skripsi - unair repository | universitas airlangga …repository.unair.ac.id/60138/2/kkc kk...
TRANSCRIPT
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
SKRIPSI
PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PROSES
PEMURNIAN MINYAK IKAN KASAR (Crude Fish Oil) HASIL
SAMPING INDUSTRI PENGALENGAN IKAN LEMURU
(Sardinella lemuru)
Oleh :
UMI NADHIRO
SURABAYA – JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Umi Nadhiro
NIM : 141211132133
Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 27 Mei 1994
Alamat : Jalan Kalibutuh Barat IV/ 85 RT 02 RW 06 Surabaya
Telp./HP (089631341761)
Judul Skripsi : Penggunaan Bentonit Sebagai Adsorben Pada Proses Pemurnian
Minyak Ikan Kasar (Crude Fish Oil) Hasil Samping Industri
Pengalengan Ikan Lemuru (Sardinella lemuru)
Pembimbing : 1. Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA.
2. Wahju Tjahjaningsih, Ir., M.Si..
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil tulisan laporan Skripsi yang saya buat
adalah murni hasil karya saya sendiri (bukan plagiat) yang berasal dari Dana Penelitian :
Mandiri / Proyek Dosen / Hibah / PKM (coret yang tidak perlu).
Di dalam skripsi / karya tulis ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau
gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri
tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya, serta kami bersedia :
1. Dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan
dan Kelautan Universitas Airlangga;
2. Memberikan ijin untuk mengganti susunan penulis pada hasil tulisan skripsi /
karya tulis saya ini sesuai dengan peranan pembimbing skripsi;
3. Diberikan sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga, termasuk
pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh (sebagaimana diatur di
dalam Pedoman Pendidikan Unair 2010/2011 Bab. XI pasal 38 – 42), apabila
dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau
meniru tulisan orang lain yang seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri
Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan
dipergunakan sebagaimana mestinya.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
iii
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
SKRIPSI
PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PROSES
PEMURNIAN MINYAK IKAN KASAR (Crude Fish Oil) HASIL
SAMPING INDUSTRI PENGALENGAN IKAN LEMURU
(Sardinella lemuru)
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh :
UMI NADHIRO
NIM. 141211132133
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
iv
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
SKRIPSI
PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PROSES
PEMURNIAN MINYAK IKAN KASAR (Crude Fish Oil) HASIL
SAMPING INDUSTRI PENGALENGAN IKAN LEMURU
(Sardinella lemuru)
Oleh:
UMI NADHIRO
141211132133
Telah diujikan pada
Tanggal : 7 November 2016
KOMISI PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Boedi Setya Rahardja, Ir., MP
Anggota : Agustono, Ir., M.Kes.
Sudarno, Ir., M.Kes.
Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA.
Wahju Tjahjaningsih, Ir., M.Si
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
v
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
RINGKASAN
UMI NADHIRO. Penggunaan Bentonit Sebagai Adsorben Pada Proses
Pemurnian Minyak Ikan Kasar (Crude Fish Oil) Hasil Samping Industri
Pengalengan Ikan Lemuru (Sardinella lemuru). Dosen Pembimbing : Prof.
Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA dan Wahju Tjahjaningsih, Ir., M.Si.
Ikan lemuru (S. lemuru) merupakan sumberdaya ikan pelagis yang
mempunyai nilai ekonomis penting dan dapat dimanfaatkan sebagai ikan kaleng.
Pada proses pengalengan dihasilkan limbah cair berupa minyak ikan kasar (crude
fish oil) yang diperoleh pada tahap pemasakan dengan uap air panas (pre
cooking). Minyak ikan kasar hasil samping pre cooking industri pengalengan ikan
memiliki kualitas yang rendah. Selain itu, permintaan pasar yang tinggi terhadap
minyak ikan dan nilai ekspor minyak ikan Indonesia yang rendah maka diperlukan
pemurnian minyak ikan. Pemurnian minyak ikan dapat melalui tahap degumming,
netralisasi, dan bleaching menggunakan bentonit sebagai adsorben. Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai
bentonit yang diaktivasi terlebih dahulu sebelum digunakan serta perbedaan
konsentrasi bentonit yang ditambahkan pada proses pemurnian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian bentonit dengan
konsentrasi berbeda berpotensi dalam proses pemurnian minyak ikan kasar (crude
fish oil) hasil samping industri pengalengan ikan lemuru (S. lemuru). Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dan
data dianalisis secara deskriptif. Rancangan percobaan pada penelitian ini
menggunakan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima
variasi konsentrasi bentonit (0%, 2%, 4%, 6%, 8%) dan empat ulangan. Parameter
utama yang diamati adalah kadar asam lemak bebas, bilangan peroksida,
kejernihan, bilangan paraanisidin (p-anisidin), dan total oksidasi. Parameter
pendukung yang diamati adalah rendemen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian bentonit dengan
konsentrasi berbeda berpotensi sebagai adsorben dalam proses pemurnian minyak
ikan kasar (crude fish oil) hasil samping industri pengalengan ikan lemuru (S.
lemuru) yaitu pada konsentrasi bentonit 6% menghasilkan kadar asam lemak
bebas sebesar 0,265 %; bilangan peroksida sebesar 6,343 meq/kg; kejernihan
60,275 %T, 88,075 %T, 87,5 %T, 87,425 %T, 87,975 %T pada panjang
gelombang (λ) 450 nm, 550 nm, 620 nm, 665 nm, 700 nm; paraanisidin sebesar
3,725 meq/kg; menghasilkan total oksidasi sebesar 16,41 meq/kg; dan rendemen
33,418 %.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
vi
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
SUMMARY
UMI NADHIRO. Application Of Bentonite As Adsorbent In Refining
Processes Of Crude Fish Oil ByProducts Of Lemuru (Sardinella lemuru)
Canning Industry. Academic Advisor : Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA
and Wahju Tjahjaningsih, Ir., M.Si.
Lemuru (Sardinella lemuru) is a pelagic fish resources that have economic
value that is important and can be used as canned fish. At the canning process
liquid waste can be used as canned fish. At the canning process liquid waste such
as crude fish oil is obtained at the stage of pre-cooking. Crude fish oil byproduct
in pre-cooking fish canning industry are of low quality. In addition, the market
demand for a high level of fish oil and fish oil export value of Indonesia were
lower then the necessary refining of fish oil. Refining of fish oil can go through
stages of degumming, neutralization, bleaching and using bentonite as adsorbent.
Based on this background, it is necessary to do further research on bentonite
which is activated before use and differences in the concentration of bentonite is
added to the refining process.
This study aims to determine the provision of bentonite with potentially
different concentrations in the refining process of crude fish oil byproducts
industry of lemuru (S. lemuru) canning. The method used in this research is the
experimental methods and data were analyzed descriptively. The experimental
design used in this study using a completely randomized design (CRD) with five
variation of bentonite concentration (0%, 2%, 4%, 6%, 8%) and four replications.
The main parameters measured were free fatty acid content, peroxide value,
clarity, paraanisidin (p-anisidin) number, and total oxidation. The second
parameters measured were yield.
The results showed that the giving of bentonite with different
concentrations potentially as adsorbent in refining process of crude fish oil
byproduct of lemuru (S. lemuru) canning industry are at a concentration of 6%
bentonite to produce free fatty acid content value of 0,265 %; peroxide number
value of 6,343 meq/kg; the clarity value of 60,275 %T, 88,075 %T, 87,5 %T,
87,425 %T, 87,975 %T at a wavelength (λ) of 450 nm, 550 nm, 620 nm, 665 nm,
and 700 nm; paraanisidin (p-anisidin) number value of 3,725 meq/kg; total
oxidation was 16,41 meq/kg; produce the yield of 33.418 %.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
vii
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
taufiq, dan hidayah-Nya serta tidak lupa Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW sehingga penulis mampu menyelesaikan Skripsi tentang
Penggunaan Bentonit Sebagai Adsorben Pada Proses Pemurnian Minyak Ikan
Kasar (Crude Fish Oil) Hasil Samping Industri Pengalengan Ikan Lemuru
(Sardinella lemuru). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis demi perbaikan dan
kesempurnaan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat dan
wawasan yang lebih luas serta menjadi sumber informasi bagi semua pihak,
terutama bagi mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas
Airlangga, Surabaya guna kemajuan serta perkembangan ilmu dan teknologi
dalam bidang perikanan terutama industri hasil perikanan.
Surabaya, 03 Oktober 2016
Penulis
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
viii
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini, dengan penuh rasa hormat penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Mirni Lamid, drh., MP. selaku Dekan Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Airlangga Surabaya
2. Bapak Abdul Manan, S.Pi., M.Si selaku Dosen Wali yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis
3. Ibu Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA selaku Dosen Pembimbing
Pertama dan Ibu Wahju Tjahjaningsih, Ir., M.Si. selaku Dosen
Pembimbing Kedua yang telah memberikan arahan, masukan serta
bimbingan sejak penyusunan usulan hingga penyelesaian Skripsi ini
4. Bapak Boedi Setya Rahardja, Ir., MP., Bapak Agustono Ir., M.Kes., dan
Bapak Sudarno, Ir., M.Kes. sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan
masukan, kritik dan saran atas penyempurnaan Skripsi ini
5. Ibu Patmawati Wahyudi, S.Pi., M.Si, yang telah memberikan dukungan
maupun arahan dalam pelaksanaan dan penyelesaian Skripsi ini
6. Kedua orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan dukungan
moril maupun materil kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
Skripsi ini dengan lancar
7. Machfud Dwi Diantoro, Yustika, Ainin Nadia, Farah Kartikasari, dan
teman-teman yang telah memberi dukungan, motivasi, dan do’a kepada
penulis dalam pelaksanaan maupun penyelesaian Skripsi ini.
Surabaya, 03 Oktober 2016
Penulis
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ix
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ...................................................................................................... v
SUMMARY ........................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
UCAPAN TERIMA KASIH.............................................................................. viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3
II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 5
2.1 Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) ................................................................ 5
2.1.1 Taksonomi dan Morfologi .................................................................. 5
2.1.2 Biologi ................................................................................................. 6
2.1.3 Kandungan Gizi dan Manfaat ............................................................. 7
2.2 Hasil Samping Pengalengan Ikan ............................................................... 8
2.3 Minyak Ikan ................................................................................................. 9
2.3.1 Proses Pemurnian Minyak Ikan ......................................................... 10
2.3.2 Mutu Minyak Ikan ............................................................................ 13
2.4 Bentonit ...................................................................................................... 15
2.4.1 Aktivasi Bentonit ............................................................................... 18
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
x
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ...................................... 20
3.1 Kerangka Konseptual ................................................................................. 20
3.2 Hipotesis .................................................................................................... 23
IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 25
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 25
4.2 Materi Penelitian ........................................................................................ 25
4.2.1 Alat Penelitian .................................................................................... 25
4.2.2 Bahan Penelitian ................................................................................. 25
4.3 Metode Penelitian ...................................................................................... 26
4.3.1 Rancangan Percobaan ........................................................................ 26
4.3.2 Prosedur Kerja ................................................................................... 27
A. Penelitian Pendahuluan ........................................................................ 27
B. Penelitian Utama .................................................................................. 28
1) Aktivasi Bentonit ............................................................................... 28
2) Pemurnian Minyak Ikan ..................................................................... 28
4.4 Parameter yang Diukur .............................................................................. 30
4.4.1 Parameter Utama ................................................................................ 30
4.4.2 Parameter Pendukung ........................................................................ 33
4.4 Analisis Data .............................................................................................. 33
V HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 36
5.1 Hasil ........................................................................................................... 36
5.1.1 Karakteristik Awal Minyak Ikan Lemuru (S. lemuru) ....................... 36
5.1.2 Karakteristik Akhir Minyak Ikan Lemuru (S. lemuru) ...................... 37
5.2 Pembahasan ............................................................................................... 40
VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 49
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 49
5.2 Saran .......................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 50
LAMPIRAN ........................................................................................................ 55
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xi
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
5.1. Hasil karakteristik awal minyak ikan lemuru (S. lemuru)............................ 37
5.2. Hasil karakteristik kejernihan minyak ikan lemuru (S. lemuru) .................. 37
5.3. Hasil karakteristik akhir minyak ikan lemuru (S. lemuru) ........................... 38
5.4. Hasil uji kejernihan minyak ikan lemuru (S. lemuru) setelah dimurnikan .. 39
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xii
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Morfologi ikan lemuru (Sardinella lemuru) .................................................. 6
2.2 Struktur bentonit ........................................................................................... 16
3.1 Kerangka konsep ........................................................................................... 24
4.1 Diagram alir penelitian .................................................................................. 34
4.2 Diagram proses pemurnian ........................................................................... 35
5.1 Penampakan fisik minyak ikan lemuru kasar................................................ 36
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xiii
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Hasil penelitian pendahuluan kenampakan minyak ikan lemuru
(S. lemuru) setelah dimurnikan ...................................................................... 55
2. Perhitungan treat pada proses netralisasi ........................................................ 56
3. Hasil perhitungan karakteristik awal minyak ikan lemuru (S. lemuru) .......... 57
4. Hasil uji kadar asam lemak bebas (free fatty acid) minyak ikan lemuru
(S. lemuru) setelah dimurnikan ........................................................................... 58
5. Hasil uji peroksida minyak ikan lemuru (S. lemuru) setelah dimurnikan ...... 59
6. Hasil uji kejernihan minyak ikan lemuru (S. lemuru) setelah dimurnikan ..... 60
7. Hasil uji paraanisidin (p-anisidin value) minyak ikan lemuru
(S. lemuru) setelah dimurnikan ...................................................................... 61
8. Hasil uji total oksidasi minyak ikan lemuru (S. lemuru) Setelah Dimurnikan 62
9. Hasil perhitungan rendemen minyak ikan lemuru (S. lemuru).............. .... 63
10. Dokumentasi aktivasi bentonit ...................................................................... 64
11. Dokumentasi pemurnian minyak ikan .......................................................... 65
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan lemuru (S. lemuru) merupakan sumberdaya ikan pelagis yang
mempunyai nilai ekonomis penting (Pradini dkk., 2001). Kandungan gizi ikan
lemuru (S. lemuru) per 100 gram bahan yaitu protein 20,0 gram; lemak 3,0 gram;
dan vitamin A 100 SI (Satuan Internasional) (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).
Ikan lemuru dapat dimanfaatkan sebagai ikan kaleng. Menurut Muchtadi (1995),
pengalengan makanan merupakan suatu cara pengawetan bahan pangan yang
dikemas secara hermetis yang kemudian disterilkan.
Pada proses pengalengan dihasilkan limbah cair berupa minyak ikan kasar
(crude fish oil). Menurut Estiasih (2009), pada industri pengalengan ikan
dihasilkan cairan hasil samping pengalengan yang merupakan campuran dari
fraksi minyak, fraksi air, dan padatan tersuspensi yang diperoleh pada tahap
pemasakan dengan uap air panas (pre cooking). Minyak ikan kasar hasil samping
pre cooking industri pengalengan ikan memiliki kualitas yang rendah karena tidak
memenuhi standar International Association of Fish Meal Manufactures dan
farmakope Indonesia sebagai minyak ikan layak konsumsi (Sari dkk., 2015).
