perbedaan peningkatan berat badan antara pemakai kontrasepsi suntik progesteron dengan kombinasi...

25

Click here to load reader

Upload: anang-satrianto

Post on 28-Jul-2015

999 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perbedaan Peningkatan Berat Badan Antara Pemakai Kontrasepsi Suntik Progesteron Dengan Kombinasi (Progesteron Dan Estrogen)

PERBEDAAN PENINGKATAN BERAT BADAN ANTARA PEMAKAI

KONTRASEPSI SUNTIK PROGESTERON DENGAN KOMBINASI

(PROGESTERON DAN ESTROGEN)

5

Page 2: Perbedaan Peningkatan Berat Badan Antara Pemakai Kontrasepsi Suntik Progesteron Dengan Kombinasi (Progesteron Dan Estrogen)

6

PERBEDAAN PENINGKATAN BERAT BADAN ANTARA PEMAKAI

KONTRASEPSI SUNTIK PROGESTERON DENGAN KOMBINASI

(PROGESTERON DAN ESTROGEN)

2.1 Konsep Kontrasepsi

2.1.1 Definisi Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.

Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dapat juga bersifat permanen. Yang

permanen pada wanita dinamakan tubektomi dan pada pria vasektomi,

(Wiknjosastro, 1999: 534)

2.1.2 Tujuan Kontrasepsi

Menurut Hartanto (2003:30) tujuan dari kontrasepsi adalah pemberian

dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu NKKBS dan

penurunan angka kelahiran yang bermakna. Untuk mencapai tujuan tersebut

maka ditempuh kebijaksanaan mengkategorikan 3 fase untuk mencapai sasaran

yaitu fase menunda perkawinan/kesuburan, fase menjarangkan kehamilan, dan

fase menghentikan /mengakhiri kehamilan/kesuburan

2.1.3 Macam Metode Kontrasepsi

Menurut BKKBN (1994: 149-150) macam-macam metode kontrasepsi yaitu:

a) Metode sederhana

1. Tanpa alat (senggama terputus, pantang

berkala)

2. Dengan alat atau obat (kondom, diafragma atau

kap, tablet berbusa/vaginal tablet,intravag/tissue KB)

Page 3: Perbedaan Peningkatan Berat Badan Antara Pemakai Kontrasepsi Suntik Progesteron Dengan Kombinasi (Progesteron Dan Estrogen)

7

b) Metode efektif

Terdiri dari: pil KB, AKDR, suntikan KB, susuk KB

c) Metode mantap

1. Pada wanita : MOW/Tubektomi

2. Pada pria : MOP/Vasektomi

2.2 Konsep Kontrasepsi Suntik

2.2.1 Definisi Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi suntik adalah suatu cara kontrasepsi dengan cara

menyuntikkan hormon pencegah kehamilan kepada wanita yang masih subur.

Obat ini berisi hormon estrogen, progesteron, dan kombinasi, (BKKBN, 1994:

153)

2.2.2 Macam-macam Kontrasepsi Suntik

Menurut Hartanto (2003: 163, 178-179) dan Saifuddin (MK: 40-41) macam-

macam kontrasepsi suntik adalah:

2.2.2.1 Kontrasepsi Suntik Progesteron

2.2.2.1.1 Macam-macam kontrasepsi suntik progesteron

Menurut Hartanto (2003: 163) dan Saifuddin (2003: MK-40), kontrasepsi suntik

progesteron ada dua macam yaitu:

a) DMPA (Depot Medroxy Progesterone Asetat) = depo provera®, depo geston®,

depo progestin®

Dipakai dilebih dari 90 negara, telah digunakan selama kurang lebih 20 tahun

dan sampai saat ini akseptornya berjumlah kira-kira 5 juta wanita. Diberikan

sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg dan disuntikkan secara intramuskuler

Page 4: Perbedaan Peningkatan Berat Badan Antara Pemakai Kontrasepsi Suntik Progesteron Dengan Kombinasi (Progesteron Dan Estrogen)

8

b) NET-EN (Norothidrone Enanthate) = Noristerat®

Dipakai dilebih dari 40 negara, dengan akseptor kira-kira 1,5 juta wanita.

Diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu atau sekali setiap 8 minggu

untuk 6 bulan pertama (3x suntikan pertama) kemudian selanjutnya sekali setiap

12 minggu dan disuntikkan secara intramuskuler

2.2.2.1.2 Cara Kerja

Mencegah ovulasi

Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi

sperma.

Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.

Menghambat transportasi gamet oleh tuba.

(Saifuddin, 2003: MK-40)

2.2.2.1.3 Efektivitas

Menurut Saifuddin (2003: MK-41), kedua kontrasepsi suntik tersebut

memiliki efektivitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan-tahun,

asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah

ditentukan.

2.2.2.1.4 Keuntungan dan Keterbatasan

1. Keuntungan

a) Sangat efektif

b) Pencegahan kehamilan jangka panjang

c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

d) Tidak terpengaruh "faktor lupa" dari pemakai (tidak seperti memakai PIL KB)

e) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap

penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.

Page 5: Perbedaan Peningkatan Berat Badan Antara Pemakai Kontrasepsi Suntik Progesteron Dengan Kombinasi (Progesteron Dan Estrogen)

9

f) Dapat dipakai segala umur pada masa reproduktif

g) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopouse

h) Tidak mengganggu laktasi (menyusui), baik dari segi kuantitas maupun

kualitas

i) Sedikit efek samping

j) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

k) Membantu mencegah kanker endometrium (rahim) dan kehamilan ektopik

l) Membantu mencegah kejadian mioma uteri (tumor jinak rahim)

m) Mungkin dapat mencegah kanker indung telur (ovarium)

n) Mengurangi kejadian anemi kekurangan zat besi

o) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)

p) Khusus untuk penderita epilepsi mengurangi kejadian kejang.

2. Keterbatasan

a) Perdarahan bercak , dapat lama

b) Jarang terjadi perdarahan yang banyak

c) Tidak dapat haid (sering setelah pemakaian berulang)

d) Siklus haid memanjang atau memendek.

e) Klien sangat tergantung pada tempat sarana kesehatan (harus kembali untuk

suntikan).

f) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut

g) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,

hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV

h) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian

Page 6: Perbedaan Peningkatan Berat Badan Antara Pemakai Kontrasepsi Suntik Progesteron Dengan Kombinasi (Progesteron Dan Estrogen)

10

i) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya

kerusakan/kelainan pada organ genetalia, melainkan karena belum habisnya

pelepasan obat suntikan dari deponya(tempat suntikan)

j) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang

k) Sering menaikkan Berat Badan

l) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan

tulang (densitas)

m) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada

vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala,

nervositas, jerawat.

(Lestariningsih, 2003 dan Saifuddin, 2003: MK-41)

2.2.2.1.5 Indikasi kontrasepsi suntik progesteron

a) Usia reproduksi

b) Nulipara dan yang telah memiliki anak

c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi.

d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai

e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui

f) Setelah abortus atau keguguran

g) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi

h) Perokok

i) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan

darah atau anemia bulan sabit

j) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat

tuberkulosis (rifampisin)

k) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen

Page 7: Perbedaan Peningkatan Berat Badan Antara Pemakai Kontrasepsi Suntik Progesteron Dengan Kombinasi (Progesteron Dan Estrogen)

11

l) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi

m) Anemia defisiensi besi

n) Mendekati usia menopouse yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan

pil kontrasepsi kombinasi. (Saifuddin, 2003: MK-42)

2.2.2.1.6 Kontra indikasi kontrasepsi suntik progesteron

a) Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran).

b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea.

d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

e) Diabetes mellitus disertai komplikasi

(Saifuddin, 2003: MK-42)

2.2.2.1.7 Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntik progesteron

a) Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil

b) Milai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid

c) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat,

asalkan saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak

boleh melakukan hubungan seksual.

d) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti

dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi

hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan

pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid

berikutnya datang.

e) Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin

menggantinya dengan kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi

Page 8: Perbedaan Peningkatan Berat Badan Antara Pemakai Kontrasepsi Suntik Progesteron Dengan Kombinasi (Progesteron Dan Estrogen)

12

suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan

yang sebelumnya.

f) Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya

dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang

akan diberikan dapat segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan

pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik

setelah hari ke-7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh

melakukan hubungan seksual.

g) Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal.

