ham piagam madinah

25
PIAGAM MADINAH Kelahiran Piagam Madinah tidakla lepas dari adanya hijrah Nabi Muhamad SAW dari Makkah ke Madinah, dan merupakan kepanjangan dari dua perjanjian sebelumnya yaitu bai’at aqabah 1 dan 2. Dan setelah hijrahnya Nabi ke Madinah, maka muncullah masyarakat Islam yang damai, tentram dan sejahtera di Madinah yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW, yang terdiri dari Muhajirin dan Anshar, dan beberapa kabilah arab dari Yahudi dan kaum musyrik Madinah. Dan setelah itu, maka Madinah menjadi pusat bagi kegiatan keislaman dan perkembangan dunia Islam. Dengan tercapainya kesepakatan antar kaum di Madinah, maka semakin heterogenlah masyarakat yang menduduki Madinah. Selain itu, perjanjian ini juga menjadi sangat penting bagi diri Nabi sendiri. Piagam madinah ini secara tidak langsung menunjukkan kapasitas Nabi sebagai seorang pemimpin dan politikus yang ulung, ditandai dengan: a) Keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyatukan umat Islam dalam satu panji, yaitu Islam, dengan mengabaikan perbedaan suku, ras dan kabilah. Dan menyatukan hati semua kaum muslimin dalam satu perasaan. b) Menjadikan agama sebagai alasan yang paling kuat, sebagai pengerat antar umat mengalahkan hubungan antar keluarga.

Upload: meysha-meza-tiara

Post on 27-Oct-2015

120 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ham Piagam Madinah

PIAGAM MADINAH

Kelahiran Piagam Madinah tidakla lepas dari adanya hijrah Nabi Muhamad SAW dari Makkah

ke Madinah, dan merupakan kepanjangan dari dua perjanjian sebelumnya yaitu bai’at aqabah 1

dan 2. Dan setelah hijrahnya Nabi ke Madinah, maka muncullah masyarakat Islam yang damai,

tentram dan sejahtera di Madinah yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW, yang terdiri dari

Muhajirin dan Anshar, dan beberapa kabilah arab dari Yahudi dan kaum musyrik Madinah. Dan

setelah itu, maka Madinah menjadi pusat bagi kegiatan keislaman dan perkembangan dunia

Islam.

Dengan tercapainya kesepakatan antar kaum di Madinah, maka semakin heterogenlah

masyarakat yang menduduki Madinah. Selain itu, perjanjian ini juga menjadi sangat penting bagi

diri Nabi sendiri. Piagam madinah ini secara tidak langsung menunjukkan kapasitas Nabi sebagai

seorang pemimpin dan politikus yang ulung, ditandai dengan:

a) Keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyatukan umat Islam dalam satu panji, yaitu

Islam, dengan mengabaikan perbedaan suku, ras dan kabilah. Dan menyatukan hati

semua kaum muslimin dalam satu perasaan.

b) Menjadikan agama sebagai alasan yang paling kuat, sebagai pengerat antar umat

mengalahkan hubungan antar keluarga.

c) Bahwa ikatan yang terbangun atas dasar agama terdapat didalamnya hak-hak atas setiap

individu, dan tercapainya kedamaian dan ketentraman umat

d) Adanya kesamaan hak antara kaum muslimin dan yahudi dalam hal maslahat umum, dan

dibukannya pintu selebar-lebarnya bagi siapa saja yang ingin memeluk agama Islam dan

melindungi hak-hak mereka.

Piagam madinah sendiri terdiri dari 70 pasal, dan ditulis dalam 4 tahapan yang berbeda. Pada

penulisan pertama terdapat 28 pasal, yang didalamnya mengatur hubungan antara kaum

muslimin sendiri. Pada penulisan yang kedua ada 25 pasal yang mengatur hubungan antara umat

Islam dan Yahudi. Dan penulisan yang ketiga terjadi setelah terjadinya perjanjian Hudaibiyah

pada tahun ke-2 Hijrah, yang merupakan penekanan atau pengulangan dari pasal pertama dan

Page 2: Ham Piagam Madinah

kedua. Sedangkan pada tahap yang keempat ini hanya terdapat 7 pasal dan mengatur hubungan

antara kabilah yang memeluk Islam.

