perubahan bentuk dan fungsi pada perpustakaan...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
PERUBAHAN BENTUK DAN FUNGSI PADA PERPUSTAKAAN MODERN
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia
DIAJENG LUKI ASTRIA 0405050134
FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN ARSITEKTUR
DEPOK JULI 2009
ii
Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Diajeng Luki Astria
NPM : 0405050134
Tanda Tangan : ...............................
Tanggal : 17 Juli 2009
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
iii
Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Diajeng Luki Astria
NPM : 0405050134
Program Studi : Arsitektur
Judul Skripsi : Perubahan Bentuk dan Fungsi pada Perpustakaan Modern
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Arsitektur pada Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Dr. Ir. Emirhadi Sugandha, M.Sc. ( )
Penguji : Kemas Ridwan K., ST, M.Sc., Ph.D ( )
Penguji : Dr. Ir. Laksmi Gondokusumo S., M.S. ( )
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 13 Juli 2009
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
iv
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR & UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa,
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai
pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dosen-dosen PA 1-5. Mba Ova, Pak Kuncoro, Pak Anthony dan Kak
Gamal, Pak Yandi dan Pak Emir, serta Pak Goti. Terima kasih untuk ilmu-
ilmu yang sangat berguna untuk penulis
2. Pak Dalhar. Terima kasih untuk bimbingan dalam pemilihan matakuliah.
Tapi maaf ya Pak, penulis belum lulus di semester 8..hehe..
3. Pak Jaya, selaku koordinator skripsi. Terima kasih telah memberikan
berbagai informasi mengenai skripsi
4. Pak Kemas dan Ibu Laksmi, selaku dosen penguji pada saat sidang.
Terima kasih atas berbagai masukannya
5. Pak Emir, selaku dosen pembimbing, yang telah sabar membimbing
penulis dalam pembuatan skripsi ini. Maaf ya Pak, penulis sering bikin
bingung.
6. Narasumber. Ibu Luki Wijayanti, Kepala Perpustakaan UI dan Pak
Anjar, Kepala SubBagian Perpustakaan Diknas. Terima kasih atas
informasi yang telah diberikan kepada penulis
7. Karyawan Departemen Arsitektur. Terima atas semua bantuan yang
diberikan, terutama dalam hal pusjur dan administrasi.
8. Para senior Ars. 2002 Terima kasih atas petuah-petuahnya. 2003(Sully,
Dapol, Tokel, Radhie, Eve, Novel, Kriesh, dll), terima kasih telah
membuat penulis sedikit mengerti mengenai departemen tercinta ini.
2004(Debol, Mayang, Daija, Deceu, Cindy, Daija, Alif, Gibran, Tito,
Damba, Gemblung, dll), terima kasih atas pengalaman-pengalaman
dalam kepanitiaan bareng kalian dan msukan-masukannya dalam dunia
perkuliahan
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
v
Universitas Indonesia
9. Junior arsitektur angkatan 2006, 2007, 2008. Makasih atas doa dan
semangatnya
10. Pihak-pihak penghibur dan pendukung. Andi’97, you are the old but
still the “eksentrik” one. Revi’02, makasih ya uda bantuin ngedit kata-kata
dan nyari bahan. Lalit’02 dan Daija’04, makasi lho uda dengerin keluhan
dan omelan penulis.
11. Wiradha Pusjur. Ama, Reni, Maya, Mimi, Tasya. Thanks ya uda ikut
ngejaga pusjur dan maaf klo image kalian jadi galak juga, terutama untuk
masalah tagih-menagih buku..hehe..
12. Arsitektur UI 2005. Geng sebelah, Emi, Windul, Intun, Tytut, yg sering
merjer tapi juga sering nggosipin.hehe..nice to know u guys. Geng jalan-
jalan, Omi, Ines, Iril. Buat Omi, kapan kita ke BC lagi? Geng Jak-Tim,
ArmanIndah, Rika, Dhestri, Channing (Novi masuk gak ya?), dijagain tu
mempelainya..haha.. Geng dancer, Dilla, Tezza, Mimi, dll (maap ga apal),
seru melihat kalian heboh. Geng Depok, Sylva, Ama, Bundo, Ara, Lita,
Lia, Hippo, kapan mo ngerudal lagi?buat Sylva, makasi ya tebengannya.
Buat yang lain-lain, thanks for the memories. Love u all and good luck in
our future..
13. Semua temen-temen. Temen SD, yang baru muncul dan jadi sering
ngumpul. Seneng banget akhirnya ketemu kalian lagi. Buat Nanda, thanks
ya buat lawakannya, menghibur banget. Ilham, thanks uda
mempertemukan penulis dengan temen-temen yang lain. Temen SMP,
Ajeng, Tanty, Endi, Ayu. Makasih ya buat doa kalian. Ga terasa udah 10
tahun kita temenan. Temen SMA, makasi untuk semua kenangan-
kenangan selama ini.
14. Maya, Tyas, Najjah. Makasi ya untuk selalu jadi temen yang terbaik.
Maaf kalau sering ngomel-ngomel dan galak..hehe.. buat My, titip salam
ya buat bokap..hehe..Ty, maaf ya klo sering marah-marah..Naj, makasi ya
buat tebengan kos-kosannya..
15. Untuk orang-orang terdekat yang selalu mendukung selama proses
pengerjaan skripsi. Arvan, makasih udah bantuin penulis mengambil
keputusan sulit disaat-saat terakhir dan jadi penyemangat dengan cerita-
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
vi
Universitas Indonesia
ceritanya. Amor. Thanks banget ya uda bantuin dari awal sampe skripsi
ini selesai. Terutama uda bantuin masalah komputerisasi..you really help a
lot.
16. Keluargaku tercinta. Ibu, yang selalu mengingatkan untuk solat dan
minum vitamin, serta doanya. Ayah, yang selalu bersedia nganterin dan
nyemangatin Penulis supaya terus ngerjain skripsi ini. Mba Uty (dan Kak
Ochie) dan Masna, yang selalu mendoakan adeknya dan mensupport dari
segala arah. Daffa, my little sunshine.. yang selalu bisa jadi penghibur kala
stress.
17. And last but not least, my lovely white Laptop. Alat yang satu ini sangat
setia menemani penulis dalam keadaan senang, sedih, stress, dan berbagai
kejadian-kejadian lainnya. Karena dia juga, penulis jadi mengerti
mengenai dunia cyber. Meskipun sampai sekarang belum ketemu nama
yang pas buat dia, but she’s the one i love.. dan juga fasilitas yahoo
messenger yang selalu setia menemani penulis dikala bosan..salut buat
penemunya..hehe..
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Depok, 17 Juli 2009
Penulis
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
vii
Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Diajeng Luki Astria NPM : 0405050134 Program Studi : Arsitektur Departemen : Arsitektur Fakultas : Teknik Jenis karya : Skripsi demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : PERUBAHAN BENTUK DAN FUNGSI PADA PERPUSTAKAAN MODERN
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok Pada Tanggal : 17 Juli 2009
Yang menyatakan
( DIAJENG LUKI ASTRIA)
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
viii
Universitas Indonesia
Abstrak
Nama : Diajeng Luki Astria Program Studi : Arsitektur Judul : Perubahan Makna Perpustakaan Saat ini
Saat ini pandangan terhadap perpustakaan mulai berubah. Perpustakaan yang dulu hanya dianggap sebagai sebuah tempat penyimpanan dokumen, saat ini sudah berubah menjadi sebuah tempat yang memberikan berbagai macam fasilitas untuk pengunjungnya. Perubahan yang terjadi dalam perpustakaan tidak hanya meliputi tampilan fisik, namun juga pengaturan ruang dalam serta pelayanan terhadap masyarakat yang semakin beralih kepada user-oriented, bukan lagi building-oriented. Hal ini dapat dilihat dengan melakukan pengamatan terhadap perpustakaan yang sudah menerapkan perubahan tersebut. Penulisan ini berusaha menjabarkan perubahan pandangan akan perpustakaan dan sejauh mana perpustakaan tersebut memfasilitasi kebutuhan manusia dalam berkegiatan, terutama di Indonesia. Kata kunci : perkembangan, ruang, interaksi, perpustakaan
Abstract
Name : Diajeng Luki Astria Study Program: Arsitektur Title : Library Change of Purpose These days, there’s a big change in how people see a library. If in the past we only know the function of library is to keep important document and books, now it has changed into a multi function place that have many facilities for the costumer. The changed not only for the appearance, but also the interior order and service for the community, that move into user-oriented, rather than building-oriented. We can see these changes with the by looking on the library that has apply the changes. This writing is trying to explain the changes of library and how far the library facilitated human activity, especially in Indonesia Keyword : development, space, interaction, library
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
ix
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN ORISINALITAS ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH vii
ABSTRAK viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR x
I. PENDAHULUAN 1
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Permasalahan 2
I.3 Tujuan 2
I.4 Batasan Masalah 3
I.5 Metode Penulisan 3
I.6 Urutan Penulisan 3
I.7 Kerangka Berpikir 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 6
II.1 Deskripsi Umum 6
II.2 Sejarah Perpustakaan 11
III. PEMBAHASAN 14
III.1 Perubahan Makna Perpustakaan 14
III.2 Perubahan Fungsi 15
III.3 Perubahan Bentuk 18
IV. STUDI KASUS DAN ANALISIS 25
IV.1 Deskripsi Kasus 25
IV.2 Analisis 32
V. KESIMPULAN 63
DAFTAR REFERENSI xi
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
x
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gb.3.1 Individual study carrels Gb.3.2 Fasilitas komputer pada Utrecht University Library Gb.3.3 Fasilitas anak-anak pada perpustakaan umum Gb.3.4 Philadelphia's Central Library Gb.3.5 Idea Stores Gb.3.6 Tangga dan entrante halls pada Boston Public Library Gb.3.7 Entrance pada Pendleton Library Gb.3.8 Entrance pada Peckham Public Library Gb.3.9 Penggunaan ramp pada Bishan Community Library Gb.3.10 Manchester Central Library Gb.3.11 Atrium pada Minneapolis Central Library Gb.3.12 Rak buku pada Cambridge University Library Gb.3.13 Rak buku pada Bishan Community Library Gb.3.14 Perabotan pada Cambridge University Library Gb.3.15 Perabotan pada Butler Library Gb.3.16 Perabotan pada Utrech University Library Gb.3.17 Perabotan pada Enoch Pratt branch Library Gb. 4.1 Bentuk Bangunan Bishan Library Gb. 4.2 Suasana TU Delft Library Gb. 4.3 Tampilan rak buku dalam perpustakaan Gb. 4.4 Denah area 1 dan 2 Gb. 4.5 Suasana pada area 3 Gb. 4.6 Rencana ruang untuk anak-anak Gb. 4.7 Ruang Transisi Gb. 4.8 Ruang baca dan mezzanine dari lantai 2-4 (atas-bawah) Gb. 4.9 Ruang baca individu Gb. 4.10 Zoning lt.1 Gb. 4.11 Pods ruang baca pada Bishan Community Library Gb. 4.12 Quite Reading Room Gb. 4.13 Salah satu hiasan pada ruang anak-anak Gb. 4.14 Area baca untuk anak-anak Gb. 4.15 Suasana pada ruang baca Gb. 4.16 Area baca pada di bawah kerucut Gb. 4.17 Keadaan ruang baca bersama Gb. 4.18 Penggunaan lantai 1 sebagai area publik Gb. 4.19 Area pintu masuk pada TU Delft Library Gb. 4.20 Area atap yang dijadikan tempat berkumpul Gb. 4.21 Suasana di dalam perpustakaan Gb. 4.22 Sikulasi pada area membaca Gb. 4.23 Jarak antara meja dan lemari buku Gb. 2.24 Transportasi dalam bangunan Gb. 4.25 Perabotan dan perpaduan warna pada Bishan Community Library Gb. 4.26 Penggunaan image dalam perpustakaan
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
xi
Universitas Indonesia
Gb. 4.27 Rak pada Bishan Community Library Gb. 4.28 Ramp pada Bishan Community Library Gb. 4.29 Penggunaan warna pada perpustakaan Gb. 4.30 Pengaturan perabotan pada TU Delft Library Gb. 4.31 Image pada TU Delft Library Gb. 4.32 Akses pada bangunan Gb. 4.33 Konsep peletakkan Perpustakaan Pusat UI Gb. 4.34 Perspektif bangunan Gb. 4.35 Denah lantai 1 Gb. 4.36 Tampak luar bangunan Gb. 4.37 Façade Bishan Community Library Gb. 4.38 Façade bangunan yang menggunakan material kaca Gb. 4.39 Atap pada perpustakaan TU Delft Gb. 4.40 Kegiatan di atas atap perpustakaan
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perpustakaan adalah sebuah bagian penting dalam sebuah perkembangan negara
karena menyimpan dokumentasi penting di dalamnya. Bangunan perpustakaan
sendiri memiliki kriteria-kriteria dalam memenuhi standar kenyamanan manusia
di dalamnya dan penyimpanan dokumen-dokumen penting. Sudah banyak buku
yang membahas mengenai kriteria kenyamanan dalam sebuah perpustakaan, dan
kenyamanan dalam membaca diperpustakaan merupakan hal utama yang harus
dipenuhi.
Karena perannya yang cukup penting, maka perpustakaan pun mengalami
perkembangan dari masa ke masa, baik secara fungsi maupun bentuk
perpustakaan itu sendiri. Perkembangan maupun perubahan yang terjadi tentu saja
tidak lepas dari pengaruh manusia sebagai pengguna. Berkembangnya kebiasaan
manusia ke arah yang lebih “mobile” membuat perpustakaan berkembang menjadi
suatu tempat yang tidak hanya sekedar menjadi tempat untuk membaca, mencari
literatur ataupun sebagai tempat menyimpan buku, namun juga menjadi suatu
tempat untuk melakukan aktivitas. Perubahan pandangan mengenai fungsi dari
perpustakaan yang ada saat ini menjadi bahan pertimbangkan dalam setiap desain
perpustakaan.
Kebiasaan manusia pun berbeda-beda dari satu daerah dengan daerah lainnya,
seperti perpustakaan yang ada di Indonesia tentu berbeda dengan perpustakaan
yang ada di negara lain. Apalagi pada abad ini, kehidupan sosial menjadi suatu hal
yang penting dalam membangun jejaring dengan berbagai pihak, baik yang dalam
satu lingkup daerah ataupun negara. Namun di Indonedia sendiri, perpustakaan
belum mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Berbeda dengan negara-
negara lain yang memiliki berbagai jenis perpustakaan dengan desain yang sudah
sangat berkembang, yang sesuai dengan perubahan pandangan akan fungsi,
sebagian perpustakaan di Indonesia masih memiliki fungsi dan bentuk lama.
Seperti apa perbedaan yang ada dan sejauh mana perpustakaan itu berkembang
serta bagaimana perubahan pandangan tersebut membawa pengaruh pada
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
2
Universitas Indonesia
perpustakaan dan manusia yang ada di dalamnya perlu dilihat secara lebih
mendalam didukung dengan kajian literatur.
1.2 Permasalahan
Manusia dengan segala kebutuhannya akan tempat untuk bersantai dan
berelaksasi, selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Dulu manusia
mungkin saja lebih memilih untuk berjalan-jalan sebagai sarana berekreasi, tapi
sekarang tidak jarang orang memilih untuk membaca sebagai sarana merilekskan
pikiran. Perpustakaan, sebagai tempat penyimpanan literatur dan dokumen,
akhirnya menjadi salah satu tujuan tempat untuk merilekskan pikiran tersebut
sehingga perpustakaan mengalami perkembangan baik secara fisik maupun
fungsional dari bangunannya, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut.
