pertarungan ideologi dan kekuasaan dalam ruang€¦ · “dialog antara nii, hti, khalifatul...

12

Upload: others

Post on 08-Nov-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pertarungan Ideologi dan Kekuasaan dalam Ruang€¦ · “Dialog Antara NII, HTI, Khalifatul Muslimin dan Hizbullah”. Nama grup facebook ini cukup panjang setara dengan panjang
Page 2: Pertarungan Ideologi dan Kekuasaan dalam Ruang€¦ · “Dialog Antara NII, HTI, Khalifatul Muslimin dan Hizbullah”. Nama grup facebook ini cukup panjang setara dengan panjang

Pertarungan Ideologi dan Kekuasaan dalam Ruang Social

Media

Didik Haryadi Santoso

[email protected]

Pendahuluan

“Dialog Antara NII, HTI, Khalifatul Muslimin dan

Hizbullah”. Nama grup facebook ini cukup panjang setara

dengan panjang harapan penggagas grup tersebut untuk

menyatukan berbagai macam ideologi dalam Islam. Berbagai

macam latar ideologi dan politik masuk dan bergabung dalam

grup ini. Grup facebook “Dialog Antara NII, HTI, Khalifatul

Muslimin dan Hizbullah” ini menawarkan ruang diskusi yang

memungkinkan setiap orang yang bergabung untuk berdialog

bahkan berdebat tentang berbagai ragam masalah tentang

ideologi. Grup facebook NHKH, demikian penulis singkat,

bukan saja merupakan online religion yang menawarkan

informasi tentang keagamaan di internet akan tetapi juga

menawarkan praktek religion online berupa praktek atau

pengalaman beragama melalui internet.

Melalui kekuatan sosial media, tidak sedikit grup-grup

yang lahir dan hadir untuk menawarkan berbagai macam

pandangan ideologi, baik ideologi berbasis agama maupun

berbasis politik. Grup “Liberalisme”misalnya, meskipun grup

tersebut menyatakan tidak berafiliasi dan mendukung

siapapun namun ia lupa bahwa dengan membawa kata

“Liberalisme” pun sejatinya sudah merupakan afiliasi pada

ideologi tertentu khususnya liberal. Contoh lain tentang

praktek beragama pada level perdebatan pengetahuan

diantaranya yaitu grup facebook “Debat Fair Ahlussunah

Syiah”. Grup itu saling membuka ruang untuk menceritakan

kedua pandangan ideologi keagamaan ahlussunah dan syiah.

Meskipun pada kenyataannya, ideologi atau pandangan yang

satu seringkali mendominasi pandangan yang lainnya.

Sebagaimana yang terjadi juga pada grup “IndoneSyiah” yang

penuh dengan pertarungan antar berbagai macam ideologi

khususnya ideologi keagamaan.

Demikian pula halnya pada grup “Dialog Antara NII,

HTI, Khalifatul Muslimin dan Hizbullah” yang membuka ruang

kontestasi ideologis lintas batas ruang dan waktu. Disatu sisi

grup “Dialog Antara NII, HTI, Khalifatul Muslimin dan

Page 3: Pertarungan Ideologi dan Kekuasaan dalam Ruang€¦ · “Dialog Antara NII, HTI, Khalifatul Muslimin dan Hizbullah”. Nama grup facebook ini cukup panjang setara dengan panjang

Hizbullah” ini menjadi ruang demokratis karena membuka

peluang kepada siapapun yang ingin bergabung, berinteraksi

dan berkomunikasi. Namun, disisi yang lain tidak jarang grup

tersebut menjadi ruang praktek dominasi baik antara

penggagas “jamaah muslimin” dengan massa ideologis,

maupun dengan audien virtual yang hanya sebatas ingin

mencari informasi tentang keagamaan.