Minyak ikan menurut Sathivel (2011), mengandung banyak asam lemak tak jenuh
(polyunsaturated fatty acids) terutama eikosapentaenoat (EPA) dan
dokosaheksaenoat (DHA). Manfaat minyak ikan yaitu dapat menurunkan
kolesterol dalam darah terutama low density lipoprotein (LDL), anti inflamasi,
dan dapat menurunkan resiko kematian akibat jantung koroner (Haris, 2004).
Selain itu volume impor minyak ikan di Indonesia sebesar 11.378.422 kg dengan
2
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
nilai nominal 22.256.508 juta dolar Amerika, sedangkan volume ekspor sebesar
331.420 kg dengan nilai nominal 372.164 juta dolar Amerika. Hal ini
menunjukkan permintaan pasar yang tinggi terhadap minyak ikan dan nilai ekspor
minyak ikan Indonesia yang rendah sehingga diperlukan pemurnian minyak ikan
(KKP, 2012).
Menurut Estiasih (2009), pemurnian minyak ikan dapat melalui tahap
degumming, netralisasi, dan bleaching. Menurut Rubio-Rodriguez et al. (2010),
degumming bertujuan menghilangkan fosfolipid dengan penambahan asam fosfat
atau sitrat; netralisasi asam lemak bebas dengan natrium hidroksida; bleaching
dengan lempung aktif (activated clays) bertujuan menyerap produk oksidasi dan
warna. Pada tahap bleaching minyak ikan menggunakan bentonit. Menurut Faisal
(2015), bentonit (mineral aluminosilikat) merupakan salah satu jenis tambang
yang banyak terdapat di Indonesia. Mineral ini banyak digunakan sebagai katalis
dan buffer, pemucat, dan juga sebagai adsorben. Penggunaan bentonit sebagai
adsorben memiliki keunggulan karena bentonit mempunyai struktur antar lapis
yang dapat dengan mudah dimodifikasi sehingga akan memperbaiki sifat
penyerapan bentonit. Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(2015), jumlah sumber daya bentonit pada tahun 2015 sebesar 672.077.720 ton
dan produksi bentonit sebesar 1.805.802 ton.
Pada penelitian terdahulu yang dilakukan Sari dkk. (2015) mengenai
pemurnian minyak hasil samping pre cooking industri pengalengan ikan lemuru
(S. lemuru) yang menggunakan variasi metode pemurnian menunjukkan bahwa
metode pemurnian terbaik terdapat pada tahap degumming, netralisasi, bleaching
3
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
serta penambahan bentonit 1% yang menghasilkan minyak ikan murni sesuai
standar farmakope Indonesia untuk minyak ikan layak konsumsi yaitu bilangan
asam lemak bebas 9,38%; bilangan peroksida 4,88 meq/kg; bilangan iodine
225,39 gram/100 gram sampel. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu
dilakukan penelitian lanjutan mengenai bentonit yang diaktivasi terlebih dahulu
sebelum digunakan serta perbedaan konsentrasi bentonit (0%; 2%; 4%, 6%; 8%)
yang ditambahkan pada proses pemurnian sehingga diketahui pemberian bentonit
dengan konsentrasi berbeda berpotensi pada proses pemurnian minyak ikan kasar
(crude fish oil) hasil samping industri pengalengan ikan lemuru (S. lemuru) dapat
meningkatkan kualitas minyak ikan.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah pemberian bentonit dengan konsentrasi berbeda berpotensi dalam
proses pemurnian minyak ikan kasar (crude fish oil) hasil samping industri
pengalengan ikan lemuru (S. lemuru) ?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui pemberian bentonit dengan konsentrasi berbeda berpotensi
dalam proses pemurnian minyak ikan kasar (crude fish oil) hasil samping industri
pengalengan ikan lemuru (S. lemuru).
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi ilmiah bagi
para ilmuwan, mahasiswa, maupun masyarakat mengenai pemberian bentonit
4
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
dengan konsentrasi berbeda berpotensi dalam proses pemurnian minyak ikan
kasar (crude fish oil) hasil samping industri pengalengan ikan lemuru (S. lemuru)
serta diharapkan dapat meningkatkan kualitas minyak ikan di Indonesia.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Lemuru (Sardinella lemuru)
2.1.1 Taksonomi dan Morfologi
Klasifikasi ikan lemuru (S. lemuru) menurut Integrated Taxonomic
Information System (2016), adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Infrakingdom : Deuterostomia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Infraphylum : Gnathostomata
Superclass : Osteichthyes
Class : Actinopterygii
Subclass : Neopterygii
Infraclass : Teleostei
Superorder : Clupeomorpha
Order : Clupeiformes
Suborder : Clupeoidei
Family : Clupeidae
Subfamily : Clupeinae
Genus : Sardinella
Spesies : Sardinella lemuru Bleeker, 1853 – Bali Sardinella
Menurut FAO (2016), ciri morfologi ikan lemuru (S. lemuru) yaitu memiliki
bentuk tubuh memanjang, agak bulat dan bagian perut membundar. Bagian
belakang tutup insang (operculum) terdapat kuning keemasan diikuti dengan garis
berwarna kekuningan pada gurat sisi (lateral line), terdapat bintik hitam yang
berbeda di tepi belakang tutup insang (operculum). Morfologi ikan lemuru (S.
lemuru) terdapat pada Gambar 2.1.
6
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
Gambar 2.1 Morfologi ikan lemuru (S. lemuru)
Sumber : FishBase (2016)
Keterangan : 1. Sirip dorsalis, 2. Linea lateralis, 3. Sirip caudalis, 4. Operculum,
5. Sirip pectoralis, 6. Anal
2.1.2 Biologi
Lemuru (S. lemuru) tersebar di Samudera Hindia bagian Timur (Phuket,
Thailand, di pantai sebelah Selatan Jawa Timur dan Bali, Australia Barat) dan
Samudera Pasifik sebelah Barat (Laut Jawa ke Utara sampai Filipina, Hongkong,
Taiwan sampai Selatan Jepang) (FAO, 2016). Menurut Merta et al. (2000), pada
siang hari ikan lemuru berada di dekat dasar perairan, sedangkan pada malam hari
lemuru berada di dekat permukaan air dalam bentuk gerombolan yang menyebar.
Seringkali, gerombolan lemuru akan muncul ke permukaan pada siang hari ketika
cuaca mendung dan hujan.
Ikan lemuru tergolong ikan yang mempunyai fekunditas tinggi. Ikan lemuru
diperkirakan memijah satu kali dalam setiap masa pemijahan dan melepaskan
7
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
telur sekaligus dalam waktu yang relatif singkat (total spawner) (Tampubolo dkk.,
2002). Menurut FAO (2016), kemungkinan ikan lemuru melakukan pemijahan
pada musim hujan setiap tahun (rata-rata bulan September-Februari, terutama
mengalami peningkatan pada bulan Desember-Januari).
Menurut penelitian Pradini dkk. (2001), jenis pakan ikan lemuru berupa
organisme dari kelas Bacillariophyceae yaitu Coscinodiscus sp. (33,01%),
Pleurosigma sp. (23,88%), Nitzschia sp. (6,28%); dari kelas Dinophyceae
ditemukan jenis Peridinium sp. (10,26%) serta dari kelas Sarcodina ditemukan
jenis Amphilithium sp. (1,85%). Ikan lemuru mengkonsumsi Coscinodiscus sp.
sebagai pakan utama, Pleurosigma sp. dan Nitzschia sp. sebagai pakan sekunder.
Pola kebiasaan pakan S. lemuru cenderung mengalami perubahan menurut ukuran
kelompok. Perubahan pakan tersebut disebabkan karena perbedaan tapis insang,
ukuran pakan, tingkat kelaparan, dan frekuensi pengambilan pakan.
2.1.3 Kandungan Gizi dan Manfaat
Menurut Poedjiadi dan Supriyanti (2009), komposisi lemuru (S. lemuru) per
100 gram bahan yaitu air 76 gram; protein 20,0 gram; lemak 3,0 gram; kalsium
(Ca+) 20 mg; fosfor (P) 100 mg; besi (Fe) 1,0 mg; vitamin A 100 Satuan
Internasional (SI); vitamin B1 0,05 mg. Menurut Batafor (2014), ikan sardin
berpotensi sebagai sumber minyak ikan sebesar 15-20% dan memiliki konsentrasi
asam lemak ω-3 yang tinggi. Menurut Haris (2004), ω-3 merupakan salah satu
asam lemak tak jenuh yang esensial bagi tubuh dan dibutuhkan terutama bagi
penderita kolesterol tinggi. Eikosapentaenoat (EPA) dan dokosaheksaenoat
(DHA) merupakan jenis ω-3 yang tidak diproduksi oleh ikan, melainkan oleh
8
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
tumbuhan laut seperti alga. Kandungan eikosapentaenoat (EPA) dan
dokosaheksaenoat (DHA) dalam ikan disebabkan karena ikan lemuru (S. lemuru)
mengkonsumsi alga yang mengandung kedua asam tersebut. Hasil penelitian
Maulana dkk. (2014) menunjukkan bahwa kandungan eikosapentaenoat (EPA)
dan dokosaheksaenoat (DHA) minyak ikan lemuru sebesar 8,97% dan 6,56%.
Menurut Haris (2004), mengkonsumsi eikosapentaenoat (EPA) dan
dokosaheksaenoat (DHA) dapat menurunkan kolesterol dalam darah terutama low
density lipoprotein (LDL), anti agregasi platelet, anti inflamasi, dan dalam jangka
waktu yang panjang berdampak positif terhadap penderita jantung koroner, yaitu
mampu menurunkan resiko kematian mendadak hingga 45% jika dibandingkan
terhadap penderita yang tidak mengkonsumsi eikosapentaenoat (EPA) dan
dokosaheksaenoat (DHA).
2.2 Hasil Samping Pengalengan Ikan
Limbah adalah zat, energi atau komponen yang dapat menurunkan kualitas
lingkungan. Limbah (polutan) dapat berupa padat, cair dan gas. Sebagian besar
limbah akhir yang dikeluarkan pabrik berupa cair, tetapi masih ada yang berupa
padat (Hikamah dan Mubarok, 2012).
Pada industri pengalengan ikan dihasilkan cairan hasil samping pengalengan
yang merupakan campuran dari fraksi minyak, fraksi air, dan padatan tersuspensi
yang diperoleh pada tahap pemasakan dengan uap air panas (pre cooking). Pada
industri pengalengan ikan, fraksi cair tersebut biasa ditampung dan dipisahkan
berdasarkan fraksi-fraksi. Pemisahan dilakukan secara sederhana dengan
mendiamkan (dekantasi) cairan hasil samping pengalengan tersebut selama waktu
9
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
tertentu. Selama dekantasi, cairan hasil samping pengalengan tersebut akan
terpisah berdasarkan fraksi, yaitu fraksi paling bawah berisi air dan padatan
tersuspensi, sedangkan fraksi bagian atas berupa fraksi minyak (Estiasih, 2009).
Menurut Sahubawa (2011), limbah cair industri perikanan (terutama pengolahan
ikan kaleng) tidak mengandung senyawa kimia yang beracun dan berbahaya
karena dalam proses pengalengan tidak menggunakan senyawa kimia tambahan.
Senyawa kimia yang dihasilkan dalam proses pengolahan ikan kaleng yaitu
protein dan lemak hasil proses penyiangan dan pencucian, yang terdapat dalam
bentuk tersuspensi dan larut air (terlarut). Menurut Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup RI Nomor 5 Tahun 2014 menyatakan bahwa kadar maksimal minyak dan
lemak pada kegiatan pengalengan ikan yaitu 15 mg/L dengan beban pencemaran
maksimum 2,25 kg/ton.
2.3 Minyak Ikan
Minyak ikan merupakan komponen lemak dalam jaringan tubuh ikan yang
telah diekstraksi dalam bentuk minyak (Estiasih, 2009). Minyak ikan yang
diproduksi di Indonesia merupakan salah satu hasil samping dari industri
pengalengan dan penepungan ikan (Batafor, 2014). Komponen yang terdapat pada
minyak ikan menurut Estiasih (2009), yaitu trigliserida, fosfolipid, hidrokarbon,
sterol, vitamin, dan pigmen. Kandungan minyak ikan sardin per 100 gram yaitu
vitamin D 332 IU (International Unit); kolesterol 710 mg; polyunsaturated fatty
acids (PUFA) 31,867 gram; monounsaturated fatty acids (MUFA) 33,841 gram;
total asam lemak jenuh 29,892 gram (USDA, 2016). Faktor kerusakan minyak
ikan sama dengan faktor kerusakan pada minyak nabati, akan tetapi minyak ikan
10
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
dipengaruhi oleh jenis bahan baku yang dapat mengurangi kemurnian minyak dan
mengandung lebih banyak polyunsaturated fatty acids (PUFA) sehingga minyak
ikan akan lebih mudah mengalami kemunduran mutu (Batafor, 2014).
Menurut Estiasih (2009), minyak ikan berbeda dengan jenis minyak yang
lain, yaitu mempunyai jenis asam lemak yang lebih beragam dengan asam lemak
yang dominan adalah asam lemak dengan jumlah atom karbon 20 (C20) dan 22
(C22) yang bersifat sangat tak jenuh karena mempunyai 5 dan 6 ikatan rangkap
dalam satu molekul. Asam lemak dominan tersebut termasuk ke dalam kelompok
asam lemak ω-3. Asam lemak ω-3 berwujud cair pada suhu ruang dan sangat
mudah teroksidasi karena jumlah ikatan rangkap yang banyak sehingga asam
lemak ω-3 bersifat tidak stabil. Asam lemak ω-3 berperan dalam pencegahan
penyakit jantung melalui penurunan resiko trombosis dan aterosklerosis akibat
perubahan profil lipid plasma dan sintesis eikosanoid. Sintesis eikosanoid dari
asam lemak ω-3 berperan dalam mencegah agregasi platelet pada proses
trombosis dan berperan sebagai vasodilator pembuluh darah. Asam lemak ω-3
menurunkan pembentukan low density lipoprotein (LDL) dan very low density
lipoprotein (VLDL) kolesterol yang berisiko terhadap penyakit jantung. Asam
lemak ω-3 juga mempunyai efek negatif yaitu eikosanoid yang dihasilkan dari
asam lemak ω-3 bersifat sebagai anti-agregasi sehingga proses pembekuan darah
menjadi sulit.
