tinjauan pustaka blok 6
DESCRIPTION
blok 6TRANSCRIPT
Tinjauan Pustaka
Gangguan Penglihatan Pada Usia Lanjut
Ricky Johnatan (102010174 / D2)
Pendahuluan
Dewasa ini kita tidak bisa melepaskan kegiatan dengan menggunakan penglihatan. Kita
menonton setiap hari, membaca buku atau koran, dan melihat segalanya dengan mata kita.
Mata merupakan indera penglihatan pada manusia. Awal mulanya, mata terbentuk dari 3
lapisan embrional, ektoderm permukaan, ektoderm neural dan mesoderm. Hal tersebut yang
menjadikan mata sangat penting fungsinya bagi kehidupan kita. Selain itu, pembentukan akhir
mata menjadi sangat kompleks dengan struktur makroskopis dan mikroskopisnya.
Pembentukan mata pada setiap orang berbeda. Kelainan mata sendiri sangat berpengaruh
dalam kesehatan dan kerja dari indera penglihatan. Selainan kelainan pada mata, otak juga
mempengaruhi kerja mata. Semua akifitas dari mata kita dikendalikan oleh otak.
Struktur Makro Mata
Secara Makro mata kita terbagi atas bagian eksterna(struktur tambahan mata) dan interna(bola
mata sampai jaras-jaras visual). Bola mata sendiri terletak di rongga orbita yang secara
skematis digambarkan sebagai piramida dengan empat dinding yang mengerucut ke posterior.
Volume orbita dewasa kira-kira 30ml dan bola mata hanya menempati seperlima bagian
rongga. Lemak dan otot menempati bagian terbesarnya.1 Struktur tambahan dari mata adalah
kelopak mata, sistem lakrimal dan konjungtiva. Kelopak mata atau palpebra mempunyai
fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film
air mata di depan kornea. Palpebra merupakan alat menutup amat yang berguna untuk
melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata.2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat, 11510
1
Palpebra dipisahkan oleh fisura palpebra dan bertemu pada angulus/canthus lateralis dan
medialis. Pada canthus medialis terdapat penonjolan merah yang disebut caruncula lacrimalis.
Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan dan di bagian belakang oleh
selaput lendir yang disebut konjungtiva tarsal. Selain itu, di dalam palpebra juga terdapat
jaringan ikat yang disebut planum tarsalis. Pada palpebra juga terdapat glandula tarsalis yang
merupakan modifikasi kelenjar sebasea. Kelenjar-kelenjar yang terdapat pada palpebra adalah
kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar keringat, kelenjar zeis pada pangkal rambut, dan
kelenjar meibom pada tarsus. Otot yang terdapat pada palpebra yaitu orbicularis oculi dan
Musculus levator palpebra. Pembuluh darah yang memperdarahi palpebra adalah arteri
Palpebra.2,3 Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata(konjungtiva palpebralis/tarsal), permukaan
anterior sklera (konjungtiva bulbaris/ocular). Selain konjungtiva palpebra dan bulbaris juga
terdappat konjungtiva sacci/forniks.2 Konjungtiva forniks merupakan tempat peralihan
konjungtiva palpebralis dan konjungtiva bulbaris. Konjungtiva bulbaris dan sacci
berhubungan sangat longgar dengan jaringan dibawahnya sehingga bola mata mudah
bergerak. Pada sistem lakrimalis terdiri atas 2 bagian yaitu sistem produksi attau glandula
lakrimalis dan sistem ekskresi(pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, dan
duktus nasolakrimal).1,2,3 Glandula lakrimalis terletak di temporo antero superior rongga
orbita. Sedangkan sakus lakrimalis terletak di bagian depan rongga orbita. Sakus lakrimalis
mengalirkan cairan lakrimal ke cavum nasi. Lakrimal dari duktus lakrimalis akan mengalir ke
dalam rongga hidung di dalam meatus inferior. Pada bola mata terdapat enam otot yang
berfungsi mengontrol gerakan bola mata. Bola mata orang dewasa normal hampir bulat,
dengan diameter sekitar 24,2 mm.1,3 Bola mata dibungkus oleh tiga lapis jaringan, yaitu:
1. Tunica Fibrosa
Tunica fibrosa merupakan bagian bola mata yang paling superficial. Tunica fibrosa
