenaturasi.
Campuran protein pertama dilarutkan dengan SDS <Sodium
Dodesil Sulphata>. Merkaptoethanol ditambahkan untuk
mereduksi ikatan disulfida. SDS komplek dengan protein
terdenaturasi pada elektroforesis gel poliakrilamid
akan membentuk pita tipis secara visual dapat dilihat
denc,:;Jc.m pengecatan perak d<.-~n £':.9..n!ll.i:~ssi 1£. 1211,!£. < 1; , 11 >.
Elektroforesis adalah pemisahan substansi campu
ran dalam medan listrik. Pemisahan terjadi berdasarkan
perbedaan kecepatan bergerak dari masing-masing sub
stan, tanpa terjadi pengaruh timbal balik secara kimt
~awi atau absorpsi gel dengan sampel. Kecepatan berger
ak secara individu adalah proporsional dengan mobilitas
relatif secara elektroforesis dari s~uatu mol f~kul.
fisiko-kimia dari molekul dan ini bisa dibandingkan
dengan mobilitas dari substansi standar, seperti m1sal-
nya Bromfenol biru, Silensianoi, Bromkresol hij.:~u.
Mobilitas elektroforesis suatu molekul sangat tergan
tung pada muatannya, sedangkan muatannya sendiri ter
gantung pH larutan, pH bufer, konsentrasi ion dari bu
fer dan temperatur. Apabila molekul dan pori-pori gel
mempunyai kesamaan diameter maka pergerakan larutan da
lam gel ditentukan pula ol~h kuat gesekan masing-masing
molekul, sehingga molekul yang kecil bergerak lebih
J .•
cepat dari molekul besar. Dalam hal ini kecepatan
bergerak suatu molakul ditentukan baik oleh muatan,
di~meter, m~upun bentuk molekul
tarsier dari protein).
s t r 1..1 t> t ur
Poliakrilamid gel terbentuk dari polimerisasi
monomer poliakrilamid manjadi rantai linier. Poliakril-
amid yang panjang dihubungkan satu dengan lainnya oleh
crossl in ker ~1 N 1 -metl.l:'Ll.!me::.U.iJi!E~.Gt:Y!..fM.!li..f.l~ iJh ~~.2..., t£~t .::1p i
bisa juga senyawa lain seperti etilen diakrilamid,
N1N1-Bisacrylylsystamine CBAC) atau N1N1-dialyltartard
ia- mide CDATD>. Dengan adanya ammoniumpersulfat seba-
qc:d katal i satcw d.::tn
<Temed> sebagai inisiator maka terjadi polimerisasi.
Reaksi polimerisasi secara random menghasilkan rantai
poliakrilamid sedangkan dengan penambahan bis secara
pr·opon~i onal berf.:?c~ksi denc;;J<M1 qugus ·funq~.d onal dari
bagian terminal rantai polia~rilamid. Konsentrasi dari
akrilamid menentukan panjang rantai polimer, sementara
itu konsentrasi dari bis menentukan ragam dari cross-
linking. Oleh karenanya konsentrasi dari akrilamid. dan
rasionya dengan bis adalah sangat menentukan sifat
fisik, elastisitas, kekuatan mekanis dan ukuran pori
serta network tiga dimensicmal dari gel. Penambahan
Sodiumdodesilsulfat <GDS> pad.::\ f.Hll i al·r.d. 1,:\m:i d gel
·elektroforesis memberikan kemungkin•n ~k•n pemi~ahan
protein yang lebih efektif. SDS"hanya bisa memisahkan
ikatan hidrogen dari molekul, t:idak dapat memisah
7
ikatan disulfida, sehingga pemisahan total struktur
tertier diperlukan penambahan reduktor th i c:lreag£:ln
seperti 2-merkaptoethanol kedalam sampel yang akan
dipi sah~~cm. Dengan demikian maka rantai ami no c1ari
pol i pept ida secara bersama membfmt.ul' eli psoi d dengan
jarak rata-rata yang konstan, sehingga masa molekul
menjadi proporsional. Penambahan urea juga sering
dipakai sebagai suatu disosiasi agen yang dapat memu-
tuskan ikatan hidrogen. Pemberian urea dengan konsen-
trasi tinggi (8M) sangat diperlukan dan harus permanen
ada selama elektroforesis untuk menetapkan suasana
denaturasi, tetapi tiol masih diperlukan untuk mendena-
secara komplet molekul protein dengan ikatan
disulfidanya. Keuntungan menggunakan urea adalah tidak
berpengaruh pada muatan intrinsik sehingga sebagai
basis pemisahan poliakrilamid didasarkan baik atas
ukuran molekul dan juga muatannya. Untuk mendeteksi
pita sering digunakan cara pengecatan.
g_!.llg sang at. seru~i t if dan dc~pc:\t menc:leteksi pita protein
yang berkadar 0,2- o,5fg, sedangkan penggunaan perak
nitrat lebih sensitif.
