revisi tafsir al quran

36
Program Kaderisasi Ulama PKU- VI Kerjasama MUI dan ISID Gontor

Upload: bahrum-subagia

Post on 05-Dec-2014

481 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Revisi tafsir al quran

Program Kaderisasi Ulama PKU- VI

Kerjasama MUI dan ISID Gontor

Page 2: Revisi tafsir al quran

TAFSIR AL-QURAN RELATIF ATAU ABSOLUT?

Kritik Metodologi Relativitas Tafsir Nasr Hamid Abu Zaid

Oleh: Lalu Heri Afrizal, Lc.

Page 3: Revisi tafsir al quran

Nama : Nasr Hamid Abu ZaidTTL : 10 July 1943, T}ant}a>, Mesir

Perjalanan Intelektual: S1 - S3 jurusan Bahasa dan Sastra Arab, Univ. Kairo. Pernah tinggal di Amerika selama 2 tahun (1978-1980) untuk penelitian doktoralnya di University of Pensylvania, Philadelphia, USA. Di Universitas ini ia mempelajari folklore dan metodologi kajian lapangan (fieldwork)

Pada tahun 2002, ia mengajukan karya-karyanya, di antaranya Naqd l-Khit}a>b l-Di>ny yang diterbitkan pada tahun ini juga, dan saat itu pula namanya melejit di dunia Islam. Di tahun ini pula dimulai "Kasus Abu Zaid" di persidangan yang berakhir dengan vonis murtad atas dirinya oleh pengadilan tinggi Mesir dan ia dituntut menceraikan istrinya.

Beberapa karyanya yang lain: Mafhu>m l-Nas}s}, Falsafah Ta'wi>l, Imam Al-Sya>fi'iy wa Ta'si>s l-Aidiu>lu>jiyyah l-Wasat}iyyah, dll.

Page 4: Revisi tafsir al quran

Relativisme Tafsir

Paham yang menganggap

semua penafsiran

terhadap

Kitab Suci adalah relatif.

Tidak ada penafsiran yang

absolut kebenarannya,

yang lebih tinggi dari

penafsiran lain, semuanya

relatif kepada

subyektivitas masing-

masing penafsir.

Liberalisasi Pemikiran Islam, hal.92

Page 5: Revisi tafsir al quran

وال التفات لمزاعم الخطاب الديني بمطابقة فهم الرسول للداللة الذاتية للنص ... إن هذا الزعم

يؤدي إلى نوع من الشرك من حيث إنه يطابق بين المطلق والنسبي وبين

الثابت والمتغير حين يطابق بين القصد اإللهي والفهم

اإلنساني لهذا القصد ولو كان فهم الرسول.

Tak perlu dipedulikan asumsi-asumsi wacana keagamaan yang

menyatakan kesesuaian pemahaman Nabi terhadap dilalah asli teks...

Asumsi semacam ini akan menjurus kepada

‘kemusyrikan’ karena telah menyamakan antara yang absolut dan yang nisbi (tafsir

Nabi).. antara maksud Tuhan dangan pemahaman manusia, sekalipun

itu adalah pemahaman seorang Rasul.

Nas}r H}a>mid Abu> Zaid, Naqd ‘l-Khita>b al-Di>ny, hal. 126

Mustahil manusia yang relatif memahami

kehendak Tuhan yang absolut

Nas}r H}a>mid Abu> Zaid, Hermeneutika Inklusif, Judul asli:

Isyka>liya>t ‘l-Qira>’ah wa A>liya>t ‘l-Ta’wi>l, (Jakarta: ICIP,

2004), hal. 7

Page 6: Revisi tafsir al quran

Abu Zaid: “Telah tiba saatnya untuk keluar dari dilema ini dan bebas dari keterpasungan interpretasi.. dengan cara membatasi tabiat teks-teks keagamaan dan mekanismenya dalam melahirkan makna...” Naqd ‘l-Khit}a>b al-Di>ny, hal. 63

Pembacaan thdp teks2 keagamaan hingga saat ini

belum ada yg ilmiah & obyektif (‘ilmy-mawd}u>‘iy), karena banyak diwarnai unsur

khurafat & mitos serta bercorak literalis-idiologis

Nas}r H}a>mid Abu> Zaid, Naqd ‘l-Khit}a>b ‘l-Di>ny, hal. 62

»وقد آن األوان للخروج من هذا المأزق والتخلص من عقدة التأويل ...