terdiri dari 2 bagian jaringan ikat, yaitu Sklera dan kornea. Sklera menempati 5/6
bagian posterior tunica fibrosa. Jaringan ini padat dan berwarna putih serta
berbatasan langsung dengan kornea di sebelah anterior dan duramater nervus opticus
di posterior. Permukaan luar sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis
jaringan elastik halus yang disebut episklera. Episklera mengandung banyak
pembuluh darag yang mendarahi sklera.2,3 Sklera memberikan bentuk bola mata dan
merupakan tempat insersio otot-otot bola mata. Kornea menempati 1/6 bagian
anterior tunica fibrosa.2 Kornea merupakan jaringan transparan yang ukuran dan
2
strukturnya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea disisipkan ke
dalam sklera pada limbus. Lekukan melingkar pada sambungan ini disebut sulcus
scleralis. Kornea dewasa rata-rata memiliki tebal 500 µm di pusatnya(terdapat
variasi menurut ras), diameter horizontal sekitar 11,75 mm dan vertikal 10,6 mm.
Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai 5 lapisan yang berbeda yaitu lapisan
epitel, lapisan bowman, stroma, membran descemet, dan lapisan endotel. Di dalam
lapisan tunica fibrosa terdapat sinus venous sclerosis yang memungkinkan humor
aquos dialirkan ke luar.2,3
2. Tunica Vasculosa
Tunica vaskulosa merupakan lapisan tengah bola mata dan dilindungi oleh kornea
dan sklera. Tunica vaskulosa terdiri dari tunica choroidea, corpus ciliaris, dan iris.
Iris merupakan perpanjangan corpus ciliaris ke anterior dan tampak berwarna.
Permukaannya pipih dengan apertura bulat yang terletak ditengah pupil. Iris terletak
bersambungan dengan permukaan anterior lens, memisahkan bilik mata depan dari
bilik mata belakang, yang masing-masing berisi aqueous humor. Di dalam stroma
iris terdapat musculus sphincter pupilae dan musculus dilatator pupilae yang
berfungsi untuk mengubah ukuran pupil. Corpus ciliaris secara kasar berbentuk
segitiga pada potongan melintang, membentang ke depan dari ujung anterior
choroidea ke pangkal iris(sekitar 6mm). Corpus ciliaris terdiri atas zona anterior
yang berombak-ombak, pars plivata(2mm), dan zona posterior yang datar, pars
plana(4mm).1 Pada corpus ciliaris terdapat musculus ciliaris, yaitu processus ciliaris
dan zonula ciliaris. Processus ciliaris terletak pada permukaan posterior corpus
ciliaris. Processus ciliaris berasal dari pars plicata dan terbentuk dari kapiler dan
vena yang bermuara ke vena-vena vorticosa. Tunica choroidea adalah segmen
posterior tunica vasculosa. Choroidea tersusun atas tiga lapis pembuluh ddarah
koroid dan membrana berwarna gelap. Ttunica choroidea berhunbungan dengan
piamater dan arachnoidmater.2
3. Tunica Nervosa(Retina)
Retina merupakan lembaran jaringan saraf yang tipis dan semitransparan yang
melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata. Retina membentang ke
anterior hampir sejauh corpus siliaris dan berakhir pada ora serrata dengan tepi yang
tak rata. Retina terdiri dari dua lapis, yaitu lapis terpigmentasi dan lapis neural.2
Retina mempunyai tebal 0,1mm pada ora serrata dan 0,56 mm pada kutub
3
posterior.2,3 Di tengah-tengah retina posterior terdapat makua yang berdiameter 5,5-6
mm. Retina menerima darah dari 2 sumber, yaitu 1/3 bagian luar oleh kapiler tunica
choroidea dan 2/3 bagian dalam oleh arteri vena centralis retinae.2
Gambar 1. Anatomi mata
Sumber : http://www.tanyadokteranda.com/artikel/2008/11/lasik-berbahayakah-untuk-mata
Jaras Visual
Sebagian besar informasi visual menuju ke cortex cerebri, dan jaras lainnya menuju ke nuclei
di batang otak atau diencephalon. Jaras visual ke cortex cerebri dimulai pada retina lalu ke
nervus opticus. Setelah ke nervus opticus informasi berpindah ke fossa interpeduncularis lalu
ke chiasma opticus sampai ke geniculatum lateral. Jaras lain mengirimkan axon dari tractus
opticus ke batang otak, coliculus superior, nuclei pretectalis, dan nucleus suprachiasmatic.
