nilai-nilai pendidikan islam dalam novel rantau...

118
i

Upload: others

Post on 01-Dec-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

i

Page 2: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

ii

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM

DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA

AHMAD FUADI

SKRIPSI

Diajukan Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Diajukan Oleh:

MUHAMMAD FADHOLI

11110131

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2015

Page 3: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

iii

Page 4: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

iv

Page 5: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

v

Page 6: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

vi

MOTTO

(Siapa Yang Berjalan di jalan-Nya Akan Sampai di

Tujuan)

Selalu optimis

PERSEMBAHAN

Dengan ketulusan hati dan segenap rasa syukur, skripsi ini saya

persembahkan kepada:

1. ibunda ( Siti Murtofiah ) dan Ayahanda ( Ahmad Adib ) tercinta yang telah

mendidik dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan kasih

sayang serta tidak henti-hentinya mendo‟akan penulis dalam menyelesaikan

studi dan skripsi ini.

2. Saudara-saudaraku ( Muhammad Haris dan M.Lilik Setiawan ) dan calon

belahan jiwaku ( Maftukhatul Munawaroh ) yang telah mendo‟akan penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini dan selalu mendukung penulis dalam segala

hal.

3. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman MAPALA MITAPASA terima

kasih atas dukungan, do‟a motivasi, perhatian dan kasih sayang yang telah

ikut mewarnai perjalanan proses penulisan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Siti Asdiqoh,M.Si. yang telah sabar dalam mengarahkan dan

memberikan masukan-masukan dalam menyusun skripsi ini.

5. Seluruh Mahasiswa STAIN Salatiga terutama PAI kelas D angkatan 2010

yang telah memberikan banyak kenangan terindah.

Page 7: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan

rahmat, taufik, dan hidayah-Nya dalam penyusunan skripsi berjudul Nilai-nilai

Pendidikan Islam dalam Novel Rantau 1 Muara Karya Ahmad Fuadi. Shalawat

dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhamad yang telah

menerangi dunia dengan kesempurnaan agama Islam.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian kualitatif untuk mengetahui nilai-nilai

pendidikan Islam yang dapat diambil sebagai pelajaran dari Novel Rantau 1

Muara karya Ahmad Fuadi. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas

dari bantuan dan dukungan semua pihak yang terkait. Pada kesempatan ini,

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga,

2. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

3. Dosen Pembimbing Ibu Dra. Siti Asdiqoh,M.Si. atas bimbingan, arahan, dan

motivasi yang diberikan.

4. Bang Fuadi yang telah menginspirasiku baik dalam perkataan maupun dalam

perbuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Page 8: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

viii

5. Saudaraku tersayang M.Haris dan M.Lilik Setiawan serta Maftukhatul

Munawaroh yang telah memberikan bantuan dan motivasi dari awal hingga

akhir penulisan skripsi ini.

6. Keluarga besar PAI D 2010 seperjuangan.

7. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam

penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,

sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

semoga skripsi ini bermanfaat bagi para Pembaca dan dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 20 Agustus 2015

Muhammad Fadholi

Page 9: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

ix

ABSTRAK

Fadholi, Muhammad. 2015. 11110131. Nilai-nilai Pendidikan Islam

dalam Novel Rantau 1 Muara Karya Ahmad Fuadi.

Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan

Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.

Kata Kunci: Nilai-nilai Pendidikan Islam, novel Rantau 1 Muara

Pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang

agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Nilai-nilai

pendidikan Islam adalah harga pendidikan menurut ajaran Islam yang

berasal dari perintah Allah SWT yang telah diajarkan kepada seluruh umat

manusia melalui wahyu-Nya dan utusan-Nya (Nabi dan Rosul-Nya). Beralih

ke sastra bahwa salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel adalah

karya fiksi yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya.

Demikian, penelitian ini bertujuan untuk meneliti secara mendalam

nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam sebuah novel inspiratif

karya Ahmad Fuadi, Rantau 1 Muara. Penelitian ini menggunakan studi

kepustakaan dengan menerapkan pendekatan deskriptif analisis (descriptive

of analyze research). Metode yang digunakan penulis untuk mengumpulkan

berbagai sumber data dalam penelitian kali ini adalah metode dokumentasi

(documentation research methode). Dalam penelitian ini, penulis mencoba

mengkaji dan melakukan analisis kepustakaan mengenai Novel Rantau 1

Muara karya Ahmad Fuadi. Data primer dalam penelitian adalah Novel

Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi tahun 2013. Sedangkan untuk sumber

data sekunder, penulis mengambil dari kumpulan berbagai artikel, jurnal,

diskusi-diskusi book review dan karya tulis lain yang berkaitan dengan

penelitian ini demi memperkaya khazanah intelektual dalam kajian dan

analisis. Pada akhirnya, dalam proses analisis data, penulis menggunakan

metode deskriptif analisis yang terdiri dari tiga kegiatan, diantaranya adalah

reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

Dari penelitian yang dilakukan, ada 2 (dua) garis besar kesimpulan

yaitu: (1) Novel Rantau 1 Muara sarat dengan nilai-nilai pendidikan Islam.

Nilai-nilai pendidikan Islam yang dapat ditemukan di dalam novel Rantau 1

Muara terbagi dalam 3 (tiga) kelompok besar, yaitu: nilai pendidikan

aqidah, nilai pendidikan ibadah, dan nilai pendidikan akhlak. (2) Karakater

utama dalam novel Rantau 1 Muara, Alif Fikri, sangat memegang teguh

nilai-nilai pendidikan Islam

Page 10: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

x

DAFTAR ISI

HALAMAN BERLOGO ......................................................................... i

HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ v

MOTTO .................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN .................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ............................................................................. viii

ABSTRAK ............................................................................................... ix

DAFTAR ISI ............................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6

D. KegunaanPenelitian ........................................................................... 7

E. Metode Penelitian .............................................................................. 7

1. Jenis Penelitian............................................................................. 7

2. Metode Pengumpulan Data........................................................... 8

3. Teknik Analisis Data...................................................................... 8

F. Penegasan Istilah ............................................................................... 9

1. Nilai Pendidikan Islam .................................................................. 9

2. Novel Rantau 1 Muara .................................................................. 10

G. Sistematika Penulisan Skripsi ............................................................ 10

BAB II BIOGRAFI NASKAH

A. Biografi Naskah ................................................................................. 12

1. Pengertian Novel ........................................................................... 12

2. Unsur-unsur Novel ........................................................................ 14

Page 11: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

xi

a. .......................................................................................... Unsur

Instrinsik ................................................................................... 14

b. .......................................................................................... Unsur

Ekstrinsik .................................................................................. 22

3. Jenis-jenis Novel ........................................................................... 25

4. Ciri-ciri Novel ............................................................................... 26

B. Nilai Pendidikan Islam ....................................................................... 26

1. Pengertian Nilai ............................................................................. 26

2. Pengertian Pendidikan Islam ......................................................... 27

3. Landasan Nilai Pendidikan Islam .................................................. 29

4. Tujuan Nilai Pendidikan Islam ...................................................... 34

5. Jenis Nilai-nilai Pendidikan Islam ................................................. 36

C. Biografi Penulis................................................................................... 41

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN

A. Deskripsi Novel Rantau 1 Muara ....................................................... 43

1. Unsur Ekstrinsik Novel Rantau 1 Muara ..................................... 43

2. Unsur Intrinsik Novel Rantau 1 Muara ......................................... 43

3. Sinopsis Novel Rantau 1 Muara .................................................... 65

4. Keunggulan Novel Rantau 1 Muara .............................................. 69

B. Deskripsi Penelitian ........................................................................... 70

1. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Rantau 1 Muara ......... 70

2. Karakteristik Tokoh Utama dalam Novel Rantau 1 Muara ........... 78

BAB IV PEMBAHASAN

A. Nilai Pendidikan Aqidah .................................................................... 79

1. Iman kepada Qada dan Qadar ...................................................... 79

2. Meyakini Sifat Allah ..................................................................... 80

3. Iman kepada Kiamat Kecil (Kematian) ......................................... 80

4. Iman kepada Alam Ghaib .............................................................. 81

5. Berpegang Teguh kepada Tali Allah ............................................. 81

B. Nilai Pendidikan Ibadah ..................................................................... 81

1. Nilai-nilai Ibadah Vertikal ............................................................ 82

Page 12: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

xii

2. Nilai-nilai Ibadah Horizontal ........................................................ 84

C. Nilai Pendidikan Akhlak .................................................................... 85

1. .............................................................................................. Nilai-nilai

Akhlak Mahmudah dalam Novel Rantau 1 Muara ........................ 85

2. .............................................................................................. Nilai-nilai

Akhlak Madzmumah dalam Novel Rantau 1 Muara ..................... 91

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 95

B. Saran .................................................................................................. 96

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membahas pendidikan tidaklah habis meskipun harus menumpahkan

tinta seluas samudra ke atas kertas seluas langit raya. Karena sejatinya

pendidikan itu akan terus berkembang dan memunculkan diskusi-diskusi

yang berkelanjutan sampai akhir zaman. Namun demikian kiranya penulis

ingin mengutip beberapa definisi pendidikan yang diuraikan oleh beberapa

ahli pendidikan guna mendapat secercah pemahaman tentang makna

pendidikan.

Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie”

yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1991: 263) pendidikan adalah “proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses,

cara, perbuatan mendidik.”

Menurut Poerwadarminta (Kamus besar bahasa indonesia, 1991: 916),

pendidikan dari segi bahasa dapat diartikan sebagai perbuatan (hal, cara dan

sebagainya) mendidik; dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik, atau

pemeliharaan (latihan-latihan dan sebagainya) badan, batin dan sebagainya.

