perlindungan hukum bagi pemenang lelang...

Download PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMENANG LELANG …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/5fac49b20c40a1b40795354329202de1.pdf · Somasi yang tidak terpenuhi tanpa alasan yang sah membawa debitor

If you can't read please download the document

Upload: dangquynh

Post on 06-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMENANG LELANG YANG BERITIKAD BAIK TERHADAP LELANG YANG DIBATALKAN

    OLEH PENGADILAN

    LEGAL PROTECTION FOR GOOD FAITH PURCHASERS OF THE AUCTION THAT THE AUCTION WAS CANCELED BY COURT

    Irfan, Musakkir, Anwar Borahima

    Konsentrasi Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin

    Alamat Korespondensi : Irfan , S.H. Fakultas Hukum Program Pascasarjana (S2) Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP: 081355565556 Email: [email protected]

  • Abstrak Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi yang didahului dengan pengumuman lelang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum bagi pemenang lelang yang beritikad baik terhadap lelang yangdibatalkan oleh pengadilan dan untuk mengetahui kedudukan hukum objek lelang yang dibatalkan oleh pengadilan. Penelitian inii adalah penelitian hukum normative yuridis dengan mengkaji peraturan perundang-undangan, teori-teori dan yurisprudensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlawanan debitor/pihak ketiga yang merasa dirugikan dalam suatu proses lelang eksekusi barang jaminan melakukan upaya hukum dengan gugatan dipengadilan yang membutuhkan waktu panjang dan lama sampai mendapatkan putusan yang berkekuatan hukum tetap sehingga kedudukan objek lelang tidak jelas stasusnya. Selain itu kedudukan objek lelang yang telah dibatalkan oleh pengadilan akan dikembalikan ke keadaan semula, hasil lleang dianggap tidap pernah ada dan hak pembeli lelang akan menjadi berakhir. Kesimpulannya bahwa pemenang lelang yang beritikad baik belum mendapatkan perlindungan sesuai dengan apa yang diisyaratkan dalam undang-undang.

    Kata kunci : perlindungan hukum, pemenang lelang, lelang yang dibatalkan

    Abstrack

    Auction is the sale of goods which is open to the public with the Bid in writing or verbally that the increased or decreased to achieve the highest price that preceded the announcement of the auction. This study aims to determine the legal protection for good faith bidder for an auction that was canceled by the court and to determine the legal status objects auction is canceled by the court. Research is surely legal research by examining normative juridical laws, theories and jurisprudence. Results of this study indicate that resistance debtor / third party who feels aggrieved in an auction process execution collateral to take legal actions to claim in court that takes a long, long time to get a binding decision so that the position is not clear stasusnya auction object. In addition to the object position auctions that have been canceled by the court will be restored to its original state, the results are considered tidap lleang exist and the right buyer will be ending auction. The conclusion that the winning bidder is not acting in good faith in accordance with the protection of what is required in the legislation.

    Keywords: legal protection, the winning bidder, the auction is canceled

  • PENDAHULUAN

    Lelang sebagai suatu lembaga hukum mempunyai fungsi menciptakan nilaii suatu

    barang atau mencairkan suatu barang menjadi sejumlah uang dengan nilai objektif, untuk

    memenuhi kebutuhan penjulan lelang sebagaimana diatur dalam berbagai peraturan

    perundang-undangan, untuk memenuhi atau melaksanakan putusan pengadilan, dan untuk

    memenuhi kebutuhan dunia usaha pada umumnya, produsen atau pemilik barang

    dimungkinkan melakukan penjualan lelang.

