tesis - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/bab i, vi, daftar pustaka.pdf ·...

46
SISTEM POLITIK KERAJAAN BOLAANG MONGONDOW DI SULAWESI UTARA (Studi tentang Sistem Pemerintahan dan Struktur Sosial) Oleh : Mohamad Bahrudin Podomi NIM: 07234423 TESIS Diajukan kepada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Magister Studi Islam YOGYAKARTA 2010

Upload: phungthuan

Post on 01-Apr-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

SISTEM POLITIK KERAJAAN BOLAANG MONGONDOW

DI SULAWESI UTARA

(Studi tentang Sistem Pemerintahan dan Struktur Sosial)

Oleh :

Mohamad Bahrudin Podomi NIM: 07234423

TESIS

Diajukan kepada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh

Gelar Magister Studi Islam

YOGYAKARTA

2010

Page 2: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

ii

Page 3: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

iii

Page 4: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

iv

Page 5: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

ii

NOTA DINAS PEMBIMBING

Kepada Yth. Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Assalamu‘alaikum wr. wb.

Setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi terhadap penulisan tesis yang berjudul:

SISTEM POLITIK KERAJAAN BOLAANG MONGONDOW (Studi tentang Sistem Pemerintahan dan Struktur Sosial)

yang ditulis oleh:

Nama : Mohamad Bahrudin Podomi, S.H.I NIM : 07234423 Program : Magister (S2) Program Studi : Hukum Islam Konsentrasi : Studi Politik dan Pemerintahan dalam Islam

saya berpendapat bahwa tesis tersebut sudah dapat diajukan kepada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga untuk diujikan dalam rangka memperoleh gelar Magister Studi Islam.

Wassalamu‘alaikum wr.wb.

Yogyakarta, 31 Mei 2010 Pembimbing,

v

Page 6: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

 

vi

 

ABSTRAK

MOHAMAD BAHRUDIN PODOMI. SISTEM POLITIK KERAJAAN BOLAANG MONGONDOW (Studi tentang Sistem Pemerintahan dan Struktur Sosial) Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.

Sistem politik adalah rangkaian metode yang bersifat sistematis,

terstruktur dan fleksibel terhadap faktor-faktor internal maupun eksternal. Sistem politik juga memiliki hubungan yang erat kaitannya dengan sistem pemerintahan dan struktur sosial sebagai sub-sistemnya, begitu pula dengan proses dan implikasi-implikasi yang melingkupinya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan menjelaskan bagaimana sistem politik kerajaan Bolaang Mongondow pada periode awal, pertengahan dan moderen, dengan fokus kajian pada sistem pemerintahan dan struktur sosial yang ada dalam sistem politik kerajaan.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan metode pendekatan kualitatif dan metode analisis data secara sosiologis historis. Pendekatan dimaksudkan adalah sebagai upaya menyelidiki dan mendeskripsikan kemudian melakukan pengkajian mendalam dari obyek yang diteliti, peneliti menguraikan periodesasi dan fase-fase secara sistematik, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan secara faktual atas sumber-sumber yang ada.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pemerintahan dalam sistem politik Kerajaan Bolaang Mongodow Terbagi dalam dua bagian utama yaitu Pemerintahan Pusat yang terdiri dari: Punu’/Raja (Datu), Sadaha Tompunu’on, Presiden Raja, Kapiten Laut, Jogugu, Major Cadato. Kemudian pemerintahan Dewan Musyawarah Rakyat (volksraad) yang terdiri dari: Sadaha TomPunu’on sebagai Ketua, Panghulu Passi sebagai Anggota Istimewa, Panghulu Lolayan sebagai Anggota Istimewa, Kepala desa yang bergelar Hukum Major sebagai anggota. Panghulu Panghulu (sekarang camat) adalah jabatan kepala wilayah adat. Sedangkan struktur sosial masyarakat kerajaan mengalami perubahan pada zaman Punu’ Tadohe yang Ketika menjadi Punu Molantud membagi golongan masyarakat menjadi dua golongan yakni Kinalang: golongan yang memerintah/pemerintah dalam hal ini Punu’ dan Paloko: golongan yang diperintah yaitu rakyat. Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama, Mododatu (kaum ningrat), kedua Kohongian, ketiga Simpal, keempat Nonow, kelima Tahig dan keenam Yobuat. Kaum simpal adalah pemegang pemerintahan membantu raja, nonow adalah penjaga keamanan, tahig adalah golongan pekerja dan yobuat/golongan bawah (tuangi lipu’).

Memperhatikan hasil diatas, maka pada dasarnya sistem politik Bolaang Mongondow sejak dahulu telah meletakkan dasar-dasar pemerintahan dan pembagian dalam struktur sosial masyarakatnya. Dengan demikian sebagai salah satu bagian dari kekayaan budaya bangsa, sistem politik karajaan ini, bisa dijadikan sumber informasi bagi siapapun yang akan membutuhkannya nanti.

Page 7: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988.

Konsonan Tunggal

Huruf Arab

Nama Huruf Latin Keterangan

ا

ب

ت

ث

ج

ح

خ

د

ذ

ر

ز

س

ش

ص

ض

ط

alif

ba’

ta’

sa

jim

ha’

kha’

dal

zal

ra’

zai

sin

syin

sād

dad

ta’

Tidak dilambangkan

b

t

s

j

h

kh

d

z

r

z

s

sy

s

d

t

Tidak dilambangkan

Be

Te

Es (dengan titik di atas)

Je

Ha (dengan titik di bawah)

Ka dan Ha

De

Zet (dengan titik di atas)

Er

Zet

Es

Es dan Ye

Es (dengan titik di bawah)

De (dengan titik di bawah)

Te (dengan titik di bawah)

Page 8: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

viii

ظ

ع

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

و

ه

ء

ي

za’

‘ain

Gain

Fa’

Qaf

Kaf

Lam

Mim

Nun

wawu

ha’

hamzah

ya’

z

g

f

q

k

l

m

n

w

h

y

Zet (dengan titik di bawah)

Koma terbalik di atas

Ge

Ef

Qi

Ka

El

Em

En

We

Ha

Apostrof

Ye

Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis Rangkap

ditulis ‘iddah عدة

Ta’ marbutah

1. Bila matikan ditulis h

هبة

جزية

Ditulis

ditulis

Hibah

jizyah

Page 9: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

ix

(Ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat, dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya).

Bila diikuti dengan sandang “al” serta dibacakan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h.

ditulis Karamah al-auliya آرامة األولياء

2. Bila ta’ marbutah atau dengan harkat, fathah, kasrah dan dammah ditulis t.

ditulis Zakatul fitri زآاة الفطرة

Vokal Pendek

kasrah

fathah

dammah

Ditulis

Ditulis

ditulis

i

a

u

Vokal Panjang

Fathah+alif

جاهلية

Fathah+ya’ mati

يسعى

Kasrah+ya’ mati

آريم

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

a

jahiliyyah

a

yas’a

i

karim

Page 10: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

x

Dammah+wawu mati

فروض

ditulis

u

furud

Vokal Rangkap

Fathah+wawu mati

بينكم

Fathah+wawu mati

قول

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ai

bainakum

au

qaulun

Page 11: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

xi

KATA PENGANTAR

بسم اهللا الرحمن الرحيم

Segala puja dan puji syukur hanyalah bagi Allah Swt., yang hanya karena

rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan tesis ini.

Selanjutnya, solawat serta salam semoga senantiasa mengalir kepada kanjeng

Baginda Nabi besar Muhammad Saw., keluarga, sahabat-sahabat, serta orang-

orang yang mengikutinya hingga akhir zaman.