آليته فى إنتاج و طبيعة النصوص الدينيبتحديد ...«الداللة

Page 7: Revisi tafsir al quran

(1)Membatasi Tabiat

Teks-teks Keagamaan

(Dekonstruksi Konsep Wahyu)

Page 8: Revisi tafsir al quran

Al-Qur’a>n Produk Budaya (Muntaj Tsaqa>fi); Teks Manusiawi (Nas}s} Basyary); Fenomena Sejarah (Za>hirah Ta>ri>khiyyah) Mafhu>m l-Nas}s}

“Realitaslah yang memproduksi teks.” Mafhu>m l-Nas}s}, hal. 109

“Pada fase terbentuknya teks di dalam budaya, budaya menjadi subyek (produsen) dan teks menjadi obyek (produk)...” Ibid}, hal. 200

والمصدر اإللهي لتلك النصوص ال يلغي إطالقا حقيقة كونها نصوصا

لغوية بكل ما تعنيه اللغة من ارتباط بالزمان والمكان...

Wujud teks yang bersumber dari Tuhan sama sekali tidak menafikan hakikatnya sebagai teks

linguistik yang sangat terkait dengan zaman dan tempatnya...”

Nas}r H>mid Abu> Zaid, Al-Nas}s} wa ‘l-S}ult}ah wa ‘l-Haqi>qah, (Beirut: Al-Markaz Al-Tsaqa>fy al-‘Araby, 1995) hal. 92

Keimanan akan wujud metafisik yang mendahului teks akan mengaburkan hakikat aksiomatis ini (bahwa Al-Quran Produk Budaya) serta mengeruhkan kemungkinan fenomena teks untuk bisa dipahami secara ilmiah. Mafhu>m l-Nas}s}, hal. 27

Page 9: Revisi tafsir al quran

(2)Membatasi

Mekanisme Teks dalam melahirkan

makna(Metodologi Tafsir

Kontekstual)

Page 10: Revisi tafsir al quran

وال التفات لمزاعم الخطاب الديني بمطابقة فهم

الرسول للداللة الذاتية للنص على فرض وجود مثل هذه

الداللة الذاتيةTak perlu dipedulikan asumsi-

asumsi wacana keagamaan yang menyatakan kesesuaian

pemahaman Nabi terhadap dila>lah asli teks, itupun kalau

ada sesuatu yang disebut dengan dila>lah asli teks. Nas}r H}a>mid Abu> Zaid, Naqd ‘l-Khita>b ‘l-Di>ny, hal. 126

Maksudnya: Memahami bagaimana konteks melahirkan makna teks. Karena bagi Abu Zaid, teks tidak memiliki dila>lah (makna)

asli, tetapi dila>lah tersebut diciptakan oleh konteks.فالواقع أوال والواقع ثانيا والواقع أخيرا.

وإهدار الواقع لحساب نص جامد ثابت المعنى والداللة يحول كليهما

إلى أسطورة

Realitas (konteks) adalah yang pertama, yang

kedua dan yang terakhir. Menyia-nyiakan

realitas demi makna teks agama yang kaku

dan permanen akan mengubahnya menjadi

mitos. Nas}r H}a>mid Abu> Zaid, Naqd ‘l-

Khit}a>b ad-Di>ny, hal. 130

Page 11: Revisi tafsir al quran

Tat}awwur ‘l-lughah: إذا كانت اللغة تتطور بتطور

حركة المجتمع والثقافة ...فمن الطبيعي بل والضروري أن يعاد

فهم النصوص وتأويلها بنفي المفاهيم التاريخية واالجتماعية

األصلية وإحالل المفاهيم المعاصرة واألكثر إنسانية

..وتقدما“Bahasa selalu berkembang

maknanya bersama perkembangan gerak masyarakat dan budaya ...

Sehingga.. merupakan kewajiban mengembalikan pemahaman

teks dengan membuang makna historis-sosiologis yang asli, kemudian menggantinya dengan

makna-makna baru yang lebih manusiawi dan maju.” Naqd ‘l-

Khit}a>b, hal. 133

Setelah memaahami bagaimana konteks melahirkan makna asli, makna-makna asli tersebut harus dibuang dan diganti dengan makna2 baru yang sesuai konteks

kekinian.