    Lelang menurut sejarahnya berasal dari bahasa latin yaitu action yang berarti

    peningkatan harga secara bertahap. Lelang adalah penjualan dihadapan banyak orang (dengan

    tawaran yang mengatas) yang dipimpin oleh pejabat lelang. Lelang dikenal sebagai suatu

    perjanjian yang termasuk jual beli baik dalam Civil Law maupun Common Law. Lembaga

    lelang yang diatur melalui system hukum dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan

    masyarakat. Dalam system perundang-undangan di Indonesia, lelang digolongkan sebagai

    suatu cara penjualan khusus yang prosesdunya bebeda dengan jual beli pada umumnya. Oleh

    karena itu, lelang diatur tersendiri dari Vendu Reglement yang sifatnya hukum khusus (lex

    spesialis). Kekhususan ini antara lain tampak pada sifatnya yang transparan, dengan cara

    pembentukan yang kompetitif dan adanya ketentuan yang mengharuskan pelaksanaan lelang

    itu dipimpin oleh seorang Pejabat Umum, yaitu Pejabat lelang yang independen dan

    profesional. (Ngajarno dkk, 2006).

    Pasal 1 Stb. 1908 peraturan lelang (vendu reglement) merumuskan bahwa ; penjualan dimuka umum ialah pelelangan dan penjulan barang, yang diadakan dimuka umum dengan

    penawaran harga yang semakin meningkat, dengan persetujuan harga yang semakin menurun

    Asas yang terdapat dalam lelang adalah asas keterbukaan yaitu menghendaki seluruh

    masyarakat mengetahui adanya rencana lelang dan mempunyai kesepatan yang sama untuk

    mengikuti lelang sepanjang tidak dilarang oleh undang-undang. Asas keadilan mengandung

    pengertian dalam proses pelaksanaan lelang harus dapat memenuhi rasa keadilan secara

    proporsional bagi setiap pihak yang berkepentingan. Asas kepastian hukum menghendaki

    agar lelang yang dilaksanakan menjamin adanya perlindungan hukum bagi pihak-pihak yang

    berkepentingan dalam pelaksanaan lelang. Asas efisiensi akan menjamin pelaksanan lelang

    dilakukan dengan cepat dgn biaya yang relative murah karena dilakukan pada tempat dan

    waktu yang telah ditentukan. (Indrilistini 2007).

    Lelang sebagai sarana penjualan barang yang khusus sejak semula dimaksudkan sebagai

    pelayanan umum. Artinya, siapapun dapat memanfaatkan pelayanan jasas unit lelang negara

  • untuk menjual barang secara lelang yang tercermin dalam fungsi privat dan fungsi public

    (Sutardjo, 1993)

    Salah satu objek lelang adalah penjualan barang jaminan atau lelang eksekusi barang

    jaminan baik dari lelang ekesekusi grose akta yang terdapat dalam akta jaminan hak

    tanggungan dan jaminan fidusia maupun eksekusi putusan pengadilan. Peringatan. Eksekusi

    grose akta timbul dari perjanjian kredit yang diikat dengan jaminan dimana debitor

    dinyatakan dalam keadaan lalai (wanprestasi).

    Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan disebutkan : apabila debitor cedera janji, pemegang hak tanggugan pertama mempunyai hak untuk menjual obyek

    hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelusanan piutang dari hasil penjualan tersebut.

    Penyataan debitor telah ingkar janji (wanprestasi) diberikan melalui somasi atau surat

    peringatan berdasarkan redaksi Pasal 1238 KUHPerdata (Satrio, 1993). Somasi yang tidak

    terpenuhi tanpa alasan yang sah membawa debitor berada dalam keadaan lalai dan sejak itu

    semua akibat kelalaian (wanprestasi) berlaku (Satrio, 2013).

    Wanprestasi dapat berupa sama sekali tidak memenuhi prestasi, prestasi yang

    dilakukan tidak sempurna, terlambat memenuhi prestasi dan melakukan apa yang dalam

    perjanjian dilarang untuk dilakukan (Miru 2010). Wanprestasi timbul dari persetujuan,

    artinya untuk mendalilkan suatu subjek hukum telah wanprestasi harus ada lebih dahulu

    perjanjian antara kedua belah pihak sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1320 KUHperdata

    (Harahap, 1988).

