pemekaranwilayah.ppt
TRANSCRIPT
Triarko NurlambangDept. Geografi FMIPA UI
Disampaikan dalam
Seminar Nasional Pemekaran Wilayah Sulawesi dalam Perspektif Sejarah
Makassar, 26 April 2006
Berdasarkan PP no. 129 tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah
Pemekaran Daerah adalah pemecahan Daerah Propinsi, Daerah Kabupaten, dan Daerah Kota menjadi lebih dari satu Daerah
Tujuan Pemekaran Daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui :
a. Peningkatan pelayanan pada masyarakat;b. Percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi;c. Percepatan pelaksanaan pembangunan
perekonomian daerah;d. Percepatan pengelolaan potensi daerah;e. Peningkatan keamanan dan ketertiban;f. Peningkatan hubungan yang serasi antara Pusat
dan Daerah
Syarat Pembentukan Daerah : a. Kemampuan ekonomi;b. Potensi daerah;c. Sosial budaya;d. Jumlah penduduk;e. Luas daerah;f. Pertimbangan lain yang memungkinkan
terselenggaranya Otonomi Daerah - keamanan dan ketertiban- ketersediaan sarana dan prasarana pemerintahan- rentang kendali- Propinsi: min. ada 3 kabupaten/ kota- Kabupaten: min. ada 3 kecamatan - Kota: min. ada 3 kecamatan
Kriteria Pemekaran Daerah : a. Kemampuan ekonomi;b. Potensi daerah;c. Sosial budaya;d. Jumlah penduduk;e. Luas daerah;f. Pertimbangan lain yang memungkinkan
terselenggaranya Otonomi Daerah
• PEMIKIRAN yang terFRAGMENTASI (terkotak-kotak) / tidak menyeluruh; padahal semua berjalan SISTEMIK
• Sikap dan orientasi yang TIDAK berupaya untuk MANDIRI; padahal sepakat dengan KEUNGGULAN DAERAH dan SUSTAINABLE
DEVELOPMENT
INDONESIA TERTINGGAL?
SAAT BANGSA LAIN BICARA… KITA MASIH BAHAS….
KNOWLEDGE BASED ECONOMY EKONOMI KERAKYATAN
INOVATION DRIVEN GROWTH NATURAL RESOURCES DRIVEN GROWTH
HUMAN CAPITAL SIBUK DGN KONFLIK INTERNAL
UNKNOWN MARKETS REKAPITULASI
Pengangguran
Tabungan terbatas
Kurang modal
Produktifitas rendah
Pendapatan/kapita rendah
Daya beli rendah
Pertmbhn eko. rendah
Keluarga besar
Laju kelahiran
tinggi
Permintaan tenga kerja
tinggi
Output/ pekerja kurang
Pendidikan kurang
Kemiskinan
Perumahan tak layak
Kondisi hidup tak sehat
Kesehatan buruk
Kurang gizi
Diet jelek
Ouput pertanian
kecil
Sedikit input modern
REGION “A”
Jika menggunakan pendekatan
sektoral maka sulit
menentukan prioritas
Jika menggunakan pendekatan regional maka akan dilihat lebih holistik /komprehensif dan sistemik; prioritas nya adalah kebutuhan stakeholder
Basis Proyek vs sustainable development (jangka pendek vs jangka panjang) Arus Kas vs Porto-folio ada apa dengan angka ajaib ‘0’ dan ‘5’ ?
