sisa akar gigi

21
SISA AKAR GIGI Pencabutan tidak sempurna yang ditandai dengan tertinggalnyasebagian akar bahkan mahkota, seringkali terjadi apabila saatpencabutan mahkota gigi sudah sangat rapuh. Ini ditandai denganbentuk lubang gigi yang sudah sangat besar atau adanya kelainanbentuk akar yang menyebabkan kesulitan saat pencabutan. Tidak perlu khawatir, karena bisa dilakukan pencabutan kembali padasisa akar tersebut. Untuk mempermudah pencabutan, biasanya perluditunggu beberapa bulan agar sisa akar gigi lebih ke atas permukaangusi. Perlu juga pemeriksaaan penunjang seperti rontgen foto gunamemperjelas posisi akar tertinggal tersebut. Tetapi, apabila sudah menimbulkan keluhan, sebaiknya sesegeramungkin untuk dicabut ulang.Sisa akar (tunggul) dalam ilmu kedokteran gigi disebut “gangrenradiks.” Dari namanya saja “gangren” yang artinya sesuatu yangsudah “mati.” Tentunya ini sudah tidak bermanfaat lagi, karena jugamerupakan tempat yang subur bagi bakteri berkembang biak. Apalagisudah sampai mengganggu dengan timbulnya rasa sakit dan bengkak,tentunya sangat mengganggu.Rasa sakit dan bengkak menunjukkan reaksi tubuh terhadap infeksigigi. Ditambah lagi terjadi pembentukan sekumpulan nanah jugasebagai akibat dari proses infeksi yang terjadi di sekitar akar gigi yangtinggal sisa akar tadi. Perlu diketahui, sisa gigi atau akar yangterinfeksi merupakan fokus infeksi atau asal infeksi yang dapat terjadidi organ tubuh lain seperti di kulit, mata, THT, saraf dan lainnya.Gigi atau sisa akar seperti ini sebaiknya segera dicabut, tapi tentunyapasien disarankan untuk minum obat antibiotika beberapa harisebelumnya. Ini untuk menekan infeksi yang telah terjadi sehinggapencabutan berjalan lancar tanpa hambatan.Pencabutan tidak dapat dilakukan dalam keadaan gigi yang sedangsakit, karena pembiusan lokal (anestesi lokal) seringkali tidakmaksimal. Malah akan menimbulkan rasa sakit pada saat pencabutan.Dengan kata lain gigi tidak dapat dianestesi dengan baik. Tidak perlu takut untuk menjalani pencabutan gigi apalagi kondisinyasudah sangat mengganggu. Tentunya Anda bosan meminum obatpenahan rasa sakit apabila rasa sakit itu kerap timbul. Yang perludicermati untuk kehati-hatian pencabutan adalah adanya penyakitpenyerta, seperti darah tinggi (hipertensi), kencing manis (diabetesmelitus), penyakit-penyakit kelainan darah atau ada tidaknya reaksi