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi Tuhan Yang

Maha Kuasa, karena berkat rahman dan rahim-Nya semata akhirnya penyusunan

tesis dengan judul: “Sistem Politik Kerajaan Bolaang Mongondow (studi tentang

sistem pemerintahan dan struktur sosial), dapat diselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini tidak akan selesai dan

terwujud dalam bentuk dan isi sebagaimana mestinya, jika tidak ada bantuan dan

jasa dari berbagai pihak dalam upaya penyusunannya. Oleh karena itu, sudah

selayaknya penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya kepada mereka. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang

tinggi penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. H. Iskandar Zulkarnain selaku

pembimbing, atas segala arahan, bimbingan, saran, kesabaran, perhatian dan

waktu yang beliau berikan kepada penulis sejak awal penyusunan proposal hingga

akhir penyusunan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Rektor, Pembantu Rektor dan seluruh Civitas Akademika Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Page 12: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

xii

2. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Salam Arief, M.A. dan Bapak Drs. Mochamad

Sodik, S.Sos., MSI, selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Hukum Islam.

3. Pemerintah Provinsi Gorontalo dan Kab. Bolmong Selatan, lebih khusus

kepada Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow yang telah memberi izin

pada penulis untuk melakukan penelitian lapangan, dengan segala hormat

penulis sampaikan terima kasih.

4. Rasa hormat yang tulus dan ikhlas penulis sampaikan pula kepada kedua

orang tua: Ayahanda Ridwan Podomi dan Ibunda Haspiyati Mokodompit,

yang senantiasa memberikan do’a dan restunya demi selesainya studi penulis.

Juga kepada Kakak dan adik penulis, Dedy Wahyudi Podomi, Irfandi Podomi,

Didi Efendi Podomi dan Moh. Sukri Podomi, syukur moanto’ atas segala

kebaikan, dukungan dan doa kalian.

5. Bapak dan Ibu sangadi Bakan, A.Y. Mamonto dan H. Mokodompit, Kakek

dan Nenek: Malik Podomi, Ana Datunsolang, Mandeng Mokodompit (alm.)

dan Hadijah Podomi dan seluruh keluarga yang tak henti-hentinya

memberikan bantuan, do’a dan motivasi kepada penulis.

6. Bapak Chaeroel Makalalag, Bernard Ginupit, H. Zainal.A.Lantong, Ibu Emmy

Manoppo dan mereka yang telah memberikan informasi dan data yang sangat

berharga dalam proses penelitian.

7. Seluruh rekan mahasiswa S2 reguler studi politik dan pemerintahan Islam

(SPPI-SUKA) angkatan 2007 atas canda tawa, kebersamaan dan

persahabatannya selama ini.

Page 13: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

xiii

8. Teman-teman Organisasi Paguyuban: KPMIBM (Bolmong), PMPS-GY

(Gorontalo), Teman-teman Mahasiswa Pemda BONBOL, komunitas kajian

Lipu’ Kobayagan dan teman-teman Bolmong Study Centre Yogyakarta.

9. Para Senior dan Guru Intelektual (Doktor dan Promovendus): Ka’ Mujahid

Damopolii, Ka’ Said Subhan, Ka’ Mat Paputungan, Pak Ridwan, Pak Sofyan

KAU, Pak Lahaji, Pak Sumanti, Pak Manaf, Pak Jani.F.Abidin end

seterusnya, syukron atas bantuan, motivasi, doa dan dukungannya selama

penulis berada di kota Gudeg kotanya para Pelajar.

10. Sahabat Karib, Wandi M, Suparmo Saleh, Aking, Tomo, Amal, Minsay, Yadi

kuadrat, Erik, Yongki, Man, Mas Acil, Taufik Ajuba, Ilyas Daud, Bung Ali

lintuhaseng, Aa’ Furqon, A. Lois, Ebonk, Ali Gondrong, Inyo’, Fitrah

Maulana, Cucan Tangahu, Indri A. Kodjo, khos Adinda Yuliana Changat,

yang tidak disebut jangan marah (projec Pop). Kepada kalian semua, terucap

salam persahabatan and thanks very much atas kebersamaan, kasih sayang,

do’a dan dukungannya selama ini.

Mengenai tesis ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan

kelemahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi

perbaikan, penyempurnaan karya ini dan semoga tesis ini bisa bermanfaat bagi

pihak-pihak yang membutuhkan. Akhirnya hanya kepada Allah Swt, penulis

memohon ampun dan berserah diri.

Yogyakarta, 31 Mei 2010 Penulis,

Moh. Bahrudin Podomi

Page 14: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................... ii PENGESAHAN DIREKTUR .............................................................................. iii PERSETUJUAN TIM PENGUJI ........................................................................ iv NOTA DINAS PEMBIMBING ............................................................................ v ABSTRAK ............................................................................................................. vi PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................................... vii KATA PENGANTAR ........................................................................................... xiii DAFTAR ISI .......................................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xvi BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 7 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................. 7 D. Kajian Pustaka .............................................................................. 9 E. Metode Penelitian ......................................................................... 13 F. Sistematika Pembahasan ................................................................ 19

BAB II : SISTEM POLITIK DALAM DEKAPAN DEFINISI ................... 21 A. Teoritisasi Sistem Politik ............................................................. 21 B. Sistem Pemerintahan ................................................................... 29 C. Struktur Sosial ............................................................................. 34 D. Sistem Politik dalam Persfektif Islam ......................................... 49

BAB III : GAMBAAN UMUM KAB. BOLAANG MONGONDOW .......... 66 A. Letak Geografis ........................................................................... 68 B. Pemerintahan ............................................................................... 70 C. Penduduk ..................................................................................... 71 D. Sosial Pendidikan ........................................................................ 74 E. Kesehatan dan Keluarga ............................................................... 75 F. Agama ......................................................................................... 76 G. Kriminalitas dan Kecelakaan Lalulintas ....................................... 76 H. Sosial Lainnya .............................................................................. 77 I. Perumahan dan Lingkungan ......................................................... 78 J. Pertanian ....................................................................................... 78 K. Industi dan Energi......................................................................... 82 L. Pedagangan ................................................................................... 84 M. Transportasi .................................................................................. 86 N. Keuangan ..................................................................................... 86

Page 15: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

xv

BAB IV : SISTEM PEMERINTAHAN KERAJAAN BOLAANG MONGONDOW ............................................................................... 88

A. Sistem Pemerintahan Periode Awal (1300-1400) ....................... 88 B. Sistem Pemerintahan Periode Pertengahan (1400-1819) ............ 96 1. Lahirnya Pemerintahan Punu’ ............................................... 98 2. Sistem Organisasi Pemerintahan ke-Punu’an ........................ 101 C. Sistem Pemerintahan Periode Modern (1820-1950)...................... 106 1. Lahirnya Sistem Kerajaan dan Regulasi ................................ 107 2. Struktur Pemerintahan Kerajaan ............................................ 112 3. Pemerintahan Raja-raja Kerajaan ........................................... 119

BAB V : STRUKTUR SOSIAL DALAM KERAJAAN BOLAANG MONGONDOW ............................................................................... 137 A. Struktur Sosial Periode Awal ........................................................ 137 B. Struktur Sosial Periode Pertengahan ............................................ 141 1. Kelompok Sosial ....................................................................... 142 2. Komunitas ................................................................................. 144 3. Berlakunya Norma-Norma Sosial ............................................. 145 C. Struktur Sosial Periode Modern ................................................... 148 1. Kelompok Sosial ....................................................................... 148 2. Pranata Sosial ............................................................................ 150 3. Stratifikasi Sosial ...................................................................... 152 4. Norma Sosial ............................................................................. 155 5. Lahirnya Kebudayaan dan Kesenian ........................................ 174

BAB VI : PENUTUP ........................................................................................ 194

A. Kesimpulan .................................................................................. 194 B. Saran ............................................................................................ 197

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 198 LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 16: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

xvi  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Sistematika Pemerintahan/Kepemimpinan Bogani, 96.

Ganbar 2 Foto Komalig (Istana) Punu’ dan Raja di Kotobangun, 104.

Gambar 3 Skema Sistem Pemerintahan Punu’ di Bolaang Mongondow, 117.

Gambar 4 Skema Struktur Dewan Musyawarah Rakyat, 118.