Menarik untuk dikaji lebih jauh mengingat grup ini

selain menjadi sarana negosiasi juga menjadi sarana

kontestasi antar ideologi dan kekuasaan yang terhubung

lintas jaringan dalam grup tersebut. Bagaimana kontestasi

ideologi dan kekuasaan dalam grup facebook “Dialog Antara

NII, HTI, Khalifatul Muslimin dan Hizbullah”? Setidaknya

pertanyaan tersebut menjadi benang merah dalam tulisan ini.

Social Media dan Komunitas Virtual

New media lahir dan hadir menjadi jembatan

penghubung antar individu ke dalam jaringan. Interaksi yang

diterjalin berdimensi borderless lintas batas ruang dan waktu.

Terry Flew memaparkan bahwa new media mencakup

berbagai macam bentuk konten media berupa data, teks,

suara, gambar, video yang terkombinasi dan terintegrasi serta

terdistribusikan secara lintas jaringan. (Terry Flew, 2004:

XVIII).

Berbagai macam bentuk konten dan interaksi dalam

new media kemudian melahirkan banyak ragam bentuk

wadah-wadah interaksi baru semisal social media. Social

media menjadi salah satu tren komunikasi dan interaksi

dewasa ini. Facebook dan twitter merupakan contoh riil

bagaimana social media merupakan wadah interaksi dan

komunikasi yang cukup digandrungi oleh sebagian besar

pengguna new media. Jejaring sosial semisal Faceboook,

Twitter, Linkedln dan Google+ misalnya, merupakan situs

jejaring sosial yang paling banyak dikunjungi.1

Jane Burns (2013) dalam tulisannya “The Benefit of

Social Networking Services” memaparkan bahwa beberapa

dimensi berkaitan dengan jejaring sosial diantaranya yaitu:

konektivitas, interaktivitas dan kreativitas. Selain itu, jejaring

sosial juga merupakan wadah atau sarana yang

1 Berdasarkan kalkulasi ComScore.com, Facebook dikunjungi

792.999.000 pengunjung, Twitter 167,903,000, Linkedln 94,823,000 dan Google+ 66,756,000.

Page 4: Pertarungan Ideologi dan Kekuasaan dalam Ruang€¦ · “Dialog Antara NII, HTI, Khalifatul Muslimin dan Hizbullah”. Nama grup facebook ini cukup panjang setara dengan panjang

memungkinkan setiap individu mengekspresikan diri,

memperkuat hubungan interpersonal dan menumbuhkan rasa

memiliki serta lahirnya identitas kolektif. Telaah Jane Burns

mengenai layanan jejaring sosial ini mengarah kepada

bagaimana tentang daya guna dan daya dukung jejaring

sosial dalam kaitannya dengan manfaat bagi individu-individu

pengguna. Tidak hanya itu, ia juga menitik beratkan kajiannya

tentang bagaimana konektivitas, interaktivitas serta kreativitas

yang lahir dan hadir dalam ruang jejaring sosial. Termasuk

empowerment atau pemberdayaan audien yang terlibat aktif

didalamnya.

Keterlibatan aktif para individu dalam social media

tersebut membuka ruang baru yang saling terhubung lintas

jaringan. Individu-individu ini kemudian membentuk semacam

komunitas virtual. Komunitas virtual ini merupakan komunitas

yang bersama-sama membayangkan kedekatan dan

kebersamaan mereka dalam satu ruang yang sama. Sebuah

komunitas yang bertumpu tidak pada satu kesatuan fisik

melainkan berbasis virtual. Komunikasi yang dirintis pun

memiliki karakteristik komunikasi yang termediasi. Artinya,

interaksi antara pengirim pesan, penerima pesan dan pesan

tersampaikan melalui jembatan teknologi digital virtual.

Komunikasi yang termediasi ini kemudian yang menjadikan

perubahan karakteristik masyarakat, dari masyarakat yang

homogen menjadi masyarakat yang heterogen. (Jan Van

Dijk,2006:33)

Interaksi masyarakat lintas batas ruang dan waktu

tersebut pada titik tertentu tidak lepas dari praktek-praktek

dominasi. Dominasi disini merujuk pada arti penguasaan satu

pihak yang lebih kuat kepada pihak lain yang lebih lemah.

