tiket aplikasi histopatologi

24
Aplikasi histopatologi http://sandykyen.blogspot.com/2010/01/aplikasi-histopatologi.html I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha-usaha pengembangan diagnosis penyakit dan isolasi patogen dari organ dalam tubuh akan membantu dalam manajemen penyakit yang bersangkutan. Dari hasil tersebut dapat dilakukan pengambilan keputusan dalam usaha-usaha pencegahan penyakit, termasuk pembuatan vaksin dan vaksinasi. Mengingat diagnosis adalah kunci utama keberhasilan dalam upaya pengendalian penyakit. Oleh karena itu metode diagnosis yag benar akan dapat ditentukan jenis penyakitnya sehingga dapat dipilih tindakan preventif dan kuratif. Penyingkapan terhadap kasus penyakit harus dilakukan secara tuntas untuk menunjang kebenaran diagnosis. Salah satu metode yang dipilih untuk pengamatan terhadap parameter biologis adalah melalui pengamatan histopatologi. Pemeriksaan histologi adalah salah satu cara untuk mendeteksi adanya komponen patogen yang bersifat infektif melalui pengamatan secara mikro anatomi. Pemeriksaan histopatologi dilakukan melalui pemeriksaan terhadap perubahan-perubahan abnormal pada tingkat jaringan. Pemeriksaan histopatologi bertujuan untuk memeriksa penyakit berdasarkan pada reaksi perubahan jaringan. Pemeriksaan ini dilakukan melalui pemeriksaan terhadap perubahan-perubahan abnormal pada tingkat

Upload: lyrievha-arin

Post on 01-Jul-2015

351 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: tiket Aplikasi histopatologi

Aplikasi histopatologi

http://sandykyen.blogspot.com/2010/01/aplikasi-histopatologi.html

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha-usaha pengembangan diagnosis penyakit dan isolasi patogen dari

organ dalam tubuh akan membantu dalam manajemen penyakit yang

bersangkutan. Dari hasil tersebut dapat dilakukan pengambilan keputusan dalam

usaha-usaha pencegahan penyakit, termasuk pembuatan vaksin dan vaksinasi.

Mengingat diagnosis adalah kunci utama keberhasilan dalam upaya pengendalian

penyakit. Oleh karena itu metode diagnosis yag benar akan dapat ditentukan jenis

penyakitnya sehingga dapat dipilih tindakan preventif dan kuratif. Penyingkapan

terhadap kasus penyakit harus dilakukan secara tuntas untuk menunjang

kebenaran diagnosis.

Salah satu metode yang dipilih untuk pengamatan terhadap parameter

biologis adalah melalui pengamatan histopatologi. Pemeriksaan histologi adalah

salah satu cara untuk mendeteksi adanya komponen patogen yang bersifat infektif

melalui pengamatan secara mikro anatomi. Pemeriksaan histopatologi dilakukan

melalui pemeriksaan terhadap perubahan-perubahan abnormal pada tingkat

jaringan. Pemeriksaan histopatologi bertujuan untuk memeriksa penyakit

berdasarkan pada reaksi perubahan jaringan.

Pemeriksaan ini dilakukan melalui pemeriksaan terhadap perubahan-

perubahan abnormal pada tingkat jaringan. Pemeriksaan ini hendaknya disertai

dengan pengetahuan tentang gambaran histologi normal jaringan, respon jaringan

terhadap etiologi dan patologi komparatif terhadap hewan-hewan kelas tinggi.

Kepentingan pemeriksaan histopatologi dalam diagnose penyakit infeksi selain

diketahui kemungkinan penyebab infeksinya, juga dapat dilakukan klasifikasi

penyakit berdasarkan waktu dan distribusi penyakit. Dalam penentuan penyebaran

infeksi dan tingkat keberlangsungan infeksi dapat dilihat dari peradangan dan

infiltrasi sel radang yang ada (Purnomowati, dkk cit Kurniasih, 2002). Dalam

kasus-kasus subklinis kelebihan metode ini adalah terdeteksinya penyakit infeksi

pada ikan-ikan yang tidak menunjukkan gejala klinik. Selain itu pemeriksaan

histopatologi juga ditujukan untuk mendeteksi sedini mungkin adanya penyakit

metabolisme.

Page 2: tiket Aplikasi histopatologi

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Kuliah seminar 1 sks bertujuan untuk memperoleh pengetahuan,

keterampilan dalam penyusunan makalah dan mempresentasikannya.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui teknik histopatologi dalam diagnosis penyakit

viral pada udang windu.

b. Mempelajari aplikasi histopatologi untuk diagnosis penyakit

viral pada udang windu.

