panduan imunisasai
TRANSCRIPT
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
1/69
Imunisasi pada Anak
Istilah imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama. Immunization is the
process of inducing immunity artificially by either vaccination (active immunization) or
administration of antibody (passive immunization). Vaccination is administration of any
vaccine or toxoid (inactivated toxin).1
Imunitas secara pasif dapat diperoleh dari pemberian dua macam bentuk, yaitu
imunoglobulin yang non-spesifik atau disebut juga gamaglobulin dan imunoglobulin yang
spesifik yang berasal dari plasma donor yang sudah sembuh atau baru saja mendapatkan
vaksinasi penyakit tertentu. Imunoglobulin non-spesifik digunakan pada anak dengan
defisiensi imunoglobulin sehingga memberikan perlindungan dengan segera dan cepat yang
seringkali dapat terhindar dari kematian. Hanya saja perlindungan tersebut tidaklah permanen
melainkan hanya berlangsung beberapa minggu saja. Demikian pula cara tersebut adalah
mahal dan memungkinkan anak justru menjadi sakit karena secara kebetulan atau karena
suatu kecelakaan serum yang diberikan tidak bersih dan masih mengandung kuman yang
aktif. Sedangkan imunoglobulin yang spesifik diberikan pada anak yang belum terlindung
karena belum pernah mendapatkan vaksinasi dan kemudian terserang misalnya penyakit
difteria, tetanus, hepatitis dan !."
#aksinasi, merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan
pada suatu antigen berasal dari suatu patogen. ntigen yang diberikan telah dibuat demikian
rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun memproduksi limfosit yang peka, antibodi
dan sel memori. $ara ini menirukan infeksi alamiah yang tidak menimbulkan sakit namun
cukup memberikan kekebalan. %ujuannya adalah memberikan &infeksi ringan& yang tidak
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
2/69
berbahaya namun cukup untuk menyiapkan respon imun sehingga apabila terjangkit penyakit
yang sesungguhnya di kemudian hari anak tidak menjadi sakit karena tubuh dengan cepat
membentuk antibodi dan mematikan antigen ' penyakit yang masuk tersebut."
Tujuan Imunisasi(
%ujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada
seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat atau bahkan
menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar. )eadaan yang
terakhir ini lebih mungkin terjadi pada jenis penyakit yang hanya dapat ditularkan melalui
manusia, seperti misalnya penyakit difteria.
Kualitas dan Kuantitas Vaksin(
#aksin adalah mikroorganisme atau toksoid yang diubah sedemikian rupa sehingga
patogenisitas atau toksisitasnya hilang tetapi masih tetap mengandung sifat antigenisitas.
!eberapa faktor kualitas dan kuantitas vaksin dapat menentukan keberhasilan vaksinasi,
seperti cara pemberian, dosis, frekuensi pemberian ajuvan yang dipergunakan, dan jenis
vaksin.
• Cara pemberian vaksin akan mempengaruhi respons imun yang timbul. *isalnya
vaksin polio oral akan menimbulkan imunitas lokal di samping sistemik, sedangkan
vaksin polio parenteral akan memberikan imunitas sistemik saja.
• Dosis vaksin terlalu tinggi atau terlalu rendah juga mcmpengaruhi respons imun
yang terjadi. Dosis terialu tinggi akan menghambat respons imun yang diharapkan,
sedang dosis terlalu rendah tidak merangsang sel imunokompeten. Dosis yang tepat
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
3/69
dapat diketahui dari hasil uji klinis, karena itu dosis vaksin harus sesuai dengan dosis
yang direkomendasikan.
• Frekuensi pemberian juga mempengaruhi respons imun yang terjadi. Sebagaimana
telah kita ketahui, respons imun sekunder menimbulkan sel efektor aktif lebih cepat,
lebih tinggi produksinya, dan afinitasnya lebih tinggi. Di samping frekuensi, jarak
pemberian pun akan mempengaruhi respons imun yang terjadi. !ila pemberian vaksin
berikutnya diberikan pada saat kadar antibodi spesifik masih tinggi, maka antigen yang
masuk segera dinetralkan oleh antibodi spesifik yang masih tinggi tersebut sehingga
tidak sempat merangsang sel imunokompeten. !ahkan dapat terjadi apa yang dinamakan
reaksi rthus, yaitu bengkak kemerahan di daerah suntikan antigen akibat pembentukan
kompleks antigen antibodi lokal sehingga terjadi peradangan lokal. )arena itu
pemberian ulang (booster) sebaiknya mengikuti apa yang dianjurkan sesuai dengan hasil
uji klinis.
• Ajuvan adalah +at yang secara nonspesifik dapat meningkatkan respons imun
terhadap antigen. juvan akan meningkatkan respons imun dengan mempertahankan
antigen pada atau dekat dengan tempat suntikan, dan mengaktivasi set $ (antigen
presenting cells) untuk memproses antigen secara efektif dan memproduksi interleukin
yang akan mengaktifkan sel imunokompeten lainnya.
• Jenis vaksin, vaksin hidup akan menimbulkan respons imun lebih baik dibanding
vaksin mati atau yang diinaktivasi (killed atau inactivated) atau bagian komponen dari
mikroorganisme.
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
4/69
Persyaratan Vaksin(
Dengan mempelajari respons imun yang terjadi pada pajanan antigen, maka
terdapat empat faktor sebagai persyaratan vaksin, yaitu /
1. mengaktivasi $ untuk mempresentasikan antigen dan memproduksi
interleukin,
". mengaktivasi sel % dan sel ! untuk membentuk banyak sel memori
(. mengaktivasi sel % dan sel %c terhadap beberapa epitop, untuk mengatasi variasi
respons imun yang ada dalam populasi karena adanya polimorfisme *H$
0. memberi antigen yang persisten, mungkin dalam sel folikular dendrit jaringan
limfoid tempat sel ! memori direkrut sehingga dapat merangsang sel ! seaktu-aktu
menjadi sel plasma yang membentuk antibodi terus menerus sehingga kadarnya tetap
tinggi.
Jenis Vaksin0
ada dasarnya, vaksin dapat dibagi menjadi " jenis, yaitu
• Live attenuated bakteri atau virus hidup yang dilemahkan
• Inactivated bakteri, virus atau komponennya, dibuat tidak aktif
Vaksin Hidup Attenuated
#aksin hidup dibuat dari virus atau bakteri liar (ild) penyebab penyakit. #irus atau
bakteri liar ini dilemahkan (attenuated) di laboratorium, biasanya dengan cara pembiakan
berulang-ulang. *isalnya vaksin campak yang dipakai sampai sekarang, diisolasi untuk
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
5/69
mengubah virus liar campak menjadi virus vaksin dibutuhkan 12 tahun dengan cara
melakukan penanaman pada jaringan media pembiakan secara serial dari seorang anak yang
menderita penyakit campak pada tahun 1340.
• Supaya dapat menimbulkan respons imun, vaksin hidup attenuated harus
berkembang biak mengadakan replikasi di dalam tubuh resipien. Suatu dosis
kecil virus atau bakteri yang diberikan, yang kemudian mengadakan replikasi
di dalam tubuh dan meningkat jumlahnya sampai cukup besar untuk memberi
rangsangan suatu respons imun.
• papun yang merusak organisme hidup dalam botol misalnya panas atau cahaya
atau pengaruh luar terhadap replikasi organisme dalam tubuh antibodi yang beredar
dapat menyebabkan vaksin tersebut tidak efektif.
• 5alaupun vaksin hidup attenuated menyebabkan penyakit, umumnya bersifat ringan
dibanding dengan penyakit alamiah dan itu dianggap sebagai kejadian ikutan (adverse
event). 6espons imun terhadap vaksin hidup attenuated pada umumnya sama dengan
yang diakibatkan oleh infeksi alamiah. 6espons imun tidak membedakan antara suatu
infeksi dengan virus vaksin yang dilemahkan dan infeksi dengan virus liar.
• #aksin virus hidup attenuated secara teoritis dapat berubah menjadi bentuk patogenik
seperti semula. Hal ini hanya terjadi pada vaksin polio hidup.
• Imunitas aktif dari vaksin hidup attenuated tidak dapat berkembang karena pengaruh
dari antibodi yang beredar. ntibodi dari sumber apapun misalnya transplasental,
transfusi dapat mempengaruhi perkembangan vaksin mikroorganisme dan
menyebabkan tidak adanya respons (non response). #aksin campak merupakan
mikroorganisme yang paling sensitif terhadap antibodi yang beredar dalam tubuh. #irus
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
6/69
vaksin polio dan rotavirus paling sedikit terkena pengaruh.
• #aksin hidup attenuated bersifat labil dan dapat mengalami kerusakan bila kena
panas dan sinar, maka harus dilakukan pengelolaan dan penyimpanan dengan baik dan
hati-hati.
#aksin hidup attenuated yang tersedia
• !erasal dari virus hidup / vaksin campak, rubela, polio, rotavirus
•!erasal dari bakteri / vaksin !$7 dan demam tifoid oral.
Vaksin Inactivated
#aksin inactivated dihasilkan dengan cara membiakkan bakteri atau virus dalam
media pembiakan persemaian, kemudian dibuat tidak aktif (inactivated) dengan
penambahan bahan kimia biasanya formalin. 8ntuk vaksin fraksional, organisme tersebut
dibuat murni dan hanya komponen-komponennya yang dimasukkan dalam vaksin misalnya
kapsul polisakarida dari kuman pneumokokus.
• #aksin inactivated tidak hidup dan tidak dapat tumbuh, maka seluruh dosis antigen
dimasukkan dalam suntikan. #aksin ini tidak menyebabkan penyakit alaupun pada
orang dengan defisiensi imun dan tidak dapat mengalami mutasi menjadi bentuk
patogenik. %idak seperti antigen hidup, antigen inactivated umumnya tidak dipengaruhi
oleh antibodi yang beredar. #aksin inactivated dapat diberikan saat antibodi berada di
dalam sirkulasi darah.
• #aksin inactivated selalu membutuhkan dosis ganda. ada umumnya, pada dosis
pertama tidak menghasilkan imunitas protektif, tetapi hanya memacu atau menyiapkan
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
7/69
sistem imun. 6espons imun protektif baru timbul setelah dosis kedua atau ketiga. Hal ini
berbeda dengan vaksin hidup, yang mempunyai respons imun mirip atau sama dengan
infeksi alami, respons imun terhadap vaksin inantivated sebagian besar humoral, hanya
sedikit atau tak menimbulkan imunitas selular. %iter antibodi terhadap antigen
inactivated menurun setelah beberapa aktu. Sebagai hasilnya maka vaksin inactivated
membutuhkan dosis suplemen tambahan secara periodik.
• ada beberapa keadaan suatu antigen untuk melindungi terhadap penyakit masih
memerlukan vaksin seluruh sel (hole cell)! namun vaksin bakterial seluruh sel bersifat
paling reaktogenik clan menyebabkan paling banyak reaksi ikutan atau efek samping. Ini
disebabkan respons terhadap komponen-komponen sel yang sebenarnya tidak diperlukan
untuk perlindungan contoh antigen pertusis dalam vaksin D%.
#aksin inactivated yang tersedia saat ini berasal dari
• Seluruh sel virus yang inactivated! contoh influen+a, polio, rabies, hepatitis .
• Seluruh bakteri yang inactivated! contoh pertusis, tifoid, kolera, lepra.
• #aksin fraksional yang masuk sub-unit, contoh hepatitis !, influen+a, pertusisa-seluler,
tifoid #i, lyme disease!
• %oksoid, contoh difteria, tetanus, botulinum,
• olisakarida murni, contoh pneumokokus, meningokokus, clan "aemophilus influenzae
tipe b.
