pengantar penulis - · pdf fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini...

128
Kakamban Habang i Pengantar Penulis Assalamu’alaikum wr wb. Seggala puji syukur sudah sepatutnya kita haturkan kepada Allah Azza wa Jalla tuhan semesta alam yang telah dan senantiasa memberikan nikmat kepada hambanya, terkhusus nikmat Iman, Islam dan Ihsan. Shalawat dan salam marilah senantiasa kita kirimkan kepada kekasih Allah swt. yakni junjungan kita nabi besar Muhamad Saw. yang merupakan panutan, tauladan dan sumber umat islam dalam mencari referensi untuk menjalani kehidupan hakiki. Sewaktu kecil, penulis sering sekali mendengarkan petuah urang tuha bahari (orang tua jaman dulu) yang belakangan (setelah penulis dewasa) menjadi perhatian mendalam bagi penulis. Kadang petuah terdengar menipu (bahasa banjar: mangaramput). Namun, memang begitulah adat budaya orang banjar dalam menyampaikan nasihat dan petuah yang sering sekali diungkapkan tidak dengan kalimat langsung, melainkan dengan ungkapan berseni (bamantik) atau dalam istilah kekinian adalah kalimat bersayap. Semisal, “daham katuju baduduk dimuhara lawang, kaina mun hudah babini/balaki kada akur wan mintuha”, yang artinya kurang

Upload: dinhdieu

Post on 07-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

i

Pengantar Penulis

Assalamu’alaikum wr wb.

Seggala puji syukur sudah sepatutnya kita

haturkan kepada Allah Azza wa Jalla tuhan

semesta alam yang telah dan senantiasa

memberikan nikmat kepada hambanya, terkhusus

nikmat Iman, Islam dan Ihsan. Shalawat dan

salam marilah senantiasa kita kirimkan kepada

kekasih Allah swt. yakni junjungan kita nabi besar

Muhamad Saw. yang merupakan panutan,

tauladan dan sumber umat islam dalam mencari

referensi untuk menjalani kehidupan hakiki.

Sewaktu kecil, penulis sering sekali

mendengarkan petuah urang tuha bahari (orang

tua jaman dulu) yang belakangan (setelah penulis

dewasa) menjadi perhatian mendalam bagi penulis.

Kadang petuah terdengar menipu (bahasa banjar:

mangaramput). Namun, memang begitulah adat

budaya orang banjar dalam menyampaikan

nasihat dan petuah yang sering sekali

diungkapkan tidak dengan kalimat langsung,

melainkan dengan ungkapan berseni (bamantik)

atau dalam istilah kekinian adalah kalimat

bersayap. Semisal, “daham katuju baduduk

dimuhara lawang, kaina mun hudah babini/balaki

kada akur wan mintuha”, yang artinya kurang

Page 2: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

ii

lebih demikian: “jangan suka duduk di depan

pintu, nanti kalau sudah menikah akan sering

cekcok dengan mertua”.

Ungkapan di atas bukan bermakna bahwa

masyarakat banjar dipenuhi dengan takhayul dan

khurafat. Sekali lagi itu adalah mantik, seni

berbicara, yang sejatinya adalah buah dari adat

budaya yang patut kiranya untuk dilestarikan.

Berbicara secara kiasan seperti di atas hampir

serupa dengan budaya orang Yogya yang

senantiasa menjaga keharmonisan agar orang yang

ditegur tidak merasa tersinggung. Bagi penulis, ini

adalah bentuk kehalusan budi dari adat budaya

suku-suku yang ada di Indonesia.

Mungkin sebagian orang merasa bahwa adat

bertutur demikian terkesan bertele-tele. Kenapa

tidak dikatakan saja secara langsung “jangan

duduk di depan pintu karena membuat orang yang

mau keluar masuk akan merasa terganggu” ?. ini

sama saja dengan kenapa ada orang suka baju

warna kuning, ada yang suka warna putih, ada

yang suka hitam, dan seterusnya. Pada kesukaan

itu, patutkah seseorang memaksakan yang lain

untuk menyukai hal yang serupa?, tentu tidak. Ini

masalah selera dan identitas budaya yang sekali

Page 3: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

iii

lagi patut dijaga. Melalui tulisan ini lah upaya

pelestarian itu muncul.

Ketika penulis bertemu dengan banyak

generasi Banjar di tanah jawa, baik saat kuliah

dan ketika sudah menjadi pemberi kuliah, banyak

sekali anak-anak muda Banjar yang tidak tahu

istilah-istilah Banjar lama yang bermakna petuah.

Sehingga, ketika anak muda ini berbuat kekeliruan

dan ditegur dengan petuah lama, anak muda

itupun tak merasa kalau sedang ditegur. Situasi

ini tidak jarang berlanjut kepada konflik yang lebih

keras.

Melihat fenomena di atas, terpikirkan oleh

penulis bahwa ketidakfahaman generasi muda

dengan petuah-petuah lama ini bukan murni

kesalahan mereka. Ada banyak faktor yang

memicu hal tersebut, diantaranya adalah gaya

bicara masyarakat banjar yang kini lebih banyak

ke bahasa Indonesia, khususnya penduduk

Banjarmasin, Banjarbaru dan Martapura. Namun,

faktor yang sepertinya paling dominan adalah,

jarangnya petuah-petuah ini disampaikan kepada

kepada generasi muda Banjar, entah itu oleh orang

tua, guru, maupun tatuha (orang yang dituakan)

yang ada di lingkungan tempat tinggal kita. Selain

itu, tidak diprasastikannya secara baik dan

Page 4: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

iv

menarik petuah-petuah ini, khususnya dalam

bentuk tulisan dan bacaan, juga bisa jadi menjadi

faktor utama rendahnya pengetahuan dan

pemahaman petuah lama dari generasi muda.

Padahal petuah lama ini tidak lain adalah nilai

adat dan budaya yang sejatinya dianut oleh orang

Banjar lama yang memiliki nilai positif dan

seringkali syarat dengan nilai ajaran luhur Islam.

Novel adalah salah satu sarana agar petuah

bahari ini menjadi “abadi”. Seorang yang bijak

pernah mengungkapkan bahwa “yang disampaikan

bisa terlupakan... tetapi yang ditulis akan abadi..”.

selain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat,

petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati

pembacanya. Penulis merasa penyampaian petuah

secara konvensional sama halnya dengan belajar

sejarah dengan cara membaca buku. Bagi anak

muda, itu adalah hal yang membosankan.

Selain tujuan di atas, novel ini juga

bertujuan untuk meluruskan penyimpangan-

penyimpangan pehaman dari adat budaya yang

ada di masyarakat Banjar. Penyimpangan

pemahaman ini akan memicu distorsi nilai budaya

dan menurunkan derajat masyarakat Banjar itu

sendiri. Sebagai contoh, seseorang yang hamil

biasanya disuruh untuk mengenakan gelang kaki

Page 5: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

v

berwarna hitam yang dibuat dari benang hitam.

Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

dari kegiatan itu adalah agar ibu yang hamil selalu

menjaga kesehatan kakinya. Hal itu karena ibu

hamil biasanya rawan mengalami pembengkakan

kaki yang disebabkan oleh kelebihan protein,

terkilir, tidak sengaja menendang benda-benda

keras, dan pembengkakan itu biasanya lambat

sembuhnya. Dikhawatirkan hal itu akan

mengganggu saat sang ibu melahirkan putranya.

Oleh karenanya, dengan gelang hitam sang ibu

akan pinandu (mawas) untuk menjaga kakinya.

Namun, di kalangan tertentu kegiatan

memberikan penanda pada kaki dengan gelang

hitam ini diiringi dengan keyakinan yang mengada-

ngada, dan tentunya disebarkan oleh masyarakat

yang masih percaya dengan takhayul. Misalnya,

gelang hitam agar tidak diganggu jin, agar anaknya

tidak cacat, dan lain sebagainya. Inilah bentuk

distorsi nilai budaya yang tadinya bermakna

positif, namun ketika verifikasi kebenaran esensi

nilai budaya itu tidak tersampaikan, yang muncul

adalah penafsiran mangaradau (tidak berdasar)

dan bahkan bisa jadi berujung kepada kesyirikan,

na’udzubillah.

Page 6: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

vi

Melalui tulisan ini, penulis berharap akan

muncul penulis-penulis baru dari bubuhan Banjar

yang memiliki ide dan gagasan serupa, yakni

untuk mem-prasasti-kan nilai luhur sekaligus

meluruskannya dari keyakinan-keyakinan yang

merusak tauhid orang Banjar yang mayoritas

muslim.

Akhirnya, tentu segala yang kita rangkai

memiliki kekurangan. Penulis sangat berterima

kasih jika dari kakawalan barataan (teman-teman

dan kerabat semua) memiliki masukan dan saran

yang membangun. Kontak kepada penulis dapat

dilakukan lewat e_mail (lihat bagian akhir tentang

penulis). Semoga kisah ini menghibur dan

tentunya bermanfaat serta menjadi inspirasi bagi

para pembaca budiman. Akhirul kalam, salah dan

khilaf atas segala yang ada pada novel ini penulis

mohon maaf dan minta halal serta ridho yang

seikhlas-ikhlasnya dari pembaca sekalian.

Wallahu’alam bisshawab.

Wassalamu’alaikum wr wb

Yogyakarta, 3 Ramadhan 1436 H

Page 7: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

1

Bagian 1

Puteri Tuan Tanah

Gadis langkar1 bak buah delima ranum di masa-

masa emasnya itu bernama Siti Fatimah. Ia adalah

puteri dari juragan tanah kaya dikampung ini, Haji

Jamran. Patut saja lah kiranya Haji Jamran diberi

gelar sebagai juragan tanah kaya. Itu tidak lepas

dari fakta bahwa sebagian besar tanah di kampung

ini adalah miliknya yang ia peroleh dari warisan

orang tuanya yang dulu adalah saudagar intan

kaya raya. Setiap orang kampung Muara Durian,

tempat ia tinggal, sangat segan kepada Haji

Jamran. Bukan semata karena kekayaannya,

tetapi juga karena lelaki separuh baya itu memiliki

banyak jasa kepada warga kampung.

Hampir lebih dua puluh keluarga di kampung ini

bergantung hidup kepada kemurahan hati sang

tuan tanah. Mereka yang bergantung nasib pada

Haji Jamran adalah keluarga-keluarga miskin yang

tak memiliki tanah, kemudian dipinjami oleh Haji

Jamran sebidang tanah untuk dikelola dan

dinikmati hasilnya, tanpa Haji Jamran meminta

sepeserpun dari hasil itu. Dari kedermawanannya

1 Cantik (Banjarmasin)

Page 8: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

2

itulah warga di sini menjadi segan dan hormat

kepadanya.

Ditambah lagi, Haji Jamran juga seorang bapak

yang memiliki anak-anak yang kuliah di luar

Kalimantan. Bagi kebanyakan orang Kalimantan,

khususnya kampung ini, kuliah keluar dari

Kalimantan memiliki arti tersendiri. Jika tidak

karena kaya, sehingga mampu menyekolahkan

anak-anaknya ke luar pulau dengan biaya yang

mahal, maka pasti karena anak-anak dari orang

tua tersebut adalah anak yang pandai, sehingga

mampu memperoleh beasiswa kuliah untuk

bersaing dengan banyak orang pintar di tanah

Jawa. Setidaknya itulah stigma yang selama ini

menjadi justifikasi dan buah bibir warga tentang

anak Haji Jamran yang baru pulang tempo lusa

dari pendidikannya di salah satu perguruan tinggi

di Yogyakarta.

Namun, puteri Haji Jamran itu bukan berada pada

klasifikasi pertama maupun kedua. Maksudnya,

bukan karena puteri Haji Jamran keturunan orang

kaya saja atau karena pandai semata hingga bisa

kuliah ke luar Kalimantan. Tetapi dia berada pada

klasifikasi pertama sekaligus yang kedua. Ya, anak

kedua bapak dua orang anak itu tidak hanya dari

keturunan berada, tetapi memang memiliki

Page 9: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

3

kepandaian yang lebih dibandingkan muda-mudi

sebayanya di sekolahnya dulu, terlebih di

kampung Muara Durian ini.

Bukti dari kebrilianannya itu adalah, ketika masih

duduk di bangku Madrasah Aliyah, setingkat SMA,

Fatimah bersama dua rekannya pernah mewakili

sekolahnya dalam kejuaraan tingkat nasional di

Jakarta dan berhasil menyabet juara pertama.

Tak hanya pandai. Puteri Haji Jamran itu juga

terkenal sebagai kembang desa berparas langkar2

dan berakhlakul karimah islami. Hampir semua

orang kampung senang memuji keanggunan rupa

dan akhlak dari puteri semata wayang Haji Jamran

itu. Wajar saja jika kemudian banyak pemuda dari

berbagai kalangan menghendakinya menjadi

permaisuri sang pemuja.

Baru dua minggu dari kehadirannya di kampung

semenjak pergi merantau ke tanah Jawa saja,

terhitung sudah lebih tiga keluarga yang datang ke

rumah Haji Jamran untuk meminang puteri

semata wayangnya itu. Dua diantaranya adalah

teman Fatimah sesama mahasiswa asal tanah

Banjar selama kuliah di Yogyakarta. Namun, dari

2 Cantik (Banjarmasin)

Page 10: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

4

berita burung yang beredar, sayang, tak satupun

yang diterima oleh Haji Jamran.

Memang tidak mudah mutiara bisa didapat dan

menempatkannya dalam genggaman. Seseorang

yang mencari mutiara harus berusaha keras

menyelam ke kedalaman lautan, dan berenang

menyisiri setiap trumbu karang. Tidak menutup

kemungkinan sang penyelam akan tenggelam,

terluka karena karang atau bahkan berhadapan

dengan ikan buas demi mendapatkan sebuah

mutiara yang memiliki kilau terbaik. Begitulah

kiranya gambaran yang setara atas keadaan putri

Haji Jamaran itu.

Bahkan, saat Fatimah masih bersekolah di

Yogyakarta, tak sedikit pemuda yang bertamu ke

rumah Haji Jamran dengan niat mempersunting

puteri kesayangannya itu. Mereka datang dari

berbagai kalangan status maupun strata sosial.

Mulai dari putra pejabat, pengusaha, sampai putra

tuan guru (Kyai) sekalipun. Maklum, kalangan

pergaulan Haji Jamran ya demikian pula, pejabat,

pengusaha, dan tuan guru (Kyai). Jadi

sepantasnya lamaran itu dari kalangan yang

setara.

Tapi sayang, hasilnya sama saja. Tak satupun jua

yang mampu membuat Haji Jamran mengiyakan

Page 11: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

5

pinangan itu. Setiap ada pinangan, pandai saja

haji Jamran berkelit. Meski sering ia mendengar

kepercayaan orang jaman dahulu di tanah Banjar,

yakni; “bila sudah empat puluh orang yang

meminang dan semua ditolak, maka pinangan ke

empat puluh satu tidak boleh ditolak. Jika ditolak

pula, maka anak akan membujang hingga tua”.

Namun haji Jamran tak gentar dengan

kepercayaan yang ia anggap sebagai takhayul itu.

Ia tetap pada keputusan-keputusannya.

Sejatinya, yang menjadi alasan utamanya adalah,

jujuran3 yang diinginkan haji Jamran memang

agak berlebihan. Haji Jamran adalah salah satu

orang yang memiliki faham bahwa anak

perempuan yang cantik, pandai dan baik budi,

seperti puterinya, Fatimah, sudah sepatutnya

memiliki nilai jujuran yang tinggi. Setiap ia

menolak lamaran-lamaran itu, ia selalu berkelit

kalau Fatimah adalah puteri semata wayangnya

yang tidak hanya cantik, tetapi juga baik, salehah,

serta seorang sarjana strata dua dari perguruan

tinggi yang bonafit. Maka sudah sepantasnya ia

sebagai orang tua memintai jujuran tinggi.

Haji Jamran menganggap, untuk mempersunting

puterinya yang baik dan berpendidikan itu menjadi

3 Seserahan saat melakukan pinangan (Banjarmasin)

Page 12: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

6

seorang istri, tidak mudah dan tidak murah. Jika

ada orang menginginkan puterinya, maka sang

pemuda harus mengganti dengan jujuran yang

sepadan dengan biaya untuk membesarkan

puterinya.

Pemikiran Haji Jamran itu memang sangat

nyeleneh dan sudah menjadi buah bibir sejak lama

di kampung ini. Tapi sayang, karena begitu

diseganinya juragan tanah yang juga sekaligus

pengusaha kain sasirangan itu, tak satupun ada

yang berani menentang dan menyanggah

kesalahan faham Haji Jamran. Semua orang

membiarkan saja pemikiran Haji Jamran sekeliru-

kelirunya. Bagi warga, toh bukan mereka juga

yang meminang puteri Haji Jamran. Maka buat

apa bersusah-susah memahamkan Haji Jamran

bahwa makna jujuran tidak begitu semestinya.

Bagi warga kampung, jangankan berkeinginan

meminang, berkhayal untuk berkeluarga dengan

Haji Jamran saja tak satupun ada yang terbesit

memikirkannya. Orang di kampung faham betul

posisi diri dan posisi haji Jamran selaku tokoh

terkaya di kampungnya. Tak mudah untuk

meluluhkan hati haji Jamran, pun hati sang anak.

Meskipun haji Jamran mengiyakan, tapi kalau

Page 13: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

7

anaknya Fatimah itu menolak, ya tetap saja

perjanjian tak kan terjadi.

Di sisi lain, kadang ketidakberanian warga untuk

meluruskan faham haji Jamran juga terkait

kepentingan pribadi. Takut haji Jamran

tersinggung, lalu menarik hak kelola lahan yang

menjadi mata pencaharian. Atau sungkan kalau

nanti haji Jamran tidak lagi memberi ini atau itu.

Jadilah haji Jamran sekeliru-kelirunya atas

pemikirannya itu.

Tapi, jika membicarakan puterinya, Fatimah, maka

sudahlah setuju jika orang sini menilai bahwa

gadis berkulit kuning langsat yang sering terlihat

menutup rambutnya dengan kakamban habang4

kesenangannya itu, tak dapat dipungkiri, memang

begitu memesona. Kadang, iapun merasa bahwa

sikap abah Fatimah yang begitu menginginkan

jujuran dan mahar yang mewah itu masuk akal

adanya. Itu karena sekilas saja ia menatap

Fatimah, hatinya merasakan desiran yang tidak

biasa terjadinya. Ia merasakan kecemasan,

kegugupan, sekaligus kesenangan yang mengulak-

alik. Bibirnya tersenyum entah karena alasan apa

jika megngingat-ingat saat pertemuannya dengan

puteri haji Jamran itu. Ia tak tahu apakah itu yang

4 Kakamban habang=kerudung merah (Banjarmasin)

Page 14: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

8

dimaksud perasaan cinta atau apa. Yang jelas, ia

merasa ada kebahagiaan yang datang tanpa ia

fahami. Ia merasa senang begitu saja. Sekali lagi,

bahagia itu datang begitu saja…

Namun, ia juga tak mengira, gadis sebaik itu

adalah puteri dari seorang haji Jamran.

Maksudnya, bagaimana bisa gadis sebaik ia

berorang tuakan sosok seperti haji Jamran. Orang

kampung juga sagat faham ini. Haji Jamran dan

Fatimah bagaikan langit dan bumi, siang dan

malam, panas dan dingin, meskipun keduanya

adalah abah dan anak. Fatimah setiap harinya

terlihat sangat sederhana. Bahkan, pakaiannya tak

berbeda jauh dengan yang digunakan orang

kampung kebanyakan. Sikapnya ramah, tegur

sapa dengan orang kampung adalah hal yang biasa

ia lakukan. Selain itu gadis itu sangat pemurah

kepada para tetangganya yang memiliki

kekurangan. Kesehariannya ramai dihiasi senyum

manis yang keluar dari bibir dara dua puluh lima

tahun itu.

Sedangkan haji Jamran, meski ia membiarkan

tanahnya digarap oleh warga kampung dan tak

meminta bagi hasil, namun ada beberapa sikap

tuan haji itu yang tak disukai warga kampung.

Abah dari Fatimah itu memiliki watak arogan dan

Page 15: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

9

keras. Hal itu sangat nampak dari tulang

rahangnya yang kaku menyimpan keangkuhan.