Page 17: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

1  

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Studi tentang bagaimana sebuah sistem politik bisa membangun perubahan

dan peradaban suatu negara, tidak akan dapat dilepaskan dari sistem dan bentuk

pemerintahan yang dianut oleh suatu negara. Begitu juga dengan perubahan dan

dinamika struktur sosial di Negara-negara berkembang umumnya, sangat erat

kaitannya dengan bentuk sistem politik yang ada dalam negara tersebut. Bentuk

sistem politik tersebut akan sangat berpengaruh bagi jalannya demokrasi dalam suatu

bangsa.

Indonesia sebagai salah satu dari negara yang sedang berkembang, saat ini

sedang mencari pola demokrasi dan sistem politik yang sesuai dengan kepribadian

dan karakter masyarakatnya. Sebab bicara tentang Negara Kesatuan Republik

Indonesia atau NKRI, adalah bicara tentang Indonesia secara keseluruhan daerah dari

Sabang hingga Merauke. Oleh karena itu, pengembangan sistem politik negara ini,

haruslah melihat secara historis dan faktual berdasarkan gambaran yang ada disetiap

daerah: kabupaten, kota dan provinsi bahkan desa sekalipun di seluruh nusantara ini,

untuk mendapatkan konstruksi suatu sistem politik yang bisa menciptakan rasa

keadilan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Dengan demikian, sebagai bangsa yang besar kita mestinya harus memahami

dengan baik dan tepat bagaimana sistem politik yang kemudian dijadikan pilihan

Page 18: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

2  

yang nantinya bisa sejalan dengan budaya dan karakter bangsa. Masalahnya sekarang

sebagaimana yang dikatakan Inu Kecana Syafiie bahwa: kebanyakan Negara

mentransfer begitu saja sistem politik dinegara lain yang memiliki budaya politik

yang berbeda dengan pemahaman masyarakat setempat, akhirnya menimbulkan

kegagalan. Ancaman terhadap ambruknya pilar-pilar Negara Kesatua Republik

Indonesia dewasa ini tidak diragukan lagi merupakan fakta dari penerapan sistem

politik yang tidak sejalan dengan budaya masyarakat di daerah.1

Dengan demikian maka disini boleh dikatakan bahwa kebanyakan penyebab

terjadinya pemberontakan di daerah-daerah seperti Aceh, Irian Jaya, dan bahkan

munculnya gerakan terorisme di Negara ini, tidak lepas dari ketidaksinergian antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Belum lagi pertarungan idiologi Negara-

bangsa yang sampai hari ini masih sering dimuculkan. Kesalahan dalam memilih dan

menerapkan sistem politik terhadap suatu negara, seperti Indonesia boleh jadi adalah

salah satu penyebab lahirnya gerakan-gerakan separatisme daerah sebagaimana

diatas.

Memperhatikan berbagai masalah diatas, pada dasarnya pemerintah telah

melakukan upaya terbaiknya dalam memberikan solusi terhadap berbagai macam

tuntutan dan kehendak yang muncul dari daerah-daerah dan organisasi separatisme

yang ada, seperti Menciptakan pemerintahan yang amanah (Good-governance) yaitu

penyelenggaraan pemerintahan yang berlandaskan prinsip partisipasi, penegakan

                                                            1Inu Kecana Syafiie (ed.), Sistem Politik Indonesia (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009),

hlm. 25.

Page 19: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

3  

hukum, transparansi, ketanggapan, orientasi konsensus, kesamaan, efisiensi dan

efektifitas, akuntabilitas, dan visi strategis. Namun demikian hal ini tidak cukup

untuk memenuhi tuntutan dan rasa keadilan yang mereka harapkan, sebab di daerah-

daerah yang kemudian membentuk Negara Indonesia ini, sebelumnya telah memiliki

budaya dan sistem pemerintahan sendiri.

Bolaang Mongondow sebagai salah satu daerah yang dengan resmi menjadi

bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun 1950, adalah daerah

yang telah melewati sejarah yang panjang menyangkut pelaksanaan sistem politiknya.

Sejarah panjang tersebut dimulai dengan lahirnya bentuk kepemimpinan yang masih

sangat sederhana yang dimulai oleh para Bogani-bogani. Kemudian berkembang

menjadi sistem pemerintahan ke-Punu’an dimana pemimpin utama wilayah kerajaan

Bolaang Mongondow disebut Punu’ Molantud. Perubahan kemudian terjadi setelah

masuknya Negara-negara asing, dimana telah terjadi perubahan yang sangat besar

terhadap sistem pemerinatahan dan struktur sosial yang ada.

Secara historis, Bolaang Mongondow adalah sebuah daerah (landschap) yang

berdiri sendiri dan memerintah sendiri dan masih merupakan daerah tertutup sampai

dengan akhir abad 19. Hubungan dengan luar (asing) hanyalah hubungan dagang

yang diadakan melalui kontrak dengan raja-raja yang memerintah pada saat itu.

Dengan masuknya pengaruh pemerintahan bangsa asing (Belanda) pada sekitar tahun

1901, maka secara administrasi daerah ini termasuk Onderafdeling Bolaang

Page 20: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

4  

Mongondow yang didalamnya termasuk landschap Bintauna, Bolaang Uki,

Kaidipang besar dari Afdeling Manado.2

Sejak abad ke 16, wilayah kabupaten Bolaang Mongondow telah berada

dalam wilayah kekuasaan kerajaan. Beberapa kerajaan yang pernah berkuasa di

wilayah ini antara lain: kerajaan Bolaang Mongondow yang berkedudukan di

Bolaang, dan empat kerajaan lainnya di wilayah Pantai Utara Bolaang Mongondow,

yakni ; 1). kerajaan Bolaang Uki berkedudukan di Walugu, 2). kerajaan Bintauna

dengan beberapa kali berpindah ibu kota, antara lain : Panayo, Minanga, dan Pimpi,

3). kerajaan Bolaang Itang yang berkedudukan di Bolaang Itang dan 4). kerajaan

Kaidipang dengan Ibu kotanya Buroko.3

Dari lima kerajaan yang berkuasa di wilayah Bolaang Mongondow,

sebagaimana yang disebutkan diatas, kerajaan Bolaang Mongondow adalah kerajaan

yang memiliki letak geografis yang terluas. Kerajaan lainnya seperti kerajaan

Bolaang Uki, kerajaan Bintauna, kerajaan Bolaang Itang dan kerajaan Kaidipang

berada di bagian utara Bolaang Mongondow (sekarang Bolaang Mongondow Utara)

memiliki luas geografis kurang lebih 1.843,92 km2,4 sedangkan kerajaan Bolaang

Mongondow menguasai wilayah: dari Timur, Selatan dan pusat/induk kabupaten

Bolaang Mongondow dengan luas wilayah kurang lebih 9090.54 km2. Itu artinya

                                                            2Www. Bolmong. Com. Diakses pada tgl, 23 Januari 2009 3A.T. Mokobombang, Napak Tilas Mengikuti Jiwa dan Jejak Merah Putih Kawasan Utara

Propinsi Celebes, (Ujung Pandang: BPT Grafita,1995), hlm. 28-30 4Wilayah Bolaang Mongondow Utara hasil Pemekaran dari KabupatenBolaang Mongondow

berdasarkan data Panitia Pemekaran Bolmong Utara tahun 2007.

Page 21: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

5  

wilayah kekuasaan kerajaan Bolaang Mongondow kurang lebih tiga kali lipat wilayah

kekuasaan ke-empat kerajaan di bagian Utara Bolaang Mongondow diatas.

Selanjutnya, kerajaan-kerajaan di wilayah Utara Bolaang Mongondow

(kerajaan Bolaang Uki, Bintauna, Bolaang Itang dan Kaidipang) dari tahun 1872-

1950, secara keseluruhan hanya memiliki enam orang Raja. Sedangkan kerajaan di

wilayah Bolaang Mongondow yang eksis sejak 1670-1950 memiliki 19 orang Raja.

Disamping itu, kerajaan Bolaang Mongondow yang menjadi fokus penelitian ini,

telah berdaulat/berkuasa sejak 2 abad atau 200 tahun setelah jauh sebelumnya

kemudian kerajaan-kerajaan wilayah Utara Bolaang Mongondow berdaulat/ berkuasa.