· Tripanosoma adalah suatu protozoa yang termasuk
kelas Flagellata yang dapat menyebabkan suatu penyakit
infeksi yang dikenal dengan Tripanosomiasis. Penyakit
ini sangat menular baik pada hewan maupun pada manusia,
dengan perant~ra lalat gigit sejenis Glossina. Di d.:\1 .:\m
tubuh lalat, parasit-parasit mengalami siklus perkem-
bangan. Trypaoosom2. f:?V.S.f.la! .• merupakan penyebab ~H~~nyaki t
8
menyerang berbagai jenis hewan piaraan seperti kuda,
7).
Tripanosoma mempunyai :tuti.Ht1. f.!J.si fqr:J.n, tumpul,
bentu~c oval dan masing-masing meruncing.
Tripanosoma mempunyai ~:.atu ·fl.a~lt:dlt:\ r::.ebt:~gai .:d.:~t ~Jerc:\k.
Flagella ini diikat oleh tubuh pada membran undulan
yang berasal dari kutikula atau eksoplasma. l<i nf.~t.opl .::ts
merupakan kumpulan dari bleparoplas anterior.
dari flagella terletak di sebelah samping. Tahap ini
di bentu~c didalam plasma dar·ah P.:.1da
invertebrata bentuk lain ditemukan. Perkembangan dalam
invertebrata terletak pada bagian posterior ( postr~r i or
station) bila vertebrata terinfeksi k~rena kontaminasi,
bagian posterior dari traktus alimentaris atau glandula
sal:i.varia <anterior station) i nfeksi
melalui fJigitan. Bent.uk yang mengirifeksi disebut
tripanosoma metasiklik <2, 7).
Didalam tubuh lalat (jenis Glossina) tripanosoma men-
galami daur pertumbuhan, yakni didalam alat digesti dan
didalam alat digesti dan sungut penghisap < I.:!... f..9.D.9.Q.::
atau hanya didalam sungut penghisap saja
vlvax>. Trif3anosoma ini dalam bentuk kritidial, kineto---· plas terletak dibagi.an anterior nukleus. St:tel ah
beberapa waktu.mereka menjadi bentuk infektiv dan siap
9
meninggalkan kelenjar saliva menuju aliran darah verte-
brata yang sesuai. Serangga yang telah ditulari
kira~kira 10% serangga ditulari
darah) berdaya memindahkan penyakit seumur hidup.
Pemindahan secara langsung dan mekanik mungkin juga,
tetapi tidak banyak berarti. Anjing dan kucing dapat
ditulari secara oral. Pada unggas, sapi dan kerbau
ser i ng di temukan tri'panosoma yang besa1'" dal am darc.'lhnya
( 2) •
Tripanosoma secara mikroskcpis merupakan binatang
.bersel satu yang sangat kecil (20- 30ftm>, yang seba-
gian dari siklus hidupnya sebagai parasit pada cairan
darah manusia dan binatang, yang merupakan suatu penya-
kit yang pada stadium akhirnya biasanya diikuti dengan
kematian penderitanya. Dikawasan Afrika penyakit ini
secara endemis menyerang manusia dan hewan piaraannya,
menyebabkan kerugian ekonomis yang sangat besar. Di
Indonesia penyakit ini hanya menyerang ternak yang
dikenal dengan penyakit surra, yang disebabkan oleh
atau kumparan yang bergerak secara bebas dalam plasma
darah dan cairan badan lain. Intinya mempunyai kariosom
yang besar terletak hampir sentral. Dekat satu ujung
ditemukan bleparoblast. Tripanosoma mempunyai claye:1
gerak karena memiliki membran undulan.
adalah sebagian dari selubung atau periplas tubuh
par·asi:t. Pinggir dari selaput ini dibentuk oleh suatu
l.O
cambuk yang berasal dari bleparoplas.
jeni~~ tripanosoma tertr.;mtu c<~mbuk ini lebih panjanrJ
~~ra ~~oan p~r~~lt ltu ~endlrl sehingga tripanosoma
mempunyai cambuk bebas. Di dalam protoplasma yang
bed:lintilc-bintil< halt.m didc:ip.atlc.::m ~:.atu at.:n.t be:·ber.::ipa
vakuola kecil dan besar disamping granula-granula beaar
yang banyak <2, 7).
