piagam madinah perjanjian syamilah perta

Upload: miftahul-kudus

Post on 05-Jul-2018

246 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Piagam Madinah Perjanjian Syamilah Perta

    1/22

    1

    PIAGAM MADINAH: PERJANJIAN SYAMILAH  PERTAMA

    DI DUNIA, PADA AWAL PERADABAN ISLAM

    By: Didin Chonyta (SIAI) _14750010_

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang

    Permasalahan yang terus melanda ilmu sosial hingga saat ini

    adalah ketidakmampuan menjelaskan apa dan bagaimana seharusnya

    tatanan ideal sebuah masyarakat. Civil Society, yang selama ini menjadi

    sebuah paradigma ideal mengenai masyarakat dalam diskursus para ahli

    di Barat, terus mengalami kebingungan dan distorsi konseptual ketika

     pemahaman. Walhasil, teori-teori yang dihasilkan oleh ilmu-ilmu sosial

     pasca Reinansance ini terbatas pada wacana yang tidak pernah membumi.

     Namun, jauh empat belas abad yang lalu, telah berdiri sebuah

    masyarakat yang mampu melakukan lompatan besar peradaban dengan

     berdirinya sebuah komunitas yang bernama Masyarakat Madinah.

    Transformasi radikal dalam kehi dupan individual dan sosial mampu

    merombak secara total nilai, simbol, dan struktur masyarakat yang telah

     berakar kuat dengan membentuk sebuah tatanan baru yang berlandaskan

     pada persamaan dan persaudaraan. Bentuk masyarakat Madinah inilah,

    yang kemudian ditransliterasikan menjadi ‘’Masyarakat Madani‟,

    merupakan tipikal ideal mengenai kosepsi sebuah masyarakat Islam .

    Perjalanan sejarah Islam yang panjang pada dasarnya bermula dari

    turunnya wahyu di gua hira’. Sejak itulah nilai-nilai kemanusiaan yang

    dibawah bimbingan wahyu Ilahi menerobos kehidupan jahiliyah,

    merombak dan membenahi adat istiadat jahiliyah yang tidak sesuai

    dengan fitrah manusia. Fazlur rahman mengatakan bahwa masyarakat

  • 8/16/2019 Piagam Madinah Perjanjian Syamilah Perta

    2/22

    2

    yang diorganisir nabi merupakan suatu Negara dan pemerintahan yang

    membewa terbentuknya umat muslim.1 

    Kemudian, Dilanjutkan dengan Hijrahnya Rasulullah saw ke

    Madinah adalah suatu momentum bagi kecemerlangan Islam, Dalam

    waktu yang relative singkat Rasulullah mampu mempersatukan antara

    kaum muhajirin dan kaum Anshar. Rasulullah mendirikan masjid dan

    membuat perjanjian kerjasama dengan non-muslim serta meletakkan

    dasar-dasar politik bagi perundang-undangan Islam2, social dan ekonomi

     bagi masyarakat baru. Harun nasution,3

      mengatakan mereka mempunyai

     posisi yang baik dan segera menjadi suatu komunitas umat yang kuat dan

     berdiri sendiri.

    Dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan

     penelitian yang berjudul “Piagam Madinah; Perjanjian Syamilah  pertama

    di dunia, pada awal peradaban Islam”. Diharapkan penelitian ini akan

    memberi kontrubusi pada mahasiswa pascasarjana untuk memahami

     bentuk dan makna Piagam Madinah yang mempunyai nilai-nilai etis dan

    eksotis, dalam menambah wawasan pengetahuan.

    B.  Rumusan Masalah

    1. 

    Bagaimana Sejarah terbentuknya Piagam Madinah pada masa Nabi

    Muhammad SAW?

    2. 

    Apasaja isi dan hakikat Piagam Madinah?

    3.  Bagaimana Muatan Nilai dan Prinsip Piagam madinah dan Pancasila

    di Indonesia?

    C.  Tujuan Masalah

    1 Fazlur Rahman, the Islamic concept of state, dalam John. L posito dan John J. Donohue,  Islam in

    Transition, Muslim Prespective (New york, University Press, 1982) H. 261  2 Muhammad Dhiya al-Din al-rayis, al-Nadzariyyat al-siyasiyat al-Islamiyat , (Mesir, maktabat al-

    anju almisriyat, 1957) H.15, dikutib dari DB. Macdonald,  Development of Muslim Theology,

     jurispundence, and constitutional theory, (New york, Tp, 1903) H.67 3 Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai aspeknya, Jilid 1 (Jakarta; UI Press,1986) H. 92  

  • 8/16/2019 Piagam Madinah Perjanjian Syamilah Perta

    3/22

    3

    1.  Untuk mengetahui sejarah terbentuknya Piagam Madinah pada masa

     Nabi SAW.

    2.  Untuk memahami isi dan hakikat Piagam Madinah.

    3.  Untuk menganalisis Muatan Nilai dan Prinsip Piagam Madinah dan

    Pancasila dalam Konteks ke_Indonesia_an.

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A.  Latar Belakang Sejarah Lahirnya Piagam Madinah

    Setelah nabi Muhammad saw dan ummat Islam tiba di Yastrib,

    komposisi kota tersebut terbagi menjadi tiga golongan besar, yaitu

    golongan Muslim (terdiri dari Kaum Muhajirin, dan Anshar),  Musyrikin 

    (terdiri dari banyak suku kecil dan didominasi oleh dua suku besar, suku

    ‘Aus dan Kharaj), dan golongan Yahudi (terdiri dari banyak suku).4 

    Disamping heterogan dari segi komposisi penduduknya, Madinah

     juga diwarnai peperangan antar suku.5  Peperangan antar dua suku besar

    Madinah, ‘Aus dan Khazraj  dipengaruhi oleh kaum yahudi.  Suku yang

    lebih kecil juga memperkeruh keadaan dengan terbelah menjadi

     pendukung kedua suku besar yang berkonflik. Sementara kondisi

     permusuhan dan perpecahan sedemikian kuat, bangsa yahudi sebagai

     pendatang terus menghembuskan suasana permusuhan. Mereka memang

    4 J.Suyuthi Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah dari Pandangan Al-

    Qur’an, (Jakarta: Rajawali Press, 1993), hal.54. 5  Peperangan ini disebabkan oleh ciri dan kepribadian masyarakat arab. Kehidupan arab yang

     berbasis suku ashabiyat (solidaritas atau sikap loyalitas kepada kesatuan suku) memunculkan

    semangata ekslusivisme pada setiap suku. Karakter bangsa arab juga dipengaruhi oleh (muru’ah)

    kode etik kehidupan yang bersifat positif. Namun kondisi ini jauga dipengaruhi keadaan geografislingkungan tempat tinggal yakni gurun pasir yang kejam dan panas. 

