rubbela
DESCRIPTION
rubbelaTRANSCRIPT
ASKEP RUBELLA PADA ANAK
KONSEP DASAR RUBELLA PADA ANAK
1. DEFINISI
Rubella adalah penyakit saluran nafas ( ringan ) yang biasanya disertai ruam, namun mempunyai akibat serius bagi bayi yang belum lahir. Rubella atau campak jerman adalah penyakit yang disebabkan suatu virus RNA dari golongan Toga virus. Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan morbiditas dan mortalitas yang rendah pada manusia normal. Tetapi jika infeksi di dapat saat kehamilan, dapat menyebabkan gangguan pada pembentukan organ dan dapat mengakibatkan kecacatan. Rubella merupakan virus RNA, terselubung penyebab penyakit yang kadang-kadang disebut “ campak 3 hari” atau “campak jerman”. Penyakit ini hampir terberantas dengan diproduksinya faksin rubella hidup dilemahkan. Ini merupakan satu-satunya virus dimana vaksin telah dibuat terutama untuk memberantas akibat-akibat infeksi janin. Syndrome rubella menggambarkan prototype infeksi virus kongenital. Selam infeksi pada ibu, virus rubella dapat menembus plasenta, menyebabkan infeksi pada janin dan mengakibatkan kematian pada konseptus atau bayi dilairkan dengan menderita rubella kongenital. Bayi yang menderita infeksi kronik, ketika masih dalam kandungan dapat merupakan sumber yang mempertahankan virus.
Selama periode dimana dalam masyarakat hanya ditemukan beberapa kasus saja. Imunsasi dengan mempergunakan vaksin rubella hidup yang telah dilemahkan mengakibatkan penurunan insiden penyakit rubella congenital. Rubella - yang sering dikenal dengan istilah campak Jerman atau campak 3 hari - adalah sebuah infeksi yang menyerang, terutama, kulit dan kelenjar getah bening.Penyakit ini disebabkan oleh virus rubella ( virus yang berbeda dari virus yang menyebabkan penyakit campak), yang biasanya ditularkan melalui cairan yang keluar dari hdung atau tenggorokan. Penyakit ini juga dapat ditularkan melalui aliran darah seorang wanita yang sedang hamil kepada janin yang dikandungnya. Karena penyakit ini tergolong penyakit ringan pada anak-anak, bahaya medis yang utama dari penyakit ini adalah infeksi pada wanita hamil, yang dapat menyebabkan sindrom cacat bawaan pada janin tersebut. Sebelum vaksin untuk melawan rubella tersedia pada tahun 1969,epidemi rubella terjadi setiap 6 s.d 9 tahun. Anak-anak dengan usia 5-9 menjadi korban utama dan muncul banyak kasus rubella bawaan. Sekarang, dengan adanya program imunisasi pada anak-anak dan remaja usia dini, hanya muncul sedikit kasus rubella bawaan
Insidens
Anak laki-laki dan wanita sama-sama terkena. Pada populasi yang rapat seperti institusi dan Asrama tentara, hampir 100% dari individu yang rentan dapat terinfeksi. Pada keLompok keluarga penyebaran virus kurang: 50-60% anggota keluarga yang rentan mendapat penyakit. Banyak infeksi yang subklinis, dengan rasio 2:1 antara penyakit yang tidak tampak dengan penyakit yang tarnpak. Rubella biasanya terjadi selama dimusim semi.
Pemeriksaan serologis sebelum penggunaan vaksin rubella rnenunjukkan bahwa sekitar 80% populasi dewasa di Amerika Serikat dan benua lain mempunyai antibodi terhadap rubella. Di
populasi pulau, seperti populasi Trinidad dan Hawaii, hanya 20% dari orang dewasa yang diperiksa dapat dideteksi antibodi.
Ketika wabah rubela merebak di Amerika Serikat pada tahun 1967-1965, lebih 20,000 bayi telah dilahirkan cacat. Wabah Rubela juga dikatakan menyebabkan sekurang-kurangnya 10,000 kasus keguguran dan bayi yang lahir mati saat dilahirkan. Diperkirakan 25 % bayi yang terinfeksi rubela pada tiga bulan pertama usia kandungan dilahirkan dengan satu jenis atau lebih kecacatan.
Pada tahun 1989 – 1990 sejumlah kasus rubella menyerang lebih banyak pada anak remaja di atas umur 15 tahun dan dewasa diperkirakan karena kegagalan vaksinasi pada setiap individu. Resiko terserang rubella kembali menurun untuk semua umur dan dilaporkan kasus di Amerika Serikat pada tahun 1999 sebanyak 267.
2. ETIOLOGI
Rubella disebabkan oleh suatu RNA virus, genus rubivirus, family Togaviridae.virus dapat diisolasi dari biakan jaringan penderita. Secar fisikokimia virus ini sama dengan anggota virus lain dari family tersebut, tetapi virus rubela secara serologic berbeda. Pada waktu terdapat gejal klinis virus ditemukan pada sekret nasofaring, darah, feses dan urin. Virus rubella hanya menjangkiti manusia saja. Virus rubella adalah virus RNA beruntai tunggal, dari keluarga paramyxovirus, dari genus morbilivirus. Virus campak hanya hanya menginfeksi manusia, dimana virus cmpak ini tidak aktif oleh panas, PH asam, eter dan tripsin (enzim). Ini memiliki waktu kelangsungan hidup singkat di udara, atau pada benda dan permukaan. Virus rubella ditularkan melaui percikan ludah penderita atau karena kontak dengan penderita. Penyakit ini juga ditularkan dari ibu hamil kepada janin yang penularan virus rubella adalah melalui udara dengan tempat masuk awal melallui nasofaring dan orofaring setelah masuk akan mengalami masa inkubasi antara 11-14 hari samapi timbulnya gejala. Hampir 60% pasien akan timbul ruam. Penyebaran virus rubella pada hasil konsepsi terutama secara hematogen infeksi kongenital biasanya terdiri dari 2 bagian : viremia maternal dan viremia vetal. Viremia maternal terjadi pada saat replikasi virus harus terjadi dalam sel endotel janin. Viremia vetal dapat menyebabkan kelainan organ secara luas. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan rubella kongenital 90% dapat menularkan virus yang infeksius melalui cairan tubuh selama berbulan-bulan. Dalam 6 bulan sebanyak 30-50a%, dan dalam satu tahun sebanyak kurang dari 10%. Dengan demikian bayi-bayi tersebut merupakan ancaman bagi bayi-bayi lain, disamping bagi orang dewasa yang rentan dan berhubungan dengan bayi.
3. PATOFISIOLOGI
Daerah utama yang terinfeksi oleh rubella adalah nasofaring kemudian menyebar ke kelenjar getah bening secara cepat dan viremia. Ruam nampak akibat titer serum antibody meningkat dan
mempengaruhi antigen-antibodi dan berinteraksi di kulit. Virus telah dapat ditemukan diseluruh kulit baik yang terlibat maupun yang tidak selama masa infeksi, dan penyebarannya karena factor lain yang mungkin berperan dalam patogenesis eksantem. Antibody HAI mencapai puncaknya pada hari 12 – 14 setelah timbulnya ruam dan akan kembali stabil setelah kira-kira 2 minggu kemudian.