(Saifuddin, 2003: MK-42-43)

2.2.2.2 Kontrasepsi Suntik Kombinasi (Progesteron dan estrogen)

2.2.2.2.1 Macam-macam kontrasepsi suntik kombinasi progesteron dan

estrogen)

Menurut Hartanto (2003: 178-179) dan Saifuddin (2003: MK-33),

kontrasepsi suntik kombinasi ada dua macam yaitu:

a) Cycloprovera = Cyclofem®

Cyclofem merupakan metode suntikan yang pemberiannya tiap bulan.

Metode ini diberikan secara parenteral melalui suntikan intra muskuler dan

memberikan efek jangka panjang. Cyclofem® dalam kemasan 0,5 ml suspensi

aqueous steril yang berisi 25 mg Medroxyprogesterone asetat + 5 mg Estradiol

cypionate.

b) HRP102 (Human Reproduction Program dari WHO) = Mesigyna®

Berisi kombinasi 50 mg NET EN dan 5 mg estradiol valerate, diberikan sekali

dalam satu bulan dan disuntikkan secara intramuskuler.

2.2.2.2.2 Cara Kerja

Page 9: Perbedaan Peningkatan Berat Badan Antara Pemakai Kontrasepsi Suntik Progesteron Dengan Kombinasi (Progesteron Dan Estrogen)

13

Menekan ovulasi.

Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu.

Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu.

Menghambat transportasi gamet oleh tuba.

(Saifuddin, 2003: MK-33)

2.2.2.2.3 Efektivitas

Menurut Saifuddin (2003: MK-33), kontrasepsi suntik kombinasi sangat

efektif (0,1 – 0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama

penggunaan.

2.2.2.2.4 Keuntungan dan Kerugian

1. Keuntungan Kontrasepsi

a) Resiko terhadap kesehatan kecil

b) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.

c) Tidak terpengaruh "faktor lupa" dari pemakai (tidak seperti memakai PIL KB)

d) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.

e) Jangka panjang

f) Efek samping sangat kecil

g) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

2. Keuntungan Nonkontrasepsi

a) Mengurangi jumlah perdarahan

b) Mengurangi nyeri saat haid

c) Mencegah anemia

d) Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium

e) Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium

f) Mencegah kehamilan ektopik

Page 10: Perbedaan Peningkatan Berat Badan Antara Pemakai Kontrasepsi Suntik Progesteron Dengan Kombinasi (Progesteron Dan Estrogen)

14

g) Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul

h) Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia

perimenopouse.

3. Kerugian

a) Penyuntikan lebih sering

b) Biaya keseluruhan lebih tinggi

c) Kemungkinan efek samping karena estrogennya

d) Terjadinya perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan

bercak/spotting, atau perdarahan sela sampai 10 hari.

e) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini akan hilang

setelah suntikan kedua atau ketiga.

f) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan. Klien harus kembali

setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan.

g) Efektivitasnya berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat-obat

epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin).

h) Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung, stroke,

bekuan darah pada paru atau otak, dan kemungkinan timbulnya tumor hati.

i) Penambahan berat badan.

j) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,

hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV

k) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian

pemakaian.

(Lestariningsih,2003,Hartanto, 2003: 178-179 dan Saifuddin, 2003: MK-33-34)

2.2.2.2.5 Indikasi kontrasepsi suntik Kombinasi

a) Usia reproduksi.

Page 11: Perbedaan Peningkatan Berat Badan Antara Pemakai Kontrasepsi Suntik Progesteron Dengan Kombinasi (Progesteron Dan Estrogen)

15

b) Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak.

c) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi.

d) Menyusui ASI pascapersalinan > 6 bulan.

e) Pascapersalinan dan tidak menyusui.

f) Anemia.

g) Nyeri haid hebat.

h) Haid teratur.

i) Riwayat kehamilan ektopik.

j) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

(Saifuddin, 2003: MK-34)

2.2.2.2.6 Kontra indikasi kontrasepsi suntik Kombinasi

a) Hamil atau diduga hamil.

b) Menyusui dibawah 6 minggu pascapersalinan.

c) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

d) Penyakit hati akut (virus hepatitis)

e) Usia > 35 tahun yang merokok.

f) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (>

180/110 mmHg).

g) Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis > 20 tahun.

h) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain.

i) Keganasan payudara.