Pertambahan parasit ini terjadi dengan pembelahan
membujur langsung. Tripancsoma mempunyai daya gerak
aktif, tetapi daya gerak dan cara gera~ ini karakteris-
tik untuk masing-masing spesies, sesuai dengan letak
bleparoblast, morfologi, paiogenitas terhadap hewan,
daur pertumbuhan dan sebagainya. Kraneveld dkk. (19~51)
elektron dan mereka menenrukan bahwa periblast terdiri
dari serabut-serabut membujur yang berjalan sejajar.
Flagella terdiri dari 9 serabut-serabut isodiametrik
yang diselubungi oleh selubung sitoplasmatik (7).
Tripanosoma dapat dibiakkan dalam
aseluler, padat atau setengah padat, tetapi juga dalam
biakan Ja(ingan atau didalam telur eraman.
untuk pembenihan ini digunakan hewan-hewan laboratorium
hidup. Trl panosf.)ffia pad a i ntf~lat :i nt.lm bag :ian tfJnqah dar· i
lalat didalam 3~ - 48 jam, ket:ika terjadi multiplikast.
hari ke 10 - 12 memanjing dan l~ng5ing (3~ )J),
dengan parabasal body telah didapatkan disini.
kemudian berm:igrasi kearah proventikulus dimana mereka
1 1
melanjutkan multiplikasi di hari ke 12 20, jadi
melewati hipofaring ke kelenjar saliva. Mereka perla
han-lahan berubah bentuk kedalam kritidial dan berepro-
duksi dengan pembelahan longitudinal. Akhirnya mereka
ben.tbah b~·ntuk menjadi pf.mdelc dt:H"r qE~muk, t.r·i pano~:>oma
infektif · metasiklUc. Tripi:HH)~:>om<:!' yanfJ bel""parasd.t pada
manusia dan mamalia dibagi dalam golongan Lewisi,
Evansi, Vivax, Congolense, Brucei dan Avium <ungg.::"s,
cenderawasih, burung gagak dsb). Banyak sarjana yang
menrJancJgap bahwa h cb.Q1.€ill.~.J ... gn .. ?.tl. adal ah vad. etat::. · T.
l:!.!:..!:!.f.Ed y.:mg tel ah menyesuc.:d kc:m di I'' i paclc.1 manusi <.':i.
Tripanosoma mempunyai dinding luar per·mul(a<.'ln
se·l nya <surface coat> merupakan glikoprotein
sangat kompak teranker ke plasma membran dari sel.
Protein membran tersebut adalah glik8protein dengan
berat molekul 55.000- 65.000 Dalton (8, 9).
adalah sakarida utama dari glikoprotein
Struktur glikoprotein dengan manose sebagai
Golongan trlpanosoma yang telah dipelajari
komponf.m
<J~dal ah
Ir:.~!~8H.Q.lb1Q.!!.l.§.. tl!:.!::!.£.§:.1. pt?nyt:::·bc?.lb pt:.•nyc:\k it t i c:ILw pHd a or .::u·li;..l
<Human Sleeping Sickness>. Pada golongan ini membran
glikoproteinnya sangat variabel, karena organisme ini
mempunyai mekanisme yang unik yaitu kemampuan merubah
membr·an pHF'IliUkcHc:\n <antigenic variation), walaupun
tampak selalu sama, namun mempunyai sifat antifjenik
yang berlainan. Variasi antigenik seperti :i n:i. y.:u·1g
menyebabkan tripanosoma mampu menghindarkan diri dari
1.2
re~pon ui~tem imun induk ~emangnyQ don bert~han hidup
d~ngan jalan mengubah glikoprotain pormukaannya satiap
Olken~l olen 1mun ~lstem 5enlngga a~nlrnya induM semang
mati. Protein permukaan yang bertanggung jawab pada
proses ini adalah Variabel Surfate Glycoprotein <VSG).
Proses pergantian VSG diatur secara genetik, dimana
didalam genom terdapat lebih dari 100 gen VSG, yang
bergantian bisa di ekspresikan. Membran protein inilah
yang a~can diisolasi sec:ara pr-epare:\tip <8, 12).