Sekitar abad 20, Bolaang Mongondow terdiri dari beberapa distrik, yaitu:

Mongondow (Passi dan Lolayan), serta onder distrik Kotabunan, Bolaang dan

Dumoga. Secara politik, Kerajaan Bolaang Mongondow berfungsi sebagai pelaksana

pemerintahan pada semua wilayah Kerajaan. Fungsi sosial Kerajaan Bolaang

Mongondow (1653-1693) pada awalnya dimaksudkan untuk menjalankan

pemerintahan dimana raja memerintah secara otonom tanpa dipengaruhi atau

diperintah oleh pemerintah manapun. Pada tahun 1694-1950 ketika Belanda masuk ke

wilayah Bolaang Mongondow, Kerajaan Bolaang Mongondow tidak ada pilihan lain

kecuali sebagai alat legitimasi imperialisme (dalam bentuk kontrak politik) dengan

pemerintah Hindia Belanda.

Dengan masuknya Islam yang kemudian menjadi agama Kerajaan pada tahun

1880, nilai-nilai spritual Islam secara bersamaan masuk dalam sistem pemerintahan

dan sistem sosial Kerajaan Bolaang Mongondow. Sebagaimana hal ini juga terjadi

Page 22: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

6  

pada beberapa kerajaan yang ada di Sekitarnya seperti Gorontalo5 dan begitu juga

dengan Ternate.

Makanisme pelaksanaan Pemerintahan Kerajaan Bolaang Mongondow diatas

sangat menarik untuk dikaji lebih dalam karena beberapa alasan. Antara lain adalah

belum adanya penelitian ilmiah yang secara spesifik mengkaji masalah ini, disamping

itu Kerajaan Bolaang Mongondow yang telah masuk Islam sekitar tahun 1880, tidak

merubah bentuk Kerajaan-nya menjadi Sistem Kesultanan sebagaimana yang terjadi

pada Kerajaan yang ada di Yogyakarta, Ternate dan Gorontalo adalah sesuatu yang

masih belum di ketahui penyebabnya. Sistem politik yang dibangun dalam Kerajaan

tentu saja akan memberikan pengaruh yang besar bagi tercapainya akselerasi budaya

dan etika pemerintahan kearah yang lebih baik. Masuknya pengaruh agama adalah

salah satu indikator penunjang maju dan berkembangnya nilai moralitas dalam

pelaksaan pemerintahan Kerajaan. Lantas apakah Kerajaan Bolaang Mongondow

yang baru bergabung dengan NKRI pada tahun 1950 memiliki budaya dan sistem

pemerintahan yang dibangun pada masanya? Bagaimana juga stuktur sosial yang ada

di wilayah Kerajaan Bolaang Mongondow. Kehadiran Islam yang awalnya tidak

melembaga dalam sistem dan stuktur kerajaan Bolaang Mongondow dan kemudian

dilembagakan oleh masyarakat serta implikasi sosial pasca runtuhnya Kerajaan

adalah beberapa faktor yang juga dijelaskan pada bab-bab dalam tesis ini.

                                                            5Lihat, Alim, S. Niode (ed.), Abad Besar Gorontalo (Gorontalo: Presnas Publishing, 2003),

hlm. 1-31.

Page 23: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

7  

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dibuat perumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sistem pemerintahan yang diterapkan dalam kerajaan Bolaang

Mengondow pada periode awal, pertengahan dan modern?

2. Bagaimana stuktur sosial yang dibangun dalam pemerintahan Kerajaan Bolaang

Mongondow pada periode awal, pertengahan dan modern?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian  

1. Tujuan Obyektif

a) Mengkaji bagaimana sistem Pemerintahan yang di praktrekkan dalam

Kerajaan Bolaang Mongondow secara periodik

b) Menganalisis bagaimana struktur sosial masyarakat yang ada dalam

wilayah pemerintahan Kerajaan Bolaang Mongodow berdasarkan periode

yang ada.

2. Tujuan Subyektif

a) Dapat memperoleh data yang konkrit yang berkaitan dengan obyek yang

diteliti guna menyusun tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana S-2 pada Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga program studi politik dan pemerintahan Islam

Page 24: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

8  

b) Memperoleh tambahan pengetahuan mengenai sejarah Nusantara yang

secara khusus menukik pada sistem Politik Kerajaan yakni sistem

pemerintahan dan struktur sosial yang ada di daerah Bolaang

Mongondow.

3. Kegunaan Penelitian

a). Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan sumbangan pemikiran

bagi teraplikasinya nilai-nilai luhur warisan masa lampau dalam aktifitas

politik lokal atau bahkan Nasional. Disamping itu, penelitian ini

diharapkan dapat menjaga kontinyuitas sejarah dan keutuhan nilai budaya

Bangsa.

b). Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai keragaman budaya, struktur sosial dan bentuk pemerintahan

Kerajaan di daerah, yang akan bermanfaat bagi rekonstruksi sejarah

Nasional bangsa Indonesia. Disamping itu, penelitian ini diharapkan

dapat dijadikan literatur bagi daerah, juga terhadap mereka yang ingin

mendalami ilmu-ilmu sosial seperti; politik, Agama dan budaya.

Page 25: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

9  

D. Kajian Pustaka

1. Pengembangan kelembagaan Masyarakat Adat dalam Rangka

Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Bolaang Mongondow6

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tim Peneliti Universitas

Negeri Manado pada tahun 2000 dengan sub judul penelitian profil struktur sosial

masyarakat Adat Bolaang Mongondow, telah berhasil menjelaskan beberapa hal

penting mengenai struktur sosial yang ada di Bolaang Mongondow, dengan beberapa

hasil penelitian sebagai berikut:

1. Bahwa struktur sosial masyarakat adat memiliki profil yang berbasis pada

sistem dan kultur yang masih kaut keberadaannya.

2. Secara garis besar bahwa masyarakat adat dalam konteks struktur dan

fungsional memiliki berbagai komponen-komponen yang membentuk

suatu kesatuan atau satu komunitas yang saling berfungsi satu sama lain

sehingga terjadi “equilibrium” keseimbangan sistem sosial.

3. Desain lembaga dalam penyusunan visi yang merupakan cita-cita yang

diemban oleh lembaga adat harus mengacu pada struktur sosial yang ada,

sehingga apa yang diharapkan (dassollen) akan menjadi kenyataa

(dassein).

                                                            6Hasil Penelitian Kerjasama Universitas Negeri Manado dengan Pemerintah Kabupaten Bolaang

Mongondow sub judul Profil Struktur Sosial Masyarakat Adat Bolaang Mongondow, di Bolaang Mongondow, tahun 2000, hlm. 61-83.

Page 26: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

10  

4. Demikian pula bahwa misi atau perjuangan lembaga haruslah menyentuh

terhadap apa yang dibutuhkan oleh masyarakat dan bukan hanya melihat

apa yang dinginkan.

5. Penelitian ini juga memberikan kontribusi terhadap penyusunan fungsi

dan tugas lembaga adat dalam kedudukannya sebagai lembaga fungsional

dan bukan lembaga sturktural. Fungsi dan tugas tersebut dikembangkan

berdasarkan pada asas edukatif, protektif dan inovatif. Fungsi-fungsi ini

secara arif dan bijaksana senantiasa selalu disesuaikan dengan kebutuhan

masyarakat adat Bolaang Mongondow.

6. Implikasi lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa lembaga adat

memiliki suatu acuan dasar yang bersifat filosofis yang dapat menuntun

dan mengarahkan perjuangan lembaga adat ditengah-tengah pelaksanaan

pembangunan. Filosofi ini lahir dari kajian tentang kajian jati diri orang

Bolaang Mongondow yang mengemukakan bahwa orang Mongondow

berlandaskan kekeluargaan Pogogutat, yang serba “Mototompia’an”

(saling membaiki), “Mototabian” (saling menyayangi), dan

“Mototanoban" (saling mengingati).

