strategi dakwah raden jayengrono dalam ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/ethesis syahrul...

74
STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM MENYEBARKAN AJARAN ISLAM DI KECAMATAN PULUNG SKRIPSI O l e h: Syahrul Hakiki NIM. 211016037 Pembimbing; Dr. Muhammad Irfan Riyadi, M.Ag. NIP. 196601102000031001 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO 2020

Upload: others

Post on 29-Nov-2020

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM MENYEBARKAN

AJARAN ISLAM DI KECAMATAN PULUNG

SKRIPSI

O l e h:

Syahrul Hakiki

NIM. 211016037

Pembimbing;

Dr. Muhammad Irfan Riyadi, M.Ag.

NIP. 196601102000031001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO

2020

Page 2: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

i

ABSTRAK

Hakiki, Syahrul. 2020. Strategi Dakwah Raden Jayengrono Dalam Menyebarkan

Ajaran Islam di Kecamatan Pulung

Skripsi. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin, Adab dan

Dakwah Institut Agama Islam Negeri Ponorogo.Pembimbing Dr. Muhammad Irfan

Riyadi, M.Ag.

Kata kunci: Dakwah, Raden Jayengrono, Penyebaran Islam, Sejarah

Penyebaran Islam di wilayah Ponorogo tidak lepas dari ajaran yang dilakukan

oleh Wali Songo dan dilanjutkan oleh Bathoro Katong di Ponorogo. Penyebaran

Islam di wilayah Ponorogo Timur juga tidak lepas dari usaha dakwah Raden

Jayengrono. Di balik usaha dakwah Raden Jayengrono yang sungguh luar biasa,

banyak masyarakat yang tidak tahu bagaimana masa perjuangan Raden Jayengrono

saat menyebarkan ajaran Islam.

Berdasarkan latar belakang peneliti bertujuan untuk menjelaskan bagaimana

cara berdakwah Raden Tumenggung Jayengrono dalam menyebarkan agama Islam di

Kecamatan Pulung, untuk mengetahui media yang digunakan Raden Jayengrono

dalam menyebarkan ajaran Islam,untuk mengetahui bagaimana hasil yang dicapai

beliau dalam menyebarkan ajaran Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif historiografis dengan menjelaskan sejarah melalui pengumpulan data.

Sumber data yang digunakan penulis yaitu menggunakan dua sumber . yang pertama

data primer (wawancara dengan juru kunci serta beberapa tokoh desa) dan kedua data

sekunder (Buku dan peninggalan). Adapun untuk pengumpulan data yang diperlukan

menggunakan metode di antaranya observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa strategi dakwah Raden

Jayengrono dalam menyebarkan ajaran Islam di Kecamatan Pulung sebagai berikut:

(1) Memberikan contoh perilaku yang baik kepada masyarakat. (2) Berkeliling

wilayah kekuasaannya. (3) Mendakwahi masyarakat abangan. (4) Melestarikan

tradisi kenduri (slametan). Media yang digunakan untuk berdakwah adalah : (1)

Membangun masjid dan padepokan. (2) Menggunakan terbangan. (3) Menggunakan

bedug. (4) Gamelan. Hasil yang dicapai adalah: (1) Semakin banyak masyarakat yang

mengerti tentang ajaran Islam. (2) Kegiatan keagamaan semakin berkembang. (3)

Banyaknya masjid-masjid yang dibangun di wilayah Pulung. (5) Masyarakat Pulung

mayoritas beragama Islam.

Page 3: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

ii

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH

Alamat: Jl. Puspita Jaya Desa Pintu, Jenangan, Ponorogo 63492

Email: [email protected]: http://fuad.iainponorogo.ac.id

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi atas nama Saudara:

Nama : Syahrul Hakiki

NIM : 211016037

Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas : Ushuluddin, Adab danDakwah

Judul : Strategi Dakwah Raden Jayengrono dalam Menyebarkan ajaran :

;;Islam di .Kecamatan Pulung

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji dalam Ujian Munaqosah.

Ponorogo, 21 April 2020

Mengetahui,

Ketua Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. Iswahyudi, M.Ag.

NIP. 197903072003121003

Dr. Muh. Irfan Riyadi, M.Ag.

NIP. 196601102000031001

Page 4: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

iii

Page 5: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

iv

Page 6: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

v

Page 7: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap aktivitas manusia dalam hidup dan kehidupannya, tidak terlepas

dari kegiatan berkomunikasi seperti berbicara, menulis, memandang, dan

mendengar.1 Komunikasi adalah proses pertukaran simbol, pesan, dan

informasi diantara dua individu atau lebih.2 Dalam berkomunikasi pengirim

pesan disebut dengan komunikator, sedangkan penerima pesan disebut dengan

komunikan. Dalam kegiatan komunikasi, komunikasi dapat dilakukan oleh

siapa saja, dimana saja dan bahkan kapan saja.

Islam adalah agama yang berisi dengan petunjuk-petunjuk agar

manusia secara individual menjadi manusia yang baik, beradab, dan

berkualitas. Di samping itu, Islam sebagai agama yang disebut agama dakwah,

maksudnya adalah agama yang disebarluaskan dengan cara damai tidak

melalui kekerasan.3 Tidak melalui kekerasan diartikan penyebaran ajaran Islam

dapat dilakukan dengan berkomunikasi dengan baik antar sesama umat

muslim.

Bagi seorang muslim, sebaik-baiknya berkomunikasi adalah perkataan

yang baik. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzāb ayat 71 :

وقو لوا قولا سديداا يايها الذين امنوا اتقوا الله

1 Hamidi, Teori Komunikasi Dan Strategi Dakwah (Malang : UMM Pers, 2010), 1. 2 Suryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Bandung : Pustaka Setia, 2015), 48. 3 M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta : Prenada Media, 2004), 1.

Page 8: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

2

Artinya : “Hai manusia yang beriman, bertakwalah kamu kepada

Allah dan katakanlah perkataan yang benar,”4

Dalam penerapannya, perkataan yang baik tidak hanya digunakan

dalam percakapan sehari-hari. Tetapi bagi seorang muslim, berdakwah juga

harus menggunakan perkataan yang baik untuk menyampaikan sebuah ajakan

yang menuju kejalan kebenaran. Tujuan dari penggunaan perkataan yang baik

dalam berdakwah adalah agar tidak melukai perasaan sesama umat muslim,

sehingga pesan da’i dapat diterima secara baik oleh mad’u.

Dengan demikian dakwah adalah segala bentuk aktivitas penyampaian

ajaran Islam kepada orang lain dengan berbagai cara yang bijaksana untuk

terciptanya individu dan masyarakat yang menghayati dan mengamalkan

ajaran Islam dalam semua lapangan kehidupan.5

Seorang da’i harus menyadari bahwa yang diajak ke dalam Islam

bukan saja sebagian manusia atau manusia tertentu, melainkan semua

manusia. Berdakwah bukan untuk waktu sementara, tapi sepanjang zaman

hingga datangnya kiamat. Selain itu, berdakwah tidak membedakan jenis

kelamin, stratifikasi sosial, etnis, waktu, dan tempat tertentu.6

Allah SWT menciptakan umatnya berbeda-beda agar saling

mengenal sesama umatnya. Semua sama di mata Allah SWT, yang

membedakan muslim satu dengan muslim lainnya adalah tingkat

4Yayasan Wisma Damai, Al-Qur’an Dengan Terjemahannya dan Tafsir Singkat (Jakarta :

Percetakan YWD, 2007), 1471. 5 Aziz, Ilmu Dakwah, 11. 6 Hamidi, Teori Komunikasi, 12.

Page 9: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

3

ketaqwaannya dan hanya Allah yang mengetahui hal tersebut. Pada waktu

banyak kerajaan-kerajaan di Indonesia banyak beragam kepercayaan serta

perbedaan keagamaan antara masyarakat di waktu tersebut.

Di Kabupaten Ponorogo sendiri, kira-kira empat ratus lima puluh

tahun silam masih sebuah kerajaan yang bernama Kademangan Surukubeng

yang dipimpin oleh Ki Gede Ketut Suryo Ngalam atau dikenal dengan Ki

Ageng Kutu yang beragama Budha. Kademangan Surukubeng ini masih

wilayah dari kerajaan Majapahit, salah satu kerajaan Hindu-Budha terbesar

yang ada di Indonesia.7

Di masa tersebut, masyarakat di Kademangan Surukubeng masih

banyak yang beragama Budha. Tetapi di sisi lain, Raden Katong, salah satu

Raden yang masih keturunan dari Kerajaan Demak, kerajaan Islam yang ada

di Pulau Jawa, diutus untuk menyebarkan Islam di wilayah Brang Wetan atau

wilayah timur, termasuk di wilayah Ponorogo. Penyebaran Islam di Ponorogo

diwarnai dengan peperangan antara umat Islam dan umat Budha. Tetapi

peperangan ini dimenangkan oleh umat Islam.

Setelah peperangan tersebut selesai, perkembangan Islam di

Ponorogo semakin pesat. Para santri yang berasal dari kerajaan Demak

membantu menyebarkan agama Islam di empat penjuru sehingga menambah

laju dan pesatnya jumlah pemeluk agama Islam di Ponorogo. Walaupun

demikian, Raden Bathoro Katong tidak melarang orang-orang terdahulu

masih memeluk agama yang lama yaitu agama Hindu dan Buddha. Para

7 Purwowijoyo, Babad Ponorogo Jilid I R.A. Surodiningrat (Ponorogo : Dinas Pariwisata Dan Seni

Budaya, PEMKAB Ponorogo, 1985), 11.

Page 10: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

4

Bhiksu dan Pendeta masih mendapat pengayoman dari sang adipati Bathoro

Katong. 8

Begitu pula dengan keberagaman kepercayaan di wilayah timur

Ponorogo sebelum datangnya Raden Jayengrono sebagai penyebar agama

Islam di wilayah timur Ponorogo. Kepercayaan di wilayah timur Ponorogo

sebelum datangnya Raden Jayengrono masih berupa kepercayaan Kejawen.

Kejawen adalah sebuah kepercayaan yang terutama dianut di Pulau Jawa oleh

suku Jawa dan suku bangsa lainnya yang menetap di pulau Jawa. Kitab-kitab

dan naskah kuno Kejawen tidak menegaskan ajarannya sebagai sebuah

agama. Kejawen juga tidak dapat dilepaskan dari agama yang dianut karena

filsafat Kejawen dilandaskan pada ajaran agama yang dianut oleh filsuf Jawa.9

Penyebaran Islam di wilayah timur dimulai dari penebangan hutan yang

dilakukan di Ponorogo sebelah timur. Dalam penebangan ini wilayah hutan

yang ditebang adalah wilayah Siman, Jetis, Sawoo, Sambit, Pulung, Pudak,

Sooko, dan Mlarak. Wilayah ini dinamakan Kabupaten Pedanten. Kabupaten

ini dipimpin oleh Raden Jayengrono, salah satu Raden keturunan Raden

Patah, raja dari Kerajaan Demak, Kerajaan Islam yang ada di sebelah pesisir

Pulau Jawa. Beliau hingga akhir hayatnya, Raden Jayengrono dimakamkan di

Desa Pulung Merdiko.

Semasa hidupnya, Raden Jayengrono suka berkeliling di wilayah

kekuasaannya seorang diri untuk berpatroli dan berdakwah, sehingga oleh

rakyatnya diberikan julukan Kyai Sambang Dalan. Beliau berhasil

8 Purwowijoyo, Babad Ponorogo Jilid I, 64. 9 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kejawen diakses pada 21 Januari Pukul 10: 26 WIB.

Page 11: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

5

mengIslamkan masyarakat di Pulung serta beberapa kecamatan yang termasuk

dalam Kabupaten Pedanten. Raden Jayengrono berhasil mengislamkan

wilayah Pedanten dengan bantuan para santri utusan dari Kerajaan Demak

yang ditugaskan untuk membantu penyebaran Islam di Brang Wetan atau

wilayah timur.

Selain berhasil mengislamkan penduduk Kabupaten Pedanten pada

masa tersebut, beliau meninggalkan beberapa peninggalan benda maupun

bangunan bersejarah seperti masjid sebagai tempat berdakwah beliau untuk

mengajarkan agama Islam serta sebagai bukti bahwa beliau pernah

menyebarkan agama Islam di wilayah Pulung.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti

bagaimana perkembangan Islam di Wilayah timur khususnya wilayah

Kecamatan Pulung dan bagaimana strategi komunikasi dakwah Raden

Jayengrono dalam menyebarkan ajaran agama Islam. Maka peneliti

mengambil judul “Strategi Dakwah Raden Jayengrono dalam

menyebarkan ajaran Islam di Kecamatan Pulung”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, tulisan ini difokuskan pada

Strategi Dakwah Raden Jayengrono dalam menyebarkan ajaran Islam di

Kecamatan Pulung. Jika diajukan dalam bentuk pertanyaan sub masalah

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana cara dakwah Raden Jayengrono dalam menyebarkan agama

Islam di Kecamatan Pulung ?

Page 12: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

6

2. Bagaimana media yang digunakan Raden Jayengrono dalam menyebarkan

Islam ?

3. Bagaimana hasil yang dicapai Raden Jayengrono dalam menyebarkan

Islam ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin diperoleh dari rumusan masalah diatas

sebagai berikut :

1. Menjelaskan bagaimana cara berdakwah Raden Tumenggung Jayengrono

dalam menyebarkan agama Islam di Kecamatan Pulung

2. Menjelaskan media yang digunakan Raden Jayengrono dalam

menyebarkan ajaran Islam

3. Menjelaskan bagaimana hasil yang dicapai beliau dalam menyebarkan

ajaran Islam

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu untuk menambah

pengetahuan sejarah perkembangan agama Islam di Kabupaten Ponorogo

khususnya wilayah Kecamatan Pulung, serta agar masyarakat tahu tentang

bagaimana proses Islamisasi yang ada di Ponorogo wilayah timur khususnya

di wilayah Kecamatan Pulung.