Matanya tajam dan intolerer terhadap setiap hal

yang tak ia senangi. Para pemuda yang bersalaman

dengannya tapi tidak mencium tangannya, jangan

harap mendapatkan perlakuan ramah. Bahkan

pernah ada undangan perkawinan yang tak ia

sambangi hanya karena di undangan tidak tertera

gelar “Haji atau biasa ditulis H.” sebelum nama

haji Jamran.

“Jika saja Fatimah bukan puteri kesayangan

seorang Haji Jamran, tentu akan berbeda

ceritanya...” gumamnya berkhayal. Pikirannya jauh

melalang buana memikirkan gadis yang tak

sepatutnya ia pikirkan. Kenapa tidak patut?. Itu

karena ia hanya baru kali ini bertemu dengan sang

gadis. Apalagi, ia tak ada hubungan apapun

dengan puteri haji Jamran itu. Bukan teman,

bukan keluarga, apalagi kekasih.

Namun, angin cinta rupanya telah menerbangkan

khayal pemuda itu hingga ia tak sadar jikalau

sudah hampir lebih dua jam lamanya ia melamun

di atas dipan pelataran rumahnya. Tak terasa

mentari mulai turun diufuk barat sambil menarik

gelap yang datang mengganti cahaya. Malam mulai

Page 16: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

10

bertamu. Maghrib tiba dengan kumandang adzan

yang bersahutan.

***

Baginya, baru kali ini ia bertemu orang yang

berbudi demikian. Hampir setiap orang yang

menolong dirinya lantas menerima pemberian

berupa “uang capek” si penolong. Baginya itu

memang satu hal yang sudah lumrah di tanah

mana saja. Apalagi di zaman susah seringkali

apresiasi dikaitkan dengan uang semata. Uang

menjadi orientasi setiap aktifitas dan tak jarang

uang menjadi tuhan dan magnet yang sangat kuat

untuk memotivasi seseorang berbuat sesuatu. Di

berita-berita media masa, hanya karena uang,

yang tidak seberapa banyak pula jumlahnya, orang

berani mempertaruhkan nyawanya. Karena uang

orang sering buta dan acuh dengan keadaan orang

lain. Bahkan karena uang, orang berani menyakiti,

menzalimi, bahkan membinasakan makhluk lain

atau bahkan sesama manusia.

Tapi, pemuda yang sepertinya terlihat lebih muda

dari dirinya itu berbeda. Pemuda itu malah tak

mau menerima uang capek yang ia berikan dengan

keikhlasan. Apalagi ia tahu betul bagaimana

Page 17: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

11

kehidupan anak muda yang ia lupa siapa namanya

itu, yang dulu pernah bekerja kepada abahnya. Ia

tak menyangka seorang pemuda yang hanya

tinggal bersama emmak tua di sebuah gubuk renta

kecil, di ujung ilir aliran sungai Muara Durian itu

menolak pemberiannya. “Apa benar masih ada

orang yang tak mau menerima materi demi

kelangsungan hidup? Apa benar masih ada orang

yang tulus ikhlas memberi tanpa harus

menerima?” Gumamnya dalam hati menanya.

Di tengah bingung, juga ada kesal menyertainya.

Kesal karena sikap orang itu yang menolak

pemberiannya. Ia jadi malu dan merasa

terendahkan. Ia merasa pemberiannya tidak

dihargai meski pemuda yang selalu mengenakan

topi butut itu menolaknya dengan ramah. Fatimah

menghela nafas panjangnya. Pikirannya payah

memikirkan sebab sikap sang pemuda. Sesekali ia

mementikkan jari telunjuknya ke bibir, eksperi ia

tengah berpikir. Ia menatapkan jauh

pandangannya ke arah luasnya hamparan tanah

dan ladang padi milik abahnya yang di naungi

sinar terang sang mentari senja. Rasanya semua

itu kini tak ada artinya ketika ia teringat dengan

penolakan sang pemuda. Sebesit ingatan tak

sengaja menghinggapi pikirannya. Ia teringat

Page 18: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

12

ucapan penolakan sejumlah uang dari pemuda itu

dengan sebuah pertanyaan;

“apakah uang itu milik anda atau milik

orang tua anda?”.

Ia sangat bingung dengan pertanyaan yang

diutarakan pemuda kurus yang memiliki kerut

wajah yang terukir lebih cepat dari usianya itu.

“Iya... ini uangku yang diberikan oleh

orang tuaku untuk jajan... lalu kenapa?

Ada yang salah kah?”

Jawabnya sekenanya dengan perasaan masih

memendam kebingungan diserta tanya.

Namun, kalimat terakhir pemuda itu yang

membuatnya bingung. Tinggi-tinggi ia kuliah

sampai strata dua (S2), ia tak mampu menganalisis

maksud pemuda itu saat ia mengatakan, “Kalau

begitu itu uang orang tua Anda. Saya tidak bisa

menerima uang itu...”

Entah mengapa Fatimah terus memikirkannya,

dan tanpa ia ingingkan buah percakapan itu malah

menjadi beban pikiran. Ia khawatir jikalau pemuda

itu menolak pemberiannya karena pemuda itu

merasa uang itu bersumber dari hasil yang tidak

halal.

Page 19: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

13

“Apa memang benar demikian?” pikirnya

menduga-duga. “Nau’dzubillah” bisiknya.

Sudah beberapa hari ini ia terus saja terpikirkan

masalah itu. Iapun menyerah. Fatimah tak tahu

apa maksud dari pertanyaan dan pernyataan dari

pemuda yang tempo lalu menolong dirinya itu.

Tapi, perasaan halusnya mengatakan kalau

pernyataan itu bukanlah pernyataan sembarangan

atau sepele. Di tanah Banjar, kerap ditemukan

masyarakat yang berbicara dengan kiasan, mantik,

dan kalimat bersayap lainnya yang biasanya

memiliki makna yang dalam.

Fatimahpun akhirnya beranjak menuju orang

tuanya yang ia yakin memiliki pandangan.

Fatimah segera menceritakan peristiwa itu tatkala

ia mendapati ibunya di ruang keluarga

kediamannya. Ia berharap memperoleh jawaban

dari pertanyaan yang ada dibenaknya. Ibu Fatimah

yang notabene orang Hulu Sungai5 dan memiliki

wawasan tentang papadah urang bahari6, ia rasa

cukup memiliki pengetahuan untuk menjawab apa

maksud dibalik sikap seseorang yang berucap

5 Hulu Sungai adalah salah satu karesidenan yang terletak di privinsi Kalimantan Selatan. Juga kerap disebut sebagai wilayah Banua Lima. 6 Nasihat bijak dari orang-rang terdahulu

Page 20: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

14

seperti yang diceritakannya. Sebab, urang bahari7

ia rasa tidak sembarang mengucapkan sesuatu.

Orang Banjar bahari memiliki prinsip “banganga

dahulu hanyar baucap” yang artinya “sebelum

berucap dipikirkan dulu matang-matang apa

konsekuensi dari ucapan yang nantinya terlontar”,

atau dengan istilah lain, hati-hati dalam berbicara.

Apalagi, jika dilihat dari gelagatnya, pemuda yang

menolongnya tempo hari itu bukan orang yang

sembarangan bersikap dan berucap. Dimatanya,

setiap gerak pemuda itu seakan penuh arti.

Fatimah duduk di samping ibunya yang tengah

sibuk menjahit salah satu pakaian yang sempat

sobek. Meski dari istri orang yang kaya, namun

istri haji Jamran juga memiliki sikap dan gaya

hidup yang sederhana. Tidak seperti kebanyakan

orang kaya, segala sesuatu yang rusak segera

dibuang. Bagi istri haji Jamran, jika masih bisa

diperbaiki, maka barang rusak itu diusahakan

untuk diperbaiki. Kesederhanaan ibunya inilah

yang menurun kepada Fatimah.

Dengan manja, Fatimah mengajak ibunya untuk

bercerita. Lebih tepatnya Fatimah menceritakan

apa yang beberapa hari silam ia alami. Ibunya

7 Orang terdahulu

Page 21: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

15

mendengarkan dengan seksama. Seusai cerita

Fatimah, ibunya tersenyum sambil menggelengkan

kepalanya, kagum, mendengar cerita yang barusan

diutarakan Fatimah.

“Subhanallah, masih ada rupanya orang

yang seperti itu ya, Nak..?!!” ucap Ibunya masih

sibuk dengan benang dan jarum di tangannya.

Ucapan itu rupanya semakin membingungkan

Fatimah. Dahi Fatimah nampak berkerut. Gadis

berwajah cukup polos itu semakin dibuat tak

sabar dengan maksud ucapan Ibunya.

“Jadi?” Fatimah tak sabar menunggu

kelanjutan penjelasan dari Ibunya.

“Begini Puteri Ibu yang cantik.... Ucapan

ibunya terhenti sesaat sembari ia menyelesaikan

rajutan terakhir ditanganya, lalu berlanjut setelah

ia menarik nafas panjang.

“Orang dulu itu, termasuk Ibu, ketika kecil

saat dididik oleh almarhum kakekmu, selalu

diajarkan untuk menolak pemberian orang yang

mana pemberian itu bukanlah milik si pemberi.”

“Bukan milik si pemberi???” ucap Fatimah

lirih dengan nada penasaran bercampur bingung.

Kembali ia mengernyitkan dahinya. Benak Fatimah

Page 22: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

16

memunculkan tanda tanya besar. Pernyataan

Ibunya barusan benar-benar membingungkan

Fatimah. Ia semakin tidak faham.

“Maksudnya gimana itu, Bu?. Bukankah

Fatimah memberikan uang milik Fatimah sendiri,

bukan milik orang lain. Lalu kenapa orang itu

menolaknya?. Apa orang itu tahu uang yang

Fatimah berikan itu tidak halal?. Bukankah uang

itu pemberian Abah untuk jajan Fatimah dari hasil

dagang, dari usaha yang halal. Jadi tidak mungkin

kan karena alasan itu?.” sanggah Fatimah

antusias.

Ibunya tersenyum tipis. Fatimah, meski

sudah sarjana tingkat strata dua, dimatanya masih

begitu polos. Rupanya Fatimah tetap saja Fatimah

kecil yang jika penasaran dengan sesuatu selalu

dengan antusias dan segera mendiskusikannya

kepada ibunya. Dari sini Ibunya memahami,

ternyata memang tidak semua hal bisa diketahui

oleh orang, meskipun orang berpendidikan tinggi

sekalipun. Khususnya tentang adat orang zaman

dulu, gumamnya dalam hati.

Setelah tersenyum, Ibunya melanjutkan

menjelaskan.

Page 23: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

17

“Anakku… Ia menolak bukan karena uang

itu bersumber dari yang tidak halal. Tetapi ia

menolak karena ia menganggap bahwa uang itu

bukan milikmu. Tapi milik Abah dan Ibumu...

uang itu adalah hasil kerja orang tuamu yang

sementara dititipkan kepadamu untuk keperluan

jajanmu...”

“Tapi kan diberikan ke Fatimah. Jadi

sekarang milik Fatimah dong...” Sanggah Fatimah

dengan sedikit kerut lagi di dahinya.

“Ya... Tapi uang itu abah dan ibu berikan

untuk keperluan jajanmu kan, bukan untuk kamu

sedekahkan kepada orang lain. Betul tidak?.”

Balas Ibunya.

“Maksudnya?” Fatimah masih tak faham

dengan maksud ibunya.

Ibunya kembali tersenyum. “Maksud Ibu,

pemuda itu ingin tetap uang itu dibelanjakan

sesuai dengan amanah si pemberi bahwa uang itu

adalah uang yang diamanahkan untuk belanja

jajanmu, bukan untuk disedekahkan. Meskipun

sedekah adalah sunnah yang dianjurkan, tetapi

kalau uang itu disedekahkan padahal uang itu

abah dan ibu berikan untuk uang jajanmu, maka

sedekahmu tidak akan berbuah pahala. Karena

Page 24: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

18

kamu telah melanggar hal yang lebih penting, yaitu

amanah kemana uang itu harusnya kamu

gunakan.”

“Tapi uang itu kan milik Fatimah. Jadi

terserah Fatimah dong mau merubah yang tadinya

untuk jajan kemudian Fatimah ganti niat untuk di

sedekahkan?”

“Itukan menurut Fatimah. Bukan menurut

pemuda itu. Pemuda itu tentu pemuda yang

memahami benar makna sebuah kewajiban

amanah dan kesunnahan sadaqah.” Balas Ibunya

yang kemudian tersenyum sambil membelai wajah

putri kesayangannya itu.

“Subhanallah….” Entah mengapa hati

Fatimah terasa berdesir.

Baru kali ini ia bertemu dengan seorang

pemuda yang begitu teliti dan hawas dengan hal

sekecil itu. Bahkan dirinya sendiri tidak pernah

belajar dan terbesit untuk berpikir demikian.

Sebenarnya Fatimah tidak begitu memahami

secara mendalam apa yang didiskusikan oleh

ibunya. Akan tetapi ia mulai mau menerima alasan

yang mungkin menjadi hujjah pemuda itu kala

memilih untuk menolak pemberiannya. Ya, ini

Page 25: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

19

bukan tentang benar dan salah, pula bukan

tentang baik dan buruk. Ini tentang bagaimana ia

harus menerima perbedaan pandangan seseorang

yang menjadikan seseorang itu akan berbeda sikap

dari yang kita harapkan dengan sikap orang lain

itu dalam kenyataan.

Ini sesuai dengan konsep psikologi, ilmu

yang ia geluti saat ini. Dalam konsep berpikir

manusia, dikenal istilah keterbatasan rasional

yang memaknai bahwa setiap manusia memiliki

pola dan cara berpikir yang berbeda sehingga akan

menimbulkan sikap dan perilaku yang berbeda

pula, dan kondisi ini terjadi dalam banyak hal,

entah itu dalam berbicara, berbudaya, dan bahkan

beragama. Perbedaan ini dipengaruhi oleh

lingkungan, pengalaman belajar, khususnya

tentang apa yang dipelajari dan bagaimana

mempelajari. Sehingga, jika dikaitkan dalam

konteks beragamapun, ketika seorang ulama

menfatwakan suatu perkara hukum dan berbeda

dengan ulama lain, maka itu suatu kewajaran yang

menjadi keniscayaan yang tak dapat terelakkan.

Hanya, manusia yang bijak diharapkan mampu

untuk menciptakan harmonisasi di tengah

perbedaan pandangan, pendirian, dan sikap itu.

Barangkali itulah yang bagi Fatimah bisa ia petik

Page 26: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

20

dari sikap pemuda itu atas pemberiannya, fikir

Fatimah panjang lebar.

Sekali lagi baginya ini bukan masalah benar-salah

ataupun baik-buruk. Melainkan ini masalah

pendirian yang diyakini benar oleh pemuda itu,

dan ia sebagai manusia, makhluk berbudaya,

sudah sepatutnya menerima pendirian orang lain

itu tanpa harus menghukumi bahwa pemikiran

orang lain itu salah karena berbeda dengan faham

yang ia yakini.

“Atau bisa jadi dia adalah orang yang selalu

menjaga dirinya untuk tidak pernah menjadi orang

tangan yang di bawah. Ibu yakin, pemuda itu

adalah pemuda yang amanah dan memegang

teguh akidahnya.” Sela Ibunya membuyarkan

lamunan panjang Fatimah.

Fatimah masih tanpa suara. Ia menatap jauh

ke arah ladang padi yang mulai menguning,

berkilau di bawah naungan sinar mentari yang

mulai menggiring senja. Angin sepoi yang

menawan menjadikan padi itu melambai-lambai

seolah tersenyum kepada dirinya. Entah mengapa

kini perasaan jengkel karena merasa direndahkan

oleh pemuda yang menolongnya pagi tempo hari

itu berubah menjadi rasa kagum dan bangga.

Kagum karena ternyata di zaman seperti sekarang

Page 27: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

21

ini masih ada orang seperti pemuda itu, dan

bangga karena ia pernah bertemu dengan pemuda

saleh seperti dia.

“Pemuda yang cocok untuk menjadi imam…”

bisik Ibunya sambil tengah menatap dirinya

dengan senyum penuh tanya.

Sebuah kalimat singkat yang membuat

dirinya tertegun untuk beberapa lama, dan

tersadar bahwa kini ia telah dewasa dan sudah

saatnya untuk berpikir hidup berumah tangga.

Mungkin itu maksud Ibunya menyindir dirinya

demikian. Ia tersadar, memang sudah saatnya ia

memikirkan hal itu. Apalagi ia yakin abah dan

ibunya sudah sangat ingin menimang cucu

darinya.

“Kalau Ibu boleh tahu, siapa nama pemuda

itu?” tanya ibunya sambil membelai lembut kepala

Fatimah yang jatuh dibahu sang Ibu, manja.

Fatimah terdiam, tak dapat menjawab. Alisnya

yang cukup tebal dan hitam itupun mengernyit

untuk kesekian kalinya. Ia baru ingat kalau ia juga

belum tahu nama pemuda itu. Atau lebih tepatnya

ia lupa nama pemuda itu.

Page 28: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

22

Fatimah menggelengkan kepalanya. “Yang Fatimah

tahu pemuda itu tinggal di ujung ilir aliran sungai

Muara Durian, dan pernah bekerja untuk abah”

bisiknya, tatapannya masih terpaku pada

lambaian ladang padi nan luas di luar sana.

“Ooo, Ibu tahu…” sahut ibunya.

Raut wajah Fatimah berubah menjadi berbinar,

seakan menunggu sebuah kabar gembira datang

kepada dirinya. Fatimah bangkit seketika dari

kemanjaan di pundak ibunya.

“Tapi ibu juga lupa nama pemuda itu. Yang

pasti, ibu tahu lah siapa ia. Ia yang sering bantu

ngangkut-ngankut padi abah ke penggilingan padi

haji Rahmat, kan?” sambung ibunya.

“Huuuu.....” balas Fatimah yang kembali

menjatuhkan kepalanya dibahu ibunya manja

disertai nafas panjang.

“Mungkin....” sahutnya. Fatimah tertediam

sesaat. “tak tahu lah...” lanjut Fatimah lesu,

kecewa karena informasi yang ia peroleh masih

setengah.

“Lalu, siapa nama pemuda itu?” bisiknya

dalam hati. ***

Page 29: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

23

Bagian 2

Masa Lalu

Bulan ini adalah masa-masa indahnya dua

kampung ini, Kampung Muara Durian dan Handil

Durian. Di musim katam8 seperti sekarang, dua

kampung bersebelahan itu menampilkan suasana

paling memesona diantara waktu-waktu lainnya.

Dari sepanjang jalanan handil yang membelah

langsung kawasan ladang sawah setiap orang

dapat menikmati indahnya hamparan padi yang

nampak segar, beraroma khas, berkilauan dengan

warna kuning khas padi yang siap di panen.

Bergiringan dengan musim katam ini, biasanya

bertepatan pula dengan musim beranak pinak

unggas-unggas ternak, burung-burung, dan

binatang ternak lainnya. Itu karena pada musim

ini makanan bagi semua berlimpah ruah. Musim

katam juga biasanya diiringi dengan musim buah

mangga, kasturi, jambu, dan buah-buahan khas

lainnya. Jadilah musim katam menjadi musim

berkah bagi sekalian orang di kampung sini.

Di musim katam seperti ini, Fatimah biasanya

sangat senang memperhatikan suasana yang

8 Musim panen padi

Page 30: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

24

terjadi di kampungnya. Nyaris setiap sehabis salat

subuh, ia mengajak ibunya untuk berjalan-jalan

mengelilingi kampung melihat warga-warga yang

setiap habis salat subuh segera beranjak ke sawah

untuk memanen padi yang sudah matang. Adapula

yang ma-irik9, mempersiapkan padi untuk di-

labang10. Pada pukul tujuh, jalanan kampung

biasanya akan dipenuhi iringan anak-anak kecil

berseragam putih coklat yang beranjak menuju

utara kampung, tepatnya menuju sekolah

Madrasah Ibtidaiyah(setingkat Sekolah Dasar).

Baginya, melihat generasi muda itu bersemangat

untuk menuntut ilmu adalah sebuah motivasi yang

mampu membangkitkan spirit juangnya dalam

berkarya. Fatimah sangat memperhatikan

pendidikan bagi anak-anak kecil dikampungnya. Ia

selalu mendorong warga untuk sadar pendidikan.