    Saat ini lelang menjadi suatu alternative penjualan yang efektif dan efisien. Namun

    dalam praktek penjualan barang secara lelang tidak selalu berfungsi dengan baik, karena

    adanya kendala-kendala dalam pelaksanaannya. Perlawanan dan keberatan debitor/pihak

    ketiga terhadap hasil lelang barang jaminan debitor salah satu kendala yang sering terjadi

    dalam lelang eksekusi barang jaminan. Adakalanya pembeli/pemenang lelang tidak dapat

    langsung menikmati barang hasil lelang yang telah dibelinya melalui lelang yang sah karena

    masih dihuni oleh debitor, bahkan pembeli lelang digugat dipengadilan oleh debitor.

    Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui perlindungan hukum bagi pemenang lelang

    yang beritikad baik terhadap lelang yang dibatalkan oleh pengadilan dan untuk mengetahui

    kedudukan hokum objek lelang terhadap lelang yang dibatalkan oleh pengadilan.

  • BAHAN DAN METODE

    Tipe Penelitian

    Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif (legal research) dengan

    mengkaji peraturan perundang-undangan, teori-teori, yurisprudensi, melalui teknik analisis

    bahan hukum secara kualitatif terhadap bahan hukum primer berkenaan dengan objek

    penelitian.

    Spesifikasi Penelitian

    Spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu mengungkap peraturan

    perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum dalam masyarakat.

    Pengumpulan data

    Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan studi

    dokumen untuk mendapatkan data sekunder melalui penelitian kepustakaan, peraturan

    perundang-undangan, putusan-putusan pengadilan dan yurisprudensii yang terkait dengan

    pelaksanaan lelang barang jaminan.

    Analisis Data

    Data yang diperloeh baik data primer dan data sekunder akan dianalisis secara deskriptif

    analisis, yaitu metode analisis data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang

    diperoleh dari penelitian lapangan menurut kualitas dan kebenarannya dan di analisa secara

    kualitatif, kemudian dihubungkan dengan teori-teori, asas-asas, dan kaidah-kaidah hukum

    yang diperoleh dari studi kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang

    dirumuskan.

    HASIL

    Perlindungan hukun bagi pemenang lelang yang beritikad baik terhadap lelang

    yang dibatalkan oleh pengadilan.

    Pemenang lelang berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 93/2010 tentang

    petunjuk pelaksanaan lelang adalah pembeli yang mengajukan penawaran tertinggi dan

    disahkan sebagai pemenang lelang oleh Pejabat Lelang.

    Pernyataan seorang sebagai pemenang lelang belum efektif sebagai pemilik barang.

    Pada saat pernyataan seorang sebagai pemenang lelang baru merupakan proses kearah

    peralihan hak milik. Hak milik beralih sepenuhnya apabila setelah pemenang lelang

    memenuhi syarat lelang yaitu pembayaran harga dan pejabat lelang mengesahkan pemenang

    lelang dengan diberikan Risalah lelang.

  • Risalah lelang adalah berita acara pelaksanaan lelang yang dibuat oleh Pejabat lelang

    yang merupakan akta autentik yang memberi kepastian hukum bahwa telah terjadi peralihan

    hak antara penjual dan pembeli.

    Pasal 41 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 24/1997 tentang pendaftaran tanah

    dijelaskan bahwa peralihan hak atas tanah melalui pemindahan hak dengan lelang hanya dapat

    didaftarkan jika dibuktikan dengan kutipan risalah lelang yang dibuat oleh pejabat lelang.

    Risalah lelang mempunyai kedudukan yang sama dengan akta jual beli yang dibuat oleh

    Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang biasa dipergunakan sebagai salah satu dasat untuk

    mendaftar perlaihan hak atas tanah pada Kantor Pertanahan.

    Kedudukan hukum objek lelang terjadap lelang yang dibatalkan oleh pengadilan.