C. Manfaat

Seminar 1 sks ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan,

pengetahuan, keterampilan mahasiswa mengenai aplikasi

histopatologi untuk diagnosis penyakit viral pada udang windu.

II. POKOK PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN

A. Histopatologi

Histopatologi adalah cabang biologi yang mempelajari kondisi

dan fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit.

Histopatologi sangat penting dalam kaitannya

dengan diagnosispenyakit karena salah satu pertimbangan dalam

penentuan diagnosis adalah melalui hasil pengamatan terhadap

jaringan yang diduga terganggu. Histopatologi dapat dilakukan

dengan mengambil sampel jaringan atau dengan mengamati jaringan

setelah kematian terjadi. Dengan membandingkan kondisi jaringan

sehat terhadap jaringan sampel dapat diketahui apakah suatu

penyakit yang diduga benar-benar menyerang atau tidak (Anonim,

2008).

Aplikasi histopatologi merupakan suatu cara membuat preparat

dengan menipiskan sel jaringan dari organ-organ tubuh baik ikan

maupun udang . Untuk itu jaringan halus dapat ditanam pada parafin

dengan pembekuan, selanjutnya jaringan dipotong. Prasyarat untuk

mendapatkan histopatologi dan histokimia yang tepat dapat diperoleh

dengan mengamati preparat dibawah mikroskop elektron. Preparat

dari histopat mempunyai tanda spesifik yang terlihat dari jaringan sel

dan struktur jaringan akibat serangan patogenisitas. Prosedur dari

Page 3: tiket Aplikasi histopatologi

aplikasi histopatologi organ udang atau ikan yang terinfeksi adalah

mempunyai dasar dari metode histologi (Eg hofman 1961, Stohr et,

1963; Voss 1964 dalam Scaperclause, 1992). Berdasarkan penelitian

yang dilakukan Fahris, Setyowati dan Taslihan ( 2004), pembuatan

preparat histology dapat dilihat pada gambar 1.

Menurut Suntoro (1983), histopatologi jaringan bertujuan untuk

melihat kemungkinan adanya mikroorganisme yang bersifat patogen

dalam jaringan hewan atau manusia. Histopatologi juga bermanfaat

untuk membedakan luka akibat racun atau bakteri dengan struktur

normal.

B. Teknik Histopatologi

Teknik histopatologi merupakan suatu cara yang dilakukan untuk

melihat perubahan metobolisme dari perubahan jaringan yang terjadi.

Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap udang yang sakit, diduga sakit

dan yang sudah mati. Pemeriksaan kondisi udang ditempat

pemeliharaan dan lingkungan sangat membantu dalam menentukan

diagnosis penyakit. Menurut Kurniasih (1999), peralatan yang

digunakan dalam teknik histopatologi meliputi:

Alas dari bahan kayu/ plastik untuk pemotong jaringan.

Scalpel untuk memotong jaringan menjadi ukuran lebih kecil.

Pensil dan kertas untuk memberi tanda/ kode jaringan.

Cassette berukuran kurang lebih 3 x 4 x 1 cm untuk menaruh

jaringan setelah dipotong kecil-kecil.

Tabung gelas berukuran 500- 1000 cc sebanyak kurang lebih 10

buah untuk proses dehidrasi, clearing dan bloking dengan parafin.

Microtome untuk memotong jaringan setebal 4-7 um.

Waterbath untuk mengembangkan hasil potongan jaringan yang

ditaruh diobyek gelas.

Mesin pemanas (incubator temp 56oC – 60oC) untuk mencairkan

parafin selama proses blocking.

Kulkas untuk menyimpan bahan kimia dan menyimpan hasil

blocking.

Gelas obyek dan gelas penutup (cover).

Light/ compound mikroskop.

Page 4: tiket Aplikasi histopatologi

Gambar 1. Skema pembuatan preparat histologi dengan pengecatan

Haematoxylen dan Eosin (H&E)

1. Fiksasi

Fiksasi bertujuan agar jaringan mati secepatnya sehingga tidak terjadi

perubahan pasca mati (autolisis post mortem) sehingga struktur jaringan sampel

dapat dipertahankan seperti saat udang masih hidup (Gambar 1). Fiksasi ini

dilakukan dengan cara perendaman sampel pada larutan Davidson selama 24- 72

jam. Dengan perbandingan 1 bagian specimen dan 10 bagian larutan Davidson.