Page 12: Revisi tafsir al quran

Metodologi“Tafsir

Kontekstual”1. Ikhfa>’ ‘l-Ma’na>

Menyembunyikan

(membuang) makna yang

tidak substantif; makna asli

ketika turunnya teks

2. Kasyf ‘l-Maghza>

Menyingkap konsep-konsep

makna baru yang lebih manusiawi

dan maju. “Pembacaan teks yang dilakukan di zaman berikutnya (setela h zaman

produksi teks) di dalam komunitas lain berdiri di atas dua mekanisme yang saling melengkapi:

(1)Ikhfa>’, menyembunyikan segala hal yang bukan substansi, biasanya terkait waktu dan tempat yang tidak bisa menerima takwil, dan

(2)Kasyf, menyingkap sesuatu yang menjadi substansi teks dengan metode takwil. Dalam hal ini tidak ada unsur-unsur substantif yang permanen di dalam teks tersebut. Tetapi setiap pembacaan teks—dalam pengertian historis-sosiologis—memiliki substansinya di dalam teks yang disingkap oleh pembacaan itu.” [Naqd ‘l-Khita>b al-Di>ny, hal. 118]

Page 13: Revisi tafsir al quran

Kritik Terjadap

“Konsep Wahyu”&

“Metodologi Tafsir” Abu Zaid

Page 14: Revisi tafsir al quran

ين� . . �م� اَأْل� وُح� الر� ب�ه� ل� ن�ز� ال�ع�ال�م�ين� ب� ر� ل�ت�ن�ز�يل� �ن�ه� إ و�ب�ي� . ع�ر� ان� ب�ل�س� ن�ذ�ر�ين� ال�م� م�ن� ل�ت�ك�ون� ل�ب�ك� ق� ع�ل�ى

ب�ين� : م� (195-192الشعراء)

“Dan sesungguhnya Al-Qur’a>n ini benar-benar diturunkan oleh Rabb semesta alam. Dia dibawa turun oleh Ar-Ru>h Al-Ami>n (Jibri>l). Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan. (Penurunan Al-Quran itu ) Dengan bahasa Arab yang jelas.” [QS. Al-Syu‘ara>’: 192-195].Jika Al-Qur’a>n turun dari Alla>h dengan Bahasa Arab, ini

berarti Al-Quran turun dari Allah dengan lafaz dan maknanya (Lafz}an wa Ma‘nan), karena bahasa Arab

itu adalah lafaz dan makna. Lafaz Al-Quran bukan diproduk oleh Jibril atau Muhammad

WAHYU BAGI UMAT ISLAM

Page 15: Revisi tafsir al quran

Konsekuensi logis mengatakan, “Al-Qur’a>n produk budaya” ialah manusialah yang memproduk Al-Qur’a>n. Dan ini sangat bertentangan dengan Al-Quran dan akidah Umat Islam, bahwa Al-Quran turun dari Allah secara lafaz dan makna

“Al-Quran Produk Budaya” dan “Al-Quran bersumber dari Allah” dua pernyataaan kontradiktif

Merupakan aksioma bahwa setiap ucapan dinisbatkan kepada pengucapnya, bukan pendengarnya. Al-Qur’a>n difirmankan oleh Alla>h kemudian didengar dan disampaikan oleh Muhammad Saw, lalu bagaimana mungkin sumbernya menjadi lenyap, kemudian dikatakan bahwa firman itu menjadi diproduk oleh pendengar?

Kritik Konsep Wahyu

(Muntaj Tsaqafy-Masdar Ilahy)

Page 16: Revisi tafsir al quran

Di dalam Al-Quran kata wahyu sangat umum maknanya (ilham, mimpi para nabi, komunikasi langsung, pengutusan Jibri>l, dll). (Na>shir bin Abdul Kari>m al-‘Aql, Al-Itijaha>t al-‘Aqla>niyyah al-H}adi>thah, (Riya>dh: Da>r ‘l-Fad}i>lah, 2001) hal. 155-156)

Jika Al-Quran turun hanya dengan makna, lalu apa bedanya wahyu Al-Quran dan wahyu ilham yang juga turun kepada manusia biasa bahkan kepada hewan seperti lebah?

Jibri>l tak perlu turun menyampaikan Al-Qur’a>n, karena ilham bisa datang tanpa harus melalui Jibri>l?