Jangan ada lagi pemikiran “buat apa sekolah

tinggi-tinggi toh ujung-ujungnya jadi petani jua”

sebagaimana stigma yang menjadi pemikiran

masyarakat di kampungnya. Fatimah ingin setiap

warga di kampungnya dapat bersekolah. Jika jadi

petani, jadilah petani yang canggih. Ia selalu

menjelaskan kepada warga bahwa pendidikan

9 Melepaskan padi dari tangkainya dengan cara menginjak-injak padi hasil panenan. 10 Labang artinya jemur. Malabang=menjemur, dilabang=dijemur.

Page 31: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

25

akan membawa kebaikan dan mampu merubah

nasib hidup.

Memang kadang masyarakat lebih memilih melihat

orang-orang gagal yang bergelar sarjana, tapi tetap

saja menganggur. Kalaupun kerja ya ujung-

ujungnya jadi petani, tukang ojek, atau tukang

bangunan. Menanggapi hal itu Fatimah

menjelaskan bahwa itu terjadi bukan karena

sekolahnya yang salah, tapi mungkin cara orang

yang bersangkutan saat sekolah yang keliru.

Ya, memang kita bisa melihat apa yang

distigmakan kebanyakan masyarakat kampung

ada benarnya juga. Banyak sarjana yang

menganggur, susah cari pekerjaan, bahkan ada

yang nekad berjualan barang haram atau bahkan

jadi maling. Jika mau kritis, bukan sekolah tinggi

yang keliru. Tetapi motivasi orang yang

bersangkutan saat sekolah lah yang menyebabkan

ia mengalami kesulitan setelah lulus. Prinsipnya,

jika orang sungguh-sungguh sekolah, misalnya

sekolah di perguruan tinggi untuk meraih sarjana,

maka insya-Allah ia akan berhasil. Mereka yang

sarjana dan sungguh-sungguh pasti berhasil. Yang

gagal itu mereka yang “memiliki gelar sarjana”,

ungkap Fatimah setiap kali menjelaskan kepada

warga kampungnya.

Page 32: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

26

Fatimah bersyukur, dengan pendekatan dan

penjelasan yang demikian, banyak warganya yang

mulai membuka mata dengan pendidikan. Jika

warganya berkeluh karena biaya pendidikan

mahal, maka Fatimah akan berupaya untuk

mencarikan jalan keluar. Kegiatan yang ia lakukan

ini tidak lain karena ia yang kini merupakan dosen

di salah satu perguruan tinggi di Banjarmasin

merasa bahwa permasalahan ini menjadi

tanggungjawabnya jua sebagai akademisi. Seorang

dosen, di matanya, tidak terbatas sebagai seorang

guru yang mengajar di perguruan tinggi, tetapi

juga harus memberikan andil dan manfaat secara

langsung di lingkungan dimana tempat ia tinggal

dengan bermodal keilmuan yang dimilikinya.

Tak terasa hari semakin siang. Mentari sudah

mulai naik ke ufuk timur. Kampung Muara Durian

dan Handil Durian kian sibuk dengan aktivitasnya.

Selain pemandangannya memesona, musim katam

juga menyuguhkan suasana kekeluargaan nan

hangat yang tumbuh dari kearifan lokal budaya

masyarakat setempat. Hampir setiap musim katam

ini, pangarun11 berdatangan ke dua desa ini dan

desa-desa tetangga. Tujuannya tidak lain adalah

untuk menjadi buruh tani memanen padi yang

11 Buruh panen

Page 33: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

27

sudah matang. Para pangarun ini adalah mereka

yang biasanya bertempat tinggal jauh dari

kampung ini. Ada yang dari Anjir, Kandangan,

Barabai, Amuntai, dan dari daerah-daerah lain

yang biasanya musim panennya sudah lebih

dahulu berakhir. Sehingga, untuk menambah

penghasilan, para pangarun yang sudah tidak ada

garapan lagi di kampungnya memilih untuk

menjadi buruh tani di kampung lain.

Secara ekonomi, kedatangan para pangarun ini

mampu membangkitkan perekonomian warga

kampung, dan menjadi sarana dalam distribusi

pendapatan di kampung-kampung yang mereka

datangi. Sebagai ilustrasi, ketika pangarun

berdatangan, biasanya warung-warung subuh

yang berjualan setiap sehabis subuh sampai

tengah hari akan memperpanjang jam berjualan

mereka hingga jam sepuluh malam. Itu karena

para pangarun yang bekerja berat memerlukan

waktu istirahat yang banyak. Biasanya ketika

istirahat para pangarun akan mampir ke warung

setiap sehabis dzuhur, ashar dan isya untuk

membeli makanan dan minuman. Sebelum

berangkat ke sawahpun, yakni sehabis subuh,

mereka juga sering singgah ke warung. Hal itu

tentu menambah penghasilan pedagang warung

subuh. Selain itu, tidak jarang juga banyak

Page 34: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

28

warung-warung dadakan buka yang menjadi

peluang bagi warga yang lain untuk mencari

tambahan rejeki. Bahkan, ada juga kadang kala

warga yang berjualan asongan di tengah sawah.

Maksudnya adalah mendatangi konsumennya

secara langsung, yakni para pangarun.

Di tengah indahnya kenikmatan suasana

kampungnya itu, entah mengapa Gadis yang sering

sekali terlihat mengenakan kerudung merah itu

teringat percakapannya dengan ibunya tadi

malam, khususnya mengenai sindiran ibunya

tentang dirinya yang sudah waktunya untuk hidup

berumah tangga. Tanpa ia tuani, ingatan itu

menggiring angannya kepada memori beberapa

tahun silam tentang pemuda yang sempat mengisi

relung hatinya, Abdul Salam.

Salam adalah seorang pemuda yang ia kenal di

acara halal bihalal mahasiswa Kalimantan Selatan

sewaktu masih menempuh kuliah di kota Yogya. Ia

adalah mahasiswa jurusan teknik di salah satu

perguruan tinggi di Yogya yang kala itu menjadi

ketua perhimpunan mahasiswa Amuntai, karena

Salam memang asli orang Hulu Sungai Utara

(Kabupaten).

Ingatan ini membawa Fatimah secara otomatis

kepada sebuah foto yang ia simpan secara rahasia

Page 35: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

29

di sebuah lembar halaman buku kuliahnya dulu.

Tanpa sadar, kini foto itu telah ada di tangannya.

Sebuah foto bergambarkan sekelompok pemuda-

pemudi yang berdiri berrjajar di depan sebuah

gedung bertuliskan “Asrama Mahasiswa

Kalimantan Selatan Pangeran Antasari

Yogyakarta”. Foto itu adalah foto kala ia masih

mahasiswa yang diambil di depan asrama Pantas

(singkatan dari Asrama Mahasiswa Kalimantan

Selatan Pangeran Antasari Yogyakarta) sewaktu

acara rapat pertanggungjawaban Persatuan

Mahasiswa Kalimantan Selatan (PMKS)

Yogyakarta.

Mata Fatimah terhenti pada satu sosok pemuda

yang berdiri tegap, tegas, lugas, penuh percaya

diri, diiringi senyum hangat yang menandakan

kecerahan masa depannya. Pemuda yang ia

perhatikan itu tepat berdiri di belakang pemudi

yang beridiri setengah malu berhiaskan senyum

manis yang sangat memesona, pemudi yang tak

lain adalah dirinya. Foto itu diambil saat ia belum

begitu mengenal sosok pemuda yang beridiri di

belakangnya, yan tidak lain adalah Salam.

Ingatannya berjalan terus menerawang masa

silamnya. Mata Fatimah terpejam. Ia menarik

nafas panjang disertai senyum tipis dari bibirnya.

Page 36: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

30

Ia teringat kala Salam yang saat itu begitu

gamblang mendekati dirinya, tanpa basa-basi. Ia

teringat momen ketika Salam menyuruh Anggar,

kawan Salam mahasiswa dari Bengkulu untuk

menyerahkan sebuah surat yang sebenarnya lebih

tepat disebut secarik kertas kumal kepada dirinya.

Sebuah surat yang berisikan pesan singkat penuh

percaya diri

Merespon surat yang ia anggap tidak benar-benar

serius itu ia sempat acuh. Hingga akhirnya setiap

hari ia menerima surat yang lebih serius dari

Salam yang dititipkan pemuda itu melalui teman

se-kost Fatimah, Rahmah. Hingga akhirnya,

Fatimah menjadi merasa galau ketika tak ada

surat yang datang hari itu dari Salam. Saat itu ia

tak sadar bahwa ia terjebak oleh cintanya Salam.

Assalamu’alaikum Fatimah,

Aku ingin kenal lebih dekat dengan

dirimu...

Dari Salam, Mahasiswa Amuntai

Page 37: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

31

Cinta yang muncul karena terbiasa tanpa ia

niatkan.

Memori masa lalunya semakin panjang

menceritakan saat-saat bahagia itu. Saat dimana

ia mulai mengenal yang namanya cinta dan

merasakannya secara langsung. Saat dimana

ketika ingin makan, ia teringat pemuda itu. Ketika

belajar, ia teringat pemuda itu. ketika ingin tidur,

ia teringat lagi pemuda itu. Dan saat berangkat

kuliah, ia berharap melihat pemuda itu atau kalau

bisa bertemu dan berangkat kuliah bersama

pemuda itu.

Meski tak ada ungkapan cinta yang dikatakan, ia

merasakan bahwa hatinya dan hati Salam

menumbuhkan satu kepekaan yang terhubung.

Hingga ia teringat pada momen perpisahan itu.

tanpa ia sadari setetes bulir bening keluar dari

bilik matanya. Tidak tahu sedih atau apa yang

menyebabkan air mata itu memancar. Yang jelas,

ia merasakan keharuan kala ia harus merelakan

bahwa Salam telah dijodohkan oleh keluarganya

dengan gadis lain di Banjarmasin. Harunya

semakin menjadi.

Memorinya seakan menampakkan lembaran sedih

itu di hadapan matanya dalam skim dimana saat

Salam mendatangi dirinya di kost, lalu

Page 38: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

32

menceritakan yang sesungguhnya terjadi. Pemuda

yang ia kenal tegas, lugas, dan penuh kepercayaan

diri itu rupanya kikuk di bawah perintah orang

tuanya. Fatimah berupaya tegar kala itu. Fatimah

memaklumkan kebaktian Salam kepada kedua

orang tuanya, dan itu memang sudah yang

sepatutunya. Fatimah mencoba memosisikan

bahwa Salam hanya menceritakan ia akan

dinikahkan, bukan menceritakan bahwa itu adalah

momen sedih karena mereka harus berpisah. Toh,

tidak ada ungkapan cinta secara langsung yang

pernah diungkapkan Salam kepada dirinya. Itu

artinya hingga saat inipun mereka bukan siapa-

siapa. Hanya sebatas muda-mudi yang menjalin

kekerabatan dan selanjutnya harus berpisah

karena salah seorangnya akan menikah. Hanya

itu... bisik Fatimah dalam hati mencoba

menenangkan hatinya, kala itu.

Namun, tak bisa disangkali, mulut bisa berkata

lain, bibir bisa tersenyum, tapi mata dan hati tak

mampu menutup kesedihan itu. Hingga, waktupun

terus bergulir meninggalkan masa lalu,

memosisikan cerita lama menjadi kenangan yang

hanya untuk diingat dan bukan untuk dikejar

kembali.

Page 39: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

33

Apapun yang terjadi di masa lalu, Fatimah benar-

benar menyadari bahwa kehidupan itu adalah hari

ini, saat ini, dan detik ini.

Fatimah menghapus aliran bening air matanya

yang membekas di pipinya. Ia mengembalikan foto

itu ke dalam buku dan meletakkannya kembali ke

tempatnya. Ia membuka jendela kamarnya lebar-

lebar, melepaskan semua masa lalu itu buyar

bersama terpaan angin musim kemarau yang

melintasi dirinya yang berdiri di depan jendela.

Fatimah merentangkan tangannya sambil

memejam. Angin yang terus bertiup seolah sangat

memahami perasaan gadis yang ingin membiarkan

masa lalunya itu pergi sejauh-jauhnya.

***

Page 40: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

34

Bagian 3

Sungai Biru

Hari ini adalah hari kedua Fatimah melihat

pemuda kurus tapi berbadan cukup tegap itu,

namun tidak untuk saling menatap. Fatimah

hanya melihat sosok itu dari balik tirai pintu

rumah. Dari teriakan abahnya kala memanggil

pemuda itu, kini ia ingat pemuda itu bernama

Japri. Iapun sebenarnya tak sengaja mendapati

kalau pemuda yang dimintai tolong abahnya untuk

menggiling padi di gudang Haji Amad itu ternyata

adalah pemuda yang menolongnya tempo lalu.

Dengan tingkah pura-pura ada keperluan, Fatimah

sepandang melintas di hadapan Japri yang sibuk

mengatur beberapa karung padi yang sudah

digiling menjadi beras itu masuk ke kindai12 yang

berada di samping rumah Haji Jamran.

Kehadiran Fatimah rupanya tersadari oleh Japri.

Sebesit perasaan gugup menyitir di hati Japri.

Pemuda asli Barabai itu melirikkan matanya diam-

diam ke arah Fatimah yang sudah terlanjur jauh

berlalu. Sayang, ia hanya memeroleh kibasan

kakamban habang gadis ranum itu, yang di tiup

12 Gudang padi

Page 41: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

35

angin sepoi, sedang wajahnya tertutup dibalik

kakambannya.

Meski tak melihat wajahnya, Japri cukup bahagia

bisa mendapati si kembang desa itu siang ini.

Ditambah lagi aroma wangi minyak harum dari

Fatimah yang tertinggal dihidungnya terasa

merasuk hingga ke relung jiwanya.

Baginya, rasanya ingin sekali Japri memanggil

Fatimah meski hanya berbisik, karena jika dengan

suara lantang, ia takut ketahuan abah sang gadis.

Tapi sayang, ia bahkan tak tahu nama puteri Haji

Jamran itu. Pikirannya sempat tertegun hingga ia

tak tahu harus memanggil dengan panggilan apa.

Fatimah masuk ke dalam rumah dan langsung

menuju kamarnya. Dari dalam bilik rahasianya itu,

entah kenapa ia merasa ada yang spesial hari ini.

Senyum di bibirnya cukup lama menghias wajah

cantiknya. Rasanya ia benar-benar bahagia. Tapi

karena alasan apa, ia tak tahu.

Dan ditengah sihir cinta yang kini mendatangi dua

insan itu, tiga buah mobil berhenti tepat di

halaman rumah Haji Jamran. Dari balik pintu,

keluar beberapa orang dengan pakaian rapi dan

harum. Diantara mereka ada yang nampak seperti

tuan guru (Kyai). Dengan wajah yang sumringah,

Page 42: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

36

Haji Jamran menyambut rombongan dan

mempersilakan semuanya untuk masuk ke dalam

rumah.

Hati Japri sempat bertanya siapa mereka. Tetapi

setelah tak sengaja mendengar sedikit percakapan

dari balik kindai padi yang tak jauh dari ruang

tamu rumah Haji Jamran, barulah ia mengerti

bahwa pembicaraan itu adalah sebuah pinangan.

Pinangan untuk siapa?. Sudah pasti itu pinangan

yang ditujukan kepada Fatimah. Ia yakin itu

karena anak Haji Jamran yang tinggal serumah

hanya tinggal Fatimah.

Memahami maksud kedatangan keluarga yang

nampak kaya itu, terduduk lesu lah Japri di atas

salah satu karung padi yang masih berada di luar

kindai. Ia melepas topi butut miliknya yang sedikit

sobek di bagian kanannya. Ada sebesit rasa

kecewa di hatinya. Sang bunga desa yang baru

saja melintas dihadapan, kini akan diambil orang.

Japri memandang ke langit yang nampak sangat

terik. Ia menghela nafas dan mencoba untuk

membesarkan hatinya. Lama tertegun. Di tengah

diam itu hatinya seolah berbisik, berusaha untuk

bercermin mengenai dirinya dan keluarga Fatimah.

Dan perasaan kecewa itupun berlalu dengan cepat.

Baginya, untuk apa juga ia harus menyesalkan

Page 43: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

37

Fatimah. Lagipula ia tidak memiliki hubungan

istimewa dan hal yang harus ia sesalkan dari

Fatimah. Bahkan Fatimah saja tidak mengenal

siapa dirinya.

Tiba-tiba saja Japri tertawa sendiri. Ia merasa geli

sendiri dengan dirinya dan perasaan hatinya

barusan. Ia kembali berpikir. Seandainya pun ia

menikahi Fatimah, ia pasti tak kan bahagia. Itu

karena Haji Jamran pasti menuntut ini dan itu

darinya.

“Orang kaya kadang gengsinya tinggi. Jadi

susah untuk dituruti kemauannya. Maunya

pakaian ber-merk, kendaraan yang bagus, ini yang

bagus, itu yang mahal, dan seterusnya dan

seterusnya…” gerutu Japri dalam hati. Lebih baik

ia hidup sederhana. Yang penting bisa

menyambung hidup. Itu saja sudah cukup, tak

perlu berlebihan, baginya.

Setelah beberapa menit berlalu, pekerjaan

Japri pun selesai. Semua karung nampak sudah

tersusun rapi di dalam kindai. Tapi para tamu

masih juga belum beranjak dari kediaman Haji

Jamran. Japri menunggu Haji Jamran selesai

dengan tamunya sambil duduk melepas lelah di

kursi kayu depan kindai. Japri menunggu haknya

untuk dipenuhi dari Haji Jamran.

Page 44: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

38

Tapi, tiba-tiba saja hatinya ditimpali rasa

penasaran yang begitu besar. Japri bangkit. Ia

mencoba memberanikan diri untuk mendekat

keujung teras rumah agar bisa mendengarkan isi

pembicaraan secara lebih jelas. Dan ketika ia

hampir sampai ke ujung teras, seluruh tamu itu

berjalan keluar dari balik pintu rumah. Wajah

Japri setengah kaget. Seketika ia memakai topinya

agar wajahnya tak terlihat. Ia merasa kucil jika

harus berhadapan dengan rombongan kaum

berada.

Japri menunduk. Salah satu dari mereka nampak

menanyakan tentang dirinya kepada Haji Jamran.

“Ooo.. ini Japri. Tukang angkut padi di

kampung ini. Barusan habis dari penggilingan padi

untuk menggilingkan padi milik saya beberapa

karung...” Jawab Haji Jamran sambil

memperkenalkan Japri kepada seluruh tamunya.

Ucapan Haji Jamran itu semakin mengucilkan

dirinya. Tapi ia tak perlu marah atau kesal. Karena

memang yang dikatakan Haji Jamran itu benar

adanya, ia adalah buruh tukang angkut padi.

Japri tak menghiraukan ucapan haji Jamran

tentang dirinya. Dibenaknya, pasti Haji Jamran

dan keluarga kaya tamunya itu sudah sepakat

Page 45: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

39

untuk mengawinkan puterinya dengan putera

keluarga kaya itu. Hal itu terlihat jelas dari raut

wajah mereka yang sama-sama berbinar.

Dan sejak hari itu, beredarlah di seantero

kampung bahwa Fatimah, puteri Haji Jamran,

akan segera menikah dengan seorang pemuda

kaya beserta jujuran dan mahar berupa uang tunai

satu milyar rupiah, di tambah emas putih 50 gram,

rumah beserta isinya, dan mobil mewah.

Saat Japri mendengar kabar itu dari pembicaraan

para warga di hampir semua warung subuh, hal

yang pertama menarik hatinya bukanlah jumlah

jujuran dan mahar yang akan diberikan kepada

bakal pengantian wanita. Melainkan, yang menjadi

perhatiannya adalah kini ia tahu nama puteri Haji

Jamran itu, “Fatimah”.

Sebelumnya ia tak pernah menanyakan nama

gadis itu kepada siapapun di kampung ini. Pemuda

kurus berkulit sawo matang yang kini lebih terlihat

agak hitam itu memang berperangai sangat

pemalu. Ia selalu menjaga tindak tanduknya agar

tidak berperilaku memalukan. Pun supaya dirinya

juga tidak mudah untuk dipermalukan. Ia adalah

pemuda yang senantiasa menjaga sikap dan

pembicaraan. “Banganga sabalum baucap” atau

“berpikir sebelum bicara”.

Page 46: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

40

Tidak hanya kampung Muara Durian. Rupanya

kabar itu juga sudah menyebar hingga ke penjuru

kecamatan dan beberapa kampung tetangga.

