penyamakan minyak

3
REAKSI PENYAMAKAN Kulit tersusun dari ikatan jaringan serat yang dapat bergerak dan berikatan satu sama lain ketika hewan masih hidup dan terdapat dalam jumlah yang cukup banyak. Ketika hewan sudah mati, jaringan tersebut cenderung mengerut dan menjadi keras akibat reaks alamiah dari siat ulit tersebut. Pada dasarnya tujuan utama dilakukan proses penyamakan adalah untuk menetapkan jaringan serat kolagen melalui proses kimiawi, melumasi jaringan sehingga dapat bergerak dan berikatan satu sama lain. Oleh karena itu melalui proses penyamakan dapat meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan kulit. Kulit yang disamak dengan bahan penyamak nabati akan terjadi hubungan antara tanin dengan protein kulit yang akan berikatan dan membentuk kulit tersamak, maka kulit menjadi padat. Pada percobaan penyamakan yang telah dilakukan, terdapat dua metode penggunaan bahan penyamak, yaitu bahan penyamak aldehid (glutaraldehida) dan bahan penyamak nabati (mimosa). Glutaraldehida (OCH-(CH2)3-CHO) adalah dialdehida yang dapat digunakan sebagai bahan penyamak kulit. Karena penggunaan formaldehida dalam penyamakan kulit menurun, penggunaan glutaraldehida sebagai bahan pengganti meningkat. Gambar 3 menunjukkan struktur dialdehida alifatik tersebut dalam larutan. Struktur tersebut merupakan sebuah struktur penghubung antara dua molekul glutaraldehida yang bereaksi. Gambar 4 menunjukkan reaksi yang terjadi antara glutaraldehida dengan protein (Covington, 2009). Glutaraldehida menghasilkan kulit samak dengan karakteristik tahan terhadap peluh, tahan pencucian, lebih sempurna, dan densitas yang lebih baik. Glutaraldehida membentuk polimer di dalam larutan, gugus hidroksil dari polimer akan aktif dan bereaksi dengan gugus amino. Walaupun reaksi crosslink antara kolagen dengan aldehida telah lama dipelajari, namun mekanisme reaksinya belum dapat diketahui dengan pasti. Sebagian besar peneliti sepakat bahwa gugus aldehidik berikatan dengan gugus amino bebas dari lisin dan membentuk ikatan silang (Covington, 2009). Reaksi antara senyawa beraldehida dengan gugus amino bebas lisin adalah sebagai berikut (Suparno, 2009): Collagen-NH2 + HCHO Collagen-NH-CH2OH Grup N-hidroksimetil sangat reaktif dan reaksi crosslinking terjadi pada grup amino kedua. Kekuatan serat kolagen tergantung

Upload: deny

Post on 04-Aug-2015

119 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penyamakan Minyak

REAKSI PENYAMAKAN

Kulit tersusun dari ikatan jaringan serat yang dapat bergerak dan berikatan satu sama lain

ketika hewan masih hidup dan terdapat dalam jumlah yang cukup banyak. Ketika hewan sudah mati,

jaringan tersebut cenderung mengerut dan menjadi keras akibat reaks alamiah dari siat ulit tersebut.

Pada dasarnya tujuan utama dilakukan proses penyamakan adalah untuk menetapkan jaringan serat

kolagen melalui proses kimiawi, melumasi jaringan sehingga dapat bergerak dan berikatan satu sama

lain. Oleh karena itu melalui proses penyamakan dapat meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan kulit.

Kulit yang disamak dengan bahan penyamak nabati akan terjadi hubungan antara tanin dengan protein

kulit yang akan berikatan dan membentuk kulit tersamak, maka kulit menjadi padat. Pada percobaan

penyamakan yang telah dilakukan, terdapat dua metode penggunaan bahan penyamak, yaitu bahan

penyamak aldehid (glutaraldehida) dan bahan penyamak nabati (mimosa).