2.3.1 Proses Pemurnian Minyak Ikan
Untuk menghilangkan komponen yang tidak diinginkan atau dikenal dengan
nama pengotor (impurities) seperti asam lemak bebas, gum, dan pigmen yang
11
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
terdapat pada minyak ikan kasar (crude fish oil) maka dapat dilakukan pemurnian
(Estiasih, 2009). Pemurnian minyak ikan dapat dilakukan melalui beberapa tahap
yaitu:
(1) Degumming
Proses degumming sangat penting untuk pemurnian fisik tetapi opsional
untuk pemurnian kimia. Proses degumming terdiri dari penanganan minyak kasar
(crude oils) dengan air, larutan garam, enzim, soda kaustik, atau asam lemah
seperti fosfat, sitrat, atau maleat untuk menghilangkan fosfatida, lilin (waxes),
prooksidan, dan kotoran lainnya (O’Brien, 2004). Prinsip degumming adalah
hidrasi fosfatida dan komponen pengotor berlendir. Hidrasi dilakukan dengan
menambahkan air. Pada proses hidrasi, fosfatida dan gum menjadi tidak larut
dalam minyak. Degumming dilakukan dengan menambahkan air sejumlah 75%
dari kadar fosfatida dalam minyak yang berkisar 1-1,5%. Suhu yang digunakan
pada proses degumming tidak terlalu tinggi, sekitar 50-80°C. Pada prinsip
degumming suhu yang digunakan adalah suhu saat viskositas minyak cukup
rendah untuk memudahkan fosfatida terhidrasi. Setelah proses hidrasi selesai,
fosfatida dan gum yang terhidrasi dipisahkan dari minyak dengan cara sentrifugasi
(Estiasih, 2009).
(2) Netralisasi
Menurut Feryana dkk. (2014), netralisasi alkali adalah salah satu teknik
pemurnian minyak ikan yang paling umum digunakan untuk memisahkan bahan
pengotor serta menurunkan nilai paramater oksidasi pada minyak. Menurut
Estiasih (2009), prinsip pemurnian alkali adalah alkali dapat bereaksi dengan
12
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
asam lemak bebas membentuk sabun. Sabun dan fraksi tidak tersabunkan
dipisahkan sehingga kadar asam lemak bebas dalam minyak menjadi berkurang.
Tahap pemurnian alkali meliputi tahap pencampuran minyak dengan larutan
alkali selama waktu tertentu, hidrasi untuk memudahkan pemisahan fraksi
tersabunkan dan fraksi tidak tersabunkan, pemisahan yang dapat dilakukan
dengan cara dekantasi atau sentrifugasi. Jumlah larutan soda kaustik yang
ditambahkan pada minyak dalam proses pemurnian dinyatakan sebagai treat.
Nilai treat didasarkan pada jumlah natrium hidroksida dengan konsentrasi
tertentu yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak termasuk kelebihan
(excess) yang diperlukan. Treat biasanya dinyatakan sebagai persen dengan
perhitungan sebagai berikut:
Treat = (0,142 x ALB) + excess
%NaOH/100
Keterangan: Treat = persentase (b/b) larutan NaOH yang dibutuhkan untuk
pemurnian minyak ikan dengan bobot tertentu.
0,142 = bobot molekul NaOH dan asam oleat.
ALB = kadar asam lemak bebas dinyatakan dalam persen
Excess = kelebihan larutan NaOH
(3) Bleaching
Menurut Sari dkk. (2015), bleaching adalah suatu proses pemurnian minyak
yang bertujuan untuk menghilangkan atau memucatkan warna yang tidak disukai,
menghilangkan getah (gum), dan diserap pula suspensi koloid dan hasil degradasi
minyak yaitu peroksida yang ada dalam minyak. Bleaching dilakukan dengan
penambahan adsorben. Menurut O’Brien (2004), jenis adsorben yang digunakan
dalam bleaching minyak makan yaitu lempung, activated earths, karbon aktif, dan
13
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
silika amorf sintetis. Menurut Estiasih (2009), jumlah adsorben yang digunakan
pada proses bleaching beragam bergantung pada keaktifan dan sifat atau cirinya.
Faktor lain yang menentukan adalah jenis minyak, intensitas warna minyak, dan
warna yang diinginkan dari minyak hasil bleaching. Parameter proses bleaching
seperti suhu dan waktu kontak juga mempengaruhi jumlah adsorben yang
dibutuhkan. Secara umum, tidak ada suhu pasti untuk bleaching yang optimum.
Pada pemucatan kondisi non vakum atau atmosferik, suhu yang digunakan 105-
110°C.
2.3.2 Mutu Minyak Ikan
Minyak ikan bermutu baik harus mempunyai kadar asam lemak bebas,
kotoran dan air, tingkat oksidasi, warna, dan kadar logam yang tidak melebihi
batas maksimum yang ditetapkan berdasarkan standar minyak ikan (Estiasih,
2009). Standar minyak ikan murni menurut International Fish Oil Standard
(IFOS), yaitu bilangan peroksida < 3,75 meq/kg; bilangan anisidin < 15 meq/kg;
kadar asam lemak bebas < 2%; bilangan total oksidasi (totox) < 20 meq/kg.
Parameter mutu minyak ikan sebagai berikut :
(1) Bilangan asam lemak bebas (free fatty acid)
Bilangan asam adalah bilangan yang menunjukkan jumlah asam lemak
bebas yang terkandung dalam minyak atau lemak yang dihubungkan dengan
proses hidrolisis minyak atau lemak. Hidrolisis minyak atau lemak oleh air
dengan katalis enzim atau panas pada ikatan ester trigliserida akan menghasilkan
asam lemak bebas. Keberadaan asam lemak bebas ini biasa dijadikan indikator
awal terjadi kerusakan minyak/lemak. Asam lemak bebas lebih mudah teroksidasi
14
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
jika dibandingkan dalam bentuk ester. Jumlah asam lemak bebas pada sampel
ditujukan dengan bilangan asam yang dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH
yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1
gram minyak atau lemak (Andarwulan dkk., 2011).
(2) Bilangan peroksida
Asam lemak bebas yang terdapat pada sampel dapat mempercepat proses
oksidasi lemak. Oksidasi asam lemak bebas dapat berlangsung baik secara
enzimatis maupun non enzimatis. Tahap awal reaksi oksidasi adalah terbentuk
senyawa radikal bebas yang kemudian akan menghasilkan senyawa peroksida jika
bereaksi dengan oksigen (Andarwulan dkk., 2011). Angka peroksida merupakan
nilai terpenting untuk menentukan derajat kerusakan minyak. Kerusakan pada
lemak atau minyak dapat terjadi karena proses oksidasi oleh oksigen dari udara
terhadap asam lemak tidak jenuh dalam lemak atau minyak yang terjadi selama
proses pengolahan atau penyimpanan (Panagan dkk., 2011).
(3) Bilangan paraanisidin (p-anisidin value)
Nilai p-anisidin berkaitan dengan kualitas selama masa simpan minyak ikan.
Senyawa p-anisidin merupakan turunan dari senyawa hidroperoksida pada
oksidasi primer berupa senyawa aldehid dan keton. Senyawa tersebut yang
menyebabkan perubahan bau dari minyak ikan dan menjadi parameter (Feryana
dkk, 2014). Prinsip bilangan paraanisidin (p-anisidin value) pada sampel lemak
atau minyak menggunakan prinsip pengukuran warna kuning yang dihasilkan dari
reaksi antara senyawa aldehid dengan pereaksi paraanisidin pada pelarut asam
15
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
asetat yang absorbansi paraanisidin (p-anisidin value) dapat diukur dengan λ350
nm (Andarwulan dkk., 2011).
(4) Bilangan total oksidasi
Bilangan total oksidasi merupakan hubungan antara bilangan peroksida dan
bilangan anisidin yang menunjukkan tingkat oksidasi lemak/minyak (Estiasih,
2009). Menurut Andarwulan dkk. (2011), penentuan bilangan total oksidasi (total
oxidation value) yaitu yang ekuivalen dengan dua kali bilangan peroksida
ditambah dengan bilangan paraanisidin.
(5) Kejernihan
Tingkat kejernihan minyak digunakan sebagai kapasitas adsorpsi masing-
masing adsorben (Suarya, 2008). Menurut Sulistiawati dkk. (2012), untuk menilai
tingkat kejernihan minyak, maka yang digunakan adalah parameter absorbansi.
Angka absorbansi terendah dipakai sebagai acuan untuk absorbansi lain, dan
dinyatakan sebagai angka relatif kejernihan. Semakin rendah angka yang
diperoleh berarti warna minyak semakin pucat.
2.4 Bentonit
Menurut Faisal (2015), bentonit (mineral aluminosilikat) merupakan salah
satu jenis bahan tambang yang banyak terdapat di Indonesia. Mineral ini banyak
digunakan sebagai katalis dan buffer, pemucat, dan juga sebagai adsorben. Selain
itu menurut Tanjaya dkk. (2006), bentonit merupakan salah satu jenis adsorben
yang sering digunakan pada proses bleaching minyak kelapa sawit, untuk
menyerap zat warna dan pengotor dalam minyak. Menurut Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.06.52.0100 tentang
16
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
pengawasan pangan olahan organik bahwa bentonit merupakan bahan tambahan
pangan dan bahan lain yang diizinkan untuk digunakan dalam produksi pangan
olahan organik. Penyebaran bentonit menurut Zulkifli (2014) terdapat di Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sumatera Utara,
Sumatera Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan Tengah.
Menurut Syuhada dkk. (2009), kandungan utama bentonit adalah mineral
monmorilonit (80%) dengan rumus kimia Mx(Al4xMgx)Si8O20(OH)4.nH2O.
Kandungan lain dalam bentonit merupakan pengotor dari beberapa jenis mineral
seperti kwarsa, ilit, kalsit, mika dan klorit. Struktur monmorilonit terdiri dari tiga
lapisan yang terdiri dari satu lapisan alumina (AlO6) berbentuk oktahedral pada
bagian tengah diapit oleh dua buah lapisan silika (SiO4) berbentuk tetrahedral.
Diantara lapisan oktahedral dan tetrahedral terdapat kation monovalent maupun
bivalent seperti Na+, Ca
2+ dan Mg
2+ dan memiliki jarak (d-spacing) sekitar 1,2 -
1,5 μm. Lapisan dalam bentonit ini teraglomerasi (menggumpal) karena terdapat
gaya tarik menarik antar partikel. Struktur bentonit terdapat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Struktur bentonit (Syuhada dkk., 2009)
17
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
Menurut Faisal (2015), penggunaan bentonit sebagai adsorben memiliki
keunggulan karena bentonit mempunyai struktur antar lapis yang dapat dengan
mudah dimodifikasi sehingga akan memperbaiki sifat penyerapan. Hal ini juga
dinyatakan oleh Bath dkk. (2012) bahwa bentonit dapat digunakan sebagai bahan
adsorpsi karena memiliki kemampuan untuk mengembang dan memiliki kation
yang dapat ditukarkan. Menurut Suarya (2008), kemampuan adsorpsi adsorben
ditentukan oleh luas permukaan dan volume pori dari adsorben tersebut.
Menurut Panjaitan (2010), bentonit mempunyai ciri khas yaitu apabila
disentuh seperti lilin dan tekstur seperti sabun. Bagian bentonit yang berdekatan
dengan permukaan tanah cenderung berwarna hijau kekuningan atau abu-abu dan
menjadi terang pada waktu dikeringkan. Endapan yang ada di bawah permukaan
tanah cenderung berwarna abu kebiruan. Selain itu, bentonit juga berwarna putih,
coklat terang dan coklat kemerahan. Bentonit dapat dibagi menjadi dua golongan
berdasarkan kandungan aluminium silikat hydrous, yaitu activated clay dan
fuller’s earth. Activated clay adalah lempung yang kurang memiliki daya
pemucat, tetapi daya pemucat activated clay dapat ditingkatkan melalui
pengolahan tertentu. Sementara itu, fuller’s earth digunakan di dalam fulling atau
pembersih bahan wool dari lemak. Menurut Andini dkk. (2016), bentonit sering
digunakan karena memiliki sifat :
(1) Tahanan jenis yang sangat rendah dan stabil
(2) Dapat mengembang menjadi beberapa kali lipat bila dicelupkan ke dalam air
dan dapat menahan air pada struktur.
(3) Harga ekonomis.
18
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
(4) Tidak menyebabkan korosi pada elektroda.
(5) Tidak mudah hancur karena bentonit merupakan bagian dari tanah liat itu
sendiri
2.4.1 Aktivasi Bentonit
Aktivasi merupakan perlakuan terhadap zat kimia yang bertujuan untuk
memperbesar pori yaitu dengan cara memecah ikatan hidrokarbon atau
mengoksidasi molekul permukaan sehingga zat kimia tersebut mengalami
perubahan fisik (Andini dkk., 2016). Hal tersebut juga dinyatakan oleh Dewi dan
Hidajati (2012) bahwa tujuan dari aktivasi menggunakan asam adalah melepaskan
ion Al, Fe dan Mg dan pengotor lain dari kisi struktur, sehingga secara fisik
bentonit tersebut menjadi aktif. Menurut Andini dkk. (2016), aktivasi terbagi
menjadi dua yaitu fisika dan kimia. Aktivasi fisika dilakukan dengan bantuan
panas, uap dan gas CO2. Aktivasi kimia merupakan aktivasi yang dilakukan
dengan bantuan zat kimia lain yang disebut aktivator. Aktivator yang sering
digunakan untuk proses aktivasi adalah alkali, klorida, sulfat, fosfat dan asam
organik seperti H2SO4 dan H3PO4. Menurut Komadel (2003), aktivasi lempung
menggunakan asam akan menghasilkan lempung dengan situs aktif lebih besar
dan keasaman permukaan yang lebih besar, sehingga akan dihasilkan lempung
dengan kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi dibandingkan sebelum diaktivasi.
Menurut Faisal (2015), adsorpsi merupakan proses difusi suatu komponen
pada suatu permukaan atau antar partikel. Adsorpsi dapat terjadi secara fisika
maupun kimia. Adsorpsi fisika sering disebut fisiosorpsi, terjadi akibat ada gaya
tarik-menarik (interaksi elektrolisis antar dipol) antara permukaan adsorben
19
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
dengan molekul adsorben yang disebabkan oleh ikatan kimia yang disebut
adsorpsi kimia. Adsorben yang digunakan dapat bersifat polar (silika dan alumina)
ataupun non polar (arang aktif, lempung bentonit). Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi adsorpsi antara lain :
(1) Sifat kimia dan fisika dari adsorben (ukuran pori, luas permukaan, dan
komposisi kimia).
(2) Sifat kimia dan fisika dari adsorbat (ukuran dan molaritas molekul, komposisi
kimia).
(3) pH, tekanan dan temperatur.
(4) Konsentrasi adsorben.
(5) Waktu kontak antara adsorbat dengan adsorben.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Ikan lemuru (S. lemuru) merupakan sumberdaya ikan pelagis yang
mempunyai nilai ekonomis penting (Pradini dkk., 2001). Kandungan gizi ikan
lemuru (S. lemuru) yaitu protein 20,0 gram; lemak 3,0 gram; dan vitamin A 100
SI (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009). Sementara kandungan asam lemak tak jenuh
(polyunsaturated fatty acids) ikan lemuru menyebabkan bau tengik akibat daging
ikan mudah mengalami proses oksidasi sehingga diperlukan penanganan yaitu
pengalengan. Pengalengan makanan merupakan bahan pangan yang dikemas
secara hermetis (hermetic) dalam suatu wadah, baik kaleng, gelas, atau
aluminium. Pengemasan secara hermetis dapat diartikan bahwa penutupan
pengemasan sangat rapat, sehingga tidak dapat ditembus oleh udara, air,
kerusakan akibat oksidasi, ataupun perubahan cita rasa (Adawyah, 2008).