Perkembangan ini berkaitan dengan berubahnya makna perpustakaan di mata
masyarakat. Penerapan akan makna perpustakaan yang baru tentu saja melibatkan
berbagai pihak, karena timbul anggapan bahwa perpustakaan juga harus dapat
mengakomodir kepentingan masyarakat sekitarnya dalam hal perolehan informasi
sekaligus kebutuhan ruang untuk bersantai dan dapat digunakan bersama-sama.
Perubahan makna ini sudah mulai terjadi di Indonesia. Tapi adanya perubahan
pandangan terhadap fungsi dan bentuk perpustakaan di Indonesia tidak terlihat
jelas seperti apa yang ada di negara-negara lain, yang sudah menerapkan
perubahan ini lebih dulu dibandingkan Indonesia.
Bagaimana perubahan makna tersebut terjadi? sejauh mana perpustakaan dapat
memenuhi kebutuhan informasi manusia pada masa kini? dan kebutuhan manusia
akan ruang bersama dan bersantai?
1.3 Tujuan
Membahas kondisi perkembangan perpustakaan hingga saat ini, khususnya di
Indonesia, dan pengaruhnya terhadap kebutuhan manusia, terkait dengan adanya
perubahan pandangan mengenai perpustakaan, baik dari segi fungsi dan bentuk
perpustakaan. Hasil yang dicapai berupa perbandingan antara perpustakaan yang
ada di Indonesia dengan perpustakaan di negara lain dan penjabaran mengenai
perkembangan perpustakaan saat ini.
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
3
Universitas Indonesia
Hasil tinjauan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang perkembangan
perpustakaan yang ada sekarang dan penerapannya di Indonesia dan negara lain.
1.4 Batasan Masalah
Skripsi ini meninjau mengenai perkembangan perpustakaan, dilihat dari
penjabaran dan informasi yang didapat dari literatur, dikaitkan dengan keadaan
manusia sekarang. Perkembangan ini akan ditunjukkan melalui studi kasus
perpustakaan, terutama perpustakaan umum dan perpustakaan universitas, dari
beberapa daerah atau negara yang dapat menggambarkan kaitan antara
perpustakaan dengan fungsi baru dari perpustakaan dan kebutuhan manusia saat
ini.
1.5 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif
kualitatif, kemudian membandingkan dengan penerapannya pada bangunan
perpustakaan yang ada saat ini melalui studi kasus dan analisis.
I.6 Urutan Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari beberapa bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan latar belakang, tujuan penulisan, batasan masalah, metode penulisan
dan sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN LITERATUR
Menjelaskan mengenai deskripsi perpustakaan secara umu dan karakteristik dasar
pada perpustakaan. Serta membahas sekilas mengani sejarah perpustakaan dunia
dan sejarah perpustakaan di Indonesia.
BAB III PEMBAHASAN
Membahas mengenai perkembangan perpustakaan, bentuk dan fungsi
perpustakaan saat ini, dikaitkan dengan kebutuhan manusia saat ini.
BAB III STUDI KASUS DAN ANALISA
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
4
Universitas Indonesia
Menjelaskan dan membandingkan hasil pengamatan dan pencarian informasi dari
studi kasus beberapa bangunan perpustakaan yang ada di berbagai daerah yang
telah dipilih serta membandingkan hasil analisis studi kasus dengan literatur yang
ada.
BAB IV KESIMPULAN
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
5
Universitas Indonesia
I.7 Kerangka Berpikir
METODE PEMBAHASAN
PERTANYAAN PERMASALAHAN: 1. Bagaimana perubahan kebutuhan manusia memberikan pengaruh dalam fungsi
dan bentuk perpustakaan? 2. Sejauh mana perpustakaan dapat memenuhi kebutuhan informasi manusia pada
masa kini dan kebutuhan manusia akan ruang bersama dan bersantai?
TUJUAN PENULISAN: Membahas keadaan perkembangan perpustakaan hingga saat ini dan pengaruhnya terhadap kebutuhan manusia, terkait dengan adanya perubahan pandangan mengenai perpustakaan, baik dari segi fungsi dan bentuk perpustakaan.
Tinjauan Kepustakaan: 1. Definisi perpustakaan dan karakter
dasar perpustakaan 2. Sejarah Perpustakaan 3. Kualitas ruang dalam membaca
Studi Kasus: � Perpustakaan Diknas � Perpustakaan Pusat UI � Bishan Community
Library � TU Delft Library
ANALISIS :
Analisis studi kasus berdasarkan tinjauan literatur yang mendukung
KESIMPULAN
KERANGKA PERMASALAHAN: Adanya perubahan pandangan terhadap fungsi dan bentuk perpustakaan di Indonesia tidak terlihat jelas seperti apa yang terjadi di negara-negara lain.
Deskriptif Kualitatif
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
6
Universitas Indonesia
BAB II TINJAUAN LITERATUR
Perpustakaan adalah salah satu fasilitas yang cukup penting dalam kehidupan
masyarakat karena menyimpan berbagai cerita yang ada dari masa ke masa di
suatu wilayah ataupun suatu bidang. Fungsi utama perpustakaan adalah sebagai
tempat menyimpan dokumen-dokumen tersebut sehingga dapat dibaca oleh
masyarakat umum. Fungsi utama tersebut kemudian diwujudkan dalam bentuk
ruangan maupun bangunan umum sehingga bias diakses masyarakat. Sejarah
perkembangan perpustakaan pun menjadi bagian penting untuk mengetahui awal
mula perpustakaan terbentuk hingga menjadi suatu bangunan atau ruangan seperti
yang ada sekarang. Selain sebagai tempat untuk menyimpan dan membaca, saat
ini perpustakaan memiliki fungsi yang lebih banyak dan bentuk bangunan yang
beragam. Perubahan yang terjadi dikarenakan adanya perubahan pandangan
ataupun pendapat mengenai fungsi perpustakaan. Dalam bab ini akan dijelaskan
lebih jauh mengenai perpustakaan dan sejarahnya.
II.1 Deskripsi Umum
II.1.1 Pengertian Perpustakaan
Kata perpustakaan berasal dari kata “pustaka” yang berarti buku/ kitab, dan kata
perpustakaan sendiri memiliki arti tempat/ gedung/ ruang yg disediakan untuk
pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku dan sebagainya (Kamus Besar
Berbahasa Indonesia, 2004). Selanjutnya berkembang pengertian perpustakaan
menurut pemikiran berbagai pihak. Ada yang menyebutkan bahwa perpustakaan
adalah sebuah ruangan atau gedung yang digunakan untuk menyimpan buku dan
terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu yang
digunakan pembaca bukan untuk dijual (Sulistyo Basuki, 1991). Dalam
pengertian lain disebutkan bahwa perpustakaan adalah sebuah institusi atau
yayasan yang mengatur segala hal mengenai koleksi atau sebuah tempat
penyimpanan yang dibangun terdiri dari buku-buku ataupun sumber material lain
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
7
Universitas Indonesia
yang bisa digunakan untuk belajar dan membaca (www.dictionary.com, 28 April
2009). Dari kedua pengertian di atas, dapat dilihat bahwa pengertian perpustakaan
tidak terlalu berbeda antara satu dan lainnya. Perpustakaan adalah sebuah tempat
yang menyimpan dan memelihara berbagai koleksi buku, dimana buku tersebut
menjadi sumber bacaan dan dapat dipindahtangankan.
II.1.2 Karakteristik dasar Perpustakaan
Perpustakaan yang memiliki fungsi utama untuk menyediakan sumber bacaan
ataupun sumber informasi dari berbagai media tentu saja memiliki sebuah aturan-
aturan dasar, baik dari manajemen kepengurusannya ataupun manajemen
bangunannya. Dari segi manajemen bangunannya, penyusunan ruang baca, rak-
rak buku, tempat peminjaman dan pengembalian buku, sirkulasi dan penempatan
ruang-ruang lain di dalamnya menentukan kenyamanan para penghuni yang ada di
perpustakaan tersebut. Dan ruang-ruang tersebut juga memiliki peranan penting
sebagai elemen pembentuk utama suatu perpustakaan dalam menentukan apakah
perpustakaan tersebut memiliki karakteristik yang baik. Ruang-ruang tersebut
antara lain adalah ruang buku dan baca, ruang transisi, dan ruang sirkulasi:
a. Ruang baca dan buku pada perpustakaan
Membaca merupakan kegiatan utama yang dilakukan diperpustakaan. Ketika
membaca orang tentu saja membutuhkan konsentrasi agar dia dapat memahami
dan menikmati bacaannya. Ketika seorang manusia melakukan kegiatan
membaca, maka ia sedang melakukan proses pemahaman dari apa yang dibuat
oleh penulis, seperti definisi dari Hafner and Jolly:
Reading is a proscess of looking at written language symbol, converting them into
overt or covert speech symbol, and manipulating them so that both the direct
(overt) and implied (covert) ideas intended by the author may be understood.
Reading then is a thinking process stimulated by language decoded from printed
symbol. Membaca merupakan suatu proses persepsi dan konversi simbol tulisan
ke dalam simbol ucapan sehingga ide penulis dapat dipahami (Rahman, 1999).
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
8
Universitas Indonesia
Dari definisi membaca tersebut, kemampuan orang untuk menginterpretasikan
simbol yang dimaksud akan berbeda-beda. Dan kemampuan ini juga dipengaruhi
oleh lingkungan ketika dia membaca. Di dalam perancangan perpustakaan sendiri,
ada usaha untuk memenuhi lingkungan yang kondusif. Namun begitu, tidak
semua orang membaca dengan serius di perpustakaan. Adapula orang-orang yang
hanya membaca untuk sekedar menghabiskan waktu, seperti membaca majalah,
koran, dan lainnya. Ada juga orang-orang yang membaca sambil mendiskusikan
bacaan tersebut. Karena itu harus ada pembedaan antara ruang membaca serius
dengan ruang membaca yang memungkinkan orang untuk berdiskusi. Pada
umumnya, hanya 40 persen dari area lantai ditujukan untuk menempatkan rak
buku dan meja informasi, dengan sisa 60 persennya lagi ditujukan untuk
pengunjung yang melakukan pencarian (McCabe and Kennedy, 2003).
Penyusunan yang cukup efektif dalam sebuah ruang baca (ataupun ruang untuk
diskusi) adalah berada ditengah ruangan dengan dikelilingi oleh rak-rak buku
yang menempel pada dinding, atau rak buku berada ditengah-tengah dengan
peletakkan tempat duduk di pinggir, dekat jendela (Godfrey Thompson, 1974,
p.102).
b. Ruang transisi pada perpustakaan
Selain ruang membaca, elemen ruang lain yang ada dalam suatu perpustakaan
adalah ruang transisi. Ruang transisi ini diperuntukkan bagi mereka yang tidak
menghabiskan waktu yang di perpustakaan ataupun mereka yang membutuhkan
tempat untuk sekedar memilih bacaan yang akan dibaca dan lebih sering ditemui
pada perpustakaan umum ataupun perpustakaan universitas. Ruang ini biasanya
merupakan sebuah ruang terbuka dan memiliki suasana yang berbeda dengan
ruang sekitarnya, dengan adanya kursi-kursi empuk, karpet, dan warna-warna
yang menarik dan biasanya dianggap sebagai ruang baca informal sehingga
diciptakan suasana senyaman mungkin (Godfrey Thompson, 1974). Adanya ruang
transisi ini bisa menjadi suatu hal yang membuat sebuah perpustakaan menarik
karena orang yang hanya sekedar menghabiskan waktu untuk menunggu atau
sekedar membaca majalah tidak harus menggunakan ruang membaca yang
suasananya terasa lebih serius. Namun ruangan ini juga menjadi suatu masalah
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
9
Universitas Indonesia
ketika pengaturan dari perabotan yang ada di dalamnya tidak dipikirkan dengan
baik. Karena tersedianya sofa, maka bisa jadi orang lebih ingin menghabiskan
waktu lebih lama di ruang ini sehingga pengunjung perpustakaan yang lain tidak
dapat menggunakan ruang tersebut.
c. Ruang sirkulasi
Fasilitas untuk mereka yang ingin meminjam buku juga tidak boleh dilupakan,
yaitu ruang sirkulasi buku dan pelayanan pengunjung. Pelayanan pengunjung
merupakan tempat bagi pengunjung yang memiliki pertanyaan mengenai
perpustakaan itu ataupun pertanyaan mengenai koleksi buku yang ada. Untuk
layanan peminjaman dan pengembalian buku juga harus diperhatikan efisiensi
pergerakan untuk pengunjung dan pustakawan yang ada di dalamnya, agar
kepentingan keduanya dapat terpenuhi dengan baik. Pengunjung tentu saja ingin
mendapatkan pelayanan yang cepat dan petugas-petugasnya pun tidak ingin
direpotkan ketika ada yang meminjam namun tidak merasa senang atas bantuan
yang ia berikan kepada mereka yang datang.
Perpustakaan terbagi atas berbagai jenis, adapun pembagian jenis perpustakaan
dapat dibagi berdasarkan beberapa hal, yaitu :
Berdasarkan UU Perpustakaan No.43 tahun 2007, jenis perpustakaan adalah
sebagai berikut :
a. Perpustakaan Nasional;
b. Perpustakaan Umum;
c. Perpustakaan Sekolah/Madrasah;
d. Perpustakaan Perguruan Tinggi; dan
e. Perpustakaan Khusus.
Sedangkan jika dilihat dari segi koleksi dan batasan pelayanan, maka
perpustakaan dapat dibedakan menjadi :
1. Wilayah Administratif
� Perpustakaan Nasional
� Perpustakaan Daerah
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
10
Universitas Indonesia
2. Minat
� Perpustakaan di Bidang Pendidikan
� Perpustakaan di Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan
3. Sifat
� Perpustakaan Umum
� Perpustakaan Khusus
Dari beberapa jenis perpustakaan ini tentu saja memiliki penekanan-penekanan
yang berbeda pada setiap desain ruangannya. Untuk perpustakaan di bidang
pendidikan menekankan pada ruang baca yang luas dan banyak karena
perpustakaan merupakan satu bagian penting dalam sebuah institusi pendidikan.
Di perpustakaan universitas, penyusunan ruang baca yang paling sering digunakan
adalah pemisahan antara tempat penyimpanan buku dengan ruang ataupun ruang
baca yang berada jauh di luar sisi penyimpanan buku untuk semua lantai
(Godfrey Thompson, 1974, p.102).
Pengadaan ruang baca, ruang transisi dan ruang sirkulasi dalam perpustakaan
adalah hal yang akan terus dipertahankan. Inti dari sebuah perpustakaan
sebenarnya adalah suatu tempat penyimpanan buku yang juga menyediakan suatu
area membaca yang ditambah dengan area-area lain agar tercipta kenyamanan
bagi pengunjung yang membaca di dalamnya. Pengadaan area itupun memiliki
karakteristiknya masing-masing, sesuai dengan jenis perpustakaan yang ada,
sehingga penggunaan area menjadi maksimal dan benar-benar memberikan
manfaat bagi pengunjung yang datang.
