syarat shalat

Upload: muhammad-fakhruddin

Post on 09-Mar-2016

241 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Syarat shalat, rukun shalat

TRANSCRIPT

Syarat shalat-Masuk waktu shalatApakah waktu shalat pada jadwal shalat itu valid dan sah dipakai? Larangan di waktu-waktu dilarang shalat-berwudhu-Suci dari hadastApakah suci dari najis termasuk syarat?Bagaimana orang yang lupa belum berwudhu?-Menutup aurat bila mampuBagaimana hukumnya bagi wanita yang tidak memakai mukena namun menutup aurat?Apakah aurat yang tersingkap ketika shalat membatalkan shalat?-Menghadap Kiblat bila mampuOrang yang jauh dari ka'bah, apakah arah kiblat harus sangat presisi?Bagaimana arah kiblat orang yang menaiki kendaraan?-BerdiriBagaimana orang yang berbaring?Bagaimana orang yang tidak memiliki petunjuk arah?-NiatDimana tempatnya niat?Tentang Ikhtilaf diucapkannya niat

Rukun (Amalan yang jika ditinggalkan maka amalan itu batal. Jika amalan tsb terlupakan, maka rakaat tsb. Tidak sah) Shalat-berdiri jika mampu (khusus shalat wajib, namun jika duduk pahalanya setengah dari berdiri)Bagaimana jika naik pesawat atau kereta?-Takbiratul Ihram-Membaca Al-FatihahRajih: al-fatihah wajib setiap rakaatApakah makmum wajib membaca al-fatihah? (imam syafi'i: wajib baik sir dan jahr; imam ahmad: jahr imam wajib mendengarkan imam; keduanya kuat)-Rukuk dan tuma'ninahHadist tentang tuma'ninah: meluruskan punggungnya ketika rukukPosisi tangan?-Sujud dan tuma'ninah7 bagian yang menyentuh lantai: dahi(serta hidung), telapak tangan, lutut, ujung kaki -Duduk diantara dua sujud dan tuma'ninah-Tasyahud dan duduk tasyahud AkhirTasyahud awal?-Salam (yang pertama)-Tertib