VSG dari golongan 11 African Trypanosom!~" b,?lah
banyak diketahui dan bahkan dapat mengungkapkan era
baru dalam molekuler biologi, baik mengenai struktur
maupun 11 struktur anc::hor "ny~\ kede:\1 am mf~mbran sel, yang
ternyata diketahui berlaku untuk kebany.::'lkan sel
eu ~car i ot.i k •
13
ll"v•IIYt awellln1
,lhulllv••lcul .. , luul,. ~
grunulut
..... ,
lua&lllllarno den•• . 1•onular ltadr '-...
t••lllcular
nolu atubul111''
AIHfNION INU
Gambc~r· I. <V:i ckennan,
Bl c::sod t:.t r €~am 1.969) •
14
Fc)rm
ftuc.leut ""
' lluuellutn.
nuuduted
rellcufurn
Gambc."'r I I. Gambaran elE.:-kt.ronmU,ros~mpi k clari J~ l,;i~M.Ql.~!l§.g_ (potonl]c-an mr:?l i ntang, pembesaran 257.000 x). Pacla gambar nampak selubung (surface coat> berupa lapisan protein yang kompak, menutupi permuka~n tubuh dan flc:igella. (A•·-thama, ·1909>.
15
--~-,·---- - - -- -..---~--
CARA PENEL... IT I '-'N
Tripanogom~ darah kerbau dibiakkan pada tikus,
juml ah bi a~( an ~~t:~>l alu di i ~wt.i dc:.m bPtol ah 't£:~r jt:HI:i pt.tr·,r..:\k
parasitemia darah tikus diambil sebagai sampel. Darah
dilewatkan kolom kromatografi DEAE-sellulose. L...arutan
yang diperoleh disentrifugasi 4000 x g dengan tempera
tur 4°C selama 10 menit. Endapan trip2~osoma ditambah
dioxan untuk melisiskan membrannya. Larutan ini kemud~
~an disentrifugasi lagi. Terhadap filtrat yang mengan
dung membran membran tripanosoma dilakukan elektrofor~
sis gel plate poliakrilamid 10~, kemudian dicat dengan
COOIIli:.'ISEii e bl Ul-:?.
Pi ta·-pi ta yan~J t.:Hnpc.:d~ pada £21 e~ktr·ofc,re~.;i s di ·foto
dan dibandingkan dengan pita-pita protein standar yang
dijalankan bersama-sama dengan sampe1.
I HASIL DAN PEMBAHASAN
tihts
terinfeksi/parasitemia (terjadi setelah kira-kira 72
jam dari penyuntikan>, Spl darah diencerkan dengan 1,5
ml bufer PSG adalah : 239 X 300 X 104 /ml darah = 7,17 X
108 /ml. Oarah yang diperoleh dari 5 ekor tikus sebanyak
ml. Jumlah tripanosoma yang diperoleh = 1,'7925 X
Setelah darah tripanosoma dielusi melalui kolom
DEAE-sellulose diperoleh tripanosoma sebanyak :
257 X 185 X 104 = 4,75 X 108 .
Tripanosoma yang diperoleh ini ternyata lebih sedikit
bila dibandingkan dengan jumlah sebelum dielusi, hal
ini mungkin disebabkan karena DEAE-sellulose dalam
kolom kr~natografi terlalu padat sehingga tripanosoma
sulit untuk turun atau dapat pula mengalami kematian.
Hasil elektroforesis dengan gel poliakrilamid,
setelah dicat dengan Coomassie
band/pita pada gel tersebut. Volume sampel 20/Jl dija
.lankan bersama dengan protein standar yang terdiri dari
campuran berbagai protein yang telah diketahui berat
molekulnya. Setelah dibandingkan antara band sampel
dengan band dari standar, maka dapat diketahui bahwa
band dari sampel terletak diantara band ke 3 dan ke 4
dari standar, berarti bahwa glikoprotein yang didapat
l.7
kan m8mpunyai berat molekul P•::11:l ;,,,
penelitian-penelitian yang telah dilakukan tarhad~p T.
bii:lhwa
dinding permukaan sel tripanosoma tersusun atas suatu
lapisan protein yang sangat kompak dan homogen, serta
k ar-tmh i dr r..'lt. ~~ec:luanya tf:-:nnas~uk kompont':)n
membran antigen. Antigen permukaan yano
p1:nyu~~un
br::-1'· -f uno !:?• :i
ini tersusun homogen oleh 1 macam
( 1904) '
protf~i n y.:miJ ter· dc.'lpat p ad.:.:1 mt:!mb1··· an rl 1 a~~ma dan mE~mbr· rM'l
SE~l ul (~r· sang at. k ar .:~kt e1 .. i ~~t. i k ba :i k ~:; t , ... u k t t~r· , f ur ... qsi d ;:u-.