Gambar 2. Jaras nervus opticus
Sumber : http://belibis-a17.com/category/referat/mata-referat/page/6/
4
Struktur Mikro Mata
Sama seperti struktur makro, struktur mikro mata dibagi atas bola mata/bulbus okuli dan alat
adneksa. Bola mata terdiri dari 3 lapisan yaitu tunika fibrosa, vaskulosa dan nervosa.
Tunica Fibrosa
Tunica terdiri atas kornea, limbus kornea, dan sklera. Kornea sendiri dibagi atas 5 lapis, yaitu
epitel kornea, membrana bowman, stroma, membrana descemet, dan endotel kornea. Epitel
kornea merupakan epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Membrana bowman
merupakan membrana basalis yang menebal dan terdiri dari fibril kolagen yang halus. Stroma
adalah lapisan yang paling tebal, tidak ada pembuluh darah dan terdiri dari serat kolagen yang
tersusun rapi beserta sel-sel fibroblas.4 Membrana descemet terdiri dari serat kolagen yang
tersusun rapi seperti jala. Sedangkan endotel kornea terdiri dari sel epitel selapis gepeng.
Kornea sendiri memiliki sifat avaskular, saraf sensoris banyak dan tamppak jernih. Limbus
kornea tersusun atas epitel konjungtiva bulbi, jaringan ikat konjungtiva bulbi, stroma limbus,
saluran schlemm, dan jaringan trabekular.5 Epitel konjungtiva bulbi tersusun atas epitel
berlapis gepeng dan dapat berubah menjadi epitel berlapis kubis/silindris. Jaringan ikat
konjungtiva bulbi merupakan campuran dari serat kolagen dan serat elastin. Stroma limbus
merupakan jaringan ikat dan saluran schlemm merupakan lubang yang menampung humor
akues serta jaringan trabekular terdapat diantara celah fontana. Sklera terdiri dari jaringan ikat
padat kolagen, serta seratnya berjalan ke segala arah, substansia dasar cukup banyak, sedikit
fibroblas dan serat elastin. Sebagian besar dari sklera non vaskular. Antara sklera dan koroid
terdapat suatu lapisan tipis yang disebut area kibosa. Area kibosa merupakan bagian posterior
dari sklera yang berlubang ditembus oleh nervus optikus.4
Tunica Vaskulosa
Tunica vaskulosa tersusun atas iris, korpus siliaris, dan choroidea. Iris terdiri dari 5 lapisan,
yaitu endotel, lapisan jaringan ikat fibroblas dan pigmen, lapisan jaringan ikat jarang dan
pembuluh darah, muskulus sphingter pupil dan dilatator pupil dan pars iridika retina. Pars
iridika retina tersusun atas dua lapisan sel kubis berpigmen. Endotel tersusun atas epitel
selapis gepeng. Korpus siliaris tersusun atas Muskulus siliaris, jaringan ikat vaskular, pasr
siliaris retina, dan epitel siliar. Muskulus siliaris merupakan otot polos, diantara serat-serat oto
polos terdapat jala-jala serat elastin dan melanosit.4 Muskulus siliaris terbagi atas pars
meridionalis, pars radiata, dan pars sirkularis. Pars siliaris retian terdiri atas dua lapisan sel
5
kubus, lapisan luar berpigmen sedangkan dalam tak berpigmen. Epitel siliaris membentuk
blood aquous barrier. Choroidea dibedakan atas empat lapisan, yaitu lapisan
suprakoroidea/fuska sklera, lapisan vaskulosa, lapisan koriokkapilaris, dan lapisan elastika
bruch. Lapisan suprakoroid terdiri dari serat kolagen dan elastin. Lapisan vaskulosa terdiri
dari pembuluh darah yang menuju korpus siliaris. Lapisan koriokapilaris merupakan tempat
berakhirnya cabang arteri koroidea. Diantara kapilar-kapilar ada jala-jala serat kolagen dan
