penetapan kadar mahar menurut majlis fatwa ...repository.uinjambi.ac.id/2768/1/skripsi mohammad...

82
PENETAPAN KADAR MAHAR MENURUT MAJLIS FATWA SELANGOR DAN JABATAN AGAMA ISLAM MELAKA (JAIM) Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu Syari’ah Oleh: MOHAMMAD HAFIZI BIN ABDUL MUTALIB NIM : SPM 160029 PEMBIMBING: Dr. FUAD RAHMAN, S.Ag. M.Ag Dra. RAMLAH, M.Pd.I. M.Sy JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN J A M B I 1440 H / 2019 M

Upload: others

Post on 07-Feb-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENETAPAN KADAR MAHAR MENURUT MAJLIS FATWA SELANGOR

    DAN JABATAN AGAMA ISLAM MELAKA (JAIM)

    Skripsi

    Diajukan Untuk Melengkapi Sebagai Salah Satu Syarat

    Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

    Dalam Ilmu Syari’ah

    Oleh:

    MOHAMMAD HAFIZI BIN ABDUL MUTALIB

    NIM : SPM 160029

    PEMBIMBING:

    Dr. FUAD RAHMAN, S.Ag. M.Ag

    Dra. RAMLAH, M.Pd.I. M.Sy

    JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB

    FAKULTAS SYARI’AH

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

    J A M B I

    1440 H / 2019 M

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    MOTTO

    Artinya : Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai

    pemberian dengan penuh kerelaan. kemudian jika mereka menyerahkan

    kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka

    makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi

    baik akibatnya.

    (QS. An-Nisa’ : 4)

  • vii

    ABSTRAK

    Skripsi ini berjudul “Penetapan Kadar Mahar Menurut Majlis Fatwa Selangor dan

    Jabatan Agama Islam Melaka (JAIM). Penelitian ini dilaksanakan sebagai syarat

    memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Fakultas Syariah tempat di mana penulis

    menimba pengetahuan di Universitas Islam Negeri Sultan Sulthan Thaha Saifuddin,

    Jambi, Indonesia. Dari penjelasan di atas, permasalahan yang diteliti adalah dari segi

    bagaimana penetapan kadar mahar di Negeri Selangor lebih tinggi berbanding negeri-

    negeri lain di Malaysia dan apakah sebab yang menyebabkan di Negeri Melaka

    menetapkan kadar maskawin di negeri tersebut. Di samping itu juga penulis mengkaji

    penetapan ini dari sudut Kerajaan Negeri melihat aturan yang terdahulu tidak lagi

    berjalan sesuai dengan perubahan masa serta penetapan harga mahar ini juga sebagai

    langkah pemerintah dalam menjamin kedudukan dan juga martabat wanita. Sungguh

    pun begitu dalam mengaplikasikan penetapan harga mahar ini,masih ada lagi

    pasangan yang akan melaksanakan pernikahan mempunyai pilihan sendiri dalam

    menentukan mahar mereka berbanding mengikut penetapan harga yang dibuat oleh

    pemerintah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dengan lebih jelas

    tentang siapakah yang berautoritas dalam menentukan mahar wanita baik yang

    berstatus dara maupun janda serta tinjauan hukum Islam terhadap mahar yang telah

    ditetapkan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang berlokasi di Majlis

    Fatwa Selangor dan Jabatan Agama Islam Melaka (JAIM). Sumber data yang penulis

    gunakan adalah sumber data primer yaitu data yang diperoleh dari Al-Quran dan As-

    Sunnah dan secara langsung dari hasil wawancara mendalam bersama pihak terkait

    dan sumber data sekunder yaitu data pendukung yang diperoleh dari pelbagai

    dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini. Dengan metode pengumpulan data

    secara wawancara mendalam dan dokumentasi. Setelah data terkumpul penulis

    melakukan analisa data dengan menggunakan metode deskriptif yaitu digambarkan

    melalui kata-kata dengan teknik penulisan deduktif, induktif dan deskriptif.Dari

    penelitian ini dapat ditarik satu kesimpulan bahwa dari satu sisi penetapan harga

    mahar ini masih lagi belum berjalan sesuai dengan syariat yang telah dilandaskan dan

    hal ini dapat dilihat apabila pemerintah tidak sepenuhnya mendapat persetujuan

    masyarakat dan juga menetapkan harga mahar kepada wanita yang bersatus janda.

  • viii

    PERSEMBAHAN

    Kupersembahkan skripsi ini

    Untuk orang-orang yang kucintai

    Segala pujian dengan penuh kesyukuran…Ku panjatkan buatMu yang Maha Esa.

    Ya Allah... tiada yang lain selain dariMu.Yang menjadikan makhluk di alam fana ini

    Sebagai hamba, Ku harapkan keampunan dan keredhaan dariMu

    Agar hidup ini diberkati serta dirahmati.

    Bagi ibunda dan ayahanda tersayang…

    ABDUL MUTALIB BIN ALI OTHMAN

    DAN

    HASNAH BINTI MOHD TAIB

    Kasih sayang yang telah dilimpahi dan yang telah mendidik dan mengasuh anakanda dari kecil hingga dewasa dengan penuh kasih

    sayang, agar kelak anakanda menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua dan berguna bagi Agama, Bangsa dan Tanah Air serta dapat meraih cita-cita. Tidak lupa adinda-adindaku, terima kasih di atas segala perhatian dan dorongan yang diberikan, semoga segala sesuatu yang

    terjadi di antara kita merupakan rahmat dan anugerah dari-Nya, sertamenjadi sesuatu yang indah buat selama-lamanya.

    Tidak lupa kepada kedua-dua pembimbing saya yaitu Dr. Fuad Rahman, S.Ag.M.Ag dan Dra. Ramlah, M.Pd.I.M.Sy, karena banyak ilmu yang dicurahkan dan banyak memberi tunjuk ajar

    kepada saya erti daya dan upaya untuk menghadapi cabaran hidup.

    Serta tak lupa pula terima kasih juga untuk insan yang tercinta yaitu sahabat sejatiku kawan-kawan rumah Jerung, Mess Pelajar Malaysia dan kawan-kawan rumah Pahang serta teman-

    temanku lain yang tergabung dalam Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar Malaysia di Indonesia Cabang Jambi, serta teman-teman dari Indonesia maupun teman-teman yang beradadi Malaysia,

    yang setia telah memberikan semangat dan dorongan di kalasuka maupun duka, semoga persahabatan kita tetap terjalin dengan baik dan semoga ini semua menjadi kenangan yang

    terindah dalam hidupku. Terima kasih atas segalanya.

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan kehadirat Allah

    SWT atas segala rahmat dan kurnia-Nya. Shalawat dan Salam turut dilimpahkan

    kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang sangat dicintai. Alhamdulillah

    dalam usaha menyelesaikan skripsi ini penulis senantiasa diberi nikmat kesehatan dan

    kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Penetapan

    Kadar Mahar Menurut Majlis Fatwa Selangor dan Jabatan Agama Islam

    Melaka (JAIM)”.

    Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap pengembangan

    ilmu syariah dalam bagian perbandingan mazhab dan juga untuk memenuhi sebagian

    persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Jurusan

    Perbandingan Mazhab pada Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha

    Saifuddin Jambi, Indonesia.

    Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis akui tidak terlepas dari menerima

    hambatan dan halangan baik dalam masa pengumpulan data maupun penyusunannya.

    Situasi yang mencabar dari awal hingga ke akhir menambahkan lagi daya usaha

    untuk menyelesaikan skipsi ini agar selari dengan penjadwalan. Dan berkat kesabaran

    dan sokongan dari berbagai pihak, maka skripsi ini dapat juga diselesaikan dengan

    baik seperti yang diharapkan.

  • x

    Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah jutaan terima kasih

    kepada semua pihak yang turut membantu sama ada secara langsung maupun secara

    tidak langsung menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

    1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA. selaku Rektor UIN Sulthan Thaha

    Saifuddin Jambi, Indonesia.

    2. Bapak Dr. AA. Miftah, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS

    Jambi, Indonesia.

    3. Bapak Hermanto Harun, Lc, MHI.Ph.D selaki wakil Dekan Bidang

    Akademik, Ibu Rahmi Hidayati, S.Ag M.HI, wakil Dekan Bidang

    Administrasi Umum, keuangan dan Perencanaan dan Ibu Dr. Yuliatin, S.Ag,

    MHI wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama di likungan

    Fakultas Syariah UIN STS Jambi, Indonesia.

    4. Bapak Al Husni, S.Ag, M.HI selaku Ketua Jurusan Perbandingan Madzhab

    dan Hukum (PMH) UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Indonesia

    5. Bapak Pembimbing I, Dr. Fuad Rahman, S.Ag.M.Ag, dan Ibuk Pembimbing

    II, Dra. Ramlah, M.Pd.I.M.Sy, yang telah banyak memberi tunjuk ajar dan

    bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    6. Bapak dan Ibuk dosen yang telah mengajar sepanjang perkuliahan, asisten

    dosen serta seluruh karyawan dan karyawati yang telah banyak membantu

  • xi

    dalam memudahkan proses menyusun skripsi di Fakultas Syariah UIN STS

    Jambi, Indonesia.

    Di samping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih ada kekurangan dan

    jauh dari kesempurnaan baik dari segi teknis penulisan, analisis data, penyusunan

    maklumat maupun dalam mengungkapkan argumentasi pada bahan skripsi ini. Oleh

    karenanya diharapkan kepada semua pihak dapat memberikan kontribusi pemikiran,

    tanggapan dan masukan berupa saran, nasihat dan kritik demi kebaikan skripsi ini.

    Semoga apa yang diberikan dicatatkan sebagai amal jariyah di sisi Allah SWT dan

    mendapatkan ganjaran yang selayaknya kelak.

    Jambi, 6 November 2018

    Penulis,

    Mohammad Hafizi Bin Abdul Mutalib

    SPM 160029

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i

    PERNYATAAN KEASLIAN …………………………………………….. ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………………… iii

    PENGESAHAN PANITIA UJIAN ……………………………………….. iv

    MOTTO ……………………………………………………………….. vi

    ABSTRAK …………………………………………………………….. vii

    PERSEMBAHAN …………………………………………………….. viii

    KATA PENGANTAR ………………………………………………………. ix

    DAFTAR ISI ………………………………………………………………. xii

    DAFTAR SINGKATAN …………………………………………………… xv

    BAB 1: PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ............................................................ 7

    C. Batasan Masalah ............................................................... 8

    D. Tujuan dan Kegunaan penelitian ...................................... 8

    E. Kerangka Teori ................................................................ 9

    F. Sistematika Pembahasan .................................................. 11

    G. Sistematika Penulisan ....................................................... 15

    H. Tinjauan Pustaka .................................................................... 16

    BAB II: GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    A. Sejarah Dan Perkembangan Majlis Fatwa Selangor ...............18

    B. Sejarah Dan Perkembangan Jabatan Agama Islam Melaka ....22

  • xiii

    BAB III: MAHAR DAN PROBLEMATIKANYA

    A. Pengertian Mahar .............................................................. 30

    B. Macam-macam Mahar....................................................... 32

    C. Penentuan Besaran Mahar ................................................ 34

    D. Mahar Sebagai Keharusan Dalam Pernikahan ................... 37

    E. Kewenangan Menentukan Mahar ...................................... 38

    BAB IV: IMPLIKASI PENETAPAN MAHAR DI NEGERI

    SELANGOR DAN NEGERI MELAKA

    A. Sistem Penetapan Kadar Mahar Di Negeri Selangor dan

    Negeri Melaka

    1. Penetapan Kadar Mahar Di Negeri Selangor ........ 40

    2. Penetapan Kadar Mahar Di Negeri Melaka .......... 44

    B. Akibat Yang Ditimbulkan Dari Penetapan Kadar Mahar Di

    Negeri Selangor dan Negeri Melaka ................................. 50

    C. Upaya Dalam Mengatasi Penetapan Kadar Mahar Di Negeri

    Selangor dan Negeri Melaka ............................................ 51

    BAB V: PENUTUP

    A. Kesimpulan ..................................................................... 57

    B. Saran-Saran ..................................................................... 58

    C. Kata Penutup ................................................................... 59

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    CURICULUM VITAE

  • xiv

    DAFTAR SINGKATAN

    UIN STS : Universitas Agama Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin.