Glutaraldehida (OCH-(CH2)3-CHO) adalah dialdehida yang dapat digunakan sebagai bahan

penyamak kulit. Karena penggunaan formaldehida dalam penyamakan kulit menurun, penggunaan

glutaraldehida sebagai bahan pengganti meningkat. Gambar 3 menunjukkan struktur dialdehida

alifatik tersebut dalam larutan. Struktur tersebut merupakan sebuah struktur penghubung antara dua

molekul glutaraldehida yang bereaksi. Gambar 4 menunjukkan reaksi yang terjadi antara

glutaraldehida dengan protein (Covington, 2009).

Glutaraldehida menghasilkan kulit samak dengan karakteristik tahan terhadap peluh, tahan

pencucian, lebih sempurna, dan densitas yang lebih baik. Glutaraldehida membentuk polimer di dalam

larutan, gugus hidroksil dari polimer akan aktif dan bereaksi dengan gugus amino. Walaupun reaksi

crosslink antara kolagen dengan aldehida telah lama dipelajari, namun mekanisme reaksinya belum

dapat diketahui dengan pasti. Sebagian besar peneliti sepakat bahwa gugus aldehidik berikatan dengan

gugus amino bebas dari lisin dan membentuk ikatan silang (Covington, 2009).

Reaksi antara senyawa beraldehida dengan gugus amino bebas lisin adalah sebagai berikut

(Suparno, 2009):

Collagen-NH2 + HCHO Collagen-NH-CH2OH

Grup N-hidroksimetil sangat reaktif dan reaksi crosslinking terjadi pada grup amino kedua.

Kekuatan serat kolagen tergantung atas hubungan silang di dalam dan di antara molekul. Reaksinya

adalah sebagai berikut:

Collagen-NH-CH2OH + H2N-Collagen Collagen-NH-CH2-NH-Collagen

Gambar 3. Polimerisasi glutaraldehida (Covington, 2009)

Page 2: Penyamakan Minyak

Gambar 4. Reaksi antara glutaraldehida dan protein (Covington, 2009)

Pada penyamakan dengan menggunakan bahan penyamak mimosa, reaksi yang terjadi yaitu

reaksi antara gugus-gugus karboksil yang terdapat dalam zat penyamak nabati (mimosa) dengan

struktur kolagen pada kulit. Penyamakan nabati terjadi karena ikatan silang melalui jembatan hidrogen

antara gugus OH-fenol bahan penyamak dengan gugus CONH kolagen

Dalam ekstrak mimosa terkandung 70,5% zat penyamak, 22,5%zat bukan penyamak, 1,5%

ampas, dan 5,5% air. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam penggunaan bahan penyamak

nabati adalah keseimbangan elektrolit, difusi, dan fiksasi zat penyamak. Keseimbangan elektrolit yang

dimaksudkan adalah kondisi kulit yang hampir mendekati titik isoelektris dimanakonsentrasi OH- dan

H+ dalam keadaan seimbang. Kecepatan difusi bahan penyamak akan sangat mempengaruhi kualitas

kulit tersamak yang dihasilkan. Kecepatan difusi sangat tergantung pada gerakan mekanik,

konsentrasi/kepekatan bahan penyamak, dan temperatur. Demikian pula dengan fiksasi zat penyamak

akan mempengaruhi karakteristik kulit yang akan dihasilkan. Fiksasi/pengikatanzat penyamak ini

dipengaruhi oleh pH, konsentrasi garam, dan ukuran partikelmolekul zat penyamak Bahan penyamak

nabati biasa diaplikasikan untuk membuat kulit sol, kulit sabuk, dll. karakteristik kulit yang akan

dihasilkan dari penyamakan dengan ekstrak mimosa adalah kulit yang tersamak menjadi berisi, supel,

padat,dan memberikan rendemen tinggi (Kuswanto, 2002).

Dapus

Hery Kuswanto. 2002, Seminar 1 Sks Proses Penyamakan Kulit Kakap Merah (Lutjanus Spp.)

Dengan Menggunakan Bahan Penyamak Mimosa Dan Syntan. Sumber:

http://google.co.id/Penyamakan/bahan-penyamak-mimosa. Diunduh tanggal 7 November

2012.

Purnomo, E. 1985. Pengetahuan Dasar Penyamakan Kulit. Akademi Teknologi Kulit,Yogyakarta.

Covington, A.D., 2009. Tannig Chemistry. The Science of Leather. The Royal Society of Chemistri.

Cambridge.