serat elastin yang halus, sedikit fibroblas dan melanosit.4,5
Tunica Nervosa/ Retina
Retina terbagi atas pars iridika retina, pars siliaris retina dan pars optika retina. Pars optika
retina tersusun atas 10 lapisan, yaitu Membran limitans dalam, lapisan serat saraf nervus
optikus, lapisan sel-sel ganglioner, lapisan plexiform dalam, lapisan granular/inti dalam,
lapisan plexiform luar, lapisan granular/inti luar, lapisan limitans luar, lapisan batang kerucut,
dan lapisan epitel pigmen. Lapisan limitans dalam, lapisan serat saraf, dan lapisan ganglion
merupakan neuron tersier.5 Lapisan plexiiform dalam, lapisan granular dalam, dan lapisan
plexiform luar merupakan neuron sekunder. Sedangkan, 4 lapisan lainnya merupakan neuron
primer. Membran limitans dalam tersusun atas membran basal dan sel muller. Lapisan serat
saraf mengandung akson-akson dari sel-sel ganglion. Lapisan ganglioner mengandung sel
ganglion, neuron ketiga dan neuroglia. Lapisan plexiform dalam merupakan tempat hubungan
neuron kedua dan ketiga serta sinaps antara sel bipolar, sel amakrin dan sel ganglion. Lapisan
granular/inti dalam merupakan inti dan badan sel dari sel bipolar, sel horizontal dan sel
amakrin.4,5
Gambar 3. Lapisan pada retina
Sumber : http://www.catalase.com/retina.htm
6
Lapisan plexiform luar terdiri atas akson sel batang dan kerucut bersama dendrit, sel bipolar
dan sel horizontal. Lapisan ini menghubungkan neuron pertama dan kedua. Lapisan granular/
inti luar tersusun atas sel battang san kerucut bersama badan selnya. Lapisan epitel berpigmen
tersusun atas sell-sel berpigmen. Lapisan ini melekat pada koroid dan menyerap cahaya untuk
mencegah pemantulan.4,5
Alat tambahan/ Adneksa
Adneksa mata terbagi atas konjungtiva, Palpebra, dan kelenjar lakrimal. Pada konjungtiva
terdapat epitel selapis silindris dengan banyak sel goblet dan lamina propia yang terdiri atas
jaringan ikat longgar. Bagian palpebra/kelopak mata tersusun atas Kulit pallpebra, Tela
subkutanea(jaringan ikat), Musculus orbicularis okuli, kelenjar moll(kelenjar apokrin),
kelenjar zeiss(kelenjar sebasea dan holokrin), kelenjar meibom(kelenjar sebasea dan
meibom), musculus siliaris riolani, tarsus(jaringan ikat padat), musculus tarsalis(otot polos),
musculus palpebra, dan kelenjar krause(kelenjar campur).4,5 Kulit palpebra tersusun atas silia,
folikel rambut serta memiliki sifat longgar dan elastis. Musculus siliaris riolani merupakan
otot bercorak melingkar dan bergerak berkelompok. Kelenjar lakrimal tersusun atas kelenjar
exokrin, kompleks, tubulo alveolar, dan serosa.5
Fungsi Refraksi
Refraksi adalah defleksi atau pembelokan berkas sinar saat melewati salah satu medium
menuju medium lain yang memiliki densitas optik berbeda. Kornea bertanggung jawab untuk
sekitar 70% daya refraktif dan merupakan alat penyesuuaian kasar pada mata. Lensa mata
berperan dalam sebagian besar aktivitas refraksi dan merupakan alat penyesuaian halus pada
mata. Ketika suatu berkas cahaya masuk ke medium dengan densitas yang lebih tinggi,
cahaya tersebut melambat(begitu juga sebaliknya).7,8 Berkas cahaya mengubah arah
perjalanannya jika mengenai permukaan medium baru pada setiap sudut selain tegak lurus.