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
11
Universitas Indonesia
II.2 Sejarah perpustakaan
Sejarah perpustakaan memiliki beberapa tahapan jaman. Awal mulai sejarah
perpustakaan dimulai pada masa Babylonia dan Assyira (Grolier Incorporated,
1982). Pada masa ini perpustakaan merupakan sebuah hasil temuan sejumlah
catatan yang terbuat dari tanah liat, yang kemudian berkembang hingga masa
penggunaan kertas. Perkembangan sejarah perpustakaan di Indonesia pun meliputi
beberapa masa, dimulai dari masa kerajaan di Indonesia hingga masa setelah
penjajahan.
II.2.1 Sejarah Perpustakaan Dunia
Sejarah dari perpustakaan dunia dimulai pada masa Babylonia/Assyria. Pada masa
Babylonia dan Assyria terdapat seorang tokoh yang terkenal, yaitu Raja
Ashurbanipal (668-626 SM). Pada masa ini, perpustakaan ditemukan di kota
Nineveh dan merupakan pekerjaan besar Raja Ashurbanipal. Namun,
perpustakaan yang ada hanya dibuka untuk anggota kerajaan, dan tidak semua
orang bisa mengakses perpustakaan tersebut. Material yang digunakan dalam
koleksi perpustakaan adalah tanah liat. Meskipun berat, material ini cukup tahan
lama. Masa selanjutnya adalah masa Mesir Kuno. Catatan sejarah perpustakaan
pada masa ini tidak terlalu banyak diketahui karena penggunaan gulungan lontar
yang tidak tahan lama. Namun yang dapat diketahui dari masa ini, terdapat
perpustakaan terkenal yang berada di kuil Horus di daerah Edfu, yang memiliki
system katalognya sendiri. Lalu pada masa Yunani Kuno muncul perpustakaan
pribadi pertama yang diciptakan oleh Aristoteles. Selain itu, pada masa ini juga
terdapat dua buah perpustakaan besar yang didirikan oleh 2 raja berbeda, yaitu
Perpustakaan Alexandria oleh Ptolemi I (367-283 SM) dan Perpustakaan
Pergamun yang didirikan oleh Raja Eumenes II. Perpustakaan yang ada terletak
berdekatan dengan kuil dan koleksinya menggunakan perkamen dan papyrus.
Pada masa Romawi Kuno, didirikan perpustakaan umum pertama di Roma, oleh
Asinius Polio (75-5 SM). Pada perpustakaan ini mulai adanya pembagian ruangan
sesuai dengan bahasa koleksi naskah yang ada, yaitu Latin dan Yunani. Koleksi
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
12
Universitas Indonesia
yang ada pada masa ini dibuat menggunakan perkamen dan naskah kuno (codex).
Kemudian pada masa Abad Pertengahan terjadi pemusnahan perpustakaan oleh
bangsa Vandal dan Goths dan pada masa ini pula mulai dibangun perpustakaan
monastery/monastic, yaitu perpustakaan yang berkaitan erat dengan unsur
keagamaan, seperti biarawati dan gereja. Pada masa ini pula dibuat peraturan
mengenai penyimpanan koleksi, seperti peletakkan buku yang berurut dan
keamanan terhadap penyimpanan buku menjadi perhatian utama. Namun pada
akhir abad ini perpustakaan monastery menghilang dan penggunaan kertas
menggantikan perkamen.
Perkembangan perpustakaan juga terjadi pada perpustakaan Islam, dimana
koleksinya sudah menggunakan kertas ataupun bentuk modern lainnya.
Perpustakaan pada masa ini banyak terdapat di mesjid, rumah pribadi dan
universitas. Pada salah satu daerahnya, Shiraz, perpustakaan digambarkan berupa
sebuah komplek bangunan yang dikelilingi taman (sungai dan aliran air), atap
berupa kubah, dan disetiap departemen memiliki katalog yang berbeda dan
diletakkan di atas rak. Pada masa ini terjadi pengenalan terhadap katalog
perpustakaan, dimana buku diatur sesuai kelompok dan jenisnya.
Pada masa Reinassance dan masa reformasi koleksi buku-buku hanya dimiliki
oleh orang-orang kaya. Dan manuscript Latin dan Yunani kemudian
diterjemahkan oleh para pelajar agar dapat diketahui oleh orang-orang. Koleksi-
koleksi yang ada tersebut menjadi awal munculnya perpustakaan nasional dan
perpustakaan universitas. Setelah itu, perpustakaan memasuki masa Awal
Perpustakaan Modern, yang ditandai oleh penemuan Johannes Gutenberg dalam
pembuatan buku pada abad 14. Dengan adanya penemuan tersebut jumlah buku
yang ada semakin meningkat diikuti penurunan biaya, yang menjadi sebuah
pembaharuan dari ketertarikan terhadap budaya dan literatur klasik. Selain itu,
pada masa ini juga banyak terdapat pembangunan-pembangunan perpustakaan
baru dan universitas memainkan peranan yang lebih penting dalam pendidikan.
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
13
Universitas Indonesia
II.2.2 Sejarah Perpustakaan di Indonesia
Sejarah perpustakaan di Indonsia pada zaman kerajaan local tidak terdapat sumber
yang jelas, sehingga sejarah yang tercatat hanya berdasarkan pada asumsi (budaya
lisan).
Pada zaman Hindia Belanda terdapat perpustakaan tertua berupa perpustakaan
gereja di Batavia pada tahun 1624, kemudian pada tahun 1778 perpustakaan
khusus Bataviaasche Genootschap van Kunsten en Wetenschappen mengeluarkan
catalog buku sebelum berubah menjadi Koninklijk Bataviaasch Genootschap van
Kunsten en Wetenschappen. Lalu pada tahun 1950 muncul Lembaga Kebudayaan
Indonesia, 1962 terdapat Perpustakaan Museum Pusat (yeng berubah menjadi
Museum Nasional), pada tahun 1980 ada Pusat Pembinaan Perpustakaan dan
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia muncul pada tahun 1989. Setelah itu
muncul perpustakaan rakyat (volksbibliotheek) yang ditujukan untuk murid, guru
dan rakyat setempat. Kemudian pada tahun 1910 muncul ruang baca umum yang
disediakan secara cuma-cuma oleh pihak swasta/gereja katolik. Lalu mulai
bermunculan perpustakaan sekolah tinggi, seperti pada STOVIA, Teechnische
hoogeschool, dan lainnya. Selain itu muncul pula perpustakaan sewa serta
perpustakaan Kraton Mangkunegoro yang berisi naskah kuno dan hanya boleh
dibaca ditempat.
Namun pada zaman Jepang, perpustakaan sekolah dan perpustakaan umum
ditutup. Baru kemudian perpustakaan kembali muncul pada zaman Republik
Indonesia, dimana perpustakaan perguruan tinggi mendapat perhatian dari Dikti
(Satgas Pengembangan Perpustakaan Perguruan Tinggi) dan berkembang pula
Library Automation serta era Digital Library.
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
14
Universitas Indonesia
BAB III PEMBAHASAN
III.1 Perubahan Makna Perpustakaan
We should stop seeing libraries as places of function - storing this, lending that,
checking the other, and more as places of free and shared exploration and
learning via all media, a democratic space wherein to free your mind.
(John Dolan, Head of Birmingham Library Services)
Saat ini terjadi perubahan makna dalam perkembangan perpustakaan dan
pernyataan di atas merupakan sebuah pernyataan yang cukup menggambarkan
keadaan perpustakaan saat ini. Perpustakaan yang dulu dianggap hanya sebagai
tempat menyimpan dan meminjam buku, kini mulai dipikirkan kembali dan
berusaha dikembangkan ke arah yang lebih luas, baik secara pengertian dan
fungsi. Jika dulu perpustakaan hanya digunakan oleh mereka yang ingin mencari
bahan untuk sebuah penelitian, atau untuk mengerjakan tugas, kini orang
menjadikan perpustakaan sebagai suatu tempat untuk melepaskan kepenatan atau
sekedar menghabiskan waktu luang. Kemudian muncul anggapan bahwa
perpustakaan bukan hanya sebagai sebuah tempat untuk membaca ataupun
meminjam buku, tapi juga sebagai tempat untuk melakukan berbagai kegiatan lain
(wawancara dengan Ibu Luki, 1 April 2009), misalnya bertinteraksi, mengobrol,
bercerita, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan adanya perubahan image
perpustakaan di mata masyarakat, yang meliputi :
The rule of silence become the culture of mutual respect. Kebutuhan akan
ketenangan dalam perpustakaan merupakan hal yang tidak dapat dihindari.
Namun bagaimana cara memperoleh ketenangan itu yang saat ini mulai berubah.
Dulu di dalam perpustakaan sama sekali tidak boleh ada suara. Saat ini, suara di
dalam perpustakan menjadi satu hal yang dimaklumi asal tidak terlalu berlebihan
dan sesuai dengan kebutuhan akan bersuara tersebut, misalnya sedang berdiskusi.
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
15
Universitas Indonesia
Defensive space become networked space. Ruang yang ada di dalam perpustakaan
dulu lebih banyak diperuntukkan bagi mereka yang ingin membaca tanpa ada
gangguan dari orang lain dan terkesan tidak ingin berhubungan dengan
lingkungan sekitar. Berbeda dengan masa dulu, sekarang perpustakaan bersifat
lebih terbuka dan satu sama lain dapat saling berhubungan ataupun berinteraksi,
baik ruang ataupun orang-orangnya.
III.2 Perubahan Fungsi
Dengan adanya kegiatan lain yang dilakukan di dalam perpustakaan, maka terjadi
perubahan-perubahan fungsi dan bentuk-bentuk dari ruang perpustakaan itu
sendiri, seperti yang terlihat dari data berikut:
TRADITIONAL LIBRARY
ARCHITECTURE
MODERN LIBRARY
ARCHITECTURE
Neo Classical pattern book
Imposing steps and entrance halls
Needs of disabled people unmet
Domes and rotunda
Galleries and mezzanines
Clerestory light
Restricted access to books
Bookshelves requiring ladders
Temple of knowledge
Institutional furniture
Stand alone building
Hierarchical design and circulation
Modern free style
Street level, retail entrances
Good disability access
Atriums and top-floor cafés
Escalators and lifts
Atrium light
Open access to books and other
materials
Bookshelves at human scale
The ‘living room in the city’
Domestic or club furniture
Shared space with other services
Open-plan design and circulation
Contemporary cultural market-
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
16
Universitas Indonesia
Canonical stock-holding
Individual study carrels
Defensive space
Librarians as knowledge custodians
The rule of silence
Child free
place
Seminar rooms and computer suites
Networked space
Librarians as knowledge navigators
The culture of mutual respect
Child friendly
Perubahan fungsi yang terjadi di perpustakaan membuka kesempatan yang lebih
besar untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat umum. Perubahan fungsi
perpustakaan tersebut dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat akan tempat untuk
melakukan kegiatan bersama, yang belakangan ini meningkat. Meningkatnya
kebutuhan ruang berkegiatan bersama ini juga dipengaruhi oleh adanya penerapan
collaborative learning. Misalnya, pendidikan sekarang lebih menekankan pada
kerja sama dalam sebuah tim, dan jika itu terjadi maka akan ada kebutuhan ruang
yang membiarkan mereka berkegiatan bersama (Woodward, 2000).
Beberapa perubahan yang terjadi antara lain :
Temple of knowledge become the ‘living room in the city’. Dulu perpustakaan
dianggap sebagai sebuah “kuil” dari berbagai ilmu. Sehingga ada kesan orang
yang datang ke perpstakaan merupakan orang yang pintar dan mereka yang berada
di dalamnya sedang melakukan kontemplasi. Sekarang anggapan mengenai
perpustakaan yang seperti itu sudah berubah. Orang tidak lagi merasa
perpustakaan sebuah tempat untuk orang yang pintar saja. Berbagai orang bisa
datang ke perpustakaan karena banyak hal yang bisa dilakukan diperpustakaan
sekarang selain membaca atau meminjam buku.
Individual study carrels become seminar rooms and computer suites. Fungsi
perpustakaan pada masa silam adalah sebagai tempat untuk mereka yang ingin
serius belajar tanpa adanya gangguan, sehingga banyak tersedia carrel yang
ditujukan untuk individu. Fungsi tersebut sekarang telah berubah. Kebutuhan akan
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
17
Universitas Indonesia
ruang bersama meningkat sehingga lebih banyak tersedia ruang-ruang yang
memungkinkan sekelompok orang berdiskusi di dalam perpustakaan dan suasana
individual sudah berkurang, digantikan dengan suasana diskusi.
Child free become child friendly. Perpustakaan umum sekarang selalu berusaha
memperhatikan kepentingan anak-anak, karena perpustakaan adalah salah satu
tempat dimana anak-anak bukan hanya disambut baik, tapi juga diperlakukan
seperti masyarakat pada umumnya sesuai dengan hak mereka (Commission for
Architecture & the Built Environment, 2004). Jika dulu kehadiran mereka
dianggap mengganggu dalam perpustakaan, kini mereka disediakan tempat khusus
agar mereka juga mendapat tempat dalam perpustakaan dan memiliki kesempatan
untuk mengembangkan diri
Gb.3.3 Fasilitas anak-anak pada perpustakaan umum Sumber : www.bridgeportwv.com
Gb. 3.1 Individual study carrels Sumber : www.renaissancelibrary.com
Gambar 3.2 Fasilitas komputer pada Utrecht University Library
Sumber : www.flickr.com/photos
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
18
Universitas Indonesia
Stand alone building become shared space with other services. Perpustakaan
sekarang menawarkan pelayanan dalam bangunan yang terdiri dari berbagai
pelayanan publik (Worpole, 2004). Berbeda dengan kebanyakan perpustakaan
pada masa silam yang bangunannya memamg dikhususkan hanya untuk
perpustakaan, perpustakaan saat ini banyak yang menggabungkan berbagai
fasilitas yang dapat membuat orang ingin mendatangi perpustakaan.
Penggabungan pelayanan lain di perpustakaan ini dapat memberikan manfaat bagi
perpustakaan dan bagi layanan yang tergabung di dalamnya. Pada perpustakaan
abad 19an, penggabungan berhubungan dengan seni dan pelestarian suatu
kebudayaan. Sedangkan perpustakaan yang sekarang penggabungan berhubungan
dengan pengembangan diri dan kehidupan bersosialisasi.
III.3 Perubahan Bentuk
Dengan adanya berbagai perubahan fungsi perpustakaan, maka bentuk dari
perpustakaan juga mengalami perubahan, mulai dari bentuk luar bangunan hingga
penataan ruang-ruang yang ada dalam bangunan. Hal ini dapat dilihat lebih detail
dari penjelasan di bawah ini :
Imposing steps and entrance halls become street level and retail entrance. Pada
abad 15-19an, bangunan perpustakaan diisi oleh bagian-bagian yang menunjukkan
Gb.3.4 Philadelphia's Central Library Sumber : www.lrsla.com
Gb.3.5 Idea Stores Sumber : http://nymag.com
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
19
Universitas Indonesia
kemegahan dan untuk menunjukkan kekuatan dari ilmu pengetahuan, seperti
bagian anak tangga ataupun pintu masuk. Sehingga ketika masuk, aura
kemegahan tersebut sangat terasa. Namun, hal itu kini telah berubah, digantikan
dengan desain yang lebih mudah di akses orang dan tidak terlalu menggambarkan
suasana yang megah. Hal ini mempunyai tujuan untuk membuat orang tidak segan
untuk masuk ke dalam perpustakaan. Tidak ada lagi tangga lebar yang
mengarahkan kita menuju ruangan-ruangan yang ada dalam perpustakaan.