Praktek dominasi ini dapat terjadi tidak hanya pada ranah

politik, namun ekonomi, budaya bahkan kehidupan sosial

kemasyarakatan. Dominasi dalam terminologi Horkheimer dan

Adorno mengacu pada kegemaran masyarakat barat dalam

melihat dan mengelola dunia, termasuk alam, sebagai objek

yang harus dikuasai untuk kepentingan manusia (Ben

Agger,2006:170). Pandangan Horkheimer dan Adorno ini

cenderung menyeluruh atas berbagai dimensi politik,

ekonomi, budaya, sosial dan lain sebagainya. Berbeda halnya

dengan terminologi dominasi ala Karl Max yang hanya menitik

beratkan dominasi pada sektor ekonomi saja dalam bentuk

wajah kapitalisme.

Page 5: Pertarungan Ideologi dan Kekuasaan dalam Ruang€¦ · “Dialog Antara NII, HTI, Khalifatul Muslimin dan Hizbullah”. Nama grup facebook ini cukup panjang setara dengan panjang

Bagi Adorno, tiap-tiap individu atau person dapat

sepenuhnya menguasai objek baik alam maupun orang lain

dengan cara menguasai lewat sains atau dengan

memanipulasi objek secara sosial dan teknologis (Ben Agger,

2006:173). Lebih jauh ia paparkan bahwa kerja-kerja taktis

strategis pun dapat dipangkas hanya dengan melakukan

penguasaan atas teknologi.

Modal Sosial, Kultural & Modal Ideologis Grup NHKH

Lahir dan hadirnya grup NHKH tidak jauh berbeda

dengan grup-grup lain yang serupa, misalnya memiliki isu

sentral dan fokus tema dalam setiap pembahasannya,

memiliki cita-cita yang sama dan saling ingin menjadi

produsen sekaligus konsumen atas informasi yang diupload.

Jumlah anggota grup NHKH ini terbilang cukup besar yaitu

mencapai 27.621 anggota

(www.facebook.com/groups/dialogterbuka/ Diakses pada

tanggal 21 Juni 2014). Angka ini terus bertambah seiring

dengan munculnya isu-isu atau wacana yang sedang

berkembang seperti wacana tentang ISIS (Islamic State of

Irak & Syria). Dalam pengamatan penulis, dalam dua minggu

rata-rata penambahan anggota baru mencapai 1.700an

anggota baru.

Gambar 1. Foto Sampul Grup Facebook NHKH

Dalam menumbuhkembangkan produktifitas tentang

wacana keagamaan, grup NHKH merintisnya melalui dua

jalan sekaligus. Pertama dengan memproduksi wacana

melalui kajian-kajian dengan mengoptimalkan berbagai

sumber ilmu termasuk kiai, ulama, buku dan hasil-hasil

pertemuan yang sejalan dengan ideologi yang hendak

dikembangkan. Kedua, rintisan modal sosial dan kultural

berlanjut menjadi gerakan virtual yang dapat diibaratkan

dengan efek bola salju, semakin kebawah semakin

membesar. Masyarakat bawah yang haus akan pengetahuan

Page 6: Pertarungan Ideologi dan Kekuasaan dalam Ruang€¦ · “Dialog Antara NII, HTI, Khalifatul Muslimin dan Hizbullah”. Nama grup facebook ini cukup panjang setara dengan panjang

tentang keagamaan semisal tentang khilafah, perlahan-lahan

tergiring masuk kedalam grup serta mengkonsumsi berbagai

macam informasi yang disajikan dalam grup tersebut. Efek

gelembung massa tersebut pada muaranya menjadi salah

satu kekuatan modal sosial dan modal kultural grup NHKH.

Selain kekuatan modal sosial dan modal kultural,

modal lain yang tidak kalah penting ialah modal ideologis.

Modal ideologi ini dapat diartikan tentang bagaimana

keinginan para pendiri grup berbentuk tata nilai dan cita-cita.

