pengembangan ketenagalistrikan...
TRANSCRIPT
Pengembangan Ketenagalistrikan
Nasional
Direktorat Energi, Telekomunikasi dan Informatika
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
Palangkaraya, Agustus 2015
Rapat Koordinasi
1
Hubungan Perencanaan
3
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
PERENCANAAN
TATA RUANG
PERENCANAAN
SEKTORAL
Nasional
Provinsi
Kabupaten/
Kota
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG (RPJPD)
RENCANA KERJA
PEMERINTAH (RKPD)
RENCANA
TATA RUANG
NASIONAL
RENCANA
TATA RUANG
PROVINSI
RENCANA
TATA RUANG
KABUPATEN/KOTA
JARINGAN
INFRASTRUKTUR
ANTARPULAU
DAN ANTAR-
PROVINSI
JARINGAN
INFRASTRUKTUR
ANTARKABUPATEN
ANTARKOTARENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH (RPJMD)
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG (RPJPD)
RENCANA KERJA
PEMERINTAH (RKPD)
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH (RPJMD)
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG (RPJP)
RENCANA KERJA
PEMERINTAH (RKP)
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH (RPJMN)
JARINGAN
INFRASTRUKTUR
ANTARKECAMATAN
(RUKN & RUPTL)
(RUKD DAN RUPTL)
(KEN & RUEN)
(RUED)
Tahapan Sasaran RPJMN dalam
RPJPN 2005-2025
4
RPJM 4(2020-2024)
Menata kembali NKRI, membangunIndonesia yang amandan damai, yang adildan demokratis, dengan tingkatkesejahteraan yang lebih baik.
RPJM 2(2010-2014)
Memantapkanpenataan kembaliNKRI, meningkatkankualitas SDM, membangunkemampuan iptek, memperkuat dayasaing perekonomian
Mewujudkan masya-rakat Indonesia yang mandiri, maju, adil danmakmur melaluipercepatanpembangunan di segala bidang denganstrukturperekonomian yang kokoh berlandaskankeunggulankompetitif.
RPJM 1(2005-2009)
RPJM 3(2015-2019)
Memantapkan pem-bangunan secaramenyeluruh denganmenekankan pem-bangunan keunggulankompetitifperekonomian yang berbasis SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas, sertakemampuan iptek
Landasan Hukum Kebijakan Sektor
UUD 1945
PASAL 33 Ayat (2), Ayat (3), dan Ayat (5)
UU No. 30 Tahun 2007 tentang Energi
2. Landasan Kebijakan Nasional
3. Landasan Operasional
UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional 2005-2025
Peraturan Pemerintah
Peraturan Presiden
Peraturan Menteri**)
UU No. 22 Tahun 2001
Tentang Migas*)
UU No.27 Tahun
2003 Tentang
Panas Bumi
UU No.4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan
Batubara
UU No.30 Tahun
2009 tentang
Ketenagalistrikan
1. Landasan Konstitusional
PP 79/2014 - KEN
PP 14/2012 jo 23/2014 – Usaha Penyediaan TL
PP 42/2012 – Jual Beli Listrik Lintas Negara
PP 62/2012- Usaha Jasa Penunjang
5
Trisakti dan NawacitaVISI: TERWUJUDNYA INDONESIA YG BERDAULAT, MANDIRI DAN BERKERIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG
7 MISI
Keamanan nasional yg mampu menjagakedaulatan wilayah, menopang kemandirianekonomi dg mengamankan SD maritim, dan
mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
Masyarakat maju, berkeimbangan dan
demokratis berlandaskan negara
hukum.
Politik LN bebas aktif dan
memperkuat jati diri sebagai negara
maritim
Kualitas hidup manusian Indonesia yg tinggi, maju dan sejahtera
Bangsaberdaya saing
Indonesia menjadi negaramaritim yg mandiri, maju, kuatdan berbasiskan kepentingan
nasional
Masyarakat yg berkepribadian
dalam kebudayaan.
NAWACITA – 9 agenda prioritas
Akan menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberi
rasa aman pada seluruh WN
Akan membuat Pemerintah tidak absen dg memba-ngun tata kelola Pem. yg bersih, efektif, demo-
kratis dan terpercaya
Akan membangun Indonesia dari pinggiran dg memperkuat
daerah-daerah dan desa dlm kerangka Negara Kesatuan
Akan menolak Negara lemah
dengan melalukan reformasi sistem
penegakan hukum yang bebas
korupsi, bermartabat dan
terpercaya.