sintesanya. Protein ini walau berasal dari berbagai
sumber, namun mempunyai si-fat umum yang mirip. Prot.ed. n
yaitu l::it?l'" i kat an dengan
karbohidrat. Karbohidrat pembentuk glikoprotein membran
dapat berupa oligosakarida atau polisakarida
ber-fungsi sebagai antene seluler dan merupakan kontak
penghubung antara sel dengan dunia luas
198~5). Pada penelitian ini belum diketahui
me·mbr·.::tn tripanosoma telah dapat dianalisa
lS
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil p£melitie:.u1 ini d;::~pat disimpuU<i:H1 bahvJi:."\
glikoprotein yang diperoleh mempunyai berat molekul +
62 k D.:.1lton. Elf?ktr·ofm·i~:ds fJt::!l plat:H pnli;::~k•··il.:.~mid 10/.
t.el'"had.:.ip samp.:d gl i kop•··ottd n metllbr·.::m T. ev.:,m~:;i d""'"<;F~n
pengecatan coomassie blue, menunjukkan gambaran pita
protein yang cukup jelas. Gambar 4 memperlihatkan bahwa
pita protein sampel terletak di antara pita protein
standar yang ke-3 dan ke-4. Dari sini dapat disimpulkan
bahwa glikoprotein yang diperoleh dari membran T.
~m:;i mempunyai bel~c:\t mc1l ekul :~:. 62000 Dalton.
Untuk mengetahui macam glikoprotein dan berbagai
senyawa penyusun membran permukaan tripanosoma perlu
penelitian lebih lanjut. Hal ini mengingat bahwa pene
litian masih jarang sementara protozoa tersebut sangat
merugikan. Dengan diketahuinya seluk bRluk tripanosoma
mudah-mudahan dengan cepat dapat memberantas penyakit
yang disebarkannya.
19
DAFTAR PUSTA~~A
1. Arth.-ama, W.T., 1(.?89. Chara~(tf.?riHit:~rung Immundominanter· Epitope von drei Vari.:~n:z glykor:wot£2inen aus T.r::.Y!lB nm;oJn~i r.onnalen~fl mii: Hi.l·fl? monoklonah~r Antilwnj
r 1' l 1 N 14~~ ~ " ~~I"' • rln.r:._!..tL.L !.-.. .. PU.t:.D..i.L .. :: •.• !:.• .... t • -~' , ...,. •
2. C.;.\mer·on T. M. ' 1951. II1.~. E.~r~ .. ~ .. aJ: .. tt~~.kL v.£. !2n!!!ll.J!i!":.J..r:. enJl~.0t.·, A 1'1.:.H1Ui:."-d ·f m· Veb:?r· i n;.n· y t:ih.~~:hm I:!:; iM"Id Elu•···~Jf.?Dn s>, 2r•< , J.B., Lippincott Company, East Wa5hington Square Phi 1 adt:::l phi a pp. 23 - :~::1.
3. Cross G.A.M., 1984. Structure of The Variant Glycopro tei ns and Surf ace Coat: of Tr:.YrlanoQtJma Brt.ICf.?.j.
E·t· . 1 T ,. . . C" R s . .. L .. ., -=\(1'7 -:· -- 1 ''} ... ..!.!..-. .!... •• .L.E!.l.:i.!..!!.. -.!- !::.. Q.L .. ~.. ..:::.0-.D.L • ·-· - • ... ~ ..: .. •
4. Darnf:? ,J., H. LtJdish and D. Bal·titno•··t:::, 1986. 1.1 . .!21§.{.;_\-..!.lf:~.r.::. Ct:?.Ll. B i o 1 og_x:_. Sc: i en t i f i c t~rnt:.~r- i c •m Books , Inc • Nt:?li'J Yod(.
5. Lehn i nt;;}er A. L. , 1970. ~.! .. 9.fJ.:!.Q.f.!.!.i.~!.:tf:.Y .. : ... IJF'-" M.c•l.§:.SIJ.!.ill: t~§.\.E.t.S. 9..i G~ll. f]t[l.tc_.:\;.!J!:..@. !a!J.Q. "fJJ.m~:t.J ... rlLL· TtH? ,Johns; Hopkin~; Univerty Sc:ool of Medicine. Worth Publisher, Inc. p. 2:36.
6. Reinwald E., 1985. Role of Carbohydrate Within Variant Sur·f ace Gl yc:opl~ott:?i n o·f Tr·[email protected]!30ITI~'I Cor!._Qol £'?nsf.?..