Virus rubella mempunya 3 polipeptida mayor yang mencakup 1 kapsid protein dan 2 amplop glikoprotein E1 dan E2. Antibodi anti-E1 mungkin memegang peranan utama dalam respon serologik.
4. MANIFESTASI KLINIK
Keluhan yang dirasakan biasanya lebih ringan dari penyakit campak. Bercak-bercak mungkin juga akan timbul tapi warnanya lebih muda dari campak biasa. Biasanya, bercak timbul pertama kali di muka dan leher, berupa titik-titik kecil berwarna merah muda. Dalam waktu 24 jam, bercak tersebut menyebar ke badan, lengan, tungkai, dan warnanya menjadi lebih gelap. Bercak-bercak ini biasanya hilang dalam waktu 1 sampai 4 hari.
Masa inkubasi adalah 14-21 hari. Tanda yang paling khas adalah adenopati retroaurikuler, servikal posterior, dan di belakang oksipital. Enantem mungkin muncul tepat sebelum mulainya ruam kulit. Ruam ini terdiri dari bintik-bintik merah tersendiri pada palatum molle yang dapat menyatu menjadi warna kemerahan jelas pada sekitar 24jam sebelum ruam.
Eksantemnya lebih bervariasi daripada eksantem rubeola. Eksantem pada muka dan menyebar dengan cepat. Evolusinya begitu cepat sehingga dapat menghilang pada muka pada saat ruam lanjutannya muncul pada badan. Makulopapula tersendiri ada pada sejumlah kasus; ada juga daerah kemerahan yang luas yang menyebar dengan cepat ke seluruh badan, biasanya dalam 24 jam. Ruam dapat menyatu, terutama pada muka. Selama hari kedua ruam dapat mempunyai gambaran sebesar ujung jarum, terutama di seluruh tubuh, menyerupai ruam demam scarlet. Dapat terjadi gatal ringan. Erupsi biasanya jelas pada hari ke 3.
Mukosa faring dan konjungtiva sedikit meradang. Berbeda dengan rubeola, tidak ada fotofobia. Demam ringan atau tidak selama ruam dan menetap selama 1, 2 atau kadang-kadang 3 hari. Suhu jarang melebihi 38oC (101oF). Anoreksia, nyeri kepala, dan malaise tidak biasa. Limpa. sering sedikit membesar. Angka sel darah putih normal atau sedikit menurun, trombositopeni jarang, dengan atau tanpa purpura. Terutama pada wanita yang lebih tua dan wanita dewasa, poliartritis dapat terjadi dengan artralgia, pembengkakan, nyeri dan efusi tetapi biasanya tanpa sisa apapun. Setiap sendi dapat terlibat, tetapi sendi-sendi kecil tangan paling sering terkena. Lamanya biasanya beberapa hari; jarang artritis ini menetap selama berbulan-bulan. Parestesia juga telah dilaporkan. Pada satu epidemi orkidalgia dilaporkan pada sekitar 8% orang laki-laki usia perguruan tinggi yang terinfeksi.
Masa inkubasi
Masa inkubasi berkisar antara 14-21 hari. Dalam beberapa laporan lain waktu inkubasi minimum 12 hari dan maksimum 17-21 hari. Masa prodromal pada anak biasanya erupsi timbul tanpa keluhan sebelumnya, jarang disertai gejala dan tanda pada masa prodromal. Namun pada remaja dan dewasa muda masa prodromal berlangsung 1-5 hari dan terdiri dari demam ringan, sakit kepala dan nyeri tenggorokan, kemerahan konjungtiva, rinitis, batuk,dan limfodenopati. Gejala ini sering menghilang pada waktu erupsi timbul. Gejala dan prodromal biasanya mendahului erupsi dikulit 1-5
hari sebelumnya. Masa eksantema sepert pada rubela, eksentema mulai muncul pada muka dan dengan cepat meluas kebagian lain dari dari tubuh.Mula-mula berupa makula yang berbatas tegasdan kadang-kadang dengan cepat meluas dan menyatu, memberikan bentuk morbilliform. Pada hari kedua ekstensema di muka menghilang, diikuti hari ketigadi tubuh dan hari keempat di anggota gerak.Limfedenopati merupakan gejala klinis yang penting padarubella. Biasanya pembengkakan kelenjer getah bening itu berlangsung selama 5-8 hari. Sebagai kecil penderita masih terganggu dengan nyeri kepala, sakit kepala, rasa gatal selama 7-10 hari.Pada remaja dan dewasa dapat terjadi artiritis dan artralgia dari sendi kecil tangan,kaki, lutut, dan bahu yang berupa pembengkakan dan nyeri. Khususnya artralgia pada tangan timbul setelah erupsi pada penderita dewasa.
Robella Kongenital
Infeksi rubella pada ibu hamil dapat menimbulkan infeksi pda janin dengankelainan teratogenesis yang bergantungdari umur kehamilan. Pada waktumengalami infeksi Rubella ibu hamil tidak menunjukkan gejala atau tanda klinis.Meskipun demikian virus dapat menimbulkan infeksi pada plasenta dabditeruskan ke janin, yang mana virus itu itu banyak menyerang ke organ dan jaringan.Bayi yang lahir dari ibu hamil menderita infeksi Rubella pada trimester pertama bisa terkena sindrom rubella kongenital, yaitu trias anomali kongenital pada mata ( katarak, mikroftalmia, glaukoma, retinopati), telinga ( ketulian), dandefek jantung (stenosis arteri pulmonalis, patent ductus arteriosus, ventrikal septaldefect). Kerusakan jantung dan mata terjadi karena infeksi embrio yang berumur kurang dari 6 minggu, sedangkan ketulian defek mental terjadi pada semua embrio yang berumur kira-kira 16 minggu.
5. KOMPLIKASI
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. Namun komplikasi dapat terjadi karena penurunan kekebalan tubuh sebagai akibat penyakit Campak. Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak:
1.Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah
2.Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit),sehingga pendeita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan
3.Ensefalitis (radang otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.
4.Bronkopnemonia (infeksi saluran napas)
5.Otitis Media (infeksi telinga)
6.Laringitis (infeksi laring)
7. Diare
8.Kejang Demam (step)
6. DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosa pasti suatu rubella, dapat dilakukan dengan isolasi virus, hanya saja ini sulit dilakukan dan biayanya juga mahal atau dapat pula dengan titer antibodi. Tes yang biasa dilakukan adalah tes ELISA untuk antibodi IgG dan IgM. Antibodi rubella dapat ditemukan pada hari kedua ruam dan mengalami peningkatan pada hari 10 – 21. biopsy jaringan atau darah dan CSF dapat pula digunakan untuk menunjukkan adanya antigen rubella dengan antibodi monoklonal dan untuk mendeteksi RNA rubella dengan hibridisasi dan reaksi polymerase berantai dari tempat asal.
7. DIAGNOSIS BANDING
Karena gejala serupa dan ruam dapat terjadi pada banyak infeksi virus yang lain, rubella merupakaan penyakit yang sukar untuk didiagnosis secara klinis kecuali bila penderita ditemukan selama epidemi. Riwayat telah mendapat rubella atau vaksin rubella tidak dapat dipercaya, Imunitas harus ditentukan dengan uji untuk antibodi. Terutama pada bentuk lebih berat, rubella dapat terancukan dengan tipe dernam skarlet dan rubeola ringan.