Sebelum dimasukkan dalam larutan fiksatif untuk udang tokolan (berat 10 gram)

atau lebih besar dilakukan penyuntikan dengan larutan Davidson kemudian

dipotong sedemikian rupa sehingga organ-organ target tidak rusak apabila contoh

diterima dalam kondisi terfiksasi. Larutan fiksasi yang digunakan dalam

pemeriksaan ini adalah Larutan Davidson. Dalam pemeriksaan histopatologi pada

crustacea, termasuk udang, larutan yang direkomendasikan sebagai larutan fiksatif

adalah larutan Davidson yang terdiri dari :

Ethanol 95 % 330 ml

Formalin 37 % 220 ml

Asam Asetat Glasial 115 ml

H2O 335 ml

2. Preparasi organ atau jaringan target dari contoh

Organ atau jaringan untuk pemeriksaan WSSV adalah insang, jaringan

subkutikular, lambung dan atau chepalothorax; untuk pemeriksaan YHV adalah

insang, organ limpoid, jaringan subkutikular, lambung, dan atau chepalothorax;

untuk MBV dan HPV adalah hepatopankreas. Seluruh organ target dalam

pemeriksaaan dimasukkan dalam kaset embedding. Untuk larva udang seluruh

bagian tubuh langsung dimasukkan dalam kaset embeding

3. Dehidrasi

Tahap ini merupakan proses menarik air dari jaringan dengan menggunakan

bahan kimia tertentu. Bahan kimia untuk dehidrasi mempunyai sifat antara lain;

mengeluarkan air dari jaringan, menggantikan dan digantikan oleh bahan

penjernih (clearing), tidak mengubah sifat sediaan yang telah difiksasi. Proses ini

dimulai dengan perendaman pada larutan alkohol 70 % hingga tahap perendaman

alkohol 100% seperti yang ada pada gambar 2.

Page 5: tiket Aplikasi histopatologi

Stop

Start

Gambar 2. Bagan diagram alir dan bahan kimia yang diperlukan dalam jaringan

pada automatic tissue processor.

4. Clearing

Tahap ini bertujuan untuk menghilangkan bahan kimia dehidrasi sehingga

contoh sampel menjadi transparan. Bahan clearing ini mempunyai sifat mampu

menggantikan mengantikan bahan kimia dehidrasi, mampu melarutkan parafin.

Bahan yang dipergunakan adalah xylol sesuai dengan yang dilaksanakan pada

gambar 2.

5. Infiltrasi

Teknis histologi ini untuk menyusupkan paraffin ke dalam jaringan sampel

untuk menggantikan xylol yang telah hilang, sehingga sampel tidak rusak waktu

pemotongan dengan mikrotom (lampiran 1.1).

6. Teknik embedding

Setelah clearing dan infiltrasi jaringan diambil dan ditempatkan

pada paraffin mold dengan posisi sesuai tujuan pemeriksaan kemudian

ditambahkan paraffin cair dan ditutup dengan cassete embedding. Selanjutnya

dibekukan dan siap dipotong. Sebelum dipotong dilakukan proses trimming.

Sampel yang sudah diiris pada bagian yang mengalami perubahan dimasukkan

kedalam cassete embedding yang sudah diberi label dengan menggunakan pensil

(lampiran 1.5).

7. Pemotongan

Pemotongan dilakukan dengan menggunakan mikrotom dengan ketebalan

irisan 4-6 um. Hasil pemotongan diregangkan pada permukaan air floating

bath (lampiran 1.2) yang bersuhu 45oC. Selanjutnya dilakukan penempelan irisan

pada gelas objek yang telah diolesi dengan albumin-gliserin.

8. Pewarnaan jaringan dan sediaan preparat

Pewarnaan ini dipergunakan dengan teknik pewarnaan ganda haematoksilin

dengan eosin. Proses pewarnaan dimulai dengan contoh sediaan (slide) lampiran

1.6 yang direndam dalam xylol I yang dapat dilihat pada gambar 3.

8.1.Deparafinasi dan rehidrasi

Page 6: tiket Aplikasi histopatologi

Tahap ini bertujuan untuk memberikan air pada contoh jaringan dari alkohol

konsentrasi tinggi ke alkohol konsentrasi rendah dengan cara sampel dipindahkan

dan direndam dalam alkohol absolut I hingga selanjutnya yang terpapar pada

gambar 3.