Riwayat Piagam Madinah

Ibnu Katsir meriwayatkan dalam Bidayahnya dari Muhammad ibnu Ishak dengan tanpa sanad,

beliau berkata (Rasulullah SAW telah menulis sebuah perjanjian antara kaum Muhajirin dan

Anshar, dan juga Yahud; Bismilah hirrahman nirrahim, ini perjanjian dari Muhammad SAW

dengan Muslimin dan Mu’minin dari Kuraisy dan Yastrib, dan siapa saja yang mengikuti

mereka).

Selain itu ada juga riwayat lain yang meriwayatkan Piagam Madinah ini, yaitu dari Imam

Ahmad, dari Afan, dari Hamad bin Salamah, dari Asim Al-Ahwal, dari Anas bin Malik;

Rasulullah SAW membuat sebuah perjanjian antara Muhajirin dan Anshar dirumah Anas bin

Malik. Dan telah diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad, Bukhori, Muslim, dan Abu Daud dari

berbagai sumber, dari Asim bin Sulaiman, dari Anas bin Malik. Beliau berkata, Rasulullah SAW

telah mengadakan perjanjian antara Quraisy dan Anshar dirumahku. Selain itu, Imam Ahmad

berkata, telah berkata kepada kita Nasr bin Baab, dari Hajjaj, dia berkata; Suraij telah berkata

kepada kita, dari Abad, dari Hajjaj, dari Umar bin Syuaib, dari Ayahnya, dari Kakeknya;

Sesungguhnya Rasulullah SAW telah mengadakan perjanjian antara Muhajirin dan Anshar.

Isi Piagam Madinah

Berikut ini adalah teks Piagam Madinah yang ditulis pada tahap pertama yang terdiri dari 18

pasal:

1. Umat Islam adalah umat yang satu, berdiri sendiri dalam bidang akidah, politik, sosial,

dan ekonomi, tidak tergantung pada masyarakat lain.

2. Warga umat ini terdiri atas beberapa komunitas kabilah yang saling tolong-menolong.

3. Semua warga sederajat dalam hak dan kewajiban. Hubungan mereka didasarkan pada

persamaan dan keadilan.

4. Untuk kepentingan administratif, umat dibagi menjadi sembilan komunitas; satu

komunitas muhajirin, dan delapan komunitas penduduk Madinah lama. Setiap komunitas

memiliki system kerja sendiri berdasarkan kebiasan, keadilan, dan persamaan.

Page 3: Ham Piagam Madinah

5. Setiap komunitas berkewajiban menegakkan keamanan internal.

6. Setiap kominitas diikat dalam kesamaan iman. Antara warga satu komunitas dan

komunitas lain tidak diperkenankan saling berperang; tidak boleh membunuh dalam

rangka membela orang kafir, atau membela orang kafir dalam memusuhi warga

jomunitas muslim.

7. Umat Islam adalah umat Allah yang tidak terpecah belah.

8. Untuk memperkuat persaudaraan dan hubungan kemanusiaan diantara umat Islam, warga

muslim menjadi pelindung bagi warga muslim lainnya.

9. Orang Yahudi yang menyatakan setia terhadap masyarakat Islam harus dilindungi.

Mereka tidak boleh dianiaya dan diperangi.

10. Stabilitas umat adalah satu. Satu komunitas berparang, semuanya berperang.

11. Apabila satu komunitas berperang maka komunitas lain wajib membantu

12. Semua warga wajib menegakkan akhlak yang mulia.

13. Apabila ada golongan lain yang bersekutu dengan Islam dalam berperang, maka umat

Islam harus saling tolong-menolong dengan mereka.

14. Oleh karena orang Kuraisy telah mengusir Muhajirin dari Mekah, maka penduduk

Madinah, muasrik sekalipun, tidak boleh bersekutu dengan mereka dalam hal-hal yang

dapat membahayakan penduduk muslim Madinah.

15. Jika ada seorang muslim membunuh muslim lain secara sengaja, maka yang membunuh

itu harus diqisas (dihukum setimpal), kecuali ahli waris korban berkehendak lain. Dalam

hal ini seluruh umat Islam harus bersatu.

16. Orang yang bersalah harus dihukum. Warga lain tidak boleh membelanya.

17. Jika terjadi konflik atau perselisihan yang tidak dapat dipecahkan dalam musyawarah,

maka penyelesaiannya diserahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

18. Semua kesalahan ditanggung sendiri. Seorang tidak diperkenankan

mempertanggungjawabkan kesalahan teman (sekutu)-nya.

