scanned by camscanner - kementerian luar negeri indonesia ... itjen 2015.pdf · laporan kinerja...
TRANSCRIPT
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
eraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; Instruksi Pemerintah Nomor
5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi; dan Instruksi
Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (AKIP) - pada pokoknya mengatur mengenai kewajiban setiap
Kementerian/Lembaga (K/L) untuk mempertanggung-jawabkan akuntabilitas
pelaksanaan APBN/APBD dan kinerja dalam pencapaian visi, misi dan tujuan
organisasi.
Sehubungan dengan ketentuan tersebut di atas, maka setiap instansi pemerintah
diwajibkan untuk menyusun dan menyampaikan laporan kinerja tentang
pencapaian sasaran dan kinerja berdasarkan Rencana Strategis (RENSTRA) dan
Perjanjian Kinerja (PK), yang didasarkan kepada Arsitektur Dasar Informasi
Kinerja (ADIK) tahun 2015. Laporan kinerja tersebut kemudian dituangkan dalam
dokumen Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj). Penyusunan LKj di
lingkungan Kementerian Luar Negeri didasarkan pada Peraturan Menteri Luar
Negeri Nomor 01 Tahun 2012 tanggal 1 Februari 2012 tentang Pedoman Umum
Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI.
Sebagai bentuk pertanggungjawaban akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Luar Negeri (Permenlu) Nomor 07
Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri, Laporan
Kinerja Inspektorat Jenderal tahun 2015 disusun berdasarkan fakta-fakta
pencapaian kinerja atau performance result selama tahun anggaran berjalan. LKj
Inspektorat Jenderal juga menggambarkan efisiensi penggunaan anggaran,
P
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 2
beserta kendala yang dihadapi dalam upaya mengimplementasikan visi dan misi
Inspektorat Jenderal selama tahun berjalan.
B. TUGAS DAN FUNGSI
Berdasarkan Permenlu Nomor 07 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Luar Negeri, Inspektorat Jenderal Kemlu mempunyai tugas
melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kemlu.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Permenlu tersebut,
Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan intern di lingkungan
Kementerian Luar Negeri;
2. Pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Luar Negeri
terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pamantauan,
dan kegiatan pengawasan lainnya;
3. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri
Luar Negeri;
4. Penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Luar
Negeri; dan
5. Pelaksanaan urusan administrasi Inspektorat Jenderal.
C. STRUKTUR ORGANISASI
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Inspektorat Jenderal didukung oleh
5 (lima) unit kerja eselon II, yaitu Sekretariat Inspektorat Jenderal dan Inspektorat
Wilayah I-IV. Setiap Inspektorat Wilayah membawahi Kelompok Jabatan
Fungsional Auditor (JFA), yang terdiri dari Auditor Ahli dan Auditor Terampil.
Masing-masing Auditor mempunyai tugas pokok dan fungsi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 3
Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal dapat digambarkan sebagai
berikut:
1. Sekretariat Inspektorat Jenderal
Sekretariat Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas Inspektorat Jenderal di bidang perencanaan dan program kerja, peraturan
perundang-undangan dan kertas kerja, kepegawaian, rumah tangga dan
perlengkapan, tata persuratan dan dokumentasi, keuangan serta laporan dan
analisis hasil pengawasan beserta tindak lanjutnya.
Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretariat Inspektorat Jenderal
menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan koordinasi dan penyusunan rencana dan program kerja
pengawasan;
INSPEKTUR
JENDERAL
SEKRETARIS
ITJEN
INSPEKTUR
WILAYAH I
INSPEKTUR
WILAYAH II
INSPEKTUR
WILAYAH III
INSPEKTUR
WILAYAH IV
BAGIAN
KEUANGAN
BAGIAN
UMUM
BAGIAN
DPP
BAGIAN
LAPAN I
BAGIAN
LAPAN II
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 4
b. Pelaksanaan koordinasi evaluasi atas pelaksanaan rencana dan program
kerja pengawasan;
c. Pelaksanaan koordinasi penyusunan naskah rancangan dan penghimpunan
peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan;
d. Pelaksanaan koordinasi penyusunan norma kebijakan pengawasan;
e. Pelaksanaan koordinasi penyelesaian laporan hasil audit dan pemantauan
penyelesaian tindak lanjut hasil audit serta pengawasan masyarakat;
f. Penyampaian laporan hasil pengawasan dan penyelesaian tindak lanjutnya
kepada instansi terkait;
g. Penyajian analisis laporan hasil pengawasan; dan
h. Pelaksanaan administrasi kepegawaian, rumah tangga dan perlengkapan,
tata persuratan dan dokumentasi, serta pengelolaan keuangan.
Struktur Organisasi Sekretariat Inspektorat Jenderal
a. Bagian Data, Program, dan Perundang-undangan, terdiri dari Subbagian
Penyusunan Rencana dan Evaluasi Program, Subbagian Peraturan
Perundang-undangan dan Subbagian Data dan Kertas Kerja;
b. Bagian Umum, terdiri dari Subbagian Kepegawaian, Subbagian Rumah
Tangga dan Perlengkapan, dan Subbagian Tata Persuratan dan Dokumentasi;
c. Bagian Keuangan, terdiri dari Subbagian Anggaran dan Subbagian
Perbendaharaan;
d. Bagian Laporan dan Analisis I, terdiri dari Subbagian A, Subbagian B,
Subaggian C dan Subbagian D;
e. Bagian Laporan dan Analisis II, terdiri dari Subbagian A, Subbagian B,
Subaggian C dan Subbagian D.
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 5
2. Inspektorat Wilayah I
Melaksanakan sebagian tugas Inspektorat Jenderal di bidang pengawasan
intern pada Wilayah I, yang meliputi Perwakilan RI di wilayah Asia Timur, Asia
Selatan dan Tengah serta satuan kerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika,
Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN dan Badan Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Inspektorat Wilayah I menyelenggarakan
fungsi:
a. Penyiapan perumusan norma kebijakan pengawasan di Wilayah I;
b. Pelaksanaan pengawasan intern di Wilayah I terhadap kinerja dan keuangan
melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan
lainnya;
c. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri
Luar Negeri;
d. Penyusunan laporan hasil pengawasan intern pada Wilayah I; dan
e. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Wilayah I.
0%1%8%
21%
28%
17%
20%
5%
Komposisi Pegawai Sekretariat Inspektorat Jenderal
Eselon I: 0
Eselon II: 1
Eselon III: 5
Eselon IV: 14
Staf: 18
PDK: 11
BPKRT: 13
Arsiparis: 3
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 6
3. Inspektorat Wilayah II
Melaksanakan sebagian tugas Inspektorat Jenderal di bidang pengawasan
intern pada Wilayah II, yang meliputi Perwakilan RI di wilayah Eropa Barat, eropa
Tengah dan Timur serta satuan kerja Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa,
Direktorat Jenderal Multilateral, dan Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian
Internasional.
Dalam melaksanakan tugasnya, Inspektorat Wilayah II menyelenggarakan
fungsi:
a. Penyiapan perumusan norma kebijakan pengawasan di Wilayah II;
b. Pelaksanaan pengawasan intern di Wilayah II terhadap kinerja dan
keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lainnya;
c. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri
Luar Negeri;
d. Penyusunan laporan hasil pengawasan intern pada Wilayah II; dan
e. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Wilayah II.
1, 8%
7, 59%
3, 25%
1, 8%
Komposisi Pegawai Inspektorat Wilayah I
Struktural: 1
Auditor: 7
Fungsional Diplomat: 3
BPKRT: 1
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 7
4. Inspektorat Wilayah III
Melaksanakan sebagian tugas Inspektorat Jenderal di bidang pengawasan
intern pada Wilayah III, yang meliputi Perwakilan RI di wilayah Afrika, Timur
Tengah, dan satuan kerja Sekretariat Jenderal dan Inspektorat Jenderal.
Dalam melaksanakan tugasnya, Inspektorat Wilayah III menyelenggarakan
fungsi:
a. Penyiapan perumusan norma kebijakan pengawasan di Wilayah III;
b. Pelaksanaan pengawasan intern di Wilayah III terhadap kinerja dan
keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lainnya;
c. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri
Luar Negeri;
d. Penyusunan laporan hasil pengawasan intern pada Wilayah III; dan
e. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Wilayah III.
8%
67%
17%
8%
Komposisi Pegawai Inspektorat Wilayah II
Struktural: 1
Auditor: 8
Fungsional Diplomat:2
BPKRT: 1
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 8
5. Inspektorat Wilayah IV
Melaksanakan sebagian tugas Inspektorat Jenderal di bidang pengawasan
intern pada Wilayah IV, yang meliputi Perwakilan RI di wilayah Pasifik, Amerika
Utara dan Tengah, Amerika Selatan dan Karibia, serta satuan kerja Direktorat
Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, Direktorat Jenderal Protokol dan
Konsuler, Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Pusat Komunikasi.
Dalam melaksanakan tugasnya, Inspektorat Wilayah IV menyelenggarakan
fungsi:
a. Penyiapan perumusan norma kebijakan pengawasan di Wilayah IV;
b. Pelaksanaan pengawasan intern di Wilayah IV terhadap kinerja dan
keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lainnya;
c. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri
Luar Negeri;
d. Penyusunan laporan hasil pengawasan intern pada Wilayah IV; dan
9%
55%
18%
18%
Komposisi Pegawai Inspektorat Wilayah III
Struktural: 1
Auditor: 6
Fungsional Diplomat:2
BPKRT: 2
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 9
e. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Wilayah IV.
D. ASPEK STRATEGIS ORGANISASI
Pada dasarnya Aspek Strategis Organisasi Inspektorat Jenderal tidak
terlepas dari aspek eksternal maupun aspek internal organisasi, yang turut
mempengaruhi pelaksanaan tugas pengawasan intern yang dilakukan terhadap
seluruh satuan kerja (satker) Kemlu di Pusat dan Perwakilan RI.
Sebagai bagian dari fungsi manajemen organisasi, pengawasan intern
merupakan fungsi manajemen yang memainkan peran penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Peran penting pengawasan tersebut tercermin
dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal sesuai pasal 931-932
Permenlu Nomor 07 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Luar Negeri.
Dalam rangka memperkuat pengawasan dan pengendalian atas
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di Kemlu dan Perwakilan Republik
Indonesia, Permenlu Nomor 12 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang merupakan implementasi dari
8%
59%
33%
0%
Komposisi Pegawai Inspektorat Wilayah IV
Struktural: 1
Auditor: 7
Fungsional Diplomat: 4
BPKRT: 0
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 10
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah, lahir sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja dan
pengelolaan keuangan negara yang ekonomis, efektif, efisien, transparan dan
akuntabel.
Pelaksanaan kegiatan pengawasan intern meliputi audit, reviu, evaluasi,
pemantauan dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan
fungsi organisasi, dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa
kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata
kepemerintahan yang baik.
Sejalan dengan perubahan paradigma pengawasan, Inspektorat Jenderal
melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan peran aparat pengawas intern,
yaitu sebagai Pendeteksi Dini, Konsultan dan memberikan kualitas keyakinan
yang memadai (quality assurance) atas penyelenggaraan kegiatan satker. Dengan
demikian, diharapkan hasil pengawasan Inspektorat Jenderal dapat memberi
kontribusi dalam pengambilan kebijakan Pimpinan Kemlu untuk lebih
meningkatkan kinerja Kemlu secara keseluruhan.
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 11
MEKANISME PENGENDALIAN ITJEN
Terkait dengan peran sebagai quality assurance, Inspektorat Jenderal
memegang peranan yang turut berkontribusi terhadap diperolehnya keyakinan
bahwa kegiatan suatu instansi atau satker telah dilaksanakan sesuai dengan
prinsip-prinsip atau tujuan reformasi birokrasi. Sejalan dengan prinsip organisasi
tersebut pada tahun anggaran 2014 Inspektorat Jenderal telah melaksanakan
kegiatan sesuai perencanaan dan alokasi anggaran yang tersedia, antara lain yaitu:
1. Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) dalam negeri dan luar negeri.
2. Reviu Laporan Keuangan (LK) Kementerian Luar Negeri
3. Penanganan Pengaduan Masyarakat
4. Pendampingan dan Konsultasi
KETAATAN PADA ATURAN DAN
PELAKSANAAN SPIP
ITJEN
AUDIT ANGGARAN
A A A AUDIT AUDIT
KINERJA DENGAN TUJUAN TERTENTU
PELAKSANAAN TUPOKSI DAN CAPAIAN KINERJA BERORIENTASI HASIL YANG EFEKTIF DAN
EFISIEN
AKUNTABIL
ITAS LAPKEU LAKIP
12 SATKER KEMLU
DAN 132 SATKER
PERWAKILAN
• PARTNERSHIP
• EARLY WARNING
• RISK CONTROL
• QUALITY ASSURANCE
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 12
5. Evaluasi Laporan Kinerja
6. Pemantauan Pemetaan Potensi Permasalahan
7. Penerbitan Pedoman Early Waning System
8. Distribusi bahan-bahan informasi
Guna menunjang peran Inspektorat Jenderal sebagai Konsultan Kemlu dan
dalam rangka melakukan pencegahan timbulnya permasalahan manajemen yang
dihadapi oleh satker, maka Inspektorat Jenderal telah menerbitkan berbagai
pedoman early warning. Pendekatan ini telah berjalan dengan baik dan
mendapatkan tanggapan positif dari satker di dalam negeri maupun di luar negeri
dan telah banyak membantu pencegahan potensi masalah. Namun demikian,
efektivitas pengendalian juga tergantung kepada tanggungjawab satker. Potensi
masalah dapat dihindari apabila setiap satker menerapkan disiplin dan tertib
dalam mengelola sumber daya publik yaitu anggaran belanja negara, barang milik
negara, dan sumber daya manusia.