L~:!r:...!!.. !I . .l!- t!.i .. 9.sb.§:.!.!.t • 1 ~:; 1 • :::.' El ~:'; -· :::.~ ct 1 •
7. RessantJ A.A. , ~-'-' ~lli f.:gl..§j..e.r.:..~l[L f.:.f.:iJ:,g.J..nnA. l.~t!.U.~~!:-.!..2. ~_g_.t.f~T :l!J .. fJJ:.• D.:1par·temen l..lr·t.tsc:m f~E!~":.r::·:•.::u··ch .. ··I\1;;,\Eii on.:d f\£;:-publ i k Indonesia. Bogor. 401 - 415.
8. Richards F.F., 1984. The Surface of The African Trypa nosom!s. J .. :.. !::r.u:t.9.l; .. Q.Q.L· :~; 1 ( :L > • 60 -·· 64.
9. Savage A., R. Geyer, S. Stirm, E. Reinwald and H.J. Risse~ 1984. Struktural Studies of The Mayor Oligosac:harides in A Variant Surface Glycoprotein 0 ·f T r· y p c::\ n 0 f:2.0 Ill i"'~ G.!2!J.99.l E~n !'?-Q • 1.'.'!9 .. L~-- .Q .. Lf!f,;J.:t.!?..!.!!.!•... e.i:I!.C.S!.J?. .. L i£1· 11. 309 - 328.
10. Stryer L. , .t 988. !Itn!~~.!:te.m.J ... atct...• :::;r·d. St.:.::u-,fon:j Uni v+:.1nsi ty W.H. Freeman and Company, New York. 44 - 48. 298 -302.
11 •. · s w i t z e r R • L. • ~ n d ~J • 1'1 • c J. c.~, .. k , 1 9 7 7 • ~~~~tii..§:.r: . ..i.I.f!.~n f!j __ Q.!.; . .t:H~.m..i.~?.. -:t!:Y· 2n · • Un j_ Vf":r s:>i t y t::of I 11 i noi !:!>, t.-J. H. Fn:~·Hman c:md Company, San Francisco. 15, 44 - 49.
12. William5>, R.Cl., ,J.R. Yc:lttng <:mel P.?). t•I.:.1.Hw.::1, l979. Genomic rearangements correlated with antigenic v .::.r·· i .::1 t i on :i n T r· y p r.:m or::.-o m ii:l b , ... u c f."! i . N.f::l.:t.J.,!.C~~-. 2 El2 • El4 7 ·- B49.
20
L A M P I R A N
B~han 1
DEAE-sellulose
Gephadex a50
Bovine serum albumin
Tripsin inhibitor
Sodium Clarida
Sodium monophosphate
Sodium diphosphate
Agarose
Glisin
Gliserin
Glukosa
Sodium asetat
Tris <hidroxymethyl> aminomethan GR
Heparin
Ammonium asetat
Sodium EDTA
Acrylamide
Bis acrylamide <N 1N1-methylen diacrylamide)
Temed <N 1N1N1N1-Tetramethylethyllendiamin>
2-Merkaptoetanol
Ammoniumpersulphate
Coomassie brilliantblue
Sodium dod~gil sulph~t~
Sodium hidroksida
Ammonium Clorida
21
------------
Trichloro acetic acid
1'1t?t 11 .:m o 1
Ethanol
Cllpr i Ch 1 tJr ida
Kalium permanganat
Form.:.-~1 dehi de
Argentum ni trat.
Nattp i urn k<arbona't.
Etht?r·
f.)quc:\d£-?st
Aquab i def~t
Trypanosoma dari darah kerbau
l'lf.:mc it
Ti ku~:;
Ker·i:as timbani;J
Ti s~:.ue
Alat :
pH meter
Timbangan mikrc analitik
Magnetic stirrer
Refrigerated Centrifuge
Spektrophotometer
Mikroskop
Kolom khromatography
Fraction collector
Kemper listrik
Perangkat elektroforesis
Shakker
Vortex
Eppendorf tube
Counting chamber
Gunting
Spuit
Labu vacuum
Gelas ukur
Pipet ukur
Pipet tetes
Beker gelas
Tabung reaksi
Gelas pengacluk
Pinset
Sendok
Pipet mikro
Klem
CARA KERJA
1. Pembiakan tripancsoma
Darah diambil dari kerbau yan~ menderita
- tripanosomiasis, kemudian dihitung jumlah
tripanosomanya.