    JAIS : Jabatan Agama Islam Selangor

    JAIM : Jabatan Agama Islam Melaka

    JAKIM : Jabatan Kemajuan Islam Malaysia

    SWT : Subhanahuwata ‘ala.

    SAW : Sallallahu ‘alaihiwasallam.

    ra. : Radiallahu ‘an.

    No. : Nomor.

    Q.S : Al-Quran Dan Sunnah.

    cet. : Cetakan.

    hlm : Halaman.

    Hj. : Haji

    D.Y.M.M : Duli Yang Maha Mulia

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Salah satu dari usaha Islam ialah memperhatikan dan menghargai kedudukan

    wanita, yaitu memberinya dan menghargai kedudukan wanita, yaitu memberinya hak

    untuk memegang urusannya. Di zaman jahiliyah hak perempuan itu dihilangkan dan

    disia-siakan, sehingga walinya dengan semena-mena dapat menggunakan hartanya,

    dan tidak memberikan kesempatan untuk mengurus hartanya, dan menggunakannya.

    Lalu Islam datang menghilangkan belenggu ini, kepadanya diberi mahar. Dalam

    istilah fikih, di samping perkataan “mahar” juga dipakai perkataan “shadaq, nihlah,

    dan faridhah” dalam Bahasa Indonesia dipakai dengan perkataan maskawin1.

    Mahar, secara etimologi, artinya maskawin. Secara terminologi, mahar ialah

    pemberian wajib dari calon suami2 kepada calon istri sebagai ketulusan hati calon

    suami untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang istri kepada calon suaminya.

    Atau, suatu pemberian yang wajib bagi calon suami kepada calon istrinya, baik dalam

    bentuk benda maupun jasa (memerdekakan, mengajar, dan sebagainya).

    Berikut firman Allah dalam Al-Qur’an :

    1 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani & Darul Fikir, 2007),

    hlm. 97 2 http://www.muftimelaka.gov.my/masjid/infoislam/munakahat/maskawin diakses pada 20

    Januari 2018

    http://www.muftimelaka.gov.my/masjid/infoislam/munakahat/maskawin

  • 2

    Artinya : ”Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi)

    sebagai pemberian dengan penuh kerelaan kemudian jika mereka

    menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang

    hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang

    sedap lagi baik akibatnya.3”

    Di dalam hadits juga dijelaskan tentang pemberian mahar, Rasulullah

    SAW bersabda :

    فَالتَِمْس َولَْو َخاتَماً ِمن َحِدْيد

    Artinya : “Carilah walaupun hanya sebentuk cincin besi”.4

    Maksud dari ayat dan hadis di atas jelaslah bahwa mahar adalah pemberian calon

    suami kepada calon istri baik berbentuk barang, uang atau jasa, yang tidak

    bertentangan dengan hukum Islam. Untuk itu mahar adalah hubungan yang

    menumbuhkan tali kasih sayang dan saling mencintai antara suami istri. Mahar

    termasuk keutamaan dalam agama Islam dalam melindungi dan memuliakan kaum

    wanita dengan memberikan hak yang dimintanya dalam pernikahan berupa mahar

    perkawinan yang besar kecilnya ditetapkan atas persetujuan kedua belah pihak karena

    pemberian itu harus diberikan secara ikhlas.

    Berdasarkan peruntukan dan Enakmen Undang-Undang Keluarga di Selangor

    mereka menetapkan kadar mas kawin sebanyak RM 300 sebagai nilai minima bagi

    anak dara atau janda dan tanpa had maksimal5 serta jika pihak suami ada memberikan

    hantaran maka ia dikira sebagai hantaran. Selain itu, tujuan koordinasi mahar di

    3 QS. An-Nisa’ (4): 4 4 Abu Isa Muhammad, Sunan at-Tirmizi, (Muhammad Jamil Al-A’thar), (Beirut: Dar Al-Fikr)

    Juz 2, hlm. 360

    5 Warta Kerajaan Enakmen Pentadbiran Agama Islam (Negeri Selangor) 2003, hlm. 98

  • 3

    Selangor adalah untuk memudahkan dan memelihara si istri dalam urusan bebanan

    mengadakan kenduri kawin6.

    Hal ini karena, di Selangor adalah provinsi yang ekonominya agak tinggi ongkos

    sara-diri, berbeda pada Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri Selangor)

    2003, Negeri Melaka yang menetapkan RM 100 lebih rendah berbanding Selangor.

    Mas kawin (mahar) artinya pembayaran kawin yang wajib dibayar di bawah hukum

    syarak oleh suami kepada istri pada masa perkahwinan diakadnikahkan dan

    hendaklah dibayar oleh pihak lelaki atau wakilnya kepada pihak perempuan atau

    wakilnya di hadapan orang yang mengakadnikahkan perkawinan itu dan sekurang-

    kurangnya dua orang saksi lain.

    Seksyen 21 (2) pula menyebut mas kahwin (mahar) hendaklah didaftarkan oleh

    Pendaftar dan merekodkan maklumat yang berkenaan:

    a) Nilai dan butir-butir lain mahar

    b) Bernilai dan butir-butir lain pemberian

    c) Nilai dan butir-butir lain apa-apa bahagian mahar atau pemberian atau

    kedua-duanya yang telah dijanjikan tetapi tidak dijelaskan pada masa akad

    nikah itu, dan tarikh yang dijanjikan untuk penjelasan

    d) Butir-butir cagaran yang diberi bagi menjelaskan mahar atau pemberian.7

    6Kemalia Othman, Mstar dalam artikel “MasKahwin Selangor dinaik Kepada rm 300”, (10

    Disember 2009) 7Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam Negeri Selangor ,(Selangor:Percetakan Nasional

    Berhad, 2003), hlm. 98

  • 4

    Para ulama bersepakat bahwa tidak ada batas maksimal dalam mahar, karena

    syariat tidak menunjukkan adanya batas maksimal dalam mahar8.

    sebagaimana firman Allah swt:

    Artinya : sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka

    harta yang banyak, Maka janganlah kamu mengambil kembali dari

    padanya barang sedikitpun9.

    Adapun apabila orang tersebut tidak mampu untuk membayarnya maka ini adalah

    makruh.10

    Tidak ada batasan minimal dalam mahar, ia bisa dibayar dengan apa saja baik

    berbentuk materi barang atau sesuatu yang bermanfaat. Ini adalah pendapat yang

    paling benar, yang terkumpul dari semua dalil serta sesuai dengan dalil

    disyariatkannya mahar. Karena tujuan dari mahar bukan hanya membayar harta

    semata, tetapi ia adalah simbol keinginan dan kejujuran niat untuk bersama. Hanya

    saja kebanyakan simbol ini menggunakan harta, padahal ia juga boleh menggunakan

    sesuatu apapun yang bernilai selama adanya keridhaan dari pihak istri.

    Pemikiran materialistis yang menimpa sebagian manusia sehingga meninggikan

    dalam memberi mahar bukanlah ciri ajaran Islam. Yang demikian itu kadang hampir

    8 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Analisa Fiqih Para Mujtahid, (Penerbit: Pustaka Amani

    Jakarta), hlm. 432 9 QS. An-Nisa’ (4): 20 10 Zulkifli bin Mohammad al-Bakri & rakan-rakan, Al-Fiqh Al-Manhaji Mazhab As-Syafie,

    (Selangor: Terbitan Jabatan Kemajuan Islam Malaysia , 2013), hlm. 482

  • 5

    setiap selesai akad mereka hanya akan membicarakan mahar dengan jumlah yang

    fantastis. Seakan mereka baru keluar dari tempat penjualan barang berharga.

    Sesungguhnya perempuan bukanlah barang dagangan seperti yang ada di pasar

    supaya bisa dibeli dengan harta semata. Dan pembayaran mahar dengan jumlah yang

    berlebihan akan memberikan dampak buruk, di antaranya adalah:

    1. Semakin bertambahnya jumlah bujang dan perawan tua (karena pembayaran

    mahar)

    2. Menyebarnya akhlak buruk pada pemuda dan pemudi, dan ketika masing-

    masing putus asa tidak bisa menikah akhirnya mereka melempiaskannya

    dengan jalan jalan pintas.

    3. Timbulnya penyakit jiwa pada kedua belah pihak karena tidak kuat menahan

    hasrat yang diinginkannya.

    4. Para pemuda itu menjadi tidak taat kepada orang tuanya serta semakin

    menjauh dari kebiasaan baik dan terpuji yang diwariskan oleh bapak ibunya.

    5. Orang tua akan mengelabui anaknya supaya jangan menikah dengan orang

    yang shalih tapi kecukupan karena dia tidak akan bisa membayar dengan

    mahar yang banyak, orang tua akan mengharapkan datang seseorang untuk

    menikahi anaknya dengan mahar yang tinggi meski pun orang tersebut

    kurang mengerti agama dan tidak baik bahkan tidak bisa diharapkan untuk

    menyenangkan anaknya.

    6. Akan membebani suami di atas kemampuannya, di mana hal ini akan

    menimbulkan permusuhan di dalam hatinya kepada istri dan keluarga.

  • 6

    Mahar adalah hak perempuan dan bukannya hak orang tuanya atau

    walinya. Hal ini sebagaimana firman Allah swt:

    ........

    Artinya: “berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi)

    sebagai pemberian dengan penuh.”11

    Artinya: “Maka istri-istri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka,

    berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu

    kewajiban.”12

    Dan banyak ayat lainnya yang menunjukkan bawa mahar merupakan hak istri

    bukan orang tua atau wali, maka tidak dibenarkan seorang bapak mengambil mahar

    tersebut tanpa ada izin dari anaknya.

    Di Malaysia, perundangan syariah adalah di bawah bidang kuasa setiap sultan di

    setiap negeri seperti yang telah diperuntukan oleh Perlembagaan Persekutuan. Tetapi,

    terdapat beberapa buah negeri di Malaysia yang tidak mempunyai sultan yaitu Negeri

    Melaka, Pulau Pinang, Sarawak, Sabah, Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur dan

    Wilayah Persekutuan Labuan.

    Bagi negeri yang tidak mempunyai sultan, perundangan syariah adalah dibawah

    bidang kuasa Yang Di-Pertuan Agong yaitu Ketua Negara seperti yang telah

    diperuntukkan oleh Perlembagaan Persekutuan. Lembaga yang diberi wewenang

    11 QS. An-Nisa’ (4): 4 12 QS. An-Nisa’ (4): 24

  • 7

    untuk menetapkan kadar mahar bagi negeri Melaka adalah Jabatan Agama Islam

    Melaka (JAIM)13

    . Ini juga bermakna bahawa perkara-perkara yang berdasarkan

    perkahwinan adalah berlainan di antara negeri-negeri di Malaysia.

    Bertolak dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut

    tentang kadar mahar yang ditetapkan di Melaka. Selanjutnya penulis akan membahas

    lebih spesifik tentang tanggapan masyarakat akibat dari penetapan nilai mahar yang

    ditetapkan oleh pemerintah.

    Untuk itu melihat latar belakang permasalahan yang ada, maka penulis akan

    melakukan penelitian yang berjudul “Penetapan Kadar Mahar Menurut Majlis Fatwa

    Selangor dan Jabatan Agama Islam Melaka”

    B. Rumusan Permasalahan

    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka yang menjadi

    permasalahan dalam penelitian ini adalah:

    1. Bagaimana sistem penetapan kadar mahar di Negeri Selangor dan Negeri

    Melaka ?

    2. Apakah akibat yang ditimbulkan dari penetapan kadar mahar yang terdapat di

    Negeri Selangor dan Negeri Melaka?