  • 8/16/2019 Piagam Madinah Perjanjian Syamilah Perta

    4/22

    4

    mengatur untuk mendapat keuntungan materil dari konflik yang terus

     berlanjut. 6 

    Karena konflik yang berkepanjangan tersebut penduduk Yatsrib

    kemudian meminta Rasulullah untuk menciptakan perdamaian dan

    ketentraman. Maka, di mulai dari kesadaran masyarakat Yatsrib untuk

    keluar dari suasana yang mencekam konflik yang tiada berujung, semakin

    rumit dan melelahkan. Kesadaran ini pula yang menjadi pondasi lahirnya

    ruh kedamaian dalam Piagam Madinah. Sebuah konsep yang sempurna

    dan kesiapan merealisasikan dari masyarakatnya. Islam sejatinya telah

    siap dengan konsep yang pertengahan dan mendamaikan bila difahami

    secara benar dan menyeluruh. Sementara itu psikologis masyarakat

    Yatsrib yang berada diujung kekecewaan memang selalu dipastikan akan

    memunculkan harapan. Disamping itu masyarakat sudah berada tingkat

    kebutuhan akan solusi yang memuncak. Kohesi itupun terbentuk

    melahirkan tata kehidupah yang baru.

    Kehadiaran Rasulullah dalam masyarakat Madinah yang

    heterogen itulah Rasulullah dijadikan pemimpin dalam arti yang luas,

    yaitu sebagai pemimpin agama dan juga sebagai pemimpin masyarakat.

    Konsepsi Rasulullah yang diilhami al Qur’an ini kemudian menghasilkan

    Piagam Madinah yang bertujuan untuk menggalang kesatuan yang

    harmonis antara umat islam dan non-Islam, yang antara lain berisikan hak

    asasi manusia, hak dan kewajiban bernegara, hak perlindungan hukum,

    sampai toleransi beragama yang oleh ahli-ahli politik moderen disebut

    manifesto politik pertama dalam Islam. Piagam ini merupakan konsitusi

    tertulis pertama di dunia. 

    B.  Pengertian Piagam Madinah

    6

     M. A. Salahi,  Muhammad sebagai manusia dan nabi, Terj. M.sadat Ismail (Yogyakarta; MitraPustaka, 2006) H.254 

  • 8/16/2019 Piagam Madinah Perjanjian Syamilah Perta

    5/22

    5

    Para ahli berbeda pendapat dalam pemberian nama terhadap

    naskah Piagam Madinah. Ada yang menyebutnya sebagai sebagai

     piagam, perjanjian, undang-undang atau konstitusi. Secara bahasa piagam

    didefinisikan sebagai suatu dokumen tertulis yang dibuat oleh penguasa

    atau badan pembuat undang-undang yang menjamin hak-hak rakyat, baik

    hak-hak kelompok maupun hak-hak individu.7  Sebagaiman di dalam

     piagam tersebut terdapat peraturan bagi segenap warga negara dan

    memuat hak dan kewajiban bagi semua pihak.

    Dalam teks Piagam Madinah terdapat kata  Kitab, yang disebut

    sebanyak dua kali dan kata  shahifah  yang disebut delapan kali. Shahifah

    dimaknai sebagai perjanjian aliansi. Istilah ini mengandung arti perjanjian

    antara dua atau lebih golongan, atau antar pemerintahan untuk

     bekerjasama.8 

    Sementara sebutan sebagai konsitusi merupakan prinsip-prinsip

     pemerintahan yang bersifat fundamental dalam suatu bangsa atau

     pernyataan tidak langsung mengenai peraturan-peraturan, institusi-

    institusi dan kebiasaan-kebiasaan baik yang tertulis maupun tidak

    tertulis.9  Secara lesikal ia berarti segala ketentuan atau aturan mengenai

    ketatanegaraan (undang-undang dasar dan sebagainya) atau undang-

    undang dasar suatu negara.10 

    Baik disebut sebagai piagam maupun perjanjian dan kunsititusi,

     bentuk dan muatan  shahifah  itu tidak menyimpang dari pengertian ketiga

    istilah tersebut.

    7 Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (jakarta:Balai Pustaka, 1988), hal. 680. 

    8 M.Yakub, Piagam Madinah: Acuan Dasar Negara Islam, Jurnal Analytica Islamica, No.2, Vol.6,

    Th. 2004, hal. 173. 9

     Ibid. hal. 17410 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), op.cit, hal. 68.

  • 8/16/2019 Piagam Madinah Perjanjian Syamilah Perta

    6/22

    6

     It constituted a formal agreement between Muhammad and all of the

     significant tribes and families of Yathrib (later known as Medina) ,

    including  Muslims, Jews, Christians 

    and  pagans.11

     

    The Constitution established: the security of the community,

    religious freedoms, the role of Medina as a haram or sacred place

    (barring all violence and weapons), the security of women, stable

    tribal relations within Medina, a tax system for supporting the

    community in time of conflict, parameters for exogenous political

    alliances, a system for granting protection of individuals, a judicial

     system for resolving disputes, and also regulated the paying of  blood

    money (the payment between families or tribes for the slaying of an

    individual in lieu of  lex talionis).12 

    Dilihat dari pengertianya Piagam Madinah adalah dokumen yang

    menjamin hak-hak semua warga Madinah dan menetapkan kewajiban-

    kewajiban mereka serta kekuasaan yang dimiliki oleh Nabi Muhammad

    saw. Dilihat dari segi perjanjian  shahifah  itu adalah dokumen perjanjian

    antara beberapa golongan yaitu, Muhajirin, Anshor, Yahudi dan Nasrani.