E. Telaah Pustaka

Penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan peneliti dalam

melakukan penelititan sehingga dapat memperkaya teori yang digunakan

dalam mengkaji penelitian yang akan dilakukan. Dari penelitian terdahulu,

Page 13: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

7

peneliti tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul

penelitian yang peneliti tulis. Strategi Komunikasi Dakwah Raden Jayengrono

dalam menyebarkan ajaran Islam di Kecamatan Pulung baru pertama kali

sebagai bahan penelitian untuk dijadikan bahan skripsi. Namun peneliti telah

menemukan telaah pustaka empirik serta teoritis dari penelitian terdahulu

yang meneliti tentang penyebaran agama Islam di daerah lain sebagai

perbandingan penelitian.

Pertama, jurnal berjudul “Peran Kyai Muhammad Hasan dalam

penyebaran agama Islam di Desa Karanggebang”. Penelitian ini ditulis oleh

Fuad Fitriawan sebagai dosen Institut Agama Islam Sunan Giri Ponorogo dan

Kayyis Fithri Ajhuri sebagai dosen Institut Agama Islam Negeri Ponorogo.

Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji bagaimana proses dan peranan Kyai

Muhammad Hasan dalam menyebarkan agama Islam di Desa Karanggebang,

Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo. Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif dan metode sejarah. Perbedaan dari penelitian terdahulu adalah di

objek penelitian, dimana peneliti terdahulu meneliti penyebaran Islam di Desa

Karanggebang di Kecamatan Jetis oleh Kyai Muhammad Hasan, sedangkan

penelitian kali ini akan meneliti bagaimana tentang strategi komunikasi

dakwah Raden Jayengrono dalam menyebarkan Islam di Kecamatan Pulung.

Sedangkan dari segi teori yang digunakan sama yaitu pendekatan kualitatif

dan pendekatan sejarah.10

10 Fuad Fitriawan, Kayyis Fithri Ajhuri. “Peran Kyai Muhammad Hasan dalam proses Penyebaran

Agama Islam di Desa Karanggebang,” Dialogia 15 ( Desember ,2017).

Page 14: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

8

Kedua, skripsi yang berjudul “Peranan Bathoro Katong dalam

penyebaran agama Islam di Ponorogo pada abad ke XV Masehi”. Skripsi ini

ditulis oleh Elfa Lusiana Tyas mahasiswa Universitas Jember. Perbedaan

penelitian terdahulu adalah di objek penelitian, dimana peneliti terdahulu

meneliti penyebaran Islam di Kabupaten Ponorogo di abad ke XV Masehi

oleh Bathoro Katong, sedangkan penelitian kali ini akan mengkaji bagaimana

strategi komunikasi dakwah Raden Jayengrono dalam menyebarkan Islam di

Kecamatan Pulung. Sedangkan dari segi teorinya sama dengan menggunakan

pendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11

Ketiga, skripsi yang berjudul “Peranan Bathoro Katong dalam

Islamisasi di Ponorogo pada tahun 1482-1496”. Jurnal ini ditulis oleh Antika

Christantina Mahasiswi Universitas Negeri Malang. Perbedaan penelitian

terdahulu adalah di objek penelitian, dimana peneliti terdahulu meneliti

bagaimana peranan Bathoro Katong dalam Islamisasi di Ponorogo pada tahun

1482-1496, sedangkan penelitian kali ini akan mengkaji bagaimana strategi

komunikasi dakwah Raden Jayengrono dalam menyebarkan Islam di

Kecamatan Pulung. Perbedaan dari penelitian terdahulu adalah di objek

penelitian, penelitian terdahulu menjadikan Raden Bathoro Katong sebagai

objek penelitian, sedangkan penelitian kali ini menjadikan Raden Jayengrono

sebagai objeknya. Sedangkan dari segi teorinya sama, yaitu menggunakan

pendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.12

11Elfa Lusiana Tyas, “Peranan Bathoro Katong dalam penyebaran Agama Islam di Ponorogo pada

abad ke XV Masehi,” (Skripsi, UNEJ, Jember, 2018). 12Antika Christantina, “Peranan Bathoro Katong dalam Islamisasi di Ponorogo pada tahun 1482-

1496,” (Skripsi, UNM, Malang, 2012).

Page 15: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

9

Keempat, buku Babad Ponorogo jilid III karya Puwowijoyo yang

diterbitkan pada tahun tahun 1985. Dalam buku ini membahas tentang sejarah

Raden Jayengrono, Kabupaten Pedanten dan sejarah beberapa tempat yang

ada di Kabupaten Pedanten.13

Kelima, buku Babad Ponorogo Jilid V karya Purwowijoyo. Di

dalam buku ini membahas tentang sejarah desa Pulung Merdiko yang menjadi

tempat pemakaman Raden Jayengrono saat ini. Dalam buku ini membahas

pula beberapa sejarah desa yang ada di Kabupaten Ponorogo.14

Dari kelima penelitian tersebut, terdapat perbedaan antara

penelitian-penelitian tersebut dengan penelitian ini. Dalam penelitian empiris,

yaitu perbedaannya terletak pada objek yang diteliti sedangkan persamaannya

terletak pada pendekatan yang digunakan yaitu menggunakan pendekatan

Sejarah. Sedangkan di dalam pendekatan teoritis, membahas tentang sejarah-

sejarah di Kabupaten Ponorogo serta proses Islamisasi beberapa wilayah yang

ada di Kabupaten Ponorogo.

Dengan menelaah perbedaan pada kelima penelitian terdahulu,

penulis mengambil keputusan bahwa belum ada penelitian tentang strategi

komunikasi dakwah Raden Jayengrono dalam menyebarkan Islam di

Kecamatan Pulung. Oleh karena itu penulis mengajukan judul Strategi

Komunikasi Dakwah Raden Jayengrono dalam menyebarkan ajaran Islam di

Kecamatan Pulung.

13Purwowijoyo, Babad Ponorogo Jilid III, R.A Surodingrat Ponorogo : Dinas Pariwisata Dan Seni

Budaya, PEMKAB Ponorogo, 1985. 14Purwowijoyo, Babad Ponorogo Jilid V, R.A Surodingrat Ponorogo : Dinas Pariwisata Dan Seni

Budaya, PEMKAB Ponorogo, 1985.

Page 16: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

10

F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah proses atau cara ilmiah untuk mendapatkan

data yang akan digunakan untuk keperluan penelitian. Penelitian merupakan

suatu penyelidikan yang sistematis yang meningkatkan sejumlah pengetahuan,

juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk

menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.15

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan metodologi penelitian

Kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah suatu metode penelitian yang bertujuan

untuk mendapatkan pemahaman tentang tentang kenyataan. Melalui metode

ini, peneliti dapat mengenali objek yang diteliti.16

Penelitian kualitatif bisa dilakukan oleh peneliti di bidang ilmu sosial

dan perilaku, juga oleh para peneliti di bidang yang menyoroti masalah yang

terkait dengan perilaku dan peranan manusia.17

Selain menggunakan metodologi penelitian Kualitatif, dalam meneliti

objek yang akan diteliti kali ini peneliti juga menggunakan metode penelitian

sejarah atau Historiografi. Sejarah adalah semua cakupan pengetahuan tentang

kejadian alam semesta keseluruhan dan isinya seperti benda-benda, bintang-

bintang dan bumi dan semua peristiwa manusia yang terjadi di atasnya.18

15 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Metodologi_penelitian diakses pada 15 Desember 2019 21.00

WIB 16 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2008), 1 17 Anselm Strauss and Juliet Corbin, Basics of Qualitative Research, Terj. Muhammad Shodiq dan

Imam Muttaqien ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003), 6. 18 Hasan Usman, Manhaj Al-Bahth Al-Tarihi, Terj. Departemen Agama (Jakarta : Departemen

Agama Republik Indonesia, 1986), 5.

Page 17: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

11

Dalam penelitian kali ini, peneliti juga menggunakan penelitian

lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data-data dan

informasi dari objek yang diteliti.

2. Data dan Sumber data penelitian

Data dari penelitian adalah strategi dakwah yang dilakukan oleh Raden

Jayengrono untuk menyebarkan ajaran Islam di tengah masyarakat yang kala

itu masih belum mengenal ajaran Agama Islam secara mendalam khususnya

masyarakat di Kecamatan Pulung. Sedangkan sumber data dari penelitian

strategi dakwah Raden Jayengrono dalam menyebarkan ajaran Islam di

Kecamatan Pulung adalah dari wawancara Juru Kunci Makam Raden

Jayengrono di Kecamatan Pulung serta para tokoh desa yang dahulu desa

tersebut pernah ditempati oleh Raden Jayenngrono seperti Desa Ronosentanan

Kecamatan Siman dan Desa Kranggan Kecamatan Sukorejo, buku Babad

Ponorogo, serta jurnal yang berkaitan dengan penelitian dan Internet yang

dapat mendukung keabsahan data penelitian.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam sebuah kegiatan penelitian, teknik pengumpulan data adalah hal

yang terpenting dalam mengumpulkan data. Hal ini agar data yang diperoleh

sesuai dengan keadaan yang ada di lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode wawancara,

dokumentasi dan observasi.

Page 18: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

12

a. Metode wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang

berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka

mendengarkan langsung informasi-informasi dan keterangan-keterangan.19

Dalam penelitian kali ini, peneliti akan mengajukan pertanyaan dan

mewancarai secara langsung dengan juru kunci makam Raden Jayengrono

serta tokoh Desa Ronosentanan Kecamatan Siman dan Desa Kranggan

Kecamatan Sukorejo.

b. Dokumentasi

Dalam penelitian kali ini, peneliti akan mengambil foto bersejarah

yang digunakan beliau ketika berdakwah serta peninggalan beliau berupa

masjid dan bedug yang dahulu digunakan sewaktu beliau masih berdakwah

dan menyebarkan Islam di Kecamatan Pulung.

c. Observasi

Dalam metode observasi, peneliti akan terjun langsung ke lapangan

untuk mencari data serta faktor-faktor yang menghambat beliau sewaktu

masih dalam misi menyebarkan ajaran Islam.

4. Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian kali ini, prosedur pengolahan data yang dilakukan

oleh peneliti adalah sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi bagaimana strategi dakwah beliau dalam

menyebarkan Islam

19 Kholid Narbuko, Metodologi Penelitian (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), 83.

Page 19: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

13

b. Mengidentifikasi media apa saja yang beliau gunakan dalam

berdakwah

c. Menganalisis bagaimana hasil dakwah beliau ketika menyebarkan

ajaran Islam

d. Penarikan kesimpulan terhadap data yang sudah diteliti dan di analisis

5. Analisis data

Analisis data adalah proses penghimpunan atau pengumpulan,

permodelan dan transformasi data dengan tujuan untuk menyoroti dan

memperoleh informasi yang bermanfaat, memberikan saran, kesimpulan,

dan mendukung pembuatan keputusan. Analisis data mempunyai banyak

variasi pendekatan, teknik yang digunakan dan nama atau sebutan

bergantung pada tujuan dan bidang ilmu yang terkait.20

Dalam teknik analisis data ini peneliti akan menganalisis bagaimana

cara beliau berdakwah, media yang digunakan beliau, dan hasil yang

dicapai beliau selama berdakwah dan menarik sebuah kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan

Dalam rangka agar pembahasan skripsi ini dapat tersusun secara

sistematis sehingga penjabaran yang ada dapat dipahami dengan baik, maka

Peneliti membagi pembahasan ini dalam lima bab, dan masing-masing terbagi

kedalam beberapa sub bab, yaitu :

20 Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), 235.

Page 20: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

14

BAB I pendahuluan, bab ini membahas mengenai penjelasan yang

bersifat umum seperti latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

masalah, manfaat penelitian, telaah pustaka, landasan teori, metode penelitian,

dan sistematika penulisan.

BAB II pembahasan tentang landasan teori. Pada bab ini, peneliti

akan memaparkan pengertian strategi, dakwah, dan langkah-langkah dakwah.

BAB III membahas tentang gambaran umum penelitian yang

diangkat oleh peneliti meliputi biografi Raden Jayengrono, Sejarah

Kecamatan Pulung dan sejarah Desa Pulung Merdiko, serta masa perjuangan

Raden Jayengrono.

BAB IV membahas tentang analisis strategi dakwah Raden

Jayengrono dalam menyebarkan ajaran Islam di Kecamatan Pulung, Media

Dakwah yang digunakan untuk menyebarkan Islam, dan hasil dakwah yang

telah dicapai.

BAB V berisi tentang penutup yang meliputi kesimpulan dan saran

dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Page 21: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

15

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu Strategos. Strategi adalah

sebuah perencanaan untuk mencapai sebuah tujuan.1 Akan tetapi, untuk

mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang

hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan

bagaimana tak tik operasionalnya.2

Strategi akan gagal apabila taktik operasionalnya tidak dapat berjalan

dengan baik. Strategi memerlukan sebuah perencanaan yang matang agar

dapat berjalan dengan baik kedepannya dan dapat mencapai tujuan yang

diinginkan. Kegagalan sebuah strategi dapat terjadi apabila strategi tersebut

kurang dalam operasionalnya.

B. Dakwah

Ditinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari bahasa arab da’a, yad’u.

