renungan dan panduan

8
Hadits-hadits yang menerangakan bahwa Nabi Khidhir masih hidup adalah: 1. Ad-Daraqathni riwayat dari Ibnu ‘Abbas: “Nabi Khidhir dan Nabi Ilyas bertemu setiap tahun saat musim haji, dan mereka berdua saling mencukur (tahallul) kepala satu sama yang lain.” Ibnu Hajar mengatakan sanadnya lemah. Sementara riwayat Ahmad dalam az-Zuhd dan ath-Thabarani dengan penambahan “Mereka berdua berpuasa Ramadhan di Baitul Maqdis.” Ibnu Hajar mengatakan sanadnya hasan. 2. Musnad Abu Usamah “Nabi Khidhir di samudra dan Nabi Ilyas di daratan, mereka bertemu tiap malam di samping tembok yang dibuat Dzul Qarnain.” ( Lihat Syawahid al-Haq hlm. 200 tentang 4 hadits yang dibawakan Ibnul Jauzi. ) Al-Hafizh al-Munawi mengatakan bahwa hadits tentang ini dha‘if, akan tetapi menjadi kuat (hasan) karena banyaknya riwayat dengan lafazh yang berbeda-beda termasuk dalam al-Mustadrak. Dan kesimpulannya hadits-hadits di atas adalah hasan atau shahih bukan lagi dha‘if. (Faidh al-Qadir juz 3 hlm. 618-619.) Syaikh Yusuf an-Nabhani mengatakan: “Keterangan bahwa Nabi Khidhir masih hidup adalah sudah menjadi ketetapan para wali dan didukung oleh para ahli fiqh, ahli ushul dan hampir mayoritas ahli hadits, begitulah yang dikatakan oleh Syaikh Abu ‘Amr bin ash-Shalah yang dinukil oleh an-Nawawi dan menyetujuinya.” (Syawahid al-Haq hlm. 198-200.) Beliau menambahkan, sejumlah masyayikh besar bahkan tak terhitung jumlahnya, ada yang pernah berkumpul satu majelis dengan Nabi Khidhir. Izzuddin bin Abdissalam saat ditanya apakah Nabi Khidhir masih hidup, beliau mengatakan: “Demi Allah, tujuh puluh para shiddiqin mengabarkan bahwa mereka melihat Nabi Khidhir dengan mata kepala mereka.” Masih kata beliau (Yusuf an-Nabhani): “Demi Allah, telah mengabarkan kepadaku tidak hanya satu waliyullah, bahwa mereka pernah berkumpul dengan Nabi Khidhir. Bahkan demi Allah, para auliya’ mengabarkan kepadaku bahwa aku pernah berkumpul satu majelis dengan Nabi Khidhir dan bertanya sesuatu kepadaku dan aku menjawabnya, namun aku tidak mengenalnya karena orang yang dapat mengenalnya hanyalah orang yang mempunyai nur (cahaya keimanan). Keterangan ini disampaikan karena Ibnul Jauzi ingkar terhadap masih hidupnya Nabi Khidhir serta menyelisih keterangan para wali yang shiddiqin. Menurut al-Yafi‘i, keterangan yang diberikan Ibnul Jauzi dengan menyampaikan hadits-hadits tentang masih hidupnya Nabi Khidhir adalah saling bertentangan. Beliau ingkar tapi anehnya juga meriwayatkan 4 hadits muttashil yang menerangkan tentang masih hidupnya Nabi Khidhir ( Ibid. hlm. 200 dan Fatawi Haditsiyyah hlm. 218.) Di antara ulama yang mengatakan Nabi Hidhir masih hidup adalah: 1. As-Suyuthi dalam Khasha’ish 2. Wahb bin al-Munabbih dalam al-Mubtada’

Upload: naushadyahya

Post on 07-Sep-2015

11 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Hadits-hadits yang menerangakan bahwa Nabi Khidhir masih hidup adalah:

1. Ad-Daraqathni riwayat dari Ibnu Abbas: Nabi Khidhir dan Nabi Ilyas bertemu setiap tahun saat musim haji, dan mereka berdua saling mencukur (tahallul) kepala satu sama yang lain. Ibnu Hajar mengatakan sanadnya lemah. Sementara riwayat Ahmad dalam az-Zuhd dan ath-Thabarani dengan penambahan Mereka berdua berpuasa Ramadhan di Baitul Maqdis. Ibnu Hajar mengatakan sanadnya hasan.