Melalui pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh Inspektorat
Jenderal, dapat diketahui apakah suatu satker di Pusat dan Perwakilan RI telah
melaksanakan kegiatan sesuai tugas dan fungsinya mengacu pada rencana,
kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta menerapkan
prinsip Ekonomis, Efektif dan Efisien (3E). Selain itu, peran Inspektorat Jenderal
sebagai Aparat Pengawasan Intern diperlukan untuk mendorong terwujudnya
akuntabilitas, guna mendukung Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik, ekonomis,
efektif, efisien, transparan, dan bersih dari praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(KKN).
Tahun 2015 merupakan tahun penuh tantangan bagi Kementerian Luar
Negeri, terutama Inspektorat Jenderal. Indikator Kinerja Utama Inspektorat
Jenderal menetapkan Laporan Keuangan Kemlu Tahun 2015 harus mendapatkan
opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dengan predikat Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP). Perjanjian Kinerja tersebut, telah dicapai dan terpenuhi
sesuai target. Untuk mempertahankan capaian tersebut, diperlukan tertib
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 13
administrasi pengelolaan keuangan dan barang milik negara yang dilakukan oleh
seluruh satker Kemlu yang berjumlah 144 baik di dalam negeri (12 satuan kerja)
maupun di luar negeri (132 satuan kerja).
Dalam rangka mencapai hal tersebut, tugas Inspektorat Jenderal menjadi
penuh dinamika, karena seluruh aparat Inspektorat Jenderal harus menguasai
Sistem Akuntansi Pemerintah baik untuk anggaran belanja dan barang milik
negara. Hal ini membutuhkan Inspektorat Jenderal yang solid dan kokoh baik dari
aspek organisasi dan kelembagaan; aspek perencanaan, pelaksanaan dan
pelaporan kegiatan; pelaksanaan fungsi APIP dengan benar sebagai konsultan
Kemlu; maupun aspek Sumber Daya Manusia yang akan mendukung pelaksanaan
tugas dan fungsi Itjen.
Pada umumnya arti strategis organisasi Inspektorat Jenderal ditentukan
dalam 4 (empat) aspek, yaitu:
- Aspek Organisasi dan Kelembagaan
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan terhadap aspek organisasi dan
kelembagaan, Inspektorat Jenderal selama tahun 2015 secara keseluruhan
telah tertata dengan baik. Hal ini tercermin dari pelaksanaan tugas dan
fungsi dari Sekretariat Itjen dan Inspektorat Wilayah telah sesuai dengan
komitmen kerja yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja (PK) masing-masing
eselon II Itjen.
Berkaitan dengan aspek kelembagaan dalam rangka mendukung organisasi
Itjen, telah sesuai dengan kebutuhan. Dalam kaitan ini, Itjen telah memiliki
instrumen organisasi yang cukup memadai guna menunjang pelaksanaan
Pengawasan dan Pengendalian. Namun demikian, di masa depan masih perlu
dilakukan kajian agar instrumen kelembagaan dapat mendukung peran Itjen
sebagai Aparat Pengawas Internal Kemlu yang menjalankan tugasnya secara
efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 14
- Aspek Tata Laksana, Perencanaan, Pelaksanaan dan Pelaporan Kegiatan
Menyadari pentingnya masalah kelembagaan, capacity building merupakan
salah satu kegiatan yang menjadi prioritas Inspektorat Jenderal sesuai
dengan evaluasi yang dilaksanakan atas aspek perencanaan, pelaksanaan
dan pelaporan/pertanggungjawaban kegiatan, telah berjalan baik dan
sejalan dengan siklus akuntabilitas publik. Hal ini tampak dari capaian
output yang telah sesuai dengan target, namun belum sepenuhnya
berorientasi hasil atau manfaat.
Dalam menjalankan pengawasan dan pengendalian telah dilakukan berbagai
perubahan yang cukup mendasar dan sesuai dengan kebutuhan, terutama
dalam pelaksanaan audit keuangan dan audit kinerja. Hasil pelaksanaan
audit yang dilakukan hingga saat ini jauh lebih baik dan bermanfaat bagi
perbaikan satuan kerja. Walaupun disadari belum sempurna namun audit
yang dilaksanakan Inspektorat Jenderal mulai mengarah kepada penilaian
manajemen resiko dan secara bertahap telah berorientasi outcome.
Untuk mempertajam hasil pelaksanaan audit dan meningkatkan kualitas
audit, maka perlu segera dilakukan kajian mengenai penilaian kinerja dan
penetapan kriteria ekonomis, efektif dan efisien, transparan dan akuntabel.
Disamping itu, penyajian laporan masih perlu ditingkatkan kualitasnya,
termasuk rekomendasi hasil audit harus dapat memberikan jawaban (solusi)
terhadap permasalahan-permasalahan manajemen dan tidak menimbulkan
persoalan baru.
- Aspek Sumber Daya Manusia Inspektorat Jenderal
Melalui berbagai kegiatan Program Pengembangan Mandiri (PPM) yang
ditujukan untuk meningkatkan kemampuan auditor Inspektorat Jenderal,
telah berdampak positif terhadap hasil pengawasan dan pengendalian.
Namun perlu kiranya dicatat bahwa tantangan yang dihadapi oleh
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 15
Inspektorat Jenderal sebagai APIP sesuai dengan PP 60 tahun 2008, yaitu
sebagai konsultan; dapat memberikan early warning; memberikan quality
assurance; dan menyediakan informasi bagi pimpinan dan satuan kerja
dalam rangka meningkatkan akuntabilitas dan kinerja. Dalam kondisi seperti
ini, Itjen perlu memberikan perhatian khusus dalam membina dan
memanfaatkan Sumber Daya Manusia yang ada, khususnya dalam
meningkatkan kompetensi dan kualitas auditor.
Komposisi Auditor Berdasarkan Jenjang Jabatan Fungsional Auditor
- Aspek Kepuasan Klien
Audit yang dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal sepanjang tahun 2015
sudah terfokus pada compliance audit dan performance audit. Berdasarkan
evaluasi Obyek Audit atas kinerja tim audit Inspektorat Jenderal, satker
menyatakan kepuasan atas audit yang dilaksanakan, dimana Inspektorat
Jenderal mulai berperan sebagai konsultan dalam melakukan penilaian
resiko yang dihadapi satker. Demikian pula upaya early warning dan
pendampingan Inspektorat Jenderal telah berjalan dengan baik dan
14%
53%
18%
7%
4%4%
Komposisi Auditor Inspektorat Jenderal
Auditor Madya: 4
Auditor Muda: 15
Auditor Pertama: 5
Auditor Penyelia: 2
Auditor Pelaksana Lanjutan:1
Auditor Pelaksana: 1
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 16
mendapatkan sambutan baik dari satker. Hal ini tercermin dari banyaknya
permintaan pendampingan oleh satker terkait.
Peningkatan Pengawasan Dan Pengendalian Tahun 2015
Dalam rangka mengukur akuntabilitas Satuan Kerja dalam mengelola anggaran
belanja, barang milik negara, sumber daya manusia guna mencapai kinerja yang
diharapkan, maka Inspektorat Jenderal mengembangkan 4 (empat) dasar aspek
Pengawasan dan Pengendalian, yaitu:
1. Peningkatan pengawasan dan pengendalian atas perencanaan, pelaksanaan,
dan pertanggungjawaban sumber daya publik (anggaran belanja, barang
milik negara, dan sumber daya manusia) agar memenuhi prinsip-prinsip
transparansi dan akuntabel (accountability aspect).
2. Peningkatan pengawasan dan pengendalian atas kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan dan kehati-hatian dalam melaksanakan
kegiatan yang berpotensi menjadi masalah, terutama menyangkut
pelaksanaan tata kelola anggaran belanja dan barang milik negara Satuan
Kerja (compliance aspect).
3. Peningkatan pengawasan dan pengendalian atas aspek capaian kinerja
substansi Satuan Kerja, melalui pendekatan pelaksanaan tugas dan fungsi
yang tepat sasaran sesuai dengan indikator capaian target misi Satuan Kerja
(performance aspect).
4. Peningkatan pengawasan dan pengendalian atas aspek tata kelola organisasi,
antara lain pembenahan penegakan aturan melalui pembuatan standar
kebijakan internal (structure); kebijakan dan metode pencapaian kinerja
(strategy); perbaikan sistem kerja melalui penyusunan mekanisme kerja dan
pembuatan SOP (system); peningkatan kompetensi staff (staff competence);
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 17
gaya kepemimpinan (style leadership); dan penegakan disiplin, integritas dan
kapasitas staf (capacity aspect).
Melalui pendekatan tersebut di atas, Itjen Kemlu akan melakukan penajaman
pelaksanaan kegiatan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Setiap audit yang dilakukan harus dapat menghasilkan hasil audit yang
berkualitas, sehingga dapat mendorong pemanfaatan anggaran Satuan Kerja
untuk menghasilkan kinerja sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan.
Dalam kaitan ini, seluruh auditor Itjen harus dapat melakukan pengawasan
keterkaitan antara Rencana Kinerja Tahunan, Penetapan Kinerja, dengan
penggunaan anggaran, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) dan
merealisasikan amanat PermenPAN dan RB Nomor 25 Tahun 2012 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
2. Peningkatan kegiatan pemetaan potensi masalah Satker, sehingga pimpinan
dapat dengan cepat mendeteksi tingkat resiko permasalahan yang dihadapi
Satker. Untuk itu, akan segera dikeluarkan Peraturan Inspektur Jenderal
tentang Panduan Pemetaan Satuan Kerja yang akan menjadi acuan dalam
melakukan pemetaan pada satuan kerja.
3. Peningkatan kualitas laporan analisa permasalahan yang dihadapi oleh
Satker, sehingga dapat digambarkan kecenderungan-kecenderungan
permasalahan dan perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan oleh Satker.
E. TANTANGAN DAN ISU-ISU STRATEGIS TAHUN 2015
Dalam mewujudkan Tata Pemerintahan Yang Bersih dan Baik di Kemlu,
Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) dan Kesekjenan mendapat tantangan
untuk melaksanakan tugas-tugas baru sebagai amanah Peraturan Nasional yang
belum tercantum dalam Permenlu Nomor 07 Tahun 2011. Tugas-tugas baru
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 18
tersebut bertujuan untuk mempercepat upaya pencapaian tujuan Reformasi
Birokrasi di setiap Kementerian/Lembaga.
Terkait dengan hal tersebut, pada tahun 2015 Inspektorat Jenderal, dalam
hal ini Sekretariat Inspektorat Jenderal juga telah melakukan koordinasi dengan
instansi terkait di Kemlu dan non Kemlu untuk membangun berbagai infrastruktur
untuk mendorong percepatan Reformasi Birokrasi di Kemlu dan Perwakilan RI,
antara lain melalui Pembangunan Zona Integritas, Penanganan Whistleblowing
System dan Pengelolaan Pengaduan Masyarakat, Pelaporan Laporan Harta
Kekayaan Aparat Sipil Negara (LHKASN), Pengawasan Implementasi SPIP,
Penanganan Gratifikasi, Penanganan Benturan Kepentingan, melakukan Penilaian
Mandiri terhadap Pelaksanaan Reformasi Birokkrasi (PMPRB), serta menjadi
koordinator dalam melakukan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(AKIP) dan Reviu Laporan Kinerja (LKj) Kemlu. Disamping itu sebagai tindak lanjut
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 56 Tahun 2015, Sekretariat Inspektorat
Jenderal juga melakukan Penataan Penguatan Organisasi di Inspektorat Jenderal
dengan menyusun Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) yang baru dan
menyusun suatu rangkaian Bisnis Proses, keterkaitan hubungan kerja antara
Inspektorat Jenderal dengan berbagai Satuan Kerja lain terkait di Kemlu.
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 19
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. Renstra (Keterkaitan Antara Visi Misi Kementerian Luar Negeri dengan Visi Misi
Inspektorat Jenderal)Visi Itjen:
Terwujudnya Pengawasan
dan Pengendalian Intern
yang dilakukan secara
independen, objektif,
profesional, berintegritas,
dan akuntabel guna
mendukung keberhasilan
diplomasi untuk kepentingan rakyat
Misi Itjen:
1. Meningkatkan fungsi konsultasi, deteksi dini pada
pengawasan dan pengendalian intern;
2. Memperkuat implementasi penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di Kemlu;
3. Meningkatkan kualitas Audit Kinerja dalam
pengawasan dan pengendalian intern;
4. Meningkatkan kualitas pengawasan terhadap
sistem akuntabilitas kinerja dan pelaporan
pertanggungjawaban pengelolaan sumber daya
publik;
5. Memperkuat infrastruktur manajemen pengawasan
dan pengendalian intern.