Pada industri pengalengan didapatkan hasil samping dari proses produksi
berupa limbah padat dan limbah cair. Menurut Estiasih (2009), fraksi padat berupa
daging ikan diolah lebih lanjut menjadi tepung ikan, sedangkan fraksi cair yang
diperoleh dari tahap pemasakan dengan uap air panas (pre cooking) maupun
diperoleh dari pengepresan merupakan fraksi yang mengandung minyak ikan.
Minyak ikan merupakan komponen lemak dalam jaringan tubuh ikan yang telah
diekstraksi dalam bentuk minyak. Menurut KKP (2012), volume impor minyak
ikan di Indonesia sebesar 11.378.422 kg dengan nilai nominal 22.256.508 juta
dolar Amerika, sedangkan volume ekspor sebesar 331.420 kg dengan nilai
nominal 372.164 juta dolar Amerika. Hal ini menunjukkan permintaan pasar yang
21
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
tinggi terhadap minyak ikan dan nilai ekspor minyak ikan Indonesia yang rendah.
Selain itu menurut Suseno et al. (2011), kualitas minyak hasil samping
pengalengan dan penepungan belum memenuhi standar dan semua parameter
masih di bawah International Fish Oil Standard yaitu kandungan senyawa
peroksida > 3,75 meq/kg; bilangan asam lemak bebas > 2250 mg KOH/kg;
bilangan p-anisidin > 15 meq/kg; bilangan totox > 20 meq/kg; dan warna coklat
gelap sehingga diperlukan pemurnian minyak ikan dengan mutu sesuai standar
untuk memenuhi permintaan pasar.
Minyak ikan kasar (crude fish oil) dimurnikan dari bahan atau kotoran yang
terdapat di dalam minyak tersebut untuk memperoleh minyak dengan mutu yang
baik. Tahap pemurnian minyak yaitu pengendapan (settling) dan pemisahan gum
(degumming); netralisasi dengan alkali; pemucatan (bleaching). Pengendapan
(settling) dan pemisahan gum (degumming) bertujuan untuk menghilangkan
partikel halus yang tersuspensi atau berbentuk koloidal. Netralisasi dengan alkali
bertujuan untuk memisahkan senyawa terlarut seperti fosfatida, asam lemak
bebas, dan hidrokarbon. Pemucatan (bleaching) bertujuan untuk menghilangkan
zat warna dalam minyak dengan penambahan adsorbing agent (Winarno, 2004).
Menurut Estiasih (2009), prinsip tahap degumming adalah hidrasi fosfatida dan
komponen pengotor berlendir. Prinsip netralisasi dengan alkali adalah reaksi
antara asam lemak bebas dengan alkali seperti NaOH yang menghasilkan sabun.
Tahap pemucatan (bleaching) menurut Garcia-Moreno et al. (2013),
merupakan tahap penting yang dipertimbangkan untuk menghasilkan minyak ikan
yang lebih efisien bagi konsumsi manusia. Pemucatan (bleaching) terdapat dua
22
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
metode yaitu adsorpsi dengan menggunakan adsorben dan pemucatan kimiawi
(Estiasih, 2009). Pada penelitian ini, minyak ikan kasar (crude fish oil) diharapkan
bisa diaplikasikan dalam bidang pangan, sehingga metode yang digunakan yaitu
metode adsorpsi dengan menggunakan adsorben, hal ini dikarenakan menurut
Estiasih (2009), metode pemucatan kimiawi tidak digunakan untuk minyak
makan. Jenis adsorben penting yang digunakan pada tahap bleaching yaitu tanah
pemucat (bleaching earth). Bleaching earth pada penelitian ini yaitu bentonit.
Bentonit terdiri atas mineral aluminium silikat (Estiasih, 2009). Mineral
tersebut digunakan sebagai katalis dan buffer, pemucat, dan juga sebagai adsorben
(Faisal, 2015). Menurut Andini dkk. (2016), bentonit memiliki sifat tahanan jenis
yang sangat rendah dan stabil, memiliki harga yang ekonomis. Selain itu
ketersediaan bentonit cukup melimpah di alam, hal ini menurut Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (2015), jumlah sumber daya bentonit pada
tahun 2015 sebesar 672.077.720 ton dan produksi bentonit sebesar 1.805.802 ton.
Menurut Estiasih (2009), penggunaan bleaching earth pada proses pemurnian
minyak ikan dilakukan aktivasi terlebih dahulu. Aktivasi yang biasa dilakukan
adalah aktivasi asam. Menurut Andini dkk. (2016), aktivasi bertujuan
memperbesar pori yaitu dengan cara memecah ikatan hidrokarbon atau
mengoksidasi molekul permukaan. Bleaching earth yang telah diaktivasi menurut
Estiasih (2009), dapat berfungsi sebagai adsorben dengan mengadsorpsi
komponen minor seperti aroma, senyawa bersulfur; mengurangi produk hasil
oksidasi lemak seperti peroksida, aldehid, keton; mengurangi kadar fosfatida dan
senyawa berlendir atau gum dalam minyak; memperbaiki warna minyak. Dengan
23
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
demikian, pemurnian hasil samping industri pengalengan ikan lemuru (S. lemuru)
yang melalui tahap degumming, netralisasi, dan bleaching dapat menghasilkan
minyak ikan murni. Hal ini berdasarkan penelitian Sari dkk. (2015) bahwa metode
pemurnian terbaik terdapat pada tahap degumming, netralisasi, bleaching serta
penambahan bentonit 1% yang menghasilkan minyak ikan murni sesuai standar
farmakope Indonesia untuk minyak ikan layak konsumsi. Selain itu berdasarkan
penelitian Handayani dan Yusnimar (2013) bahwa bentonit yang telah diaktivasi
secara fisika maupun kimia terjadi penurunan nilai warna yang berarti semakin
banyak warna yang diserap oleh bentonit. Kerangka konsep penelitian terdapat
pada Gambar 3.1.
3.2 Hipotesis
H1 : Pemberian bentonit dengan konsentrasi berbeda berpotensi dalam proses
pemurnian minyak ikan kasar (crude fish oil) hasil samping industri
pengalengan ikan lemuru (S. lemuru)
24
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
Keterangan : a. = Dilakukan penelitian
b. = Tidak dilakukan penelitian
Gambar 3.1 Kerangka konsep
Ikan lemuru (S. lemuru)
Pengalengan
Limbah
Limbah padat Limbah cair
Tepung
ikan Minyak ikan kasar (crude fish oil)
Pemurnian
Degumming
Senyawa peroksida > 3,75 meq/kg ; bilangan asam
lemak bebas > 2250 mg KOH/g; bilangan p-anisidin >
15 meq/kg; bilangan total oksidasi > 20 meq/kg; warna
coklat gelap
Netralisasi Bleaching Deodorisasi
Metode adsorspi
dengan
mengunakan
adsorben
Metode
pemucatan
kimiawi
Adsorben
sintetik Bleaching
earth
Silika
Bentonit
Aktivasi
Memperbesar
pori adsorben
Penyusun :
aluminium
silikat
Mengadsorspi warna, aroma, peroksida,dan gum
pada minyak
Minyak ikan murni (pure fish oil)
stabil, harga
ekonomis, dan
ketersediannya
cukup melimpah di
alam
Untuk
menghilangkan
fosfatida dan
senyawa berlendir
(gum) lainnya
dalam minyak
Untuk
menghilangka
n asam lemak
bebas dalam
minyak
NaOH dapat
bereaksi dengan
asam lemak
bebas
membentuk
sabun
Fosfatida dan
senyawa
berlendir (gum)
akan terhidrasi
sehingga
terpisah dari
minyak
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September 2016 di
Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga
Surabaya.
4.2 Materi Penelitian
4.2.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain oven, gelas Beaker 500
ml, gelas beker 1 L, waterbath, magnetic stirrer, pH meter, Erlenmeyer 250 ml,
pengaduk, magnetic bar, cawan porselin, timbangan digital, sentrifus, labu ukur
25 ml, tabung reaksi, spektrofotometer, pipet tetes, termometer, aluminium foil,
dan corong pemisah.
4.2.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain minyak ikan lemuru
(S. lemuru) dari perusahaan pengalengan di daerah Bali, bentonit, H2SO4 5N,
akuades, asam sitrat 3%, NaOH 9,5%, etanol 95%, KOH 0,1 N, indikator
phenolptalein (PP), asam asetat, kloroform, potassium-iodin (KI), natrium
anisidin.
26
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
4.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental. Menurut
Sugiyono (2006), metode penelitian eksperimental merupakan metode penelitian
yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain
dalam kondisi yang terkendalikan.
Teknik pengambilan data dilakukan secara observasi langsung yaitu
melakukan uji karakteristik sebelum dan sesudah pemurnian minyak ikan lemuru
(S. lemuru) dengan mengukur bilangan asam lemak bebas, bilangan peroksida,
bilangan p-anisidin, bilangan total oksidasi, dan kejernihan. Variabel dari
penelitian ini yaitu:
(1) Variabel bebas : penambahan bentonit pada proses bleaching dengan
berbagai konsentrasi.
(2) Variabel terikat : kadar asam lemak bebas, bilangan peroksida,
bilangan p-anisidin, bilangan total oksidasi, dan
kejernihan.
(3) Variabel kontrol : degumming; netralisasi; pemanasan dan pemisahan
pada bleaching.
4.3.1 Rancangan Percobaan
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yaitu rancangan yang digunakan untuk percobaan yang mempunyai media
atau bahan percobaan yang seragam, namun sumber keragaman hanya satu yaitu
perlakuan disamping pengaruh acak (Kusriningrum, 2012). Penelitian ini
27
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
menggunakan RAL dengan lima variasi konsentrasi bentonit dan empat ulangan
pada proses pemurnian minyak ikan lemuru (S. lemuru) yaitu:
Perlakuan P0 : penambahan bentonit 0 % pada proses bleaching (kontrol).
Perlakuan P2 : penambahan bentonit 2 % pada proses bleaching
Perlakuan P4 : penambahan bentonit 4 % pada proses bleaching
Perlakuan P6 : penambahan bentonit 6 % pada proses bleaching
Perlakuan P8 : penambahan bentonit 8 % pada proses bleaching
Penempatan perlakuan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pada penelitian ini
menggunakan tabel bilangan acak. Penempatan perlakuan RAL terdapat pada
Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Penempatan perlakuan RAL
P6C P0A P4B P8B P2A
P6A P0C P2C P6B P8A
P2B P8C P0D P4A P2D
P4C P4D P6D P8D P0B
4.3.2 Prosedur Kerja
A. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan dengan dua percobaan. Pada percobaan
pertama yaitu minyak ikan hasil degumming, dilakukan tahap netralisasi yaitu
dengan cara pemberian larutan NaOH 9,5% sebanyak 12,6 gram (Sari dkk., 2015)
kemudian pada tahap bleaching, dilakukan penambahan bentonit dengan
konsentrasi 2% dan 0,5%. Pada percobaan kedua yaitu minyak ikan hasil
degumming, dilakukan tahap netralisasi yaitu dengan cara pemberian larutan
NaOH 9,5% sebanyak 50,3 gram kemudian pada tahap bleaching, dilakukan
penambahan bentonit dengan konsentrasi 8% dan 2%. Hasil kenampakan fisik
28
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
berupa warna minyak ikan lemuru (S. lemuru) pada percobaan pertama
menunjukkan tidak ada perbedaan, sedangkan pada percobaan kedua
menunjukkan perbedaan sehingga pada penelitian ini menggunakan range
konsentrasi 2-8% yaitu 0% (kontrol), 2%, 4%, 6%, 8%. Hasil penelitian
pendahuluan terdapat pada Lampiran 1.
B. Penelitian Utama
(1) Aktivasi Bentonit
Prosedur aktivasi bentonit dilakukan berdasarkan penelitian Handayani dan
Yusnimar (2013). Aktivasi bentonit dilakukan secara kimia yaitu bentonit
dicampur dengan H2SO4 5N (1 gram bentonit : 10 ml asam) ke dalam gelas
Beaker. Aktivasi ini dilakukan di waterbath selama dua jam pada suhu 70°C.
Bentonit yang telah diaktivasi kemudian disaring dan dicuci dengan air suhu 75°C
sampai pH air pencuci netral. Bentonit kemudian dikeringkan dalam oven pada
suhu 105°C sampai berat bentonit konstan.
(2) Pemurnian Minyak Ikan
Minyak ikan lemuru (S. lemuru) yang diperoleh dari perusahaan
pengalengan di daerah Bali terlebih dahulu dilakukan karakteristik awal (bilangan
asam lemak bebas, bilangan peroksida, bilangan paraanisidin, bilangan total
oksidasi, dan kejernihan kemudian disimpan pada suhu 20°C dan ditimbang
sebanyak 100 gram sebelum dilakukan pemurnian. Prosedur pemurnian minyak
ikan kasar (crude fish oil) dilakukan berdasarkan penelitian Sari dkk. (2015) yang
telah dimodifikasi yaitu pada sentrifugasi tahap degumming, netralisasi dan
29
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
bleaching; pemberian larutan NaOH pada tahap netralisasi; penambahan bentonit
pada proses bleaching dengan berbagai konsentrasi (0; 2; 4; 6; 8%); dan suhu
pemanasan pada tahap bleaching. Prosedur pemurnian minyak ikan kasar (crude
fish oil) terdapat beberapa tahap yaitu degumming, netralisasi, dan bleaching.
Pada tahap degumming yaitu minyak ikan dipanaskan pada suhu 70°C selama satu
menit kemudian minyak ditambahkan 3 ml larutan asam sitrat 3% dan dipanaskan
pada suhu 70°C selama satu menit dengan diaduk. Minyak yang telah dipanaskan
kemudian didiamkan pada suhu ruang dan dipisahkan menggunakan sentrifus
dengan kecepatan 2600 rpm selama 10 menit.
Minyak yang telah mengalami proses degumming kemudian dilakukan tahap
netralisasi yaitu minyak hasil degumming ditambahkan 50,3% (b/b) larutan NaOH
9,5% dan dipanaskan pada suhu 65°C selama 20 menit dengan diaduk. Pemberian
larutan NaOH 9,5% mengacu pada perhitungan treat yang terdapat pada Lampiran
2. Minyak yang telah dipanaskan kemudian didiamkan pada suhu ruang dan
dipisahkan menggunakan sentrifus dengan kecepatan 2600 rpm selama 10 menit.
Minyak hasil sentrifus kemudian dibilas dengan akuades tiga kali hingga
diperoleh minyak dan sabun.
Minyak yang telah mengalami proses netralisasi kemudian dilakukan tahap
bleaching yaitu minyak hasil netralisasi ditambahkan bentonit 0%; 2%; 4%; 6%;
8% dari bobot minyak dan dipanaskan pada suhu 80°C selama 20 menit dengan
diaduk. Minyak yang telah dipanaskan kemudian dipisahkan menggunakan
sentrifus dengan kecepatan 6500 rpm selama 10 menit untuk menjadi minyak ikan
murni. Pemberian konsentrasi bentonit pada tahap bleaching tersebut mengacu
30
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
pada penelitian pendahuluan yang terdapat pada Lampiran 1 serta penelitian Sari
dkk. (2015) yang menunjukkan bahwa metode pemurnian terbaik terdapat pada
tahap degumming, netralisasi, bleaching dan penambahan bentonit 1% yang
menghasilkan minyak ikan murni sesuai standar farmakope Indonesia untuk
minyak ikan layak konsumsi.
