pengembangan kecerdasan spiritual …...abstrak ulfah mudrikah (1112011000061). pengembangan...

101
PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL MELALUI PENDIDIKAN AKHLAK DI MTs SIROJUL FALAH Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: ULFAH MUDRIKAH 1112011000061 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Upload: others

Post on 02-Feb-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL

MELALUI PENDIDIKAN AKHLAK

DI MTs SIROJUL FALAH

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

ULFAH MUDRIKAH

1112011000061

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

ABSTRAK

Ulfah Mudrikah (1112011000061).

Pengembangan Kecerdasan Spiritual Melalui Pendidikan Akhlak di MTs

Sirojul Falah.

Penelitian ini bertujan untuk mengetahui pengembangan kecerdasan

spiritual siswa melalui pendidikan akhlak dan Faktor apa saja yang

mempengaruhi peningkatan kecerdasan spiritual siswa di MTs Sirojul Falah.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yaitu

penelitian yang menggambarkan keadaan sesungguhnya dari objek yang diteliti

dan dibandingkan dengan teori yang ada. Dari data yang telah terkumpul lalu

disusun dan digambarkan secara objektif dalam bentuk narasi. Dan Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di MTs Sirojul Falah 157

siswa. Dan sampel yang diambil 25% dari populasi yaitu 39,25 dibulatkan

menjadi 40 orang siswa.

Dari semua hasil data yang terkumpul maka menyimpulkan bahwa

pengembangan kecerdasan spiritual siswa di MTs Sirojul Falah yang dilakukan

oleh Kepala Sekolah dan Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak sudah baik,

melalui beberapa upaya seperti guru memberi motivasi dan nasihat kepada siswa

serta membiasakan siswa untuk mengerjakan perintah Allah, selain itu juga

dijelaskan bahwa faktor yang mendukung dalam pengembangan kecerdasan

spiritual siswa adalah guru dan juga keluarga sehingga membantu siswa untuk

lebih mengoptimalkan kecerdasan spiritual.

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan petujuk dan pertolongan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya untuk menempuh jalan yang

benar guna meraih kebahagiaan dinua dan akhirat.

Penulis skripsi ini bertujuan memahami salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Jurusan Pendidikan Agama Islam dari Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit

hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, namun berkat bantuan motivasi dan

do’anya yang tidak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini selesai pada

waktunya. Penulis hanya mampu menyampaikan terimakasih yang terdalam dan

rasa hormat kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA dan

segenap staf jajaran.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon,

M.Ag, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Ibu Marhaman Saleh, Lc.

MA. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Ahmad Irfan Mufid, MA selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan terhadap penyelesaian

skripsi ini.

iii

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah

mencurahkan ilmu pengetahuan dan pelajaran hidup kepada penulis

semasa kuliah.

6. Kepada Sekolah MTs Sirojul Falah yang telah memperkenankan penulis

mengadakan penelitian di sekolah tersebut dan memberikan bantuan di

dalam pelaksanaan penelitian serta kepada segenap guru dan karyawan

serta adik-adik yang memberikan bantuan dan kerjasamanya selama

penelitian berlangsung.

7. Ayahanda M. Yunus dan ibunda Rusni tercinta yang telah merawat dan

mendidik dengan penuh kasih sayang, memberikan pengorbanan baik

moril maupun materi yang tidak ternilai harganya sampai saat ini, serta

senantiasa memberikan motivasi dan mendo’akan penulis dalam

mengarungi kehidupan ini.

8. Kakak-kakakku Nurhayati, Endang Hidayat, dan Abdul Fatah yang telah

memberikan nasihat, motivasi serta mendo’akan penulis dikala lelah dan

jenuh.

9. Teman-teman PAI angkatan 2012 khususnya kelas B yang telas membantu

dan memberikan saran dan juga masukan bagi penulis sehingga selesainya

skripsi ini.

Semoga jasa dan segala amal kebaikannya yang telah diberikan kepada

penulias mendapatkan balasan yang layak dari Allah SWT. Akhirnya

penulis berharap, semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan

khususnya bagi yang membaca ada umumnya.

Jakarta, 23 Januari 2017

Penulis

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii

BAB I: PENDAHULUAN...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 6

C. Pembatasan Masalah ............................................................................. 6

D. Rumusan Masalah ................................................................................. 7

E. Tujuan Penelitian................................................................................... 7

F. Manfaat Penelitian................................................................................. 7

BAB II: KAJIAN TEORI ..................................................................................... 8

A. Kecerdasan Spiritual ............................................................................. 8

1. Pengertian Kecerdasan Spiritual....................................................... 8

2. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual ......................................................... 12

3. Fungsi Kecerdasan Spiritual ........................................................... 15

4. Langkah-Langkah Membina Kecerdasan Spiritual ....................... 17

5. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Spiritual ......................... 18

6. Ciri-Ciri Kecerdasan Spiritual Yang Berkembang Dengan Baik ... 19

B. Pendidikan Akhlak .............................................................................. 20

1. Pengertian Pendidikan Akhlak ....................................................... 20

2. Tujuan Pendidikan Akhlak ............................................................. 23

3. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak ............................................... 26

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Akhlak ............... 29

v

5. Implementasi Mata Pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah

Tsanawiyah ..................................................................................... 29

C. Pengembangan Kecerdasan Spiritual .................................................. 31

D. Penelitian Yang Relevan ..................................................................... 33

E. Kerangka Berfikir ................................................................................ 34

BAB III: METODE PENELITIAN .................................................................... 36

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 36

B. Metode Penelitian ................................................................................ 36

C. Unit Analisis ........................................................................................ 37

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 38

E. Instruent Penelitian .............................................................................. 41

F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 41

BAB IV: HASIL PENELITIAN ......................................................................... 44

A. Gambaran Umum MTs Sirojul Falah .................................................. 44

1. Deskripsi MTs Sirojul Falah ......................................................... 44

2. Visi dan Misi MTs Sirojul Falah .................................................. 44

3. Perangkat MTs Sirojul Falah ....................................................... 45

a. Data Guru ............................................................................... 45

b. Data Siswa .............................................................................. 46

c. Sarana dan Prasarana .............................................................. 47

d. Organisasi siswa ...................................................................... 48

B. Deskripsi Data ..................................................................................... 49

C. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 63

BAB V: PENUTUP .............................................................................................. 66

A. Kesimpulan.......................................................................................... 66

vi

B. Saran .................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecerdasan adalah sesuatu yang berdiam dalam diri manusia itu

sendiri. kecerdasan bisa saja diartikan semacam kemampuan, ketangkasan,

keahlian, dan kecerdikan. Ini yang diungkapkan oleh Danah Zohar dan Ian

Marshall dalam buku mereka yang berjudul SQ: Memanfaatkan

Kecerdasan Spiritual Dalam Berfikir Integralistik dan Holistik Untuk

Memaknai Kehidupan.1

Sedangkan menurut Ary Gunanjar Agustian, Kecerdasan spiritual

adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran,

perilaku, dan kegiatan, serta mampu menyinergikan kecerdasan intelektual

atau dikenal juga dengan Intelektual Quotient (IQ), kecerdasan emosional

atau dikenal juga dengan Emotional Quotient (EQ), dan kecerdasan

spiritual atau dikenal juga denga Intelektual Quotient atau dikenal juga

dengan Spirituals Quotient (SQ) secara komprehensif.2

Pada saat ini semua kecerdasan dapat dikaitkan dengan tiga

kecerdasan. Ketiga kecerdasan itu adalah kecerdasan otak (IQ), kecerdasan

emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). Kecerdasan-kecerdasan

tersebut memiliki fungsi masing-masing yang dibutuhkan dalam hidup di

dunia. Dalam rangka mencapai pendidikan, Islam mengupayakan

pembinaan seluruh potensi manusia secara serasi dan seimbang. Dengan

terbinanya seluruh potensi secara sempurna diharapkan ia dapat

melaksanakan fungsi pengabdian tersebut harus dibina seluruh potensi

yang dimiliki yaitu potensi spiritual, kecerdasan, perasaan, dan kepekaan.

1 Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam

Berfikir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan, (Bandung: Mizan, 2002), Cet. ke-

5, h.3. 2 Ary Ginanjar, Rahasia sukses membangkitkan ESQ, (Jakarta: Arga Publishing, 2007),

Cet. ke-41, h.13.

2

Dalam hal ini, melihat dari tiga kecerdasan yang ada bahwa

kecerdasan spiritual (SQ) merupakan landasan yang diperlukan untuk

memfungsikan IQ dan EQ secara efektif, bahkan SQ merupakan

kecerdasan tertinggi seseorang.3 Orang yang memiliki kecerdasan spiritual

biasanya memiliki dedikasi kerja yang tulus dan jauh dari kepentingan

pribadi (egoisme), apalagi bertindak dzalim kepada orang lain.4

Fenomena terbesar mengenai kehidupan Spiritual manusia adalah

kecenderungan manusia untuk menuju sifat-sifat Ilahiah asmaul husna. Ia

akan bahagia atau terharu apabila titik spiritualnya tersentuh. Ini

membuktikan bahwa kecerdasan spiritual seseorang itu sangat penting.5

Firman Allah dalam Al-Ahzab ayat 15:

Artinya: “Dan Sesungguhnya mereka sebelum itu telah berjanji kepada

Allah: "Mereka tidak akan berbalik ke belakang (mundur)". dan adalah

Perjanjian dengan Allah akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Q.S Al-

Ahzab: 15).

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari proses belajar,

hendaknya lembaga pendidikan sekolah dapat melaksanakan juga

pembinaan spiritual pada siswa, pembinaan spiritual dimaksudkan sebagai

jalan atau cara untuk menyikapi spiritual manusia melalui latihan-latihan

yang bersifat fisik dan nonfisik. Latihan-latihan tersebut diantaranya

melakukan puasa, mendirikan shalat dengan baik, berdzikir dan

mujahadah dalam menekan hawa nafsu. Dari proses pembinaan spiritual

ini, maka siswa bukan hanya memperoleh kecerdasan Intelektual (IQ) saja

melainkan juga mendapatkan kecerdasan Spiritual (SQ).

3 Danah Zohar dan Ian Murshall, SQ Memanfaatkan Kecerdasan spiritual daam Berfikir

Integralistik dan Holistik untuk Memakai Kehidupan, (Bandung: Mizan, 2009), Cet. ke-2, h.4. 4 Suharsono, Melejitkan IQ, EQ, SQ, (Tangerang: Ummah Publishing,2009), Cet. ke-1,

h.240. 5 http://www.sarjanaku.com/2013/01/kecerdasan-spiritual-perspektif-menurut.html,

diakses pada minggu, 23/10/2016, 20:17.

3

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang

harus di penuhi guna menunjang kehidupannya dimasa yang akan datang

dalam menghadapi tantangan-tantangan yang terjadi pada era globalisasi

saat ini. Dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun

2003 bab 2 pasal 3 dijelaskan bahwa:

“Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan bentuk

watak serta peradaban bangsa yang martabatnya dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan

bertawakal kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

berdemokrasi serta bertanggung jawab.”6

Pendidikan adalah usaha sadar seseorang untuk mengembangkan

potensi yang ada dalam dirinya agar dapat menghadapi tantangan-

tantangan masa depannya sehingga berguna bagi dirinya dan orang lain.

Pendidikan merupakan bagian penting dalam proses pembangunan yang

menentukan pertumbuhan suatu bangsa

Pendidikan bertujuan untuk menciptakan manusia yang cerdas,

cakap, dan kreatif. Karena pada dasarya pendidikan adalah salah satu

proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga

mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan yang

dihadapinya. Namun perkembangan dan kemajuan seseorang tidaklah

cukup hanya dengan mengandalkan kecerdasan intelektual yang

mengandalkan kemampuan berlogika semata.

Setiap manusia yang lahir membawa potensi baik secara fisik,

psikologis, sosial, maupun moral. Salah satu potensi psikis yang ada pada

manusia adalah kecerdasan. Manusia dibekali akal atau kecerdasan oleh

Allah SWT dalam rangka mengaktualisasikan dirinya sebagai hamba dan

wakil Allah di bumi.

6 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional (SISDIKNAS), (Jakarta: Citra Umbara, 2003), h.5.

4

Dalam pendidikan, belajar mengajar merupakan suatu proses yang

sangat kompleks, karena dalam proses tersebut tidak hanya sekedar

menyerap dan menerima informasi dari guru, tetapi melibatkan diri secara

aktif agar hasil belajar mengajar yang diinginkan lebih baik. Itu

merupakan salah satu tujuan pengajaran yang diinginkan oleh seorang

guru dalam mengajar dan usaha seseorang untuk mencapai tujuan tersebut

yaitu harus mengetahui hal-hal yang membuat keberhasilan dalam proses

mengajar, oleh karena itu seorang guru harus mempunyai kemampuan

dalam mengajar.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Tohirin bahwa: “pembelajaran

merupakan suatu upaya membelajarkan atau suatu upaya mengarahkan

aktivitas belajar.” Pembelajaran itu sendiri merupakan suatu upaya

membelajarkan, suatu upaya mengarahkan aktivitas siswa kearah aktivitas

belajar. Didalam proses pembelajaran, terkandung dua aktivitas sekaligus,

yaitu aktivitas mengajar (guru) dan aktivitas belajar (siswa). Proses

pembelajaran merupakan proses interaksi, yaitu interaksi guru dengan

siswa dan siswa dengan siswa. Proses pembelajaran merupakan situasi

psikologis, dimana banyak aspek-aspek ditemukan aspek-aspek psikologis

ketika proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena pembelajaran

merupakan situasi psikologis, maka guru dituntut untuk memiliki

pemahaman tentang psikologi guna memecahkan berbagai persoalan

psikologi yang muncul dalam proses pembelajaran.7

Dalam dunia pendidikan, gagalnya pendidikan disebabkan

gagalnya institusi pendidikan dalam mendidik moral dan menciptakan

kepribadian yang baik. Maka skripsi ini menganggap penting bahwa

dimensi spiritual untuk dikaitkan dengan pendidikan khususnya dalam

proses pembelajaran pendidikan akhlak. Kekuatan spiritual sangat penting

guna memotivasi belajar dalam keberhasilan belajar. Karena sangat

berpengaruh pada dimensi pendidikan.

7 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2006), Cet. ke-1, h.8.

5

Seiring zaman yang terus bergulir dalam arus gobalisasi yang

penuh tantangan dengan arus moderenisasi. Berbagai kerusakan moral dan

akhlak terjadi ditengah masyarakat kita. Beberapa tahun ini bangsa

Indonesia terjangkit dalam berbagai bidang baik aspek ekonomi, sosial,

budaya, moralitas, politik dan lain-lain, yang pada hakikatnya adalah

berawal dari krisis akhlak. Maraknya tawuran antar pelajar,

penyalahgunaan narkoba, prilaku asusila, pergaulan bebas yang menjamur

dikalangan masyarakat serta terjadinya berbagai tindak kriminal bahkan

ditingkat kalangan pelajar.

Pelajar atau siswa sebagai generasi penerus bangsa merupakan

penentu peradaban dan kemajuan bangsa, demi mewujudkan bangsa dan

Negara yang beradab dan bermartabat sesuai dengan kepribadian bangsa

yang menganut pada Ketuhanan YME, maka harus memiliki kematangan

jiwa, mental dan moralitas. Untuk dapat mencapai kematangan tersebut,

maka diperlukan peran pendidikan akhlak yang berkesinambungan agar

tercipta siswa yang memiliki karakter positif.

Islam sebagai agama yang universal meliputi semua aspek

kehidupan manusia mempunyai sistem nilai yang mengatur hal-hal yang

baik, yang dinamakan akhlak Islami. Sebagai tolak ukur perbuatan baik

dan buruk mestilah merujuk kepada ketentuan Allah SWT dan Rasul-Nya,

karena Rasulullah SAW adalah manusia yang paling mulia akhlaknya.