Sasaran Strategis Itjen:
1. Meningkatnya akuntabilitas kinerja Satker yang
terencana, terukur, ekonomis, efektif & efisien;
2. Meningkatnya akuntabilitas pengelolaan anggaran dan
aset negara serta pencegahan dini terjadinya risiko
permasalahan;
3. Meningkatnya efektifitas kegiatan pengendalian untuk
memberikan keyakinan yang memadai bagi
akuntabilitas kinerja Satker;
4. Meningkatnya dukungan manajemen yang baik dalam
mendukung keberhasilan pengawasan intern di
lingkungan Kementerian Luar Negeri.
IKU Itjen:
1. Persentase Satuan Kerja Kemlu Pusat dan Perwakilan
yang memenuhi kriteria Standar Penilaian Audit Kinerja.;
2. Persentase Laporan Keuangan (LK) Satuan Kerja Kemlu
Pusat dan Perwakilan yang memenuhi Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP).
3. Nilai indeks akuntabilitas kinerja dan penganggaran
Satuan Kerja Kemlu Pusat dan Perwakilan yang
memenuhi unsur Sistem Pengendalian Intern.
4. Persentase peningkatan dukungan manajemen yang baik
dalam mendukung keberhasilan pengawasan intern Kemlu
Program Pengawasan dan
Peningkatan Akuntabilitas
Aparatur Kementerian Luar
Negeri
Rp. 24.891.900.000,-
Misi Kemlu:
1.Memperkuat peran dan
kepemimpinan Indonesia sebagai
Negara maritim dalam kerja sama
internasional untuk memajukan
kepentingan nasional;
2.Memantapkan Peran Kemenlu
sebagai penjuru pelaksana
hubungan luar negeri dengan
dukungan dan peran aktif seluruh
pemangku kepentingan nasional;
3.Mewujudkan kapasitas Kemenlu
dan Perwakilan RI yang mumpuni.
Visi Kemlu:
Terwujudnya Wibawa Diplomasi guna
Memperkuat Jati Diri Bangsa sebagai
Negara Maritim untuk Kepentingan
Rakyat
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 20
B. Perjanjian Kinerja Itjen 2015
Program : Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Luar
Negeri
Kegiatan : Pengawasan Perwakilan RI
Total Anggaran : Rp. 24.891.900.000,-
Perjanjian Kinerja Itjen TA 2015
Sasaran Strategis
Indikator Sasaran
Target
(1) (2) (3)
Meningkatnya
akuntabilitas kinerja
Satker yang terencana,
terukur, ekonomis, efektif
& efisien
Persentase Satuan Kerja Kemlu Pusat
dan Perwakilan yang memenuhi
kriteria Standar Penilaian Audit
Kinerja.
80%
Meningkatnya
akuntabilitas pengelolaan
anggaran dan aset negara
serta pencegahan dini
terjadinya risiko
permasalahan
Persentase Laporan Keuangan (LK)
Satuan Kerja Kemlu Pusat dan
Perwakilan yang memenuhi Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP).
90%
Meningkatnya efektifitas
kegiatan pengendalian
untuk memberikan
keyakinan yang memadai
bagi akuntabilitas kinerja
Satker
Nilai indeks akuntabilitas kinerja dan
penganggaran Satuan Kerja Kemlu
Pusat dan Perwakilan yang memenuhi
unsur Sistem Pengendalian Intern.
indeks 5
Meningkatnya dukungan
manajemen yang baik
dalam mendukung
keberhasilan pengawasan
intern di lingkungan
Kementerian Luar Negeri
Persentase peningkatan dukungan
manajemen yang baik dalam
mendukung keberhasilan pengawasan
intern Kemlu
85%
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 21
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. Gambaran Umum
encana pelaksanaan Program dan Kegiatan Inspektorat Jenderal tahun 2015
dituangkan melalui dokumen Arsitektur Dasar Informasi Kinerja (ADIK) 2015.
Setelah Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) disahkan, usulan kegiatan
maupun anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan Program dan Kegiatan
sebagaimana yang diusulkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2015.
Sesuai DIPA tahun 2015, Inspektorat Jenderal memperoleh alokasi anggaran sebesar
Rp. 24.891.900.000,-. Anggaran tersebut digunakan untuk membiayai pelaksanaan 1 program
dan 4 kegiatan berdasarkan Indikator Kinerja Utama Inspektorat Jenderal, serta 1 kegiatan
dukungan manajemen dan operasional perkantoran Inspektorat Jenderal.
Keberhasilan pencapaian visi dan misi serta pelaksanaan tugas dan fungsi
Inspektorat Jenderal, tidak terlepas dari faktor-faktor baik langsung maupun tidak
langsung, yang dapat mempengaruhi pelaksanaan kegiatan yang sudah direncanakan
sebelumnya. Faktor-faktor yang muncul sepanjang pelaksanaan Program dan Kegiatan
Inspektorat Jenderal, diantaranya adalah:
1. Diterbitkannya Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Kementerian Luar
Negeri dan Perwakilan RI sebagai implementasi dari Peraturan Pemerintah Nomor
60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di lingkungan
Kementerian/Lembaga.
2. Perubahan metode penganggaran pemerintah dari sistem item line budget menjadi
penganggaran dengan pendekatan berbasis kinerja, yang berfokus pada efisiensi
penyelenggaraan suatu aktivitas. Penganggaran dengan pendekatan kinerja yang
R
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 22
dikenal dengan istilah Anggaran Berbasis Kinerja (ABK) disusun dengan orientasi
output dan outcome. Sistem ini menitikberatkan pada segi penatalaksanaan sehingga
selain efisiensi penggunaan dana juga hasil kerjanya diperiksa. Tolok ukur
keberhasilan sistem anggaran ini adalah performance atau prestasi dari tujuan atau
hasil anggaran dengan menggunakan dana secara efisien sehingga akan terlihat
adanya keterkaitan antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan. ABK
juga mempengaruhi perkembangan pola audit Aparat Pengawas Inspektorat Jenderal,
yang semula berfokus pada Compliance Audit diperluas dengan Performance Audit.
3. Munculnya beberapa permasalahan yang memerlukan penanganan khusus.
Pelaksanaan tugas terkait dengan Audit Dengan Tujuan Tertentu tidak dapat
direncanakan sebelumnya, sehingga perlu diantisipasi ketersediaan anggaran agar
kegiatan tersebut dapat berjalan seiring dengan kegiatan lain yang telah
direncanakan.
4. Pertimbangan resiko audit melalui pemetaan obyek audit dan sinkronisasi jadwal
audit yang dilakukan oleh Aparat Pengawas Ekstern.
Dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengendalian pada tahun 2015,
Inspektorat Jenderal masih menghadapi beberapa kendala diantaranya:
1. Jumlah SDM di Inspektorat Jenderal yang fluktuatif, dimana saat ini dapat dilihat
bahwa di awal tahun 2015 terdapat penambahan beberapa PDLN baru di lingkungan
Itjen yang berasal dari staf yang telah menyelesaikan penempatan. Namun di
pertengahan tahun terdapat pengurangan jumlah staf PDLN di lingkungan Itjen,
terutama karena adanya mutasi staf yang ditempatkan ke luar negeri dan
menjalankan tugas belajar. Fluktuatif (pengurangan) SDM mengakibatkan jumlah
pegawai yang menguasai permasalahan menjadi terbatas, dan mutasi SDM
mengharuskan pegawai mempelajari tugas pokok dan fungsi yang baru, sehingga
memerlukan waktu untuk penyesuaian guna menjamin program kerja yang telah
disusun ditahun berjalan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana di awal tahun,
yang tercermin dalam dokumen Perjanjian Kinerja tahun anggaran 2015.
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 23
Gambaran perbandingan komposisi SDM di Inspektorat Jenderal antara Januari 2015
dengan Desember 2015 adalah sebagai berikut:
Keterangan :
1) Jumlah Pegawai Honorer Itjen pada bulan November / Desember 2014 adalah 6 (enam) orang diluar jumlah pegawai diatas. 2) Terdapat pegawai yang menjalankan cuti di luar tanggungan Negara yaitu : Sdr. Helmi Hamzah (per 1 februari 2013), Sdr. Simon H. Hutasoit (per 1 Juli 2013) dan Sdri.
Dayana Pratiwi (per 1 Juli 2014)
2. Tanggapan dan tindak lanjut dari satker terkait yang seringkali kurang cepat.
3. Dengan adanya tugas tambahan yang mendesak di Sekretariat Inspektorat Jenderal
mengakibatkan seringnya pelaksana kegiatan terlambat dalam menyusun TOR dan
RAB.
4. Kurangnya keakurasian data dan frekuensi pertemuan dengan BPKP yang
mengakibatkan lambatnya progress tindak lanjut temuan BPKP.
5. Dari segi perencanaan, masih terdapat beberapa kegiatan yang tidak dilaksanakan
sesuai waktu yang direncanakan karena overlapping dengan jadwal pelaksanaan
kegiatan lainnya.
N
o
Unit Jumlah Seluruh
SDM
Struktural Auditor Fungsional Diplomat BPKRT Staf Magang
(PDK dan BPKRT)
Staf PDDN (selain
Auditor)
Mutasi (ke luar
negeri)
Tugas Belajar
Jan Des Jan Des Jan Des Jan Des Jan Des Jan Des Jan Des Jan Des Jan Des
1
Set. Itjen
57 50 19 20 0 0 9 4 8 9 0 0 19 18 0 9 2 3
2
Itwil I 10 12 1 1 6 7 2 2 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
3
Itwil II 13 12 1 1 8 8 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0
4
Itwil III 10 11 1 1 6 6 2 2 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0
5
Itwil IV
12 12 1 1 8 7 1 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
Total
102 97 23 24 28 28 16 11 11 13 0 0 19 18 0 10 3 3
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 24
Sebagai upaya mengatasi kendala, Inspektorat Jenderal telah melakukan langkah-
langkah penanganan kendala, sebagai berikut:
1. Jumlah SDM yang berkurang diatasi dengan memberdayakan seluruh SDM yang ada
semaksimal mungkin dan meningkatkan SDM yang berkualitas dengan berbagai
kegiatan Program Pengembangan Mandiri (PPM) antara lain : Bimbingan Teknis,
FGD, pelatihan auditor, sosialisasi, dan lainnya.
2. Perlunya penetapan formasi jabatan fungsional auditor yang dimaksudkan untuk
mendapatkan jumlah dan susunan jabatan fungsional auditor Pegawai Negeri Sipil
sesuai dengan beban kerja yang dapat dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu
secara profesional serta memungkinkan pencapaian jumlah angka kredit yang
ditentukan untuk kenaikan pangkat.
3. Evaluasi dan Uraian Pelaksanaan Tugas telah dimiliki oleh pegawai Inspektorat
Jenderal, namun masih diperlukan penjabaran secara lebih lengkap dan terperinci
atas uraian tugas tersebut.
4. Perlunya kesadaran masing-masing pegawai untuk melaksanakan dan menyelesaikan
tugasnya masing-masing serta supervisi yang memadai dari para atasan langsung
dalam penyelesaian tugas-tugas pegawai.
5. Peningkatan koordinasi dengan satker terkait sehingga tanggapan maupun tindak
lanjut dari satker terkait dapat lebih cepat diterima maupun dilaksanakan.
6. Terkait dengan penghematan anggaran, dilaksanakan penyesuaian atas pelaksanaan
kegiatan sehingga kegiatan tetap dapat terlaksana. Beberapa penyesuaian yang
dilaksanakan antara lain dengan mengurangi kegiatan pertemuan di hotel dan dalam
pelaksanaan PKPT luar negeri dilakukan pengurangan jumlah perwakilan dan hari
kerja pelaksanaan.
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 25
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam rangka peningkatan kinerja Itjen:
1. Tertib pendokumentasian/pengarsipan atas dokumen-dokumen pelaksanaan
kegiatan sebagai bukti capaian kinerja Sekretariat Inspektorat Jenderal perlu
ditingkatkan.
2. Mengingat keterbatasan jumlah SDM dan proyeksi mutasi pegawai pada Sekretariat
Inspektorat Jenderal, perlu dilakukan sharing knowledge secara berkesinambungan
dan penempatan staf yang disesuaikan dengan pemetaan jabatan yang ditetapkan
oleh Kemen PAN & RB.
3. Tertib kerja perlu dievaluasi dengan baik setiap saat sehingga setiap staf dapat lebih
kompeten dan produktif.
4. Masih dibutuhkan pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan SDM Itjen,
sebagaimana telah dilaksanakan pada TA 2015. Hal ini diperlukan mengingat makin
meningkatnya tantangan yang dihadapi Itjen.