Pada hakekatnya, pendidikan adalah kegiatan formal yang melibatkan guru,

murid, kurikulum, evaluasi, administrasi yang secara simultan memproses

Page 14: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

2

peserta didik menjadi bertambah pengetahuan, skill dan nilai kepribadiannya

dalam suatu keteraturan kalender akademik (Jumali, dkk, 2004: 19).

Lebih lanjut pendidikan merupakan usaha seorang pendidik guna

mempersiapkan anak didik agar menjadi pribadi yang mandiri dan bermanfaat

bagi masyarakat. Proses pendidikan dapat berlangsung dalam keluarga,

sekolah dan masyarakat (Zakiah Daradjat, 1995: 35). Sedangkan menurut

Prof. Dr. Azzumardi Azra, MA (dalam Abuddin Nata, 2003: 12) pendidikan

adalah:

“Suatu proses dimana suatu bangsa atau Negara membina dan

mengembangkan kesadaran diri di antara individu-individu. Dengan

kesadaran tersebut suatu bangsa atau negara dapat mewariskan

kekayaan budaya atau pemikiran kepada generasi berikutnya,

sehingga menjadi inspirasi bagi mereka dalam setiap aspek

kehidupan.”

Pengertian para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan

dapat diartikan secara sempit dan dapat pula diartikan secara luas. Secara

sempit dapat diartikan “bimbingan yang diberikan kepada anak-anak sampai

dewasa” (Marribah, 1981: 30).

Adapun pengertian pendidikan secara luas adalah:

“Segala sesuatu yang menyangkut proses perkembangan dan

pengembangan manusia, yaitu upaya menanamkan dan

mengembangkan nilai-nilai bagi anak didik sehingga nilai-nilai yang

terkandung dalam pendidikan menjadi bagian dari kepribadian anak

yang pada gilirannya ia menjadi orang pandai, baik, mampu hidup

dan berguna bagi masyarakat” (Al-Attas, 1984: 60).

Sedangkan kaitannya dengan Islam, maka ada tiga istilah umum yang

sering digunakan dalam pendidikan Islam, yaitu: at-Tarbiyyah (pengetahuan

tentang ar-Rabb), at-Ta’lim (ilmu teoritik, kreativitas, komitmen tinggi dalam

Page 15: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

3

mengembangkan ilmu, serta sikap hidup yang menjunjung tinggi nilai-nilai

ilmiah), dan at-Ta’dib (integrasi ilmu dan amal).

Lebih terperinci Syekh A. Naquib al-Attas (1984: 48) memberikan

pengertian bahwa pendidikan Islam adalah:

“Usaha yang dilakukan oleh pendidik terhadap anak didik untuk

pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang benar dari segala

sesuatu dari tatanan penciptaan, sehingga membimbing mereka

kearah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di

dalam tatanan wujud dan kepribadian.”

Adapun M. Yusuf Qardhawi sebagaimana dikutip oleh Prof. Dr.

Abuddin Nata, MA. (2003: 60) memberikan pengertian:

“Pendidikan manusia seutuhnya; akal dan hatinya, rohani dan

jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena itu pendidikan

Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai

maupun perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat

dengan segala kebaikan dan kejahatan, manis dan pahit.”

Setidak-tidaknya ada tiga poin yang dapat disimpulkan dari beberapa

pengertian pendidikan Islam di atas, yaitu:

Pertama, pendidikan Islam menyangkut aspek jasmani dan rohani.

Keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Oleh karena

itu pembinaan terhadap keduanya harus seimbang (tawazun).

Kedua, Pendidikan Islam berdasarkan konsepsinya pada nilai-nilai

religius. Ini berarti bahwa pendidikan Islam tidak mengabaikan teologis

sebagai sumber dari ilmu itu sendiri. Sebagaimana firman Allah:

Page 16: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

4

“dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya,

kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman:

"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar

orang-orang yang benar!” (Qs. Al-Baqarah [2] : 31)

Ayat di atas menunjukkan adanya epistemologi dalam Islam, yakni

bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari yang satu, Allah Subhanahu wa

Ta’ala.

Ketiga, adanya unsur takwa sebagai tujuan yang harus dicapai.

Sebagaimana kita ketahui, bahwa takwa merupakan benteng yang dapat

berfungsi sebagai daya tangkal terhadap pengaruh-pengaruh negatif yang

datang dari luar.

Berdasarkan pengertian dari tiga poin di atas dapat disimpulkan

bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang

agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.

Lebih lanjut, “nilai” sebatas arti denotifnya dapat dimaknai sebagai

harga (Mulayana, 2004: 7). Yakni, “harga yang diberikan seseorang atau

kelompok terhadap sesuatu” (Djahiri, A. 1996: 16). Namun, ketika nilai

dihubungkan dengan suatu objek sudut pandang tertentu, maka, harga yang

terkandung di dalamnya memiliki pemaknaan yang bermacam-macam. Ada

harga menurut ilmu ekonomi, psikologi, sosiologi, antropologi, politik dan

agama.

Dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam adalah harga

pendidikan menurut ajaran Islam yang berasal dari perintah Allah SWT yang

telah diajarkan kepada seluruh umat manusia melalui wahyu-Nya dan utusan-

Nya (Nabi dan Rosul-Nya).

Page 17: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

5

Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel adalah karya fiksi

yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya. Menurut Burhan (1988:

3), karya fiksi menceritakan kehidupan manusia dalam interaksi dengan

lingkungan sesama, diri sendiri dan interaksi pengarang dengan Tuhan. Fiksi

merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab,

sekaligus cerita yang memberikan hiburan pada pembaca.

Novel Rantau 1 Muara menceritakan tentang Alif Fikri yang

digambarkan sebagai lelaki yang selalu berjuang keras untuk mendapatkan

setiap apa yang menjadi impiannya. Kita bisa mendapatkan apa yang kita

mimpikan bila kita mau berusaha, dan tentu saja bersabar, sembari terus

berdoa kepada Tuhan. Dia juga sosok yang didambakan banyak orang: suka

bekerja keras, pintar, paham agama, dan baik hati.

Kisah novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi ini adalah tentang

pencarian tempat berkaya, pencarian belahan jiwa dan pencarian dimana

hidup akan bermuara. Pada intinya, pengarang hendak menyampaikan pesan

bahwa kita jangan pernah menyerah dan terus berusaha keras dengan begitu

Allah akan memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya. Man Saara Ala Darbi

Washala, siapa yang berjalan di jalannya akan sampai di tujuan adalah mantra

utama dalam novel ini. Dalam novel tersebut banyak nilai-nilai Pendidikan

Agama Islam yang dapat dipetik hikmahnya.

Berdasarkan uaraian latar belakang yang singkat tersebut, penulis

tertarik untuk meneliti dan membahas mengenai nilai-nilai pendidikan Islam

yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara dalam sebuah skripsi yang

Page 18: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

6

berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Rantau 1 Muara Karya

Ahmad Fuadi.”

B. Rumusan Masalah

Kisah novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi ini adalah tentang

pencarian tempat berkaya, pencarian belahan jiwa dan pencarian dimana

hidup akan bermuara. Pada intinya, pengarang hendak menyampaikan pesan

bahwa kita jangan pernah menyerah dan terus berusaha keras dengan begitu

Allah akan memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya.

Berdasarkan latar belakang di atas dan isi novel secara umum, penulis

mengajukan fokus masalah sebagai berikut:

1. Apa sajakah nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Novel

Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi?

2. Bagaimana karakteristik tokoh utama dalam novel tersebut sesuai dengan

nilai-nilai pendidikan Islam?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan fokus masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan

dari disusunnya penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung

dalam Novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi.

2. Untuk mendeskripsikan karakteristik tokoh utama dalam novel tersebut

sesuai dengan nilai-nilai pendidikan Islam.

Page 19: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

7

D. Kegunaan Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat

antara lain:

1. Manfaat secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan wawasan

bagi penulis khususnya serta para pelajar atau mahasiswa pada

umumnya,tentang keberadaan karya sastra ( khususnya novel ) yang

memuat nilai – nilai pendidikan agama islam. Selain itu diharapkan dapat

memberikan wacana keilmuan media sebagai sarana pembelajaran

pendidikan agama islam.

2. Manfaat secara praktik

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan contoh – contoh atau

teladan dan pelajaran yang berharga bagi penulis serta para pelajar

atau mahasiswa bgaimana tata cara memahami nilai – nilai atau pesan –

pesan yang terkandung dalam sebuah karya sastra.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dengan

menggunakan pendekatan deskriptif analisis (descriptive of analyze

research). Deskripsi analisis ini mengenai bibiografi yaitu pencarian berupa

fakta, hasil dan ide pemikiran seseorang melalui cara mencari, menganalisis,

membuat interpretasi serta melakukan generalisasi terhadap hasil penelitian

yang dilakukan (Moleong, 2005: 29). Prosedur dari penelitian ini adalah

Page 20: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

8

untuk menghasilkan data deskriptif yang berupa data tertulis setelah

dilakukan analisis pemikiran (content analyze) dari suatu teks, (Robert B dan

Steven J, dalam Moleong, 1995: 31).

2. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan

menggunakan metode dokumentasi (documentation research methode).

Metode dokumentasi yaitu model penelitian dengan mencari data

mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya (Arikunto,

1998: 233). Dari pencarian data model dokumentasi tersebut, diharapkan

terkumpulnya dokumen atau berkas untuk melengkapi seluruh unit kajian

data yang akan diteliti dan dianalisa lebih lanjut.

Dalam penelitian ini, penulis mencoba mengkaji dan melakukan

analisis kepustakaan mengenai Novel Rantau 1 Muara karya Ahmad

Fuadi. Data primer dalam penelitian adalah Novel Rantau 1 Muara karya

Ahmad Fuadi tahun 2012.