2. Musnad Abu Usamah

Nabi Khidhir di samudra dan Nabi Ilyas di daratan, mereka bertemu tiap malam di samping tembok yang dibuat Dzul Qarnain. ( Lihat Syawahid al-Haq hlm. 200 tentang 4 hadits yang dibawakan Ibnul Jauzi. )

Al-Hafizh al-Munawi mengatakan bahwa hadits tentang ini dhaif, akan tetapi menjadi kuat (hasan) karena banyaknya riwayat dengan lafazh yang berbeda-beda termasuk dalam al-Mustadrak. Dan kesimpulannya hadits-hadits di atas adalah hasan atau shahih bukan lagi dhaif. (Faidh al-Qadir juz 3 hlm. 618-619.)

Syaikh Yusuf an-Nabhani mengatakan: Keterangan bahwa Nabi Khidhir masih hidup adalah sudah menjadi ketetapan para wali dan didukung oleh para ahli fiqh, ahli ushul dan hampir mayoritas ahli hadits, begitulah yang dikatakan oleh Syaikh Abu Amr bin ash-Shalah yang dinukil oleh an-Nawawi dan menyetujuinya.(Syawahid al-Haq hlm. 198-200.)

Beliau menambahkan, sejumlah masyayikh besar bahkan tak terhitung jumlahnya, ada yang pernah berkumpul satu majelis dengan Nabi Khidhir. Izzuddin bin Abdissalam saat ditanya apakah Nabi Khidhir masih hidup, beliau mengatakan: Demi Allah, tujuh puluh para shiddiqin mengabarkan bahwa mereka melihat Nabi Khidhir dengan mata kepala mereka.

Masih kata beliau (Yusuf an-Nabhani): Demi Allah, telah mengabarkan kepadaku tidak hanya satu waliyullah, bahwa mereka pernah berkumpul dengan Nabi Khidhir. Bahkan demi Allah, para auliya mengabarkan kepadaku bahwa aku pernah berkumpul satu majelis dengan Nabi Khidhir dan bertanya sesuatu kepadaku dan aku menjawabnya, namun aku tidak mengenalnya karena orang yang dapat mengenalnya hanyalah orang yang mempunyai nur (cahaya keimanan). Keterangan ini disampaikan karena Ibnul Jauzi ingkar terhadap masih hidupnya Nabi Khidhir serta menyelisih keterangan para wali yang shiddiqin.

Menurut al-Yafii, keterangan yang diberikan Ibnul Jauzi dengan menyampaikan hadits-hadits tentang masih hidupnya Nabi Khidhir adalah saling bertentangan. Beliau ingkar tapi anehnya juga meriwayatkan 4 hadits muttashil yang menerangkan tentang masih hidupnya Nabi Khidhir

( Ibid. hlm. 200 dan Fatawi Haditsiyyah hlm. 218.)

Di antara ulama yang mengatakan Nabi Hidhir masih hidup adalah:

1. As-Suyuthi dalam Khashaish

2. Wahb bin al-Munabbih dalam al-Mubtada

3. Al-Khazin dalam tafsirnya

4. An-Nawawi

5. Ibnu Hajar al-Haitami dalam Fatawi Haditsiyyah

6. Al-Hafizh Ibnu Hajar

7. Ash-Shafuri dalam Nuzhatul Majalis

8. Imam Nawawi Banten dalam Nur azh-Zhalam. Beliau mengatakan masalah Nabi Khidhir masih hidup diperselisihkanulama namun pendapat yang bisa dipegang adalah Nabi Khidhir masih hidup.