Needs of disabled people unmet become good disability access. Kebutuhan untuk
orang yang memiliki kemampuan terbatas pada jaman dulu kurang diperhatikan,
sehingga pelayanan perpustakaan hanya dapat dirasakan oleh mereka yang
mampu. Kini, banyak perpustakaan yang sudah memikirkan bagaimana orang-
orang yang memiliki kemampuan terbatas juga dapat menikmati fasilitas dan
Gb.3.6 Tangga dan entrante halls pada Boston Public Library Sumber : www.photholic.com
Gb.3.7 Entrance pada Pendleton Library Sumber : www.pendleton.lib.in.us
Gb.3.8 Entrance pada Peckham Public Library Sumber :
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
20
Universitas Indonesia
layanan perpustakaan yang ada. Hal ini ditunjukkan dengan adanya penggunaan
ramp di dalam bangunan perpustakaan.
Domes and rotunda become atriums and top-floor cafés. Kubah yang terlihat dari
luar menunjukkan gaya klasik yang sering digunakan untuk bangunan
perpustakaan. Rotunda merupakan sebuah area transisi dan tempat bertemunya
orang-orang, yang berbentuk sebuah hall yang luas, dimana orang menentukan
tujuannya di titik ini. Penggunaan kubah dan rotunda ini sebenarnya menunjukkan
bahwa, menurut sejarah, perpustakaan sudah memperhatikan kebutuhan publik.
Jika dulu tempat bertemu sebatas hanya pada rotunda, saat ini atrium dan cafe pun
dapat dijadikan pilihan sebagai tempat untuk bertemu dan memutuskan arah mana
Gb.3.10 Manchester Central Library Sumber : www.greatbuildings.com
Gb.3.9 Penggunaan ramp pada Bishan Community Library
Sumber : www.flickr.com/photos
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
21
Universitas Indonesia
yang akan dituju. Dengan adanya cafe dan atrium, suasana yang terbentuk pun
bisa lebih santai dan terbuka. Dan keterbukaan ini menggambarkan keadaan sosial
masyarakat yang lebih terbuka dan ingin mengetahui segala sesuatu dengan lebih
jelas (Worpole, 2004).
Bookshelves requiring ladders become bookshelves at human scale. Ukuran rak
menyesuaikan dengan desain bangunan, sehingga penyusunan rak pun menjadi
terlihat besar dan untuk mencapainya membutuhkan tangga karena tingginya yang
melebihi tinggi manusia. Hal ini juga mungkin dipengaruhi dengan keadaan
perpustakaan tersebut merupakan perpustakaan pusat yang menyimpan koleksi
dalam jumlah yang sangat besar. Yang sekarang terjadi adalah deretan rak-rak
yang ada tingginya tidak melebihi tinggi manusianya, sehingga lebih mudah untuk
mereka mendapatkan buku yang diinginkan.
Gb.3.11 Atrium pada Minneapolis Central Library
Sumber : www.karljones.com
Gb.3.13 Rak buku pada Bishan Community Library
Sumber : http://3.bp.blogspot.com
Gb. 3.12 Rak buku pada Cambridge University Library
Sumber : http://image30.webshots.com
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
22
Universitas Indonesia
Institutional furniture become domestic or club furniture. Penggunaan perabotan
pun dapat mempengaruhi kesan yang ditampilkan oleh perpustakaan. Pada masa
itu menggunakan perabotan dari bahan kayu, memiliki bentuk yang masif dan
warna-warna yang gelap, memberikan kesan formal dan serius. Dengan adanya
berbagai fungsi yang terdapat pada perpustakaan sekarang, maka penggunaan
perabotan pada ruang dalam lebih dipikirkan. Perubahan-perubahan yang mulai
terjadi di perpustakaan juga mendapat pengaruh dari desain toko buku yang
dianggap user-friendly dan memberikan kenyamanan bagi pengunjung di
dalamnya. Perancangan ruang dalam dan penggunaan perabot yang tepat dapat
menciptakan suasana yang tenang dan rasa memiliki terhadap perpustakaan,
bahkan dapat membuat orang merasa berada di rumah (Worpole, 2004).
Perubahan yang terlihat bukan hanya sekedar secara tampilan dan fungsi dari
bangunan saja, namun terjadi juga perubahan pada manajemen perpustakaan,
Gb.3.16 Perabotan pada Utrech University Library
Sumber : www.flickr.com/photos
Gb.3.17 Perabotan pada Enoch Pratt branch Library
Sumber : www.cbhassociates.com
Gb.3.14 Perabotan pada Cambridge University Library
Sumber : http://image30.webshots.com
Gb.3.15 Perabotan pada Butler Library Sumber : www.renaissancelibrary.com
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
23
Universitas Indonesia
terutama fungsi pustakawan di perpustakaan. Kemampuan yang harus dimiliki
seorang pustakawan sangat berbeda dimasa kini. Mereka harus dapat menguasai
kemampuan dalam berteknologi dan menguasai ilmu-ilmu yang ada di
perpustakaan tempat mereka bertugas, sehingga mereka berfungsi bukan hanya
sebagai penjaga perpustakaan, namun juga dapat berfungsi sebagai orang yg dapat
memberikan usul mengenai bacaan yang bagus (Commission for Architecture &
the Built Environment, 2004).
Ada beberapa hal yang menjadi pengendali utama dalam perubahan yang terjadi
di perpustakaan (Worpole, 2004), antara lain :
• Kebutuhan akan pendidikan yang lebih tinggi semakin meningkat
• Mobilitas manusia yang meningkat
• Perkembangan teknologi
• Interaksi sosial
• Tren ekonomi yang sedang terjadi
Jika beberapa poin ini kita gabungkan dengan perubahan-perubahan yang sudah
dijelaskan di atas, maka perubahan yang terjadi dapat dilihat lebih lanjut dalam
keterangan berikut.
• Building oriented � user oriented
Pada awalnya perustakaan dibangun berdasarkan standar desain perpustakaan
yang ada, termasuk ruang-ruangnya. Standar tersebut kemudian menjadi tidak
sesuai dengan kebutuhan manusianya yang terus berkembang, sehingga
memberikan kesan tidak menyenangkan dari perpustakaan. Yang sekarang
terjadi adalah, perpustakaan lebih memikirkan kebutuhan dari penggunanya.
Adanya pemenuhan kebutuhan pengguna ini digambarkan dengan adanya
perubahan bentuk pada bagian-bagian bangunan.
Ada 4 unsur penting yang dipertimbangkan ketika berbicara mengenai
perpustakaan saat ini, yaitu : manusia, program, mitra, dan tempat. Ketika
berbicara tentang manusia tentu berhubungan dengan kualitas, untuk siapa saja
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
24
Universitas Indonesia
penyediaan layanan perpustakaan ditujukan, dan hal ini berkaitan dengan program
apa saja yang akan dibuat untuk memenuhi kebutuhan manusia akan berbagai
pelayanan dan kegiatan. Kepentingan-kepentingan manusia yang datang juga
menjadi lebih beragam dan berbeda-beda. Perbedaan kepentingan inilah yang
kemudian menjadi satu hal yang penting untuk dipertimbangkan dalam
perancangan perpustakaan sekarang. Karena itu pengaturan ruang di dalam
perpustakaan itu merupakan unsur yang penting, untuk menciptakan suasana
nyaman.
• Sharing Facility
Perpustakaan sekarang menawarkan pelayanan dalam bangunan yang terdiri
dari berbagai pelayanan publik (Worpole, 2004). Penggabungan perpustakaan
dengan berbagai fasilitas/pelayanan publik lainnya merupakan hal utama yang
dapat menentukan area pelayan perpustakaan dan juga dapat menjadi pemicu
bagi masyarakat untuk lebih mengembangkan diri. Adanya penggabungan
fasilitas ini juga menguatkan anggapan bahwa perpustakaan adalah ruang yang
paling publik, paling bebas (wawancara dengan Ibu Luki, 1 April 2009).
Karena di perpustakaan, semua orang bisa masuk, tanpa adanya perbedaan dan
tanpa harus dibeda-bedakan.
• Technology in Advance
Perkembangan teknologi sekarang tentu saja ikut memberikan pengaruh
terhadap perpustakaan. Semakin cepatnya perkembangan teknologi
menyebabkan adanya anggapan bahwa perpustakaan bukan lagi sebagai
tempat untuk menyimpan buku dan pada masa yang akan datang buku sudah
tidak lagi digunakan (Woodward, 2000). Hal ini tentu saja tidak semudah itu
terjadi, karena masih ada pihak-pihak yang menganggap keberadaan buku itu
sebagai suatu hal yang penting. Namun, kenyataan bahwa saat ini berbagai
macam bacaan sudah banyak yang tersedia pada media elektronik, membuat
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
25
Universitas Indonesia
kebutuhan akan ruang untuk menyimpan buku pun menjadi berkurang dan
akhirnya berpengaruh terhadap besaran bangunan perpustakaan sekarang.
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
25
Universitas Indonesia
BAB IV STUDI KASUS DAN ANALISIS
IV.1 Deskripsi Kasus
Dalam perkembangannya, perpustakaan di Indonesia tidak mengalami perubahan
yang signifikan, seperti apa yang terjadi di negara-negara lain. Bangunan yang ada
pun sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda. Karena itu beberapa contoh dari negara
lain juga diperlukan sebagai perbandingan dan mungkin saja dapat menjadi suatu
masukan bagi perpustakaan-perpustakaan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa contoh bangunan perpustakaan di daerah Singapore dan Belanda.
IV.1.1 Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional
Perpustakaan Pendidikan Nasional (Diknas) dengan nama populer
library@senayan, yang bernaung di bawah Pusat Informasi dan Humas, Setjen
Depdiknas ini merupakan perpustakaan umum yang bersifat terbuka, sehingga
siapapun dipersilakan datang ke perpustakaan tanpa harus menjadi anggota
(website depdiknas, 2008). Perpustakaan Diknas merupakan hibah dari
Perpustakaan British Council yang dulunya dibuka untuk umum di Gedung
Wijoyo Centre, Jakarta dan pada tanggal 24 November 2004, perpustakaan ini
diresmikan sebagai Perpustakaan Pendidikan Nasional oleh Menteri Pendidikan
Nasional, Bambang Sudibyo, di Jakarta. Sebagian besar koleksinya adalah koleksi
yang juga pernah ada di British Council dan pengelolanya sebagian besar masih
menjabat sebagai pengurus di Perpustakaan Diknas ini hingga 3 tahun setelah
serah terima perpustakaan.
Perpustakaan ini memiliki visi untuk menjadi perpustakaan yang modern dan
terdepan di Indonesia dengan misi mendorong kegiatan pembelajaran seumur
hidup, memfasilitasi komunitas untuk meningkatkan kegemaran membaca dan
menyediakan akses informasi termutakhir bagi masyarakat. Walaupun berada
dibawah Departemen Pendidikan Nasional, namun Perpustakaan Departemen
Pendidikan Nasional juga melayani masyarakat umum yang berdomisili di sekitar
Jabodetabek.
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
26
Universitas Indonesia
Untuk menumbuhkan rasa nyaman dan kemudahan dalam mengakses,
perpustakaan melengkapi fasilitasnya dengan internet, televisi, kafe, dan fasilitas
pendukung lainnya. Diharapkan nanti Perpustakaan Diknas tidak hanya menjadi
tempat penyimpanan buku, melainkan juga tempat diskusi dan belajar yang
mengangkat konsep kenyamanan bagi pelanggannya. Fasilitas-fasilitas yang
diberikan oleh Perpustakaan Diknas adalah :
1. Ruang baca
2. Ruang diskusi
3. Ruang audio visual
4. Saluran TV Internasional
5. Koneksi internet
6. Jurnal online
7. Layanan tunanetra
8. Katalog online
Jumlah buku yang terpajang sekarang berjumlah 25.000 koleksi dan jumlah buku
yang masih belum keluar adalah berjumlah 15.000 koleksi. Banyaknya jumlah
koleksi yang belum dapat dikeluarkan untuk umum disebabkan oleh kurangnya
tempat untuk memasang buku-buku tersebut (wawancara dengan Bapak Anjar, 25
Mei 2009). Selain koleksi buku dan audio/visual yang diperuntukkan untuk
umum, adapula fasilitas dan koleksi yang disediakan untuk pengunjung tunanetra
dan koleksi e-book. Fasilitas untuk pengunjung tunanetra adalah fasilitas baru
yang disediakan oleh Perpustakan Diknas setelah adanya penyerahan dari British
Council dan koleksi e-book yang ada sekarang masih terbatas pada koleksi yang
dihasilkan oleh Departemen Diknas (wawancara dengan Bapak Anjar, 25 Mei
2009).
Saat ini Perpustakaan Diknas sedang melakukan renovasi. Renovasi dilakukan
untuk perluasan perpustakaan karena pada awalnya, gedung A dari gedung Diknas
diperuntukkan bangunan perpustakaan, namun karena tidak ada dana maka
rencana itu belum bisa direalisasikan dan baru mendapatkan ruangan di lantai 1
kantor Departemen Pendidikan Nasional. Setelah renovasi diharapkan
perpustakaan memiliki 1 lantai lagi yang dapat mengakomodasi berbagai kegiatan
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
27
Universitas Indonesia
yang bersifat publik dan dapat dipakai untuk kegiatan diskusi ataupun kegiatan
komunitas lainnya. Selain itu, setelah renovasi ini akan ada suatu area yang
khusus untuk anak-anak.
IV.1.2 Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia
Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia ini merupakan sebuah desain baru yang
disayembarakan dan untuk mewujudkan paradigma perpustakaan yang saat ini
sudah berubah, dari yang dulunya hanya sebagai tempat untuk menyimpan buku
dan menyediakan tempat baca bagi mahasiswa, saat ini perpustakaan dapat
dianggap pula sebagai tempat pusat kegiatan bagi mahasiswa.
Konsep rancangan dari Perpustakaan Pusat UI mengambil dari keadaan alam
yang ada di UI, dengan penerapan ke kosmologi makro dan mikro. Secara
kosmologi makro, bentang alam hutan kota UI diandaikan seolah bentang
pengetahuan yang tiada batas. Keberadaan danau-danau dan hutan-hutan
seolah ketersediaan tinta dan pena yang dari itu harus lestari untuk menuliskan
sebanyak mungkin pengetahuan tersebut. Ilmu yang dituliskan kemudian
bukanlah perjalanan sesaat melainkan bagian sejarah, sinambung dengan
tulisan-tulisan terdahulu sebagai rujukan (Budiman Hendropurnomo & Dicky
Hendrasto, 2009).