5. Penajaman pelaksanaan Kegiatan masih perlu ditingkatkan dalam hal pembuatan
laporan analisa permasalahan Satuan kerja sehingga dapat digambarkan
kecenderungan-kecenderungan permasalahan dan perbaikan-perbaikan yang telah
tercapai di Satuan kerja.
6. Perlu dibentuk forum diskusi mengenai temuan audit sehingga dapat tercipta
persamaan presepsi dalam menafsirkan suatu aturan.
7. Produk-produk Early Warning yang dikeluarkan Inspektorat Jenderal perlu
disosialisasikan kepada Satuan Kerja dan Pemeriksa Eksternal.
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 26
B. Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2015
NO SASARAN ESELON I
IKU ESELON I INFORMASI
KINERJA JUMLAH %
DATA DUKUNG
1 Meningkatnya akuntabilitas kinerja Satker yang terencana, terukur, ekonomis, efektif & efisien.
Persentase
Satuan Kerja
Kemlu Pusat
dan Perwakilan
yang
memenuhi
kriteria
Standar
Penilaian Audit
Kinerja.
Jumlah
Satker yang
memenuhi
kriteria
Standar
Penilaian
Audit
Kinerja
dengan
Kategori
Baik
20 80% Kertas kerja indeks
penilaian akuntabilitas tata
kelola sumber daya publik
Laporan Hasil Audit
Laporan APIP Itjen
Jumlah Satker yang diaudit
25
2 Meningkatnya akuntabilitas pengelolaan anggaran dan aset negara serta pencegahan dini terjadinya risiko permasalahan.
Persentase
Laporan
Keuangan (LK)
Satuan Kerja
Kemlu Pusat
dan Perwakilan
yang
memenuhi
Standar
Akuntansi
Pemerintahan
(SAP).
Jumlah LK
yang
memenuhi
SAP
40 100%
Laporan Rekonsiliasi
SAKPA-SIMAK BMN
Laporan Hasil Reviu
Jumlah LK yang direviu
40
3 Meningkatnya efektifitas kegiatan pengendalian untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi akuntabilitas kinerja Satker.
Nilai indeks
akuntabilitas
kinerja dan
penganggaran
Satuan Kerja
Kemlu Pusat
dan Perwakilan
yang
memenuhi
unsur Sistem
Pengendalian
Intern
Indeksasi
dari setiap
pelaksanaan
komponen
kegiatan.
Indeks 7 140% Kertas Kerja Penilaian
SPIP
Laporan Hasil Audit
Laporan Hasil Audit SPIP
BPKP
Indeks 5
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 27
NO SASARAN ESELON I
IKU ESELON I INFORMASI KINERJA
JUMLAH % DATA DUKUNG
4 Meningkatnya
dukungan
manajemen
yang baik
dalam
mendukung
keberhasilan
pengawasan
intern di
lingkungan
Kementerian
Luar Negeri.
Persentase
peningkatan
dukungan
manajemen
yang baik
dalam
mendukung
keberhasilan
pengawasan
intern Kemlu
Prosentase
(Indeks)
kualitas
dukungan
manajemen
92,93%
(indeks 8)
109,32 • Laporan
Pelaksanaan SPIP
• Laporan Realisasi
Anggaran
• Dokumen SAKIP
Itjen
• Renstra Itjen
• Laporan Monev,
PKK dan Renaksi
Itjen
• Laporan Tindak
Lanjut Hasil Audit
• Laporan Kunjungan
Pengawasan dan
Pengendalian Irjen
• Laporan Kunjungan
Pengawasan dan
Pengendalian
Sesitjen
• Laporan BMN
• Laporan
Pelaksanaan
Evaluasi AKIP
85%
(indeks 7)
C. Analisis Pencapaian Sasaran
Tahun 2015 memiliki arti strategis bagi Inspektorat Jenderal dalam upaya
mendorong penguatan organisasi Kementerian Luar Negeri yang profesional dan
bersih dalam rangka mendukung tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih.
Pada periode tersebut, selain tugas-tugas rutin di bidang pengawasan dan
pengendalian, Inspektorat Jenderal mendapat tugas-tugas strategis antara lain
memulai penerapan evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) di
lingkungan Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia,
koordinator penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan
penguatan intensitas pengawasan/ pengendalian terhadap upaya Kementerian
untuk mempertahankan status Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan
Keuangan Kementerian. Arti strategis periode tersebut juga mendapat kualifikasi
tambahan berupa kewajiban untuk menjalankan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 28
2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi. Keberhasilan melaksanakan
tugas-tugas strategis tersebut dengan baik sangat ditentukan oleh kinerja
Inspektorat Jenderal sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP).
Peraturan Menteri Luar Negeri No. 02 tahun 2013 tentang Pedoman Pengawasan
Intern Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia telah
dikeluarkan sebagai salah satu landasan untuk memperkuat upaya pengawasan dan
pengendalian intern terutama dalam rangka pencegahan dan pemberantasan
korupsi di Kementerian Luar Negeri.
Keberhasilan tugas-tugas strategis tersebut merupakan implementasi dari tugas
dan fungsi Inspektorat Jenderal sebagai pengawas internal dengan paradigma baru
yang berorientasi kepada perbaikan satuan kerja (sistem manajemen kinerja dan
anggaran) dengan prinsip-prinsip kemitraan dan konsultasi untuk mencegah
masalah.
Sejalan dengan upaya pencapaian nilai, prinsip, tugas, dan sasaran di atas,
Inspektorat Jenderal juga melihat keperluan untuk terus meningkatkan kualitas
pengawasan internal, antara lain melalui evaluasi rutin terhadap kinerja Sekretariat
Inspektorat Jenderal guna tercapainya penguatan organisasi dan kelembagaan, tata
laksana kerja (proses bisnis), dan kompetensi SDM.
Dalam rangka pencapaian Visi dan Misi di bidang pengawasan, Inspektorat
Jenderal telah menetapkan sasaran yang akan dicapai, yaitu:
1. Meningkatnya akuntabilitas kinerja Satker yang terencana, terukur, ekonomis,
efektif & efisien.
2. Meningkatnya akuntabilitas pengelolaan anggaran dan aset negara serta
pencegahan dini terjadinya risiko permasalahan.
3. Meningkatnya efektifitas kegiatan pengendalian untuk memberikan keyakinan
yang memadai bagi akuntabilitas kinerja Satker.
4. Meningkatnya dukungan manajemen yang baik dalam mendukung keberhasilan
pengawasan intern di lingkungan Kementerian Luar Negeri.
Pencapaian sasaran tersebut diimplementasikan melalui pelaksanaan kegiatan
pengawasan dan pengendalian yang terdiri dari audit kinerja dalam negeri, audit
kinerja luar negeri, koordinasi pengawasan dengan satuan kerja di lingkungan
Kementerian Luar Negeri dan instansi terkait, serta rekomendasi pengawasan dan
kegiatan penunjang lainnya. Capaian sasaran di atas diukur sebagai berikut:
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 29
c.1. Sasaran Strategis I
Capaian sasaran strategis “Meningkatnya akuntabilitas kinerja Satker yang
terencana, terukur, ekonomis, efektif & efisien’’ ditandai dengan IKU yaitu:
Persentase Satuan Kerja Kemlu Pusat dan Perwakilan yang memenuhi kriteria
Standar Penilaian Audit Kinerja.
IKU tersebut diperoleh dengan formulasi pengukuran:
(Jumlah Satker yang memenuhi kriteria Standar Penilaian Audit Kinerja dengan
Kategori Baik / Jumlah Satker yang diaudit) x 100%
Capaian sasaran strategis I berdasarkan hasil perhitungan dari indikator kinerja utama sebagaimana tabel dibawah ini:
Analisa IKU I
Sepanjang tahun 2015, dalam hal capaian IKU-1 yaitu Persentase Satuan Kerja Kemlu
Pusat dan Perwakilan yang memenuhi kriteria Standar Penilaian Audit Kinerja, Inspektorat Jenderal mencatat bahwa dari target 25 jumlah Satker yang diadit, sebanyak 20 Satker telah memenuhi kriteria standar penilaian audit kinerja dengan kategori Baik. Dengan demikian, capaian untuk IKU tersebut adalah sebesar 80% sebagaimana tabel di bawah ini:
IKU ESELON II INFORMASI KINERJA JUMLAH %
IKU 1 Persentase Satuan Kerja Kemlu Pusat dan Perwakilan yang memenuhi kriteria Standar Penilaian Audit Kinerja.
Jumlah Satker yang memenuhi kriteria Standar Penilaian Audit Kinerja dengan Kategori Baik.
20
80% Jumlah Satker yang diaudit
25
No Indikator Kinerja Utama (IKU)
Tahun 2015
Target (%)
Realisasi (%)
Capaian (%)
1.
Persentase Satuan Kerja Kemlu Pusat dan Perwakilan yang memenuhi kriteria Standar Penilaian Audit Kinerja.
80
80
100%
Capaian Rata-rata IKU
100%
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 30
c.2. Sasaran Strategis II Capaian sasaran strategis “Meningkatnya akuntabilitas pengelolaan anggaran dan aset
negara serta pencegahan dini terjadinya risiko permasalahan ” ditandai dengan IKU
yaitu:
Persentase Laporan Keuangan (LK) yang memenuhi Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP).
IKU tersebut diperoleh dengan formulasi pengukuran:
(Jumlah LK yang memenuhi SAP / Jumlah LK yang direviu) x 100%
Capaian sasaran strategis II berdasarkan hasil perhitungan dari indikator kinerja utama sebagaimana tabel dibawah ini:
Analisa IKU II
Sepanjang tahun 2015, dalam hal capaian IKU-2 Persentase Laporan Keuangan (LK) yang memenuhi Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), Inspektorat Jenderal mencatat bahwa dari target 40 Jumlah LK yang direviu, sebanyak 40 LK telah memenuhi SAP, sebagaimana digambarkan pada tabel di bawah ini:
IKU ESELON II INFORMASI KINERJA JUMLAH %
IKU 2 Persentase Laporan Keuangan (LK) yang memenuhi Standar Akuntansi Pemerintahan
Jumlah LK yang memenuhi SAP
40
100%
Jumlah LK yang direviu 40
No Indikator Kinerja Utama (IKU)
Tahun 2015
Target (%)
Realisasi (%)
Capaian (%)
1.
Persentase Laporan Keuangan (LK) yang
memenuhi Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP).
90
100
111,11
Capaian Rata-rata IKU
111,11%
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 31
(SAP).
c.3. Sasaran Strategis III Capaian sasaran strategis “Meningkatnya efektifitas kegiatan pengendalian untuk
memberikan keyakinan yang memadai bagi akuntabilitas kinerja Satker”, ditandai dengan
IKU yaitu:
Nilai indeks akuntabilitas kinerja dan penganggaran Satuan Kerja yang memenuhi unsur
Sistem Pengendalian Intern.
IKU tersebut diperoleh dengan formulasi pengukuran:
Indeksasi dari setiap pelaksanaan komponen kegiatan.
Nilai Indeks akuntabilitas kinerja dan penganggaran Satuan Kerja diukur dengan pembagian 3 (tiga) komponen kegiatan yakni:
a. Evaluasi AKIP
b. Review RKA-KL
c. Penilaian SPIP
Capaian sasaran 3 berdasarkan hasil perhitungan dari indikator kinerja utama sebagaimana tabel dibawah ini:
No Indikator Kinerja Utama (IKU)
Tahun 2015
Target (%)
Realisasi (%)
Capaian (%)
1.
Nilai indeks akuntabilitas kinerja dan
penganggaran Satuan Kerja yang
memenuhi unsur Sistem Pengendalian
Intern.
Indeks 5
Indeks 8
140
Capaian Rata-rata IKU
140%
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 32
Analisa IKU III
Sepanjang tahun 2015, dalam hal capaian IKU 3 yaitu Nilai indeks akuntabilitas
kinerja dan penganggaran Satuan Kerja yang memenuhi unsur Sistem Pengendalian Intern,
Inspektorat Jenderal mencatat bahwa dari Indeksasi dari setiap pelaksanaan komponen
kegiatan dengan target nilai indeks 5, tercatat capaian kinerja mencapai indeks 7. Dengan
demikian, capaian untuk IKU tersebut adalah sebesar 140 % sebagaimana tabel di bawah
ini:
IKU ESELON II INFORMASI KINERJA JUMLAH %
IKU 3
Nilai indeks
akuntabilitas
kinerja dan
penganggaran
Satuan Kerja
yang memenuhi
unsur Sistem
Pengendalian
Intern.
Realisasi Indeksasi dari setiap pelaksanaan komponen kegiatan.
7
140%
Target Indeksasi dari setiap pelaksanaan komponen kegiatan.
