persiapkanlah bekal ke akhirat

Upload: muhammad-faisal

Post on 02-Nov-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

artikel

TRANSCRIPT

UTAMAKANLAH AKHIRAT DARIPADA DUNIA

3

PERSIAPAN BEKAL KE AKHIRAT

Oleh : Al-Ustadz Siril Firdaus, M.Ag Telp. (0751) 442387 HP. 081363400735

Dalil al-Baqarah : 197

Seseorang yang ingin menempuh hidup berumah tangga, jauh-jauh hari sudah mempersiapkan diri dan bekal, ya untuk melangsungkan aqad nikah dan biaya pesta, juga untuk kelanjutan pelayaran bahtera rumah tangga tersebut. Setelah ada tanda-tanda akan dapat anak, calon ayah dan calon ibu juga akan mempersiapkan diri dan bekal menunggu saat-saat persalinan; berupa mental, ilmu, biaya melahirkan, dan pakaian bayi. Begitu pula selanjutnya, orang tua mempersiapkan diri dan bekal untuk sekolah dan kuliah anak-anak mereka sampai mereka berumah tangga pula.

Bila kita kaitkan dengan persiapan bekal menuju akhirat, maka ibaratnya relatif sama dengan persiapan menunggu kelahiran anak. Kalau selain itu, bisa diundur dulu kalau belum siap/belum mampu. Tapi kalau anak yang akan lahir, kalau sudah datang saatnya, ketuban sudah pecah, tidak bisa ditunda lagi. Mau-mau tidak mau, siap tidak siap, harus dihadapi.

Begitulah mati sebagai pintu memasuki alam akhirat, kalau sudah datang ajal seseorang, sukatan umur sudah penuh, harus berangkat, tidak bisa minta undur. Hanya bedanya kalau melahirkan, yang melayani bidan/dokter, tapi kalau kematian, yang melayani malaikat maut. Kalau melahirkan, persiapan yang utama adalah materi, tapi kalau kematian, persiapan yang utama adalah amal ibadah.

Buat menempuh perjalanan pendek dan sementara di dunia ini saja, misalnya ke Jakarta, kita sudah dituntut harus mempersiapkan dan membawa bekal yang cukup agar lancar dan selamat dalam perjalanan tersebut. Padahal setelah itu kita akan kembali lagi ke tempat semula. Apalagi untuk menempuh perjalanan panjang ke akhirat buat selama-lamanya, di mana kita tidak mungkin akan kembali lagi ke dunia, tentu kita harus lebih mempersiapkan bekal yang sangat banyak.

Oleh karena perjalanan ke akhirat itu, cepat atau lambat, pasti akan kita tempuh, maka senantiasalah merenung sudah seberapa banyak persiapan bekal ke akhirat, jangan sia-siakan waktu hanya untuk memburu dunia yang fana dan pasti akan ditinggalkan ini! Mana tahu umur kita yang masih tersisa, tinggal lebih sedikit lagi dari yang sudah kita pakai.

Bahkan kalau kita berpedoman kepada umur umat terdahulu, dapat disimpulkan bahwa umur manusia itu sekitar umur Nabi yang hidup di zaman, begitulah kalau ada kita dengar umat terdahulu ada umurnya yang sampai ratusan bahkan ribuan tahun, hal itu karena memang umur Nabinya sekitar itu pula. Kita ditakdirkan oleh Allah SWT hidup pada zaman Nabi akhir zaman yang umurnya hanya 63 tahun, kita pun umatnya berumur sekitar itu pula, kalau ada yang lebih tidak akan banyak lebihnya dan kondisinya juga tidak akan segar lagi. Malah kalau kita hitung-hitung, kalau tahun 2007 ini berjalan sampai 2100, berarti 93 tahun lagi, mungkin semua kita yang hidup saat ini mulai dari yang sudah tua sampai yang masih bayi sekalipun, tidak akan hidup lagi. Apakah tidak akan ada lagi kehidupan manusia waktu itu? Kalau kiamat besar belum terjadi, tetap akan ada manusia, tapi tidak kita lagi, melainkan generasi yang akan lahir sesudah kita. Mana tahu, ada di antara kita umurnya yang tinggal lebih sedikit lagi dari yang sudah dipakainya, tidak terkecuali kita yang masih muda bahkan yang masih kecil sekalipun saat ini.Ada beberapa kejadian kematian yang mengejutkan dan harus jadi pelajaran bagi kita semua, di antaranya:

Seorang murid MTsN Gunung Pangilun Padang kelas II, sewaktu olah raga classmeeting sehabis ujian semester I TP 2003/2004, pusing, kawan-kawannya menduga kalau ia tadi tidak makan pagi, lalu diajak membeli batagor (bakso, tahu, goreng), sehabis makan batagor itu ia muntah-muntah, lalu diberi pertolongan sekolah, namun kondisinya semakin lemah, kepada orang tuanya ia minta dibawa pulang saja, karena khawatir dengan kondisinya, lalu orang tuanya membawa ke rumah sakit, dalam perjalanan meninggal.

Seorang murid MAN Gunung Pangilun Padang kelas III yang baru saja selesai dari Ujian Akhir Nasional (UAN) ketika pulang dari bepergian dengan naik ojek, kaki celananya tersangkut di jari-jari honda terjantuh dan terseret sampai sekitar 500 meter, kepalanya terbentur ke aspal, ia meninggal di tempat.

Kemudian ada pula kejadian, bus ALS dari Medan menuju Padang, di Rao Panti Pasaman jatuh ke jurang, dari 54 penumpang, mati sebanyak 45 orang, 9 orang lagi patah-patah dan luka-luka.