Akan mening-katkan kuali-tas hidup manusia
Indonesia melalui: Indonesia Pintar, Indonesia Sehat,
Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera
Akan mening-katkan produktivitas rakyat
dan daya saing di pasar internasional
Akan mewujudkan kemandirian ekonomi dg
menggerak-kan sektor-
sektor strategis ekonomi domestik
Akan melakukan revolusi karakter bangsa
Akan memper-teguh Kebhi-nekaan dan
memperkuat restorasi sosial.
BERDAULAT DALAM BIDANG POLITIK(12 program aksi-)
BERDIKARI DALAM BIDANG EKONOMI(16 program aksi)
BERKEPRIBADIAN DALAM BIDANG KEBUDAYAAN (3 program aksi)
1. Membangun wibawa politik LN dan mereposisi peran Indonesia dalam isu-isu global (4)
2. Menguatkan sistem pertahanan negara (4)
3. Membangun politik keamanan dan ketertiban masyarakat (8)
4. Mewujudkan profesionalitas intelijen negara (7)
5. Membangun keterbukaan informasi dan komunikasi publik (7)
6. Mereformasi sistem dan kelembagaan demokrasi (6)
7. Memperkuat politik desentralisasi dan otda (11)
8. Mendedikasikan diri untuk memberdayakan desa (8)
9. Melindungi danmemajukan hak-hak masyarakatadat (6)
10. Pemberda-yaanPerempuan dalampolitik danpembangunan (7)
11. Mewujudkansistem danpenegakan hukumyang berkeadilan(42)
12. Menjalankanreformasi birokrasidan pelayananpublik (5)
1. Dedikasikanpembangunan kualitasSDM
2. Membangun ke-daulatanpangan berbasisagribisnis kerakyatan
3. Mendedikasikan
program u/ mem-bangun daulatenergi berbasiskepentingan nas.
4. Untuk pengua-saan SDA melalui 7 langkah & mem-bangun regulasimewajibkan CSR &/atausaham u/ masyarakatlokal/ sekitar tambang, penguatan kapa-sitaspengusaha nasional(trmsuk penambangrakyat) dlm penge-lolaantambang berkelanjutan.
5. Membangunpemberdayaanburuh
6. Membangunsektorkeuanganberbasisnasional
7. Penguataninvestasidomestik
8. Membangunpenguatankapasitas fiskalnegara
9. Membanguninfrastruktur
10. Membangunekonomi maritim
11. Penguatansektor kehutanan
12. Membanguntata ruang danlingkunganberkelanjutan
13.Membangunperimbanganpembangunankawasan
14.Membangunkarakter danpotensi wisata
15.Mengembangkankapasitasperdagangannasional
16.Pengembanganindustrimanufaktur
1. Berkomitmen mewujudkan
pendidikan sbg pembentuk karakter
bangsa
2. Akan memperteguh kebhinekaan
Indonesia dan memperkuat
restorasi sosial
3. Akan membang
un jiwa bangsa melalui
pemberdayaan
pemuda dan olah
raga
Slide - 66
STRATEGI PEMBANGUNAN 2015-2019
NORMA PEMBANGUNAN
3 DIMENSI PEMBANGUNAN
QUICK WINS DAN PROGRAM LANJUTAN LAINNYA
DIMENSI PEMBANGUNAN
MANUSIA
DIMENSI PEMBANGUNAN
SEKTOR UNGGULAN
DIMENSI PEMERATAAN
& KEWILAYAHAN
KONDISI PERLU
Kepastian dan
Penegakan Hukum
Keamanan dan
KetertibanPolitik & Demokrasi Tata Kelola & RB
Pendidikan
Kesehatan
Perumahan
Antarkelompok
Pendapatan
Antarwilayah: (1)
Desa, (2) Pinggiran,
(3) Luar Jawa, (4)
Kawasan Timur
Kedaulatan Pangan
Kedaulatan Energi &
Ketenagalistrikan
Kemaritiman dan
Kelautan
Pariwisata dan Industri
1) Membangun untuk manusia dan masyarakat;2) Upaya peningkatan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan
ketimpangan yang makin melebar; 3) Perhatian khusus diberikan kepada peningkatan produktivitas rakyat lapisan menengah-bawah,
tanpa menghalangi, menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan pelaku-pelaku besar untuk terus menjadi agen pertumbuhan.
4) Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan keseimbangan ekosistem
Mental / Karakter
7
Sasaran/Target Peran PDRB per Wilayah
2015-2019
8
No. WilayahPeran PDRB Wilayah (%)
Tahun 2013Peran PDRB Wilayah (%)
Tahun 2019
1 Sumatera 23,8 24.6
2 Jawa 58,0 55,1
3 Kalimantan 8,7 9,6
4 Sulawesi 4,8 5,2
5 Bali Nustra 2,5 2,6
6 Maluku Papua 2,2 2,9
Nasional 100,0 100,0
Keterangan :
Asumsi target pertumbuhan PDB Nasional 5,8-8% tahun 2015-2019
Perhitungan proyeksi masih menggunakan atas dasar harga konstan tahun 2000.
Perhitungan proyeksi dapat berubah dengan adanya perubahan harga konstan tahun dasar 2010.
Sistem Ketenagalistrikan
Sumber: PT. PLN
Yang terdiri dari 7 sistem interkoneksi listrik dan lebihdari 500 sistem kecil yang terpisah.
100% PLN
100% PLN
Customers
RegulatedTarrif
9
Struktur Industri Ketenagalistrikan
• Walaupun UU 30/2009 telah membuka kesempatan bagi non-PLN untuk
berperan serta dalam penyediaan listrik namun sampai saat:
– masih ‘sentralistik’ dengan rentang kendali (span of control) yang
terlalu luas sehingga mempengaruhi ‘kecepatan’ implementasi
pembangunan.
10
Industry Structure Comparison
Belajar dari PLN Batam
• PT Pelayanan Listrik Nasional Batam (PT PLN Batam) dengan status sebagai anak
perusahaan PT PLN (Persero) merupakan perusahaan swasta yang memiliki kewajiban
menyediakan tenaga listrik untuk kepentingan umum dari hulu sampai hilir khusus di
Batam mulai tahun 2000. PLN Batam hampir 100% sahamnya dimiliki oleh PT PLN.
• Sebagai wilayah usaha tersendiri, tarif yang disediakan oleh PT PLN Batam tidak
mengikuti TDL nasional dengan tanpa adanya subsidi dari pemerintah pusat.
• Fuel mix PLN Batam: 70% gas bumi dan 30% batubara. Dengan rasio elektrifikasi yang
mencapai sekitar 90%.
Kondisi Umum -- 2014
53.585 MW
Total Kapasitas Terpasang Pembangkit (2014)
(PLN: 37.280 MW, IPP: 10.995 MW, PPU: 2.634 MW, IO Non BBM: 2.677 MW)
199 TWh
Konsumsi Energi Listrik (2014)
84,35%
Rasio Elektrifikasi Nasional (2014)
Pangsa BBM pada Energi
Mix untuk Pembangkit
Tenaga Listrik
11,65 %
Produksi Tenaga Listrik
(2014)*)
228 TWh
Sumber: KESDM * Hanya dari PLN dan IPP12
: - 122,12 TWh
- 4200 kWh/kapita
: 99,4%
: - 988,92 TWh
- 7753 kWh/kapita
: 100%
MALAYSIA (2012) JAPAN (2012)
Sasaran dan Kebijakan Pembangunan
Ketenagalistrikan Nasional 2015-2019
1. Peningkatan pelayanan ketenagalistrikan
nasional termasuk wilayah perdesaan,
terpencil dan perbatasan melalui peningkatan
kapasitas (availability), jangkauan
(accessibility), dan kualitas (acceptability)
pasokan tenaga listrik serta dengan
memperbesar peran badan usaha.
2. Peningkatan optimalisasi bauran energi untuk
ketenagalistrikan:
– kebijakan Domestic Market Obligation
(DMO ) terutama produksi gas dan
batubara nasional untuk ketenagalistrikan.
– pemanfaatan energi terbarukan.
3. Kebijakan harga yang tepat dengan
pengalihan subsidi energi (listrik) yang
konsumtif ke sektor produktif untuk percepatan
infrastruktur dan kesejahteraan rakyat.