Memang, baru kali ini para warga mendengar ada

jujuran semahal itu. Bagi orang kampung sini,

jujuran dengan nilai sepuluh juta saja sudah

kemahalan. Apalagi dengan rupa-rupa begitu.

Maklumlah. Itu karena yang meminang memang

dari keluarga pengusaha intan yang kaya raya di

tanah Banjar.

Sayang, meriahnya pemberitaan yang saat ini

menyelimuti kampung mengenai kabar tentang

rencana pernikahan Fatimah dengan pemuda

bernama Riduan, putera kesayangan saudagar

intan itu tidak menjadikan sang pemilik diri

bahagia.

Sejak Fatimah tahu bahwa abahnya sudah

menerima pinangan keluarga Riduan, ia malah

bermurung murai. Itu karena hatinya tak bisa

mendusta bahwa ia tak mencintai pemuda yang

meminangnya itu. Menurutnya, abahnya menerima

pinangan itu secara sepihak. Ditambah lagi,

Fatimah merasa bahwa abahnya tidak adil dan

memperlakukannya semena-mena. Meski Haji

Jamran adalah abah kandungnya, tapi sikap

abahnya yang seolah menjual dirinya dengan

Page 47: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

41

mematok harga itu menjadikan Fatimah tidak

bahagia. Ia seperti dijadikan barang mewah yang

disimpan untuk dijual kepada orang lain yang

mampu membelinya. Ia merasa abahnya tidak

memperhatikan perasaan dirinya yang sebenarnya

tidak bahagia itu.

Apalah arti baginya semua harta melimpah jikalau

hati tak bahagia. Apa nasib meski berdipan emas

dan bercadar intan tapi tidur hanya berbantal

lengan?. Ia tak merasakan sedikitpun kebahagian

dari semua harta melimpah itu. Yang ia rasa hanya

gengsi, keangkuhan dan rasa ingin dipandang

sebagai orang yang berharta, padahal ia tak

menikmati sedikitpun kekayaannya itu.

***

Hari itu, Fatimah meneteskan air matanya sambil

terduduk di depan sebuah aliran sungai seorang

diri. Sungai biru, sebuah tempat yang

menghantarkannya kepada kenangan masa

kecilnya bersama abangnya, Hadri.

Sungai Biru. Tempat ini memang tempat favorit

Fatimah. Kala kecil dulu, ia sering bermain-main

di sini bersama abangnya, Hadri. Tempat yang

indah. Dari sini, ia bisa melihat begitu

menawannya pemandangan sawah yang dibelah

Page 48: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

42

menjadi dua oleh sebuah sungai kecil yang sangat

jernih. Sungai yang juga berfungsi sebagai irigasi

itu ia beri nama sungai biru. Itu karena saking

jernihnya air sungai itu hingga nampak berwarna

biru muda. Pinggir sungai itu nampak di tumbuhi

berbagai macam tanaman “tak bernama”, namun

memiliki bunga nan indah, berwarna-warni dan

memesona.

Di tengah sungai juga nampak teratai yang

berbunga tiga bulan sekali. Di sini banyak sekali

jenis ikan kecil yang bisa dipelihara sebagai ikan

hias di rumah, kelatau, biawan, darah manginang,

dan ikan lainnya yang unik. Di galangan sawah

juga terdapat banyak jenis burung yang numpang

tempat untuk bersarang, kawanan itik yang

senang sekali berenang, juga ikan-ikan yang boleh

dipancing seperti ikan Haruan, Sapat dan Papuyu.

Tempat kecil ini seolah surga bagi berbagai macam

makhluk hidup. Pesona sungai biru ditutup oleh

pemandangan Gunung Pelaihari yang dari sini

nampak kebiruan di lapisi mega cerah, anggun

yang menawan. Di sekeliling awan itu beterbangan

kawanan elang yang mencari makan.

Fatimah mencoba menenangkan dirinya di tempat

favoritnya ini yang berjarak tak jauh dari

rumahnya. Fatimah sendirian. Hanya berteman

Page 49: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

43

angin sendu dan kesedihan. Matanya basah.

Pandangannya tertuju pada kawanan itik yang

hidup bersama dengan bahagia, meski dengan

kehidupan yang seadanya. Dan tiba-tiba,

khayalnya melayang ke masa silam saat abangnya,

Hadri, meninggalkan rumah karena tidak tahan

dengan cacian dan penghinaan yang dilontarkan

oleh abahnya sendiri, Haji Jamran.

Persitiwa itu berawal ketika Hadri tak mau

menerima perjodohan dengan karib Abahnya yang

juga seorang pengusaha kain di Banjarmasin.

Hadri yang memiliki pendirian keras, akhirnya

pergi dengan kekasih pujaannya, Hafsah. Sejatinya

saat itu ia memihak abangnya, karena ia merasa

bahwa abangnya, Hadri, memiliki hak untuk

memilih, apalagi ia seorang laki-laki. Tapi

bagaimanapun juga, Haji Jamran adalah abah

kandungnya. Tak mungkin ia berseberangan

pendapat dengan abah kandungnya. Akhirnya

Fatimah hanya bisa diam.

Beberapa hari kemudian setelah kepergian Hadri,

ada satu surat yang Fatimah temukan di atas

tempat tidurnya yang mengatakan bahwa Hadri

tetap memilih jalan hidupnya dan pergi bersama

gadis pilihan hatinya. Hari itu tak ada satu

barangpun milik Hadri yang hilang dari rumah.

Page 50: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

44

Semua bajunya ada di lemari. Bahkan sepeda

motor miliknya tetap ada di dalam garasi. Itu

artinya, abangnya meninggalkan rumah tanpa

pamit juga tanpa harta. Hadri hanya membawa

baju di badan. Sungguh merana.

Peristiwa itu benar-benar memecah-belah

kerukunan keluarganya. Tapi sayang, tak

sedikitpun sifat abahnya itu berubah semenjak

peristiwa itu. Haji Jamran malah menyalahkan

Hadri terus-menerus, bahkan sampai hari ini.

Mengingat kenangan pahit itu rasanya hati

Fatimah benar-benar semakin remuk. Ia merasa

keluarga itik yang berenang dengan bahagia itu

memiliki kehidupan yang jauh lebih baik dari

dirinya dan keluarganya.

Selayang berlalu. Air matanya semakin deras

membasahi pipi. Ia terduduk di atas batang sambil

membiarkan kakinya berendam ke dalam sungai

yang membelai lembut dengan arusnya yang

tenang. Tarikan nafasnya terisak sesenggukan.

Saking sedihnya, sampai-sampai ia tak sadar

kalau seseorang sudah berdiri beberapa menit di

belakangnya dan memerhatikan tindak-tanduknya

sejak tadi.

Page 51: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

45

Tak lama, Fatimah tersadar. Kini ia melihat

bayangan seseorang yang berdiri dibelakangnya

itu. Ketika ia menoleh, wajah seseorang itu begitu

mantap ia kenal, Japri. Ia tak tahu kenapa Japri

ada di sini. Tapi, dari kehadiran pemuda itu, tak

dipungkiri ada sebesit rasa senang yang muncul,

khususnya ketika dapat melihat wajah tulus

pemuda kurus itu.

Sejenak, Fatimah mengeluarkan seiris senyum

tipis tanpa sadar menyambut kedatangan Japri.

Namun, tak lama pula, seketika Fatimah

membuang wajahnya dan cepat-cepat menghapus

air matanya.

Japri merespon sikap Fatimah itu dengan raut

wajah heran. Tapi, ia menyadari kalau Fatimah

baru saja selesai menangis. Hatinya bingung

apakah ia harus bertanya apa diam saja tentang

Fatimah yang baru saja ia dapati dalam kesedihan

itu. Dan rasa penasarannya itupun akhirnya

membuat pemuda pemalu itu memberanikan

dirinya untuk berkata.

“Anda habis menangis ya?” ucap Japri

dengan halus, diringi dahinya yang berkerut ragu.

Fatimah yang membelakangi Japri masih dengan

wajahnya yang membuang jauh dari Japri ke arah

Page 52: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

46

bukit karamaian di ujung sana. Ia seolah

mengisyaratkan kalau saat ini tak ingin diganggu.

Lagipula tak ada urusan antara dirinya dengan

pemuda yang belakangan sering membantu

abahnya menggiling padi itu.

Melihat sikap Fatimah yang dingin, Japri mulai

takut. Ia merasa telah bersalah karena berani-

beraninya bertanya tentang hal yang tak

seharusnya ia pertanyakan. Apalagi jika sadar

dengan siapa saat ini ia berbicara, maka Japri

benar-benar menjadi kecil hati. Japripun

memutuskan melangkah mundur dengan teratur.

Ia sudah merasa bersalah telah mengajak puteri

Haji Jamran yang tak lama lagi bakal menjadi istri

orang itu untuk berbicara.

Tak lama, Fatimah menoleh ke arah Japri yang

sudah berjalan beberapa langkah. Matanya masih

sayu. Entah kenapa rasanya hari ini ia ingin sekali

bicara dengan pemuda yang ia kenal sebagai Japri

si tukang gerobak di kampung Muara Durian itu.

Ia tahu Japri adalah orang yang hidup seadanya.

Tapi ia ingin tahu apakah Japri bahagia?. Atau

mungkin Japri memiliki keinginan menjadi kaya

dan hidup mewah supaya menjadi bahagia

sebagimana yang diinginkan kebanyakan orang?.

Page 53: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

47

“Kamu dari mana?” Fatimah membuka

wacana.

Japri menghentikan langkahnya sambil menoleh

ke belakang, ke arah Fatimah. Ia setengah tak

percaya puteri sang juragan itu mengajak dirinya

untuk bicara. Raut wajah setengah bingung.

“Ayo duduk di sini, Japri.... Namamu Japri

kan?” Lanjut Fatimah sambil menunjuk satu

tempat di samping tempat ia duduk. Japri masih

dengan wajah herannya.

“Ayooo…” ajak Fatimah mengulangi.

“I..iya, i..ya…” balas Japri terbata. Japri

mengambil duduk kira-kira tiga meter dari

Fatimah. Hatinya masih ragu untuk duduk

bersama Fatimah karena mereka hanya berduaan

di tempat ini. Japri menolah-noleh ke kiri dan ke

kanan karena was-was. Ia takut jikalau ada yang

melihat, tentu akan menjadi petaka besar bagi

dirinya, disamping memang menurut agama tidak

baik.

“Kenapa jauh sekali?. Ayo mendekatlah...”

ucap Fatimah yang sambil mengirim senyum

kepada dirinya.

Page 54: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

48

Japri tidak bersuara. Ia hanya menggelengkan

kepalanya pelan. Ia tak tahu harus berucap apa.

“Ya sudah, tak apa…” Balas Fatimah yang

semakin lebar melemparkan senyum karena

melihat tingkah laku Japri. Fatimah tak kuat

menahan tawanya, melihat kepolosan Japri.

Bahkan hingga terdengar suara tawanya yang

sedikit lepas namun tetap enak di lihat.. Dengan

hati heran, Japri berusaha ikut tersenyum dan

tertawa bersama Fatimah.

Dimatanya, mata gadis yang tengah basah itu

begitu anggun dan memesona. Bibir Fatimah yang

ranum, tatapannya yang sejenak saja teramati

olehnya tapi menyejukkan, dan suaranya yang

halus dan lembut menambahkan kesan betapa

cantik puteri Haji Jamran itu. tidak semata rupa,

tetapai pula bagaimana cara gadis itu berperangai.

Dan tiba-tiba, Fatimah berhenti tertawa secara

mendadak. Sontak, Japri langsung bingung dan

ikut menghentikan tawanya. Hatinya berbalik ciut.

Ia kembali merasa takut. Benaknya bertanya apa

Fatimah akan memarahinya karena sudah

mengganggu dirinya yang ingin menenangkan diri

di tempat ini?. Japri menunduk sambil

menolehkan matanya ke tempat lain.

Page 55: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

49

Di tengah ketertundukan Japri, Fatimah kembali

tersenyum sambil memandangi Japri lekat-lekat. Ia

mulai merasakan sesuatu yang berbeda. Pemuda

yang saat ini ada didekatnya itu benar-benar unik

baginya. Rasanya setiap ia melihat wajah Japri,

ada keteduhan yang menyerta. Ia jadi teringat

ucapan gurunya saat masih sekolah di bangku

Madrasah Tsanawiyah dulu. “Ketika kamu melihat

wajah orang saleh, maka kamu akan segera

merasa ketentraman jiwa dan segera ingat pula

akan Tuhanmu yang Maha baik...”.

Entah dari riwayat siapa kata-kata itu, dan apa

pula benar pernyataan itu. Tapi, utuk saat ini, ia

merasa seakan-akan kalimat itu benar adanya.

Entah mengapa wajah yang tak begitu rupawan itu

benar-benar membawa keteduhan bagi dirinya.

Padahal wajah itu tak tersenyum, tak pula

bersuara. Hanya diam. Ya, cukup dengan hanya

diam ia sudah bisa merasakan keteduhan itu.

Dan percakapan itupun dimulai. Tak tahu karena

alasan apa, Fatimah merasa begitu nyaman

menceritakan semua perasaannya kepada Japri.

Tapi semua itu ia kunci dengan satu syarat. Jika

Japri menceritakan semua yang ia ceritakan, maka

Japri akan di sambar petir dan meninggal. Dan

Japripun, entah karena sihir apa dan darimana,

Page 56: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

50

mau-mau saja menerima persyaratan yang kurang

masuk akal itu dari Fatimah.

Japri hanya duduk dan berdiam sambil

mendengarkan semua celotehan Fatimah. Fatimah

bercerita sambil tanpa sadar tangannya mencabut-

cabut rumput kecil yang ada di sekitarnya duduk.

Sedang Japri, hanya kerap bertanya dan ingin

perincian mendalam dari cerita Fatimah. Ia tak

pernah berucap hal yang seakan menasihati dan

memberi pendapat bijak apapun dan memang itu

tak patut baginya karena ia menyadari pendidikan

Fatimah yang jauh lebih tinggi darinya. Karena

itulah Fatimah jadi merasa semakin sangat

nyaman untuk bercerita banyak hal. Hanya

dengan sikap dingin dan pendiam itu, Fatimah

seakan merasakan kebahagian yang melepaskan

beban pikirannya.

Fatimah merasa Japri benar-benar seakan

malaikat penolongnya. Dan semenjak itu, Japri

dan Fatimah sering bertemu di sungai Biru, karena

rupanya, memang tanpa disengaja, Sungai Biru

adalah jalan pintas yang sering di lalui Japri untuk

pulang.

Sampai satu masa, Fatimah mulai ingin tahu

tentang kehidupan pemuda misterius dan pemalu

itu. Tapi, sore itu Japri tidak datang di sungai Biru

Page 57: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

51

dan tak melewati jalan pintas yang biasa ia lalui

pulang. Tak tahu alasannya. Fatimah jua tak

memiliki sumber untuk ditanyai kemana Japri

pergi sehingga tak berkunjung sore ini ke sungai

Biru.

Ia juga tak mungkin menanyakan kepada warga

kampung dimana rumah Japri dan lalu

menyambanginya. Itu karena ia sangat sadar

bahwa seluruh warga mengetahui bahwa Fatimah

puteri Haji Jamran sudah di lamar orang dan

sebentar lagi akan menikah. Maka tak pantas

rasanya untuk bertamu ke rumah orang lain,

apalagi ke rumah seorang pemuda.

Hari itu, Fatimah hanya bisa terdiam seorang diri

di tepian sungai biru. Kali ini ia sudah tak

memiliki teman bicara lagi. Tanpa ia ketahui,

rupanya Japri ketahuan Haji Jamran telah

bertemu dengan Fatimah di sungai Biru, berdua

saja. Itu adalah hal yang tak seharusnya mereka

lakukan. Tapi karena sama-sama memiliki

ketertarikan rasa, akhirnya keduanya tak mampu

lagi untuk menahan gejolak rasa itu, hingga akal

sehatpun kadang terabaikan.

Setelah mendapat teguran itu, Japripun sadar

kalau yang ia lakukan itu memang keliru. Iapun

tak berani lagi menemui Fatimah. Apalagi jika

Page 58: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

52

teringat cacian dan makian yang keluar dari mulut

Haji Jamran. Rasanya tak terbesit lagi secuilpun

niat untuk menemui siapapun orang dari anggota

keluarga Haji Jamran. Ia sudah tak peduli lagi

dengan Fatimah. Apalagi Japri merasa ia jua tak

ada hubungan keluarga ataupun utang piutang

dengan keluarga itu. Jadi lebih baik ia menjauh

dan tak ingin lagi berurusan dengan kelurga Haji

Jamran.

Japri memang pemuda yang sedikit takut

mengambil risiko dan berupaya untuk menjauhi

risiko itu sejauh-jauhnya. Meski tanpa ia ketahui,

seorang gadis tengah duduk manis di tepi sungai

biru dan tengah lama menunggu kehadiran

dirinya.

****

Page 59: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

53

Bagian 4

Muhammad Japri

Pemuda yang tempo lalu menolong Fatimah itu

bernama lengkap Muhammad Japri. Namun warga

kampung sini lebih sering memanggilnya Iconk,

panggilan masa kecilnya dulu. Jika pembaca

pernah membaca novel Bulan Sabit di Langit

Burniau (Novel terdahulu penulis), tentu akan

kenal dengan tokoh Novel itu yang bernama

Rasyid. Japri, pemuda berusia dua puluh tiga

tahun itu adalah tetangga jauh yang masih

terhitung satu kampung dengan Rasyid. Mereka

sama-sama alumni Madrasah Ibtidaiyah Negeri

Darul Huda (Setingkat Sekola Dasar) di desa Kayu

Bawang.

Jika Rasyid kuliah ke Malang, maka Japri saat ini

tercatat sebagai mahasiswa akhir yang hanya

tinggal menyelesaikan skripsi untuk meraih

sarjana. Ia kuliah di salah satu perguruan tinggi

islam di Banjarmasin. Namun, saat ini ia fakum

kuliah karena harus bating tulang demi

menghidupi ibunya yang sudah sangat renta di

rumah. Ia satu-satu tulang punggung dari

keluarga kecil, ia dan ibunya.

Page 60: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

54

Abahnya meninggal ketika ia masih Madrasah

Ibtidaiyah karena penyakit jantung. Untuk

menghidupi keluarga, ia bekerja sebagai buruh

tani dan penarik gerobak. Sesungguhnya ia adalah

anak yang pandai. Namun, karena masalah

ekonomi dan permasalahan hidup lainnya,

sekolahnya kerap terbengkalai. Salah satu

prestasinya dulu adalah juara lomba pidato bahasa

arab sekabupaten Banjar. Dulu ia pernah akan

dikirim untuk kuliah ke Timur Tengah. Namun

karena tak ada orang yang akan menemani dan

menghidupi ibunya sendiri di rumah, iapun

mengurungkan niatnya untuk mengambil

kesempatan itu.

Di kampung ini hampir tak ada yang tak

kenal dengan Japri. Selain karena warga sering

meminta bantuannya untuk menggiling padi, Japri

juga terkenal agamis dan hampir selalu hadir saat

salat berjamaah di masjid. Selain itu, ia juga

sangat pandai melantunkan ayat suci al-quran

sehingga ia diminta para warga untuk menjadi

guru ngaji anak-anak desa muara durian di Taman

Pendidikan Alquran (TPA) Al-Muhajirin.

Pemuda kurus itu sebenarnya bukan anak

kandung dari emmak yang tinggal bersamanya.

Emmak adalah pasangan suami istri bersama

Page 61: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

55

almarhum abahnya yang tidak dikaruniai seorang

anak. Karena sudah lebih dua puluh tahun

menikah namun tidak berketurunan, akhirnya

emmak dan abahnya mengangkat ia sebagai anak.

Sampai saat ini Japri tak tahu dimana dan siapa

orang tua kandungnya. Yang ia tahu hanyalah

bahwa ia sebenarnya adalah anak angkat.

Ketika abahnya meninggal, Japri dan emmak tidak

serta merta mendapat warisan sang abah. Yang

mendapat harta hanya emmak dan itupun hanya

sedikit. Itu karena mereka memang bukan orang

berada. Sisa warisan lainnya diambil oleh keluarga

almarhum abahnya yang datang tak lama setelah

abahnya meninggal.

Selain dari itu, tak ada yang lebih dari Japri.