Penarikan sumbu pada konsep peletakkan bangunan menggambarkan konsep
makro yang memperhatikan keadaan di sekitar bangunan yang kemudian menjadi
penentu dalam meletakkan posisi gedung. Dalam kosmologi mikro, danau, bumi,
dan bangunan berintegrasi tidak terpisahkan dalam gedung Perpustakaan Pusat
UI, tidak hanya diwujudkan dalam harmonisasi makna, tapi juga dalam sebuah
pengembangan yang berkelanjutan, yang meliputi :
- atap rumput yang tidak hanya memberi efek visual yang ramah
lingkungan, namun pula membantu pengendalian panas ke dalam
bangunan
- air daur ulang untuk fungsi-fungsi pemeliharaan bangunan seperti
menyiram atap-atap rumput
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
28
Universitas Indonesia
- cahaya alami pada innercourt dan controlled skylights pada atap rumput
memberi efisiensi pada pemakaian energi listrik
- meminimkan penebangan pohon eksiting dengan mengambil jarak yang
cukup, terutama pada hutan pohon karet yang merupakan habitat rayap.
Yang dimaksud disini sepertinya adalah merupakan perwujudan bentuk bangunan
yang bersahabat dengan lingkungan sekitarnya. Selain mewujudkan bentuk yang
memiliki makna, perancangan bentuk tersebut juga harus dapat memberikan
manfaat bagi lingkungan. Memberikan keuntungan pada lingkungan dapat
dilakukan melalui penghematan energi dan pemanfaatan kembali sumber energi.
Dari penjelasan konsep perancangan juga menjelaskan penggunaan material dari
bangunan perpustakaan ini. Batu dan kaca yang dianggap sebagai “hasil
kristalisasi pengetahuan” dapat memberikan kesan bangunan ini kokoh dan kaca
yang ada dapat memberitahukan ilmu-ilmu yang ada, karena sifatnya yang
transparan dan tidak menyembunyikan apapun. Begitu juga ilmu pengetahuan,
yang selalu memberi penjelasan yang bagi mereka yang mengkaji dan berusaha
memahaminya. Menara-menara yang ada dianggap dapat menunjukkan
keagungan dari ilmu pengetahuan dan dengan tingginya menara ini, ilmu
pengetahuan yang ada dapat dipancarkan dan diberitahukan kepada manusia.
Hal yang menarik dari perancangan Perpustakaan Pusat UI ini adalah penggunaan
lantai mezzanin pada lantai 2 hingga lantai 4, yang bertujuan untuk memanfaatkan
ruang sebanyak mungkin. Lantai ini digunakan untuk meletakkan rak-rak buku,
selain pada yang ada pada ruang baca. Di perpustakaan ini, ada rak buku yang
juga berfungsi sebagai struktur penopang lantai mezzanine (wawancara dengan
Jamila Zuraida, 2 Juni 2009).
IV.2.3 Bishan Community Library, Singapore
Bishan Comminity Library adalah sebuah perpustakaan baru yang ada di daerah
Bishan, Singapura. Perpustakaan ini didirikan pada tanggal 2 September 2006.
Tampilan luar dari Bishan Community Library, yang dibuat oleh Look Book Gee,
pendiri dari Look Architects, memberikan petunjuk yang sangat jelas mengenai
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
29
Universitas Indonesia
fungsi dari bangunan tersebut bagi orang-orang yang lewat. Struktur kantilever
yang digunakan membuat muka bangunan seperti memiliki kantong. Kantong
tersebut menunjukkan bahwa bangunan ini mengambil bentuk seperti buku yang
setengah bagiannya keluar dari rak buku.
Ide awal dari perpustakaan ini adalah keinginan untuk menciptakan suasana
tenang dan menyenangkan, seperti pengalaman merasakan sinar matahari jatuh
diantara pepohonan, menciptakan suasana yang santai, yang mendukung untuk
belajar dan menenangkan diri (Look Boon Gee, 2007). Namun begitu, desain
yang sekarang cukup sesuai untuk merasakan keadaan tersebut.
Perpustakaan ini terdiri dari 5 lantai (dengan basement) dimana setiap lantainya
terhubung tidak hanya dengan menggunakan tangga tetapi juga menggunakan
ramp, yang hanya ada di lantai 1 ke lantai 2. Hal ini ditujukan agar pengunjung
dapat melihat keadaan di dalam perpustakaan lebih leluasa.
Pada lantai basement, ditujukan untuk arena anak-anak, dengan berbagai elemen
ganbar dan warna yang menarik. Selain itu, koleksi yang ada pada lantai ini bukan
hanya untuk anak-anak, tetapi juga terdapat koleksi untuk para orang tua dan
keluarga.
Lantai 1, ditujukan untuk koleksi majalah, café dan ruang pameran. Bagian
peminjaman dan layanan pengunjung juga terdapat pada lantai ini.
Gb. 4.1 Bentuk Bangunan Bishan Library Sumber : www.flickr.com/photos
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
30
Universitas Indonesia
Di lantai 2, ditujukan untuk koleksi bacaan non-fiksi yang diperuntukkan bagi
orang-orang dewasa dan juga koleksi audio/visual.
Pada lantai 3 terdapat koleksi umum, seperti koleksi fiksi dan koran serta koleksi
referensi. Selain itu, pada lantai ini terdapat sebuah ruangan yang disebut Quite
Reading Room, yang ditujukan untuk mereka yang ingin suasana yang tenang
ketika membaca dan tidak ingin terganggu.
Dan lantai yang paling atas, yaitu lantai 4, adalah lantai untuk para remaja. Di
lantai ini desain ruangnya terlihat lebih modern dan berbeda dari lantai-lantai yang
lain, menunjukkan sifat remaja yang aktif dan dinamis.
IV.1.4 Library Delft University of Technology, Delft
Central Library TU Delft adalah perpustakaan modern yang selesai dibangun pada
tahun 1998. Perpustakaan ini terletak di belakang auditorium dari Team Ten
Architect yang besar Van den Broek & Bakema. Bentuk bangunan ini berawal
dari halaman rumput yang sangat luas, lalu atapnya seperti selembar kertas yang
diangkat di salah satu ujungnya dan membentuk atap dari sebuah perpustakaan
yang baru. Atap berumput perpustakaan ini dapat dilewati secara bebas untuk
berjalan dan bersantai, menciptakan fasilitas baru bagi seluruh kampus.
Selain itu terdapat sebuah kerucut besar seperti muncul dari bidang hijau yang
ditopang oleh kolom baja miring. Di dalam kerucut tersebut terdapat 4 lantai
ruang belajar yang dihubungkan oleh tangga bundar dan juga void di tengah yang
memberikan cahaya dari atap kaca ke bagian dalam ruang baca. Ujung dari
kerucutnya dibentuk oleh kerangka yang terbuka. Fasad yang terdiri dari kaca
Gb. 4.2 Suasana TU Delft Library Sumber : www.flickr.com/photos
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
31
Universitas Indonesia
juga berperan penting dalam strategi lingkungan dari bangunan. Jendela terbuka di
dalam fasad berukuran kecil sehingga seminim mungkin menghalangi aliran udara
dalam lubang.
Bangunan ini menyediakan sekitar 1000 ruang belajar, 300 diantaranya dilengkapi
dengan terminal komputer. Tambahan untuk area belajar di dalam kerucut, ruang
disediakan di lantai dasar dan lantai pertama berbatasan dengan kaca sebelah
utara. Sebaliknya, sebagian besar buku disimpan dalam ruang penyimpanan
dengan suhu dan kelembaban yang diatur, dalam ruang bawah tanah. Buku-buku
tersebut mungkin dapat diambil kembali sewaktu-waktu oleh petugas
perpustakaan dan diantarkan ke meja bagian sirkulasi. Rak buku yang digunakan
perpustakaan ini adalah lemari buku dari rangka baja yang digantung pada dinding
berwarna biru, yang menyimpan 80.000 volume buku.
Gb. 4.3 Tampilan rak buku dalam perpustakaan Sumber : www.flickr.com/photo
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
32
Universitas Indonesia
IV.2 Analisis Kasus
IV.2.1 Ruang Dalam
IV.2.1.1 Ruang dan Fungsinya
Perubahan makna pada perpustakaan tentu saja menyebabkan beberapa perubahan
terhadap kondisi fisik dan suasana di perpustakaan sekarang. Perubahan tersebut
dapat berupa adanya penambahan ruang ataupun penambahan fungsi sebuah
ruangan, sehingga perpustakaan tersebut dapat menjadi lebih bermanfaat bagi
masyarakat sekitar.
1. Perpustakaan Pendidikan Nasional
Perpustakaan Diknas ini tidak memiliki bangunan yang berdiri sendiri melainkan
bergabung dengan gedung pendidikan nasional. Perpustakaan ini memiliki ukuran
yang tidak terlalu besar dan ruang-ruang yang ada hanya ditandai dengan
perabotan serta rak bacaan yang ada di sekitaranya.
• Fasilitas Membaca (Ruang Baca)
Pada perpustakaan ini ruang untuk membaca tidak dipisahkan dengan ruang
lainnya. Meskipun begitu, di sini, area membaca terbagi menjadi 3 area. Area
1 dan 2 adalah area dimana meja untuk membaca tidak memiliki sekat untuk
membatasi pembaca yang sedang duduk. Sedangkan area 3 adalah area dimana
meja untuk membaca memiliki sekat dan tempat duduk yang juga terdiri dari
sofa.
Area 1 digunakan oleh pengguna yang membawa laptop, sehingga area kerja
mereka tidak terbatas oleh sekat dan untuk mereka yang ingin mengerjakan
tugas, yang terkadang membutuhkan space lebih untuk meletakkan buku-buku
yang akan dibaca. Begitu pula yang terjadi pada area 2, yang letaknya tidak
terlalu jauh dari area 1. Meja-meja yang ada di area 2 juga memiliki bentuk
dan model yang sama, namun area ini lebih sepi dibandingkan dengan area 1
karena letaknya yang agak jauh dan tersembunyi di balik rak buku.
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
33
Universitas Indonesia
Suasana dengan alunan musik yang pelan, membawa kita serius membaca
ataupun mengerjakan tugas, namun tetap dalam keadaan santai dan menikmati
apa yang sedang dikerjakan. Hal ini tentu berbeda dengan suasana
perpustakaan pada masa sebelumnya, dimana hanya ada keheningan yang
mencekam dan keseriusan.
Pada area 3, orang-orang yang berada di sini terlihat lebih bebas dan santai,
namun tetap tenang. Di area ini orang dapat lebih berkonsentrasi membaca
karena meja-meja yang ada memiliki batas setinggi mata sehingga mereka
yang membaca di meja itu tidak akan terganggu. Karena area ini dekat dengan
pintu masuk, maka lebih banyak suara-suara yang terdengar di area ini.
Suasana yang lebih santai dan bersuara ini juga didukung koleksi yang ada di
area ini lebih banyak koleksi yang ringan, seperti majalah dan koran, serta
koleksi audio visual, sehingga menciptakan suasana yang tidak terlalu serius.
Selain adanya meja bersekat di area ini, tempat duduknya pun didominasi oleh
sofa, sehingga semakin mendukung terciptanya suasana santai tadi.
Gb. 4.4 Denah area 1 dan 2 Sumber : dokumentasi pribadi
Area 1
Area 2
Gb. 4.5 Suasana pada area 3 Sumber : dokumentasi pribadi
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
34
Universitas Indonesia
• Ruang Anak-anak
Fasilitas untuk anak-anak, atau ruang yang dibuat khusus untuk anak-anak
beserta koleksinya, sudah tersedia di perpustakaan ini, namun masih minim.
Hal ini dijelaskan oleh Kepala SubBagian Perpustakaan, Bapak Anjar, bahwa
fasilitas untuk anak memang masih belum memadai, baik dari segi koleksi
maupun dari segi penyediaan ruang. Dari keadaan ini dapat diambil
kesimpulan bahwa perpustakaan ini belum melakukan perubahan yang
signifikan dari sejak diserahkan oleh pihak British Council pada tahun 2004.
Kurangnya koleksi pada bagian anak-anak mungkin juga dipengaruhi oleh
kedatangan anak-anak ke perpustakaan ini yang masih kurang, sehingga pihak
perpustakaan merasa belum perlu untuk segera menambah koleksi dan
ruangan di perpustakaan ini. Dijelaskan lebih lanjut, dalam renovasi yang saat
ini sedang dilakukan, akan disediakan sebuah ruangan yang diperuntukkan
bagi anak-anak dan juga penambahan koleksi. Selain buku, koleksi anak-anak
juga meliputi koleksi audio/visual, yang mungkin akan lebih menarik.
Dari keterangan yang saya dapat dari Bapak Anjar, perpustakaan ini memang
jarang didatangi oleh anak-anak. Yang justru terjadi adalah anak-anak tersebut
diundang oleh suatu komunitas, yang bekerjasama dengan guru dari sekolah
yang bersangkutan untuk datang melakukan kunjungan ke perpustakaan. Dari
keterangan ini terlihat bahwa adanya usaha suatu komunitas untuk berusaha
Gb. 4.6 Rencana ruang untuk anak-anak Sumber : dokumentasi perpustakaan, telah diolah kembali
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
35
Universitas Indonesia
meningkatkan minat baca anak-anak di Jakarta. Di sisi lain, hal ini
memperlihatkan bahwa anak-anak Indonesia, harus dipancing terlebih dahulu
dengan kunjungan perpustakaan agar mereka bisa lebih meningkatkan minat
baca. Namun, jika dilihat lagi, salah satu penyebab dari kurangnya jumlah
anak-anak yang datang ke perpustakaan ini adalah karena letak perpustakaan
Diknas ini yang cukup jauh dari area pemukiman, sehingga cukup berbahaya
bagi anak-anak untuk berjalan sendirian ke perpustakaan ini tanpa didampingi
orangtua.
Dibutuhkannya ruang tertentu untuk anak-anak dimaksudkan untuk
memberikan fasilitas yang sesuai dengan perilaku anak-anak yang selalu ingin
bergerak bebas dan tidak betah lama-lama berdiam diri. Dan pemisahan
ruangan juga bertujuan agar anak-anak tidak menganggu pengunjung lainnya
yang sedang membaca di perpustakaan.
• Ruang Publik/Transisi
Di perpustakaan ini, ruang transisi terdapat pada bagian depan perpustakaan,
berdekatan dengan area administrasi dan sirkulasi. Ruang lebih merupakan
sebuah area transisi karena di area ini orang lebih banyak melakukan berbagai
persiapan untuk memasuki perpustakaan, seperti mengeluarkan barang yang
akan dibawa masuk ke dalam perpustakaan (di sini tas tidak dapat di bawa
masuk), menunggu teman yang akan diajak masuk, atau sekedar beristirahat
dulu sebelum masuk ke perpustakaan. Di area ini disediakan sofa agar orang
yang ingin sekedar beristirahat merasa nyaman dengan sofa tersebut.
Gb. 4.7 Ruang Transisi Sumber : dokumentasi pribadi
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
36
Universitas Indonesia
Area ini terasa sedikit sempit karena, jika sudah ada orang yang menempati
salah satu sofa dan mengobrol di area ini, maka orang lain yang baru datang
akan merasa segan, sehingga tidak dapat menggunakan area ini dengan
maksimal.
2. Perpustakaan Pusat UI
• Fasilitas Membaca (Ruang Baca)
Area baca di sini terbagi menjadi dua area, yaitu ruang baca bersama dan
ruang baca individu. Area ruang baca bersama berisi kumpulan meja dan kursi
sehingga suasana yang akan terbentuk tidak terlalu privat dan akan ada
toleransi antara orang-orang yang duduk disini untuk tidak saling
mengganggu. Peletakkan meja-meja dan kursi-kursi di area ini menyebar di
seluruh lantai, sehingga mempermudah mahasiswa untuk mengambil buku
dan meletakkan di meja terdekat sebagai tempat mereka untuk membaca.