15
1. Peningkatan peningkatan kapasitas dan
kualitas pasokan ( 1)
WilayahPertumbuhan Ekonomi (Persen)
2015 2016 2017 2018 2019
Sumatera 5.7 6.2 6.5 7.0 7.6Jawa-Bali 5.7 6.5 7.1 7.4 7.8Nusa Tenggara 4.6 7.3 7.6 8.2 9.2Kalimantan 5.0 5.9 6.1 6.9 7.6Sulawesi 7.4 7.6 8.2 8.9 9.1Maluku 6.5 6.9 7.8 8.0 8.2Papua 11.7 13.2 16.0 17.2 17.3
Wilayah
Penambahan Kapasitas (GW)
2015 2016 2017 2018 2019 2015-2019 *
Sumatera 0,45 0,95 1,60 2,50 3,50 9,00
Jawa-Bali 1,00 2,21 3,91 5,79 8,00 20,1
Nusa Tenggara 0,02 0,07 0,12 0,19 0,28 0,68
Kalimantan 0,07 0,20 0,35 0,53 0,75 1,90
Sulawesi 0,14 0,30 0,51 0,75 1,00 2,70
Maluku 0,02 0,03 0,05 0,07 0,11 0,28
Papua 0,02 0,04 0,07 0,10 0,13 0,36
*) = Kebutuhan peningkatan kapasitas daya listrik 2015-2019 sekitar 35,8 GW (Bila termasuk yang on going mencapai sekitar 42 GW).
a) Perkiraan kebutuhan peningkatan kapasitas daya listrik per wilayah
tahun 2015-2019.
16
1. Peningkatan peningkatan kapasitas dan
kualitas pasokan (2)
Sumatera Kalimantan
Sulawesi
Maluku
Papua
Nusa TenggaraJava-Bali
Sumatera:PLN : 1,1 GWIPP : 7,9 GWTotal 9,0 GW
Jawa-Bali:PLN : 5,0 GWIPP : 16,9 GWTotal : 20,9 GW
Kalimantan:PLN : 0,9 GWIPP : 1.0 GWTotal : 1.9 GW
Sulawesi:PLN 2,0 GWIPP 0,7 GWTotal 2,7 GW
Nusa Tenggara:PLN : 0,67 GWIPP : 0,03 GWTotal : 0,70 GW
Papua:PLN : 0,22 GWIPP : 0,12 GWTotal : 0,41 GW
Maluku:PLN : 0,26 GWIPP : 0,02 GWTotal : 0,28 GW
Indonesia:PLN : 10,2 GWIPP : 25,7 GWTotal : 35.9 GW
Sumber: PT. PLN
b) Perkiraan kebutuhan peningkatan kapasitas daya listrik per wilayah
tahun 2015-2019
17
1. Peningkatan peningkatan kapasitas dan
kualitas pasokan ( 3)
c) Percepatan pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW 2015-2019
Kapasitas pembangkit sekitar 85,7 - 93,6 GW
Rasio Elektrifikasi 96,6 persen
Konsumsi Listrik Per Kapita 1200 kWh
2014 Kapasitas Pembangkit 2014 adalah 50,7 GW*
Rasio Elektrifikasi 81,5 Persen*
Konsumsi Listrik Per Kapita 843 kWh
Perkiraan Kebutuhan Investasi:
• TOTAL : Rp1,189 T
• PLN : Rp609 T
• Swasta : Rp580 T
2019
Pertumbuhan Ekonomi6-7 persen
Tambahan Infrastruktur:
• Pembangkit: 42,9 GW
• Tahap Rencana : 35,5 GW
• Tahap Konstruksi : 7,4 GW
• Transmisi: ±46,6 ribu kms
• Gardu Induk: 105 GVA
*) = Perkiraan pertengahan tahun 2014, Rasio Elektrifikasi adalah sebesar 81,5 %, realisasi setelah disurvey ulang awal tahun 2015 telah mencapai 84,35 %, dan untuk pembangkit perkiraan awal 50,7 GW, hasil survey tahun awal tahun 2015 telah mencapai 53,4 GW 18
1. Peningkatan peningkatan kapasitas dan
kualitas pasokan ( 4)
c) Percepatan pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW 2015-2019 (cont’d)
19
Kebutuhan Pendanaan PT
PLN
Ketersediaan Pendanaan PT
PLN Saat Ini
Gap Rp352,1 T
Pinjaman langsung dengan Jaminan
Pinjaman Komersial
PMN Baru
Margin
Gap Pendanaan: Rp352,1 T
* PMN: Penyertaan Modal Negara** Margin untuk PSO sebesar 7%, dengan perkiraan cash inflow sebesar Rp1854 T (termasuk subsidi)
Kebutuhan vs Ketersediaan Pilihan Sumber Pendanaan
1. Peningkatan peningkatan kapasitas dan
kualitas pasokan (5)
• Partisipasi pengembang swasta dalam peningkatan pelayanan
ketenagalistrikan nasional akan terus meningkat. Dalam program
percepatan 35 GW, sekitar 25 GW (71%) merupakan proyek
pengembang swasta.