Sedangkan untuk sumber data sekunder, penulis mengambil dari

kumpulan berbagai artikel, jurnal, diskusi-diskusi book review dan karya

tulis lain yang berkaitan dengan penelitian ini demi memperkaya khazanah

intelektual dalam kajian dan analisis.

3. Teknik Analisis Data

Dalam proses analisis data, penulis menggunakan metode

deskriptif analisis yang terdiri dari tiga kegiatan, diantaranya adalah

Page 21: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

9

reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi (Milles

dan Huberman, 1992: 16). Pertama, setelah pengumpulan data selesai,

maka tahap selanjutnya adalah mereduksi data yang telah diperoleh, yaitu

dengan menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan

mengorganisasi data, dengan demikian maka dapat ditarik kesimpulan.

F. Penegasan Istilah

Fungsi dari penegasan istilah adalah untuk mempermudah dalam

memahami skripsi ini dan agar terhindar dari kesalah pahaman di dalam

memahami peristilahan yang ada, maka perlu dijelaskan sebagai berikut:

1. Nilai Pendidikan Islam

a. Nilai adalah kadar, mutu, sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi

kemanusiaan. (Poerwadarminta, 1991: 677)

b. Pendidikan Islam adalah pendidikan falsafah, dasar dan tujuan, serta

teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek pendidikan

didasarkan pada nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam Al-

Qur‟an dan Hadist Nabi SAW. (Thoha, 1996: 11)

c. Nilai pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku

individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam

sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan

pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi dan profesi diantara sekian

banyak profesi dalam masyarakat. (Al-Syaibany, 1979: 399).

Berdasarkan pengertian dia atas Bahwa nilai pendidikan islam

bimbingan yang diberikan individu agar ia berkembang secara

Page 22: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

10

maksimal sesuai profesi masing – masing tanpa mengesampingkan

ajaran agama islam.

2. Novel Rantau 1 Muara

Rantau 1 Muara adalah novel ke-3 dari trilogi Negeri Lima

Menara. Rantau 1 Muara adalah hikayat tentang bagaimana pencarian

misi hidup walau hidup digelung nestapa tak berkesudahan.Siapa yang

berjalan di jalannya akan samapai di tujuan. Jadi yang dimaksud judul

skripsi ini adalah mengangkat sebuah nilai – nilai pendidikan islam yang

terkandung dalam novel tersebut serta mempelajari bagaimana kita hidup

itu harus selalu bekerja keras sesuai di jalan Allah SWT.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Skripsi ini ditulis dengan mengunakan sistematika yang terdiri dari

lima bab yaitu antara lain:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas mengenai: latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian, definisi

operasional, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II BIOGRAFI NASKAH

Bab ini akan membahas tentang biografi naskah dan penulis dalam

novel Rantau 1 Muara.

Page 23: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

11

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN

Bab ini akan membahas tentang deskripsi novel Rantau 1 Muara

yaitu unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik dalam Novel Rantau 1

Muara serta hasil penelitian dalam novel Rantau 1 Muara.

BAB IV PEMBAHASAN

Dan akhirnya pada bab ini penulis akan memberikan pembahasan

terhadap kandungan nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat

dalam Novel Rantau 1 Muara.

BAB V PENUTUP

Bab terakhir ini akan memuat tentang: kesimpulan, dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 24: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

12

Page 25: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

13

BAB II

BIOGRAFI NASKAH

A. Biografi Naskah

1. Pengertian Novel

Secara etimologis, novel berasal dari kata latin novella yang berarti

kabar atau pemberitahuan. Novella diturunkan menjadi kata inovelis yang

berarti baru. Dapat dikatakan baru karena novel hadir sebagai genre sastra

setelah puisi dan drama yang terlebih dahulu ada. Bentuk novel dapat

dikatakan sama dengan roman karena keduanya sama-sama menceritakan

hal-hal yang terjadi pada kehidupan para tokohnya dan perubahan nasib

para tokohnya.

Secara teoritis roman dan novel dipandang sebagai dua genre

sastra. Persamaan dan perbedaan antar keduanya telah banyak dibicarakan

oleh para kritikus sastra. Dapat dikatakan bahwa roman lebih panjang,

hampir berupa biografi tokohnya, sedangkan novel lebih pendek. Novel

hanya mengambil bagian terpenting dari kehidupan tokohnya. Persamaan

antara keduanya adalah sama-sama memungut bahan cerita dari kehidupan

sehari-hari dunia nyata (Watt, 1966: 14-15 dalam Abdullah, 1990: 1).

Dalam kamus istilah sastra, novel diartikan sebagai prosa rekaan

yang panjang yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan

serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun (Sudjiman, 1984: 53).

Sementara itu, Rampan (1984: 17) berpendapat bahwa novel yaitu suatu

Page 26: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

14

karya sastra yang panjang dan kompleks sifatnya dalam unsur-unsur

utamanya seperti plot, sudut pandang dan perwatakan. Menurut Sumardjo

(2004: 82), novel adalah cerita fiktif yang panjang. Bukan hanya panjang

dalam arti fisik, tetapi juga isinya. Novel terdiri dari satu cerita yang

pokok, dijalin dengan beberapa cerita sampingan yang lain, banyak tokoh,

banyak kejadian dan terkadang banyak masalah. Semua itu harus

merupakan sebuah kesatuan yang bulat.

Ratna (2004: 314) menyimpulkan bahwa dari segi struktur, sebuah

novel sastra maupun novel populer mengandung unsur-unsur yang paling

lengkap. Novel menyediakan cerita dengan peristiwa, tokoh dan latar,

sehingga menulis dianggap berdialog dengan orang lain. Novel

memanfaatkan bahasa biasa, bahasa sehari-hari, yang juga merupakan

faktor penting dalam kaitannya dengan penulis. Novel juga menyediakan

media yang sangat luas, sehingga pengarang memiliki kemungkinan yang

seluas-luasnya untuk menyampaikan pesan.

Reeve (dalam Wellek dan Warren, 1989: 282) mengungkapkan

bahwa novel adalah gambaran kehidupan dan perilaku yang nyata, dari

jaman pada saat novel itu ditulis. Novel dianggap sebagai dokumen atau

kasus sejarah, sebagai pengakuan (karena ditulis dengan sangat

meyakinkan), sebagai sebuah cerita yang sebenarnya, sebagai sejarah

cerita hidup seseorang pada jamannya.

Nurgiyantoro (2007: 4) menyebutkan bahwa novel sebagai sebuah

karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan

Page 27: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

15

yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur

instriksinya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar dan sudut

pandang yang bersifat imajinatif. Selanjutnya disebutkan bahwa dalam

sebuah cerita novel kehidupan itu sering terasa benar adanya, seolah-olah

terjadi secara kenyataan. Hal ini dikreasikan oleh pengarang, dibuat mirip,

diimitasikan atau dianalogikan dengan dunia nyata, lengkap dengan

peristiwa-peristiwa dan latar aktualnya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

novel adalah karya fiksi yang memiliki tema, alur, latar, tokoh, dan

gagasan pengarang. Selain itu, novel juga menampilkan rangkaian cerita

kehidupan seseorang yang dilengkapi dengan peristiwa, permasalahan, dan

penonjolan watak setiap tokohnya.

2. Unsur-unsur Novel

a. Unsur Intrinsik

Baik buruk dan menarik tidaknya sebuah cerita rekaan (roman,

cerpen, maupun novel) sangat ditentukan oleh adanya keterkaitan antara

unsur-unsur pembentuk cerita. Unsur-unsur pembentuk cerita dalam

novel berasal dari dalam disebut unsur intrinsik, sedangkan unsur-unsur

pembentuk cerita yang berasal dari luar disebut unsur ekstrinsik.

Manurut Darmono (2000: 10), pendekatan instrinsik dilakukan

jika peneliti memisahkan karya sastra dari lingkungannya. Dalam

pendekatan ini karya sastra dianggap memiliki otonomi dan bisa

dipahami tanpa harus mengaitkannya dengan lingkungan seperti

Page 28: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

16

penerbit, pembaca, dan penulisnya. Novel misalnya, merupakan sistem

formal yang analisisnya meliputi tema, alur dan pengaluran, latar, tokoh

dan penokohan, sudut pandang, dan penceritaan. Sedangkan pendekatan

ekstrinsik terhadap karya sastra dilakukan jika penelitian ditujukan

untuk mengungkapkan hubungan-hubungan yang ada antara karya

sastra dengan lingkungannya, antara lain pengarang, pembaca, dan

penerbit.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

pendekatan intrinsik dilakukan jika penelitian menitikberatkan kajian

kepada karya sastra dan memisahkannya dari lingkungan tempat karya

tersebut dilahirkan. Sedangkan pendekatan ekstrinsik dilakukan jika

penelitian lebih menitikberatkan kajian kepada karya sastra dan

hubungannya dengan pengarang, pembaca, lingkungan, peristiwa, dan

sudut pandang.

Berangkat dari uraian di atas, maka unsur-unsur intrinsik novel

adalah sebagai berikut:

1) Tema

Tema merupakan gagasan, ide, ataupun pikiran utama di

dalam karya sastra yang terungkap atau tidak (Sudjiman, 1990: 78).

Santon dan Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2007: 67) menyatakan

bahwa tema (theme) adalah makna yang dikandung oleh sebuah

cerita. Sementara itu, menurut Nurgiyantoro (2007: 74) tema dalam

sebuah karya sastra fiksi hanyalah merupakan salah satu dari

Page 29: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

17

sejumlah unsur pembangun cerita yang lain, yang secara bersama

membentuk sebuah kemenyeluruhan.