• 7abungan polisakarida "aemophillus influenzae tipe b dan pneumokokus.
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
8/69
Penyimpanan Vaksin4
#aksin yang disimpan dan diangkut secara tidak benar akan kehilangan potensinya.
Instruksi pada lembar penyuluhan brosur informasi produk harus disertakan. turan umum
untuk sebagian besar vaksin, baha vaksin harus didinginkan pada temperatur "-9: $ dan
tidak membeku. Sejumlah vaksin D%, Hib, hepatitis !, dan hepatitis menjadi tidak aktif
bila beku. engguna dinasehatkan untuk melakukan konsultasi guna mendapatkan informasi
khusus vaksin-vaksin individual, karena beberapa vaksin ;# dan #ello fever) dapat
disimpan dalam keadaan beku.
Pemberian Suntikan4
Sebagian besar vaksin diberikan melalui suntikan intramuskular atau subkutan
dalam. %erdapat perkecualian pada dua jenis vaksin yaitu ;# diberikan per-oral dan !$7
diberikan dengan suntikan intradermal dalam kulit. 5alaupun vaksin sebagian besar
diberikan secara suntikan intramuskular atau subkutan dalam, namun bagi petugas kesehatan
yang kurang berpengalaman memberikan suntikan subkutan dalam, dianjurkan memberikan
dengan cara intramuskular.
Ara Sudut Jarum Pada Suntikan Intramuskular4
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
9/69
Tempat Suntikan !an" Dianjurkan4
aha anterolateral adalah bagian tubuh yang diajurkan untuk vaksinasi pada bayi dan
anak umur di baah 1" bulan. 6egio deltoid adalah alternatif untuk vaksinasi pada anak
yang lebih besar mereka yang telah dapat berjalan dan orang deasa.
6isiko kerusakan saraf iskhiadika akibat suntikan di daerah gluteus lebih banyak
dijumpai pada bayi karena variasi posisi saraf tersebut, masa otot lebih tebal, sehingga pada
vaksinasi dengan suntikan intramuskular di daerah gluteal dengan tidak disengaja
menghasilkan suntikan subkutan dengan reaksi lokal yang lebih berat. #aksin hepatitis ! dan
rabies bila disuntikkan di daerah gluteal kurang imunogenik> hal ini berlaku untuk semua
umur.
6ekomendasi untuk penyuntikkan vaksin di daerah paha anterio lateral sebenarnya
telah diketahui, namun beberapa petugas kesehatan masih segan meninggalkan praktek
tradisionalnya dengan menyuntik di daerah gluteal. Sehubungan dengan hal tersebut,
dianjurkan untuk selalu mengulang kembali dengan memberi peringatan baha bila vaksin-
vaksin tersebut disuntikkan di daerah gluteal harus hati-hati, yaitu dengan memilih lokasi
suntikan yang tepat untuk menghidari saraf ischiadika. Sedangkan untuk vaksinasi !$7,
harus disuntik pada kulit di atas insersi otot deltoid lengan atas, sebab suntikan diatas
puncak pundak memberi risiko terjadinya keloid.
Posisi Anak Dan #okasi Suntikan4
#aksin yang disuntikkan harus diberikan pada bagian tanpa risiko kerusakan saraf
dan pembuluh vaskular serta jaringan lainnya. enting baha bayi dan anak jangan bergerak
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
10/69
saat disuntik, alaupun demikian cara memegang bayi dan anak yang berlebihan akan
menambah ketakutan sehingga meningkatkan ketegannan otot. erlu diyakinkan kepada
orang tua atau pengasuh untuk membantu memegang anak atau bayi, dan harus diberitahu
agar mereka memahami apa yang sedang dikerjakan.
lasan memilih otot vastus lateralis pada bayi clan anak umur di baah 1" bulan
adalah/
• *enghindari risiko kerusakan saraf iskhiadika pada suntikan daerah gluteal.
•
Daerah deltoid pada bayi dianggap tidak cukup tebal untuk menyerap suntikan secara
adekuat.
• #aksin hepatitis ! dan rabies sifat imunogenesitasnya berkurang bila disuntikkan di
daerah gluteal.
• *enghindari risiko reaksi lokal dan terbentuknya nodulus di tempat suntikan yang
menahun.
Vastus lateralis$ Posisi Anak dan #okasi Suntikan4
7ambar 1. Diagram ?okasi Suntikan yang Dianjurkan pada ;tot aha Dikutip dari
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
11/69
Suyitno, "2244
#astus lateralis adalah otot bayi yang tebal dan besar, yang mengisi bagian
anterolateral paha. #aksin harus disuntikkan ke dalam batas antara sepertiga otot bagian atas
dan tengah yang merupakan bagian yang paling tebal dan padat.
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
12/69
&enyuntikan subkutan untuk imunisasi **B, variseia, Hib
Dikutip dari / Suyitno, "2244
7ambar ". ?okasi enyuntikan Subkutan pada !ayi a dan nak !esar b Dikutip
dari Suyitno, "2244
erhatian untuk suntikan subkutan
• rah jarum 04: terhadap kulit
• $ubit tebal imtuk suntikan subkutan
• spirasi semprit sebelum vaksin disuntikkan
• 8ntuk suntikan multipel diberikan pada bagian ekstrimitas berbeda
Penyuntikan Intramuskular
%abel ". edoman penyuntikan intramuskular
%mur Tempat %kuran Jarum
!ayi ;tot vastus lateralis pada
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
13/69
cukup besarpada
umumnya umur ( th
A ( tahun ;tot deltoid, di baah
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
14/69
Keadaan &ayi' Anak Sebelum Imunisasi=
;rang tua atau pengantar bayi'anak dianjurkan mengingat dan memberitahukan
secara lisan atau melalui daftar isian tentang hal-hal yang berkaitan dengan indikasi kontra
atau risiko kejadian ikutan pasca imunisasi tersebut di baah ini,
• pernah mengalami kejadian ikutan pasca imunisasi yang berat memerlukan
pengobatan khusus atau perlu peraatan di rumah sakit,
• alergi terhadap bahan yang juga terdapat di dalam vaksin misaFnya neomisin
• sedang mendapat pengobatan steroid jangka panjang, radioterapi atau kemoterapi,
• menderita sakit yang menurunkan imunitas leukemia, kanker, HI#'IDS,
• tinggal serumah dengan orang lain yang imunitasnya menurun leukemia, kanker,
HI# ' IDS,
• tinggal serumah dengan orang lain dalam pengobatan yang menurunkan imunitas
radioterapi, kemoterapi, atau terapi steroid
• pada bulan lalu mendapat imunisasi yang berisi vaksin virus hidup vaksin campak,
poliomielitis, rubela,
• pada ( bulan yang lalu mendapat imunoglobulin atau transfusi darah,
• menderita penyakit susunan syaraf pusat.
Pemberian Para(etamol Sebelum dan Sesuda Imunisasi=
)epada orangtua atau pengantar diberitahukan baha (2 menit sebelum
imunisasi D%'D%, **6, Hib, hepatitis ! dianjurkan memberikan parasetamol 14
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
15/69
mg'kgbb kepada bayi'anak untuk mengurangi ketidaknyamanan pasca vaksinasi.
)emudian dilanjutkan setiap (-0 jam sesuai kebutuhan, maksimal = kali dalam "0 jam.
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
16/69
sesuaikan program pengobatan %! pada bayi
• pabila kondisi bayi baik dan dan hasil uji tuberkulin negatif, lanjutkan pencegahan
dengan isonia+id dalam aktu = bulan.
• %unda pemberian !$7 sampai " minggu setelah pengobatan selesai. !ila !$7 sudah
terlanjur diberikan, ulang " minggu setelah pengobatan I@H selesai.
• Gakinkan ibu baha SI tetap boleh diberikan dan cacat berat badan bayi tiap " minggu.
Ibu menderita HIV
• %idak ada tanda-tanda spesifik HI# yang dapat ditemukan pada bayi saat lahir.
• %anda klinis dapat ditemukan pada umur = minggu setelah lahir, namun uji
antibodi baru dapat dideteksi pada umur 19 bulan, untuk menentukan status
HI# bayi.
• !ayi yang dilahirkan dari ibu HI# positif, lakukan konseling pada keluarga, raat bayi
seperti bayi yang lain. !ayi tetap diberi imunisasi rutin seperti layaknya bayi sehat lain.
Vaksin pada Pro"ram Imunisasi +asional
Tuberkulosis )vaksin &C,*
%uberkulosis %! disebabkan oleh $ycobacterium tuberculosis dan $ycobacterium bovis.
%uberkulosis paling sering mengenai paru-paru, tetapi dapat juga mengenai organ-organ lain.9
-pidemiolo"i9
Dalam data jumlah kasus %!, Indonesia merupakan tiga besar di dunia. Survei )esehatan
6umah %angga S)6% 133" menyebutkan baha tuberkulosis adalah penyebab kematian
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
17/69
kedua di Indonesia.
Vaksinasi &C, (%acille &almette-'uerin)9,3
%acille &almette-'uerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari $ycobacterium bovis
yang dibiak berulang selama 1-( tahun sehingga didapat basil yang tidak virulen tetapi
masih mempunyai imunogenitas. #aksinasi !$7 menimbulkan sensitivitas terhadap
tuberkulin. !eberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai !$7 /
#aksin yang dipakai di Indonesia adalah vaksin !$7 !iofarma !andung. #aksin
!$7 ini berisi suspensi $.bovis hidup yang sudah dilemahkan. #aksinasi !$7 tidak
mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko tuberkulosis berat seperti
meningitis tuberkulosa dan tuberkulosis milier.
!$7 diberikan pada umur " bulan. !$7 sebaiknya diberikan pada anak dengan uji
*antou tuberkulin negatif. !ayi yang diduga mempunyai kontak erat dengan
penderita %! aktif atau yang akan diimunisasi diatas usia " bulan sebaiknya dilakukan
uji tuberkulin terlebih dahulu.
Jfek proteksi timbul 9-1" minggu setelah penyuntikan. Jfek proteksi bervariasi
antara 2-92K. Hal ini mungkin karena vaksin yang dipakai, lingkungan dengan
$ycobacterium atipik atau faktor pejamu umur, keadaan gi+i dan lain-lain.
#aksin !$7 diberikan secara intradermal 2,12 ml untuk anak, 2,24 ml untuk bayi.
!$7 sebaiknya diberikan pada regio lengan kanan atas pada daerah insersio m.
deltoideus kanan sehingga bila terjadi limfadenitis !$7 lebih mudah terdeteksi.
#aksin !$7 tidak boleh terkena sinar matahari, harus disimpan pada suhu "9:$,
tidak boleh beku. #aksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 9 jam.
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
18/69
Kejadian Ikutan Pas(a Imunisasi9
enyuntikan !$7 secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus lokal yang
superfisial ( minggu setelah penyuntikan. 8lkus yang biasanya tertutup krusta akan sembuh
dalam "-( bulan dan meninggalkan parut bulat dengan diameter 0-9 mm. pabila dosis
terlalu tinggi maka ulkus yang timbul lebih besar, namun apabila penyuntikan terlalu dalam
maka parut yang terjadi tertarik ke dalam (retracted).
#im.adenitis9,3
?imfadenitis !$7 didefinisikan sebagai pembesaran kelenjar getah bening regional
ipsilateral setelah vaksinasi !$7. )ejadiaannya berkisar 1-" per 1222 vaksinasi. ;nset
timbulnya umumnya setelah " minggu atau " bulan dan tidak lebih dari 1" bulan.
?imfadenitis di aksila atau di leher kadang-kadang dijumpai. Hal ini tergantung pada umur
anak, dosis dan galur (strain) yang dipakai. ?imfadenitis akan sembuh sendiri. pabila
limfadenitis melekat pada kulit atau timbul fistula maka dapat dibersihkan dilakukan
drainage) dan diberikan obat anti tuberkulosis oral.