• Permasalahan umum yang terjadi dalam pengembangan listrik swasta
diantaranya adalah pembebasan lahan, financial close, penjaminan
pemerintah (government guarantee).
• Khusus untuk pembangunan pembangkit dengan skema KPS terdapat
empat proyek yang saat ini sedang berjalan.
d) Peningkatan Peran Swasta
20
1. Peningkatan peningkatan kapasitas dan
kualitas pasokan (6)
• Untuk mendorong peningkatan peran serta swasta, Pemerintah melalui
Permen ESDM No.3 tahun 2015 menetapkan harga patokan tertinggi
untuk swasta/IPP (Independent Power Producer) dan Excess Power.
Dengan demikian, diharapkan negosiasi harga antara PLN dengan IPP
menjadi lebih mudah, dan tidak memerlukan persetujuan Menteri ESDM.
d) Peningkatan Peran Swasta (cont’d)
21
1. Peningkatan peningkatan kapasitas dan
kualitas pasokan (7)
• Investasi peran badan usaha tidak hanya di sisi hulu (pembangkitan)
namun dapat juga di sisi hilir (distribusi) seiring dengan telah keluarnya
Permen ESDM No. 1 tahun 2015 tentang pemanfaatan bersama jaringan
transmisi dan distribusi tenaga listrik.
• Skema pemanfaatan bersama:
d) Peningkatan Peran Swasta (cont’d)
SKEMA 2
SKEMA 4
Pabrik
PT X
PT X
PT A
SKEMA 3
22
2. Peningkatan optimalisasi bauran energi(1)
INDIKATOR 2014 (baseline) 2019*
Peningkatan Produksi Sumberdaya Energi:
- Minyak Bumi (ribu BM/hari) 818 700
- Gas Bumi (ribu SBM/hari) 1.224 1.295
- Batubara (Juta Ton) 421 400
Penggunaan Dalam Negeri (DMO):
- Gas bumi DN 53% 64%
- Batubara DN 24% (101 juta ton) 60% (240 juta ton)
Kebutuhan Batubara untuk pembangkit listrik rata-rata adalah sekitar 3.500 ton/tahun/MW.
Pada tahun 2014 produksi batubara nasional diperkirakan mencapai sekitar 421 juta ton/tahun
dan sekitar 90 juta ton/tahun untuk 25,3 GW PLTU (54 % dari total pembangkit).
Dengan tambahan PLTU sekitar 25 GW (dari total 42 GW) pada kurun 2015-2019, maka kebutuhan
batubara untuk PLTU menjadi sekitar 176 juta ton/tahun (dari total produksi 240 juta ton/tahun).
Sisanya sebesar 64 juta/tahun untuk kebutuhan lainnya (selain pembangkit listrik)
a) Kebijakan pemanfaatan energi primer dalam negeri (batubara dan gas bumi)
23
2. Peningkatan optimalisasi bauran energi(2)
• Pemanfaatan gas bumi untuk pembangkit listrik memiliki dua arti penting:
– menyehatkan bauran energi nasional
– mengurangi subsidi listrik
• Melalui kebijakan domestic market obligation, porsi pemanfaatan gas bumi dalam negeri
terus meningkat. Pada tahun 2013, porsi gas bumi untuk domestik telah lebih banyak
daripada porsi untuk ekspor. Pada akhir tahun 2019 diharapkan 64% produksi gas bumi
nasional dimanfaatkan untuk kebutuhan dalam negeri.