Penampilannya, perawakannya, dan wajahnya

sangat biasa-biasa saja. Namun semenjak kabar

burung yang beredar mengenai dimarahinya Japri

oleh haji Jamran karena ada yang melaporkan

bahwa dua muda-mudi itu berduaan di sungai

biru, kini orang kampung banyak yang

membicarakan nama Japri.

Sebagaimana masyarakat kebanyakan, entah

kenapa urusan hidup orang lain itu begitu menarik

untuk dijadikan konsumsi publik dan bahan

berbincangan. Begitu pula yang terjadi di kampung

Page 62: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

56

Muara Durian. Ada yang menyimpulkan Japri tak

tahu diri dan tidak mengaca dengan kehidupannya

dan Fatimah. Ada pula yang tetap berprasangka

baik bahwa semua itu hanya salah paham.

Bagaimanapun isu itu beredar, yang jelas,

sejatinya yang tahu duduk persoalan adalah Japri

dan Fatimah.

Kita memang suka menyimpulkan tanpa

kecukupan bukti yang memadai. Begitulah kita

kini. Sebenarnya ada perih di hati Japri

mendengar perbincangan orang kampungnya yang

menyebut bahwa ia mencoba mendekati Fatimah

yang sudah di lamar orang. Meski tak terima, Ia

tak tahu harus berbuat apa. Yang kini ia lakukan

hanyalah diam dan menjauh dari kehidupan

keluarga haji Jamran. Ia ingin membuktikan

bahwa apa yang diomongkan orang adalah keliru.

Ia adalah orang yang mawas diri untuk berani-

berani mencintai putri haji Jamran. Ia bukan

pungguk yang merindukan bulan, tegasnya dalam

hati.

Dalam beberapa kesempatan dimana momen ia

harus bertemu Fatimah, Japri memilih untuk diam

dan mengambil jalan yang berbeda. Ada sebesit

kekecewaan di dalam hati Fatimah. Tapi ia takut

jua jika harus menyapa lebih dulu dan meminta

Page 63: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

57

perlakuan yang ramah dari Japri. Kala mereka

hampir bertemu di Masjid, Japri memilih

menunduk dan berlalu dengan cepat.

Fatimah, hanya dapat memantau sosok Japri dari

balik tirai yang memisahkan jamaah laki-laki dan

perempuan di masjid saat mereka berdua sama-

sama salat maghrib berjamaah di masjid

kampungnya.

Bagi Fatimah, perlakuan dari Japri yang demikian

kian membuat hubungan mereka semakin

berjarak. Muda-mudi itu seolah dua orang yang

tak saling kenal dan tak pernah bertemu.

Pertemuan mereka di sungai biru yang pernah

akrab dalam serangkaian cerita curahan hati,

seolah kejadian di alam lain yang tidak benar-

benar terjadi. Japri benar-benar bersikap

sebagaimana seharusnya meski Fatimah memiliki

keinginan sekedar bertegur sapa dengannya.

***

Page 64: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

58

Bagian 5

Fakta sebelum pernikahan

Sore itu tak sengaja ia melihat Fatimah berlari dari

balik pintu taksi yang mengantarkannya hingga ke

depan rumah. Meski hanya sekilas, ia yakin

Fatimah sedang berada di puncak amarah. Tak

lama berselang, sebuah mobil Fortuner hitam

datang menyambangi rumah Fatimah. Rupanya

mobil itu sudah mengikuti taksi yang Fatimah

tumpangi dari tadi. Dari balik pintu mobil hitam

itu keluar seorang pemuda tinggi, berbadan cukup

tegap, dan berwajah rupawan. Gerai bajunya yang

parlente menegaskan bahwa pemuda itu dari

kalangan berada.

Lelaki itu berjalan agak cepat dan segera masuk ke

dalam rumah Fatimah dengan gelagat tak sabar.

Karena penasaran sekaligus khawatir sesuatu

akan terjadi, Japri menghentikan langkah kakinya

yang tengah menarik gerobak. Sesaat lamanya,

pemuda yang mengikuti langkah Fatimah itu

keluar dengan wajah kecewanya. Saat itu Fatimah

sudah berdiri di depan pintu dan siap mengusir

pemuda itu dengan sebilah sapu lidi di tangan

kanannya. Melihat sosok Fatimah, Japri segera

Page 65: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

59

membenarkan letak topinya dan menunduk sambil

mengambil langkah cepat untuk berlalu.

Tak sengaja Fatimah mendapati Japri. Gadis itu

segera diselimuti perasaan malu karena Japri telah

melihat kejelakan yang ada di dirinya. Tapi

emosinya memang sudah tak dapat di kontrol lagi.

Bagaimana tidak. Lelaki yang satu bulan lalu

datang ke rumahnya bersama rombongan keluarga

terhormatnya itu ia dapati tengah makan siang

dengan perempuan lain di sebuah rumah makan

yang tak sengaja ia sambangi di kota Banjarmasin.

Awalnya ia mengira Riduan adalah lelaki kurang

ajar yang mempermainkan perasaan perempuan.

Tetapi setelah ia mendengar penjelasan Riduan,

berbaliklah rasa kecewa itu tertuju pada abahnya

sendiri. Pasalnya, gadis yang saat itu bersama

Riduan memang istri dari pemuda itu. Dan

pinangan Riduan untuk Fatimah itu memang

pinangan sebagai istri kedua bagi Riduan.

Sebagai seorang muslimah, ia tidak

mengharamkan ada laki-laki yang memiliki istri

lebih dari satu. Tapi sebagai seorang perempuan,

ia tidak bisa menerima jika ternyata calon

suaminya itu sudah beristri. Ia kecewa karena

abahnya tidak menceritakan hal itu sebelumnya.

Hatinya terasayat. Ia sangat kecewa. Ia bukan

Page 66: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

60

seorang perempuan berhati baja yang mampu

menerima kenyataan dengan ikhlas dan tulus

seperti para nabi dan rasul. Ia merasa bahwa

dirinya hanyalah gadis biasa yang memiliki

perasaan sangat halus.

Fatimah segera menemui abahnya. Ia mencoba

membicarakan duduk permasalahan yang dihadapi

secara baik-baik. Dari pengungkapan abahnya,

rupanya Haji Jamran juga tidak mengetahui

perihal bahwa Riduan sudah beristri itu. Namun,

keputusan yang lebih pahit harus diterima

Fatimah. Karena merasa malu kalau anaknya batal

menikah sedang kabar meriahnya pesta

perkawinan sudah terlanjur tersebar ke sepenjuru

kampung dan kecamatan, mahalnya jujuran dan

mahar juga sudah diketahui semua orang,

undangan pula sudah disebar, Haji Jamran

mencoba mencari pembenaran diri.

“Memangnya apa salahnya kalau Riduan

sudah beristri?. Bukankah agama kita juga

membolehkan seorang lelaki beristri lebih dari

satu, bahkan empat? Tak ada yang salah Fatimah.”

Ucap abahnya.

Mendengar ucapan abahnya itu Fatimah tak kuasa

menahan tangisnya. Kakinya terasa lunglai. Ia

benar-benar mengerti sekarang bahwa abahnya

Page 67: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

61

memang tak pernah memedulikan perasaan anak-

anaknya. Pantas saja abangnya pergi dan tak

kembali. Mungkin abangnya Hadri itu sudah

bahagia dengan perempuan yang kini menjadi

istrinya, walaupun hidup dengan rezeki yang

seadanya, pikirnya.

Wajah Fatimah mulai basah. Air matanya tak

kuasa ia bendung. Ia lari ke dalam kamar. Dari

belakang ibunya mengkuti langkahnya. Sebelum

masuk kamar tadi pekikan tangisnya sempat

pecah walau terdengar samar.

Fatimah membenamkan wajahnya ke dalam

bantal. Ibunya mencoba untuk memberikan

pengertian kepada Fatimah kalau tidak ada yang

salah dan harus di anggap malu jika menjadi istri

kedua. Apalagi orang-orang kampung juga tidak

bakal tahu kalau dirinya akan menjadi istri kedua

Riduan. Orang kampung tak ada yang tahu siapa

Riduan. Dan setelah menikah, Fatimah juga tak

akan lagi terlihat di kampung Muara Durian. Ia

akan dibawa ke kediaman keluarga Riduan. Jadi

semuanya akan baik-baik saja, ucap ibunya

mencoba memberi penjelasan meski sejatinya

ibunya juga tak sependapat dengan keinginan

suaminya, Haji Jamran. Tapi sebagai seorang istri,

ia tak berani menentang kehendak suaminya.

Page 68: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

62

“Ibu tak mengerti perasaan Fatimah…” lirih

Fatimah, wajahnya masih berkucuran air mata.

“Ibu tak tahu bagaimana sakitnya menjadi

manusia yang diperlakukan seperti barang

investasi, yangmana setiap rupiah yang

dikeluarkan abah harus diganti dengan jujuran

bagi siapa yang ingin menikahi Fatimah. “

“Harta kekayaan tak kan mampu

membahagiakan Fatimah, Ibu... Lihatlah Bang

Hadri, harusnya abah sudah belajar dari

kesalahannya di tempo lalu. Abah harusnya

mengerti bahwa cinta tak dapat dibeli dengan emas

setumpuk gunung. Kebahagian tidak dapat ditukar

dengan istana sebesar pulau.

“Fatimah juga heran, kenapa abah mematok

jujuran yang begitu mahal bagi siapa yang ingin

mempersunting puterinya?. Apakah jujuran

menurut urang bahari13 itu seperti yang ada dalam

pikiran abah?, Fatimah tidak begitu faham tentang

itu, tapi Fatimah yakin hakikat jujuran tidak

seperti itu ibu.”

“Pantaslah jika kawan-kawan Fatimah di

Jogja dulu selalu mempertanyakan kepada

13 Orang zaman dulu

Page 69: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

63

Fatimah “apa benar di Banjarmasin itu anak

perempuannya dihargai dengan harga tertentu jika

ingin dilamar?”

“Fatimah tidak faham tentang pertanyaan

itu. Tapi apa yang Fatimah alami sekarang barulah

Fatimah mengerti makna pertanyaan itu. Anak

perempuan memang dinilai dengan harga mahal

jika ia sekolah tinggi dan berbudi baik.”

“Fatimah tidak mau menikah dengan Riduan

Ibu….” Tegas Fatimah. Kalimat terakhirnya itu

bernada sedikit keras beriring suara parau payat.

Sejatinya ia adalah gadis yang sangat halus dan

selalu berbicara lebih pelan dari orang yang lebih

tua. Tapi kali ini amarahnya sudah menguasai

dirinya. Ia tak mampu lagi untuk mengontrol

emosinya.

Ibunya nampak begitu terharu. Ibunya hanya bisa

diam. Ia bisa mengerti bagaimana perasaan

Fatimah. Itu karena dulu ia juga pernah

menghadapi saat-saat ibu kandungnya sendiri,

nenek Fatimah dimadu oleh abahnya. Ia begitu

jelas melihat kesedihan dan ketidak kuasaan

ibunya kala itu menahan sakit hatinya yang

mendalam. Ia hanya bisa terdiam. Bersama dengan

Haji Jamran, suaminya, ia hanya bisa berkata

Page 70: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

64

“iya”. Di kampung ini, Haji Jamran terkenal

dengan orang yang tak mau kalah. Padahal, ketika

dulu ia bertemu dengan Jamran muda, perangai

Jamran kala itu sangat baik. Sifatnya lembut.

Hampir setiap salat Fardhu ia menjadi muadzin di

masjid Muara Durian.

Dan perubahan itu datang ketika ia mendapatkan

warisan dan kesuksesan bisnis. Perilakunya

menjadi berubah drastis. Bahkan hari ini, Jamran

bukanlah sebagaimana Jamran yang ia kenal dulu.

Ia tak tahu rupanya harta dan kekayaan yang

melimpah telah menjadikan Jamran berhati batu

dan buta mana yang baik dan buruk.

Tiba-tiba, Haji Jamran ikut masuk ke dalam kamar

Fatimah. Barusan ia mendengar ucapan Fatimah

yang mengatakan kalau dirinya tidak mau

menikah dengan Riduan. Wajah Haji Jamran

geram.

“Fatimah, apa maksudmu berkata demikian?

Apa maksudmu berkata tidak ingin menikah

dengan Riduan?” Wajah Haji Jamran geram.

Ibunya Fatimah semakin tak kuasa menahan air

matanya. Ia memegangi pundak Fatimah yang dari

tadi terkulai tak berdaya di atas tempat tidur

sambil memeluk bantal.

Page 71: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

65

“Hari pernikahan tinggal satu minggu. Kau

akan mempermalukan keluarga ini jika

membatalkan pernikahan dengan Riduan. Apalagi

orang kampung sudah menerima undangan dan

mengetahui kemeriahan dan kemewahan

pernikahanmu kelak.

“Abah tidak akan mengizinkanmu

membatalkan menikah dengan Riduan. Meskipun

kau lari seperti Hadri, kau tidak akan bisa lari dari

tali pernikahan. Karena kau adalah perempuan.

Jadi meski kau tak mau, abah berhak

menikahkanmu dengan siapapun.” Tegas Haji

Jamran.

Fatimah semakin menangis. Hati gadis itu rasanya

bagai ditusuk oleh jarum beracun. Ia tak menduga

abahnya akan bersikap demikian. Mungkin

amarah haji Jamran pecah akibat tumpukan

amarah, yakni pertemuannya dengan Japri di

sungai biru yang belum terlampiaskan kemudian

ditambah tingkah Fatimah yang berani

menentangnya.

Fatimah jadi teringat, dulu, ketika ia berangkat

untuk menempuh kuliah di Jogja, abahnya tidak

pernah bersikap demikian. Ia heran kenapa setelah

tujuh tahun ia sekolah di Jogja, abahnya tiba-tiba

berubah sangat jauh berbeda.

Page 72: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

66

Fatimah semakin tertekan. Ibunya hanya bisa

membelai pundak Fatimah dengan lembut,

berusaha membesarkan hati puterinya. Ia juga

sudah tak tahu harus berucap apa. Ia berada

dalam keadaan bak buah simalakama.

Kepala Fatimah terasa pusing. Perutnya menjadi

mual seketika. Pandangannya kabur dan tak

karuan. Seketika Fatimah lunglai dan tak

sadarkan diri. Gadis itu benar-benar menahan

tekanan yang begitu dahsyat atas kehendak dari

orang tua kandungnya sendiri.

***

Page 73: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

67

Bagian 6

Sepucuk Surat

Pagi itu seorang perempuan, mungkin berusia

lebih tua darinya, datang ke rumahnya. Wajah

perempuan itu memang terasa tak asing baginya,

tapi ia tak tahu nama perempuan itu. Yang ia tahu

hanyalah bahwa perempuan itu orang yang sering

ia lihat bantu-bantu di warung pagi Julak Sulai.

Kalau kedatangan perempuan itu untuk menagih

hutang kepadanya, maka ia merasa kalau dirinya

tak punya hutang di warung Julak Sulai, ucap isi

hatinya menyambut kedatangan perempuan yang

hanya mengenakan dastar dan kerudung coklat

lusuhnya itu. Lalu, apa gerangan hal yang

membawa perempuan itu datang ke kediamannya

yang terpencil ini? Gumamnya menanya.

Tanpa mengucap salam sebagaimana kebiasaan

orang sini ketika bertamu, perempuan itupun

menyerahkan sepucuk surat kepadanya. Wajah

perempuan itu begitu dingin serta memperlihatkan

raut khawatir.

Japri terbingung-bingung. Tak seperti biasanya ia

menerima surat.

Page 74: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

68

“Surat dari siapa?” tanyanya kepada

perempuan itu.

Perempuan itu menolah-noleh ke kanan dan ke

kiri. Ia lalu mendekatkan wajahnya ke arah Japri,

sambil berbisik pelan “ surat itu dari Fatimah...”.

“Fatimah???” gumam Japri. Ia menghela

nafasnya. Wajah bingungnya berubah menjadi

wajah penasaran yang teramat sangat. Namun,

setengah rasa khawatir menelisik masuk ke dalam

hatinya. Ia takut kalau harus berurusan macam-

macam lagi dengan Haji Jamran.

Memorinya tergugah. Ia teringat kejadian sore

seminggu yang lalu.

“Apa Fatimah marah karena aku melihat

dirinya tengah bersama calon suaminya itu?”

Tanya japri dalam hati.

Setelah Japri mengucapkan terima kasih

kepadanya, perempuan itu cepat-cepat menjauh

dari kediaman Japri dengan setengah baerlari

sambil menyingsing dastar merah kusam yang

dikenakannya.

Setelah menutup pintu, Japri cepat-cepat

membuka dan membaca isi surat itu.

Page 75: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

69

Assalamu’alaikum Japri,

Aku yakin kau pasti terkejut menerima surat ini

dariku…

Japri,... aku tak tahu kenapa kau tak lagi muncul

di sungai biru. Aku tak tahu apa kau benci

kepadaku atau kepada keluargaku. Aku juga tak

mengerti kenapa kau begitu dingin bersikap

denganku. Seolah kita tak pernah sekalipun jumpa.

Aku memang tak memiliki hak untuk memaksamu

beramah-ramah kepadaku. Tapi, karena ketidak

munculanmu itu, dan karena dinginnya sikapmu

padaku, aku tak lagi memiliki teman untuk diajak

berbicara dan bersenda gurau.

Japri,... aku ingin mengatakan kalau entah

mengapa setiap aku bersamamu aku merasa senang

dan tenang. Satu hal yang tak pernah kualami

dengan siapapun bahkan dengan orang tuaku

sendiri...

Aku merasa terhibur jika ada kamu.. Aku merasa

ceria kembali jika melihat dirimu yang apa adanya

itu. Aku suka dengan kepribadian yang kamu

miliki...

Page 76: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

70

Japri, sesungguhnya aku ingin menceritakan apa

yang terjadi tempo hari saat kau mendapatiku

tengah dikuasai amarah atas lelaki itu.

Tak perlu ku jelaskan, aku yakin kau pun sudah

mengetahui perihal rencana pernikahanku minggu

depan. Undangan sudah di sebar dan kabar juga

sudah tersiar tentang mewahnya pernikahan itu.

Meski dengan cara seperti itu, aku merasa semua

itu bukanlah hal yang membahagiakan. Apalagi

belakangan aku tahu kalau ternyata calon suamiku

itu sudah beristri. Pinangan kepadaku adalah untuk

menjadikanku sebagai istri kedua.

Yang lebih memilukan lagi, ternyata abah juga tak

tahu kalau pinangan kepadaku itu adalah untuk

menjadikanku sebagai istri yang kedua. Tapi abah

sudah terlanjur setuju dengan pernikahan ini. Ia

gengsi dan malu jika harus membatalkan pernikahan

mewah yang disertai jujuran dan mahar mahal itu.

Aku tak tahu apa yang ada di dalam benak abah

sehingga ia tetap memaksaku untuk menikah minggu

depan.

Japri,.... saat kau membaca surat ini, aku sudah

tak lagi tidur di rumah. Aku kabur ke rumah

temanku di kayu Tangi. Jika kau bersedia, aku

Page 77: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

71

ingin bertemu denganmu. Aku ingin menyampaikan

satu hal penting kepada dirimu. Mudah-mudahan

kamu bersedia menerima permintaanku ini.

Kutunggu kau jum’at sore di sungai Biru...

Tertanda,

Siti Fatimah

***

Dan sebagaimana permintaan Fatimah, Japri

memenuhi untuk datang menemui Fatimah hari

ini di Sungai Biru. Sebelumnya, pemuda itu

mengalami pergolakan batin apakah memenuhi

permintaan pertemuan ini atau tidak. Namun, ia

tak memungkiri hati kecilnya yang seakan berkata

iya pada permintaan puteri Haji Jamran itu.

bisikan tulus yang akhirnya tak kuasa untuk

menolak gerak langkah kakinya berjalan menuju

sungai biru.

Pemuda itu berjalan dengan mengendap-endap.

Hatinya masih setengah yakin. Ia takut hal ini

ketahuan Haji Jamran. Ia merasa bahwa ini adalah

hal aneh baginya. Ia merasa tak ada urusan

dengan anggota keluarga Haji Jamran terkait

masalah pernikahan Fatimah. Tapi entah kenapa

Page 78: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

72

setiap permintaan gadis anggun bernama Fatimah

itu, ia selalu tak kuasa untuk menolaknya.