Upload: filho-obmar

Post on 04-Oct-2015

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gambaran nekrosis pulpa

TRANSCRIPT

SISA AKAR GIGIPencabutan tidak sempurna yang ditandai dengan tertinggalnyasebagian akar bahkan mahkota, seringkali terjadi apabila saatpencabutan mahkota gigi sudah sangat rapuh. Ini ditandai denganbentuk lubang gigi yang sudah sangat besar atau adanya kelainanbentuk akar yang menyebabkan kesulitan saat pencabutan.Tidak perlu khawatir, karena bisa dilakukan pencabutan kembali padasisa akar tersebut. Untuk mempermudah pencabutan, biasanya perluditunggu beberapa bulan agar sisa akargigi lebih ke atas permukaangusi. Perlu juga pemeriksaaan penunjang seperti rontgen foto gunamemperjelas posisi akar tertinggaltersebut.Tetapi, apabila sudah menimbulkan keluhan, sebaiknya sesegeramungkin untuk dicabut ulang.Sisa akar (tunggul) dalam ilmu kedokteran gigi disebut gangrenradiks. Dari namanya saja gangren yang artinya sesuatu yangsudah mati. Tentunya ini sudah tidak bermanfaat lagi, karena jugamerupakan tempat yang subur bagi bakteri berkembang biak. Apalagisudah sampai mengganggu dengan timbulnya rasa sakit dan bengkak,tentunya sangat mengganggu.Rasa sakit dan bengkak menunjukkan reaksitubuh terhadap infeksigigi. Ditambah lagi terjadi pembentukan sekumpulan nanah jugasebagai akibat dari proses infeksi yang terjadi di sekitar akar gigi yangtinggal sisa akar tadi. Perlu diketahui, sisa gigi atauakar yangterinfeksi merupakan fokus infeksi atau asal infeksi yang dapatterjadidi organ tubuh lain seperti di kulit, mata, THT, saraf dan lainnya.Gigi atau sisa akar seperti ini sebaiknya segera dicabut, tapi tentunyapasien disarankan untuk minum obat antibiotika beberapa harisebelumnya. Ini untuk menekan infeksi yang telah terjadi sehinggapencabutan berjalan lancar tanpa hambatan.Pencabutan tidak dapat dilakukan dalam keadaangigi yang sedangsakit, karena pembiusan lokal (anestesi lokal) seringkali tidakmaksimal. Malah akan menimbulkan rasa sakit pada saatpencabutan.Dengan kata lain gigi tidak dapat dianestesi dengan baik.Tidak perlu takut untuk menjalani pencabutan gigi apalagi kondisinyasudah sangat mengganggu. Tentunya Anda bosan meminum obatpenahan rasa sakit apabila rasa sakit itu kerap timbul. Yang perludicermati untuk kehati-hatian pencabutan adalah adanya penyakitpenyerta, seperti darah tinggi (hipertensi), kencing manis (diabetesmelitus), penyakit-penyakit kelainan darah atau ada tidaknya reaksialergi yang berlebihan.Bila Anda mengindap salah satu dari penyakit sistemik tadi, perlupemeriksaan lebih lanjut ke dokter spesialis penyakit dalam sebelumdilakukan pencabutan. Namun, apabila tidak ada kelainan-kelainantersebut tidak perlu takut untuk menjalani pencabutan. Denganmengikuti seluruh instruksi dari dokter gigi, Anda akan menjalanipencabutan dengan aman dan lancar. Tetapi Anda telah melewatipencabutan yang lalu dengan baik, berarti faktor penyakit sistemikbisa diabaikan.Untuk kasus sisa akar tidak atau belum tampak dari permukaan gusidan sudah menimbulkan rasa sakit sebaiknya segera diangkatdengancara pencabutan dengan pembedahan,dengan panduan rontgen fototentunya. Ingatlah tindakan ini bukan bedahbesar melainkan bedahkecil untuk membuka gusi saja yang harus dilakukanoleh dokter gigispesialis bedah mulut.Seputar Sisa Akar GigiGigi dilihat dari pandangan mata mempunyai dua bagian yangterbesar yaitu mahkota gigi dan akar gigi. Pada kondisinormalmahkota gigi adalah bagian yangtampak di rongga mulut dan akargigi terletak di dalam gusi. Pada kondisi tertentu gigi manusia tidakutuh lagi dan hanya tinggal sisaakar gigi.Apa penyebab sisa akar gigi ?Sisa akar gigi disebabkan oleh beberapa halantara lain :- Kerusakan gigi akibat karies gigi- Trauma- Tindakan pencabutan gigi yang tidak sempurna

1. Sisa akar gigi yang disebabkanoleh karies gigiKaries gigi terjadi karena ada bakteri didalam mulut dan karbohidratyangmenempel di gigi yang dalam waktutertentu tidak dibersihkan.Bakteri di dalam mulut akan mengeluarkan toksin yang akanmengubah karbohidrat menjadi suatu zat yang bersifat asam yangmengakibatkan demineralisasi email. Jika setiap selesai makanadakebiasaan berkumur dan menggosok gigi karies gigi tidak akan terjadikarena proses demineralisasi bisa diimbangi denganprosesremineralisasi oleh air liur asalkan kondisimulut bersih. Kebersihanmulut yang baik tidak akan memberikan kesempatan pada bakteriuntuk mebuat lubang pada gigi kita.Karies yang pada proses awalnya hanya terlihat bercak putih padaemail lama kelamaan akan berubah jadi coklat dan berlubang. Jikakebersihan mulut tidak dipelihara lubang bisa menjadi luas dan dalammenembus lapisan dentin. Pada tahap ini jika tidak adaperawatan gigilubang bertambah luas dan dalam sampai daerah pulpagigi yangbanyak berisi pembuluh darah, limfe dan syaraf. Pada akhirnya gigiakan mati,giginya kropos,gripis sedikit demi sedikit sampaimahkotanya habis dan tinggal sisaakar gigi.

2. Sisa akar gigi yang disebabkankarena traumaMahkota gigi bisa patah karena gigi terbentur sesuatu akibatkecelakaan,,jatuh,berkelahi atau sebab lainnya. Seringkali mahkotagigi patah semua dan menyisakan akar gigi saja. Trauma ini membuatpulpa gigi menjadi mati. Patah pada gigi depanbisa membuat estetikaberkurang dan terkadang menimbulkan krisis kepercayaan diri padaseseorang