Page 4: Ham Piagam Madinah

Berikut petikan lengkap terjemahan Piagam Madinah yang terdiri dari 47 pasal:

Preambule: Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ini adalah piagam

dari Muhammad, Rasulullah SAW, di kalangan mukminin dan muslimin (yang berasal) dari

Quraisy dan Yatsrib (Madinah), dan yang mengikuti mereka, menggabungkan diri dan berjuang

bersama mereka.

Pasal 1: “Sesungguhnya mereka satu umat, lain dari (komunitas) manusia lain”.

Pasal 2: “Kaum Muhajirin (pendatang) dari Quraisy sesuai keadaan (kebiasaan) mereka,

bahu-membahu membayar diat di antara mereka dan mereka membayar tebusan tawanan

dengan cara yang baik dan adil di antara mukminin.”

Pasal 3: “Banu ‘Awf, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar diat

di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik

dan adil di antara mukminin”.

Pasal 4: “Banu Sa’idah, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar

diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan

dengan cara yang baik dan adil di antara mukminin”.

Pasal 5: “Banu al-Hars, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar

diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan

dengan cara yang baik dan adil di antara mukminin”.

Pasal 6: “Banu Jusyam, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar

diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan

dengan cara yang baik dan adil di antara mukminin”.

Page 5: Ham Piagam Madinah

Pasal 7: “Banu al-Najjar, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar

diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan

dengan cara yang baik dan adil di antara mukminin”.

Pasal 8: “Banu ‘Amr Ibn ‘Awf, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu

membayar diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap suku membayar tebusan

tawanan dengan cara yang baik dan adil di antara mukminin”.

Pasal 9: “Banu al-Nabit, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar

diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan

dengan cara yang baik dan adil di antara mukminin”.

Pasal 10: “Banu al-’Aws, sesuai keadaan (kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar

diat di antara mereka (seperti) semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan

dengan cara yang baik dan adil di antara mukminin”.

Pasal 11: “Sesungguhnya mukminin tidak boleh membiarkan orang yang berat

menanggung utang di antara mereka, tetapi membantunya dengan baik dalam

pembayaran tebusan atau diat”.

Pasal 12: “Seorang mukmin tidak dibolehkan membuat persekutuan dengan sekutu

mukmin lainnya, tanpa persetujuan dari padanya”.

Pasal 13: “Orang-orang mukmin yang takwa harus menentang orang yang di antara

mereka mencari atau menuntut sesuatu secara zalim, jahat, melakukan permusuhan atau

kerusakan di kalangan mukminin. Kekuatan mereka bersatu dalam menentangnya,

sekalipun ia anak dari salah seorang di antara mereka”.

Pasal 14: “Seorang mukmin tidak boleh membunuh orang beriman lainnya lantaran

(membunuh) orang kafir. Tidak boleh pula orang mukmin membantu orang kafir untuk

(membunuh) orang beriman”.

Page 6: Ham Piagam Madinah

Pasal 15: “Jaminan Allah satu. Jaminan (perlindungan) diberikan oleh mereka yang

dekat. Sesungguhnya mukminin itu saling membantu, tidak tergantung pada golongan

lain”.

Pasal 16: “Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertolongan dan

santunan, sepanjang (mukminin) tidak terzalimi dan ditentang (olehnya)”.

Pasal 17: “Perdamaian mukminin adalah satu. Seorang mukmin tidak boleh membuat

perdamaian tanpa ikut serta mukmin lainnya di dalam suatu peperangan di jalan Allah

Allah, kecuali atas dasar kesamaan dan keadilan di antara mereka”.

Pasal 18: “Setiap pasukan yang berperang bersama kita harus bahu-membahu satu sama

lain”.

Pasal 19: “Orang-orang mukmin itu membalas pembunuh mukmin lainnya dalam

peperangan di jalan Allah. Orang-orang beriman dan bertakwa berada pada petunjuk

yang terbaik dan lurus”.

Pasal 20: “Orang musyrik (Yatsrib) dilarang melindungi harta dan jiwa orang (musyrik)

Quraisy, dan tidak boleh bercampur tangan melawan orang beriman”.