9. Dan lain-lain.

Bukti bahwa Nabi Khidhir masih hidup adalah:

1. Sayyidina Ali yang melihat Nabi Khidhir berada di Kabah. (Inayatul Muftaqir hlm. 52. )

2. Al-Mursyi, murid Syaikh Abul Hasan asy-Syadzili mengatakan: Nabi Khidhir masih hidup, dan aku benar-benar telah bersalaman dengan tanganku ini. Pernah suatu hari Nabi Khidhir As. mendatangiku dan beliau mengenalkan diri dan aku minta supaya diberi tahu tentang arwah-arwah orang muslim, apakah disiksa atau diberi nikmat? Andai datang kepadaku seribu ahli fikih dan mendebatku bahwa Nabi Khidhir telah wafat, maka aku tidak akan mengikuti pendapat mereka. (Al-Madrasah asy-Syadziliyyah hlm. 186 )

3. Abul Hasan asy-Syadzili yang bertemu Nabi Khidhir di padang Aidzab. (An-Nafahat asy-Syadziliyyah hlm. 280.)

4. Umar bin Sinan mengatakan: Kami berpapasan dengan Ibrahim al-Khawwash, aku berkata kepadanya: Ceritakanlah kepada kami hal yang paling menakjubkan yang engkau lihat dalam perjalananmu! Ibrahim menjawab: Aku bertemu dengan Nabi Khidhir As. dan minta untuk menemaniku dalam perjalanan, lalu aku khawatir malah merusak sifat tawakalku (kepada Allah) dengan merasa nyaman bersama dia, maka kemudian aku berpisah dengannya. ( Risalah al-Qusyairiyyahhlm. 166. )

5. Bisyr al-Hafi menceritakan:

Aku mendengar Bilal al-Khawwash berkata: Satu waktu aku berada di Padang Tih Bani Israil. Tiba-tiba seorang laki-laki menemaniku berjalan, dan aku keheranan. Kemudian aku diberi ilham oleh Allah bahwa laki-laki tersebut adalah Nabi Khidhir As. Kemudian aku bertanya kepada laki-laki tesebut: Demi kebenaran Allah yang haq siapakah saudara? Laki-laki tersebut menjawab: Aku saudaramu, Khidhir. Lalu aku katakan: Aku bermaksud bertanya kepadamu? Bertanyalah! jawab Khidhir. Lalu Bilal bertanya: Bagaimana pendapat engkau tentang asy-Syafii ra.? Khidhir menjawab: Dia laki-laki yang shiddiq (Ibid. hlm. 405.)

Lebih lengkapnya baca Inayatul Muftaqir karangan Syaikh Muhammad Mahfuzh Termas yang telah dikaji ulang oleh Syaikh KH. Maimun Zubair Sarang, sebuah kitab yang membicarakan tentang Nabi Khidhir secara lengkap yang dinukil dari kitab al-Ishabah karya al-Hafizh Ibnu Hajar.

Nama-nama lain Al-Fatihah : Fatihatul-Kitab, Ummul Kitab, Ummul-Qur'an, as-Sab'ul-Matsani, al-Qur'anul-`Azhim,asy-Syifa, dan Assaul-Qur'an.

Imam Ahmad bin Hambal r.a. meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dia berkata, "Rasulullah saw. Menemui Ubai bin Ka'ab, namun dia sedang shalat. Rasul berkata, `Hai Ubai.' Maka Ubai melirik, namun tidak menyahut. Nabi berkata, `Hai Ubai!' Lalu Ubai mempercepat shalatnya, kemudian beranjak menemui Rasulullah saw. Sambil berkata, `Asalamu'alaika, ya Rasulullah.' Rasul menjawab, `Wa'alaikassalam. Hai Ubai, mengapa kamu tidak menjawab ketika kupanggil?' Ubai menjawab, `Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku sedang shalat.'

Nabi bersabda, `Apakah kamu tidak menemukan dalam ayat yang diwahyukan Allah Ta'ala kepadaku yang menyatakan, `Penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu.' (al-Anfal:24)

Ubai menjawab, `Ya Rasulullah, saya menemukan dan saya tidak akan mengulangi hal itu.' Rasul bersabda, `Sukakah kamu bila kuajari sebuah surat yang tidak diturunkan surat lain yang serupa dengannya di dalam Taurat, Injil, Zabur dan al-Furqan?' Ubai menjawab, `Saya suka, wahai Rasulullah.'