&C,/itis diseminasi9
!$7-itis diseminasi jarang terjadi, biasanya berhubungan dengan imunodefisiensi berat.
)omplikasi lainnya adalah eritema nodosum, iritis, lupus vulgaris dan
osteomielitis. )omplikasi ini harus diobati dengan kombinasi obat anti tuberkulosis.
Kontraindikasi &C,9
• 6eaksi uji tuberkulin A 4 mm,
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
19/69
• Sedang menderita infeksi HI# atau dengan risiko tinggi infeksi HI#, imunokompromais
akibat pengobatan kortikosteroid, obat imunosupresif, mendapat pengobatan radiasi,
penyakit keganasan yang mengenai sumsum tulang atau sistem limfe,
• nak menderita gi+i buruk,
• Sedang menderita demam tinggi,
• *enderita infeksi kulit yang luas,
• ernah sakit tuberkulosis,
• )ehamilan.
0ekomendasi9
• !$7 diberikan pada bayi " bulan
• ada bayi yang kontak erat dengan penderita %! dengan !% L ( sebaiknya diberikan
I@H profilaksis dulu, kalau kontaknya sudah tenang dapat diberi !$7.
• !$7 jangan diberikan pada bayi atau anak dengan imunodefisiensi, misalnya HI#, gi+i
buruk dan sedang mendapat obat imunosupresif.
Hepatitis &12
Infeksi virus hepatitis ! #H! menyebabkan sedikitnya satu juta kematian'tahun. Infeksi
pada anak umumnya asimtomatis tetapi 92-34K akan menjadi kronis dan dalam 12-"2 tahun
akan menjadi sirosis dan'atau karsinoma hepatoselular )HS.
-pidemiolo"i
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
20/69
Indonesia termasuk daerah endemis sedang-tinggi. %ransmisi terjadi melalui kontak
perkutaneus atau parenteral, dan melalui hubungan seksual. #H! juga dapat melekat dan
bertahan di permukaan suatu benda selama kurang lebih 1 minggu tanpa kehilangan daya
tular.
Imunisasi Hepatitis &
Imunisasi ini meliputi /
12 Imunisasi pasi.
#aksin #H! yang tersedia adalah vaksin rekombinan. emberian ketiga seri vaksin dan
dengan dosis yang sesuai rekomendasinya, akan menyebabkan terbentuknya respons
protektif anti H!s A 12 mI8'm? pada A 32K deasa, bayi, anak dan remaja. #aksin
diberikan secara intramuskular dalam. ada neonatus dan bayi diberikan di anterolateral
paha, sedangkan pada anak besar dan deasa diberikan di regio deltoid.
32 Imunisasi akti.
"epatitis % immune globulin H!Ig dalam aktu singkat segera memberikan proteksi
jangka pendek ( - = bulan. H!Ig hanya diberikan pada kondisi pasca paparan (needle
stick inury! kontak seksual, bayi dari ibu #H!, terciprat darah ke mukosa atau ke mata.
Sebaiknya H!Ig diberikan bersama vaksin #H!.
Sasaran vaksinasi epatitis &
Semua bayi baru lahir tanpa memandang status #H! ibu
Individu yang karena pekerjaannya berisiko tertular #H!
)aryaan di lembaga peraatan cacat mental
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
21/69
asien hemodialisis
asien koagulopati yang membutuhkan transfusi berulang
Individu yang serumah dengan pengidap #H! atau kontak akibat hubungan
seksual
rug users
"omosexuals! bisexual! heterosexuals
Jad4al dan dosis
!eberapa hal yang perlu diingat /
• *inimal diberikan sebanyak ( kali
• Imunisasi pertama diberikan segera setelah lahir
•
• !ila sesudah dosis pertama imunisasi terputus, segera berikan imunisasi kedua>
sedangkan imunisasi ketiga diberikan dengan jarak terpendek " bulan.
• !ila dosis ketiga terlambat, beri segera setelah memungkinkan.
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
22/69
• Setiap vaksin hepatitis ! sudah dievaluasi untuk menentukan dosis sesuai umur (age-
specific dose) yang dapat menimbulkan respons antibodi yang optimum. ;leh karena itu
dosis yang direkomendasikan bervariasi tergantung produk dan usia resipien. Sedangkan
dosis pada bayi, dipengaruhi pula oleh status H!sg ibu.
• asien hemodialisis membutuhkan dosis yang lebih besar atau penambahan jumlah
suntikan.
• ada pasien koagulopati penyuntikan segera setelah memperoleh terapi faktor koagulasi,
dengan jarum kecil nomer "(, tempat penyuntikan ditekan minimal " menit.
• !ayi prematur / bila ibu H!sg - imunisasi ditunda sampai bayi berusia " bulan atau
berat badan sudah mencapai "222 gram
%abel (. Imunisasi Hepatitis ! pada !ayi !aru ?ahir
H&sA" Imunisasi Keteran"an
ositif H!Ig 2,4 ml dan vaksin Dosis I diberikan 1" jam peertama
@egatif atau
tidak
diketahui
#aksin Dosis I / Segera setelah lahir
Status H!# ibu semula tidak
diketahui tetapi bila dalam C hari
terbukti ibu H!#, segera beri H!Ig
Dikutip dari / Hidayat dan ujiarto, "22412
-.ektivitas$ lama proteksi
Jfektivitas vaksin dalam mencegah infeksi #H! adalah 32-34K. *emori sistem imun
menetap minimal sampai 1" tahun pasca imunisasi sehingga pada anak normal, tidak
dianjurkan untuk imunisasi booster. ada pasien hemodialisis, proteksi vaksin tidak sebaik
individu normal.
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
23/69
Non responder
*ereka yang tidak memberikan respons terhadap imunisasi primer, diberikan vaksinasi
tambahan. !ila sesudah ( kali vaksinasi tambahan tidak terjadi serokonversi, tidak perlu
imunisasi tambahan lagi.
%ji serolo"is
ada bayi-anak, pemeriksaan anti-H!s pra dan pasca imunisasi tidak dianjurkan. 8ji
serologis pra imunisasi hanya dilakukan pada yang akan memperoleh profilaksis pasca
paparan dan individu berisiko tinggi tertular infeksi H!#. 8ji serologi pasca imunisasi perlu
dilakukan pada bayi dan ibu pengidap #H!, individu yang memperoleh profilaksis pasca
paparan, dan pasien immunocompromised. 8ji serologis pasca imunisasi ini dilakukan 1
bulan sesudah imunisasi ke-tiga.
0eaksi KIPI
Jfek samping yang terjadi umumnya berupa reaksi lokal yang ringan dan bersifat sementara,
kadang-kadang dapat menimbulkan demam ringan untuk 1-" hari.
Indikasi kontra
Sampai saat ini tidak ada indikasi kontra abolut pemberian vaksin #H!. )ehamilan dan
laktasi bukan indikasi kontra imunisasi #H!.
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
24/69
Di.teria$ Pertusis$ Tetanus
Di.teria11
Difteria adalah suatu penyakit akut yang bersifat toxin-mediated disease dan
disebabkan oleh kuman &orynebacterium diphteriae. &orynebacterium diphteriae adalah
basil 7ram positif. roduksi toksin terjadi hanya bila kuman tersebut mengalami lisogenisasi
oleh bakteriofag yang mengandung informasi genetik toksin. Ditemukan ( galur bakteri
yaitu, gravis! intermedius dan mitis dan semuanya dapat memproduksi toksin.
Seseorang anak dapat terinfeksi basil difteria pada nasofaringnya dan kuman
tersebut kemudian akan memproduksi toksin yang menghambat sintesis protein selular dan
menyebabkan destruksi jaringan setempat kemudian terjadilah suatu selaput'membran yang
dapat menyumbat jalan nafas. %oksin yang terbentuk di membran tersebut kemudian
diabsorbsi kedalam aliran darah dan dibaa ke seluruh tubuh.
Pertusis11
ertusis atau batuk rejan' batuk seratus hari adalah suatu penyakit akut yang
disebabkan oleh bakteri %ordetella pertussis. %ordetella pertussis adalah bakteri batang yang
bersifat gram negatif.
Sebelum ditemukannya vaksin pertusis, penyakit ini merupakan penyakit tersering
yang menyerang anak-anak dan merupakan penyebab utama kematian diperkirakan sekitar
(22.222 kematian terjadi setiap tahun.
ertusis juga merupakan penyakit yang bersifat toxin-mediated. %oksin yang
dihasilkan kuman melekat pada bulu getar saluran nafas atas akan melumpuhkan bulu getar
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
25/69
tersebut sehingga menyebabkan gangguan aliran sekret saluran pernafasan, dan berpotensi
menyebabkan pneumonia.
7ejala utama pertusis timbul saat terjadinya penumpukan lendir dalam saluran
nafas akibat kegagalan aliran oleh bulu getar yang lumpuh yang berakibat terjadinya batuk
paroksismal tanpa inspirasi yang diakhiri dengan bunyi hoop. ada serangan batuk seperti
ini, pasien biasanya akan muntah dan sianosis, menjadi sangat lemas dan kejang. !ayi di
baah = bulan juga dapat menderita batuk seperti ini namun biasanya tanpa disertai suara
hoop. !ayi dan anak prasekolah mempunyai risiko terbesar untuk terkena penyakit.
Tetanus11
%etanus adalah suatu penyakit akut, bersifat fatal, disebabkan oleh eksotoksin
produksi bakteri &lostridium tetani. &lostridium tetani adalah kuman berbentuk batang dan
bersifat anaerobik, gram positif yang mampu menghasilkan spora dengan bentuk drumstick.
)uman ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka dan dalam suasana anaerob,
kemudian terjadi produksi toksin tetanospasmin terjadi dan disebarkan melalui darah dan
limfe. %oksin ini kemudian akan menempel pada reseptor di sistem syaraf.
7ejala utama penyakit ini timbul akibat toksin tetanus yang mempengaruhi
pelepasan neurotransmitter sehingga terjadi penghambatan impuls inhibisi. kibatnya terjadi
kontraksi serta spastisitas otot yang tak terkontrol, kejang dan gangguan sistim syaraf
otonom. %etanus dapat ditemukan pada anak-anak dan neonatal yang bersifat fatal.
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
26/69
Vaksin DTP11
Toksoid di.teria
%oksoid difteria ditemukan oleh 6amon, yang menamakannya anatoxin. 8ntuk
imunisasi primer terhadap difteria digunakan toksoid difteria (alumprecipitated toxoid) yang
kemudian digabung dengan toksoid tetanus dan vaksin pertusis dalam bentuk vaksin D%.
otensi toksoid difteria dinyatakan dalam jumlah unit flocculate ?f dengan kriteria 1 ?f
adalah jumlah toksoid sesuai dengan 1 unit anti toksin difteria. )ekuatan toksoid difteria
yang terdapat dalam kombinasi vaksin D% saat ini berkisar antara =,C-"4 ?f dalam dosis 2,4
ml. 8ntuk imunisasi rutin pada anak, dianjurkan pemberian 4 dosis pada usia ", 0, =, 14-19
bulan dan saat masuk sekolah. Dosis ke-0 harus diberikan sekurang-kurangnya = bulan
setelah dosis ke-(. )ombinasi toksoid difteria dan tetanus D% yang mengandung 12-1" ?f
dapat diberikan pada anak yang memiliki kontraindikasi terhadap pemberian vaksin pertusis 2
Setelah mendapatkan ( dosis toksoid difteria semua anak rata-rata memberikan titer lebih
besar dari 2.21 I8 dalam 1 ml nilai batas protektif adalah 2.21 I8. !eberapa penelitian
serologik membuktikan adanya penurunan kekebalan sesudah kurun aktu tertentu dan
perlunya penguatan pada masa anak.