• Permasalahan klasik untuk
memanfaatkan gas bumi bagi
kepentingan domestik adalah (i)
kontrak jangka panjang; (ii)
keterbatasan infrastruktur gas DN.
24
a) Kebijakan pemanfaatan energi primer dalam negeri (batubara dan gas bumi)
2. Peningkatan optimalisasi bauran energi(3)
• Kapasitas terpasang pembangkit listrik dari sumber energi baru terbarukan (EBT)
sampai saat ini masih terbatas yaitu sekitar 4500 MW.
• Dalam lima tahun ke depan diharapkan kapasitas tersebut akan meningkat menjadi
sebesar 7500 MW terutama melalui pemanfaatan panasbumi, hidro, dan surya.
• Sampah kota merupakan salah satu sumber energi terbarukan sebagaimana dalam
Permen ESDM No. 19 Tahun 2013.
b. Pemanfaatan energi baru dan terbarukan
25
2. Peningkatan optimalisasi bauran energi(4)
• FiT in untuk Tariff Solar PV
• FiT untuk PLTA
• FiT untuk Biomassa
b. Pemanfaatan energi baru dan terbarukan (cont’d)
26
No. Energi Harga Pembelian
Tegangan Menengah
1. Biomassa Rp. 975,- / kWh X F
2. Biogas Rp. 975,- / kWh X F
Tegangan Rendah
1 Biomassa Rp. 1.325,- / kWh X F
2 Biogas Rp. 1.325,- / kWh X F
Faktor insentif (F):• Wilayah Jawa, Bali, Sumatera : F = 1• Wilayah Kalimantan, Sulawesi , NTB dan NTT : F = 1,2• Wilayah Maluku dan Papua : F = 1,3
3. Pengalihan Subsidi Energi (Listrik)
• Subsidi listrik dari tahun ke tahun selalu mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2014 subsidi
listrik diperkirakan akan mencapai Rp. 107,1 triliun. Angka tersebut merupakan peningkatan
sebesar 900% lebih dari subsidi tahun 2005 (jangka waktu hanya ± 10 tahun).
• Faktor yang mempengaruhi Subsidi Listrik secara garis besar dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor,
yaitu (i) BPP+Margin dan (ii) Pendapatan. Faktor BPP dipengaruhi oleh dua faktor dominan, yaitu
besarnya biaya penyediaan energi primer dan komposisi energy mix pada pembangkitan.
• Langkah-langkah utama untuk mengurangi subsidi: (i) pengurangan losses non-teknis; (ii)
pengurangan pemakaian BBM; dan (iii) upaya penghematan pemakaian listrik.
• Mulai Mei 2014 pemerintah melakukan
menyesuaikan tarif listrik melalui Permen
ESDM No. 9/2014 dengan kenaikan
bertahap (setiap dua bulan sekali). Selain
itu, diperkenalkan juga mekanisme tariff
adjustment setiap bulan untuk golongan
tarif R-3/TR, B-2/TR, B-3/TM, dan P-1/TR.
27
Isu-Isu Penting
28
1 Debottlenecking
1. Percepatan Pengadaan 2. Terkait dengan penyediaan lahan. 3. Kemudahan perijinan misal izin untuk, penggunaan kawasan, dan
IMB.4. Fasilitasi penyediaan energi primer (terutama gas) untuk pembangkit
listrik5. Isu kriminalisasi pelaksana proyek.6. Koordinasi lintas sektor* .
* bahkan untuk membangun kabel listrik bawah tanah yang melintasi jalur KA masih menjadi hambatan besar
2 Kebijakan Harga
1. Penetapan tarif listrik yang lebih tepat, transparan, dan berkelanjutan.2. Kebijakan subsidi listrik yang lebih tepat sasaran3. Feed-in tariff yang lebih menarik untuk mendorong EBT
3Pendanaan dan
Resiko
1. Kebutuhan fasilitasi untuk penjaminan pemerintah2. Penyertaan modal pemerintah untuk menyehatkan keuangan BUMN 3. Pembagian resiko yang lebih setara terutama resiko hulu di sektor
energi (misal untuk eksplorasi panasbumi)4. Regulasi yang mendorong pinjaman langsung (direct lending) ke
BUMN.