Ada beberapa macam tema yaitu tema yang sifatnya didaktis,

pertentangan antara baik dan buruk; tema yang eksplisit dan implisit;

cinta, kehidupan keluarga; tema yang biasa dan tidak biasa; dan tema

konflik kejiwaan (Sudjiman, 1988: 50).

Sementara itu, Shipley (dalam Nurgiyantoro, 2007: 80)

mencoba mendefinisikan tingkatan tema, diantaranya: tema tingkat

fisik, tema tingkat organik, tema tingkat sosial, tema tingkat egoik,

dan tema tingkat divine.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwa tema adalah ide atau gagasan keseluruhan yang terkandung

dalam sebuah cerita.

2) Alur dan Pengaluran

Alur adalah urutan peristiwa yang dihubungkan secara

kausal. Peristiwa yang satu menyebabkan peristiwa yang lain

(Stanton dalam Sugihastuti, 2000: 46). Nurgiyantoro (2007: 110)

mengungkapkan alur adalah salah satu unsur yang mendukung

terbentuknya sebuah cerita. Kenney (dalam Nurgiyantoro, 2007:

113) mendefinisikan alur adalah peristiwa-peristiwa yang

ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena

pengarang menyusun peristiwa berdasarkan kaitan sebab akibat.

Foster (dalam Nurgiyantoro, 2007: 113) mendefinisikan alur adalah

Page 30: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

18

peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan pada adanya

hubungan kausalitas.

Lebih lanjut, Sumardjono dan Saini (1986: 49) menjabarkan

struktur atau tahapan alur, yaitu:

a) Pengenalan

b) Timbulnya konflik

c) Konflik memuncak

d) Klimaks

e) Pemecahan soal

Sedangkan jenis pengaluran sendiri terbagi atas:

a) Ingatan atau flashback, artinya peristiwa yang ditampilkan adalah

peristiwa yang dialami tokoh pada masa lalu/lampau.

b) Linear atau realitas fiktif, artinya peristiwa yang ditampilkan

adalah peristiwa yang dialami tokoh pada masa kini (dalam teks).

c) Bayangan, artinya peristiwa yang ditampilkan adalah peristiwa

yang belum terjadi. Peristiwa itu hanya ada dalam benak tokoh

cerita, termasuk di dalamnya adalah mimpi yang dialami tokoh

tersebut.

Dari beberapa pendapat mengenai alur, dapat disimpulkan

bahwa alur adalah urutan peristiwa dan konflik-konflik yang

tersusun secara logis. Sedangkan pengaluran adalah satuan urutan

peristiwa dalam sebuah cerita.

Page 31: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

19

3) Latar

Latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan

suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra (Sudjiman, 1990: 48).

Menurut Wellek dan Warren (1989: 290), latar didefinisikan sebagai

alam sekitar atau lingkungan, terutama lingkungan dalamnya dapat

dipandang sebagai pengekspresian watak secara metonimik dan

metaforik.

Nurgiyantoro (2007: 227) mengklasifikasikan unsur latar ke

dalam tiga unsur pokok, di antaranya:

a) Latar tempat, yaitu lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan

dalam sebuah karya fiksi.

b) Latar waktu, yaitu berhubungan dengan masalah “kapan”

terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah

karya fiksi.

c) Latar sosial, mengarah pada hal-hal yang berhubungan dengan

perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang

diceritakan dalam karya fiksi.

Sedangkan Hudgon (dalam Sugihastuti, 2002: 54)

membedakan latar menjadi dua, yaitu:

a) Latar fisik atau material, yaitu latar yang meliputi tempat, waktu,

dan alam fisik di sekitar tokoh cerita.

b) Latar sosial, merupakan penggambaran keadaan masyarakat atau

kelompok sosial tertentu, kebiasaan-kebiasaan yang berlaku pada

Page 32: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

20

suatu tempat atau waktu tertentu, pandangan hidup, dan adat

istiadat yang melatari sebuah peristiwa.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa latar

adalah penjelasan mengenai suasana, waktu, tempat, dan perilaku

lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa yang ada dalam sebuah

cerita.

4) Tokoh dan Penokohan

Tidak ada cerita yang tidak memiliki tokoh, sekalipun tokoh

tersebut tidak berupa manusia. Tokoh cerita dapat berupa hewan atau

tumbuhan yang dipersonalisasikan. Contoh personalisasi tokoh

hewan dan tumbuhan biasanya muncul dalam sebuah fabel. Tokoh

cerita dapat didefinisikan sebagai subjek sekaligus objek peristiwa

dan pelaku berperan dalam sebuah cerita.

Seperti telah disebutkan di atas bahwa definisi singkat tokoh

merujuk pada pelaku cerita, sedangkan definisi penokohan lebih

merujuk pada penggambaran tokoh-tokoh cerita yang mempunyai

watak-watak tertentu. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007:

165) tokoh cerita (character) orang-orang yang ditampilkan dalam

suatu karya naratif atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan

memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang

diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Jones (dalam Nurgiyantoro, 2007: 165) berpendapat bahwa

penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang

Page 33: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

21

yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Nurgiyantoro (2007:

176) tokoh-tokoh cerita dalam sebuah karya fiksi dapat dibedakan ke

dalam beberapa jenis, yaitu:

a) Tokoh utama, yaitu tokoh yang paling banyak diceritakan dan

senantiasa hadir dalam setiap kejadian.

b) Tokoh tambahan, yaitu tokoh yang pemunculannya sedikit, tidak

dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya

dengan tokoh utama.

c) Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang digambarkan sebagai

pahlawan (hero), yang merupakan pengejawantahan norma, nilai-

nilai yang ideal dan yang sesuai dengan pandangan dan harapan

pembaca.

d) Tokoh antagonis, yaitu tokoh yang menyebabkan konflik dan

beroposisi dengan tokoh protagonis.

e) Tokoh sederhana, yaitu tokoh yang memiliki suatu kualitas

pribadi tertentu yang sifat dan tingkah lakunya bersifat datar dan

monoton.

f) Tokoh bulat, yaitu tokoh yang memiliki watak dan tingkah laku

bermacam-macam.

g) Tokoh statis, yaitu tokoh yang memiliki sifat dan watak yang

relatif tetap, tidak berkembang dari awal hingga akhir cerita.

Page 34: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

22

h) Tokoh berkembang, yaitu tokoh yang mengalami perubahan dan

perkembangan watak, sejalan dengan perkembangan peristiwa

dan plot.

i) Tokoh tipikal, yaitu tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan

individualitasnya dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan

atau kebangsaanya.

j) Tokoh netral, yaitu tokoh yang bereksistensi demi cerita itu

sendiri.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

tokoh adalah pelaku cerita yang dimunculkan dalam sebuah karya

naratif. Sedangkan penokohan adalah cara pengarang memberi

gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai tokoh

dan perwatakannya dalam sebuah cerita.

5) Penceritaan

Todorov (dalam Nurgiyantoro, 2007: 94) berpendapat bahwa

penceritaan merupakan peristiwa-peristiwa yang membentuk dunia

fiktif tidak dikemukakan sebagaimana aslinya, akan tetapi menurut

penuturan tertentu. Oleh karena itu penceritaan adalah cara

pengarang menyajikan peristiwa yang ada dalam cerita, serta pikiran

dan perasaan yang dialami oleh tokoh cerita.

Page 35: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

23

6) Sudut Pandang

Sudut pandang (point of view) merupakan strategi, teknik,

siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan

gagasan dan ceritanya.

Sudut pandang dibagi menjadi 3 yaitu:

a) Sudut pandang orang pertama “Aku“, yaitu pengarang

menggunakan sudut pandang tokoh dan kata ganti orang pertama,

mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan

mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata-katanya sendiri.

b) Sudut pandang orang ketiga “Dia”, pengarang menggunakan

sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak mengamati dari

luar daripada terlibat di dalam cerita, pengarang biasanya

menggunakan kata ganti orang ketiga.

c) Sudut pandang campuran, pengarang menggunakan sudut

pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar cerita, Ia serba

melihat, serba mendengar dan serba tahu. Ia melihat sampai ke

dalam pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang

paling dalam dari tokoh.

b. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik novel adalah unsur pembentuk cerita yang

berasal dari luar karya sastra, seperti karya sastra dengan lingkungan,

pengarang, pembaca, dan penerbitnya. Selain itu, unsur ekstrinsik juga

Page 36: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

24

lebih banyak berkonsentrasi pada persitiwa dan sudut pandang

penceritaan.

Menurut Nurgiyantoro (2007: 23), unsur ekstrinsik novel adalah

unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung

mempengaruhi bangunan sistem organisme karya sastra. Sementara itu,

Wellek dan Warren (dalam Nurgiyantoro, 2007: 24) menjelaskan

bahwa unsur yang dimaksud antara lain adalah subjectivitas individu

pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang

semuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya.

Pendek kata, unsur sosiologi, biografi pengarang, keadaan

lingkungan ekonomi, sosial, dan budaya dapat menentukan ciri karya

sastra yang dihasilkan oleh pengarang. Unsur ekstrinsik yang lain

misalnya pandangan hidup suatu bangsa (Nurgiyantoro, 2007: 24).

Dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur ekstrinsik sangat berpengaruh

besar terhadap wujud dan roh cerita yang dihasilkan karena melibatkan

sudut pandang pengarang yang memiliki perbedaan lingkungan

ekonomi, sosial, dan budaya.

3. Jenis-jenis Novel

Novel dapat dibedakan berdasarkan isi cerita dan mutu novel.