    Kemudian dari pengertian konstitusi ia juga membuat prinsip-prinsip

     pemerintahan yang fundamental. Artinya kandungan  shahifah  itu dapat

    mencakup semua pengertian ketiga istilah tersebut. Sebab ia adalah

     perjanjian persahabatan antara Muhajirin-Anshar-Yahudi yang menjamin

    hak-hak mereka, menetapkan kewajiban mereka dan mengandung

     prinsip-prinsip pemerintahan yang bersifat fundamental yang sifatnya

    mengikat untuk mengatur pemerintahan dibawah pimpinan Nabi

    Muhammad saw.

    C.  Isi Piagam Madinah

    Dalam hal isi dan pokok atau prinsip-prinsip yang terkandung di

    dalam Piagam Madinah para ahli telah berbeda pendapat. Mushthafa as-

    Siba’i dalam bukunya telah menyebutkan garis-garis besar yang

    terkandung didalam Piagam Madinah bernilai historis:

    11

     Firestone, Reuven, Jihād: the origin of holy war in Islam (t.k: t.p, 1999), hal. 118. 12 Montgomery Watt,  Muhammad at Medina. (Oxford University Press, 1956), hal. 227. 

    http://en.wikipedia.org/wiki/Yathribhttp://en.wikipedia.org/wiki/Medinahttp://en.wikipedia.org/wiki/Muslimhttp://en.wikipedia.org/wiki/Jewhttp://en.wikipedia.org/wiki/Christianhttp://en.wikipedia.org/wiki/Christianhttp://en.wikipedia.org/wiki/Paganhttp://en.wikipedia.org/wiki/Haramhttp://en.wikipedia.org/wiki/Blood_money_(term)http://en.wikipedia.org/wiki/Blood_money_(term)http://en.wikipedia.org/wiki/Eye_for_an_eyehttp://en.wikipedia.org/wiki/Eye_for_an_eyehttp://en.wikipedia.org/wiki/Blood_money_(term)http://en.wikipedia.org/wiki/Blood_money_(term)http://en.wikipedia.org/wiki/Haramhttp://en.wikipedia.org/wiki/Paganhttp://en.wikipedia.org/wiki/Christianhttp://en.wikipedia.org/wiki/Jewhttp://en.wikipedia.org/wiki/Muslimhttp://en.wikipedia.org/wiki/Medinahttp://en.wikipedia.org/wiki/Yathrib

  • 8/16/2019 Piagam Madinah Perjanjian Syamilah Perta

    7/22

    7

    a.  Kesatuan ummat Islam tanpa diskriminasi

     b. 

    Kesamaan hak dan kehormatan di antara anak bangsa

    c.  Kerja sama untuk menolak segala bentuk kezaliman, kejahatan dan

     permusuhan

    d. 

    Partisipasi semua elemen dalam perundingan dengan para musuh,

    tidak seorang mikmin pun membuat perjanjian damai tanpa mukmin

    yang lain

    e.  Mendirikan sebuah masyarakat di atas pondasi system terbaik, terarah

    dan terlurus

    f.  Melawan setiap orang yang berusaha keluar dari negara dan dari

     perjanjian umumnya dan wajib menolak untuk memberikan bantuan

    kepadanya

    g.  Menjaga orang-orang yang hendak hidup bersama kaum muslimin

    secara damai dan patisifatif dan berusaha menolak setiap kedzaliman

    yang bias menimpa mereka

    h.  Orang-orang nonIslam wajib memberikan kontribusi materi kepada

    negara sebagaimana kaum muslimin

    i.  Bagi kaum nonmuslim wajib bekerja sama dengan kaum muslimin

    untuk menolak mara bahaya yang bias mengganggu eksistensi negara

    dan melawan setiap musuh

     j.  Wajib pula bagi mereka untuk berpartisipasi menanggung biaya

     perang selama negara dalam kondisi perang

    k.  Menjadi kewajiban negara untuk menolong orang yang dizalimi

    diantara mereka, sebagaiman negara juga wajib menolong setiap

    muslim yang teraniaya

    l.  Bagi kaum muslimin dan nonmuslimin untuk menolak pemberian

     perlindungan kepada musuh-musuh negara dan para pendukungnya

    m. 

    Jika kemaslahatan muslimin terjamin dalam ssebuah perjanjian damai,

    wajib hukumnya bagi setiap anak bangsa, muslim atau nonmuslim

    untuk menerima perjanjian damai tersebut

  • 8/16/2019 Piagam Madinah Perjanjian Syamilah Perta

    8/22

    8

    n.  Tidak seorangpun dihukum karena dosa orang lain dan dan tidak akan

    ditindak seorang pelaku tindak criminal kecuali atas dirinya atau

    keluarganya

    o.  Kebebasab untuk berpindah tempat di dalam wilayah negara atau di

    luar wilayah dengan tetap menjaga keselamatan negara

     p.  Tidak ada perlindungan bagi pelaku kemaksiatan atau kezaliman

    q.  Masyarakat dibangun diatas pondasi kerja sama dalam kebaikan dan

    takwa, bukan dalam kejahatan dan permusuhan

    r.  Prinsip-prinsip ini dilindungi oleh dua kekuatan:

    1.  Kekuatan spiritual: keimanan seluruh masyrakat kepada Allah SWT

    dan taqarrub kepada-Nya serta penjagaan Allah kepada mereka yang

     berbuat baik dan yang merespon seruan

    2.  Kekuatan materil: berupa kepemimpinan negara yang

    direspresentasikan oleh baginda Rasul saw.13 

    Adapun Muhammad Said Ramadhan Al-Buthy dalam kitabnya

     Fiqhus Sirah,  mengemukakan bahwa perjanjian tersebut menunjukkankepada beberapa hukum yang sangat penting dalam syariat Islam,

    diantaranya adalah:

     Pertama,  pasal pertama dalam Piagam Madinah menunjukkan

     bahwa Islam adalah satu-satunya faktor yang dapat menghimpun

    kesatuan kaum Muslimin dan menjadikan mereka satu umat. Semua

     perbedaan akan sirna di dalam kerangka kesatuan yang integral ini. Hal

    ini tampak jelas dalam pernyataan Rasulullah saw,

    “Kaum Muslimin, baik  yang berasal dari Quraisy, dari Madinah,

    maupun dari kabilah lain yang bergabung dan berjuang bersama-

     sama, semuanya itu adalah satu umat.” 