Peran Pemerintah Daerah
• Pemerintah daerah memiliki peran yang sangat penting untuk menjaminkelancaran pelaksanaan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan.
• Berbagai izin yang merupakan kewenangan dari pemerintah daerah masihdirasakan terlalu lama dan banyak. Misalnya:
1. Izin prinsip dari Pemda
2. Izin lokasi/penetapan lokasi dari Pemda
3. Rekomendasi pembangunan jetty (untuk PLTU)
4. Izin lingkungan dari Pemda (BPLHD)
5. Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT)
6. Izin Pemanfaatan/Penggunaan Sempadan Pantai
7. Izin Pengambilan Air Permukaan/Mata Air (IPAP/MA)
8. Izin Ganguan / HO
9. Izin MendirikanBangunan
10. Izin Tempat Usaha
11. Izin Usaha Industri
29
PENUTUP
• Sampai saat ini tingkat layanan ketenagalistrikan masih belum memadai yang ditandai dengan krisis listrik di berbagai daerah.
• Pemerintah terus mengupayakan terpenuhinya kebutuhan listrik masyarakat dengan melakukan upaya percepatan pembangunan pembangkit beserta jaringan transmisi dan distribusinya, penetapan kebijakan harga yang tepat, mendorong bauran energi yang lebih sehat, dan mengikutsertakan peranserta masyarakat.
• Kehandalan sistem ketenagalistrikan Kalimantan Tengah masih perlu ditingkatkan karena belum tersedianya kapasitas pasokan yang mencukupi baik untuk kebutuhan individu maupun dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi regional.
• Penyediaan listrik di Kalimantan Tengah perlu untuk memanfaatkan energi setempat yang tersedia terutama untuk menjangkau wilayah-wilayah yang masih terpencil (distributed generation) untuk melengkapi sistem interkoneksi yang masih terbatas.
• Perlu upaya perkuatan kelembagaan daerah (Pemkot dan Pemprov) karena memiliki peran yang dominan dan penting. Seperti: (1) Penyusunan perencanaan pembangunan ketenagalistrikan daerah; (2) Penyusunan regulasi pembangunan ketenagalistrikan daerah; dan (3) Intervensi pendanaan pemerintah daerah.
• Model wilayah usaha khusus seperti PLN Batam & Tarakan dapat menjadi alternatif untuk perluasan jangkauan ketenagalistrikan di Kalimantan Tengah.
33
Terima Kasih
34
Directorate of Energi, Telecommunication and Informatics4th Floor, Main Building, BAPPENASJl. Taman Suropati No.2, Menteng, Jakarta 10310Tel/Fax: (021) 391 2422
[email protected]://yusufsuryanto.blogspot.com
“when you talk, you’re repeating what you already know, but if you listen, you may learn something new”
PT Cikarang Listrindo- Kawasan Industri Jababeka
Tahap I, II, dan III di Kabupaten
Bekasi
WILAYAH USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK(s.d. Februari 2015)
PT Tatajabar Sejahtera- Kawasan Industri Kota Bukit Indah ,
Kabupatn Karawang dan
Kabupaten Purwakarta
PT PLN Batam- Pulau Batam dan sekitarnya, kecuali
yang ditetapkan Pemerintah sebagai
wilayah usaha bagi badan usaha
lainnya atau koperasi
PT Krakatau Daya
Listrik- Kawasan Industri Krakatau,
Kota Cilegon
PT Kariangau Power- Kawasan Industri Kariangau,
Kota Balikpapan
PT Bekasi
Power- Wilayah PT
Gerbang Teknologi
Cikarang di
Kabupaten Bekasi
PT PLN Tarakan- Kota Tarakan
Selainnya adalah Wilayah Usaha
PT PLN (Persero). Penetapan
Wilayah Usaha tercantum pada
IUPL No. 634-12/20/600.3/2011
tgl. 30 September 2011
PT Batamindo Investment
Cakrawala- Kawasan Industri Batamindo Kota
Batam
PT Dian