Roseola infantum (eksantema subitum) dibedakan dari rubella oleh keparahan demamnya dan oleh munculnya ruam pada akhir episode demam bukannya pada saat gejala-gejala dan tanda-tandanya sedang naik.
Ruam karena obat mungkin sangat sukar dibedakan dari rubella. Pembesaran khas limfonodi sangat mendukung diagnosis rubella. Pada mononukleosis infeksiosa ruam dapat terjadi menverupai ruam rubella, dan pembesaran limfonodi pada setiap penyakit dapat menimbulkan kerancuan. Tanda-tanda hematologik mononukleosis infeksiosa akan cukup membedakan dua penyakit tersebut. Infeksi enterovirus yang disertai dengan ruam dapat dibedakan dari beberapa keadaan pada manifestasi pernafasan atau saluran cerna dan tidak adanya adenopati retroaurikuler.
8. PENGOBATAN
Jika tidak terjadi komplikasi bakteri, pengobatan adalah simptomatis. Adamantanamin hidroklorida (amantadin) telah dilaporkan efektif in vitro dalam menghambat stadium awal infeksi rubella pada sel yang dibiakkan. Upaya untuk mengobati anak yang sedang menderita rubella congenital dengan obat ini tidak berhasil. Karena amantadin tidak dianjurkan pada wanita hamil, penggunaannya amat terbatas. Interferon dan isoprinosin telah digunakan dengan hasil yang terbatas.
9 . PENCEGAHAN
Pada orang yang rentan, proteksi pasif dari atau pelemahan penyakit dapat diberikan secara bervariasi dengan injeksi intramuskuler globulin imun serum (GIS) yang diberikan dengan dosis besar
(0,25-0,50 mL/kg atau 0,12-0,20 mL/lb) dalam 7-8 hari pasca pemajanan. Efektiviias globulin imun tidak dapat diramalkan. Tampaknya tergantung. pada kadar antibodi produk yang digunakan dan pada faktor yang belum diketahui. Manfaat GIS telah dipertanyakan karena pada beberapa keadaan ruam dicegah dan manifestasi klinis tidak ada atau minimal walaupun virus hidup dapat diperagakan dalam darah. Bentuk pencegahan ini tidak terindikasi, kecuali pada wanita hamil nonimun.
Program vaksinasi atau imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan terhadap rubella. Di Amerika Serikat mengharuskan untuk imunisasi sernua laki-laki dan wanita umur 12 dan 15 bulan serta pubertas dan wanita pasca pubertas tidak hamil. Imunisasi adalah efektif pada umur 12 bulan tetapi mungkin tertunda sampai 15 bulan dan diberikan sebagai vaksin campak-parotitis-rubella (measles-mumps-rubella [MMR]). Imunisasi rubella harus diberikan pada wanita pasca pubertas yang kemungkinan rentan pada setiap kunjungan perawatan kesehatan. Untuk wanita yang mengatakan bahwa mereka mungkin hamil imunisasi harus ditunda. Uji kehamilan tidak secara rutin diperlukan, tetapi harus diberikan nasehat mengenai sebaiknya menghindari kehamilan selama 3 bulan sesudah imunisasi. Kebijakan imunisasi sekarang telah berhasil memecahkan siklus epidemic rubella yang biasa di Amerika Serikat dan menurunkan insiden sindrom rubella kongenital yang dilaporkan pada hanya 20 kasus pada tahun 1994. Namun imunisasi ini tidak mengakibatkan penurunan presentase wanita usia subur yang rentan terhadap rubella.
10.PROGNOSIS
Kornplikasi relatif tidak lazim pada anak. Neuritis dan artritis kadang-kadang terjadi. Resistensi terhadap infeksi bakteri sekunder tidak berubah. Ensefalitis serupa dengan ensefalitis yang ditemukan pada rubeola yang terjadi pada sekitar 1/6.000 kasus. Prognosis rubella anak adalah baik; sedang prognosis rubella kongenital bervariasi menurut keparahan infeksi. Hanya sekitar 30% bayi dengan ensefalitis tampak terbebas dari defisit neuromotor, termasuk sindrom autistik.
Kebanyakan penderitanya akan sembuh sama sekali dan mempunyai kekebalan seumur hidup terhadap penyakit ini. Namun, dikhawatirkan adanya efek teratogenik penyakit ini, yaitu kemampuannya menimbulkan cacat pada janin yang dikandung ibu yang menderita rubella.
Cacat bawaan yang dibawa anak misalnya penyakit jantung, kekeruhan lensa mata, gangguan pigmentasi retina, tuli, dan cacat mental. Penyakit ini kerap pula membuat terjadinya keguguran.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN RUBELLA PADA ANAK
Tn.S dan Ny.T memiliki anak R, usia anak tersebut 5 tahun, anak dari tiga bersaudara dan berjenis kelamin perempuan. Masuk rumah sakit pada tanggal 15Mei 2013 dengan keluhan;Bercak-bercak dengan warnanya lebih muda dari campak biasa. Yang dimana bercak timbul pertama kali di muka dan leher, berupa titik-titik kecil berwarna merah muda. Kemudian dalam waktu 24 jam lalu muncul bercak tersebut dan menyebar ke badan, lengan, tungkai, dan warnanya menjadi lebih gelap.
Demam ringan dengan suhu 38,5 derajat Celcius,Sakit kepala, Hidung tersumbat atau pilek yang dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit dan nyeri di tenggorokan.Saat sebelum sakit kebiasaan istirahat,bermain dan tidur berjalan normal, waktu sakit, istirahat dan tidurnya agak terganggu terutama disaat hidungnya tersumbat/pilek.
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas Anak
Nama : “An. R”
Umur : 5 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : -
Alamat : Jln R. Suprapto No 164
b. Identitas penanggung
Nama ayah : “Tn. S”
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
Penghasilan : Rp 2.200.000,-
Alamat : Jln R. Suprapto No 164
Nama ibu : “Ny. T”
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Pendidikan : SMAPekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jln R. Suprapto No 164
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1.) Keluhan utama : Bercak-bercak dengan warnanya lebih muda dari campak biasa. Yang dimana bercak timbul pertama kali di muka dan leher, berupa titik-titik kecil berwarna merah muda. Kemudian dalam waktu 24 jam lalu muncul bercak tersebut dan menyebar ke badan, lengan, tungkai, dan warnanya menjadi lebih gelap.
2.) Riwayat keluhan utama :
a.) Keluhan dirasakan sejak dua hari yang lalu, mulai dari tanggal 13 Mei 2013, ibu klien mengatakan Demam ringan dengan suhu 38,5 derajat Celcius,Sakit kepala, Hidung tersumbat atau pilek yang dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit dan nyeri di tenggorokan Faktor pencetus : minum susu SGM 2 yang disimpan di kulkas,selalu makan makanan yg tidak hegien,mengisap jarinya.
b.) Sifat keluhan tidak terus-menerus.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
1.) Klien belum ada penyakit tertentu hanya saja sebelumnya klien hanya mengalami demam dan flu.
2.) Makanan pantangan tidak ada
c. Riwayat kesehatan keluarga.
1.) Keluarga tidak ada menderita asma, dll.
2.) Keluarga tidak ada riwayat alergi makanan dan obat.
3.) Tidak ada anggota keluarga minum minuman keras dan alkohol.