Rasulullah saw. Bersabda, `Sesungguhnya aku tidak mau keluar dari pintu ini sebelum aku mengajarkannya.' Ubai berkata, `Kemudian Rasulullah memegang tanganku sambil bercerita kepadaku. Saya memperlambat jalan karena khawatir beliau akan sampai di pintu sebelum menuntaskan pembicaraannya. Ketika kami sudah mendekati pintu, aku berkata, `Ya Rasulullah, surat apakah yang janjikan itu?' Beliau bertanya, `Apa yang kamu baca dalam shalat?' Ubai berkata, `Maka aku membacakan Ummul-Qur'an kepada beliau.'

Beliau bersabda, `Demi yang jiwaku dalam genggaman-Nya, Allah tidak menurunkan surat yang setara dengan itu baik dalam Taurat,Injil,Zabur,maupun al-Furqan. Ia merupakan tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang.'

"Imam Muslim meriwayatkan dalam sahihnya dan Nasa'I meriwayatkan dalam sunannya dengan sanad dari Ibnu, dia berkata, "Suatu ketika Rasulullah saw. (sedang duduk) dan di sisinya ada Jibril. Tiba-tiba jibril mendengar suara dari atas. Maka dia mengarahkan pandangannya ke langit, lalu berkata, `Inilah pintu langit dibukakan, padahal sebelumnya tidak pernah.' Ibnu Abbas berkata, "Gembirakanlah (umatmu) dengan dua cahaya. Sungguh keduanya diberikan lepadamu dan tidak pernah diberikan kepada seorang nabi pun sebelummu, yaitu Fatihatul-Kitab dan beberapa ayat terakhir surat al-Baqarah. Tidakkah Anda membaca satu hurufpun darinya melainkan Anda akan diberi (pahalanya).

1. Pengertian Qurban Dan Hukumnya

( : 2 : 327 )

Qurban (Tadhhiyah) adalah ternak yang disembelih karena mendekatkan diri kepada Allah pada hari raya nahr sampai akhir hari tasyriq. Hukumnya sunnah kifayah dalam satu keluarga berdasarkan :

( : 2 )

Maka shalatlah (hari raya) dan sembelihlah (qurban)

( )

Dari Anas ra ia berkata bahwa Nabi saw berkurban dengan dua kambing kibasy berwarna putih lagi panjang tanduknya, beliau menyembelihnya dengan tangan beliau sendiri yang mulia seraya membaca basmalah, bertakbir dan meletakkan kaki beliau yang berkah diatas leher keduanya. HR. Muslim

( : 2 : 330 )

Rasulullah saw bersabda : Tidaklah beramal seorang anak Adam pada hari raya nahr dengan amal yang lebih dicintai Allah Taala daripada mengalirkan darah (hewan kurban), dan sesungguhnya hewan kurban akan datang dihari kiamat lengkap dengan tanduk dan kakinya, dan sesungguhnya darah (kurban) akan sampai disuatu tempat disisi Allah sebelum darah itu sampai diatas tanah, maka sucikanlah hatimu dengan korban.

2. Syarat-Syarat Hewan Qurban

Hewan kurban harus berupa ternak dari jenis onta, sapi dan kambing baik jantan maupun betina.

Hewan-hewan tadi disyaratkan :

1. Onta, harus berusia genap lima tahun (qamariyyah) dengan fisik tidak cacat dan tidak sakit.

2. Sapi, harus berusia genap dua tahun (qamariyyah) dengan fisik tidak cacat dan tidak sakit.

3. Kambing, harus berusia genap satu tahun (qamariyyah) atau sudah lepas giginya (powel :jw) untuk kambing domba/kibasy dan dua tahun (qamariyyah) atau sudah lepas giginya (powel :jw) untuk kambing kacang / jawa.

Seorang yang berkorban jika ia laki-laki dan mampu sunnah menyembelih sendiri hewan korbannya, dan sunnah menyaksikan penyembelihan hewan kurbannya jika ia mewakilkan kepada orang lain. Adapun bagi orang perempuan maka yang lebih utama mewakilkan kepada orang lain.

# #

# ( : 135-136 )

Tidak diperbolehkan hewan yang sangat kurus, sakit, pincang, cacat bagian tubuhnya seperti sebagain telinga atau ekornya sebagaimana pula buta sebelah matanya, buta keduanya atau terputus pantatnya. Diperbolehkan hewan yang cacat tandukya dan hewan yang dikebiri.