.3. Sisa akar gigi disebabkan oleh pencabutanyang tidak sempurna.Pada tindakan pencabutan gigi terkadang tidak berhasil mencabut gigisecara utuh. Mahkotanya patah dan akar didalam gusi masihtertinggal. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain strukturgigi yang rapuh, akar gigi yang bengkok, akar gigi yang menyebar,kalsifikasi gigi, aplikasi forceps yang kurang tepat dantekanan yangberlebihan pada waktu tindakan pencabutan. Sisa akar gigi tertinggalukurannya bervariasi mulai dari kurang dari 1/3 akar gigi sampai akargigi sebatas gusi. Sisa akar gigi yang hanya dibiarkan sajakemungkinan bisa muncul keluar gusi setelah beberapa waktu, hilangsendiri karena teresorbsi oleh tubuh bahkan bisa berkembang jadikistaBerbahayakah sisa akar gigi jika dibiarkan ?Masyarakat masih banyak yang tidak memperhatikan kesehatan gigidan mulutnya. Sisa akar gigi yang tertinggal dalam rongga mulutdibiarkan saja. Padahal akibat yang ditimbulkan sisaakar gigi banyaksekali. Sisa akar gigi bisa mengakibatkan nyeri kepala berkepanjangan,bau mulut tidak enak dan trigger pertumbuhan kista bahkanneoplasma.Sisa akar gigi biasanya sudah tidak vital lagi,pulpanya mati. Gigimengalami kerusakan yang parah dan setiap sisa akar gigi berpotensiuntuk terjadi infeksi akar gigi dan infeksi jaringan penyangga gigi.Infeksi ini menimbulkan rasa sakit dari ringan sampai hebat, gusimengalami pembesaran, terjadi pernanahan ,bengkak di wajah sampaisukar membuka mulut (trismus). Pasien terkadang menjadi lemaskarena susah makan. Pembengkakan yang terjadi di bawah rahang,kulit memerah, teraba keras bagaikan kayu, lidah terangkat keatasdan rasa sakit yang menghebat sangat berbahaya dan jika terlambatpenanganan dapat merenggut jiwa ( Ludwigs angina )Infeksi pada akar gigi maupun jaringanpenyangga gigi dapatmengakibatkan migrasinya bakteri ke organ yang lain lewat pembuluhdarah. Teori ini dikenal dengan Fokal infeksi. Bakteri yang berasal dariinfeksi gigi masuk ke organ vital lain dan memperbesar resiko penyakitjantung,ginjal,lambung,,persendian, dan lain sebagainya. Jadi gigi yang

SEPUTAR SISA AKAR GIGI

Seputar Sisa Akar GigiGigi dilihat dari pandangan mata mempunyai dua bagian yang terbesar yaitu mahkota gigi dan akar gigi. Pada kondisi normal mahkota gigi adalah bagian yang tampak di rongga mulut dan akar gigi terletak di dalam gusi. Pada kondisi tertentu gigi manusia tidak utuh lagi dan hanya tinggal sisa akar gigi.Apa penyebab sisa akar gigi ?Sisa akar gigi disebabkan oleh beberapa hal antara lain :- Kerusakan gigi akibat karies gigi- Trauma- Tindakan pencabutan gigi yang tidak sempurna

1. Sisa akar gigi yang disebabkan oleh karies gigiKaries gigi terjadi karena ada bakteri didalam mulut dan karbohidrat yangmenempel di gigi yang dalam waktu tertentu tidak dibersihkan. Bakteri di dalam mulut akan mengeluarkan toksin yang akan mengubah karbohidrat menjadi suatu zat yang bersifat asam yang mengakibatkan demineralisasi email. Jika setiap selesai makan ada kebiasaan berkumur dan menggosok gigi karies gigi tidak akan terjadi karena proses demineralisasi bisa diimbangi dengan proses remineralisasi oleh air liur asalkan kondisi mulut bersih. Kebersihan mulut yang baik tidak akan memberikan kesempatan pada bakteri untuk mebuat lubang pada gigi kita.Karies yang pada proses awalnya hanya terlihat bercak putih pada email lama kelamaan akan berubah jadi coklat dan berlubang. Jika kebersihan mulut tidak dipelihara lubang bisa menjadi luas dan dalam menembus lapisan dentin. Pada tahap ini jika tidak ada perawatan gigi lubang bertambah luas dan dalam sampai daerah pulpa gigi yang banyak berisi pembuluh darah, limfe dan syaraf. Pada akhirnya gigi akan mati,giginya kropos,gripis sedikit demi sedikit sampai mahkotanya habis dan tinggal sisa akar gigi.

2. Sisa akar gigi yang disebabkan karena traumaMahkota gigi bisa patah karena gigi terbentur sesuatu akibat kecelakaan,,jatuh,berkelahi atau sebab lainnya. Seringkali mahkota gigi patah semua dan menyisakan akar gigi saja. Trauma ini membuat pulpa gigi menjadi mati. Patah pada gigi depan bisa membuat estetika berkurang dan terkadang menimbulkan krisis kepercayaan diri pada seseorang.

3. Sisa akar gigi disebabkan oleh pencabutan yang tidak sempurna.Pada tindakan pencabutan gigi terkadang tidak berhasil mencabut gigi secara utuh. Mahkotanya patah dan akar didalam gusi masih tertinggal. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain struktur gigi yang rapuh, akar gigi yang bengkok, akar gigi yang menyebar, kalsifikasi gigi, aplikasi forceps yang kurang tepat dan tekanan yang berlebihan pada waktu tindakan pencabutan. Sisa akar gigi tertinggal ukurannya bervariasi mulai dari kurang dari 1/3 akar gigi sampai akar gigi sebatas gusi. Sisa akar gigi yang hanya dibiarkan saja kemungkinan bisa muncul keluar gusi setelah beberapa waktu, hilang sendiri karena teresorbsi oleh tubuh bahkan bisa berkembang jadi kista