Mencit (20 - 25 g) disuntik dengan darah
tripanosoma tersebut (3 X 107 tripanosoma/
tikus), secara intraperitoneal.
- Jumlah tripanosoma dalam darah mencit diikuti,
untuk mengetahui fluktuasi/ puncak parasitemia-
nya.
+ 72 jam terjadi parasitemia, mencit dieutana
si dan darah yang mengandung tripanosoma
diambil, kemudian dihitung volume darah dan
kandungan tripanosomanya.
- Tikus (240 - 280 g) disuntik dengan
tripanosoma darah diatas sebanyak 3 X 108
tripanosoma/ekor.
Setelah 72 jam tripanosoma dipanen.
b. Pada stabilat <stock)
- Larutan 10% gliserin dalam 1% BSA <Bovine
Serum Albumin) dilarutkan dalam PSG <Phosphate
Saline Glucose) pH 8,0.
- 1,5 ml darah ditambah 1,5 ml larutan di atas
kemudian dicampur.
-Setiap 0,5 ml dimasukkan ke eppendorf,
menit.
a. Kolom kromatografi DEAE-sellulo&e
- 25 g DEAE-aellulose dilarutkan dalam 300 ml bu-
fer PS <Phosphat Saline) pH 8,0.
DEAE kemudian dicuci dengan larutan PS 2
l(al i sambi 1 di ac:luk ~H?l an clan di sar·i ng Yi:\cu,n.
- DEAE-sellulose dilarutkan kembali dengan 300 ml
buf£:?r PS, kemudi c-m c:l i l.t kur·· T-nya d£;:·n<;ran
menggunakan rumus T=fxL. T adalah waktu/menit, f
adalah faktor = 2,8 clan L adalah tinggi larutan
clal.:.1m c:m.
- Larutan tersebut climasukkan ke c:lalam kclom, dan
dibiarkan satu malam agar DEAE-sellulose memadat
- kolom dielusi dengan bufer pH 8,0 dan kolom siap
dipakai untuk isolasi tripanosoma.
b. Kolom kromatografi sephadex G50
- 20 g sephadex G.0 dilarutkan dalam bufer ""J ..
ammonium asetat, dicuci beberapa kali dengan
bufer tersebut agar kotoran hilang dan
diusahakan tidak ada udar denoar1 .·1·~.1,~.r·1 ffi0fliJ~c·ILt~ ::1 .. , ., k ~ c~ . r~
per· I ah.:m.
- Larutan sephadex c:limasukkan ke dalam kolom
Cpanjang 1 meter, diameter 1,8 em> sec:ara hati-
hati Hup.aya tidak .:~d.;,, ud.::\r··.:~ y.::'\ng masuk.
Kolom clib:ir.H·I:.::m ~ nh:tl.:.~m, la;:mud:ian dielusi dl?rlfJi.Hl
t11.rf t:r •
- Fraksionasi/orientasi penentuan tetesan atau
volume airan yang keluar tiap menitnya.
Larutan protein standar yang terdiri atas 1 mg
trlpbin inhibitor yang dilarutkan dalam 1 ml
akuades dan 5 mg BSA yang dilarutkan dala~ 5 ml
akuades, masing-masing diambil seb~nyak 0,5 ml
kamudian dicampur.
- Larutan di atas dilewatkan kolom untuk menentu
kan peak Cpuncak) ·konsentrasi larutan dengan
menggunakan fraction collector.
OD-nya dilihat dengan spektrofotometer dengan
panjang gelombang 280 nm.
3. Isolasi tripanosoma
- Tikus dibius menggunakan eter, kemudian dieutan
asi. Darah yang mengandung tripanosoma ini
diambil, dengan menggunakan heparin sebagai
antikoagulan.
- Darah disaring dengan menggunakan kain kasa
untuk menghilangkan jar:ingan dan kotoran lain
yang ikut di dalamnya dan diukur volumenya.
Banyaknya tripanosoma dalam darah dihitung.
- Darah tripanosoma dilewatkan kolom DEAE-sel~lose
khromatography yang telah disiapkan dan dielusi
dengan bufer BSA 1% dalem PSG, maka tripanosoma
50~1 larutan ~embran tripanosoma ditambah
deng~n 150 ml bufer sampel yang mengandung
b. Pambuatan gel poliakrilamid
- Seperangkat alat dibersihkan dengan aseton.
- Plat kaca yang telah dibersihkan dirakit, diusa-
agar pada tiap-tiap sisi.