5
c.4. Sasaran Strategis IV Capaian sasaran strategis “Meningkatnya dukungan manajemen yang baik dalam
mendukung keberhasilan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Luar Negeri”,
ditandai dengan IKU yaitu:
Persentase peningkatan dukungan manajemen yang baik dalam mendukung
keberhasilan pengawasan intern Kemlu
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 33
IKU tersebut diperoleh dengan formulasi pengukuran:
Prosentase (Indeks) kualitas dukungan manajemen
Capaian sasaran 4 berdasarkan hasil perhitungan dari indikator kinerja utama sebagaimana tabel dibawah ini:
Analisa IKU IV
Sepanjang tahun 2015, dalam hal capaian IKU 4 yaitu Persentase peningkatan
dukungan manajemen yang baik dalam mendukung keberhasilan pengawasan intern
Kemlu, Inspektorat Jenderal mencatat bahwa dari target 85%, tercatat capaian kinerja
mencapai 92,93%. Dengan demikian, capaian untuk IKU tersebut adalah sebesar 109,32 %
sebagaimana tabel di bawah ini:
IKU ESELON II INFORMASI KINERJA JUMLAH %
IKU 4 Persentase peningkatan dukungan manajemen yang baik dalam mendukung keberhasilan pengawasan intern Kemlu.
Realisasi Prosentase (Indeks)
kualitas dukungan manajemen
92,93%
109,32%
Target Prosentase (Indeks)
kualitas dukungan manajemen
85%
No Indikator Kinerja Utama (IKU)
Tahun 2015
Target (%)
Realisasi (%)
Capaian (%)
1.
Persentase peningkatan dukungan
manajemen yang baik dalam mendukung
keberhasilan pengawasan intern Kemlu
85%
(Indeks 7)
92,93%
(Indeks 8)
109,32
Capaian Rata-rata IKU
109,32%
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 34
Dari analisa pencapaian Sasaran I, II, III dan IV, maka secara rata-rata capaian Sasaran Inspektorat Jenderal adalah sebesar 115,11% dapat diuraikan sebagai berikut:
D. Akuntabilitas Keuangan Tahun 2015
Sesuai DIPA TA 2015, alokasi pagu anggaran Inspektorat Jenderal sebesar Rp.
24.891.900.000,-. Realisasi anggaran Inspektorat Jenderal per 31 Desember 2015
adalah sebagai berikut :
No Sasaran
Tahun 2015
Capaian (%)
1. Meningkatnya akuntabilitas kinerja Satker yang terencana, terukur, ekonomis, efektif & efisien.
100%
2. Meningkatnya akuntabilitas pengelolaan anggaran dan aset negara serta pencegahan dini terjadinya risiko permasalahan.
111,11%
3. Meningkatnya efektifitas kegiatan pengendalian untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi akuntabilitas kinerja Satker.
140%
4. Meningkatnya dukungan manajemen yang baik
dalam mendukung keberhasilan pengawasan
intern di lingkungan Kementerian Luar Negeri.
109,32%
Capaian Rata-rata
115,11%
No Uraian IKU Pagu
(Rupiah)
Realisasi
(Rupiah)
%
Realisasi
1. Pengawasan
Perwakilan
RI wilayah
Asia dan
Kemlu I
1. Persentase satuan kerja di Inspektorat Wilayah I yang memenuhi kriteria Standar Penilaian Audit Kinerja.
2. Persentase Laporan
1.144.871.000 1.141.640.774 99,72 %
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 35
Keuangan (LK) Satuan Kerja yang memenuhi Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) di wilayah kerja Inspektorat Wilayah I.
3. Persentase kepuasan Satuan Kerja atas pelaksanaan konsultasi, pendampingan dan koordinasi oleh Inspektorat Wilayah I.
4. Nilai indeks akuntabilitas kinerja dan penganggaran Satuan Kerja di Wilayah I yang memenuhi unsur Sistem Pengendalian Intern.
2. Pengawasan
Perwakilan
RI wilayah
Eropa dan
Kemlu II
1. Persentase
Satuan Kerja di
wilayah kerja
Inspektorat
Wilayah II yang
memenuhi
kriteria
Standar
Penilaian Audit
Kinerja.
2. Persentase
Laporan
Keuangan (LK)
Satuan Kerja di
1.413.567.000 1.404.159.437
99,33 %
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 36
wilayah kerja
Inspektorat
Wilayah II yang
memenuhi
Standar
Akuntansi
Pemerintahan
(SAP)
3. Persentase
kepuasan
Satuan Kerja
atas
pelaksanaan
konsultasi,
pendampingan
dan koordinasi
oleh
Inspektorat
Wilayah II.
4. Nilai indeks
akuntabilitas
kinerja dan
penganggaran
Satuan Kerja di
wilayah kerja
Inspektorat
Wilayah II yang
memenuhi
unsur Sistem
Pengendalian
Intern.
3. Pengawasan
Perwakilan
RI wilayah
Afrika-Timur
Tengah dan
Kemlu III
1. Persentase
Satker yang
memenuhi
kriteria
Standar
Penilaian Audit
Kinerja.
2. Persentase
Laporan
1.311.979.000 1.245.656.843
94,94 %
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 37
Keuangan (LK)
Satker yang
memenuhi
Standar
Akuntansi
Pemerintahan
(SAP) di
wilayah kerja.
3. Persentase
kepuasan
Satuan Kerja
atas
pelaksanaan
konsultasi dan
pendampingan
Inspektorat
Wilayah III.
4. Nilai indeks
akuntabilitas
kinerja dan
penganggaran
Satuan Kerja
yang
memenuhi
unsur Sistem
Pengendalian
Intern.
4. Pengawasan
Perwakilan
RI wilayah
Amerika-
Pasifik dan
Kemlu IV
1. Persentase
Satuan Kerja
yang
memenuhi
kriteria/standa
r penilaian
Audit Kinerja
dengan
Kategori 'Baik'
di wilayah
kerja
Inspektorat
Wilayah IV
1.496.042.000 1.384.000.814
92,51 %
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 38
2. Persentase
Laporan
Keuangan (LK)
Satuan Kerja
yang
memenuhi
Standar
Akuntansi
Pemerintahan
(SAP) di
wilayah kerja
Inspektorat
Wilayah IV.
3. Persentase
kepuasan
Satuan Kerja
atas
pelaksanaan
konsultasi,
pendampingan
dan koordinasi
oleh
Inspektorat
Wilayah IV.
4. Nilai indeks
akuntabilitas
kinerja dan
penganggaran
Satuan Kerja
yang
memenuhi
unsur Sistem
Pengendalian
Intern.
5. Dukungan
Manajemen
dan
Dukungan
Teknis
lainnya Itjen
1. Persentase laporan analisis temuan dan tindak lanjut yang dapat dimanfaatkan stakeholders
19.525.441.000 17.566.478.380 89,97 %
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 39
E. Perbandingan Realisasi Anggaran dan Capaian Kinerja 2015 dengan 2014
1. Perbandingan Realisasi Anggaran 2015 dan 2014
Dari segi akuntabilitas anggaran, pada tahun 2014 penyerapan anggaran Inspektorat Jenderal mencapai Rp. 24.396.109.217,00 atau 101,09% dari pagu Rp. 24.131.962.000,00. Sedangkan pada tahun 2015, penyerapan anggaran Inspektorat Jenderal mencapai Rp. 22.741.936.248,00 atau 91,36% dari pagu DIPA 2015 sebesar Rp. 24.891.900.000,00. Pada tahun 2015 terdapat perubahan Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Inspektorat Jenderal. Dengan demikian, maka perbandingan realisasi anggaran antara tahun 2015 dan 2014 hanya dilakukan untuk total realisasi anggaran saja, bukan berdasarkan IKU masing-masing Sasaran Strategis.
Kemlu terkait.
2. Persentase
APIP Itjen yang
memiliki
kompetensi
"Baik".
3. Persentase
peningkatan
akuntabilitas
kinerja dan
anggaran.
4. Persentase
pemenuhan
kebutuhan
sarana dan
prasarana
Inspektorat
Jenderal.
T o t a l
24.891.900.000
22.741.936.248
91,36 %
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 40
Penurunan Realisasi Anggaran pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2014 antara lain disebabkan oleh tidak terserapnya anggaran belanja pegawai secara optimal karena persetujuan kenaikan tunjangan kinerja tidak sebesar yang direncanakan seperti pada awal tahun 2015.
2. Perbandingan Realisasi Kinerja 2015 dan 2014
Pada tahun 2015 terdapat perubahan Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Inspektorat Jenderal. Dengan demikian, maka perbandingan realisasi kinerja antara tahun 2015 dan 2014 hanya dilakukan untuk total realisasi kinerja saja, bukan berdasarkan IKU masing-masing Sasaran Strategis.
Dari segi capaian kinerja, secara umum terdapat peningkatan capaian kinerja pada tahun 2015 dibandingkan dengan tahun 2014, dengan rincian sebagai berikut:
Meningkatnya realisasi capaian kinerja pada tahun 2015 disebabkan karena beberapa faktor, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Meningkatnya pelaksanaan kegiatan-kegiatan review penyusunan laporan keuangan, RKA-KL dan Anggaran Belanja Tambahan (ABT), evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP);
b. Meningkatnya kegiatan pendampingan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan Satker;
c. Meningkatnya kegiatan pengendalian dan pengawasan kinerja pada Satker Pusat maupun Satker Perwakilan .
Tahun 2015
Tahun 2014
Naik / Turun
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % %
24.891.900.000,00 22.741.936.248,00 91,36% 24.131.962.000,00 24.396.109.217,00 101,09%
Turun 9,73%
Prosentase Realisasi Kinerja
Tahun 2015
Tahun 2014
Naik/Turun
115,11% 96,22% Naik 18,89%
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 41
F. Uraian Umum Capaian Kinerja
Pelaksanaan kinerja Inspektorat Jenderal pada tahun 2015 dapat digambarkan antara lain sebagai berikut:
1) Rekonsiliasi SAIBA-SIMAK
Inspektorat Jenderal telah melakukan kegiatan Rekonsiliasi SAIBA-SIMAK dari
tanggal 24 s/d 26 Juli 2015 dalam rangka penyusunan LK Kemlu TA 2014 bertempat
di gedung Carakaloka Jakarta.
2) Pelaksanaan pendampingan dan penyusunan Laporan Keuangan
Pelaksanaan pendampingan dan penyusunan Laporan Keuangan tingkat
Kementerian serta Reviu Laporan Keuangan Perwakilan RI pada tanggal 27 – 31 Juli
2015 di Gedung Carakaloka Jakarta.
3) Reviu Laporan Keuangan Kemlu
Melakukan Reviu Laporan Keuangan Kemlu Semester I Tahun Anggaran 2015
bertempat di Ruang Rapat Auditorium Pusdiklat Senayan Jakarta pada tanggal 3 – 7
Agustus 2015.
4) Kegiatan Pendampingan Lainnya
Kegiatan pendampingan lainnya meliputi konsultasi, pendampingan, dan
koordinasi internal (antar Satker Kemlu terkait) dan koordinasi eksternal (instansi
terkait di luar Kemlu) untuk kegiatan/penyelesaian kasus TP/TGR, Koordinasi
Penyelesaian Tindak Lanjut, Koordinasi Data Kasus, Kegiatan Melopen dan
Koordinasi hasil temuan audit dengan BPK, BPKP, Kejaksaan Agung serta
Kementerian Instansi Terkait.
5) Pendampingan Pelaksanaan SPIP
Pendampingan terhadap pelaksanaan SPIP Satker, dimana di dalamnya termasuk
Melakukan kegiatan Monitoring SPM/SP2D, data kasus, dan PNBP.
6) Verifikasi Anggaran Belanja Tambahan (ABT)
Melakukan verivikasi Anggaran Belanja Tambahan (ABT) Pajak Penghasilan Home
Staff Perwakilan, ABT Tunggakan Belanja Modal Gedung dan Bangunan, Selisih Kurs
dan PPh 21 untuk Perwakilan RI, ABT Belanja Modal Perwakilan, ABT Belanja
Pegawai Perwakilan, Tunjangan Kinerja Pegawai Kemlu, serta verifikasi
penggantian biaya perlindungan WNI/BHI.
7) Reviu Revisi Anggaran Perwakilan RI
Kegiatan Reviu Revisi Anggaran Perwakilan RI merupakan kegiatan yang dilakukan
sebagai rangkaian perencanaan anggaran dan kinerja yang akuntabel.
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 42
8) Evaluasi AKIP
Evaluasi atas dokumen SAKIP Satker Pusat dan Perwakilan RI yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas Laporan Pertanggungjawaban Kinerja dan Penggunaan
APBN serta untuk memperbaiki nilai AKIP Kemlu secara keseluruhan yang pada
tahun ini naik menjadi “BB” dari “B”.
9) Evaluasi RKAKL
Evaluasi atas RKAKL Satker Pusat dan Perwakilan dilakukan sebagai bentuk
pendampingan Inspektorat Jenderal dari tahap perencanaan hingga
pertanggungjawaban. Reviu RKAKL
10) Rekapitulasi Tindak Lanjut Hasil Temuan BPK
Sesuai dengan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, setiap Kementerian/Lembaga wajib menindaklanjuti
hasil pemeriksaan BPK. Dalam kaitan ini, Sekretariat Inspektorat Jenderal sesuai dengan
tugas dan fungsinya telah melakukan tindak lanjut hasil temuan BPK Tahun 2015 baik
terhadap Laporan Keuangan maupun pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Dengan Tujuan
Tertentu (PDTT) BPK pada Perwakilan RI di Luar Negeri.