4.) Ada anggota keluarga yang merokok (ayahnya).
.
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Orang tua klien
: Saudara kandung klien
: Klien
: Serumah dengan klien.
- G I, dari pihak bapak klien (nenek klien) meninggal karena proses ketuaan
- G I, dari pihak bapak klien (kakek klien) meninggal karena proses ketuaan.
- G II, bapak dan ibu klien sehat.
- G III, anak kedua umur 5 tahun rubella.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Klien nampak lemah.
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital :
Nadi : 108 x/menit
Suhu badan : 38,5 0C
d. Kepala
1.) Inspeksi
a.) Keadaan rambut
- Warna hitam.
- Penyebaran merata.
- Tidak mudah rontok.
b.) Keadaan kulit kepala
- Tampak bersih.
- Tidak ada ketombe.
2.) Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan.
e. Mata
1.) Inspeksi
- Mata nampak cekung.
- Bulu mata tumbuh merata.
2.) Palpasi
- Tidak ada peningkatan tekanan bola mata.
f. Hidung
1.) Inspeksi
- Septum : ada sekret/cairan.
2.) Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan pada sinus.
g. Telinga
1.) Inspeksi
- Bentuk simetris kiri dan kanan.
- Kanalis tidak ada serumen/cairan.
- Telinga nampak bersih.
2.) Palpasi
h. Mulut
1.) Inspeksi
- Bibir nampak kering.
- Keadaan mulut bersih.
- Gusi tidak ada peradangan.
2.) Palpasi
- Mukosa mulut agak kering.
i. Dada dan paru-paru
1.) Inspeksi
- Dada simetris kiri dan kanan.
- Pergerakan dada ikut pola pernafasan.
2.) Palpasi
- Vokal resonan teraba getaran seimbang paru-paru kiri dan kanan.
- Tidak teraba adanya massa.
- Tidak ada nyeri tekan pada lapang paru.
3.) Perkusi
- Terdengar sonor pada semua lapang paru.
4.) Auskultasi
- Bunyi nafas vesikuler, tidak ada bunyi tambahan.
j. Abdomen
1.) Inspeksi
- Tidak nampak pembesaran pada perut.
- Warna kulit sama bercak merah muda dengan daerah sekitarnya.
2.) Auskultasi
- Peristaltik usus 20 kali permenit.
- Bising usus meningkat.
3.) Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan.
- Tidak teraba adanya massa.
k. Kulit
1.) Inspeksi
- Warna merah muda.
- Turgor kulit kurang.
- Kelembaban kering.
2.) Palpasi
- Kulit teraba hangat.
RUBELLA
Rubella - yang sering dikenal dengan istilah campak Jerman atau campak 3 hari - adalah sebuah infeksi yang menyerang, terutama, kulit dan kelenjar getah bening. Penyakit ini disebabkan oleh virus rubella (virus yang berbeda dari virus yang menyebabkan penyakit campak), yang biasanya ditularkan melalui cairan yang keluar dari hidung atau tenggorokan. Penyakit ini juga dapat
ditularkan melalui aliran darah seorang wanita yang sedang hamil kepada janin yang dikandungnya. Karena penyakit ini tergolong penyakit ringan pada anak-anak, bahaya medis yang utama dari penyakit ini adalah infeksi pada wanita hamil, yang dapat menyebabkan sindrom cacat bawaan pada janin tersebut. Sebelum vaksin untuk melawan Rubella tersedia pada tahun 1969, epidemi rubella terjadi setiap 6 s.d. 9 tahun. Anak-anak dengan usia 5 - 9 menjadi korban utama dan muncul banyak kasus rubella bawaan. Sekarang, dengan adanya program imunisasi pada anak-anak dan remaja usia dini, hanya muncul sedikit kasus rubella bawaan.
Saat ini, sebagian besar infeksi rubella terjadi pada pria-wanita dewasa usia muda dan bukan pada anak-anak. Hal ini memicu bahaya laten yang mungkin akan berdampak pada anak-anak yang akan mereka miliki di masa datang.
GEJALA
Tanda-tanda dan gejala Infeksi rubella dimulai dengan adanya demam ringan selama 1 atau 2 hari (99 - 100 Derajat Fajrenheit atau 37.2 - 37.8 derajat celcius) dan kelenjar getah bening yang membengkak dan perih, biasanya di bagian belakang leher atau di belakang telinga. Pada hari kedua atau ketiga, bintik-bintik (ruam) muncul di wajah dan menjalar ke arah bawah. Di saat bintik ini menjalar ke bawah, wajah kembali bersih dari bintik-bintik. Bintik-bintik ini biasanya menjadi tanda pertama yang dikenali oleh para orang tua.
Ruam rubella dapat terlihat seperti kebanyakan ruam yang diakibatkan oleh virus lain. Terlihat sebagai titik merah atau merah muda, yang dapat berbaur menyatu menjadi sehingga terbentuk tambalan berwarna yang merata. Bintik ini dapat terasa gatal dan terjadi hingga tiga hari. Dengan berlalunya bintik-bintik ini, kulit yang terkena kadangkala megelupas halus.
Gejala lain dari rubella, yang sering ditemui pada remaja dan orang dewasa, termasuk: sakit kepala, kurang nafsu makan, conjunctivitis ringan (pembengkakan pada kelopak mata dan bola mata), hidung yang sesak dan basah, kelenjar getah bening yang membengkak di bagian lain tubuh, serta adanya rasa sakit dan bengkak pada persendian (terutama pada wanita muda). Banyak orang yang terkena rubella tanpa menunjukkan adanya gejala apa-apa.
Ketika rubella terjadi pada wanita hamil, dapat terjadi sindrom rubella bawaan, yang potensial menimbulkan kerusakan pada janin yang sedang tumbuh. Anak yang terkena rubella sebelum dilahirkan beresiko tinggi mengalami keterlambatan pertumbuhan, keterlambatan mental, kesalahan bentuk jantung dan mata, tuli, dan problematika hati, limpa dan sumsum tulang.
Penularan Virus rubella menular dari satu orang ke orang lain melalui sejumlah kecil cairan hidung dan tenggorokan. Orang yang mengidap rubella sangat berpotensi menularkan virus tersebut dalam periode satu minggu sebelum sampai satu minggu sesudah ruam muncul. Seseorang yang terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala rubella tetap dapat menularkan virus tersebut
Balita yang memiliki rubella bawaan dapat melepaskan virus tersebut melalui urin dan cairan hidung dan tenggorokan selama satu tahun atau lebih dan dapat menularkan virus terhadap orang yang belum terimunisasi.
PencegahanPencegahan Rubella dapat dicegah dengan vaksin rubella. Imunisasi rubella secara luas dan merata sangat penting untuk mengendalikan penyebaran penyakit ini, yang pada akhirnya dapat mencegah cacat bawaan/lahir akibat sindrom rubella bawaan. Vaksin ini biasanya diberikan kepada anak-anak berusia 12 - 15 bulan dan menjadi bagian dari imunisasi MMR yang telah terjadwal. Dosis kedua MMR biasanya diberikan pada usia 4 - 6 tahun, dan tidak boleh lebih dari 11 - 12 tahun. Sebagaimana dengan imunisasi lainnya, selalu ada pengecualian tertentu dan kasus-kasus khusus. Dokter anak akan memiliki informasi yang tepat. Vaksin rubella tidak boelh diberikan kepada wanita hamil atau wanita yang akan hamil dalam jangka waktu satu bulan sesudah pemberian vaksin. Wanita hamil yang tidak kebal terhadap rubella harus menghindari orang yang mengidap penyakit ini harus diberikan vaksinasi setelah melahirkan sehingga dia akan kebal terhadap penyakit ini di kehamilan berikutnya
Masa inkubasi
Periode inkubasi rubella adalah 14 - 23 hari, dengan rata-rata inkubasi adalah 16 - 18 hari.