Kejadian Ikutan Pas(a Imunisasi11
)ejadian ikutan pasca imunisasi toksoid difteria secara khusus sulit dibuktikan
karena selama ini pemberiannya selalu digabung bersama toksoid tetanus dan atau tanpa
vaksin pertusis. !eberapa laporan menyebutkan baha reaksi lokal akibat pemberian vaksin
d% dosis deasa sering ditemukan lebih banyak dari pada pemberian toksoid tetanus saja.
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
27/69
@amun kejadian tersebut sangat ringan dan belum pernah dilaporkan adanya kejadian ikutan
berat.
Vaksin Pertusis11
ntibodi terhadap toksin pertusis dan hemaglutinin telah dapat ditemukan dalam
serum neonatus dalam konsentrasi yang sama dengan ibunya, dan akan menghilang dalam 0
bulan @amun demikian antibodi ini ternyata tidak memberikan proteksi secara klinis. #aksin
pertusis hole-cell adalah vaksin yang merupakan suspensi kuman %. pertussis mati.
8mumnya vaksin pertusis diberikan dengan kombinasi bersama toksoid difteri dan tetanus.
$ampuran ini diadsorbsikan ke dalam garam alumunium. Sejak 13=" dimulai usaha untuk
membuat vaksin pertusis dengan menggunakan fraksi sel aselular yang bila dibandingkan
dengan hole-cell ternyata memberikan reaksi lokal dan demam yang lebih ringan, diduga
akibat dikeluarkannya komponen endotoksin dan debris.
Kejadian ikutan pas(a imunisasi11,1"
6eaksi lokal kemerahan, bengkak, dan nyeri pada lokasi injeksi terjadi pada kira-kira
separuh penerima D%.
roporsi yang sama juga akan menderita demam ringan dan 1K dapat menjadi
hiperpireksia.
nak sering juga gelisah dan menangis terus menerus selama beberapa jam pasca
suntikan.
Dari suatu penelitian ditemukan adanya kejang 2,2=K sesudah vaksinasi yang
dihubungkan dengan demam yang terjadi. nak dengan kelainan neurologik yang
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
28/69
mempunyai riayat kejang, C," lebih mudah terjadi kejang setelah imunisasi D% dan
mempunyai kesempatan 0,4 lebih tinggi bila hanya mempunyai riayat kejang dalam
keluarga. *aka pada keadaan anak yang demikian, hendaknya tidak diberikan imunisasi
pertusis, jadi hanya diberikan imunisasi D%.1"
)ejadian ikutan yang paling serius adalah terjadinya ensefalopati akut atau reaksi
anafilaksis dan terbukti disebabkan oleh pemberian vaksin pertusis.
Indikasi kontra11
)ontraindikasi mutlak terhadap pemberian vaksin pertusis baik hole-cell maupun aselular,
yaitu /
6iayat anafilaksis
Jnsefalopati sesudah pemberian vaksin pertusis sebelumnya.
)eadaan lain dapat dinyatakan sebagai perhatian khusus (precaution)! sebelum
pemberian vaksin pertusis berikutnya bila pada pemberian pertama dijumpai, riayat
hiperpireksia, keadaan hipotonik-hiporesponsif dalam 09 jam, anak menangis terus
menerus selama ( jam dan riayat kejang dalam ( hari sesudahnya.
6espon antibodi terhadap imunisasi dasar dengan vaksin pertusis hole-cell tergantung
pada kadar antibodi transplasental yang didapat dari ibu terhadap toksin pertusis. Sebaliknya
ternyata respons yang diperoleh setelah penyuntikan vaksin aseluler tidak dipengaruhi oleh
kadar antibodi pravaksinasi.
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
29/69
Vaksin Pertusis a/seluler11
#aksin pertusis aseluler adalah vaksin pertusis yang berisi komponen spesifik dari
%ordettella pertusis yang dipilih sebagai dasar yang berguna dalam patogenesis pertusis dan
perannya dalam memicu antibodi yang berguna untuk pencegahan terhadap pertusis secara
klinis.
#atar belakan" pen""unaan vaksin pertusis a/selular11
#aksin D% pertusis hole cell) telah dipergunakan sejak tahun 13C2-an sampai
saat ini alaupun mempunyai efek samping. danya data kejadian ikutan pasca
imunisasi gejala susunan syaraf pusat yang serius termasuk ensefalopati yang bersifat
temporal association.
#aksin D%a pertusis aseluler memberikan imunogenisitas sama baiknya dengan
D%. 6espons antibodi juga tampak tetap tinggi setelah pemberian vaksinasi ulangan
pada umur 14-19 bulan dan 4-= tahun.
)ejadian reaksi )II vaksin D%a baik lokal maupun sistemik lebih rendah daripada
D%.
Saat ini di beberapa negara yang telah mempunyai cakupan imunisasi pertusis tinggi
masih melaporkan pasien pertusis. )emungkinan hal tersebut disebabkan orang deasa
yang non-imun terhadap pertusis sebagai sumber penularan pada anak, maka pertusis
aselular dapat dipergunakan.
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
30/69
Toksoid Tetanus 11
Dosis dan kemasan
• %oksoid tetanus yang dibutuhkan untuk imunisasi adalah sebesar 02 I8 dalam setiap
dosis tunggal dan =2 I8 bila bersama dengan toksoid difteria dan vaksin pertusis.
• %erdapat berbagai kemasan seperti, preparat tunggal %%, kombinasi dengan toksoid
difteria dan atau pertusis d%, D%, D%, D%a dan kombinasi dengan komponen lain
seperti Hib dan hepatitis !.
• emberian toksoid tetanus memerlukan pemberian berseri untuk menimbulkan dan
mempertahankan imunitas. %idak diperlukan pengulangan dosis bila jadal pemberian
ternyata terlambat.
• Ibu yang mendapatkan toksoid tetanus " atau ( dosis ternyata memberikan proteksi yang
baik terhadap bayi baru lahir terhadap tetanus neonatal. )adar rata-rata antitoksin 2,21
8'ml pada ibu cukup untuk memberi proteksi terhadap bayinya.
Jad4al11
• emberian toksoid tetanus yang diberikan bersama D% diberikan sesuai jadal
imunisasi.
• )adar antibodi protektif setelah pemberian D% ( kali mencapai 2,21 I8 atau lebih.
• )II terutama reaksi lokal, sangat dipengaruhi oleh dosis, pelarut, cara penyuntikan, dan
adanya antigen lain dalam kombinasi vaksin itu.
• D%a atau D% tidak diberikan pada anak kurang dari usia = minggu, disebabkan
respons terhadap pertusis dianggap tidak optimal, sedang respons terhadap toksoid
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
31/69
tetanus dan difteria cukup baik tanpa memperdulikan adanya antibodi maternal.
Poliomielitis1(
enyakit ini disebabkan oleh virus poliomyelitis pada medula spinalis yang secara
klasik menimbulkan kelumpuhan. #irus polio termasuk dalam kelompok sub-group entero
virus, famili *icornaviridae. Dikenal ( macam serotipe virus polio yaitu 1, " dan (.
ngka kejadian kasus polio secara drastis menurun setelah pemberian vaksin yang sangat
efektif.
Di Indonesia imunisasi polio sebagai program memakai oral polio vaccine (+*V)
dilaksanakan sejak tahun 1392 dan tahun 1332 telah mencanai 8$I (universal of chlidren
immunization).
-pidemiolo"i
rogram eradikasi polio global secara dramatis mengurangi transmisi virus polio
liar di seluruh dunia. kecuali di India, %imur %engah dan frika. ,esevoir virus polio liar
hanya pada manusia, yang sering ditularkan oleh pasien infeksi polio yang tanpa gejala.
@amun, tidak ada pembaa kuman dengan status karier asimtomatis kecuali pada orang yang
menderita defisien sistem imun.
#irus polio menyebar dari orang satu ke orang lain melalui jalur oro-fecals! pada
beberapa kasus dapat berlangsung secara oral-oral. #irus polio masuk melalui mulut dan
multiplikasi pertama kali terjadi pada tempat implantasi dalam faring dan traktus
gastrointestinal. #irus polio sangat menular.
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
32/69
-radikasi Polio )-0AP5*
Dalam program J6; ini, pemerintah Indonesia membuat kebijaksanaan dengan
mengambil strategi /
• meningkatkan cakupan imunisasi ;# secara rutin
• melaksanakan pekan imunisasi nasional I@ atau national immunization day M @ID
• melakukan mopping up di daerah-daerah yang masih dijumpai transmisi virus polio liar
(ild virus)
• melaksanakan surveilans B acute flaccid paralysisMlumpuh layuh yang mantap.
Vaksin
Vaksin virus polio oral (oral polio va((ine M 5PV)
#aksin virus polio hidup oral yang dibuat oleh %.!iofarma !andung, berisi virus
polio tipe 1,", dan ( yang sudah dilemahkan (attenuated). #aksin ini dibuat dalam
biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa. %iap dosis " tetes M 2,1 ml
mengandung virus tipe 1/ 12=2 $$ID42, tipe "/ 121,2 $$ID42 dan tipe (/ 12
1,1 $$IDS; dan
eritromisin tidak lebih dari " mcg, serta kanamisin tidak lebih dari 12 mcg. #aksin ini
digunakan secara rutin sejak bayi lahir dengan dosis " tetes oral 2,1 ml. #irus vaksin
ini kemudian menempatkan diri di usus dan memacu pembentukan antibodi baik dalam
darah maupun pada epitelium usus, yang menghasilkan pertahanan lokal terhadap virus
polio liar yang datang masuk kemudian.
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
33/69
enerima vaksin dapat terlindungi setelah dosis tunggal pertama namun tiga dosis
berikutnya akan memberikan imunitas jangka lama terhadap ( tipe virus polio.
#aksin polio oral harus disimpan tertutup pada suhu -14:$ sampai -"4:$.
#aksin sangat stabil namun sekali dibuka, vaksin akan kehilangan potensi disebabkan
oleh perubahan pH setelah terpapar udara. )ebijakan Departeman )esehatan
mengajurkan baha vaksin polio yang telah terbuka botolnya pada akhir sesi imunisasi
pasa imunisasi masal harus dibuang. %etapi saat ini kebijakan 5H; membolehkan
botol-botol yang berisi vaksin dosis ganda (multidose) digunakan pada unit imunisasi,
bila tiga syarat di baah ini terpenuhi/
• tanggal kadaluarsa tidak terlampui
• vaksin-vaksin disimpan dalam rantai dingin yang benar "-9:$
• botol vaksin yang telah terbuka yang terpakai hari itu telah dibuang oleh
uskesmas.
#aksin polio oral ;# dapat disimpan beku pada temperatur "22$. #aksin yang
beku dengan cepat dicairkan dengan cara ditempatkan antara dua telapak tangan dan
digulir-gulirkan, dijaga agar arna tidak berubah yaitu merah muda sampai oranye muda
sebagai indikator pH.
!ila keadaan tersebut dapat terpenuhi, maka sisa vaksin yang telah terpakai dapat
dibekukan lagi, kemudian dipakai lagi sampai arna berubah dengan catatan dan tanggal
kadarluarsa harus selalu diperhatikan.
Vaksin polio inactivated (inactivted poliomyelitis vaccine =IPV)
#aksin polio inactivated berisi tipe 1, ", ( dibiakkan pada sel-sel vero ginjal kera dan
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
34/69
dibuat tidak aktif dengan formadehid. ada vaksin tersebut dijumpai neomisin,
streptomisin dan polimiksin ! dalam jumlah kecil.