Dua Kesalahan dalam ShalatDalam shalat kita mengenal ada gerakan atau bacaan yang statusnya sebagai rukun shalat, wajib shalat, dan sunah shalat. Karena itu, kesalahan yang dilakukan masyarakat ketika shalat, bisa kita kelompokkan menjadi dua :Pertama, kesalahan yang bisa membatalkan shalat. Itulah semua kesalahan yang bisa mengurangi kadar rukun atau wajib shalat. Sehingga dia dianggap belum mengerjakan rukun atau wajib shalat tersebut.Kedua, yang tidak sampai membatalkan shalat. Kesalahan ini tidak sampai mengurangi kadar rukun atau wajib shalat.Kesalahan yang Sering Terjadi Dalam ShalatBerikut beberapa kesalahan yang sering dilakukan kaum muslimin ketika shalat. Sebagian ada yang mengancam keabsahan shalatnya dan sebagian tidak sampai membatalkan shalat.[1] Tidak thumaninahYang dimaksud thumaninah adalah posisi tubuh tenang ketika melakukan gerakan rukun tertentu. Ukuran tenangnya adalah mencukupi untuk membaca satu kali doa dalam rukun tersebut. Misalnya, thumaninah ketika ruku, artinya posisi tubuh tenang setelah ruku sempurna. Kemudian baru membaca doa ruku, minimal sekali.Sering kita saksikan, beberapa kaum muslimin tidak thumaninah. Mereka ruku dan sujud terlalu cepat. Begitu sampai titik ruku atau sujud, langsung bangkit. Ada kemungkinan, doa ruku sudah dibaca ketika bergerak ruku, sebelum ruku sempurna. Shalat model semacam ini batal karena tidak thumaninah.Suatu ketika ada seseorang yang masuk masjid kemudian shalat dua rakaat. Seusai shalat, orang ini menghampiri Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang saat itu berada di masjid. Namun Nabi menyuruh orang ini untuk mengulangi shalatnya. Setelah diulangi, orang ini balik lagi, dan disuruh mengulangi lagi shalatnya. Ini berlangsung sampai 3 kali. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kepadanya cara shalat yang benar. Ternyata masalah utama yang menyebabkan shalatnya dinilai batal adalah kareka dia tidak thumaninah. Dia bergerak ruku dan sujud terlalu cepat. (HR. Bukhari & Muslim).Hadits ini mejadi dalil bahwa thumaninah dalam shalat termasuk rukun shalat. Untuk menanggulanginya, tahan ketika kita sudah sempurna ruku, atau sujud, kemudian baru baca doa ruku atau doa sujud.[2] Was-was ketika takbiratul ihramKesalahan kedua ini banyak dialami oleh mereka yang berkeyakinan harus berbarengan persis antara niat di hati dan ucapan takbiratul ihram. Jika ada sedikit yang mengganggu dalam proses niatnya, dia langsung membatalkan diri dan mengulangi takbiratul ihram.Perbuatan ini sejatinya telah diperingatkan para ulama. Berikut para ulama yang memberikan peringatan akan hal ini,1. Ibnul Jauzi mengatakan, Ada juga orang yang bertakbir kemudian dia batalkan takbirnya, bertakbir lagi, dia batalkan lagi, ketika imam mendekati ruku, barulah orang yang terjangkiti was-was ini berhasil bertakbir, lalu mengejar ruku imam. Sungguh aneh, mengapa dia baru berhasil niat ketika itu! Semua ini terjadi karena tipuan iblis yang menggodanya agar dia kehilangan keutamaan takbiratul ihram bersama imam. (Talbis Iblis, hlm. 169).2. Imam Asy Syafii mengingatkan, Was-was ketika niat shalat dan bersuci adalah bentuk kebodohan dengan syariat dan kurang akalnya. (Al Qaulul Mubin fi Akhtha Mushallin, hlm. 93).Untuk mengobati penyakit ini, yakinkan bahwa anda sudah niat, tidak perlu diulangi, dan baca takbiratul ihram sekali. Inilah yang diajarkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Apabila kamu ingin shalat, wudhulah dengan sempurna, lalu menghadaplah ke arah kiblat, dan bertakbirlah (HR. Bukhari). Anda perhatikan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak mengajarkan bacaan apapun sebelum shalat dan beliau hanya mengajarkan takbir sekali.[3] Bacaan Sirr (Pelan) Saat Shalat Wajib Terdengar Oleh Diri Sendiri dengan Menggerakkan Bibir dan LidahSeorang tabiin Abdullah bin Sakbarah bercerita bahwa ia pernah bertanya kepada Khabab RA, tentang apakah Rasulullah pada shalat Zhuhur dan Ashar? Kabbab menjawab, Ya. Bagaimana kalian mengetahuinya?, tanyanya. Dari gerakan janggutnya, jelasnya. (HR. Al-Bukhari [2:244] Fathul Bari, Al-Baihaqi [2:54] dan lainnya).Imam yang empat berpendapat bahwa menggerakkan lidah saat membaca bacaan shalat adalah wajib dan tidak cukup hanya dibaca di hati tanpa dilafalkan, berdasarkan sunnah yang shahih sebagaimanayang biasa mereka lakukan dalam istinbath-istinbath (penyimpulan-penyimpulan hukum) oleh mereka.Dari Abu Qatadah RA, ia berkata: Pada rakaat pertama dan kedua shalat Zhuhur Nabi Saw membaca Al-Fatihah dan dua surah, pada rakaat pertama surah panjang, dan pada rakaat kedua surah pendek. Terkadang beliau memperdengarkan ayat dan dalam shalat Ashar beliau membaca Al-Fatihah dan dua buah surah (HR. Al-Bukhari [2:243] dalam Fathul Bari, dan Muslim [1:323]Jika Rasul tidak memperdengarkan bacaannya kepada diri beliau, tentu mereka tidak mengetahui apa yang dibaca oleh beliau pada shalat Ashar. Ini merupakan dalil yang sangat jelas atas hal ini.Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya-nya [1:2787] berkata, Qiraah (bacaan) adalah mengatur suara dengan huruf, maka dia harus bersuara Minimal didengar oleh diri sendiri. Jika tidak didengar oleh diri sendiri maka shalat tidak sah.