3. Qurban Atas Nama Orang Lain Atau Mayit

Berqurban atas nama orang lain tidak diperkenankan tanpa seizinya. Sedangkan berqurban atas nama orang yang sudah meninggal para fuqaha berbeda pendapat, ada yang berpendapat tidak sah jika tidak mewasiatkan dan ada yang bependapat sah sekalipun tidak mewasiatkan.

: 630

Tidak diperkenankan seseorang berkorban atas nama orang hidup tanpa seizinnya dan juga atas nama mayit yang tidak mewasiatkannya.

() ( ) : 4 : 292 293

Tidak sah berkorban atas nama mayit yang tidak mewasiatkannya, karena firman Allah swt (artinya) :Dan sesungguhnya bagi manusia hanyalah apa yang ia usahakan. Jadi jika ia mewasiatkannya maka boleh sampai ungkapan Dikatakan : sah berkorban atas nama mayit walaupun dia tidak mewasiatkannya, karena berkurban merupakan bagian daripada shadaqah dan shadaqah atas nama mayit adalah sah dan dapat memberi manfaat.

4. Berserikat Antara Qurban Dan Aqiqah

Memperserikatkan antara qurban dan aqiqah pada seekor ternak terdapat perbedaan pendapat, menurut Imam Ibnu Hajar yang bisa hasil hanya satu dan menurut Imam Muhammad Ramli kesemuanya bisa hasil.

() : 77

(Persoalan) Apabila seseorang meniati aqiqah dan qurban, maka tidak hasil kecuali satu (niat) menurut Imam Ibnu Hajar dan bisa hasil keseluruhannya menurut Imam Muhammad Ramli.

5. Pembagian Daging Qurban

Daging kurban wajib disedekahkan dalam keadaan mentah dan boleh mudhahhi memakan sebagiannya, kecuali jika kurban itu dinadzarkan, maka harus disedekahkan keseluruhannya.

# ) 1 : -136 )

Wajib (dalam kurban sunnah) mensedekahkan sebagian dagingnya walaupun sedikit dan makanlah dari kurban sunnah bukan kurban nadzar.

( 2 : 302)

Disyaratkan untuk daging dibagikan dengan mentah agar sipenerima bebas mentasarufkan dengan sekehendaknya apakah dijual atau yang lain.

Adapun yang berhak menerima daging qurban adalah orang faqir sebgaimana yang dijelaskan oleh al-Quran :

( : 27 )

Maka makanlah sebagian daripadanya dan berikanlah (sebagian yang lain) untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir.

Ijtihad para fuqaha tentang pembagian daging qurban ini setidaknya ada tiga pendapat : (1) Disedekahkan seluruhnya kecuali sekedar untuk lauk-pauk (2) Dimakan sendiri separo dan disedekahkan separo (3) Sepertiga dimakan sendiri, sepertiga dihadiahkan dan sepertiga lagi disedekahkan. (Kifayatul Akhyar, juz 2 : 241)

Bagaimana dengan mendistribusikan daging qurban ke daerah lain atau disalurkan kepada masyarakat yang sedang tertimpa bencana ?

() ( 2 : 242)

Tempat penyembelihan qurban ditempat orang berkorban. Dalam hal memindah qurban terdapat dua pendapat ulama yang ditakhrij dari masalah memindah zakat dan menurut pendapat yang shahih dalam hal qurban adalah diperbolehkan.

( 12 :

49 )

Terkadang dipergunakan (makna) dari pada orang yang tertimpa musibah bencana alam sekalipun ia bukan orang fakir.

Islam datang pada masa jahiliyah dalam keadaan asing, dan telah datang masanya di mana islam saat ini dirasakan asing oleh pemeluknya. Sungguh benar sabda Rasulullahshallallahu 'alaihi wa sallam:

"Islam dimulai dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awalnya, maka thuuba (beruntunglah) orang-orang yang asing." (HR Muslim).

Makna Asing

Definisi asing dalam hadits di atas bukanlah mutlak diberikan bagi seorang yang tampil beda di tengah masyarakatnya. Akan tetapi, asing di sini bermakna seorang muslim yang melaksanakan syariat Islam dengan benar ketika masyarakatmelupakannya. Ketika ia melaksanakannya, masyarakatdi sekitarnyamengingkarinya bahkan menentangnya. Makna asing di sini dijelaskandalam hadits lain bahwasanyamereka adalah: "orang-orang yang berbuat kebajikan ketika manusia rusak", dan dalam riwayat lain mereka adalah: "orang-orang shalih di antara banyaknya orang-orang yang buruk, orang yang menyelisihi mereka lebih banyak dari yang mentaati mereka".