#aksin polio inactivated harus disimpan pada suhu "-9:$ dan tidak boleh dibekukan.
emberian dengan dosis 2,4 ml dengan suntikan subkutan dalam tiga kali berturut-
turut dengan jarak " bulan antara masing-masing dosis akan memberikan imunitas
jangka panjang mukosal maupun humoral terhadap tiga macam tipe virus polio.
Imunitas mukosal yang ditimbulkan oleh I# lebih rendah dibandingkan dengan
yang ditimbulkan oleh ;#.
0ekomendasi
Imunisasi primer bayi dan anak
#aksin polio oral diberikan pada bayi baru lahir sebagai dosis aal. )emudian
diteruskan dengan imunisasi dasar mulai umur "-( bulan yang diberikan tiga dosis
terpisah berturut-turut dengan interval aktu =-9 minggu. Satu dosis sebanyak " tetes
2.1 ml diberikan per oral pada umur "-( bulan dapat diberikan bersama-sama
aktunya dengan suntikan vaksin D% dan Hib. !ila ;# yang diberikan dimuntahkan
dalam aktu 12 menit, maka dosis tersebut perlu diulang.
emberian air susu ibu tidak berpengaruh pada respons antibodi terhadap ;# dan
imunisasi tidak boleh ditunda karena hal ini. nak-anak dengan imunosupresi dan
kontak mereka yang dekat harus diimunisasi.
nak yang telah mendapat imunisasi ;# dapat memberikan ekskresi virus vaksin
selama = minggu dan akan melakukan infeksi, pada kontak yang belum diimunisasi.
8ntuk mereka yang berhubungan kontak dengan bayi yang baru saja diberi ;#
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
35/69
supaya menjaga kebersihan dengan mencuci tangan setelah mengganti popok bayi.
Vaksinasi teradap oran" tua yan" anaknya divaksinasi
nggota keluarga yang belum pernah divaksinasi atau belum lengkap vaksinasinya dan
kontak dengan anak yang mendapat vaksinasi ;#, harus ditaarkan vaksinasi dasar ;#
pada aktu yang bersamaan dengan anak tersebut. Dalam hal ini dapat diberikan I# atau
;#. )epada orang deasa yang telah mendapat imunisasi sebelumnya, tidak diperlukan
vaksinasi penguat booster . Interval minimal antara dua dosis vaksinasi dapat diperpanjang
dan dapat menyelesaikan vaksinasinya tanpa mengulang lagi.
Imunisasi pen"uat )booster*
Dosis penguat ;# harus diberikan sebelum masuk sekolah, yaitu bersamaan pada saat dosis
D% diberikan sebagai penguat> dosis ;# berikutnya harus diberikan pada umur 14-13
tahun atau sebelum meninggalkan sekolah.
Vaksinasi untuk anak imunokompromais
8ntuk mereka yang mempunyai indikasi kontra terhadap vaksin hidup, misalnya mereka
dengan imunosupresi dari sesuatu penyakit atau kemoterapi, maka I# dapat digunakan
sebagai vaksinasi terhadap poliomielitis. Sebagai vaksinasi dasar, diberikan suntikan I#
sebanyak ( dosis masing-masing 2.4 ml, secara subkutan dalam atau intramuskular dengan
interval " bulan. Dosis penguat harus diberikan dengan jadal sama dengan pemberian ;#.
nak dengan HI#-positif dan anggota keluarga serumah yang mendapat kontak harus
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
36/69
menerima I#.
Kejadian ikutan pas(a imunisasi
Setelah divaksinasi sebagian kecil resipien dapat mengalami gejala pusing, diare
ringan, dan nyeri otot. )asus poliomielitis yang berkaitan dengan vaksin telah
dilaporkan terjadi pada resipien (V** vaccine associated polio paralytic) maupun
yang kontak dengan virus yang menjadi neurovirulen. (V*V vaccine derived polio
virus).
)asus # terjadi kira-kira 1 kasus per satu juta dosis pertama penggunaan ;#
dan setiap ",4 juta dosis ;# lengkap yang diberikan.
ada pemberian ;#, virus asal vaksin ini dapat bereplikasi di dalam usus manusia,
ekskresi melalui tinja biasanya selama "-( bulan. ada saat replikasi tersebut mungkin
terjadi mutasi virus yang dikenal dengan reversion menyebabkan virus polio yang
sebelumnya sudah dilemahkan kembali berbentuk yang lebih neurovirulen, yang
kemudian menyebabkan kelumpuhan layu akut #. Di samping itu virus yang
neurovirulen tersebut dapat diekskresi melalui tinja mengakibatkan kelumpuhan orang di
sekitarnya #D#.
Definisi 5H; tentang # ialah suatu lumpuh layu akut B yang terjadi 0-(2
hari setelah menerima ;#, atau 0-C4 hari setelah kontak dengan penerima ;#
terinfeksi oleh #D# dengan kelainan neurologi masih ada pada =2 hari setelah onset,
atau meninggal.
%erdapat " jenis virus vaksin yang menjadi neurovirulen dan di ekskresi #D#
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
37/69
yaitu /
a. cV*V (circulating V*V)! virus yang dapat menyebabkan abah
merupakan rekombinasi dengan Jnterovirus spesies $.
b. iV*V(immune-deficiency V*V)! virus berasal dari pasienn defisiensi imun
Indikasi kontra
Indikasi kontra pemberian ;# adalah sebagai berikut /
enyakit akut atau demam suhu A(9.4:$, vaksinasi harus ditunda,
*untah atau diare berat, vaksinasi ditunda,
Dalam pengobatan kortikosteroid atau imunosupresif yang diberikan oral maupun
suntikan, juga yang mendapat pengobatan radiasi umum termasuk kontak dengan
pasien,
)eganasan untuk pasien dan kontak yang berhubungan dengan sistem
retikuloendotelial limfoma, leukemia, dan penyakit Hodgkin dan yang mekanisme
imunologisnya terganggu, misalnya pada hipogamaglobulinemia,
Infeksi HI# atau anggota keluarga sebagai kontak,
5alaupun kejadian ikutan pada fetus belum pernah dilaporkan, ;# jangan
diberikan kepada ibu hamil pada 0 bulan pertama kehamilan kecuali terdapat alasan
mendesak, misalnya bepergian ke daerah endemis poliomielitis,
#aksin polio oral dapat diberikan bersama-sama dengan vaksin inactivated dan virus
hidup lainnya sesuai dengan indikasi tetapi jangan bersama vaksin oral tifoid,
!ila !$7 diberikan pada bayi tidak perlu memperlambat pemberian ;#, karena
;# memacu imunitas lokal dan pembentukan antibodi dengan cara replikasi dalam
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
38/69
usus,
;# dan I# mengandung sejumlah kecil antibiotik neomisin, polimiksin,
streptomisin namun hal ini tidak merupakan indikasi kontra, kecuali pada anak yang
mempunyai bakat hipersensitif yang berlebihan,
)epada saudara atau anggota keluarga kontak dengan anak yang menderita
imunosupresi jangan diberikan ;#, tetapi diberi I#.
Campak
8paya imunisasi campak yang telah dilaksanakan oleh Departemen )esehatan 6.I mencakup
lebih dari 92K, namun di daerah-daerah terpencil cakupan tersebut secara keseluruhan belum
tercapai. ;leh karena itu, kejadian luar biasa penyakit campak masih dijumpai di daerah-
daerah tertentu. 10
-pidemiolo"i10
Sejak tahun 13C2 penyakit campak di Indonesia telah mendapat perhatian khusus, yaitu sejak
terjadi abah campak yang cukup serius di pulau dan di pulau !angka. )ejadian luar biasa
campak masih sering terjadi.
Pato"enesis10
#irus masuk melalui saluran pernafasan secara droplet dan selanjutnya masuk
kelenjar getah bening yang berada di baah mukosa, disini virus memperbanyak diri
kemudian menyebar ke sel-sel jaringan limforetikular. ada saat 4-= hari sesudah infeksi
aal, fokus infeksi terujud yaitu ketika virus masuk ke dalam pembuluh darah dan
menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran pernafasan, kulit, kandung
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
39/69
seni, saluran usus, dan selanjutnya pada hari ke 3-12 fokus infeksi berada di epitel saluran
napas. ada saat itu muncul gejala coriza pilek disertai dengan peradangan selaput
konjungtiva yang tampak merah.
asien tampak lemah disertai suhu tubuh yang meningkat, selanjutnya pasien tampak
sakit berat sampai munculnya ruam kulit. ada hari ke-" tampak bintik )opliks yang
merupakan tempat virus tumbuh selanjutnya mati. khirnya muncul ruam makulopapular di
hari ke-10 sesudah aal infeksi dan pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi dan
selanjutnya suhu tubuh menurun.
Vaksin14
ada tahun 13=(, telah dibuat dua jenis vaksin campak yaitu,
• vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan tipe Jdmonston !
• #aksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan virus campak yang berada dalam
larutan formalin yang dicampur dengan garam aluminium.
Sejak tahun 13=C, vaksin yang berasal dari virus campak yang telah dimatikan tidak
digunakan lagi. Ini disebabkan karena efek proteksinya hanya bersifat sementara dan dapat
menimbulkan gejala atypical measles yang hebat.
Dosis dan Cara Pemberian10
Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah 1222
%$ID42 atau sebanyak 2,4 ml.
8ntuk vaksin hidup, pemberian dengan "2 %$ID42 saja mungkin sudah dapat
memberikan hasil yang baik.
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
40/69
emberian yang dianjurkan secara subkutan, alaupun demikian dapat diberikan
secara intramuskular.
Daya proteksi vaksin campak diukur dengan berbagai macam cara. Salah satu
indikator pengaruh vaksin terhadap proteksi adalah penurunan angka kejadian kasus
campak sesudah pelaksanaan program imunisasi.
ada saat ini di negara yang sedang berkembang, angka kejadian campak masih
tinggi dan seringkali dijumpai penyulit, maka 5H; menganjurkan pemberian imunisasi
campak pada bayi berumur 3 bulan.
8ntuk negara maju imunisasi campak **6 dianjurkan pada anak berumur 1"-14
bulan.
0eaksi KIPI10
6eaksi )II imunisasi campak yang banyak dijumpai terjadi pada imunisasi ulang
pada seseorang yang telah memiliki imunitas sebagian akibat imunisasi dengan vaksin
campak dari virus yang dimatikan.
7ejala )II berupa demam yang lebih dari (3,4:$ yang terjadi pada 4-14K kasus,
demam mulai dijumpai pada hari ke 4-= sesudah imunisasi dan berlangsung selama "
hari. eningkatan suhu tubuh tersebut dapat merangsang terjadinya kejang demam.
6uam dapat dijumpai pada 4K resipien, timbul pada hari ke C-12 sesudah imunisasi
dan berlangsung selama "-0 hari. Hal ini sukar dibedakan dengan modified measles
akibat imunisasi yang terjadi jika seseorang telah memperoleh imunisasi pada saat masa
inkubasi penyakit alami.
6eaksi )II berat jika ditemukan gangguan fungsi sistem saraf pusat seperti
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
41/69
onsefalitis dan ensefalopati pasca imunisasi. ?andrigan dan 5itte memperkirakan risiko
terjadinya kedua efek samping tersebut selama (2 hari sesudah imunisasi sebanyak 1
diantara 1 milyar dosis vaksin.
Imunisasi %lan"an10
8langan imunisasi campak diberilkan pada usia masuk sekolah umur =-C tahun
melalui program !IS. Imunisasi ulang dianjurkan juga dalam situasi tertentu, misalnya /
*ereka yang memperoleh imunisasi sebelum umur 1 tahun dan terbukti baha
potensi vaksin yang digunakan kurang baik. ada anak-anak yang memperoleh
imunisasi ketika berumur 1"-10 bulan tidak disarankan mengulangi imunisasinya.
pabila terdapat kejadian luar biasa peningkatan kasus campak, maka anak SD,
S?% dan S?% dapat diberikan imunisasi ulang.