Tentu tata nilai dan cita-cita yang sesuai dengan kehendak

berdirinya grup NHKH semisal cita-cita tentang khilafah dan

cita-cita tentang islam yang satu. Modal ideologis inilah yang

juga menjadi salah satu tali pengikat para pendukung cita-cita

grup NHKH.

Modal ideologis dalam grup NHKH tidak hanya

berhenti pada sistem tata nilai dan cita-cita NHKH melainkan

berlanjut pada modal simbol. Tidak dapat dipungkiri bahwa

simbol-simbol agama turut menjadikan grup NHKH bertambah

besar. Simbol-simbol agama disini tidak sekedar dimaknai

sebagai atribut visual dan virtual semata melainkan

berkembang ke arah tentang bagaimana membaca

produktifitas wacana sebagai simbol dari kekuatan modal

yang dimiliki oleh grup NHKH.

Namun demikian, diantara sekian banyak modal

yang dimiliki, baik modal sosial, modal kultural maupun modal

ideologis, grup NHKH juga dijembatani oleh modal virtual

dengan berbagai macam kepentingan dan kebutuhan. Modal

virtual inilah yang kemudian menjadi jembatan penghubung

antara audien pengkonsumsi konten dan aktor produsen

konten. Tanpa itu, keduanya tidak akan bertemu dan modal-

modal yang dimiliki oleh grup NHKH hanya menjadi imajinasi

yang berada pada etalase pemikiran individu.

Grup Facebook NHKH: Antara Realitas Empirik dan

Realitas Virtual

Melalui kekuatan teknologi virtual, grup facebook

NHKH tidak hanya mengaburkan batasan ruang dan waktu

melainkan cukup mampu meleburkan dimensi-dimensi sosial

budaya dan ideologi agama kedalam bentuk baru bernama

ruang virtual. Berbagai macam pandangan ideologi yang ada

didefinisikan ulang kedalam ruang virtual tersebut.

Pemaknaan ideologi keagamaan khususnya Islam,

tidak difokuskan pada satu sisi pandangan melainkan diracik

Page 7: Pertarungan Ideologi dan Kekuasaan dalam Ruang€¦ · “Dialog Antara NII, HTI, Khalifatul Muslimin dan Hizbullah”. Nama grup facebook ini cukup panjang setara dengan panjang

serta dipadupadankan menjadi satu tawaran konsep ideologis

yang satu. Konsep jama’ah misalnya, tidak lagi dimaknai

dalam artian yang sempit dan sektoral melainkan merupakan

gabungan dari berbagai macam pandangan ideologis

meskipun penyatuan pandangan tersebut sangat imajinatif

bahkan cenderung spekulatif. Penyatuan berbagai macam

ideologi kelompok atau golongan ini tampak dalam gambar

berikut ini.

Gambar 2. Konsep “Jama’ah” dalam Grup Facebook

NHKH(www.facebook.com/Dialog Antara NII, HTI, Khalifatul

Muslimin dan Hizbullah. Diakses pada tanggal 29-06-2014)

Gambar diatas merupakan konsepsi jama’ah yang

digagas dalam grup NHKH. Sebuah impian tentang

penggabungan berbagai macam ideologi. Konsepsi pada

gambar diatas tentu belum atau bahkan tidak dapat

ditemukan dalam realitas empirik. Namun, dalam realitas

virtual semua gagasan dan konsepsi tentang penggabungan

tersebut menjadi teramat sederhana. Kompleksitas antara

sunni dan syi’ah, antara NU dan Muhammadiyah yang rumit

tercitrakan menjadi sederhana, sesederhana mengupload

gambar kedalam ruang virtual.

Percepatan dan kecepatan teknologi virtual

memungkinkan kompleksitas ideologi, ruang dan waktu

menjadi terkompresi atau terjadi pemampatan. David Harvey

dalam bukunya yang berjudul “The Postmodern Condition”

mengistilahkannya sebagai time and space compression.