     Kedua,  pasal kedua dan ketiga menunjukkan bahwa diantara ciri

    khas terpenting dari masyarakat Islam ialah tumbuhnya nilai solidaritas

    13  Mushthafa as-Siba’i,  Hikmah Shirah Nabawiyah, Edisi terjemah, (Surakarta: Indiva Pustaka,

    2009), hal. 63-65. 

  • 8/16/2019 Piagam Madinah Perjanjian Syamilah Perta

    9/22

    9

    serta jiwa senasib dan sepenanggungan antar kaum Muslimin. Setiap

    orang bertanggung jawab kepada yang lainnya, baik dalam urusan dunia

    maupun akhirat. Bahkan semua hukum syariat Islam didasarkan pada

    asas tanggung jawab seraya menjelaskan cara-cara pelaksanaan prinsip

    solidaritas dan takaful   (jiwa senasib dan sepenanggungan) sesama kaum

    Muslimin.

     Ketiga,  pasal keenam menunjukkan betapa dalamnya asas

     persamaan kaum Muslimin. Ia bukan hanya slogan yang diucapkan,

    melainkan merupakan salah satu rukun syariat yang terpenting bagi

    masyarakat Islam yang harus diterapkan secara detil dan sempurna.

    Contoh pelaksanaan persamaan sesama kaum Muslimin ini dapat kita

     baca dari pernyataan Rasulullah saw, “Jaminan Allah SWT adalah satu:

     Dia melindungi orang-orang yang lemah (atas orang-orang yang

    kuat)”. 

    Ini berarti bahwa jaminan seorang Muslim, siapa pun orangnya,

    harus dihormati dan tidak boleh diremehkan. Siapa saja di antara kaum

    Muslimin yang memberikan jaminan kepada seseorang maka tidak

     boleh bagi orang lain, baik rakyat biasa maupun penguasa, untuk

    menodai kehormatan jaminan ini. Demikian pula halnya wanita

    Muslimah, tidak berbeda kaum lelaki. Suaka atau jaminannya pun harus

    dihormati oleh semua orang. Hal ini telah menjadi kesepakatan semua

    ulama dan para imam madzhab.

    Dari sini, dapatlah anda ketahui betapa tinggi derajat wanita

    dalam perlindungan Islam. Ia berhak mendapatkan semua hak asasi dan

     jaminan sosial sebagaimana yang didapat oleh kaum lelaki. Kita pun

    harus mengetahui perbedaan antara “persamaan” kemanusiaan yang

    ditegakkan oleh syariat Islam dan bentuk- bentuk “persamaan” yang

    diteriakkan oleh para pengagum peradaban dan budaya modern.

    Persamaan yang diteriakkan oleh Islam adalah persamaan yang

    didasarkan kepada fitrah manusia yang memberikan dan menjamin

    kebahagiaan kepada semua orang, baik lelaki maupun wanita, baik

  • 8/16/2019 Piagam Madinah Perjanjian Syamilah Perta

    10/22

    10

    secara individual maupun sosial. Sementara itu, persamaan yang

    diserukan oleh para pengagum peradaban modern adalah persamaan

    yang didorong oleh nafsu kebinatangan yang ingin menjadikan wanita

    sebagai sarana hiburan dan pemuas nafsu kaum lelaki, tanpa mau

    memandang kepada hal lain.

     Keempat,  pasal kesebelas menunjukkan bahwa hakim yang adil

     bagi kaum Muslimin, dalam segala perselisihan dan urusan mereka,

    hanyalah syariat dan hukum Allah SWT, yaitu apa yang terkandung di

    dalam kitab Allah SWT dan sunnah Rasul-Nya. Jika mereka mencari

     penyelesaian bagi problematika mereka kepada selain sumber ini,

    mereka berdosa dan terancam kesengsaraan di dunia dan siksa Allah

    SWT di akhirat.14 

    Itulah keempat hukum yang terkandung di dalam perjanjian tersebut

    yang menjadi dasar tegaknya negara Islam di Madinah dan minhaj bagi

    kaum Muslimin dalam kehidupan mereka sebagai masyarakat baru.

    Disamping isi pokok diatas terdapat juga rumusan-rumusan lain yang

    telah dirumuskan oleh para ahli lain seperti Ahmad Sukarja,15  Zainal

    Abidin,16  Hasan Ibrahim Hasan dan Maulvi Muhammad Ali masing-

    masing berbeda pendapat dalam merumuskan prinsip-prinsip dasar dari

    Piagam Madinah. Namun, dari keragaman rumusan tersebut dapat ditarik

     point-point umum bahwa prinsip-prinsip dasar yang menjadi landasan

    dari Piagam Madinah, adalah:

    a.  Prinsip kesatuan ummah

     b.  Solidaritas sosial

    c. 

    Perlindungan dan pembelaan terhadap yang lemah dan tertindas

    d. 

    Keadilan sosial

    14 Muhammad Said Ramadhan Al-Buthy,  Fiqhus Sirah, Edisi terjemah, (Jakarta: Robbani Press,

    1999), hal. 200-202.15

     Hasan Ibrahim Hassan, Tarikh Islam, Jil.1, (Kairo:Maktabah Nahdliyat al-Mishriyyah, 1979),

    hal. 124. 16 Zainal Abidin Ahmad, Membentuk Negara Islam, (Jakrta: t.p,t.t), hal.78. 

  • 8/16/2019 Piagam Madinah Perjanjian Syamilah Perta

    11/22

    11

    e.  Perdamaian antar sesama dan lingkungan

    f. 