4.4 Parameter yang Diukur
4.4.1 Parameter Utama
Parameter uji utama pada penelitian ini yaitu kadar asam lemak bebas,
bilangan peroksida, bilangan paraanisidin, bilangan total oksidasi (totox), dan
kejernihan.
(1) Kadar asam lemak bebas (AOAC, 1995)
Minyak hasil pemurnian sebanyak 10 gram dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer 200 ml kemudian ditambahkan 25 ml etanol 95%. Minyak kemudian
dipanaskan dalam penangas air selama 10 menit sambil diaduk, setelah dingin
kemudian ditambahkan indikator phenolptalein (PP) sebanyak 2 ml. Campuran
minyak tersebut dikocok dan dititrasi dengan KOH 0,1 N sampai terbentuk warna
merah muda yang tidak hilang dalam 10 detik. Persentase dihitung berdasarkan
persamaan berikut :
% FFA = A x N x M
10G
Keterangan : A = jumlah titrasi KOH (ml)
N = normalitas KOH
M = bobot molekul asam lemak dominan (asam oleat 282,5 g/mol)
G = gram sampel
31
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
(2) Bilangan peroksida (AOAC, 1995)
Sampel minyak ditimbang sebanyak kurang lebih 5 gram, kemudian
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer bertutup 250 ml dan ditambah 30 ml larutan
asam asetat-kloroform (3:2). Larutan dikocok hingga semua bahan terlarut lalu
ditambah 0,5 ml larutan jenuh KI. Larutan tersebut kemudian didiamkan selama
satu menit dengan seringkali dikocok kemudian ditambah 30 ml akuades. Iodium
yang dibebaskan dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,01 N
sampai warna kuning hampir hilang lalu ditambah 0,5 ml larutan pati 1% yang
akan merubah warna larutan menjadi biru. Titrasi kemudian dilanjutkan dengan
bersamaan mengocok larutan hingga warna biru hilang yang menandakan
pelepasan iodine dari lapisan kloroform. Perhitungan nilai peroksida dilakukan
dengan persamaan berikut :
Angka peroksida (miliekuivalen per 1000 gram) = mLtiosulfat x Ntiosulfat x 1000
berat sampel (g)
(3) Bilangan paraanisidin (p-anisidin value) (Andarwulan dkk., 2011)
Sebanyak 0,5 gram sampel dimasukkan dalam labu takar 25 ml. Sampel
kemudian dilarutkan dengan isooktana sampai tanda batas dan dikocok.
Dilakukan pembacaan absorbansi larutan pada λ 350 nm secepat mungkin dengan
menggunakan referensi cell yang diisi dengan pelarut.
Sebanyak 5 ml larutan dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian
ditambah dengan 1 ml pereaksi p-anisidin. Larutan yang telah bereaksi selama 10
menit kemudian dibaca absorbansi p-anisidin larutan tersebut pada λ 350 nm.
32
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
Blanko dibuat dengan cara mengukur larutan yang mengandung 5 ml isooktan dan
1 ml p-anisidin. Perhitungan bilangan p-anisidin dihitung dengan rumus :
AnV = 25 x (1,2 AS – AB)
m
Keterangan : AnV = p-Anisidin Value
AS = Absorbansi sampel
AB = Absorbansi blangko
m = massa minyak (g)
(4) Bilangan total oksidasi (Andarwulan dkk., 2011)
Total oksidasi value dihitung dari data peroksida value dan paraanisidin
value. Total oksidasi value ditentukan dengan rumus berikut :
Totox value = 2 PV + AnV
Keterangan : Totox value = Total oxidation value
PV = Peroxide value
AnV = p-anisidine value
(5) Kejernihan (AOAC, 1995 with modification)
Panjang gelombang pada spektrofotometer untuk mengukur kejernihan
minyak dilakukan berdasarkan AOAC (1995) yang dimodifikasi oleh Suseno
(2011) yaitu 450, 550, 620, 665, 700 nm. Kuvet dibersihkan dan diisi dengan
standar yang akan digunakan. Standar diukur hingga jarum skala menunjukkan
skala 100%. Kuvet yang berisi standar diganti dengan kuvet berisi minyak dan
diukur kejernihan minyak dalam bentuk persentase transmisi (%T). Pengukuran
dilakukan dengan cara mencampurkan satu bagian minyak (1 ml) dengan
sembilan bagian pelarut (9 ml). Pada penelitian ini digunakan heksan sebagai
pelarut.
33
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
4.4.2 Parameter Pendukung
Parameter pendukung pada penelitian ini yaitu rendemen. Rendemen
merupakan hasil akhir yang dihitung berdasarkan proses input dan output
(AOAC, 1995). Rendemen dihitung sebagai berikut:
Rendemen (%) = Berat akhir sampel (g) x 100
Berat awal sampel (g)
4.5 Analisis Data
Analisis data penggunaan bentonit sebagai adsorben pada proses pemurnian
hasil samping industri pengalengan ikan lemuru (S. lemuru) murni menggunakan
metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang mendeskripsikan
suatu peristiwa pada masa sekarang secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta, sifat serta hubungan antarfenomena yang diteliti (Nazir, 2011). Data
diperoleh dari hasil pengujian minyak ikan yang meliputi bilangan asam lemak
bebas, bilangan peroksida, bilangan paraanisidin, bilangan total oksidasi,
kejernihan, dan rendemen. Hasil pengujian tersebut kemudian dibandingkan
dengan International Fish Oil Standard (IFOS).
34
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
Gambar 4.1 Diagram alir penelitian
Minyak ikan kasar (crude fish oil)
Karakteristik awal
Kadar asam
lemak bebas
< 2%
Bilangan
peroksida <
3,75 meq/kg
Bilangan
p-anisidin <
15 meq/kg
Bilangan
total
oksidasi <
20 meq/kg
Kejernihan
(%T)
Pemurnian
Bentonit
0 % dari
bobot
minyak
(P0)
Bentonit 2
% dari
bobot
minyak
(P2)
Bentonit 4
% dari
bobot
minyak
(P4)
Bentonit 6
% dari
bobot
minyak
(P6)
Bentonit
8 % dari
bobot
minyak
(P8)
Karakteristik akhir
Kejernihan
(%T)
Minyak ikan murni (pure fish oil)
Kadar asam
lemak bebas
< 2%
Bilangan
peroksida <
3,75
meq/kg
Bilangan
p-anisidin <
15 meq/kg
Bilangan
total
oksidasi <
20 meq/kg
Analisis data
Degumming Netralisasi Bleaching
Ulangan
P0.A P0.B
P0.C P0.D
Ulangan
P2.A P2.B
P2.C P2.D
Ulangan
P4.A P4.B
P4.C P4.D
Ulangan
P6.A P6.B
P6.C P6.D
Ulangan
P8.A P8.B
P8.C P8.D
35
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
Gambar 4.2 Diagram proses pemurnian
Bentonit
Aktivasi dilakukan di
waterbath selama dua jam
pada suhu 70°C dengan
bentonit dicampur dengan
H2SO4 5N (1g bentonit : 10
ml asam) ke dalam Beaker
glass.
Disaring dan dicuci
dengan air suhu 75°C
sampai pH air pencuci
netral.
Dikeringkan dalam oven
pada suhu 105°C sampai
berat bentonit konstan
Minyak ikan kasar (crude fish oil)
Minyak ikan kasar dipanaskan pada suhu 70°C selama satu menit
kemudian minyak ditambahkan 3 ml larutan asam sitrat 3% dan
dipanaskan pada suhu 70°C selama satu menit dengan diaduk.
Minyak didiamkan pada suhu ruang lalu minyak dipisahkan
menggunakan sentrifus dengan kecepatan 2600 rpm 10 menit
(degumming).
Minyak ikan hasil proses degumming
Minyak hasil degumming ditambahkan 50,3% (b/b) larutan
NaOH 9,5% dan dipanaskan pada suhu 65°C selama 20 menit
dengan diaduk. Minyak didiamkan pada suhu ruang. Minyak
dipisahkan menggunakan sentrifus dengan kecepatan 2600
rpm selama 10 menit. Minyak hasil sentrifus kemudian dibilas
dengan akuades tiga kali hingga diperoleh minyak dan sabun
(netralisasi).
Minyak ikan hasil proses
netralisasi
Disimpan pada suhu 20°C dan ditimbang sebanyak 100 gram
sebelum dilakukan pemurnian
Minyak ditambahkan bentonit (0%; 2%; 4%; 6%; 8%) dan
dipanaskan pada suhu 80°C selama 20 menit dengan diaduk.
Minyak yang telah dipanaskan kemudian dipisahkan
menggunakan sentrifus dengan kecepatan 6500 rpm selama 10
menit (bleaching).
Minyak ikan murni (pure fish oil)
Karakteristik akhir
Karakteristik awal
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Karakteristik Awal Minyak Ikan Lemuru (S. lemuru)
Minyak ikan lemuru (S. lemuru) diperoleh dari perusahaan pengalengan di
daerah Bali. Minyak ikan lemuru (S. lemuru) tersebut dihasilkan dari hasil
samping proses pengalengan ikan yaitu pada tahap pre cooking berupa minyak
kasar dan berwarna coklat gelap. Penampakan fisik minyak ikan lemuru kasar
terdapat pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1. Penampakan fisik minyak ikan lemuru kasar
Karakteristik minyak ikan lemuru kasar dilakukan terlebih dahulu sebelum
pemurnian. Hasil perhitungan karakteristik awal minyak ikan lemuru (S. lemuru)
terdapat pada Lampiran 3. Hasil karakteristik awal minyak ikan lemuru (S.
lemuru) berupa kadar asam lemak bebas, bilangan peroksida, bilangan
paraanisidin (p-anisidin), bilangan total oksidasi terdapat pada Tabel 5.1. Hasil
karakteristik awal minyak ikan lemuru (S. lemuru) berupa kejernihan terdapat
pada Tabel 5.2
37
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
Tabel 5.1 Hasil karakteristik awal minyak ikan lemuru (S. lemuru)
Karakteristik Nilai IFOS
Kadar asam lemak bebas (%) 32,245 < 2
Bilangan peroksida (meq/kg) 10,945 < 3,75
Bilangan paraanisidin (p-anisidin) (meq/kg) 41, 825 < 15
Bilangan total oksidasi (meq/kg) 63,715 < 20
Tabel 5.2 Hasil karakteristik awal kejernihan minyak ikan lemuru (S. lemuru)
λ450 nm λ550 nm λ620 nm λ665 nm λ700 nm
Minyak Ikan
Komersial (sebagai
standar)
89,5 %T ±
0,707
96,05 %T
± 0,919
97,1 %T ±
0,99
97,45 %T
± 0,919
97,95 %T
± 1,344
Minyak Ikan Awal 12,5 %T ±
9,899
57,2 %T ±
9,758
71,05 %T
± 4,031
70,05 %T
± 6,152
78,5 %T ±
1,697
Hasil karakteristik awal minyak ikan lemuru (S. lemuru) berupa kadar
asam lemak bebas, bilangan peroksida, bilangan paraanisidin (p-anisidin), dan
bilangan total oksidasi belum memenuhi International Fish Oil Standard (IFOS)
yaitu kadar asam lemak < 2%, bilangan peroksida < 3,75 meq/kg, bilangan
paraanisidin (p-anisidin) < 15 meq/kg, dan bilangan total oksidasi < 20 meq/kg.
Hasil karakteristik awal minyak ikan lemuru (S. lemuru) berupa kejernihan belum
mendekati standar minyak ikan komersial karena nilai persentase transmisi (%T)
masih rendah.
5.1.2 Karakteristik Akhir Minyak Ikan Lemuru (S. lemuru)
Karakteristik minyak ikan lemuru akhir dilakukan setelah pemurnian. Hasil
perhitungan karakteristik akhir minyak ikan lemuru (S. lemuru) terdapat pada
38
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
Lampiran 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Hasil karakteristik akhir minyak ikan lemuru (S.
lemuru) berupa kadar asam lemak bebas, bilangan peroksida, bilangan
paraanisidin (p-anisidin), bilangan total oksidasi terdapat pada Tabel 5.3. Hasil uji
kejernihan minyak ikan lemuru (S. lemuru) setelah dimurnikan terdapat pada
Tabel 5.4.
Tabel 5.3 Hasil karakteristik akhir minyak ikan lemuru (S. lemuru)
Perlakuan
P0 P2 P4 P6 P8 IFOS
Kadar
Asam
Lemak
Bebas (%)
0,38 ±
0,126
0,33 ±
0,058
0,365 ±
0,159
0,265 ±
0,103
0,245 ±
0,099
< 2
Bilangan
Peroksida
(meq/kg)
4,213 ±
2,24
3,815 ±
1,593
8,553 ±
4,404
6,343 ±
2,995
10,165 ±
5,543
< 3,75
Bilangan
Paraanisidin
(meq/kg)
3,545 ±
2,639
5,32 ±
6,465
7,29 ±
2,319
3,725 ±
3,725
7,84 ±
4,265
< 15
Bilangan
Total
Oksidasi
(meq/kg)
11,97 ±
6,426
12,95 ±
5,806
24,395 ±
7,97
16,41 ±
7,073
28,17 ±
11,788
< 20
Rendemen
(%)
28,763 ±
5,972
29,228
± 7,795
27,87 ±
7,461
33,418
± 1,224
27,305 ±
5, 501
-
Keterangan: P0 = bentonit 0%, P2 = bentonit 2%, P4 = bentonit 4%, P6 = bentonit
6%, P8 = bentonit 8%.
Hasil karakteristik akhir minyak ikan lemuru (S. lemuru) setelah
dimurnikan berupa kadar asam lemak bebas pada semua konsentrasi bentonit
sesuai International Fish Oil Standard (IFOS) yaitu < 2%. Konsentrasi bentonit
dengan nilai kadar asam lemak bebas terendah terdapat pada konsentrasi bentonit
8% yaitu 0,245 %. Hasil uji bilangan peroksida terendah terdapat pada konsentrasi
bentonit 2% yaitu 3,815 meq/kg. Nilai tersebut masih belum memenuhi
International Fish Oil Standard (IFOS) yaitu < 3,75 meq/kg. Hasil uji bilangan
39
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
paraanisidin (p-anisidin) pada semua konsentrasi bentonit sesuai dengan
International Fish Oil Standard (IFOS) yaitu < 15 meq/kg. Konsentrasi bentonit
dengan nilai bilangan paraanisidin terendah terdapat pada konsentrasi bentonit 0%
yaitu 3,545 meq/kg. Hasil bilangan total oksidasi minyak ikan lemuru (S. lemuru)
terendah terdapat pada konsentrasi bentonit 0% yaitu 11,97 meq/kg. Nilai tersebut
telah memenuhi International Fish Oil Standard (IFOS) yaitu < 20 meq/kg. Hasil
rendemen minyak ikan lemuru (S. lemuru) setelah dimurnikan tertinggi terdapat
pada konsentrasi bentonit 6% yaitu 33,418 %.