Dalam Al-Majmu [:295], Imam An-Nawawi mengemukakan, Minimal dari bacaan sirriyah(pelan) ialah didengar oleh diri sendiri jika pendengarannya normal dan suasana tidak bising. Ini meliputi bacaan (Al-Quran), takbir, dan tasbih dalam rukuk dan lainnya, juga tahiyyat, salam dan doa. Baik bacaan wajibnya maupun sunnahnya tidak dianggap kecuali jika terdengar oleh diri sendiri melalui pendengaran yang normal dan tidak ada penghalang atau gangguan. Jika ada gangguan, maka suara ditinggikan agar dapat didengar oleh diri sendiri. Jika seperti itu keadaannya, maka tidaklah dianggap cukup jika bacaannya tidak seperti itu. Demikian Syafii menegaskan yang disepakati oleh teman-teman kami. [3] Imam salah dalam membaca Al FatihahKetika seseorang merasa tidak bisa baca Al Fatihah dengan baik, seharusnya dia tidak nekat untuk maju menjadi imam. Karena ini mengancam keabsahan shalat makmumnya. Imam Syafii mengatakan, Orang yang salah bacaan Al Fatihah-nya yang menyebabkan perubahan makna (pada ayat-red), menurutku shalatnya tidak sah, tidak sah pula orang yang shalat di belakangnya. Jika salah di selain Al Fatihah, aku membencinya, meskipun tidak wajib mengulangi. Karena jika dia tinggalkan selain Al Fatihah dan hanya membaca Al Fatihah, saya berharap shalatnya diterima. Jika shalatnya sah maka shalat makmum juga sah insya Allah. Jika kesalahannya pada Al Fatihah atau lainnya, namun tidak mengubah makna, shalatnya sah, namun saya benci dia jadi imam, apapun keadaannya. (Al Umm, 1/215)[4] Sedekap miringSebagian orang bersedekap dengan meletakkan kedua tangan tepat di atas jantungnya, atau di atas organ hatinya. Tidak ada satupun yang memberikan dalilnya. Mereka merasa, shalat dengan cara itu, hatinya atau jantungnya akan lebih tenang.Kita semua sepakat, shalat yang paling sempurna adalah shalatnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Namun Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah mengajarkan bersedekap dengan cara demikian. Artinya, itu bukan metode agar shalat kita menjadi khusyu.Masalah berikutnya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang shalat seperti layaknya orang yang berkacak pinggang. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang seseorang shalat sambil ikhtishar (HR. Bukhari).Ikhtishar adalah meletakkan satu tangan di atas pinggang atau kedua tangan di atas kedua pinggang. (Sunan Turmudzi keterangan hadits no. 384). Sementara kita memahami, orang yang bersedekap miring, menyebabkan salah satu sikunya keluar jauh dari tubuhnya, layaknya orang yang berkacak pinggang.[5] Tidak ruku atau itidal dengan sempurnaDari Hudzaifah radhiyallahu anhu, bahwa beliau pernah melihat ada orang yang tidak menyempurnakan ruku dan sujud ketika shalat. Setelah selesai, ditegur oleh Hudzaifah, Sudah berapa lama Anda shalat semacam ini? Orang ini menjawab, 40 tahun. Hudzaifah mengatakan, Engkau tidak dihitung shalat selama 40 tahun (karena shalatnya batal-pen). Lanjut Hudzaifah, Jika kamu mati dan model shalatmu masih seperti ini, maka engkau mati bukan di atas fitrah (ajaran) Muhammad shallallahu alaihi wa sallam (HR. Bukhari)Hadits ini berbicara tentang orang yang tidak sempurna dalam melakukan gerakan rukun dalam shalat. Misalnya, orang yang ruku, sebelum posisi ruku sempurna, dia sudah bangkit. Atau orang yang belum sempurna berdiri itidal (tubuh masih condong ke depan), dia sudah sujud.[6] Tidak menempelkan hidung ketika sujudNabi shallallahu alaihi wa sallam mengingatkan agar orang yang sujud benar-benar menempelkan hidungnya ke lantai. Beliau bersabda, Allah tidak menerima shalat bagi orang yang tidak menempelkan hidungnya ke tanah, sebagaimana dia menempelkan dahinya ke tanah (HR. Ibnu Abi Syaibah, Abdurrazzaq, dan dinilai shahih oleh Al Albani). Hadits ini menunjukkan menempelkan hidung ketika sujud hukumnya wajib.[7] Membuka tangan ketika salamSalam ke kanan, membuka tangan kanan, salam ke kiri dengan membuka tangan kiri. Kebiasaan ini pernah dilakukan sebagian sahabat di zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Dari Jabir bin Samurah radhiyallahu anhu, Ketika kami shalat bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, kami mengucapkan Assalamualaikum wa rahmatullah Assalamu alaikum wa rahmatullah sambil berisyarat dengan kedua tangan ke samping masing-masing. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengingatkan, Mengapa kalian mengangkat tangan kalian, seperti keledai yang suka lari? Kalian cukup letakkan tangan kalian di paha kemudian salam menoleh ke saudaranya yang di samping kanan dan kirinya (HR. Muslim).