Arti dari dakwah adalah seruan atau ajakan untuk berbuat kebaikan.3 Bagi

seorang muslim, sebaik-baiknya sebuah komunikasi adalah dakwah.

Sedangkan dakwah menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

1 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Strategi diakses pada 20 Januari 2020 Pukul 14.30 WIB. 2 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung : Remaja Rosdakarya,

1997), 32. 3 Hamidi, Teori Komunikasi Dan Strategi Dakwah, 6.

Page 22: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

16

a. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah islam sebagai upaya

mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai

dengan perintah tuhan untuk kemaslahatan dunia dan akhirat.

b. Hamzah Ya’qub mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak umat

manusia dengan hikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk

Allah dan Rasul-Nya.

c. Menurut Muhammad Natsir dakwah mengandung arti kewajiban yang

menjadi tanggung jawab seorang muslim dalam amar ma’ruf nahi

munkar.

d. Menurut Syaikh Muhammad Abduh mengatakan bahwa dakwah adalah

menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran adalah

fardhu yang diwajibkan kepada setiap muslim.4

Berdakwah merupakan suatu misi dari seorang da’i untuk mengajak

umatnya kejalan kebenaran. Tujuan dari dakwah terbagi menjadi dua yaitu

tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan dakwah jangka

panjang yaitu agar manusia dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercapai

individu yang baik, keluarga yang sakinah, dan masyarakat yang madani.

Sedangkan tujuan jangka pendek dari dakwah adalah untuk menyeru

kepada manusia agar mengikuti dan mematuhi ajaran Allah dan Rasul-

Nya.5

Dalam kegiatan berdakwah atau aktivitas berdakwah perlu

memperhatikan unsur-unsur yang terkandung antara lain :

4 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2011), 1-2. 5 Ibid., 9.

Page 23: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

17

1) Da’i

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan

maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok

atau berbentuk organisasi atau lembaga. Da’i juga harus tahu apa yang

disajikan dakwah tentang Allah, alam semesta, dan kehidupan, serta

apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi terhadap

problema yang dihadapi manusia.6 Semua pribadi Muslim berperan

secara otomatis sebagai da’i atau orang yang menyampaikan pesan.

Untuk itu dalam komunikasi dakwah yang berperan sebagai da’i ialah :

a) Secara umum adalah setiap Muslim dan Muslimat yang

dewasa dimana bagi mereka kewajiban dakwah merupakan

suatu yang melekat tidak terpisahkan dari misinya sebagai

penganut Islam sesuai dengan perintah : “Sampaikan

walaupun hanya satu ayat”.

b) Secara khusus adalah mereka yang mengambil spesilisasi

khusus dalam bidang agama Islam yang dikenal dengan

panggilan ulama.7

Hal ini dapat disimpulkan bahwa kewajiban berdakwah

adalah untuk semua kaum Muslim dan Muslimat sebagai penganut

agama Islam dan sesungguhnya setiap muslim adalah seorang da’i.

6 Aziz, Ilmu Dakwah, 75-78. 7 Ibid., 79.

Page 24: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

18

2) Mad’u

Unsur dakwah yang kedua adalah Mad’u. Mad’u adalah

manusia yang menjadi sasaran dakwah atau penerima dakwah, baik

sebagai individu atau kelompok, baik manusia yang beragama Islam

maupun tidak.8 Dapat diartikan bahwa objek dakwah ini adalah

keseluruhan manusia.

3) Materi dakwah

Materi dakwah adalah isi pesan yang disampaikan da’i pada

mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang enjadi materi dakwah

adalah ajaran Islam sendiri.9 Isi pesan ini bersumber dari kitab Al-

Qur’an dan hadits. Al-Qur’an merupakan kitab pedoman hidup bagi

umat muslim Islam.

Al-Qur’an sejak pertama kali diturunkan, sekarang, dan di

masa mendatang, selalu menjadi sumber rujukan dan inspirasi

dakwah.10

4) Media dakwah

Media dakwah adalah alat yang dipergunakan untuk

menyampaikan materi dakwah kepada mad’u. Untuk menyampaikan

ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat mempergunakan berbagai

media di antaranya :

8 Khatib Pahlawan Kayo, Kepemimpinan Islam dan Dakwah, (Jakarta : Amzah, 2005), 90. 9Ibid., 94. 10Asep Muhidin, Dakwah dalam Perspekti Al-Qur’an, (Bandung : Pustaka Setia, 2002), 29.

Page 25: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

19

a) Lisan merupakan media dakwah yang paling sederhana yang

menggunakan lidah dan suara dan dapat berbentuk pidato,

ceramah, penyuluhan, dan sebagainya.

b) Tulisan yang dapat berupa buku atau karya tulis lainnya.

c) Lukisan atau gambar.

d) Audio visual yaitu alat dakwah yang merangsang indra

pendengaran dan penglihatan.

e) Akhlak, dengan melakukan perbuatan-perbuatan nyata yang

mencerminkan ajaran Islam.11 Perbuatan-perbuatan yang baik

menurut ajaran Islam seperti bersedekah, beribadah, dan

perbuatan lain yang terpuji. Dalam melakukan perbuatan-

perbuatan tersebut, mad’u akan menilai perilaku da’i tersebut

apakah da’i tersebut mempunyai akhlak yang baik atau tidak.

Selain menggunakan media-media di atas, proses pelaksanaan

penyampaian ajaran Islam bisa dengan menempatkan aktifitasnya

menginspirasi bagaimana Al-Qur’an merespon kondisi sosio-kultural

masyarakat.12 Kondisi sosio-kultural masyarakat memang berpengaruh

untuk keberhasilan berdakwah. Dapat diterimanya dakwah oleh mad’u

tergantung bagaimana seorang da’i menyampaikannya cara dakwahnya

kepada masyarakat. Ada tiga perspektif dimana dakwah dapat diterima

oleh mad’u, diantaranya :

11 Aziz, Ilmu Dakwah, 120. 12 Khoiro Ummatin, Sejarah Islam dan Budaya Lokal (Yogyakarta : Kalimedia, 2015), 180.

Page 26: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

20

1. Dakwah mengikuti alur budaya

Pelaksanaan dakwah model ini da’i selaku aktor dalam

berdakwah harus membaur dengan masyarakat, dan berpartisipasi

aktif mengikuti alur budaya masyarakat. 13 karakter seorang da’i

berperan penting pada model dakwah ini.

2. Dakwah dengan media budaya

Budaya dan tradisi masyarakat yang bisa dijadikan media

dakwah jumlahnya sangat banyak.14 Da’i dapat menggunakan

media apa saja untuk berdakwah. Dakwah menggunakan alat-alat

musik tradsional seperti gamelan, gong, atau alat musik lainnya

serta kesenian yang ada di masyarakat.

Dakwah dengan media budaya bisa mempertemukan antara

kepentiangan syiar dan kepentingan penanaman nilai-nilai Islam

satu sisi, dan pada sisi yang lain memang masyarakat memiliki

watak dasar mencintai budaya dan kesenian. Dakwah dengan tema

budaya

Pelaksanaan dakwah tahap selanjutnya bisa diwujudkan

dengan tema kajian tentang budaya atau tradisi agar budaya dan

tradisi bisa dipahami dengan baik. 15 Penggunaan media kentongan

dan bedug masjid serta gending-gending dan kesenian yang ada

merupakan salah satu cara berdakwah dengan tema budaya.

13 Ummatin, Sejarah Islam, 180. 14 Ibid., 181-183. 15 Ibid.

Page 27: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

21

Dari beberapa media yang digunakan, dakwah dengan cara

lisan biasanya sering dilakukan karena dianggap paling praktis, yang

dimana metode ini bisa disesuaikan dengan kondisi mad’u yang

dihadapinya saat itu. Dengan metode ini da’i dengan mad’u dapat

bertatapan secara langsung dan dapat berinteraksi satu sama lain,

sehingga mad’u dapat bertanya kepada da’i secara langsung. Selain

dengan metode lisan, dakwah dengan mengunnakan budaya atau

tradisi yang ada di masyarakat biasanya juga sering digunakan.

Dakwah dengan model ini biasanya lebih disukai oleh mad’u,

dikarenakan dengan pendekatan budaya, mad’u lebih tertarik untuk

menerima ajaran tersebut.

5) Efek dakwah

Efek dakwah dalam bahasa Arab Atsar yang berarti bekasan,

sisa, atau tanda.16 Efek dakwah atau sering disebut dengan umpan

balik dari mad’u yang telah diberikan ajaran tentang Islam akan

timbul setelah da’i berdakwah.

C. Strategi dakwah

Strategi dakwah masih ada hubungannya dengan management. Kedua

kata tersebut mengarah pada sebuah perencanaan atau planning yang

diterapkan oleh individu atau kelompok. Pengertian dari strategi adalah

sebuah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan

16 Aziz, Ilmu Dakwah, 138.

Page 28: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

22

implementasi ide atau gagasan perencanaan dan pelaksanaan sebuah

kegiatan dalam kurun waktu tertentu.17

Pengertian dari dakwah adalah panggilan, ajakan, atau seruan.

Panggilan atau ajakan kepada umat manusia untuk amar ma’ruf nahi

munkar. Berdasarkan pengertian diatas dapat diambil pengertian strategi

dakwah adalah tak tik dalam menyampaikan sebuah ajaran untuk berbuat

kebaikan agar ajaran kebaikan tersebut dapat diterima dengan baik oleh

mad’u.

Dakwah tidak hanya verbal saja, tetapi dakwah dapat disampaikan

melalui sebuah media. Media tersebut adalah perantara pesan dan termasuk

strategi dalam penyebaran agama islam dan alat penyampai pesan yang

akan disampaikan komunikator kepada komunikan.

D. Metode dakwah

Metode dakwah adalah jalan yang dipakai juru dakwah untuk

menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting peranannya,

suatu pesan walaupun baik, tetapi disampaikan melalui metode yang tidak

benar, pesan itu bisa saja ditolak oleh mad’u.18

Dalam menyampaikan suatu dakwah, da’i harus jeli dan bijak

dalam memilih metode dakwah agar ajaran Islam dapat diterima dengan

baik oleh mad’u.

17 Abdul Basit, Fislsafat Dakwah. (Depok : PT. Raja Grafindo, 2017), 165. 18 Ali Aziz, Ilmu Dakwah, 123.

Page 29: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

23

E. Teori Dakwah

Teori adalah seperangkat pernyataan dengan kadar abstraksi yang

tinggi yang saling berkaitan, dan dari hal tersebut proposisi bisa dihasilkan,

dapat diuji secara ilmiah, dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi

mengenai perilaku.19 Teori dakwah adalah proses konseptualisasi (proses

abstraksi dalam bentuk pernyataan dan proposisi) mengenai realitas

dakwah.20 Dakwah harus bisa mengusasai teori agar ilmu yang

disampaikan dapat diterima dengan baik oleh mad’u. Teori-teori dakwah

adalah sebagai berikut :

a. Teori Citra Da’i

Teori citra Da’i adalah proposisi-proposisi sebagai hasil dari

istinbath, iqtibas dan istiqra’ mengenai da’i.21 Da’i berperan sebagai

pengajak atau penyeru untuk berbuat kebaikan harus mempunyai citra

yang baik dimata mad’u. Citra da’i dapat berupa da’i tersebut

berpenampilan menarik, berperilaku baik, ramah, dan berkharisma.

Pesona da’i saja tidak cukup untuk menghantarkan pada peluang

keberhasilan dakwah tanpa keahlian dalam mengemas pesan dakwah

menjadi menarik dan dapat dipahami oleh mad’u manakala

disampaikan sesuai cara berpikir dan cara merasa mad’u.22

Apabila seorang da’i mempunyai citra-citra tersebut, mad’u

akan senantiasa mudah menerima pesan-pesan yang diajarkan oleh

19 Saputra, Ilmu Dakwah, 115. 20 Ibid., 117. 21 Ibid. 22 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2003), 162.

Page 30: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

24

da’i tersebut. Selain mempunyai penampilan yang baik, da’i harus

memiliki sifat-sifat yang baik. Di antara sifat-sifat yang harus dimiliki

oleh seorang da’i adalah sebagai berikut :

1) Beriman

Beriman wajib bagi seorang da’i untuk beriman kepada apa

yang ia dakwahkan, yaitu kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-

Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhirat, juga beriman pada ketentuan-

ketentuan Allah.23

Beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-

rasul-Nya, hari akhirat, juga beriman pada ketentuan-ketentuan Allah

akan menjadi motivator da’i untuk mengajak umatnya semakin

mensyukuri nikmat dan apapun pemberian dari Allah dan

mengingatkan kepada umatnya bahwa ada kehidupan lagi setelah

kehidupan di dunia.

2) Bertakwa

Beriman saja tidak cukup bagi seorang da’i. Iman seorang da’i

tidak ada apa-apa tanpa disertai takwa. Takwa adalah menjauhi segala

yang dapat mendatangkan mudarat bagi agama. Menahan diri untuk

tidak melakukan sesuatu yang diharamkan oleh Allah. 24 Apabila

ketakwaan seorang da’i kuat, da’i tersebut akan selalu ingat kepada

Allah bahwa apa yang ia lakukan (dakwah) adalah sebuah perjuangan

dan bukan untuk kebutuhan individual.

23 Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah (Jakarta : Amzah, 2008), 137. 24 Ibid.,146.