Ada dua faktor yang berperan dalam derajat refraksi, yaitu komparatif antara dua
media(semakin besar perbedaan densitas, semakin besar derajat pembelokan) dan sudut
jatuhnya berkas cahaya di medium kedua(semakin besar sudut, semakin besar pembiasan).
Arah lensa bergantung pada sudut kelengkungan. Suatu lensa dengan permukaan konveks
menyebabkan konvergensi, yaitu persyaratan untuk membawa suatu bayangan ke titik fokus.
Dengan demikian, permukaan refraktif mata bersifat konveks. Lensa dengan permukaan
konkaf menyebabkan divergensi berkas-berkas cahaya. Suatu lensa konkaf berguna untuk
7
memperbaiki kesalahan refraktif mata tertentu, misalnya berpenglihhatan dekat.6 Permukaan
kornea merupakan struktur pertama yang dilalui cahaya sewaktu masuk mata, yang
melengkung berperan paling besar dalam kemampuan refraktif total mata karena perbedaan
densitas pertemuan udara/kornea jauh lebih besar dari pada perbedaan densitas antara lensa
dan cairan yang mengelilinginya. Struktur-struktur refraksi pada mata harus membawa
bayangan cahaya terfokus di retina agar penglihatan jelas. Apabila suatu bayangan sudah
terfokus sebelum mencapai retina atau belum terfokus sewaktu mencapai retina, maka
bayangan tersebut tampak kabur. Berkas dari sumber cahaya yang terletak lebih dari 6
meter(20 kaki) dianggap sejajar saat mencapai mata.6,7,8 Untuk kekuatan refraktif mata
tertentu, sumber cahaya dekat memerlukan jarak yang lebih besar di belakang lensa agar
dapat memfokuskan daripada sumber cahaya jauh, karena berkas dari sumber cahaya dekat
masih berdivergensi sewaktu mencapai mata.
D(Dioptri) = 1/f
Ukuran daya bias lensa dinyatakan dalam meter. Daya bias lensa sferis(+) sebesar +1 dioptri
terjadi bila lensa tersebut mampu memfokuskan/mengkonvergensikan sinar datang yang
sejajar pada titik fokus 1 meter di belakang lensa tersebut. Sedangkan, +2 Ddipotri terjadi bila
fokus setengah meter di belakang lensa.
Gambar 4. Mata normal saat istirahat Gambar 5. Mata normal saat akomodasi
Sumber: Watson R. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Jakarta: EGC, 2002: 112.
Akomodasi
Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot
siliar. Akibat akomodasi, daya pembiasan lensa bertambah kuat. Kekuatan akomodasi akan
meningkat sesuai dengan kebutuhan, semakin dekat benda semakin kuat mata harus
berakomodasi. Kekuatan akomodasi sendiri di atur oleh refleks akomodasi. Ketika otot siliaris
melemas, ligamentum suspensorium tegang dan menarik lensa, sehingga lensa berbentuk 8
gepeng dengan kekuatan refraksi minimal.6,8,9 Ketika berkontraksi, garis tengah otot ini
berkurang dan tegangan di ligamentum supensorium mengendur. Sewaktu lensa kurang
mendapat tarikan dari ligamentum supensorium, lensa mengambil bentuk yang lebih
sferis(bulat) karena elastisitas inherennya. Ada dua teori akomodasi, yaitu:1
1. Teori akomodasi Hemholtz
Dimana Zonula Zinn kendor akibat kontraksi otot siliar sirkuler, mengakibatkan
lensa yang elastis menjadi cembung dan diameter menjadi kecil.