Hal-hal yang jarang diketahuiPembatas shalatBagaimana jika memulai shaf barularangan shalat jamaah di shaff belakang sendirianJika shalat batal:-keluar hadast-ingat belum beruci dari hadasMana yag didahulukan saat shalat jumat, shalat tahiyatul masjid atau menunggu muadzin selesai adzanJika sedang shalat tahiyatul masjid, lalu iqamah dikumandangkan

Rukun, Wajib dan Sunnah-Sunnah Shalat(Bagian kedua dari tiga tulisan)Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad shalallahu alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya dan para pengikutnya.Setelah membahas tentang definisi, hukum dan syarat-syarat shalat pada tulisan sebelumnya, dalam kesempatan kali ini kita akan membahas masalah rukun, wajib, dan sunnah-sunnah dalam shalat. Tulisan ini kami sarikan dari kitabMulakhos Fiqhiyahkarangan guru kami, Syaikh DR. Shalih bin Fauzan bin Abdullah al Fauzanhafidzahullah taala.Sebagaimana kita ketahui bahwa shalat adalah ibadah yang terkandung didalamnya berbagai macam bacaan/ucapan maupun perbuatan. Ucapan maupun perbuatan dalam shalat dapat digolongkan menjadi tiga: rukun, wajib, dan sunnah.Rukun: Jika ditinggalkan maka batal shalatnya baik secara sengaja maupun tidak, atau batal rekaat yang terlewat rukun tersebut sehingga rekaat yang berikutnya menempati kedudukan rekaat tersebut akan dijelaskan berikutnya- [1].Wajib: Jika menginggalkannya secara sengaja maka batal shalatnya. Jika tidak sengaja maka tidak batal, namun harus menggantinya dengan sujud sahwi.Sunnah: Tidak batal shalat jika ditinggalkan baik secara sengaja maupun tidak. Namun, mengurangi kesempurnaan shalat.Rasulullah bersabda, Shalatlah kalian sebagaimana melihat aku shalat[2]. Yaitu shalat secara sempurna baik rukun, wajib maupun sunnah-sunnahnya.Rukun-Rukun Shalat (14)1.Berdiri (dalam shalat fardhu)Allah taala berfirman, Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu.(QS. al Baqarah: 238)Merupakan suatu kewajiban dalam shalat fardhu untuk berdiri. Hal ini juga bersandar pada sabda Rasulullahshalallahu alaihi wassalam, Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu maka dengan duduk, jika tidak mampu maka dengan berbaring.[3]. Apabila tidak mampu berdiri karena sakit atau yang lainnya maka shalat dengan semampunya. Jika shalat dibelakang imam yang duduk (karena sakit atau yang lainnya), maka ikut duduk [4]. Dalam shalat nafilah (sunnah) tidak mengapa dengan duduk karena kadang Rasulullahshalallahu alaihi wassalamshalat nafilah dengan duduk meskipun tidak ada udzur [5].2.Takbiratul ihramBerdasar sabda Rasulullah, Lalu menghadaplah ke kiblat dan bertakbir.[6]. Dan sabda beliau,yang mengharamkannya (permulaanya) adalah takbir[7]. Lafadz takbiratul ihram yaitu mengucapkan Allahu Akbar, tidak pernah diriwayatkan dari Nabishalallahu alaihi wassalamselain ini.3.Membaca al FatihahBerdasar sabda Rasulullah, Tidak ada shalat bagi yang tidak membaca al Fatihah.[8]. Membaca al fatihah merupakan rukun di antara rukun-rukun shalat. Bagi imam dan orang yang sendirian maka wajib membacanya, tidak ada khilaf disini. Adapun bagi orang yang shalat dibelakang imam ada khilaf di kalangan para ulama. Sebagai bentuk kehati-hatian hendak makmum tetap membaca al Fatihah dalam shalat-shalat yang sirriyah (yg tidak dikeraskan bacaanya) dan disaat-saat imam diam/tidak membaca.4.Rukuk dalam tiap rekaatBerdasar firman Allah taala, Hai orang-orang yang beriman, rukulah kamu, sujudlah kamu.