Page 31: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

25

3) Ikhlas

Ikhlas memiliki andil yang sangat penting dalam meraih

keberhasilan. Oleh karena itu, segala yang keluar dari seorang da’i

baik berupa ucapan maupun amal perbuatan haruslah diniatkan

semata-mata untuk mengharap ridha Allah.25 Keikhlasan seorang da’i

tidak dapat diketahui oleh siapapun. Hanya Allah yang mengetahui

seberapa kadar keikhlasan seorang da’i ketika berdakwah dan

mengajak umatnya untuk berbuat kebaikan.

4) Tawadhu’

Tawadhu’ ialah merendahkan diri dan penuh cinta kasih terhadap

orang-orang yang beriman. Orang yang tawadhu’ tidak suka

menonjolkan diri, tidak sombong dan selalu menjaga agar dirinya tetap

dihargai orang lain menurut apa adanya. Seorang da’i yang tawadhu’

akan selalu menjauhkan diri dari sifat dan perbuatan yang berlebihan.26

Orang yang beriman tahu bahwa sifat menonjolkan diri

merupakan wujud dari kesombongan dan sombong adalah salah satu

sifat yang dibenci oleh Allah. Menyombongkan apa yang dimilikinya

baik kekuatan ataupun hal lainnya sehingga orang lain akan

menghormatinya.

5) Amanah

Pada hakikatnya, sifat amanah adalah sifat asasi bagi seorang da’i

dan juga merupakan sifat yang wajib dimiliki oleh para nabi dan

25 An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah, 147. 26 Ibid., 154-155.

Page 32: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

26

Rasul. Seberat apapun amanah yang dibebankan kepada seorang da’i,

maka ia wajib untuk menyampaikan kepada yang berhak

menerimanya.27

Mengemban amanah Allah tidaklah mudah. Terkadang terjadi

penolakan terhadap amanah yang akan disampaikan. Hal ini

dikarenakan kondisi mad’u masih belum mengerti tentang bagaimana

ajaran Islam.

6) Sabar dan tabah

Seorang da’i yang menginginkan kebaikan dalam dakwahnya

perlu memiliki sifat yang sabar dalam segala situasi dan kondisi.

Adanya hambatan, halangan, dan rintangan di jalan dakwah niscaya

adanya.28 Penolakan, cemoohan, pendustaan sudah pasti ada dalam

berdakwah. Maka dari itu seorang da’i harus mempunyai sifat

istiqamah, sabar dan tabah ketika mengemban tugas mulia dari

Allah.29

b. Teori medan dakwah

Teori medan dakwah adalah proposisi-proposisi istibath, iqtibas

dan istiqra’ mengenai berbagai persoalan mad’u.30 Medan dakwah

disini adalah berbagai situasi dan kondisi di lapangan yang ada pada

mad’u. Situasi ini dapat berupa situasi Teologis, Kutural, dan

struktural mad’u.

27 An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah, 162-163. 28 Ibid, 163-164. 29 Kayo, Kepemimpinan Islam, 97-98.

30 Saputra, Ilmu Dakwah, 117.

Page 33: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

27

Dalam menghadapi situasi Teologis, Kultural, dan struktural

mad’u, da’i harus dapat mempunyai Ilmu pengetahuan yang luas,

sabar, dan lemah lembut.

c. Teori Proses dan tahapan dakwah

Ada beberapa tahapan dakwah Rasulullah dan para sahabatnya

yang dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu tahap pembentukan

(takwin), tahap penataan (tandzim), dan tahap perpisahan.31

1) Tahap Pembentukan (Takwin)

Pada kegiatan ini kegiatan utamanya adalah dakwah bil

lisan (tabligh) sebagai ikhtiar sosialisasi ajaran tauhid kepada

masyarakat. Sasarannya bagaimana supaya terjadi internalisasi

Islam dalam kepribadian mad’u.

2) Tahap Penataan (Tandzim)

Pada tahapan ini, sekelompok individu akan di

kelompokkan untuk diberikan ajaran Islam. Maksud dari

pengorganisasian ini agar mudah ketika berdakwah dan

menyampaikan ajaran Islam.

3) Tahap Pelepasan

Pada tahapan ini masyarakat atau mad’u akan dilepas secara

manajerial dan telah siap menjadi mad’u yang mandiri karena

31M. Nur Dalinur. “Dakwah, Teori, Definisi dan Macamnya,” Wardah , 23 (Desember, 2011), 140.

Page 34: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

28

sudah banyak yang mengerti tentang ajaran-ajaran Islam dan

sudah siap meneruskan risalah dari da’i.32

F. Langkah – langkah dakwah

Langkah-langkah dakwah dalam menyebarkan agama islam

diantaranya :

a. Bi Al-hikmah

Bi Al-hikmah adalah penentu sukses tidaknya dakwah. Oleh

karena itu da’i dituntut untuk mampu mengerti dan memahami sekaligus

memanfaatkan latar belakangnya, sehingga apa yang diungkapkan dapat

diterima dan dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan

menyejukkan kalbunya. 33

Dalam kondisi seperti ini, da’i harus memperhatikan situasi dan

kondisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan

mereka, sehingga di dalam menjalankan ajaran Islam mereka tidak lagi

terpaksa dan merasa keberatan.34

b. Al-mau'idza Al-hasanah

Al-mau'idza Al-hasanah adalah kata-kata yang merasuk ke

dalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan

penuh kelembutan, tidak membongkar atau membeberkan kesalahan

32M. Nur Dalinur. “Dakwah, Teori, Definisi dan Macamnya,” Wardah , 23 (Desember, 2011), 140. 33 Munir, Metode Dakwah, 11-12. 34 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013), 22.

Page 35: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

29

orang lain sebab kelemah-lembutan dalam menasihati dapat meluluhkan

hati yang keras. 35

c. Al-mujadalah

Al-mujadalah atau bertukar pendapat oleh kedua pihak yang

sinergis tanpa adanya suasana yang mengharuskan adanya permusuhan.36

Al-Mujadalah dilakukan dengan berdiskusi antar individu atau kelompok.

G. Sumber dakwah

Bagi kaum muslimin, Al-Qur’an diyakini sebagai mukjizat terbesar

di sepanjang zaman. Al-Qur’an mempunyai banyak keistimewaan, baik

dari segi keindahan, susunan ayat, munasabah antar ayat dan antar surat

maupun dari segi penggunaan terma serta kandungan maknanya. Al-

Qur’an adalah suatu kitab yang terbuka untuk dipelajari, dipahami,

ditelaah, dan dianalisis.37

Oleh sebab itu Al-Qur’an dijadikan buku pedoman umat muslim dan

muslimat untuk menyebarkan ajaran Islam atau berdakwah. Di dalam Al-

Qur’an, banyak terdapat tentang petunjuk-petunjuk hidup serta ajaran –

ajaran Islam yang berguna untuk kehidupan agar selamat di dunia

maupun akhirat. Selain Al-Qur’an, sumber dakwah lain adalah hadits –

hadits Rasulullah. Dalam hadits-hadits Rasulullah banyak dijumpai

sunnah-sunnah Rasulullah ketika beliau masih menyiarkan dakwahnya.38

35 Munir, Metode Dakwah, 18. 36 Ibid.,20. 37 Muhidin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, 9. 38 Munir, Metode Dakwah, 21.

Page 36: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

30

BAB III

BIOGRAFI RADEN JAYENGRONO

A. Asal Usul Raden Jayengrono

Penyebaran Islam di wilayah Ponorogo tidak lepas dari ajaran yang

dilakukan oleh Wali Songo di Pulau Jawa dan dilanjutkan oleh Bathoro

Katong. Penyebaran Islam di wilayah Ponorogo Timur juga tidak lepas dari

usaha dakwah Raden Jayengrono. Raden Jayengrono adalah penyebar Islam di

wilayah Pedanten atau Wilayah Ponorogo Timur. Pedanten adalah kadipaten di

bawah kekuasaan Raden Jayengrono. Wilayah Pedanten meliputi Kecamatan

Siman, Kecamatan Mlarak, Kecamatan Jetis, Kecamatan Sawoo, Kecamatan

Sambit, Kecamatan Pulung, Kecamatan Pudak, dan Kecamatan Sooko. Raden

Jayengrono diperkirakan lahir pada tahun 1676 M dan wafat pada tahun 1780

M. Beliau keturunan dari Adipati Arya Metahun Suro Negoro dan Nyai Ayu

Putri Songko dari kerajaan Jipang, Bojonegoro.1

Raden Jayengrono masih ada keturunan darah dari kerajaan Majapahit

yaitu dari Sri Kertabumi Prabu Brawijaya V dan dari Kerajaan Demak yaitu

dari Raden Patah. Maka dari itu Raden Jayengrono masih ada trah atau

keturunan dari Kerajaan Demak, Kerajaan Islam yang ada di pesisir utara

Jawa. Selain masih ada keturunan darah dari kerajaan Demak, Raden

Jayengrono ini juga masih ada darah keturunan dari Pakubuwono I yang ada di

1 Purwowijoyo, Babad Ponorogo Jilid III, R.A. Surodiningrat, (Ponorogo: Dinas Pariwisata Dan

Seni Budaya, PEMKAB Ponorogo, 1985), 19.

Page 37: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

31

Keraton Kartosuro, Jawa Tengah. Raden Jayengrono sejak kecil sudah

memeluk agama Islam. 2

Bagan 3.1 : Silsilah Raden Jayengrono

2Lihat Transkrip Wawancara 01/W-1/SJ/02/2020.

Sri Kertabumi Prabu Brawijaya ke V ( Raja Majapahit)

(Raja Majapahit)

R. Patah

P. Trenggono

Susuhunan Prawoto

Panembahan Prawoto

Pangeran Prawoto

Panembahan Pruwito

R. Aryo Suroloyo

R. A. Kanastren

R. Katong

(R. Batoro Katong) R. Bondan Kejawaan

Ki Ageng Getas

Pandawa

Ki Ageng Selo

Ki Ageng Henis

Ki Ageng Pemanahan

Panembahan Senopati

Panembahan Sedo Krapyak

Sultan Agung

Susuhunan Mangkurat I

Pangeran Puger/Paku

Buwono I

Adipati Arya Metahun

(Bupati Jipang Bojonegoro)

Panembahan Agung

Pangeran Dodol

Pangeran Sidokaryo

Pangeran Adipati Anom

Tumenggung Ronggo

Wicitro

Pangeran Mertawengsa I

Pangeran Mertawengsa II

R. Ayu Putri/Nyai Mas

Songko

R.T.

Kromowij

oyo

R.T

Metahun

R.T

Purwowijo

yo

R.T.Noto

puro

Panularan

R.T.Panji

Jaya Kusumo

R.T.

Jayengrono

R.T.Purbo

Kusumo

R.T

Windu

Negoro

R.Bei

Purwo

Kusumo

R. Ngabei

Topuro

Patih

R.A

Darmo

Wangsa

R.A

Bangeran

Mangkud

ipuro R.A Bangeran

Purwonegoro

Page 38: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

32

Raden Jayengrono memiliki 12 keturunan. Berikut adalah keturunan

dari Raden Jayengrono :

Bagan 3.2 : Silsilah keturunan Raden Jayengrono

Dari ketiga belas keturunan, Raden Ngabei Kertopati mempunyai

keturunan dan keturunan Raden Ngabei Keropati hingga saat ini menjadi juru

kunci makam Raden Jayengrono.3 Berikut adalah silsilah keturunan dari Raden

Ngabei Kertopati :

3 Lihat Transkrip Wawancara 01/W-1/SJ/02/2020.

R.T. Jayengrono

(mempunyai 12 keturunan)

R.A.

Kromo

Diwiryo

R. Ngabei

Kertopati

Jayengron

on

R.T

Jayengrono

II Caruban

R. Ngabei

Ronodirjo

R. Rono

Dikromo

R.A Atmo

Kartiko

R.A

Djoyodim

edjo

R.A

Joyongulo

mo

R.A Rono

Sentono

R.A

Djoyowikr

omo

R. Ngabei

Djoyo

Sentono

R. Rara

Sutinah

Page 39: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

33

Bagan 3.3 : Silsilah keturunan R. Ngabei Kertopati

Raden Tumenggung Jayengrono II merupakan salah satu keturunan dari

Raden Jayengrono yang pindah ke Caruban dan sampai akhir hayat

dimakamkan di Caruban. Beliau dipindahkan ke Caruban untuk menjadi

seorang Bupati. Sementara untuk keturunan lainnya menetap di Pulung bersama

Raden Jayengrono.4

4 Purwowijoyo, Babad Ponorogo Jilid III, 28.

R.

Moh.Saroso

R. Ngabei Kertopati

R. Madasan R. Madiyan

R. Poncodiwiryo

R. Jayeng

Mohammad

R.A Cokro R. Jayengsuro R. Madino

R. Kertoarjo R.

Suromarto

R.A

Sudarmi

R. Saleh R.A

Menuk

R.

Sumardi

R.

Solikin

R.A

Sumariyah

R.

Suharto

R. Moh.

Palal

R.

Kurmen

R.

Saniran

R.A

Minatun

R.A Titik

Djumiati

R.A Siti

Prihatin

R.A Siti

Aminah

R. Ahmad

Abdullah Said

R.A Siti

Nuriyah

R.A Siti

Mutmainah

Page 40: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

34

Raden Jayengrono semasa mudanya berada di Pondok Pesantren yang

terletak di Desa Kranggan, Kecamatan Sukorejo, sebelah barat dari alun-alun

Kabupaten Ponorogo. Guru di pondok pesantren tersebut yakni Kyai Ronggo

Joyo. Kyai Ronggo Joyo merupakan keturunan dari Ki Ageng Mirah. Kyai

Ronggo Joyo juga memiliki abdi kepercayaan atau orang kepercayaan yang

bernama Imam Sadhali. Santri-santri yang berada di pondok pesantren tersebut

ini adalah santri utusan dari kerajaan Demak yang diutus untuk menggali dan

memperdalam Ilmu Agama Islam serta membantu menyebarkan agama Islam

di Ponorogo.5 Semasa mudanya Raden Jayengrono memang sudah hidup di

lingkungan Pondok Pesantren yang berada di Desa Kranggan dan

kehidupannya memang tidak bisa lepas dari norma-norma agama dan ajaran-

ajaran Islam.