Jangka waktu
Ruam rubella biasanya berlangsung selama 3 hari. Pembengkakan kelenjar akan berlangsung selama satu minggu atau lebih dan sakit persendian akan berlangsung selama lebih dari dua minggu. Anak-anak yang terkena rubella akan pulih dalam jangka waktu satu minggu sementara pada orang dewasa membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih.
PenangananRubella tidak dapat ditangani dengan antibiotik karena AB tidak dapat digunakan untuk mengatasi infeksi virus Wanita hamil yang terkena rubella harus segera menghubungi dokter spesialis.
Penanganan di rumahRubella biasanya penyakit yang ringan, terutama pada anak-anak dan hanya membutuhkan penanganan kecil di rumah. Awasi suhu badan anak dan hubungi dokter jika demamnya meninggiUntuk mengurangi keyidaknyamanan, balita dapat diberikan acetaminophen atau ibuprofen. Cegah penggunaan aspirin kepada anak-anak yang terkena infeksi virus karena penggunaan aspirin pada kasus tersebut dicurigai menyebabkan terjadinya sindrom Reye, yang dapat menyebabkan kegagalan hati dan kematian
RUBELLAEMIRZA NUR WICAKSONO JANUARI 18, 2013
[ 155 ] COMMENTS
Definisi
Rubella (German measles) merupakan suatu penyakit virus yang umum pada anak dan
dewasa muda, yang ditandai oleh suatu masa prodromal yang pendek, pembesaran
kelenjar getah bening servikal, suboksipital dan postaurikular, disertai erupsi yang
berlangsung 2-3 hari. Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa sekali-kali terdapat
infeksi berat disertai kelainan sendi dan purpura. Kelainan prenatal akibat rubela pada
kehamilan muda dilaporkan pertama kali oleh Gregg di Australia pada tahun 1941.
Rubela pada kehamilan muda dapat mengakibatkan abortus, bayi lahir mati, dan
menimbulkan kelainan kongenital yang berat pada janin. Sindrom rubela kongenital
merupakan penyakit yang sangat menular, mengenai banyak organ dalam tubuh dengan
gejala klinis yang luas. Hingga saat ini penyakit rubela masih merupakan masalah dan
terus diusahakan eliminasinya.
Rubella menjadi penting karena penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan pada janin.
Sindroma rubella congenital (Congenital Rubella Syndrome, CRS) terjadi pada 90% bayi
yang dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi rubella selama trimester pertama kehamilan;
risiko kecacatan congenital ini menurun hingga kira-kira 10-20% pada minggu ke-16 dan
lebih jarang terjadi bila ibu terkena infeksi pada usia kehamilan 20 minggu.
Infeksi janin pada usia lebih muda mempunyai risiko kematian di dalam rahim, abortus
spontan dan kecacatan congenital dari sistem organ tubuh utama. Cacat yang terjadi
bisa satu atau kombinasi dari jenis kecacatan berikut seperti tuli, katarak, mikroftalmia,
glaucoma congenital, mikrosefali, meningoensefalitis, keterbelakangan mental, patent
ductus arteriosus, defek septum atrium atau ventrikel jantung, purpura,
hepatosplenomegali, icterus dan penyakit tulang radiolusen. Penyakit CRS yang sedang
dan berat biasanya sudah dapat diketahui ketika bayi baru lahir; sedangkan kasus ringan
yang mengganggu organ jantung atau tuli sebagian, bisa saja tidak terdeteksi beberapa
bulan bahkan hingga beberapa tahun setelah bayi baru lahir. Diabetes mellitus dengan
ketergantungan insulin diketahui sebagai manifestasi lambat dari CRS. Malformasi
congenital dan bahkan kematian janin bisa terjadi pada ibu yang menderita rubella tanpa
gejala.
Epidemiologi
Penyakit ini terdistribusi secara luas di dunia. Epidemik terjadi dengan interval 5-7 tahun
(6-9 tahun), paling sering timbul pada musim semi dan terutama mengenai anak serta
dewasa muda. Pada manusia virus ditularkan secara oral droplet dan melalui plasenta
pada infeksi kongenital. Sebelum ada vaksinasi, angka kejadian paling tinggi terdapat
pada anak usia 5-14 tahun. Dewasa ini kebanyakan kasus terjadi pada remaja dan
dewasa muda.
Kelainan pada fetus mencapai 30% akibat infeksi rubela pada ibu hamil selama minggu
pertama kehamilan. Risiko kelainan pada fetus tertinggi (50-60%) terjadi pada bulan
pertama dan menurun menjadi 4-5% pada bulan keempat kehamilan ibu. Survei di
Inggris (1970-1974) menunjukkan insidens infeksi fetus sebesar 53% dengan rubela
klinis dan hanya 19% yang subklinis. Sekitar 85% bayi yang terinfeksi rubela kongenital
mengalami defek.
Etiologi
Rubella disebabkan oleh suatu RNA virus, genus Rubivirus, famili Togaviridae. Virus
dapat diisolasi dari biakan jaringan penderita. Secara fisiko-kimiawi virus ini sama
dengan anggota virus lain dari famili tersebut, tetapi virus rubela secara serologik
berbeda. Pada waktu terdapat gejala klinis virus ditemukan pada sekret nasofaring,
darah, feses dan urin.
Virus rubela tidak mempunyai pejamu golongan intervetebrata dan manusia merupakan
satu-satunya pejamu golongan vertebrata.
Cara Penularannya melalui kontak dengan sekret nasofaring dari orang terinfeksi. Infeksi
terjadi melalui droplet atau kontak langsung dengan penderita. Pada lingkungan tertutup
seperti di asrama calon prajurit, semua orang yang rentan dan terpajan bisa terinfeksi.
Bayi dengan CRS mengandung virus pada sekret nasofaring dan urin mereka dalam
jumlah besar, sehingga menjadi sumber infeksi.
Penyebab rubella atau campak Jerman adalah virus rubella. Meski virus penyebabnya
berbeda, namun rubella dan campak (rubeola) mempunyai beberapa persamaan. Rubella
dan campak merupakan infeksi yang menyebabkan kemerahan pada kulit pada
penderitanya.
Perbedaannya, rubella atau campak Jerman tidak terlalu menular dibandingkan campak
yang cepat sekali penularannya. Penularan rubella dari penderitanya ke orang lain terjadi
melalui percikan ludah ketika batuk, bersin dan udara yang terkontaminasi. Virus ini
cepat menular, penularan dapat terjadi sepekan (1 minggu) sebelum timbul bintik-bintik
merah pada kulit si penderita, sampai lebih kurang sepekan setelah bintik tersebut
menghilang.