2. Teori akomodasi Thesmig
Dasarnya adalah bahwa nukleus lensa tidak dapat berubah sedang yang dapat
berubah bentuk adalah bagian lensa superfisial atau korteks lensa. Pada waktu
akomodasi terjadi tegangan pada zonula zinn sehingga nukleus lensa terjepit dan
bagian lensa superfisial di depan nukleus akan mencembung.
Mekanisme Kerja Mata
Fungsi utama mata adalah untuk memfokuskan berkas cahaya dari lingkungan ke sel-sel
batang dan kerucut, sel fotoreseptor retina. Cahaya melewati beberapa lapisan retina sebelum
mencapai fotoreseptor. Fotoresptor kemudian mengubah ennergi cahaya menjadi sinyal
listtrik untuk disalurkkan ke sistem saraf pusat. Lapisan paling luar retina mengandung sel
batang dan kerucut yang ujung-ujung peka cahayanya berhadapan dengan koroid. Cahaya
harus melewati lapisan ganglion dan bipolar sebelum mencapai fotoreseptor di semua daeraj
retina kecuali foveola. Di foveola, lapisan bipolar dan ganglion tertarik ke samping sehingga
cahaya secara langsung mengenai fotoreseptor.6-9 Sifat ini ditambah dengan kenyataan bahwa
hanya sel kerucut yang dijumpai di tempat ini, sehingga fovea menjadi titik untuk penglihatan
tajam. Makula lutea jugga memiliki konsentrasi sel keruucut yang tinggi dan memiliki
ketajaman yang cukup besar. Fotoreseptor terdiri dari tiga bagian, yaitu segmen luar, segmen
dalam dan sebuah terminal sinaps. Segmen luar terletak paling dekat dengan eksterior mata,
menghadap ke koroid dan medekteksi rangsangan cahaya. Segmen dalam terletak di
pertengahan panjang fotoreseptor dan menggandung perangkat mettabolik sel. Terminal
sinaps terletak paling dekat dengan interior mata, menghadap ke neuron bipolar dan
menyalurkan sinyal yang dihasilkan di fotoresepptor setelah mendapat rangsangan cahaya ke
sel-sel berikutnya pada jalur penglihatan. Segmen luar terdiri dari tumpukan lempeng-
lempeng membranosa pipih yang bbanyak mengandunng molekul-molekul fotopigmen.
Fotopigmen mengalami perubahan kimia apabila diaktifkan oleh cahaya. Suatu fotopigmen
9
terdiri dari protein enzimatik yang disebut opsin yang berikatan dengan retinen, suatu turunan
vitamin A. Terdapat empat jenis fotopigmen, satu di sel batang dan ketiga jenis lainnya di sel
kerucut.6,8,9 Yang terdapat di sel batang adalah rodopsin yang berfungsi menyerap semua
panjang gelombang cahaya tampak. Pada sel kerucut, terdapat sel kerucut merah, hijau, dan
biru yang berespon secara selektif terhadap berbagai panjang gelombang, sehingga
penglihatan warna dapat terjadi. Fototransduksi merupakan mekanisme eksitasi yang pada
dasarnya sama untuk semua fotoreseptor. Ketika menyerap cahaya, molekul fotopigmen
berdisosiasi menjadi komponen retinen dan opsin, dan bagian retinennya mengalami
perubahan bentuk yang mencetuskan aktivitas enzimatik opsin. Melalui serangkaian reaksi,
perubahan biokimia yang diinduksi oleh cahaya di fotopigmen menyebabkan penutupan
saluran-saluran Na+ gerbang zat perantara kimiawi di segmen luar membran. Salurann-saluran
ini berespon terhadap perantara kedua internal, yakni GMP siklik yang menghubungkan
penyerapan cahaya fotopigmen dengan penutupan saluran Na+. GMP siklik di intera sel yang
dalam keadaan gelap konsentrasinya tinggi, menjaga saluran-saluran Na+ di segmen luar
membran plasma terbuka. Saluran Na+ di fotoreseptor terbuka appabila tidak ada
rangsangan(dalam keadaan gelap). Kebocoran Na+ memasuki selyang berlangsung pasif
menyebabkan depolarisasi fotoreseptor dan menahan saluran-saluran Ca++ di terminal sinaps
tetap terbuka, sehingga zat perantara dapat dikeluarkan sewaktu keadaan gelap. Setelah
terpajan cahaya, konsentrasi GMP siklik menurun melalui serangkaian reaksibiokimia yang