    Persamaan di depan hukum

    g.  Kebebasan berpendapat, berorganisasi, dan beragama

    h.  Menjunjung tinggi hak asasi manusia

    i.   Nasionalisme

     j.  musyawarah

    Melihat dari ulasan yang dikemukakan oleh para penulis Piagam

    Madinah, jelaslah bahwa isi pokok dari piagam Madinah yang telah

    disusun oleh Nabi Muhammad saw yang berdasarkan wahyu Ilahi

    tersebut merupakan bukti nyata bahwa masyarakat Islam dari periode

    awal telah ditopang oleh dasar-dasar dan pilar yang sangat kokoh. Dan

     praktek  siyasah  yang telah direpkan oleh Rasulullah saw dapat

    diedentifikasikan sebagai praktek politik Islam. Dengan demikian dapat

    diketahui bahwa Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan

    Rabbnya tetapi juga mengatur urusan negara dan sistem pertahanan

    negara.

    Piagam Madinah berisikan seluruh dasar konstitusi negara baru yang

    dibangun Rasulullah saw. Piagam Madinah yang telah disusun itu dinilai

    sebagai konstitusi termodern di zamannya, atau konstitusi pertama di

    dunia. Di sana berisi joga konsep pemerintahan, kemasyarakatan dan

    kependudukan, stabilitas dalam negri dan luar negri, juga budaya dan

    social.

    D.  Hakikat Penting yang Terkandung dalam Piagam Madinah

    Keterangan atau riwayat yang berkenaan dengan pendapat yang

    mengatakan bahwa Piagam Madinah dibuat pada tahun pertama hijrah

    atau sebelum perang badar. Ketika posisi Nabi dan kaum muslimin

    sebelum perang badar semakin kuat, kaum yahudi mulai menunjukan

  • 8/16/2019 Piagam Madinah Perjanjian Syamilah Perta

    12/22

    12

    sikap permusuhan secara diam-diam. Tapi karena mereka sudah membuat

     perjanjian damai bersama Nabi maka mereka merasa terikat denganya.17 

    Ka’ab bin As’ad atas nama bani Quraidzhat menandatangani perjanjian

    itu.18  Abu ubaid al-qasim bin salam19, at-thabari20, dan ibnu al-atsir 21  juga

    menulis bahwa perjanjian dibuat setelah Nabi tiba dimadinah sebelum

     perang badar dan ditulis dalam dua peristiwa. Naskah pertama dibuat oleh

     Nabi antara muhajirin dan Anshar dirumah anas bin malik. Naskah

     perjanjian kedua dibuat oleh nabi dengan melibatkan kaum yahudi.22 

    Kedua naskah tersebut disatukan oleh penulis sejarah menjadi satu

    naskah.

    Adapun Piagam Madinah mempunyai arti tersendiri bagi semua

     penduduk Madinah dari masing-masing golongan yang berbeda. Bagi

     Nabi Muhammad saw, Ia diakui sebagai pemimpin yang mempunyai

    kekuasaan politis. Bila terjadi sengketa di antara penduduk Madinah

    maka keputusannya harus dikembalikan kepada keputusan Allah dan

    kebijaksanaan Rasul-Nya. Pasal ini menetapkan wewenang pada Nabiuntuk menengahi dan memutuskan segala perbedaan pendapat dan

     permusuhan yang timbul di antara mereka.

    Hal ini sesungguhnya telah lama diharapkan penduduk Madinah,

    khususnya golongan Arab, sehingga kedatangan Nabi dapat mereka

    terima. Harapan ini tercermin di dalam Bai’at  Aqabah I dan II yang

    mengakui Muhammad sebagai pemimpin mereka dan mengharapkan

     peranannya di dalam mempersatukan Madinah.

    17  Muhammad Husain Haikal, hayat Muhammad , Terj. Ali audah, (Jakarta; lentera antarnusa,

    1990) H.227 18

     Watt,  Muhammad at Medina, dikutip oleh Muhammad bin Umar alwaqidi, kitab al-maghazy,

    (Calcutta; Von Kramer,1896) H.177 19

     Abu ubaid al-qasim, kitab al-amwal , (kairo; dar el-fikr,1975) H.226 20

     Al-thabari, Tarikh al-umam wal al-mulk , jilid III, (Beirut; Dar el-fikr, 1987). H.84 21

     Ibnu al-atsir, al-kamil fi al-tarikh, jilid II, ( Bairut; dar Beirut, 1965), H. 137  22 Akram umri, Tarikh al-Islam, (Baghdad; college of al-imam al-a’zham, 1972) H.12-13 

  • 8/16/2019 Piagam Madinah Perjanjian Syamilah Perta

    13/22

    13

    Sedangkan bagi umat Islam, khususnya kaum Muhajirin, Piagam

    Madinah semakin memantapkan kedudukan mereka. Bersatunya

     penduduk Madinah di dalam suatu kesatuan politik membuat keamanan

    mereka lebih terjamin dari gangguan kaum kafir Quraisy. Suasana yang

    lebih aman membuat mereka lebih berkonsentrasi untuk mendakwahkan

    Islam. Terbukti Islam berkembang subur di Madinah

    Bagi penduduk Madinah pada umumnya, dengan adanya

    kesepakatan  piagam Madinah,  menciptakan suasana baru yang

    menghilangkan atau memperkecil pertentangan antar suku. Kebebasan

     beragama juga menjadi jaminan bagi semua golongan. Yang lebih

    ditekankan adalah kerjasama dan persamaan hak dan kewajiban semua

    golongan dalam kehidupan sosial politik di dalam mewujudkan

     pertahanan dan perdamaian.23 

    Dengan demikian Piagam Madinah mampu mengubah eksistensi

    orang-orang mukmin dan yang lainnya dari sekedar kumpulan manusia

    menjadi masyarakat politik, yaitu suatu masyarakat yang memiliki

    kedaulatan dan otoritas politik dalam wilayah Madinah sebagai tempat

    mereka hidup bersama, bekerjasama dalam kebaikan atas dasar kesadaran

    sosial mereka, yang bebas dari pengaruh dan penguasaan masyarakat lain

    dan mampu mewujudkan kehendak mereka sendiri. Fakta historis ini,

    menurut Hitti, merupakan bukti nyata kemampuan Nabi Muhammad saw

    melakukan negoisasi dan konsolidasi dengan berbagai golongan

    masyarakat Madinah.24 

    Disamping itu Piagam Madinah sering disebut sebagai contoh

    untuk sebuah masyarakat modern, kemodernan Piagam Madinah ini

    adalah bahwa ia mengakui kestaraan dua partner yang membuat

     perjanjian ini, agama masing-masing diakui, dan tidak ada yang boleh

    23 http//majidnurkholis.wordpress.com.piagam-madinah, 1999 

    24

      Philip K. Khitti, capital cites of Arab Islam, (Minneapolis, University of Minnesotta, 1973),H.35-36 

    http://aadesanjaya.blogspot.com/2010/10/piagam-madinah.htmlhttp://aadesanjaya.blogspot.com/2010/10/piagam-madinah.htmlhttp://aadesanjaya.blogspot.com/2010/10/piagam-madinah.html

  • 8/16/2019 Piagam Madinah Perjanjian Syamilah Perta

    14/22

    14

    merasa lebih unggul dari yang lain. Jadi semua yang terikat didalam

     perjanjian ini diakui kesetaraan mereka tanpa syarat.