    3. Apakah solusi terhadap penetapan mahar yang terdapat di Negeri Selangor

    dan Negeri Melaka?

    13 Hafizatun Binti Hasim, Penolong Pengarah Jabatan Agama Islam Melaka (JAIM),

    wawancara, pada tanggal 15 Oktober 2018.

  • 8

    C. Batasan Masalah

    Mengingat luasnya permasalahan yang penulis bahas, maka fokus penelitian

    penulis membatas permasalahan ini. Oleh sebab itu, penulis hanya membahas

    kenyataan tentang penetapan kadar mahar oleh Majelis Fatwa Selangor dan Jabatan

    Agama Islam Melaka yang membincangkan isu berkenaan penetapan kadar mahar.

    D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

    Bertitik tolak dari belakang masalah dan pokok permasalahan yang menjadi

    pokok pembahasan, maka tujuan dan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian

    karya ilmiah ini adalah:

    1. Tujuan Penelitian

    i) Untuk meneliti sistem penetapan kadar mahar di Negeri Selangor dan

    Negeri Melaka.

    ii) Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari penetapan kadar mahar

    yang terdapat di Negeri Selangor dan Negeri Melaka.

    iii) Untuk meneliti solusi terhadap penetapan mahar yang terdapat di Negeri

    Selangor dan Negeri Melaka.

    2. Kegunaan Penelitian

    Berdasarkan tujuan diatas, apabila dapat dicapai dengan baik dan dapat

    dirumuskan, maka penulisannya akan digunakan:

  • 9

    i) Sebagai teoriti menambah pengetahuan penulis tentang mengapa Majlis Fatwa

    Negeri Selangor dan Jabatan Agama Islam Melaka menetapkan kadar mahar

    di Selangor dan Melaka.

    ii) Sebagai bahan bacaan dan rujukan bagi mahasiswa, penelitian dan masyarakat

    seluruhnya melalui pembuatan dan penyusunan karya ilmiah secara baik.

    iii) Sebagai melengkapi pensyaratan dalam menyelesaikan studi dan untuk

    memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Syari’ah dalam

    Jurusan Perbandingan Mazhab.

    E. Kerangka Teori

    Penetapan Kadar Mahar Dalam Islam

    1) Mahar secara bahasa artinya maskawin. Secara istilah, mahar ialah

    “pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan cinta

    kasih calon suami untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang istri

    kepada calon suaminya”. Atau “suatu pemberian yang diwajibkan bagi calon

    suami kepada calon istrinya, baik dalam bentuk, jumlah dan jenisnya

    disepakati oleh kedua belah pihak14.

    2) Islam sangat memperhatikan dan menghargai kedudukan seorang wanita

    dengan memberi hak untuk menerima mahar (maskawin). Mahar hanya

    diberikan oleh calon suami kepada calon istri, bukan kepada wanita lainnya

    atau siapapun walaupun sangat dekat dengannya. Orang lain tidak boleh

    14Zulkifli Mohamad Al-Bakri, Kekeluargaan Islam Dalam Fiqh Al-Syafi’I, (Selangor: Darul

    Syakir Enterprise, 2013), hlm. 135

  • 10

    menjamah apalagi menggunakannya, meskipun oleh suaminya sendiri, kecuali

    dengan ridha dan kerelaan si istri. Jika si istri telah menerima maharnya tanpa

    paksaan dan tipu muslihat lalu ia memberikan sebagian maharnya maka boleh

    diterima dan tidak disalahkan. Akan tetapi, bila istri dalam memberikan

    maharnya karena malu, takut, maka tidak halal menerimanya.15

    3) Di Malaysia, perundangan syariah adalah di bawah bidang kuasa setiap sultan

    di setiap negeri seperti yang telah diperuntukan oleh Perlembagaan

    Persekutuan. Lembaga yang diberi wewenang untuk menetapkan kadar mahar

    bagi negeri-negeri di Malaysia berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh

    majlis fatwa dan jabatan agama islam. Ini juga bermakna bahawa perkara-

    perkara yang berdasarkan perkahwinan adalah berlainan di antara negeri-

    negeri di Malaysia. Oleh itu, akan mendapati bahwa wang mahar yang

    ditetapkan di setiap negeri adalah berlainan. Sebagai contoh, kadar mahar

    yang ditetapkan oleh Jabatan Agama Islam Selangor (JAIS) berdasarkan

    Majlis Fatwa Selangor sebanyak Rm300 nilainya dan Jabatan Agama Islam

    Melaka (JAIM) bagi negeri Melaka adalah RM100.16

    15 Syaikh Abdul Mun’im Musthafa, Ensiklopedi Hak & Kewajiban Keluarga Muslim,

    (Indonesia: 2008), hlm. 54 16 Tuan Haji Mohd Shokri Bin Haji Mustafa, Ketua Penolong Pengarah Jabatan Agama Islam

    Melaka (JAIM), Bahagian Undang-undang Kekeluargaan Islam, wawancara, pada 28 Februari 2017

  • 11

    F. Sistematika Pembahasan

    Jenis Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian lapangan17

    (field

    research) dengan melaksanakan langkah-langkah berikut:

    i) Lokasi penelitian

    Memandangkan penelitian ini bersifat lapangan maka penulis mengambil lokasi

    penelitian sesuai dengan kebutuhan penelitian yaitu di Majlis Fatwa Selangor yang

    ditempatkan di samping Jabatan Agama Islam Selangor (JAIS) yang berlokasi di

    Provinsi Selangor dan Jabatan Agama Islam Melaka (JAIM) yang berlokasi di Negeri

    Melaka yang penulis rasa bisa mengumpul sebanyak mungkin informasi dan

    maklumat untuk kegunaan penelitian ini.

    ii) Subjek dan objek penelitian

    Subjek dalam penelitian ini adalah anggota pegawai di lokasi penelitian yaitu di

    Majlis Fatwa Selangor di Negeri Selangor dan di Negeri Melaka tentang penetapan

    harga yang dibuat oleh Pemerintah khususnya Jabatan Agama Islam dan objek

    penelitiannya pula ialah penetapan harga mahar (maskawin) oleh Pemerintah

    Kerajaan Negeri Selangor dan Melaka, Jabatan Agama Islam khususnya.

    17 Ishaq, Metode Penelitian Hukum, Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, (Terbitan:

    Alfabeta, Bandung), hlm. 105

  • 12

    Jenis dan Sumber Data

    1) Jenis Data

    Dalam penelitian ini dua jenis data yang digunakan yaitu data primer dan skunder18

    :

    a) Data primer:

    Data pokok yang diperlukan dalam penelitian yang diperolehi dari Al-Quran, As-

    Sunnah dan secara langsung dari Majlis Fatwa Selangor dan Jabatan Agama Islam

    Melaka (JAIM), berbentuk dokumen serta wawancara bersama pihak-pihak yang

    berwewenang.

    b) Data skunder:

    Data-data pendukung atau sebagai bahan perbandingan guna melengkapi data-data

    primer tersebut ialah informasi buku-buku dan pendapat-pendapat lainnya yang

    berhubung dengan penelitian19

    .

    2) Sumber Data

    Penulis memanfaatkan sumber data utama melalui wawancara dan observasi dengan

    pihak-pihak tertentu yang terlibat secara langsung dengan penelitian mengenai data-

    data dari Majlis Fatwa Selangor dan Jabatan Agama Islam Melaka (JAIM). Penulis

    18 Ishaq, Metode Penelitian Hukum, Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, (Terbitan:

    Alfabeta, Bandung), hlm. 100 19Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D , (Terbitan: ALFABETA, CV,

    cet. ke-17, 2012) hlm. 15

  • 13

    juga menggunakan data pelengkap yang diambil dari sumber tertulis dalam bentuk

    buku-buku, artikel dan dokumen-dokumen yang berkenaan dengan masalah yang

    diteliti.

    Metode Pengumpulan Data

    Untuk memudahkan dalam menghimpun data-data dan fakta di lapangan, maka

    penulis menggunakan beberapa teknis pengumpulan data antara lain:-

    a. Observasi

    Pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang fenomena yang diselidiki20

    .

    Maka penulis akan mengamati secara langsung ke Majlis Fatwa Selangor di Selangor

    dan Jabatan Agama Islam Melaka ( JAIM ) di Melaka.

    b. Wawancara

    Cara yang digunakan untuk memperolehi keterangan secara lisan guna mencapai satu

    tujuan. Teknis yang paling esensial adalah dengan mewawancara pihak-pihak yang

    terkait dan juga dengan Pegawai Majlis Fatwa Selangor dan Pegawai Jabatan Agama

    Islam Melaka ( JAIM ), Melaka.

    c. Dokumentasi

    20 Ishaq, Metode Penelitian Hukum, Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, (Terbitan:

    Alfabeta, Bandung), hlm. 115

  • 14

    Sesuatu yang tertulis atau tercatat yang dapat dipakai sebagai bukti atau

    keterangan.Penulis mengumpulkan bahan-bahan melalui dokumen tertulis yang

    berhubungan dengan penulisan ini dari pegawai-pegawai yang bersangkutan serta

    mengambil informasi dari alamat web internet. Metode ini digunakan bertujuan untuk

    memperkuatkan data-data yang sudah ada.21

    Teknik Analisis Data

    Setelah data terkumpul sesuai dengan permasalahan yang ditelitikan dan kemudian

    dipelajari serta dipahami, maka penulis menggunakan metode seperti berikut:

    a. Penyajian Data (Data Display)

    Penyajian data ini dilakukan dalam bentuk tabel. Melalui penyajian data tersebut,

    maka terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah

    difahami.22

    b. Verifikasi (Conclusion Drawing/verification)

    Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila

    tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung pada tahap pengumpulan

    berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung

    oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

    21 Ibid, hlm. 116 22 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, (Terbitan: ALFABETA, CV,

    Cetakan ke-17, 2012) , hlm. 249

  • 15

    mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan

    yang kredibel.23

    G. Sistematika Penulisan

    Penyusunan skripsi ini terbagi pada lima bab yang mana setiap bab terdiri dari

    sub-sub bab. Masing-masing bab menbahas permasalahan-permasalahan tertentu

    tetapi tetap saling terkait antara satu sub dengan sub bab yang lainya. Adapun

    sistematika perbahasannya sebagai berikut:

    Bab pertama membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

    kerangka teori, tinjauan pustaka, membahas mengenai matode penelitian. Bab kedua

    membahaskan tentang gambaran umum lokasi penelitian.

    Bab ketiga menjelaskan tentang mahar dan problematikanya seperti

    pengertian mahar, macam-macam mahar, kewenangan dalam menentukan mahar.

    Bab keempat pula membuat pembahasan dan hasil penelitian yang

    mengandungi sub-sub bab seperti menjelaskan proses penetapan mahar, faktor

    penyebab mengapa kadar mahar ni Selangor lebih tinggi berbanding negeri lain di

    Malaysia dan kadar penetapan mahar di Melaka meningkat.. Bab lima adalah tentang

    penutup yang terdiri dari kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.

    23 Ibid, hlm. 252

  • 16

    H. Tinjauan Pustaka

    Dalam kajian pembuatan skripsi ini, penulis menemukan beberapa judul-judul

    skripsi, buku dan jurnal yang bersangkutan dengan penetapan kadar mahar.

    Antaranya:

    Skripsi yang ditulis oleh Hasbi Haji Muh. Ali. “Mahar Sebagai Satu Bentuk

    Jaminan Sosio-Ekonomi Wanita: Kajian Di Tawau, Sabah”. Ditulis pada tahun 2013

    oleh penulis. Skripsi ini menerangkan tentang permasalahan bagaimana masyarakat

    dilihat telah terkeliru dengan meletakkan keutamaan kepada adat pemberian hantaran

    berbanding pemberian mahar sehinggakan sanggup membelanjakan belasan ribu

    ringgit demi memenuhi adat hantaran tersebut. Hal ini berkemungkinan kerana

    persepsi masyarakat yang hanya menganggap mahar sekadar pemberian yang bersifat

    ritual perkahwinan semata-mata.