Setiap orang yang pernah imunisasi vaksin campak yang virusnya sudah
dimatikan vaksin inaktif.
Setiap orang yang pernah memperoleh imunoglobulin.
Seorang yang tidak dapat menunjukkan catatan imunisasinya.
Indikasi Kontra10
Indikasi kontra imunisasi campak berlaku bagi mereka yang sedang menderita demam tinggi,
sedang memperoleh pengobatan imunosupresi, hamil, memiliki riayat alergi, sedang
memperoleh pengobatan imunoglobulin atau bahan-bahan berasal dari darah.
Vaksin untuk Tujuan Kusus
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
42/69
660 )6easles$ 6umps$ 0ubeola*1=
Campak
$ampak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak. enyebaran
infeksi terjadi dengan perantara droplet, dengan masa inkubasi 12-10 hari. enyakit ini sangat
infeksius. *asa prodromal berlangsung "-0 hari yang ditandai dengan demam yang diikuti
dengan batuk, cory+a pilek, dan atau konjungtivitis. 6uam campak berupa erupsi makulo-
papula yang biasanya bertahan selama 4-= hari, yang dimulai dari batas rambut di belakang
telinga, kemudian menyebar ke ajah dan leher. Setelah ( hari ruam ini berangsur-angsur
akan turun ke baah dan akhirnya akan menyebar ke tangan dan kaki.
$ampak dapat merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menimbulkan
komplikasi seperti otitis media ",4K dan bronkopneumonia 0K. Jnsefalitis akut terjadi
pada 12'12.222 kasus dengan angka kematian 12-14K, dan 14-02K kasus yang hidup akan
menderita kerusakan otak permanen. Subacut Sclerosing Jncephalitis SSJ adalah salah
satu komplikasi campak yang timbulnya lambat dan terjadi kira-kira 1'"4.222 kasus.
)omplikasi SSJ menyebabkan kerusakan otak yang progresif dan biasanya fatal.
,ondon"an ) mumps, parotitis *
7ondongan disebabkan oleh infeksi paramyovirus dan penyebarannya terjadi
melalui droplet. enyakit ini terjadi terutama pada anak dengan insidens puncak pada usia 4--
3 tahun. *asa inkubasi 1"-"4 hari, gejala prodromal tidak spesifik ditandai dengan mialgia,
anoreksia, malaise, nyeri kepala dan demam ringan. Setelah itu timbul pembengkakan
kelenjar parotis unilateral'bilateral. 7ejala ini akan berkurang setelah 1 minggu dan biasanya
menghilang setelah 12 hari. @amun pada beberapa keadaan infeksi ini terjadi tanpa gejala
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
43/69
sama sekali.
)etulian syaraf adalah salah satu komplikasi yang serius tetapi jarang terjadi. asien
infeksius sejak = hari sebelum timbulnya pembengkakan parotis sampai 3 hari kemudian.
;rkhitis biasanya unilateral pernah dilaporkan "2K pada kasus mumps pada lelaki
deasa, tetapi keadaan steril jarang dijumpai. Imunisasi dengan live attenuated vaccine sangat
berhasil dilakukan di 8S dimana telah terjadi reduksi 39K dari kasus yang dilaporkan di
antara tahun 13=C ketika vaksin pertama kali diperkenalkan dan tahun 1394.
0ubela )(ampak Jerman*
6ubela pada umumnya merupakan penyakit infeksi yang ringan. enyebaran
penyakit ini melalui udara atau droplet. 7ejala klinis yang mencolok adalah timbulnya ruam
makulopapular yang bersifat sementara, limfadenopati kelenjar post-auricular dan sub-
occipital, kadang-kadang disertai arthritis dan arthralgia. )omplikasi lain dapat mengenai
sistem syaraf dan trombositopenia alaupun jarang terjadi. pabila ibu hamil terkena
rubella maka dapat terjadi sindrom rubela kongenital pada bayi yang dikandungnya.
Sindrom 0ubela Kon"enital
encegahan sindrom rubela kongenital S6) merupakan tujuan utama pemberian
imunisasi rubela. 6ubela adalah penyakit yang mendatangkan malapetaka apabila terjadi
pada aal kehamilan, karena dapat menyebabkan kematian janin, kelahiran prematur dan
cacat baaan. )ejadian abortus dan lahir mati merupakan kejadian yang sering ditemukan.
!erat ringannya dampak virus rubela terhadap janin tergantung kapan infeksi ini terjadi.
Hampir 94K bayi yang terinfeksi pada kehamilan trimester pertama akan mempunyai gejala
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
44/69
setelah lahir. *eskipun infeksi dapat terjadi sepanjang kehamilan, jarang terjadi kelainan bila
infeksi terjadi setelah kehamilan di atas "2 minggu.
Infeksi kongenital virus rubela dapat mengenai semua sistem organ bayi. %uli
merupakan gejala paling sering terjadi dan kadang-kadang merupakan manifestasi tunggal
infeksi rubela kongenital. )elainan lain yang dapat timbul adalah kelainan pada mata berupa
katarak, glaukoma, retinopati, dan mikroptalmia. )elainan pada jantung yang disebabkan
infeksi rubella antara lain patent ductus arteriosus D, ventricular septal defect #SD,
stenosis pulmonal dan koartsio aorta. bnormalitas neurologi yang terjadi ialah mikrosefali
dan retardasi mental. )elainan lain yang dapat ditemukan adalah lesi pada tulang,
splenomegali, hepatitis, trombositopenia, dan purpura.
Vaksin 660
#aksin untuk mencegah campak, gondongan, dan rubela merupakan vaksin
kombinasi yang dikenal sebagai vaksin **6 measles, mumps, dan rubella. %erdapat "
jenis vaksin **6 yang beredar di Indonesia.
%abel 0. Dua jenis vaksin **6 yang beredar di Indonesia
7alur virus yang dilemahkan
$ampak 7ondongan 6ubela
Jdmonston
Schar+
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
45/69
• #aksin harus digunakan dalam aktu 1 jam setelah dicampur dengan pelarutnya. Setelah
dilarutkan harus diletakkan pada tempat yang tetap sejuk dan terlindung dari cahaya,
karena setelah dicampur vaksin tidak stabil dan cepat kehilangan potensinya pada
temperatur kamar.
• ada temperatur ""-"4:$ ia akan kehilangan potensi 42K dalam 1jam, pada temperatur
A(C:$ vaksin menjadi tidak aktif setelah 1 jam.
• Dosis tunggal u,4 ml, diberikan secara intramuskular atau subkutan dalam.
• Diberikan pada umur 1"-19 bulan
• Imunisasi ini menghasilkan serokonversi terhadap ketiga virus lebih dari A34K kasus.
6ekomendasi /
#aksin **6 harus diberikan sekalipun ada riayat infeksi campak, gondongan dan
rubela atau imunisasi campak. %idak ada efek imunisasi yang terjadi pada anak yang
sebelumnya telah mendapat imunitas terhadap salah satu atau lebih dari ketiga penyakit ini.
Indikasi
• ada populasi dengan insidens infeksi campak dini yang tinggi, imunisasi **6 dapat
diberikan pada usia 3 bulan.
• nak dengan penyakit kronik seperti kistik fibrosis, kelainan jantung baaan, kelainan
ginjal baaan, gagal tumbuh, sindrom Don.
• nak berusia 1 tahun ke atas yang berada di lembaga pengasuhan anak, atau sekolah
bermain.
• nak yang tinggal di lembaga cacat mental.
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
46/69
• Individu dengan HI# L, bila tidak ditemukan kontra indikasi lainnya.
#aksinasi **6 %erlambat
#aksin **6 diberikan pada anak yang berusia lebih dari 1" bulan. pabila
imunisasi dasar tidak lengkap sampai aktu pemberian **6, maka dapat diberikan secara
bersamaan dengan menggunakan alat suntik dan tempat yang berbeda.
6iayat )ejang
ada anak dengan riayat kejang atau riayat keluarga pernah kejang yang harus
diberikan **6, kepada orangtua diberikan pengertian baha dapat timbul demam 4-1" hari
setelah imunisasi. Dianjurkan untuk mengurangi demam dengan pemberian parasetamol.
0eaksi KIPI
ada penelitian yang mencakup =222 anak berusia 1-" tahun, dilaporkan setelah
vaksinasi **6 dapat terjadi )II sebagi berikut /
• 6eaksi sistemik, seperti malaise, demam, atau ruam yang sering terjadi 1 minggu setelah
imunisasi dan berlangsung selama "-( hari.
• Dalam =-11 hari setelah imunisasi, dapat terjadi kejang demam pada 2,1K kasus,
ensefalitis pasca imunisasi 1'1222.222 kasus, pembengkakan kelenjar parotis terjadi
pada 1K anak berusia sampai 0 tahun, biasanya terjadi pada minggu ketiga dan kadang-
kadang bisa lebih lama.
• *eningoensefalitis yang disebabkan oleh imunisasi gondongan terjadi kira-kira
1'1222.222 kasus dengan galur virus gondongan 8rabe, angka kejadian ini lebih kecil
dibandingkan apabila menggunakan galur virus gondongan
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
47/69
• %rombositopeni, biasanya akan sembuh sendiri, kadang-kadang dihubungkan dengan
komponen rubela dari **6.
• ;rang tua harus dijelaskan tentang kemungkinan gejala yang bakal timbul, dan diberikan
petunjuk untuk mengurangi demam, termasuk penggunaan parasetamol pada masa 4-1"
hari setelah imunisasi.
Kontra Indikasi
•
nak dengan penyakit keganasan, gangguan imunitas, mereka yang mendapat
pengobatan dengan imunosupresif, terapi sinar, atau mendapat steroid dosis tinggi
ekuivalen dengan "mg'kgbb'hari prednisolon.
• nak dengan alergi berat pembengkakan pada mulut atau tenggorokan, sulit bernafas,
hipotensi dan syok terhadap gelatin atau neomisin.
• nak dengan demam akut. emberian **6 harus ditunda sampai penyakitnya sembuh.
• nak yang mendapat vaksin hidup yang lain termasuk !$7 dan vaksin virus hidup
dalam aktu 0 minggu. ada keadaan ini, imunisasi **6 ditunda lebih kurang 1 bulan
setelah imunisasi yang terakhir.
•
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
48/69
mengandung imunoglobulin darah, plasma.
• 5anita hamil tidak dianjurkan mendapat imunisasi **6 dan dianjurkan untuk tidak
hamil selama ( bulan setelah mendapat suntikan.
Pen""unaan Imuno"lobulin
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
49/69
mempunyai nilai sebagai profilaksis setelah terpapar dengan penyakit ini. ntibodi maternal
yang disalurkan meleati plasenta dapat melindungi bayi selama satu tahun kehidupan.
Live attenuated rubella vaccine dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi virus
rubella dan pemakaian yang luas vaksin ini menyebabkan sindrom rubela kongenital di
ustralia tidak ditemukan lagi. emakaian imunoglobulin setelah terpapar dengan pasien
rubela tidak memberikan perlindungan, sehingga pemberian imunoglobulin nilainya kecil
untuk mencegah rubela pada anita hamil.
Haemopilus In.luen7a tipe &1C
Haemophylus influen+ae tipe b Hib bukan virus influensa, tetapi merupakan suatu
bakteri 7ram negatif. Haemophylus influen+ae terbagi atas jenis yang berkapsul dan tidak
berkapsul. %ipe yang tidak berkapsul umumnya tidak ganas clan hanya menyebabkan infeksi
ringan misalnya faringitis atau otitis media.