Berdasarkan isinya, Mohtar Lubis (dalam Tarigan, 1984: 165) mengatakan

bahwa novel sama dengan roman. Oleh karena itu, roman dibagi menjadi

roman avontur, roman psikologis, roman detektif, roman sosial, roman

kolektif, dan roman politik.

Page 37: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

25

Berikut ini adalah pembagian novel menurut Mohtar Lubis (dalam

Tarigan, 1984: 165):

a. Novel Avontur, memusatkan kisahnya pada seorang lakon atau hero

melalui garis cerita yang kronologis dari A sampai Z.

b. Novel Psikologis, ditujukan pada pemeriksaan seluruhnya dari semua

pikiran-pikiran para pelaku.

c. Novel Detektif, memusatkan penceritaannya pada usaha pencarian

tanda bukti, baik berupa seorang pelaku atau tanda-tanda.

d. Novel Sosial Politik, novel ini memberi gambaran antara dua golongan

yang bentrok pada suatu waktu.

e. Novel Kolektif, novel ini novel yang paling sukar dan banyak seluk

beluknya. Individu sebagai pelaku tidak dipentingkan, tetapi lebih

mengutamakan cerita masyarakat sebagai suatu totalitas.

Lebih lanjut, Lukas dan Faruk (1994: 18-19) menjelaskan bahwa

novel terdiri dari tiga jenis, yaitu novel idealis abstrak, novel romantisme

keputusan, dan novel pendidikan. Berikut adalah penjelasannya:

a. Novel idealisme abstrak yaitu novel yang menampilkan tokoh yang

masih ingin bersatu dengan dunia. Novel ini masih memperlihatkan

suatu idealisme. Akan tetapi karena persepsi tokoh itu tentang dunia

bersifat subjektif, didasarkan pada kesadaran yang sempit, idealismenya

menjadi abstrak.

b. Novel romantisme keputusan yaitu novel yang menampilkan kesadaran

hero (lakon) yang terlampau luas. Kesadaran lebih luas dari pada dunia

Page 38: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

26

sehingga menjadi berdiri sendiri dan terpisah dari dunia. Itulah

sebabnya sang hero cenderung pasif dan cerita berkembang menjadi

analisis psikologis semata-mata.

c. Novel pendidikan yaitu yang berada di antara kedua jenis tersebut.

Dalam novel ini, sang hero di satu pihak mempunyai interioritas, tetapi

di lain pihak juga ingin bersatu dengan dunia, karena ada interaksi

antara dirinya dengan dunia, hero itu mengalami kegagalan. Oleh

karena mempunyai interioritas, ia menyadari sebab kegagalan itu.

Sedangkan pembagian novel berdasarkan mutunya menurut

Zulfahnur (1996: 72) dapat dibagi menjadi novel populer dan novel literer.

Novel populer adalah novel yang menyuguhkan problematika kehidupan

yang berkisar pada cinta asmara yang sederhana dan bertujuan menghibur.

Sedangkan novel literer disebut juga novel serius karena keseriusan atau

kedalaman masalah-masalah kehidupan kemanusiaan yang diungkapkan

pengarangnya. Dengan demikian, novel ini menyajikan persoalan-

persoalan kehidupan manusia secara serius, filsafat, dan langgeng (abadi)

yang bermanfaat bagi penyempurnaan dan arifnya kehidupan manusia,

disamping pesona hiburan dan nikmatnya cerita semata.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, maka novel dapat

dibagi berdasarnya isinya, yakni novel petualangan, novel humor, novel

sosial, dan novel psikologi. Sedangkan berdasarkan mutunya dapat dibagi

menjadi novel literer dan novel populer.

Page 39: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

27

4. Ciri-ciri Novel

Sebuah novel memiliki beberapa ciri yang dapat dijadikan sebagai

pegangan untuk mengetahui apakah novel atau bukan. Sebagaimana

dikemukakan oleh Tarigan (1984:170) menyebutkan bahwa ciri-ciri novel

antara lain:

a. Jumlah kata lebih dari 35.000 kata;

b. Jumlah waktu rata-rata yang dipergunakan buat membaca novel yang

paling pendek diperlukan waktu minimal 2 jam atau 120 menit;

c. Jumlah halaman novel minimal 100 halaman;

d. Novel bergantung pada pelaku dan mungkin lebih dari satu pelaku;

e. Novel menyajikan lebih dari satu impresi, efek dan emosi;

f. Skala novel luas;

g. Seleksi pada novel lebih luas;

h. Kelajuan pada novel kurang cepat;

i. Unsur-unsur kepadatan dan intensitas dalam novel kurang diutamakan.

B. Nilai Pendidikan Islam

1. Pengertian Nilai

Nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi

kemanusiaan (Purwadarminta, 1991: 677). Maksudnya kualitas yang

memang membangkitkan respon penghargaan (Titus, 1984: 122). Nilai itu

praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga

secara obyektif di dalam masyarakat (Muhaimin dan Abdul Mujib, 1993:

110).

Page 40: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

28

Menurut Sidi Gazalba yang dikutip Chabib Thoha (1996: 61)

mengartikan nilai sebagai berikut:

“Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan

benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah

yang menuntut pembuktian empirik, melainkan penghayatan yang

dikehendaki dan tidak dikehendaki.”

Sedang menurut Chabib Thoha (1996: 60) nilai merupakan sifat

yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah berhubungan

dengan subjek yang memberi arti (manusia yang meyakini). Jadi nilai

adalah sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi manusia sebagai acuan

tingkah laku.

2. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan kata

education. Menurut Frederick J. MC. Donald adalah (1959: 4): “Education

in the sense used here, is a process or an activity which is directed at

producing desirable changes in the behavior of human being”(pendidikan

merupakan arti yang digunakan disini, adalah proses atau kegiatan yang

diarahkan untuk menghasilkan perubahan yang diperlukan dalam tingkah

laku manusia).

Adapun pengertian pendidikan menurut Soegarda Poerbakawatja

(1981: 257) ialah semua perbuatan atau usaha dari generasi tua untuk

mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan

ketrampilannya kepada generasi muda. Sebagai usaha menyiapkan agar

dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani.

Page 41: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

29

Dari kedua pendapat yang telah diuraikan secara terperinci dapat

disimpulkan bahwa pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha

manusia untuk dapat membantu, melatih, dan mengarahkan anak melalui

transmisi pengetahuan, pengalaman, intelektual, dan keberagamaan orang

tua (pendidik) dalam kandungan sesuai dengan fitrah manusia supaya

dapat berkembang sampai pada tujuan yang dicita-citakan yaitu kehidupan

yang sempurna dengan terbentuknya kepribadian yang utama.

Sedang pendidikan Islam menurut Ahmad D Marimba (1989: 23)

adalah bimbingan jasmani maupun rohani berdasarkan hukum-hukum

agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-

ukuran Islam. Senada dengan pendapat di atas, menurut Chabib Thoha

(1996: 99) pendidikan Islam adalah pendidikan yang falsafah dasar dan

tujuan serta teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek

pandidikan berdasarkan nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam Al-

Qur‟an dan Hadits.

Menurut Achmadi (1992: 20) mendefinisikan pendidikan Islam

adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah

manusia serta sumber daya insan yang berada pada subjek didik menuju

terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam

atau dengan istilah lain yaitu terbentuknya kepribadian muslim.

Masih banyak lagi pengertian pendidikan Islam menurut para ahli,

namun dari sekian banyak pengertian pandidikan Islam yang dapat kita

petik, pada dasarnya pendidikan Islam adalah usaha bimbingan jasmani

Page 42: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

30

dan rohani pada tingkat kehidupan individu dan sosial untuk

mengembangkan fitrah manusia berdasarkan hukum-hukum Islam menuju

terbentuknya manusia ideal (insan kamil) yang berkepribadian muslim dan

berakhlak terpuji serta taat pada Islam sehingga dapat mencapai

kebahagiaan di dunia dan di akherat.

Jadi nilai-nilai pendidikan Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang

melekat pada pendidikan Islam yang digunakan sebagai dasar manusia

untuk mencapai tujuan hidup manusia yaitu mengabdi pada Allah SWT.

Nilai-nilai tersebut perlu ditanamkan pada anak sejak kecil, karena pada

waktu itu adalah masa yang tepat untuk menanamkan kebiasaan yang baik

padanya.

3. Landasan Nilai Pendidikan Islam

Pendidikan Islam sangat memperhatikan penataan individual dan

sosial yang membawa penganutnya pada pengaplikasian Islam dan ajaran-

ajarannya kedalam tingkah laku sehari-hari. Karena itu, keberadaan

sumber dan landasan pendidikan Islam harus sama dengan sumber Islam

itu sendiri, yaitu Al-Qur‟an dan As Sunah (An-Nahlawi, 1995: 28).