Berbahayakah sisa akar gigi jika dibiarkan ?Masyarakat masih banyak yang tidak memperhatikan kesehatan gigi dan mulutnya. Sisa akar gigi yang tertinggal dalam rongga mulut dibiarkan saja. Padahal akibat yang ditimbulkan sisa akar gigi banyak sekali. Sisa akar gigi bisa mengakibatkan nyeri kepala berkepanjangan, bau mulut tidak enak dan trigger pertumbuhan kista bahkan neoplasma.Sisa akar gigi biasanya sudah tidak vital lagi,pulpanya mati. Gigi mengalami kerusakan yang parah dan setiap sisa akar gigi berpotensi untuk terjadi infeksi akar gigi dan infeksi jaringan penyangga gigi. Infeksi ini menimbulkan rasa sakit dari ringan sampai hebat, gusi mengalami pembesaran, terjadi pernanahan ,bengkak di wajah sampai sukar membuka mulut (trismus). Pasien terkadang menjadi lemas karena susah makan. Pembengkakan yang terjadi di bawah rahang ,kulit memerah, teraba keras bagaikan kayu, lidah terangkat keatas dan rasa sakit yang menghebat sangat berbahaya dan jika terlambat penanganan dapat merenggut jiwa ( Ludwigs angina )Infeksi pada akar gigi maupun jaringan penyangga gigi dapat mengakibatkan migrasinya bakteri ke organ yang lain lewat pembuluh darah. Teori ini dikenal dengan Fokal infeksi. Bakteri yang berasal dari infeksi gigi masuk ke organ vital lain dan memperbesar resiko penyakit jantung,ginjal,lambung,,persendian, dan lain sebagainya. Jadi gigi yang terinfeksi menjadi pintu masuk bagi bakteri untuk menyebar ke seluruh tubuh.Gigi yang tinggal sisa akar tidak dapat digunakan untuk proses pengunyahan yang sempurna. Gangguan pengunyahan menjadi alasan masyararakat untuk membuat gigi tiruan. Masalahnya, sampai sekarang banyak yang masih membuat gigi tiruan diatas sisa akar gigi. Keadaan ini bisa memicu terjadinya infeksi gigi dan jaringan penyangga gigi

Bagaimana penanganan sisa akar gigi ?Sisa akar gigi yang tertinggal dalam rongga mulut tidak boleh dibiarkan saja,kecuali pada kondisi tertentu. Penatalaksanaan sisa akar gigi ini tergantung dari pemeriksaan klinis akar gigi dan jaringan penyangganya. Akar gigi yang masih utuh dengan jaringan penyangga yang masih baik, masih bisa dirawat. Jaringan pulpanya dihilangkan,diganti dengan pulpa tiruan, kemudian dibuatkan mahkota gigi. Akar gigi yang sudah goyah dan tidak dimungkinkan dirawat jaringan penyangganya perlu dicabut . Sisa akar gigi ukuran kecil kurang dari 1/3 akar gigi yang terjadi akibat pencabutan gigi yang tidak sempurna dibiarkan saja. Untuk sisa akar gigi ukuran lebih dari 1/3 akar gigi yang terjadi akibat pencabutan gigi sebaiknya tetap diambil. Hal ini kemungkinan perlu dilakukan ronsen foto gigi dahulu.Pencabutan sisa akar gigi umumnya mudah. Gigi sudah mengalami kerusakan yang parah sehingga jaringan penyangga giginya sudah tidak kuat lagi. Untuk kasus yng sulit dibutuhkan tindakan bedah ringan.Apa yang harus dilakukan jika terdapat sisa akar gigi pada seseorang ?Kebersihan gigi dan mulut harus senatiasa dijaga dengan kebiasan menyikat gigi yang rutin pada waktu yang tepat (sesudah makan dan sebelum tidur ),penggunaan sikat gigi dan cara menyikat gigi yang benar, penggunaan dental floss dan makan buah dan sayur yang berserat yang berguna untuk pembersihan gigi secara alami.Kesehatan tubuh harus tetap dijaga dengan gaya hidup yang sehat, mengkonsumsi makanan yang bergizi, membentuk kekebalan tubuh yang diperlukan untuk menangkal berbagai penyakit termasuk penyakit gigi dan mulut.

Cabut Akar Gigiku,Why Not?Pernahkah anda cuek dengan kesehatan gigi dan mulut anda?Atau begini, sekarang coba berhenti sesaat dari aktivitas, pikirkan dan kalau perlu carilah cermin,dan lihat keadaan gigi dan mulut anda?Apa yang kelihatan di sana?Mungkin di sana ada sisa akar gigi warna kecoklatan, ada juga terkadang berwarna hitam.Pasien saya tadi pagi banyak berdiskusi tentang ini,kira kira seperti inilah percakapan kami;Pasien: dok saya punya akar gigi nih,nda papa yah kalau nda di cabut? (sambil buka mulut n nunjukin giginya)Saya: wahbu,justru yang akar gigi yang seperti itu yang wajib di cabut.Pasien; napa yah dok?soalnya kan ini udah nda pernah sakit kok.Saya ; sisa akar gigi yang tinggal lama di dalam mulut, lama kelamaan akan menjadi sumber infeksi. ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi:Pertama bisa mengakibatkan abses.Kedua bisa menyebabkan grunolama.Ini yang paling sering terjadi pada sisa sisa akar gigi yang dibiarkan tinggal lama di dalam mulut.Pasien: tapi kan nda sakit dok?Saya: belum sakit, sebaiknya sisa akar gigi dicabut,karena selain bisa mengakibatkan dua hal dia atas, adanya sisa sisa akar gigi yang mati itu akan mengakibatkan juga efek bau mulut.Pasien: oh gtya dok,ya lah dok aku cabutlah kalau begitu..15 minutes later.Saya : kenapa ya bu ,kok sisa akar itu di simpan lama di dalam mulut?Pasien: saya takut cabut gigi dok,dan untung dijelaskan akibatnya td,kalau nda mana mau aku cabut gigiku nih (logat khas orang dayak kalimantan)Saya : ya..ya,saya paham kebanyakan orang orang tidak mencabut sisa sisa akar giginya,karena takut,tapi ibu ndak usah takut,daripada semakin menimbulkan masalah nantinya?SEtelah saya meresepkan obat post pencabutan gigi pada ibu tadi, mending diskusi tadi saya tulis dan kuposting ke kompasiana, kali aja ada teman teman kompasianer yang ada sisa sisa akar giginya.Hitung hitung, kesadaran sederhana ini semoga bisa diterapkan, dan disosialisasikan bagi orang orang yang berminat.Untuk menjadi sehat,mengapa tak mulai dari sekarang, mari mencegah sebelum tubuh ini sakitsalam sehatPenerapan Indikator Kesehatan Masyarakat Oral oleh Non-Gigi Personil dan Kontribusi Its untuk Kesehatan Oral Maria Vieira de Lima Saintrain 1, * dan Anya Pimentel Gomes Fernandes Vieira 1, 2 Penulis Informasi Pasal catatan Hak Cipta dan Lisensi Informasi Abstrak Tujuan Untuk memvalidasi Kesehatan Masyarakat Oral Indikator-COHI oleh non-gigi personel. Metode Penilaian risiko merupakan komponen penting dalam proses pengambilan keputusan. Oleh karena itu, COHI, instrumen untuk mengevaluasi situasi populasi kesehatan mulut dengan cara yang sederhana, diciptakan. Agen Kesehatan Masyarakat (CHA) dilatih untuk menggunakan COHI (variabel sebagai jumlah gigi, kehadiran gigi berlubang, akar gigi sisa, lesi oral, dll), sedangkan dokter gigi untuk COHI dan DMFT. 60 orang diperiksa, oleh CHA dan DS, dengan indikator ini dalam rangka untuk memvalidasi penggunaan COHI oleh non-gigi personel. Hasil Gigi dan jaringan lunak masalah baik menyebar di antara orang-orang. Orang-orang dengan dan tanpa kerusakan jaringan lunak, serta dengan dan tanpa penggunaan dan / atau kebutuhan untuk prostesis ditemukan dalam sampel, membuktikan untuk menjadi populasi heterogen untuk mengevaluasi faktor dan mewakili populasi yang sebenarnya. Hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter gigi menggunakan COHI dan DMF-T/dmf-t disajikan kesepakatan yang kuat ketika membandingkan dua instrumen. Ketika COHI dan DMFT dibandingkan, hasilnya menunjukkan kesesuaian 0,86 untuk jumlah gigi yang ada, dan 0,85 untuk jumlah akar sisa. Demikian juga, ketika menganalisis data membandingkan penggunaan COHI oleh DS dan CHA tingkat kesepakatan yang tinggi, spesifisitas dan sensitivitas ditemukan. Kesimpulan The COHI telah terbukti berguna untuk mendeteksi masalah dalam kesehatan mulut. Oleh karena itu, COHI dapat digunakan, setelah pelatihan, dengan non-gigi personil, memberikan kontribusi bagi perencanaan dan organisasi bantuan masyarakat gigi. Pengantar Penilaian risiko merupakan komponen penting dalam proses pengambilan keputusan untuk pencegahan dan pengelolaan karies gigi, serta untuk mengatur layanan berdasarkan kebutuhan pasien. Seiring dengan penurunan dramatis dalam prevalensi karies selama 30 tahun terakhir [1] , pencarian dapat diterima, strategi yang akurat, dan biaya-efektif untuk mengidentifikasi individu yang berisiko tinggi telah