Mengingat pentingnya pendidikan akhlak bagi terciptanya kondisi

lingkungan yang harmonis, diperlukan upaya serius untuk menanamkan

nilai-nilai tersebut secara intensif. Pendidikan akhlak berfungsi sebagai

panduan bagi manusia agar mampu memilih dan menentukan suatu

perbuatan dan selanjutnya menetapkan mana yang baik dan mana yang

buruk. Kalau dipelajari sejarah bangsa arab sebelum Islam datang maka

akan di temukan suatu gambaran dari sebuah peradaban yang sangat rusak

dalam hal akhlak dan tatanan hukumnya. Seperti pembunuhan, perzinaan

dan penyembahan patung-patung yang tak berdaya. Hal ini jelas

6

bertentangan dengan nilai akhlak yang terkandung dalam Al-Qur’an dan

Hadits.

Melihat beberapa fenomena-fenomena yang terjadi dimasyarakat

saat ini, maka proses pendidikan harus lebih menekankan pada pendidikan

akhlak yang dapat membentuk karakter siswa agar dapat mencegah

terjadinya prilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku di

masyarakat baik norma agama maupun norma sosial.

Dari latar belakang yang dijelaskan maka penulis tertarik untuk

meneliti mengenai “Pengembangan Kecerdasan Spiritual Melalui

Pendidikan Akhlak di MTs Sirojul Falah”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas,

maka dapat ditemukan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Masih terdapat siswa yang ingat kepada Allah hanya ketika

mendapatkan kesulitan saja.

2. Rendahnya penegakkan peraturan yang diterapkan kepada siswa

dalam upaya mengembangkan kecerdasan spiritual siswa di MTs

Sirojul Falah.

3. Ketika ada masalah masih ditemukan siswa yang belum mampu

mengatasinya dengan pendekatan religius.

4. Kurangnya pelatihan spiritual dan langkah-langkah yang

dibiasakan oleh guru untuk siswa dalam kehidupan sehari-hari.

5. Sebagian guru belum memahami peran khusus dalam

meningkatkan kecerdasan spiritual siswa.

6. Kurangnya siswa dalam menambahkan pengetahuan pendidikan

akhlak.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut serta

keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti, maka penelitian dibatasi

7

dengan pembahasan mengenai pengembangan kecerdasan spiritual melalui

pendidikan akhlak di MTs Sirojul Falah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan

pembatasan masalah maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengembangan kecerdasan spiritual melalui

pendidikan akhlak di MTs Sirojul Falah?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi peningkatan kecerdasan

spiritual siswa di MTs Sirojul Falah?

E. Tujuan Penelitian

Dengan melihat rumusan masalah yang telah tertera di atas, maka

penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui perkembangan kecerdasan spiritual melalui

pendidikan akhlak di MTs Sirojul Falah

2. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi peningkatan

kecerdasan spiritual siswa di MTs Sirojul Falah.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah:

1. Bagi guru:

Penelitian ini dapat mendorong para guru MTs Sirojul Falah untuk

lebih meningkatkan kecerdasan spiritual (SQ) siswa.

2. Bagi siswa:

Penelitian ini diharapkan mendorong siswa MTs Sirojul Falah untuk

mengembangkan kecerdasan spiritual (SQ) dengan optimal.

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kecerdasan Spiritual

1. Pengertian Kecerdasan Spiritual

Sebelum membahas kecerdasan spiritual secara integral, terlebih

dahulu penulis mendefinisikan “kecerdasan” dan “spiritual” secara

terpisah. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “kecerdasan”

adalah kesempurnaan akal budi seperti: kepandaian, ketajaman

pikiran.1 Sedangkan kecerdasan menurut kamus psikologi ialah

kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru

secara tepat dan efektif.2

Feldam mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan

memahami dunia, berpikir secara rasional, dan menggunakan sumber-

sumber secara efektif pada saat dihadapkan dengan tantangan. Dalam

pengertian ini kecerdasan terkait dengan kemampuan memahami

lingkungan atau alam sekitar, kemampuan penalaran atau berpikir

logis, dan sikap bertahan hidup dengan menggunakan sarana dan

sumber-sumber yang ada.3

Sedangkan melihat definisi dari ayat-ayat Al-Qur’an, kata-kata

yang memiliki arti kecerdasan, yaitu al-Fathanah, adz-dzaka‟, al-

hadzaqah, an-nubl, an-najabah, dan al-kayyis tidak digunakan oleh

Al-Qur’an. Definisi Kecerdasan secara jelas juga tidak ditemukan,

tetapi melalui kata-kata yang digunakan oleh al-Qur’an dapat

disimpulkan makna Kecerdasan. Kata yang banyak digunakan oleh Al-

Qur’an adalah kata yang memiliki makna yang dekat dengan

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edisi

Keempat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), cet. ke-4, h.262.

2 J.P. chaplin, kamus Lengkap Psikologi terjemahan Kartini Kartono, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2008), h.253

3 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2006), cet. ke-1, h.59.

9

Kecerdasan, seperti kata yang seasal dengan kata al-„aql, al-lubb, al-

fikr, al-Bashar, al-nuha, al-fiqh, al-fikr, al-nazhar, al-tadabbur, dan

al-dzikr. Kata-kata tersebut banyak digunakan di dalam Al-Qur’an

dalam bentuk kata kerja, seperti kata ta‟qilun. Para ahli tafsir,

termasuk di antaranya Muhammad Ali Al-Shabuni, menafsirkan kata

afala ta‟qilun “apakah kamu tidak menggunakan akalmu”. Dengan

demikian Kecerdasan menurut Al-Qur’an diukur dengan penggunaan

akal atau kecerdasan itu untuk hal-hal positif bagi dirinya maupun

orang lain.4

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah

kemampuan yang dimiliki seseorang dalam memahami lingkungan

atau alam sekitar serta berpikir rasional guna menghadapi tantangan

hidup serta dapat memecahkan berbagai problem yang dihadapi.

Sedangkan pengertian spiritual, menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia ialah berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani,

batin).5 Dalam kamus psikologi spiritual yaitu pertama berkaitan

dengan agama, keimanan, keshalehan, menyangkut nilai-nilai

transendental, ketiga sifat mental bersifat lawan dari mental, fisikal

atau jasmaniyah.6

Menurut Aliah B. Purwakania Hasan, kata “spirit” berasal dari kata

benda bahasa latin “spiritus” yang berarti napas dan kata kerja

“spirare” yang berarti untuk bernapas. Melihat asal katanya, hidup

adalah untuk bernapas, dan memiliki napas artinya memiliki spirit.

Menjadi spiritual berarti memiliki ikatan yang lebih kepada hal yang

bersifat kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal yang bersifat fisik

4 https://arhan65.wordpress.com/2011/11/25/kecerdasan-menurut-Al-Qur’an/, diakses pada

minggu, 23/10/2016, 20:07.

5 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edisi

Keempat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), cet. ke-4, h.1335

6 J.P. chaplin, kamus Lengkap Psikologi terjemahan Kartini Kartono, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2008), h.480

10

atau material.7 Dapat disimpulkan bahwa spiritual adalah keadaan akal

dan jiwa atau rohani manusia yang berhubungan dengan nilai-nilai

ketuhanan.

Setelah mengetahui arti dari masing-masing kata kecerdasan dan

spiritual, maka dapat diketahui arti kecerdasan spiritual secara integral.

Yaitu, kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang berkenaan dengan

hati dan kepedulian antar sesama manusia, makhluk lain, dan alam

sekitar berdasarkan keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa.8

Danah Zohar dan Ian Marshal adalah tokoh yang membuka

pembicaraan tentang “Q” jenis ketiga ini. Menurut mereka Spiritual

Quotient (SQ) adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan

Intelektual Quotient (IQ) dan Emotional Quotient (EQ) secara efektif.

SQ merupakan kecerdasan tertinggi yang harus dimiliki oleh setiap

manusia. SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan

persoalan makna dan nilai, sebagai kecerdasan untuk menempatkan

perilaku dan hidup seseorang dalam konteks makna yang lebih luas

dan kaya. Sebuah kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan

hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.

Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal, bahwa tujuh macam

kecerdasan (Multiple Intelligence) yang dimiliki oleh manusia,

sebagaimana yang diungkapkan oleh psikolog Howard Gardner dari

Harvard University, yakni: kecerdasan musical, spacial, kinestetik,

rasional, dan emosional, pada hakikatnya adalah varian dari ketiga

kecerdasan utama IQ, EQ, dan SQ, serta pengaturan dari ketiga saraf

kecerdasan tersebut.9

Sedangkan menurut Monty SQ adalah inti kesadaran manusia.

Kecerdasan spiritual itu membuat manusia mampu menyadari siapa

7 Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2008), h.288. 8 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edisi

Keempat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), cet. ke-4, h.1335 9 Danah Zohar dan Ian Marshal, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalamBerfikir

Integralistik dan Holistik untuk Mekmanai Kehidupan, (Bandung: Mizan, 2001), cet. ke-5, h.3-4.

11

manusia sesungguhnya dan bagaimana manusia memberi makna

terhadap hidup manusia dan seluruh dunia. Kecerdasan spiritual

mengarahkan hidup manusia untuk selalu berhubungan dengan

kebermaknaan hidup agar manusia menjadi lebih bermakna.10

Manusia membutuhkan perkembangan “kecerdasan spiritual” (SQ)

untuk mencapai perkembangan diri yang lebih utuh. Manusia

membentuk karakter untuk melalui penggabungan antara pengalaman

dan visi. Artinya, melalui ketegangan antara apa yang “benar-benar

manusia lakukan” dan hal-hal yang “lebih besar” dan “ lebih baik”

yang “mungkin manusia lakukan”. Kecerdasan spiritual mengajak

manusia memasuki jantungnya segala sesuatu, nilai-nilai kemanusiaan

(Being Values): kegembiraan, rasa humor, daya cipta kecantikan dan

kejujuran.11

Setelah melihat pengertian kecerdasan spiritual menurut beberapa

pendapat diatas dikatakan juga dalam perspektif Islam, kecerdasan

spiritual adalah kemampuan seseorang untuk yakin dan berpegang

teguh terhadap nilai spritual Islam, selalu berperilaku sesuai dengan

nilai-nilai Islam dalam hidupnya, dan mampu untuk menempatkan

dirinya dalam kebermaknaan diri yaitu ibadah dengan merasakan

dirinya selalu dilihat Tuhan, sehingga ia dapat hidup dengan

mempunyai jalan dan kebermaknaan yang akan membawanya terhadap

kebahagiaan dan keharmonisan yang hakiki.12

Allah berfirman dalam

Al-Qur’an surat Al-Mu’minun ayat 1-4:

Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu)

orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang

10

Monty P. Satiadarma dan Fadelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan, (Jakarta: Pustaka

Populer Obor, 2003), h.45. 11

Ibid, h.45. 12

http://www.sarjanaku.com/2013/01/kecerdasan-spiritual-perspektif-menurut.html

diakses pada minggu, 23/10/2016, 19:53.

12

menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-

orang yang menunaikan zaka.t”(Q.S Al-Mu’minun: 1-4).

2. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual ditandai dengan sejumlah ciri, yaitu:

a. Mengenal motif yang paling dalam.

Maksudnya, motif yang paling dalam berkaitan erat dengan

motif kreatif. Motif kreatif adalah motif yang menghubungkan

manusia dengan kecerdasan spiritual. Serta tidak terletak pada

kreativitas, tidak bisa dikembangkan lewat IQ. IQ hanya akan

membantu untuk menganalisis atau mencari pemecahan soal logis.

Sedangkan EQ adalah kecerdasan yang membantu manusia untuk

bisa menyesuaikan diri dengan orang-orang disekitarnya,

berempati dengan orang-orang disekitarnya, untuk bisa bersabar,

menerima apa adanya serta bisa mengendalikan diri. Untuk bisa

kreatif, manusia memerlukan suatu kecerdasan spiritual. Jadi motif

kreatif adalah yang lebih dalam, dan salah satu ciri orang yang

cerdas spriritual adalah orang yang mengetahui motifnya yang

paling dalam.

b. Memiliki tingkat kesadaran yang tinggi.

Maksudnya adalah, manusia memiliki kedasaran bahwa

manusia tidak mengenal dirinya lebih, karenanya selalu ada upaya

untuk mengenal dirinya lebih dalam. Misalnya, manusia selalu

bertanya siapa dirinya, sebab hanya mengenal diri sendiri, maka

manusia juga harus mengenal tujuan dan misi hidupnya. Jadi,

manusia yang tingkat kesadaran spiritualnya tinggi adalah manusia

yang mengenal dirinya dengan baik.13

c. Bersifat respontif pada dirinya yang dalam.

Maksudnya, melakukan instropeksi diri, refleksi dan mau

mendengarkan dirinya. Suasana disekeliling manusia sering terlalu

13

Sudirman Tebba, Kecerdasan Sufistik: Jembatan Menuju Makrifat, (Jakarta: Kencana,

2004), cet. ke-1, h.25.

13

riuh, sehingga tidak sanggup lagi mendengarkan hati nuraninya

sendiri.

d. Mampu memanfaatkan dan mentransendalkan kesulitan

Maksudnya, manusia kadang-kadang baru mau

mendengarkan suara hati nurani ketika ditimpa musibah. Misalnya,

tiba-tiba usaha bangkrut, dikecewakan oleh orang yang dipercaya,

atau sakit keras yang berkepanjangan. Keadaan seperti ini

mendorong manusia untuk melakukan intropeksi diri dengan

melihat hati yang paling dalam. Sedangkan kemampuan

mentransendalkan kesulitan secara spiritual dapat dilakukan

misalnya, dengan sikap tawakal dan ridha. Tawakal artinya

berserah diri, maksudnya berserah diri kepada keputusan Allah

swt, terutama ketika melakukan suatu perbuatan atau ikhtiar. Jadi,

tawakal harus didahului oleh ikhtiar untuk memenuhi suatu

keperluan. Misalnya untuk hidup layak manusia harus bekerja

keras melakukan pekerjaan yang halal. Sukses atau gagal, bahagia

atau sengsara, sepenuhnya diserahkan kepada Allah swt.

Ridha berarti senang, maksudnya senang menjadikan Allah

sebagai Tuhan, senang kepada ajaran Allah dan takdir-Nya,

bahagia atau sengsara. Orang yang telah mencintai Allah akan

senang segala hal yang datang dari Allah, termasuk cobaan hidup,

seperti kesulitan.

e. Sanggup berdiri, menentang, dan berbeda dengan orang banyak.

Maksudnya, manusia mempunyai kecendrungan untuk ikut

arus atau trend, seperti trend rambut, pakaian, kebiasaan hidup dan

pemikiran. Orang yang cerdas spiritual mempunyai pendirian dan

pandangan sendiri walaupun harus berbeda dengan pendirian dan

pandangan orang banyak.14

f. Enggan mengganggu atau menyakiti orang dan makhluk yang lain.

14

Ibid; h.26

14

Maksudnya, bahwa alam semesta ini adalah sebuah

kesatuan, sehingga kalau mengganggu apa pun dan siapa pun pada

akhirya akan kembali pada diri sendiri. misalnya, kalau menyakiti

orang lain nanti akan disakiti pula. Kalau merusak alam akan

menimbulkan kesulitan atau musibah, seperti banjir dan tanah

longsor. Karena itu, orang yang cerdas spiritualnya tidak akan

menyakiti orang lain dan alam sekitarnya.

g. Memperlakukan agama cerdas secara spiritual.

Maksudnya, kalau manusia itu cerdas spiritualnya tidak

akan mengganggu atau memusuhi orang yang beragama lain atau

penganut kepercayaan lain. Karena agama hanyalah jalan masing-

masing orang menuju Tuhan, dan tidak ada alasan untuk memusuhi

orang menempuh jalan lain, sedangkan karena tasawuf

mengajarkan dimensi esotis (bathin) agama, yaitu perbuatan hati,

seperti sabar, ikhlas, sederhana, adil, dan sebagainya. Perbuatan

hati bersifat universal melintasi batas-batas agama.

h. Memperlakukan kematian cerdas secara spiritual.

Maksudnya adalah, sesuai dengan ajaran tasawuf.

Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, tasawuf mengajarkan bahwa

kematian haruslah diingat, karena kematian itu pasti akan dialami

oleh setiap orang. Karena itu, manusia harus menyiapkan diri

menghadapi kematian dengan selalu beribadah, beramal shaleh dan

meninggalkan maksiat dan kejahatan.15

Sedangkan menurut Makmun Mubayidh, anak-anak memiliki ciri-

ciri kecerdasan spiritual sebagai berikut:

a. Kemampuan untuk membedakan yang fisik dan material.

b. Kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak

yakni merasakan kesejukan dalam diri ruhaniahnya.

c. Kemampuan untuk mengartikan makna pengalaman sehari-hari.

15

Ibid; h.36

15

d. Kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber spiritual untuk

menyelesaikan masalah.

e. Kemampuan untuk berbuat baik.16

3. Fungsi Kecerdasan Spiritual

Menurut Monty P. Setiadarma bahwasannya manusia memiliki

spiritual yang baik akan memiliki hubungan yang kuat dengan Allah

swt, sehingga akan berdampak pula kepada kepandaian ia dalam

berinteraksi dengan manusia, akan dibantu oleh Allah swt yaitu hati

manusia dijadikan cenderung kepada-Nya.17

Firman Allah swt dalam surat Al-Fushilat ayat 33:

Artinya: “siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang

menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:

"Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?"(Q.S. Al-

Fushilat: 33)

Dari ayat diatas dapat diketahui bahwa kondisi spiritual pada

seseorang terhadap kemudahan dia dalam menjalankan kehidupan ini.

Jika spiritual baik, maka ia menjadi orang yang cerdas dalam

kehidupan. Untuk itu yang terbaik adalah memperbaiki hubungan

dengan Allah swt dengan cara meningkatkan ketaqwaan dan

menyempurnakan tawakal serta memurnikan pengabdian kepada-Nya.

Dari uraian diatas penulis dapat mengungkapkan beberapa fungsi

kecerdasan spiritual antara lain:

a. Mendidik hati menjadi benar

Pendidikan sejati adalah pendidikan hati, karena pendidikan

hati tidak hanya menekankan segi-segi pengetahuan kognitif

intelektual saja akan tetapi juga menumbuhkan segi-segi kualitas

16

Makmun Mubayidh, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak terjemahan

Muhammad Muchson Anasy, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), h.182. 17

Monty P. Setiadarma dan Fadelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan, (Jakarta:Pustaka

Po[uler Obor: 2003), h.181

16

psikomotik dan kesadaran spiritual yang relatif dalam kehidupan

sehari-hari. Ada dua metode mendidik hati menjadi benar antara

lain:

1) Jika diri didefinisikan sebagai dari kaum agama, tentu

kecerdasan spiritual mengambil metode vertikal, bagaimana

kecerdasan spiritual dapat mendidik hati anak untuk

menjalankan ketaqwaan kepada Allah swt, sebagaimana firman

Allah swt dalam surat Ar-Ra’d ayat 28:

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka

manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan

mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Q.S. Ar-Ra‟d: 28)

Dzikir merupakan salah satu metode kecerdasan spiritual

mendidik hati anak menjadi tenang, tentram, dan damai yang

berimplikasi langsung pada ketenangan, kematangan dari sinar

kearifan yang memancarkan dalam kehidupan sehari-hari.

2) Implikasinya secara horizontal, yaitu kecerdasan spiritual

mendidik hati dalam budi pekerti yang baik dan moral yang

beradab. Ditengah arus demoralisasi, seperti sikap dekstruksi,

pergaulan bebas, narkoba, maka kecerdasan spiritual itu sangat

efektif dalam upaya mengobati prilaku tersebut dan dapat

menjadikan manusia dalam menapaki kehidupan menjadi lebih

beradab.

b. Kecerdasan spiritual membuat manusia memiliki hubungan yang

kuat dengan Allah swt.

Kecerdasan spiritual ini akan berdampak pada kepandaian

seseorang untuk berinteraksi dengan manusia lainnya, karena

dibantu Allah swt yaitu hati manusia cenderung kepada-Nya.18

Jadi

kondisi spiritual seseorang itu dipengaruhi terhadap kemudahan dia

18

Ibid; h.373

17

dalam menjalani kehidupan ini. Jika spiritualnya baik maka ia akan

menjadi orang yang paling cerdas dalam kehidupannya.

c. Kecerdasan spiritual mengarahkan hidup kita untuk selalu

berhubungan dengan kebermaknaan akan hidup itu sendiri.

Orang yang memiliki kecerdasan spiritual merupakan orang

yang mampu bersikap fleksibel, mudah beradaptasi, memanfaatkan

penderitaan dan rasa sakit menjadi kesabaran, memiliki visi dan

prinsip nilai, mempunyai komitmen dan tanggung jawab.

d. Dengan menggunakan kecerdasan spiritual dalam mengambil

keputusan cenderung akan mengambil keputusan yang terbaik.

Keputusan yang diambil dengan kecerdasan spiritual adalah

keputusan yang mengedepankan sifat-sifat illahi dan suara hati

sehingga apa yang telah diputuskan dapat dijalankan dengan baik

dan bertanggung jawab.

e. Kecerdasan merupakan landasan yang diperlukan untuk

memfungsikan IQ dan EQ secara efektif dan kecerdasan spiritual

ini adalah kecerdasan tertinggi.19

Peran IQ memang penting dalam kahidupan manusia untuk

memanfaatkan teknologi demi efesien dan efektivitas. Sedangkan

EQ juga mempunyai peran penting dalam membangun hubungan

baik antar manusia. Tetapi manusia itu tanpa disadari dengan nilai-

nilai SQ hanya akan melahirkan Hitler dan Fir’aun dimuka bumi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual itu

selain dapat membawa seseorang pada puncak kesuksesan dan

memperoleh ketentraman diri, juga dapat melahirkan pribadi-

pribadi yang mulia dalam diri manusia.

4. Langkah-langkah membina kecerdasan spiritual

Untuk meningkatkan kecerdasan spiritual, maka mau tidak mau

kita harus sering-sering melakukan perenungan atau komtemplasi. Kita

19

Ibid; h.4

18

merenungkan mengenai diri kita sendiri, dan hubungan dengan orang

lain, dalam rangka untuk memahami makna atau nilai dari setiap

kejadian dalam hidup kita. Untuk itu ada enam langkah cara

meningkatkan kecerdasan spiritual, yaitu:

a. Kenali tujuan hidup, tanggung jawab dan kewajiban dalam hidup

kita.

b. Tumbuhkan hidup yang lembut-lembut, kepedulian dan kasih

sayang.

c. Melatih kepekaan untuk mendengar bisikan inspirasi jangka

panjang dan jangka pendek.

d. Ambil hikmah dari segala perubahan di dalam hidup untuk

meningkatkan mutu kehidupan kita (termasuk penderitaan).

e. Kembangkan tim kerja dan bergabunglah dengan rekan kerja dan

jamaah agama.

f. Belajar melayani dan rendah hati.20

5. Faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Spiritual

Zohar dan Marshall mengungkapkan ada beberapa faktor yang

mempengaruhi kecerdasan spiritual yaitu :

a. Sel saraf otak

Otak menjadi jembatan antara kehidupan bathin dan lahiriah kita.

Ia mampu menjalankan semua ini karena bersifat kompleks, luwes,

adaptif dan mampu mengorganisasikan diri. Menurut penelitian

yang dilakukan pada era 1990-an dengan menggunakan WEG

(Magneto – Encephalo – Graphy) membuktikan bahwa osilasi sel

saraf otak pada rentang 40 Hz merupakan basis bagi kecerdasan

spiritual.

b. Titik Tuhan (God spot)

Dalam peneltian Rama Chandra menemukan adanya bagian dalam

otak, yaitu lobus temporal yang meningkat ketika pengalaman

20

Ibid, Irma Budiana, hlm.67.

19

religius atau spiritual berlangsung. Dia menyebutnya sebagai titik

Tuhan atau God Spot. Titik Tuhan memainkan peran biologis yang

menentukan dalam pengalaman spiritual. Namun demikian, titik

Tuhan bukan merupakan syarat mutlak dalam kecerdasan spiritual.

Perlu adanya integrasi antara seluruh bagian otak, seluruh aspek

dari dan seluruh segi kehidupan.21

6. Ciri-ciri kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik

Ada delapan ciri-ciri atau tanda-tanda dari kecerdasan spiritual yang

telah berkembang dengan baik, yaitu:

a. Bersikap fleksibel

Orang yang memiliki kecerdasan yang tinggi ditandai dengan sikap

yang fleksibel atau luwes. Orang ini dapat membawa diri dan

mudah menyesuaikan diri dengan berbagai situasi yang dihadapi,

dapat menyesuaikan diri secara spontan dan aktif untuk mencapai

hasil yang baik, dan mudah mengalah.

b. Kemampuan kesadaran diri yang tinggi

Mengembangkan kesadaran diri yang lebih besar merupakan

prioritas utama untuk meningkatkan kecerdasan spiritual, langkah

pertama, jelas, adalah menyadari masalah itu, menyadari betapa

sedikitnya yang saya ketahui tentang “saya”. Oleh karena itu, saya

harus bertekad untuk melakukan kegiatan sehari-hari yang

sederhana yang dapat meningkatkan komunikasi dengan diri

sendiri. adanya tingkat kesadaran yang tinggi dan mendalam

sehingga bisa menyadari antusiasi yang datang dan

menanggapinya.

c. Kemampuan melakukan perubahan, terbuka terhadap perbedaan,

memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensidan status

quo, menjadi orang yang bebas merdeka.

21

Danah Zohar dan Ian Marshal, 35-83

20

d. Mempunyai visi, ada pemahaman tentang tujuan hidup,

mempunyai kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.

e. Berfikir secara holistik

Berfikir secara holistik artinya berfikir secara menyeluruh,

mengaitkan berbagai hal yang berbeda-beda, berfikir secara

kesisteman (system thinking), tidak terkotak-kotak atau

tersegmentasi.

f. Kecerdasan nyata untuk bertanya “mengapa?” atau “bagaimana

jika?” atau disebut juga dengan refleksi diri.

Pribadi yang memiliki kecerdasan spiritual mempunyai ciri

kesadaran diri yang mendalam, dan cenderung merasakan

pengalaman yeng terdahulu. Dan mempunyai keinginan dalam

merubah hidup.

g. Menjadi apa yang disebut oleh para spikolog sebagai bidang

“mandiri”.22

B. Pendidikan Akhlak

1. Pengertian pendidikan akhlak

Sebelum membahas tentang pengertian pendidikan akhlak terlebih

dahulu akan dijelaskan mengenai pengertian pendidikan.

Secara etimologi, pengertian pendidikan yang diberikan oleh ahli.

John Dewey, seperti yang dikutip oleh M. Arifin menyatakan bahwa

pendidikan adalah sebagai suatu proses pembentukan kemampuan

dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir (intelektual)

maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat manusia dan

manusia biasa.23

Pendidikan dalam arti yang luas meliputi semua perbuatan dan

usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya,

pengetahuannya, kecakapannya serta ketrampilannya (orang

22

Irma Budiana, Membina Kecerdasan spiritual anak dalam keluarga, (Tangerang: STIT

Islamic Village Press, 2012) , h.61. 23

M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), h.1.

21

menamakan ini juga “mengalihkan” kebudayaan) kepada generasi

muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi

hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah”24

Dalam Islam, pada mulanya pendidikan disebut dengan kata

“ta‟dib”. Kata “ta‟dib” mengacu kepada pengertian yang lebih tinggi

dan mencakup seluruh unsur-unsur pengetahuan („ilm), pengajaran

(ta‟lim) dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Akhirnya, dalam

perkembangan kata-kata “ta‟dib” sebagai istilah pendidikan hilang

dari peredarannya, sehingga para ahli didik Islam bertemu dengan

istilah at tarbiyah atau tarbiyah, sehingga sering disebut tarbiyah.

Sebenarnya kata ini asal katanya adalah dari “Rabba-Yurobbi-

Tarbiyatan” yang artinya tumbuh dan berkembang.25

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut di

atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha

secara sadar untuk mengarahkan dan membimbing anak dalam

mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya baik jasmani maupun

rohani sehingga mencapai kedewasaan yang akan menimbulkan

perilaku utama dan kepribadian yang baik.

Imam Al-Ghazali (1059-1111 M) yang dikenal sebagai Hujjatul

Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam membela Islam

dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih

luas dari Ibn Miskawaih, mengatakan, akhlak adalah:

ا بمااا ااي ااا اااسب مباا ب اا بةب سولا ااا فااال ساااااخة ةس ااااع عاا عبااة ع عاااي

حجال سل لك ل ةبؤ ال “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam

perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran

dan pertimbangan.”26

24

Soegarda Poerbakawatja dan H.A.H Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta:

Gunung Agung, 1982), h.257 25

Zuhairini, dkk., Metodologi Pendidikan Agama, (Bandung : Ramadhani, 1993), h. 9. 26

Imam Al-Ghazali, Ihya „ulumuddin, Jilid III, (Beirut: Dar Al-Fikr, t.t), h.56.

22

Menurut imam Al-Ghazali akhlak adalah sifat yang melekat dalam

jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah bertindak tanpa

banyak pertimbangan lagi. Atau boleh dikatakan sudah menjadi

kebiasaan.27

Menurut Muhammad bin Ali Asy-Syariif Al-Jurjani dalam

bukunya yang berjudul At-Ta‟rifat, akhlak adalah istilah bagi sesuatu

sifat yang tertaman kuat dalam diri, yang darinya terlahir perbuatan-

perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa perlu berpikir dan

merenung. Jika dari sifat tersebut terlahir perbuatan-perbuatan yang

indah menurut akal dan syariat, dengan mudah, maka sifat tersebut

dinamakan dengan akhlak yang baik. Sedangkan jika darinya terlahir

perbuatan-perbuatan buruk, maka sifat tersebut dinamakan akhlak

yang buruk.28

Sedangkan menurut Ahmad bin Mushthafa (Thasy Kubra Zaadah)

seorang ulama ensiklopedis, akhlak adalah ilmu yang darinya dapat

diketahui jenis-jenis keutamaan. Dan keutamaan itu adalah

terwujudnya keseimbangan antara tiga kekuatan, yaitu: kekuatan

berpikir, kekuatan marah, dan kekuatan syahwat.29

Dan menurut Muhammad bin Ali Al-Faaruqi At-Tahanawi, akhlak

ialah keseluruhannya kebiasaan, sifat alami, agama, dan harga diri.30

Akhlak adalah merupakan salah satu khazanah intelektual muslim

yang kehadirannya hingga saat ini masih dirasakan. Secara historis

dan teologis akhlak tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup

manusia agar selamat dunia dan akhirat. Tidaklah berlebihan jika misi

utama kerasulan Muhammad SAW. Adalah untuk menyempurnakan

akhlak yang mulia, dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung

27

Oemar Bakry, Akhlak Muslim, (Bandung: ANGKASA, 1993), h.10. 28

Ali Abdul Halim, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 1995), h.32. 29

Ibid, h.33. 30

Ibid, h.34.

23

keberhasilan dakwah beliau antara lain karena dukungan akhlaknya

yang prima.31

Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mendalam dan

tanpa pemikiran, namun perbuatan itu telah mendarah daging dan

melekat dalam jiwa, sehingga saat melakukan perbuatan tidak lagi

memerlukan pertimbangan dan pemikiran.32

Setelah dijelaskan secara terpisah mengenai pengertian pendidikan

dan pengertian akhlak, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan

akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dan

keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan

kebiasaan oleh anak sejak masa analisa sampai ia menjadi seorang

mukallaf, seseorang yang telah siap mengarungi lautan kehidupan. Ia

tumbuh dan berkembang dengan berpijak pada landasan iman kepada

Allah dan terdidik untuk selalu kuat, ingat bersandar, meminta

pertolongan dan berserah diri kepada-Nya, maka ia akan memiliki

potensi dan respon yang instingtif di dalam menerima setiap

keutamaan dan kemuliaan. Di samping terbiasa melakukan akhlak

mulia.