Namun bila seseorang tertular, gejala penyakit tidak langsung tampak. Gejala baru
timbul kira-kira 14 – 21 hari kemudian. Selain itu, campak lebih lama proses
penyembuhannya sementara rubella hanya 3 hari, karena itu pula rubella sering disebut
campak 3 hari.
Patogenesis
Penularan terjadi melalui droplet, dari nasofaring atau rute pernafasan. Selanjutnya virus
rubela memasuki aliran darah. Namun terjadinya erupsi di kulit belum diketahui
patogenesisnya. Viremia mencapai puncaknya tepat sebelum timbul erupsi di kulit. Di
nasofaring virus tetap ada sampai 6 hari setelah timbulnya erupsi dan kadang-kadang
lebih lama. Selain dari darah dan sekret nasofaring, virus rubela telah diisolasi dari
kelenjar getah bening, urin, cairan serebrospinal, ASI, cairan sinovial dan paru.
Penularan dapat terjadi biasanya dari 7 hari sebelum hingga 5 hari sesudah timbulnya
erupsi. Daya tular tertinggi terjadi pada akhir masa inkubasi, kemudian menurun dengan
cepat, dan berlangsung hingga menghilangnya erupsi.
Patofisiologi
Periode inkubasi rata-rata 18 hari (12-23 hari). Virus sesudah masuk melalui saluran
pernafasan akan menyebabkan peradangan pada mukosa saluran pernafasan untuk
kemudian menyebar keseluruh tubuh. dari saluran pernafasan inilah virus akan
menyebrang ke sekelilingnya. Rubella baik yang bersifat klinis maupun sub klinis akan
bersifat sangat menular terhadap sekelilingnya. Pada infeksi rubella yang diperoleh post
natal virus rubella akan dieksresikan dari faring selama fase prodromal yang berlanjut
sampai satu minggu sesudah muncul gejala klinis. pada rubella yang kongenal saluran
pernafasan dan urin akan tetap mengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. hal ini perlu
diperhatikan dalam perawatan bayi dirumah sakit dan dirumah untuk mencegah
terjadinya penularan. Sesudah sembuh tubuh akan membentuk kekebalan baik berupa
antibody maupun kekebalan seluler yang akan mencegah terjadinya infeksi ulangan.
5. Pengaruh Rubella Terhadap Kehamilan
Infeksi rubella berbahaya bila terjadi pada wanita hamil muda, karena dapat
menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan,
maka resiko terjadinya kelaianan adalah 50%, sedanggkan jika infeksi terjadi trimester
pertama maka resikonya menjadi 25% (menurut America College Obstrician and
gynecologis, 1981). Rubella dapat menimbulkan abortfus, anomaly congenital dan infeksi
pada neonates (Konjungtivitis, engefalibis, vesikulutis, kutis, ikterus dan konvuisi)
6. Pengaruh rubella pada janin
Rubella dapat meningkatkan angka kematian perinatal dan sering menyebabkan cacat
bawaan pada janin. sering dijumpai apabila infeksi dijumpai pada kehamilan trimester I
(30 – 50%). Anggota tubuh anak yang bisa menderita karena rubella :
a. Mata (katarak, glaucoma, mikroftalmia)
b. Jantung (duktus arteriosus persisten, stenosis fulmonalis, septum terbuka)
c. Alat pendengaran (tuli)
d. Susunan syaraf pusat (meningoesefalitis, kebodohan)
Dapat pula terjadihambatan pertumbuhan intra uterin. kelainan hematologgik (termasuk
trombositopenia dan anemia), hepotosplenomegalia dan ikterus, pneumonitis interfisialis
kronika difusa dan kelainan kromosom. Selain itu bayi dengan rubella bawaan selama
beberapa bulan merupakan sumber infeksi bagi anak-anak dan orang dewasa lain.
Manifestasi Klinis
a. Masa inkubasi
Masa inkubasi berkisar 14 – 21 hari. Dalam beberapa laporan lain waktu inkubasi
minimum 12 hari dan maksimum 17 sampai 21 hari.
b. Masa prodromal
Pada anak biasanya erupsi timbul tanpa keluhan sebelumnya; jarang disertai gejala dan
tanda masa prodromal. Namun pada remaja dan dewasa muda masa prodromal
berlangsung 1-5 hari dan terdiri dari demam ringan, sakit kepala, nyeri tenggorok,
kemerahan pada konjungtiva, rinitis, batuk dan limfadenopati. Gejala ini segera
menghilang pada waktu erupsi timbul. Gejala dan tanda prodromal biasanya mendahului
1-5 hari erupsi di kulit. Pada beberapa penderita dewasa gejala dan tanda tersebut dapat
menetap lebih lama dan bersifat lebih berat. Pada 20% penderita selama masa
prodromal atau hari pertama erupsi timbul suatu enantema, tanda Forschheimer, yaitu
makula atau petekiia pada palatum molle. Pembesaran kelenjar limfe bisa timbul 5-7 hari
sebelum timbul eksantema, khas mengenai kelenjar suboksipital, postaurikular dan
servikal dan disertai nyeri tekan.
c. Masa eksantema
Seperti pada rubeola, eksantema mulai retro-aurikular atau pada muka dan dengan
cepat meluas secara kraniokaudal ke bagian lain dari tubuh. Mula-mula berupa makula
yang berbatas tegas dan kadang-kadang dengan cepat meluas dan menyatu,
memberikan bentuk morbiliform. Pada hari kedua eksantem di muka menghilang, diikuti
hari ke-3 di tubuh dan hari ke-4 di anggota gerak. Pada 40% kasus infeksi rubela terjadi
tanpa eksantema. Meskipun sangat jarang, dapat terjadi deskuamasi posteksantematik.
Limfadenopati merupakan suatu gejala klinis yang penting pada rubela. Biasanya
pembengkakan kelenjar getah bening itu berlangsung selama 5-8 hari.
Pada penyakit rubela yang tidak mengalami penyulit sebagian besar penderita sudah
dapat bekerja seperti biasa pada hari ke-3. sebagian kecil penderita masih terganggu
dengan nyeri kepala, sakit mata, rasa gatal selama 7-10 hari
Diagnosis Banding
Penyakit yang memberikan gejala klinis dan eksantema yang menyerupai rubela adalah :
a.Penyakit virus : campak, roseola infantum, eritema mononukleosis infeksiosa dan
Pityriasis rosea
b.Penyakit bakteri : scarlet fever (Skarlatina).
c.Erupsi obat : ampisilin, penisilin, asam salisilat, barbiturat, INH, fenotiazin dan diuretik
tiazid.
Bercak erupsi rubela yang berkonfluensi sulit dibedakan dari morbili, kecuali bila
ditemukan bercak koplik yang karakteristik untuk morbili. Erupsi rubela cepat
menghilang sedangkan erupsi morbili menetap lebih lama.
Bila terjadi kemerahan difus dan tampak bercak-bercak berwarna lebih gelap diatasnya,
perlu dibedakan dari scarlet fever. Tidak seperti scarlet fever, pada rubela daerah
perioral terkena.
Erupsi pada infeksi mononukleosis dapat menyerupai rubela derajat berat, namun
penyakit itu dimulai dengan difteroid atau Plaut-Vincent-like tonsilitis, demam lebih
tinggi, pembesaran kelenjar getah bening umum serta pembesaran hepar dan limpa.