    E.  Muatan Nilai dan Prinsip Piagam Madinah Dan Pancasila

    Pancasila dan Piagam Madinah tidak hanya mengisyaratkan

    kesejajaran pada penerimaan kelompok-kelompok beragam akan nilai-

    nilai kemanusiaan universal, tetapi juga mengimplikasikan adanya hak

    dan kewajiban yang sama pada kelompok-kelompok bersangkutan untuk

    menjaga keharmonisan dalam kehidupan berbangsa.

    Piagam Madinah Rasulullah berimplikasi pada adanya kewajiban

    membela keutuhan dan pelaksanaan dari setiap penyelewengan dan

     penghianatan. Kaum muslimin di Madinah telah melaksankan kewajiban

    mereka dengan sebaik-baiknya ketika mereka harus menghadapi

     penghianatan demi penghianatan kelompok-kelompok Yahudi dari Bani

    Qoinuqa dan Bani Quraidhah. Kaum Muslimin tetap berpegang pada

    nilai-nilai serta semangat Piagam itu, dan dengan setia melaksanakannya,

     bahkan mereka mengembangkan sayap politik sesudah wafatnya

    Rasulullah SAW.

    Sama halnya dengan apa yang telah dilakukan kaum Muslimin

    Madinah terhadap Piagam mereka itu, umat Islam Indonesia juga

     berkewajiban membela Pancasila untuk menjaga keutuhan dan

    keharmonisan berbangsa dan bernegara, maupun dalam perincian

     pelaksanaannya, serta berkewajiban mempertahankan nilai kesepakatan

    itu dari setiap bentuk penghianatan terhadap keutuhan NKRI.

    Pancasila dan Piagam Madinah memiliki kesamaan sebagai

    Kalimah saw atau perjanjian luhur. Pancasila merupakan perjanjian luhur

    seluruh bangsa untuk membangun, mencintai dan mempertahankan

    Indonesia. Demikian pula dengan Piagam Madinah yang disusun untuk

    maksud yang kurang lebih sama. Berdasarkan pemikiran di atas, sudah

  • 8/16/2019 Piagam Madinah Perjanjian Syamilah Perta

    15/22

    15

    selayaknya jika kaum Muslim, sebagai komunitas terbesar dituntut

    memiliki komitmen kuat dalam pelaksanan Pancasila secara benar.

    Demikian pula halnya dengan dihilangkannya tujuh kata dalam Piagam

    Jakarta, tidaklah berarti sebagai kekalahan perjuangan politik umat Islam,

     bukan pula kita tidak setuju kalau syariah Islam tegak di bumi Indonesia.

    Analisis sejarah mengenai fungsi Piagam Madinah dan kebijakan

     politik Nabi SAW sangat penting untuk dilakukan dan di-update kembali.

    Sebab, hal itu menjadi cermin untuk memahami konsepsi Islam mengenai

    hubungan agama dan kebijakan sosial, atau dalam konteks modern:

    agama dan negara bangsa (nation state). Terlebih lagi, fenomena

    keberagamaan dewasa ini memunculkan beberapa golongan yang

     bersikukuh mewajibkan adanya formalisasi syariat dan negara Islam, serta

    menganggap Pancasila sebagai ideologi sekuler yang tidak wajib ditaati.25 

    Inti piagam madinah  adalah Teks Piagam Madinah bisa kita

    dapatkan dari kitab sirah Nabi tertua yang pernah ditemukan, yakni as-

    Sirah an-Nabawiyyah, karya Ibnu Hisyam, pada Bab ar- Rasul Yuwadi’u

    al-Yahud (Rasulullah Mengikat Perjanjian dengan Yahudi). Dalam tulisan

    ini, hanya disebutkan tiga poin penting yang menjadi paradigma

    mendasar dari piagam itu. Poin piagam itu menyebutkan begini:

    “Surat perjanjian ini dari Muhammad; antara orang beriman dan

     Muslimin dari Quraisy dan Yatsrib, serta yang mengikuti mereka,

    menyusul mereka, dan berjuang bersama mereka; bahwa merekaadalah satu umat ”. 

    “Bahwa kabilah Yahudi, baik mereka sendiri atau bersama pengikut

    mereka, mempunyai hak dan kewajiban seperti mereka yang sudah

    menyetujui naskah perjanjian ini”.

    25 http://fsaijogja.wordpress.com/2012/02/28/piagam-madinah-dan-pancasila/ 

  • 8/16/2019 Piagam Madinah Perjanjian Syamilah Perta

    16/22

    16

    “Bahwa barang siapa keluar atau tinggal dalam kota ini,

    keselamatannya terjamin, kecuali orang yang melakukan kezaliman

    dan kejahatan”. 

    Substansi yang sama sebagai sebuah ikatan perjanjian politis antar

    umat beragama, Piagam Madinah memiliki beberapa kesamaan substansi

    dengan Pancasila. Pertama, sama-sama dibangun atas dasar kesatuan

    umat, yang menghuni sebuah batas teritorial tertentu. Hemat saya, ini

     bahkan sudah mampu melampaui konsep negara bangsa kini, dimana

    kesatuan didasari oleh kesamaan senasib-sepenanggungan untuk membela

    tanah air. Itulah satu umat: satu kesatuan masyarakat yang saling

    mempertahankan dan melindungi bila ada musuh yang datang menyerang.