Pandangan hidup yang mendasari seluruh kegiatan pendidikan

Islam ialah pandangan hidup muslim yang merupakan nilai-nilai luhur

yang bersifat universal yakni Al-Qur‟an dan As-Sunnah juga pendapat

para sahabat dan ulama sebagai tambahan. Hal ini senada dengan pendapat

Ahmad D. Marimba yang menjelaskan bahwa yang menjadi landasan atau

dasar pendidikan diibaratkan sebagai sebuah bangunan sehingga isi Al-

Page 43: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

31

Qur‟an dan Al-Hadits menjadi pondamen, karena menjadi sumber

kekuatan dan keteguhan tetap berdirinya pendidikan (1981: 19).

a. Al-Qur’an

Kedudukan Al-Qur‟an sebagai sumber dapat dilihat dari

kandungan surat Al-Baqarah ayat 2:

“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi

orang yang bertaqwa.” (QS. Al Baqarah : 2)

Selanjutnya firman Allah SWT dalam surat Asy-Syura ayat 17:

“Allah SWT yang telah menurunkan kitab dengan membawa kebenaran

dan menurunkan neraca keadilan.” (QS. Asyuura : 17)

Di dalam Al-Qur‟an terdapat ajaran yang berisi prinsip-prinsip

yang berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu. Sebagai

contoh dapat dibaca dalam kisah Luqman yang mengajari anaknya

dalam surat Luqman. (Zakiyah Darajat, 1995: 53)

Al-Qur‟an adalah petunjuk-Nya yang bila dipelajari akan

membantu menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman

berbagai problem hidup apabila dihayati dan diamalkan menjadi pikiran

rasa dan karsa mengarah pada realitas keimanan yang dibutuhkan bagi

stabilitas dan ketentraman hidup pribadi dan masyarakat. (M. Quraisy

Shihab, 1996: 13)

Page 44: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

32

Dari pengertian para ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

Al-Qur‟an dapat diartikan sebagai petunjuk dan pedoman yang

dibutuhkan oleh semua manusia.

b. As-Sunnah

Setelah Al-Qur‟an, pendidikan Islam menjadikan As-Sunnah

sebagai dasar dan sumber kurikulumnya. Secara harfiah sunnah berarti

jalan, metode dan program. Secara istilah sunnah adalah perkara yang

dijelaskan melalui sanad yang shahih baik itu berupa perkataan,

perbuatan atau sifat Nabi Muhammad Saw. (An-Nahlawi, 1995: 31)

Sebagaimana Al-Qur‟an, As-Sunnah berisi petunjuk-petunjuk

untuk kemaslahatan manusia dalam segala aspeknya yang membina

manusia menjadi muslim yang bertaqwa. Dalam dunia pendidikan As-

Sunnah memiliki dua faedah yang sangat besar, yaitu:

1) Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam Al-

Qur‟an atau menerangkan hal-hal yang tidak terdapat di dalamnya.

2) Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah Saw

bersama anak-anaknya dan penanaman keimanan kedalam jiwa yang

dilakukannya. (An-Nahlawi, 1995: 47)

c. Perkataan, Perbuatan, dan Sikap Para Sahabat Rosulullah SAW

Pada masa Khulafa al-Rasyidin, sumber pendidikan Islam sudah

mengalami perkembangan. Perkataan, sikap, dan perbuatan para

sahabat dapat dijadikan pegangan karena Allah sendiri dalam Al-Qur‟an

Page 45: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

33

yang memberikan pernyataan (Ramayulis, 2011: 125). Firman Allah

SWT dalam Al-Qur‟an surat At-Taubah ayat 100:

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam)

dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti

mereka dengan baik, Allah ridlo kepada mereka dan merekapun ridlo

kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang

mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya, mereka kekal di

dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS At-Taubah: 100)

d. Ijtihad

Karena Al-Qur‟an dan Hadits banyak mengandung arti umum,

maka para ahli hukum dalam Islam menggunakan ijtihad untuk

menetapkan hukum tersebut. Munurut Ramayulis (2011: 128), usaha

ijtihad para ahli dalam merumuskan teori pendidikan Islam dipandang

sebagai hal yang sangat penting bagi pengembangan teori pendidikan

pada masa yang akan datang, sehingga pendidikan Islam tidak

melegitimasi status quo serta tidak terjebak dengan ide justifikasi

terhadap khazanah pemikiran para orientalis dan sekularis.

e. Maslahah Mursalah

Menurut Zaid (dalam Ramayulis, 2011: 129), maslahah

mursalah yaitu menetapkan peraturan atau ketetapan undang-undang

yang tidak disebutkan dalam Al-Qur‟an dan Sunnah atas pertimbangan

kebaikan dan menghindarkan kerusakan.

Page 46: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

34

Para ahli pendidikan sejak dini harus mempunyai persiapan

untuk merancang dan membuat peraturan sebagai pedoman pokok

dalam proses berlangsungnya pendidikan sehingga pelaksanaan

pendidikan Islam tidak mengalami hambatan. Kegiatan ini tidak

semuanya diterima oleh Islam, dibutuhkan catatan khusus sebagaimana

dikemukakan oleh Abdul Wahab Khallaf (dalam Ramayulis, 2011: 129)

sebagai berikut:

1) Keputusan yang diambil tidak menyalahi keberadaan Al-Qur‟an dan

Sunnah.

2) Apa yang diusahakan benar-benar membawa kemaslahatan dan

menolak kemudhorotan setelah melalui tahapan-tahapan observasi

penganalisaan.

3) Kemaslahatan yang diambil merupakan kemaslahatan yang baru

universal yang mencakup totalitas masyarakat.

f. ‘Urf (Nilai-nilai dan Adat Istiadat Masyarakat)

„Urf adalah sesuatu perbuatan dan perkataan yang menjadikan

jiwa merasa tenang mengerjakan suatu perbuatan, karena sejalan

dengan akal sehat yang diterima oleh tabiat yang sejahtera (Ramayulis,

2011: 130). Namun tidak semua tradisi yang dapat dijelaskan dasar

ideal pendidikan Islam, melainkan setelah melalui seleksi terlebih

dahulu. Mas‟ud Zuhdi (dalam Ramayulis, 2011: 130) mengemukakan

bahwa „urf yang dijadikan dasar pendidikan Islam itu haruslah:

Page 47: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

35

1) Tidak bertentangan dengan ketentuan nash baik Al-Qur‟an maupun

Sunnah.

2) Tradisi yang berlaku tidak bertentangan dengan akal sehat dan tabiat

yang sejahtera, serta tidak mengakibatkan kedurhakaan, kerusakan,

dan kemudlorotan.

Jadi pada intinya, landasan nilai pendidikan yang mendasari

seluruh kegiatan di muka bumi ini adalah nilai-nilai luhur yang bersifat

universal yang bersumber dari Al-Qur‟an dan As-Sunnah (nilai yang

Illahi). Selain nilai-nilai yang bersumber Ilahiyah, juga terdapat nilai

yang bersumber dari duniawi yang berupa pemikiran, adat istiadat, dan

kekayaan alam. Sumber nilai duniawi tersebut bisa digunakan oleh

manusia sepanjang tidak menyimpang dari sistem nilai yang bersumber

dari Al-Qur‟an dan As-Sunnah.

4. Tujuan Nilai Pendidikan Islam

Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah kegiatan

selesai dan memerlukan usaha dalam meraih tujuan tersebut. Pengertian

tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan pada subjek didik

setelah mengalami proses pendidikan baik pada tingkah laku individu dan

kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya

dimana individu hidup. (Zuhairini, 1995: 159)

Adapun tujuan pendidikan Islam ini tidak jauh berbeda dengan

yang dikemukakan para ahli. Menurut Ahmadi (1992: 63) tujuan

pendidikan Islam adalah sejalan dengan pendidikan hidup manusia dan

Page 48: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

36

peranannya sebagai makhluk Allah SWT yaitu semata-mata hanya

beribadah kepada-Nya. Firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an:

“Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka menyembahku.” (QS. Adz-Dzariyat : 56)

Yusuf Amir Faisal (1995: 96) merinci tujuan pendidikan Islam

sebagai berikut:

a. Membentuk manusia muslim yang dapat melaksanakan ibadah

mahdloh.

b. Membentuk manusia muslim disamping dapat melaksanakan ibadah

mahdlah dapat juga melaksanakan ibadah muamalah dalam

kedudukannya sebagai orang per orang atau sebagai anggota

masyarakat dalam lingkungan tertentu.

c. Membentuk warga negara yang bertanggungjawab pada Allah SWT

sebagai pencipta-Nya.

d. Membentuk dan mengembangkan tenaga professional yang siap dan

terampil atau tenaga setengah terampil untuk memungkinkan memasuki

masyarakat.

e. Mengembangkan tenaga ahli dibidang ilmu agama dan ilmu -ilmu Islam

yang lainnya.

Berdasarkan penjelasan dan rincian tentang tujuan pendidikan

maka dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan nilai pendidikan Islam

adalah sebagai berikut:

Page 49: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

37

a. Tujuan pertama adalah menumbuhkan dan mengembangkan ketakwaan

kepada Allah SWT.

b. Tujuan pendidikan Islam adalah menumbuhkan sikap dan jiwa yang

selalu beribadah kepada Allah SWT.

c. Tujuan pendidikan Islam adalah membina dan memupuk akhlakul

karimah.

d. Memperluas pandangan hidup dan wawasan keilmuan sebagai makhluk

individu dan sosial.

5. Jenis Nilai-Nilai Pendidikan Islam

Banyak pendapat para ahli tentang jenis dan nilai-nilai pendidikan

Islam. Menurut Ramayulis (dalam Fauziah, 2011: 40), nilai-nilai

pendidikan Islam dibagi menjadi tiga, yaitu: nilai aqidah (keyakinan) yang

berhubungan secara vertikal dengan Allah SWT (hablun minallah); nilai

syari‟ah (pengalaman) implementasi dari aqidah hubungan horizontal

dengan manusia (hablun minannas); dan nilai akhlak (etika vertikal

horizontal). Sementara itu menurut Zulkarnain (2008: 26), nilai-nilai

pendidikan Islam terbagi menjadi empat, yaitu nilai tauhid/aqidah, nilai

ibadah („ubudiyah), nilai akhlak, dan nilai kemasyarakatan.

Untuk lebih detailnya, maka di bawah ini adalah penjabaran tiap-

tiap nilai pendidikan Islam yang diutarakan di atas.

a. Nilai Pendidikan Tauhid/Aqidah/Religius

Secara etimologi akidah berasal dari kata “aqaid” jamak dari

“aqidah” yang artinya kepercayaan. Sedangkan menurut terminologi

Page 50: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

38

Afriatin dkk (1997: 94) mendefinisikan sebagai “sesuatu yang

mengharuskan hati membenarkannya, membuat jiwa tenang, dan

menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.”