2. Tujuan pendidikan akhlak

Tujuan pokok dari pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti

dan pembentukan jiwa. Pendidikan yang diberikan kepada anak didik

haruslah mengandung pelajaran-pelajaran akhlak. Setiap pendidik

haruslah memikirkan akhlak dan memikirkan akhlak keagamaan

sebelum yang lain-lainnya karena akhlak keagamaan adalah akhlak

yang tertinggi, sedangkan akhlak yang mulia itu adalah tiang dari

pendidikan Islam.

Dalam tujuan pendidikan akhlak dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu :

31

Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2006), h.149. 32

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h.5.

24

a. Tujuan Umum

Menurut Barnawy Umari, bahwa tujuan pendidikan akhlak

secara umum meliputi :

1. Supaya dapat terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia,

terpuji serta menghindari yang buruk, jelek, hina dan tercela.

2. Supaya perhubungan kita dengan Allah SWT dan dengan

sesama makhluk selalu terpelihara dengan baik dan

harmonis.33

Menurut Ali Hasan bahwa tujuan pokok akhlak adalah agar

setiap orang berbudi (berakhlak), bertingkah laku (tabiat)

berperangai atau beradat istiadat yang baik atau yang sesuai

dengan ajaran Islam.34

b. Tujuan Khusus

Adapun secara spesifik pendidikan akhlak bertujuan :

1. Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia

dan beradat kebiasaan yang baik.

2. Memantapkan rasa keagamaan pada siswa, membiasakan

diri berpegang pada akhlak mulia dan membenci akhlak

yang rendah.

3. Membiasakan siswa bersikap rela, optimis, percaya diri,

emosi, tahan menderita dan sabar.

4. Membimbing siswa ke arah dikap yang sehat dan dapat

membantu mereka berinteraksi sosial yang baik, mencintai

kebaikan untuk orang lain, suka menolong, sayang kepada

yang lemah, dan menghargai orang lain.

5. Membiasakan siswa bersopan santun dalam berbicara dan

bergaul baik di sekolah maupun di luar sekolah.

33

Barnawy Umari, Materi Akhlak, (Sala : Ramadhani, 1984), h. 2. 34

M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, (Jakarta : Bulan Bintang, 1988), h. 11.

25

6. Selalu tekun beribaah dan mendekatkan diri kepada Allah

dan bermuamalah yang baik.35

Dijelaskan juga menurut Ahmad Amin, bahwasannya tujuan

pendidikan akhlak (etika) bukan hanya mengetahui pandangan atau

teori, bahkan setengah dari tujuan itu adalah mempengaruhi dan

mendorong kehendak kita supaya membentuk hidup suci dan

menghasilkan kebaikan dan kesempurnaan dan memberi faedah

kepada sesama manusia. maka etika itu adalah mendorong kehendak

agar berbuat baik, akan tetapi ia tidak selalu berhasil kalau tidak

ditaati oleh kesucian manusia.36

Tujuan pendidikan akhlak menurut Mahmud Yunus “Tujuan

pendidikan akhlak adalah membentuk putra-putri yang berakhlak

mulia, berbudi luhur, bercita-cita tinggi, berkemauan keras, beradab,

sopan santun, baik tingkah lakunya, manis tutur bahasanya, jujur

dalam segala perbuatannya, suci murni hatinya”.37

Menurut DR. Ali Abdul Halim Mahmud, tujuan utama pendidikan

akhlak adalah agar manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa

berada dijalan yang lurus, jalan yang terlah digariskan oleh Allah

SWT. Inilah yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan

didunia dan diakhirat.

Disamping itu juga menurut DR. Ali Abdul Halim Mahmud,

pendidikan akhlak memiliki tujuan-tujuan yang lain, diantaranya:

a. Mempersiapkan manusia-manusia yang beriman yang selalu

beramal saleh.

b. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang menjalani

kehidupannya sesuai dengan ajaran Islam.

35

Chabib Thoha, Saifudin Zuhri, dkk., Metodologi Pengajaran Agama, (Fakultas

Tarbiyah,Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999), h. 136. 36

Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), terj. K.H. Farid Ma’ruf, (Jakarta : Bulan Bintang,

1975), h. 6-7. 37

Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: Hida Karya

Agung, 1978), Cet. ke-2, h.22

26

c. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang bisa berinteraksi

secara baik dengan sesamanya, baik dengan orang muslim

maupun dengan nonmuslim.

d. Mempersiapkan insan yang beriman dan saleh yang mampu

dan mau mengajak orang lain ke jalan Allah.

e. Mempersiapkan insan yang beriman dan saleh yang mau

merasa bangga dengan persaudaraannya sesama muslim.

f. Mempersiapkan insan yang beriman dan saleh yang merasa

bahwa dia adalah bagian dari seluruh umat Islam yang berasal

dari berbagai daerah, suku, dan bahasa.

g. Mempersiapkan insan yang beriman dan saleh yang merasa

bangga dengan loyalitasnya kepada agama Islam dan berusaha

sekuat tenaga demi tegaknya panji-panji Islam di muka bumi.38

3. Ruang lingkup pendidikan akhlak

Ruang lingkup ajaran ajaran akhlak adalah sama dengan ruang

lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola

hubungan. Akhlak dalam ajaran Islam mencakup berbagai aspek,

dimulai akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk

(manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak

bernyawa). Lebih jelasnya dapat disimak paparan sebagai berikut:

a. Akhlak terhadap Allah

Akhlak terhadap Allah dapat diartikan sebagai sikap atau

perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai

makhluk, kepada tuhan sebagai khalik. Sikap atau perbuatan

tersebut memiliki ciri-ciri perbuatan Akhlaki sebagaimana telah

dijelaskan di atas.39

b. Akhlak terhadap sesama manusia

38

Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 1995), h 159-160. 39

Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2006), h.152

27

Untuk pegangan operasional dalam menjalankan pendidikan

keagamaan, kiranya nilai-nilai akhlak terhadap sesama manusia

(nilai-nilai kemanusiaan) berikut ini patut sekali untuk

dipertimbangkan, antara lain:

1) Silahturahim, yaitu pertalian rasa cintakasih antara sesama

manusia, khususnya antara saudara, kerabat, handai taulan,

tetangga dan seterusnya.

2) Persaudaraan (ukhwah), yaitu semangat persaudaraan,

lebih-lebih antar sesama kaum beriman (biasa disebut

ukhwah Islamiyah).

3) Persamaan (AL-Musawah), yaitu pandangan bahwa semua

manusia sama harkat dan martabatnya.

4) Adil, yaitu wawasan yang seimbang (balanced) dalam

memandang, menilai atau menyikapi sesuatu atau

seseorang.

5) Baik sangka (khusnudzan), yaitu sikap penuh baik sangka

kepada sesama manusia.

6) Rendah hati (tawadhu‟), yaitu sikap yang tumbuh karena

keinsafan bahwa segala kemuliaan hanya milik Allah.

7) Tepat janji (Al-Wafa‟), salah satu sifat orang yang benar-

benar beriman ialah sikap selalu menepati janji bila

membuat perjanjian.

8) Lapang dada (insyiraf), yaitu sikap yang penuh kesediaan

menghargai pendapat dan pandangan orang lain.

9) Dapat dipercaya (amanah), salah satu konsekuensi iman

adalah amanah atau penampilan diri yang dapat dipercaya.

10) Perwira („iffah), yaitu penuh harga diri namun tidak

sombong, tetap rendah hati dan tidak mdah menunjukan

sikap memelas atau iba dengan maksud mengundang belas

kasihan dan mengharapkan pertolongan orang lain.

28

11) Hemat (qawamiyah), yaitu sikap yang tidak boros (israf)

dan tidak pula kikir (qatr) dalam menggunakan harta,

melainkan sedang (qawam) antar keduanya.

12) Dermawan (munfiqun, menjalankan infaq), yaitu sikap

kaum beriman yang memiliki kesediaan yang besar untuk

menolong sesama manusia.40

c. Akhlak terhadap lingkungan

Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala

sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-

tumbuhan, maupun benda-benda tidak bernyawa. Pada

dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap

lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.

Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tidak bernyawa

semuanya diciptakan oleh SWT, dan menjadi milik-Nya, serta

semua memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini

mengantarkan sang muslim untuk menyadari bahwa semuanya

adalah “umat” Tuhan yang seharusnya diperlakukan secara

wajar dan baik, seperti firman Allah SWT dalam Q.S. Al-

An’aam: 38

“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-

burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat

(juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-

Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (QS. Al-

An‟am: 38)41

Jika definisi tantang ilmu akhlak tersebut kita perhatikan

dengan seksama, akan tampak bahwa ruang lingkup

40

Ibid, hlm.155-157. 41

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Semarang : PT.

Kumudasmoro Grafindo, 1994), h. 192.

29

pembahasan ilmu akhlak adalah membahas tentang perbuatan-

perbuatan manusia, kemudian menetapkannya apakah

perbuatan tersebut tergolong perbuatan yang baik atau

perbuatan buruk. Ilmu akhlak dapat pula disebut sebagai ilmu

yang berisi pembahasan dalam upaya mengenal tingkah laku

manusia, kemudian memberikan nilai atau hukum terhadap

perbuatan tersebut, yaitu apakah perbuatan tersebut golongan

baik atau buruk.42

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan akhlak

Jalannya proses pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

satu sama lain saling mendukung. Pendidikan akhlak sebagai sebuah

proses pendidikan mempunyai faktor-faktor yang bisa menentukan

berhasil tidaknya proses pendidikan tersebut. Faktor-faktor tersebut

diantaranya pendidik, materi pembelajaran, metode pembelajaran, serta

lingkungan disekitar siswa. Selain itu, sebagai sebuah proses,

pedidikan akhlak mempunyai target yang diharapkan yaitu siswa yang

berakhlak baik.43

5. Implementasi Mata Pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah

Tsanawiyah

Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu mata

pelajaran PAI yang merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak

yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah

Ibtidaiyah/Sekolah Dasar. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara

mempelajari tentang rukun iman mulai dari iman kepada Allah,

malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir,

sampai iman kepada Qadha dan Qhadar yang dibuktikan dengan dalil-

dalil naqli dan aqli, serta pemahaman dan penghayatan terhadap Al-

42

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h.8 43

Wari Setiawan, Menegaskan kembali konsepsi Pendidikan Akhlak, (Tangerang: STIT

Islamic Village Press, 2014), h.09.

30

Asma‟ Al-Husna dengan menunjukkan ciri-ciri/tanda-tanda perilaku

seseorang dalam realitas kehidupan individu dan sosial serta

pengalaman akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam

kehidupan sehari-hari.44

Secara substansial mata pelajaran Akidah Akhlak memiliki

kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk

mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan.

Pembiasaan melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela

dalam kehidupan sehari-hari.

Mata pelajaran Akidah Akhlak bertujuan untuk :

a. Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian,

pemupukan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik

tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang

terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah

SWT.

b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan

menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik

dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi

dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.

Melihat dari tujuan pendidikan Akidah Akhlak di atas maka mata

pelajaran tersebut mempunyai pengaruh yang efektif dalam setiap

amal perbuatan yang dilakukan oleh peserta didik. Berpengaruh

dalam keimanan, keIslaman dan kebaikan yang dilakukan setiap

peserta didik. Disamping itu juga pendidikan akidah akhlak dapat

mempengaruhi peserta didik dalam melaksanakan amar ma‟ruf dan

nahi munkar serta dalam jihadnya di jalan Allah.

44

Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia, No 165 Tahun 2014, Kurikulum 2013

Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Pada Madrasah, h.45-46.

31

C. Pengembangan Kecerdasan Spiritual

Sesuai dengan fitrah, manusia diberikan anugrah berupa

kecerdasan dari Allah SWT. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus

menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang

semakin kompleks, melalui proses berpikir dan belajar secara terus-

menerus. Berbagai kecerdasan juga sudah ada sejak manusia dilahirkan,

salah satu diantaranya yaitu kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual ini

dapat dioptimalkan, tergantung bagaimana cara serta usaha pendidik dan

lingkungan pendidik anak.

Dari sini para ahli dan penulis-penulis buku kecerdasan spiritual

banyak menawarkan langkah-langkah untuk meningkatkan kecerdasan

spiritual. Meskipun secara sepintas terlihat berbeda, pada dasarnya semua

mengarah pada hal yang sama, yakni menjadi hidup ini lebih bermakna,

sukses dan bahagia. Danah Zohar dan Ian Marshall mengemukakan tujuh

langkah untuk meningkatkan kecerdasan spiritual, yakni sebagai berikut:

1. Menyadari dimana saya sekarang

2. Merasakan dengan kuat bahwa saya ingin berubah

3. Merenungkan apakah pusat saya sendiri dan apakah motivasi

saya yang paling dalam

4. Menemukan dan mengatasi rintangan

5. Menggali banyak kemungkinan untuk melangkah maju

6. Menetapkan hati saya pada sebuah jalan

7. Tetap menyadari bahwa ada banyak jalan.45

Orang yang sudah memiliki tingkat kecerdasan spiritual yang

tinggi, maka ketika orang tersebut menghadapi persoalan dalam hidupnya,

tidak hanya dihadapi dan dipecahkan dengan rasional dan emosional saja,

akan tetapi ia menghubungkannya dengan makna kehidupan secara

spiritual. Dengan demikian langkah-langkahnya lebih matang dan

bermakna dalam kehidupan.

45

Danah Zohar dan Ian Murshall, op. Cit., h.231.

32

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu cara

terbaik untuk meningkatkan kecerdasan spiritual adalah usaha yang

bersumber dari diri yang paling dalam. Usaha untuk mau mengenal siapa

diri saya?, apa tujuan saya hidup di dunia ini?. Setelah usaha tersebut,

maka timbul rasa untuk berubah kearah yang lebih baik, berani untuk

menghadapi berbagai persoalan dan lika-liku kehidupan serta bersifat

optimis untuk masa depan yang lebih baik.

Begitu pentingnya kecerdasan spiritual dalam diri seseorang, maka

dari itu upaya pengembangan kecerdasan spiritual harus dimulai sejak dini

pada anak, salah satunya dalam lingkungan pendidikan, dimana sekolah

adalah salah satu tempat yabg berpengaruh kepada perkembangan

kecerdasan spiritual anak/siswa.

Menerapkan kecerdasan spiritual dalam kehidupan siswa adalah

agar seorang siswa dalam melakukan aktivitasnya baik beribadah,

bermain, bekerja, belajar, semuanya memiliki makna, tidak pernah lepas

dari nilai sehingga dia tidak merasa diperbudak oleh kegiatan-kegiatannya,

tidak lagi merasa gelisah, dapat mandiri dan siap untuk menjalani

kehidupan dengan segala resiko dan cobaan-cobaan ya. Untuk

menerapkannya maka kecerdasan spiritual siswa harus dikembangkan

terlebih dahulu.

Sedangkan menurut Jalaludin Rakhmat beberapa capa untuk

mengembangkan kecerdasan spiritual siswa, yakni sebagai berikut:

1. Jadilah kita “gembala spiritual” yang baik

2. Bantulah untuk merumuskan “misi” hidupnya

3. Baca kitab suci bersama-sama dan jelaskan maknanya dalam

kehidupan kita

4. Ceritakanlah kisah-kisah agung dari tokoh-tokoh spiritual

5. Diskusikan berbagai persoalan dengan perspektif ruhaniah

6. Libatkanlah anak dalam kegiatan-kegiatan ritual keagamaan

7. Bacakan puisi-puisi atau lagu-lagu yang spiritual dan

inspirasional

33

8. Bawa siswa untuk menikmati keindahan alam

9. Bawa siswa ketempat orang-orang yang menderita

10. Ikutsertakan siswa dalam kegiatan sosial.46

D. Penelitian Yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan dengan judul “Pengembangan

Kecerdasan Spiritual Siswa” adalah sebagai berikut:

1. “Peran Kecerdasan Spiritual Terhadap Proses Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di SMA Bina Pendidikan 2

Ciangsana-Cikeas Parung)” oleh Apriyani pada skripsi S1, program studi

Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Jakarta, tahun 2014.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada skripsi ini dapat

disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah sesuatu yang berkaitan

dengan ruh dan jiwa religious serta memiliki pola pemikiran tauhid

(integralistik) serta berprinsip hanya karena Allah SWT. Jadi peran

kecerdasan spiritual terhadap proses pembelajaran pendidikan agama

Islam dapat dikategorikan baik.