8.2.Pewarnaan

Selanjutnya contoh sampel dipindahkan dan direndam dalam haematoksilin

selama 15 menit hingga tahap perendaman dalam eosin selama 2-5 menit yang

terpapar pada gambar 3.

8.3.Dehidrasi

Kemudian contoh sampel dipindahkan dan direndam dalam alkohol 95 %

hingga tahap perendaman pada xylol II selama 2 menit (Gambar 3).

8.4.Pelekatan

Merupakan proses perekatan gelas pentup dengan zat perekat supaya

sediaan jaringan tidak rusak. Pelekatan ini dilaksanakan setelah proses diatas

kemudian angkat contoh sediaan dan keringkan pada suhu kamar dan parafn

dibersihkan. Setelah preparat kering, ditetesi dengan bahan perekat entellan.

8.5.Penutupan

Tahap ini bertujuan untuk menempelkan gelas penutup sedemikian rupa

sehingga tidak ada gelembung udara. Selanjutnya jaringan siap diamati

dimikroskop.

Gambar 3. Bagan diagram alir dan bahan kimia yang diperlukan dalam jaringan

pada Hematoxylen dan eosin (H & E)

9. Pengamatan

Pengamatan hasil untuk diagnosis dengan metode komparasi dibawah

mikroskop cahaya pada pembesaran 100- 1000 x:

a. Preparat menunjukkan positif WSSV apabila ditemukan cirri

perubahan sebagai berikut hiperthropi inti sel, adanya benda asing

(inclusion body) tunggal bersifat eosinofilik di dalam inti sel, serta

kromatin menepi kearah membran inti.

b. Preparat menunjukkan positif HPV apabila ditemukan cirri perubahan

sebagai berikut abnormal hepatopankreas berupa benda inklusi

tunggal dalam inti sel yang bersifat eosinofilik.

Page 7: tiket Aplikasi histopatologi

c. Preparat menunjukkan positif MBV apabila ditemukan cirri perubahan

sebagai berikut abnormal hepatopankreas berupa kumpulan benda

oklusi dalam inti sel yang menyerupai kumpulan buah anggur yang

bersifat basofil.

d. Preparat menunjukkan positif YHV apabila ditemukan ciri sebagai

berikut abnormal berupa benda inklusi di tepi inti atau perinuklea

yang bersifat basofil.

C. Identifikasi penyakit Viral

Jenis virus yang menyebabkan penyakit pada udang penaeid ada 8 macam,

yaitu BP (Baculovirus Penaeid), BMN (Baculoviral Midgut gland Necrosis),

MBV (Monodon Baculovirus), IHHNV (Infectious Hypodermal and

Hematopoietic Necrosis Virus), HPV (Hepatopancreatic Parvo-like Virus), YHV

(Yellow Head Virus), WSSV (White Spots Syndrome Virus) dan HPVREO

(Hepatopancreatic Reo-like Virus). Beberapa virus tersebut berasal dari strain

yang berbeda (Tabel 1) dan sering menyerang udang penaeid dengan tingkat

infeksi yang berbeda (Tabel 2). Secara umum bagian tubuh yang terserang virus

jenis Baculovirus adalah sel epitel hepatopancreas dan usus tengah. Untuk

mengetahui gejala serangan virus jenis ini dapat diamati dibawah mikroskop

melalui pemeriksaan histologi (Adisukresno, 1994).

Tabel 1. Jenis-jenis virus yang menginfeksi udang Penaeid

Tabel 2. Inang yang terinfeksi virus DNA dan RNA secara alami maupun

eksperimental

Menurut Murdjani (2008), Diantara jenis penyakit yang paling banyak

membawa kerugian karena terjadinya kematian adalah akibat penyakit bercak

putih viral (WSSV), MBV(Monodon Baculo Virus) dan IHHNV(Infectious

Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus). Penyakit jenis ini paling banyak

ditemukan dan mengakibatkan kematian masal pada budidaya udang windu, baik

teknologi intensif, semiintensif dan sederhana.

1. Penyakit bercak putih viral (White Spots Syndrome Virus,

WSSV)

Penyakit yang paling sering ditemukan terkait dengan kematian adalah

penyakit bercak putih viral. Udang yang terserang penyakit ini menunjukkan

tanda adanya bercak putih di seluruh tubuhnya, dari karapas hingga pangkal ekor.

Page 8: tiket Aplikasi histopatologi

Penyebab penyakit bercak putih viral adalah White Spots Syndrome Virus

(WSSV), yang termasuk keluarga Nimaviridae (Gambar 4).