7. Untuk pelaksanaan otonomi Daerah, penelitian ini telah memberikan pola

pelaksanaan otonomi Daerah yang mengacu dan berorientasi pada

kebutuhan masyarakat dan bukan keinginan pemerintah. jika pelaksanaan

otonomi daerah mengabaikan kondisi struktur sosial yang ada maka dapat

diprediksi bahwa gejolak sosial muncul tanpa terkendali. Tugas-tugas

Page 27: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

11  

eksekutif secara formal dapat dipadukan dengan tugas-tugas tokoh

masyarakat adat secar informal.

Penelitian yang dilakukan oleh Tim Peneliti Universitas Negeri Manado ini

merupakan kajian dari aspek sosiologis dan antropologis terhadap pengembangan

kelembagaan masyarakat di Bolaang Mongondow, yang implikasinya diharapkan

memberi dukungan terhadap pelaksanaan otonomi daerah. Beberapa hal yang belum

terungkap dalam penelitian ini adalah: (1). Belum mengungkapkan fase-fase historis

bagaimana terbentuknya struktur sosial masyarakat Bolaang Mogondow,

(2). Penelitian ini mengkaji secara umum struktur masyarakat yang ada di Bolaang

Mongodow sehingga kurang memberikan penjelasan yang detail, (3). Penelitian ini

belum menyentuh pengaruh-pengaruh aspek politik warisan masa Kerajaan Bolaang

Mongondow terhadap pembentukan struktur sosial dan apa pengaruhnya terhadap

sistem pemerintahan yang ada saat ini.

Dengan memperhatikan penelitian ini, maka sangat jelas bahwa ada beberapa

hal yang menyangkut srtuktur sosial masyarakat Bolaang Mongondow yang perlu di

kaji secara historis, yang ada sejak zaman Kerajaan. Sebagai bagian dari penelitian

ini, maka peneliti mengambil fokus kajian struktur sosial masyarakat Bolaang

Mongodow pada zaman Kerajaan sehingga sangat jelas letak perbedaan peneliti

dengan penelitian ini.  

Begitu juga Studi sejarah yang dilakukan oleh Edward L. Poelinggomang

tentang Kerajaan Mori Sejarah dari Sulawesi Tengah (SULTENG) 2008, penelitian

Edward membahas tentang proses sejarah Kerajaan Mori Sulawesi Tenggara yang

Page 28: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

12  

menekankan bahwa perkembangan Kerajaan Mori dari tahun 1580-1950 dimulai dari

keinginan masyarakat untuk membentuk Kerajaan. Pembentukan kerajaan Mori

pertama berpusat di Wawontuko yang juga sebagai pusat pemerintahan, dengan Raja

pertamanya Mokole Moiki.7 Dengan mengawali pembahasan pada masyarakat dan

kebudayaan, penelitian ini ingin menggambarkan kondisi sosial masyarakat Mori,

kemudian pembentukan kerajaan, perang, pengaruh penjajah dalam pemerintahan

kerajaan dan diakhiri dengan perjuangan kemerdekaan.

Meskipun penelitian diatas termasuk penelitian sejarah kerajaan, namun

belum memberikan gambaran yang utuh tentang sebuah sistem politik kerajaan,

penelitian ini juga kurang menyentuh pada peran strategis agama sebagai moral

power dalam pemerintahan kerajaan. Posisi penelitian ini lebih pada deskripsi sejarah

lokal dengan pembahasan yang begitu beragam.

2. Telaah Kepustakaan

Kajian tentang budaya atau adat Bolaang Mongondow pada dasarnya banyak

dilakukan oleh beberapa orang tokoh yang memberikan perhatian tentang hal ini,

namun karya ilmiah dalam bentuk tesis/disertasi yang lebih fokus terhadap sistem

politik Kerajaan Bolaang Mongondow masih kurang diminati, kecuali makalah

pribadi ataupun tulisan/laporan perwakilan Belanda untuk wilayah ini beberapa tahun

                                                            7Edward L. Poelinggomang, Kerajaan Mori Sejarah dari Sulawesi Tengah Sulteng (Jakarta:

Komunitas Bambu, 2008), hlm. 53-54.

Page 29: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

13  

silam. Tulisan pribadi tentang sistem pemerintahan Punu8 Bolaang Mongondow

karya Chaerul Makalalag 2006, tentang Mokodoludut dan Pemerintahan Punu di

Bolaang Mongondow sedikit memberikan gambaran mengenai sistem Pemerintahan

pra-kerajaan yang dibangun di Bolaang Mongondow yang layak untuk peneliti

lanjutkan.

Meskipun memiliki kesamaan dalam beberapa aspek, seperti politik, budaya

dan beberapa hal penting lainnya, penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti jelas

berbeda dengan studi-studi politik dan pemerintahan Kerajaan diatas. Perbedaan

tersebut antara lain adalah pada topik yang akan dibahas dan pada locus/tempat

penelitian yang dipilih. Selanjutnya, penelitian dan penulisan tentang sistem kerajaan

Bolaang Mongondow masih sangat sederhana dan disamping itu, informasi awal

berdasarkan studi lapangan oleh peneliti bahwa penelitian ilmiah yang fokus pada

sistem pemerintahan dan struktur sosial Kerajaan Bolaang Mongondow termasuk

belum ada.

E. Metode Penelitian

a). Pendekatan Penelitian

Dengan melandaskan pada judul penelitian diatas, maka penelitian ini

menggunakan pendekatan dan metode kualitatif . Pendekatan kualitatif berusaha

memahami sistem politik Kerajaan Bolaang Mongondow dengan menitik beratkan

                                                            8Punu adalah nama bagi setiap Pemimpin Masyarakat Bolaang Mongondow yang kemudian

terminology ini bermetamorfosis menjadi Raja, lihat Chaerul makalalag, Mokodoludut dan Pemerintahan Punu di Bolaang Mongondow, 2006. hlm. 24.

Page 30: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

14  

pada fenomena sistem politik Kerajaan berdasarkan studi dokumen dan informasi dari

masyarakat.9 Penelitian ini juga berusaha menggunakan analisis sosiologis guna

mendapatkan data yang sesuai. Menurut Weber sebagaimana yang dikutip Dudung

Abdurrahman, secara metodologis penggunaan sosiologis dalam sejarah adalah

bertujuan memahami arti subjektif dari kelakuan sosial bukan semata-mata meneliti

arti objektifnya.10 Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kontekstual yang

berusaha menekankan pada pemaknaan suatu fenomena yang secara spesifik

berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan.

b). Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian digunakan untuk mendapatkan gambaran yang sebenarnya

dari obyek penelitian. Kesesuaian dilapangan dapat diperoleh dengan jalan peneliti

berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam

keadaan alamiah.

Lokasi penelitian adalah Kabupaten Bolaang Mongodow, Provinsi Sulawesi

Utara. Lokasi penelitian ini disesuaikan dengan tempat dimana Kerajaan Bolaang

Mongodow pernah eksis dan berkuasa serta akhirnya menyatakan diri menjadi bagian

dari Negara Kesatuan Republik Iindonesia pada tahun1950.

                                                            9Masyarakat yang dimaksud diatas adalah mereka yang memiliki hubungan dengan topik

penelitian ini dan diusahakan mereka (masyarakat) yang terlibat langsung dalam sejarah. 10Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah (Jogjakarta: Ar-Ruzmedia, 2007),

hlm. 23.

Page 31: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

15  

c). Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber data primer dan sumber

data sekunder. Sumber data primer merupakan sumber yang yang langsung

memberikan data kepada peneliti. Sumber primer ditentukan secara purposive

sampling. Artinya menentukan informan yang dipandang sangat mengetahui tentang

sistem politik Kerajaan Bolaang Mongondow sehingga data yang didapatkan secara

maksimal.11 Sedangkan sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak

langsung memberikan data, yang dalam hal ini lewat catatan dokumen yang

berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, yang berfungsi sebagai pelengkap

data primer.

d). Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan berpartisipasi,

wawancara mendalam (indepth interviewing), dan analisis dokumen.12 Teknik-teknik

yang digunakan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1). Observasi partisipatif (participant observation)

Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati secara kondisi-kondisi yang

terjadi. Dalam pengumpulan data, peneliti melibatkan diri secara aktif di lapangan,

melibatkan diri dalam kegiatan pengumpulan data.