2. ”Pengaruh Kecerdasan Spiritual Terhadap Hasil Belajar Siswa di

Madrasah Aliyah Al-Mawaddah Jakarta Selatan” oleh Husnawati pada

skripsi S1, program studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu

tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Jakarta, tahun 2014.

Hasil yang ditemukan pada penelitian ini bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan antara kecerdasan spiritual terhadap hasil belajar siswa di

Madrasah Aliyah Al Mawaddah Jakarta Selatan. Hasil penelitian juga

menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual mempunyai pengaruh yang

sangat kuat (tinggi) terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari

perolehan perhitungan korelasional antara kecerdasan spiritual dengan

prestasi belajar yaitu sebesar 0,979 dan setelah dikonsultasikan pada

46

Jalaludin Rakhmat, SQ For Kids Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Sejak

Dini, (Bandung: Mizan, 2007), h.68.

34

tabel nilai “r” product Moment berada diposisi 0,90-1,00 yang berarti

antara kecerdasan spiritual dan hasil belajar terdapat korelasi yang

signifikan.

3. “Kecerdasan Spiritual dan Hubungannya Dengan Penerapan Nilai-

nilai Kejujuran Siswa MTs. Daarul Hikmah Pamulang”, oleh Salafudin

pada skripsi S1, program studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Jakarta, tahun 2010.

Penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien antara kecerdasan

spiritual terhadap peningkatan nilai-nilai kejujuran siswa MTs Daarul

Hikmah Pamulang terutama kelas VIII yaitu sebesar 0,507 dengan

demikian koefisien korelasinya sedang atau cukup karena berada pada

rentangan 0,40-0,70. Sehingga dapat diketahui bahwa terdapat korelasi

positif yang signifikan atau adanya hubungan antara kecerdasan spiritual

siswa dengan nilai-nilai kejujuran siswa MTs. Daarul Hikmah Pamulang.

E. Kerangka Berfikir

Seiring dengan perkembangan olmu pengetahuan, dan

perkembangan teknologi pada abad 21 ini, orang tidak hanya berbicara

tentang kecerdasan intelektual saja, melainkan juga kecerdasan emosional

dan kecerdasan spiritual. Belakangan ini diyakini bahwa penentu

keberhasilan individu bukan hanya terletak pada seberapa tinggi IQ yang

dimiliki seseorang, melainkan juga bagaimana tingkat EQ dan SQ orang

tersebut.

Ketiga kecerdasan yang ada pada diri manusia tersebut saling

terkait. Mengabaikan salah satu dari kecerdasan tersebut mengakibatkan

manusia dililit masalah secara pribadi maupun sosial masyarakat. Selama

ini banyak orang yang mengagung-agungkan akan arti kecerdasan

intelektual semata, tanpa memperhatikan akan pentingnya juga kecerdasan

emosional serta kecerdasan spiritual.

Goleman menjelaskan bahwa ahli psikologi sepakat kalau IQ

hanya mendukung sekitas 20% faktor yang menentukan keberhasilan,

35

sedangkan 80% sisanya berasal dari faktor lain, termasuk diantaranya

kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.47

Terlebih kecerdasan spiritual, dijelaskan bahwa kecerdasan

spiritual adalah yang memadukan antara kecrdasan intelektual dan

emosional menjadi syarat penting agar manusia dapat lebih memaknai

hidup dan menjalani hidup penuh berkah. Terutama pada masa sekarang,

dimana manusia modern terkadang melupakan mata hati dalam melihat

segala sesuatu.48

Teori kecerdasan spiritual dapat diaplikasikan sebagai pendekatan

pembelajaran bagi peserta didik. Dengan diaplikasikannya kecerdasan

spiritual ini dalam pembelajara, peserta didik diharapkan mampu

membangun hubungan vertikal dengan Tuhan dan juga hubungan

horizontal yangbaik denga sesama makhluk Tuhan. Jadi, dengan upaya

mengembangkan kecerdasan spiritual yang dimiliki siswa, sehingga siswa

memiliki kepribadian yang baik, kimanan yang tinggi, berakhlaq baik dan

mempunyai tujuan serta prinsip dalam hidupnya.

47

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2006), cet ke-1, h.70. 48

Iskandar, Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru), (Jakarta: Gaung Persada Pers,

2009), cet ke-1, h.66.

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian

Tempat yang dijadikan objek penelitian adalah MTs Sirojul Falah

yang beralamatkan di Jl. Cicadas RT 03 RW 03 Gunung Putri Bogor.

Adapun waktu penelitian yang diperlukan dalam penelitian ini pada tahun

ajaran 2016/2017 yaitu pada bulan November 2016.

B. Metode penelitian

Pendekatan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan deskriptif kualitatif. Pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu suatu metode yang

bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

sistematis, faktual, akurat mengenai sifat-sifat serta hubungan antara

fenomena yang diselidiki.

Penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan

perhatian pada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat

penelitian dilaksanakan. Deskripsi pada penelitian ini untuk mengetahui

pengembangan kecerdasan spiritual melalui pendidikan akhlak siswa kelas

VIII di MTs Sirojul Falah. Sedangkan penelitian deskripsi sendiri adalah

penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta,

atau kejadian secara sistematis dan akurat. Dalam penelitian deskriptif

cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan dan

menguji hipotesis.1 Tujuan penelitian deskriptif ini menggambarkan apa-

apa yang sudah terjadi yaitu selama penelitian berlangsung. Di dalamnya

terdapat upaya deskripsi, pencatatan, analisis, dan menginterpresepsikan

kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada.

1Nurul Zuhariah, Metodologi Penelitian; Sosial dan Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara,

2007), cet. ke-4, h.47.

37

Metode deskriptif dalam penelitian ini menggunakan teknik

wawancara, observasi, dan angket yaitu dengan mengumpulkan data

sebanyak-banyaknya. Peneliti melihat dan meneliti serta mengamati segala

bentuk pengembangan kecerdasan spiritual melalui pendidikan akhlak.

Lebih jauh peneliti mengadakan analisis dari data-data yang ada yang

berhubungan dengan maksud penelitian ini. Peneliti menganalisis hasil

jawaban angket yang dibagikan kepada siswa-siswi di MTs Sirojul Falah.

Adapun maksud analisis ini, peneliti ingin melihat bagaimana

pengembangan kecerdasan spiritual melaui pendidikan akhlak di MTs

Sirojul Falah.

C. Unit Analisis

Unit analisis pada penelitian ini adalah seluruh siswa yang ada di

MTs Sirojul Falah yang berjumlah 412 siswa. Sedangkan Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di MTs Sirojul Falah pada

tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 157 siswa..

Adapun jumlah sampel siswa yang diambil adalah 25% dari jumlah

populasi yang ada yang berjumlah 157 dengan perhitungan 25% x 157 =

39,25 dibulatkan menjadi 40 responden. Hal ini berdasarkan pendapat dari

Suharsimi Arikunto, yaitu:

Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika

jumlahnya lebih besar, dapat diambil 10-15%, atau 20-25% atau lebih.2

Pengambilan sampel dalam penelitan ini menggunakan teknik

purposive sampel. Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil

subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan

atas adanya tujuan tertentu.3 Sehingga alasan pengambilan sampel pada

penelitian ini kelas VIII-D yaitu, dalam kelas ini memiliki nilai yang lebih

tnggi dibandingkan dengan kelas VIII yang lain.

2Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.

Rineke Cipta, 2002), cet. ke-12 (Edisi Revisi V), h.112 3 Ibid, h.183

38

D. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh data-data penelitian ini, peneliti menggunakan

beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis

terhadap gejala yang diteliti.4 Observasi dalam penelitian ini dilakukan

untuk mengamati segala kegiatan maupun tindakan yang terjadi dalam

pengembangan kecerdasan spiritual siswa melalui pendidikan akhlak di

lingkungan MTs Sirojul Falah.

Tabel 3.1

Pedoman Observasi Siswa

Keterangan: SB= Sangat Baik

B= Baik

C= Cukup

K= Kurang

No Kegiatan Siswa di dalam kelas SB B C K

1 Siswa masuk kelas tepat waktu

2 Siswa berdoa sebelum melaksanakan

pembelajaran

3 Siswa memperhatika guru ketikan

menerangkan pelajaran

4 Hasil belajar yang diperoleh siswa, mereka

jadikan umpan balik

5 Siswa mengerjakan semua tugas yang

diberikan oleh guru di kelas

6 Siswa berperilaku sopan di dalam kelas

selama jam pelajaran

7 Siswa memotivasi dalam belajar

Kegiatan diluar Kelas

4Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), cet. ke-1,

h.54.

39

1 Siswa menjalani semua kegiatan di sekolah

dengan semangat dan ikhlas

2 Siswa disiplin dan tepat waktu dalam

menjalani semua kegiatan

3

Siswa berperilaku menghormati dalam

berinteraksi dengan guru dan orang dewasa

di lingkungan sekolah

4 Siswa berperilaku sopan dalam

berinteraksi dengan sesama teman

5 Siswa mematuhi semua tata tertib dan

peraturan sekolah

6 Siswa menjalankan semua ibadah wajib

dengan teratur

2. Wawancara

Untuk melengkapi data dalam penelitian ini, penulis tidak lupa

mengadakan wawancara atau kuisioner lisan adalah sebuah dialog yang

dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari

narasumber. Dalam hal ini ada pun narasumbernya penulis mewawancari

guru pendidikan akhlak dan kepala sekolah di MTs Sirojul Falah.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Wawancara

No Indikator Butir Pertanyaan

1 Kepala sekolah dalam menambahkan

ketaqwaan dalam diri siswa 1

2 Fasilitas yang ada dalam kelas dapat

meningkatkan SQ siswa 1

3 Kelengkapan sumber belajar 1

4 Menanamkan keyakinan kepada Allah

terhadap siswa 1

5 Memotifasi siswa agar selalu bertaqwa

kepada Allah 1

6 Menambahkan percaya diri dalam 1

40

kepribadian siswa

7 Usaha pengembangan kecerdasan spiritual

oleh guru 1

8 Faktor pendukung dan penghambat dalam

proses pengembangan kecerdasan spiritual 2

3. Angket

Angket adalah daftar pernyataan atau pertanyaan yang diberikan

kepada responden baik secara langsung maupun tidak langsung. Jumlah

instrumen atau angket dalam penelitian ini adalah 20 item yang masing-

masing memiliki lima jawaban, angket diberikan kepada 40 orang siswa

yang dijadikan unit analisis dalam penelitian untuk mengetahui

pengembangan kecerdasan spiritual melaui pendidikan akhlak siswa di

MTs Sirojul Falah.

Tabel 3.3

Kisi-kisi angket

No Indikator Kecerdasan

Spiritual No Butir Jumlah

1 Mengenal motif yang

paling dalam 2, 9, 18, dan 30 4 item

2 Mempunyai kesadaran

yang tinggi

4, 16, 17, dan

26 4 item

3 Bersikap responsif pada

diri yang dalam

3, 12, 14, dan

19 4 item

4 Mampu memanfaatkan

dan mentrasendenkan

kesulitan

15, 22, dan 25 3 item

5 Sanggup berdiri dan

berbeda dengan banyak

orang

6, 11, dan 24 3 item

6 Enggan mengganggu dan

menyakiti orang dan

makhluk lain

5, 8, 23, dan 27 4 item

41

7 Memperlakukan agama

cerdas secara spiritual

7, 10, 20, dan

28 4 item

8 Memperlakukan

kematian secara spiritual 1, 29, 13 dan 21 4 item

Jumlah 30 item 30 item

E. Instrument penelitian

Instrumen yang peneliti gunakan dalam penelitian adalah berupa

pertanyaan-pertanyaan untuk wawancara yang digunakan untuk menggali

informasi pengembangan kecerdasan melalui pendidikan akhlak siswa di

MTs Sirojul Falah. Sedangkan untuk angket berupa pernyataan-pernyataan

yang menyangkut pengembangan kecerdasan spiritual melalui pendidikan

akhlak siswa di MTs Sirojul Falah.

F. Teknik analisis data

Penggunaan teknik analisis data dalam penelitian ini disesuaikan

dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk mengetahui pengembangan

kecerdasan spiritual melalui pendidikan akhlak siswa, maka data yang

peneliti peroleh dari angket diolah dengan menggunakan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Editing

Dalam mengelola data yang pertama kali dilakukan adalah editing,

yaitu meneliti satu persatu kelengkapan pengisian dan kejelasan

penulisannya. Dalam tahap ini dilakukan pengecekkan terhadap

kelengkapan dan kebenaran pengisian.

2. Scoring

Scoring yaitu pemberian skor terhadap butir-butir pertanyaan yang

terdalam angket, dengan memperhatikan jenis data yang ada, sehingga

tidak terjadi kesalahan terhadap butir pertanyaan yang tidak layak

diberikan skor. Dengan presentase sebagai berikut.

42

Tabel 3.4

Skor

NO

Jawaban

yang

diinginkan

Alternatif

Jawaban

Jawaban yang tidak

diinginkan

1 4 Sangat setuju 1

2 3 Setuju 2

3 2 Tidak setuju 3

4 1 Sangat tidak

setuju 4

3. Tabulating

Tabulating yaitu mentabulasikan data jawaban yang berasal di

kumpulkan kedalam tabel yang telah disediakan, setelah pengumpulan

data dilakukan tahap berikutnya data tersebut dianalisa kuantitatif

secara deskriptif analisa yang sebelumnya telah ditentukan

presentasenya dengan menggunakan distribusi frekuensi:

p = × 100%

Keterangan:

f = Frekeunsi yang sedang dicari presentasenya.

N = Number of Cases (Jumlah frekuensi/banyaknya individu).

P = Angka presentase.

4. Analysis

Dalam menganalisis data penelitian, peneliti menyesuaikan dengan

tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini, yakni berdasarkan jenis

data yang dikumpulkan. Adapun data kualitattif akan diolah dan

dianlisis melaui proses klasifikasi, kategorisasi dan intrepretasi.

a. Klasifikasi adalah proses pengumpulan data atau informasi

berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang dasar.

43

b. Kategorisasi adalah proses pengumpulan data atau informasi

berdasarkan aspek-aspek masalah dari jawaban yang diperoleh

dari sumber data.

c. Intrepretasi adalah proses pengumpulan data atau informasi

dengan cara menumukan persamaan dan perbedaan, supaya

dapat diambil kesimpulan.

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum MTs Sirojul Falah

1. Deskripsi MTs Sirojul Falah

Berdirinya MTs Sirojul Falah adalah perwujudan dari keinginan

Yayasan Sirojul Falah (YASIFA) dalam upaya mencerdaskan

kehidupan bangsa dan membangun manusia yang seutuhnya, yaitu

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dan

beakhlaqul karimah, memiliki keterampilan dan pengetahuan, serta

mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugas, diri sendiri, keluarga

dan masyarakat.

Madrasah Tsanawiyah Sirojul Falah berlokasi di Jl. Cicadas RT

03/03 Cicadas kec. Gunung Putri kab. Bogor. Madrasah ini dibawah

naungan Yayasan Sirojul Falah (YASIFA). Yayasan Sirojul Falah

(YASIFA) yang dikepalai oleh Bapak Asep Kurniawan, S. Pd, M. Si

telah memiliki lembaga pendidikan seperti: Madrasah Ibtidaiyah (MI)

Sirojul Falah, Madrasah Tsanawiyah (MTs) Sirojul Falah, dan

Madrasah Aliyah (MA) Sirojul Falah.

Kurikulum yang digunakan di MTs Sirojul Falah adalah

Kurikulum 2013 untuk kelas VIII dan KTSP untuk kelas VII dan IX.