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
50/69
meningitis. ada penelitian lanjutan didapatkan baha Hib merupakan (9K di antara
penyebab meningitis pada bayi clan anak berumur kurang dari 4 tahun. ?aporan dari negara-
negara sia cenderung menunjukkan baha Hib merupakan penyebab meningitis terbanyak
bersama pneumokokus clan meningokokus, tetapi insidens meningitis rendah. !eberapa
faktor risiko misalnya umur kurang dari 4 tahun, tingginya pembaa kuman di tenggorok
karier, penyebaran infeksi di tempat penitipan anak, lingkungan yang padat, dan bayi tidak
mendapat SI.
Pneumonia
Haemophylus influen+ae sebagai penyebab pneumonia lebih sulit dibuktikan karena
metode pengambilan bahan pemeriksaan jauh lebih sulit. enelitian membuktikan baha
pneumonia disebabkan oleh virus pada "4-C4K kasus, sedangkan bakteri biasanya ditemukan
pada kasus yang berat. !ila kedua penyebab ditemukan, kemungkinan pneumonia pada
aalnya disebabkan oleh virus, kemudian terjadi infeksi bakteri. )ematian umumnya
disebabkan oleh infeksi bakteri.
Sebelum diperkenalkan vaksin, ".influenzae tipe b merupakan bakteri penyebab
pneumonia yang penting. Identifikasi yang sulit dari bakteri ini mengakibatkan insiden yang
pasti tidak diketahui, diduga ".influenzae tipe b bertanggung jaab terhadap 419K kejadian
pneumonia. Di negara yang telah berkembang, imunisasi menurunkan kejadian sindrom
".influenzae tipe b invasif sampai lebih dari 34K, termasuk pneumonia.
Vaksin Hib
)apsul polyribosyribitol phosphate 6 menentukan virulensi dari Hib. #aksin Hib
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
51/69
dibuat dari kapsul tersebut. #aksin aal yang terbuat dari 6 murni ternyata kurang efektif,
sehingga saat ini digunakan konjugasi 6 dengan protein dari berbagai komponen bakteri
lain. #aksin yang beredar di Indonesia adalah vaksin konjugasi dengan membran protein luar
dari /eisseria meningitidis yang disebut sebagai 6-;* dan konjugasi dengan toksoid
tetanus yang disebut sebagai 6-%. )edua vaksin tersebut menunjukkan efikasi dan
keamanan yang sangat tinggi. )edua vaksin tersebut boleh digunakan bergantian atau
kombinasi.
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
52/69
sering menyerang bayi kecil. Dua puluh enam persen terjadi pada bayi berumur "-= bulan
clan "4K pada bayi berumur C-11 bulan $D$. )asus termuda di
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
53/69
tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung bisa disertai gangguan kesadaran dari
ringan sampai berat. Demam tidak selalu khas seperti pada orang deasa, kadang kadang
mempunyai gambaran klasik berupa stepise pattern! dapat pula mendadak tinggi dan
remiten (3-01 :$ serta dapat pula bersifat ireguler terutama pada bayi. ?idah tifoid
biasanya terjadi beberapa hari setelah panas meningkat dengan tanda tanda antara lain lidah
tampak kering, dilapisi selaput tebal, di bagian belakang tampak lebih pucat, di bagian ujung
dan tepi tampak lebih kemerahan. 6oseola tifosa lebih sering terlihat pada akhir minggu
pertama dan permulaan minggu kedua, berupa nodul kecil, sedikit menonjol dengan diameter
" - 0 mm, berarna merah pucat, serta hilang pada penekanan. 6oseola ini karena emboli
kuman pada kapiler kulit clan terutama di jumpai di daerah perut, dada, kadang kadang di
pantat maupun bagian fleksor lengan atas. )omplikasi pada usus berupa perdarahan usus,
perforasi usus clan peritonitis. Sedangkan komplikasi diluar usus berupa bronkitis,
bronkopneumonia, ensefalopati, kolesistitis, meningitis, miokarditis dan kronik karier.
Vaksin Demam Ti.oid
12 Vaksin demam ti.oid oral
#aksin ini dibuat dari kuman 0almonella typhi galur non patogen yang telah
dilemahkan. )uman dalam vaksin ini hanya mengalami sedikit siklus pembelahan dalam
usus dan dieliminasi dalam aktu ( hari setelah pemakaiannya. %idak seperti vaksin
parenteral, respons imun pada vaksin ini termasuk sekretorik Ig. Secara umum
efektifitasnya sama dengan vaksin parenteral yang diinaktivasi dengan pemanasan, tetapi
vaksin oral ini reaksi sampingnya lebih rendah. #aksin ini dalam perdagangan dikenal
sebagai %y-"1a.
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
54/69
enyimpanan vaksin pada suhu ":$- 9:$. )emasan dalam bentuk kapsul untuk anak
umur 4 tahun C lebih. $ara pemberian tiap hari ke 1, ( clan 4 ditelan 1 kapsul vaksin 1 jam
sebelum makan dengan minuman yang tidak lebih dari (C:$. )apsul harus ditelan utuh dan
tidak boleh dipecahkan karena kuman dapat dimatikan oleh asam lambung. #aksin tidak
boleh diberikan bersamaan dengan antibiotik, sulfonamid, atau antimalaria yang aktif
terhadap salmonella. )arena vaksin ini juga menimbulkan respon yang kuat dari interferon
mukosa, pemberian vaksin polio oral sebaiknya ditunda dua minggu setelah pemberian
terakhir dari vaksin tifus ini. Imunisasi ulangan tiap 4 tahun. @amun pada individu yang terus
terekspos dengan infeksi tifus, sebaiknya diberikan ( - 0 kapsul tiap beberapa tahun.
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
55/69
Vari(ella13
#arisela cacar air adalah penyakit infeksi yang sangat menular disebabkan oleh
virus varisela-+oster. $acar air merupakan fase akut invasi virus sedangkan herpes +oster
merupakan reaktivasi fase laten. $acar air ditularkan melalui droplet dan sangat menular
selama masa prodromal yang singkat dan pada fase aal erupsi. *asa inkubasi 10 sampai 1=
hari. pabila lesi telah berubah menjadi krusta, pasien tidak menularkan penyakit.
Setelah masa inkubasi, muncul nyeri kepala ringan, demam tidak begitu tinggi dan
lemah badan, diikuti dengan timbulnya lesi kulit "0-(= jam kemudian. 6uam pertama muncul
dalam bentuk erupsi makular yang dapat disertai dengan daerah kemerahan. 6uam ini hanya
timbul dalam beberapa jam, terasa gatal, vesikel berisi cairan jernih, dan menimbul dari
dasar> pada saat ini pada umumnya diagnosis mudah ditegakkan. erubahan lesi makula ke
papul menjadi vesikel kemudian krusta, berlangsung dalam kurun aktu = sampai 9 jam. ?esi
kemudian berubah menjadi keropeng. Base akut berlangsung 0-C hari. $acar air pada anak
biasanya bersifat ringan dan berlangsung singkat. !ila menyerang deasa sifatnya lebih berat
dan dapat mengakibatkan penyakit yang serius serta fatal, terutama apabila menyerang pasien
defisiensi imun, anak yang sedang mendapat pengobatan kortikosteroid atau terapi
kemostatik, tanpa tergantung golongan umur.
Herpes 8oster
Infeksi herpes +oster berupa ruam vesikular yang terlokalisasi akibat reaktivasi virus
varisela-+oster laten, akan timbul pada saat menurunnya kekebalan. Herpes +oster jarang
ditemui sebelum umur 1" tahun 1K kasus, umumnya muncul pada usia 02 tahun 91 K.
Herpes-+oster sering berupa penyakit yang serius pada usia lanjut dan individu yang
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
56/69
menderita imunokompromis sehingga dapat menjadi herpes +oster menyeluruh yang meliputi
organ dalam, susunan syaraf dan paru.
Sindrom varisela kon"enital
Infeksi varisela pada bayi baru lahir yang berat terjadi akibat varisela dari ibu hamil
semasa perinatal. Sindrom varisela kongenital dilaporkan terjadi setelah infeksi varisela pada
masa tengah kehamilan dan dapat berakibat malformasi kongenital, parut kulit dan anomali
lain. Data terakhir dari Jropa mengindikasikan risiko yang tinggi bila infeksi maternal
muncul pada masa kehamilan 2-1" minggu. !ayi yang terinfeksi intrauterin juga mempunyai
risiko untuk terjadinya herpes +oster pada masa bayi, risiko meningkat apabila paparan terjadi
pada kehamilan "4-(= minggu. *asa aitan pada anita hamil berlangsung 4 hari sebelum
kelahiran sampai " hari pasca kelahiran dan diperkirakan akan berakibat varisela berat pada
1CK -(2K bayinya.
Infeksi sekunder oleh kuman streptokokus pada vesikel dapat mengakibatkan
terjadinya erisipelas, sepsis, nefritis hemoragik akut. Infeksi stafilokokus dapat terjadi pada
vesikel dan menyebabkan pioderma atau impetigo bulosa. *eski jarang, dapat terjadi
komplikasi berat, seperti serebelitis, meningitis aseptik, mielitis transversa, trombositopenia
dan pneumonia. ada kasus lebih jarang lagi bahkan dapat menyerang organ dalam dan sendi.
)omplikasi pneumonia terjadi pada deasa, bayi baru lahir serta pasien imunokompromais,
tetapi jarang pada anak kecil.
Vaksin
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
57/69
#aksin virus hidup varisela-+oster galur ;) yang dilemahkan terdapat dalam
bentuk bubuk-kering (lyophilised). !entuk ini kurang stabil dibandingkan vaksin virus hidup
lain, sehingga mernerlukan suhu penyimpanan tertentu. #aksin harus disimpan pada suhu "-
9:$. !agi anak hanya diperlukan 1 dosis, sedang individu imunokompromais serta remaja
sama atau di atas 1( tahun dan deasa memerlukan " dosis, selang 1-" bulan. #aksin dapat
diberikan bersama dengan vaksin **6. IDI merekomendasikan vaksin ini diberikan mulai
usia 12 tahun, dosis 2,4 ml secara subkutan, dosis tunggal.
Kejadian ikutan pas(a imunisasi
• 6eaksi dapat bersifat lokal, demam, dan ruam papul-vesikel ringan.
• ada individu imunokompromis reaksi lokal jarang terjadi, tetapi reaksi menyeluruh
muncul lebih sering pada pasien leukemia dalam pengobatan rumatan.
• Setelah penyuntikan vaksin, pada 1K individu imunokompromais dapat timbul varisela.
• ada pasien leukemia yang divaksinasi dapat muncul ruam pada 02K kasus setelah
vaksinasi dosis pertama, 0K diantaranya dapat terjadi varisela berat yang memerlukan
pengobatan asiklovir.
Kontra Indikasi
#aksin tidak dapat diberikan pada keadaan demam tinggi, hitung limfosit kurang dari
1"22'pl atau adanya bukti defisiensi imun selular seperti selama pengobatan induksi penyakit
keganasan atau ( tahun fase radioterapi, pasien yang mendapat pengobatan dosis tinggi
kortikosteroid " mg'kg!! per hari atau lebih. #aksin ini juga indikasi kontra bagi pasien
yang alergi pada neomisin.
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
58/69
Hepatitis A"2
#irus hepatitis tergolong picornavirus berukuran "C nano-meter. %erdiri dan satu
rantai 6@ linear yang dibungkus ( protein yaitu #I #", #(. #irus ini sangat stabil pada
suhu tinggi maupun pada pH (- 12.