Selain itu, penyebaran area membaca ini juga dikarenakan adanya lantai
mezzanine sehingga pencapaian dari lantai mezzanine ke tempat duduk lebih
mudah. Namun ada pula meja-meja yang terletak di dalam sebuah ruangan
terpisah, yang jauh dari buku-buku, dengan adanya jembatan yang
menghubungkan ruang tersebut. Letak ruang yang terpisah ini sebenarnya
cukup menyulitkan untuk mereka yang ingin berkali-kali mengambil buku,
karena jaraknya yang cukup jauh dari area rak buku. Tempat ini akan lebih
cocok untuk dijadikan tempat diskusi, dengan keadaan ruang yang terpisah,
sehingga mendukung untuk berdiskusi tanpa adanya gangguan.
Area membaca individu memiliki bentuk ruang-ruang kecil yang disatukan
dalam 1 ruangan besar dan hanya terdapat di lantai 2. Ruang membaca
individu ini memang terlihat cukup tertutup dengan adanya pintu yang dibuat
untuk memasuki area baca ini, sehingga keseriusan membaca dapat tercipta
dengan baik.
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
37
Universitas Indonesia
Gb. 4.8 Ruang baca dan mezzanine dari lantai 2-4 (atas-bawah) Kiri : Ruang baca Kanan: Mezzanine
Sumber : dokumentasi DCM, telah diolah kembali
Gb. 4.9 Ruang baca individu Sumber : dokumentasi DCM, telah diolah kembali
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
38
Universitas Indonesia
• Ruang Diskusi
Diperpustakaan pusat ini ruang diskusi yang tersedia disamakan dengan ruang
baca. Ada beberapa ruangan yang terlihat memiliki meja dan kursi yang
cukup banyak, yang mungkin saja akan dijadikan ruang diskusi oleh
mahasiswa ataupun pengunjung yang memerlukannya. Bagi mereka yang
berdiskusi di ruang membaca bersama, perlu adanya rasa toleransi bersama,
agar tidak ada yg merasa terganggu atau mengganggu.
• Ruang Publik/Transisi
Dalam perancangan perpustakaan pusat UI ini, ruang publik sangat
diperhatikan karena adanya keinginan pihak UI untuk mengubah image
perpustakaan menjadi tempat berkegiatan bagi mahasiswa. Karena itu di
perpustakaan ini ditambahkan beberapa fasilitas untuk keperluan pengunjung.
Adanya fasiltas-fasilitas publik yang disediakan diharapkan dapat
menghidupkan suasana perpustakaan dan membuat mahasiswa memilih
perpustakaan ini sebagai tempat mereka berkegiatan. Fasilitas-fasilitas ini
tergabung dalam satu lantai, yaitu lantai 1 perpustakaan. Di lantai ini pula,
mahasiswa yang berkunjung dapat memutuskan akan melakukan apa atau mau
menuju kemana. Selain itu, desain dan program yang dirancang pada
perpustakaan pusat UI yang baru ini mencoba memberikan suasana baru yang
berbeda dari perpustakaan pusat UI yang sebelumnya, yang memberikan
kesan serius dan sunyi.
Gb. 4.10 Zoning lt.1 Sumber : dokumentasi DCM
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
39
Universitas Indonesia
Selain contoh perpustakaan di Indonesia tadi, ada pula contoh yang diambil dari
negara lain sebagai perbandingan terhadap perpustakaan yang ada di Indonesia.
Seperti yang akan dibahas di bawah ini.
1. Bishan Community Library
• Fasilitas Membaca (Ruang Baca)
Perpustakaan ini memiliki banyak ruang baca yang dikhususkan bagi mereka
yang ingin membaca tanpa adanya gangguan, baik gangguan orang yang lalu
lalang mencari buku, ataupun gangguan suara. Ada juga area membaca
dimana pengunjung masih dapat merasakan kehadiran orang lain disekitarnya.
Terdapat 2 jenis ruang baca yang tersedia di perpustakaan ini, yaitu ruang baca
bersama dan ruang baca yang berada dalam ruangan. Untuk ruang baca dalam
ruangan, terbagi menjadi 2 jenis, yang terbentuk dari fasad bangunan, berpa
pods, dan satu lagi adalah ruang baca yang disebut quite reading room.
Jenis area baca dalam ruangan yang pertama adalah area yang berbentuk kotak
yang terlihat keluar dari lantainya (memiliki bentuk seperti pods). Area baca
yang seperti ini sesuai jika ditujukan untuk orang yang ingin memiliki space
lebih luas untuk membaca. Di dalam ruang ini pengunjung dapat duduk di
lantai sehingga mereka merasa merasa santai ketika membaca dan tidak
terpaku pada meja dan kursi. Selain digunakan untuk membaca, ruangan ini
juga dapat digunakan untuk berdiskusi tanpa takut mengganggu orang lain
yang sedang membaca ataupun merasa terganggu dengan kehadiran orang
lain. Hal ini menunjukkan adanya usaha dari perpustakaan untuk menarik
pengunjung dengan desain yang cukup unik dan memberikan kenyamanan
bagi mereka yang datang ke sini.
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
40
Universitas Indonesia
Area baca berupa pods ini terletak di dua tempat pada perpustakaan, yaitu
pada bagian luar, terlihat pada fasad bangunan dan pada bagian dalam
bangunan. Untuk yang terletak di bagian dalan bangunan, tersedia sofa dan
kursi di dalamnya. Menurut sumber yang didapat penulis, orang lebih memilih
untuk membaca di ruang baca jenis ini. Hal ini sepertinya dipengaruhi oleh
keinginan untuk merasakan suasana membaca yang berbeda di perpustakaan.
Selain ruang baca berbentuk pods tadi, terdapat ruang baca lain yang terletak
di lantai 3. Ruang baca ini bahkan memiliki nama, yang memang mengGb.kan
suasana di dalamnya, yaitu Quite Reading Room. Ruang ini lebih sesuai untuk
mereka yang benar-benar tidak ingin diganggu ketika membaca, baik
gangguan suara ataupun hal lain. Sedangkan pada ruang baca yang berbentuk
kotak, masih ada kemungkinan orang yang ada di luar dapat mendengar dan
melihat mereka yang ada di dalam, karena memang tidak ada pembatas yang
jelas antara ruang baca ini dengan ruang secara keseluruhan. Berbeda dengan
Quite Reading Room yang memiliki batas yang jelas berupa dinding dan pintu
yang terbuat dari kaca. Adanya penggunaan kaca mungkin dimaksudkan untuk
memberikan kesan luas pada ruangan, sehingga tidak merasa dalam suatu
ruang tertutup.
Gb. 4.11 Pods ruang baca pada Bishan Community Library Sumber : www.square-mag.co.uk
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
41
Universitas Indonesia
• Ruang Anak-anak
Pada Bishan Community Library, fasilitas ruang khusus anak-anak sudah
cukup tersedia dan dengan koleksi yang cukup banyak. Di perpustakaan ini
anak-anak cukup dimanjakan dengan berbagai fasilitas seperti area baca yang
luas, sofa yang berwarna-warni, dan area mendongeng. Hal ini menunjukkan
bahwa perpustakaan ini sudah memikirkan kebutuhan anak-anak ketika
mereka berada di perpustakaan. Disebutkan bahwa saat ini perpustakaan
memberikan perlakuan yang sama, yang sesuai dengan kebutuhan mereka,
seperti juga pelayanan yang di dapat oleh orang-orang dewasa (Worpole,
2004). Mereka tidak lagi dilarang untuk memasuki perpustakaan untuk alasan
akan menyebabkan kebisingan.
Gb. 4.12 Quite Reading Room Sumber : www.lttbtt.com
Gb. 4.13 Salah satu hiasan pada ruang anak-anak
Sumber : www.iatul.org
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
42
Universitas Indonesia
Ruang yang luas memberi mereka kesempatan untuk bereksplorasi dan
bergerak secara bebas, karena anak-anak akan mudah bosan jika mereka
terlalu lama berdiam diri; hanya duduk dan membaca. Letak area anak-anak
ini ada pada lantai 1, sehingga mudah untuk dicapai dan tidak membahayakan
dibanding jika terletak pada lantai atas.
• Ruang Publik/Transisi
Ruang publik di perpustakaan ini terdapat pada lantai satu. Di sini selain
terdapat area-area yang bersifat publik, ruang transisi juga terletak di area ini.
Adanya area publik di perpustakaan ini akan menambah keramaian dan
menjadikan perpustakaan ini terasa lebih menyenangkan, tidak selalu serius
dan sepi. Keadaan ruang publik yang tergabung dengan fasilitas lain selain
fasilitas utama perpustakaan menunjukkan usaha perpustakaan ini untuk
membuat suasana di perpustakaan lebih hidup dan dapat didatangi siapapun,
yang mau menghabiskan waktu di tempat yang berbeda.
2. TU Delft Library
• Fasilitas Membaca (Ruang Baca)
Ruang baca yang ada di perpustakaan ini terbagi menjadi dua area, di mana
salah satu areanya merupakan area yang lebih dikhususkan untuk mereka yang
ingin membaca dan berdiskusi, sehingga suara-suara yag ada di sekitar area ini
bukan merupakan sesuatu yang mengganggu. Sedangkan area baca lainnya
merupakan area di bawah bagian kerucut bangunan, yang terdiri dari lingkaran
meja dan juga perabotan meja dan kursi standar.
Gb. 4.14 Area baca untuk anak-anak Sumber : www.iatul.org
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
43
Universitas Indonesia
Penggunaan meja dan kursi pada area pertama terlihat ditujukan untuk
memberikan keleluasaan bagi mereka untuk berdiskusi dan meletakkan buku-
buku dan tugas mereka. Meskipun perabotan ini memberi kesan yang sedikit
formal, namun hal ini memang tidak dapat dilepaskan dari kesan universitas
yang identik dengan keseriusan dan suasana belajar.
• Ruang Diskusi
Perpustakaan ini memiliki banyak meja lebar yang dapat dipakai untuk
membaca ataupun berdiskusi, sehingga terjadi/terdapat penggabungan dua
fungsi dalam satu ruangan
• Ruang Publik/Transisi
Ruang publik yang terdapat pada perpustakaan ini terdapat pada ruang baca
bersama pada lantai 1 dan pada bagian luar bangunan. Di lantai 1, orang dapat
Gb. 4.15 Suasana pada ruang baca Sumber : www.flickr.com/photos
Gb. 4.16 Area baca pada di bawah kerucut
Sumber : www.flickr.com/photos
Gb. 4.17 Keadaan ruang baca bersama Sumber : www.flickr.com/photos
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
44
Universitas Indonesia
berkumpul dan berdiskusi karena area yang ada cukup memadai untuk
melakukan hal tersebut. Dan lantai 1 ini terlihat dapat digunakan sebagai area
untuk melakukan pertemuan serta menjadi area bagi mereka yang ingin
melakukan diskusi.
Selain di dalam bangunan, ruang publik yang ada pada perpustakaan ini
terletak pada bagian luar bangunan, seperti area menuju pintu masuk dan atap
bangunan. Area menuju pintu masuk menjadi ruang publik karena pada area
ini mahasiswa dapat bertemu dengan teman-temannya dan mengobrol. Hal ini
terjadi dikarenakan area menuju pintu masuk ini terdiri dari tangga dengan
lebar anak tangga yang cukup untuk diduduki tanpa takut mengganggu orang
yang lewat. Hal ini hampir sama dengan desain perpustakaan masa lalu
dimana hubungan yang terjadi antar perpustakaan dengan lingkungan sekitar
dihubungkan dengan tangga besar dan lebar (Commission for Architecture &
the Built Environment, 2004) seperti yang ada pada TU Delft Library ini.
Gb. 4.19 Area pintu masuk pada TU Delft Library Sumber : www.flickr.com/photos
Gb. 4.18 Penggunaan lantai 1 sebagai area publik Sumber : www.flickr.com/photos
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
45
Universitas Indonesia
Ruang publik lain yang terdapat pada perpustakaan ini terletak bagian atapnya
yang dapat digunakan untuk bersantai, sehingga banyak orang yang
menghabiskan waktunya disini.
Gb. 4.20 Area atap yang dijadikan tempat berkumpul Sumber : www.flickr.com/photos
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
46
Universitas Indonesia
IV.2.1.2 Tata Ruang Dalam
Penataan ruang di dalam perpustakaan sangat berpengaruh bagi pembentukan
suasana yang kondusif dan nyaman untuk membaca. Kenyamanan itu dapat dilihat
dari penggunaan perabotan, jarak antar pembaca satu dengan lainnya, kemudahan
mencapai area-area di dalam perpustakaan, serta susunan di dalam ruangan.
Penataan ruang dalam ini juga memperlihatkan adanya perbedaan antara
perpustakaan yang ada sekarang dengan perpustakaan yang ada dulu. Selain
penggunaan perabotan dan warna, akses masuk dan pencapaian pengunjung di
dalam perpustakaan juga menjadi salah satu hal mengalami perubahan. Berbeda
dengan perpustakaan dulu yang memiliki hierarki ruang ketika memasuki gedung
perpustakaan, perpustakaan kini didisain supaya lebih mudah dalam menemukan
ruang-ruang yang ingin dicapai.
1. Perpustakaan Pendidikan Nasional
• Penggunaan Perabotan, Warna, Image, dan Susunannya
Di perpustakaan ini penggunaan perabotan sudah banyak menggunakan sofa
sehingga membuat orang betah berlama-lama disini. Penggunaan warna pun
sudah cukup membuat orang fokus untuk membaca di dalam. Namun di
perpustakaan ini penggunaan image yang berfungsi untuk mengundang orang
untuk datang masih terasa kurang, sehingga suasana perpustakaan terkesan
suram. Adanya penggunaan kursi berwarna hijau pada area 1 sedikit
memberikan warna pada ruang perpustakaan ini dan penggunaan lampu pada
perpustakaan ini membantu memberikan suasana terang pada perpustakaan.
Gb. 4.21 Suasana di dalam perpustakaan Sumber : dokumentasi pribadi
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
47
Universitas Indonesia
Penyusunan perabotan di perpustakaan ini dirasa kurang teratur. Hal ini
mungkin disebabkan kurangnya ruang yang dapat digunakan untuk
menampung perabotan-perabotan ruang, seperti sofa, meja baca, rak buku, dan
meja untuk internet.
• Akses dan Sirkulasi dalam Bangunan
Diperpustakaan ini, akses masuk dan keluar terletak pada satu pintu.
Sebenarnya, akses untuk masuk ke perpustakaan ini cukup sulit. Pengunjung
harus memasuki kantor Pendidikan Nasional terlebih dahulu baru akan
menemui pintu masuk ke dalam perpustakaan. Tidak ada papan petunjuk di
sekitar perpustakaan, sebelum masuk ke dalam bangunan Departemen
Pendidikan Nasional. Namun ketika sudah berada di dalam gedung dan masuk
ke dalam perpustakaan, akses masuk sangat mudah dicapai karena ukuran
perpustakaan yang memang tidak terlalu besar. Setelah masuk dari area kantor
Diknas, pengunjung akan langsung menemukan area transisi dan area
resepsionis serta ruang utama perpustakaan, yang hanya dibedakan oleh warna
perabotan dan pencahayaan. Pada bagian pintu, ada alat pengaman yang dapat
mengetahui jika ada buku yang dipinjam tanpa izin. Dari hal ini, dapat dilihat
bahwa perpustakaan Diknas ini memiliki sistem pengamanan yang cukup
baik. Sirkulasi di dalam bangunan cukup lancar. Namun, pada area tertentu
ada bagian yang terasa sempit sehingga membuat jarak orang yang duduk
pada area 1 dengan orang yang berdiri terasa terlalu dekat, menyebabkan
orang yang duduk cukup terganggu dengan orang yang lalu lalang.