    Dalam lelang eksekusi, kebanyakan barang yang dilelang tanpa kesukarelaan dari

    pemilik barang dan seringkali banyak pihak yang berkepentingan terhadap barang tersebut

    tidak menginginkan lelang. Apabila yang dilelang itu adalah tanah/tanah dan rumah yang

    sedang ditempati/dikuasai oleh tersita/lelang, maka dengan menunjuk kepada ketentuan yang

    terdapat dalam pasal 200 ayat (10) dan ayat (11) HIR atau pasal 218 Rbg, apabila terlelang

    tidak bersedia untuk menyerahkan tanah/tanah dan rumah itu secara kosong, maka terlelang,

    beserta keluarganya, akan dikeluarkan dengan paksa, apabila perlu, dengan bantuan yang

    berwajib, dari tanah/tanah dan rumah tersebut berdasarkan permohonan yang diajukan oleh

    pemenang lelang.

    Bila lelang dinyatakan tidak sah dan batal demi hukum yang dinyatakan dalam putusan

    pengadilan yang terlah berkekuatan hukum tetap, maka hak pembeli lelang menjadi berakhir

    dan upaya yang dapat dilakukan oleh pembeli/pemenang lelang adalah menuntut ganti rugi

    tehadap penjual.

    PEMBAHASAN

    Penelitian ini menunjukkan bahwa perlndungan terhadap pembeli/pememang lelang

    yang beritikad baik belum mendapat perlindungan sesuai dengan apa yang diisyaratkan oleh

    undang-undang. Impikasi dari putusan pengadilan yang menyatakan lelang tidak sah dan batal

    demi hukum serta risalah lelang tidak mempunyai kekuatan mengikat yang arinya bahwa

    pembeli lelang atas objek lelang akan menjadi berakhir. Hal ini membawa dampak yang

    sangat besar terhadap pihak-pihak dirugikan yaitu kreditor dan pembeli lelang.

    Adaya keberatan debitor/pihak ketiga terhadap hasil lelang dengan mengajukan gugatan

    kepengadilan untuk membatalkan hasil lelang sehingga apabila pengadilan telah memberikan

    putusan yang telah mempuyai kekuatan hukum tetap yang menyatakan lelang yang diadakan

  • tersebut tidak sah dan batal demi hukum serta risalah lelang tidak mempunyai kekuatan

    mengikat.

    Implikasi dari putusan lelang dinyatakan tidak sah dan batal demi hukum artinya bahwa

    hak pembeli lelang atas objek lelang akan menjadi berakhir. Masalah-masalah yang timbul

    dari penjualan secara lelang ini menyebabkan timbulnya ketidakpastian secara hukum dimana

    pihak pembeli lelang yang beritikad baik mempercayakan mekanisme pembelian barang

    melalui sarana lelang yang dianggap aman. Hal ini sangat berpengaruh terhadap persoalan

    perlindungan hukum terhadap pembeli/pemenang lelang sesuai dengan Yurisprudensi

    Mahkamah Agung RI Nomor 821/K/Sip/1974 bahwa pembelian dimuka umum melalui

    kantor lelang adalah pembeli beritikad baik, harus dilindungi undang-undang, juga dlaam

    Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 323/K/Sip/1968 yang menyebutkan bahwa suatu

    lelang yang telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta dimenangkan oleh

    pembeli lelang yang beritikad baik, maka lelang tersebut tidak dapat dibatalkan, dan terhadap

    pembeli lelang yang beritikad baik tersebut wajib diberikan perlindungan hukum.

    Ganti kerugian terhadap lelang yang dibatalkan oleh pengadilan tidak diatur dalam

    peraturan lelang, sehigga dapat dilihat ke peraturan yang lebih umum yaitu KUHPerdata.

    Dalam peraturan lelang

    Dalam peraturan lelang hanya disebutkan tentang kewaiban penjual. Pasal 16 Peraturan

    Menteri Keuangan Nomor 93/PMK/06/ 2010 tentang petunjuk pelaksanaan lelang dinyatakan

    bahwa Penjual/Pemilik Barang bertanggung jawab terhadap:, keabsahan kepemilikan barang,

    keabsahan dokumen persyaratan lelang, penyerahan barang bergerak dan/atau barang tidak

    bergerak; dan dokumen kepemilikan kepada Pembeli. Penjual/Pemilik Barang bertanggung

    jawab terhadap gugatan perdata maupun tuntutan pidana yang timbul akibat tidak

    dipenuhinya peraturan perundang-undangan di bidang lelang. Penjual/Pemilik Barang

    bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi terhadap kerugian yang timbul karena

    ketidakabsahan barang dan dokumen persyaratan lelang.