Menurut Zulkarnain (2008: 27), aspek pengajaran tauhid/aqidah

dalam dunia pendidikan Islam pada dasarnya merupakan proses

pemenuhan fitrah bertauhid. Fitrah bertauhid merupakan unsur hakiki

yang melekat pada diri manusia sejak penciptaannya. Ketika berada di

dalam arwah, manusia telah mengikrarkan ketauhidannya itu,

sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah QS. Al-A‟raf ayat 172:

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak

Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa

mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka

menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami

lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak

mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang

yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)" (QS. Al-A‟raf: 172)

b. Nilai Pendidikan Syari’ah

Pengertian syari‟ah secara etimologi menurut Ali (dalam

Fauziah, 2011: 42) adalah jalan ke sumber (mata) air karena dahulu (di

Arab) orang mempergunakan kata syari‟ah untuk sebutan jalan setapak

menuju ke sumber (mata) air yang diperlukan manusia untuk minum

dan membersihkan diri. Sedangkan secara terminologi, Tim Dosen

Page 51: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

39

Pendidikan Agama Islam (2009: 64) mengemukakan bahwa dalam

istilah Islam, syari‟ah berarti jalan besar untuk kehidupan yang baik,

yakni nilai-nilai agama yang dapat memberi petunjuk bagi setiap

manusia.

Dari definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa syari‟ah

erat kaitannya dengan ibadah karena syari‟ah merupakan petunjuk bagi

seseorang dalam melaksanakan tugas pokoknya yaitu beribadah. Dalam

pembagiannya, ibadah memiliki dua jalur, yaitu jalur vertikal dan jalur

horizontal.

1) Jalur vertikal, yaitu aspek ibadah yang menjalin hubungan utuh dan

langsung dengan Allah (hablun minallah), dan juga merupakan bukti

dari kepatuhan manusia memenuhi perintah Allah (Zulkarnain, 2008:

28). Manusia sebagai makhluk cipataan Allah mempunyai kewajiban

beribadah kepada Allah, sebagaimana tercantum dalam firman Allah

QS. Az-Zariyat ayat 56:

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat: 56)

2) Jalur horizontal, yaitu dimana manusia dalam menjalani

kehidupannya akan senantiasa bergantung pada manusia lainnya,

maka dikatakan makhluk sosial. Hal ini disebabkan manusia dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat memenuhinya sendiri, ia

akan bergabung dengan manusia lain dalam rangka pemenuhan

kebutuhan dan tujuan hidup (Herimanto dan Winarno, 2008: 43).

Page 52: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

40

Dalam syari‟ah Islam, hal ini merupakan ibadah dalam rangka

menjaga hubungan dengan sesama manusia (hablun minannas).

Allah menciptakan manusia dengan beraneka ragam ras dan

suku bangsa dengan tujuan supaya manusia-manusia tersebut saling

mengenal, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 13:

“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -

bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah

ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah

Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)

c. Nilai Pendidikan Akhlak

Akhlak menjadi masalah yang penting dalam perjalanan hidup

manusia. Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa Arab jama‟ dari

bentuk tunggalnya “khuluqun” yang menurut logat berarti: budi pekerti,

perangai, tingkah laku atau tabiat (Zahruddin dan Sinaga, 2004: 1).

Sedangkan secara terminologi, Imam Al-Ghazali (dalam Zahruddin dan

Sinaga, 2004: 4) menyatakan bahwa akhlak ialah suatu sifat yang

tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan

dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran terlebih

dahulu.

Melihat pengertian akhlak di atas, maka istilah akhlak bisa

disamakan dengan istilah moral. Hal ini melihat kepada pendapat yang

Page 53: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

41

diungkapkan oleh Atkinson (dalam Darmadi, 2009: 30) yang

menyatakan bahwa moral adalah “views about good and bad, right and

wrong, what ought or ought not to do” (pandangan tentang baik dan

buruk, benar dan salah, apa yang seharusnya atau tidak seharusnya

dilakukan).

Nilai pendidikan akhlak yang dimaksud tentu saja haruslah

sesuai dengan ajaran Islam. Dalam akhlak Islam, norma-norma baik dan

buruk telah ditentukan oleh Al-Qur‟an dan Hadits. Oleh karena itu,

Islam tidak merekomendasikan kebebasan manusia untuk menentukan

norma-norma akhlak secara otonom (Zulkarnain, 2008: 29).

Bagi umat Islam, panutan akhlak dalam kehidupan sehari-hari

tentu saja akhlak Rosulullah SAW. Hal tersebut diungkapkan dalam

firman Allah QS. Al-Ahzab ayat 21:

“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang

baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-

Ahzab: 21)

Menurut Zulakarnain (2008: 29), puncak dari akhlak itu adalah

pencapaian prestasi berupa:

1) Irsyad, yakni kemampuan membedakan antara amal yang baik dan

buruk.

Page 54: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

42

2) Taufiq, yaitu perbuatan yang sesuai dengan tuntunan Rosulullah

SAW dengan akal sehat.

3) Hidayah, yakni gemar melakukan perbuatan baik dan terpuji serta

menghindari yang buruk dan tercela.

C. Biografi Penulis

Ahmad Fuadi lahir di Bayur, kampung kecil di pinggir Danau

Maninjau tahun 1972, tidak jauh dari kampung Buya Hamka. Fuadi

merantau ke Jawa, mematuhi permintaan ibunya untuk masuk sekolah

agama. Di Pondok Modern Gontor dia bertemu dengan kiai dan ustadz

yang diberkahi keikhlasan mengajarkan ilmu hidup dan ilmu akhirat.

Gontor pula yang mengajarkan kepadanya “mantra” sederhana yang sangat

kuat, man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses.

Setelah lulus Hubungan Internasional, UNPAD, dia menjadi

wartawan majalah Tempo. Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam

tugas-tugas reportase di bawah bimbingan para wartawan senior Tempo.

Pada tahun 1999, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S-2 di

School of Media and Public Affairs, George Washington University, USA.

Merantau ke Washington DC bersama Yayi, istrinya yang juga wartawan

Tempo. Sambil kuliah, mereka menjadi koresponden Tempo dan wartawan

Voice of America (VOA). Berita bersejarah seperti tragedi 11 September

dilaporkan mereka berdua langsung dari Pentagon, White House dan

Capitol Hill. Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi ketika dia

mendapatkan beasiswa Chevening Award untuk belajar di Royal

Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter. Seorang

Page 55: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

43

scholarship hunter, Fuadi selalu bersemangat melanjutkan sekolah dengan

mencari beasiswa. Sampai sekarang, Fuadi telah mendapatkan 8 beasiswa

untuk belajar di luar negeri. Dia telah mendapatkan kesempatan tinggal

dan belajar di Kanada, Singapura, Amerika Serikat dan Inggris. Penyuka

forografi ini pernah menjadi Direktur Komunikasi The Nature Conservacy,

sebuah NGO konservasi internasional. Kini, Fuadi sibuk menulis, jadi

pembicara dan motivator, mulai menggarap film, serta membangun

yayasan sosial untuk membantu pendidikan orang yang tidak mampu –

Komunitas Menara.

Negeri 5 Menara, karya pertama Fuadi, telah mendapatkan

beberapa penghargaan, antara lain nominasi Khatulistiwa Literary Award

2010, Penulis dan Buku Fiksi Terfavorit 2010 versi Anugerah Pembaca

Indonesia. Sedangkan tahun 2011, Fuadi dianugerahi Liputan 6 Award,

SCTV untuk kategori Motivasi dan Pendidikan.

Lewat latar belakang pendidikan pesantren, Ahmad Fuadi

telah berkarya nyata untuk masyarakat melalui pemikiran dan

aktivitasnya bersama Komunitas 5 Menara. Karena pesantrenlah

yang sangat memengaruhi hidup Ahmad Fuadi. Pesan dari peraih

penghargaan Liputan6 Award, SCTV untuk Kategori Pendidikan dan

Motivasi 2011 ini adalah:

“Menulis itu lebih kuat dari peluru. Misalnya kalau orang ditembak,

kemungkinan besar orang itu mati, tapi pelurunya hanya

tinggal di kepala orang itu saja. Tapi kalau orang menulis

tulisan yang kuat, satu tulisan atau satu kalimat atau satu kata

itu akan menembus tak cuma satu kepala orang, bisa ratusan,

bisa ribuan, bisa jutaan orang. Dan itu luar bisa pengaruhnya

bisa menggerakkan”

Page 56: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

44

BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN

A. Deskripsi Novel RANTAU 1 MUARA

1. Unsur Ekstrinsik Novel Rantau 1 Muara

Unsur ekstrinsik yang terkandung dalam novel Rantau 1 Muara adalah

sebagai berikut:

1. Nilai Budaya

2. Nilai moral

3. Nilai agama

2. Unsur Intrinsik Novel Rantau 1 Muara

1. Tema Novel

Tema yang diambil dalam novel Rantau 1 Muara karya

Ahmad Fuadi yaitu bertema “perjuangan dan cinta”. Novel ini

menceritakan perjalanan hidup Alif Fikri dalam mencapai

tujuannya untuk sekolah di Amerika dan menikah dengan seorang

gadis yang sangat dikaguminya. Tujuan sang tokoh untuk belajar di

Amerika tampak pada penggalan novel sebagai beriku : “ keajaiban

injury time terjadi hanya dalam hitungan seminggu. Hari ini aku

mendapat e-mail resmi dari dua fakultas komunikasi yang bagus di

East Coast. Boston University dan George Washington DC.