    Perjanjian dalam piagam itu dapat berjalan beberapa waktu sampai

    kelompok Yahudi berkhianat, justru di saat genting ketika Muslimin akan

    menghadapi serbuan Quraisy. Pancasila pun kini masih eksis, hingga

     belakangan ini, pasca dibukanya karena demokrasi, muncul beberapa

    kalangan yang menolak Pancasila, kendati ia lahir dan tinggal di bumi

    Indonesia.

     Kedua, Piagam Madinah memberi hak sepenuhnya kepada tiap

    umat beragama untuk menjalankan ibadah sesuai kepercayaan masing-

    masing. Demikian pula, Undang-Undang kita yang menjamin eksistensi

    agama dan peribadatan tiap warga negaranya.

     Ketiga, perlindungan diberikan kepada mereka yang tidak berbuat

    zalim (la ‘udwana illa ‘ala azh-zhalimin). Zalim adalah lawan dari adil.

    Siapa yang tidak melakukan kewajibannya dan melanggar hak orang lain,

    maka dia akan diberi sanksi sesuai kezalimannya, tanpa memandang pada

    etnis atau latar belakang agamanya.

     Keempat, Piagam Madinah mengakomodir semua golongan, justru

    dengan tanpa mencantumkan secara eksplisit “syariat Islam” ke 

  • 8/16/2019 Piagam Madinah Perjanjian Syamilah Perta

    17/22

    17

    dalam body-text -nya. Pancasila dengan asas Ketuhanan Yang Maha Esa

    sebenarnya sudah lebih mending, karena sudah secara tegas mengafirmasi

    kepercayaan monoteis. Di samping itu, spirit yang diperoleh dari piagam

    ini adalah, bahwa tidak ada golongan yang mendapakan hak lebih sebagai

    warga negara dibanding golongan yang lain. Kesamaan derajat dihadapan

    konstitusi inilah yang kemudian mendasari salah satu isi Pidato Bung

    Karno pada hari kelahiran Pancasila, 1 Juni 1945. Beliau mengatakan:

    “Kita hendak mendirikan suatu negara “semua buat semua”. Bukan buat

    satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun

    golongan yang kaya, –  tetapi “semua buat semua”.26 

    Dalam Piagam Madinah, Nabi Muhammad SAW meletakkan

    asas-asas kemasyarakatan, antara lain adalah: al ikha’, al MuSAWah, al

    tasamuh, al-tasyawur, al ta’awun dan al -adalah.27 

     Al-Musawah  (persamaan), yaitu bahwa manusia adalah sama

    keturunan nabi Adam yang diciptakan dari tanah. Berdasarkan asas ini

    setiap warga masyarakat memiliki hak kemerdekaan dan kebebasan

    (hurriyah).

     Al-Tasamuh  (toleransi), Piagam Madinah memuat asas toleransi,

    dimana umat Islam siap dan mampu berdampingan dengan kaum Yahudi.

    Mereka mendapat perlindungan dan kebebasan dalam melaksanakan

    agamanya masing-masing.

     Al-Tasyawur   (Musyawarah) sebagaimana diisyaratkan dalam surat

    Ali Imran ayat 159. Kendati Rasul memiliki status yang tinggi dan

    terhormat dalam masyarakat, beliau seringkali meminta pendapat para

    26  Karim, M. Abdul.  Menggali Muatan Pancasila dalam Perspektif Islam. (Jogjakarta: Surya

    Raya,2004 ) 27

      Maryam, Siti, dkk. 2002. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern. Yogyakarta: Jurusan SPI Fak. Adab IAIN Sunan Kalijaga bekerjasama dengan LESFI. H.39  

  • 8/16/2019 Piagam Madinah Perjanjian Syamilah Perta

    18/22

    18

    sahabat dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang berkaitan

    dengan urusan dunia dan sosial budaya. Pendapat para sahabat kerap kali

    diikuti manakala dianggap benar.

     Al-Ta’awun  (tolong menolong). Tolong menolong sesama muslim

    telah dibuktikan dengan mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan

    kaum Anshor, dan beberapa kaum yang berlainan agama.

     Al-Adalah  (keadilan) berkaitan erat dengan hak dan kewajiban

    setiap individu dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan posisi

    masing-masing. Prinsip ini berpedoman pada surat al Maidah ayat 8 dan

    surat an Nisa’ ayat 58. 

    Asas-asas dalam Piagam Madinah tersebut, tampaknya juga

    terkandung dalam butir-butir dari masing-masing ke lima sila Pancasila.

    Hal ini menunjukkan bahwa dalam penyusunannya Pancasila sangatlah

    dipengaruhi oleh prinsip-prinsip agama Islam. Para tokoh yang terlibat

    dalam pembentukan Pancasila merupakan tokoh-tokoh muslim yang

    memiliki kapasitas keagamaan yang tinggi memahami prinsip-prinsip

    kenegaraan dan kemasyarakatan sesuai dengan prinsip-prinsip yang

    terdapat dalam Piagam Madinah. Setiap prinsip dalam lima sila Pancasila

    (prinsip ketuhanan, persatuan, kemanusiaan, musyawarah dan keadilan)

    merupakan prinsi-prinsip yang terkandung dalam Piagam Madinah yang

    telah dilaksanakan Rasulullah SAW dan para khalifah rasyidah dalam

    menjalankan pemerintahan.

    Aktualisasi nilai-nilai Piagam Madinah dan Pancasila tentu masih

     bisa dilakukan; dimunculkan makna-makna baru yang lebih relevan.

    Sebagaimana Pancasila yang perlu untuk dikontekstualisasikan kembali,

     bagaimana agar tetap relevan diimplementasikan di masa kini, demikian

     pula Piagam Madinah itu. Hal penting yang bisa diperoleh dari upaya

  • 8/16/2019 Piagam Madinah Perjanjian Syamilah Perta

    19/22

    19

    kontekstualisasi itu adalah bahwa kita wajib melihat kepada substansi,

     bukan simbol-formalnya. Formalitas simbol sering hanya menjadi jargon

    kosong yang bisa menumbuh-suburkan virus “pemberontakan dan

     pengkhianatan” terhadap bangsa sendiri. Munculnya paham ala NII,

    agaknya memang karena konsep mendasar Pancasila kurang dipahami

    dengan baik oleh segenap lapisan masyarakat awam. Wallahu A’lam. 