Dan seorang gadis mengenakan kakamban habang

sudah duduk menanti dirinya di ujung batang

sambil membiarkan kakinya masuk ke dalam

sungai biru.

Japri datang dari belakang. Kedatangan japri

rupanya sudah diketahui oleh Fatimah. Seketika

gadis itu menoleh ke arah Japri. Japri hanya diam

dengan memasang wajah heran kenapa ia diminta

untuk menemui Fatimah di tempat ini. Gelagat

Japri mengisyaratkan kalau ia tak ingin berlama-

lama.

Tanpa basa-basi dan tanpa kalimat pembuka,

Fatimah langsung melontarkan sebuah

permintaan.

“Japri, maukah kau menikah denganku???”

tandas Fatimah, matanya berbinar.

Mendengar permintaan Fatimah barusan seketika

Japri memperlihatkan wajah keterkejutannya.

Wajahnya melongo. Alisnya mengangkat sebelah.

Jari telunjuk kanannya menempel ke dadanya

sendiri.

Page 79: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

73

“A..apa? kau mau menikah denganku?”

balas Japri terbata-bata.

“Ya Japri…” mata Fatimah semakin berkaca-

kaca. “Ya, aku ingin kau menikahiku, Japri…”

lanjut Fatimah sambil mencoba tersenyum.

Ucapan Fatimah barusan itupun semakin

menguatkan kebingungan Japri.

Setelah lama terdiam, Japri membuka suara.

“Ti.. tidak Fatimah… ja.. jangan.. aku tak

pernah berpikir menikah denganmu… apa yang

kau pikirkan Fatimah?. Kau sudah di pinang orang

dan keluargamu menerimanya. Sebentar lagi kau

akan menikah dengan orang lain dan tak ada lagi

yang berhak meminangmu secara agama.” Balas

Japri.

Baginya, baru kali ini Fatimah mendengar pemuda

itu berbicara tegas. Fatimah membuang

pandangannya dari wajah Japri. Ia kecewa dengan

jawaban Japri. Ia kira Japri adalah salah seorang

pemuda yang diam-diam menyimpan rasa kepada

dirinya seperti kebanyakan pemuda kampung ini.

Tapi rupanya firasat Fatimah itu salah. Fatimah

mulai merasa bahwa Japri memang bukan seperti

Page 80: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

74

pemuda kebanyakan. Ia rasa Japri memang tidak

mencintai dirinya.

“Tapi aku tidak mencintainya Japri… aku

tak mau menikah dengannya…” Fatimah

tertunduk.

Japri hanya diam. Ia tak berani menatap ke arah

Fatimah. Ada hening yang panjang. Mereka berdua

terdiam membiarkan angin musim kemarau itu

terus berhembus mengibarkan halungan

kakamban habang yang Fatimah kenakan

seadanya. Tak sengaja kakamban Fatimah jatuh

menghalung ke lehernya. Kini rambutnya sudah

tak tertutup apa-apa lagi. Fatimah hanya diam

membiarkan.

Tak sengaja Japri melirik ke wajah Fatimah yang

sudah ditinggal pergi kerudungnya. Bekas air

matanya yang setengah kering nampak cukup jelas

di mata Japri. Tak ia pungkiri, gadis di

hadapannya itu memang begitu memesona bahkan

saat kerudung gadis itu terlepas dari tempat

seharusnya. Fatimah beberapa kali menghapus air

matanya dengan tangannya sendiri. Japri

menjauhkan pandangannya. Ia khawatir ada

perasaan lain yang datang.

Page 81: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

75

“Lalu, apa kau mencintaiku?” lirih Japri

sekenanya. Lirih yang masih terdengar oleh telinga

Fatimah itu menghentikan isak tangis yang dari

tadi menghiasi wajah ranum Fatimah. Fatimah

hanya diam. Dalam hatinya iya menjawab,

“Mungkin… mungkin aku jatuh hati padamu

Japri.”.

Tapi sayang, Japri bukan manusia kasyaf yang

mendengar isi hati seseorang. Ia tak tahu kalau

Fatimah memiliki perasaan yang berbeda kepada

dirinya.

Di tengah pembicaraan antara Japri dan Fatimah

itu, rupanya seseorang telah membuntuti mereka.

Dan tak lama kemudian, beberapa warga kampung

datang menghampiri mereka lengkap di sertai

kedatangan Haji Jamran.

Japri dan Fatimah sama-sama terkejut. Fatimah

tak menduga kalau pertemuannya dengan Japri di

Sungai Biru akan diketahui oleh orang lain.

Sedangkan Japri, berpikir apa yang ia takutkan

akhirnya terjadi juga, yakni pertemuannya dengan

Fatimah diketahui oleh Haji Jamran. Padahal, ia

sudah berjanji dengan Haji Jamran dan diri sendiri

untuk tidak menemui Fatimah lagi.

Page 82: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

76

Haji Jamran, abah Fatimah nampak

memperlihatkan raut kemarahannya. Ia segera

menyuruh orang kampung menangkap Fatimah

dan membawanya pulang ke rumah. Kini tatapan

Haji Jamran hanya tertuju kepada satu wajah,

yaitu Japri.

“Ooo.. jadi kau rupanya yang menjadi

penyebab Fatimah lari dari rumah, ya!!!!???.”

Ungkap Haji Jamran.

Japri bingung. Ia tak mengerti maksud ucapan

Haji Jamran. Ia mengira bukankah Fatimah lari

dari rumah karena tak tahan dengan sikap Haji

Jamran selaku abah kandungnya sendiri?.

“Japri… bukankah sudah aku peringatkan

kau untuk tidak menemui Fatimah lagi di tempat

ini.... berduaan pula?. Bukankah itu tidak boleh

menurut agama kita ada laki-laki dan perempuan

berduaan di tempat sepi, Japri?.” Bentak Haji

Jamran, tangannya mengepal geram.

Japri tertunduk. Ia tak bisa berkata apapun. Itu

karena ia merasa dirinya memang bersalah.

Pertama, karena ia berduaan dengan bukan

muhrim di tempat sepi. Dan yang kedua, karena ia

telah menemui Fatimah padahal ia telah berjanji

Page 83: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

77

kepada Haji Jamran untuk tidak menemui

Fatimah lagi.

“Dulu aku begitu memercaimu Japri. Dulu

aku menyukaimu sebagai pemuda kampung sini

yang saleh dan taat. Tetapi sekarang, semua itu

telah sirna. Tuhan telah memperlihatkanku betapa

busuknya dirimu, Japri…” Ucap Haji Jamran.

Sekali lagi Japri tak berkutik. Perasaannya campur

aduk. Ia benar-benar menyesal telah memenuhi

permintaan Fatimah tanpa memikirkan risiko yang

akan ia terima. Sayang, itu semua telah terlambat.

“Kali ini kau kembali ku maafkan Japri. Tapi

kalau suatu saat kau berulah lagi, aku tidak akan

mengampunimu… ” ancam Haji Jamran.

“Dan satu hal. Ini adalah sesuatu yang

sebenarnya tak ingin aku ucapkan. Tapi hari ini

aku harus mengatakannya, wahai Japri.” Ucap

Haji Jamran dengan senyum sinis menatap Japri

yang tengah tertunduk dengan penyesalan

perbuatannya.

“Japri... jika kau mencintai Fatimah, maka

bercerminlah siapa dirimu dan siapa Fatimah.

Bukankah kau sudah tahu Fatimah akan segera

Page 84: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

78

menikah dan kau juga tahu berapa jujuran serta

maharnya nanti?” Lanjut Haji Jamran mengejek.

Japri hanya tertunduk sambil membenarkan letak

topi butunya. Rasanya keberaniannya tak bersisa

secuilpun di hadapan Haji Jamran. Tatap mata

warga kampung yang yang hadir saat itu semakin

menenggelamkan Japri dalam kesalahannya

sendiri.

Pikirannya semakin campur aduk. Kalimat terakhir

yang diucapkan Haji Jamran benar-benar

menginjak-injak harga dirinya, meskipun apa yang

dikatakan Haji Jamran itu benar.

Dan ketika itu pula, keberanian hati dari pemuda

kurus itupun muncul.

Dengan lantang, iapun berkata,

“Pak Haji Jamran yang terhormat..!!??!!...”

Haji Jamran yang tadinya sudah berbalik dan akan

meninggalkan Japri bersama warga kampungpun

tersentak dan kembali berbalik.

“Saya katakan satu hal kepada Anda di sini

dengan saksi semua yang hadir di tempat ini....

Saya Japri, seorang penarik gerobak di kampung

ini memang benar adalah pemuda dari keluarga

Page 85: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

79

miskin yang hina di mata orang kaya seperti

Anda... Tetapi saya..... tidak pernah bermimpi

apalagi berniat.... untuk mencintai puteri Anda,

Fatimah. Apalagi bermaksud menikahinya. Ingat

baik-baik itu Pak Haji Jamran….” Balas Japri yang

sudah terlanjur berada di puncak amarah kepada

Haji Jamran, sebelum akhirnya ia berbalik dan

meninggalkan Haji Jamran di tempat itu.

Haji Jamran membalas ucapan Japri dengan

tersenyum sinis. Sepanjang jalan ia mengumpat

Japri dan membicarakan kejelekan Japri kepada

warga kampung. Ia berjanji, dalam pesta

perkawinan puterinya nanti semua warga

kampung akan ia undang, kecuali Japri dan

ibunya.

Japri masih dengan amarahnya. Penyesalan,

kekecewaan, dan kemarahan bergumul di dalam

benaknya menjadi satu. Air matanya menetes

seketika. Bibir dan hatinya berulang kali

mengucapkan istighfar... dalam keterpojokannya

dengan perasaan, setengah sadar bibirnya berucap

lirih...” Ya Allah, apakah yang sebenarnya engkau

hendaki dari hambamu yang hina ni...???”

***

Page 86: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

80

Bagian 7

Sebuah Tragedi

Semenjak pertemuan terakhirnya dengan Japri di

sungai Biru, Fatimah tak lagi diberi izin oleh

abahnya untuk keluar rumah. Sudah beberapa

hari ini ia “dikurung”. Fatimah merasa benar-

benar seperti burung dalam sangkar yang tak bisa

pergi kemana-mana. Ditambah lagi, perasaannya

kini kian sedih. Ia serasa sudah patah arang.

Kemarin sore ia mencoba memberanikan diri

untuk mengutarakan perasaannya terhadap Japri

kepada abahnya. Ia berkata sejujur-jujurnya kalau

ia menyukai Japri dan jatuh cinta kepada Japri.

Namun mendengar ucapan Fatimah itu, Haji

Jamran membentak Fatimah dan berkata tegas

kalau Japri tidak mencintainya. Fatimah balas

tidak percaya. Tetapi abahnya itu memang tak

pernah bohong kepada dirinya.

“Kalau kau tidak percaya, tanyalah kepada

Saiful yang kemarin juga mendengar perkataan

Japri yang megatakan bahwa ia tidak mencintaimu

dan tak ada sedikitpun rasa kepadamu apalagi

ingin menikahimu..!!” Tegas Haji Jamran.

Page 87: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

81

“Lupakan pemuda miskin itu...!! sebentar

lagi kau menjadi istri pengusaha Fatimah…!!”

lanjut abahnya.

Beberapa hari ini Fatimah hanya duduk melamun

di depan jendela berterali kayu. Air matanya terus

membasahi pipinya. Ia tak kuasa untuk pergi

kemanapun. Ia benar-benar dikurung dan dikunci

di dalam kamarnya seorang diri.

Beberapa hari terasa berat baginya. Badannya

kurus. Matanya lembab karena sering menangis. Ia

jarang sekalimakan. Raut wajah muram. Garis

matanya menandakan kalau ia dalam

ketertekanan yang teramat sangat. Girah hidupnya

telah redup. Hari-hari hanya ia lalui dengan

murung tanpa semangat.

***

Malam itu, seluruh warga berlarian ke sana kemari

sambil berteriak-teriak panik.

“Kebakaraaaaannn…kebakaraaaannn…keba

karaannnn… !!!??!!!”

Sebuah kebakaran telah terjadi. Sontak Japri yang

juga selaku warga kampung merasa bertanggung-

jawab atas yang menimpa warga kampungnya itu.

Page 88: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

82

Sejurus, ia berangkat dari rumah, berlari menuju

cahaya terang yang digumuli asap hitam nan

nampak di langit utara kampung malam itu.

“Rumah siapa yang kebakaran?” tanya Japri

kepada lelaki separuh baya dengan wajah panik

layaknya kebanyakan warga yang ditemuinya di

persimpangan jalan.

“Haji Jamran… seluruh orang rumahnya

pergi ke Banjarmasin sejak tadi sore dan belum

pulang sampai sekarang...” Balas lelaki paruh baya

yang tak lama ia kenali si Julak Sulai sambil terus

melangkahkan kaki, cepat menuju tempat

kebakaran terjadi.

Dan,... kaki Japri terhenti seketika. Perasaan

bimbangpun sejurus menyelimuti hatinya. Ia

bingung apa harus menolong rumah Haji Jamran

yang tengah terbakar itu atau tidak. Julak Sulai

yang menyadari Japri menghentikan langkah

kakinya segera berbalik ke arah Japri.

“Ada apa denganmu, Japri?” tanya Julak

Sulai.

Wajah Japri bingung, ragu. Ia tak tahu harus

berkata apa.

Page 89: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

83

“Jika kau enggan menolong rumah Haji

Jamran yang terbakar karena kau membencinya

dan karena kau telah merasa dihinakan olehnya….

Jika karena itu kau enggan menolong, maka kau

tidak lebih baik dari Haji Jamran, Japri...” tukas

Julak Sulai sambil berteriak melawan keramaian

warga yang dari tadi berlarian di sekitar mereka

menuju kebakaran terjadi.

Japripun tergugah. Ia melanjutkan langkahnya. Ia

berlari dan meninggalkan Julak Sulai yang

berjalan terpincang-pincang karena kakinya

memang sudah rapuh.

Para warga terus berteriak minta tolong. Suasana

malam di kampung itu menjadi ramai dan gaduh

oleh kebakaran. Semuanya berteriak,

“Kebakaraaaaan… kebakaraaaannn….

tolong…..,toloooong........, aiiiirrr …. Aiiiirrrr....!!!”

Sayang, di kampung kecil seperti Muara Durian

perangkat desa tak memiliki mesin air besar yang

dapat digunakan sebagai penyemprot api seperti

yang dimiliki pemadam kebakaran. Ditambah lagi

kala itu musim kering yang cukup parah sehingga

air susah didapat.

Page 90: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

84

Di tengah sibuknya orang-orang menyirami rumah

itu dengan ember kecil padahal api sangat besar,

sayup-sayup Japri mendengar ada suara minta

tolong dari dalam rumah yang beradu dengan

suara teriakan warga. Ia sadari, sepertinya tak ada

satupun warga yang mendengar suara minta

tolong perempuan dari dalam rumah yang terbakar

itu. Tanpa pikir panjang, Japri nekat dan

memberanikan diri untuk masuk dan mencari

suara teriakan minta tolong.

“Allaaaaauakbaaarrr...!!!” teriaknya

menggugah semangat diri, berlari ke tengah

kobaran api yang terus membara.

Sesampainya di teras rumah yang sudah nampak

tak karuan, ia dapati pintu rumah terkunci. Japri

mendobraknya sekuat tenaga. Hawa panas api

yang melahap rumah kian terasa membakar

kulitnya. Ia masuk. Di dalam rumah ia berusaha

mencari asal suara. Ia sudah tak menghiraukan

lagi panasnya hawa api yang mengelilingi

tempatnya berdiri. Semuanya tertutup oleh

semangat membaranya untuk menolong.

Seketika, ia mendobrak satu kamar yang terkunci

dari luar. Di dalam kamar itu tergeletak seorang

gadis dengan badan hitam penuh arang. Gadis itu

nampak sudah lemah terkulai, tak berdaya. Gadis

Page 91: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

85

itu mengalami hiper dehedrasi. Ia memapah gadis

itu untuk berusaha keluar dari dalam rumah yang

sudah separuh dilalap api. Tapi, kaki gadis itu tak

bisa melangkah. Kaki kirinya patah akibat tertimpa

tiang kayu kamarnya yang jatuh dimakan api.

Japri segera menggendong sang gadis, yang tak

lain Fatimah, kepangkuannya.

Dengan mengucap basmallah dan takbir, Japri

berlari keluar dari kerumunan api yang

mengurungnya. Beberapa kali kakinya tersandung

kayu yang telah menjadi arang. Tapi semangatnya

untuk hidup membuat kakinya yang begitu payah

itu tetap tegar bertahan. Beberapa saat kemudian,

Japri berhasil menyelamtkan diri dari kobaran api

yang kian membesar.

Beberapa warga segera menghampiri Japri dan

Fatimah yang sudah tak berdaya itu. Julak Sulai

menyarankan agar mereka dibawa ke rumah tabib

kampung, Haji Sam’an, untuk segera di rawat.

Setelah lebih dari tiga jam, akhirnya apipun dapat

dipadamkan. Pemadam kebakaran dari kecamatan

terlambat datang ke tempat kebakaran karena

jalanan yang terjal dan tak beraspal menghambat

perjalanan mereka. Rumah Haji Jamranpun

selamat meski sudah sebagian besar rumah dan

isinya hangus terbakar.

Page 92: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

86

Tak lama, keluarga Haji Jamranpun datang. Wajah

lelaki separuh baya itu nampak sangat terkejut.

Tanpa menghiraukan siapapun, ia segera berlari

menuju reruntuhan kamar Fatimah yang sudah

habis di lalap api. Hatinya langsung sedih ketika ia

tak melihat satu puing pun di kamar Fatimah. Ia

langsung menangis menyesali dirinya yang telah

meninggalkan Fatimah di rumah dan terkurung di

dalam kamar. Istri Haji Jamran yang juga memiliki

firasat yang sama segera beranjak untuk

mendekati suaminya. Istri Haji Jamran ikut

menangis. Haji Jamran tak kuasa menahan gejolak

jiwanya. Ia berteriak-teriak menanyakan,

“Kemana puteriku!!??!! Kemana

puterikuuu...??!!” berulang-ulang.

Di tengah kesedihan suami istri itu, seorang warga

desa mengabarkan bahwa anak mereka selamat

dan sekarang sedang dirawat darurat di rumah

tabib kampung, Haji Sam’an.

Perasaan Haji Jamran dan istrinya segera lega.

Mereka tak memedulikan sedikitpun rumah besar

yang mereka tinggali itu hangus terbakar. Bagi

Haji Jamran yang memiliki tabungan banyak di

bank, rumah itu tak berarti apa-apa. Yang penting,

puterinya Fatimah selamat dari kejadian itu. Ya,

puteri sekaligus anak yang kini hanya satu-

Page 93: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

87

satunya ia miliki sebab Hadri telah pergi entah

kemana.

Karena kejadian yang tak terduga itu, Haji Jamran

memutuskan agar pernikahan Fatimahpun

ditunda sampai batas waktu menunggu Fatimah

pulih dari cedera patah tulangnya, dan ketika

gadis itu sudah benar-benar siap untuk menikah.

***

Sebelum subuh, Japri terbangun dari pingsannya.

Badannya terasa remuk. Beberapa luka bakar

nampak menghiasi sekujur tubuhnya. Tangan

kirinya sudah dalam keadaan diperban dengan

kain putih. Kepalanya terasa berat. Pelipis sebelah

kanannya terasa perih, robek akibat kejatuhan

beling kaca dan benda tumpul. Japri mencoba

bangkit. Nafasnya berat karena paru-parunya telah

banyak menghirup asap hitam kebakaran.

Kepalanya terasa begitu berat. Ia hampir tak ingat

beberapa hal yang telah terjadi.

Setelah dapat benar-benar bangun, tanpa mau

merepotkan banyak hal, Japri segera minta izin

kepada Haji Sam’an untuk pulang ke rumah. Haji

Sam’an sempat mencegah tapi Japri tetap dengan

keinginannya pulang. Haji Sam’an lalu bertanya

perihal Fatimah. Seketika Japri teringat bahwa

Page 94: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

88

keberadaannya di rumah tabib Sam’an akibat

dirinya yang pingsan setelah menyelamatkan

Fatimah.

“Biar nanti keluarganya yang akan

menjemputnya ke sini.” Tukas Japri.