    Masyarakat juga berkemungkinan tidak mengetahui potensi dan peranan

    mahar dengan lebih luas berbanding dengan peranan hantaran yang kebiasaannya

    digunakan untuk menampung perbelanjaan kenduri perkahwinan. Panduan kadar

    mahar yang dilihat sudah terlalu rendah dan tidak meraikan keadaan semasa juga

    menyebabkan seolah-olah mahar tidak dapat memberi manfaat yang besar kepada

    wanita, melainkan sebatas pelengkap dalam majlis pernikahan sahaja. Justeru, kajian

    ini bertujuan menjelaskan kedudukan mahar menurut Islam dan masyarakat Melayu,

    falsafah di sebalik pensyariatan mahar dengan memfokuskan kepada potensi mahar

    sebagai satu bentuk jaminan sosio-ekonomi wanita.

  • 17

    Selain itu, skripsi berkenaan “Konsep Mahar (Maskawin) Dalam tafsir

    Kontemporer” menjadi salah satu kajian lepas oleh penulis dalam proses menyiapkan

    tugasan untuk memperoleh Strata Satu (1) ini. penulisan skripsi daripada judul

    tersebut yang dilakukan oleh Halimah B. yang ditulisnya semasa kuliah di

    Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar dalam Fakultas Syariah dan

    Hukum. Skripsi beliau menyatakan sudah disadari oleh masyarakat bahwa mahar ini

    adalah suatu yang harus dibayar seorang suami untuk memperoleh hak-hak istimewa

    terhadap istrinya. Tentu ini adalah sebuah fenomena keagamaan yang keliru. Asumsi

    ini berimplikasi sangat negatif pada kelangsungan kehidupan keluarga. Istri seakan-

    akan adalah hak milik suami disebabkan harta yang telah diberikan. Namun dalam

    tafsir kontemporer sangat jelas bahwa mahar adalah harta wajib milik si istri.

    Selain itu, penulis mengambil jurnal daripada Muhammad Najib Abd Wakil

    yang berjudul “Mas Kahwin Di Pahang : Satu Penilaian Semasa”. Di dalam jurnal

    tersebut penulis mendapati bahwa nilai mahar di Pahang adalah yang termurah

    nilainya di Malaysia. Penulis juga mendapati bahwa bagaimana mahar di Pahang di

    tetapkan dan bagaimana perkiraannya mengikut peredaran zaman, dan melihat efektif

    mahar kepada manusia yaitu sang istri. Nilai tersebut diguna pakai sejak zaman

    penjajahan di Tanah Melayu yaitu sebanyak RM22.50. Dan kadar tersebut diambil

    mengikut sandaran gaji dan taraf hidup masyarakat di Pahang. Jurnal tersebut

    diterbitkan bagi menggesa kajian semula ke atas kadar mahar di Pahang dikaji semula

    bagi mengangkat martabat hak wanita dan ketinggian sebuah perkawinan.

  • 18

    BAB II

    GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    A. Sejarah dan Perkembangan Majlis Fatwa Selangor

    Jabatan Mufti Negeri Selangor pada awalnya kewujudannya merupakan salah

    satu bagian dalam Jabatan Agama Islam Selangor (JAIS) yaitu Bahagian Fatwa.

    Ketika itu dikepalai oleh Mufti yang pertama dengan gelar Sheikhul Islam. Pada

    permulaannya, Syeikhul Islam di Negeri Selangor disandang oleh Tengku Mahmud

    Zuhdi bin Tengku Abdul Rahman yang berkhidmat pada tahun 1935 hingga tahun

    195224

    . Jawatan dengan gelar Mufti mula diwujudkan pada tahun 195325

    dan

    disandang oleh Tuan Haji Yusuf bin Sahabuddin yang berkhidmat sehingga tahun

    1968. Pada pertengahan tahun 1968, Dato' Hj. Ghazali bin Hj. Abdullah dilantik

    sebagai Mufti Selangor yang kedua hingga tahun 1973.

    Kemudian pada tahun 1974 hingga 1975, Dato' Hj. Md Salleh bin Hassan

    Farid dilantik sebagai Mufti Selangor yang ketiga. Dato' Hj. Hassan bin Hj. Omar

    dilantik sebagai Mufti Selangor yang keempat pada tahun 1976 hingga 1985. Dato'

    Hj. Ishak bin Hj. Baharom dilantik sebagai Mufti Selangor yang kelima pada Julai

    1985 hingga November 1997. Mufti Selangor keenam adalah Dato' Setia Hj. Mohd.

    Tamyes bin Abd. Wahid yang telah dilantik pada 16 Mac 1998 dan masih berkhidmat

    sehingga kini.

    24 http://www.muftiselangor.gov.my , diakses tanggal 26 september 2018 25 http://www.muftiselangor.gov.my , diakses tanggal 26 september 2018

    http://www.muftiselangor.gov.my/http://www.muftiselangor.gov.my/

  • 19

    Sebelum tahun 1985, hanya terdapat dua orang anggota sahaja yang

    berkhidmat di Bahagian Fatwa iaitu Mufti dan seorang pemandu. Segala urusan

    pentadbiran dan kewangan adalah di bawah pengurusan Jabatan Agama Islam

    Selangor. Jawatan Timbalan Mufti hanya diwujudkan pada tahun 1991. Jawatan ini

    diwujudkan bagi membantu Mufti dalam menjalankan tugas mengenai Hal Ehwal

    Islam sesuai dengan perkembangan semasa. Timbalan Mufti yang pertama ialah Tuan

    Hj. Jamaluddin bin Hj. Omar. Beliau berkhidmat selama 7 tahun sehingga Disember

    1997. Tuan Hj. Abdul Majid bin Omar merupakan Timbalan Mufti yang kedua.

    Beliau dilantik pada 2 Januari 1998 dan berkhidmat sehingga 31 Disember 2015.

    Timbalan Mufti yang ketiga adalah Dr. Haji Anhar Bin Haji Opir yang mula

    berkhidmat pada 1 Januari 2016 dan berkhidmat hingga kini.

    Pada tahun 1996, Jabatan Perkhidmatan Awam (JPA) telah mengeluarkan

    Pekeliling mengenai pengasingan Bahagian Fatwa daripada Jabatan Agama Islam

    negeri-negeri di Malaysia. Dari pengasingan ini, berlaku perkembangan struktur

    organisasi dan fungsi Jabatan Mufti Negeri Selangor. Pada November 1996, jawatan

    Pegawai Hal Ehwal Islam mula diisi, diikuti Pembantu Tadbir (Kesetiausahaan) pada

    2 Mei 1997 serta dibantu oleh beberapa orang kakitangan kontrak. Bermula pada

    akhir 1997, jawatan Pembantu Tadbir (Perkeranian/Operasi), Pembantu Tadbir

    Rendah, Penolong Pegawai Tadbir, Pembantu Am Rendah, Penolong Pegawai Hal

    Ehwal Islam dan Pembantu Hal Ehwal Islam mula diisi. Walaupun pada zahirnya

    Jabatan Mufti telah berasingan dari Jabatan Agama Islam Selangor tetapi masih

  • 20

    berhubung rapat dan bekerjasama dengan Bahagian Penyelidikan, Jabatan Agama

    Islam Selangor dalam menangani perkara-perkara yang berkaitan dengan ajaran salah

    (menyeleweng).

    Tanggal 22 Februari 1999, Jabatan Mufti telah berpindah ke ruang pejabat

    yang baru di Tingkat 4, Podium Selatan, Bangunan Sultan Salahuddin Abdul Aziz

    Shah, Shah Alam. Kini, Jabatan Mufti Negeri Selangor beroperasi sepenuhnya di

    Tingkat 7 & 8, Menara Utara, Bangunan Sultan Idris Shah, Shah Alam.

    B. Moto, Visi dan Misi Majlis Fatwa Negeri Selangor

    1. Moto

    “PROFESIONAL DAN BERHIKMAH BERLANDASKAN AL-QURAN DAN AS-

    SUNNAH.”

    2. Visi

    “Beriltizam Menjadi Institusi Mufti Yang Berwibawa Dalam Memartabatkan Syariat

    Islam.”

    3. Misi

    “Memacu Kecemerlangan Pengurusan Institusi Mufti

  • 21

    C. Obyektif Majlis Fatwa Selangor

    1) Memberi nasihat dan panduan kepada Sultan, Kerajaan Negeri dan masyarakat

    berkaitan hukum-hukum Islam dan permasalahan umat Islam yang menyentuh

    soal Fatwa, terutamanya yang melibatkan isu semasa.

    2) Bekerjasama dengan pihak JAKIM dan Jabatan Mufti Negeri-Negeri lain dalam

    penyelarasan Fatwa.

    3) Bekerjasama dengan JAIS berkaitan kegiatan dakwah, khutbah Jumaat,

    pencerapan hilal dan lain-lain.

    D. Fungsi Majlis Fatwa Selangor

    1) Membantu dan menasihati D.Y.M.M. Sultan dan Kerajaan Negeri dalam

    perkara yang berkaitan hal ehwal hukum syarak.

    2) Menjalankan kajian dan penyelidikan terhadap sesuatu isu baharu yang

    memerlukan keputusan.

    3) Mengeluarkan fatwa terhadap isu yang memerlukan penjelasan hukum syarak.

    4) Menjelaskan dan menjalankan pendidikan fatwa kepada masyarakat dengan

    berhikmah.

    5) Menentukan dan mengesahkan arah kiblat, cerapan hilal, takwim jadual waktu

    solat dan menjalankan penyelidikan dan pendidikan falak.

  • 22

    6) Memberi khidmat nasihat dan perkhidmatan dalam hal-hal berkaitan Aqidah,

    Syari’ah dan Akhlak Islamiyyah.

    7) Menjalankan kajian dan penyelidikan berkaitan pembangunan ilmu falak.

    8) Menjalankan khidmat nasihat Hukum Syara’ dan Aqidah.

    9) Membangun, mengurus dan memajukan sumber maklumat dan hal ehwal

    hukum syara’.

    10) Mengurus dan mentadbir semua perkara yang berkaitan dengan pentadbiran,

    perkhidmatan, kewangan, pembangunan modal insan dan teknologi maklumat.

    11) Mengurus dan membangun sumber manusia.

    E. Sejarah dan Perkembangan Jabatan Agama Islam Melaka (JAIM)

    Sebelum Melaka mencapai kemerdekaan melalui Persekutuan Tanah Melayu,

    tidak terdapat Institusi Agama Islam yang ditubuhkan oleh Kerajaan Inggeris untuk

    mengurus pentadbiran Hal Ehwal Agama Islam26

    . Setelah mencapai kemerdekaan

    timbullah hasrat kerajaan untuk menubuhkan satu institusi yang bertanggungjawab

    dalam mentadbir Hal Ehwal Agama di negeri ini. Maka pada 1 Rabiul Awal 1380

    bersamaan 28 September 1960 Jabatan Agama Islam Melaka telah ditubuhkan

    dengan rasminya. Upacara perasmian diadakan di bangunan No. 272, Jalan Tengkera,

    Melaka dan bangunan ini menjadi bangunan pertama Pejabat Agama Islam.