Pasal 21: “Barang siapa yang membunuh orang beriman dan cukup bukti atas

perbuatannya, harus dihukum bunuh, kecuali wali si terbunuh rela (menerima diat).

Segenap orang beriman harus bersatu dalam menghukumnya”.

Pasal 22: “Tidak dibenarkan bagi orang mukmin yang mengakui piagam ini, percaya

pada Allah dan Hari Akhir, untuk membantu pembunuh dan memberi tempat kediaman

kepadanya. Siapa yang memberi bantuan atau menyediakan tempat tinggal bagi

pelanggar itu, akan mendapat kutukan dan kemurkaan Allah di hari kiamat, dan tidak

diterima daripadanya penyesalan dan tebusan”.

Page 7: Ham Piagam Madinah

Pasal 23: “Apabila kamu berselisih tentang sesuatu, penyelesaiannya menurut

(ketentuan) Allah ‘azza wa jalla dan (keputusan) Muhammad SAW”.

Pasal 24: “Kaum Yahudi memikul biaya bersama mukminin selama dalam peperangan”.

Pasal 25: “Kaum Yahudi dari Bani ‘Awf adalah satu umat dengan mukminin. Bagi kaum

Yahudi agama mereka, dan bagi kaum muslimin agama mereka. Juga (kebebasan ini

berlaku) bagi sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali bagi yang zalim dan jahat.

Hal demikian akan merusak diri dan keluarganya”.

Pasal 26: “Kaum Yahudi Banu Najjar diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf”.

Pasal 27: “Kaum Yahudi Banu Hars diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf”.

Pasal 28: “Kaum Yahudi Banu Sa’idah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf”.

Pasal 29: “Kaum Yahudi Banu Jusyam diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf”.

Pasal 30: “Kaum Yahudi Banu al-’Aws diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf”.

Pasal 31: “Kaum Yahudi Banu Sa’labah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf,

kecuali orang zalim atau khianat. Hukumannya hanya menimpa diri dan keluarganya”.

Pasal 32: “Suku Jafnah dari Sa’labah (diperlakukan) sama seperti mereka (Banu

Sa’labah)”.

Pasal 33: “Banu Syutaybah (diperlakukan) sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

Sesungguhnya kebaikan (kesetiaan) itu lain dari kejahatan (khianat)”.

Page 8: Ham Piagam Madinah

Pasal 34: “Sekutu-sekutu Sa’labah (diperlakukan) sama seperti mereka (Banu

Sa’labah)”.

Pasal 35: “Kerabat Yahudi (di luar kota Madinah) sama seperti mereka (Yahudi)”.

Pasal 36: “Tidak seorang pun dibenarkan (untuk perang), kecuali seizin Muhammad

SAW. Ia tidak boleh dihalangi (menuntut pembalasan) luka (yang dibuat orang lain).

Siapa berbuat jahat (membunuh), maka balasan kejahatan itu akan menimpa diri dan

keluarganya, kecuali ia teraniaya. Sesungguhnya Allah sangat membenarkan (ketentuan)

ini”.

Pasal 37: “Bagi kaum Yahudi ada kewajiban biaya, dan bagi kaum muslimin ada

kewajiban biaya. Mereka (Yahudi dan muslimin) bantu-membantu dalam menghadapi

musuh Piagam ini. Mereka saling memberi saran dan nasihat. Memenuhi janji lawan dari

khianat. Seseorang tidak menanggung hukuman akibat (kesalahan) sekutunya. Pembelaan

diberikan kepada pihak yang teraniaya”.

Pasal 38: “Kaum Yahudi memikul biaya bersama mukminin selama dalam peperangan”.

Pasal 39: “Sesungguhnya Yatsrib itu tanahnya “haram” (suci) bagi warga Piagam ini”.

Pasal 40: “Orang yang mendapat jaminan (diperlakukan) seperti diri penjamin,

sepanjang tidak bertindak merugikan dan tidak khianat”.

Pasal 41: “Tidak boleh jaminan diberikan, kecuali seizin ahlinya”.

Pasal 42: “Bila terjadi suatu peristiwa atau perselisihan di antara pendukung Piagam ini,

yang dikhawatirkan menimbulkan bahaya, diserahkan penyelesaiannya menurut

(ketentuan) Allah ‘azza wa jalla, dan (keputusan) Muhammad SAW. Sesungguhnya

Allah paling memelihara dan memandang baik isi Piagam ini”.