Sekilas Japri melihat Fatimah yang masih tak

sadarkan diri di tempat tidur sebuah kamar tak

berpintu yang hanya berlampukan sebuah

semprong. Karena takut ia terbawa perasaan, Japri

mengalihkan pandangannya. Ia segera pergi dan

meninggalkan rumah Haji Sam’an.

Tanpa Japri sadari, Haji Jamran dan ibu Fatimah

telah lama berada di rumah haji Sam’an menunggu

keadaan Fatimah membaik. Dua suami istri itu

setengah terlelap. Hati haji Jamran terenyuh

ketika mendapati Japri yang melangkah ringkih

keluar dari pintu rumah Haji Sam’an. Haji Jamran

merasa bersalah pada dirinya sendiri. Dalam

perasaan itu, haji Jamran dan ibu Fatimah terdiam

dan membiarkan Japri berlalu. Haji Jamran

terpana dengan kebaikan hati pemuda yang

pernah ia hina itu.

***

Page 95: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

89

Subuh telah berlalu. Fatimah mulai dapat

membuka mata. Perasaannya langsung

menyambut suasana asing tempat dirinya

terbaring dengan sebuah kebingungan. Fatimah

berusaha bangkit. Kaki kirinya yang patah itu

langsung merespon dengan sakit yang teramat

sangat. Fatimah merintih. Suara rintihan Fatimah

itu langsung terdengar Haji Sam’an dan istrinya

yang jua sudah sama-sama tua. Istri Haji Sam’an

segera memapah Fatimah untuk membantunya ke

posisi setengah duduk.

Fatimah mencoba mengenali dua wajah tua

dengan uban memutih di kedua orang yang

menolongnya itu. Beberapa saat baru ia ingat itu

adalah tabib kampungnya, Haji Sam’an da sang

istri.

“Tadi malam Ucu di bawa kesini oleh Julak

Sulai, Amad, dan si Dilah. Alhamdulillah Ucu

selamat…” ucap Istri Haji Sam’an sambil

mengembulkan senyum penuh kerutan di

wajahnya. Sesaat istri Haji Sam’an memberi

segelas air putih kepada fatimah.

Fatimah diam sambil menyambut air dari tangan

istri Haji Sam’an. Ia tak begitu bisa mengingat apa-

apa. Sejenak ia minum segelas air putih dingin di

tangannya. Setelah berusaha untuk menelaah apa

Page 96: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

90

yang telah terjadi pada dirinya, seketika itu

mulutnya langsung menyebut sebuah nama,

“Japri”.

“Dimana Japri, Nek?” tanya Fatimah resah.

“Japri kah????. Dia sudah pulang sebelum

kau bangun tadi, Cu.”. jawab Haji Sam’an.

Entah mengapa seketika hati Fatimah terasa sedih.

Ia langsung teringat ucapan abahnya yang

menyatakan bahwa Japri tak mencintai dirinya.

Ditambah lagi sikap Japri yang meninggalkan

dirinya begitu saja di rumah Haji Sam’an dalam

keadaan pingsan, semakin menguatkan

keyakinannya bahwa Japri memang tak ada

perasaan apapun kepada dirinya. Meskipun

pemuda itu telah menyelamatkan nyawanya dari

maut sekalipun.

Fatimah meringis menahan sakit kakinya. Sejenak,

ia menghela nafasnya sambil menahan

kekecewaannya.

Haji Sam’an dan istrinya nampak beingung melihat

raut wajah Fatimah yang seolah mengisyaratkan

sebuah kesedihan. Haji Sam’an mencoba

menghibur Fatimah dengan mengajaknya

bercerita.

Page 97: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

91

“Japri itu pemuda yang baik ya Fatimah?”

Ucap Haji Sam’an membuka wacana. Seketika

Fatimah menatap wajah Haji sam’an yang nampak

tengah tersenyum dengan beribu kerutan di

wajahnya.

“Terlepas dari tuduhan abahmu kepada

pemuda itu, aku mengenal Japri sebagai pemuda

yang baik. Ia pemuda yang jujur, saleh, dan

bertanggungjawab, serta bijak....” ucap Haji

Sam’an yang kemudian diiringi hela nafas panjang

kebijaksanaan seorang sepuh.

“Kenapa aku katakana bijak?. Itu karena jika

bukan karena kebijaksanaan dan kebesaran hati

yang ia miliki, tak kan mungkin ia mau ikut

menolong musibah yang menimpa orang yang telah

menghina dan mencaci maki dirinya...” ucap Haji

Sam’an lirih dengan raut muka yang penuh

kepolosan.

“Aku tidak bermaksud merendahkan

abahmu... Tapi aku sangat memuji sifat dan sikap

yang dimiliki oleh Japri. Bahkan ia telah

menyelamatkan dirimu dari maut...

Subhanallah....” Tukas Haji Sam’an dengan

polosnya tanpa ia mengetahui bagaimana perasaan

hati Fatimah.

Page 98: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

92

Sebenarnya Haji Sam’an hanya bermaksud

menghibur Fatimah. Tapi rupanya cerita Haji

Sam’an barusan benar-benar semakin membuat

Fatimah kecewa.

Tanpa sadar Fatimah meneteskan air matanya. Ia

tak kuasa untuk berucap apapun. Dihadapan Haji

Sam’an, Fatimah mencoba untuk menutupi

kesedihannya dengan berusaha tersenyum.

Dan tak lama dari pembicaraan itu, keluarga

Fatimah masuk ke kamar tempat Fatimah dirawat.

Rupanya istri Haji Sam’an mengabari abah dan ibu

Fatimah yang sejak tadi malam menunggu

keadaan Fatimah membaik di ruang tamu rumah

sederhana haji Sam’an.

Di dalam kamar itu, Haji Jamran hanya berdua

dengan Fatimah. Ia ingin bicara empat mata

dengan puterinya tanpa seorangpun yang

mengganggu. Ibu Fatimah diminta suaminya, haji

Jamran, untuk menunggu dengan sabar di luar.

Di dalam kamar tak berpintu itu, Haji Jamran

meminta maaf sebesar-besarnya kepada puteri

kandungnya itu. Ia mengaku salah telah

mengurung Fatimah di kamar sehingga ketika

kebakaran terjadi Fatimah tidak bisa keluar dan

akhirnya semua jadi begini. Haji Jamran juga

Page 99: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

93

menyebutkan kekeliruannya yang telah menutup

kebebasan Fatimah untuk memilih. Hari itu Haji

Jamran mengakui semua kesalahan dan

kebodohannya. Ia menyerahkan sepenuhnya

masalah pernikahan puterinya itu. Seandainya

Fatimah ingin membatalkan pernikahan dengan

Riduan, Haji Jamran jua tak keberatan. Lagipula

pernikahan tak mungkin dilaksanakan dalam

keadaan Fatimah sedang patah kakinya.

Dengan kebesaran hatinya, Fatimah memaafkan

semua kekhilafan abahnya. Tak mungkin juga ia

murka kepada abah kandungnya sendiri. Haji

Jamran memeluk puteri kesayangannya itu dengan

penuh cinta. Kejadian itu benar-benar telah

membuka mata hatinya yang lama tertutup. Haji

Jamran jadi teringat Hadri, abang kandung

Fatimah. Dalam lirih hatinya, iapun meminta maaf

kepada putera semata wayangnya itu.

***

Page 100: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

94

Bagian 8

Pernikahan

Baginya, siapapun yang kelak menjadi pasangan

hidupnya sudah tak begitu penting lagi. Siapapun

yang akan menikahi dirinya, asalkan lelaki itu tak

pernah meninggalkan salat fardhunya, maka ia tak

masalah untuk menerima pinangannya. Itulah

yang saat ini menjadi pemikiran Fatimah yang kian

hari kian di rundung pilu.

Ia sudah payah untuk menghibur hatinya sendiri.

Pemuda yang ia pikir mencintainya memang tak

pernah sedikitpun memiliki rasa kepadanya. Itu ia

yakini dari ucapan abahnya yang tak mungkin

bohong dan sikap pemuda itu yang meninggalkan

dirinya begitu saja di rumah Haji Sam’an tanpa

mau menunggu dirinya sadarkan diri terlebih

dahulu.

Tiga bulan semenjak kejadian kebakaran yang

melanda kediaman Haji Jamran, keluarga Fatimah

kini membangun kembali rumah barunya. Untuk

sementara iapun tinggal di rumah milik Haji

Jamran yang lain di daerah Kecamatan.

Fatimah sudah memutus pertunangan dirinya

dengan Riduan melalui abahnya sendiri, Haji

Page 101: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

95

Jamran. Segala pemberian dari Riduan mulai dari

cincin, kalung dan baju-baju mahal sudah pula ia

kembalikan, diganti dengan barang sejenis dan

seharga sama, karena pemberian asli sudah hilang

akibat kejadian kebakaran. Ia tak ingin satupun

merasa terutang budi kepada pemuda yang ingin

menjadikan dirinya sebagai istri kedua itu.

Dalam masa kesendirian, hampir setiap hari

Fatimah mendirikan salat tahajud untuk

mengirimkan hajatnya, keinginan untuk memiliki

seorang imam yang saleh dan bijak. Meski seakan

ia menghindari untuk berkata bahwa pemuda

impiannya itu adalah “Japri”, tapi semua sifat yang

diutarakannya saat berdo’a tak bisa dipungkiri

bahwa itu tertuju kepada sosok pemuda kurus itu.

Sudah hampir tiga bulan ia memohon, tak juapun

datang sebuah kabar gembira tentang kedatangan

Japri. Bahkan selama tiga bulan ini ia tak pernah

lagi melihat Japri yang biasanya kerap melintas

sambil menarik gerobaknya berjalan menuju pasar

kecamatan. Tanpa ia utarakan, ada sebesit rasa

rindu yang menelisik di dalam relung hatinya.

Saat dimana Fatimah termenung di jendela teras

rumahnya, sebuah pinangan dari seorang pemuda

dari Martapura itupun datang. Tapi sayang, itu

bukan pinangan dari Japri, melainkan dari

Page 102: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

96

seorang pemuda yang meski jauh tetapi masih

memiliki hubungan nasab keluarga dengan

dirinya. Pemuda itu juga merupakan teman

sekolahnya ketika masih duduk di bangku

Madrasah Aliyah di Martapura dulu. Ia adalah Haji

muda bernama Abdul.

Abdul adalah seorang pemuda yang dulu ia kenal

baik. Baik dalam hal akhlak maupun prestasi

sekolah. Meski dengan jujuran tak semahal yang

diberikan oleh Riduan, tapi Haji Jamran

menerimanya dengan senang hati. Itu karena

Fatimah juga menerima pinangan itu tanpa

berpikir panjang dan banyak pertimbangan. Haji

Jamran berharap lekasnya Fatimah dalam

menimbang adalah bukti Fatimah memliki rasa

kepada Abdul. Meskipun, sejatinya bukan karena

itu adanya. Melainkan, karena Fatimah sudah

setengah putus asa menanti orang yang

sesungguhnya ia idamkan. Haji Jamran berfikir

Abdul adalah orang yang tepat untuk menjadi

pendamping Fatimah sekaligus menjadi penerus

bisnis keluarga Haji Jamran.

Dan tak perlu waktu lama, pernikahan

Fatimahpun segera berlangsung dengan cukup

meriah khas adat budaya Banjar. Akad nikah

Page 103: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

97

dilaksanakan pagi hari di masjid kampung Muara

Durian.

Pagi itu, Fatimah tampil dengan pakaian pengantin

khas Banjar. Gaun pengantin tradisional kuning

berenda benang emas, bermahkota melati dan

bergaya bak ratu Banjar jaman dulu. Di dalam

kamar, Fatimah ditemani ibunya. Semua penghias

pengantin diminta Fatimah untuk menunggu di

luar.

Dengan senyum bahagia, ibunya mengatakan

bahwa puterinya itu sangat cantik hari ini.

“Abdul adalah pemuda yang baik. Ibu yakin

dia akan mampu menjadi imam yang baik dan

membahagiakanmu, saying...” bisik ibunya dengan

senyum riang. Fatimah membalas senyum ibunya

dengan kemanjaan.

Meski sesungguhnya terbesit sedikit harapan

bahwa pemuda yang akan menikahi dirinya adalah

Japri, ia berusaha untuk menepis harapan itu dan

menampakkan kepada kedua orang tuanya bahwa

hari ini adalah hari yang membahagiakan bagi

dirinya. Ia meyakinkan dirinya bahwa Japri

memang tak mencintainya. Jadi untuk apa ia

bermurung murai tentang pemuda yang tak

mencintai dirinya itu.

Page 104: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

98

Fatimah berusaha membesarkan hati. Ia berdiri

tegap dan bangkit untuk berjalan menuju

pelaminan.

Setelah beberapa lama menunggu di pelaminan,

sang pangeran hari itupun datang dengan diiringi

dayang di samping kiri kanannya. Salah seorang

menghamburkan beras kuning sambil

mengumandangkan salawat nabi agar kedatangan

sang pengantin pria mendapat sambutan pula oleh

malaikat rahmat yang membawa berkah.

Dimatanya, wajah Abdul begitu tampan dan

memesona. Tapi entah kenapa, sekali lagi hatinya

tak bisa jua berdusta, ia merasa kebahagiannya

hari ini semu. Ketika dirinya dan Abdul duduk

bersanding, tak sedikitpun ia merasakan sesuatu

yang menggelora dihatinya. Denyut nadinya biasa

saja. Desir darah yang menjalar di sekujur

tubuhpun tak memberikan isyarat sebagaimana

biasa orang sedang jatuh cinta.

Dalam keadaan itu, Fatimah terus berusaha untuk

membuang jauh-jauh wajah pemuda bernama

Japri dari benaknya. Ia senantiasa berusaha

memperlihatkan wajah ceria di depan para tamu

undangan yang silih berganti memberikan ucapan

selamat dan meminta foto bersama dengan dirinya

dan Abdul selaku pengantin.

Page 105: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

99

Meski senyum berkembang, mata tetap tak

mendusta. Dari deretan para tamu, tak sengaja ia

dapati wajah seorang pemuda berpakaian

sederhana dan mengenakan sangkok hitam lusuh

dengan rona wajah biasa. Ia tak tahu bagaimana

pemuda itu bisa berada di hari pernikahannya.

Bukankah beberapa kali ia mendengar bahwa

abahnya tak kan mengundang pemuda itu di hari

pernikahannya?”.

Rupanya, tanpa sepengatahuan Fatimah, beberapa

hari silam Haji Jamran datang sendirian bertamu

ke rumah Japri untuk meminta maaf dan

sekaligus mengundang pemuda itu untuk datang

dalam acara pernikahan Fatimah. Haji Jamran

ingin membuktikan bahwa Japri memang tak

mencintai Fatimah sehingga dalam pernikahan

puterinya itu pemuda kurus itu tak keberatan

untuk hadir.

Memang tempo hari abahnya itu pernah berucap,

jika Japri mencintai Fatimah maka ia tidak akan

datang pada acara pernikahan Fatimah karena

sakit hati melihat pujaan hati diambil orang. Dan

ketika Fatimah teringat ucapan abahnya itu, hal

itupun semakin menguatkan bahwa Japri memang

tak mencintainya.

Page 106: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

100

Tapi, entah mengapa perasaannya berbalik. Ia

merasa kalau Japri tidak sebagaimana yang

dikatakan abahnya. Jika Japri memang tak

mencintai dirinya, tak mungkin pemuda itu mau

menemuinya di sungai biru saat ia melarikan diri

dari rumah tempo silam. Tak mungkin pula Japri

mau menyelamatkan dirinya ketika kebakaran itu

terjadi.

Konflik bathin yang dialami Fatimah kian

berkecamuk. Diujung puncaknya, ia tak bisa

mendustai diri jua bahwa ia benar-benar jatuh hati

kepada pemuda biasa bernama Japri itu. Ketika

Japri berada tepat dihadapannya untuk

bersalaman dan mengucapkan selamat kepada

Fatimah dan Abdul yang kini sudah menjadi

suaminya, Fatimah tak mampu untuk mengontrol

emosi dan akal rasionalnya. Seketika Fatimah

nekat memeluk Japri di atas pelaminan pengantin

dan di depan mata semua yang hadir di sana.

Melihat apa yang tengah terjadi Abdul langsung

naik pitam. Namun, karena tak sempat melihat

dengan jelas apa yang sebenarnya telah terjadi,

Abdul langsung mendorong dada Japri hingga

jatuh tersungkur. Para tamu yang hadir sempat

kaget. Beberapa orang tamu perempuan bahkan

sempat berteriak karena begitu terkejut. Abdul

Page 107: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

101

langsung menarik Fatimah kepelukannya.

Mulutnya beberapa kali mengumpat Japri dengan

cacian karena emosi istri yang baru dinikahinya

itu dipeluk oleh orang yang tak dikenalnya.

Japri diam. Ia merasa sangat bingung harus

berbuat apa dan berkata apa. Japri salah tingkah,

malu karena kejadian itu ditonton banyak orang

yang hadir. Ia benar-benar tak tahu apa-apa. Yang

ia tahun hanyalah “tiba-tiba saja ia dipeluk oleh

Fatimah dan lalu di dorong hingga jatuh

tersungkur oleh Abdul” pikirnya. Japri benar-benar

bingung dengan apa yang menimpanya.

“Laki-laki kurang ajar. Berani-beraninya kau

memeluk istriku yang baru saja menikah

denganku, bahkan di hadapan umum. Benar-

benar pemuda tak ber-adat, tidak tahu malu..!!!”

Bentak Abdul penuh emosi.

Melihat peristiwa yang tak begitu jelas terjadinya

karena sangat cepat itu, Haji Jamran ikut emosi.

Beberapa hari yang lalu ia telah minta maaf

kepada Japri dan bahkan mengundang pemuda itu

datang dihari pernikahan puterinya. Tapi ternyata

pemuda itu malah membuat ulah. Namun, haji

Jamran bingung harus bersikap apa. Ia

memutuskan untuk diam melihat situasi yang

terjadi.

Page 108: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

102

Abdul memberi isyarat kepada keluarganya untuk

membawa Japri ke kantor polisi dengan tuduhan

telah berbuat tindakan asusila kepada istrinya,

terlebih di hadapan khalayak ramai. Dan tanpa

ada seorangpun yang membela dirinya, Japripun

dibawa ke kantor Polisi kecamatan agar ditahan

karena melakukan kasus pelecehan di depan

umum.

Melihat Japri yang diseret oleh beberapa pemuda

dari kalangan keluarga Abdul, Fatimah hanya bisa

diam. Tiba-tiba ia merasa sangat bersalah telah

melakukan hal yang menjadikan Japri kena

getahnya. Tapi, untuk mengaku kalau sebenarnya

dirinyalah yang berbuat, ia tak berani. Karena hal

itu akan menurunkan derajat dirinya dan juga

keluarganya dimata orang kampong. Ia takut akan

di cap bukan perempuan baik-baik.

Fatimah menutup mulutnya dengan tangan

menahan sedih bercampur malu. Setelah Japri

dibawa masuk ke dalam mobil untuk dibawa

menuju kantor kepolisian di kecamatan, Seketika

kerumunan undangan yang sempat menonton

peristiwa itu bubar. Acara pernikahan itu berjalan

seperti semula. Senyum para tamu yang

memberikan dirinya selamat seolah

mengisyaratkan bahwa peristiwa terkait Japri

Page 109: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

103

barusan hanya angin lalu belaka. Tapi di hati

Fatimah, sebuah perasaan bersalah yang sangat

besar terus berkecamuk. Ia tak mampu mendustai

dirinya. Ia telah jatuh cinta kepada pemuda lugu

berwatak pendiam itu, Japri.

***

Page 110: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

104

Bagian 9

Sidang dan Pengakuan

Kehidupan di sel tahanan kantor polisi kecamatan

menjadi hari-hari yang kelam bagi Japri. Ia

ditempatkan bersama beberapa orang tahanan

yang juga menunggu vonis pengadilan di sebuah

sel gelap dan berbau tak sedap. Japri merasa ini

bukan tempat yang pantas untuk dirinya. Ia

merasa tak bersalah. Meski ia pemuda miskin, tapi

ia merasa tak pantas berada di sel itu seharusnya.

Namun kenyataan berkata lain. Ia tak memiliki

cukup bukti untuk dapat mengeluarkan dirinya

dari tahanan itu. Jika kebanyakan orang mampu

membayar sekian rupiah untuk dapat

mempercepat proses penahanan, maka baginya

yang hidup serba pas-pasan itu tak punya

sedikitpun uang untuk dapat membayar petugas

berwenang agar kasusnya segera dituntaskan.