Swastatika
Sentosa –Serang
Mill- Wilayah Pabrik PT
Indah Kiat Pulp &
Paper di Kabupaten
Serang
PT Makmur Sejahtera Wisesa- Kawasan Operasional PT Adaro Kabupaten
Tabalong Kalimantan Selatan
PT Dian Swastatika
Sentosa –
Tangerang Mill- Wilayah Pabrik PT Indah
Kiat Pulp & Paper di Kota
Tangerang Selatan
PT Tunas Energi- Kawasan Industri Tunas, Kota Batam
PT Krakatau Posco Energy- Kawasan Krakatau Posco, Kota
Cilegon
PT Mabar Elektrindo- Kawasan Industri Medan
PT United Power- Kawasan Industri Kaliwungu,
Kabupaten Kendal
PT Soma Dya Utama- Kawasan Pulau Karimun Zona I,
Kabupaten Karimun
PT Karimun Power
Plant- Kawasan Pulau Karimun Zona II,
Kabupaten Karimun
PTPN III- Kawasan KEK Sei Mangke,
Kabupaten Simalungun
Sudah Operasi
Belum Operasi
PT Sumber Alam SekurauArea Pertambangan PT Pesona Khatulistiwa
Nusantara, Kabupaten Bulungan
PT Bakrie PowerKawasan Industri Kimia PT Batuta
Chemical Industrial Park Kabupaten Kutai
Timur
PT Dwi Maharani-Nadi Kuasa Bersekutu
Sdn. Bhd. Joint Venture- Desa Semelinang Tebing, Kec. Peranap, Kab. Inhu, Riau
PT Panbil Utilitas Sentosa- Kawasan Industri Panbil, Kota Batam
35
Tarif Tenaga Listrik
36
: penyesuaian tarif tenaga listrik 2014
: rencana penerapan tariff adjsutment tahun 2015
: penerapan tariff adjsutment tahun 2014
* Sumber: KESDM
Pengembangan Pembangkit
35,5 GW + 7,4 GW (2015-2019)
37
Sumatera Kalimantan
Sulawesi
Maluku
Papua
Nusa TenggaraJava-Bali
Sumatera:PLN : 2,3 GWIPP : 8,7 GWTotal 11,1 GW
Jawa-Bali:PLN : 5,6 GWIPP : 18,3 GWTotal : 23,9 GW
Kalimantan:PLN : 1,8 GWIPP : 1,0 GWTotal : 2.8 GW
Sulawesi:PLN : 2.,4 GWIPP : 0,8 GWTotal : 3.2 GW
Nusa Tenggara:PLN : 0,87 GWIPP : 0,11 GWTotal : 0,98 GW
Papua:PLN : 0,29 MWIPP : 0,12 MWTotal : 0,41 MW
Maluku:PLN : 0,31 GWIPP : 0,02 GWTotal : 0,33 GW
Indonesia:PLN : 13,5 GWIPP : 29,1 GWTotal : 42.7 GW
Penyertaan Modal Negara (PMN)
• Peraturan Pemerintah (PP) No. 44/2005 Tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan
Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas.
• Pengertian: Penyertaan Modal Negara (PMN) adalah pemisahan kekayaan negara dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau penetapan cadangan perusahaan atau sumber
lain untuk dijadikan sebagai modal BUMN dan/atau Perseroan Terbatas lainnya, dan dikelola
secara korporasi.
• Aturan-Aturan Pokok:
– Penyertaan Modal Negara ke dalam BUMN dan Perseroan Terbatas bersumber dari: (a)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; (b) kapitalisasi cadangan; dan / atau (c)
sumber lainnya.
– Sumber yang berasal dari APBN: (a) dana segar; (b) proyek-proyek yang dibiayai oleh
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; (c) piutang negara pada BUMN atau Perseroan
Terbatas; dan/atau (d) aset-aset negara lainnya.
– PMN diusulkan oleh Menteri Keuangan kepada Presiden disertai dengan dasar
pertimbangan setelah dikaji bersama dengan Menteri dan Menteri Teknis.
– Rencana PMN dapat dilakukan atas inisiatif: (a) Menteri Keuangan, (b) Menteri BUMN;
atau (c) Menteri Teknis.
– Pengkajian bersama atas rencana PMN dikoordinasikan oleh Menteri Keuangan dengan
mengikutsertakan menteri lain dan/atau pimpinan instansi lain yang dianggap perlu atau
menggunakan konsultan independen.
– Pelaksanaan penambahan PMN setelah diterbitkannya peraturan pemerintah.
39