(QS. al Hajj: 77)Dan juga berdasar apa yang dikerjakan Rasulullah, banyak hadist yang menunjukkan akan hal ini [9].5.Dan ke 6 , bangkit dari rukuk dan Itidal (berdiri tegak)Karena Nabishalallahu alaihi wassalamsenantiasa melaksanakannya. Rasulullah bersabda,Shalatlah kalian sebagaimana melihat aku shalat.7.SujudBerdasar firman Allah taala, Hai orang-orang yang beriman, rukulah kamu, sujudlah kamu.(QS. al Hajj: 77)Sujud adalah meletakkan kening ke permukaan bumi (tempat sujud), dan hendaknya semua anggota sujud yang tujuh sempurna menyetuh permukaan bumi. Anggota sujud yang tujuh yaitu : kening serta hidung, dua telapak tangan, dua lutut, dan ujung kedua telapak kaki. Sujud merupakan salah rukun shalat yang utama karena waktu sujud adalah waktu paling dekat antara hamba dengan Allah [10].8.Bangkit dari sujud dan duduk antara dua sujudBerdasar perkataan Aisyah, Jika Rasulullah mengangkat kepalanya dari sujud maka tidak sujud (kembali) sampai duduk dengan sempurna.[11].9.TumaninahYaitu berdiam barang sesaat. Ini yang sering diremehkan sebagian kaum muslimin. Padahal tumaninah termasuk rukun shalat, tidak sah shalat tanpa tumaninah.10.Dan ke 11, tasyahud akhir dan duduk padanyaYaitu dengan membaca attahiyaat.. sampai akhir. Hal ini telah tsabit dari Rasulullah dalam beberapa hadistnya sebagaimana hadist Aisyah [12] dan Ibnu Masud [13].12.Shalawat atas Nabi pada tasyahud akhirYaitu dengan mengucapkan Allahuma shalli ala muhammad. Adapun menambahnya maka termasuk sunnah.13.Tertib antara rukun-rukun tersebutKarena dahulu Rasulullah shalat dengan tertib antara rukun-rukunya. Dan juga berdasar hadist tentangmusii shalah(orang yang jelek shalatnya), lalu rasulullah mengajarinya dengan kata-kata lalu.. yang menunjukan akan urutan [14].14.SalamBerdasar sabda Rasulullah, .dan penutupnya adalah salam. Juga sabda beliau, .dan yang menghalalkannya adalah salam.[15].Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa meninggalkan rukun membatalkan shalat baik secara sengaja ataupun tidak. Berikut secara ringkas rincian hukum-hukum tentang meninggalkan rukun shalat: Jika yang ditinggalkan adalah takbiratul ihram maka belum dianggap shalat Jika yang ditinggalkan selain takbiratul ihram, dengan sejaga maka batal shalatnya. Jika tertinggal (selain takbiratul ihram, seperti rukuk atau sujud)karena lupa dan ingatsebelumberdiri tegak untuk membaca al Fatihah rekaat berikutnya makakembalimengulangi ke rukun yang ditinggalkan dan yang berikutnya. Jika tertinggal karena lupa dan sudah berdiri tegak untuk membaca al fatihah rekaat berkutnya maka rekaat yang tadi (yang tertinggal rukunya) tidak dianggap, sehingga sekaraat yang sekarang menempati kedudukan rekaat sebelumnya. Dan melakukan sujud sahwi. Jika mengetahui rukun yang ditinggalkan setelah salam maka jika rukun tersebut adalah tasyahud akhir dan salam maka langsung mengerjakannya lagi lalu salam lalu sujud sahwi. Jika selain keduanya (tasyahud akhir dan salam) seperti sujud dan rukuk maka mengerjakan satu rekaat secara sempurna, lalu sujud sahwi. Jika ingat setelah salamnya lama maka mengulangi shalat dari awal. Allahu AlamWajib-Wajib Shalat (8)1.Seluruh takbir, kecuali takbiratul ihram2.TasmiiYaitu membaca samiallahu liman hamidah. wajib dibaca oleh imam ataupun orang yang shalat sendirin, adapun makmum tidak membacanya.3.TahmidYaitu membaca rabbana walakal hamd. Wajib dibaca oleh imam, makmum, maupun orang yang shalat sendirian. Berdasarkan sabda Rasulullah, Jika imam membacasamiallahu liman hamidahmaka ucapkanlahrabbana walakal hamd.