Makna Thuuba

Thuuba dalam hadits di atas ditafsirkan secara berbeda, sebagian ulama menafsirkannya dengan nama pohon di surga, sebagian mengatakania adalah kebaikan yang banyak, sebagian mengatakania adalah surga. Akan tetapi, semua makna tersebut adalah benar. Seorang muslim yang teguh di atas agamanya, berpegang pada tuntunan Nabinya yang suci di saat manusia sudah melupakan tuntunan tersebut, walaupun dia dicela, dihina, diasingkankarena melaksanakan agama Allah maka Dia akan menyiapkanbaginya kebaikan yang sangat banyak.

Ahlussunnah adalah Kelompok Terasing

Ahlus Sunnah adalah orang-orang yang menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullahdalam seluruh perkara, baik dalam ibadah, perilaku, dan dalam segala bidang kehidupannya. Oleh karena itu, biasanya mereka menjadi orang-orang yang dipandang asing di tengah masyarakatnya dikarenakan mereka menghidupkan sunnah yang sebelumnyabelum dikenal atau mereka menyelisihi adat istiadat setempat yang berseberangan dengan syari'at. Maka Ahlus Sunnah adalah kelompok terasing.

Para ulama biasa mensifati Ahlus Sunnah dengan keterasingan dan jumlah yang sedikit. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata kepada sahabat-sahabat beliau, "Wahai Ahlus Sunnah, lemah lembutlah kalian semoga Allah ta'ala merahmati kalian, karena kalian termasuk orang-orang yang paling sedikit". Yunus bin Ubaid rahimahullah berkata, "Tidak ada satupun yang lebih asing dari As-Sunnah dan orang yang mengenalnya". Sufyan At-Tsauriyrahimahullah berkata, "Berbuat baiklah kepada Ahlus Sunnah karena mereka adalah orang-orang asing".

Sunnah yang dimaksudkan di atas bukanlah sebagaimana pengertianmenurut ulama fiqh, yaitu sesuatu yang apabila dikerjakanmendapatkan pahala dan apabila ditinggalkan tidak mendapat dosa. Namun yang dimaksud para ulama di atas dengan sunnah adalah jalan hidup Rasulullahshallallahu 'alaihi wa sallam dalam beragama. Itulah jalan yang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnyaberada di atasnya yaitu jalan yang terbebas dari segala bentuk syubhat (virus pemikiran)dan syahwat (virus menginginkan hal-hal yang Allah larang). Jadi tepatlah pengertianAhlus Sunnah yang dikatakan Al-Fudhailbin Iyaadh yaitu mereka adalah orang yang mengerti tentang barang-barang halal apa saja yang masuk ke perutnya. Karena memakan barang-barang yang halal merupakan perkara sunnah paling penting yang dipegangi oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya.

Keterasingan Islam Saat Ini

Saudaraku,saat ini telah terlihat bagaimana kebenaran sabda Nabi shallahu 'alaihi wa sallam di atas. Kaum muslimin saat ini yang sudah jauh dari agamanya membolehkan berbagai perkara yang sudah jelas-jelas dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya dan melarang perkara yang Allah dan Rasul-Nya perbolehkan. Lihatlah contohnya perkara zina yang jelas-jelas dilakukan di depan umum dan disebarluaskan. Masyarakatmalah membiarkanperbuatan ini, bahkan menyanjungnya pelakunya karena dia telah mengakui kesalahannya. Sedangkan orang yang melakukan perbuatan yang jelas-jelas halalnya dalam syari'at ini yaitu poligami malah dihujat, dicela bahkan dituduh sebagai orang yang memperturutkan hawa nafsunya, wal'iyudzubillah. Inilah keterasingan Islam saat ini.

Wahai Dzat yang membolak-bolakkan hati, tetapkan hati kami diatas agama-Mu, wahai dzat yang memalingkan hati, palingkan hati kami pada ketaatan kepada-Mu.