Berikut matriks rekapitulasi tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK pada Kementerian
Luar Negeri (Data per Juli 2015) :
Tahun Temuan Rekomendasi
Hasil Pemantauan Tindak Lanjut
Sesuai dengan Rekomendasi
Dalam Proses Tindak Lanjut
Belum Ditindak Lanjuti
Tidak Dapat Ditindaklanjuti dengan alasan
yang sah
2006 62 72 64 8 - -
2007 253 303 234 56 13 -
2008 188 229 197 26 5 1
2009 112 145 132 9 4 -
2010 104 145 128 13 4 -
2011 155 230 183 28 18 1
2012 160 269 154 49 66 -
2013 89 148 65 20 63 -
2014 72 122 20 14 88 -
2015 21 46 18 9 19 -
Total 1,216 1709 1,195 232 280 2
11) Rekonsiliasi Tindak Lanjut Temuan Inspektorat Jenderal
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 43
Kegiatan Rekonsilisi Tindak Lanjut Temuan Inspektorat Jenderal merupakan
kegiatan rutin Sekretariat Inspektorat Jenderal per triwulan. Sehubungan dengan
efisiensi dan adanya prioritas kegiatan, Rekonsiliasi Tindak Lanjut Temuan
Inspektorat Jenderal TA 2015 dilaksanakan sebanyak 3 kali.
Berdasarkan Rekonsiliasi Triwulan IV TA 2015, tercatat jumlah temuan hasil audit
Inspektorat Jenderal mencapai 1987 temuan dengan 2172 rekomendasi. Dari
jumlah tersebut, 76,63% (1664,5 rekomendasi) telah selesai ditindaklanjuti oleh
Satuan Kerja Pusat dan Perwakilan RI terkait. Sementara 6,93% (150,5
rekomendasi) masih dalam proses tindak lanjut dan 16,44% (357 rekomendasi)
belum ditindaklanjuti.
12) Rekonsiliasi TP/TGR
Kegiatan tersebut merupakan kegiatan rutin per triwulan, yang melibatkan Biro
Keuangan dan Inspektorat Jenderal. Penyelesaian TP/TGR dilaksanakan
berdasarkan Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 01 Tahun 2013 tentang Tata
Kerja Tim Penyelesaian Kerugian Negara (TPKN).
Dari hasil penelahaan nilai kerugian negara pada Kementerian Luar Negeri,
diketahui nilai jumlah kasus TP/TGR per 30 September 2015 sebanyak 1493 kasus
dengan rincian:
a. 13 kasus telah diterbitkan SK Pembebasan oleh TPKN,
b. 1318 kasus TP/TGR telah lunas dengan ekuivalen seluruh kasus dalam rupiah
sebesar Rp.32.813.496.084,04. Terhadap kasus-kasus tersebut, sebanyak 1262
kasus TGR lunas telah diusulkan untuk dibuatkan SK Pembebanan dan SK
Pelunasan, dan sebanyak 20 kasus TGR lunas lainnya akan diusulkan untuk
dibuatkan SK Pembebanan dan SK Pelunasan.
c. 14 kasus kerugian negara (2 kasus di antaranya) telah diputuskan dengan
kekuatan hukum tetap (inkracht) dan telah dilimpahkan ke KPKNL dengan
ekuivalen seluruhnya dalam rupiah sebesar RP.37.165.416,03.
d. 148 kasus kerugian negara yang masih proses dengan ekuivalen seluruhnya
dalam rupiah sebesar Rp.5.335.269.430,26. Dari kasus yang masih dalam proses
tersebut sebanyak 22 kasus telah memenuhi syarat untuk direkomendasikan
agar dilimpahkan ke KPKNL.
13) Pemutakhiran Data Kasus
Kegiatan Rekonsilisi Tindak Lanjut Temuan Inspektorat Jenderal merupakan kegiatan rutin Sekretariat Inspektorat Jenderal per semester.
Berdasarkan pemutakhiran semester II TA 2015 (September), total kasus yang
tercatat hingga Januari 2015 adalah 138 kasus, namun setelah dilakukan
pembahasan kasus hingga 29 September 2015 menjadi 94 kasus. Berkurangnya
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 44
jumlah kasus tersebut antara lain disebabkan: telah dikeluarkannya penetapan
status kepegawaian Ybs dan telah selesainya pelunasan kerugian negara melalui
mekanisme TP/TGR. Kegiatan Pemutakhiran juga menghasilkan rekomendasi
adanya SOP untuk diajukan sebagai acuan dan telah disampaikan melalui Nota
Dinas Kepala Bagian LAPAN II No. 002/IJ/LAPAN II/II/2015 tanggal 2 Februari
2015. Selain itu, Inspektorat Jenderal bekerja sama dengan Pusat Komunikasi telah
mengembangkan database Data Kasus yang terintegrasi dengan harapan dapat
menunjang penyediaan informasi yang lebih aktualm cepat, komprehensif, namun
aman dan terjaga kerahasiaannya.
14) FGD Data Kasus
Pada tanggal 15-17 Oktober 2015, Inspektorat Jenderal telah menyelenggarakan
FGD mengenai Data Hasil Pengawasan di bidang keuangan, aset / BMN,
kepegawaian. FGD Dipimpin oleh Plt. Inspektur Jenderal dengan menghadirkan 2
(dua) orang Narasumber, yaitu Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri
(Kemlu) dan Duta Besar M. Ibnu Said. FGD dihadiri oleh Kepala Biro Kepegawaian,
Kepala Biro Keuangan, Direktur Hukum, dan Wakil dari Biro Perlengkapan, serta
seluruh Inspektur Wilayah.
Tujuan penyelenggaraan FGD adalah untuk mengetahui sejauh mana posisi
penyelesaian kasus-kasus kepegawaian, keuangan, dan aset / BMN;
mengidentifikasi kendala dan mencari solusi guna mempercepat penyelesaian
kasus-kasus pending; membahas implikasi hukum atas berlarut-larutnya
penyelesaian kasus-kasus; dan mencari solusi untuk mempercepat penyelesaian
Tuntutan Ganti Rugi melalui Tim Penyelesaian Kerugian Negara (TPKN).
15) Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
Dalam rangka peningkatan pemahaman dan implementasi di setiap satuan kerja di
Kementerian Luar Negeri, Inspektorat telah melakukan beberapa kegiatan, yaitu:
i. Mendorong seluruh Satuan Kerja memiliki Satgas SPIP di setiap Unit Kerjanya
dan demikian juga dengan 132 Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.
ii. Pada tanggal 29 – 30 April 2015 Itjen telah melakukan Bimbingan Konsultasi
pelaksanaan SPIP untuk anggota Satgas masing-masing Satker Kemlu.
iii. Pada tanggal 2-4 September 2015 dan 16-17 Desember 2015 telah dilakukan
Penilaian Risiko SPIP di lingkungan Inspektorat Jenderal dan Penyusunan
Laporan Satgas SPIP Itjen.
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 45
Kendala Dalam Penyelenggaraan SPIP di Kementerian Luar Negeri
Kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan SPIP di Kementerian Luar Negeri dan
Perwakilan Republik Indonesia antara lain :
a. Tumpang tindih wewenang dan tugas dalam penyelenggaraan SPIP. Tanggung
jawab penyelenggaraan SPIP pada Kementerian Luar Negeri telah didelegasikan
kepada Sekretaris Jenderal yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
koordinasi pelaksanaan penyelenggaraan SPIP di Kementerian Luar Negeri.
Namun, tanggung jawab tersebut berdasarkan Keputusan Menlu tentang Satgas
SPIP berada pada Inspektur Jenderal selaku ketua Satgas SPIP Kemlu. Keadaan ini
berpotensi menimbulkan persoalan dalam penilaian penyelenggaraan SPIP oleh
Inspektorat Jenderal selaku APIP. Sementara pada saat bersamaan Inspektorat
Jenderal selaku APIP juga dituntut untuk secara aktif mendorong penyelenggaraan
SPIP di Kementerian Luar Negeri.
b. Satgas SPIP Kemlu belum melakukan pembahasan penyusunan peta jalan
penyelenggaraan SPIP di Kemlu dan Perwakilan Republik Indonesia pasca
pemetaan SPIP di Kemlu oleh BPKP di tahun 2011.
c. Partisipasi Unit Kerja untuk mengikuti diklat SPIP masih rendah, sehingga
pemahaman dan persepsi terhadap SPIP masing-masing pegawai masih berbeda.
Hal ini dapat menghambat rencana pemetaan dan pengembangan infrakstrutur
SPIP di Kementerian Luar Negeri.
d. Inspektorat Jenderal belum menyelenggarakan SPIP secara formal dan sesuai
dengan ketentuan sehingga belum dapat menjadi rujukan bagi Unit Keja maupun
Perwakilan.
Alternatif solusi
Guna mengatasi kendala-kendala dimaksud, perlu dipertimbangkan untuk
mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
a. Revisi atau penyesuaian landasan hukum dan pedoman umum penyelenggaraan
SPIP dengan menerbitkan Peraturan Menteri Luar Negeri mengenai Petunjuk
Pelaksanaan Penyelenggaraan SPIP di lingkungan Kementerian Luar Negeri dan
Perwakilan Republik Indonesia. Termasuk didalamnya perlunya adanya
penyesuaian terhadap tanggung jawab dan wewenang Satgas SPIP Kemlu.
a. Dalam rangka membangun pemahaman dan infrastruktur SPIP pada
Perwakilan RI perlu melibatkan BPKP pada berbagai kesempatan rapat
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 46
koordinasi di Perwakilan Republik Indonesia, penyebaran bahan materi SPIP,
video conference, dan diseminasi pada kunjungan PKPT 2015.
b. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan atau bimbingan teknis tentang
SPIP bagi Unit Kerja dan pegawai yang akan dimutasikan ke perwakilan.
16) Koordinator Kelompok Kerja Penguatan Pengawasan Reformasi Birokrasi
Kemlu
Inspektorat Jenderal (dalam hal ini Sekretariat Inspektorat Jenderal) juga memiliki
peran sebagai Koordinator Pokja Penguatan Pengawasan Reformasi Birokrasi Kemlu.
Berikut beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh Inspektorat Jenderal dalam
rangka penguatan pengawasan di Kementerian Luar Negeri:
a. Penanganan gratifikasi; b. Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Kemlu; c. Pengelolaan pengaduan masyarakat; d. Whistleblowing System (WBS); e. Penanganan benturan kepentingan; f. Pembangunan Zona Integritas; g. Penguatan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) melalui komitmen
pimpinan, dukungan SDM, anggaran yang memadai, fokus pada client dan audit berbasis risiko.
17) Pengendalian Gratifikasi Dalam rangka mendukung Zona Integritas di Kementrian Luar Negeri, pada tanggal
16 Desember 2015 Menlu RI bersama Ketua Komite Pemberantas Korupsi (KPK)
telah menandatangani Pernyataan Komitmen Pengendalian Gratifikasi di lingkungan
Kementerian Luar Negeri.
Sebagai tindak lanjut atas pencanangan Zona Integritas dan Pernyataan Komitmen
Pengendalian Gratifikasi, Menlu RI telah menerbitkan Peraturan Menteri Luar Negeri
Nomor 1 tahun 2015 tentang Unit Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan
Kementerian Luar Negeri.
Unit Pengendali Gratifikasi (UPG) di Kementerian Luar Negeri diketuai oleh
Sekretaris Inspektur Jenderal dengan anggota berasal dari unsur pejabat struktural
dan pejabat fungsional di Sekretariat Inspektorat Jenderal.
Sebagai implementasi pelaksanaan tugas, UPG telah meletakkan drop box pelaporan
gratifikasi di kantor Pejambon sebanyak 2 (dua) drop box dan di kantor
Sisingamangaraja 1 (satu) drop box. Namun hingga akhir tahun 2015, tidak terdapat
laporan dari pegawai Kemlu yang masuk ke dalam 3 (tiga) drop box pelaporan
gratifikasi tersebut.
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 47
Guna mempermudah penyampaian laporan Gratifikasi, UPG juga telah
mengembangkan akses pengisian Formulir Gratifikasi secara online, yang saat ini
dalam proses ditautkan pada Website Kementerian Luar Negeri.
18) Pengelolaan dan Tindak Lanjut Pelaporan Pelanggaran di Lingkungan
Kementerian Luar Negeri Dalam upaya pencegahan terhadap korupsi dan pemberantasan tindak pidana korupsi, serta penyalahgunaan wewenang di Kementerian Luar Negeri, Menlu RI telah menerbitkan Peraturan Menteri Negeri Nomor 2 tentang Tata Cara Pengelolaan dan Tindak Lanjut Pelaporan Pelanggaran di Lingkungan Kementerian Luar Negeri. Peraturan Menteri Luar Negeri tersebut merupakan wadah bagi setiap pejabat maupun pegawai untuk melaporkan adanya pelanggaran di Kementerian Luar Negeri kepada Unit Pengelola Pengaduan yang dibentuk oleh setiap satuan kerja, maupun kepada Inspektorat Jenderal. Unit Pengelola Pengaduan wajib melaporkan pelaksanaan pengelolaan pengaduan setiap bulan kepada Pimpinan Eselon I dengan tembusan Inspektorat Jenderal. Inspektorat Jenderal, dalam hal ini Sekretariat Inspektorat Jenderal, bertugas sebagai pengelola pengaduan, koordinator dan pengawas seluruh Unit Pengelola Pengaduan. Guna mempermudah proses pelaporan dan tindak lanjutnya, Inspektorat Jenderal saat ini tengah membangun sistem untuk mengintegrasikan semua pengelolaan pengaduan masyarat pada Satuan Kerja di Pusat maupun pada Perwakilan RI di luar negeri.