Gambar 4. Udang yang terserang bercak putih viral, terlihat bercak keputihanpada

seluruh tubuh, dan karapas udang (kiri), gambar mikroskopi bercak

(kanan).

Udang yang terserang virus bercak putih biasanya terlihat lemah, berenang

ke tepi dan mati. Kematian masal umumnya terjadi dalam jangka waktu 3 hari

sejak gejala pertama ditemukan. Selain bercak putih udang juga berlumut

(Gambar 5), maka udang harus segera dipanen sebelum terjadi kematian lebih

banyak. Apabila udang terserang masih kelihatan bersih, insang juga bersih maka

perlakuan perbaikan kualitas lingkungan, pemberian vitamin C dan pemberian

ikan rucah untuk merangsang nafsu makan, masih dapat membantu untuk

penyembuhan.

Gambar 5. udang berlumut sebagai tingkat serangan akut.

2. Infeksi Monodon Baculo Virus (MBV)

Jenis virus MBV merupakan jenis virus yang umum ditemukan dalam

budidaya udang pada sekitar tahun 1990, dan dikenal sebagai penyebab penyakit

kematian udang umur 1 bulan (one month dead syndrome). Akibat serangan virus,

banyak tambak yang gagal panen dan mengalami kematian prematur.

Monodon Baculo Virus (MBV) merupakan virus

keluargabaculovirus, yaitu virus bentuk batang berbahan genetik DNA untai

ganda (dsDNA, double strand deoxyribonucleic acid). Virus ini dalam inti sel

inang yang terinfeksi membentuk occlusion body. Koloni virion dengan matriks

berupa protein sebagai perekat membentuk kristal seperti bola dalam inti sel

hepatopankreas udang yang terinfeksi (Gambar 4). Kristal virus seperti ini disebut

sebagai occlusion body. Inti sel yang terinfeksi virus umumnya membesar

(hypertrophied), berisi beberapa kristal virus yang berbentuk bulat. Jaringan yang

terinfeksi virus selanjutnya akan segera mengalami kerusakan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Madeali, Tompo dan Muliani

(1998), terjadi kelainan pada jaringan hepatopankreas yaitu inclusion body

sebagai akibat kerja dari virus pathogen. Inclusion body yang nampak pada

jaringan yang diamati merupakan ciri-ciri morfologi dari virus yang didasarkan

Page 9: tiket Aplikasi histopatologi

atas petunjuk dari Lightner (1996). Penampakan secara morfologi daninclusion

body yang terjadi pada inti sel dalam jaringan udang yang terserang penyakit viral

dapat dilihat pada gambar 6 dan gambar 7. Secara morfologi, gejala serangan

penyakit viral yang disebabkan MBV dapat dilihat adanya perubahan warna kulit

menjadi merah pada segmen (segmen merah) dan terdapat bercak putih pada

bagian kulit udang yang terserang WSSV.

Gambar 6. Penampakan Hepatopankreas udang normal (A = nucleus berada

ditengah sel), udang terserang MBV (B =Inclusion Body yang berwarna

kemerahan), udang yang terserang WSBV (C = Inclusion Body yang

berwarna merah jambu), dan udang yang terserang HPV (D =Inclusion

Body yang berwarna violet).

Gambar 7. Penampakan secara morfologis udang sehat (A =warna hijau

kehitaman), udang terserang MBV (B = warna merah pada abdomen) dan

udang terserang WSBV ( C = spot putih pada karapas)

3. Infectious hematopoietic and hypodermal necrotic

virus (IHHNV)

Jenis virus lain yang menginfeksi udang dan mengakibatkan kerugian

adalah IHHNV (Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus).

Udang yang terinfeksi virus ini tumbuh kerdil (Gambar 8). Dalam satu tambak

dengan ukuran udang kerdil dengan porsi lebih dari 30% kemungkinan

disebabkan oleh IHHNV. Multiinfeksi virus juga dapat terjadi pada satu tubuh

udang, misalnya kombinasi dengan WSSV dan MBV (Monodon Baculo Virus).