Pada sifilis stadium dua ditemukan juga eksantema yang menyerupai rubela, disertai
pembesaran kelenjar getah bening umum, kadang-kadang perlu pemeriksaan serologik
untuk sifilis.
Erupsi obat menyerupai rubela yang dapat disertai pembesaran kelenjar getah bening
disebabkan terutama oleh senyawa hidantoin. Pada kasus yang meragukan dapat
dilakukan pemeriksaan hemogram dan serologik.
Diagnosis
Diagnosis rubella tidak selalu mudah karena gejala-gejala kliniknya hampir sama dengan
penyakit lain. Kadang tidak jelas atau tidak ada sama sekali. Virus pada rubella sering
mencapai dan merujuk embrio dan fetus. virus pada rubella sering mencapai dan
merujuk embrio dan fetus. Diagnosis pasti dapat dibuat dengan isolasi virus atau
ditemukannya kenaikan tetes anti rubella dalam serum. Lebih dari 50% kasus infeksi
rubella pada ibu hamil bersifat subklinis/tanpa gejala sehingga sering tidak disadari.
Karena dapat berdampak negatif bagi janin yang dikandungnya
Diagnosis klinis sering kali sukar dibuat untuk seorang penderita oleh karena tidak ada
tanda atau gejala yang patognomik untuk rubela. Seperti dengan penyakit eksantema
lainnya, diagnosis dapat dibuat dengan anamnesis yang cermat. Rubela merupakan
penyakit yang epidemik sehingga bila diselidiki dengan cermat, dapat ditemukan kasus
kontak atau kasus lain di dalam lingkungan penderita.sifat demam dapat membantu
dalam menegakkan diagnosis, oleh karena demam pada rubela jarang sekali di atas
38,5ºC.
Pada infeksi tipikal, makula merah muda yang menyatu menjadi eritema difus pada
muka dan badan serta artralgia pada tangan penderita dewasa merupakan petunjuk
diagnosis rubela.
Perubahan hematologik hanya sedikit membantu penegakan diagnosis. Peningkatan sel
plasma 5-20% merupakan tanda yang khas. Kadang-kadang terdapat leukopenia pada
awal penyakit yang dengan segera segera diikuti limfositosis relatif. Sering terjadi
penurunan ringan jumlah trombosit.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan serologik yaitu adanya peningkatan titer
anibodi 4 kali pada hemaglutination inhibition test (HAIR) atau ditemukannya antibodi Ig
M yang spesifik untuk rubela. Titer antibodi mulai meningkat 24-48 jam setelah
permulaan erupsi dan mencapai puncaknya pada hari ke 6-12. selain pada infeksi primer,
antibodi Ig M spesifik rubela dapat ditemukan pula pada reinfeksi. Dalam hal ini adanya
antibodi Ig M spesifik rubela harus di interpretasi dengan hati-hati. Suatu penelitian telah
menunjukkan bahwa telah tejadi reaktivitas spesifik terhadapp rubela dari sera yang
dikoleksi, setelah kena infeksi virus lain.
Membedakan rubella dengan campak (q.v.), demam scarlet (lihat infeksi Streptokokus)
dan penyakit ruam lainnya (misalnya infeksi eritema dan eksantema subitum) perlu
dilakukan karena gejalanya sangat mirip. Ruam makuler dan makulopapuler juga terjadi
pada sekitar 1-5% penderita dengan infeksi mononucleosis (terutama jika diberikan
ampisilin), juga pada infeksi dengan enterovirus tertentu dan sesudah mendapat obat
tertentu.
Diangosa klinis rubella kadang tidak akurat. Konfirmasi laboratorium hanya bisa
dipercaya untuk infeksi akut. Infeksi rubella dapat dipastikan dengan adanya
peningkatan signifikan titer antibodi fase akut dan konvalesens dengan tes ELISA, HAI,
pasif HA atau tes LA, atau dengan adanya IgM spesifik rubella yang mengindikasikan
infeksi rubella sedang terjadi.
Sera sebaiknya dikumpulkan secepat mungkin (dalam kurun waktu 7-10 hari) sesudah
onset penyakit dan pengambilan berikutnya setidaknya 7-14 hari (lebih baik 2-3 minggu)
kemudian. Virus bisa diisolasi dari faring 1 minggu sebelum dan hingga 2 minggu
sesudah timbul ruam. Virus bisa ditemukan dari contoh darah, urin dan tinja. Namun
isolasi virus adalah prosedur panjang yang membutuhkan waktu sekitar 10-14 hari.
Diagnosa dari CRS pada bayi baru lahir dipastikan dengan ditemukan adanya antibodi
IgM spesifik pada spesimen tunggal, dengan titer antibodi spesifik terhadap rubella diluar
waktu yang diperkirakan titer antibodi maternal IgG masih ada, atau melalui isolasi virus
yang mungkin berkembang biak pada tenggorokan dan urin paling tidak selama 1 tahun.
Virus juga bisa dideteksi dari katarak kongenital hingga bayi berumur 3 tahun
Komplikasi
Komplikasi relatif tidak lazim pada anak. Neuritis dan artritis kadang-kadang terjadi.
Resistensi terhadap infeksi bakteri sekunder tidak berubah. Ensefalitis serupa dengan
ensefalitis yang ditemukan pada rubeola yang terjadi pada sekitar 1/6.000 kasus.
Kebanyakan anak-anak mengalami penyembuhan total. Anak laki-laki atau pria dewasa
kadang mengalami nyeri pada testis (buah zakar) yang bersifat sementara. Sepertiga
wanita mengalami nyeri sendi atau artritis. Pada wanita hamil, campak jerman bisa
menyebabkan keguguran, kematian bayi dalan kandungan ataupun keguguran. Kadang
terjadi infeksi telinga (otitis media).
Pengobatan
Jika tidak terjadi komplikasi bakteri, pengobatan adalah simtomatis. Adamantanamin
hidrokhlorida (amantadin) telah dilaporkan efektif in vitro dalam menghambat stadium
awal infeksi rubella pada sel yang dibiakkan. Upaya untuk mengobati anak yang sedang
menderita rubela kongenital dengan obat ini tidak berhasil. Karena amantadin tidak
dianjurkan pada wanita hamil, penggunaannya amat terbatas. Interferon dan isoprinosin
telah digunakan dengan hasil yang terbatas.
Pencegahan
Pada orang yang rentan, proteksi pasif dari atau pelemahan penyakit dapat diberikan
secara bervariasi dengan injeksi intramuskuler globulin imun serum (GIS) yang diberikan
dengan dosis besar (0,25 – 0,50 mL/kg atau 0,12-0,20 mL/lb) dalam 7-8 hari pasca
pemajanan. Efektivitas globulin imun tidak dapat diramalkan. Tampaknya tergantung
pada kadar antibodi produk yang digunakan dan pada faktor yang belum diketahui.
Manfaat GIS telah dipertanyakan karena pada beberapa keadaan ruam dicegah dan
manifestasi klinis tidak ada atau minimal walaupun virus hidup dapat diperagakan dalam
darah. Bentuk pencegahan ini tidak terindikasI, kecuali pada wanita hamil nonimun.
Sejak tahun 1979 vaksin virus hidup RA 27/3 (fibroblas paru embrional manusia deretan
WI-38) telah digunakan hanya pada imunisasi aktif terhadap rubella di Amerika Serikat.