19) Pengintegrasian Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional
(SP4N)
a. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2013 tentang Pengelolaan
Pengaduan Pelayanan Publik dan Peraturan MenPAN & RB Nomor 3 Tahun 2015
tentang Road Map Pengembangan SP4N, setiap K/L diwajibkan untuk
mengintegrasikan pengelolaan pengaduannya ke dalam SP4N menggunakan
sistem LAPOR (Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat).
b. Inspektorat Jenderal telah melakukan koordinasi dengan kantor Staf Presiden
sebagai pengelola LAPOR terkait teknis pengintegrasian. Inspektorat Jenderal
akan menjadi pengelola akun Admin Utama sedangkan Satker pelaksana
pelayanan publik dan Perwakilan RI akan menjadi pengelola Sub Admin.
c. Pada 7-8 Desember 2015, Inspektorat Jenderal telah mengadakan sosialisasi
kepada Satuan Kerja Pengelola Pengaduan, yakni Direktorat PWNI dan BHI;
Konsuler; Fasilitas Diplomatik; Informasi dan Media; Biro Perlengkapan; dan
Inspektorat Wilayah I, II, III, IV dan Sekretariat Inspektorat Jenderal.
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 48
20) Pengintegrasian Layanan Pengaduan Masyarakat
Merujuk disposisi Menlu terhadap Nota Dinas Plt. Inspektur Jenderal
No.03720/PW/09/2015/24/10, Inspektorat Jenderal telah mulai melakukan proses
Integrasi layanan pengaduan masyarakat di Kemlu. Hal ini juga akan memudahkan
tugas Inspektorat Jenderal dalam melakukan monitoring dan evaluasi seluruh
pengelolaan pengaduan pelanggaran di Kemlu sesuai Permenlu No. 2 tahun 2015
tentang Tata Cara Pengelolaan dan Tindak Lanjut Pelaporan Pelanggaran di
Lingkungan Kemlu.
Integrasi sistem pengelolaan pengaduan masyarakat dilakukan dengan
memanfaatkan sistem Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online (LAPOR).
Pengintegrasian ini juga merupakan amanat Peraturan Presiden No 76 Tahun 2013
tentang Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik dan Peraturan Menteri PAN & RB
No. 3 Tahun 2015 tentang Road Map Pengembangan SP4N serta merupakan bagian
penting dari penilaian reformasi birokrasi di Kemlu.
Saat ini Inspektorat Jenderal telah mengelola akun Admin Utama LAPOR serta telah membuat akun Sub Admin bagi 2 Satker Pusat pelaksana layanan publik dan 67 Perwakilan RI. Diharapkan pengelolaan LAPOR Kemlu telah dapat beroperasi secara penuh pada awal 2016 dengan menghubungkan 3 Satker Pusat pelaksana layanan publik dan 132 Perwakilan RI.
21) Pengembangan Situs Web Inspektorat Jenderal Pada tahun 2015, Inspektorat Jenderal telah menginisiasi pengembangan Situs Web
Inspektorat Jenderal Kementerian Luar Negeri (Itjen Kemlu). Tim Pengelola Situs
Web telah dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Plt. Inspektur Jenderal No.
SK.0016/KU/IX/2015/10 dengan melibatkan staff Pusat Komunikasi sebagai web
developer.
Situs Web Itjen Kemlu direncanakan akan ditautkan pada Situs Web Kemlu dan akan
berisi link terhadap semua layanan online Itjen, antara lain: pelaporan gratifikasi,
Whistleblowing System (WBS), pengaduan masyarakat (LAPOR), pelaporan Laporan
Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara (LHKASN), help desk / konsultasi online, dan
himpunan peraturan terkait fungsi pengawasan.
Saat ini Situs Web Itjen telah memasuki tahap finalisasi dan ditargetkan akan siap diluncurkan pada akhir Februari 2016. Alamat website : portal.kemlu.go.id/itjen.
22) Whistleblowing System (WBS)
Sejak Januari 2015 Inspektorat Jenderal telah menjadi pengelola aplikasi WBS
Kementerian Luar Negeri telah kepada seluruh pegawai Kementerian Luar Negeri
dan pemangku kepentingan lainnya. Sepanjang tahun 2015 terdapat 2 pengaduan
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 49
yang disampaikan melalui aplikasi dimaksud, dan keduanya telah melakukan tindak
lanjuti.
Selain sebagai pengelola aplikasi WBS Kemlu, Inspektorat Jenderal juga mengelola aplikasi WBS Pengadaan Barang dan Jasa yang berada di bawah administrasi dan pengawasan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Adapun alamat aplikasi WBS Kemlu adalah www.pengaduan.kemlu.go.id.
23) Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara (LHKASN) Per 14 Desember 2015, Inspektorat Jenderal, sebagai focal point pelaporan LHKASN
Kementerian Luar Negeri, telah berhasil mengumpulkan sebanyak 2.382 LHKASN
dari 2.935 Wajib Lapor. Jumlah tersebut telah berhasil memenuhi batas minimum 70
% pegawai melaporkan LHKASN yang ditetapkan sebagai salah satu syarat kenaikan
Tunjangan Kinerja Kemlu oleh KemenPAN & RB.
Dari 2.382 LHKASN yang terkumpul, Inspektorat Jenderal telah melakukan verifikasi
atas 1.255 LHKASN dan sisanya akan diverifikasi pada tahun 2016.
24) Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB)
Pada tahun 2015, Inspektorat Jenderal telah melakukan penilaian RB Kemlu (PMPRB)
dengan nilai 67,98. Hasil penilaian ini telah disampaikan kepada Kementerian PAN &
RB.
Pada bulan Agustus – September 2015, Kementerian PAN & RB telah melakukan
evaluasi atas nilai RB Kemlu dan memperoleh nilai 68,74.
25) Penanganan Ijazah Palsu
Berdasarkan Surat Edaran Menteri PAN & RB Nomor 3 Tahun 2015 tentang
Penanganan Ijazah Palsu Aparatur Sipil Negara/TNI/Polri di lingkungan Instansi
Pemerintah, Inspektorat Jenderal selaku Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP) ditugaskan untuk melakukan penelitian keabsahan ijazah seluruh pegawai di
instansinya. Menindaklanjuti hal tersebut, Inspektorat Jenderal telah membentuk Tim
Bersama Penanganan Ijazah Palsu dengan Biro Kepegawaian melalui Surat
Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Nomor
44/B/KP/VIII/2015/02.
Tim Bersama telah melaksanakan langkah-langkah berikut dalam penanganan ijazah
palsu:
Tahap I (Agustus – Desember 2015)
a. Melakukan pendataan ijazah pejabat eselon I dan II Kementerian Luar Negeri;
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 50
b. Mengirimkan surat kepada 13 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan 3 Koordinasi
Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah berisi permohonan klarifikasi atas
keabsahan dan legalitas ijazah pejabat dimaksud.
c. Inspektorat Jenderal telah memperoleh jawaban dari 7 PTN dan 1 Kopertis yang
menyatakan keabsahan ijazah atas 9 orang pejabat Kemlu.
Tahap II (Januari – Februari 2016) Pendataan dan verifikasi ijazah Kepala Perwakilan dan Wakil Kepala Perwakilan dari
unsur Kementerian Luar Negeri
Tahap III (Maret – Juni 2016) Pendataan dan verifikasi ijazah seluruh pegawai Kementerian Luar Negeri mulai dari eselon III, IV dan staf) akan dilakukan pada Semester I Tahun 2016.
26) Laporan Hasil Pengawasan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
Kegiatan penyusunan laporan APIP Inspektorat Jenderal merupakan kegiatan rutin
per semester yang disampaikan oleh Inspektur Jenderal Kementerian Luar Negeri
kepada Kepala BPKP. Laporan APIP mencakup keseluruhan kegiatan Inspektorat
Jenderal sesuai program kerja pengawasan yang meliputi audit, reviu, evaluasi
pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya selama Semester I TA 2015.
Dalam Semester I Tahun Anggaran 2015, APIP telah melaksanakan kegiatan Audit
Dengan Tujuan Tertentu (ADTT) di 2 Perwakilan RI, yaitu di Kuching terkait dengan
dugaan penerbitan paspor/dokumen negara yang tidak sesuai dengan ketentuan, dan
di Beijing terkait dengan dugaan pelanggaran ketentuan peraturan perundang-
undangan oleh staf Perwakilan.
Untuk kegiatan Reviu, objeknya mencakup Permintaan Anggaran Tambahan untuk
pelaksanaan pemberian Tunjangan Kinerja Kementerian Luar Negeri TA 2014 serta
kekurangan anggaran TA 2014 akibat selisih kurs dan hal lainnya; Permintaan
Anggaran Tambahan untuk pelaksanaan pemberian Tunjangan Kinerja Pegawai
Kementerian Luar Negeri TA 2014; Permintaan Anggaran Tambahan untuk
Tunggakan dan Pembayaran Pajak Penghasilan bagi Home Staff pada Perwakilan RI
di Luar Negeri TA 2014; Laporan Keuangan Kementerian Luar Negeri Tahun
Anggaran 2014.
Tugas Evaluasi dilakukan atas 3 objek yaitu Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) pada Inspektorat Jenderal Tahun Anggaran 2014 yang
dituangkan dalam laporan Monitoring dan Evaluasi (Monev), Pengukuran Kinerja
Kegiatan (PKK) dan pengukuran realisasi capaian Rencana Aksi (Renaksi);
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) 12 Satuan Kerja Pusat Kementerian
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 51
Luar Negeri Tahun 2013 serta evaluasi atas Kinerja Inspektorat Jenderal Semester I
Tahun 2014.
APIP juga melaksanakan kegiatan Pemantauan terhadap beberapa permasalahan
yang masih berproses seperti pengembalian selisih Tunjangan Penghidupan Luar
Negeri (TPLN) akibat pemberlakuan Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 04 Tahun
2009; pengembalian selisih lumpsum tiket perjalanan dinas pindah periode
september 2010 s/d Juni 2011; Pembukuan Fihak Ketiga (PFK) Minus; tindak lanjut
hasil audit BPK RI, BPKP, dan Inspektorat Jenderal, kerugian negara dan data hasil
pengawasan.
Sedangkan Kegiatan Pengawasan Lainnya yang dilaksanakan oleh APIP Kementerian
Luar Negeri antara lain berupa pengawasan dan pengendalian kinerja pada 14
Perwakilan RI di KJRI New York, KBRI Washington D.C., PTRI New York, KBRI Ottawa,
KBRI Canberra, KJRI Sydney, KJRI Melbourne, KJRI Wellington, KBRI Sarajevo, KBRI
Kiev, KBRI Bucharest, KBRI Tokyo, KJRI Osaka, KJRI Hongkong. Kegiatan dimaksud
bermaksud membangun kemitraan antara Inspektorat Jenderal dan Perwakilan RI,
khususnya melakukan pemantauan penyelesaian tindak lanjut hasil audit dan
diseminasi informasi mengenai Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
(PMPRB), Penerapan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi,
Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Evaluasi AKIP,
peninjauan pelaksanaan fungsi Perwakilan RI pada situasi rawan di KBRI Tripoli, dan
berbagai program seperti pelaksanaan SPIP, Pembentukan Tim Verifikator dan
Penelaah Whistle Blowing System (WBS), Pengendalian Gratifikasi, Penyampaian
Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara (LHKASN), Kerja Sama e-Audit
dengan BPK RI, pendampingan pelaksanaan kegiatan berbagai Satuan Kerja,
Penerbitan Majalah Quality Assurance (QuAs), Telaahan Sejawat, serta
penyelenggaraan Program Pelatihan Mandiri (PPM).
Terkait dengan kualitas akuntabilitas, mengulang capaian tahun 2012 dan 2013,
Kementerian Luar Negeri berhasil mempertahankan Opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2014, yang disampaikan pada
tanggal 1 Juni 2015 oleh Agung Firman Sampurna, Anggota I BPK, kepada Menteri
Luar Negeri Retno L.P. Marsudi, di Ruang Auditorium, Gedung BPK RI. Penyerahan
Laporan Hasil Pemeriksaan dan Opini WTP dihadiri oleh wakil dari 13
Kementerian/Lembaga.