Tak mungkin Al-Quran disebut mukjizat yang mustahil didatangkan oleh seluruh makhluk, kalau lafaznya dari Muhammad atau Jibril yang keduanya adalah makhluk? Abdul ‘Az}i>m Al-Zurqa>ny, Mana>hil ‘l-‘Irfa>n

fi> ‘Ulu>m ‘l-Qur’a>n, hal. 44

Tak mungkin Al-Quran disebut Kala>mulla>h kalau lafaznya disusun oleh Muhammad atau Jibril? Ibid, hal. 44

Karena tidak dikenal dalam bahasa Arab kata kala>m yang hanya berarti makna saja tanpa lafaz. Kha>lid bin ;Uthma>n Al-Sibt, Mana>hil ‘l-‘Irfa>n fi> ‘Ulu>m ‘l-Qur’a>n, Dira>sah wa Taqwi>m, hal. 177

Page 17: Revisi tafsir al quran

Kritik Metodologi Penafsiran

Kontekstual

Page 18: Revisi tafsir al quran

1

Dila>lah Asli Teks

Abu Zaid, mengklaim bahwa Teks Wahyu tidak memiliki dila>lah/Makna Asli.

Artinya, lafaz-lafaz Al-Quran seolah wadah kosong yang bisa diisi oleh siapa saja menurut subyektifitas masing-masing Pembaca.

Implikasinya, Abu Zaid menuduh Tuhan berkomunikasi dengan manusia dengan lafaz2 kosong tanpa makna.

Padahal, manusia saja tidak akan berkomunikasi dengan lafaz-lafaz tanpa makna, lantas bagaimana dengan Tuhan yang Maha bijaksana dan Mahabenar dengan segala firman-Nya?

Page 19: Revisi tafsir al quran

2 Al-Qur’a>n adalah kitab suci yang bisa dipahami dan

Rasulullah Saw sangat memahami Al-Quran Tak mungkin beliau menyampaikan sesuatu yang

beliau tidak pahami? Dan apa artinya beliau sebagai rasul kalau beliau sendiri tak paham Al-Quran yang dibawanya?

Apa artinya Allah Swt yang memerintahkan kaum Muslimin untuk meneladani Nabi Saw kalau beliau sendiri tak paham. (A>li ‘Imra>n: 31 dan 132, Al-Nisa>’: 59, Al-Ma>’idah: 92, Al-Anfa>l: 1 dan 46, Al-Nu>r: 63, Al-Muja>dilah: 1, Al-Tagha>bun: 12, dll).

Apakah semua ayat-ayat diatas menyuruh kita syirik? Dalam banyak ayat Allah memerintahkan kita untuk

mendatabburi Al-Quran, apa artinya diperintah mentadabburi kalau tidak mungkin dipahami?

Pemahaman Nabi Saw

Page 20: Revisi tafsir al quran

فى اَأْلميين معهود على الكتاب نصوص ت�حم�لالخطاب

Ayat-ayat Al-Quran harus dipahami melalui konsep makna kebahasaan orang-orang

Ummy [Orang Arab pada saat turunnya Al-Quran].

Al-Sya>t}iby, Al-Muwa>faqa>t fi> Us}u>l ‘l-Syari>’ah, (Beirut: Da>r ‘l-Kutub ‘l-‘Ilmiyyah, 1991), 2/78

Konteks pada

saat Ayat turun

justru sangat

membantu

memahami ayat

tersebut

[Asba>b ‘l-

Nuzu>l]

Teks tidak boleh dipahami maknanya kecuali melalui pemahaman

terhadap kondisi sosio-historis di mana teks itu lahir

Konteks Perlu dalam

Menafsir3

Page 21: Revisi tafsir al quran

Ilmu Dila>lah

[Semantik]

Perkembangan

dila>lah bahasa

tidak keluar dari

tiga hal:

(a)Pengerucutan

makna (H}ari>m)

(b)Pelebaran

makna dan

(Sariqah)

(c) Pemindahan

makna: Lughawy/ ’Urfy/Syar’y

Semua itu dengan tidak

membuang makna asli

teks

Dr. Abdul Fatta>h}

Abu ‘l- Futu>h}:

“Perubahan

dila>lah pada

kosakata bahasa

tidak menyebabkan

ia kehilangan

dila>lah lamanya

dalam penggunaan...

dila>lah baru

hanyalah tambahan

bagi dila>lah lama.”

Al-Tayya>r al-’Alma>ny al-

H}adi>ts, hal. 170

Tat}awwur

l-Lugah4

Page 22: Revisi tafsir al quran

ContohRealtivitas Penafsiran

Abu Zaid

Page 23: Revisi tafsir al quran

Membuang Keimanan kepada hal-hal yang ghaib- Malaikat, Arsy, Qolam, Lauh

dll (Naqd l-Khit}a>b: 207)- Sihir, Hasad, Jin-Syetan (Naqd l-

Khit}a>b: 212) Membuang hukum-hukum Islam:- Hukum Waris (Nasr Hamid.