[16]4.Bacaan rukuk.Yaitu seperti bacaan subhaana rabbiyal adzim. Yang wajib sekali, disunnahkan membacanya tiga kali. Jika lebih maka tidak mengapa.5.Bacaan sujud.Yaitu seperti bacaan subhaana rabbiyal ala. Yang wajib sekali, disunnahkan membacanya tiga kali.6.Bacaan duduk antara dua sujud.Yaitu seperti bacaan rabbighfirliy... Yang wajib sekali, disunnahkan membacanya tiga kali.7.Tasyahud awalYaitu membaca bacaan-bacaan tasyahud yang telah diriwayatkan dari Nabi shalallahu alaihi wassalam.8.Duduk pada tasyahud awalSebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa meninggalkan wajib shalat dengan sengaja membatalkan shalat. Adapun jika tidak sengaja atau karena jahil maka menggantinya dengan sujud sahwi.Sunnah-Sunnah ShalatBagian ketiga dari amalan (baca:perbuatan) dan bacaan dalam shalat adalah sunnah-sunnah shalat, yaitu selain apa-apa yang telah disebutkan dalam rukun maupun wajib shalat. Sunnah shalat ada dua jenis, ucapan maupun perbuatan.Pertama, sunnah berupa perkataan, bentuknya banyak sekali. Diantaranya: membaca doa iftiftah, taawudz, membaca basmalah, membaca surat setelah al Fatihah, membaca bacaan rukuk, sujud, doa antara dua sujud lebih dari sekali, doa setelah tasyahud akhir dan lainnya.Kedua, sunnah berupa perbuatan, bentuknya juga baca. Diantaranya: mengangkat tangan saat takbiratul ihram serta ketika akan dan setelah rukuk, meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri dan meletakkannya di atas dada saat berdiri, melihat tempat sujud, meletakkan tangan diatas lutut saat rukuk, menjauhkan antara perut dan paha, paha dan betis saat sujud, dan lainnya.Sunah-sunah ini tidak harus dikerjakan, tetapi barang siapa melakukannya maka ada tambahan pahala atasnya, adapun jika ditinggalkannya maka tidak ada dosa baginya.Semoga bermanfaat, sholawat dan salam semoga tercurah kepada Rosulullah serta keluarga dan sahabatnya.-Insyaallah bersambung pembahasan tentang tatacara (sifat) shalat Nabi-Selesai ditulis di Riyadh,1 Jumadil Awwal1432H (5 April2011)Abu Zakariya SutrisnoArtikel: www.thaybah.or.id /www.ukhuwahislamiah.comNote:[1]. Misal dalam suatu rekaat terlewat satu sujud, maka rekaat tersebut tidak dihitung. Misal shalat isya trus pada rekaat keempat lupa hanya sujud sekali, maka ia tetap menambah 1 rekaat lagi (shalat sampai 5 rekaat) karena rekaat yang keempat tersebut tidak dianggap.[2]. Dikeluarkan muslim dari hadist Abu Hurairah (602/152)[3]. Dari hadist Imran bin Hushain, Bukhari (1117), Abu Dawud(952), Tirmidzi (372)[4]. Sebagaimana dalam hadist muttafaqun alaihi dari Anas bahwa pada saat Rasulullah sakit para sahabat shalat dibelakangnya dengan duduk, Bukhari (379, 689,805), Muslim (411).[5]. Dikeluarkan Muslim dari hadist Aisyahradhiyallahu anha(730)[6]. Diriwayatkan dari Abu Hurairah tentangmusii shalah(orang yang jelek shalatnya), Bukhari (6251), Muslim (397)[7]. Abu Dawud (61), Tirmidzi (3), Ibnu Majah (275)[8]. Dari hadist Ubadah bin Shamith, Bukhari (756), Muslim(394)[9]. Hadist tentang rukuk baik yang berupa ucapan (perintah) maupun perbuatan Nabi mencapai tingkatan mutawatir.[10]. Dikeluarkan Muslim dari hadist Abu Hurairah (482)[11]. Muslim dari hadist Aisyah (498)[12]. Muslim (498)[13]. Bukhari (6328), Muslim (895), NasaI (1277).[14]. Bukhari (6251), Muslim (397)[15]. Muslim (498)[16]. Idem no. 4, dari hadist Anas , Bukhari (379, 689,805), Muslim (411).

Bagaimana kalau masbuk ketika shalat jumat?Makan apakah membatalkan shalat atau wudhu?