MTs Sirojul Falah dikepalai oleh Bapak A. Ridwan J, S.Ag

2. Visi dan Misi MTs Sirojul Falah

a. Visi sekolah

Terwujudnya madrasah yang berkualitas, berprestasi,

berakhlak mulia dan Islami.

b. Misi sekolah

1) Menumbuh kembangkan kreatifitas dan meningkatkan

profesional dalam melaksanakan tugas.

45

2) Membangkitkan minat belajar dan berlatih untuk mencapai

prestasi yang unggul.

3) Menanamkan akhlaqul karimah secara terpadu dan

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

4) Mewujudkan nuansa Islami dalam semua aspek, baik didalam

maupun diluar madrasah.

5) Menciptakan lingkungan yang bersih, indah, tertib, aman, dan

nyaman dalam suasana kekeluargaan.

Terlihat dari visi dan misi sekolah, melalui wawancara dengan

kepala sekolah bahwa sekolah ingin menjadikan siswa-siswinya

sebagai manusia yang berkualitas, berprestasi dan berakhlak mulia

serta Islami, sekolah pun memberikan misi untuk menjadikan

siswa-siswinya yang kreatif, berakhlak mulia dan berprestasi serta

profesional dalam melaksanakan tugas.

3. Perangkat MTs Sirojul Falah

a. Data Guru

Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar agar lancar

dan dapat mencapai tujuan instruksional yang telah di tetapkan,

Madrasah Tsanawiyah Sirojul Falah Yasifa telah menetapkan

susunan organisasi lengkap dengan tugas pokok dan fungsinya

masing-masing.

Adapun daftar nama-nama tenaga pendidik dan tenaga

kependidikan di MTs. Sirojul Falah Yasifa Tahun Ajaran

2016/2017 adalah sebagai berikut :

46

Tabel 4.1

Data Guru

NO NIP NAMA STATUS JENIS

KELAMIN

1 1546747649200052 A.RIDWAN J, S.Ag Kepala

Sekolah L

2 4547761663200032 AGUS SALIM, S.Pd Guru L

3 8459747651300003 EMAWATI,S.Pd Guru P

4 5433759660300012 MASRIPATTUNNISA, SH.I Guru P

5 0538755656300072 SITI HERNI KOMALA

DEWI,SE Guru P

6 5844757659300082 NENENG RAHMAH,S.Pd Guru P

7 4052747650300063 NUNUNG NURHAYATI

S.Ag Guru P

8 0942745647200082 NURYADI, S.Pd Guru L

9 2642761662200042 OPA MUSTOPA S.Pd.I Guru L

10 3563766665210003 YULIANITA LESTARI S.Pd Guru P

11 1361749651300053 ROSMAWATI, S.Ag Guru P

12 ID20230897195001 PITRI SITI SAODAH TU P

13 1039768671200003 MUKHLASIN TU L

14 ID20230897190001 OGI SABDA PERMANA TU L

b. Data siswa

Adapun jumlah siswa tiga tahun terakhir di MTs. Sirojul

Falah Yasifa adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Data Siswa

Tahun Ajaran

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah

Jml.

Siswa

Jml.

Rombel

Jml.

Siswa

Jml.

Rombel

Jml.

Siswa

Jml.

Rombel

Jml.

Siswa

Jml.

Rombel

2013/2014 106 3 82 2 105 2 293 7

2014/2015 156 3 106 3 83 2 345 8

2015/2016 151 4 157 4 103 3 411 11

47

c. Sarana dan Prasarana

Tabel 4.3

Data Sarana dan Prasarana

NO Jenis Prasarana Jml

Ruang

Jumlah

Ruang

Kondisi

Baik

Jumlah

Ruang

Kondisi

Rusak

Kategori Kerusakan

Rusak

Ringan

Rusak

Sedang

Rusak

Berat

1 Ruang Kelas 5 4 1 1

2 Perpusatakaan -

3 R. Lab. IPA -

4 R. Lab. Biologi -

5 R. Lab. Fisika -

6 R. Lab. Kimia -

7 R. Lab.

Komputer

-

8 R. Lab. Bahasa -

9 R. Pimpinan 1 1

10 R. Guru 1 1

11 R. Tata Usaha 1 1

12 R. Konseling -

13 Tempat

Beribadah

- -

14 R. UKS -

15 Toilet 2 2

16 Gudang -

17 R. Sirkulasi -

18 Tempat Olah

Raga

1 1

48

19 R. Organisasi

Kesiswaan

-

20 R. Lainnya -

d. Organisasi siswa

Dalam sekolah terdapat berbagai aktivitas yang diikuti oleh

siswa, baik aktivitas yang bersifat intra maupun ekstra. Di

kalangan siswa-siswi MTs Sirojul Falah dibentuk suatu organisasi

induk yang berfungsi merancang dan melaksanakan berbagai

kegiatan di sekolah dengan kemampuan sendiri. Organisasi ini

disebut dengan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Dalam

perkembangannya kegiatan OSIS di MTs Sirojul Falah berjalan

dengan lancar dan terprogram. Kenyataannya dapat dilihat dari

berbagai program kegiatan seperti pelaksanaan MOS, perayaan

hari besar agama, peringatan hari nasional, kenaikan kelas, dan

perpisahan.

Selain itu dibentuk pula organisasi ekstra yang bertujuan

untuk menyalurkan bakat dan minat siswa serta untuk

mengembangkan potensi siswa. Beberapa kegiatan ektrakulikuler

yang ada di MTs Sirojul Falah, antara lain sebagai berikut:

Tabel 4.4

Data Organisasi Siswa

NO Jenis Ekstrakurikuler Jumlah Siswa

Yang Mengikuti

Prestasi Yang Pernah

Diraih

1. Pramuka 100 1

2. Latihan Dasar

Kepemimpinan Siswa 40

3. Sepakbola/Futsal 35

4. Bulutangkis 20

5. Marawis/Nasyid 20

49

B. Deskriptif Data

Adapun dari hasil wawancara penulis kepada dua guru pengajar di

MTs Sirojul Falah pada tanggal 29 November 2016 tentang bagaimana

usaha dari pendidik untuk mengembangkan kecerdasan spiritual siswa di

MTs Sirojul Falah yang sesuai dengan indikator yang sudah ada, dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Guru berusaha selalu memberi motivasi kepada siswa untuk

selalu beribadah kepada Allah SWT, tidak hanya motivasi

tetapi memberi nasihat dan membimbing siswa agar

kepribadiannya berkembang dengan baik.

2. Selain dari pembelajaran di dalam kelas, para guru juga

berusaha untuk selalu melakukan pendekatan dengan para

siswa melalui memberikan pengarahan secara individu,

bimbingan rohani, dan mencontohkan kepada siswa perilaku

yang terpuji dalam keseharian.

3. Untuk mengetahui kecerdasan spiritual siswa, guru melakukan

tes tulis dan tes lisan. Selain itu juga, guru melihat atau

memperhatikan dari keseharian sikap dan perilaku siswa

sehari-hari di sekolah.

4. Selain sebagai guru atau pengajar, para guru disini juga

berperan sebagai pembimbing dan juga pengawas bagi para

siswa dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa.

5. Bagi para guru selain keluarga dan teman, faktor pendukung

dalam perkembangan kecerdasan spiritual siswa itu dari

kegiatan sehari-hari mereka dan tingkah laku meresa sendiri

juga sangat mempengaruhi pengembangan kecerdasan spiritual

mereka.

6. Menurut guru faktor penghambat dari perkembangan

kecerdasan spiritual siswa yaitu kurangnya sarana dan

prasarana disekolah dan juga ketidak sesuaian kegiatan siswa di

sekolah dengan kegiatan siswa di rumah atau tidak adanya

50

dukungan dari keluarga di rumah masing-masing siswa, selain

itu juga terkadang siswa yang salah dalam pergaulan atau salah

dalam memilih teman bermain.

7. Beberapa kegiatan di sekolah untuk mengembangkan

kecerdasan spiritual siswa yaitu praktek BTQ, melaksanakan

shalat berjamaah, berdo’a dan tadarus Al-Qur’an sebelum

dimulainya pembelajaran.

8. Metode atau cara yang dilakukan para guru di MTs YASIFA

dalam membiasakan prilaku sabar, tabah, dan jujur yaitu

dengan memberikan contoh dalam kegiatan sehari-hari, dan

juga membiasakan prilaku sabar, tabah, dan jujur dalam sehari-

hari.

9. Fasilitas di sekolah MTs Sirojul Falah dalam pelaksanaan

pendidikan akhlak masih kurang atau masih minim.

Selanjutnya data dan informasi yang sudah terkumpul dianalisis

untuk menjawab permasalahan yang ada dalam pembahasan skiripsi

melalui tabel-tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 4.5

Meyakini setiap makhluk hidup pasti mati

No. Soal Alternatif jawaban F %

1

Sangat setuju 39 97,5%

Setuju 1 2,5%

Tidak setuju - -

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

data di atas menunjukkan bahwa 40 siswa atau 97,5% siswa sangat

meyakini bahwa kematian akan data kepada setiap makhluk yang

bernyawa, dan 1 siswa atau 2,5% siswa meyakini pula bahwa akan

datang kematian kepada setiap makhluk yang bernyawa. Hal ini

menunjukkan bahwa seluruh siswa meyakini dan percaya bahwa

kematian itu pasti datang kepada setiap makhluk yang bernyawa dan

51

dari sini dapat dikatakan bahwa keimanan siswa terhadap kematian

sudah cukup baik.

Tabel 4.6

Menganggap cita-cita itu hal penting

No. Soal Alternatif jawaban F %

2

Sangat setuju 16 40%

Setuju 23 57,5%

Tidak setuju 1 2,5%

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

hasil data di atas menunjukkan bahwa 16 siswa atau 40% siswa

menjawab sangat setuju dan 23 siswa atau 57,5% siswa menjawab

setuju bahwa memiliki cita-cita dalam hidup itu sangat penting.

sedangkan hanya 1 siswa atau 2,5% siswa saja yang menjawab tidak

setuju atau menganggap cita-cita itu tidak penting.

Tabel 4.7

Mencari solusi untuk setiap masalah

No. Soal Alternatif jawaban F %

3

Sangat setuju 25 62,5%

Setuju 15 37,5%

Tidak setuju - -

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

Dari hasil tabel di atas menunjukkan 25 siswa atau 62,5% siswa

menjawab sangat setuju dan 15 siswa atau 37,5% siswa menjawab

setuju bahwa setiap mendapat masalah maka mereka akan mencari

solusinya.

52

Tabel 4.8

Meyakini setiap perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan

No. Soal Alternatif jawaban F %

4

Sangat setuju 32 80%

Setuju 6 15%

Tidak setuju 1 2,5%

Sangat tidak setuju 1 2,5%

Jumlah 40 100%

Dari hasil tabel di atas menunjukkan 32 siswa atau 80% siswa

menjawab sangat setuju dan 6 siswa atau 15% siswa menjawab setuju

bahwa mereka selalu berusaha berbuat baik kepada siapapun,

sedangkan 1 siswa atau 2,5% siswa menjawab tidak setuju dan 1 siswa

atau 2,5% siswa menjawab sangat tidak setuju yang artinya ia hanya

berbuat baik dengan orang yang hanya ia kenal saja. Dari sini dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar siswa mempunyai toleransi yang

tinggi terhadap sesama.

Tabel 4.9

Mampu mendengarkan dan memahami orang lain

No. Soal Alternatif jawaban F %

5

Sangat setuju 4 10%

Setuju 33 82,5%

Tidak setuju 3 7,5%

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

Mengenai pernyataan “Saya senang mendengarkan dan memahami

orang lain” sebanyak 4 siswa atau 10% siswa menjawab sangat setuju

dan 33 siswa atau 82,5% siswa menjawab setuju serta 3 siswa atau

7,5% siswa menjawab tidak setuju, sebanyak 37 siswa sudah bisa

mempunyai sifat peduli terhadap sesama.

53

Tabel 4.10

Selalu bersyukur kepada Allah dalam keadaan apapun

No. Soal Alternatif jawaban F %

6

Sangat setuju 38 95%

Setuju 2 5%

Tidak setuju -

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

Hasil analisis data di atas menujukkan bahwa 38 siswa atau 95%

siswa dan 2 siswa atau 5% siswa menyatakan bahwa mereka dalam

kondisi apapun itu senang ataupun susah berusaha tetap bersyukur

kepada Allah SWT. Dapat disimpulkan bahwa seluruh siswa sudah

selalu ingat untuk bersyukur kepada Allah SWT.

Tabel 4.11

Selalu ikhlas dan sabar dalam menghadapi cobaan atau

masalah

No. Soal Alternatif jawaban F %

7

Sangat setuju 21 52,5%

Setuju 19 47,5%

Tidak setuju -

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

Data di atas menunjukkan 21 siswa atau 52,5% siswa menjawab

sangat setuju dan 19 siswa atau 47,5% siswa menjawab setuju bahwa

mereka selalu ikhlas dan sabar dalam menghadapi cobaan atau

masalah yang ada, dari sini dapat disimpulkan bahwa siswa sudah

memiliki kesabaran dan keikhlasan.

Tabel 4.12

Yakin mampu mengatasi kesulitan yang hadapi

No. Soal Alternatif jawaban F %

8

Sangat setuju 7 17,5%

Setuju 30 75%

Tidak setuju 3 7,5%

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

54

Dari tabel di atas menujukkan 17,5% siswa menyatakan sangat

setuju dan 75% siswa menyatakan setuju bahwa dirinya mampu

mengatasi masalah yang dihadapi, dan 7,5% siswa menyatakan tidak

setuju. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa sudah bisa

mengatasi masalah yang dihadapi.

Tabel 4.13

Berkata jujur dan meminta maaf ketika berbuat salah

No. Soal Alternatif jawaban F %

9

Sangat setuju 28 70%

Setuju 12 30%

Tidak setuju - -

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

Mengenai pernyataan “jika saya berbuat kesalahan, saya akan jujur

dan meminta maaf” sebanyak 28 siswa atau 70% menjawab sangat

setuju dan 12 siswa atau 30% menjawab setuju, dapat disimpulkan

bahwa seluruh siswa sudah bisa mempunyai sifat pemaaf serta jujur

terhadap sesama.

Tabel 4.14

Selalu mengikuti kata hati saya dalam mengambil keputusan

No. Soal Alternatif jawaban F %

10

Sangat setuju 11 27,5%

Setuju 28 70%

Tidak setuju 1 2,5%

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

Dari tabel tersebut dapat dipahami sebanyak 11 siswa atau 27,5%

menjawab sangat setuju dan 28 siswa atau 70% menjawab setuju

bahwa dalam mengambil keputusan ia lebih sering mendengarkan kata

hatinya sendiri, sedangkan 1 siswa atau 2,5% menjawab tidak setuju.

Dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh siswa sudah berusaha

mengikuti kata hatinya dalam mengambil keputusan.

55

Tabel 4.15

Senang mengoreksi atau menilai diri sendiri

No. Soal Alternatif jawaban F %

11

Sangat setuju 9 22,5%

Setuju 31 77,5%

Tidak setuju - -

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

Mengenai pernyataan apakah responden senang mengoreksi

dirinya sendiri, sebanyak 9 siswa atau 22,5% menjawab sangat setuju

dan 31 siswa atau 77,5% menjawab setuju. Dapat disimpulkan bahwa

mereka sudah senang mengoreksi dirinya sendiri.

Tabel 4.16

Bersyukur atas semua nikmat dari Allah

No. Soal Alternatif jawaban F %

12

Sangat setuju 35 87,5%

Setuju 5 12,5%

Tidak setuju - -

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

Tabel di atas menunjukkan 35 siswa atau 87,5% menjawab sangat

setuju dan 5 siswa atau 12,5% menjawab setuju bahwa mereka

mensyukuri atas semua nikmat dari Allah SWT. Dapat disimpulkan

bahwa seluruh siswa sudah bisa mensyukuri sema nikmat Allah SWT.

