scleroderma

4
SKLERODERMA I. PENDAHULUAN Skleroderma berasal dari bahasa Yunani, scleros (keras) dan derma (kulit). Skleroderma, biasa juga disebut sistemik sklerosis, adalah suatu penyakit autoimun kronis yang dapat mempengaruhi sejumlah sistem tubuh. Pada pasien dengan skleroderma, sel-sel tertentu dalam tubuh menghasilkan kolagen secara berlebihan. Kolagen merupakan suatu protein yang ditemukan dalam jaringan ikat. Kelebihan kolagen akan disimpan di seluruh tubuh, menyebabkan pengerasan pada kulit dan jaringan (fibrosis), merusak pembuluh darah, dan mempengaruhi organ-organ dalam. 8, 13 Skleroderma adalah penyakit yang cukup langka yang merupakan hasil dari respon sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh adalah suatu sistem kompleks dari organ, sel, dan protein yang melindungi tubuh dari penyakit. Sistem kekebalan tubuh akan menyerang organisme asing dalam tubuh, mengidentifikasi dan menghancurkan sel-sel yang abnormal, serta membawa sel-sel yang rusak dan mati keluar dari tubuh. Pada penyakit autoimun seperti skleroderma, sistem kekebalan tubuh akan menyerang sel-sel normal pada tubuh, menyebabkan kerusakan dan peradangan. 8 Kelebihan produksi kolagen, kerusakan pada pembuluh darah, dan terbentuknya antibodi yang abnormal (autoantibodi), semuanya memainkan peranan yang penting dalam pengembangan skleroderma. 8 II. EPIDEMIOLOGI Menurut Arthritis Foundation, skleroderma terjadi pada 100.000 hingga 165.000 orang di Amerika Serikat. Penyakit ini lebih sering pada orang dewasa berusia 30 – 50 tahun. Penyakit ini 3 sampai 5 kali lebih sering pada wanita dibanding dengan pria. Tidak menutup kemungkinan, Skleroderma juga dapat terjadi pada anak – anak dan orang tua (yang lebih dari 50 tahun). Penyebaran penyakit lebih sering terjadi pada wanita Amerika- Afrika,

Upload: desita-triana

Post on 16-Jan-2016

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gambaran umum

TRANSCRIPT

Page 1: Scleroderma

S K L E R O D E R M A

I.          PENDAHULUAN

Skleroderma berasal dari bahasa Yunani, scleros (keras) dan derma (kulit). Skleroderma, biasa

juga disebut sistemik sklerosis, adalah suatu penyakit autoimun kronis yang dapat mempengaruhi

sejumlah sistem tubuh. Pada pasien dengan skleroderma, sel-sel tertentu dalam tubuh

menghasilkan kolagen secara berlebihan. Kolagen merupakan suatu protein yang ditemukan

dalam jaringan ikat. Kelebihan kolagen akan disimpan di seluruh tubuh, menyebabkan

pengerasan pada kulit dan jaringan (fibrosis), merusak pembuluh darah, dan mempengaruhi

organ-organ dalam.8, 13

Skleroderma adalah penyakit yang cukup langka yang merupakan hasil dari respon sistem

kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh adalah suatu sistem kompleks dari organ, sel, dan

protein yang melindungi tubuh dari penyakit. Sistem kekebalan tubuh akan menyerang

organisme asing dalam tubuh, mengidentifikasi dan menghancurkan sel-sel yang abnormal, serta

membawa sel-sel yang rusak dan mati keluar dari tubuh. Pada penyakit autoimun seperti

skleroderma, sistem kekebalan tubuh akan menyerang sel-sel normal pada tubuh, menyebabkan

kerusakan dan peradangan.8

Kelebihan produksi kolagen, kerusakan pada pembuluh darah, dan terbentuknya antibodi yang

abnormal (autoantibodi), semuanya memainkan peranan yang penting dalam pengembangan

skleroderma. 8

 II.       EPIDEMIOLOGI

Menurut Arthritis Foundation, skleroderma terjadi pada 100.000 hingga 165.000 orang di

Amerika Serikat. Penyakit ini lebih sering pada orang dewasa berusia 30 – 50 tahun. Penyakit ini

3 sampai 5 kali lebih sering pada wanita dibanding dengan pria. Tidak menutup kemungkinan,

Skleroderma juga dapat terjadi pada anak – anak dan orang tua (yang lebih dari 50 tahun).

Penyebaran penyakit lebih sering terjadi pada wanita Amerika- Afrika, dibandingkan dengan

wanita kaukasia. Prevalensi tertinggi dari skleroderma terjadi pada masyarakat Choctaw

(penduduk asli di Oklahoma, Amerika). 8

 III.    ETIOLOGI

Penyebab dari skleroderma tidak diketahui hingga saat ini.  Dengan alasan yang masih belum

jelas, terjadi proses autoimun dimana sistem imun tubuh berbalik menyerang tubuh,

menyebabkan peradangan dan menyebabkan produksi kolagen yang berlebihan.10

Page 2: Scleroderma

Faktor – faktor genetik dan lingkungan mungkin berperan dalam pengembangan penyakit ini.