2). Wawancara (interview)

                                                            11Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,

cet. 12, 2002), hlm. 15. 12John W.Creswell, Research Design; Qualitative and Quantitative Approaches (Jakarta: KIK

Press, 2002), hlm. 143.

Page 32: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

16  

Teknik ini digunakan untuk mengetahui informasi yang lebih detail dan

mendalam dari informan. Wawancara dilakukan adalah wawancara tidak terstruktur

atau wawancara bebas, di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara

yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman

wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan terkait tata

pemerintahan, struktur sosial Kerajaan Bolaang mongondow dan pengaruh keduanya

dalam sistem politik Kerajaan Bolaang Mongondow. Peneliti lebih banyak

mendengarkan apa yang diceritakan oleh informan tentang topik yang ditawarkan.

Dengan demikian informan merasa bebas menggunakan pikiran mereka. Berdasarkan

analisis terhadap setiap jawaban dari informan tersebut, selanjutnya peneliti

mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah dengan masalah

penelitian.

3). Diskusi Kelompok

Untuk mendapatkan informasi yang beragam dan relefan tentang Sistem

Politik Kerajaan Bolaang Mongondow, dalam penelitian ini digunakan diskusi

kelompok terfoku13, atau dikenal dengan istilah Fokus Group Discussion (FGD)

Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan tingkat akurasi data yang dapat dipercaya

dengan mengumpulkan beberapa tokoh masyarakat: Sejarawan, Budayawan, tokoh

Agama, Akademisi, dan beberapa tokoh masyarakat dalam diskusi atau dialog

terbatas untuk mendapatkan informasi yang banyak terhadap masalah yang ada dalam

penelitian ini. Pemilihan sample ini juga untuk mempertimbangan variasi dari                                                              13Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Al Fabeta, 2005), hlm. 76.

Page 33: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

17  

berbagai ciri atau elemen karakteristik masyarakat. Sehingga hasil penelitian ini dapat

mengungkap fakta dari berbagai elemen masyarakat.

4). Studi Dokumen

Teknik lain yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah

studi dokumen. Dokumen berupa catatan khusus, buku harian arsip pemerintahan dan

lain sebagainya.14 Dalam studi dokumentasi dilakukan interpretasi dan kritik terhadap

dokumen secara internal mapun eksternal.15 Deddy Mulyana, mengatakan bahwa

disamping pengamatan dan wawancara dapat dilengkapi dengan analisis dokumen,

seperti otobigrafi, catatan harian, artikel, surat pribadi, berita Koran, artikel majalah,

brosur, buletin, foto yang secara memadai menggambarkan pengalaman hidup.16

e). Analisis data

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Interactif

yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman yang dimulai dengan pengumpulan

data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Proses

analisis data dilakukan secara terus menerus di dalam proses pengumpulan data

selama penelitian berlangsung17. Uraian model analisis data tersebut dijabarkan

sebagai berikut :

1). Reduksi data                                                              14Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), hlm. 45. 15Irawan Suehartono, Metode Penelitian Ilmu sosial (sutau teknik penelitian bidang kesejahteraan sosial dan ilmu sosial lainnya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 71. 16Deddy Muyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma baru ilmu komunikasi dan ilmu sosial, Cet. Ke tiga, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 195.

17Miles dan Huberman dalam Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm. 93.

Page 34: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

18  

Setelah data dikumpulkan melalui pengamatan, wawancara, dan dokumentasi,

proses selanjutnya adalah reduksi data. Aktivitas yang dilakukan adalah memilih dan

memilah data mana yang dianggap relevan dan penting yang berkaitan dengan sistem

politik Kerajaan Bolaang Mongondow. Sedangkan data yang tidak berkaitan dengan

permasalahan penelitian dibuang.

Data yang belum direduksi berupa catatan-catatan lapangan hasil pengamatan,

dan data hasil wawancara berupa informasi-informasi yang diberikan informan yang

tidak berhubungan dengan masalah penelitian. Data tersebut direduksi dengan

mengedepankan data-data yang penting membuang data yang tidak penting dan yang

tidak relevan. Data yang telah direduksi kemudian disajikan dalam bentuk laporan

penelitian. Dengan demikian, maka gambaran hasil penelitian akan lebih jelas.

2). Penyajian data

Untuk lebih memudahkan pemahaman terhadap data yang telah direduksi,

maka data tersebut selanjutnyadalam bentuk teks naratif (pengungkapan secara

tertulis). Tujuannya adalah untuk memudahkan dalam mendeskripsikan hasil temuan,

sehingga dengan demikian, memudahkan untuk mengambil suatu kesimpulan.

3). Menarik kesimpulan/verifikasi

Data yang sudah disajikan, kemudian difokuskan dan disusun secara

sistematik dalam bentuk naratif. Selanjutnya melalui induksi, data tersebut

disimpulkan sehingga makna data dapat ditemukan dalam bentuk tafsiran dan

argumentasi.

Page 35: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

19  

Dengan memperoleh data dari beberapa teknik diatas maka peneliti kemudian

melakukan analisis terhadap bentuk pemerintahan dan struktur sosial yang ada pada

Kerajaan Bolaang Mongondow untuk kemudian mendapatkan jawaban yang rasional

atas beberapa pertanyaan dalam rumusan masalah.

F. Sistematika Pembahasan

Tesis ini terdiri atas enam (VI) bab, yang meliputi tiga bab pendahuluan, dua

bab merupakan pembahasan dan satu bab penutup.

Bab satu atau bab pendahuluan yang dijelaskan meliputi latar belakang

masalah sehingga masalah ini diangkat menjadi sebuah penelitian ilmiah, rumusan

dan batasan masalah penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka,

metode yang digunakan dalam penelitian dan sistematika penulisan.

Bab dua menjelaskan tentang sistem politik dalam dekapan definisi, meliputi

teoritisasi sistem politik, sistem pemerintahan, struktur sosial dan sistem politik

dalam persfektif Islam.

Bab tiga adalah bab yang secara khusus membahas tentang gambaran umum

lokasi penelitian yakni Kabupaten Bolaang Mongondow.

Bab empat membahas tentang sistem pemerintahan kerajaan Bolaang

Mongondow dengan sub bab, yakni Sistem Pemerintahan Periode Awal, Sistem

Pemerintahan Periode Pertengahan, Sistem Pemerintahan Periode Modern.

Page 36: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

20  

Bab lima membahas tentang struktur sosial kerajaan Bolaang Mongondow

yang terdiri atas, struktur sosial Bolaang Mongondow periode awal, struktur sosial

periode pertengahan dan struktur sosial periode modern.

Selanjutnya bab enam adalah bab penutup yang berisikan kesimpulan dan

saran-saran dari peneliti. Penulisan tesis ini kemudian diakhiri dengan daftar pustaka,

lampiran-lampiran dan riwayat hidup peneliti.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 37: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

194  

BAB VI

P E N T U P

A. Kesimpulan

1. Sistem pemerintahan dengan Kepemimpinan seorang Bogani merupakan bentuk

pemerintahan awal yang sudah ada di Bolaang Mongondow. Sebuah sistem

pemerintahan yang proses politiknya (memilih seorang pemimpin) tidak

didasarkan pada hasil Voting atau suara terbanyak (demokrasi) tapi dengan

melihat Kharisma dan kelayakan, patut atau tidaknya seseorang dijadikan

pemimpin atau Bogani.

2. Sistem pemerintahan dengan model ke-Punu’an ini dimulai sejak 1400 sampai

1650, dengan 7 (tujuh) orang Punu’/Pemimpin. Sistem pemerintahan ini juga

turut melahirkan regulasi baru yang disempurnakan dari yang telah ada

sebelumnya. Lahirnya hukum adat tersebut terjadi pada zaman pemerintahan

Punu’ Tadohe. Pada periode pemerintahan ke-Punu’an ini, pusat pemerintahan

begitu juga dengan Istana atau Komalig mengalami beberapa kali perpindahan.