Gambar 8. Udang kerdil karena terinfeksi IHHNV

Virus IHHNV merupakan virus dengan bahan asam nukleat untai tunggal

(ssDNA) dari kelas parvovirus, yang dicirikan dengan adanya benda

inklusi, inclussion body yaitu merupakan koloni virus dengan tanpa adanya

matrik. Intisel yang terinfeksi virus biasanya membesar dibandingkan dengan

normal. Diagnosis dilakukan dengan prosedur histopatologis, jaringan

hepatopankreas menggunakan larutan fiksatif Davidson. Diagnosis positif dengan

ditemukannya benda inklusi (koloni virus tanpa matriks) dalam inti sel yang

terinfeksi (Gambar 9a dan 9b).

a

Page 10: tiket Aplikasi histopatologi

b

Gambar 9a. Infeksi monodon baculovirus pada hepatopankreas, terlihat occlusion

bodies (tanda panah) pada hepatosit yang terinfeksi (kiri),

Gambar 9b.Infeksi hepatopancreaticparvo-like virus, terlihat inclussion bodies

pada inti sel hepatosit (tanda kepala panah).

Serangan penyakit dapat mengakibatkan kematian masal hingga mencapai

100% dalam waktu yang sangat singkat yaitu hanya 2 hari sejak gejala pertama

tampak. Udang yang terserang biasanya berenang ke tepi dekat pematang, lemah,

kehilangan nafsu makan dan akhirnya mati.

Menurut anonim (1997), inclusion body merupakan timbunan yang

abnormal dari massa protein di dalam sitoplasma ataupun nucleus yang terjadi

akibat infeksi virus tertentu. Benda inklusi intanuklear dapat pula ditemukan pada

tumor atau keracunan bahan toksik tertentu. Benda inklusi tersebut merupakan

hasil penjuluran dari sitoplasma ke dalam nucleus. Perubahan makroskopik

tergantung dari agen penyebab terbentuknya benda inklusi tertentu. Perubahan

mikroskopik ditandai oleh adanya timbunan benda asing yang bentuknya

bervariasi di dalam sitoplasma atau nukleus. Benda asing tersebut dapat berwarna

eosinofilik, basofilik ataupun amfofilik.

III. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Histopatologi adalah salah satu cara untuk mendeteksi adanya komponen

pathogen yang bersifat infektif melalui pengamatan secara mikro antomi yang

bertujuan untuk memeriksa penyakit berdasarkan pada reaksi perubahan

jaringan.

2. Kelebihan metode ini adalah terdeteksinya penyakit infeksi pada ikan ataupun

udang yang tidak menunjukkan gejala klinik sehingga mendeteksi sedini

mungkin adanya penyakit metabolisme.

3. Diagnosis penyakit viral secara histopatologi dilakukan berdasarkan perubahan

karakteristik jaringan.

B. Saran

Pemeriksaan histopatolgi sebaiknya disertai dengan pengetahuan tentang

gambaran histologi normal jaringan, respon jaringan terhadap etiologi dan

patologi komparatif terhadap hewan-hewan kelas tingkat tinggi dan rendah.

Page 11: tiket Aplikasi histopatologi

DAFTAR PUSTAKA

Adisukresno, S. 1994. Petunjuk Pelaksanaan Penanggulangan Penyakit Ikan.

Direktorat Bina Sumber Hayati. Jakarta.

Anonim. 1997. Petunjuk Praktikum Patologi Sistematik. Laboratorium Patologi

FKH-UGM. Yogyakarta.

Anonim. 2008. Histopatology. www.wikipedia.org>. Diakses tanggal 4 November

2008.

Fahris, N., Setyowati, J., dan Taslihan, A. 2004. Identifikasi Histologi Kondisi

Malnutrisi dan Infeksi Patogen Pada Udang dan Ikan. Laporan Tahunan

Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau. Jepara.

Kurniasih. 1999. Petunjuk Proses Jaringan dan Atlas Histologi Ikan.

Laboratorium Patologi FKH-UGM. Yogyakarta. Jakarta.

Lightner, D. V. 1996. A handbook of Shrimp Pathology and Diagnostic Procedur

for Diseases of Cultured Penaeid Shrimp. The World Aquaculture

Society. Baton Rouge, Louisiana. USA.

Madeali, M.I., Tompo, A., Muliani. 1998. Diagnosis Penyakit Viral pada Udang

Windu Penaeus monodon Secara Histopatologi dan Antibodi Poliklonal

Dengan Metode Elisa. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 4: 11-18.

Murdjani, M. 2007. Penerapan Best Management Practise Pada Budidaya Udang

Windu (Penaeus monodon Fabricius) Intensif. www.dkp.go.id>. Diakses

tanggal 4 November 2008.

Purnomo, R., Hartono, P., dan Nirasari. 2002. Pengelolaan Kesehatan Ikan

Budidaya Laut. Balai Budidaya Laut Lampung.