Kompleksitas ruang, waktu, ideologi dan interaksi antar

kelompok menjadi terkompresi seakan-akan sederhana. Hal

inilah yang kemudian menumbuhkembangkan para

pengkonsumsi simbol dalam grup tersebut menjadi

Page 8: Pertarungan Ideologi dan Kekuasaan dalam Ruang€¦ · “Dialog Antara NII, HTI, Khalifatul Muslimin dan Hizbullah”. Nama grup facebook ini cukup panjang setara dengan panjang

semacama cita-cita bersama tentang gambaran jama’ah yang

dapat menampung seluruh aliran atau golongan.

Cita-cita imajinatif tentang penyatuan antar kelompok

atau golongan tersebut perlahan membentuk semacam

komunitas imajiner. Sebagaimana yang digagas oleh Benedict

Anderson tentang lahir dan hadirnya berbagai macam

kelompok yang membayangkan kebersamaan mereka. Titik

bedanya hanya pada isu & objek pembahasan yaitu antara

nations dengan ruang virtual. Oleh karenanya, komunitas

dalam grup NHKH lebih cenderung diistilahkan sebagai

komunitas virtual imajiner. Sebuah komunitas yang dapat

menyatuan lintas ideologi keagamaan, serta borderless lintas

batas ruang dan waktu. Kekuatan borderless tersebut turut

membuka ruang penggiringan audien virtual dari ruang virtual

satu ke ruang virtual yang lain. Pada titik ini, konsepsi-

konsepsi yang digagas grup NHKH tidak hanya berhenti pada

satu cita-cita imajinatif sebagaimana yang dipaparkan pada

pembahasan sebelumnya, melainkan terus berkembang

melintasi perdebatan antara pro dan kontra. Ditengah-tengah

riuh rendah itu lahir dan hadirlah berbagai macam bentuk

tawaran gagasan baru tentang ideologi-ideologi aliran dalam

Islam.

Gambar 3. Hasil posting salah satu anggota grup

Apakah penyatuan lintas ideologi itu ada dalam

realitas nyata empirik bukanlah menjadi daya gerak dan daya

dorong dari grup ini. Yang terpenting adalah konsepsi itu lahir

dan hadir dalam realitas virtual maya. Hal ini yang pada

Page 9: Pertarungan Ideologi dan Kekuasaan dalam Ruang€¦ · “Dialog Antara NII, HTI, Khalifatul Muslimin dan Hizbullah”. Nama grup facebook ini cukup panjang setara dengan panjang

muaranya memunculkan pertarungan-pertarungan wacana

keagamaan yang instan dan pragmatis.

Pragmatisme Ruang Ideologi Keagamaan

Dalam grup facebook NHKH, wacana tentang

keagamaan diproduksi, didistribusikan sekaligus dikonsumsi

dipelbagai macam ruang berbasis virtual. Kreativitas produksi,

distribusi dan konsumsi wacana itu berlangsung dalam ruang

virtual dengan silang sengkarut pertarungan ideologis

didalamnya. Bagi Ben Agger, kecenderungan manusia

postmodern tersebut terrefleksikan dalam pengelolaan ulang

teknologi guna mengekspresikan kreativitasnya masing-

masing (Ben Agger,2006:176).

Audien-audien dalam grup NHKH menempatkan

sains dan teknologi sebagai alat yang dapat mendominasi

alam virtual dan manusia khususnya audien virtual maya.

Tentu alam yang dimaksud disini berupa alam ruang virtual

yang merupakan aset berharga bagi penyebarluasan ideologi-

ideologi beserta ragam kepentingannya. Dalam

perkembangannya, grup NHKH menjadi semacam panggung

kontestasi dalam meraup kepentingan masing-masing

kelompok. Kelompok satu berjuang menyebarkan pengaruh

dengan landasan ideologisnya, sementara kelompok lain

bertahan, juga dengan landasan ideologis yang diyakininya.