Beliau berada di Desa Kranggan ini merupakan utusan dari

Pakubuwono untuk mendirikan sebuah Kedhaton atau keraton baru. Kedhaton

baru ini didirikan atas dasar memang Kedhaton Kartosuro sudah dalam keadaan

rusak. Rusaknya keraton Kartosuro ini diakibatkan karena adanya peristiwa

besar peperangan pada tahun 1742 M. Perang ini dipimpin oleh pemberontak

Cina yang bernama Raden Mas Garendi dan kelompok pemberontak tersebut

dapat menguasai Kartosuro sedangkan Raden Mas Garendi diangkat menjadi

Raja Keraton serta diberi gelar Sunan Kuning. 6

Semenjak Keraton Kartosuro dikuasai oleh Sunan Kuning atau Raden

Mas Garendi, Pakubuwono II meninggalkan Kartosuro pada tahun 1742 M

5Lihat Transkrip Wawancara 03/W-3/SJ/02/2020. 6 Purwowijoyo, Babad Ponorogo Jilid III, 21.

Page 41: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

35

setelah itu beliau berjalan ke timur dari keraton dan menuju ke arah Ponorogo.

Setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh, Pakubuwono II beristirahat di

suatu tempat, lalu setelah itu beliau diberikan Badeg (air ketan) oleh warga

sekitar, sehingga tempat tersebut dinamakan Badegan atau sekarang menjadi

Kecamatan Badegan.7 Kecamatan Badegan tersebut sekarang berada di sebelah

barat Aloon-Aloon Ponorogo dan berbatasan dengan Kecamatan Purwantoro

Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

Setelah melepas lelah di Badegan, Pakubuwono II melanjutkan

perjalanan ke arah timur dan menemukan sebuah dukuh. Di sebuah dukuh

tersebut terdapat rumah-rumah yang sudah tertata rapi, tidak hanya itu di dukuh

tersebutoun juga terdapat alun-alun. Pakubuwono II kemudian singgah ke

sebuah rumah yang besar dan memutuskan untuk bertanya kepada pemilik

rumah yakni Raden Jayengrono.8

Setelah beristirahat di rumah Raden Jayengrono, Pakubuwono II

melanjutkan perjalanannya serta mengajak Raden Jayengrono untuk melakukan

perjalanan sekaligus sebagai penunjuk arah. Bupati Ponorogo Raden

Tumenggung Surobroto mendengar keberadaan dari rombongan Pakubuwono

II setelah itu Bupati secepatnya melacak dan akhirnya merekapun bertemu.

Oleh Bupati, rombongan Pakubuwono II dimohon untuk menuju ke kabupaten

namun beliau belum berkenan.9

7Purwowijoyo, Babad Ponorogo Jilid III, 21. 8 Ibid, 21. 9 Ibid.

Page 42: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

36

Setelah berkeliling hingga malam tiba, rombongan Pakubuwono II dan

Raden Jayengrono beristirahat di sebuah bukit kecil dan meminta petunjuk

kepada Allah. Raden Jayengrono pun melihat cahaya yang terang dari

kejauhan. Rombongan Pakubuwono II dan Raden Jayengrono mengikuti

kemana arah cahaya terang tersebut. Pada akhirnya cahaya tersebut jatuh di

tempat tinggal seorang Mpu. Mpu tersebut bernama Mpu Salembu. Cahaya

tersebut dinamai dengan Pulung atau wahyu. Semenjak kejadian itu terjadi,

Raden Jayengrono diberi gelar oleh Pakubuwono II dengan nama Syekh

Muhammad Nur Alam.10

Cahaya tersebut kemudian masuk ke dalam rumah seorang Mpu. Mpu

tersebut bernama Mpu Salembu. Cahaya atau wahyu tersebut mempunyai

kekuatan untuk menjaga keamanan dari gangguan mara bahaya dan gangguan

dari jin maupun setan.11 Kemudian rombongan melanjutkan perjalanan ke

sebelah selatan dan singgah di sebuah wilayah yang berada di Kecamatan

Sawoo. Dalam perjalanan menuju ke Sawoo tersebut, rombongan Pakubuwono

II dan Raden Jayengrono diberi sebuah Legen (air kelapa) oleh penduduk

sekitar wilayah tersebut. Rasa dari air kelapa tersebut manis seperti buah sawo

Maka dari itu tempat persinggahan Pakubuwono II dan Raden Jayengrono

tersebut diberi nama Sawoo.12

Setelah singgah di Sawoo, rombongan melanjutkan perjalanan ke barat.

Mereka menemui suara seperti gerombolan lebah, lama kelamaan suara tersebut

10 Lihat Transkrip Wawancara 01/W-1/SJ/02/2020. 11 Ibid. 12 Ibid.

Page 43: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

37

semakin jelas. Ternyata ada sebuah masjid yang sedang melaksanakan Dzikir

bersama di waktu malam. Selain masjid, terdapat pula sebuah pondok pesantren

yang dipimpin oleh Kyai Ageng Hasan Besari. Kyai Ageng Hasan Besari ini

mendirikan masjid serta pondok di Desa Tegalsari Kecamatan Jetis.13

Ketika beristirahat di masjid dan pondok, Raden Jayengrono dan

rombongan Pakubuwono II dibantu dengan Kyai Ageng Hasan Besari

merancang sebuah strategi untuk merebut kembali Keraton Kartosuro. Ketika

berada di Tegalsari, Raden Jayengrono mengganti nama dengan nama samaran

yakni Tumenggung Tirto.14

Setelah strategi perang dirancang, Raden Jayengrono dan Pakubuwono

II melanjutkan perjalanan kembali untuk merebut keraton yang dipimpin oleh

Sunan Kuning. Dalam perjalanannya, rombongan beristirahat sebentar di

sebuah rumah seorang janda berada di Sumoroto dan setelah itu mereka diberi

sebuah Jenang. Janda tersebut bernama Mbok Rondho Punuk. Ketika memakan

jenang tersebut Pakubuwono II langsung memakan jenang tersebut di bagian

tengah, padahal jenang tersebut masih dalam keadaan panas. Kemudian Mbok

Rondho Punuk mempunyai firasat apabila perang tersebut terjadi akan langsung

menuju ke bagian tengah, dalam artian akan terjadi pertumpahan darah dan bisa

mengakibatkan rombongan Pakubuwono II dan Raden Jayengrono kalah.15

Akhirnya Raden Jayengrono mempunyai strategi untuk melakukan

peperangan dengan cara halus, yaitu memakai tak tik memakai pakaian adat

13Lihat Transkrip Wawancara 01/W-1/SJ/02/2020. 14 Ibid,. 15 Purwowijoyo, Babad Ponorogo Jilid III, 25.

Page 44: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

38

agar rombongan Sunan Kuning dapat terkelabuhi. Sesampainya di keraton,

mereka memakai pakaian adat keraton dan menemui Sunan Kuning. Akhirnya

rombongan Sunan Kuning pun kebingungan, mereka tidak mengetahui apakah

itu musuh atau bukan dikarenakan pakaian yang mereka gunakan sama.

Akhirnya mereka berperang dengan tidak menggunakan senjata atau dengan

tangan kosong, akhirnya rombongan Sunan Kuning lumpuh. Semenjak perang

tersebut selesai, Keraton Kartosuro kembali lagi dipimpin oleh Pakubuwono

II.16

B. Sejarah Kecamatan Pulung

Kata Pulung berasal dari sebuah cahaya atau wahyu.17 Kecamatan

Pulung terletak kurang lebih 17 km di sebelah timur dari Kabupaten Ponorogo.

Kecamatan Pulung ini termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Pedanten yang

dipimpin oleh Raden Jayengrono. Kabupaten Pedanten ini meliputi delapan

kecamatan di wilayah Ponorogo Timur. Kecamatan tersebut di antaranya

Siman, Jetis, Mlarak, Sawoo, Pulung, Pudak, Sooko, dan Sambit.

Secara geografis Kecamatan Pulung terletak pada ketinggian antara 356

m sampai 746 m di atas permukaan laut. Batas dari Kecamatan Pulung dari

sebelah utara adalah dengan Kecamatan Ngebel, sebelah timur berbatasan

dengan Kecamatan Pudak, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan

Sooko, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Siman. Jumlah desa

yang ada di Kecamatan Pulung ada 18, di antaranya: Karangpatihan, Tegalrejo,

16Lihat Transkrip Wawancara 02/W-2/SJ/02/2020. 17 Purwowijoyo, Babad Ponorogo Jilid III, 28.

Page 45: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

39

Bedrug, Wagirkidul, Singgahan, Patik, Pulung, Pulungmerdiko, Sidoarjo,

Wotan, Plunturan, Pomahan, Kesugihan, Serag, Wayang, Munggung, Bekiring,

dan Banaran. Total luas wilayah dari Kecamatan Pulung ini adalah 12.755

Hektar. 18

Dengan melihat tata letak geografis, Kecamatan Pulung merupakan

wilayah yang cocok untuk bercocok tanam. Dahulu di Kecamatan Pulung

terkenal dengan hasil kebunnya yaitu buah jeruk keprok. Buah jeruk keprok ini

dahulu sudah terkenal sampai ke Jakarta, Solo, Semarang, Madiun, Nganjuk,

dan Surabaya. 19 Selain hasil jeruk keprok yang terkenal, wilayah Kecamatan

Pulung juga cocok untuk bercocok tanam seperti tanaman cengkeh, kopi,

pisang, durian, mangga, jagung, padi, kacang-kacangan, dan ubi-ubian.

Awal mula Kecamatan Pulung menurut riwayat adalah dari sebuah desa

yaitu desa Pulung Merdiko dan berdasarkan argumentasi sejarah adalah dari

Raden Jayengrono bin Raden Tumenggung Arya Metahun dari Jipang

Bojonegoro. Dengan bermukimnya beliau dan membabad desa ini, diawali

dengan pengabdian dan jasa besar yang telah dipersembahkan untuk Keraton

Kartosuro kemudian beliau diberi hadiah tanah yang masih hutan lebat yang

terletak di bagian timur Kota Ponorogo. 20 Setelah kemenangan atas peperangan

dengan pemberontak yang menguasai Keraton Kartosuro, Raden Jayengrono

18 Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo, Kecamatan Pulung Dalam Angka 2018

(Ponorogo : CV. Azka Putra Pratama, 2018) , 3. 19Team Penggerak PKK Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo Jawa Timur, Pulungku

(Ponorogo : Nirbita, 1983), 12. 20 Ibid., 16-17.

Page 46: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

40

kemudian kembali lagi ke Ponorogo dan memilih untuk tinggal dimana

sebelumnya beliau mendapatkan sebuah cahaya atau wahyu .

Raden Jayengrono ingat dimana cahaya atau wahyu tersebut jatuh.

Cahaya tersebut jatuh di rumah seorang Mpu. Mpu tersebut bernama Mpu

Salembu. Dengan beberapa pengikut, Raden Jayengrono kemudian mendatangi

rumah Mpu Salembu. Mpu Salembu sangat bahagia sekali ketika menerima

kedatangan beliau. Mpu Salembu berharap Raden Jayengrono bersedia

mendirikan rumah di Pulung agar tempat tinggalnya menjadi ramai. 21

Pada tahun 1745 M Raden Jayengrono diangkat menjadi Bupati dan

beliau dapat memilih wilayahnya sendiri. Raden Jayengrono beserta anak istri

dan beberapa pengikut kemudian pindah ke Ponorogo. Setelah beberapa waktu

tinggal di Kabupaten, kemudian beliau babad (menebang hutan) di kawasan

selatan Watudhakon. Sesampainya di selatan beliau bertemu dengan kelompok

yang telah terlebih dulu menebang kawasan tersebut. Kelompok tersebut

dipimpin oleh Donoyudo, anak dari Patih Selo Aji, Patih dari Bathoro Katong.

Donoyudo sangat senang karena daerahnya menjadi ramai. Ketika akan

dibangun pusat kota, Donoyudo menyerahkan semua wilayahnya kepada Raden

Jayengrono. Saat Donoyudo ditanya oleh Raden Jayengrono mana saja daerah

yang akan diserahkan kepada beliau, Donoyudo menjawab Sedanten (semua).

Kemudian wilayah ini dinamakan dengan Kabupaten Pedanten.22 Kecamatan

Pulung termasuk dalam wilayah Kabupaten Pedanten. Kecamatan Pulung

21 Purwowijoyo, Babad Ponorogo Jilid III, 28 22 Ibid., 27.

Page 47: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

41

menjadi tempat dimana beliau menghabiskan masa hidupnya dan menyebarkan

ajaran Islam, sampai beliau wafat pada tahun 1780 M.

C. Sejarah Desa Pulung Merdiko

Desa Pulung Merdiko masuk ke dalam wilayah Kecamatan Pulung.

Desa Pulung Merdiko merupakan wilayah cukup luas dan dibagi menjadi dua

wilayah. 23 Pada tahun 1787 M Desa Pulung Merdiko mendapatkan pengakuan

dan pengukuhan secara hukum dari pemerintah di kala itu dengan diberi nama

Pulungsari oleh pemerintahan Belanda. Belanda juga menerangkan bahwa desa

ini dibebaskan dari segala jenis perpajakan (istilah bahasa Jawa Desa Perdikan).