Page 9: Ham Piagam Madinah

Pasal 43: “Sungguh tidak ada perlindungan bagi Quraisy (Mekkah) dan juga bagi

pendukung mereka”.

Pasal 44: “Mereka (pendukung Piagam) bahu-membahu dalam menghadapi penyerang

kota Yatsrib”.

Pasal 45: “Apabila mereka (pendukung piagam) diajak berdamai dan mereka (pihak

lawan) memenuhi perdamaian serta melaksanakan perdamaian itu, maka perdamaian itu

harus dipatuhi. Jika mereka diajak berdamai seperti itu, kaum mukminin wajib memenuhi

ajakan dan melaksanakan perdamaian itu, kecuali terhadap orang yang menyerang

agama. Setiap orang wajib melaksanakan (kewajiban) masing-masing sesuai tugasnya”.

Pasal 46: “Kaum yahudi al-’Aws, sekutu dan diri mereka memiliki hak dan kewajiban

seperti kelompok lain pendukung Piagam ini, dengan perlakuan yang baik dan penuh dari

semua pendukung Piagam ini. Sesungguhnya kebaikan (kesetiaan) itu berbeda dari

kejahatan (pengkhianatan). Setiap orang bwertanggungjawab atas perbuatannya.

Sesungguhnya Allah paling membenarkan dan memandang baik isi Piagam ini”.

Pasal 47: “Sesungguhnya Piagam ini tidak membela orang zalim dan khianat. Orang

yang keluar (bepergian) aman, dan orang berada di Madinah aman, kecuali orang yang

zalim dan khianat. Allah adalah penjamin orang yang berbuat baik dan takwa. Dan

Muhammad Rasulullah SAW”.

Hak Asasi Manusia Dalam Piagam Madinah

Perjuangan panjang masyarakat barat dalam menegakkan Hak Asasi Manusia yang ditandai

dengan munculnya Magna Charta hingga Universal Declaration of Human Right, ternyata telah

terlebih dahulu di dahului umat Islam, yaitu dengan adanya Piagam Madinah yang menjadi

tonggak awal berdirinya Negara Islam di bawah panji Islam.

Piagam Madinah, yang merupakan piagam tertulis pertama di dunia ini telah meletakkan dasar-

dasar Hak Asasi Manusia yang berlandaskan Syari’at Islam. Pada awal pembukaan Piagam

Page 10: Ham Piagam Madinah

Madinah telah disebutkan bahwa semua manusia itu adalah umat yang satu, yang dilahirkan dari

sumber yang sama, jadi tidak ada perbedaan antara seorang dengan orang lain dalam segala hal.

Namun dalam islam ada satu hal yang membuat seorang dianggap lebih tinggi derajatnya dimata

Allah, yaitu kadar imannya, jadi bukan dilihat dari warna kulit, suku, ras, Negara dan jenis

kelaminnya, namun kadar iman seseorang itu yang membedakannya dengan orang lain.

Selain adanya persaman hak diantara setiap manusia, Piagam Madinah juga mengakomodasi

adanya kebebasan (yang dimaksud kebebasan disini adalah kebebasan yang masih dalam ruang

lingkup syari’ah) yang berbeda dengan kebebasan yang terdapat dalam undang-undang lain pada

masa sekarang ini, yang mengedepankan hawa nafsu manusia daripada ketentuan syari’at.

Dalam masalah kebebasan ini, yang dengannya terjaminlah segala kemaslahatan manusia dari

segala bentuk penindasan, ketakutan, dan perbudakan. Selain itu, kebebasan juga menjadikan

manusia seperti apa yang dikehendaki Allah SWT, sebagai khalifah Allah di bumi ini dan

hambanya sekaligus.

Dari uraian diatas dapat diambil sebuah kesimpulan, bahwa Hak Asasi Manusia yang dimaksud

oleh Piagam Madinah adalah Persamaan antara setiap individu manusia dalam segala segi

kehidupan bermasyarakat, dan juga kebebasan manusia dalam beragama dan hormat-

menghormati antar pemeluk agama, Hak-hak politik yang di tandai dengan adanya persamaan

hak antara setiap manusia di muka hukum dan social politik.