    26 https://jaim.melaka.gov.my, diakses tanggal 22 Februari 2018

  • 23

    Pada masa ditubuhkan, Jabatan Agama Islam Melaka telah dikendalikan oleh

    seorang pegawai bersara selaku Yang Di Pertua Jabatan Agama Islam yang dibantu

    oleh seorang kerani. Beliau bertanggungjawab untuk membentuk dan mengatur

    pentadbiran Jabatan Agama. Orang pertama yang memegang jawatan Yang Di Pertua

    ialah Tuan Hj. Amin Bin Imran. Jabatan Agama terus berkembang dengan beberapa

    bahagian seperti Pejabat Agama Daerah/Kadhi dan Mahkamah diwujudkan pada

    tahun 1962. Pada tahun1967 jawatan Kadhi Besar diwujudkan. Sebelum jawatan ini,

    tugas-tugas Kadhi Besar dijalankan oleh Mufti.27

    Pada tahun 1990, Mahkamah Syariah diasingkan dari Jabatan Agama dan

    pada Disember 1996 Bahagian Mufti pula diasingkan dari Jabatan Agama. Kini,

    Jabatan Agama terdiri daripada sebelas bahagian utama iaitu Bahagian Khidmat

    Pengurusan, Bahagian Undang-Undang Keluarga Islam, Bahagian Penguatkuasaan,

    Bahagian Pendakwaan, Bahagian Dakwah, Bahagian Penyelidikan, Bahagian

    Pendidikan, Bahagian Pengurusan Masjid, Pejabat Agama Daerah Melaka Tengah,

    Pejabat Agama Daerah Jasin, dan Pejabat Agama Daerah Alor Gajah.28

    27 https://jaim.melaka.gov.my, diakses tanggal 22 September 2018 28 https://jaim.melaka.gov.my, diakses tanggal 22 September 2018

  • 24

    F. Struktur Organisasi Jabatan Agama Islam Melaka (JAIM)

    No Nama Jawatan Bagian

    1 Tuan Md Azhan bin Samat Pengarah JAIM

    2 Mohd Shokri bin Mustaffa Ketua Penolong

    Pengarah

    Dakwah

    3 Afzan bt Ismail Ketua Penolong

    Pengarah

    Khidmat

    Pengurusan

    4 Muhammad Mawardi bin Shafai Ketua Penolong

    Pengarah

    Pendidikan

    5 Datuk Hj Rahimin bin Bani Ketua Penolong

    Pengarah

    Penguatkuasaan

    6 Luqman Jamil bin Abidin Ketua Penolong

    Pengarah

    Penyelidikan

    7 Noor Haliza binti Ali Ketua Penolong

    Pengarah

    UU Keluarga Islam

    8 Mohd Azli bin Abdul Rahman Ketua Penolong

    Pengarah

    Pengurusan Masjid

    9 NorHafizah binti Ibrahim Ketua Penolong

    Pengarah

    Pengurusan Halal

  • 25

    10 Mohd Nazri bin Abdul Majid Pegawai Tadbir

    Agama Islam

    Daerah Melaka

    Tengah

    11 Huzailan Bin Hamzah Pegawai Tadbir

    Agama Islam

    Daerah Jasin

    12 Muhammad Mawardi Bin Shafai Pegawai Tadbir

    Agama Islam

    Daerah Alor Gajah

    G. Motto, Visi dan Misi Jabatan Agama Islam Melaka (JAIM)

    1. Motto

    “BERTAKWA DAN BERAKHLAK MULIA”

    2. Visi

    Menguruskan sistem pengurusan berkualiti dalam hal ehwal Islam bagi

    merealisasikan penghayatan Islam sebagai Ad-Din serta melahirkan ummah yang

    bertaqwa dan berakhlak mulia.

    3. Misi

    Berperan sebagai sebuah Agensi Negeri yang unggul dalam menguruskan

    pembangunan Hal Ehwal Islam kearah melahirkan ummah yang progresif melalui

    penyelidikan, pendidikan, penguatkuasaan dan penggunaan teknologi maklumat.

  • 26

    H. Obyektif Jabatan Agama Islam Melaka (JAIM)

    1) Mewujudkan pengurusan pentadbiran dan kewangan yang bersih, cekap dan

    amanah

    2) Menyediakan system pendidikan agama yang dapat melahirkan ummah yang

    bertaqwa dan berakhlak mulia.

    3) Memberi perkhidmatan kekeluargaan yang mesra dan berkualiti tinggi.

    4) Melaksanakan program dakwah dan pemahaman Islam dengan tersusun dan

    berkesan

    5) Melaksanakan pengurusan dan pentadbiran masjid dan madrasah dengan

    cekap

    6) Melaksanakan penguatkuasaan Enakmen Pentadbiran Keluarga Islam dengan

    tegas dan berkesan

    7) Menentukan kes-kes pendakwaan disediakan dengan lengkap mengikut

    prosedur untuk dihadapkan ke mahkamah seterusnya membantu hakim

    membuat keputusan yang adil dan saksama.

    8) Memberi perkhidmatan persijilan halal dengan sistematik dan cekap.

    I. Fungsi Jabatan Agama Islam Melaka (JAIM)

  • 27

    1) Menguruskan pentadbiran, kewangan, teknologi maklumat dan perkhidmatan

    organisasi.

    2) Menyediakan kemudahan pendidikan agama dan akademik kepada pelajar-

    pelajar di peringkat Tadika, Sekolah Rendah Agama, Sekolah Rendah Arab

    dan Sekolah Menengah Agama.

    3) Menyediakan perkhidmatan kekeluargaan seperti nikah, cerai, rujuk dan

    bimbingan keluarga kepada penduduk.

    4) Menguatkuasakan Enakmen Pentadbiran dan Keluarga Islam Negeri Islam.

    5) Menjalankan pendakwaan ke atas orang yang dituduh melakukan kesalahan

    dibawah Enakmen Kesalahan Jenayah Syariah Negeri Melaka.

    6) Merancang, menyelaras dan melaksanakan program dakwah Islam.

    7) Menyelaras pengurusan masjid-masjid dan surau.

    8) Menguruskan permohonan sijil halal.

    9) Memantau dan mengambil tindakan mencegah ajaran salah.

    10) Menguruskan dan menyelaras pentadbiran Agama Islam daerah.

    J. Strategi Jabatan Agama Islam Melaka (JAIM)

    1) Menguruskan aktiviti dan tugasan Jabatan melalui mesyuarat pagi setiap

    minggu.

  • 28

    2) Meningkatkan kemahiran pengurusan kewangan Jabatan.

    3) Memperkemas manual prosedur kerja yang mesra pelanggan melalui ISO

    9001.

    4) Meningkatkan disiplin kerja kakitangan melalui penilaian hasil kerja secara

    berjadual.

    5) Meningkatkan ilmu dan motivasi diri melalui program penghayatan al-Quran,

    ceramah dan latihan.

    6) Menggalakkan penambahbaikan kualiti perkhidmatan.

    K. Bahagian Undang-Undang Kekeluargaan Islam

    1) Objektif Bahagian

    a. Memberi perkhidmatan kekeluargaan yang mesra dan berkualiti.

    b. Mengkaji dan menyediakan peraturan dan undang-undang syariah negeri

    Melaka yang memenuhi keperluan semasa.

    2) Fungsi Bahagian

    a. Menyelaraskan urusan nikah, cerai dan rujuk Negeri Melaka.

    b. Memberikan khidmat nasihat kekeluargaan Islam.

    c. Menguruskan semakan dan gubalan perwartaan enakmen.

  • 29

    d. Mengendalikan latihan, kursus, seminar berkaitan pengurusan hal ehwal

    Islam.

    e. Merancang aktiviti dan program kearah memperkukuhkan peranan institusi

    kekeluargaan.

    3) Piagam Pelanggan

    a. Permohonan temuduga perkahwinan akan diproses dalam masa 15 minit

    b. Sijil perakuan temuduga perkahwinan dapat dikeluarkan dalam tempoh 1 hari.

    c. Sijil cerai akan disediakan dalam tempoh 3 hari setelah menerima perintah

    penceraian daripada Mahkamah Syariah.

    d. Pelanggan yang ingin mendapatkan perkhidmatan pandangan/khidmat nasihat

    akan dilayan dalam masa 15 minit.

    e. Temujanji pertama perkhidmatan rundingcara keluarga dalam tempoh 7 hari

    atau mengikut kehendak pelanggan.

    f. Surat permohonan mendapatkan penceramah kekeluargaan akan dijawab

    dalam tempoh 3 hari.

  • 30

    BAB III

    MAHAR DAN PROBLEMATIKANYA

    A. Pengertian Mahar

    Mahar secara bahasa artinya maskawin. Mahar mempunyai tujuh nama lain

    yaitu shadaq, nihlah, faridhah, hiba, ajr, uqr, ala’iq29

    , yang semuanya disebut dalam

    al-Quran kata mahar itu atau arabnya مهر dirujuk dalam kamus Arab-Melayu Idris

    Al-Marbawi membawa arti maskawin. Arti dari shadaq yang berasal dari kata shidq

    berarti jujur/kesungguhan sebagai satu syarat keinginan menikah yang bersungguh-

    sungguh. Sedangkan lafaz nihlah pula dari segi bahasa ialah suatu pemberian dari

    suami kepada istri karena berlakunya perkawinan.30

    Dari definisi istilah tersebut,

    Imam Muhammad Abduh menjelaskan bahwa hikmah pemberian mahar dari suami

    kepada itri akan membuatkan istri merasa senang hidup dibawah pimpinan

    suaminya.31

    Secara istilah, mahar ialah “pemberian wajib dari calon suami kepada calon

    istri sebagai ketulusan cinta kasih calon suami untuk menimbulkan rasa cinta kasih

    bagi seorang istri kepada calon suaminya”. Atau “suatu pemberian yang diwajibkan

    29 Muhammad Bin Ismail al-Amir ash-Shan’ani, Subulus Salam, penerjemah Muhammad

    Isnan, Ali Fauzan, Darwis, (Jakarta: Darus Sunnah, 2008), Cet. Ke V, hlm. 208 30 Mohd Idris Abdul Rauf al-Marbawi, Kamus Arab-Melayu Idris al-Marbawi, (Kuala

    Lumpur: Darul Fiki, 1990), Cet. Ke 1, hlm. 283. 31 Muhammad Ali Qutb, Mutiara Perkahwinan Menurut Ajaran Islam, (Selangor: Pustaka

    Haji Abdul Majid Sdn Bhd, 2010), Cet. Ke II, hlm. 41.

  • 31

    bagi calon suami kepada calon istrinya, baik dalam bentuk, jumlah dan jenisnya

    disepakati oleh kedua belah pihak32

    .

    Islam sangat memperhatikan dan menghargai kedudukan seorang wanita

    dengan memberi hak untuk menerima mahar (maskawin). Mahar hanya diberikan

    oleh calon suami kepada calon istri, bukan kepada wanita lainnya atau siapapun

    walaupun sangat dekat dengannya. Orang lain tidak boleh menjamah apalagi

    menggunakannya, meskipun oleh suaminya sendiri, kecuali dengan ridha dan

    kerelaan si istri. Jika si istri telah menerima maharnya tanpa paksaan dan tipu

    muslihat lalu ia memberikan sebagian maharnya maka boleh diterima dan tidak

    disalahkan. Akan tetapi, bila istri dalam memberikan maharnya karena malu, takut,

    maka tidak halal menerimanya. Hal ini karena mahar itu milik mutlak si istri.33

    Di Malaysia, perundangan syariah adalah di bawah bidang kuasa setiap sultan di

    setiap negeri seperti yang telah diperuntukan oleh Perlembagaan Persekutuan.

    Lembaga yang diberi wewenang untuk menetapkan kadar mahar bagi negeri-negeri di

    Malaysia adalah Jabatan Agama Islam Selangor (JAIS) berdasarkan fatwa Negeri

    Selangor dan Jabatan Agama Islam Malaysia (JAIM). Ini juga bermakna bahawa

    perkara-perkara yang berdasarkan perkawinan adalah berlainan di antara negeri-

    negeri di Malaysia. Oleh itu, akan mendapati bahwa wang mahar yang ditetapkan di

    setiap negeri adalah berlainan. Sebagai contoh, kadar mahar yang ditetapkan oleh

    32Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq, (Terbitan Pustaka

    Al-Kautsar: cetakan pertama 2013) hlm. 462 33 Zulkifli bin Mohammad al-Bakri & rakan-rakan, Al-Fiqh Al-Manhaji Mazhab As-Syafie

    (Terbitan Jabatan Kemajuan Islam Malaysia: cetakan kedua 2013), hlm. 482

  • 32

    Majlis Fatwa Selangor adalah RM30034

    dan Jabatan Agama Islam Melaka bagi negeri

    Melaka adalah RM100.35

    B. Macam-macam Mahar

    Ulama fiqh sependapat mahar itu ada dua macam, mahar musamma dan mahar

    mitsil (sepadan).

    1. Mahar Musamma

    Mahar musamma yaitu mahar yang sudah disebutkan atau dijanjikan kadar

    dan besarnya ketika akad nikah. Dan waktu pemberiannya diberikan secara penuh

    ketika:

    a) Telah bercampur (bersenggama).

    b) Salah satu dari suami istri meninggal (menurut ijma’).

    Mahar musamma juga wajib dibayar walau pernikahannya rusak karena sebab

    tertentu jika telah bersenggama36

    . Pernikahan yang rusak seperti isterinya adalah

    mahram sendiri, isteri berbohong mengaku perawan ternyata janda, hamil atau masih

    status isteri orang lain. Namun apabila dicerai sebelum bercampur, maka hanya wajib

    dibayar setengahnya saja. Allah S.W.T berfirman:

    34Warta Kerajaan Enakmen Pentadbiran Agama Islam (Negeri Selangor) 2003 35Hafizatun Binti Hasim, Penolong Pengarah Jabatan Agama Islam Melaka (JAIM), Bahagian

    Undang-undang Kekeluargaan Islam, wawancara, pada 15 Oktober 2018 36 Sri Murni, “Penetapan Mahar Dalam Perkawinan Serta Implikasinya Terhadap

    Masyarakat Desa Baturijal Hlu Menrut Tinjauan Hukum Islam”, (Skripsi Fakultas Syariah dan Ilmu

    Hukum UIN Sultan Syarif Kasim, Riau, 2012), hlm. 40

  • 33

    Artinya: “Jika kamu menceraikan istri-istrimu sebelum kamu bercampur dengan

    mereka, padahal sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya, maka

    bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu, kecuali jika

    istri-istrimu itu memaafkan atau dimaafkan oleh orang yang memegang

    ikatan nikah, dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa. Dan

    janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya

    Allah Maha Melihat segala apa yang kamu kerjakan.”37

    Abu Hanifah berpendapat bila suami isteri sudah tinggal menyendiri dalam

    pengertian sebenarnya maka ia wajib membayar mahar sepenuhnya. Maksudnya jika

    suami isteri berada di suatu tempat yang aman dari penglihatan siapapun dan tak ada

    halangan untuk bercampur seperti sedang haid. Alasan Abu Hanifah adalah riwayat

    Abu ‘Ubaidah bin Aufa, ia berkata bahwa khalifah yang empat telah menetapkan bila

    pintu kamar telah ditutup dan tabir diturunkan berarti wajib mahar.

    Tetapi Syafi’i , Malik, dan Dawud berbeda pendapat dengan pendapat di atas.

    Mereka berkata bahwa tidak wajib membayar mahar seluruhnya, kecuali bila telah

    diawali dengan persetubuhan yang sesungguhya. Abdur Razzaq meriwayatkan juga

    dari Ibnu Abbas, ia berkata tidak wajib mahar sebelum terjadi persenggamaan.38

    2. Mahar Mitsil.

    37 QS. Al-Baqarah (2): 237 38 Ibid. hlm. 41

  • 34

    Mahar yang tidak disebut besar kadarnya pada saat sebelum atau ketika terjadi

    pernikahan. Atau mahar yang diukur dengan mahar yang pernah diterima oleh

    keluarga yang terdekat seperti mahar saudara perempuan pengantin wanita (bibi).

    Dan jika dalam faktor tersebut berbeda, berbeda pula maharnya. Seperti janda yang

    mempunyai anak atau tanpa anak. Mahar mitsil hukumnya wajib bagi sang suami jika

    terjadi dalam keadaan berikut:

    a) Mahar tidak disebutkan kadarnya ketika akad, kemudian suami

    bercampur dengan isteri maka suami wajib membayar mahar mitsil, atau

    isteri meninggal sebelum bercampur dengan suami.39

    b) Jika mahar musamma belum dibayar sedangkan suami telah bercampur

    dengan isteri dan ternyata nikahnya rusak karena sesuatu. Dalam hal ini,

    maka isteri berhak menerima mahar mitsil.

    C. Penentuan Besaran Mahar

    Islam tidak menetapkan jumlah mahar, karena adanya perbedaan antara yang

    kaya dengan yang miskin, lapang dan sempitnya rezeki. Sehingga Islam menyerahkan

    masalah mahar berdasarkan kemampuan masing-masing. Segala nash yang

    memberikan keterangan tentang mahar tidaklah dimaksudkan kecuali untuk

    menunjukkan pentingnya nilai mahar tersebut. Jadi boleh memberi mahar seperti

    cincin besi atau segantang kurma atau mengajarkan beberapa ayat Al-Quran dan lain

    sebagainya seperti diriwayatkan pada beberapa hadits. Sehingga timbul perbedaan

    39 Ibid, hlm. 42

  • 35

    ulama dalam menetapkan jumlahnya. Beberapa pendapat ulama adalah sebagai

    berikut40

    :

    a) Hanafi menyebutkan jumlah mahar minimal 10 dirham.

    b) Maliki minimal 3 dirham atau barangan seharga itu41.

    c) Umar bin Khattab berpendapat jumlahnya terserah harta yang dicintainya,

    berdasarkan firman Allah:

    Artinya : “Dan kalau kalian ingin mengganti istri dengan istri yang lain sedangkan

    kalian telah memberikan harta yang banyak kepada mereka (istri yang

    kalian tinggalkan), maka janganlah kalian mengambil kembali sedikit pun

    darinya. Apakah kalian akan mengambilnya dengan kebohongan (yang

    kalian buat) dan dosa yang nyata?”42

    d) Dari Abdullah bin Mus’ab, Umar berkata: “janganlah kamu memberi

    mahar kepada perempuan lebih dari 40 uqiyah perak. barang siapa

    memberi lebih dari pada itu, niscaya akan saya tarik ke baitul mal” maka

    seorang wanita berkata: “Mengapa tuan menjawab begitu..?” Padahal

    40 http://hukumperkawinandiindonesia.blogspot.co.id, diakses tanggal 1 April 2018 41 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Analisa Fiqih Para Mujtahid, (Penerbit: Pustaka Amani

    Jakarta), hlm. 433

    42 QS. An-Nisa’ (4): 20

  • 36

    Allah berfirman pada surat An-Nisa ayat 20”. Lalu Umar berkata :

    “perempuan ini benar”43

    e) Imam Syafi’i , Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur dan Fuqaha Madinah dari

    kalangan tabi’in bahwa mahar tidak ada batas terendahnya. Segala sesuatu

    dapat menjadi harga bagi suatu yang lain. Begitu juga dengan Ibnu wahab

    dari kalangan Imam malik. Mereka berpendapat bahwa hadits nabi yang

    berbunyi “carilah walaupun sepotong besi”, merupakan dalil bahwa mahar

    itu tidak mempunyai batasan terendahnya. Karena jika memang ada beliau

    pasti menjelaskannya44

    .

    Menurut syari’at pada pokoknya mahar menjadi hak perempuan dan di

    tangannyalah kekuasaan menggunakannya.

    Mahar tidak mempunyai kadar minimal dan maksimalnya. Setiap sesuatu

    yang dinamakan harta atau boleh ditukar denga harta, boleh dijadikan mahar sama

    ada sedikit atau banyak, tunai atau hutang, atau sesuatu yang bermanfaat, seperti kain,

    sejadah, wang, tempat kediaman atau mengajar sesuatu kemahiran. Hal ini

    berdasarkan firman Allah SWT:

    43 http://hukumperkawinandiindonesia.blogspot.co.id, diakses tanggal 1 April 2018 44 Amiruddin, Imam Syafi’i Ringkasan Kitab Al-Umm, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2013), hlm.

    345

  • 37

    Artinya: “Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (iaitu) mencari

    istri-istri dengan hartamu.”45

    D. Mahar Sebagai Keharusan Dalam Pernikahan

    a) Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Nabi saw. melarang Ali ra. mengumpuli

    Fatimah sampai ia memberikan sesuatu kepadanya. Hadits ini menunjukkan

    larangannya dimaksudkan sebagai tindakan lebih baik, yang secara umum

    dipandang Sunnah lebih dahulu memberikan sebagain mahar kepada

    isterinya46

    .

    b) Abu Dawud dan Ibnu Majah meriwayatkan bahwa Rasulullah menyuruh

    Aisyah memasukkan perempuan ke dalam tanggungan suaminya sebelum

    membayar maharnya. Hadits ini menunjukkan bahwa boleh mencampuri

    perempuan sebelum ia diberi maharnya sedikitpun47

    .

    c) Al-Auza’i berkata bahwa para ulama menganggap sunnah tidak mencampuri

    isteri sebelum dibayarkan sebagian dari maharnya.

    d) Abu Hanifah berkata suami berhak mencampuri isterinya baik suka atau tidak,

    sekalipun maharnya berhutang, karena ia setuju dengan mahar hutang, dengan

    demikian hak suami tidak gugur. Tetapi kalau dengan mahar kontan

    seluruhnya atau sebagian , maka suami tidak boleh mencampurinya sebelum

    45 QS. An-Nisa’ (4): 24 46 Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq, (Terbitan Pustaka

    Al-Kautsar: cetakan pertama 2013), hlm. 463

    47 Ibid, hlm. 434

  • 38

    dibayarkannya lebih dahulu apa yang telah dijanjikannya dengan kontan

    tersebut. Dan isteri berhak menolak untuk dicampuri sehingga suami

    melunasinya48

    .

    e) Mahar dilihat adalah suatu yang wajib di dalam sebuah pernikahan karena ia

    termasuk di dalam rukun nikah menurut Mazhab Syafi’e49

    . Persepakatan di

    dalam menentukan mahar seharusnya ada di antara pihak laki-laki dan

    perempuan dan orang yang bertanggungjawab memberi kepada perempuan itu

    adalah si suami sendiri. Begitu berpatutan dengan firman Allah S.W.T50

    :

    Artinya : “Maka istri-istri yang telah kamu nikmati (setubuhi) di antara

    mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai

    suatu kewajipan.”

    E. Kewenangan Menentukan Mahar

    Jika kedua pihak yang berakad nikah telah menyetujui jumlah suatu mahar

    dengan rahasia, lalu beberapa hari kemudian secara terbuka mereka mengadakan

    pembicaraan tentang jumlah mahar dengan kesepakatan lebih besar daripada jumlah

    mahar pertama, sehingga akhirnya terjadi sengketa.

    Menjadi kewenangan bagi si suami untuk memberikan mas kawin kepada si istri

    sebagai pemberian yang wajib. Pihak laki-laki akan memberikan mahar kepada si istri

    48 Ibid, hlm. 434 49 Amiruddin, Imam Syafi’i Ringkasan Kitab Al-Umm, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2013), hlm.

    345 50 QS. An-Nisa’ (4) : 24

  • 39

    dan bukan kepada si wali, saudara atau kerabat di istri. Hal ini disebut dalam firman

    Allah S.W.T :

    Artinya : “Dan berilah mahar kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai

    pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepadamu

    sebagian dari (mahar) itu dengan senang hati, maka terimalah dan nikmatilah

    pemberian itu dengan senang hati”

    .

    Maka dengan itu ulama menyatakan bahwa perintah untuk memberikan mahar

    kepada perempuan yang dinikahi secara kasar mata menunjukkan bahwa mahar itu

    menjadi hak perempunan, bukan walinya. Jika, mahar merupakan hak dari pihak

    perempuan, maka wali secara otomatis tidak memiliki kewenangan untuk

    menentukan besaran mahar. Dengan bahasa lain, wali tidak boleh melakukan

    intervensi dalam menentukan berapa mahar yang harus diserahkan mempelai laki-laki

    kepada mempelai perempuan. Dan jika ada mempelai perempuan meminta wakil

    walinya untuk menentukan kadar mahar untuk dirinya maka dalam hal ini boleh

    walinya untuk menentukan kadar besarnya mahar sang mempelai.

  • 40

    BAB IV

    IMPLIKASI PENETAPAN MAHAR DI NEGERI SELANGOR DAN NEGERI

    MELAKA

    A. Sistem Penetapan Kadar Mahar Di Negeri Selangor Dan Negeri Melaka

    1. Penetapan Kadar Mahar Di Negeri Selangor

    Sejarah penetapan maskawin mengikut sejarah bagian Undang-undang

    Keluarga Jabatan Agama Islam Selangor yang mana Sultan Selangor ketika itu

    Almarhum Sultan Salahudin Abdul Aziz Shah menghendaki adanya satu ta’rif khas

    bagi maskawin sebagai garis panduan bagi masyarakat umum guna untuk merujuk

    segala hal yang berkaitan mahar karena pengetahuan masyarakat umum ketika itu

    masih lagi tidak celik tentang hukum hakam syari’at Islam dan secara umumnya

    melalui Majlis Fatwa Selangor telah mengadakan rapat khusus tentang hal ini

    bersama pihak yang terkait yaitu Bagian /Department Jabatan Agama Islam Selangor

    (JAIS) dan Mahkamah Syariah.

    Melalui hasil rapat menghasilkan satu kata putus telah dicapai yaitu bahwa

    maskawin RM 80.00 bagi yang masih gadis dan janda sebanyak RM 40.00 mulai

    dilaksanakan pada tahun 196851

    .Sedangkan pembukuan dan pemberlakuan

    (Akta/Enakmen) secara menyeluruh terhadap Undang-undang harga maskawin di

    51Abdul Halem Hapiz Bin Salihin, Ketua Penolong Mufti, Bahagian Fatwa Negeri Selangor,

    wawancara, Shah Alam, Selangor 9 Oktober 2018

  • 41

    Negeri Selangor ini dibuat pada tahun 1984 tapi masih bersifat tidak mengikat pada

    harga yang telah ditetapkan.

    Pengkajian ulang atau sekaligus penetapan kadar baru ini dimulai prosesnya dari

    tahun 2009 dan tepatnya 6 bulan sebelum perlaksanaan seperti berikut:

    a. Seminar perbandingan tentang harga maskawin di seluruh Malaysia.

    b. Mesyuarat Jawatan Kuasa Fatwa Negeri Selangor.

    c. Mendapatkan persetujuan dari Duli Yang Maha Mulia Sultan Selangor.

    d. Penyataan penetapan harga maskawin oleh Penasihat Undang-undang

    Kerajaan Negeri Selangor.

    Kemudian Jabatan Agama Islam menyebarkan fakta-fakta di atas kepada masyarakat

    melalui:

    a. Khutbah Jumaat

    b. Ceramah-ceramah agama.

    c. Acara-acara anjuran jabatan Agama Islam Selangor (JAIS)52.

    Adapun yang menjadi faktor penetapan kadar mahar oleh Pemerintah

    Kerajaan Negeri Selangor penyebab tentang penetapan kadar maskawin ini adalah:

    52Abdul Halem Hapiz Bin Salihin, Ketua Penolong Mufti, Bahagian Fatwa Negeri Selangor,

    wawancara, Shah Alam, Selangor 9 Oktober 2018

  • 42

    a. Majlis Fatwa Selangor dan Bagian/Department Undang-Undang Keluarga

    Islam Jabatan Agama Islam Selangor (JAIS) menganalisis hadits ini dengan

    kenyataan dilapangan hari ini:

    َصدَاقاً َسُرھُنَّ يْ ْعَظُم الن ِساَِء بََرَكةً أَ أَ : َعْن َعائَِشةَ َرِضَى هللا َعْنهاَ اَن النَّبِي ملسو هيلع هللا ىلص قال

    Artinya : “Dari Aishah R.A sesungguhnya Nabi Muhammad S.A.W bersabda;

    Kebanyakkan wanita yang berkat perkawinannya ialah yang mudah

    dan (rendah) tentang perbelanjaan (mahar)53

    dengan mengatakan bahwa hadits ini tidak memenuhi maksud syari’ah untuk

    masyarakat yang hidup pada zaman modern hari ini. Ini berlaku karena lelaki masih

    terbeban dengan walimah/hantaran yang kebiasaannya tinggi berdasaarkan latar

    belakang keluarga serta status pendidikan dan kerjaya calon wanita tersebut sehingga

    menjadi buah bicara masyarakat setempat terkait persoalan walimah dan bukannya

    maskawin.

    b. Pelaksanaan janda mendapat separuh dari nilai maskawin terdahulu seperti

    yang diputuskan menurrut Bagian/Department Undang-undang Keluarga

    Islam Jabatan Agama Islam tahun 1968 adalah tidak wajar diberlakukan

    karena status janda adalah semata-mata suatu faktor yang tidak terlintas oleh

    wanita tersebut akan terjadinya perceraian sama ada cerai hidup atau cerai

    mati. Satu pemikiran buruk masyarakat hari inji juga yaitu janda atau second

    hand dari satu negeri ke negeri lain dibuat satu perbandingan mana yang lebih

    mahal atau murah. Ini jelas bertentangan dengan tujuan dasar pemberian

    53 Imam al-Hakim, al-Mustadrak, penerjemah Ali Murtadho, M. Iqbal Kadir, (Jakarta:

    Pustaka Azzam, 2010), Cet. Ke V, hlm. 324.

  • 43

    mahar sebagaimana yang telah disyariatkan dan juga menjejaskan martabat

    dan maruah wanita baik gadis maupun janda54

    .

    c. Aturan yang sedia ada telah hampir empat puluh tahun tidak ditinjau ulang

    dan perlunya ada perubahan.

    d. Aturan yang sedia ada yaitu harga mahar untuk anak gadis RM 80.00 dan

    janda RM 40.00 yang telah berjalan hampir empat puluh tahun tidak

    memenuhi maksud sesuai perubahan masa seperti yang telah dirancang baik

    dari segi pelaksanaan oleh masyarakat ataupun pemberlakuan undang-undang

    oleh Bagian/Departmen Undang-undang Keluarga Islam (JAIS) sendiri.

    e. Penetapan ini juga dilaksanakan bagi mengelakkan maksiat yang berleluasa di

    antara laki-laki dan perempuan karena faktor tingginya mahar juga sedikit

    sebanyak memberikan dampak pada kenaikkan biaya sebuah perkawinan dan

    membuka ruang untuk terjadinya maskiat antara laki-laki dan wanita apabila

    mereka tidak mampu melaksanakan perkawinan yang memakan biaya yang

    sangat besar. Perkara ini terjadi pada golongan masyarakat khususnya laki-

    laki yang berpendapat rendah.

    f. Penetapan harga baru ini juga dikarenakan untuk mengawal masyarakat

    khususnya kaum ibu bapa dan keluarga yang mewakili calon pengantin wanita

    54 Kemalia Othman, Maskahwin Selangor Dinaikkan Kepada RM300, Mstaronline 10

    Desember 2009

  • 44

    yang cenderung meletakkan harga mahar yang tidak bersempadan dan

    berdasar.55

    g.

    Tahun Anak Dara Janda

    1968 RM 80 RM 40

    2010 RM 300 RM 300

    Tabel 2: Kadar Di Selangor Sebelum dan Selepas Pembaruan

    Sumber: Jabatan Agama Islam Selangor

    2. Penetapan Kadar Mahar Di Negeri Melaka

    Di bawah Undang-Undang Islam, tiada penetapan kadar pembayaran mahar

    yang ditetapkan. Jika jumlahnya tidak disebut dalam perjanjian perkahwinan,

    perundangan Islam telah menetapkan wanita tersebut akan mendapat mahar yang

    sepatutnya dan seimbang dengan keadaan serta kedudukannya dalam masyarakat dan

    ia biasanya ditetapkan mengikut pangkat bapa pengantin perempuan. Hal ini juga

    telah dinyatakan oleh sarjana Islam yang mengakui adat atau ‘urf sebagai asas

    55 Wawancara bersama Abdul Halem Hapiz Bin Salihin, Ketua Penolong Mufti, Bahagian

    Fatwa Negeri Selangor, Shah Alam, 9 Oktober 2018

  • 45

    undang-undang terutamanya dalam penentuan mahar mithil yang mana ditentukan

    mengikut kebiasaan, mahar adat atau customary dower.56

    Dalam adat Melayu, kadar mahar adalah ditetapkan dan biasanya bergantung

    kepada status sosial atau kedudukan bapa kepada pengantin perempuan.

    Kebiasaannya kadar mahar ini adalah terletak di bawah bidang kuasa kerajaan negeri

    dan terdapat perbedaan kadar mahar yang dikuatkuasakan oleh negeri-negeri di

    Malaysia.

    Di Melaka, kerajaan negeri telah menguatkuasakan undang-undang khas

    mengenai mahar orang-orang Islam sejak 1 Januari 1980 seperti berikut :

    Tahun Anak Dara Janda

    1980 RM 40 RM 40

    2016 RM 100 RM 100

    Tabel 2: Kadar Mahar Di Melaka

    Sumber : Jabatan Agama Islam Melaka (JAIM)

    Bermula Juni 2016, kadar mahar ini telah dinaikkan daripada RM40 kepada

    RM100. Penolong Pengarah Jabatan Agama Islam Melaka (JAIM), Tuan Haji Shokri

    mengatakan kadar mahar yang terbaru ini akan berkuatkuasa pada 1 Juni 2016 dan

    56 Nadia Abdul Rahman, “Konsep mahar dan pengamalannya dalam Masyarakat Melayu :

    satu Tinjauan di Kota Baharu, Kelantan” (Kertas Projek Fakuliti Sastera dan Sains Sosial, Pengajian

    Islam Universiti Malaya, Selangor, 2001)

  • 46

    kenaikan dibuat bagi menyelaras semula kadar mengikut perkembangan ekonomi

    semasa kerana ia tidak pernah dikaji sejak tahun 1980. Beliau turut menyatakan

    bahawa pindaan ini dibuat bagi meninggikan martabat kaum itu sebagaimana dituntut

    Islam dan ianya haruslah dinilai dari aspek yang positif. Kadar mahar yang baru ini

    telah pun mendapat perkenan dari Yang di-Pertuan Agong .

    Selain daripada bayaran mahar ini, terdapat satu lagi bentuk bayaran yang

    disebut sebagai pemberian. Dari penelitian yang dibuat, didapati bahawa mahar

    merupakan satu bentuk pembayaran yang wajib manakala pemberian pula boleh

    diartikan sebagai satu hadiah yang diberi secara sukarela samada berbentuk wang

    tunai ataupun benda yang mungkin lebih dikenali sebagai wang hantaran dan barang

    hantaran.

    Penetapan mahar mengikut sejarah bagian Undang-undang Keluarga Jabatan

    Agama Islam Melaka yang mana Yang di-Pertua Negeri Melaka menghendaki

    adanya satu ta’rif khas bagi maskawin sebagai garis panduan bagi masyarakat umum

    guna untuk merujuk segala hal yang berkaitan maskawin .

    Putusan penetapan mahar mengikut sejarah bagian Undang-Undang Keluarga

    Jabatan Agama Islam Selangor yang mana Sultan Selangor ketika itu Almarhum

    Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah yang merupakan Yang di-Pertuan Agong ketika

    itu memperkenankan adanya satu kadar khas bagi maskawin sebagai garis panduan

    bagi masyarakat umum guna untuk merujuk segala hal yang berkaitan maskawin .

  • 47

    Negeri Melaka tidak pernah mengkaji semula kadar atau harga maskawin

    yang ditetapkan hampir dua puluh tahun yang lalu. Menindak lanjut akan hal tersebut,

    pihak yang terkait kemudiannya memperpanjang dengan membuat kertas kerja

    cadangan/proposal untuk diusulkan kepada Jabatan Agama Islam Melaka dan

    Jawatan Kuasa Fatwa dan telah dibincangkan secara khusus melalui rapat-rapat khas

    yang dihadiri oleh staf bawahan, para Pegawai, Mufti dan Ulama’ dan Petinggi-

    petinggi negeri tersebut.

    Oleh yang demikian, tindakan yang serius dapat dilihat apabila enakmen

    negeri termasuk Melaka telah mengkodifikasi undang-undang berkenaan mahar dan

    pemberian dalam Enakmen Undang-undang Keluarga Islam bagi negeri masing-

    masing. Tujuannya adalah untuk mengemaskini pentadbiran Undang-undang

    Keluarga Islam secara menyeluruh agar tidak berlaku kecelaruan terhadap masyarakat

    yang terkadang ada yang tidak ambil tahu terhadap penetapan kadar maskawin dan

    harga upah nikah di negeri Melaka.

    Oleh itu, akan mendapati bahwa wang mahar yang ditetapkan di setiap negeri

    adalah berlainan. Sebagai contoh, kadar mahar yang ditetapkan oleh Jabatan Agama

    Islam Melaka (JAIM)57

    pada asalnya dari RM40 dinaikkan kepada RM100 yang

    berlaku pada 1 Juni 2016. Selain dari itu, kadar upah nikah bagi perkhidmatan wali

    hakim juga dinaikkan dari RM50 kepada RM100 yang ditetapkan oleh Jabatan

    57 Bernama, Artikel Harian Metro, diterbitkan pada tanggal 5 April 2016

  • 48

    Agama Islam Melaka (JAIM)58

    di mana tempoh sah wali hakim berlangsung selama

    90 hari dari tanggal putusan di mahkamah syari’ah. Harga upah nikah pegawai syarak

    juga ditaambah daripada RM100 kepada RM150 berdasarkan pembagian berikut

    imam 1 daripada RM30 kepada RM50, imam 2 daripada RM25 kepada RM35, imam

    3 daripada RM15 kepada RM25, bilal daripada RM15 kepada RM 20 dan siak

    (pelaksana masjid) daripada RM15 kepada RM20. Hal ini dikarenakan pihak Jabatan

    Agama Islam Melaka membuat kaji selidik dan mendapat kadar bayar atau upah

    nikah di setiap masjid di Melaka itu berbeda kadarnya. Sehubungan itu pihak

    berkuasa melalui rapat pada tanggal 28 Disember 2015 menyatakan hasil rapat yaitu

    kadar bayar upah nikah bagi jurunikah, upah nikah wali hakim dan maskawin

    disamakan bagi semua masjid seluruh negeri Melaka.59

    Hal ini karena pengetahuan masyarakat umum ketika itu rata-ratanya masih

    lagi tidak celik tentang hukam hakam syariat Islam dan secara umumnya melalui

    Jabatan Agama Islam Melaka telah mengadakan rapat-rapat khusus tentang hal ini

    bersama pihak yang terkait yaitu Bagian/Department Majlis Fatwa Negeri Melaka

    dan Mahkamah Syariah. Kemudian satu kata putus telah dicapai yaitu bahwa

    maskawin RM 40.00 bagi yang masih gadis dan janda juga sebanyak RM 40.00 mulai

    dilaksanakan pada 1980.

    58 Bernama, Artikel Harian Metro, diterbitkan pada tanggal 5 April 2016 59 Wawancara dengan Hafizatun Binti Hasim, Penolong Pengarah, Bahagian Undang-undang

    Keluarga Islam Jabatan Agama Islam Melaka, Bukit Palah, 15 Oktober 2018

  • 49

    Sedangkan pembukuan dan pemberlakuan (Akta/Enakmen) secara

    menyeluruh terhadap Undang-undang harga maskawin di Negeri Melaka ini di buat

    pada tahun 1984 tetapi masih bersifat tidak mengikat pada harga yang telah

    ditetapkan. Pengkajian ulang atau sekaligus penetapan kadar baru ini dimulai

    prosesnya dari tahun 2015 dan tepatnya 6 bulan sebelum perlaksanaan seperti

    berikut60

    :

    a. Seminar perbandingan tentang harga maskawin di seluruh Malaysia.

    b. Mesyuarat Jawatan Kuasa Fatwa Negeri Melaka.

    c. Mendapatkan persetujuan dari Yang di-Pertuan Agong Malaysia.

    d. Penyataan penetapan harga maskawin oleh Penasihat Undang-undang

    Kerajaan Negeri Melaka .

    Kemudian Jabatan Agama Islam Melaka menyebarkan fakta-fakta di atas kepada

    masyarakat melalui:

    a. Khutbah Jumaat.

    b. Ceramah-ceramah Agama.

    c. Acara-acara anjuran Jabatan Agama Islam Melaka.

    60 Hafizatun Binti Hasim, Penolong Pengarah, Bahagian Undang-undang Keluarga Islam

    Jabatan Agama Islam Melaka, Bukit Palah, wawancara pada 15 Oktober 2018

  • 50

    d. Mengantar surat kepada semua imam-imam desa yang di lantik oleh

    Majlis Agama.

    B. Akibat Yang Ditimbulkan Dari Penetapan Kadar Mahar Di Negeri Selangor

    dan Negeri Melaka

    Di dalam melaksanakan putusan ini, bagi masyarakat terutama bagi laki-laki

    sebagai pemberi mahar pada wanita yang melanggar atau tidak mengikuti sesuai yang

    telah diputuskan tidaklah dikenakan atau mempunyai apa-apa sanksi yang ditetapkan

    oleh Majlis Fatwa Selangor dan diguna pakai oleh Jabatan Agama Islam Selangor

    serta Jabatan Agama islam Melaka karena iya bukanlah satu bentuk pelanggaran

    pidana melainkan aturan ini dibuat pada dasarnya adalah untuk menjamin kedudukan

    wanita dengan jumlah pemberian maskawin bagi mengelakkan beban yang akan

    ditanggung pihak laki-laki apabila pihak keluarga wanita relatif meminta harga yang

    tinggi61

    .

    Hanya saja bagi pasangan yang tidak mengikuti peraturan yang telah

    diputuskan, dalam jangka waktu yang panjang akan mempunyai akibat serta dampak

    yang buruk dan akan menjadi ikutan kepada masyarakat yang tidak mempunyai

    pedoman dalam menentukan pemberian maskawin sesuai dengan status wanita dan

    juga keadaan semasa (dalam hal ini kebiasaannya akan dikembalikan oleh ibu bapa

    pihak wanita) akan menentukan harga pemberian mahar yang relative tinggi diminta

    61 Wawancara bersama Abdul Halem Hapiz Bin Salihin, Ketua Penolong Mufti, Bahagian

    Fatwa Negeri Selangor, Shah Alam, 9 Oktober 2018

  • 51

    oleh pihak wanita sehingga mengatasi maskawin putri sultan dan juga kerabat diraja

    yang pastinya akan membebankan pihak laki-laki dalam menunaikan permintaan

    pihak wanita.62

    Secara kemaslahatannya pula, putusan ini masih lagi tidak mewakili

    kepentingan sebagian masyarakat Negeri Selangor begitu juga Melaka karena dalam

    syari’at Islam sendiri telah menggariskan beberapa hal tentang tata cara pemberian

    mahar selain ditentukan oleh hakim seperti:

    1. Terdapatnya mahar baik pemberian secara mitsil maupun musamma.

    2. Penentuan mahar wanita berstatus janda ditentukan oleh diri sendiri baik atas

    kesepakatan bersama atau pemberian yang iya minta.

    3. Pemberian mahar kepada istri tidak semestinya dengan uang ringgit.

    C. Upaya Dalam Mengatasi Penetapan Kadar Mahar Di Negeri Selangor dan

    Negeri Melaka

    Penetapan kadar mahar oleh Kerajaan Negeri Selangor dan Melaka menurut

    pandangan hukum Islam dari satu sisi penulis melihat penetapan ini masih belum lagi

    dilaksanakan secara menyeluruh kepada setiap masyarakat di Negeri Selangor dan

    Melaka karena penetapan ini diputuskan hanya pada jumlah minimal bermakna

    jumlah mahar bisa mencapai pada tahap semaksimal mungkin bagi masyarakat

    62 Wawancara bersama Abdul Halem Hapiz Bin Salihin, Ketua Penolong Mufti, Bahagian

    Fatwa Negeri Selangor, Shah Alam, 9 Oktober 2018

  • 52

    khususnya ibu bapa yang tidak memahami maksud dan tujuan pemberian mahar

    dalam syari’at Islam.

    Lain-lain perkara seperti mahar tidak hanya terbatas pada pemberian uang

    tunai, ia juga adalah hak mutlak para istri yang boleh dibataskan melalui hasil diskusi

    antara pihak suami dan istri. Penetapan ini juga membuatkan perbedaan pendapat

    antara masyarakat dan Jabatan Agama Islam yang mana mereka menganggap Jabatan

    Agama Islam telah menafikan atau menidakkan hak mereka sebagai pihak yang

    berautoritas dalam menetapkan mahar dalam sebuah perkawinan.

    Setelah dianalisis menggunakan hukum Islam, maka terdapat sebab –sebab

    yang masih tidak memenuhi maksud dan kehendak syari’at islam dalam hal

    penetapan mahar yaitu:

    Penulis ingin merujuk kembali firman Allah SWT:

    اِلكُْم أَْن تَْبتَغُوا َواْلُمْحَصنَاُت ِمَن الن َِسآءِ ِ َعلَْيكُْم َوأُِحلَّ لَكُْم َما َوَرآَء ذََٰ إَِّلَّ َما َملََكْت أَْيَمانُكُْم ِكتَاَب َّللاَّ

    ُجنَاَح بِأَْمَواِلكُْم ُمْحِصنِيَن َغْيَر ُمَسافِِحين فََما اْستَْمتَْعتُْم بِِه ِمْنُهنَّ فَآتُوھُنَّ أُُجوَرھُنَّ فَِريَضة َوََّل

    َ َكاَن َعِليًما َحِكيًماَعلَ ْيكُْم فِيَما تََراَضْيتُْم بِِه ِمْن بَْعِد اْلفَِريَضِة إِنَّ َّللاَّ

    Artinya : “Kemudian mana-mana perempuan yang kamu nikmati percampuran

    dengannya (setelah ia menjadi isteri kamu), maka berikanlah kepada

    mereka maskawinnya (dengan sempurna), sebagai suatu ketetapan

    (yang diwajibkan oleh Allah) dan tiadalah kamu berdosa mengenai

    sesuatu persetujuan yang telah dicapai bersama oleh kamu sesudah

    ditetapkan maskawin itu (tentang cara dan kadar pembayarannya)

    Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana”63

    63 QS. An-Nisa’ (4): 24

  • 53

    Merujuk kepada ayat di atas mengartikan makna kamu itu dikembalikan

    hanya kepada suami sahaja karena suamilah sebagai pemberi mahar kepada isteri

    meskipun bisa dipakai untuk lebih dari dua orang atau lebih.

    Dapatan dari wawancara bersama Pegawai Hal Ehwal Islam Bahagian

    Kekeluargaan Islam Jabatan Agama Islam Melaka menjelaskan bahwa Hakim atau

    Pemerintah yang diklasifikasikan sebagai kategori wali kepada rakyatnya boleh

    menetapkan sesuatu jumlah mahar untuk pasangan laki-laki dan wanita yang ingin

    menikah apabila terjadi perkara-perkara sedemikian:

    1. Apabila istri meminta menetapkan jumlah mahar tetapi suami menolak

    untuk hal itu.

    2. Suami istri bertelingkah menentukan kadar mahar.

    3. Ataupun apabila terdapat masyarakat khususnya ibu-bapa dari pihak calon

    isteri yang menetapkan jumlah yang semaksimal mungkin dan akan membebankan

    calon suami seperti contoh yang mana martabat wanita biasa bisa di ukur dengan

    tinggi dan rendah mahar.64

    Dengan hal yang demikian maka disini bar