Scaperelaus, W. 1992. Fish Disease. Vol.I. A. A Balkema. Rotterdam.

Suntoro, S.H. 1983. Metode Pewarnaan; Histologi dan Histokimia. Bhratara

Karya Aksara. Jakarta.

LAMPIRAN I

Lampiran 1.1 Mikrotom Lampiran 1.2 Water Bath

Lampiran 1.3 automatic tissue

processor

Lampiran 1.4 Waterbath bloking

Lampiran 1.5 Hasil Bloking parafin Lampiran 1.6 slide

LAMPIRAN 2

Page 12: tiket Aplikasi histopatologi

DAFTAR ISTILAH DALAM APLIKASI HISTOPATOLOGI

1. Embedding

Teknik pencetakan organ dengan parafin (dengan titik didih 52-58 oC) untuk

memudahkan pengaturandalam pemotongan jaringan.

2. Organ target

Organ yang menjadi sasaran infeksi patogen (virus) dan digunakan sebagai

objek pemeriksaan.

3. Preparasi jaringan

Teknik pemotongan organ target penyakit virus tertentu untuk memudahkan

dalam proses jaringan.

4. Hyperthropi

Peningkatan ukuran dari suatu jaringan, organ atau bagian tertentu dari

tubuh yang disebabkan oleh meningkatnya ukuran dari sel.

5. Tissue processor

Alat dalam proses histopatologi bekerja secara automatis digunakan untuk

memproses jaringan sampel untuk dehidrasi, clearing, infiltrasi dan paraffin.

6. Mikrotom

Alat yang dipergunakan sebagai tempat pisau untuk memotong jaringan

sampel setebal 5 um.

7. Eosinofilik

Bagian sel seperti inti menyerap zat pewarna eosin sehingga berwarna

merah.

8. Basofil

Bagian sel seperti inti yang menyerap zat pewarna Haematoxylen sehingga

berwarna ungu atau biru.

9. Inclusion body

Suatu bentuk karena virus di dalam sel maupun inti sel yang ukurannya

biasa lebih besar dari inti sehingga inti yang sesungguhnya berpindah ke dekat

membran inti atau membran sel.

10. Sub kutikular

Bagian dari jaringan kutikular yang letaknya dibagian dalam (sebelum)

kutikular (kulit).

Page 13: tiket Aplikasi histopatologi

11. Chepalothorax

Bagian tubuh yang merupakan gabungan dari dada(thorax) dan kepala

(chepalo)

12. Hepatopankreas

Merupakan gabungan organ terdiri dari hepar (hati) dan pancreas.

13. Perinuclear

Menunjukkan tempat ditepi inti sel.

14. Piknotik

Adanya perubahan pada nukleus yang ditandai oleh adanya kondensasi

kromatin nukleus menjadi suatu massa yang tercat lebih gelap dan bulat,

homogeni dan lebih kecil dari nukleus normal.

15. Trimming

Teknik pemotongan blok parafin untuk memudahkan pemotongan contoh

sampel pada mikrotom sehingga lebih efisien dan baik

16. Oklusion body

Adanya suatu bentuk karena virus didalam sel yang ukurannya bias lebih

besar daripada inti, bias berkelompok maupun soliter.

17. Floating bath

Pemanas air pada suhu tertentu (40-45oC) untuk meregangkan hasil

pemotongan jaringan dari mikrotom.

18. Karioreksis

Perubahan pada nukleus yang ditandai dengan adanya fragmentasi nukleus

menjadi beberapa bagian kecil.

19. Fiksasi

Teknik pengawetan organ agar struktur sel dan jaringan tidak mengalami

kerusakan akibat perubahan pasca mati

Diskusi

1. Penanya : Ahmad Mubarok

Dari beberapa jaringan yang ada seperti jaringan insang, chepalothorak, dan

lainnya. Yang manakah yang paling efektif untuk dilakukan diagnose?

Jawab : Berdasarkan jaringan yang teramati dalam kasus diagnose, jaringan

yang paling efektif untuk diamati adalah jaringan insang. Hal tersebut

Page 14: tiket Aplikasi histopatologi

dikarenakan jaringan insang keberadaannya langsung kontak dengan

lingkungan luar terutama perairan sehingga diduga paling awal

terinfeksi oleh bakteri, jamur dan virus adalah insang. Selain itu, tidak

dipungkiri juga bahwa di jaringan chepalothorak, liver, ginjal bila

pada ikan juga sering terinfeksi oleh patogenitas karena jaringan

tersebut merupakan lokasi organ terakumulasinya bahan-bahan racun

dan patogenitas.