Asas Hak Asasi Manusia dalam Piagam Madinah

Hikmah dari kemanusiaan yang ada dalam Islam adalah; Persaudaraan, Kebebasan dan

Persamaan. Dan Islam, menyeru kepada ketiganya itu, menempatkannya dalam gambaran yang

nyata, dan melindunginya dengan akidah dan syari’atnya dengan kuat, dengan tidak hanya

mencantumkannya dalam hukum-hukumnya sebagai syair-syair, bahkan Islam telah

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari para umatnya.

Ada dua asas yang sangat mendasar dalam Piagam Madinah, yang tidak terdapat di Negara

manapun kecuali Negara yang didirikan dengan dasar agama, pertama, kebebasan beragama,

kedua, adalah asas yang mendasari adanya pemikiran kemanusiaan dan persaudaraan, asas yang

Page 11: Ham Piagam Madinah

melindungi persamaan hak dan persamaan kewajiban atas segenap individu dari seluruh warga

Negara.

Pada hakikatnya Piagam Madinah itu mempunyai empat rumusan utama, yang merupakan inti

dari keseluruhan pasal yang ada, yaitu;

a. Persatuan umat Islam dari berbagai kabilah menjadi umat yang satu.

b. Menumbuhkan sikap toleransi dan tolong-menolong antara komunitas masyarakat yang

baru.

c. Terjaminnya kemanan dan ketentraman Negara, dengan diwajibkannya setiap individu

untuk membela Negara.

d. Adanya persamaan dan kebebasan bagi semua pemeluk agama, dalam kehidupan sehari-

hari bersama masyarakat muslim.

Dari sini, dapat disimpulkan bahwa Hak Asasi Manusia yang terkandung dalam Piagam Madinah

adalah;

a. Persamaan

b. Kebebasan beragama

c. Hak Ekonomi,

d. Hak hidup.

Aplikasi Hak Asasi Manusia dalam Piagam Madinah (Persamaan Hak)

Islam adalah agama kemanusiaan, asas dari kemanusiaan ini dalam Islam adalah

penghormatannya terhadap manusia melebihi dari pada yang lainnya, tanpa melihat perbedaan

warna kulit, ras, suku, jenis kelamin dan kasta. Dalam surah Al-Hujurat ayat 13 diterangkan

bahwa, Allah menciptakan semua manusia bebeda-beda dan bersuku bangsa bukanlah untuk

saling menindas, saling menghina, dan saling menjatuhkan. Tapi, perbedaan ini ditujukan

semata-mata agar semua manusia saling mengenal antara yang satu dengan yang lainnya, dan

saling melengkapi kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Page 12: Ham Piagam Madinah

Tak terbantahkan lagi, bahwa dalam Islam semua manusia bersaudara, mereka adalah anak dari

satu ayah dan satu ibu yang sama, yaitu Adam dan Hawa. Ini sebagai mana yang telah

diterangkan Allah dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat yang pertama.

Sebagai contoh nyata, dapat kita lihat pada masa Rasulullah, yaitu pada waktu hijrah dari Mekah

ke Madinah. Kaum Anshar yang pada saat itu menerima kedatangan saudaranya Muhajirin

dengan tangan terbuka, dan bahkan diantara mereka ada yang memberikan sebagian hartanya

untuk menolong saudaranya yang meninggalkan semua harta bendanya demi menjaga keutuhan

iman mereka dari rongrongan kaum musrik Mekah.

Maka, dengan hangatnya sambutan Anshar atas saudara mereka Muhajirin yang berhijrah demi

agama dari Mekah ke Madinah inilah yang menjadikan mereka (Anshar) sebagai suritauladan

yang sangat baik dalam penegakan Hak Asasi Manusia dalam Islam dengan tidak membedakan

status sosial yang ada, mereka dengan suka rela menolong saudara mereka seiman yang sedang

mempertahankan iman mereka.