- 16 ml larutan campuran gel akrilamid. 10% dengan
temed, lalu dicampur perlahan-lahan.
- Dengan pipet pasteur campuran dimasukkan ke
dalam plat dan jangan sampai terbentuk udara,
hingga tinggi gel mencapai 1,5 em dari tepi atas
permukaan kac::ii:\.
- Gel ditutup dengan n-butanol agar permukaannya
'rata dan tidak ada udara di dalamnya.
-_Dibiarkan 1 malam agar terjadi polimerisasi.
- 5 ml larutan untuk stacking gel ditambah "") ·=. .: .. , ,_,
temed dan 25fl ammonium persulfat 10%, diaduk
pew 1 c.'than·-1 ahan.
- n~butanol yang terdapat pada plate gel yang
sudah didiamkan 1 malam dibuang dan dibilas
- L~rut~n Gtackino ~al dituangkan pada
tersebut dengan menggunakan pipet pasteur secara
hati-hati agar tidak terbentuk udara.
2El
- Sisir pembentuk aumur dipasang untuk aplika&i
sampel.
- dibiarkan hingga terjadi polimerisasi.
c. Aplik3si sampel dan menjalankan elektroforesis
- Tangki elektroforesis diisi dengan bufer
elektroda.
- Plat yang berisi gel dipasang pada tangki
elektroforesis tersebut.
- Sisir pada plate dibuka.
- Sampel dimasukkan pada masing-masing sumur
beserta protein standar.
- Elektroda dihubungkan dengan power suplai dan
disambungkan kelistrik.
~ Ditunggu sampai sampel dan protein standar
mencapai jarak yang ditentukan.
- Setelah aliran listrik diputus, plat diambil
dan gel dikeluarkan, difiksasi dengan TCA 10%
dan dibiarkan 1 malam.
- Pengecatan dilakukan dengan menggunakan coo
massie blue.
29
1 'l~) mM NaCI •
10 mM Na Phosphate.
2. Buffer Phosphat Saline Glukosa <PSG> pH_.s,o.
~i5 mM Glukosc:~.
44 mM NaCl.
60 mM Na Phosphate.
3. Buffer phosphat Saline <PS> pH 8,0.
44 mN N,,,cl •
60 mN Na Phosphate.
4. Buffer elektroda pH 8,3.
25 ml"1 Tri s.
10/. SDB.
5. Buffer Tris-Cl pH 8,8 dan pH 6,8.
1,5 M Tris, tambahkan HCl tetes demi tetes hingga pH
1 g Ccomassie Briliant Blue R. 250 dalam 1 1
1. GE?l :L 0'1..
·- ?~A 1 '2 g.
- Bis AA o ,o::52 9 •
·- 1 9 ~J Trio ~5 ml (pH t:l~t:l).
·- 10/. EIDS 0, 1.2 ml •
-· H·.,D .L.
B,H rnl.
2. Stacking 9!!!.
- AA 0 7 9 IJ.
- D:i.s AI\ <)' (1.24 ~·
- 1 '::; Tris ,..,. ''')t::'
""" ' .1.-;.) ml <pH t,, B > •
-· 1(11. SDS 0,3 ml.
- H2o 27' 18 ml.
·- 2 mg/ml Phosphoryl a~;e (91.-J. (l(l(l).
- 1 mg/ml Ccm albumin (76.000).
- 1 mr.J I ml BSA ( 6~3. (l(l(l) •
- 1 mg/ml Katal c:\se < 1.:,0. 000 > •
- 1 mg/ml 1:::1;;J1].:.1l bumi n ( 4~). (H)(l) •
- 1 mg/ml Cal'" bonr.:tnhydr· c\1~51? ( ~~c; • (l(l(l) •
- 1 mo/ml 1'1yoglobin ( 1 7. 000) •
- 1 mg/ml Cytokh1··om c ( 12. (l(l(l) •
- 4,17 ml 1,5 Tris-HCl pH 6,8
- 2 1J BDS.
- 5 mg Bromphenol blue.
- 5 ml Mercaptoethanol.
. Gambar III. Bentuk Standardisasi dari BSA 1% dan Tripsin
Inhibitor 1 %. ·
2 t ) 4
Gambar V. Gambaran hasil. elektroforesis sampel glikoprotein membran permukaan trip~nosoma, pengecatan coomassie b 1 UE!.
S.fl.t.• : 1. ProtE•in E"lt<~ndt.11'" 2, :::.:;, 4. 5:-i:ilffiPE:'l qlikopr·otein. m£;:mbl··an tr· i panosom.:Z~.