(Saifuddin, 2003: MK-34)

2.2.2.2.7 Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntik Kombinasi

a) Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haih. Tidak

diperlukan kontrasepsi tambahan.

Page 12: Perbedaan Peningkatan Berat Badan Antara Pemakai Kontrasepsi Suntik Progesteron Dengan Kombinasi (Progesteron Dan Estrogen)

16

b) Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid, klien tidak boleh

melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi

lain untuk 7 hari.

c) Bila klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja

dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil. Klien tidak boleh melakukan

hubungan seksual untuk 7 hari lamanya atau menggunakan metode

kontrasepsi yang lain selama masa waktu 7 hari.

d) Bila klien pascapersalinan 6 bulan, menyusui, serta belum haid, suntikan

pertama dapat diberikan, asal saja dapat dipastikan tidak hamil.

e) Bila pascapersalinan > 6 bulan, menyusui, serta telah mendapat haid, maka

suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari 1 dan 7.

f) Bila pascapersalinan < 6 bulan dan menyusui, jangan diberi suntikan

kombinasi.

g) Bila pascapersalinan 3 mingg, dan tidak menyusui, suntikan kombinasi dapat

diberi.

h) Pascakeguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau dalam

waktu 7 hari.

i) Ibu yang sedang menggunakan metode kontrasepsi yang lain dan ingin

menggantinya dengan kontrasepsi hormonal kombinasi. Selama ibu tersebut

menggunakan kontrasepsi sebelumnya secara benar, suntikan kombinasi

dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid. Bila ragu-ragu, perlu

dilakukan uji kehamilan terlebih dahulu.

j) Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan ibu tersebut

ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan kombinasi

Page 13: Perbedaan Peningkatan Berat Badan Antara Pemakai Kontrasepsi Suntik Progesteron Dengan Kombinasi (Progesteron Dan Estrogen)

17

tersebut dapat diberikan sesuai jadwal kontrasepsi sebelumnya. Tidak

diperlukan metode kontrasepsi lain.

k) Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi nonhormonal dan ingin

menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama dapat

segera diberikan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil, dan

pemberiannya tanpa perlu menunggu datangnya haid. Bila diberikan pada

hari 1-7 siklus haid, metode kontrasepsi lain tidak diperlukan. Bila

sebelumnya menggunakan AKDR, dan ingin menggantinya dengan suntikan

kombinasi, maka suntikan pertama diberikan hari 1-7 siklus haid. Cabut

segera AKDR.

(Saifuddin, 2003: MK-35)

2.3 Konsep Berat Badan

2.3.1Definisi Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara

umum dan luas di Indonesia, selain itu berat badan juga merupakan parameter

yang paling baik yang dapat memberikan gambaran status gizi sekarang dan

kalau dilakukan secara periodik memberikan gambaran yang baik tentang

pertumbuhan, (Supriasa, 2002: 39)

Berdasarkan standar Brocca, berat badan normal yaitu 10% dari BBI (Berat

Badan Ideal). Seseorang dikatakan mengalami kelebihan berat badan

(overweight) apabila berat badannya 10% - 20% diatas berat badan ideal.

Termasuk kategori kegemukan (obesitas) jika berat badan > 20% dari berat

badan ideal. Kegemukan ini dapat diukur dari timbunan lemak tubuh. Pada

wanita dewasa, dikategorikan kegemukan bila lemak tubuhnya sudah melebihi

Page 14: Perbedaan Peningkatan Berat Badan Antara Pemakai Kontrasepsi Suntik Progesteron Dengan Kombinasi (Progesteron Dan Estrogen)

18

30% dari berat badan idealnya. Sedangkan pada pria dewasa, dikatakan

kegemukan bila lemak tubuhnya sudah melebihi 27% dari berat badan idealnya,

(Wirakusumah, 1994:3-4)

2.3.2 Faktor-faktor yang Menyebabkan Kelebihan Berat Badan

a) Faktor Utama yang terdiri dari:

1. Makan melebihi kebutuhan tubuh

a. Banyak makan ketika menghadapi stress atau depresi

b. Perilaku yang salah, meliputi:

1) Kebiasaan

Kebiasaan makan dalam keluarga suka ditiru oleh anak-anak, misalnya

makan yang berlebih, frekuensi makan yang sering, kelebihan snack, dan

makan diluar waktu makan.