dilakukan secara intensif [2] . Hal ini diketahui bahwa pelaksanaan kebijakan kesehatan masyarakat yang memiliki potensi untuk mengurangi ketidaksetaraan dalam kesehatan mulut memerlukan tindakan disederhanakan, yang seharusnya bersifat universal dalam lingkup dan melibatkan partisipasi aktor-aktor sosial '. Oleh karena itu, perlu teknologi serapan yang tepat, digunakan untuk meningkatkan proses kerja dan manajemen, yang dikenal sebagai teknologi proses [3] . Index / indikator kesehatan mulut adalah alat penting dalam populasi pemahaman dan individu yang berisiko kesehatan mulut, serta dalam organisasi jasa. Namun, sampai saat ini, meskipun adanya instrumen tertentu untuk digunakan dalam kedokteran gigi, seperti DMF-t [4] , DMF-T [5] , DMF-S [6] , gingiva Index [7] , Komunitas Indeks periodontal [8 ] dan Kehilangan penyisipan periodontal [8] , ada kesulitan dalam penggunaannya secara terus menerus dan sistematis dalam dasar penduduk, terutama karena tingginya biaya dan ketersediaan dokter gigi untuk tujuan ini. Penggunaan indikator kesehatan oleh para profesional lain membatasi masalah ini dan memiliki potensi untuk mengumpulkan data yang mampu menilai kesehatan mulut dari populasi, memungkinkan organisasi jasa, termasuk tuntutannya. Untuk alasan ini, suatu instrumen yang dirancang untuk mengevaluasi situasi kesehatan mulut dari populasi dengan cara yang sederhana, Komunitas Indikator Kesehatan mata uang Oral - COHI [9] , telah dibuat. Instrumen ini menggunakan profesional kesehatan yang berbeda (termasuk non-gigi personel) untuk ujian lisan disederhanakan. Indikator ini, di atas memiliki kemampuan untuk mengevaluasi kondisi kesehatan mulut di secara individual dan kolektif, memfasilitasi proses kerja dokter gigi di masyarakat, memberikan kontribusi kepada organisasi bantuan gigi di lokasi. Dengan cara ini, adalah mungkin, tanpa mengabaikan tindakan kolektif dari layanan gigi, untuk merujuk secara prioritas orang-orang yang paling membutuhkan pengobatan. Jelaslah bahwa "teknologi baru" memberikan wawasan untuk pembuatan kebijakan dan tindakan berencana untuk mempromosikan kesehatan mulut, termasuk organisasi tuntutan sistem kesehatan, dengan tetap menghormati prinsip ekuitas. Selain itu, perencanaan dan pelaksanaan jasa (baik preventif dan kuratif) dapat dibuat dengan cara yang lebih produktif jika kebutuhan penduduk dikenal [10] . Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempekerjakan Indeks Kesehatan Masyarakat Oral (COHI) oleh non-gigi personel (Kesehatan Masyarakat Agen-CHA). Dalam Sistem Kesehatan Nasional Brasil, CHA adalah orang dari masyarakat, dengan tingkat SMA, yang benar dilatih untuk menjadi penghubung antara masyarakat dan Unit Kesehatan. Ini profesional terpilih untuk mempekerjakan COHI karena kunjungan rumah sudah salah dari kegiatan sehari-hari mereka (yang bertujuan untuk menilai kesehatan populasi umum dan kebutuhan mereka untuk perawatan kesehatan) dan juga karena biaya relatif rendah untuk sistem kesehatan. Metode Awalnya, dua CHA dan dua dokter gigi (DS) dilatih dan dikalibrasi menggunakan COHI tersebut. Untuk kalibrasi ini, pemeriksa, terlatih gigi berpengalaman (co-author MVLS) bertindak sebagai standar emas. Nilai Kappa dari 0,8 digunakan sebagai titik potong untuk kalibrasi, yang berarti bahwa CHA dan DS yang dilatih hanya dianggap dikalibrasi ketika penguji intra dan inter (terhadap standar emas) kappa nilai yang sama atau di atas 0,8. Mengikuti pedoman WHO, setiap CHA atau dokter gigi diperiksa setidaknya 20 orang selama proses kalibrasi [11] , dalam terjadinya nilai ap bawah 0,8, yang CHA atau DS mengulangi proses kalibrasi dengan yang lain 10 subyek dari masyarakat. Indeks ini memeriksa kapasitas pengunyahan dengan menghitung jumlah gigi, kebutuhan untuk perawatan kuratif dengan menghitung gigi terlihat dengan rongga dan akar sisa, kehadiran cedera jaringan lunak, dan penggunaan dan kebutuhan prostesis gigi. Selain itu, indeks ini memiliki daftar tanda-tanda klinis yang berhubungan dengan masalah periodontal dan rongga gigi, serta cedera jaringan lunak. Ini daftar tujuh item (1-ada rongga gigi, 2-Tartar, 3-gingiva inflamasi, 4-Satu atau dua rongga gigi, 5-Tiga atau lebih gigi berlubang, 6-sisa akar, 7-Soft cedera jaringan) memungkinkan prioritas individu yang membutuhkan lebih berat, sedangkan 1 berkaitan dengan prioritas yang lebih rendah dari pengobatan dan 7 dengan prioritas tertinggi ( Gambar 1 ).