Siapa yang menyangka sebelumnya bahwa hal itu akan terjadi pada mereka? Jangankan orang lain, merekapun tidak tahu kalau itu yang akan terjadi. Begitu pulalah kita dan keluarga kita nanti, tanpa disangka -sangka, ee kiranya ajal sudah tiba saja. Ini bukan menakut-nakuti, hanya sekedar mengingat-ingatkan kematian yang pasti akan kita hadapi. Sebenarnya kata Nabi kita, kematian yang diketahui itu saja sudah cukup untuk menyadarkan-nya bahwa hidup hanya untuk taat kepada Allah sebagai bekal keselamatan dan kebahagiaan di akhirat. Namun sayangnya belum banyak orang yang menyadarinya. Bahkan ada di antaranya yang belum lebih pintar lagi dari hewan qurban.

Lihatlah hewan qurban, sudah duluan kawannya, leher diputus, kulit dikelupas, daging dipotong, dan tulang dicincang, dia yang belum dipotong berdiri di sebelahnya masih enak juga makan rumput. Sudah banyak orang disaksikannya meninggal, bahkan sudah ada teman, saudara, dan orang tuanya, namun ia yang belum datang gilirannya masih juga mengabaikan kewajiban, melanggar larangan. Shalat sering lalai, bahkan hanya karena kesibukan dunia, shalat tinggal, jahat, dan sebagainya.Pernah Abdullah bin Umar melihat kawan-kawan yang sedang berkumpul ketawa-ketawa, lalu ia berkomentar, kalian begitu gembira, mana ada di antara kita ini yang kain kafannya sedang dipersiapkan, kiranya sore, seorang dari mereka meninggal.

Untuk itu isilah waktu-waktu yang akan datang dengan amal kebajikan dan ketaatan sebanyak-banyaknya agar kita mendapatkan mati yang Husnul Khatimah, siapa dan bagaimanapun amal kita sebelum ini tidak menentukan betul. Tidak ada jaminan bahwa orang yang semenjak baligh sudah taat pasti mendapatkan prediket Husnul Khatimah itu, bisa jadi ada di antaranya karena pengaruh kawan atau jabatan ia melenceng dari ketaatan, kiranya ketika itu ajal menjemput, Su'ul Khatimah jadinya.

Sebaliknya belum tentu pula orang yang durhaka selama ini pasti Su'ul Khatimah, bisa jadi suatu saat ia mencari dan mendapatkan hidayah, lalu ia wafat saat itu, maka ia pun Husnul Khatimah jadinya.Untuk itu, bagaimanapun amal kita sebelum ini, mari sama-sama berjuang setelah ini agar semuanya memperoleh Husnul Khatimah.

Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:

Artinya: Demi Allah yang tidak Tuhan selain Dia, sungguh sekalipun ada di antara kamu yang telah beramal dengan amalan ahli syorga, sehingga jaraknya dengan syorga itu tidak sejengkal lagi, tapi pada saat ini ia beramal dengan ahli neraka, dan mati ketika, maka ia akhirnya masuk neraka. Sebaliknya, bisa jadi ada di antara kamu yang telah beramal dengan amal ahli neraka, sehingga jarak antara ia dengan neraka itu tinggal sejengkal lagi, tapi pada saat itu ia beramal dengan amalan ahli syorga, dan mati ketika itu, maka iapun akhirnya masuk syorga.Luqmanul Hakim pernah menasehati anaknya, hai anakku, juallah duniamu untuk membeli akhiratmu, maka kamu akan mendapatkan sedua-duanya, bahagia dunia akhirat. Tapi jangan kamu jual akhiratmu untuk membeli dunia, karena kamu akan kehilangan kedua-duanya, celaka dunia akhirat.

KH. Zaainudin MZ juga dengan cerdas mengibaratkan, tanamlah padi, maka rumput pasti akan ikut tumbuh, tapi jangan menanam rumput kalau yang diharapkan tumbuh padi. Artinya kejarlah akhirat, maka dunia pasti terbawa, tapi dunia yang dikejar, maka akhirat akan ketinggalan.

Oleh karena itu, siapapun kita dan berapapun umur kita saat ini kita mempersiapkan bekal dengan sebanyak-banyaknya sebelum menempuh perjalanan panjang ke akhirat. Perjalanan pendek di dunia ini saja, misalnya suatu kali pergi ke Jakarta, seseorang sudah mempersiapkan diri dari jauh-jauh hari agar perjalanannya selamat dan lancar pulang pergi. Menurut ulama ahli hikmah, hari-hari yang disediakan oleh Allah SWT di dunia ini, dapat dibagi menjadi 3 bahagian saja, yaitu:

1. Hari yang telah berlalu

Hari yang telah berlalu yang tidak akan dapat diulangi lagi. Kenangan manis atau pahit tidak akan bisa dijemput. Amal baik atau buruk sudah tercatat. Seorangpun tidak tahu apakah amal shalehnya sudah diterima dan diberi pahala atau belum, begitu juga amal jeleknya apakah sudah diampuni atau belum.

2. Hari yang sedang dijalani

Hari yang sedang dijalani harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Diharapkan kurangnya amal shaleh dulu bisa ditingkatkan sekarang, banyaknya amal jelek kemarin dapat diperbaiki dengan mengisi waktu seefesien mungkin dengan beribadah ibadah dan aktifitas yang berguna.

3. Hari yang akan datang.Hari yang akan datang yang kita sendiri tidak tahu apakah akan dapat menikmatinya atau tidak. Dia tidak mau menunda-nunda taat kepada Allah, karena dia tidak tahu apakah setelah ini masih akan hidup atau sudah wafat. Telah sering terjadi, di mana tanpa disangka-sangka oleh siapapun, kiranya ajal telah tiba. Kedatangannya ternyata tidak selalu menunggu seseorang sampai tua, yang masih mudapun dijemputnya juga.