Dengan demikian desa ini dikenal dengan nama Desa Pulung Merdiko yang

berarti desa yang bebas dari segala pembayaran pajak.24

Desa Pulung Merdiko memiliki luas wilayah 157 H.25 Terdapat dua

dukuh di dalam Desa Pulung Merdiko. Yang pertama adalah dukuh Krajan dan

yang kedua adalah dukuh Segropyak. Di Desa Pulung Merdiko ini terdapat dua

Sekolah Dasar, satu Sekolah Menengah Pertama, dan satu Sekolah Menengah

Atas.26 Di Desa Pulung Merdiko ini terdapat makam Raden Jayengrono yang

berada di dusun Segropyak. Mayoritas mata pencaharian masyarakat di Desa

Pulung Merdiko ini adalah berkebun atau bercocok tanam.

Desa Pulung Merdiko adalah tempat dimana masjid yang dibangun

Raden Jayengrono masih terawat sampai sekarang. Selain masjid, peninggalan-

23 Purwowijoyo, Babad Ponorogo Jilid V, 24. 24 Team Penggerak PKK Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo Jawa Timur, Pulungku, 18. 25 Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo, Kecamatan Pulung Dalam Angka 2018, 4. 26 Ibid., 35.

Page 48: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

42

peninggalan beliau seperti sumber air yang dibangun menjadi sebuah Belik

(tempat mandi atau tempat untuk wudhu) yang masih ada hingga saat ini.

Lapangan tempat beliau untuk memelihara hewan seperti kuda, kijang, dan

hewan lainnya hingga saat ini masih ada.27

Desa Pulung Merdiko ini menjadi tempat Raden Jayengrono untuk

menyebarkan ajaran agama Islam dengan dibantu oleh beberapa santri yang

dikirimkan dari Demak. Santri-santri tersebut disebar ke wilayah kekuasaan

beliau yaitu diseluruh wilayah Pedanten untuk membantu menyebarkan ajaran

agama Islam. Pada masa pemerintahan Raden Jayengrono, sebenarnya agama

Islam sudah ada di wilayah Pedanten, namun masih ada masyarakat yang

menganut aliran kepercayaan Kejawen.28

Semasa hidupnya, Raden Jayengrono mendirikan beberapa Paseban

(gubug yang beratapkan jerami) di beberapa wilayahnya termasuk di desa

Pulung Merdiko untuk mengajarkan agama Islam. Beliau dikenal sebagai

seseorang yang bersifat Pandhita yang berarti memiliki sifat yang sabar serta

bila beliau berkata akan mudah dipahami oleh lawan bicara. Beliau selalu

berpuasa sunnah serta mengurangi tidur untuk mendekatkan diri pada Tuhan.

Tengah malam beliau sering keluar rumah dan mengelilingi wilayahnya.

Menjelang pagi beliau sudah sampai di rumah. Rakyat menggelari beliau

dengan nama Kyai Sambang Dalan. Beliau wafat pada tahun 1780 M dan

27Lihat Transkrip Wawancara 05/W-5/SJ/02/2020. 28 Ibid,.

Page 49: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

43

dimakamkan di Desa Pulung Merdiko, di sebelah barat Masjid yang dulu beliau

bangun untuk mengajarkan ajaran agama Islam serta untuk berdakwah. 29

D. Masa Perjuangan Raden Jayengrono

1. Periode I diDesa Kranggan Kecamatan Sukorejo (1696 M-1745 M)

Raden Jayengrono datang ke Desa Kranggan diperkirakan berusia

20 tahun dan datang pada tahun 1696 M. Beliau menyamar dari gelar

kebangsawanannya. Selama berada di Desa Kranggan, beliau diberi

nama Syekh Sardulo Seto.30 Nama Syekh Sardulo Seto ini diberikan

kepada Raden Jayengrono setelah beliau memperdalam ilmu agama di

Desa Kranggan dan diberikan wahyu. Nama tersebut diberikan karena

beliau dijaga oleh sosok macan putih yang selalu mengikuti dan menjaga

beliau kemanapun beliau bepergian.

Dahulu ada sebuah pondok pesantren serta sebuah masjid di Desa

Kranggan Kecamatan Sukorejo ini. Pondok pesantren ini milik Kyai

Ronggo Joyo, keturunan dari Ki Ageng Mirah. Raden Jayengrono

dikenal sebagai seseorang yang baik, suka bertirakat, dan ahli dalam

bidang agama. Selain ahli dalam bidang agama, beliau juga menyukai

kebudayaan adat Jawa. Gamelan Jawa merupakan alat musik kesukaan

beliau. Dahulu beliau mempunyai dua buah set gamelan Jawa, salah

satunya beliau bawa ketika pindah ke Kabupaten Pedanten.31

29 Purwowijoyo, Babad Ponorogo Jilid III, 28. 30Lihat Transkrip Wawancara 01/W-1/SJ/02/2020. 31Lihat Transkrip Wawancara 03/W-3/SJ/02/2020.

Page 50: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

44

Selama berada di Desa Kranggan, ada seorang tokoh

masyarakat yang tidak menyukai beliau. Nama dari orang tersebut

adalah Ki Jurang. Beliau sudah menempati wilayah Kranggan jauh

sebelum Raden Jayengrono datang ke Desa Kranggan. Ki Jurang ini

terkenal dengan kesaktiannya. Beliau tidak suka dengan keberadaan

Raden Jayengrono di Desa Kranggan. Perseteruan sering terjadi antara

Ki Jurang dan Raden Jayengrono. Setiap peperangan Ki Jurang ini kalah

dan mati, akan tetapi dapat hidup lagi. Akhirnya Raden Jayengrono

memutuskan untuk memisahkan bagian badan Ki Jurang ini menjadi

dua dan dimakamkan di tempat yang berbeda. Bagian kepala

dimakamkan disebelah barat sungai Desa Kranggan, sedangkan

badannya dimakamkan disebelah timur sungai. Semenjak kejadian

tersebut, lingkungan sekitar makam Ki Jurang tersebut dinamakan

dengan Jurang Kikir.32

Pada tahun 1742 M, Pakubuwono II melakukan perjalanan ke

wilayah timur dari Keraton Kartosuro. Beliau melakukan perjalanan ini

dikarenakan keadaan keraton sedang rusak setelah menghadapi

peperangan dengan pemberontak. Pemimpin dari pemberontak ini

bernama Mas Garendhi. Setelah beliau melakukan perjalanan ke

wilayah timur dan sampai di Sukorejo, beliau sampai di rumah Raden

Jayengrono. Pakubuwono II bertanya apakah rumah tersebut milik

seorang bangsawan. Rumah tersebut terlihat besar dan terdapat

32Lihat Transkrip Wawancara 03/W-3/SJ/02/2020.

Page 51: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

45

pendhapa yang besar pula. Setelah bertanya kepada Raden Jayengrono,

Raden Jayengrono menjawab bahwa rumahnya adalah rumah rakyat

biasa. Setelah bertanya kepada Raden Jayengrono, Pakubuwono II

akhirnya bercerita bagaimana beliau sampai ke wilayah Ponorogo.

Setelah kejadian tersebut, Pakubuwono II mengetahui bahwa Raden

Jayengrono masih trah atau keturunan dari Pakubuwono I.33

Setelah dilantik menjadi Bupati Pedanten pada tahun 1745 oleh

Pakubuwomo II, Raden Jayengrono, istri, anak, serta pengikut pindah ke

Kabupaten Pedanten.34 Setelah pindah ke Kabupaten Pedanten, yang

masih tetap tinggal di Desa Kranggan adalah guru beliau yaitu Kyai

Ronggojoyo serta beberapa santri dan abdi kepercayaan Kyai Imam

Sadali.

2. Periode II di Kabupaten Pedanten (1745 M-1780 M)

Setelah dilantik menjadi Bupati Pedanten pada tahun 1745 M,

Raden Jayengrono diberikan hadiah berupa tanah untuk dijadikan

wilayah kekuasaan. Beliau memilih tanah wilayah timur dari kota lama

Kabupaten Ponorogo yaitu wilayah Watudhakon sampai wilayah Jetis.

Setelah melakukan babad atau penebangan hutan sampai wilayah

selatan, beliau bertemu dengan Donoyudo, keturunan dari Patih Selo

Aji, Patih dari Bathoro Katong. Donoyudo dibantu dengan pengikutnya

33 Purwowijoyo, Babad Ponorogo Jilid III, 21. 34 Ibid., 27-28.

Page 52: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

46

sudah melakukan penebangan hutan atau babad terlebih dahulu sebelum

Raden Jayengrono. Setelah beliau bertemu dengan Donoyudo,

Donoyudo menyerahkan semua daerah babad kepada Raden

Jayengrono. Wilayah tersebut kemudian dinamakan dengan Danten atau

Pedanten. 35

Setelah wilayahnya cukup luas, beliau memutuskan untuk

mendirikan rumah. Rumah tersebut cukup besar dan menghadap ke

utara, memakai pendhapa mirip seperti rumah Kabupaten.36 Rumah

pendhapa tersebut terletak di Pedanten (wilayah Desa Ronosentanan

Kecamatan Siman). Selama berada di Pedanten, beliau sering

mengadakan wejangan atau petuah ketauhidan kepada rakyat baik muda

maupun tua serta para santri pengikutnya. Wejangan ini bertujuan agar

para rakyat dan santri semakin mendekatkan diri kepada Allah dan tidak

menyekutukan Allah. Wejangan ini dilakukan beliau dengan cara

berpindah-pindah tempat antar wilayah kekuasaan satu dengan lainnya.

Beliau tidak sendiri dalam menyebarkan ajaran Islam di Kabupaten

Pedanten, Kerajaan Demak mengirimkan beberapa santri untuk

membantu menyebarkan Islam di wilayah kekuasaan Raden Jayengrono

agar proses penyebaran Islam dapat berjalan dengan baik. Santri ini

kemudian disebar oleh beliau di wilayah-wilayah Kabupaten Pedanten.

Sebelum Raden Jayengrono datang dan menjadi Bupati Pedanten,

masyarakat yang sudah ada sejak dahulu kebanyakan masih menganut

35Lihat Transkrip Wawancara 05/W-5/SJ/02/2020 36 Purwowijoyo, Babad Ponorogo Jilid III, 28.

Page 53: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

47

kepercayaan Kejawen, tetapi ada kaum minoritas yang sudah mengenal

dan memeluk Agama Islam.37

Raden Jayengrono menjadi Bupati Pedanten selama 25 tahun.

Kemudian, beliau ingin memberikan kekuasaan Kabupaten Pedanten

kepada anak kedua beliau, yaitu Raden Ngabei Kertopati, tetapi Raden

Ngabei Kertopati tidak berkenan untuk menjadi bupati Pedanten. Raden

Ngabei Kertopati memilih untuk menjadi patih di Kabupaten Pedanten.

Akhirnya Raden Jayengrono II bersedia untuk menggantikan Raden

Jayengrono untuk menjadi Bupati Pedanten. 38 Raden Jayengrono II

memiliki dua istri yang pertama adalah Raden Ayu Pati, keturunan dari

Bupati Pati dan yang kedua Raden Ayu Madiun, keturunan dari

Pangeran Mangkudipuro Madiun. Dari dua istri beliau ini, Raden

Jayengrono II memiliki 25 keturunan. Berikut adalah nama-nama

keturunan dari Raden Jayengrono II :

Bagan 3.4 : Silsilah keturunan Raden Jayengrono II

Keturunan Raden Jayengrono II

1. R. Panji Jaya Negara

Wirengdanu 14. R. Panji Purbosentono

2. R. Panji Atmawikarta 15. R. Ayu Sasrawirana

3. R. Somaningsit 16. R. Panji Purbowirana

4. R. Ayu Suityah 17. R. Panji Candrawirana

5. R. Panji Martasuro 18. R. Jayeng Winata

37 Purwowijoyo, Babad Ponorogo Jilid III, 29. 38 Ibid,.

Page 54: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

48

6. R. Bagus Samikana 19. R. Panji Jayeng Asmara

7. R. Panji Jayengdiwirya 20. R. Bagus Supeno

8. R. Rara Sutirah 21. R. Panji Jayeng Atmaja

9. R. Panji Mangkudikromo 22. R. Ayu Jayeng Dipuro

10. R. Ayu Atmasuwignya 23. R. Panji Jayeng Prawira

11. R. Adipati Merthahadinegoro 24. R. Panji Jayeng Sentika

12. R. Panji Tayeng Subroto 25. R. Suromenggolo.

13. R. Ayu Bratarejo

Pada tahun 1785, Raden Jayengrono II dipindah ke Caruban. Beliau

mengajukan permintaan agar putra yang ke 11 menggantikan kedudukannya

di Kabupaten Pedanten. Akan tetapi Raden Adipati Merthahadinegoro masih

kecil. Setelah beberapa tahun Kabupaten Pedanten kosong tidak ada

pemimpin, pada akhirnya Kabupaten Pedanten dipimpin sementara oleh

mantri Kabupaten Pedanten Purwodikromo. Setelah beberapa tahun dan

Raden Adipati Merthahadinegara dewasa, beliau diangkat menjadi bupati di

Kabupaten Ponorogo.39

Raden Merthahadinegara diangkat menjadi bupati pada tahun 1837

M, kemudian Kabupaten Pedanten dilebur atau dijadikan satu dengan

Kabupaten Ponorogo di tahun 1837 M. Peleburan ini diperkirakan karena

letak dari Kabupaten Pedanten dan Kabupaten Ponorogo yang saling

berdekatan. Setelah peleburan wilayah tersebut, Kabupaten Pedanten

menjadi satu dengan Kabupaten Ponorogo di tahun 1837.