AZ,Voice of an Exile Reflections on Islam :178)

- Hukum Hudud (Voice of an Exile Reflections on Islam: 166)

- Kewajiban Jilbab (Al-Mar’ah fi> Khit}a>b l-Azmah: 103)

Menjustifikasi :- Doktrin Trinitas (Naqd l-Khit}a>b:

205)- Homoseks (Voice of an Exile

Reflections on Islam: 89)

.

“Apabila kita membaca teks-teks

hukum melalui analisa mendalam terhadap struktur teks...dan sosio-

kultural yang memproduk hukum dan undang-undang

maka bisa saja pembacaan

tersebut menggiring kita

untuk menggugurkan sekian banyak hukum-hukum

yang merupakan produk sejarah yang lebih tepat

dikatakan mendeskripsikan sejarah daripada

menciptakan Syariat.”Muh}ammad Sa>lim Abu> ‘A>s}i, Maqa>lata>ni fi ‘l-Ta’wi>l, hal. 93. Teks Nas}r H>amid dikutip dari Majalah Kairo, Juni, 1993

Page 24: Revisi tafsir al quran

1. Al-Quran Kala>mulla>h, yang diturunkan melalui perantara Jibri>l kepada Muhammad secara lafaz dan makna, dan bukan produk Muhammad/ Budaya

2. Al-Quran bisa dipahami dan pemahamannya tidak relatif

3. Pergeseran makna tidak berlaku pada Al-Quran, dan ia harus dipahami dengan ma’hud bangsa Arab pada masa turunnya

4. Relativitas tafsir: senjata meragukan Agama, mendekonstruksi bangunan Ilmu Islam, sebaliknya mengabsolutkan idiologi-idiologi Barat

5. Paham relativitas tafsir meniscayakan bahwa pengutusan nabi dan penurunan wahyu tidak ada gunanya, karena pada akhirnya manusia tidak akan memahami maksud wahyu Tuhan

Kesimpulan...

Page 25: Revisi tafsir al quran

والله أعلم

Page 26: Revisi tafsir al quran
Page 27: Revisi tafsir al quran
Page 28: Revisi tafsir al quran
Page 29: Revisi tafsir al quran

Di dalam Al-Quran kata wahyu sangat umum maknanya (ilham, mimpi para nabi, komunikasi langsung, pengutusan Jibri>l, dll). (Na>shir bin Abdul Kari>m al-‘Aql, Al-Itijaha>t al-‘Aqla>niyyah al-H}adi>thah, (Riya>dh: Da>r ‘l-Fad}i>lah, 2001) hal. 155-156)

Jika Al-Quran turun hanya dengan makna, lalu apa bedanya wahyu Al-Quran dan wahyu ilham yang juga turun kepada manusia biasa bahkan kepada hewan seperti lebah?

Jibri>l tak perlu turun menyampaikan Al-Qur’a>n, karena ilham bisa datang tanpa harus melalui Jibri>l?

Tak mungkin Al-Quran disebut mukjizat yang mustahil didatangkan oleh seluruh makhluk, kalau lafaznya dari Muhammad atau Jibril yang keduanya adalah makhluk? Abdul ‘Az}i>m Al-Zurqa>ny, Mana>hil ‘l-‘Irfa>n

fi> ‘Ulu>m ‘l-Qur’a>n, hal. 44

Tak mungkin Al-Quran disebut Kala>mulla>h kalau lafaznya disusun oleh Muhammad atau Jibril? Ibid, hal. 44

Karena tidak dikenal dalam bahasa Arab kata kala>m yang hanya berarti makna saja tanpa lafaz. Kha>lid bin ;Uthma>n Al-Sibt, Mana>hil ‘l-‘Irfa>n fi> ‘Ulu>m ‘l-Qur’a>n, Dira>sah wa Taqwi>m, hal. 177

Page 30: Revisi tafsir al quran

Syaikh Abdul Az}i>m Al-Zurqa>ny :

Pendapat Al-Qur’a>n turun dari Allah kepada Jibril/Muhammad secara makna, lalu dibahasakan dengan

bahasa Arab oleh Jibril / Muhammad adalah pendapat yang sangat keji, bertentangan dengan Al-Qur’a>n,