Tabel 4.17

Meyakini bahwa Allah selalu mengawasi setiap perbuatan

No. Soal Alternatif jawaban F %

13

Sangat setuju 28 70%

Setuju 12 30%

Tidak setuju - -

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

Tabel di atas menunjukkan sebanyak 38 siswa atau 70% menjawab

sangat setuju dan 12 siswa atau 30% menjawab setuju bahwa mereka

56

berpikir bahwa Allah selalu mengawasi setiap perbuatan atau

pekerjaan yang mereka lakukan. Dapat dikatakan bahwa seluruh siswa

menyadari dan merasakan Allah selalu didekat mereka.

Tabel 4.18

Senang menjalin silaturahim dengan siapapun

No. Soal Alternatif jawaban F %

14

Sangat setuju 20 50%

Setuju 20 50%

Tidak setuju - -

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

Dari data di atas menunjukkan bahwa keseluruhan siswa memiliki

sikap senang menjalin silaturahim dengan siapapun, hal ini terbukti

dari 20 siswa atau 50% siswa menjawab sangat setuju dan 20 siswa

lainnya atau 50% menjawab setuju. Dapat dikatakan bahwa seluruh

siswa sudah senang menjalin silaturahim dengan siapapun.

Tabel 4.19

Gemar berbuat baik

No. Soal Alternatif jawaban F %

15

Sangat setuju 10 25%

Setuju 28 70%

Tidak setuju 2 5%

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

dari hasil analisis data di atas dapat diketahui sebanyak 10 siswa

atau 25% menjawab sangat setuju serta 28 siswa atau 70% menjawab

setuju bahwa mereka senang melakukan kebaikan walaupun harus

menerima resiko yang berat, sedangkan sebanyak 2 siswa atau 5%

menjawab tidak setuju. Dapat disimpulkan bahwa pada umumnya

responden sudah berani berbuat baik walaupun harus menanggung

resiko yang berat.

57

Tabel 4.20

Memohon pertolongan hanya kepada Allah ketika

mendapakan musibah

No. Soal Alternatif jawaban F %

16

Sangat setuju 31 77,5%

Setuju 9 22,5%

Tidak setuju - -

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

Tabel di atas menunjukkan 31 siswa atau 77,5% menjawab sangat

setuju dan 9 siswa atau 22,5% menjawab setuju bahwa ketika ditimpa

musibah maka hanya meminta pertolongan kepada Allah SWT. Dapat

disimpulkan bahwa seluruh siswa sudah tahu kepada siapa harus

meminta pertolongan jika ditimpa musibah yaitu Allah SWT.

Tabel 4.21

Senang berprasangka baik kepada orang lain

No. Soal Alternatif jawaban F %

17

Sangat setuju 3 7,5%

Setuju 36 90%

Tidak setuju 1 2,5%

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

Tabel di atas menunjukkan 3 siswa atau 7,5% menjawab sangat

setuju dan 36 siswa atau 90% menjawab setuju bahwa mereka senang

berprasangka baik terhadap orang lain, sedangkan 1 siswa atau 2,5%

menjawab tidak setuju. Dapat diambil kesimpulan bahwa hampir

seluruh siswa sudah berprasangka bik terhadap orang lain.

Tabel 4.22

Meyakini setiap musibah pasti ada hikmahnya

No. Soal Alternatif jawaban F %

18

Sangat setuju 24 60%

Setuju 16 40%

Tidak setuju - -

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

58

Data di atas menunjukkan 24 siswa atau 60% menjawab sangat

setuju serta 16 siswa atau 40% menjawab setuju. Dapat dikatakan

seluruh siswa meyakini bahwa setiap musibah pasti ada hikmahnya

yang terdapat di dalamnya.

Tabel 4.23

Mengambil keputusan sesuai dengan kata hati

No. Soal Alternatif jawaban F %

19

Sangat setuju 8 20%

Setuju 30 75%

Tidak setuju 2 5%

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

Tabel di atas menunjukkan sebanyak 8 siswa atau 20% menjawab

sangat setuju serta 30 siswa atau 75% menjawab setuju bahwa mereka

jika mengambil keputusan sesuai dengan kata hatinya, sedangkan 2

siswa atau 5% menjawab tidak setuju. Dapat disimpulkan bahwa pada

umumnya responden sudah berusaha jika mengambil keputusan sesuai

dengan kata hatinya.

Tabel 4.24

Bersyukur kepada Allah setiap mendapatkan kesenangan

No. Soal Alternatif jawaban F %

20

Sangat setuju 32 80%

Setuju 8 20%

Tidak setuju - -

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

Data di atas menunjukkan sebanyak 32 siswa atau 80% menjawab

sangat setuju dan 8 siswa atau 20% menjawab setuju bahwa ia selalu

bersyukur kepada Allah SWT bila mendapatkan kesenangan. Jadi, data

tersebut menunjukkan bahwa siswa berusaha menjauhi sifat kufur

nikmat kepada Allah SWT, mereka tidak lupa bersyukur apabila

mendapat kesenangan dari Allah SWT.

59

Tebel 4.25

Selalu bersabar dan ikhlas ketika menghadapi musibah

No. Soal Alternatif jawaban F %

21

Sangat setuju 24 60%

Setuju 15 37,5%

Tidak setuju 1 2,5%

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

Data di atas menunjukkan 24 siswa atau 60% siswa menjawab

sangat setuju dan 15 siswa atau 37,5% siswa menjawab setuju bahwa

mereka selalu ikhlas dan sabar dalam menghadapi cobaan atau

masalah yang ada, dan hanya 1 siswa atau 2,5% yang menjawab tidak

setuju. Dari sini dapat disimpulkan bahwa siswa sudah memiliki

kesabaran dan keikhlasan.

Tabel 4.26

Selalu bersikap baik kepada siapapun

No. Soal Alternatif jawaban F %

22

Sangat setuju 15 37,5%

Setuju 25 62,5%

Tidak setuju - -

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

Dari hasil tabel di atas menunjukkan sebanyak 15 siswa atau

37,5% menjawab sangat setuju dan 25 siswa atau 62,5% menjawab

setuju bahwa mereka berusaha bersikap baik dengan siapapun. Dapat

disimpulkan bahwa siswa sudah bersikap baik kepada siapapun.

Tabel 4.27

Membuat jadwal untuk semua kegiatan-kegiatan sehari-hari

No. Soal Alternatif jawaban F %

23

Sangat setuju 9 22,5%

Setuju 27 67,5%

Tidak setuju 4 10%

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

60

Hasil analisa data di atas menunjukkan 9 siswa atau 22,5%

menjawab sangat setuju serta 27 siswa atau 67,5% menjawab setuju

bahwa mereka berusaha membuat jadwal untuk setiap kegiatan-

kegiatan. Sedangkan hanya 1 siswa atau 2,5% yang menjawab tidak

setuju. Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswa sudah berusaha membuat

jadwal untuk setiap kegiatan-kegiatan mereka.

Tabel 4.28

Yakin bahwa setiap perbuatan baik akan membawa

kebahagiaan dalam hidup didunia dan akhirat

No. Soal Alternatif jawaban F %

24

Sangat setuju 29 72,5%

Setuju 11 27,5%

Tidak setuju - -

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

Data di atas menunjukkan sebanyak 29 siswa atau 72,5%

menjawab sangat setuju dan 11 siswa atau 27,5% menjawab setuju

bahwa mereka yakin segala ibadah dan amal shaleh akan membawa

kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Kenyataan ini menunjukkan

bahwa siswa sudah meyakini sesuatu kebaikan akan di balas kebaikkan

pula oleh Allah SWT.

Tabel 4.29

Mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang dialami

No. Soal Alternatif jawaban F %

25

Sangat setuju 22 55%

Setuju 18 45%

Tidak setuju - -

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

Data di atas menunjukkan sebanyak 22 siswa atau 55% menjawab

sangat setuju dan 18 siswa atau 45% menjawab setuju. Dapat

61

dikatakan bahwa keseluruhan siswa sudah berusaha mengambil

pelajaran dari kejadian-kejadian yang telah terjadi dalam hidupnya.

Tabel 4.30

Selalu tepat waktu dalam mengikuti setiap kegiatan

No. Soal Alternatif jawaban F %

26

Sangat setuju 11 27,5%

Setuju 27 67,5%

Tidak setuju 2 5%

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

Data di atas menunjukkan sebanyak 11 siswa atau 27,5%

menjawab sangat setuju serta 27 siswa atau 67,5% menjawab setuju

bahwa disetiap kegiatan yang adakan mereka selalu tepat waktu,

sedangkan 2 siswa atau 5% menjawab tidak setuju. Jadi, dapat

disimpilkan bahwa hampir seluruh siswa sudah berusaha untuk tepat

waktu dalam setiap kegiatan yang diadakan.

Tabel 4.31

Selalu membantu teman yang dalam kesulitan

No. Soal Alternatif jawaban F %

27

Sangat setuju 18 45%

Setuju 22 55%

Tidak setuju - -

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

Mengenai pernyataan “ketika teman menghadapi kesulitan, saya

selalu membantu” sebanyak 18 siswa atau 45% siswa menjawab

sangat setuju dan 22 siswa atau 55% siswa menjawab setuju. Jadi,

dapat disimpulkan seluruh siswa sudah bisa mempunyai sifat peduli

terhadap sesama.

62

Tabel 4.32

Senang mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah

No. Soal Alternatif jawaban F %

28

Sangat setuju 23 57,5%

Setuju 17 42,5%

Tidak setuju - -

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

Tabel 4.28 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 23 siswa atau

57,5% menjawab sangat setuju dan 17 siswa atau 42,5% menjawab

setuju bahwa mereka senang mengikuti kegiatan keagamaan di

sekolah.

Tabel. 4.33

Selalu mengawali pekerjaan dengan berdoa

No. Soal Alternatif jawaban F %

29

Sangat setuju 28 70%

Setuju 12 30%

Tidak setuju - -

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

Data pada tabel di atas menunjukkan sebanyak 28 siswa atau 70%

menjawab sangat setuju dan 12 siswa atau 30% menjawab setuju

bahwa mereka berdoa ketika mengawali pekerjaan. Jadi keseluruhan

siswa sudah berusaha berdoa sebelum melakukan segala pekerjaan.

Tabel 4.34

Mengerjakan shalat lima waktu tanpa paksaan

No. Soal Alternatif jawaban F %

30

Sangat setuju 27 67,5%

Setuju 13 32,5%

Tidak setuju - -

Sangat tidak setuju - -

Jumlah 40 100%

63

Dari tabel di atas menyatakan 27 siswa atau 67,5% menjawab

sangat setuju dan 13 siswa atau 32,5% menjawab setuju bahwa mereka

selalu mengerjakan shalat lima waktu tanpa paksaan. Jadi, seluruh

siswa sudah dapat menanamkan dalam dirinya bahwa shalat adalah

kebutuhan sehingga tidah perlu paksaan.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Data yang telah diinterpretasikan di atas menunjukkan bahwa,

kecerdasan spiritual siswa di MTs Sirojul Falah khususnya kelas VIII

sudah berkembang dengan baik, hal ini dibuktikan dengan hasil angket

yang dibagikan kepada siswa yang sebagian besar memberikan jawaban

yang sesuai dengan indikator kecerdasan spiritual dalam penelitian dan

juga menunjukkan terdapatnya beberapa ciri-ciri kecerdasan spiritual

padda siri siswa.

Sejalan dengan hasil jawaban angket yang diberikan kepada siswa,

dari hasil wawancara peneliti kepada beberapa guru menjelaskan bahwa

kecerdasan spiritual siswa di MTs Sirojul Falah berkembang dengan baik,

hal ini terlihat dari kesungguhan siswa dalam menjalankan ibadah wajib

dan sunnah sehari-hari, yang berarti siswa sudah mampu menjalin

hubungan baik dengan Sang Maha Pencipta. Selain itu juga, terlihat dari

akhlak siswa, yaitu siswa sudah mampu menjalin hubungan baiknya antar

sesama makhluk ciptaan Allah SWT.

Sedangkan dari observasi siswa yang peneliti amati dari kegiatan

di kelas serta kegiatan di luar kelas memperoleh hasil yang cukup baik,

walaupun ada beberapa prilaku siswa yang harus menjadi perhatian

penting bagi para guru.

64

Tabel 4.35

Hasil Observasi Kegiatan Siswa

NO Kegiatan Di Kelas SB B C K

1 Siswa masuk kelas tepat waktu √

2 Siswa berdoa sebelum melaksanakan

pembelajaran √

3 Siswa memperhatika guru ketikan

menerangkan pelajaran √

4 Hasil belajar yang diperoleh siswa, mereka

jadikan umpan balik √

5 Siswa mengerjakan semua tugas yang

diberikan oleh guru di kelas √

6 Siswa berperilaku Akhlaqul Karimah di dalam

kelas selama jam pelajaran √

7 Siswa memotivasi dalam belajar √

Kegiatan Diluar Kelas

1 Siswa menjalani semua kegiatan di sekolah

dengan semangat dan ikhlas √

2 Siswa disiplin dan tepat waktu dalam

menjalani semua kegiatan √

3

Siswa berperilaku Akhlaqul Karimah dalam

berinteraksi dengan guru dan orang dewasa di

lingkungan sekolah

4 Siswa berperilaku sopan dalam berinteraksi

dengan sesama teman √

5 Siswa mematuhi semua tata tertib dan

peraturan sekolah √

6 Siswa menjalankan semua ibadah wajib

dengan teratur √

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa,

pengembangan kecerdasan spiritual siswa di MTs Sirojul Falah berjalan

dengan baik, dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh lembaga

65

pendidikan dan juga oleh para guru. Siswa dibimbing dan diarahkan agar

kelak menjadi insan yang memiliki kepribadian yang religius dan

kecerdasan spiritual.

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari keseluruhan pemaparan dan pembahasan yang diuraikan serta

dianalisis terhadap data yang ditemukan serta temuan dilapangan, maka

dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. pengembangan kecerdasan spiritual siswa di MTs Sirojul Falah

berjalan dengan baik, dengan berbagai langkah-langkah yang

dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan spiritual siswa di MTs

Sirojul Falah. Adapun pengembangannya adalah:

a. Guru tak pernah bosan untuk selalu memberi motivasi dan

contoh-contoh kepada siswa serta memberi nasihat,

b. Para guru berusaha untuk menjalin komunikasi yang baik dengan

para siswa agar mereka merasa nyaman ketika belajar.

c. Siswa dibiasakan, diarahkan serta dibimbing untuk selalu

menjalankan ibadah-ibadah yang wajib dan sunnah, sehingga

hubungannya dengan Sang Maha Pencipta berjalan dengan baik.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kecerdasan spritual

siswa di MTs Sirojul Falah antara lain:

a. Guru, sebagai motivator, penasihat, dan juga suri tauladan yang

baik bagi para siswa di sekolah

b. Keluarga, sebagai contoh yang baik, penasihat, dan juga pengawas

bagi para siswa ketika dirumah.

B. Saran

1. Disarankan kepada pihak sekolah untuk melengkapi sarana dan

prasarana di sekolah agar dapat menunjang kegiatan belajar mengajar

di sekolah terlebihlagi dalam sarana dan prasarana yang menunjang

untuk pengembangan kecerdasan spiritual siswa.

67

2. Untuk para siswa disarankan untuk lebih mengembangkan kecerdasan

spiritual, sehingga memiliki kecerdasan dan religius yang dapat

mengembangkan kecerdasan intelektual dan spiritual.

DAFTAR PUSTAKA

Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam

Berfikir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan, Bandung:

Mizan, 2002, Cet. ke-5

Ary Ginanjar, Rahasia sukses membangkitkan ESQ, Jakarta: Arga Publishing,

2007, Cet. ke-41

Suharsono, Melejitkan IQ, EQ, SQ, Tangerang: Ummah Publishing, 2009, Cet.

ke-1

http://www.sarjanaku.com/2013/01/kecerdasan-spiritual-perspektif-menurut.html

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), Jakarta: Citra Umbara, 2003

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2006, Cet. ke-1

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa

edisi Keempat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, cet. ke-4

J.P. chaplin, kamus Lengkap Psikologi terjemahan Kartini Kartono, Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2008

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: PT.