Tabel 5.4 Hasil uji kejernihan minyak ikan lemuru (S. lemuru) setelah dimurnikan
λ 450 nm λ 550 nm λ 620 nm λ 665 nm λ 700 nm
Minyak ikan
komersial
(sebagai
standar)
89,5 %T ±
0,707
96,05 %T ±
0,919
97,1 %T
± 0,99
97,45 %T
± 0,919
97,95 %T
± 1,344
P0 49,4 %T ±
2,135
87,175 %T
± 4,764
89,2 %T
± 4,509
82,45 %T
± 5,086
90,125
%T ±
6,002
P2 40,7 %T ±
24,217
89,8 %T ±
8,109
89,675
%T ±
6,27
86,925
%T ±
5,432
90,35 %T
± 6,744
P4 58,875 %T
± 2,123
88,025 %T
± 3,99
88,35
%T ±
3,744
85,55 %T
± 3,147
90,275
%T ±
3,275
P6 60,275 %T
± 3,767
88,075 %T
± 2,447
87,5 %T
± 2,434
87,425
%T ±
5,065
87,975
%T ±
2,689
P8 64,625 %T
± 5,268
90,7 %T ±
0,931
89,525
%T ±
4,501
89,1 %T ±
3,493
90,25 %T
± 2,982
Keterangan: P0 = bentonit 0%, P2 = bentonit 2%, P4 = bentonit 4%, P6 = bentonit
6%, P8 = bentonit 8%
Hasil kejernihan minyak ikan lemuru (S. lemuru) tertinggi setelah
dimurnikan terdapat pada konsentrasi bentonit 8% dengan panjang gelombang (λ)
450 nm, 550 nm, dan 665 nm yaitu 64,625 %T; 90,7 %T, dan 89,1 %T.
40
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
5.2 Pembahasan
Pada proses pengalengan ikan yaitu tahap pre cooking merupakan salah
satu cara yang sering digunakan untuk mengekstraksi minyak dengan cara
pemanasan (Winarno, 2004). Pre cooking dapat merusak sel sehingga minyak dari
dalam sel terutama sel adiposa keluar dengan mudah. Pada tahap penirisan,
dihasilkan fraksi cair yang mengandung minyak ikan (Estiasih, 2009). Minyak
ikan kasar mengandung asam lemak bebas, produk oksidasi primer, mineral,
pigmen, dan fosfolipid yang dapat mengurangi kualitas minyak (Huang and
Sathivel, 2010). Sebelum dilakukan pemurnian melalui tahap degumming,
netralisasi, dan bleaching menggunakan bentonit teraktivasi, maka diperlukan
karakteristik awal terlebih dahulu untuk mengetahui perbedaan nilai karakteristik
minyak ikan lemuru (S. lemuru) setelah dimurnikan.
Karakteristik awal kadar asam lemak bebas minyak ikan lemuru yaitu
32,245%. Nilai tersebut melebihi International Fish Oil Standard (IFOS) yaitu
2%. Hal ini disebabkan karena adanya pemanasan pada saat ekstraksi yaitu pada
tahap pre cooking. Menurut Aditia dkk. (2014), rantai karbon yang memiliki
ikatan rangkap pada asam lemak tak jenuh akan bereaksi dengan panas sehingga
terbentuklah asam lemak bebas yang bisa mempengaruhi kualitas minyak ikan.
Menurut Estiasih (2009), asam lemak bebas mempunyai stabilitas terhadap
oksidasi yang lebih rendah dibandingkan trigliserida sehingga keberadaan asam
lemak bebas meningkatkan kerentanan minyak ikan terhadap oksidasi. Gunawan
dkk. (2003) juga menyatakan bahwa asam lemak bebas menunjukkan sejumlah
41
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
asam lemak bebas yang terdapat pada minyak yang mengalami kerusakan karena
oksidasi dan hidrolisis.
Nilai bilangan peroksida pada karakteristik awal minyak ikan lemuru kasar
yaitu 10,945 meq/kg. Nilai tersebut melebihi International Fish Oil Standard
(IFOS) yaitu 3,75 meq/kg. Hal ini disebabkan adanya panas dan cahaya pada saat
penanganan dan penyimpanan sebelum pemurnian yang dapat mempercepat
reaksi oksidasi. Menurut Andarwulan dkk. (2011), senyawa peroksida merupakan
produk yang terbentuk pada awal proses oksidasi lemak. Menurut Winarno
(2004), autooksidasi dimulai dengan pembentukan radikal bebas yang disebabkan
faktor yang dapat mempercepat reaksi seperti cahaya, panas, peroksida lemak atau
hidroperoksida. Molekul lemak yang mengandung radikal asam lemak tidak jenuh
tersebut mengalami oksidasi dan menjadi tengik. Bau tengik yang tidak sedap
tersebut disebabkan oleh pembentukan senyawa hasil pemecahan hidroperoksida.
Nilai kejernihan minyak ikan lemuru kasar pada panjang gelombang (λ)
450, 550,620, 665, dan 700 nm yaitu 12,5 %T; 57,2 %T; 71,05 %T; 70,05 %T;
78,5 %T. Nilai tersebut masih di bawah standar minyak ikan komersial. Hal ini
disebabkan karena minyak ikan lemuru kasar masih tercampur dengan stok sabun,
air, dan pengotor yang lain sehingga mempengaruhi kejernihan minyak.
Kejernihan minyak yang menurun tersebut juga disebabkan karena warna minyak
ikan lemuru kasar yang diperoleh dari hasil samping pengalengan berwarna coklat
gelap. Menurut Estiasih (2009), warna minyak ikan disebabkan oleh asam lemak
bebas bereaksi membentuk senyawa berwarna. Hasibuan dkk. (2013) menyatakan
42
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
bahwa adanya komponen pengotor dapat mempengaruhi tingkat kejernihan
minyak karena partikel tersebut menghambat penerusan cahaya.
Nilai bilangan paraanisidin (p-anisidin) minyak ikan lemuru kasar yaitu
41,825 meq/kg. Nilai tersebut melebihi International Fish Oil Standard (IFOS)
yaitu 15 meq/kg. Hal ini disebabkan karena minyak ikan lemuru kasar masih
mengandung senyawa peroksida sehingga dapat menurunkan kualitas minyak
ikan. Menurut Andarwulan dkk. (2011), dekomposisi peroksida terjadi melalui
beberapa tahapan, tahap pertama yaitu terputusnya ikatan oksigen pada gugus
peroksida yang akan menghasilkan senyawa alkoksi radikal dan hidroksi radikal;
dan pada tahap kedua yaitu pemutusan ikatan karbon. Nilai total oksidasi minyak
ikan lemuru kasar yaitu 63,715 meq/kg. Nilai tersebut melebihi International Fish
Oil Standard (IFOS) yaitu 20 meq/kg. Menurut Estiasih (2009), produk oksidasi
primer dan sekunder cenderung mempengaruhi warna dan kekeruhan dari minyak
ikan.
Minyak hasil samping pengalengan mengandung asam lemak ω-3
sehingga untuk mendapatkan mutu yang baik maka dimurnikan lebih lanjut.
Pemurnian bertujuan menghasilkan minyak ikan yang layak dikonsumsi untuk
produk pangan atau minyak ikan yang dapat memenuhi kebutuhan industri
farmasi (Estiasih, 2009). Minyak ikan kasar yang mengandung pengotor sangat
penting untuk dihilangkan agar menghasilkan minyak ikan murni yang sesuai
dengan keinginan dan dapat memperpanjang daya simpan (Huang and Sathivel,
2010). Tahap pemurnian minyak ikan lemuru (S. lemuru) pada penelitian ini yaitu
degumming, netralisasi, dan bleaching.
43
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
Berdasarkan hasil penelitian terhadap minyak ikan lemuru (S. lemuru)
setelah dimurnikan, kadar asam lemak bebas pada semua perlakuan telah
memenuhi International Fish Oil Standard (IFOS) yaitu < 2%. Kadar asam lemak
bebas terendah terdapat pada konsentrasi bentonit 8% yaitu 0,245%. Nilai tersebut
mengalami penurunan tertinggi dari kadar asam lemak bebas awal sebanyak
32,245%. Hal ini disebabkan karena bentonit yang telah teraktivasi dapat
mengadsorpsi komponen non-gliserida seperti asam lemak bebas. Menurut Bahri
(2014), semakin tinggi masa bentonit dalam tahap bleaching, maka kadar asam
lemak bebas akan semakin turun. Hal ini juga dinyatakan oleh Okolo and
Adejumo (2014) bahwa nilai FFA, nilai iodin, nilai peroksida, indeks bias, dan
viskositas mengalami penurunan dengan bleaching.
Selain itu pada tahap netralisasi terdapat pemberian NaOH yang dapat
menurunkan kadar asam lemak bebas pada minyak. Menurut Arita dkk. (2009),
penambahan jumlah NaOH dapat mengikat asam lemak bebas sehingga dapat
menyebabkan penurunan persen free fatty acid (FFA). Menurut Estiasih (2009),
soda kaustik (NaOH) lebih efektif dibandingkan senyawa alkali yang lemah.
Pemurnian alkali dapat mengurangi kadar asam lemak bebas sampai kadar asam
lemak bebas dalam minyak 0,01-0,03%.
Bilangan peroksida merupakan indikator utama ketengikan (oksidasi).
Bilangan peroksida menunjukkan oksidasi yang baru terjadi (Estiasih, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, nilai bilangan peroksida
terendah minyak ikan lemuru (S. lemuru) setelah dimurnikan terdapat pada
konsentrasi bentonit 2% yaitu 3,815 meq/kg. Nilai tersebut masih belum
44
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
memenuhi International Fish Oil Standard (IFOS) yaitu < 3,75 meq/kg, akan
tetapi nilai tersebut mengalami penurunan tertinggi dari karakteristik awal
bilangan peroksida minyak ikan lemuru (S. lemuru) sebesar 10,945 meq/kg. Hal
ini menunjukkan bahwa bentonit yang telah teraktivasi dapat mengurangi produk
hasil oksidasi lemak seperti peroksida, aldehid, dan keton. Menurut Dewi dan
Hidajati (2012), bentonit mengandung alumina (Al) dan silikat (Si) yang efektif
untuk menarik adsorbat. Palanisamy et al. (2011) juga menyatakan bahwa
efektivitas adsorben untuk mengurangi peroksida tergantung pada jenis minyak
ikan yang dimurnikan, waktu, suhu, dan konsentrasi adsorben yang digunakan.
Menurut Estiasih (2009), pemurnian dengan alkali juga dapat menurunkan produk
oksidasi lemak seperti peroksida. Peroksida bersifat lebih polar dibandingkan
minyak sehingga mudah diserap oleh sabun yang terbentuk pada proses
penyabunan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, kejernihan minyak ikan
lemuru (S. lemuru) tertinggi setelah dimurnikan terdapat pada konsentrasi bentonit
8% dengan panjang gelombang (λ) 450 nm, 550 nm, dan 665 nm yaitu 64,625
%T; 90,7 %T; dan 89,1 %T. Hal ini menunjukkan bahwa nilai persentase
transmisi cahaya tertinggi mendekati 100% dan mendekati transmisi cahaya
minyak komersial sehingga memiliki tingkat kejernihan yang baik. Menurut
Hasibuan dkk. (2013), hasil pengukuran persentase transmisi minyak digunakan
sebagai indikator perubahan kadar zat warna yang terdapat dalam minyak.
Korelasi hubungan antara nilai persentase transmisi dengan tingkat kejernihan
minyak adalah semakin tinggi nilai persentase transmisi maka semakin kecil kadar
45
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
zat warna yang terdapat dalam minyak tersebut. Selain itu, menurut Batafor
(2014), peningkatan kecepatan sentrifugasi juga menyebabkan peningkatan nilai
transmisi cahaya terhadap sampel minyak. Tambunan et al. (2013) juga
menyatakan bahwa sentrifugasi dapat memisahkan fraksi tersabunkan yang
mempengaruhi kekeruhan minyak ikan.
Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa nilai persentase
transmisi kejernihan minyak ikan lemuru (S. lemuru) mengalami peningkatan dari
karakteristik awal. Hal ini disebabkan karena bentonit yang telah teraktivasi
mampu memperbaiki warna minyak. Menurut Dewi dan Hidajati (2012), aktivasi
bentonit menggunakan asam mineral (H2SO4 / HCl) menghasilkan lempung
dengan situs aktif yang lebih besar karena asam mineral tersebut larut dan
bereaksi dengan komponen berupa tar, garam Ca dan Mg yang menutupi pori
adsorben sehingga bentonit memiliki keasaman permukaan yang tinggi, yang
mengakibatkan kemampuan adsorpsi menjadi lebih tinggi dibandingkan sebelum
aktivasi.
Nilai bilangan anisidin merupakan nilai dari pengukuran produk oksidasi
sekunder yang dihasilkan dari proses dekomposisi hidroperoksida sehingga
menghasilkan aldehid, keton, asam, alkohol, komponen hidroksi, hidrokarbon dan
senyawa polimer lainnya yang merupakan produk hasil oksidasi sekunder
(Panagan dkk., 2011). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, nilai
bilangan paraanisidin (p-anisidin) pada semua perlakuan di bawah International
Fish Oil Standard (IFOS) yaitu < 15 meq/kg. Nilai bilangan paraanisidin (p-
anisidin) terendah minyak ikan lemuru (S. lemuru) setelah dimurnikan terdapat
46
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
pada konsentrasi bentonit 0% yaitu 3,545 meq/kg. Nilai tersebut mengalami
penurunan tertinggi dari nilai bilangan paraanisidin (p-anisidin) minyak ikan
lemuru (S. lemuru) sebelum pemurnian sebesar 41,825 meq/kg. Hal ini
disebabkan karena bentonit yang telah diaktivasi dapat menyerap produk oksidasi.
Menurut Guillen dan Cabo (2002), nilai paraanisidin (p-anisidin) tidak selalu
seiring dengan nilai peroksida yang tinggi.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin rendah kadar FFA
maka semakin panjang daya simpan minyak. Menurut Gusti dan Zulnely (2015),
penyimpanan yang baik (terhindar dari cahaya dan bersuhu rendah) akan
mengurangi resiko degradasi oksidatif dari lemak tersebut. Selain itu menurut
Suseno dkk. (2013), hasil nilai paraanisidin (p-anisidin) lebih rendah
dibandingkan dengan bilangan peroksida.
Total oksidasi merupakan hubungan antara bilangan peroksida dan
bilangan anisidin yang menunjukkan tingkat oksidasi lemak/minyak (Estiasih,
2009). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, nilai total oksidasi
terendah minyak ikan lemuru (S. lemuru) setelah dimurnikan terdapat pada
konsentrasi bentonit 0% yaitu 11,97 meq/kg. Nilai tersebut telah memenuhi
International Fish Oil Standard (IFOS) yaitu < 20 meq/kg dan telah mengalami
penurunan tertinggi dari nilai total oksidasi minyak ikan lemuru (S. lemuru)
sebelum pemurnian yaitu sebesar 63,715 meq/kg. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai total oksidasi menurun setelah proses pemurnian. Menurut Estiasih (2009),
bilangan total oksidasi menunjukkan oksidasi total yang terdapat pada minyak
ikan.