39 Purwowijoyo, Babad Ponorogo Jilid III, 30.

Page 55: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

49

3. Periode III di Kecamatan Pulung (1745 M-1780 M)

Pada masa tua, Raden Jayengrono sering berada di Pulung, apabila

ada keperluan saja beliau kembali ke Kabupaten Pedanten.40 Sewaktu

berada di Pulung, beliau suka mengelilingi wilayah kekuasaan untuk

berpatroli sekaligus berdakwah dengan mendirikan gubug-gubug sederhana

yang beratapkan jerami.41 Beliau dikenal sebagai seseorang yang suka

bertirakat, mengurangi tidur, berpuasa sunnah, serta memperbanyak

beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Rakyat-rakyat baik tua

maupun muda diberi wejangan tentang ketauhidan serta memberikan

pendalaman tentang ilmu agama Islam dan bagaimana cara mensyukuri

semua nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Raden Jayengrono

berkeliling di daerah kekuasaannya dari malam hari sampai menjelang

waktu adzan subuh tiba untuk memberikan wejangan tentang ketauhidan.

Rumah-rumah rakyat, paseban menjadi tempat beliau memberikan ajaran-

ajaran Islam. Rakyat memberikan nama atau julukan kepada Raden

Jayengrono yaitu Kyai Sambang Dalan. 42

Raden Jayengrono dahulu mendirikan sebuah masjid untuk tempat

beribadah rakyat yang berada di sekitar Pulung, hingga sekarangpun masjid

tersebut masih terawat dengan baik. Raden Jayengrono dahulu juga

mendirikan sebuah padepokan untuk memberikan wejangan bagi para santri

muda maupun tua serta para abdi dalem dari Keraton Kartosuro yang

40 Purwowijoyo, Babad Ponorogo Jilid III, 30. 41 Lihat Transkrip Wawancara 06/W-6/SJ/02/2020. 42 Ibid,.

Page 56: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

50

memperdalam ajaran Islam di Kabupaten Pedanten. Dalam berdakwah selain

memberikan ajaran ketauhidan, beliau juga menggunakan media atau alat

musik terbangan (seperti hadrah). Terbangan ini digunakan agar

masyarakat zaman dahulu tertarik untuk datang dan bersholawat. Terbangan

ini dikombinasikan dengan sholawat nabi dan bahasa-bahasa Jawa. Raden

Jayengrono tetap menggunakan cara yang telah dilakukan oleh para Wali

Songo yang sebelumnya sudah menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.43

Raden Jayengrono selain membangun masjid, padepokan, dan

paseban, beliau membangun tempat berwudhu untuk masyarakat yang

berada disebelah timur masjid. Tempat wudhu tersebut oleh beliau diberi

nama Sumur Bandhung. Sebelum wafat pada tahun 1780 M, beliau berpesan

kepada masyarakat sekitar agar merawat masjid dan beberapa peninggalan

beliau. Pada tahun 1780 M beliau wafat dan dimakamkan di Desa Pulung

Merdiko di sebelah barat masjid.44

43 Lihat Transkrip Wawancara 06/W-6/SJ/02/2020. 44 Ibid.,

Page 57: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

51

BAB IV

STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM

MENYEBARKAN AJARAN ISLAM DI KECAMATAN PULUNG

A. Analisis Strategi Dakwah Raden Jayengrono Dalam Menyebarkan

Ajaran Islam Di Kecamatan Pulung

Raden Jayengrono dalam penelitian ini sebagai da’i (pelaku

dakwah) serta penyebar ajaran Islam di Kecamatan Pulung. Dimana da’i

adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun perbuatan-

perbuatan yang dilakukan baik secara individu atau secara kelompok.1

Sedangkan mad’u adalah sasaran atau penerima dakwah baik

individu maupun kelompok baik manusia yang bergama Islam maupun

tidak, atau dengan kata lain keseluruhan manusia.2 Kepada manusia yang

belum beragama Islam dakwah bertujuan untuk mengajak mereka untuk

mengikuti agama Islam, sedangkan kepada orang-orang yang telah

beragama Islam, dakwah bertujuan untuk meningkatkan kualitas iman,

Islam, dan ihsan.

Berdasarkan hasil penelitian, analisis strategi dakwah Raden

Jayengrono untuk menyebarkan Islam di Kecamatan Pulung adalah sebagai

berikut :

1. Berdakwah dengan memberikan contoh yang baik

Raden Jayengrono dikenal sebagai seorang pandhita. Pandhita

adalah seseorang yang mempunyai akhlak yang mulia serta jujur dalam

1 Aziz, Ilmu Dakwah, 75. 2 Kayo, Kepemimpinan Islam, 97.

Page 58: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

52

berbicara. Akhlak-akhlak yang mulia dari seorang pandhita adalah sebagai

berikut :

a. Beriman

Seorang da’i wajib beriman kepada apa yang ia dakwahkan, yaitu

kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari

akhirat, juga beriman pada ketentuan-ketentuan Allah.3 Raden

Jayengrono dikenal sebagai seseorang yang beriman. Dalam

berdakwah kepada masyarakatnya, beliau meyakinkan kepada

masyarakatnya dengan lisan, dan dengan perbuatan sesuai syariat

Islam.

b. Bertakwa

Beriman saja tidak cukup bagi seorang da’i. Iman seorang da’i

tidak akan memiliki arti apa-apa tanpa disertai takwa. Takwa adalah

menjauhi segala yang dapat mendatangkan mudarat bagi agama.

Menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu yang diharamkan oleh

Allah.4 Raden Jayengrono dikenal sebagai seorang yang suka

bertirakat, berpuasa sunnah untuk menjauhi dan menahan diri dari

segala sesuatu yang dilarang oleh Allah serta agama.

c. Ikhlas

Ikhlas memiliki andil yang sangat penting dalam meraih

keberhasilan. Oleh karena itu, segala yang keluar dari seorang da’i

baik berupa ucapan maupun amal perbuatan haruslah diniatkan

3 An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah, 137. 4 Ibid.,146.

Page 59: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

53

semata-mata untuk mengharap ridha Allah.5 Dalam berdakwah,

Raden Jayengrono senantiasa ikhlas dalam mengajarkan syariat-

syariat Islam dan tanpa mengharap imbalan sedikitpun.

d. Tawadhu’

Tawadhu’ ialah merendahkan diri dan penuh cinta kasih

terhadap orang-orang yang beriman. Orang yang tawadhu’ tidak suka

menonjolkan diri, tidak sombong dan selalu menjaga agar dirinya

tetap dihargai oleh orang lain. Seorang da’i yang tawadhu’ akan

selalu menjauhkan diri dari sifat dan perbuatan yang berlebihan.6

Raden Jayengrono dikenal sebagai seseorang yang sederhana, tidak

menyombongkan diri meskipun beliau mempunyai ilmu yang lebih

tinggi daripada masyarakatnya, dan berpakaian yang sederhana

sesuai dengan kondisi masyarakatnya. Rumah yang dibangun beliau

dahulu meskipun besar tetap terlihat sederhana dan menggunakan

bangunan model adat jawa serta tempat untuk berdakwah atau

paseban dibangun sederhana dengan beratapkan jerami.

e. Amanah

Pada hakikatnya, sifat amanah adalah sifat asasi bagi

seorang da’i dan juga merupakan sifat yang wajib dimiliki oleh

para nabi dan Rasul. Seberat apapun amanah yang dibebankan

kepada seorang da’i, maka ia wajib untuk menyampaikan kepada

yang berhak menerimanya.7 Raden Jayengrono tetap

5 An-Nabiry. Meniti Jalan Dakwah, 147. 6 Ibid,154-155. 7 Ibid.

Page 60: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

54

menyampaikan amanah meskipun di daerah Pulung masih ada

kaum abangan dan beberapa masyarakat yang masih menganut

kepercayaan nenek moyang yang kental akan sesaji.

f. Sabar dan tabah

Seorang da’i yang menginginkan kebaikan dalam

dakwahnya perlu memiliki sifat yang sabar dalam segala situasi dan

kondisi. Raden Jayengrono selalu sabar dan tabah dalam

menyebarkan Islam dan berdakwah. Beliau selalu sabar dalam

menghadapi masyarakat yang masih belum mengenal agama Islam.

Raden Jayengrono selalu bersabar dalam mengajarkan ilmu-ilmu

agama seperti membaca Al-Qur’an, sholat, dan sunnah-sunnah

rasul kepada lapisan masyarakat baik tua maupun muda.8

2. Berkeliling wilayah kekuasaannya

Raden Jayengrono berkeliling dari rumah-rumah masyarakatnya

untuk berpatroli pada malam hari hingga menjelang adzan subuh tiba.

kepada masyarakatnya untuk memastikan bahwa daerah kekuasaannya

aman. Selain untuk berpatroli dan bersilaturahmi kepada masyarakat,

tujuan lain beliau adalah untuk berdakwah dan mensyi’arkan Islam. Maka

dari itu masyarakat memberikan nama panggilan kepada Raden

Jayengrono Kyai Sambang Dalan.

3. Mendakwahi masyarakat abangan

Abangan berasal dari bahasa arab yaitu aba’an. Abangan adalah

golongan masyarakat yang mencampurkan ajaran Islam dengan Animisme

8 Lihat Transkrip Wawancara 06/W-6/SJ/02/2020.

Page 61: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

55

julukan kepada para orang yang sudah masuk Islam tetapi tidak

menjalankan syariat adalah kaum abangan.9

Sebelum Raden Jayengrono datang di Kecamatan Pulung,

diperkirakan penduduk di Kecamatan Pulung adalah kaum abangan dan

penduduk yang menganut kepercayaan kejawen.10 Setelah Raden

Jayengrono datang di Kecamatan Pulung, beliau mendakwahi dan

mengajarkan syariat-syariat Islam kepada kaum-kaum tersebut.

Masyarakat ini diajarkan tentang Agama Islam serta perilaku-perilaku yang

sesuai dengan syariat Islam. Di mata kaum abangan Raden Jayengrono

terlihat sebagai seorang pemimpin yang berwibawa serta berkharisma.

Kaum abangan ini mengetahui bahwa Raden Jayengrono adalah seorang

alim ulama yang mempunyai sebuah wahyu. Ilmu yang dimiliki Raden

Jayengrono lebih tinggi daripada masyarakat ini. Oleh karena itu, kaum

abangan dan kaum kejawen sangat menghormati Raden Jayengrono.

4. Melestarikan tradisi kenduri (slametan)

Tradisi slametan sudah ada semenjak zaman Wali Songo. Tradisi

ini diadakan pada hampir setiap kesempatan yang mempunyai arti upacara

bagi orang jawa seperti memperingati orang yang sudah meninggal,

kelahiran, maulid, panen, dan lebaran. Tujuan dari slametan adalah untuk

mencari tujuan selamat dalam arti tidak terganggu oleh kesulitan alamiah,

gangguan ghaib sehingga tidak menimbulkan penyakit dan kesusahan

yang lain.

9 Subair, Dialektika Vol.9: Abangan, Santri, dan Priyayi : Islam dan Politik Identitas Kebudayaan

Jawa, (Institut Agama Islam Negeri Ambon, 2012) diakses pada 16 Mei 2020 pukul 21.00 WIB. 10 Lihat Transkrip Wawancara 06/W-6/SJ/02/2020.

Page 62: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

56

Sebelum Raden Jayengrono datang di Pulung masyarakat masih

memberikan sesaji kepada benda atau tempat yang dianggap keramat

oleh masyarakat. Setelah Raden Jayengrono datang di Pulung, beliau

meluruskan bahwa cara seperti itu bukan cara yang baik untuk

menghormati leluhur yang sudah tidak ada. Beliau meluruskan

masyarakat tersebut sesuai dengan apa yang diajarkan para Wali Songo

dahulu. Sesaji-sesaji tersebut diganti dengan slametan.11 Masyarakat

diajak untuk berdo’a bersama untuk mendo’akan para leluhur. Raden

Jayengrono menggunakan slametan sebagai strategi dakwah dikarenakan

dalam slametan terdapat beberapa unsur Islami. Unsur-unsur Islami

tersebut yaitu unsur ukhuwah atau persaudaraan, unsur persatuan, unsur

ibadah (berdoa, berdzikir, dan beramal).

11 Lihat Transkrip Wawancara 06/W-6/SJ/02/2020.

Page 63: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

57

4.2 Acara Slametan yang masih dilestarikan oleh masyarakat

Pulung.12

B. Media Dakwah Yang Digunakan Raden Jayengrono Dalam

Menyebarkan Islam

Dalam penyebaran Agama Islam di Indonesia, para da’i selalu

memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat atau mad’u setempat. Da’i

menggunakan pendidikan ajaran Agama Islam, melalui media seni, dan

aspek-aspek kebudayaan dalam menyebarkan Islam. Media seni dan budaya

merupakan strategi dakwah yang digunakan oleh para da’i pada zaman

dahulu untuk merangsang indra pendengaran dan indra penglihatan mad’u.

12 Diambil pada tanggal 01 Maret 2020 Pukul 18.30 WIB di Desa Pulung Merdiko.

Page 64: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

58

Melalui media seni, masyarakat tidak hanya menerima ajaran Islam saja,

tetapi mereka juga mendapatkan hiburan.13

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, Raden Jayengrono

menggunakan media kesenian serta budaya dalam mensyi’arkan Islam.

Media yang digunakan Raden Jayengrono dalam menyebarkan Islam di

Kecamatan Pulung adalah sebagai berikut :

1. Membangun Masjid dan padepokan

Masjid adalah tempat untuk beribadah bagi umat Islam maupun

tempat untuk mensyi’arkan Agama Islam. Pada masa Raden

Jayengrono, beliau mendirikan masjid untuk menunjang masyarakat

dalam belajar tentang Agama Islam. Masjid yang beliau bangun

memiliki bentuk bangunan yang hampir sama dengan masjid yang ada

di Tegalsari. Selain membangun masjid, beliau membangun sebuah

padepokan yang sederhana. Proses pendidikan dan pembelajaran

Agama Islam pada masa tersebut masih erat kaitannya dengan

keberadaan sebuah masjid. Masyarakat Pulung memanfaatkan masjid

sebagai tempat beribadah sekaligus lembaga pendidikan Agama Islam.

Selain masjid untuk tempat beribadah dan sarana pendidikan

Agama Islam, Raden Jayengrono memanfaatkan padepokannya untuk

mensyi’arkan Islam. Padepokan Raden Jayengrono terletak di sebelah

timur masjid yang beliau bangun. Padepokan yang beliau bangun ini

13Aziz, Ilmu Dakwah, 120.

Page 65: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

59

digunakan untuk memberikan wejangan-wejangan Islam kepada

masyarakatnya.14

Gambar 4.1 Masjid Peninggalan Raden Jayengrono15

2. Terbangan

Terbangan atau rebana pertama kali dibawa dan diperkenalkan

oleh seorang da’i bernama Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-

Habsy yang berasal dari Arab.16 Kesenian ini berisi tentang pujian-

pujian kepada Rasullullah SAW yang diiringi dengan rebana. Seiring

berjalannya waktu, semakin banyak kelompok rebana yang terbentuk

khususnya di pulau Jawa. Banyak da’i yang menggunakan media ini

untuk mensyi’arkan Islam. Diperkirakan Raden Jayengrono

menggunakan terbangan ini untuk media berdakwah dan menyebarkan

Islam di Kecamatan Pulung. Beliau mempelajari terbangan atau rebana

14 Lihat Transkrip Wawancara 06/W-6/SJ/02/2020. 15 Diambil pada tanggal 18 Maret 2020 Pukul 16.00 WIB di Desa Pulung Merdiko. 16 https://www.bernas.id/amp/56559-rebana-alat-musik-tradisional-ini-dari-manakah-asalnya-anda-

perlu-tahu.html diakses pada 18 Maret 2020 pada pukul 21.00 WIB.

Page 66: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

60

ini dari daerah Tegalsari kemudian beliau mengajarkannya kepada

masyarakat Pulung. Strategi dakwah Raden Jayengrono dengan

menggunakan media kesenian ini bertujuan agar masyarakat dapat

menerima syi’ar Islam melalui jalur kesenian dan kebudayaan.17

Gambar 4.3 Acara kegiatan terbangan

Gambar 4.4 Alat terbangan18

17 Lihat Transkrip Wawancara 06/W-6/SJ/02/2020. 18 Diambil pada tanggal 18 maret 2020 pukul 22.00 WIB di Desa Munggung Kecamatan Pulung.

Page 67: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

61

3. Bedug

Bedug adalah alat pemanggil jama’ah atau alat penanda bahwa

sholat akan segera dimulai di zaman dahulu. Di masjid peninggalan

Raden Jayengrono terdapat sebuah bedug dengan ukuran yang cukup

besar dan di sampingnya terdapat sebuah kenthongan. Raden

Jayengrono menggunakan bedug dan kenthongan untuk memanggil

para jama’ah agar segera ke masjid untuk menunaikan ibadah sholat.

Bedug dipukul sebanyak 17 kali apabila akan melaksanakan sholat.

Bedug dipukul sebanyak 17 kali ini mengingatkan bahwa jumlah

raka’at sholat lima waktu sejumlah 17 raka’at.19 Apabila bedug sudah

dipukul, para masyarakat segera datang ke masjid untuk melaksanakan

sholat. Bedug adalah media yang digunakan para Wali untuk

menandakan bahwa sholat akan segera dimulai dan Raden Jayengrono

tetap menggunakan bedug sebagai media untuk mensyi’arkan Islam.

Gambar 4.5 Bedug Masjid Raden Jayengrono20

19 Lihat Transkrip Wawancara 06/W-6/SJ/02/2020. 20 Diambil pada tanggal 18 Maret 2020 Pukul 16.00 WIB di Desa Pulung Merdiko.

Page 68: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

62

3. Gamelan

Selain menggunakan bedug dan terbangan sebagai media dalam

mensyi’arkan Islam, Raden Jayengrono menggunakan gamelan untuk

berdakwah. Raden Jayengrono dikenal sebagai seseorang yang

menyukai musik tradisional Jawa. Gamelan ini beliau mainkan dengan

menyanyikan kidung jawa kuno atau lagu jawa kuno yang berisi

tentang petuah-petuah kehidupan. Berdasarkan penelitian, Raden

Jayengrono dahulu memiliki 2 set gamelan. Dari 2 set gamelan

tersebut, 1 set gamelan dibawa pindah ke Pedanten dan 1 set lainnya

tetap dibiarkan berada di Desa Kranggan.21 Melihat kondisi sosio-

kultural masyarakat Pedanten dahulu yang menyukai kesenian

gamelan sebagai hiburan, Raden Jayengrono menggunakan gamelan-

gamelan tersebut untuk berdakwah dan mensyi’arkan Islam di

Pedanten.

Gambar 4.6 Gamelan Jawa22

21 Lihat Transkrip Wawancara 04/W-4/SJ/02/2020. 22 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gong diakses pada 11 April 2020 Pukul 15.00 WIB.

Page 69: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

63

C. Hasil Dakwah Yang Dicapai

Hasil dakwah merupakan efek dakwah atau timbal balik dari apa

yang telah disampaikan da’i kepada mad’u. Semenjak beliau pensiun

menjadi bupati Pedanten dan berada di Kecamatan Pulung, beliau

memlilih menghabiskan masa tuanya di Kecamatan Pulung untuk

berdakwah serta mengajarkan Islam. Hasil yang dicapai adalah sebagai

berikut :

1. Masyarakat banyak yang mengerti akan ajaran-ajaran Agama Islam

serta syariat-syariat Agama Islam. Masyarakat yang dahulu masih

kental dengan kepercayaan nenek moyang yang mendewakan

pusaka atau benda-benda lain yang dianggap memiliki kekuatan

ghaib sedikit demi sedikit ditinggalkan.

2. Kaum abangan dan kejawen banyak yang masuk Islam serta

menjalankan syariat-syariat Islam.

3. Kesenian-kesenian seperti terbangan atau hadrah semakin

bertambah jumlahnya. Masjid-masjid atau mushola mulai dibangun

di desa-desa.23

4. Pola masjid yang dibangun di desa-desa mengikuti bangunan

masjid Raden Jayengrono dan mayoritas penduduk yang ada di

Kecamatan Pulung beragama Islam. Tidak hanya masyarakat

Kecamatan Pulung saja yang mayoritas beragama Islam, tetapi

masyarakat Pedanten yang meliputi Kecamatan Sawoo, Jetis,

Mlarak, Siman, Pudak, Sooko, dan Sambit mayoritas penduduknya

23 Lihat Transkrip Wawancara 06/W-6/SJ/02/2020.

Page 70: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

64

beragama Islam. Ini menandakan bahwa dakwah yang beliau

lakukan semasa menjadi bupati Pedanten maupun sesudah pensiun

menjadi bupati telah berhasil. Raden Jayengrono telah berhasil

berdakwah serta menyebarkan agama Islam di wilayah Pedanten

atau Ponorogo bagian timur.

Page 71: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan penelitian yang dilakukan ini, maka penulis

dapat menarik kesimpulan strategi dakwah Raden Jayengrono dalam

menyebarkan Islam di Kecamatan Pulung dengan memberikan contoh akhlak

yang baik kepada masyarakat, berkeliling wilayah kekuasaannya, mendakwahi

masyarakat abangan, melestarikan tradisi kenduri atau slametan. Media

dakwah yang digunakan Raden Jayengrono untuk menyebarkan ajaran Islam

dengan membangun masjid dan padepokan sebagai sarana beribadah dan

berdakwah kepada masyarakatnya, menggunakan media alat musik terbangan,

membuat Bedug yang digunakan sebagai sarana ibadah, pagelaran musik Jawa

yang diiringi dengan gamelan. .

Hasil dakwah yang dicapai Raden Jayengrono ditandai dengan

masyarakat awam banyak yang mengerti akan ajaran-ajaran Agama Islam

serta syariat-syariat Agama Islam, kesenian seperti terbangan dan masjid

semakin bertambah jumlahnya, pola masjid yang dibangun di desa-desa

mengikuti bangunan masjid Raden Jayengrono dan mayoritas penduduk yang

ada di Kecamatan Pulung beragama Islam, tidak hanya masyarakat Kecamatan

Pulung saja yang mayoritas beragama Islam, tetapi masyarakat Pedanten yang

meliputi Kecamatan Sawoo, Jetis, Mlarak, Siman, Pudak, Sooko, dan Sambit

mayoritas penduduknya beragama Islam.

Page 72: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

66

B. Saran

Selama penulis mengadakan penelitian dan pengamatan, ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan serta dibenahi antara lain :

1. Selama ini masih banyak masyarakat Pulung yang tidak tahu tentang

sejarah Raden Jayengrono dikarenakan belum ada pembukuan sejarah

Raden Jayengrono secara menyeluruh. Sedangkan sumber informasi

mengenai sejarah Raden Jayengrono sebagian besar hanya dari juru

kunci makam Raden Jayengrono. Padahal peran dan jasa Raden

Jayengrono sangat besar terhadap islamisasi di wilayah Pulung yang

dibuktikan dengan adanya peninggalan-peninggalan Raden

Jayengrono yang masih ada hingga saat ini. Hal yang harus dilakukan

adalah tentunya membukukan sejarah Raden Jayengrono dan

menyebarluaskan kepada masyarakat.

2. Perlu diteliti lebih lanjut secara mendalam mengenai masa perjuangan

Raden Jayengrono dalam menyebarkan Islam. Sehingga masyarakat

tetap melestarikan ajaran agama Islam seperti yang diajarkan Raden

Jayengrono semasa hidupnya. Dengan demikian, masyarakat

diharapkan dapat meneladani perilaku Raden Jayengrono.

Page 73: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

67

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Moh. Ali. Ilmu Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2004.

Basit, Abdul. Filsafat Dakwah, Depok: PT. Raja Grafindo, 2017.

Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2008.

Christantina, Antika. Peranan Bathoro Katong dalam Islamisasi di Ponorogo

pada tahun 1482-1496. Skripsi. Universitas Negeri Malang. Malang,

2012.

Hamidi. Teori Komunikasi Dan Strategi Dakwah. Malang: UMM Pers, 2010.

Ilaihi, Wahyu. Komunikasi Dakwah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.

Muhidin, Asep. Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, Bandung: Pustaka Setia,

2002.

M. Munir. Metode Dakwah. Jakarta: Kencana, 2003.

Narbuko, Cholid. Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Purwowijoyo. Babad Ponorogo Jilid I R.A. Surodiningrat Ponorogo: Dinas

Pariwisata Dan Seni Budaya, PEMKAB Ponorogo, 1985.

Babad Ponorogo Jilid III R.A Surodiningrat Ponorogo.

Babad Ponorogo Jilid V R.A Surodingrat Ponorogo.

Saputra, Wahidin. Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2011.

Strauss, Anselm and Juliet Corbin. Basics of Qualitative Research, Terjemahan

Muhammad Shodiq dan Imam Muttaqien, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2003.

Suryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi, Bandung: Pustaka Setia, 2015.

Tyas, Elfa Lusiana. Peranan Bathoro Katong dalam penyebaran Agama Islam di

Ponorogo pada abad ke XV Masehi. Skripsi. Universitas Jember. Jember.

2018.

Tim terjemahan Departemen Agama. Manhaj Al-Bahth Al-Tarihi, Jakarta:

Departemen Agama Republik Indonesia, 1986.

Widi, Restu Kartiko. Asas Metodologi Penelitian.Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

Page 74: STRATEGI DAKWAH RADEN JAYENGRONO DALAM ...etheses.iainponorogo.ac.id/9664/1/Ethesis Syahrul Hakiki.pdfpendekatan kualitatif dan pendekatan sejarah dalam melakukan penelitian.11 Ketiga,

68

Yayasan Wisma Damai. Al-Qur’an Dengan Terjemahannya dan Tafsir Singkat

Jakarta: Percetakan YWD, 2007.

Jurnal :

Fitriawan, Fuad, dan Kayyis Fithri Ajhuri, Dialogia Vol.15: Peran Kyai

Muhammad Hasan dalam proses Penyebaran Agama Islam di Desa

Karanggebang, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo: 2017.

Subair, Dialektika Vol.9: Abangan, Santri, dan Priyayi: Islam dan Politik

Identitas Kebudayaan, Institut Agama Islam Negeri Ambon: 2012.

Dalinur, M. Nur, Wardah No.23: Dakwah, Teori, Definisi dan

Macamnya, Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang: 2011.

Internet :

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Data diakses pada 15 Desember 21.50

WIB.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Metodologi_penelitian diakses pada 15

Desember 2019 21.00 WIB.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Strategi diakses pada 20 Januari 2020

Pukul 14.30 WIB.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kejawen diakses pada 21 Januari Pukul

10.26 WIB.