    BAB III

    PENUTUP

    Kesimpulan

    1.  Lahirnya Piagam Madinah berdasarkan kondisi social masyarakat

    Madinah yang heterogen, baik kondisi keagamaan, politik,

    ekonomi dan lain sebagainya. Semua kondisi tersebut rentangdengan konflik diantara mereka. Untuk itulah piagam ini lahir

    dalam usaha meredam munculnya konflik diantara mereka.

    2.  Piagam Madinah yang telah dicetuskan Rasulullah beberapa abad

    silam telah mencakup kehidupan politik dan agama yang

    mengandung prinsip-prinsip dasar tata kehidupan bermasyarakat,

    kelompok-kelompok sosial Madinah, menjamin hak-hak mereka,

    menetapkan kewajiban-kewajiban mereka dan mengadakan

    hubungan yang baik dan kerjasama serta hidup berdampingan

    secara damai di antara mereka dalam tata kehidupan sosial politik.

    3.  Piagam Madinah memuat ide yang mempunyai relevansi kuat

    dengan perkembangan dan keinginan masyarakat dunia dewasa ini,

     bahkan telah menjadi pandangan hidup modern di berbagai negara.

    Ide dalam Konstitusi Madinah juga diserap oleh para tokoh pendiri

     bangsa Indonesia, yang dapat dilihat dalam Piagam Jakarta yang

  • 8/16/2019 Piagam Madinah Perjanjian Syamilah Perta

    20/22

    20

    kemudian melahirkan Pancasila. Muatan Piagam Madinah dan

    Pancasila memiliki kesamaan sebagai perjanjian luhur yang

    membangun, mencintai dan mempertahankan Indonesia. Demikian

     pula dengan Piagam Madinah, merupakan perjanjian luhur untuk

    mempertahankan negara Madinah. Keduanya sama-sama memuat

    asas-asas dan prinsip-prinsip: persaudaraan, persamaan, toleransi,

    musyawarah, tolong menolong, dan keadilan. 

    DAFTAR PUSTAKA

    Ahmad, Zainal Abidin, Membentuk Negara Islam, Jakrta: t.p,t.t.

    Al-Buthy, Muhammad Said Ramadhan,  Fiqhus Sirah, Edisi terjemah, Jakarta:

    Robbani Press, 1999.

    Al-Karamiy, Hafidz Ahmad Ajjaj,  Al- Idarah fi ‘Ashri ar -Rasul, Kairo: Dar as-

    Salam, 2007. 

    As-Siba’i, Mushthafa,  Hikmah Shirah Nabawiyah, Edisi terjemah, Surakarta:

    Indiva Pustaka, 2009.

    Abu ubaid al-qasim, kitab al-amwal , kairo; dar el-fikr,1975.

    Al-thabari, Tarikh al-umam wal al-mulk , jilid III, Beirut; Dar el-fikr, 1987.

    Elvandi, Muhammad, Inilah Politikku, Solo: Era Adicitra Intermedia, 2011.

    Fazlur Rahman, the Islamic concept of state, dalam John. L posito dan John J.

    Donohue, Islam in Transition,  Muslim Prespective ,New york, University

    Press, 1982.

    Hasan Ibrahim, Tarikh Islam, Jil.1, Kairo:Maktabah Nahdliyat al-Mishriyyah,

    1979.

    Harun Nasution,  Islam ditinjau dari Berbagai aspeknya, Jilid 1 ,Jakarta; UI

    Press,1986. 

  • 8/16/2019 Piagam Madinah Perjanjian Syamilah Perta

    21/22

    21

    Haekal, Muhammad Husain, Sejarah Hidup Muhammad, Edisi terjemah Jakarta:

    Mitra Kerjaya Indonesia, 2002.

    Hitti, Philip K. History of Arabs, Jakarta: Serambi, 2013.

    Ibnu al-atsir, al-kamil fi al-tarikh, jilid II, Bairut; dar Beirut, 1965.

    Karim, M. Abdul.  Menggali Muatan Pancasila dalam Perspektif Islam.

    Jogjakarta: Surya Raya,2004.

    M. A. Salahi,  Muhammad sebagai manusia dan nabi, Terj. M.sadat Ismail,

    Yogyakarta; Mitra Pustaka, 2006.

    Maryam, Siti, dkk. 2002. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga

     Modern.  Yogyakarta: Jurusan SPI Fak. Adab IAIN Sunan Kalijaga

     bekerjasama dengan LESFI

    Mushthafa as-Siba’i,  Hikmah Shirah Nabawiyah, Edisi terjemah, Surakarta:

    Indiva Pustaka, 2009.

    Muhammad Said Ramadhan Al-Buthy,  Fiqhus Sirah, Edisi terjemah, Jakarta:

    Robbani Press, 1999.

    Muhammad Dhiya al-Din al-rayis, al-Nadzariyyat al-siyasiyat al-Islamiyat ,

    (Mesir, maktabat al-anju almisriyat, 1957) H.15, dikutib dari DB.

    Macdonald,  Development of Muslim Theology, jurispundence, and

    constitutional theory, ,New york, Tp, 1903.

    Montgomery Watt,  Muhammad at Medina. (Oxford University Press, 1956),

    Pulungan, J.Suyuthi,  Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah dari

     Pandangan Al-Qur’an, Jakarta: Rajawali Press, 1993.

    Reuven, Firestone, Jihād: the origin of holy war in Islam, t.k: t.p, 1999.

    Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, 1988.

    Yakub, M,  Piagam Madinah: Acuan Dasar Negara Islam, Jurnal Analytica

    Islamica, No.2, Vol.6, Th. 2004.

  • 8/16/2019 Piagam Madinah Perjanjian Syamilah Perta

    22/22

    22

    Watt,  Muhammad at Medina, dikutip oleh Muhammad bin Umar alwaqidi, kitab

    al-maghazy, Calcutta; Von Kramer,1896.

    Watt, Montgomery, Muhammad at Medina. Oxford University Press, 1956.

    http//majidnurkholis.wordpress.com.piagam-madinah,