2) Cara memilih makanan yang salah

Hal ini terjadi terutama disebabkan semakin banyaknya dijual makanan cepat

saji yang mengandung kalori tinggi (padat energi). Kadang-kadang konsumen

juga lebih melihat prestise dari suatu makanan tanpa melihat kandungan zat

gizinya.

3) Menggoreng dan memasak dengan santan

Minyak dan santan adalah lemak yang mengandung ikatan jenuh sehingga

sukar untuk dipecah menjadi bahan bakar. Selain itu, makanan yang

digoreng dan diberi santan biasanya terdiri dari bahan-bahan makanan tinggi

kolesterol.

4) Kebiasaan ngemil

Ngemil berarti makan diluar waktu makan. Bila tidak dibatasi, kalori yang

masuk akan sangat tinggi karena biasanya makanan yang dipakai ngemil

Page 15: Perbedaan Peningkatan Berat Badan Antara Pemakai Kontrasepsi Suntik Progesteron Dengan Kombinasi (Progesteron Dan Estrogen)

19

berupa nyamikan yang biasanya digoreng atau terdiri dari kue-kue yang

manis dan gurih.

5) Melupakan makan pagi

Makan pagi sangat diperlukan untuk mendapatkan energi saat akan bekerja,

setelah kurang lebih 12 jam perut dalam keadaan kosong. Biasanya orang

yang melewatkan waktu makan pagi akan menurun aktivitas kerjanya. Rasa

lapar akibat tidak makan pagi akan dikompensasikan beberapa jam

kemudian sehingga secara tidak sadar timbul perasaan kelaparan dan akan

mencari-cari makanan camilan ataupun makan siang yang jumlahnya jauh

lebih banyak disbanding kalau sudah makan pagi sebelumnya.

6) Makan tergesa-gesa

Makan tergesa-gesa termasuk kurang mengunyah akan membawa efek yang

kurang menguntungkan bagi pencernaan dan mengakibatkan cepat merasa

lapar kembali

7) Makan secara berlebihan

Bila sudah kenyang jangan sekali-sekali mengumbar nafsu makan dengan

cara menambah porsi makanan, sekalipun makanan sangat lezat dan jenis

makanan tersebut merupakan masakan favorit.

8) Frekuensi makan yang tidak teratur

Bila jarak antara dua waktu makan terlalu panjang ada kecenderungan untuk

makan lebih lahap dan melebihi batas. Bila keadaan itu berulangkali terjadi

dapat merupakan salah satu penyebab terjadinya obesitas.

9) Menghindari nasi

Penderita kegemukan dan obesitas terkadang begitu fobi terhadap nasi.

Mereka beranggapan bahwa seolah-olah nasilah sumber peningkatan berat

Page 16: Perbedaan Peningkatan Berat Badan Antara Pemakai Kontrasepsi Suntik Progesteron Dengan Kombinasi (Progesteron Dan Estrogen)

20

badan. Tanpa disadari, perasaan ini dikompensasikan kemakanan lain

sebagai pengganti nasi yang biasanya sarat dengan lemak atau tinggi kalori.

2. Kurang menggunakan energi

Pekerjaan yang dilakukan sehari-hari dapat mempengaruhi gaya hidup

seseorang. Gaya hidup yang kurang menggunakan aktivitas fisik akan

berpengaruh terhadap kondisi tubuh seseorang. Aktivitas fisik tersebut

diperlukan untuk membakar kalori dari dalam tubuh. Bila pemasukan kalori

berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang seimbang akan

memudahkan seseorang menjadi gemuk.

b) Faktor-faktor lain yang terdiri dari:

1. Bakat Gemuk

Faktor keturunan dapat mempengaruhi terjadinya kegemukan. Pengaruhnya

sendiri sebenarnya belum jelas, tetapi memang ada bukti yang mendukung

fakta bahwa keturunan merupakan faktor penguat terjadinya kegemukan.

2. Enzim

Seseorang mempunyai faktor keturunan yang cenderung membangun lemak

tubuh lebih banyak dibandingkan orang lain. Bawaan sifat metabolisme ini

menunjukkan adanya gen bawaan pada kode untuk enzim seperti Adipose

Tissue Lipoprotein Lipase yang lebih aktif. Enzim ini memiliki suatu peranan

penting dalam proses mempercepat penambahan berat badan karena enzim

ini bertugas untuk mengontrol kecepatan trigliserida dalam darah yang

dipecah-pecah menjadi asam-asam lemak dan disalurkan ke sel-sel tubuh

untuk disimpan.