dicetuskan oleh disosiasi retinen-opsin. Peristiwa ini menyebabkan penutupan saluran Na+
yang menghhentikan kebocoran Na+ akibat depolarisasi dan menimbulkan hiperpolarisasi
membran. Setelah itu, fotoreseptor mengalami potensial reseptor, sehingga fotoreseptor
mengalami inhibisi oleh rangsangan adekuatnyadan eksitasi apablia tidak mendapat
rangsangan. Potensial hiperpolarisasi dan penurunan pengeluaran zat perantara selanjutnya
berjenjang sesuai dengan intensitas cahaya. Fotoreseptor bersinap dengan sel bipolar. Sel-sel
ini kemudian berhubungan denggan sel ganglion yang aksonnya membentuk saraf optikus
untuk menyalurkan sinyal ke otak. Sel bipolar memperlihatkan potensial berjenjang serupa
dengan fotoreseptor.6,8,9 Potensial aksi belum muncul sampai di sel ganglion, neuron pertama
pada rantai penglihatan yang harus menyalurkan pean penglihatan melalui jarak yang jauh ke
otak. Fotopigmen yang telah mengalami perubahan dipulihkan ke konformasi semula dalam
keadaan gelapoleh mekanisme enzimatik. Informasi penglihatan dipisahkan dan dimodifikasi
di dalam jalur penglihatan sebelum diintegrasikan menjadi bayangan presepsi lapangan
pandang oleh korteks. Lapangan penglihatan yang dapat terlihat tanpa menggerakan kepala
10
dikenal sebagai lapangan pandang. Informasi yang mencapai korteks penglihatan di lobus
oksipitalis bukan replika dari lapangan pandang. Setelah itu, thalamus dan korteks penglihatan
menguraikan informasi penglihatan. Perhentian pertama di otak untuk informasi dalam jalur
penglihatan adalah nukleus genikulatus lateralis di talamus. Nukleus ini memisahkan
informasi yang diterima dari mata dan memancarkannya melalui berkas serat yang dikenal
sebagai radiasi optikus ke bagian-bagian korteks yang berlainan, yang masing-masing
mengolah aspek rangsangan penglihatan yang berbeda-beda. Nukleus genikulatus lateralis
dan tiap-tiap zona korteks yang mengolah informasi penglihatan memiliki peta topografiyang
mencerminkan retina titik-demi-titik. Peta saraf retina mengalami distorsi. Fovea daerah
retina yang memiliki ketajaman tertinggi memiliki representasi yang jauh lebih luas di peta
saraf daripada daerah-daerah perifer retina. Walaupun tiap-tiap belahan korteks penglihatan
menerima informasi secara stimulan dari bagian lapangan pandang yang sama seperti yang
diterima kedua mata tetapi tidak identik. Daerah tumpang tindih yang dilihat oleh kedua mata
pada saat yang sama dikenal sebagai lapangan pandang binokuler, yang penting untuk
presepsi kedalaman. Korteks penglihatan primer tersusun menjadi kolom-kolom fungsional
yang masing-masing mengolah informasi dari sebagian kecil daerah retina. Kolom
independen yang berselang-seling menerima informasi mengenai titik yang sama dalam
lapangan pandang dari mata kanan dan kiri. Otak memanfaatkan sedikit perbedaan dalam
informasi yang diterima dari kedua mata untuk memperkirakan jarak yang diterima dari kedua
mata untuk memperkirakan jarak, yang memungkinkan kita memprespsikan benda tiga
dimensi dalam kedalaman ruang. Di dalam korteks, informasi penglihatan mula-mula diolah
di korteks penglihatan primer, kemudian diproyeksikan ke daerah-daerah penglihatan yang
lebih kompleks dan abstraksi.6,8,9 Terdapat tiga jenis neuron korteks penglihatan, yaitu sel
sederhana, kompleks dan hiperkompleks. Sel sederhana dan kompleks saling bertumpuk satu
sama lain di dalam kolom-kolom korteks di korteks penglihatan primer. Sel hiperkompleks
ditemukan di daerah-daerah pengolahan visual yang lain. Sel korteks hanya mengeluarkan
potensial aksi apabila menerima pola iluminasi tertentu yang telah diprogramkan kepadanya.