Bumi Aksara, 2006, cet. ke-1

https://arhan65.wordpress.com/2011/11/25/kecerdasan-menurut-al-quran/

Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2008

Monty P. Satiadarma dan Fadelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan, Jakarta:

Pustaka Populer Obor, 2003

http://www.sarjanaku.com/2013/01/kecerdasan-spiritual-perspektif-menurut.html

Sudirman Tebba, Kecerdasan Sufistik: Jembatan Menuju Makrifat, Jakarta:

Kencana, 2004, cet. ke-1

Makmun Mubayidh, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak terjemahan

Muhammad Muchson Anasy, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006

Irma Budiana, Membina Kecerdasan spiritual anak dalam keluarga, Tangerang:

STIT Islamic Village Press, 2012

M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2000

Soegarda Poerbakawatja dan H.A.H Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta:

Gunung Agung, 1982

Zuhairini, dkk., Metodologi Pendidikan Agama, Bandung : Ramadhani, 1993

Imam Al-Ghazali, Ihya ‘ulumuddin, Jilid III, Beirut: Dar Al-Fikr, t.t

Oemar Bakry, Akhlak Muslim, Bandung: ANGKASA, 1993

Ali Abdul Halim, Akhlak Mulia, Jakarta: Gema Insani, 1995

Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2006

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997

Barnawy Umari, Materi Akhlak, Sala : Ramadhani, 1984

M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, Jakarta : Bulan Bintang, 1988

Chabib Thoha, Saifudin Zuhri, dkk., Metodologi Pengajaran Agama, Fakultas

Tarbiyah,Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999

Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), terj. K.H. Farid Ma’ruf, Jakarta : Bulan

Bintang, 1975

Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta: Hida Karya

Agung, 1978, Cet. ke-2

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang :

PT. Kumudasmoro Grafindo, 1994

Wari Setiawan, Menegaskan kembali konsepsi Pendidikan Akhlak, Tangerang:

STIT Islamic Village Press, 2014

Jalaludin Rakhmat, SQ For Kids Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak

Sejak Dini, Bandung: Mizan, 2007

Iskandar, Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru), Jakarta: Gaung Persada

Pers, 2009, cet ke-1

Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia, No 165 Tahun 2014, Kurikulum

2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Pada

Madrasah

Nurul Zuhariah, Metodologi Penelitian; Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara, 2007, cet. Ke-4

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT.

Rineke Cipta, 2002, cet. ke-12 (Edisi Revisi V)

Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 2000, cet.

ke-1

Lampiran 1

Angket siswa-siswi

Pengembangan kecerdasan spiritual melalui pendidikan akhlak

Nama Siswa :

Kelas :

Jenis kelamin :

Petunjuk pengisian:

1. Bacalah basmalah sebelum mengerjakan soal

2. Berikan tanda check lish ( √ ) pada kolom yang telah disediakan sesuai

dengan pengalaman sehari-hari

Keterangan: SS = Sangat Setuju

S = Setuju

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

3. Bacalah hamdalah setelah mengerjakan soal

4. Selamat mengerjakan soal

No Pertanyaan SS S TS STS

1

Saya yakin hidup ini ada akhirnya, karena setiap yang

bernyawa pasti akan mati

2

Saya mempunyai cita-cita, karena saya menganggap

itu penting

3 Jika saya mendapat masalah, saya akan cari solusinya

4

Saya berusaha berbuat baik kepada siapapun, karena

setiap perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan

5 Saya senang mendengarkan dan memahami orang lain

6

Dalam keadaan apapun, senang maupun susah saya

tetap bersyukur kepada Allah

7 Saya selalu ikhlas dan sabar dalam menghadapi cobaan

atau masalah

8

Saya percaya bisa mengatasi kesulitan yang saya

hadapi

9

Jika saya berbuat kesalahan, saya akan jujur dan

meminta maaf

10

Dalam mengambil keputusan, saya selalu mengikuti

kata hati saya

11 Saya senang mengoreksi atau menilai diri saya sendiri

12 Saya mensyukuri atas semua nikmat dari Allah

13

Saya yakin Allah selalu mengawasi setiap perbuatan

atau pekerjaan yang saya lakukan

14 Saya senang menjalin silaturahim dengan siapapun

15

Saya senang berbuat baik, walaupun harus menerima

resiko yang berat

16

Ketika saya ditimpa musibah, saya hanya meminta

pertolongan kepada Allah SWT

17 Saya senang berprasangka baik kepada orang lain

18 Saya yakin setiap musibah pasti ada hikmahnya

19

Keputusan yang diambil adalah sesuai dengan kata hati

saya

20

Ketika saya mendapat kesenangan, saya akan

bersyukur kepada Allah

21

Ketika saya ditimpa musibah, saya hadapi dengan

sabar dan ikhlas

22 Saya selalu bersikap baik kepada siapapun

23

Saya berusaha membuat jadwal untuk semua kegiatan-

kegiatan saya

24

Ibadah dan amal shaleh yang saya lakukan membawa

kebahagiaan dalam hidup didunia dan akhirat

25

Kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidup, saya

jadikan pembelajaran

26

Saya selalu tepat waktu dalam mengikuti setiap

kegiatan

27

Ketika teman menghadapi kesulitan, saya selalu

membantu

28 Saya senang mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah

29 Saya selalu mengawali pekerjaan dengan berdoa

30 Saya mengerjakan shalat lima waktu tanpa paksaan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah

1 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 105

2 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 96

3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 106

4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 109

5 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 307

6 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 101

7 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 109

8 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 408

9 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 106

10 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 105

11 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 514

12 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 108

13 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 105

14 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 622

15 4 3 3 4 2 4 3 2 3 2 4 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 96

16 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 103

17 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 718

18 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 104

19 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 101

20 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 822

21 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 101

22 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 111

23 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 923

24 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 118

25 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 114

26 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 1041

27 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 110

28 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 104

29 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 1151

30 4 4 4 1 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 108

No. Responden

Hasil Penelitian

No. Item atau Butir soal

Lampiran 2

31 4 3 4 2 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 2 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 107

32 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 1259

33 3 2 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 106

34 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 2 4 3 4 3 3 2 3 4 2 3 4 3 4 96

35 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 2 4 4 2 3 3 3 3 104

36 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 1461

37 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 112

38 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 103

39 4 4 3 3 3 3 4 2 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 4 4 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 1573

40 4 4 3 3 3 4 3 2 3 4 4 4 4 3 2 3 3 3 4 4 3 3 2 4 3 3 3 4 4 4 100

Jumlah159 135 144 149 121 158 141 124 148 130 129 155 148 140 128 151 122 144 126 152 143 135 125 149 142 129 138 143 148 147

Lampiran 3

Kisi-kisi wawancara

1. Apakah ibu/bapak memberi motivasi kepada siswa untuk selalu beribadah

kepada Allah SWT?

2. Selain dari pembelajaran di kelas, pendekatan apa lagi yang biasa

ibu/bapak lakukan untuk meningkatkan kecerdasan spiritual siswa?

3. Cara apa yang ibu/bapak lakukan untuk mengetahui kecerdasan spiritual

siswa?

4. Peran apa yang ibu/bapak lakukan dalam mengembangkan kecerdasan

spiritual siswa?

5. Menurut ibu/bapak apa saja faktor pendukung yang ada di sekolah ini

dalam proses pengembangan kecerdasan spiritual?

6. Menurut ibu/bapak apa faktor penghambat di sekolah ini dalam proses

mengembangkan kecerdasan spiritual siswa?

7. Kegiatan apa yang diadakan di sekolah untuk mengembangkan

kecerdasan spiritual siswa?

8. Bagaimana ibu/bapak di sekolah ini membentuk prilaku sabar, tabah. Dan

jujur pada siswa?

9. Bagaimana pandangan ibu/bapak mengenai fasilitas dalam pelaksaan

pendidikan akhlak?

10. Apa sarana dan prasaranan disekolah dapat menunjang pelaksanaan

pendidikan akhlak?

11. Apa fasilitas yang tersedia di sekolah dapat membantu untuk

mengembangkan kecerdasan siswa?

Lampiran 4

Hasil Wawancara

Hari/Tanggal Wawancara : Selasa/29 November 2016

Nama Narasumber : A.Ridwan. J, S.Ag, M.Pd.

Tempat Wawancara : Kantor Kepala Sekolah

Jabatan Narasumber : Kepala Sekolah MTs Sirojul Falah

1. Apakah ibu/bapak memberi motivasi kepada siswa untuk selalu

beribadah kepada Allah SWT?

Jawab:

Guru berusaha selalu memberi motivasi kepada siswa untuk

selalu beribadah kepada Allah SWT, tidak hanya motivasi

tetapi memberi nasihat dan membimbing siswa agar

kepribadiannya berkembang dengan baik.

2. Selain dari pembelajaran di kelas, pendekatan apa lagi yang

biasa ibu/bapak lakukan untuk meningkatkan kecerdasan

spiritual siswa?

Jawab:

Selain dari pembelajaran di dalam kelas, para guru juga

berusaha untuk selalu melakukan pendekatan dengan para

siswa melalui memberikan pengarahan secara individu,

bimbingan rohani, dan mencontohkan kepada siswa perilaku

yang terpuji dalam keseharian.

3. Cara apa yang ibu/bapak lakukan untuk mengetahui kecerdasan

spiritual siswa?

Jawab:

Untuk mengetahui kecerdasan spiritual siswa, guru melakukan

tes tulis dan tes lisan. Selain itu juga, guru melihat atau

memperhatikan dari keseharian sikap dan perilaku siswa

sehari-hari di sekolah.

4. Peran apa yang ibu/bapak lakukan dalam mengembangkan

kecerdasan spiritual siswa?

Jawab:

Selain sebagai guru atau pengajar, para guru disini juga

berperan sebagai pembimbing dan juga pengawas bagi para

siswa dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa.

5. Menurut ibu/bapak apa saja faktor pendukung yang ada di

sekolah ini dalam proses pengembangan kecerdasan spiritual?

Jawab:

Bagi para guru selain keluarga dan teman, faktor pendukung

dalam perkembangan kecerdasan spiritual siswa itu dari

kegiatan sehari-hari mereka dan tingkah laku meresa sendiri

juga sangat mempengaruhi pengembangan kecerdasan spiritual

mereka.

6. Menurut ibu/bapak apa faktor penghambat di sekolah ini dalam

proses mengembangkan kecerdasan spiritual siswa?

Jawab:

Menurut guru faktor penghambat dari perkembangan

kecerdasan spiritual siswa yaitu kurangnya sarana dan

prasarana disekolah dan juga ketidak sesuaian kegiatan siswa di

sekolah dengan kegiatan siswa di rumah atau tidak adanya

dukungan dari keluarga di rumah masing-masing siswa, selain

itu juga terkadang siswa yang salah dalam pergaulan atau salah

dalam memilih teman bermain.

7. Kegiatan apa yang diadakan di sekolah untuk mengembangkan

kecerdasan spiritual siswa?

Jawab:

Beberapa kegiatan di sekolah untuk mengembangkan

kecerdasan spiritual siswa yaitu praktek BTQ, melaksanakan

shalat berjamaah, berdo’a dan tadarus Al-Qur’an sebelum

dimulainya pembelajaran.

8. Bagaimana ibu/bapak di sekolah ini membentuk prilaku sabar,

tabah. Dan jujur pada siswa?

Jawab:

Metode atau cara yang dilakukan para guru di MTs Sirojul

Falah dalam membiasakan prilaku sabar, tabah, dan jujur yaitu

dengan memberikan contoh dalam kegiatan sehari-hari, dan

juga membiasakan prilaku sabar, tabah, dan jujur dalam sehari-

hari.

9. Bagaimana pandangan ibu/bapak mengenai fasilitas dalam

pelaksaan pendidikan akhlak?

Jawab:

Fasilitas di sekolah MTs Sirojul Falah dalam pelaksanaan

pendidikan akhlak masih kurang atau masih minim.

Bogor, 29 November

2016

Mengetahui,

(A.Ridwan. J, S.Ag,

M.Pd.)

Lampiran 5

Kisi-kisi wawancara

Hari/Tanggal Wawancara : Selasa/29 November 2016

Nama Narasumber : Nunung Nurhayati, S.Ag.

Tempat Wawancara : Kantor guru

Jabatan Narasumber : Guru mata pelajaran Aqidah Akhlak

1. Guru berusaha selalu memberi motivasi kepada siswa untuk selalu

beribadah kepada Allah SWT, tidak hanya motivasi tetapi memberi nasihat

dan membimbing siswa agar kepribadiannya berkembang dengan baik.

2. Selain dari pembelajaran di dalam kelas, para guru juga berusaha untuk

selalu melakukan pendekatan dengan para siswa melalui memberikan

pengarahan secara individu, bimbingan rohani, dan mencontohkan kepada

siswa perilaku yang terpuji dalam keseharian.

3. Untuk mengetahui kecerdasan spiritual siswa, guru melakukan tes tulis dan

tes lisan. Selain itu juga, guru melihat atau memperhatikan dari keseharian

sikap dan perilaku siswa sehari-hari di sekolah.

4. Selain sebagai guru atau pengajar, para guru disini juga berperan sebagai

pembimbing dan juga pengawas bagi para siswa dalam mengembangkan

kecerdasan spiritual siswa.

5. Bagi para guru selain keluarga dan teman, faktor pendukung dalam

perkembangan kecerdasan spiritual siswa itu dari kegiatan sehari-hari

mereka dan tingkah laku meresa sendiri juga sangat mempengaruhi

pengembangan kecerdasan spiritual mereka.

6. Menurut guru faktor penghambat dari perkembangan kecerdasan spiritual

siswa yaitu kurangnya sarana dan prasarana disekolah dan juga ketidak

sesuaian kegiatan siswa di sekolah dengan kegiatan siswa di rumah atau

tidak adanya dukungan dari keluarga di rumah masing-masing siswa,

selain itu juga terkadang siswa yang salah dalam pergaulan atau salah

dalam memilih teman bermain.

7. Beberapa kegiatan di sekolah untuk mengembangkan kecerdasan spiritual

siswa yaitu praktek BTQ, melaksanakan shalat berjamaah, berdo’a dan

tadarus Al-Qur’an sebelum dimulainya pembelajaran.

8. Metode atau cara yang dilakukan para guru di MTs YASIFA dalam

membiasakan prilaku sabar, tabah, dan jujur yaitu dengan memberikan

contoh dalam kegiatan sehari-hari, dan juga membiasakan prilaku sabar,

tabah, dan jujur dalam sehari-hari.

9. Fasilitas di sekolah MTs YASIFA Bogor dalam pelaksanaan pendidikan

akhlak masih kurang atau masih minim.

Bogor, 29 November 2016

Mengetahui,

(Nunung Nurhayati, S.Ag.)

Lampiran 6

Kisi-kisi Observasi Kegiatan Siswa

Keterangan: SB= Sangat Baik

B= Baik

C= Cukup

K= Kurang

No Kegiatan Di Kelas SB B C K

1 Siswa masuk kelas tepat waktu √

2 Siswa berdoa sebelum melaksanakan

pembelajaran

3 Siswa memperhatika guru ketikan

menerangkan pelajaran

4 Hasil belajar yang diperoleh siswa, mereka

jadikan umpan balik

5 Siswa mengerjakan semua tugas yang

diberikan oleh guru di kelas

6 Siswa berperilaku Akhlaqul Karimah di

dalam kelas selama jam pelajaran

7 Siswa memotivasi dalam belajar √

Kegiatan Diluar Kelas

1 Siswa menjalani semua kegiatan di sekolah

dengan semangat dan ikhlas

2 Siswa disiplin dan tepat waktu dalam

menjalani semua kegiatan

3

Siswa berperilaku Akhlaqul Karimah dalam

berinteraksi dengan guru dan orang dewasa di

lingkungan sekolah

4 Siswa berperilaku Akhlaqul Karimah dalam

berinteraksi dengan sesama teman

5 Siswa mematuhi semua tata tertib dan

peraturan sekolah

6 Siswa menjalankan semua ibadah wajib

dengan teratur