Suatu antigen yang diwariskan, human leukocyte antigen (HLA) dihubungkan dengan

peningkatan risiko terjadinya skleroderma. Faktor risiko lain mencakup usia (biasanya 30-50

tahun), dan gender (lebih sering pada wanita). 8

Beberapa faktor yang diduga menjadi pemicu timbulnya skleroderma adalah:

1.      Aktivitas sistem imun dan peradangan yang abnormal

Skleroderma diyakini sebagai penyakit autoimun, yaitu sistem kekebalan tubuh seseorang

menyerang tubuhnya sendiri. Pada skleroderma, sistem kekebalan tubuh diperkirakan

merangsang sel-sel fibroblast untuk memproduksi kolagen secara berlebihan. 1,2

2.      Genetik

Meskipun faktor genetik tampaknya membuat beberapa orang berisiko terhadap penyakit

skleroderma, penyakit ini tidak diwariskan dari orangtua ke anaknya seperti penyakit genetik

pada umumnya. 2

3.     Lingkungan

Penelitian menunjukkan bahwa paparan terhadap beberapa faktor lingkungan dapat memicu

penyakit skleroderma pada orang yang secara genetik cenderung untuk mengalami skleroderma.

Faktor lingkungan yang diduga memicu termasuk paparan debu silica (pada tambang emas dan

batu bara), paparan dari bahan kimia tertentu (vinyl chloride, trichloroethylene, epoxy resin,

pestisida), dan obat tertentu (misalnya carbidopa, bleomycin). 1,8

4.      Hormon

Pada wanita yang melahirkan pada usia 30 sampai 55 tahun, mudah mengalami skleroderma

hingga 7 sampai 12 kali lebih tinggi dibanding pria. Hal ini menyebabkan para ilmuan menduga

adanya peranan hormonal berperan dalam terjadinya penyakit ini. Namun hingga saat ini, hal

tersebut masih dalam tahap penelitian.8

 

IV.    PATOFISIOLOGI

Proses patofisiologi yang mendasari Skleroderma Lokalisata sama dengan proses yang

mendasari Skleroderma sistemik. Kerusakan sel endotel, peradangan, pelepasan sitokin yang

merangsang produksi kolagen oleh sel-sel fibroblast, dan ketidakseimbangan matriks

ekstraseluler nampak pada kulit.  Penyebab dari terbatasnya distribusi lesi pada Skleroderma

lokalisata masih belum jelas, namun berdasarkan pola yang ada, diduga bahwa hal ini mungkin

disebabkan oleh perubahan mosaik genetik.1

Page 3: Scleroderma

Banyak penelitian yang telah menunjukkan peran patogenik dari transforming growth factor-

β(TGF-β). TGF-β merangsang sel-sel fibroblast untuk meningkatkan jumlah produksi

glycosaminoglycans, fibronektin, dan kolagen; menurunkan penguraian matriks ekstraselular;

dan mengurangi kemungkinan fibroblast berapoptosis. TGF-β ditemukan meningkat pada lesi

pasien skleroderma lokalisata seperti halnya pada kulit dan jaringan parut yang terbentuk pada

paru-paru penderita skleroderma sistemik. Kultur fibroblast yang diperoleh dari pasien

skleroderma sistemik maupun skleroderma lokalisata menunjukkan peningkatan jumlah

componen jaringan ikat, termasuk kolagen tipe 1 in vitro. Biopsi kulit menunjukkan peningkatan

produksi kolagen dalam kapasitas besar dan subpopulasi fibroblast dengan aktivasi kolagen tipe

1; fibroblast ini berlokasi dekat dengan sel inflamasi mononuclear yang menyatakan TGF-β.

Biopsi dari lesi sclerotic juga menunjukkan isoform yang berbeda dari TGF-β, misalnya tissue

metalloproteinase-3 (TIMP-3) dalam sub-populasi cultur fibroblast dari lesi localized

skleroderma. TGF-β meningkatkan jumlah TIMP-3 dan TIMP-3 menghalangi penguraian

kolagen.1

Beberapa bukti menunjukkan bahwa respon fibrotik mungkin sebagian besar dibawa oleh

CD4+Sel T. Sel plasma dan histiosit mungkin dapat berkontribusi pada perangsangan dermal

fibroblast. Sel inflamasi yang ditemukan pada lesi skleroderma, yang terutama adalah Sel

Limfosit T, terutama Sel T helper. Ada juga didapatkan peningkatan produksi interlukin 2 (IL-2)

dan IL-4. Paling tidak, dalam bentuk sistemik dari skleroderma, faktor pertumbuhan jaringan ikat

(CTGF) juga telah diserang. Peran patogenik pada dermal dendrosit juga telah diajukan.

Keberadaan CD 34+ dan faktor XIIIa+ dendrosit pada dermis berhubungan dengan peradangan

aktif dan sclerosis pada localized skleroderma. Peran patogenik dari sel mast pada localized

skleroderma masih belum jelas diterangkan, tetapi sel mast mungkin merupakan komponen dari

kulit skleroderma, terutama pada tahap peradangan dan awal penyakit. Granula sel mast

mengandung mediator kimia dan enzim proteolitik yang dapat merangsang fibroblast dan bahkan

mengaktifkan sitokin profibrotik, misalnya TGF-β; histamine juga dapat merangsang produksi

kolagen.1

V.       GEJALA KLINIS

Skleroderma dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian besar, yaitu skleroderma lokalisata, dan

skleroderma sistemik. Skleroderma Lokalisata (biasa disebut morphea)  dapat dibedakan dari

Page 4: Scleroderma

skleroderma sistemik berdasarkan morfologi kutaneus dan secara klinis tidak mempunyai gejala

sistemik.

fathirphoto.wordpress.com