Ia hanya bisa berpasrah diri dan berdo’a agar ia

bisa segera dilepaskan. Ia yakin tuhan maha adil

dan akan membebaskan dirinya yang tak bersalah

itu.

Satu hari sebelum sidang atas dirinya diadakan,

diam-diam Abdul yang merasa telah diinjak harga

Page 111: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

105

dirinya oleh Japri dengan memeluk Fatimah di

atas pelaminan, rupanya masih merasa dendam

terhadap Japri.

Rupanya Abdul yang kini bukanlah Abdul yang

dulu Fatimah kenal. Pemuda yang dulu baik dan

santun itu rupanya berubah menjadi pemuda

arogan, sombong, dan ringan tangan. Perubahan

itu terjadi semenjak Abdul menjadi salah satu

pengusaha kaya di Martapura. Kemewahan telah

membawanya kepada kekufuran. Dan malam itu,

tanpa seorangpun yang tahu, Abdul menitipkan

sejumlah uang untuk hakim pengadilan agar ia

bisa mendatangkan dua orang saksi palsu supaya

Japri bisa dihukum dengan hukuman seberat-

beratnya.

Dan benar. Semua mata iba langsung tertuju

kepada Japri ketika vonis dibacakan. Japri

dihukum penjara selama lima tahun atas

perbuatan yang dilakukannya, yakni melakukan

pelecehan kepada seorang wanita yang baru saja

dinikahi dan dilakukan di tempat umum.

Mendengar vonis yang sangat tak adil dan tak

manusiawi itu, jantung Japri terasa kaku dan

berhenti berdetak. Pemuda kurus nan pendiam itu

jatuh pingsan. Rupanya batinnya masih belum

dapat menerima beban mental yang ditimpakan

Page 112: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

106

kepadanya dengan hukuman lima tahun penjara.

Abdul tersenyum puas. Ia merasa menang telah

dapat menghukum orang yang telah berani

memeluk istrinya mendahului dirinya.

Berita Japri dihukum penjara itupun rupanya

telah sampai ke telinga Fatimah yang kala itu

memang tidak ikut hadir di pengadilan saat vonis

atas Japri dijatuhkan.

Fatimah terkejut. Ia segera mendatangi pengadilan

untuk minta naik banding. Rupanya hatinya

terketuk. Ia berencana ingin membeberkan apa

yang sebenarnya telah terjadi.

Selang dua minggu, vonis banding Fatimah

dikabulkan. Dengan kebesaran hatinya dan

pengakuan dirinya yang tulus, Fatimah

menceritakan apa yang sesungguhnya telah terjadi

kala itu di acara pernikahannya. Ia juga

menyerahkan sebuah bukti bahwa telah terjadi

manipulasi peradilan yang dilakukan oleh hakim

yang telah memutuskan perkara vonis Japri

dengan lelaki yang tak lain adalah suaminya

sendiri.

Fatimah menyerahkan HP suaminya yang diam-

diam ia curi dari suaminya sendiri. Di pesan

masuk HP milik Abdul terdapat beberapa

Page 113: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

107

percakapan mengenai vonis dan bayaran uang

yang akan diserahkan Abdul kepada sang hakim.

Abdul terkejut. Ia tak menduga diam-diam Fatimah

membaca semua isi pesan di HP-nya yang lupa ia

hapus itu. Akhirnya proses pengadilan semakin

rumit. Tidak hanya itu. Hubungan keluarga

Fatimah dan Abdul yang tidak lain adalah

suaminya sendiri menjadi bersitegang.

Keharmonisan keluargapun tak tampak lagi dari

kedua belah pihak.

Puncaknya, berkat keadilan Allah, hakimpun

membebaskan Japri dan memutuskan Haji Abdul

dan hakim yang menerima suap itu untuk

dipenjarakan. Tak lama setelah itu, Abdul

menceraikan Fatimah. Dan jadilah Fatimah

sebagai janda kembang di kampung Muara Durian.

Janda yang tak pernah barang sekali di sentuh

oleh mantan suaminya.

***

Page 114: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

108

Bagian 10

Kabar

Hari itu ia berharap Japri menemuinya di sungai

biru tempat mereka dulu sering bertemu. Tetapi

bukan Japri yang datang di depan mata,

melainkan sebuah gedang pisang yang hanyut

bersamaan dengan arus air di sungai biru yang

mengalir deras. Bagi adat kampungnya, hanyutnya

gedang pisang pertanda ada seseorang yang telah

meninggal dunia. Hati kecilnyapun langsung

bertanya, siapa gerangan yang telah meninggal

duia di kampungnya?.

Fatimah bangkit dari duduknya yang sudah

hampir dua jam lamanya. Ia berjalan menuju

pulang. Hari kian petang. Matahari sudah

memancarkan rona kejinggaan, pertanda adzan

maghrib akan segera berkumandang.

Tak sengaja, di persimpangan jalan ia menemui

beberapa warga yang sepertinya baru saja datang

dari layatan kematian. Fatimah langsung teringat

gedang pisang hanyut yang beberapa menit lalu ia

lihat. Firasatnya benar, ada orang yang meninggal

hari ini.

Page 115: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

109

“Siapa yang meninggal?” tanya Fatimah

kepada salah seorang gadis perempuan yang ia

kenal, Inah.

Pertanyaan dari Fatimah dibalas dengan raut

heran oleh wajah Inah.

“Kau benar-benar tidak tahu Fatimah kalau

Japri meninggal tadi pagi dan baru saja di

makamkan di belakang masjid Muhajirin kampung

kita?. Balas Inah dengan wajah teramat bingung.

Rupanya ketidaktahuan Fatimah akan kabar

kematian Japri membuat Inah bertanya-tanya

bagaimana bisa Fatimah yang tempo lalu

membebaskan Japri tidak tahu kabar kematian

Japri?.

Mendengar kabar dari Inah barusan, denyut nadi

Fatimah serasa terhenti. Dadanya langsung panas.

Detak jantungnya beradu cepat. Fatimah

terhuyung dan pingsan seketika. Inah dan kawan-

kawannya langsung membawa Fatimah ke

rumahnya.

Sudah hampir dua jam Fatimah pingsan. Dalam

ketidaksadarannya, mulutnya tanpa sadar

mengucap nama Japri berulang-ulang kali.

Page 116: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

110

Beberapa saat, Fatimah mulai tersadar dan

membuka mata.

Tiba-tiba saja pikirannya langsung teringat tentang

kematian Japri. Tanpa menghiraukan ibu dan

abahnya yang sedari tadi menunggui dirinya saat

pingsan, Fatimah bangkit dan bergegas berlari

menuju rumah Japri. Ibu dan abahnya terkejut

dan tak sempat mencegah kepergian Fatimah.

Dan di rumah itu, acara mendo’akan almarhum

Japri telah selesai. Para tamu nampak berjalan

meninggalkan rumah Japri satu per satu. Fatimah

duduk di bawah pohon nangka di depan rumah

Japri sambil meneteskan air mata.

Setelah para tamu bubar, Fatimah bergegas

menuju rumah Japri dan menemui ibunya Japri.

Ia langsung memeluk ibu Japri yang nampak

sudah sangat tua itu. Ia merasa bersalah telah

menjadikan perempuan tua itu hidup sebatang

kara.

Sesaat lamanya, Fatimahpun melepas pelukannya.

Ibunya Japri nampak tersenyum. Dari mulutnya

terucap sebuah pertanyaan,

“Ananda ini siapa? Temannya Japri, ya? Kok

malam-malam begini baru sempat melayat ke sini?

Page 117: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

111

Sendirian pula?” suara ibu Japri terdengar begitu

payau.

Fatimah masih dengan air matanya. Ia tak bisa

berucap satu katapun. Ia hanya bisa tersenyum

dan tak kuasa untuk menahan tangisnya.

Sesaat kemudian,

“Ini semua karena perempuan itu…” lirih

Ibunya Japri. Fatimah tersentak mendengar lirih

ibunya Japri yang menyebut s “perempuan”.

Hatinya langsung penasaran tentang apa yang

akan dikisahkan oleh ibunya Japri.

“Perempuan siapa? Dan apa yang diperbuat

perempuan itu?” tanya Fatimah tak sabar sembari

membenarkan kakamban habangnya yang jatuh ke

kalungan lehernya.

“Ini semua karena perempuan yang bernama

Fatimah itu, anak Haji Jamran....” ucap Ibu Japri

dengan raut nista. Suaranya semakin parau, binar

bening dari matanya bercucuran.

“Seandainya saja gadis itu tak memasukkan

putraku ke penjara, ia tak akan sakit dan tak akan

meninggal. Padahal Japri masih muda. Ia masih

aku perlukan. Setelah ini aku tak tahu harus

Page 118: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

112

dengan cara apa dapat menyambung hidup jika

anakku satu-satunya itu telah meninggal dunia.”

Ungkap ibunya Japri dengan histeris.

Mendengar apa yang dikatakan ibunya Japri, jelas

menghantam perasaan Fatimah. Hatinya kian

merasa bersalah. Ia tak tahu kalau ternyata Japri

meninggal dunia karena sakit. Ia memang tahu

kalau Japri jatuh sakit ketika divonis dengan

hukuman penjara. Tapi ia tak tahu bahwa akan

berujung seperti ini.

Selang beberapa saat, suasan menjadi hening.

Fatimah masih dengan penyesalannya yang

mendalam.

“siapa namamu, Nak? Dari mana asalmu?

Apa kau temannya Japri?” tanya ibunya Japri. Kini

air matanya sudah tiada. Perempuan tua itu

nampak berusaha tersenyum tipis.

Fatimah mencoba membalas senyum itu meski

dengan perasaan sakit di hatinya. Sakit karena ia

merasa bertanggungjawab atas kematian Japri dan

keberlangsungan kehidupan ibunya Japri yang

ditinggal pergi Japri.

Page 119: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

113

Sakit hati karena dirinya telah menjadikan

pemuda baik yang ia jatuh hati kepadanya itu kini

telah meniggalkan semuanya untuk selamanya.

“Mmm… saya Siti Bu... Teman Japri dari

kampung sebelah.” Balas Fatimah mencoba jujur.

Ia berusaha untuk tidak berbohong. Memang

benar namanya “Siti”, kependekan dari “Siti

Fatimah”.

Entah kenapa ia takut untuk mengatakan bahwa

perempuan yang telah menyebabkan putra dari

perempuan tua yang kini tengah berada

bersamanya itu adalah dirinya.

Fatimah menyadari bahwa ibunya Japri hanya

tahu nama perempuan yang telah memasukkan

Japri ke penjara, tapi tak tahu yang mana

orangnya.

“Oya, jika ananda nanti pulang, tolong

berikan surat ini kepada Fatimah yang telah

membunuh putra kesayanganku itu... Ini surat

dari Japri... Aku tak pandai membaca. Jadi aku

tak tahu apa isinya... Aku juga tak ingin sekalipun

melihat wajah keluarga Haji Jamran itu di sisa

hidupku. Aku takut jika aku bertemu keluarga itu

aku akan mengutuk mereka dan jadilah aku

berdosa dan menutup usiaku yang tak lama ini

Page 120: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

114

dengan kejelekan...” Tukas ibunya Japri yang

beberapa saat sempat pergi ke dapur untuk

membuatkan Fatimah segelas teh hangat.

Fatimah mengangguk. Setelah meminum teh

buatan ibunya Japri, Fatimah meraih tangan

ibunya Japri dan lalu menciumnya dengan

perasaan haru. Dan tak berselang lama,

Fatimahpun pamit meninggalkan perempuan tua

itu seorang diri di gubuk tua kediamannya

berteman gelapnya senja yang datang.

***

Page 121: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

115

Bagian 11

Sepucuk surat dari Japri

Assalamu’alaikum wr wb.

Fatimah, ketika aku menulis surat ini yang penuh

dengan susah payah, aku merasa bahwa umurku tak

kan kunjung lama lagi...Tapi, aku merasa ingin

berucap beberapa hal kepadamu sebelum aku benar-

benar meninggalkan semuanya.

Aku yakin kau sudah tahu bahwa ibuku adalah

seorang yang tua renta dan hidup dengan hanya

berpangku kepada tenagaku. Kami tidak mempunyai

keluarga dekat di sini. Aku tidak tahu bagaimana

nantinya jika aku telah tiada... oleh karenanya, aku

hanya ingin kau berbaik budi kepada beliau untuk

menjaga beliau hingga beliau menyusulku, meski kau

akan mengetahui bahwa beliau membencimu... itu

karena beliau tidak tahu pasti duduk permasalahan

semua ini....

Page 122: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

116

Permintaan ini bukan aku tuntutkan karena aku

menganggap takdir ini adalah kau yang membuatnya.

Melainkan, aku yakin kau adalah wanita baik yang

luhur dan mengasihi setiap tetangga.

Fatimah, jauh sebelum ini aku sudah mengikhlaskan

hidupku kepada kehendak Yang Maha Kuasa. Jika

memang ini garis hidup yang harus ku jalani, aku

tak berat sedikitpun.... tapi dalam kesedihan selalu

ada pertanyaan yang ingin dipastikan...

Aku mendengar masyarakat menyebutku pencinta buta

hingga melakukan kebodohan padamu di hari

pernikahan itu. Tapi aku yakin, Tuhan, malaikat,

aku dan kau mengetahui yang sesungguhnya. Hingga

di hari-hari selanjutnya, aku kerap menemui

pertanyaan dari masyarakat tentang bagaimana

perasaanku kepadamu... mereka bilang kau butuh

kepastian hati untuk ketenangan...

Dan melalui surat ini, aku ingin menyampaikan

bahwa kau memang wanita yang begitu memesona

bagiku. Wanita yang ramah dan santun. Dari balik

matamu yang teduh, aku merasakan ketulusan yang

Page 123: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

117

tersimpan. Dari garis wajahmu yang keruh, aku

melihat berbagai pengekangan...

Hari itu, di sungai biru, saat pertama kau dan aku

bertemu untuk benar-benar berbicara... bagiku itu

waktu yang sangat membahagiakan, meski sulit

bagiku untuk mengungkapkan... aku sadar dan

faham siapa aku dan dirimu... tapi cinta itu

membuat pemuda ini tak sanggup untuk menolak

setiap permintaan yang keluar dari mulutmu...

Aku mencintaimu sebagaimana aku mencintai kaum

seagamaku, awalnya.... tapi kekaguman akan

sosokmu menjadikan aku lancang untuk benar-benar

mencintaimu, meski aku tahu kita bagai bumi dan

langit, siang dan malam, panas dan hujan... Aku

mengakhiri keinginanku akan dirimu dengan penuh

kesadaran.... meski hingga saat ini aku tak dapat

mendusta bahwa kau benar-benar gadis yang aku

cinta...

Aku yakin kau ingin tahu kepastian ini... Dan kini

kau sudah mengetahuinya langsung dariku...

Page 124: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

118

Muhammad Japri

***

Fatimah duduk termenung di keheningan malam

di dalam kamarnya. Jendela kayu yang langsung

berhadapan dengan ladang persawahan sengaja ia

buka. Ia membaca surat itu dengan hati yang

campur aduk, antara sedih, senang, dan haru.

Sedih karena surat itu adalah surat yang ditulis

oleh pemuda yang dicintainya, namun kini telah

tiada. Dan senang karena ia telah mengetahui

bahwa sesungguhnya pemuda itupun mempunyai

perasaan cinta kepada dirinya.

Takdir berbicara. Ketika garis hidup itu telah

ditetapkan oleh Sang Empunya, maka tak ada

satupun makhluk yang dapat merubah dari

kehendakNya. Begitu juga kisah cinta Fatimah dan

Japri. Meski keharuan begitu dalam ada di dalam

sana, kesedihan teramat sangat silih berganti,

namun itulah sudah kehendak yang Kuasa. Semua

manusia akan sadar bahwa mereka tak punya

daya dan upaya, kecuali karena kehendakNya.

Embun pagi menghiasi setiap rumpun dari padi

yang masih hijau di tengah sana..... dunia terus

berputar dengan segala kesibukannya. Namun

cerita, akan terus mengalir seiring kehendak Sang

Page 125: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

119

Pembuat Skenario kehidupan itu sendiri... Satu

yang kiranya harus selalu kita ingat sebagai

manusia... bahwa hidup yang berawal dariNya

harus diserahkan kembali hanya kepadaNya.

***

Setiap kali aku melewati kediaman ibu Japri,

setiap kali itu pula aku dapati Fatimah menemani

ibu Japri ditemani seorang lelaki yang belakangan

aku kenal dengan nama Salam. Ya, itu bukan

nama yang asing bagi kehidupan Fatimah. Lelaki

itu adalah Salam yang ia kenal di Yogyakarta dan

yang sempat mengisi hatinya jua. Aku tak tahu

persis bagaimana ceritanya hingga akhirnya

Fatimah menikah dengan Salam. Yang jelas, ketika

acara pernikahan itu dilakukan, aku hadir dan

turut menjadi saksi saat Salam menyatakan ijab

qabul akad nikah.

Hampir lima tahun Fatimah menyanggupi

keperluan hidup ibu Japri (almarhum). Selama itu

pula rahasia tetap rahasia. Ibu Japri tidak pernah

tahu kalau perempuan yang menjamin

kehidupannya adalah Fatimah, perempuan yang

mungkin dimurkainya. Yang beliau kenal hanyalah

bahwa gadis yang baik hati dan selalu

Page 126: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

120

membawakan keperluan hidup sehari-harinya itu

bernama Siti.

Hingga, kini Fatimah tak lagi menanggung nasib

ibu itu. Ibu Japri telah meninggal. Seminggu yang

lalu ibu Japri dikebumikan tepat di samping

kuburan Japri, di belakang masjid Al-Muhajirin

kampung Muara Durian.

Kinipun Fatimah tak lagi ku dapati di kampung

ini. Kabar yang ku dengar dari perbincangan warga

di warung subuh, ia kini menetap di Banjarmasin

bersama suami dan anaknya, Salim dan Salma.

Mungkin ia ingin meninggalkan dan mengubur

kenangan itu di kampung ini. Kampung yang

membesarkannya dengan sebuah cerita yang

cukup haru untuk kembali di kenang. Tentang

kasihnya yang tak sampai, dan tentang pergulatan

hati yang tak berujung usai.

Setiap orang adalah pemeran utama dari

kehidupannya dan selalu menghadirkan rasa ingin

tahu yang mendalam jika terus diikuti alur

kisahnya. Setiap orang punya peran, kesan, dan

ceritra panjang yang menunjukkan siapa jati

dirinya. Dan Tuhan, senantiasa memberikan

dukungan dengan Rahmatnya yang melimpah bagi

hambanya yang ingin menjadi terdepan di

MataNya. Oleh karenanya, tidak ada alasan untuk

Page 127: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Kakamban Habang

121

menjadi orang biasa yang dinilai tak berarti. Kita

bukan pemeran pendukung. Kita adalah pemeran

utama kehidupan.

Yogyakarta, 24 Juni 2015 M 9 Ramadhan 1436 H

***ALHAMDULILLAH***

Page 128: Pengantar Penulis - · PDF fileselain abadi, dengan bentuk novel atau hikayat, petuah ini dapat disampaikan secara menarik hati ... Dari diskusi dengan orang tua asli Banjar, tujuan

Hafiez Sofyani

122

Tentang Penulis…

Hafiez Sofyani Lahir di Desa Muara Durian (sekarang bernama Desa Malintang Baru) Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Masa kecilnya dihabiskan dengan bermain, turun ke sawah, berenang, memancing, dan mencari ikan. Ia merupakan alumni dari Jurusan S1 Akuntansi di salah satu perguruan tinggi di Malang dan juga alumni jurusan S2 Akuntansi salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta. Selagi kuliah, ia aktif sebagai penulis majalah kampus, peneliti, asisten laboratorium Akuntansi, dan aktivis mahasiswa Kalsel di Malang. Sebelum menulis novel “Kakamban Habang”, ia pernah meluncurkan Novel berjudul “Bulan Sabit di Langit Burniau” pada tahun 2012 dan muncul dengan nama pena Hafiez ‘Aliyatul Anwar. Saat ini ia bekerja sebagai dosen program studi akuntansi di salah satu perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta. Kontak kepada penulis dapat dilakukan via E_mail: [email protected].