Page 13: Ham Piagam Madinah

KOMENTAR

Menurut pendapat saya, telah disebutkan bahwa semua manusia itu adalah umat yang satu, yang

dilahirkan dari sumber yang sama, jadi tidak ada perbedaan antara seorang dengan orang lain

dalam segala hal walaupun di dunia banyak pemeluk agam yang berbeda beda. Namun dalam

islam ada satu hal yang membuat seorang dianggap lebih tinggi derajatnya dimata Allah, yaitu

kadar imannya, jadi bukan dilihat dari warna kulit, suku ras, Negara dan jenis kelaminnya,

Namun kadar iman seseorang itu yang membedakannya dengan orang lain. Allah menciptakan

kita berbeda beda agar kita mempunyai rasa saling hormat menghormati, sayang menyayangi

dan saling menghargai. Kita harus menghormati hak setiap manusia, walaupun kita berbeda

keyakinan, kulit, ras, kasta dll. Dalam agama islam kita adalah manusia, makhluk yang satu tidak

ada perbedaan manusia dimata sang Pencipta.

Hak asasi manusia yang terkandung dalam Piagam Madinah dapat diklasifikasi menjadi tiga,

yaitu hak untuk hidup, kebebasan, dan hak mencari kebahagiaan. Setiap manusia harus

menghormarti hak hidup seseorang, tidak ada satupun yang berhak merampas hak hidup seorang

manusia seperti membunuh dan menjadikannya budak seumur hidup. Setiap manusia layak

diberi kebebasan dalam menentukan pilihan dalam hidup mereka. Kebebasan beragama,

mengeluarkan pendapat, bebas dari kemiskinan, bebas dari perbudakan, rasa takut dll. Islam

mengajarkan agar setiap manusia saling menghormati dan menghargai agar tercipat suatu

keadaan nyaman, tentram, damai dan bahagia, karena salah satu hak manusia adalah hak mencari

kebahagian. Dalam Piagam Madinah, meletakkan nama Allah SWT pada posisi paling atas,

karena Allah SWT adalah sang pencipta alam, dan beserta isinya. Maka makna kebahagiaan itu

bukan hanya semata-mata karena kecukupan materi akan tetapi juga harus berbarengan dengan

ketenangan batin. Seperti, ketenangan batin disaat seseorang beribadah kepada Allah SWT.

Fenomena Piagam Madinah ini yang dijadikan pedoman perilaku sosial, keagamaan, serta

perlindungan semua anggota komunitas yang hidup bersama-sama tersebut sampai menimbulkan

decak kagum dari seorang sosiolog modern terkemuka berkebangsaan Amerika, yaitu Robert N

Bellah, yang menyatakan bahwa kehidupan Madinah yang sangat menjunjung tinggi HAM,

terlampau modern untuk ukuran zaman itu. Dalam Piagam Madinah paling tidak ada dua ajaran

pokok yaitu : semua pemeluk Islam adalah satu umat walu mereka berbeda suku bangsa dan

hubungan antara komunitas muslim dengan non muslim harus saling menghormati.

Page 14: Ham Piagam Madinah

Perhatian islam terhadap HAM sangat kuat, karena dalam islam hak seseorang merupakan

sesuatu yang sangat hakiki, Karen itu merupakan pemberian langsung dari sang pencipta.

Page 15: Ham Piagam Madinah

HAK ASASI MANUSIA DALAM ISLAM

Islam sebagai agama dengan ajarannya yang universal dan konprehensif meliputi akidah, ibadah,

mu’ammalah dan akhlak yang masing-masing memuat ajaran tentang keimanan; dimensi ibadah

memuat ajaran tenang mekanisme pengabdian manusia kepada Allah dengan memuat ajaran

tentang hubungan manusia dengan sesama manusia maupun dengan alam sekitar. Kesemua

dimensi ajaran tersebut dilandasi oleh ketentuan-ketentuan yang disebut dengan istilah syari’at

atau fikih. Dalam konteks syari’at dan fikih itulah terdapat ajaran tentang hak asasi manusia

(HAM).

Adanya ajaran tentang HAM dalam Islam menunjukkan bahwa Islam sebagai agama telah

menempatkan manusia sebagai mahluk terhormat dan mulia. Karena itu perlindungan dan

penghormatan terhadap manusia merupakan tuntutan dan ajaran Islam itu sendiri yang wajib

dilaksanakan oleh ummatnya terhadap sesama manusia tanpa kecuali.

Dalam Islam terdapat dua konsep tentang hak, yakni hak manusia (haq al-insan) dan hak Allah

(haqullah). Setiap hak itu saling melandasi satu sama lain. Hak Allah melandasi hak manusia dan

juga sebaliknya. Dalam aplikasinya, tidak ada satupun hak yang terlepas dari kedua hak tersebut,

misalnya, shalat, manusia tidak perlu campur tangan untuk memaksakan seseorang mau shalat

atau tidak, karena shalat merupakan hak Allah, maka tidak ada kekuatan duniawi apakah itu

negara, organisasi ataupun teman yang berhak mendesak seseorang untuk melakukan shalat.