Periode Punu’ Mokodoludut dan Yayubangkai Komalig (Istana) berada di Mahag

(gunung Bumbungon) dan terakhir periode Punu’ Damopolii sampai Punu’

Mokodompit Komalig (istana) bertempat di Kotobangon, sekarang telah menjadi

Kotamobagu Timur. Perpindahan ini dimaksudkan untuk mendekatkan pusat

pemerintahan kepada masyarakat sebab pada saat itu perkembangan penduduk

telah merata antara distrik Passi dan Lolayan

Page 38: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

195  

3. Sistem pemerintahan Kerajaan Bolaang Mongondow terbentuk melalui fase-fase

sejarah yang cukup panjang, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.

Perubahan terhadap sistem pemerintahan Bogani dan Punu’ menuju ke sistem

kerajaan terjadi karena dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, yakni: faktor interen

dan faktor eksteren. Yang pertama, terjadi disebabkan oleh semakin bertambahnya

jumlah penduduk, begitu luas wilayah kerajaan, beragamnya problematika yang

muncul di masyarakat, adanya keinginan kerajaan dan masyarakat untuk

memperbaharui sistem yang telah ada dengan model yang lebih baik, dan lain

sebagainya. Sedangkan yang kedua, adalah masuknya pengaruh-pengaruh dari luar

yang secara langsung mempengaruhi sistem pemerintahan kerajaan yang telah ada

sebelumnya.

4. Struktur Pemerintahan dalam sistem politik Kerajaan Bolaang Mongodow Terbagi

dalam dua bagian utama yaitu Pemerintahan Pusat yang terdiri dari: Punu’/Raja

(Datu), Sadaha Tompunu’on, Presiden Raja, Kapiten Laut, Jogugu, Major

Cadato. Kemudian pemerintahan Dewan Musyawarah Rakyat (volksraad) yang

terdiri dari: Sadaha TomPunu’on sebagai Ketua, Panghulu Passi sebagai Anggota

Istimewa, Panghulu Lolayan sebagai Anggota Istimewa, Kepala desa yang

bergelar Hukum Major sebagai Anggota. Panghulu Panghulu (sekarang camat)

adalah jabatan kepala wilayah adat. Kerajaan Bolaang Mongondow mempunyai 4

(empat) wilayah adat masing-masing : Passi, Lolayan, Kotabunan dan Bolaang.

Hukum Major, Kapita Raja, Sangadi, Kimalaha. Hukum Major adalah kepala

desa dari desa yang besar. Kapita Raja adalah kepala desa dari sebuah desa kecil

Page 39: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

196  

dan berasal dari keturunan kohongian. Sangadi adalah kepala desa dari sebuah

desa besar juga bisa kecil yang berasal dari keturunan pemuka masyarakat

setempat (simpal). Kimalaha adalah kepala desa dari suatu desa besar.

5. Terbentuknya struktur sosial masyarakat Kerajaan Bolaang mongondow pada

awalnya dimulai sejak period ke-Punu’an. Oleh Punu’ ketika itu dibentuklah

kelompok-kelompok dalam masyarakat. Kelompok-kelompok yang berjumlah

besar (dalam pimpinan para Bogani) mengalami perubahan. Kelompok-kelompok

yang sudah semakin bertambah banyak, kemudian diperkecil dengan membagi-

bagi mereka menjadi kelompok kecil berdasarkan keturunan “tongo inakan”,

yaitu kelompok yang berasal dari satu marga tertentu. Setiap kelompok marga itu

mendirikan rumah besar sendiri terpisah dari marga lain. Setiap warga dipimpin

oleh sesepuh marga tersebut yang juga dipilih dari para tokoh yang ada dalam

warga itu

6. Perkembangan struktur sosial masyarakat kerajaan mengalami perubahan pada

zaman Punu’ Tadohe yang Ketika menjadi Punu Molantud membagi golongan

masyarakat menjadi dua golongan yakni Kinalang: golongan yang

memerintah/pemerintah dalam hal ini Punu’ dan Paloko: golongan yang

diperintah yaitu rakyat. Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan;

Pertama, Mododatu (kaum ningrat), kedua Kohongian, ketiga Simpal, keempat

Nonow, kelima Tahig dan keenam Yobuat. Kaum simpal adalah pemegang

pemerintahan membantu raja, nonow adalah penjaga keamanan, tahig adalah

golongan pekerja dan yobuat/golongan bawah (tuangi lipu’).

Page 40: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

197  

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti menyarankan beberapa hal

dibawah ini:

1. Bahwa untuk memperkaya khasanah kekayaan sistem politik nasional,

diperlukan pengakajian dan penelitian yang merujuk pada daerah-daerah,

sehingga konseptualisasi baik secara teoritis maupun praktis dalam

pengembangan sistem politik nasional dapat menjawab aspirasi dari daerah-

daerah diseluruh Nusantara.

2. Sistem Politik kerajaan Bolaang Mongodow yang terdiri atas sistem

pemerintahan dan struktur sosialnya, harus mendapatkan perhatian serius dari

seluruh elemen masyarakat yang ada, baik itu pemerintah atau organisasi

kemasyarakatan khususnya yang ada di kabupaten Bolaang Mongondow,

Sehingga segala kebijakan pembangunan dapat berjalan dengan baik dan

lancar.

3. Penelitian ini telah menemukan beberapa hal positif tentu juga yang negatif

dalam sistem politik kerajaan Bolaang mongondow, dengan demikian untuk

menjadi pelajaran bagi kita semua, mari mengambil sisi kebaikan dalam

penelitian ini dan memperbaiki kekurangannya.

Page 41: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung, Metodologi Penelitian Sejara, Jogjakarta: Ar-Ruzmedia, 2007.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:

Rineka Cipta, cet. 12, 2002. Admojo, Suwondo (e.d.), Kamus lengkap Inggris-Indonesia, CV. Widya karya:

Semarang 2005. Black, Anthoni, Pemikiran Politik Islam, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta,

2001. Bagus, Loren, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia, 1996. Budiarjo, Miriam, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 2007. Badan Pusat Statistik Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow dalam Angka,

(Katalog BPS Bolaang Mongondow, 2007.

Damopolii, H.J.A., Dodandian Kinotanoban dan Kisahku, Kotamobagu: Yayasan Ibnu Sabil, 2003.

_______, H.J.A., Bolaang Mongondow Data dan Karya, Jakarta: Putra Kalingga,

1991. Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan terjemahannya, Bandung: C.V. Gema

Risalah, t.t. Dhakidae Daniel, Sosiologi Politik, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007. Dinas Pendidikan Kab. Bolaang Mongondow, Kamus Bahasa Mongondow-

Indonesia, Jakarta: CV. Cakra Media, 2003. ________, Sejarah Bolaang Mongondow, Jakarta: CV. Cakara Media, 2003. Dunnebier, W., Verloven en Trouwen In Bolaang Mongondow, Tahun. 2002. ________, Over De Vorsten Van Bolaang Mongondow, Surabaya: Intan Print,

Tahun 1984. Emyot Ointoe, Reiner, Bolaang Mongondow, Manado: Yayasan Bogani Karya,

1996.

Page 42: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

Gaffar, Affan, Politik Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006. Gidens, Anthony, Teori Struktur, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2010. Ginupit, Bernard dalam catatannya tentang ; Mongondow Dahulu dan Masa Kini,

(t.t). ________, tentang; Kebudayaan Daerah Bolaang Mongondow Manado, 1996. ________, tentang: Usaha untuk Mewariskan Keluhuran Budi Orang Tua Masa

lampau Kepada Generasi Penerus Masa Kini, t.t. ________, dalam catatanya : Kebudayaan daerah Bolaang Mongondow t.t.

Gonibala Manggo, Nurtina, Sejarah Perjuangan Kelaskaran Banteng Republik

Indonesia Bolaang Mongodow, Jakarta: C.V. Cakra Media, 2003.