Vaksin RA 27/3 mempunyai banyak manfaat melebihi vaksin rubela lain yang dahulu
digunakan karena ia menghasilkan antibodi nasofaring dan berbagai variasi antibodi
serum, memberikan proteksi yang lebih baik terhadap reinfeksi, dan sangat lebih
menyerupai proteksi yang diberikan oleh infeksi alamiah. Vaksin sensitif terhadap panas
dan cahaya; karenanya vaksin harus disimpan dalam lemari es pada suhu 4º dan
digunakan sesegera vaksin ini dilarutkan kembali. Vaksin diberikan sebagai satu injeksi
subkutan.
Antibodi berkembang pada sekitar 98% dari mereka yang divaksinasi. Walaupun
mungkin virus menetap, terutama pada nasofaring, dan pelepasan terjadi dari 18-25 hari
sesudah vaksinasi, penularan nampaknya tidak merupakan masalah.
Lama persistensi antibodi rubela pasca vaksinasi dengan RA 27/3 tidak tentu tetapi
mungkin seumur hidup. Cara-cara pencegahan adalah paling penting untuk perlindungan
janin. Vaksinasi ini terutama penting sehingga wanita mempunyai imunitas terhadap
rubela sebelum mencapai usia subur, dengan penularan penyakit alamiah atau dengan
imunisasi aktif. Status imun dapat dievaluasi dengan uji serologis yang tepat.
Program vaksinasi rubela di Amerika Serikat mengharuskan untuk imunisasi semua laki-
laki dan wanita umur 12 dan 15 bulan serta pubertas dan wanita pasca pubertas tidak
hamil. Imunisasi adalah efektif pada umur 12 bulan tetapi mungkin tertunda sampai 15
bulan dan diberikan sebagai vaksin campak-parotitis-rubela (measles-mumps-rubela
/MMR). Imunisasi rubela harus diberikan pada wanita pasca pubertas yang kemungkinan
rentan pada setiap kunjungan perawatan kesehatan. Untuk wanita yang mengatakan
bahwa mereka mungkin hamil imunisasi harus ditunda. Uji kehamilan tidak secara rutin
diperlukan, tetapi harus diberikan nasehat mengenai sebaiknya menghindari kehamilan
selama 3 bulan sesudah imunisasi. Kebijakan imunisasi sekarang telah berhasil
memecahkan siklus epidemi rubela yang basa di Amerika Serikat dan menurunkan
insiden sindrom rubella kongenital yang dilaporkanpada hanya 20 kasus pada tahun
1994. Namun imunisasi ini tidak mengakibatkan penurunan persentase wanita usia subur
yang rentan terhadap rubella. Semua orang rentan terhadap infeksi virus rubella setelah
kekebalan pasif yang didapat melalui plasenta dari ibu hilang. Imunitas aktif didapat
melalui infeksi alami atau setelah mendapat imunisasi; kekebalan yang didapat biasanya
permanent sesudah infeksi alami dan sesudah imunisasi diperkirakan kekebalan juga
akan berlangsung lama, bisa seumur hidup, namun hal ini tergantung juga pada tingkat
endemisitas. Di AS, sekitar 10% dari penduduk tetap rentan. Bayi yang lahir dari ibu
yang imun biasanya terlindungi selama 6-9 bulan,tergantung dari kadar antibodi ibu
yang didapat secara pasif melalui plasenta.
a. Untuk perlindungan terhadap serangan virus rubella telah tersedia vaksin dalam
bentuk vaksin kombinasi yang sekaligus digunakan untuk mencegah infeksi campak dan
gondongan, dikenal sebagai vaksin MMR (Mumps Mrasies Rubella). vaksin rubella dapat
diberikan kepada anak yang sistem kekebalan tubuhnya sudah berkembang yaitu pada
usia 12 – 18 bulan. Bila pada usia tersebut belum diberikan, vaksinasi dapat dilakukan
pada usia 6 tahun. sedangkan vaksinasi dapat dilakukan pada usia 6 tahun. Sedangkan
vaksinasi ulangan di anjurkan pada usia 10 – 12 tahun atau 12 – 18 tahun (sebelum
pubertas). Infeksi rubella, pada umumnya merupakan penyakit ringan.
b. vaksin rubella tidak boleh diberikan pada ibu hamil, terutama pada awal kehamilan,
dapat mendatangkan petaka bagi janin yang dikandungnya. Dapat terjadi abortus
(keguguran), bayi meninggal pada saat lahir, atau mengalami sindron rubella kongenital.
oleh karena itu, sebelum hamil pastikan bahwa anda telah memiliki kekebalan terhadap
virus rubella dengan melakukan pemeriksaan anti – rubella IgG dan anti – rubella Ig M.
1) Jika hasil keduanya nagatif, sebaiknya anda ke dokter untuk melakukan vaksinasi,
namun anda baru diperbolehkan hamil 3 bulan setelah vaksinasi.
2) Jika anti – rubella IgG saja yang positif, atau anti rubella IgM dan anti rubella- IgG
positif, dokter akan menyarankan anda untuk menunda kehamilan.
3) Jika anti – rubella IgG saja yang positif, berarti anda pernah terinfeksi dan anti bodi
yang terdapat dalam tubuh anda dapat melindungi dari serangan virus rubella. Bila Anda
hamil , bayi anda pun akan terhindar dari Sindroma Rubella Kongenital. bila anda
sedanghamil dan belum mengetahui apakah tubuh anda telah terlindungi dari infeksi
Rubella, maka anda di anjurkan melakukan pemeriksaan anti-Rubella IgG dan anti-
Rubella IgG : jika anda telah memiliki kekebalan( Anti- Rubella IgG ), berarti janin adapun
terlindungi dari ancaman virus rubella.
Jika belum memiliki kekebalan (Anti – Rubella IgG dan Anti – Rubella IgG positif),, maka :
- Sebaiknya anda rutin kontrol ke dokter
- Tetap menjaga kesehatan dan tingkatan daya tubuh
- Menghindari orang yang dicurigai terinfeksi rubellamaka deteksi infeksi rubella pada ibu
hamil yang belum memiliki kekebalan terhadap infeksi rubella sngat penting. ada
beberapa pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi infeksi rubella, yang lazim
dilakukan adalah pemeriksaan anti Rubella IgM dan anti rubella IgG pada contoh darah
dari ibu hamil. Sedangkan untuk memastikan apakah janin terinfeksi / tidak maka
dilakukan pendeteksian virus rubella dengan teknik PCR (Polymerose Chain reaction).
- Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban ( cairan amnion) / darah janin.
Pengambilan ampel air ketuban atau pun darah janin harus dilakukan oleh dokter ahli
kandungan dan kebidanan dan hanya dapat dilakukan setelah usia kehamilan diatas 22
minggu.
- Apabila wanita hamil dalam trimester I menderita viremia, maka abortus buatan perlu
dipertimbangkan. setelah trimester I, kemungkinan cacat bawaan menjadi kurang yaitu
6,8% dalam trimester II dan 5,3% dalam trimester III.
Prognosis
Prognosis rubella anak adalah baik; sedang prognosis rubela kongenital bervariasi
menurut keparahan infeksi. Hanya sekitar 30% bayi dengan ensefalitis tampak terbebas
dari defisit neuromotor, termasuk sindrom autistik.