Gambar 1 Masyarakat Oral Kesehatan Indikator - COHI. Para dokter gigi juga dilatih dan dikalibrasi menggunakan DMF-T dan DMF-t, yang merupakan jumlah gigi membusuk, hilang dan mengisi gigi permanen dan utama [4] - [5] . Untuk ini, yang terlatih yang sama, pemeriksa gigi berpengalaman (co-author MVLS) bertindak sebagai standar emas, dan pedoman WHO [11] untuk keandalan data yang digunakan, yang berarti bahwa setidaknya 20 orang telah diperiksa oleh dokter gigi masing-masing selama / nya Proses kalibrasi miliknya. DMF-T, yang dikembangkan oleh Klein dan Palmer [5] , dan DMF-t oleh Gruebbel [4] banyak digunakan oleh komunitas ilmiah internasional dalam penelitian dan survei epidemiologi. Namun, meskipun memiliki sensitivitas yang baik dan spesifisitas, indeks ini hanya dapat digunakan oleh dokter gigi yang terlatih. DMF-T mengungkapkan jumlah gigi tetap diserang oleh gigi berlubang, dengan rata-rata menjadi hasil dari jumlah membusuk, gigi hilang dan diisi, dibagi dengan jumlah orang diperiksa [12] , sedangkan DMF-t mengungkapkan nomor gigi sulung (gigi susu) diserang oleh rongga, dengan rata-rata menjadi hasil dari jumlah membusuk, gigi yang hilang (karena rongga) atau busuk dan penuh dibagi dengan jumlah anak-anak yang diperiksa [4] . Meskipun metodologi pelatihan yang sama diterapkan untuk kedua kelas profesional, kalibrasi terjadi pada waktu terpisah untuk dokter gigi dan CHA. Awalnya, COHI disajikan dan dibahas, merinci penggunaan dan penyelesaian. Untuk dokter gigi, DMF-T juga dijelaskan dan dibahas. Pada tahap kedua, para profesional dilatih untuk mengenali masalah epidemiologi lazim di rongga mulut. Dengan bantuan slide / data menunjukkan, foto dengan penyakit yang berbeda dari rongga mulut yang digunakan untuk mengenali gigi sehat, gigi dengan gigi berlubang, menggunakan dan membutuhkan cedera jaringan prostesis dan lembut, termasuk yang timbul dari penggunaan prostesis maladaptif, kandidiasis dan penyakit periodontal. Saat ketiga terdiri dari pelatihan profesional di masyarakat, di mana mereka memiliki kesempatan untuk bekerja sama (dokter gigi dipisahkan dari CHA) untuk mengevaluasi rongga mulut pasien di tempat fasilitas kesehatan. Temuan yang saling bertentangan ini dibahas sampai konsensus tercapai. Saat pelatihan keempat adalah penyelesaian uji kappa antara penguji dan di antara mereka dan standar emas. Uji kappa digunakan untuk menilai kesesuaian antara temuan dokter gigi pada penggunaan DMF-T, DMF-t dan COHI, dan antara dokter gigi dan CHA dalam kaitannya dengan COHI. Langkah ini diulang sampai semua profesional memiliki nilai kesepakatan (kappa) lebih besar dari 0,8 dengan standar emas (co-author MVLS), dengan diri sendiri (intra-pemeriksa kalibrasi) dan dengan profesional lainnya (antar-pemeriksa kalibrasi). Setelah kalibrasi, 60 warga kota Guaiuba-Brazil diperiksa oleh para profesional. Penting untuk dicatat bahwa bahkan tidak menjadi suatu survei epidemiologi, metode Organisasi Kesehatan Dunia [11] untuk pengumpulan data, seperti yang dijelaskan dalam publikasi mereka "Oral Health Survey-Dasar Metode," yang digunakan ketika disesuaikan. Para CHA dilakukan tes dengan menggunakan COHI dan dokter gigi (DS) dengan menggunakan COHI dan DMFT / DMFT. Untuk menghindari bias, DS dan CHA diselenggarakan sehingga masing-masing dapat mengevaluasi 30 subjek penelitian. Dengan demikian, setiap penduduk telah diperiksa oleh dua profesional (satu DS dan satu CHA), di mana 15 diperiksa oleh DS 1 dan ACS 1, 15 oleh DS 1 dan 2 ACS, 15 oleh DS 2 dan 1 ACS, dan akhirnya, 15 oleh DS 2 dan ACS 2. Selama pengumpulan data, pemeriksa tidak menyadari setiap temuan lainnya, karena warga diperiksa secara terpisah oleh masing-masing profesional. Ini pemeriksa berada di kamar terpisah untuk evaluasi, namun kondisi yang sama untuk tes ini digunakan (misalnya, lokasi, pencahayaan dan instrumen). Para relawan yang duduk di kursi gigi bawah cahaya alami. Survei ini dilakukan dengan bantuan sebuah spatula kayu (depressor lidah). Menjadi profesional, pemeriksa sepatutnya berpakaian dengan alat pelindung diri. Setelah mengumpulkan data, itu didigitalkan dan diselenggarakan dalam Paket program statistik Statistik untuk Ilmu Sosial (SPSS) 15.0 (SPSS Co, Chicago, USA). Uji chi-square, korelasi Spearman, sensitivitas, spesifisitas, dan kappa Cohen tertimbang yang kappa test digunakan untuk membandingkan temuan. Validasi dilakukan dalam dua tahap: a) membandingkan hasil menggunakan COHI dan DMFT / DMFT index oleh dokter gigi, dan b) membandingkan temuan dokter gigi dan CHA menggunakan COHI tersebut. Dengan demikian, dokter gigi menjabat sebagai standar emas untuk CHA dan DMFT sebagai standar emas untuk COHI. Dalam rangka untuk membandingkan jumlah gigi membusuk antara COHI dan DMFT / DMFT kategorisasi yang didirikan untuk DMFT / DMFT dalam tiga tingkat keparahan kerusakan gigi: tanpa rongga gigi, 1 atau 2 gigi berlubang, dan 3 atau lebih gigi berlubang. Hal ini diperlukan karena DMFT / DMFT adalah variabel kontinyu untuk pembusukan gigi, sedangkan tanda-tanda membusuk gigi (gigi berlubang diamati sebagai) di COHI adalah variabel kategoris. Penelitian ini telah disampaikan kepada Komite Etik Penelitian di University of Fortaleza-Brasil dan telah disetujui (proses No 001/2007). Sebuah formulir persetujuan ditandatangani oleh semua peserta, yang sadar akan tujuan dan prosedur. Peserta juga telah dijamin kerahasiaan dan kebebasan untuk menarik persetujuan pada setiap tahap penelitian. Hasil Untuk memvalidasi COHI, total 60 orang di kotamadya Guaiuba-Brazil bersamaan diperiksa oleh CHA dikalibrasi dan DS. Rata-rata usia responden adalah 39,3 (SD 22,10) tahun, mulai dari 6 sampai 87 tahun usia. Di antara mereka yang dievaluasi, 37 (62,0%) adalah perempuan. Jumlah gigi dalam mulut mereka berkisar dari 0 sampai 30, variasi dalam jumlah akar sisa berkisar antara 0 sampai 13, sedangkan 0 sampai 28 gigi dengan kerusakan gigi yang ditemukan dalam rongga mulut individu diperiksa. Sepuluh orang yang edentulous. Individu-individu dibagi menjadi anak (hingga 12 tahun), remaja (berumur 13 sampai 18 tahun), dewasa (dari 19 sampai 59 tahun) dan tua-tua (60 tahun atau lebih). Menurut catatan, karena dapat dilihat pada Tabel 1 , bahwa jaringan gigi dan lembut masalah baik menyebar di antara kategori tersebut, mewakili apa yang diharapkan akan terlihat pada populasi yang sebenarnya. Selain itu, orang dengan dan tanpa kerusakan jaringan lunak, serta dengan dan tanpa penggunaan dan / atau kebutuhan untuk prostesis ditemukan dalam sampel, membuktikan untuk menjadi populasi heterogen untuk mengevaluasi faktor.