47
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
Selain itu, nilai total oksidasi terendah pada konsentrasi bentonit 0%
berbanding terbalik dengan konsentrasi bentonit 8% yang mempunyai nilai total
oksidasi tertinggi sebesar 28,17 meq/kg. Hal ini disebabkan karena bentonit yang
teraktivasi belum mengadsorpsi secara sempurna pada tahap bleaching. Menurut
O’Brien (2004), faktor yang mempengaruhi dalam proses bleaching yaitu
prosedur, jenis adsorben dan dosis, suhu, waktu, kelembaban dan filtrasi. Menurut
Batafor (2014), ukuran pori berperan penting dalam proses adsorpsi.
Rendemen merupakan kualitas dan kuantitas minyak hasil pemurnian yang
dipengaruhi langsung oleh kondisi proses pemurnian yang dilakukan (Hasibuan
dkk., 2013). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, rendemen minyak ikan
lemuru (S. lemuru) tertinggi setelah dimurnikan terdapat pada konsentrasi bentonit
6% yaitu 33,418 %. Nilai tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi rendemen
yang diperoleh maka semakin tinggi nilai ekonomi produk. Hasil ini sesuai
dengan penelitian Kurniati dan Susanto (2015) bahwa penggunaan konsentrasi
NaOH 9,5% pada proses netralisasi dapat menghasilkan rendemen yang tinggi.
Selain itu, nilai rendemen pada konsentrasi bentonit 6% berbanding
terbalik dengan konsentrasi bentonit 8% yang memiliki nilai rendemen yang
rendah yaitu 27,305 %. Hal ini sesuai dengan penelitian Suseno et al. (2014)
bahwa rendemen terendah terdapat pada kecepatan sentrifugasi 6500 rpm.
Menurut Hastarini dkk. (2012), adanya penurunan berat minyak dibandingkan
berat awal disebabkan karena proses pemurnian dapat menghilangkan komponen
pengotor yang terdapat pada minyak ikan kasar sebelum dilakukan proses
pemurnian. Estiasih (2009) juga menyatakan bahwa penurunan jumlah atau
48
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
rendemen minyak hasil pemurnian terjadi karena jumlah alkali yang diberikan
berlebihan sehingga menyebabkan reaksi hidrolisis trigliserida dan membentuk
sabun yang berlebihan. Selain itu pada pemurnian alkali, pemilihan jenis alkali,
konsentrasi, jumlah larutan alkali, dan teknik yang dilakukan (seperti agitasi dan
pemisahan antara fraksi tersabunkan dan fraksi tidak tersabunkan) merupakan
faktor penting yang harus diperhatikan karena mempengaruhi proses pemurnian.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
VI KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
pemberian bentonit dengan konsentrasi berbeda berpotensi sebagai adsorben
dalam proses pemurnian minyak ikan kasar (crude fish oil) hasil samping industri
pengalengan ikan lemuru (S. lemuru) yaitu pada konsentrasi bentonit 6%
menghasilkan kadar asam lemak bebas sebesar 0,265 %; bilangan peroksida
sebesar 6,343 meq/kg; kejernihan 60,275 %T, 88,075 %T, 87,5 %T, 87,425%T,
87,975 %T pada panjang gelombang (λ) 450 nm, 550 nm, 620 nm, 665 nm, 700
nm; paraanisidin sebesar 3,725 meq/kg; total oksidasi sebesar 16,41 meq/kg; dan
rendemen 33,418 ± 1,224 %.
5.2 Saran
Saran yang diberikan pada penelitian ini, yaitu :
1. Perlu dilakukan tahap deodorisasi untuk menghilangkan bau tengik pada
minyak ikan serta berbagai senyawa yang terbentuk akibat dekomposisi
pigemen atau peroksida sehingga kandungan peroksida minyak ikan lebih
rendah.
2. Perlu dilakukan pengujian asam lemak ω-3 dan toksisitas terhadap minyak
ikan agar mengetahui minyak ikan tersebut layak dikonsumsi.
3. Perlu dilakukan aplikasi minyak ikan lemuru (S. lemuru) sebagai produk
pangan atau non pangan seperti mikroenkapsulasi.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, R. 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Cetakan Ketiga. PT Bumi
Aksara. Jakarta. hal. 1-121.
Aditia, R.P., Y.S. Darmanto., dan Romadhon. 2014. Perbandingan Mutu Minyak
Ikan Kasar Yang Diekstrak Dari Berbagai Jenis Ikan Yang Berbeda. Jurnal
Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan, 3(3) : 55-60.
Andarwulan, N., Feri, K., dan Dian, K. 2011. Analisis Pangan. Cetakan Pertama.
PT Dian Rakyat. Jakarta. hal. 198-219.
Andini, D., Y. Martin., dan H. Gusmedi. 2016. Perbaikan Tahanan Pentanahan
Dengan Menggunakan Bentonit Teraktivasi. Jurnal Rekayasa dan Teknologi
Elektro, 10 (1) : 44-53.
Arita., S., S.A. Anindya., dan H. Wildayani. 2009. Pengaruh Penambahan Asam
Pada Proses Pemurnian Minyak Jarak Pagar Kasar. Jurnal Teknik Kimia 16
(2) : 58-65.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 1995. Official Methods of
Analysis. Maryland.USA. pp. 2-53.
Bahri, S. 2014. Pengaruh Adsorben Bentonit Terhadap Kualitas Pemucatan
Minyak Inti Sawit. Jurnal Dinamika Penelitian Industri, 25 (1) : 63-69.
Batafor, Y.M.J. 2014. Peningkatan Kualitas Minyak Ikan Sardin (Sardinella sp.)
Dengan Sentrifugasi Dan Adsorben. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
hal. 1-75.
Bath, D.S., J.M. Siregar., dan M.T. Lubis. 2012. Penggunaan Tanah Bentonit
Sebagai Adsorben Logam Cu. Jurnal Teknik Kimia, 1 (1) : 1-4.
Dewi, M.T.I dan N. Hidajati 2012. Peningkatan Mutu Minyak Goreng Curah
Menggunakan Adsorben Bentonit Teraktivasi. Journal of Chemistry, 1 (2) :
47-53.
Estiasih, T. 2009. Minyak Ikan Teknologi dan Penerapannya Untuk Pangan Dan
Kesehatan. Cetakan Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta. hal. 1-100.
[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 2016. Sardinella
lemuru (Bleeker, 1853). http://www.fao.org/fishery/species/2892/en. 15
April 2016. 4 hal.
51
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
Faisal, M. 2015. Efisiensi Penyerapan Logam Pb2+
Dengan Menggunakan
Campuran Bentonit dan Enceng Gondok. Jurnal Teknik Kimia, 4 (1) : 20-
24.
Feryana, I.W.K., S.H. Suseno., dan Nurjanah. 2014. Pemurnian Minyak Ikan
Makerel Hasil Samping Penepungan Dengan Netralisasi Alkali. JPHPI, 17
(3) : 207-214.
FishBase. 2016. Fish Species in China.
http://fishbase.sinica.edu.tw/identification/RegionSpeciesList.php?resultPag
e=14&c_code=156. 03 Maret 2016. 1 hal.
Garcia-Moreno, P.J., A. Guadix., L. Gomez-Robledo., M. Melgosa., and E.M.
Guadix. 2013. Optimization of Bleaching Conditions For Sardine Oil.
Journal of Food Engineering, 116 : 606-612.
Guillen, M.D and Cabo, N. 2002. Fourier Transform Infrared Spectra Data Versus
Peroxide And Anisidine Values To Determine Oxidative Stability Of Edible
Oils. Food Chemistry, 77 : 503-510.
Gunawan., Mudji, T.M.A., dan Arianti, R. 2003. Analisis Pangan : Penentiuan
Angka Peroksida dan Asam Lemak Bebas Pada Minyak Kedelai Dengan
Variasi Menggoreng. JSKA, 6(3) : 1-6.
Gusti, R.E.P dan Zulnely. 2015. Pemurnian Beberapa Jenis Lemak Tengkawang
dan Sifat Fisiko Kimia. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 33(1) : 61-68.
Handayani, K dan Yusnimar. 2013. Pengaruh Ukuran Partikel Bentonit dan Suhu
Adsorpsi Terhadap Daya Jerap Bentonit dan Aplikasinya pada Bleaching
CPO. Jurnal Teknobiologi, 4 (2) : 117-121.
Haris, S.W. 2004. Review: Fish Oil Supplementation: Evidence For Health
Benefits. Cleveland Clinic Journal of Medicine, 71 (3) : 208-219.
Hasibuan, S., Sahirman., dan N.M.A Yudawati. 2013. Karakteristik Fisikokimia
Dan Antibakteri Hasil Purifikasi Minyak Biji Nyamplung (Calophyllum
inophyllum L.). Agritech, 33(3) : 311-319.
Hastarini, E., D. Fardiaz., H.E. Irianto., dan S. Budijanto. 2012. Karakteristik
Minyak Ikan Dari Limbah Pengolahan Fillet Ikan Patin Siam (Pangasius
hypopthalmus) Dan Patin Jambal (Pangasius djambal). Agritech, 32 (4) :
403-410.
Hikamah, S.R dan Mubarok, H. 2012. Studi Deskriptif Pengaruh Limbah Industri
Perikanan Muncar, Banyuwangi Terhadap Lingkungan Sekitar. Bioshell, 1
(1) : 1-12.
52
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
Huang, J and Sathivel, S. 2010. Purifying Salmon Oil Using Adsorption,
Neutralization, and a Combined Neutralization and Adsorption Process.
Journal of Food Engineering 96: 51-58.
[IFOS] International Fish Oils Standard. 2011. Fish Oil Purity Standards.
http://www.omegavia.com/best-fish-oil-supplement-3/. 03 Maret 2016. 4 hal.
Integrated Taxonomic Information System (ITIS). 2016. ITIS Report: Sardinella
lemuru Bleeker, 1853. http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt. 29
Februari 2016. 1 hal.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2015. Executive Summary
Pemutakhiran Data dan Neraca Sumber Daya Mineral Status 2015. Badan
Geologi Pusat Sumber Daya Geologi. hal. 21-25.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Statistik Ekspor Hasil Perikanan
Menurut Komoditi, Provinsi, dan Pelabuhan Asal Ekspor. Pusat data,
Statistik dan Informasi Sekretaris Jenderal, Departemen Kelautan dan
Perikanan. hal. 35-41.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Statistik Impor Hasil Perikanan
Menurut Komoditi, Provinsi, dan Pelabuhan Asal Impor. Pusat data,
Statistik dan Informasi Sekretaris Jenderal, Departemen Kelautan dan
Perikanan. hal. 23-28.
Komadel, P. 2003. Chemically Modified Smectites. Clay Minerals, 38 : 127-138.
Kurniati, Y dan Susanto, W.H. 2015. Pengaruh Basa NaOH dan Kandungan ALB
CPO Terhadap Kualitas Minyak Kelapa Sawit Pasca Netralisasi. Jurnal
Pangan dan Agroindustri, 3(1) : 193-202.
Kusriningrum, R. S. 2012. Perancangan Percobaan. Cetakan Ketiga. Airlangga
University Press. Surabaya. hal. 43-69.
Maulana, I.T., Sukraso., dan S. Damayanti. 2014. Kandungan Asam Lemak
Dalam Minyak Ikan Indonesia. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis,
6 (1) : 121-130.
Merta, I.G.S., K. Widana., Yunizal., and R. Basuki. 2000. Status Of The Lemuru
Fishery In Bali Strait Its Development And Prospects. FAO. pp. 1-52.
Muchtadi, D. 1995. Teknologi dan Mutu Makanan Kaleng. Cetakan Pertama.
Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. hal 11-14.
Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor. hal 55-58.
O’Brien, R.D. 2004. Fats and Oils Formulating and Processing for Applications.
Second Edition. CRC Press. Washington D.C. hal. 79-107.
53
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
Okolo, J.C and Adejumo, B.A. 2014. Effect of Bleaching on Some Quality
Attributes of Crude Palm Oil. IOSR Journal of Engineering (IOSRJEN)
4:25-28.
Palanisamy, U.D., M. Sivanathan., A.K. Radhakrishnan., N. Haleagrahara., T.
Subramaniam., and G.S. Chiew. 2011. An Effective Ostrich Oil Bleaching
Technique Using Peroxide Value as an Indicator. Molecules 16: 5709-5719.
Panagan, A.T., H. Yohandini., dan J.U. Gultom. 2011. Analisis Kualitatif dan
Kuantitatif Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3 dari Minyak Ikan Patin
(Pangasius pangasius) dengan Metoda Kromatografi Gas. Jurnal Penelitian
Sains, 14 (4) : 38-42.
Panjaitan, R.R. 2010. Kajian Penggunaan Bentonit Dalam Industri. Berita Litbang
Industri, 45 (3) : 22-28.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.06.52.0100
Tentang Pengawasan Pangan Olahan Organik. 7 Januari 2008. Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Jakarta. hal 1-10.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
Tentang Baku Mutu Air Limbah. 15 Okober 2014. Menteri Lingkungan
Hidup Republik Indonesia. Jakarta. hal 1-85.
Poedjiadi, A dan Supriyanti, T.M.F. 2009. Dasar – Dasar Biokimia. Cetakan
Pertama. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. hal 445-466.
Pradini, S., M.F Rahardjo., dan R. Kaswadji. 2001. Kebiasaan Makanan Ikan
Lemuru (Sardinella lemuru) di Perairan Muncar, Banyuwangi. Jurnal
Iktiologi Indonesia, 1 (1) : 41-45.
Rubio-Rodriguez, N., S. Beltran., I. Jaime., S.M de Diego., M.T. Sanz., and J.R.
Carballido. 2010. Production of Omega-3 Polyunsaturated Fatty Acis
Concentrates: A review. Innovative Food Science and Emerging
Technologies, 11 : 1-12.
Sahubawa, L. 2011. Analisis Dan Prediksi Beban Pencemaran Limbah Cair Pabrik
Pengalengan Ikan. Jurnal Manusia dan Lingkungan, 18 (1) : 9-18.
Sari, R.N., B.S.B. Utomo., J. Basmal., dan R. Kusumawati. 2015. Pemurnian
Minyak Ikan Hasil Samping (pre-cooking) Industri Pengalengan Ikan
Lemuru (Sardinella lemuru). JPHPI, 18 (3) : 276-286.
Sathivel, S. 2011. Handbook of Seafood Quality, Safety and Health Applications:
Fish Oil Extraction, Purification, And Its Properties. Wiley-Blackwell. UK.
pp. 423-432.
54
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
Suarya, P. 2008. Adsorpsi Pengotor Minyak Daun Cengkeh Oleh Lempung
Teraktivasi Asam. Jurnal Kimia, 2 (1) : 19-24.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung. hal 103-119.
Sulistiawati, E., A. Sari., dan Rafiqah, H.C. 2012. Dekolorisasi Crude Rice Brain
Oil Menggunakan Bentonit. Spektrum Industri, 10 (1) : 1-107.