Hendropuspito, Sosiologi Sitematik, Yogyakarta: Kanisius Perss, 1989. Ishomuddin, Sosiologi Persfektif Islam, Malang: Universitas Muhamadiyah

Malang, 2005. J. Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja

Rosdakarya, 1998. Kurnia (e.d), Meretas jalan menjadi politisi tranformasi, Bogor: Al-Azhar Press,

2004. Makalalag Chaeroel, Mokodoludut dan Pemerintahan Punu di Bolaang

Mongondow, Jakarta, Bekasi Juli 2006.

_________, tentang: Menuju Pemerintahan Kerajaan Bolaang Mongondow bersama Tadohe, Jakarta, Juni 2006.

_________, tentang: Mokodoludut dan Pemerintahan Punu’ di Bolaang Mongondow, Jakarta, Juni 2006.

_________, tentang: Mencari dan Mennganal Raja Loloda Mokoagow atau Datu’ Binangkan, Jakarta: 01 Juli 2003.

__________, Mokodoludut dan Pemerintahan Punu di Bolaang Mongondow, Bekasi: 2006.

Mokobombang, A.T., Napak Tilas Mengikuti Jiwa dan Jejak Merah Putih

Kawasan Utara Propinsi Celebes, Ujung Pandang: BPT Grafita, 1995.

Page 43: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

Muyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma baru ilmu komunikasi dan ilmu sosial, Cet. Ke tiga, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Musanef, Sistem Pemerintahan di Indonesia, Jakarta: CV Haji Masagung, 1989. M. Lapidus, Ira, Sejarah Sosial Umat Islam, Terj. dari A History of Islamic

Societies, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999. Notosoesanto, R. P, Beshrijving Van Adrecht In Bolaang Mongondow trans. B.

Ginupit, Hukum Adat di BolaangMongondow terj. B. Ginupit. t.t. Patilima, Hamid, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Al Fabeta, 2005. Parmudji, S., Teori Sistem dan Penerapannya dalam Managemen, Jakarta: Ichtiar

Baru-Van Hoeve, 1981. Penelitian Kerjasama Universitas Negeri Manado dengan Pemerintah Kabupaten

Bolaang Mongondow sub judul Profil Struktur Sosial Masyarakat Adat

Bolaang Mongondow, di Bolaang Mongondow, 2000.

Poelinggomang, Edward L., Kerajaan Mori Sejarah dari Sulawesi Tengah

SULTENG Jakarta: Komunitas Bambu, 2008. Poerdarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1987. Pulungan, J. S., Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau

dari Pandangan Al-Qur’an, Disertasi, Jakarta: Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 1993.

Ritzer, George (e.d.), Teori Sosiologi , Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2008 Rusdiyanto (e.d.), Kepemimpinan dan Gerakan Kaum Muda, Yogyakarta: Kibar

Press, 2009. Rusli M, .e.d., Budaya Masyarakat Suku Bolaang Mongondow di Sulawesi Utara

t.t.

Sedarmayanti, Good Governance, Bagian Kedua, Bandung: Penerbit Mandar Maju, 2004.

Schamandt, Henry J., Filsafat Politik Kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno

Sampai Zaman Modern, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.

Page 44: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

Sjadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara. Ajaran, sejarah dan pemikiran. Jakarta: UI Press 1990.

Syahbaini, Syahrial (e.d.), Sosiologi dan Politik, Bogor : Ghalia Indonesia, 2004.

Syafiie, Inu Kecana, Ilmu Pemerintahan, Bandung : CV. Bandar Maju, 2007. _________, Perbandingan Pemerintahan, Bandung: PT. Rafika Aditama 2010. Suehartono, Irawan, Metode Penelitian Ilmu sosial (sutau teknik penelitian bidang

kesejahteraan sosial dan ilmu sosial lainnya, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2000.

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2005. Suharso (e.d.), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Semarang: CV. Widya

karya,2005. Suyuti, Pulungan, Fiqh Siyasah Ajaran, sejarah dan Pemikiran, Cet.IV. Jakarta:

PT Grafindo Persada. 1999.

Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Gita Media Press, 2006. UNDP, Reconceptialising Governance, Discussion Paper II, New York: UNDP,

1997. Varma, S. P., Teori Politik Modern, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Veeger, Karel (e.d.), Pengantar Sosiologi, Jakarta: Gramedia, 1992. W.Creswell, John, Research Design; Qualitative and Quantitative Approaches,

Jakarta: KIK Press, 2002. Weber, Max, Essays in Sosiology, terj. Noorkholish (et al)., cet. Ke-II

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Data Internet:

Www. Bolmong. Com. Diansek pada tanggal 16 Juni 2009

www.google.com, Sistem Politik Islam, diakses pada tanggal 19 Maret 2010

www.google.com, Sistem, diakses pada tanggal 19 Maret 2010

www.Http//Islamlib.com.id, diaksis pada tanggal 3 Mei 2010

Www.http://tanpatandajasa.wordpress.com diakses pada hari selasa 19 Maret 2009.

Page 45: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Moh. Bahrudin Podomi, S.H.I

Tempat/tgl. Lahir : Bakan, 19 Maret 1982.

Alamat Rumah : Bakan, Kec. Lolayan Kab. Bolaang Mongondow.

Nama Ayah : Ridwan Podomi, A.Ma.

Nama Ibu : Haspiyati Mokodompit.

B. Riwayat Pendidikan

1. Pendidikan Formal

a. SD Cokro Aminoto Bakan, Tahun 1990.

b. MTs Pondok Karya Pembangunan Manado, Tahun 1997.

c. MAN Model Manado, Tahun 2000.

d. S1 Hukum Islam pada Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam

IAIN Sultan Amai Gorontalo, Tahun 2006.

e. S2 Studi Politik dan Pemerintahan Islam Postgraduate

Prog. Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2010.

2. Pendidikan Non-Formal

a. Pendidikan Advocat pada Lembaga Pendidikan Hukum dan Bisnis,

Jakarta Study Center (LPHB-JSC) Jakarta, Tahun 2005.

b. English Course pada Widya Gama Gajah Mada, Yogyakarta

Tahun 2007.

C. Pengalaman Organisasi

1. Ketua Osis Pada MTs Pondok Karya Pembangunan Manado, 1996.

2. Ketua Osis MAN Model Manado (SULUT), 1999.

3. Ketua Umum Pelajar Islam Indonesia (PD PII) Kota Manado Tahun 1999.

Page 46: TESIS - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/7013/1/BAB I, VI, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Selanjutnya Masyarakat dibagi dalam enam tingkatan; Pertama , Mododatu (kaum ningrat),

4. Sekretaris Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia Prov. Gorontalo 2001

5. Ketua Lembaga Kajian Strategis Mahasiswa IAIN Gorontalo 2002.

6. Ketua BEM HMJ Syari’ah dan Ekonomi Islam IAIN Gorontalo 2003.

7. Ketua Forum Pemuda dan Mahasiswa Kec. Lolayan di Gorontalo 2003.

8. Ketua Bidang Komunikasi Umat HMI, Cab. Gorontalo 2004.

9. Sekretaris Umum Kerukunan Pelajar Mahasiswa Indonesia Bolaang

Mongondow (P.C. KPMIBM) di Gorontalo, 2005.

10. Sekretaris L-SABDA Provinsi Gorontalo, 2005.

11. Sekretaris Lembaga Seni Kaligrafi Prov. Gorontalo 2005.

12. Anggota Dewan Konsultasi PC. KPMIBM Cab. Gorontalo 2006.

13. Sekum Paguyuban Mahasiswa Pascasarjana Gorontalo (PMPS-GY)

di Yogyakarta 2008-2010.

D. Karya Ilmiah

1. Artikel:

a. Islam Protestan, diterbitkan oleh Radar Gorontalo, 2005.

b. Menggagas Mazhab Gorontalo, diterbitkan oleh Gorontalo Pos, 2005.

c. Gorontalo Yes! Syari’at Islam No!diterbitkan oleh Gorontalo Pos, 2005.

2. Penelitian:

a. Skripsi: Konsep Ijtihad Kontemporer, studi atas pemikiran Yusuf

al-Qardawi.

b. Tesis: Sistem Politik Kerajaan Bolaang Mongondow.