3. Hormon

Page 17: Perbedaan Peningkatan Berat Badan Antara Pemakai Kontrasepsi Suntik Progesteron Dengan Kombinasi (Progesteron Dan Estrogen)

21

Pada wanita yang sedang mengalami masa menopouse, dapat terjadi

penurunan fungsi hormon tiroid. Kemampuan untuk menggunakan energi

akan berkurang dengan menurunnya fungsi hormon ini. Hal tersebut terlihat

dengan menurunnya metabolisme tubuh sehingga mengakibatkan kenaikan

berat badan. Seseorang yang tidak peka terhadap hormon insulin atau

mengalami peningkatan hormon insulinlah yang mengakibatkan penimbunan

lemak meningkat.

4. Metabolisme

Kecepatan metabolisme basal masing-masing orang tidak sama. Ada orang

yang memiliki metabolisme basal tinggi, namun ada pula yang rendah. Orang

yang mempunyai kecepatan metabolisme rendah cenderung lebih mudah

gemuk dibandingkan orang yang mempunyai metabolisme cepat karena

pada metabolisme yang rendah, energi yang dikonsumsi lebih lambat untuk

dipecah menjadi glikogen sehingga akan lebih banyak lemak yang disimpan

dalam tubuh.

5. Pengaruh Obat-obatan

Ada beberapa obat yang merangsang “pusat lapar” sehingga pasien akan

meningkat nafsu makannya. Dalam keadaan penyembuhan yang cukup

lama, penggunaan obat ini akan menyebabkan timbulnya obesitas. Selain itu,

pil kontrasepsi dapat juga menyebabkan kenaikan berat badan secara

perlahan-lahan pada wanita yang menggunakannya.

(Wirakusumah, 1994: 18-26)

2.4 Peningkatan Berat Badan pada Pemakai Kontrasepsi Suntik

Progesteron dengan Kombinasi (Progesteron dan estrogen)

Page 18: Perbedaan Peningkatan Berat Badan Antara Pemakai Kontrasepsi Suntik Progesteron Dengan Kombinasi (Progesteron Dan Estrogen)

22

Pertambahan berat badan merupakan keluhan yang mengganggu bagi

wanita pemakai kontrasepsi hormonal, walaupun peningkatan tersebut tidaklah

merata. Sebagian penambahan berat badan disebabkan oleh retensi cairan,

tetapi umumnya karena meningkatnya asupan makanan, (Cuningham, 2006:

1710)

Kontrasepsi suntik mempunyai banyak efek samping, salah satu

diantaranya yaitu berat badan yang bertambah. Umumnya pertambahan berat

badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam

tahun pertama. Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas, tampaknya

terjadi karena bertambahnya lemak tubuh, dan bukan karena retensi cairan

tubuh. Hipotesa para ahli: DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan di

hipotalamus, yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak daripada

biasanya, (Hartanto, 2003: 169,171).

Efek estrogen terhadap peningkatan berat badan yaitu estrogen

menyebabkan peningkatan pengendapan lemak pada kelenjar mammae dan

jaringan subkutis, estrogen khususnya menyebabkan pengendapan lemak nyata

pada pantat dan paha, menyebabkan pelebaran panggul. Sedangkan

progesteron mempunyai efek merangsang pusat lapar di Ventromedial

hipothalamus (VMH) sehinga menyebabkan nafsu makan meningkat dan

cenderung makan banyak/ melebihi kebutuhan tubuh dan beresiko gemuk.

(Guyton, 1995)

Menurut Hartanto (2003: 169), dikatakan bahwa dari beberapa percobaan

laboratorium ditemukan bahwa DMPA mempengaruhi metabolisme karbohidrat.

Pada sistem kardio-vaskuler efek DMPA sangat sedikit, mungkin ada sedikit

peninggian dari kadar insulin dan penurunan HDL kolesterol.

Page 19: Perbedaan Peningkatan Berat Badan Antara Pemakai Kontrasepsi Suntik Progesteron Dengan Kombinasi (Progesteron Dan Estrogen)

23