Suseno, S.H., Nurjanah., dan T. Faradiba. 2013. Profil Asam Lemak Dan
Kestabilan Produk Formulasi Minyak Ikan dan Habbatussauda. JPHPI 16
(2) : 142-149.
Suseno, S.H., Tajul, A.Y., and Wan Nadiah, W.A. 2011. The Use of Passive
Filtration for Optimization of Magnesol XL Function for Improving the
Quality of Sardinella lemuru Oil. International Research Journal of
Biochemistry and Bioinformatics, 1 (5) : 103-113.
Suseno, S.H., Nurjanah, Jacoeb, A.M., and Saraswati. 2014. Purification of
Sardinella sp., Oil: Centrifugation and Bentonite Adsorbent. Journal of
Food Science and Technology 6(1): 60-67.
Syuhada., R. Wijaya., Jayatin., dan S. Rohman. 2009. Modifikasi Bentonit (Clay)
menjadi Organoclay dengan Penambahan Surfaktan. Jurnal Nanosains &
Nanoteknologi, 2 (1) : 48-51.
Tambunan, J.E., S.H. Suseno., and B. Ibrahim. 2013. Improved Quality Of
Sardines Oil (Sardinella sp.) Using Centrifugation. Global Journal Of
Biology, Agriculture & Health Sciences 2(4):196-202.
Tampubolon, W.V., S. Sukimin., dan M.F.Rahardjo. 2002. Aspek Biologi
Reproduksi Dan Pertumbuhan Ikan Lemuru (Sardinella longiceps C.V.) di
Perairan Teluk Sibolga. Jurnal Iktiologi Indonesia, 2 (1) : 1-7.
Tanjaya, A., Sudono., N. Indraswati., dan S. Ismadji. 2006. Aktivasi Bentonit
Alam Pacitan Sebagai Bahan Penjerap Pada Proses Pemurnian Minyak
Sawit. Jurnal Teknik Kimia Indonesia, 5 (2) : 429-434.
USDA. 2016. Basic Report 04594, Fish Oil, sardine.
https://ndb.nal.usda.gov/ndb/foods/show/730?manu=&fgcd=. 21 Februari
2015. 2 hal.
Winarno, G.F. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta. hal 84-118.
Zulkifli, A. 2014. Pengelolaan Tambang Berkelanjutan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
hal 32-34.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil penelitian pendahuluan kenampakan minyak ikan lemuru
(S. lemuru) setelah dimurnikan
(a) (b)
Gambar 1. Pada tahap netralisasi, volume pemberian larutan NaOH 9,5%
sebanyak 12,6 gram; pada tahap bleaching, konsentrasi bentonit 2%
(a) dan konsentrasi 0,5% (b)
(c) (d)
Gambar 2. Pada tahap netralisasi, volume pemberian larutan NaOH 9,5%
sebanyak 50,3 gram; pada tahap bleaching, konsentrasi bentonit 8%
(c) dan konsentrasi 2% (d)
56
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
Lampiran 2. Perhitungan treat pada proses netralisasi
Treat = (0,142 x ALB) + excess
%NaOH/100
= (0,142 x 32,245)+ 0,20
9,5/100
= 50,3 % (b/b)
Keterangan: Treat = persentase (b/b) larutan NaOH yang dibutuhkan untuk
pemurnian minyak ikan dengan bobot tertentu.
0,142 = bobot molekul NaOH dan asam oleat.
ALB = kadar asam lemak bebas dinyatakan dalam persen
Excess = kelebihan larutan NaOH
57
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
Lampiran 3. Hasil perhitungan karakteristik awal minyak ikan lemuru (S. lemuru)
Karakteristik Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata
Kadar asam lemak bebas (%) 32,33 32,16 32,245
Bilangan peroksida (meq/kg) 11,48 10,41 10,945
Bilangan paraanisidin (p-anisidin) (meq/kg) 41,9 41,75 41,825
Bilangan total oksidasi (meq/kg) 64,86 62,57 63,715
Nilai persentase transmisi kejernihan minyak ikan kasar dan minyak ikan
komersial
Ulangan Panjang Gelombang
450
nm
Rata
-rata
550
nm
Rata-
rata
620
nm
Rata-
rata
665
nm
Rata-
rata
700
nm
Rata-
rata
Minyak ikan
komersial
1 90 89,5
%T
96,7 96,05
%T
97,8 97,1
%T
98,1 97,45
%T
98,9 97,95
%T 2 89 95,4 96,4 96,8 97
Minyak ikan
kasar
1 5,5 12,5
%T
50,3 57,2
%T
68,2 71,05
%T
65,7 70,05
%T
79,7 78,5
%T 2 19,5 64,1 73,9 74,4 77,3
58
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
Lampiran 4. Hasil uji kadar asam lemak bebas (free fatty acid) minyak ikan
lemuru (S. lemuru) setelah dimurnikan
Keterangan :
P0 = Perlakuan bentonit 0%
P2 = Perlakuan bentonit 2%
P4 = Perlakuan bentonit 4%
P6 = Perlakuan bentonit 6%
P8 = Perlakuan bentonit 8%
Contoh perhitungan uji kadar asam lemak bebas :
% FFA = A x N x M
10 G
= 1 x 0,1 x 282,5
10 x 10,02
= 0,28 %
Perlakuan Ulangan Berat Sampel
(gram)
KOH
(ml)
Asam Lemak
Bebas (FFA)
(%)
Rata-rata
(%)
P0 A 10,02 1 0,28 0,38
B 10,01 1,3 0,37
C 10,06 1,1 0,31
D 10,09 2 0,56
P2 A 10,01 1,2 0,34 0,33
B 10,02 1,4 0,39
C 10,00 0,9 0,25
D 10,06 1,2 0,34
P4 A 10,07 2 0,56 0,365
B 10,01 1 0,28
C 10,03 1,5 0,42
D 10,05 0,7 0,20
P6 A 10,04 0,9 0,25 0,265
B 10,05 0,5 0,14
C 10,05 1,4 0,39
D 10,03 1 0,28
P8 A 10,03 1,4 0,39 0,245
B 10,08 0,8 0,22
C 10,04 0,6 0,17
D 10,06 0,7 0,20
59
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
Lampiran 5. Hasil uji peroksida minyak ikan lemuru (S. lemuru) setelah
dimurnikan
Keterangan :
P0 = Perlakuan bentonit 0%
P2 = Perlakuan bentonit 2%
P4 = Perlakuan bentonit 4%
P6 = Perlakuan bentonit 6%
P8 = Perlakuan bentonit 8%
Contoh perhitungan uji peroksida :
Peroksida = mLtiosulfat x Ntiosulfat x 1000
berat sampel (gram)
= 1,2 x 0,01 x 1000
5,06
= 2,37 meq/kg
Perlakuan Ulangan Berat Sampel
(gram)
Sodium Tiosulfat
(ml)
Peroksida
(meq/kg)
Rata-rata
(meq/kg)
P0 A 5,06 1,2 2,37 4,2125
B 5,01 1,2 2,40
C 5,03 3,5 6,96
D 5,08 2,6 5,12
P2 A 5,08 3 5,91 3,815
B 5,01 1,2 2,40
C 5,02 2,1 4,18
D 5,05 1,4 2,77
P4 A 5,06 7,3 14,43 8,5525
B 5,06 3 5,93
C 5,08 2,3 4,53
D 5,05 4,7 9,32
P6 A 5,03 4,9 9,74 6,3425
B 5,07 1,7 3,35
C 5,05 4 7,92
D 5,05 2,2 4,36
P8 A 5,00 7,6 15,2 10,165
B 5,05 4,2 8,32
C 5,01 7 13,97
D 5,04 1,6 3,17
60
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
Lampiran 6. Hasil uji kejernihan minyak ikan lemuru (S. lemuru) setelah
dimurnikan
Perlakuan Ulangan Panjang Gelombang (λ)
450
nm
Rata-
rata
550
nm
Rata-
rata
620
nm
Rata-
rata
665
nm
Rata-
rata
700
nm
Rata-
rata
P0 A 46,8 49,4
%T
80,4 87,175
%T
83 89,2
%T
75,1 82,45
%T
81,3 90,125
%T B 48,6 87,5 89,4 84,6 91,4
C 50,6 91,2 93,7 83,4 94,1
D 51,6 89,6 90,7 86,7 93,7
P2 A 5,3 40,7
%T
95,6 89,8
%T
90 89,675
%T
87,9 86,925
%T
89,3 90,35
%T B 47,3 78,3 80,9 79,2 81,5
C 60 95,4 95,5 91,9 97,3
D 50,2 89,9 92,3 88,7 93,3
P4 A 56,4 58,875
%T
88,6 88,025
%T
86,8 88,35
%T
87 85,55
%T
88,7 90,275
%T B 61,5 93,4 93,9 89,2 95,1
C 58,3 84,4 85,7 83,8 89,4
D 59,3 85,7 87 82,2 87,9
P6 A 58,9 60,275
%T
88,9 88,075
%T
87,7 87,5
%T
88,3 87,425
%T
87 87,975
%T B 58,1 84,7 84 81,2 84,7
C 65,9 90,5 89,3 93,5 90,8
D 58,2 88,2 89 86,7 89,4
P8 A 58,3 64,625
%T
90,4 90,7
%T
90,6 89,525
%T
88,2 89,1
%T
92,6 90,25
%T B 64,5 89,6 83 85 86
C 71,2 91,8 91,2 93,4 92
D 64,5 91 93,3 89,8 90,4
61
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
Lampiran 7. Hasil uji paraanisidin (p-anisidin value) minyak ikan lemuru
(S. lemuru) setelah dimurnikan
Keterangan :
P0 = Perlakuan bentonit 0%
P2 = Perlakuan bentonit 2%
P4 = Perlakuan bentonit 4%
P6 = Perlakuan bentonit 6%
P8 = Perlakuan bentonit 8%
Contoh perhitungan uji paraanisidin :
Paraanisidin (AnV) = 25 x (1,2 AS– AB)
m
= 25 x {(1,2 x 0,406) – 0,484}
0,56
= 0,14 meq/kg
Perlakuan Ulangan Berat
Sampel
(gram)
Absorbansi
Sampel
Absorbansi
Blangko
p-anisidin
value
(AnV)
(meq/kg)
Rata-rata
(meq/kg)
P0 A 0,55 0,296 0,284 3,24 3,545
B 0,53 0,361 0,428 0,25
C 0,55 0,343 0,323 4,03
D 0,52 0,458 0,411 6,66
P2 A 0,52 0,254 0,294 0,52 5,32
B 0,54 0,381 0,434 1,07
C 0,57 0,552 0,544 5,19
D 0,55 0,380 0,137 14,5
P4 A 0,56 0,346 0,292 5,50 7,29
B 0,55 0,326 0,157 10,65
C 0,55 0,116 0,006 6,05
D 0,50 0,411 0,354 6,96
P6 A 0,56 0,406 0,484 0,14 3,725
B 0,56 0,262 0,250 2,88
C 0,55 0,396 0,278 8,96
D 0,51 0,293 0,292 2,92
P8 A 0,58 0,524 0,356 11,76 7,84
B 0,58 0,513 0,376 10,33
C 0,54 0,171 0,159 2,14
D 0,54 0,470 0,410 7,13
62
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
Lampiran 8. Hasil uji total oksidasi minyak ikan lemuru (S. lemuru) setelah
dimurnikan
Keterangan :
P0 = Perlakuan bentonit 0%
P2 = Perlakuan bentonit 2%
P4 = Perlakuan bentonit 4%
P6 = Perlakuan bentonit 6%
P8 = Perlakuan bentonit 8%
Contoh perhitungan uji total oksidasi :
Total Oksidasi = 2 PV + AnV
= (2 x 3,35) + 2,88
= 9,58 meq/kg
Perlakuan Ulangan Peroxide
Value
(meq/kg)
p-anisidin
Value
(meq/kg)
Total
Oxidation
Value
(meq/kg)
Rata-rata
(meq/kg)
P0 A 2,37 3,24 7,98 11,97
B 2,40 0,25 5,05
C 6,96 4,03 17,95
D 5,12 6,66 16,9
P2 A 5,91 0,52 12,34 12,95
B 2,40 1,07 5,87
C 4,18 5,19 13,55
D 2,77 14,5 20,04
P4 A 14,43 5,5 34,36 24,395
B 5,93 10,65 22,51
C 4,53 6,05 15,11
D 9,32 6,96 25,6
P6 A 9,74 0,14 19,62 16,41
B 3,35 2,88 9,58
C 7,92 8,96 24,8
D 4,36 2,92 11,64
P8 A 15,2 11,76 42,16 28,17
B 8,32 10,33 26,97
C 13,97 2,14 30,08
D 3,17 7,13 13,47
63
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
Lampiran 9. Hasil perhitungan rendemen minyak ikan lemuru (S. lemuru)
Keterangan :
P0 = Perlakuan bentonit 0%
P2 = Perlakuan bentonit 2%
P4 = Perlakuan bentonit 4%
P6 = Perlakuan bentonit 6%
P8 = Perlakuan bentonit 8%
Contoh perhitungan rendemen :
Rendemen = Berat Akhir x 100%
Berat Awal
= 36,14 x 100%
100,08
= 36,11%
Perlakuan Ulangan Berat Awal
(gram)
Berat Akhir
(gram)
Rendemen
(%)
Rata-rata
(%)
P0 A 100,20 31,19 31,13 28,7625
B 100,25 23,63 23,57
C 100,08 36,14 36,11
D 100,13 24,47 24,24
P2 A 100,10 30,05 30,02 29,2275
B 100,17 33,54 33,48
C 100,03 35,40 35,39
D 100,05 18,03 18,02
P4 A 100,08 17,24 17,23 27,87
B 100,04 34,18 34,17
C 100,19 28,56 28,51
D 100,17 31,62 31,57
P6 A 100,23 34,38 34,30 33,4175
B 100,17 34,31 34,25
C 100,24 31,76 31,68
D 100,16 33,49 33,44
P8 A 100,23 28,32 28,26 27,305
B 100,19 33,45 33,39
C 100,27 27,60 27,53
D 100,21 20,08 20,04
64
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
Lampiran 10. Dokumentasi aktivasi bentonit
Bentonit sebelum diaktivasi
Aktivasi bentonit di waterbath
Netralisasi bentonit
Pengeringan bentonit
Desikator
Bentonit setelah diaktivasi
65
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
Lampiran 11. Dokumentasi pemurnian minyak ikan
Minyak ikan sebelum pemurnian
Hasil minyak ikan setelah degumming
Hasil minyak setelah netralisasi
Hasil minyak setelah bleaching
Hasil pemurnian minyak ikan dengan
bentonit 0%
Hasil pemurnian minyak ikan dengan
bentonit 2%
66
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI PENGGUNAAN BENTONIT SEBAGAI ... UMI NADHIRO
Lampiran 11. (Lanjutan)
Hasil pemurnian minyak ikan dengan
bentonit 4%
Hasil pemurnian minyak ikan dengan
bentonit 6%
Hasil pemurnian minyak ikan dengan
bentonit 8%