Tabel 1 Karakteristik kesehatan mulut dari populasi dievaluasi untuk validasi COHI. Kappa tertimbang dan spearman korelasi digunakan untuk membandingkan data antara COHI dan DMF-T dievaluasi oleh dokter gigi mengenai jumlah gigi dan jumlah akar residual. Hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter gigi menggunakan COHI dan DMF-T/dmf-t disajikan kesepakatan yang kuat ketika membandingkan dua instrumen. Perjanjian antara variabel kontinu berada di atas 0,9 untuk kedua tes kappa dan spearman. Chi-square dan kappa digunakan untuk membandingkan perjanjian antara variabel kategori (misalnya, kategorisasi rongga) ketika membandingkan COHI dan DMF-T dievaluasi oleh dokter gigi. Untuk perjanjian antara gigi berlubang dikategorikan, hasil juga menunjukkan nilai-nilai yang sangat signifikan untuk kappa dan chi-square uji ( Tabel 2 ).

Tabel 2 Data Perbandingan antara COHI dan DMFT / DMFT dievaluasi oleh dokter gigi Guaiuba - Cear, Brasil. Uji kappa tertimbang digunakan untuk menilai kesepakatan antara dokter gigi dan CHA ketika menggunakan COHI mengamati jumlah gigi yang ada, serta jumlah akar yang tersisa di rongga mulut individu dalam masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan kesesuaian 0,86 untuk jumlah gigi yang ada, dan 0,85 untuk jumlah akar sisa. Kappa, sensitivitas dan spesifisitas tes digunakan untuk membandingkan data kategori (misalnya, adanya gigi berlubang, karang gigi, gusi meradang, cedera jaringan lunak) saat DS dan CHA digunakan COHI. Ketika menganalisis data membandingkan penggunaan COHI oleh DS dan CHA tingkat kesepakatan yang tinggi, spesifisitas dan sensitivitas dari hasil ditemukan. Hal ini penting untuk mengetahui bahwa tidak ada yang diwawancarai memiliki gigitiruan parsial yang lebih rendah ( Tabel 3 ).

Tabel 3 Data Perbandingan antara COHI dievaluasi oleh dokter gigi (DS COHI) dan agen kesehatan masyarakat (CHA COHI) Guaiuba-Cear, Brasil. Mengenai kesepakatan antara dokter gigi dan CHA pada prioritas perawatan bagi orang-orang dievaluasi, kesepakatan itu benar-benar sempurna dalam 41 dari 60 kasus yang diamati. Pada 19 kasus lain, perselisihan ada yang dicatat, bagaimanapun, dalam sebagian besar kasus mereka adalah orang-orang kecil (misalnya, dalam tujuh kasus dokter gigi diamati 3 atau lebih gigi berlubang, sedangkan CHA diamati hanya 1 atau 2 rongga, dalam dua lainnya kasus, dokter gigi melihat 1 atau 2 meluruh gigi sementara CHA mengamati 3 atau lebih gigi berlubang). Namun demikian, ketika tes kappa tertimbang dilakukan, nilai 0,71 ditemukan. Diskusi Hasil menunjukkan bahwa COHI dapat memeriksa dengan cara sederhana dan cepat, serta dengan sensitivitas dan spesifisitas yang cukup, masalah kesehatan mulut yang umum dalam populasi. Karakteristik ini memungkinkan penggunaannya dalam proses perencanaan untuk perawatan kesehatan mulut penduduk. Menurut penafsiran Landis dan Koch [13] - [14] , korelasi dapat diklasifikasikan sebagai sangat baik (> .80), baik (between.60 and.80), sedang (between.41 and.60), wajar (between.21 and.40) dan rendah (