Gb. 4.22 Sikulasi pada area membaca Sumber : dokumentasi pribadi
Area 1
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
48
Universitas Indonesia
2. Perpustakaan Pusat UI
• Penggunaan Perabotan, Warna, Image, dan Susunannya
Perpustakaan pusat ini ingin memberikan suasana baru. Namun dari
pengaturan ruang dalamnya, masih belum dapat dilihat banyak. Saat ini yang
dapat dilihat adalah pemisahan antara ruang-ruang untuk membaca atau
diskusi dengan ruang membaca individu. Selain itu ada pula penyusunan pada
ruang internet dimana meja-meja untuk komputer tidak diatur secara berderet,
melainkan ada permainan layout, agar tidak terkesan monoton (wawancara
dengan Jamila Zuraida, 2 Juni 2009). Penyusunan meja dan kursi untuk
membaca juga menyebar di seluruh lantai dengan memanfaatkan ruang yang
ada sehingga tidak terbuang percuma. Namun hal ini membuat ada beberapa
meja dan kursi terlihat menyempil. Pengaturan arah tempat duduknya pun
dibuat menghadap ke bagian luar bangunan agar ketika bosan, pengunjung
dapat melihat pemandangan di luar bangunan.
• Akses dan Sirkulasi dalam Bangunan
Akses keluar dan masuk di perpustakaan ini terdiri dari beberapa area.
Banyaknya akses masuk dikarenakan mahasiswa datang dari berbagai arah.
Namun ada satu area utama sebagai pintu masuk dan pada akses ini, terdapat
penerapan keamanan seperti perpustakaan lainnya, yaitu area pemeriksaan
untuk mencegah buku keluar tanpa izin.
Gb. 4.23 Jarak antara meja dan lemari buku Sumber : dokumentasi pribadi
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
49
Universitas Indonesia
Sirkulasi yang ada di dalam perpustakaan memiliki beberapa pilihan yang
memudahkan bagi mereka yang tidak ingin ke perpustakaan, menuju langsung
ke ruang sidang yang tersedia di salah satu menara pada bangunan. Untuk
menempuh ke lantai atas, tersedia berbagai pilihan transportasi dalam
bangunan, seperti lift, tangga dan ramp. Penyediaan ramp ini tentu saja untuk
mereka yang memiliki keterbatasan. Pilihan transportasi dalam bangunan ini
dikarenakan banyaknya kegiatan yang akan ada dalam perpustakaan ini
sehingga pengunjung yang ada dapat langsung menuju ke tempat mereka akan
berkegiatan.
Beberapa contoh di negara lain dapat dilihat dibawah ini.
1. Bishan Community Library
• Penggunaan Perabotan, Warna, Image, dan Susunannya
Penggunaan perabotan di perpustakaan ini cukup menarik, dengan adanya sofa
berwarna-warni dan rak buku yang berwarna putih, memberikan kesan
sederhana yang tidak membosankan.
Gb. 2.24 Transportasi dalam bangunan Sumber : DCM, telah diolah kembali
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
50
Universitas Indonesia
Warna-warna yang digunakan di sini merupakan perpaduan warna-warna
segar seperti oranye, kuning, biru, putih dan lainnya. Warna-warna ini
membuat orang yang berada di dalamnya merasa senang dan segar. Selain itu,
terdapat adanya penggunaan image pada bangunan. Hal ini dianggap penting
karena pengunjung menangkap sebuah image hanya dalam 10 detik (McCabe
& Kennedy, 2003), sehingga image tersebut harus memberikan kesan
mendalam dan cepat ditangkap mata. Di perpustakaan ini image tersebut
dibentuk dengan kata-kata yang terdapat pada area ramp, membuat ramp
terlihat lebih menarik.
Penyusunan perabotan pada perpustakaan membagi antara area buku dengan
area duduk. Namun karena keseluruhan area setiap lantai menggunakan
karpet, maka para pengunjung dapat duduk di lantai dan menikmati kegiatan
membaca menurut gaya mereka masing-masing. Area buku diatur dalam
deretan barisan rak yang rapi, membuat ruangan terkesan luas dan terang.
Gb. 4.25 Perabotan dan perpaduan warna pada Bishan Community Library Sumber : www.trendsidea.com
Gb. 4.26 Penggunaan image dalam perpustakaan Sumber : http://1.bp.blogspot.com
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
51
Universitas Indonesia
• Akses dan Sirkulasi dalam Bangunan
Akses pada perpustakaan ini terletak pada lantai 1 dan merupakan 1 pintu
utama. Di sini, orang akan dibuat merasakan keseluruhan bagian bangunan
ketika mereka berjalan menggunakan ramp (www.trendsidea.com, 6 Juni
2009). Hal ini menunjukan bahwa desain dari bangunan ini dibuat untuk
membuat orang berjalan mengikuti alur dari bangunan. Penggunaan ramp ini,
selain untuk membawa orang menikmati bagian dalam bangunan, juga
ditujukan untuk mereka yang memiliki kemampuan terbatas.
Untuk mempermudah orang mencari bacaan yang diinginkan, maka dibuatlah
pembagian zona-zona yang berbeda. Hal ini tentu saja sangat membantu
dalam pencapaian tempat yang dituju dan dengan begitu, sirkulasi orang yang
ada di dalam bangunan menjadi lancar karena petunjuk yang dibuat cukup
jelas dalam menunjukan, dan bentuk bangunan yang memberi kesan terbuka,
dengan penggunaan kaca dan warna-warna cerah, membantu orang mencari
tempat yang dituju tanpa merasa bingung.
Gb. 4.27 Rak pada Bishan Community Library Sumber : www.lttbtt.com
Gb. 4.28 Ramp pada Bishan Community Library Sumber : deadpoetscave.com
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
52
Universitas Indonesia
2. TU Delft Library
• Penggunaan Perabotan, Warna, Image, dan Susunannya
Sebagai sebuah perpustakaan universitas, penggunaan perabotan di ruangan
membaca dan lainnya terbilang sederhana, dengan meja dan kursi yang
ditujukan untuk mereka yang ingin berdiskusi dan membaca dengan leluasa.
Warna-warna yang ada pun merupakan warna asli material, seperti kayu, kaca,
dan material lain yang memberikan warna pada perpustakaan ini. Selain
warna-warna asli tadi, ada warna biru yang menjadi background rak-rak buku
yang memberikan suasana berbeda, suasana yang bersemangat seolah-olah rak
buku tersebut memberikan pancaran lampu yang sangat terang.
Pengaturan meja dan kursi pun terlihat tidak terlalu penuh, masih memberikan
jarak antar meja sehingga tidak saling mengganggu ataupun terganggu. Dan
area-area yang kosong ini dapat pula dimanfaatkan untuk membaca di lantai.
Penggunaan image di sini terletak pada rak buku besar dengan latar belakang
dinding berwarna biru, yang akan tersimpan dalam ingatan mereka yang
pernah berada di dalam perpustakaan ini. Selain itu bagian tengah
perpustakaan juga merupakan bagian yang menjadi image perpustakaan ini.
Gb. 4.30 Pengaturan perabotan pada TU Delft Library Sumber : www.flickr.com
Gb. 4.29 Penggunaan warna pada perpustakaan Sumber : www.flickr.com/photos
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
53
Universitas Indonesia
• Akses dan Sirkulasi dalam Bangunan
Akses masuk yang ada pada perpustakaan ini seperti tersembunyi di balik
gundukan rumput, sehingga terkesan akan memasuki daerah yang sama sekali
berbeda. Namun ketika sudah berada di dalam, pengunjung akan langsung
dipertemukan sebuah ruangan luas yang terdiri dari kursi dan meja yang
tersusun berjauhan dan area komputer. Pengunjung tidak akan kesulitan
menemukan rak buku di perpustakaan karena rak tersebut menjadi bagian dari
dinding bangunan. Pada perpustakaan tidak terlalu banyak pembagian ruang,
sehingga pengunjung tidak kesulitan melihat arah ketika berada di dalam.
Untuk memasuki ruang baca yang berada di dalam kerucut bangunan,
pengunjung harus menaiki tangga terlebih dahulu untuk dapat ke ruang baca
tersebut. Pencapaian ke tangga menuju ruang baca tersebut tidak sulit karena
langsung terlihat pada lantai 1.
Gambar 4.32 Akses pada bangunan Sumber: archiweb.cz/building, telah diolah kembali
Gb. 4.31 Image pada TU Delft Library Sumber : www.flickr.com/photos
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
54
Universitas Indonesia
IV.2.2 Ruang Luar (fisik luar bangunan)
Tampilan luar pada perpustakaan sekarang berbeda dengan perpustakaan yang
dulu. Bentuk-bentuk yang ada sekarang lebih mengesankan keterbukaan,
membuat orang tertarik untuk datang.
1. Perpustakaan Pendidikan Nasional
Dikarenakan perpustakaan ini berada di dalam gedung Departemen
Pendidikan Nasional, maka fisik luar bangunan mengikuti gedung Departemen
Pendidikan Nasional.
2. Perpustakaan Pusat UI
Dalam perencanaan perpustakaan pusat UI ini, konsep ruang luar sangat
diperhatikan karena memang dimaksudkan untuk dimanfaatkan oleh
mahasiswa dalam melakukan berbagai kegiatan. Bentuk radial yang ada
merupakan perwujudan dari penarikan sumbu-sumbu dari pola dan keteraturan
bangunan dan memberikan pesan bahwa perpustakaan ini menghadap ke
seluruh bangunan yang ada di Universitas Indonesia.
Gb. 4.33 Konsep peletakkan Perpustakaan Pusat UI Sumber : dokumentasi DCM
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
55
Universitas Indonesia
Menara-menara yang menjadi salah satu bentuk dari perpustakaan ini
menampilkan kesan kekuasaan dari perpustakaan dan diharapkan akan
menjadi salah satu gedung yang menunjukkan identitas ilmu pengetahuan.
Penggunaan material kaca dan batu pada menara yang tinggi membuat
bangunan ini terlihat massive dan kokoh, sehingga masih terasa membawa
unsur perpustakaan yang memiliki kesan tertutup yang saat ini berusaha
diubah agar orang tidak segan lagi untuk datang ke perpustakaan. Namun pada
bagian yang lebih pendek, yaitu bangunan yang berbentuk melingkar,
penggunaan material lebih banyak menggunakan kaca, membantu mengurangi
kesan tertutup dan massive dari menara tadi. Secara keseluruhan, bangunan ini
memang terlihat menyatu dengan keadaan sekitarnya, yang penuh dengan
pepohonan dan unsur alam lainnya.
Ruang luar dari perpustakaan ini dimaksudkan akan menjadi tempat
berkumpulnya para mahasiswa dari berbagai fakultas yang ada di UI. Karena
itu fasilitas yang disediakan ini memberikan suasana yan mendukung untuk
para mahasiswa berkumpul dan melakukan berbagai kegiatan disini. Pada
bagian depan perpustakaan yang berada di wilayah danau, terdapat sebuah
dermaga yang dimaksudkan agar orang yang berada disana dapat melihat
pemandangan yang ada disekitar perpustakaan. Namun sebaiknya ada naungan
Gb. 4.34 Perspektif bangunan Sumber : dokumentasi DCM
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
56
Universitas Indonesia
yang dapat memberikan keteduhan karena panas yang ada dapat membuat
fasilitas ini menjadi tidak dimanfaatkan.
Atap yang ditutupi rumput dapat dilewati mahasiswa, untuk merasakan
pengalaman ruang yang berbeda. Di sekitar perpustakaan ini, tidak semua
pohon eksisting ditebang, sehingga suasana teduh di sekitar perpustakaan tetap
dipertahankan.
3. Bishan Community Library
Bangunan ini memiliki bentuk yang cukup menarik, yang dapat memberikan
kesan berbeda dari sebuah bangunan perpustakaan. Dengan adanya bentuk
Gb. 4.36 Tampak luar bangunan Sumber : dokumentasi DCM
Gb. 4.35 Denah lantai 1 Sumber : dokumentasi DCM
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
57
Universitas Indonesia
yang keluar dari bangunan utama, memberikan nuansa yang berbeda ketika
melihat perpustakaan ini. Di tambah dengan penggunaan kaca yang berwarna-
warni, membuat perpustakaan ini tidak terlihat seperti sebuah perpustakaan.
Tampilan seperti ini tentu saja mengundang orang untuk datang dan
merasakan suasana ruang di dalam perpustakaan, terutama pada bagian yang
menonjol. Penggunan kaca menunjukkan adanya usaha dari perpustakaan
untuk mengubah kesan perpustakaan yang dulu tertutup dan massive menjadi
terbuka dan dapat dilihat orang dari luar.
Gb. 4.37 Façade Bishan Community Library Sumber : www.flickr.com/photos
Gb. 4.38 Façade bangunan yang menggunakan material kaca Sumber : www.flickr.com/photos
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
58
Universitas Indonesia
4. TU Delft Library
Tampilan luar dari perpustakaan ini seperti sebuah bukit berumput yang dapat
dinaiki dan dapat dijadikan tempat bermain dan bersantai. Bukit berumput
yang terlihat dari perpustakaan TU Delft adalah bagian atapnya dan bagian ini
cukup membedakan perpustakaan universitas ini dengan yang lainnya.
Adanya bukit ini sepertinya ditujukan agar dapat digunakan oleh orang untuk
melakukan berbagai kegiatan, seperti duduk bersama teman, bersantai sambil
membaca buku, dan kegiatan lainnya. Dengan melihat pada kebiasaan
mahasiswa yang senang bercengkrama dengan teman-teman atau ingin
menghabiskan waktu dengan kegiatan yang disukai, membuat tempat ini
terasa sangat hidup dan bermanfaat.
Adanya pemanfaatan ruang luar seperti ini memberikan pemaknaan baru
terhadap perpustakaan. Orang dapat meminjam buku di perpustakaan dan jika
Gb. 4.35 Kegiatan di atas atap perpustakaan Sumber : www.flickr.com/photos
Gb. 4.34 Atap pada perpustakaan TU Delft Sumber : www.flickr.com/photos
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
59
Universitas Indonesia
ingin membaca dengan suasana terbuka, mereka dapat melakukannya di atap
rumput ini. Suasana seperti yang terlihat di atap perpustakaan sangat
menyenangkan dan terasa seperti sedang berekreasi.
Dari analisis kasus-kasus di atas, dapat dilihat bahwa pemaknaan perpustakaan
saat ini lebih dari sekedar bangunan tempat penyimpanan buku atau dokumen,
tetapi juga merupakan sebagai sebuah fasilitas tambahan yang dapat
dimanfaatkan untuk melakukan berbagai kegiatan. Yang terlihat dari
perpustakaan umum saat ini adalah adanya usaha untuk memberikan suasana
membaca yang berbeda, seperti yang terjadi pada Bishan Community Library.