Relasi tersebut tumbuh dan berkembang dalam ruang

kekuatan modal sosial, modal kultural, modal ideologis dan

modal ilmu pengetahuan. Bagi Theodore Adorno (1972) relasi

ini dapat dimaknai sebagai relasi yang mengerikan atau

“petrified relation”. Pada akhirnya, relasi yang pada mulanya

bersifat dialogis dan dialektis bergeser menjadi relasi yang

saling kuasa dan menguasai.

Dalam ruang virtual bentukan grup NHKH, masing-

masing mencari titik lemah lawan sekaligus mencari

pembenaran-pembenaran kelompok yang didukungnya

melalui teks dan wacana keagamaan dalam ruang virtual.

Teks dan wacana tersebut membantu “mensimulasikan”

berbagai kenyataan ideologi agar tampak lebih nyata, bahkan

lebih nyata daripada kenyataan aslinya. Ini yang kemudian

diistilahkan oleh Jean Baudrillard sebagai simulacrum atau

simulasi. Bagi Baudrillad, dalam simulasi, realitas tercerabut

dari akar rujukannya, dimana tidak ada realitas yang

diwakilinya melainkan realitas dirinya sendiri. Mengenai

kaitannya dengan realitas dan citra, setidaknya dalam konteks

Page 10: Pertarungan Ideologi dan Kekuasaan dalam Ruang€¦ · “Dialog Antara NII, HTI, Khalifatul Muslimin dan Hizbullah”. Nama grup facebook ini cukup panjang setara dengan panjang

grup NHKH memiliki 4 (empat) kemungkinan fase relasi

antara citra dan realitas diantaranya yaitu pertama, citra

sebagai refleksi dari realitas, kedua, citra menyembunyikan

atau menutupi realitas, ketiga citra yang absen dari realitas

dan terakhir citra yang tidak berhubungan dengan realitas

apapun. (Meenakshi Gigi Durham & Douglas M.Kellner,

2006:456). Dalam konteks grup NHKH, dialektika yang terjadi

didalam grup tersebut disatu sisi masuk kedalam fase

pertama, disisi yang lain masuk kedalam fase ketiga atau

keempat. Silang sengkarut antara citra dan realitas ini

konsekuensi logisnya ialah membuat audien kehilangan garis

pembeda antara realitas dan simulasi. Dunia hyperrealitas

pun tak dapat dihindarkan. Bagi Baudrillard, dunia

hyperrealitas ini seratus persen terdapat dalam dunia simulasi

(Goerge Ritzer,2003:163).

Dalam grup NHKH, setiap pengguna berimajinasi

dan kesadaran manusia terkolonialisasi. Bagaimana mungkin,

setiap komentar-komentar yang kontra akan selalu diserang

habis-habisan dengan menggunakan doktrin golongan.

Seakan-akan ideologi yang diusung adalah ideologi yang

paling benar dan yang lain salah. Semisal, grup itu

menggagas ideologi A serta mempertahankannya, maka

ideologi B,C,D atau yang selain ideologi A termasuk kafir,

tidak mendukung islam, anti Islam dan lain sebagainya.

Ruang dialog menjadi seakan-akan tertutup meskipun ruang

virtual membuka selebar-lebarnya interaksi dialog bagi

siapapun saja, kapanpun dan dimanapun. Pada posisi ini,

pertanyaan sederhana yang kemudian muncul adalah apakah

lahir dan hadirnya grup NHKH dalam ruang virtual berbentuk

ruang yang demokratis atau justru menjadi ruang praktek

dominasi? Baik dominasi atas ruang virtual maya maupun

dominasi kesadaran para pengguna.

Penutup

Tidak mudah membaca praktek dominasi dalam

masyarakat postmodern, khususnya praktek domniasi dalam

ruang virtual. Terlebih jika praktek dominasi ruang virtual itu

lahir dan hadir dalam bentuk pertarungan ideologi dan kuasa.

Keduanya melahirkan berbagai macam konsekuensi logis

yang tidak hanya kompleks melainkan juga instan dan

pragmatis.