    Dari penjelasan tersebut diatas dapat diartikan bahwa penjual/pemilik barang

    bertanggung jawab terhadap gugatan perdata maupun tutuntutan pidana yang timbul apabila

    tidak terpenuhinya peraturan perundang-undangan dalam lelang, dalam hal ini apabila lelang

    dinyatakan tidah sah dan batal oleh pengadilan maka penjual/pemilik barang mengembalikan

    harga lelang yang telah dibayarkan oleh pembeli lelang beserta dengan ganti kerugian yang

    timbul dalam proses pelelangan itu.

    Pasal 1365 KUHPerdata menjelaskan bahwa tiap perbuatan yang membawa kerugian

    kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian tersebut karena

  • kesalahannya untuk mengganti. Undang-undang menjamin perlindungan pembeli yang telah

    dirugikan dalam jual beli adalah pembeli dapat menuntut ganti rugi didepan pengadilan.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Perlindungan hukum bagi pemenang lelang yang sah dalam praktekanya masih sulit

    dilakukan. Adanya gugatan dari debitor/pihak ketiga tidak memberikan kepastian hukum

    status objek lelang yang dijual dimana pembeli yang beritikad baik ikut dalam proses

    pelelangan dan telah memenuhi kewajibanya tetapi kadangkala tidak dapat langsung

    menikmati barang yang dibelinya tersebut. Tanggung jawab atas kerugian yang diderita

    pembeli lelang adalah tanggung jawab pembeli sebagaimana yang diatur dalam Pasal 16

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.

    Kaidah hukum positif yang mengatur mengenai lelang yang ada selama ini kurang

    mendukung perkembangan lelang sebagai lembaga jual beli dan kurang memberikan

    perlindungan terhadap kepentingan hak-hak pembeli lelang atas barang yang dibelinya.

    Pentingnya perundang-undangan khusus mengatur Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan

    lelang agar diberi kewenangan untuk menyelesaikan sengketa-sengketa para pihak dengan

    cara cepat dan sederhana mengingat pesatnya perkembangan peralihan hak melalui lelang

    yang terjadi belakangan ini oleh karena secara praktek di Pengadilan membutuhakan waktu

    yang lama

    DAFTAR PUSTAKA

    Harahap, M. Yahya. (1988). Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

    Indrilistiani, Isti. (2007). Modul Pengetahuan Lelang: Penghapusan Barang Milik Negara. (DTTS Pengelolaan Kekayaan Negara, Pusdiklat Keuangan Umum.

    Miru, Ahmadi. 2010. Hukum Kontrak & Perancangan Kontrak. Jakarta: Rajawali Pers. Ngajarno, F.X. Nunung E. laksito, Isti Indilistiani. (2006). Lelang Teori dan Praktek. Jakarta :

    LPLPAP-BPPK Departemen keuangan. Satrio, J. (1993). Hukum Perikatan pada Umumnya. Bandung : Alumni ------------ (2013) Beberapa Segi Hukum Tentang Somasi (bagian I) tulisan artikel seri rubric

    pakar hukum. Sutardjo. (1993). Eksekusi Lelang Barang Jaminan dan Masalah yang timbul dalam Praktek,

    Jakarta. Pasal 1 Stb. (1908) Peraturan Lelang (Vendu reglement)

    Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun (1997) tentang Hak Tanggungan

    Pasal 41 ayat (1) Peraturan Pemerintah nomor 24 Tahun (1997) tenatang Pendaftaran Tanah

    Pasal 16 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93 Tahun (2010) tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang