pendahuluan a. latar belakang masalahdigilib.uinsgd.ac.id/27413/9/3_bab1.pdf · seakan sulit untuk...

19
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke-21 ini manusia sudah hidup dengan kemajuan-kemajuan teknologi serta akses media komunikasi yang tidak lagi mempermasalahkan tentang keterbatasan ruang dan waktu. Kemajuan dari teknologi serta media komunikas kepada manusia seolah-olah berperan sebagai guide dalam keseharian serta menjadi suatu bentuk kebiasaan sehari-hari yang membuat kita seakan sulit untuk lepas dari setiap kemudahan dalam menggunakannya. 1 Perkembangan dari kemajuan teknologi dan media komunikasi tidak hanya sampai disitu, Media berbasis internet hadir menjadi sebuah jembatan penghubung dari cara komunikasi dan berbagi informasi yang klasik (Telepon, SMS, Broadcast, Media Cetak) ke akses yang di modernisasi lagi. Salah satu perkembangan yang lebih menarik lagi dalam fasilitas-fasilitas Media berbasis internet adalah Media Sosial. Media Sosial atau Media baru ini bukan lagi hanya sekedar sebagai media berbagi informasi, tapi juga menjadi ajang eksistensi diri bagi penggunanya. 2 Media Sosial bisa dikatakan menjadi sebuah jawaban atas pemenuhan salah satu kebutuhan manusia dalam mengaktualkan diri mereka terhadap dunia. Setiap orang di Media Sosial bisa menjadi siapa saja, berada di mana saja, berinteraksi dan berteman dengan siapa saja tanpa dibatasi oleh gender, bahasa, agama, pendidikan, status, etnis dan sebagainya. Banyak orang yang memanfaatkan media sosial sebagai ajang aktualisasi diri dengan menciptakan kesan yang bagus bagi dirinya sendiri yang lebih dikenal sebagai Self Presentation atau Presentasi Diri. (Feldman, 1995) Mengenai presentasi dan pengaktualan diri, 1 Dewi Trisilowaty, Eksistensi dan Identitas di Media Baru, Komunikasi Vol. XI No. 01, Maret: 2017 hal. 88 2 Alboin Leonard. PS, Penggunaan Media Sosial Sebagai Eksistensi Diri, Prodi Ilmu Komunikasi dan Universitas Sebelas Maret, Surakarta: 2016

Upload: others

Post on 05-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/27413/9/3_bab1.pdf · seakan sulit untuk lepas dari setiap kemudahan dalam menggunakannya.1 Perkembangan dari kemajuan teknologi

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Abad ke-21 ini manusia sudah hidup dengan kemajuan-kemajuan teknologi serta akses

media komunikasi yang tidak lagi mempermasalahkan tentang keterbatasan ruang dan waktu.

Kemajuan dari teknologi serta media komunikas kepada manusia seolah-olah berperan sebagai

guide dalam keseharian serta menjadi suatu bentuk kebiasaan sehari-hari yang membuat kita

seakan sulit untuk lepas dari setiap kemudahan dalam menggunakannya.1 Perkembangan dari

kemajuan teknologi dan media komunikasi tidak hanya sampai disitu, Media berbasis internet

hadir menjadi sebuah jembatan penghubung dari cara komunikasi dan berbagi informasi yang

klasik (Telepon, SMS, Broadcast, Media Cetak) ke akses yang di modernisasi lagi.

Salah satu perkembangan yang lebih menarik lagi dalam fasilitas-fasilitas Media

berbasis internet adalah Media Sosial. Media Sosial atau Media baru ini bukan lagi hanya

sekedar sebagai media berbagi informasi, tapi juga menjadi ajang eksistensi diri bagi

penggunanya.2 Media Sosial bisa dikatakan menjadi sebuah jawaban atas pemenuhan salah

satu kebutuhan manusia dalam mengaktualkan diri mereka terhadap dunia. Setiap orang di

Media Sosial bisa menjadi siapa saja, berada di mana saja, berinteraksi dan berteman dengan

siapa saja tanpa dibatasi oleh gender, bahasa, agama, pendidikan, status, etnis dan sebagainya.

Banyak orang yang memanfaatkan media sosial sebagai ajang aktualisasi diri dengan

menciptakan kesan yang bagus bagi dirinya sendiri yang lebih dikenal sebagai Self

Presentation atau Presentasi Diri. (Feldman, 1995) Mengenai presentasi dan pengaktualan diri,

1 Dewi Trisilowaty, Eksistensi dan Identitas di Media Baru, Komunikasi Vol. XI No. 01, Maret: 2017 hal. 88 2 Alboin Leonard. PS, Penggunaan Media Sosial Sebagai Eksistensi Diri, Prodi Ilmu Komunikasi dan

Universitas Sebelas Maret, Surakarta: 2016

Page 2: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/27413/9/3_bab1.pdf · seakan sulit untuk lepas dari setiap kemudahan dalam menggunakannya.1 Perkembangan dari kemajuan teknologi

media sosial dipandang sebagai perpanjangan dari individu (user) tersebut dalam pengaktualan

diri mereka kepada dunia. Di media sosial para pengguna memiliki kebebasan melakukan

konstruksi identitas mereka masing-masing sesuai dengan apa yang ingin terlihat dari mereka

di akun media sosial masing-masing.3 Lagi, dalam pengaktualan diri tersebut, kita bebas

memutuskan akan “berperan” sebagai apa.

Kebebasan para pengguna dalam aktualisasi diri tersebut bisa menjadikan mereka

menkontruksi diri menjadi “dirinya yang lain”. Mereka bisa dengan bebasnya berganti nama,

berganti status, berganti kelamin, berganti rupa, berganti kepribadian yang bisa saja berbeda

jauh dari dirinya dan bahkan bisa untuk memilih memperlihatkan mereka sebagai yang tak

bertuan, tak beridentitas (anonym) sekalipun.4 Menampilkan atau memposting foto-foto,

update tweet atau membagikan status merupakan salah satu metode aktualisasi diri di Media

Sosial. Jati diri yang ditampilkan di Media Sosial dapat mempresentasikan atau

memperlihatkan konsep diri mereka sendiri karena apa yang ditulis atau di bagikan di media

sosial menjadi sebuah gambaran diri bagaimana memposisikan diri mereka kepada dunia atau

masyarakat luas.5

Sudah banyak aplikasi Media Sosial yang diminati banyak kalangan masyarakat untuk

mereka jadikan ruang yang luas bagi kebebasan mereka dalam mengaktualkan diri tersebut.

Facebook, instagram, whatsapp, twitter, line, youtube merupakan sebagian dari beberapa

macam aplikasi di Media Sosial yang memiliki kegunaan yang berbeda-beda bagi setiap

penggunaannya.6 Media Sosial dan plikasi-aplikasi tersebut dapat membantu menghubungkan

mereka ke dunia maya atau dunia virtual yang lebih luas lagi, hal itu yang membuat mereka

3 Jandy E. Luik, Media Sosial dan Presentasi Diri, Prodi Ilmu Komunikasi – UK Petra, Surabaya 4 Nengsih Komalasari, Kesadaran Realitas dalam Realitas Virtual, Fakultas Ushuluddin: 2017 5 Alboin Leonard. PS, Penggunaan Media Sosial Sebagai Eksistensi Diri, Prodi Ilmu Komunikasi dan

Universitas Sebelas Maret, Surakarta: 2016 6 K. Jhonny Semuel, K. Edmond R, Pemanfaatan Internet dan Perkembangan Identitas Diri Pelajar di SMAN I

Kawangkoan Kabupaten Minahasa

Page 3: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/27413/9/3_bab1.pdf · seakan sulit untuk lepas dari setiap kemudahan dalam menggunakannya.1 Perkembangan dari kemajuan teknologi

dapat terhubung dengan “kehidupan” global di Dunia Virtual itu sendiri. “Kehidupan” tersebut

ada didalam Alam non-fisik yang sepenuhnya bisa dikatakan Alam Imanental. Alam ini bisa

tertangkap oleh beberapa indera manusia secara langsung. Seperti dapat dilihat, dirasakan,

didengar dan dialami, walaupun tidak dengan indera pengecap, peraba dan pencium. (Piliang,

2010)

Para penguna Media Sosial ini juga secara sadar bisa dengan mudah untuk

mengkontruksi diri yang didasari dengan begitu bebasnya mereka, dalam mengaktualkan diri

disana. Mereka berlomba-lomba untuk dapat menunjukan dirinya kepada dunia luar dan

mengungkapkan bahwa inilah diri mereka. Ketakterbatasan ini menjadikan seseorang

mengalami kekaguman yang sangat luar biasa, menurut isitilah Piliang, seseorang mengalami

keterpesonaan, ekstasi, dan pemujaan yang terlalu berlebihan. (Piliang, 2011) Maka dari itu

tidak sedikit seseorang bisa menjadi terlalu berlebihan dalam mengkontruksi dirinya di Media

Sosial. Membagi citra yang sebaik-baiknya hingga mencapai kesempurnaan dengan berbagai

cara agar ia dapat menyajikan suatu gambaran diri yang dapat diterima, diakui, terlihat lalu

disukai, diberi dukungan dan diberi tempat yang layak oleh massa atau pengguna lain di Media

Sosial.

Para penguna media sosial (user), yang memilih mendedikasikan separuh atau bahkan

seluruh waktunya untuk exis di Media Sosial atau dunia online ini adalah individu yang

memiliki dua kemungkinan. Kemungkinan itu bisa jadi mereka mengaktualkan diri mereka

yang “sama” atau bisa saja mereka adalah diri yang berbeda jauh dari mereka dikala offline.

Tidak sampai disitu mereka juga tidak hanya memiliki satu identitas diri semata, melainkan

mereka bisa memiliki identitas diri yang bermacam-macam dengan karakter atau kepribadian

yang beragam seperti yang mereka bentuk saat online di Media sosial. (Nasrullah, Komunikasi

Antar Budaya (di Era Budaya Siber), 2012) Kontruksi diri yang mereka lakukan di Media

Sosial juga menjadi sebuah kemungkinan bahwa mereka tidak mampu mencapai

Page 4: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/27413/9/3_bab1.pdf · seakan sulit untuk lepas dari setiap kemudahan dalam menggunakannya.1 Perkembangan dari kemajuan teknologi

keotentisitasnya di dunia realitas sehingga mereka lebih memilih untuk memasuki dunia yang

bisa ia jadikan apa saja sesuai dengan apa yang mereka kehendaki.7

Pada akhirnya, media sosial dirasa berperan sebagai tempat yang lebih nyata bagi para

penggunanya (user) dalam aktualisai diri setelah mengkontruk dirinya tersebut. Namun di sisi

lain, kontruksi diri oleh para pengguna Media Sosial juga memiliki kemungkinan bahwa hal

itu merupakan pilihan atas eksistensinya sendiri. Dimana mereka mengeluarkan kreatifitas

dalam mencari esensi dari pembentukan dirinya yang kelak akan menjadi otentik dengan

melewati tahap-tahap kontruksi diri menjadi sebuah identitas atau konsep diri mereka yang

baru.

Pilihan atas kontruksi diri atau identitas tersebut juga didasari dengan apakah mereka

akan tetap menjadi diri yang lemah atau diri yang tidak bisa mencapai keotentisitasnya seperti

di dunia realitas ataukah maju membentuk dirinya yang baru, lebih berani, kuat dan unggul.8

Hal-hal tersebut dapat berakibat pada bagaimana cara dari setiap pengguna dalam melihat

dirinya sendiri yang secara langsung menempatkan dirinya pada ketidak pastian, dikarenakan

individu sebagai pengguna media sosial tersebut mengidentifikasi bahwa dirinya di media

sosial lebih unggul daripada dirinya di dunia realitas dan kemudian pada akhirnya mereka

mempunyai berbagai identitas yang mereka pegang. (Piliang, 2018)

Berangkat dari fenomena kontruksi diri dalam aktualisasi diri di media sosial, penulis

melihat bahwa konsep manusia super yang dikemukakan oleh Friedrich Wilhelm Nietzsche

kiranya dapat menjadi pijakan dalam meneliti konsep diri pada pengguna media sosial. Dalam

pergaulan antarmanusia, yang harus ditumbuhkan adalah manusia-manusia atau diri yang

7 Warnoto, Diri Yang Otentik: Konsep Filsafat Eksistensialis Søren Kierkegaard, Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta: 2010 8 Gigih Prayogo, Konsep Ubermensch Nietzsche Dalam Pilihan Eksistensi Tokoh Matt Buckner Dalam Film

Green Street Hooligan, Universitas Gadjah Mada: 2013

Page 5: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/27413/9/3_bab1.pdf · seakan sulit untuk lepas dari setiap kemudahan dalam menggunakannya.1 Perkembangan dari kemajuan teknologi

unggul; Űbermensch, atau Superman yaitu mereka yang oleh kekuatannya bisa mengatasi

kumpulan manusia dan massa. Tujuan dalam kehidupan kemanusiaan yaitu bagaimana

menjelmakan manusia besar yang lebih kuat, cerdas dan berani. (Hassan, 2005) Menjadi

manusia yang mempunyai jati diri yang khas dan sesuai dengan dirinya, yang ditentukan dan

menjadi pilihan oleh dirinya, ia harus berani menghadapi apa yang ia duga takan bisa ia lampaui

dengan berani walau hanya dengan kekuatan dirinya sendiri.

Kaitannya dengan konteks ini, mahasiswa/i UIN SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG tidak terkecuali juga pada mahasiswa/i jurusan Aqidah dan Filsafat Islam

merupakan bagian dari fenomena aktualisasi diri di media sosial.

Dengan demikian penelitian yang berjudul “KONSEP DIRI PADA PENGGUNA

MEDIA SOSIAL” studi terhadap mahasiswa Jurusan Aqidah Filsafat Islam 2015-2018 yang

ditinjau dalam perspektif Eksistestensialisme; Konsep Manusia Super Űbermensch Nietzsche

dirasa perlu untuk menganalisis konsep diri pada pengguna media sosial tersebut.

B. Rumusan Masalah

Media sosial sebagai pencipta dunia virtual bagi penggunanya menjadi tempat yang

sangat menarik dengan berbagai fasilitas yang tersedia. Media sosial pun menjadi wadah bagi

penggunanya untuk mengaktualkan diri mereka sebebas mungkin, menggunakan segala

fasilitas yang tersedia tanpa batasan jarak dan waktu. Pada akhirnya ketidak terbatasan itu

melahirkan dualitas realitas yang tak dapat diindari lagi masyarakat di era modern ini terutama

pada pengguna aktif media sosial itu sendiri. Dari ketidak terbatasan itu, media sosial dianggap

sebagai kehidupan yang rapuh karena membunuh sifat keaslian seseorang.

Hal itu juga didasari dengan bagaimana media sosial yang hanya sebagai dunia maya

dianggap menjadi tempat yang lebih nyata bagi para penggunanya dalam mencari jati diri serta

mengaktualkan diri mereka. Maka media sosial juga diyakini sebagai media pembentukan serta

Page 6: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/27413/9/3_bab1.pdf · seakan sulit untuk lepas dari setiap kemudahan dalam menggunakannya.1 Perkembangan dari kemajuan teknologi

pengembangan konsep diri bagi penggunanya. Pengalaman-pengalaman dalam aktualisasi diri

tersebut bisa mendasari seseorang dalam pembentukan serta pengembangan diri mereka

pribadi. Dimana konsep diri seseorang lahir dari gabungan aspek-aspek diri seperti identitas,

kepribadian, sikap dan tindakan serta pengalaman yang terbentuk dari segala aktivitas di

lingkungan keseharian seseorang.

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan juga sebelumnya, skripsi ini hendak

membicarakan tentang konsep diri pada pengguna media sosial yang akan ditinjau dalam

konsep manusia super atau Űbermensch yang dikemukakan oleh Nietzsche. Untuk

memperjelas perumusan masalah, penulis mengungkapkan pertanyaan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana aktivitas mahasiswa/I Aqidah FIlsafat Islam dalam menggunakan

Media Sosial?

2. Konsep diri seperti apa yang terbentuk dari pengalaman penggunaan Media Sosial

tersebut?

3. Bagaimana Konsep Diri pada Pengguna Media Sosial dilihat dengan konsep

Ubermensch Nietzsche?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan masalah adalah arah tujuan akhir yang ingin dicapai dalam penelitian yang

dilakukan. Penelitian skripsi dapat bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan

membuktikan pengetahuan.9 Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

9 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016) hal. 290

Page 7: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/27413/9/3_bab1.pdf · seakan sulit untuk lepas dari setiap kemudahan dalam menggunakannya.1 Perkembangan dari kemajuan teknologi

1. Untuk mengungkap peran media sosial dalam aktivitas keseharian sebagai

pembentukan konsep diri.

2. Untuk mengungkap konsep diri Mahasiswa/I Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam

sebagai pengguna aktif media sosial.

3. Untuk menganalisis konsep diri pada mahasasiwa/I pengguna media sosial melalui

konsep Ubermensch Nietzsche.

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk mendapatkan gelar Sarjana dari jurusan Aqidah Filsafat Islam Fakultas

Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

2. Memberikan kegunaan praktis dengan hasil penelitian ini semoga menjadi

kontribusi terhadap pemikiran Filsafat terutama di Jurusan Aqidah Filsafat Islam

Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung perihal Eksistensi

Manusia; Konsep Manusia Super (Űbermensch)

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai Media Sosial yang dijadikan sebagai tempat aktualisasi diri ini

sudah banyak dilakukan terutama di bidang komunikasi, sosiologi dan psikolgi sebagaimana

perubahan perubahan kepribadian yang terjadi pada individu atau kelompok saat menggunakan

Media Sosial. Namun penelitian Media Sosial yang dikaitkan dengan konsep Eksistensialisme

yakni Űbermensch masih belum ada. Berikut adalah beberapa bahan pustaka yang digunakan

sebagai acuan untuk membantu masalah yang sedang diteliti sekaligus menjadi pembeda

dengan penelitian yang sedang penulis teliti.

Pertama, buku yang membahas tentang Eksistensialisme itu sendiri yaitu buku Fuad

Hassan, Berkenalan dengan Eksistensialisme. Buku ini mengantarkan serta mengenalkan

para pembaca kepada pemahaman-pemahaman Eksistensialisme beserta para filosof yang

mendalaminya. Buku ini memaparkan konsep-konsep Eksistensialisme dari masing-masing

tokohnya dan menyampaikannya dengan bahasa yang renyah dengan beberapa quotes-quotes

Page 8: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/27413/9/3_bab1.pdf · seakan sulit untuk lepas dari setiap kemudahan dalam menggunakannya.1 Perkembangan dari kemajuan teknologi

bijak yang pernah para Eksistensialis ini kemukakan dalam perjalanan hidupnya. History

Ideologi konsep manusia Űbermensch menjadi salah satu pembahasan yang cukup mendalam

oleh Nietzsche dalam buku ini.

Kedua, buku yang membahas penuh tentang “Will To Power” pemikiran

Eksistensialisme Nietzsche yaitu buku Dr. Choirul Arifin, Kehendak Untuk Berkuasa. Buku

ini adalah tulisan-tulisan filsafat yang dapat memberikan bahan bagi para pembacanya dalam

menanggapi kecenderungan pada filsafat tersebut. Sang penulis buku pun menjelaskan bahwa

pemikiran Nietzsche merupakan suatu kritik terhadap bentuk-bentuk penghayatan yang

menyentuh inti hidup manusia. Dimana pada buku ini pun penulis yang merupakan dosen sastra

di Universitas Indonesia memaparkan banyak pemikiran-pemikiran Nietzsche dengan bahasa

sastrawan yang menakjubkan. Buku ini juga mengantarkan penulis pada bagaimana konsep

Ubermensch itu sendiri dapat terbentuk sebagai suatu konsep diri seorang manusia.

Ketiga, penelitian atau skrispi Fakultas Ushuluddin Jurusan Aqidah Filsafat Islam

tentang Kesadaran Realitas Pengguna Realitas Virtual yang diteliti oleh Nengsih Komalasari.

Penelitian ini memiliki kegunaan untuk menjelaskan tentang fenomena realitas virtual telah

menggeser realitas nyata yang dialami oleh setiap individu saat ini. Ia menjelaskan juga bahwa

realitas nyata telah beku dari segala kehiruk pikukan dunia nyata yang sebenernya karena

teralihkan oleh fokusnya kepada dunia virtual tersebut.10 Setiap waktu hanya dihabiskan dalam

dunia virtual tersebut (online) keramaian-keramaian itu berada pada dunia Patafisika yang

diibaratkan seperti dunia khayalan ketika orang bisa menjadi siapa saja, dimana saja dan kapan

saja. Penelitian ini menggunakan analisis pendekatan post-positivisme.

10 Nengsih Komalasari, Kesadaran Realitas Pengguna Realitas Virtual, Fakultas Ushuluddin, 2017

Page 9: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/27413/9/3_bab1.pdf · seakan sulit untuk lepas dari setiap kemudahan dalam menggunakannya.1 Perkembangan dari kemajuan teknologi

Keempat, penelitian atau skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Ilmu

Komunikasi tentang Penggunaan Media Sosial Sebagai Eksistensi Diri yang diteliti oleh

Alboin Leonard PS. Penelitian ini menjelaskan bagaimana pemanfaatan Media Sosial dalan

masyarakat terutama bagi setiap individu sebagai ajang untuk menampilkan keberadaannya ke

dunia luar. Berlomba-lomba membuat branding tentang dirinya agar dapat diakui di mata

masyarakat. Kita yang memutuskan akan menjadi apa dan seperti apa di media sosial.

Penelitian ini menggunakan analisis Deskriptif-kualitatif.

Kelima, jurnal dari UK Petra – Surabaya Prodi Ilmu Komunikasi tentang Media Sosial

dan Presentasi Diri yang ditulis oleh Jandy E. Luik. Jurnal ini menjelaskan tentang cara-cara

atau strategi setiap individu dalam mempresentasikan dirinya di media sosial. Dalam

mempresentasikan diri di media sosial, seseorang harus memiliki strategi dan melewati standar

editorial diri yang dimiliki.11 Maka dari itu mereka akan mengkonstruksi diri mereka pribadi di

Media Sosial. Setiap individu dapat mengimplementasikan dirinya sesuai dengan elemen-

elemen yang akan ia hadirkan di Media Sosial untuk mendapatkan hasil dari strategi-strategi

yang dilakukan.

Keenam. Jurnal yang ditulis oleh Dessy Trisilowaty dengan judul Eksistensi dan

Identitas di Media Baru (new media). Jurnal ini menggambarkan bahwa fenomena-fenomena

penggunaan Media oleh masyarakat merupakan salah satu cara dalam mengistirahatkan diri

dalam kejenuhan kehidupan dengan menghibur diri di Media Sosial. Namun media justru

memberikan konsekuensi yang lebih nyata diluar dari apa yang dapat dibayangkan. Eksistensi

dalam media sosial ini lebih banyak digunakan untuk mengunggah foto-foto yang melibatkan

kegiatan pribadi seolah ia sedang benar-benar melakukannya terlepas dari kesan apa yang akan

timbul itu merupakan suatu kepuasan bagi setiap individu. Ruang sosial yang diciptakan juga

11 Jandy E. Luik, Media Sosial dan Presentasi Diri, Prodi Ilmu Komunikasi, UK Petra – Surabaya

Page 10: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/27413/9/3_bab1.pdf · seakan sulit untuk lepas dari setiap kemudahan dalam menggunakannya.1 Perkembangan dari kemajuan teknologi

sudah bukan lagi hanya sebatas kemudahan dalam komunikasi dan berbagi informasi saja tapi

lebih dari itu yang tidak dapat memilih mana yang harus dikendalikan.12

Ketujuh, Jurnal tentang Konsep Manusia Super Menurut Nietzsche “Űbermensch”

yang ditulis oleh Ricardo F. Naruru. Jurnal ini menjabarkan tentang konsep-konsep dan point

utama dalam gagasan pemikiran Nietzsche yang membicarakan tentang hakekat manusia yaitu

Will to Power (kehendak untuk berkuasa) yang menjadi landasan gagasan pemikirannya

kepada konsep manusia unggul/super. Disetiap masa hadir cara-cara tersendiri untuk

menempatkan setiap manusia dan masyarakat di jalu-jalur yang tepat. Dari kenyataan yang ada

bahwa setiap perkembangan zaman cara-cara lama itu sudah tidak sesuai dengan tuntutan

zaman yang terus berubah. Zaman yang berubah maka manusia pun akan berubah sesuai

tuntutan zaman. Oleh karena perubahan-perubahan tersebut mengisyarakat kepada perubahan

manusia juga, maka pemikiran-pemikiran baru yang akan sesuai dengan perubahan tersebut

diperlukan dalam hakekat manusia itu sendiri.13

Kedelapan, penelitian atau skripsi Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya

Mandala, Surabaya yang berjudul Konsep Manusia Otentik Menurut Søren Aabye

Kierkegaard yang diteliti oleh Ferdinandus Eltyson Prayudi. Penelitian ini menjelaskan

tentang dewasa ini manusia kerap kali menghidupi kehidupan palsu dan tidak otentik. Selain

itu juga Ferdinandus membahas bagaimana kehidupan manusia yang melek internet tersebut

juga lebih memilih untuk mengikuti apa yang massa sedang inginkan dan butuhkan. “Menjadi

Beda” seringkali menjadi hal yang tidak normal. Orang cenderung mengikuti tawaran massa

yang bahkan ia pribadi tidak tahu apakah itu baik atau buruk bagi dirinya. Seringkali mengikuti

tawaran massa manusia semakin tidak menghayati perjalanan hidupnya. Hidup manusia itu

12 Dessy Trisilowaty, Eksistensi dan Identitas Diri di Media Baru, Komunikasi, Vol. XI No. 01, Maret: 2017

hal. 93 13 Ricardo F. Naruru, Űbermensch, Konsep Manusia Super Menurut Nietzsche

Page 11: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/27413/9/3_bab1.pdf · seakan sulit untuk lepas dari setiap kemudahan dalam menggunakannya.1 Perkembangan dari kemajuan teknologi

sendiri menadi tidak otentik karena hanya mengikuti pola-pola massa yang abstrak dan

mekanis. (Hardiman, 2005)

Kesembilan, Jurnal tentang Konsep Diri Anak-Anak Pengguna Aktif Media Sosial

yang ditulis oleh Laila Hayati Universitas Bangka Belitung, Prodi Sosiologi. Jurnal ini

menjelaskan bagaimana kemajuan teknologi berbasis internet menjadi salah satu jembatan

pembentukan konsep diri anak-anak pengguna aktif media sosial. Pembentukan konsep diri

terhadap anak-anak tersebut terbentuk dari konten-kontek yang mereka gunakan di Media

Sosial tersebut.14

Kesepuluh, Skripsi yang disusun oleh Gigih Prayogo, Universitas Gadjah Mada 2013

yang berjudul Konsep Ubermensch Nietzsche Dalam Pilihan Eksistensi Tokoh Matt Buckner

Dalam Film Green Street Hooligan. Penelitian filosofis tentang film Supporter Club Bola;

Hooligan, tokoh Matt Buckner yang menjadi tokoh utama. Penggambaran mengenai tokoh

Matt Buckner dalam film “Green Street Hooligans : Stand on Your Ground” merupakan contoh

bagaimana manusia mengambil pilihan untuk eksistensinya yang dikaitkan dengan Konsep

Manusia Super atau Kehendak Untuk Berkuasa; Ubermensch yang di kemukakan oleh

Nietzsche.

F. Kerangka Pemikiran

1. Tinjauan Mengenai Media Sosial Sebagai Faktor Pembentukan Konsep Diri

Saat ini manusia hidup di masa dimana manusia mengalami dualitas realitas. Realitas

tersebut adalah realitas nyata dan realtias virtual. Realitas virtual ini secara sadar dibuat oleh

manusia itu sendiri serta menjerumuskan mereka kedalamnya.15 Fenomena tersebut salah

14 Leila Hayati, Konsep Diri Anak-Anak Pengguna Aktif Media Sosial, Prodi Sosiologi, Universitas Bangka

Belitung: Desember 2018 15 Nengsih Komalasari, Kesadaran Realitas dalam Realitas Virtual, Fakultas Ushuluddin: 2017

Page 12: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/27413/9/3_bab1.pdf · seakan sulit untuk lepas dari setiap kemudahan dalam menggunakannya.1 Perkembangan dari kemajuan teknologi

satunya adalah perkembangan media berbasis internet pada saat ini. Media Sosial merupakan

media perkembangan dari media berbasis internet yang sering di sebut media baru.

Penggunaan media sosial setiap orang berbeda-beda. Dalam penggunaannya tersebut,

seseorang menggunakan media sosial bisa saja untuk sekedar berbagi informasi,

berkomunikasi dengan orang lain maupun salah satu yang menjadi trend saat ini yaitu

pengunaan media sosial sebaagai eksistensi diri. 16 Kehadiran media sosial tersebut juga

memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi setiap individu (user) untuk berkreasi diri masing-

masing secara bebas. (Belk, 2013)

Banyak orang yang saat ini menggunakan media sosial sebagai tempat ia menunjukan

dirinya kepada dunia. Para pengguna media sosial ini juga secara sadar dapat mengkontruk

identitas dirinya yang asli ke dirinya yang lain didasari sebegitu bebas dan luasnya media sosial

sebagai tempat yang mereka jadikan sebagai tempat aktualisasi diri. Ketidak terbatas ini justru

dapat mengakibatkan seseorang mengalami kekaguman yang luar biasa. Seseorang akan

mengalami keterpesonaan dan pemujaan yang berlebihan dalam mengkontruk dirinya.

(Piliang, 2011)

Maka dari itu, media sosial merujuk pada salah satu faktor bagaimana konsep diri

seseorang dapat terbentuk. Seiring dengan tak dapat dihindarinya perkembangan media saat

ini, menjadikan media sosial sebagai tempat yang tepat atau tempat yang lebih sering

digunakan sebagai ajang aktualisasi dirinya.

2. Tinjauan Mengenai Konsep Diri

Konsep Diri merupakan representasi diri atau dapat dikatakan sebagai gambaran yang

dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri. Konsep diri ini terbentuk bukan semata-mata karena

16 Alboin Leonard Ps, Penggunaan Media Sosial Sebagai Eksistensi Diri, Universitas Sebelas Maret, 2016

Page 13: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/27413/9/3_bab1.pdf · seakan sulit untuk lepas dari setiap kemudahan dalam menggunakannya.1 Perkembangan dari kemajuan teknologi

faktor bawaan lahir. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh serta berkembang dari

interaksinya terhadap lingkungan membentuk sebuah konsep diri itu sendiri.17 Bagaimana ia

menilai dirinya sendiri serta mengkorelasikannya terhadap penilaian orang lain terhadap

dirinya.

Hurlock berpendapat bahwa, diri atau self itu sendiri merupakan sebuah dunia yang

berada di dalam dirinya yang akan membedakan dirinya sendiri dengan sesuatu atau objek yang

berada di luar dirinya. Dunia di dalam dirinya ini merupakan satu kesatuan dari beberapa

komponen dan faktor seperti pikiran, usaha, harapan, kekhawatiran serta mimpi-mimpi dirinya.

Pengalaman-pengalaman yang telah ia lalui serta yang berkembang selama hidupnya itu juga

menjadi suatu faktor pendukung dalam penilaian dirinya. (Hurlock, 1974)

Diri juga dapat dimaknai secara reflektif sebagai diri yang dapat memberikan makna

serta memikirkan eksistensinya serta mencapai keotentisitasnya dan melampaui dunia material.

Pendeknya, diri diartikan sebagai gambaran-gambaran keseharian seseorang dari keberadaan

eksistensinya.18 Pada konsep ini, diri juga dapat difahami sebagai prinsip dari keseluruhan

kehidupan seseorang.

3. Konsep Manusia Super Ubermensch

Ubermensch merupakan salah satu pemikiran eksistensialisme yang dikemukakan oleh

Friedrich Wilhelm Nietzsche. Ubermensch, overman, superman atau juga bisa diartikan

sebagai manusia unggul, yaitu mereka yang oleh kekuatannya bisa mengatasi kumpulan

manusia dan massa. (Hassan, 2005) Pemikiran ini didasari oleh pandangan Nietzsche sendiri

tentang kehendak untuk berkuasa (will to power) yang menjadikan ia beranggapan bahwa

17 Revina Rezeki Silaen, Konsep Diri Mahasiswa Dalam Media Sosial, Universitas Sumatera Utara, 2016 18 Warnoto, Diri Yang Otentik: Konsep Filsafat Eksistensialis Soren Kierkegaar, Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta: 2010.

Page 14: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/27413/9/3_bab1.pdf · seakan sulit untuk lepas dari setiap kemudahan dalam menggunakannya.1 Perkembangan dari kemajuan teknologi

manusia itu haruslah jadi diri yang unggul. Manusia itu adalah manusia yang pemberani, cerdas

dan kuat yang dapat melebihi massa itu sendiri.

Manusia unggul hanya dapat dilahirkan dari penggabungan antara tiga hal: Kekuatan,

kecerdasan dan Kebanggaan. (Hassan, 2005) Menjadi manusia unggul itu sendiri, individu

haruslah mengerahkan segala ambisi, antusias serta gairahnya dalam menikmati suatu

kehidupan. Kehidupan itu sendiri adalah kehidupan yang unggul dan dalam keunggulannya itu

ia harus senantiasa kreatif karena setiap orang memiliki tempatnya sendiri dalam kehidupan ini

yang sesuai dengan kemampuannya masing-masing. 19

G. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Metode

Metode yang dilakukan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif digunakan untuk

meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrument kunci; teknik

pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan); analisis data bersifat kualitatif dan

hasilnya lebih menekankan makna daripada generalisasi.20 Metode triangulasi (observasi

partisipan, wawancara mendalam dan dokumentasi) untuk mengetahui fenomena esensial

partisipan dalam pengalaman hidupnya.21

Pendektan yang digunakan adalah pendekatan fenomenologi. Fenomenologi ini

dimaksudkan agar peneliti menyimpan terlebih dahulu segala pengetahuan sebelumnya tentang

objek yang akan ditelti. Sehingga data-data yang tampak benar-benar asli dan orisinal tanpa

pengaruh dari peneliti.

19 Ricardo F. Naruru, Ubermensch; Konsep Manusia Super Menurut Nietzsche 20 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Method), (Bandung: Alfabeta 2014) hal. 13-14 21 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Method), (Bandung: Alfabeta 2014) hal. 14

Page 15: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/27413/9/3_bab1.pdf · seakan sulit untuk lepas dari setiap kemudahan dalam menggunakannya.1 Perkembangan dari kemajuan teknologi

Tahapan-tahapan penelitian fenomenologi adalah, perencanaan penelitian, menjelaskan

latar belaan penelitian, memilih informan dan terkahir telaah dokumen. 22

a. Perencanaan Penelitian. Tahap perencanaan penelitian dimulai dengan

membuat daftar pertanyaan dan menentukan waktu penelitian.

b. Menjelaskan latar belakang penelitian. Menurut Moustakas, seorang peneliti

fenomenologi perlu untuk menjelaskan latar belakang penelitian untuk

membuat lebih fokus pada inti penelitian dan diharapkan mengurangi bias dari

penelitian. 23

c. Memilih informan yang akan diteliti. Informan yang dipilih adalah 7 orang dari

mahasiswa Aqidah Filsafat Islam angkatan 2015-2018. Informan ini merupakan

informan yang dipilih berdasarkan hasil observasi peneliti yang melihat bahwa

informan tersebut pengguna media sosial.

d. Telaah dokumen. Telaah dokumen didapatkan dari abstrak beberapa penelitian

dan skripsi, buku-buku referensi, diskusi dengan dosen pembimbing akademik

serta artikel-artikel.

2. Sumber Data

Sumber data terdiri dari sumber data primer dan sekunder. Menurut Spradley, sumber

data dalam penelitian kualitatif itu memiliki tiga komponen, yaitu: tempat (place), pelaku

(actor) dan kegiatan (activity). Dari ketiga komponen ini, sumber data diperluas menjadi: 1)

Space yaitu ruang dalam aspek fisik, 2) Object yaitu benda-benda yang terdapat di tempat itu,

3) Act yaitu perbuatan atau tindakan-tindakan tertentu, 4) Event yaitu rangkaian aktivitas yang

22 Engkus Kuswarno, Metode Penelitian Fenomenologi; Konsep, Pedoman dan Contoh Penelitian, (Bandung:

Widya Padjajaran 2009) hal. 58-62 23 Engkus Kuswarno, Metode Penelitian Fenomenologi; Konsep, Pedoman dan Contoh Penelitian, (Bandung:

Widya Padjajaran 2009) hal. 62

Page 16: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/27413/9/3_bab1.pdf · seakan sulit untuk lepas dari setiap kemudahan dalam menggunakannya.1 Perkembangan dari kemajuan teknologi

dilaksanakan, 5) Time yaitu urutan kegiatan, 6) Goal yaitu tujuan yang ingin dicapai orang-

orang, 7) Feeling yaitu emosi yang dirasakan dan diekspresikan oleh orang-orang. 24

Sumber data pimer dari penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi Aqidah Filsafat

Islam Angkatan 2015-2018 UIN SGD Bandung. Mahasiswa AFI tercatat berjumlah 365

mahasiswa. Dari semua mahasiswa-mahasiswi AFI, tidak semua dijadikan sebagai informan

pada penelitian ini. Informan hanya diambil dari beberapa orang pada masing-masing

angkatan. Informan tersebut terdiri dari (2) orang angkatan 2015; (2) orang angkatan 2016; (1)

orang angkatan 2017 dan (1) orang angkatan 2018. Informan tersebut dipilih karena terlihat

intensitas pemakaian serta aktivitas mereka di media sosial melalui observasi tersamar dimana

aktivitas mereka sebagai mahasiswa tidak luput dari pengaplikasian media sosial setiap

harinya.

Pada penelitian ini yang diteliti adalah konsep diri yang terbentuk oleh mereka

mahasiswa-mahasiswi pengguna media sosial. Penelitian ini dilakukan di lingkungan kampus

UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan sekitarnya. Sedangkan sumber data sekunder dari

penelitian ini adalah buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan konsep diri serta

media sosial.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan teknik Triangulasi. Teknik

tersebut merupakan gabungan dari waancara mendalam, obesrvasi partisipan dan

dokumentaasi. Wawancara mendalam itu sendiri merupakan pertemuan antara dua orang untuk

bertukan informasi dan ide melalui sesi Tanya jawab sehingga dapat di kontruksikan makna

dalam suatu topik tertentu.25

24 Op. Cit. Sugiyono. hal.313 25 Op. Cit. Sugiyono. Hal. 316

Page 17: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/27413/9/3_bab1.pdf · seakan sulit untuk lepas dari setiap kemudahan dalam menggunakannya.1 Perkembangan dari kemajuan teknologi

Wawancara dilakukan untuk mengetahui pengalaman mahasiswa-mahasiswi Aqidah

Filsafat Islam sebagai pengguna media sosial. Wawancara ini akan menghasilkan banyak hal

sebagai bahan analisis konsep diri mereka yang terbentuk sebagai pengguna media sosial.

Observasi partisipan adalah metode dimana peneliti terjun dan terlibat langsung dalam

setiap aktivitas partisipan. Sanafiah Faisal, mengklasifikasikan obesevasi menjadi tiga yaitu

obeservasi partisipatif, observasi terus terang dan tersamar dan observasi tak terstruktur.

Observasi partisipatif adalah observasi dimana peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari

orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.

Observasi terus terang dan tersamar adalah obeservasi dimana peneliti dalam

pengumpulan data menyatakan terus terang kepada narasumber, bahwa ia sedang melakukan

penelitian. Jadi narasumber bisa mengetahui dari awal smapai akhir aktivitas peneliti. Akan

tetapi di suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam melakukan observasi.

Hal ini untuk menghindari data yang sengaja disembunyikan jika diketahui peneliti. Sementara

observasi tak terstuktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa

yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa

yang akan diamati. Disini peneliti tidak menggunakan instrument yang telah baku melainkan

hanya garis besar saja. 26 Metode yang terakhir ini tidak akan dilakukan oleh peneliti,

mengingat bahwa peneliti sudah mempersiapkan dan menentukan tema dalam penelitian.

Teknik terakhir yaitu dokumentasi. Menurut Sugiyono, dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Bisa berbentuk tulisan (cerita, biografi, peraturan, kebijakan dll),

gambar (foto, gambar hidup, seketsa dll) dan karya-karya (karya seni seperti gambar, patung,

film dll). (Sugiyono, 2016) Dokumentasi dilakukan untuk mengabadikan gambar-gambar

perilaku pengguna media sosial di dunia nyata dan di media sosial atau dokumen-dokumen lain

26 Op. Cit. Sugiyono. Hal. 310-312

Page 18: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/27413/9/3_bab1.pdf · seakan sulit untuk lepas dari setiap kemudahan dalam menggunakannya.1 Perkembangan dari kemajuan teknologi

yang berkaitan, yang berguna untuk mendukung data-data hasil observasi dan wawancara.

Dokumentasi ini akan dilampirkan dibagian akhir skripsi.

4. Teknik Analisis Data27

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dan membuat kesimpulan

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Analisis data kualitatif bersifat

induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan

menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut,

selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan

apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul.

Bila berdasarkan data yang terkumpul secara berulang-ulang melalui teknik triangulasi,

ternyata hipotesis diterima maka hipotesis tersebut menjadi sebuah teori-teori. Pada prosesnya

analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selaa di

lapangan dan setelah selesai di lapangan.

Sebelum memasuki lapangan analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan

atau dasa sekunder yang akn menentukan fokus tema penelitian. Namun demikian fokus

penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk ke

lapangan. Dari hasil data yang telah terkumpul selanjutnya penulis akan mencoba mengambil

sebuah kesimpulan umum yang nantinya kesimpulan tersebut akan penulis hubungkan dengan

teori-teori yang berkesesuaian dengan permasalahan tersebut dengan tujuan mengungkap

masalah yang telah dipaparkan sebelumnya.

27 Op. Cit. Sugiyono. Hal. 333-340

Page 19: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/27413/9/3_bab1.pdf · seakan sulit untuk lepas dari setiap kemudahan dalam menggunakannya.1 Perkembangan dari kemajuan teknologi

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah serta untuk kelancaran penulisan dan pemahaman secara

menyeluruh dalam penelitian mengenai Konsep Diri Pada Pengguna Media Sosial di

Lingkungan Mahasiswa/I Jurusan Aqidah Filsafat Islam angkatan 2015-2018, maka penulis

akan menguraikan sistematika penulisan sebagai berikut :

1. BAB I PENDAHULUAN

Di dalam bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitan,

kerangka peikiran, langkah penelitian serta sistematika pembahasan yang bertujuan

untuk menungkapkan serta menggambarkan permasalahan yang diambil berdasalkan

analisa penulis.

2. BAB II LANDASAN TEORI

Berisi tentang teori atau penjelasan umum yang berkaitan dengan masalah ataupun

faktor-faktor yang membuat masalah itu muncul seperti:

a. Teori mengenai Media Sosial

b. Teori mengenai Konsep Diri

c. Pembahasan Mengenai Media Sosial Sebagai Media Pembentukan Konsep Diri

d. Konsep Manusia Unggul; Ubermensch, Nietzsche

3. BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisikan mengenai paparan data dari hasil penelitian yang dilakukan

sebelumnya, meliputi:

a. Kondisi Obyektif Mahasiswa/I Jurusan Aqidah Filsafat Islam

b. Hasil Penelitian

4. BAB IV PENUTUP

a. Kesimpulan