Pola-pola ini disusun oleh hubungan-hubungan konvergen yang berasal dari fotoreseptor yang
terletak berdekatan di retina. Sel hiperkompleks menambah dimensi baru untuk pengolahan
visual dengan hanya berespon terhadap batas, sudut, dan kelengkungan tertentu. Dengan cara
ini, pola mirip-titik fotoreseptor di retina yang dirangsang oleh berbagai intensitas cahaya di
korteks ditransformasikan menjadi informasi mengenai kedalaman, posisi, orientasi,
11
pergerakan, kontur dan panjang. Sebagian masukan penglihatan diproyeksikan ke daerah-
daerah otak lain untuk tujuan-tujuan selain presepsi penglihatan langsung.6,8,9
Pemeriksaan Kelainan Penglihatan
Pemeriksaan pada mata bertujuan untuk membuat diagnosa penyakit pada mata. Ada berbagai
macam alat untuk menilai keadaan mata kita, yaitu Tonometer, loupe dengan sentolop,
oftalmoskop, kampimeter, fluoresein, anel, eksoftalmometer hertel, isihara atau buta warna,
kisi-kisi amsler, papan placido, gonioskopi, ultrasonografi, elektroretinografi, dan visual
evoked response.1 Selain alat-alat tersebut, juga terdapat snellen card yang berfungsi untuk
pemeriksaan tajam penglihatan. Setiap mata diperiksa terpisah dan biasakan memeriksa tajam
penglihatan kanan terlebih dahulu. Pemeriksaan tajam penglihatan ini sebaiknya dilakukan
pada jarak 5 atau 6 meter, karen apada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan
beristirahata atau tanpa akomodasi.1
V = d/D
Keterangan : V = acies visus(ketajaman penglihatan)
D = Jarak dimana mata E masih dapat mengenal jelas huruf yang terkecil
d = Jarak antara mata pasien dan optotipi snellen
Kesimpulan
Mata merupakan organ terpenting dalam tubuh kita. Proses masuknya informasi pada mata
sangat rumit, yaitu melalui adneksa sampai masuk ke retina dan jaras visual. Refraksi,
struktur makroskopis dan mikroskopis, dan mekanisme kerja mata sangat mempengaruhi
untuk terjadinya penglihatan yyang normal(emetropia). Jika terjadi kesalahan pada salah satu
fungsi, maka akan terjadi kelainan pada mata. Cara untuk mengetahui kelainan tersebut
adalah dengan melakukan pemeriksaan-pemeriksaan pada mata bagian luar maupun dalam
sampai ke otak.
Daftar Pustaka
1. Sidarta HI. Ilmu penyakit mata. Ed 3. Jakarta. Balai Penerbit FKUI, 2005.
2. Riordan EP, Whitcher JP. Vaughan & asbury oftamology umum. Ed 17. Jakarta. EGC,
2007.
3. James B, Chew C, Bron A. Oftamologi. Ed 9. Jakarta. Erlangga, 2006.12
4. Chapman, Hall JE. Buku ajar Histologi. Ed 12. Jakarta. EGC, 2002.
5. Arifin FG, Kartawiguna E. Penuntun praktikum kumpulan foto mikroskopik histologi.
Jakarta. Penerbit universitas Trisakti, 2009.
6. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta. EGC, 2004.
7. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 2. Jakarta. EGC, 2001.
8. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 11. Jakarta. EGC, 2008.
9. Tortora GJ, Derrickson BH. Principles of anatomy and physiology. Ed12. Asia. John
wiley and sons, 2009.
13