Dalam konteks pertarungan ideologi dan kuasa dalam

grup “Dialog antara NII, HTI, Khalifatul Muslimin dan

Page 11: Pertarungan Ideologi dan Kekuasaan dalam Ruang€¦ · “Dialog Antara NII, HTI, Khalifatul Muslimin dan Hizbullah”. Nama grup facebook ini cukup panjang setara dengan panjang

Hizbullah”, berbagai macam bentuk modal bercampur baur,

baik modal sosial, modal kultural, modal ideologis, maupun

modal teknologi. Melalui modal teknologi berbasis virtual,

realitas empirik bergeser menjadi realitas virtual. Realitas

ideologis dalam dunia empirik yang rumit kompleks berubah

menjadi realitas ideologis virtual yang sederhana berdasarkan

imajinasi masing-masing audien virtual. Audien virtual

kemudian mengkonsumsi teks dan wacana yang ditawarkan

sebagaimana kecenderungan masyarakat postmodern yang

gemar mengkonsumsi teks, wacana dan simbol. Kemudian

teks, wacana dan simbol yang masuk kedalam ruang virtual

bernama grup NHKH itu menjadi semacam jembatan yang

mensimulasikan realitas ideologi menjadi lebih nyata daripada

kenyataan asli berdasarkan cita-cita audien pengguna.

Audien yang tergabung dalam realitas virtual itu

kemudian secara perlahan membentuk semacam komunitas

virtual imajinatif. Sebuah komunitas virtual lintas batas ruang

dan waktu yang membayangkan secara bersama-sama

tentang kebersamaan dan cita-cita mereka. Meskipun

interaksi imajinatif itu bukan tanpa pertarungan, baik secara

ideologis maupun kuasa antara kelompok satu dengan

kelompok yang lain. Praktek dominasi dalam grup tersebut

tidak hanya berbentuk dominasi dalam ruang virtual maya

melainkan juga praktek dominasi pada kesadaran para audien

virtual. Para audien tidak lagi dapat membedakan antara

realitas empirik dengan realitas virtual, antara realitas hasil

rujukan dengan realitas hasil citra luaran, antara distingsi

dengan imaji dan seterusnya.

Pada posisi ini, dialektika dalam grup NHKH tidak lagi

menjadi ruang dialektika lintas ideologi semata, melainkan

menjadi arena pertarungan antar ideologi dan kekuasaan

yang instan dan pragmatis. Pada akhirnya, nama grup tidak

lagi cocok bernama “Dialog antara NII, HTI, Khalifatul

Muslimin dan Hizbullah” melainkan lebih cocok berganti nama

menjadi “Dominasi antara NII, HTI, Khalifatul Muslimin dan

Hizbullah”.

Page 12: Pertarungan Ideologi dan Kekuasaan dalam Ruang€¦ · “Dialog Antara NII, HTI, Khalifatul Muslimin dan Hizbullah”. Nama grup facebook ini cukup panjang setara dengan panjang

DAFTAR PUSTAKA

Agger Ben.(2006). Critical Social Theories: An Introduction. London:Oxford University Press Anderson Benedict.(2001). Imagined Communities

Komunitas Komunitas Terbayang, Insist Press: Yogyakarta.

Baudrillard Jean.(1993). The Transparancy of Evil: Essays On Extreme Phenomena. London: Verso.

Baudrillard Jean.(2004). Masyarakat Konsumsi.

Penerj. Wahyunto, Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Burns Jane, Collin Philippa.(2009). The Benefit of Sosial Networking Services. Sydney, Literatur Review.

Flew Terry.(2004). New Media An Introduction. United Kingdom: Oxford University Press.

Gigi Durham Meenakshi & M.Kellner Douglas.

(2006). Media & Cultural Studies. UK:

Blackwell Publishing.

Horkheimer Max & Adorno Theodore. (1972).

Dialectic of Enlightenment. Harder and Harder: New York

Ritzer George.(2003). Teori Sosial Postmodern, Penerj. Muhammad Taufiq, Yogyakarta: Juxtapose And Publication Study Club & Kreasi Wacana.

Van Dijk Jan.(2006). The Network Society. London: Sage Publication.