Di negara prevalens tinggi, infeksi umumnya terjadi pada usia 12 tahun> di daerah
prevalens sedang, infeksi terjadi pada usia remaja dan deasa muda, sedangkan di area
prevalens rendah infeksi terjadi pada deasa usia lanjut. %ransmisi terjadi melalui penularan
fekal-oral dalam bentuk penularan antar individu kontak erat dan penularan dan makanan
atau minuman yang tercemar. *asa inkubasi H# bervariasi antara 14-42 hari. Infeksi dapat
simtomatik atau asimtomatik, tergantung usia. Infeksi asimptomatis dialami C2K anak usia
= tahun sedangkan 94K anak besar dan deasa infeksinya simtomatis dan umumnya harus
raat inap. 7ejala berlangsung " bulan, tetapi 12 - 14K pasien mengalami prolonged atau
relapsing hepatitis sampai = bulan lamanya. H# dapat menimbulkan komplikasi berupa
hepatitis fulminan, prolonged hepatitis 1"-19 minggu, relapsing hepatitis (1!2 - "2K,
kekambuhan dapat lebih dari satu kali.encegahan dilakukan dengan pola hidup bersih'sehat
dan imunisasi. emberian imunisasi dapat berupa imunisasi pasif maupun aktif.
Imunisasi pasi.
Indikasi
• Sebagai upaya pencegahan setelah kontak kontak serumah, kontak seksual, epidemi
• 8paya profilaksis pasca paparan
• 8paya profilaksis pra paparan atau sebelum kontak pengunjung dari daerah non endemis
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
59/69
ke daerah endemis
• Seyogyanya diberikan tidak lebih dari " minggu setelah paparan.
Dosis
/ormal human immune globulin @IH7 setiap mili-meter mengandung 122 I8 anti
H#, diberikan secara intramuskular dalam dengan dosis 2,22" ml'kg berat badan dan
volume total pada anak besar dan orang deasa 4 ml, sedangkan pada anak kecil atau bayi
tidak melebihi ( ml.
%abel 4. 6ekomendasi profilaksis post exposure terhadap #H
Saat paparan )min""u* %sia )taun* 0ekomendasi
" " I7
A " I7 dan vaksin
A" " I7
A " #aksin
Dikutip dari hidajat dan ujiarto, "224"2
%abel 13. rofilaksis pre exposure terhadap pengunjung aari daerah non endemis
%mur
taun
#ama Kunjun"an 0ekomendasi Keteran"an
" ( bulan I7 2.2"m1'kg 1 kali
( N 4 bulan I7 2.2= ml'kg 1 kali 1 kali
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
60/69
Vaksin
#aksin dibuat dan virus yang dimatikan (inactivated vaccine). Dosis vaksin
bervariasi tergantung produk dan usia resipien. #aksin diberikan pada usia A " tahun.
Imunisasi diberikan " kali, suntikan kedua atau booster diberikan antara = sampai 1" bulan
setelah dosis pertama. #aksin hepatitis terbukti imunogenisitasnya baik. Diperkirakan anti-
@#protektif menetap selama A "2 tahun. roteksi jangka panjang terjadi akibat antibodi
protektif yang menetap atau akibat anamnestic boosting infeksi alamiah. emberian vaksin
#H bersamaan dengan vaksin lain hepatitis !, tifoid tidak mengganggu respons imun
masing-masing vaksin dan tidak meningkatkan frekuensi efek samping.
Indikasi
Indikasi vaksinasi H# rekomendasi &I* /
• Imunisasi rutin / nak di daerah endemis H# atau daerah dengan abah periodic
• 6isiko tinggi #H /
engunjung ke daerah endemic
ria homoseksual dengan pasangan ganda
asien yang memerlukan konsentrat faktor #III
Staf tempat penitipan anak %
Staf dan penghuni institusi untuk cacat mental
ekerja dengan primata bukan manusia
Staf bangsal neonatologi
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
61/69
• 6isiko hepatitis fulminan / asien H)
• 6isiko menularkan H# / nak usia "-( tahun di % dan penyaji makanan.
-.ek Sampin"
#aksin H# cukup aman dan jarang menimbulkan efek samping. 6eaksi lokal
merupakan efek samping tersering "1 K-40K tetapi umumnya ringan. Demam dialami 0K
resipien. #aksin hepatitis yang tersedia saat ini semuanya belum disetujui untuk diberikan
kepada bayi berusia " tahun.
In.luen7a"1
enyakit influen+a merupakan penyakit yang sangat menular, disebabkan oleh virus
yang sangat tidak stabil. enyebabnya adalah virus influen+a dan virus influen+a !.
emberian vaksin influen+a yang dilemahkan (inactivated influenza vaccine) kepada individu
yang berisiko timbulnya komplikasi infeksi, merupakan satu-satunya cara untuk mengukur
kemampuan pencegahan atau mengurangi infeksi influen+a serta mencegah kematian pada
saat epidemi. Setelah vaksinasi hampir semua orang deasa yang divaksinasi mempunyai
titer antibodi yang dapat melindunginya dari galur (strain) virus yang ada di dalam vaksin.
Sebagai tambahan, individu tersebut diproteksi terhadap berbagai varian. !ayi, orang usia
lanjut, dan pasien dengan gangguan kekebalan, akan menghasilkan titer antibodi yang rendah
setelah vaksinasi. Dengan perkataan lain influen+a vaksin mungkin lebih efektif untuk
mencegah terkenanya saluran nafas baah atau komplikasi lain, daripada mencegah infeksi.
Harus diingat baha vaksin influen+a tidak mencegah infeksi primer akibat virus lain
maupun bakteri patogen dalam saluran nafas. #aksinasi influen+a merupakan metode
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
62/69
pencegahan primer penyakit influen+a dan komplikasinya. Di pasaran telah tersedia beberapa
macam vaksin influen+a, termasuk vaksin khusus untuk anak. Sampai saat ini indikasi
pemberian di beberapa negara belum sama, namun umumnya disepakati baha perlu
diberikan pada anak dengan risiko tinggi. 6ekomendasi terakhir dvisory &ommittee on
Immunization *ractices $I, "220 menganjurkan diberikan secara rutin setiap tahun pada
anak = - "( bulan, karena pada usia tersebut kejadian penyakit influen+a paling tinggi.
Vaksin
#aksin influen+a mengandung virus yang tidak aktif (inactivated influenza virus).
%erdapat " macam vaksin yaitu hole-virus dan split-virus vaccine. Bormulasi vaksin
influen+a direvie secara berkala, sehingga perubahan komposisi dapat dipakai untuk
menyesuaikan antigenic shifts dan antigenic drift. ada saat ini cakupan imunisasi influen+a
mencapai C2-32K uniuk proteksi selama satu tahun, daya proteksi menurun pada tahun
berikutnya, apabila galur tetap sama atau hanya terjadi antigenic drift yang kecil. 8ntuk
menjaga agar daya proteksi berlangsung terus menerus, maka perlu dilakukan vaksinasi
secara kontinu menggunakan vaksin yang mengandung galur yang mutakhir.
#aksin hidup intranasal (cold attenuated intranasal vaccine) telah dikembangkan
selama lebih dari "2 tahun. Di 6usia telah digunakan untuk vaksinasi deasa. Di merika
belum digunakan pada anak, namun mungkin dalam aktu dekat telah bisa didapat.
8ntuk anak dianjurkan pemakaian jenis split-virus vaccine! karena tidak
mengakibatkan demam tinggi. )ekebalan terhadap influen+a didapat dari pembentukan
antibodi sekretori Ig@ dan serum Ig2 temadap glikoprotein, hemaglutinin dan neuraminidase
virus. ntibodi ini sangat spesifik untuk galur tertentu.
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
63/69
erlu diingat baha anjuran pemakaian vaksin influen+a sama dengan vaksin
pneumokokus, kedua vaksin tersebut dapat diberikan secara bersamaan. #aksin influen+a
harus disimpan dalam lemari es dengan suhu "-9: $ dan tidak boleh dibekukan.
!erbagai penelitian menunjukkan vaksin influen+a dapat mencegah otitis media,
menurunkan kejadian otitis media dan mencegah eksaserbasi pada anak asma, vaksin
influen+a dapat memproteksi eksaserbasi akut asma pada anak. $I merekomendasikan
vaksinasi untuk anak A = bulan yang mempunyai risiko tinggi saja, vaksinasi dianjurkan
setiap tahun. erlunya imunisasi pada usia dini, menurut $I karena hasil penelitian di
berbagai negara mendapatkan angka peraatan rumah sakit yang lebih tinggi pada usia muda
dibandingkan anak yang lebih besar. Hal ini disebabkan imunitas yang rendah dan kurang
terpajang ke virus sebelumnya. Hasil penelitian juga mendapatkan baha vaksin influen+a
aman dan efektif diberikan untuk pencegahan penyakit pada anak sehat usia = - "( bulan.
#aksinasi secara teratur juga dianjurkan untuk kelompok risiko tinggi
• asien asma dan kistik fibrosis
• nak dengar penyakit jantung
• nak yang menderita penyakit atau mendapat obat imunosupresif
• nak yang terkena infeksi HI#
• asien sickle cell anemia dan hemoglobinopati lain
• asien penyakit ginjal kronis
• asien penyakit metabolik kronis seprti diabetes
• enyakit yang memerlukan pengobatan aspirin jangka panjang, seperti
rematoid artritis atau penyakit )aasaki, yang berisiko timbulnya sindrom
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
64/69
6eye bila terinfeksi influen+a
Pedoman
#aksinasi influen+a diberikan sebelum )?! terjadi. *isalnya, untuk mencegah )?!
pada musim dingin, maka vaksin diberikan pada musim gugur. #aksin diberikan satu kali,
dosis tunggal, pada individu yang pemah terpajan pada galur yang terkandung dalam vaksin
tersebut. ada anak atau deasa dengan gangguan fungsi imun, diberikan " dosis dengan
jarak interval minimal 0 minggu, untuk mendapatkan antibodi yang memuaskan. #aksin
diberikan dengan suntikan subkutan dalam atau intramuscular. %idak ada bukti efikasi vaksin
influen+a pada bayi usia kurang dari = bulan. ada anak usia antara = bulan sampai 4 tahun
didapatkan reaksi demam 19K kasus. erlu diingat baha anjuran pemberian vaksin
influen+a sama dengan vaksin pneumokokus, kedua vaksin tersebut dapat diberikan pada
aktu kunjungan yang sama.
Satu dosis vaksin secara teratur setiap tahun dapat diberikan pada usia 3 tahun keatas.
nak usia = bulan sampai 3 tahun bila mendapat vaksin pertama kali, harus diberikan " kali
berturut-turut dengan selang aktu 1 bulan. #aksinasi biasanya diberikan sebelum musim
penyakit influen+a datang.
0eaksi KIPI
• 6eaksi lokal nyeri, eritema dan indurasi pada tempat suntikan, lamanya 1 - " hari.
Didapat pada 14 - "2K resipien yang mendapat vaksinasi.
• 7ejala sistemik tidak spesifik berupa demam, lemas, mialgia flu-like symptoms)! timbul
beberapa jam setelah penyuntikan, terutama pada anak yang muda. 7ejala timbul setelah
-
8/21/2019 PANDUAN IMUNISASAI
65/69
= - 1" jam pasca vaksinasi, lamanya 1 atau " hari, didapat pada 1K resipien.
• 6eaksi segera (immediate hypersensitivity seperti hives! angio-oedema! asma, syok
anafilaksis jarang didapat. Hal ini terjadi karena respons alergi terhadap komponen
vaksin, seperti protein telur. asien dengan riayat anafilaksis setelah makan telur atau
adanya respons alergi terhadap protein telur jangan diberi vaksin influen+a.
Kontra Indikasi
Individu dengan hipersensitif anafilaksis terhadap pemberian vaksin influen+a
sebelumnya dan komponen vaksin seperti telur jangan diberi vaksinasi influen+