2. Penanya : Gilang Nuansa Desa

Bagaimana efektifitas deteksi histopatologi dengan PCR !!Manakah yang

efektif?

Jawab : Histopatologi merupakan cabang biologi yang mempelajari kondisi

dan fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit deteksi ini

dapat digunakan untuk melihat gejala perubahan dalam jaringan yang

mana belum mengakibatkan dampak pada organism udang sendiri

sehingga dapat mendeteksi lebih awal terhadap kerusakan jaringan

akibat virus atau bakteri lainnya. Bila dibandingkan dengan metode

PCR, metode histology hanya dapat mendeteksi pada tingkat jaringan

namub metode PCR sudah dapat deteksi pada tingkat strain DNA atau

RNA virus tersebut dengan waktu deteksi yang relative singkat.

Dengan demikian, diantara deteksi tersebut PCR memiliki keefektifan

lebih untuk pemeriksaan virus.

3. Penanya : Ishak Katulistiwa

a. Dari tampilan slide sampel yang dijelaskan adalah tampilan chepalothorak,

kenapa tidak dilakukan dijaringan itu untuk efektifitasnya?

Jawab : Sebenarnya tampilan untuk histology pada jaringan insang sudah

ada hanya tidak dilampirkan dalam tampilan slide.keefektifan

dalam deteksi virus sebaiknya tidak hanya pada insang karena

dalam sebuah laboratorium kesehatan ikan, setiap sampel dating

akan diambil bagian-bagian organ seperti organ dalam (hati, ginjal,

usus, lambung, jantung pada ikan dan chepalotorak pada udang)

dan organ keras (insang, mata dan otak).

Page 15: tiket Aplikasi histopatologi

b. Dalam keadaan seperti apa histopatologi dilakukan? Dan biayanya lebih

mahal atau murah bila dibandingkan dengan diagnose yang lain?

Jawab : Histopatologi biasanya dilakukan saat keadaan disuatu tambak

mendengar isu atau berita tentang wabahnya virus tertentu sehingga

untuk penanggulangan perlu dilakukan histology dari sampel udang

ditambak sehingga dapat diketahui kondisi udang secara jaringan

mengalami keruskan atau tidak.

4. Penanya : Mas kentung

a. Berapa hari proses histopatologi biasanya dilakukan?

Jawab : Proses histology memerlukan waktu tersendiri dimana dalam

histology terdapat tahap-tahap yang harus dilakukan seperti proses

fiksasi, dehidrasi, clearing, infiltrasi, embedding, pewarnaan hingga

pengamatan. Dari kesemua proses tersebut memakan waktu ± 1

minggu.

b. Untuk virus yang menyerang, virus tersebut menyerang udang dewasa

atau udang saat panen?

Jawab : Sampel udang yang diamati biasanya tidak hanya pada udang yang

hidup saat ditambak namun udang yang telah mati pun dapat

dilakukan histology karena dapat digunakan untuk perbandingan

perubahan jaringan yang terjadi

c. Mungkin tidak, dalam suatu tambak dilakukan diagnosis yang lain?

Jawab : Perlu, karena dalam pemeriksaan histopalogi bukan suatu exam

finally, namun memerlukan uji lainnya seperti PCR untuk

mendukung hasil uji yang diperoleh pada histology.

5. Penanya : Hari Tunggul Widodo

Mengapa pada udang digunakan larutan Davidson untuk proses fiksasinya?

Jawab : Pada udang untuk proses fiksasi direkomendasikan untuk

menggunakan larutan Davidson karena hasil fiksasi untuk histology

memiliki hasil yang paling baik daripada harus menggunakan larutan

bouin atau buffer formalin.

6. Penanya : bapak Susilo Budi Priyono, S.Pi, M.Si.

Page 16: tiket Aplikasi histopatologi

Apakah maksud dari kelebihan histopatologi dalam diagnosis lebih dini

daripada metode-metode lainnya seperti PCR atau Elisa?

Jawab : Kelebihan metode histopatologi adalah dapat mengetahui

perubahan kerusakan hanya pada tingkat jaringan dengan biaya

yang relative tidak mahal, akan tetapi kecepatan dalam proses

pendeteksian penyakit metode PCR dan Elisa lebih cepat pada

tingkat DNA/ RNA dan tidak pada tingkat jaringan.