Positivisme vs Relativisme
POSITIVISME RELATIVISMERasional Rasional + Irrasional
Informasi terbatas Informasi tidak terbatas (open source)
Plural specifik Keatuan holistik
(cenderung fokus pd monodisiplin) (harus multidisiplin)
Global/orientasi ke-barat (western) Kearifan dan keunikan Lokal
Attitudes Perception Cognition Learning
Spatial behavior
Environmental Structure
I n t e r f a c e
Chan
ge in
the
syst
em
Beha
vior
with
the
syst
em c
hang
es th
e in
terfa
ce
Golledge, 1997
Nasional
Regional
Propinsi
Kabupaten
Perusahaan
Sektor Ekonomi
Satu Kabupaten Satu Kompetensi Inti
Industri
SAKA SAKTISAKA SAKTI
Geographic Levels &Cluster Competitiveness
Menggali kekuatan
andalan kabupaten
untuk membangun
kompetensi inti, yang menjadi
unggulan dalam bersaing di
pasar global
DAYA SAING STRATEGI
FAKTOR KUNCIKEBERHASILAN
INDUSTRI
KAPABILITAS ORGANISASI
KOMPETENSI
TANGIBLE INTANGIBLE SDM
FISIK KEUANGAN TEKNOLOGI REPUTASI BUDAYA KETRAMPILAN &PENGETAHUAN KHUSUS
KOMUNIKASI &INTERAKTIF
MOTIVASI
COLLECTIVE LEARNING
SYARAT : AKSES KE PASARTIDAK MUDAH DITIRUKONTRIBUSI KE STAKE HOLDER
654 987 121110
BUSINESS 1 BUSINESS 2 BUSINESS 3 BUSINESS 4
Core Product 1
Core Product 2
KABUPATENCOMPETENCE 1
KABUPATENCOMPETENCE 2
KABUPATENCOMPETENCE 3
THE ROOT OF COMPETITIVENESS
ATASE PERDAGANGANTRADING HOUSEITPC
ATASE PERDAGANGANTRADING HOUSEITPC
ATASE PERDAGANGANTRADING HOUSEITPC
321
ATASE PERDAGANGANTRADING HOUSEITPC
Final product
KABUPATENCOMPETENCE 4
Place Berkaitan
dengan lokasi dan integrasi antara
masyarakat, budaya dan
alam
Setiap manusia (normalsense) memiliki sense of place
Perkembangan sense of place seseorang:
•FisikJenis kelamin, umur, kesehatan, kemampuan finansial
•PsikologisNilai/kepercayaan, keturunan, keperibadian
•Pengalaman/ pengetahuan
Tingkat pendidikan, sosialisasi
Declarative componentDeclarative component:pengetahuan akan makna obyek dan tempatnya
Relational and configurationalRelational and configurationalhubungan keruangan (spatial relationship) diantara pengembangan obyek dan tempatnya
Procedural knowledgeProcedural knowledgemenggambarkan proses perkembangan perubahan obyek dalam konteks keruangan
Environmental cognition
Spatial Cognition
Cognitive mapping Mental MapsMental Maps
Suatu proses transformasi psikologis yang diharapkan, disimpan, recalls dan decodes information tentang lokasi dan atribut dari
satu fenomena kejadian kehidupan sehari-hari.
Social MappingSocial Mapping
Sense of Place
Zone AZone B
t1
t2
t3
Expansion Diffusion
t1t2
t3
Relocation Diffusion
Combination of Expansion and Relocation
Konflik Geografis
Konflik Contiguity bersifat vertikal
Konflik Teritorial bersifat horizontal
Konflik Gabungan vertikal + horizontal
Satu otorita daerah memiliki wilayah pengelolaan yang tumpang tindih dengan otoritas daerah yang lebih tinggi. Contoh kasus Pemda Batam dan Otoritas Batam., Pemda Tk 2 dan Tk 1 atau Perda Pariwisata dan UU Suaka Alam
Satu otorita daerah yang konflik dengan otorita daerah lain yang setara. Contoh kasus konflik batas negara, konflik pengelolaan sumberdaya ikan laut antar Propinsi/ kabupaten
Sebagai contoh adalah pembentukan atau pemekaran Daerah baru. Contoh lain (potensial) adalah penerapan konsep Megapolis di Jabodetabek
Garis batas awal
Kabupaten A
Garis batas pemekaran Daerah
Kabupaten A1:
setelah pemekaran
Kabupaten A2: setelah pemekaran
Tipikal Konflik:•) Konflik antara
pusat dengan daerah (konflik
vertikal)
•Antara Prop A1 dg prop A2
(konflik horizontal
Banyak keterkaitan fungsional pembangunan yang “terpotong” oleh akibat batas admnistrasi baru dan menimbulkan resiko masalah pengambilan keputusan sampai pelaksanaan di lapangan
Manfaat Resiko• Terjadi Peningkatan Kesejahteraan (sesuai Tujuan)• Timbul Peluang Kerja• Rentang Kendali mengecil
• Konflik sosial-ekonomi (masalah lokalitas nilai)• disparitas sosial-ekonomi• Biaya tinggi dan tambah rentang birokrasi, khusus untuk aktifitas pembangunan yang lintas batas inefisiensi; daya saing melemah
Cognitive Space
Affective Space
Sense of Place
Spatial Attributes
Physical Landscape
Cultural Landscape
Spatial Behavior
Spatial Arrangement
Regional Planning Process
Positive Approach
Relative Approach
Spatial Imagination Values
Cognitive Space
Affective Space
Conative
Psychological
transformation
Cognitive
Affective
Conative
Spatial Behavior Practices
Spatial arrangement / Tata Ruang
per e
ncan
aan
wil a
yah
SPACE VALUE ?