Audit Kinerja yang dilakukan APIP Kementerian Luar Negeri dalam Semester I Tahun
2015 ini mencatat sebanyak 70 temuan dengan 85 rekomendasi untuk
penyelesaiannya. Dari jumlah tersebut, persentase terbesar adalah temuan
kelemahan sistem pengendalian intern yaitu 75,71%, diikuti dengan temuan
ketidakpatuhan terhadap peraturan sebesar 24,29%, sementara temuan menyangkut
3E (efektif, efisien, ekonomis) tidak didapati. Sedangkan kategori rekomendasi
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 52
terbesar adalah perbaikan laporan dan penertiban administrasi/kelengkapan
administrasi (57,14%), diikuti dengan rekomendasi perubahan atau perbaikan
prosedur, peraturan dan kebijakan (20,23%). Dari temuan tersebut, 13 temuan
(15,29%) telah selesai ditindaklanjuti.
Sedangkan akumulasi hasil pengawasan APIP Kementerian Luar Negeri periode
Tahun 2014 s/d Semester I Tahun 2015 mencatat total jumlah temuan sebanyak 359
temuan dengan 464 rekomendasi. Dari jumlah tersebut, 157 temuan dengan 203
rekomendasi (43,75%) telah selesai ditindaklanjuti, 209 rekomendasi (45,04%)
belum ditindaklanjuti, 52 rekomendasi (11,20%) dalam proses penyelesaian. Temuan
terbesar merupakan temuan terkait dengan kelemahan sistem pengendalian intern
sebanyak 62,95% diikuti temuan akibat ketidakpatuhan terhadap peraturan
sebanyak 34,26% dan temuan menyangkut 3E (efektif, efisien, ekonomis) sebesar
2,78%.
Terkait dengan pemantauan penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK RI,
sampai dengan akhir Semester I Tahun 2015 menunjukkan bahwa dari 1138 temuan
dengan 1575 rekomendasi, Kementerian Luar Negeri telah menindaklanjuti sesuai
dengan rekomendasi BPK sebanyak 1163 rekomendasi (73,84%), sedangkan sisanya
dalam proses tindak lanjut dan juga terdapat 2 rekomendasi yang tidak dapat
ditindaklanjuti dengan alasan yang sah.
Sedangkan pemantauan penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan BPKP sampai
dengan Semester I Tahun 2015 menunjukkan saldo 15 temuan yang terdiri dari 7
temuan hasil pengawasan Direktorat Pinjaman dan Bantuan Luar Negeri (Deputi
Bidang Perekonomian), dan 8 temuan hasil pengawasan Direktorat Pengawasan
Lembaga Pemerintah Bidang Polsoskam Lainnya (Deputi Bidang Polsoskam Lainnya).
Saluran pengaduan dan komunikasi masyarakat dalam Semester ini telah menerima
16 surat elektronik, 10 diantaranya berisi pengaduan yang terkait dengan masalah
pelayanan publik dan perilaku staf, 4 surel lainnya berisi tentang permasalahan
perlindungan WNI/BHI, sedangkan sisanya berisi pengaduan yang terkait
administrasi dan keuangan.
27) Majalah Quality Assurance (QuAs)
QuAs merupakan in-house magazine Kementerian Luar Negeri, yang mengupas isu-
isu internal yang sedang hangat. Apabila pada tahun-tahun sebelumnya QuAs hadir 4
(empat) kali dalam setahun, pada tahun ini QuAs hanya hadir 2 (dua) kali. Hal ini
semata-mata bagian dari upaya efisiensi dan pemilihan program dan kegiatan
berdasarkan skala prioritas Inspektorat Jenderal Tahun Anggaran 2015.
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 53
Pada awal Januari 2015 telah diterbitkan Majalah QuAs edisi ke-8 diterbitkan dengan
judul “Integritas Bukan Sekedar Di Atas Kertas ”. Quas edisi ke-9 diterbitkan pada
Desember 2015 dengan judul “Pejabat Fungsional Bukan Second-Class Citizen”.
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 54
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
elaksanaan tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal tahun 2015 dilaksanakan
dengan merujuk pada dokumen perencanaan, sebagaimana tertuang dalam
Renstra 2015-2019, PK 2015, IKU 2015 dan RKA-KL 2015. Capaian sasaran
pelaksanaan tugas tersebut diukur dari indikator sasaran yang telah ditetapkan dan
tercermin dari pencapaian indikator hasil pada IKU dengan besaran sebagai berikut:
1. Capaian sasaran I “Meningkatnya akuntabilitas kinerja Satker yang terencana,
terukur, ekonomis, efektif & efisien’’ adalah sebesar 100%.
2. Capaian sasaran II “Meningkatnya akuntabilitas pengelolaan anggaran dan aset
negara serta pencegahan dini terjadinya risiko permasalahan” adalah sebesar
111,11%.
3. Capaian sasaran III “Meningkatnya efektifitas kegiatan pengendalian untuk
memberikan keyakinan yang memadai bagi akuntabilitas kinerja Satker” adalah
sebesar 140%.
4. Capaian sasaran IV “Meningkatnya dukungan manajemen yang baik dalam
mendukung keberhasilan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Luar
Negeri” adalah sebesar 109,32%.
Dengan demikian, maka rata-rata capaian sasaran Inspektorat Jenderal adalah
sebesar 115,11%.
Sedangkan dari sisi penyerapan anggaran telah terserap anggaran sebesar 91,36%
atau sebesar Rp. 22.741.936.248,00 dari total DIPA Inspektorat Jenderal sebesar
Rp. 24.891.900.000,00.
P
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 55
Inspektorat Jenderal telah menjalankan tugas dan fungsinya dalam memperkuat
pelaksanaan pengawasan dan pengendalian internal pada Kementerian Luar Negeri.
Sehubungan dengan hal tersebut, berbagai capaian telah diraih oleh Inspektorat
Jenderal, antara lain dalam rangka kegiatan pengawasan dan pengendalian Satker
Pusat dan Perwakilan RI; Evaluasi AKIP; Implementasi SPIP; Review dan Konsolidasi
Tindak Lanjut Audit Itjen, BPK dan BPKP; Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi (PMPRB); Whistle Blowing System; Review Laporan Harta Kekayaan
Aparatur Sipil Negara (LHKASN); Penelahaan Ijazah Palsu; termasuk penerbitan dan
pendistribusian buku-buku pedoman yang dapat menjadi rujukan bagi pelaksana
kegiatan, pengelola keuangan dan barang milik negara dalam melaksanakan
tugasnya. Hal ini dilakukan agar masing-masing Satker dapat mengetahui secara dini
apabila terjadi pengelolaan kegiatan, keuangan dan barang milik negara yang tidak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Inspektorat Jenderal juga terus melakukan berbagai upaya peningkatan
profesionalisme aparat pengawas melalui pelaksanaan kegiatan Program
Pengembangan Mandiri (PPM), serta peningkatan kualitas hasil pengawasan yang
akurat, obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan.
Selain itu, sebagai salah satu bentuk komitmen untuk pencegahan dan
pemberantasan korupsi dan memenuhi amanat Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun
2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012 butir ke-50
dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 49 tanggal 2011 tentang Pedoman Umum Pakta Integritas di Lingkungan
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah, seluruh pegawai Inspektorat
Jenderal telah menandatangani Pakta Integritas.
Selama tahun 2015 tercatat capaian Inspektorat Jenderal, antara lain:
1. Inspektorat Jenderal telah dapat memberikan kontribusi nyata terhadap
peningkatan akuntabilitas pengelolaan anggaran dan barang milik negara
satuan kerja di Kementerian Luar Negeri.
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 56
2. Berkurangnya jumlah temuan Audit Itjen/BPK/BPKP yang belum
ditindaklanjuti oleh Satker.
3. Sumber Daya Manusia pada Inspektorat Jenderal senantiasa dimotivasi untuk
terus menggali potensi dirinya menjadi seorang yang handal, profesional dan
berwawasan tinggi.
B. Kendala
Dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengendalian pada tahun 2015,
Inspektorat Jenderal masih menghadapi beberapa kendala diantaranya:
a. Jumlah SDM di Inspektorat Jenderal yang fluktuatif, dimana saat ini dapat
dilihat bahwa di awal tahun 2015 terdapat penambahan beberapa PDLN
baru di lingkungan Itjen yang berasal dari staf yang telah menyelesaikan
penempatan. Namun di pertengahan tahun terdapat pengurangan jumlah
staf PDLN di lingkungan Itjen, terutama karena adanya mutasi staf yang
ditempatkan ke luar negeri dan menjalankan tugas belajar.
b. Tanggapan dan tindak lanjut dari satker terkait yang seringkali kurang
cepat.
c. Dengan adanya tugas tambahan yang mendesak di Inspektorat Jenderal
mengakibatkan seringnya pelaksana kegiatan terlambat dalam membuat
RAB.
d. Kurangnya keakurasian data dan frekuensi pertemuan dengan BPKP yang
mengakibatkan lambatnya progress tindak lanjut temuan BPKP.
e. Koordinasi dalam penetapan Obyek Audit antara Auditor Internal dan
Auditor Eksternal (BPK RI).
f. Dari segi perencanaan, masih terdapat beberapa kegiatan yang tidak
dilaksanakan sesuai waktu yang direncanakan karena overlapping dengan
jadwal pelaksanaan kegiatan lainnya.
g. Dari segi realisasi anggaran, terdapat kebijakan pembayaran tunjangan
kinerja yang tidak sesuai dengan perencanaan di awal tahun, sehingga
anggaran belanja pegawai tidak terserap secara optimal.
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 57
C. Solusi
Sebagai upaya mengatasi kendala, Inspektorat Jenderal telah melakukan langkah-
langkah penanganan kendala, sebagai berikut:
a. Jumlah SDM yang berkurang diatasi dengan memberdayakan seluruh SDM
yang ada semaksimal mungkin dan meningkatkan SDM yang berkualitas
dengan berbagai kegiatan PKS antara lain : Bimbingan Teknis, FGD,
pelatihan auditor, sosialisasi, dan lainnya.
b. Perlunya penetapan formasi jabatan fungsional auditor yang dimaksudkan
untuk mendapatkan jumlah dan susunan jabatan fungsional auditor
Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan beban kerja yang dapat dilaksanakan
dalam jangka waktu tertentu secara profesional serta memungkinkan
pencapaian jumlah angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat.
c. Evaluasi dan Uraian Pelaksanaan Tugas telah dimiliki oleh pegawai
Inspektorat Jenderal, namun masih diperlukan penjabaran secara lebih
lengkap dan terperinci atas uraian tugas tersebut.
d. Perlunya kesadaran masing-masing pegawai untuk melaksanakan dan
menyelesaikan tugasnya masing-masing serta supervisi yang memadai dari
para atasan langsung dalam penyelesaian tugas-tugas pegawai.
e. Peningkatan koordinasi dengan satker terkait sehingga tanggapan maupun
tindak lanjut dari satker terkait dapat lebih cepat diterima maupun
dilaksanakan.
f. Terkait dengan penghematan anggaran, dilaksanakan penyesuaian atas
pelaksanaan kegiatan sehingga kegiatan tetap dapat terlaksana. Beberapa
penyesuaian yang dilaksanakan antara lain dengan mengurangi kegiatan
pertemuan di hotel dan dalam pelaksanaan PKPT luar negeri dilakukan
pengurangan jumlah perwakilan dan hari kerja pelaksanaan.
D. Permasalahan yang Perlu Mendapat Perhatian
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam rangka peningkatan kinerja Itjen:
a. Tertib pendokumentasian/pengarsipan atas dokumen-dokumen pelaksanaan
kegiatan sebagai bukti capaian kinerja Sekretariat Inspektorat Jenderal perlu
ditingkatkan.
b. Mengingat keterbatasan jumlah SDM dan proyeksi mutasi pegawai pada
Sekretariat Inspektorat Jenderal, perlu dilakukan sharing knowledge secara
berkesinambungan dan penempatan staf yang disesuaikan dengan pemetaan
jabatan yang ditetapkan oleh Kemen PAN & RB.
c. Tertib kerja perlu dievaluasi dengan baik setiap saat sehingga setiap staf dapat
lebih kompeten dan produktif
Laporan Kinerja 2015 Inspektorat Jenderal 58
d. Masih dibutuhkan pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan SDM Itjen.
Hal ini diperlukan mengingat makin meningkatnya tantangan yang dihadapi
Itjen.
e. Penajaman pelaksanaan Kegiatan masih perlu ditingkatkan dalam hal
pembuatan laporan analisa permasalahan Satuan kerja sehingga dapat
digambarkan kecenderungan-kecenderungan permasalahan dan perbaikan-
perbaikan yang telah tercapai di Satuan kerja.
f. Perlu dibentuk forum diskusi mengenai temuan audit sehingga dapat tercipta
persamaan presepsi dalam menafsirkan suatu aturan;
g. Produk-produk Early Warning yang dikeluarkan Inspektorat Jenderal perlu
disosialisasikan kepada Satuan Kerja dan Pemeriksa Eksternal.
h. Sebagai upaya reformasi birokrasi di lingkungan Kemlu, Itjen kiranya perlu
senantiasa mendorong peran Satgas SPIP dalam membangun reformasi
birokrasi di Kementerian Luar Negeri.