Shalat merupakan urusan pribadi yang bersangkutan dengan Allah, meskipun demikian dalam

shalat itu ada hak individu manusia yaitu berbuat kedamaian antar sesamanya.

Sementara itu dalam hak al-insan seperti hak kepemilikan, setiap manusia berhak untuk

mmengelola harta yang dimikinya, namun demikian pada hak manusia itu tetap ada hak Allah

yang mendasarinya. Konsekwensinya adalah bahwa meskipun seseorang berhak memanfaatkan

benda miliknya, tetapi tidak boleh menggunakan harta miliknya itu untuk tujuan yang

bertentangan dengan ajaran Allah. Jadi sebagai pemilik hak, diakui dan dilindungi dalam

penggunaan haknya, namun tidak boleh melanggar hak mutlak (hak Allah). Kepemilikan hak

pada manusia bersifat relatif, sementara pemilik hak yang absolut hanyalah Allah.

Page 16: Ham Piagam Madinah

Konsep Islam mengenai kehidupan manusia didasarkan pada pendekatan theo-sentris

(theocentries) atau yang menempatkan Allah melalui ketentuan syari’atnya sebagai tolok ukur

tentang baik-buruk tatanan kehidupan manusia baik sebagi pribadi amupun sebagai warga

masyarakat atau warga bangsa. Dengan demikian konsep Islam tentang HAM berpijak pada

ajaran tauhid. Konsep tauhid mengandung ide persamaan dan persaudaraan manusia. Konsep

tauhid juga mencakup ide parsamaan dan persatuan semua mahluq yang oleh Harun Nasution

dan Bakhtiar Efendi disebut dengan ide peri kemahlukan. Peri kemahlukan memuat nilai-nilai

kemanusiaan dalam arti sempit. Ide Peri Kemahlukan mengandung makna bahwa manusia tidak

bole sewenang-wenang terhadap sesama mahluk termasuk juga pada binatang dan alam sekitar.

HAM dalam Islam sebenarnya bukan barang asing, kerena wacana tentang HAM dalam Islam

lebih awal dibandingkan dengan konsep atau ajaran lainnya. Dengan kata lain Islam datang

secara inhern membawa ajaran entang HAM.Ajaran Islam tentang HAM dapat dijumpai dalam

sumber utama ajaran Islam yaitu Al-Qur-an dan Al-Hadits, yang merupakan sumber ajaran

normative, juga terdapat dalam praktek kehidupan umat Islam.

Page 17: Ham Piagam Madinah

KOMENTAR

Menurut pendapat saya, HAM dalam Islam menunjukan bahwa Islam sebagai agama telah

menempatkan manusia sebagai makhluk terhormat dan mulia. Oleh karena itu, perlindungan dan

penghormatan terhadap manusia merupakan tuntutan ajaran itu sendiri yang wajib dilaksanakan

oleh umatnya terhadap sesama manusia tanpa terkecuali. Hak-hak yang diberikan Allah itu

bersifat permanent, kekal dan abadi, tidak boleh dirubah atau dimodifikasi. Islam merupakan

suatu agama yang mempunyai ajaran bahwa setiap manusia harus saling menghormati dan telah

ditanamkan semenjak kita kecil. Islam berbeda dengan sistem lain dalam hal bahwa hak-hak

manusia sebagai hamba Allah tidak boleh diserahkan dan bergantung kepada penguasa dan

undang-undangnya. Tetapi semua harus mengacu pada hukum Allah. Kita sebagai muslim

mengacu kepada alquran dan hadist, dimana disana telah berisikan ajaran-ajaran islam kepada

umatnya. Tidak ada agama yang menganjurkan kekerasan, kekejaman, dan pelanggaran atas hak-

hak asasi manusia. Dalam konteks ajaran Islam, menawarkan konsep kerja sama berdasarkan

keadilan, saling menghormati, dan persaudaraan. Masalah keyakinan adalah masalah Tuhan,

yang manusia sendiri tidak memiliki kewenangan untuk mengadili.