Suasana berbeda tersebut diwujudkan dengan adanya ruang-ruang baca berupa
pods, menggunakan kaca berwarna, sehingga suasana membaca terasa lebih
menyenagkan dan tidak merasa terkurung dalam sebuah ruangan. Di
perpustakaan Diknas juga ada usaha membuat suasana membaca yang nyaman
dengan penggunaan sofa dan adanya alunan musik lembut di seluruh ruangan.
Dan apa yang terjadi pada perpustakaan universitas juga tidak jauh berbeda,
yaitu berusaha memberikan pemaknaan lain dari sebuah perpustakaan. Adanya
atap yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai kegiatan membuat TU
Delft Library menjadi hidup dan mengundang para mahasiswa untuk
berdatangan ke perpustakaan ini. Hal ini juga yang diharapkan terjadi pada
perpustakaan Pusat UI, yang memberikan berbagai fasilitas untuk
mahasiswanya sehingga mereka dapat menjadikan perpustakaan sebagai pusat
kegiatan mereka dan sarana bersosialisasi dengan teman-teman.
Adanya penambahan fungsi pada perpustakaan yang diikuti dengan perubahan
bentuk bangunan dan ruangan di dalamnya, memberikan bukti bahwa
perpustakaan sekarang bukanlah suatu tempat yang suram dan identik dengan
suasana membaca dan belajar yang serius.
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
60
Universitas Indonesia
Tabel Kesimpulan
Studi Kasus Ruang Baca Ruang Publik/Transisi
Ruang Anak-anak
Ruang Diskusi
Perpustakaan Diknas
Memiliki 2 area, area bersama dan area private Area bersama banyak digunakan untuk diskusi Area private digunakan untuk membaca dan internet
Ruang transisi terdapat di depan perpustakaan utama, seperti “ruang tamu”
Ruang untuk anak-anak belum terlalu terlihat, hanya ada koleksi anak-anak.
-
Perpustakaan Pusat UI
Memiliki 2 area, area baca komunal dan area cubicus
Ruang transisi terdapat setelah pintu masuk gedung. Ruang publik tersebar di seluruh lantai 1.
- Tergabung dengan ruang baca
Bishan Community Library
Memiliki 3 ruang baca : Pods, ruang baca di ruang buku, dan Quite Reading Room
Ruang publik terpusat pada lantai 1, sehingga tidak mengganggu kegiatan membaca
Ruang untuk anak-anak sangat diperhatikan, dengan diletakkan pada lantai berbeda.
-
TU Delft Library
Memiliki 2 area, area baca yang luas dan area baca yang kecil
Ruang publik berada di lantai 1, bersama dengan ruang baca yang luas dan di bagian luar perpustakaan
- Penggabungan fungsi ruang dengan ruang baca
Kesimpulan Setiap perpustakaan membagi ruang baca menjadi ruang baca bersama dan ruang baca sendiri. Hal ini mungkin disebabkan adanya kepentingan untuk berdiskusi
Ruang publik pada setiap perustakaan terletak pada bagian paling dekat dengan akses masuk dan tidak mengganggu kegiatan membaca, serta mudah ditemukan.
Di perpustakaan Indonesia, perhatian terhadap area anak-anak masih kurang. Sedangkan diperpustakaa Bishan, sudah terlihat perhatian terhadap anak-anak
Fungsi ruang baca juga dapat sebagai ruang diskusi
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
61
Universitas Indonesia
Studi Kasus Suasana Ruang dalam
Akses dan Sirkulasi dalam Bangunan
Penggunaan Teknologi Informasi
Perpustakaan Diknas
Perabotan sudah banyak menggunakan sofa, namun warna-warna yang digunakan memberikan kesan sedikit suram
Akses masuk � Diknas melalui kantor Depdiknas. Sirkulasi � tidak sulit, namun sedikit terasa sempit
Catalog online, e-book (terbitan Depdiknas), dan fasilitas internet, namun sedikit.
Perpustakaan Pusat UI
Penyusunan meja baca diarahkan keluar, agar dapat melihat pemandangan di luar gedung.
Akses � terdiri dari beberapa area. Sirkulasi � banyak pilihan jalan untuk menuju ke setiap ruangan.
Pengadaan catalog online, e-book dan e-journal serta area internet pada lantai 1.
Bishan Community Library
Suasana yang ada dalam perpustakaan memberikan kesan sederhana dengan penggunaan warna-warna cerah, perabotan seperti sofa, dan karpet yang dapat meredam suara.
Akses masuk � mudah dan tidak harus melalui berbagai ruangan. Sirkulasi � terkesan terbukan, ada penanda area ruangan.
Catalog online, pelayanan sirkulasi buku secara mandiri. orang dapat mengembalikan buku tanpa harus melalui pelayanan pustakawan.
TU Delft Library
Penggunaan warna material, seperti kayu, kaca, dan material lain. Ruangnya seperti sebuah hall membaca yang diisi meja dan kursi, memberikan suasana terbuka dan santai.
Akses masuk � mudah dan langsung terlihat keseluruhan ruang perpustakaan Sirkulasi � tidak membingungkan karena merupakan sebuah ruangan besar dan tanpa banyak pembagian ruang
Catalog online dan penyediaan fasilitas internet dalam jumlah yang cukup banyak
Kesimpulan Suasana sederhana dan terbuka berusaha diciptakan dalam setiap perpustakaan. Namun pada perpustakaan Diknas, penggunaan warna masih memberikan kesan suram.
Akses masuk dan sirkulasi dibuat mudah dan langsung terlihat ruang-ruang dalam perpustakaan.
Di perpustakaan di Indonesia penggunaan teknologi masih sebatas pada penyediaan internet dan e-book/e-journal. Namun di Bishan, pelayanan pengembalian buku sudah tidak lagi manual.
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
62
Universitas Indonesia
Studi Kasus Bentuk Bangunan Kesan Bangunan Perpustakaan Diknas
Perpustakaan ini ridak memiliki bentuk bangunannya sendiri karena bergabung dengan Kantor DepDiknas
Dengan adanya penggunaan material kaca, kesan perpustakaan menjadi terbuka meskipun berada di dalam sebuah kantor.
Perpustakaan Pusat UI
Bentuk bangunan radial yang digabung dengan unsur vertikal berupa gedung tinggi pada bagian tengah bentuk radialnya.
Kesan massive masih terasa pada bangunan, di bagian gedung tingginya. Kesan terbuka terlihat pada bangunan yang lebih rendah denganpenggunaan material kaca.
Bishan Community Library
Memiliki bentuk kotak dengan adanya tonjolan-tonjolan kantilever untuk membentuk façade bangunan.
Kesan cerah dan terbuka terlihat di bangunan ini dengan adanya penggunaan material kaca pada hampir seluruh bangunan
TU Delft Library
Memiliki bentuk seperti sebuah bukit yang menurun yang dikelilingi oleh rangkaian kaca.
Adanya kesan hijau karena penggunaan rumput mendominasi tampak bangunan dan juga penggunaan material kaca membuat kesan hijau tadi semakin kuat
Kesimpulan Bentuk bangunan dari Perpustakaan Pusat UI dengan TU Delft memiliki kemiripan, yaitu adanya elemen yang menonjol dari elemen yang lebih rendah.
Penggunaan material kaca terlihat pada keempat perpustakaan, menunjukkan adanya usaha untuk mengubah kesan tertutup perpustakaan menjadi lebih terbuka
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
BAB V KESIMPULAN & SARAN
V.I KESIMPULAN
Inti dari sebuah perpustakaan sebenarnya adalah tempat penyimpanan buku yang
juga menyediakan suatu area membaca yang ditambah dengan area-area lain agar
tercipta kenyamanan bagi pengunjung yang membaca di dalamnya. Pemaknaan
terhadap perpustaan sebagai sebuah ruang membaca dan tempat penyimpanan
buku dan dokumen kemudian berkembang dan berubah, seiring dengan
perkembangan manusianya.
Adanya perubahan makna terhadap perpustakaan menyebabkan berbagai usaha
untuk mengubah image perpustakaan. Usaha-usaha tersebut kemudian menjadi
suatu tren yang berkembang sangat pesat. Tren inilah yang menjadi gambaran
perpustakaan yang ada sekarang.
Jika perpustakaan yang dulu menerapkan hirarki ruang pada setiap bangunannya,
saat ini perpustakaan tidak lagi melakukannya dan berusaha mendekatkan image
perpustakaan kepada masyarakat. Hal ini diwujudkan dengan penggunaan
material transparan dan warna-warna yang cerah, sehingga kesan suram
perpustakaan mulai menghilang. Hal ini dapat terlihat dari keempat studi kasus
yang sebagian besar ruang dan bangunannya menggunakan material transparan
dan pada bagian dalamnya terjadi permainan warna. Pada kasus Bishan
Community Library hal ini sangat jelas terlihat. Penggunaan material kaca ini
terjadi pada bagian luar dan dalam. Dan material tersebut juga diberikan nuansa
warna-warni sehingga perpustakaan terkesan sangat terbuka dan tidak terdapat
kesan suram ataupun tertutup, yang biasanya ada pada perpustakaan waktu dulu.
Selain adanya penggunaan material transparan pada perpustakaan, adanya
penggabungan fungsi ruang dan fasilitas juga menunjukkan bahwa perpustakaan
bukan lagi sekedar tempat penyimpanan buku atau peminjaman. Ada kegiatan lain
yang berusaha diciptakan di perpustakaan, seperti berinteraksi dan melakukan
diskusi. Fasilitas-fasilitas ini yang pada akhirnya dapat memberikan suasana hidup
di perpustakaan. Keadaan ini terjadi pada perpustakaan TU Delft, dimana bagian
atap di perpustakan dapat digunakan sebagai ruang kegiatan bersama dan tempat
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
64
Universitas Indonesia
untuk bersantai bagi para mahasiswa. Dan atap ini kemudian dianggap sebagai
fasilitas baru yang dapat menghidupkan suasana perpustakaan dan lingkungan
kampus. Hal yang sama juga terjadi pada perpustakaan pusat UI, dimana ada
berbagai fasilitas yang disediakan untuk mahasiswanya, seperti cafe, toko buku,
area internet, dan berbagai fasilitas lain, sehingga perpustakaan yang dulu hanya
terdiri dari fasilitas perpustakaan, sekarang menjadi bangunan yang memiliki
berbagai fungsi ruang.
Pendekatan perpustakaan terhadap masyarakat juga diperlihatkan pada tersedianya
fasilitas anak-anak dan remaja. Dulu perpustakaan erat kaitannya dengan suasana
sepi dan tidak memperkenankan hadirnya anak-anak di dalam perpustakaan.
Namun kini pendapat itu telah berubah dan berganti dengan perhatian yang
khusus terhadap anak-anak, sehingga semua tingkatan usia dapat merasakan
pelayanan yang sama dalam mendapatkan informasi. Fasilitas untuk anak-anak ini
tersedia pada perpustakaan umum dan penyediaan ruang untuk anak-anak terlihat
sangat diperhatikan pada Bishan Community Library. Suasana yang tercipta
mendukung anak-anak untuk berpikir kreatif dan bergerak bebas. Hal inilah yang
memperlihatkan bahwa pelayanan perpustakaan tidak lagi hanya sebatas mereka
yang membutuhkan informasi, tapi juga untuk mereka yang ingin
mengembangkan diri.
Perubahan yang ada pada perpustakaan bukan hanya terjadi dari segi bentuk dan
fungsi ruang yang ada, tapi juga terjadi pada penggunaan teknologi, yang erat
kaitannya dengan pencarian informasi saat ini. Teknologi yang kini sudah
dimanfaatkan perpustakaan adalah penggunaan katalog online dan fasilitas e-book
serta e-journal. Kedua faslitas ini ternyata mengalami perkembangan pesat karena
sangat memudahkan masyarakat dalam pencarian informasi dan pencarian
literatur yang dibutuhkan. Dari keempat studi kasus, semuanya sudah menerapkan
penggunaan fasilitas teknologi dalam pencarian bacaan dan informasi di
perpustakaan.
Di Indonesia sendiri, manusianya pun mengalami perkembangan. Dan kebutuhan
mereka akan perpustakaan juga ikut mengalami perubahan. Namun, berbagai
faktor ikut mempengaruhi seberapa jauh perkembangan tersebut terjadi di
Indonesia. Salah satunya adalah faktor lokasi dan pendanaan, seperti yang terjadi
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
65
Universitas Indonesia
pada perpustakaan Diknas. Perpustakaan ini terletak jauh dari permukiman
sehingga untuk mencapai ke sana orang harus menempuh jarak yang cukup jauh.
Dan perpustakaan ini baru dapat direnovasi setelah tertunda selama 4 tahun karena
alasan pendanaan.
Pada akhirnya, perubahan pandangan mengenai perpustakaan yang saat ini terjadi
ikut dipengaruhi oleh manusianya yang selalu mengalami perkembangan dari
masa ke masa dan yang faktor lain yang ikut mempengaruhi adalah kebijakan-
kebijakan yang berlaku pada masing-masing wilayah serta keadaan ekonomi yang
ada pada negara yang bersangkutan
V.II SARAN
Perpustakaan merupakan hal yang cukup penting dalam kehidupan manusia dan
dapat menjadi sarana bersosialisasi yang efektif bagi masyarakatnya serta
meningkatkan kualitas manusianya. Begitupun halnya dengan yang terjadi di
Indonesia. Adanya penerapan makna perpustakaan yang baru sebaiknya
melibatkan berbagai pihak agar kualitas perputakaan yang ada di Indonesia
menjadi lebih baik dan dapat menjadi salah satu sarana yang baik untuk
mengembangkan diri ke arah yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia.
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
xii
xii Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Battles, M. (2003). Library "An Unquiet History". New York: W.W. Norton &
Company.
Commission for Architecture & the Built Environment. (2004). Better Public
Libraries. London: Resources.
Crossbie, M. J. (2003). Architecture for The Books. Australia.
McCabe, G. B., & Kennedy, J. R. (Eds.). (2003). Planning The Modern Public
Library Building. Westport: Libraries Unlimited.
The New Book of Knowledge "L". (1982). Grolier Incorporated.
Thompson, G. (1974). Planning and Design of Library Buildings. London: Van
Nostrand Reinhold Company.
Woodward, J. (2000). Countdown to a New Library. London: American Library
Association.
Worpole, K. (2004). 21 th Century Libraries. London: Museum Library Archives.
staff, W. (2009, February 6). WBDG. Retrieved June 9, 2009, from WBDG:
http://www.wbdg.org/design/public_library.php
Rahman, Mira. (1999). Peranan Setting dalam Kenyamanan Membaca. Skripsi, 9.
Wijayanti, Luki. (2009, April 1). Personal interview.
Zuraida, Jamila. (2009, June 2). Personal interview.
http://www.square-mag.co.uk/2008/01/23/bishan-community-library-
singapore/comment-page-1/
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009
xiii
xiii Universitas Indonesia
http://trendsideas.com/ViewArticle.aspx?article=11296®ion=1
http://www.lttbtt.com/2008/03/singapore-buildings-bishan-community.html
http://library-ghost.librarything.com/venue/32512/Bishan-Community-Library
http://www.mecanoo.com/html_project.php?PKY_OBJECTOID=20&PKL_SOO
RT=project&taal=EN&ILL=9
http://arquitectura.pt/forum/f11/delft-library-netherlands-2150.html
Perubahan bentuk..., Diajeng Luki Astria, FT UI, 2009