Sunnah dan Ijma>‘, serta merupakan pendapat yang dipalsukan atas nama kaum

Muslimin.Abdul ‘Az}i>i Al-Zurqa>ny, Mana>hil ‘l-‘Irfa>n fi> ‘Ulu>m ‘l-Qur’a>n, (Beirut:

Da>r ‘l-Kita>b al-‘Araby, 1995), hal. 43-44

Page 31: Revisi tafsir al quran

Barometer Kebenaran Tafsir dalam Islam

1. Zahir ayat-ayat Al-Qur’a>n

2. Zahir makna hadits Nabi,

3. Ijma’ Umat

4. Pemahaman para sahabat yang belajar tafsir

dari Nabi,

5. Pemahaman para ulama Tabi’in yang belajar

tafsir dari para sahabat,

6. Pemahaman para ulama yang didasarkan

kepada zahir Al-Qur’a>n dan Hadits, Ijma’,

pemahaman para sahabat dan Tabi’in.

7. Konsep-konsep Syariah: halal-haram, wajib-

sunnah, makruh-mubah, dll

8. Kaidah-kaidah Syar’iyyah

9. Makna-makna kebahasaan

Selain Kesaksian Indra, Prinsip Logika dan Nilai-nilai universal di atas, dalam tafsir Islam standar-standar seperti:

Page 32: Revisi tafsir al quran

Abu Zaid: “Telah tiba saatnya mengevaluasi dan melangkah ke era pembebasan, tidak hanya sekedar dari kungkungan teks-teks agama tetapi juga dari setiap kekuasaan yang mengekang ruang gerak manusia di dunia ini. Kita harus bertindak sekarang dan cepat, sebelum disapu oleh banjir bandang.” Nas}r H}a>mid Abu> Zaid, Al-Ima>m Al-Sya>fi’y, (Kairo: Si>na> li ‘l-Nasyr, 1994) hal. 110

al-taharrur

min sulthati

‘l-nushus

Page 33: Revisi tafsir al quran

“Dialah (Allah) yang telah mengutus

Rasul-Nya dengan hidayah dan agama yang benar.” [QS. At-Taubah: 33, Al-Fath: 28, Al-S}aff: 9]. Kalau tidak dipahami, bagaimana

mungkin dapat menjadi hidayah dan sumber

ajaran agama?

“Sesungguhnya Kami mengutusmu dengan kebenaran sebagai pemberi

kabar gembira dan peringatan.” [QS. Al-

Baqarah: 119]. Jika ia tidak dipahami, bagaimana mungkin akan menjadi kabar

gembira dan peringatan?

Wujud relatif manusia tidak ada kaitannya dengan masalah pemahaman/ilmu. Masalah wujud/eksistensi adalah ranah ontologis, sementara pemahaman dan ilmu itu ada pada ranah epistemologis.

Manusia bisa mengetahui apa yang diketahui oleh Tuhan, (‘Allama l-Insa>na ma> lam ya ‘lam/ wala> yuhi>t}ut}u>na bisyai’in min `ilmihi> illa> bima> sya>’a)Dalam banyak ayat Allah memerintahkan kita untuk mendatabburi Al-Quran, apa artinya diperintah mentadabburi kalau tidak mungkin dipahami?

Page 34: Revisi tafsir al quran

Tanzi>l

Allah

Jibril MuhammadWahyu/Kala>m

Page 35: Revisi tafsir al quran

Memahami teks dengan

kontekes kekinian

Tidak masuk akal!

Nabi pernah bersabda kepada istri-istri beliau: “Yang paling

pertama menyusulku adalah yang

paling panjang tangannya di

antara kalian.” HR. Al-Bukha>ri dan Muslim

Panjang tangan dalam kamus-kamus bahasa

berarti orang dermawan (sifat terpuji).

Adapun sekarang, kata ini bermakna

pencuri. Ibnu Manz}u>r, Lisa>n ‘l-‘Arab, hal.

13/440

Page 36: Revisi tafsir al quran

• Ia merelatifkan penafsiran para ulama bahkan penafsiran Nabi, pada saat yang sama ia mengabsolutkan penafsiran sendiri.

• Ia merelatifkan metodologi penafsiran para ulama, lalu mengabsolutkan metodologi penafsiran sendiri.

• Abu Zaid tidak konsisten dengan masalah perkembangan dilalah, dengan mengecap musyrik orang yang mempercayai penafsiran Nabi. Mengapa ia menuduh orang dengan istilah yang baku maknanya?