Mereka telah menyetujui aplikasi S-2ku “.(Ahmad Fuadi, 2013:

186)

Page 57: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

45

Selain itu Alif fikri juga memiliki tujuan untuk menikahi

pujaan hatinya yang telah ditaksirnya saat awal bertemu yaitu

Dinara yang merupakan teman sekantor hal tersebut tampak dalam

penggalan dalam novel sebagai berikut : “ pokok masalah yang

membebaniku adalah cara mempercepat lamaran, pernikahan, dan

memboyong Dinara ke Washington DC. Waktu kami hanya 2 bulan

lebih. Tapi bagaimana aku melakukan lamaran dari negeri yang

jauh ini ? “.(Ahmad Fuadi, 2013: 242)

Satu “mantra” yang menjiwai perjuangan tokoh utama

dalam novel ini adalah “man saara ala darbi washala ” (siapa yang

berjalan di jalannya akan sampai ditujuan).

2. Alur Cerita

Dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi, terdapat

alur maju dan mundur. Salah satu bukti dari adanya alur maju

adalah sebagai berikut:

“Sebentar lagi ada sambutan dari pimpinan redaksi.Silahkan

gabung dengan semua wartawan baru di lantai tiga.” (Ahmad

Fuadi, 2013: 48)

Alur mundur yang membuat Alif bernostalgia waktu

mengaji di Surau di kampung.

“ Waktu aden mengaji di Surau di kampung dulu,angku guru

selalu bilang ayat innamal yusry yusro. Bersama setiap kesulitan

itu ada kemudahan .” (Ahmad Fuadi, 2013: 45)

Page 58: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

46

3. Tokoh dan Penokohan

Tokoh utama dalam novel Rantau 1 Muara adalah Alif

yang pekerja keras. Terbukti pada cuplikan novel sebagai berikut.

“tentulah aku beruntung seandainya dia tahu dan merasakan

bagaimana aku mengorbankan kenikmatan – kenikmatan sesaat

untuk bisa sampai “beruntung“. Berapa ratus malam sepi yang aku

habiskan sampai dini hari untuk mengasah

kemampuan,belajar,membaca,menulis,dan berlatih tanpa henti.

Melebihkan usaha di atas rata – rata orang lain agar aku bisa

meningkatkan harkat diriku ” (Ahmad Fuadi, 2013: 25)

Selain itu Alif juga orang yang bertanggung jawab.

Terbukti pada cuplikan novel berikut.

“Aku berbisik sendiri.”tenang adiak – adiak kanduang,abang kalian

ini sekarang sudah dapat pekerjaan. Tenang-tenang saja kalian dalam

bersekolah, Abang akan bantu. Kita akan punya rezeki, insya Allah

tanggal muda bulan depan.”(Ahmad Fuadi, 2013: 64)

Penakut, terbukti pada cuplikan di dalam

novel sebagai berikut.

Dengan was-was aku berjalan maju. Aku rapal doa-doa dan

bacaan suci lainya. Aku tidak takut makhluk halus, tapi kalau

ketemu, aku tidak mau. Jadi wahai para jin dan setan,

menyingkirlah jauh.

Kemudian tokoh tambahan dalam novel ini antara lain:

Page 59: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

47

1. Dinara

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Dinara

memiliki watak sebagai berikut.

a. Ceria, percaya diri dan waspada, terbukti pada cuplikan di

dalam novel sebagai berikut : Anak baru ini tertawa

ramah. “Baru dari mana dulu ini kantor kedua saya dan

sudah beberapa hari masuk untuk tugas orientasi di lantai

bawah,” katanya. Wajahnya ceria, percaya diri dan juga

agak waspada. Jawabanya berlogika dan lengkap

informasi. (Ahmad Fuadi, 2013: 122)

b. Pintar dan manja, terbukti pada cuplikan di dalam novel

sebagai berikut : Satu bulan sejak pertama mengenalnya,

aku habiskan untuk menerka-nerka dia dari jauh. Bahkan

tidak kuanggap dia di level yang serius, sekadar anak kota

pintar yang manja saja. Boleh jadi dari keluarga kaya

karena warisan turun-temurun. (Ahmad Fuadi, 2013: 128).

2. Mas Budi atau Mas Garuda

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh mas Budi atau

mas Garuda memiliki watak sebagai berikut.

a. Suka menolong atau ringan tangan, terbukti pada

cuplikan di dalam novel sebagai berikut: Dengan mulut

diperban, Mas Nanda mencoba bicara susah payah.

“Garuda...ingin bantu bayi kecil di warung gyro itu abis

Page 60: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

48

memapah saya ke sini dia pergi lagi” Bicaranya tidak

lurus. Bibirnya baru dijahit karena robek kena pecahan

kaca.Hanya soal waktu saja. Kalaupun dia telah mati,

aku yakin dia mati tidak dengan sia-sia. Mas Garuda

yang selalu ringan tangan membantu orang lain.

Semoga dia mendapatkan husnul khatimah, akhir yang

baik. (Ahmad Fuadi, 2013: 250-251)

b. Ramah, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai

berikut: “Baru datang ya Mas? Saya belum pernah lihat

sampeyan sebelumnya, katanya ramah. Aku

mengangguk mengiyakan. (Ahmad Fuadi, 2013: 202)

3. Ibu Odah atau Ibu kos

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh ibu Odah

memiliki watak pecinta daster, terbukti pada cuplikan

di dalam novel sebagai berikut: Sebagai imbalan, aku

imingi sesuatu yang Ibu Kos tidak akan bisa tolak.

“Nanti saya akan cariin Ibu daster di luar negeri.” Dia

memang tipe ibu-ibu separuh umur yang selalu

berbaju daster kembang segala rupa. (Ahmad Fuadi,

2013: 2)

4. Bang Togar

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Bang Togar

memiliki watak suka mengintimidasi di awal, terbukti

Page 61: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

49

pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut:

Mungkin memang adat Bang Togar saja yang suka

mengintimidasi di awal. Selanjutnya dia bilang,

“Ingat kau selama di Kanada mengirimkan artikel ke

koran di Bandung? Aku lihat banyak artikel kau

dimuat selama kau tak ada di Indonesia. Duit kau

semua itu.” (Ahmad Fuadi, 2013: 6)

5. Pak Wangsa

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh pak Wangsa

memiliki watak disiplin, terbukti pada cuplikan di

dalam novel sebagai berikut: Dengan dompet sesak

menyembul dari saku belakangku, aku melangkah

pasti ke Kantor Fakultas. Selama ini, Pak Wangsa

yang kurus tinggi menjaga meja administrasi dengan

disiplin dan lurus. Terlambat sedikit mengurus daftar

ulang semesteran, dia akan marah. Aku berharap

semoga kali ini dia mau sedikit fleksibel. (Ahmad

Fuadi, 2013: 7)

6. Kang Maman

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Kang Maman

memiliki watak baik hati, terbukti pada cuplikan di

dalam novel sebagai berikut: Pusat kerumunan itu

adalah Warung 1 Meter Kang Maman yang kami

Page 62: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

50

gelari the Savior from Cimahi, sang penyelamat dari

Cimahi. Dialah penyelamat mahasiswa yang

kelaparan dan kehausan di sela-sela kelas. Lalu dia

menjelma menjadi penyantun kami ditanggal tua

karena dia mau diutangi sampai bulan depan. (Ahmad

Fuadi, 2013: 8)

7. Pak Endang

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Pak Endang

memiliki watak aneh dan suka bermain TTS. Hal ini

terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai

berikut.

Hari ini aku mampir ke koran Suara Bandung untuk

mengambil honor dari tulisan bulan lalu. Untuk

sampai ke ruang kasir, aku harus melintas di depan

ruangan Pak Endang, redaktur pelaksana yang

eksentrik. Dia suka memberi teka-teki yang aneh-

aneh kepada stafnya, yang jawabanya hanya dia dan

Tuhan yang tahu. Aku selalu menghindar agar tidak

sampai tersandera di ruanganya dengan teka-teki

aneh. Tapi aku terlambat, kepalanya sudah

mencongok dari balik pintu ruanganya. Dia

tersenyum lebar bagai anak yang baru dapet mainan

baru. Kena deh! (Ahmad Fuadi, 2013: 14)

Page 63: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

51

8. Randai

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Randai

memiliki watak yang senang membanggakan diri

sendiri atau sombong. Hal ini terbukti pada cuplikan

di dalam novel sebagai berikut: Tidak begitu lama,

Randai seperti biasa mulai membuka konflik. “Aden

sekarang sedang mengurus tugas belajar di IPTN.

Kemungkinan aden akan belajar di Eropa atau

Amerika, atau ikut training di markas Airbus atau

Boeing,” katanya seperti membanggakan diri. Aku

tahu gaya dia selalu berusaha memancing kompetisi.

(Ahmad Fuadi, 2013: 27)

9. Pak Imin

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Pak Imin

merupakan tukang pos. Hal ini terbukti pada cuplikan

di dalam novel sebagai berikut: Tanganku baru

mengeratkan ikatan tali rafia di dus terakhir ketika

sebuah motor berhenti di depan pagar. Aku sudah

hafal, bunyi motor Pak Imin si tukang pos. Tangan

Pak Imin tenggelam ke dalam tas cokelat tuanya yang

tersampir di motor bagian belakang. “Kilat khusus

buat Alif Fikri.” (Ahmad Fuadi, 2013: 31)

10. Ustad Salman

Page 64: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

52

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Uatad Salman

memiliki watak penyemangat dengan ceritanya. Hal

ini terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai

berikut: Coba kalian dengar baik-baik. Ibnu Rusyd itu

adalah seorang laki-laki ajaib, salah satu orang paling

jenius yang pernah lahir di peradaban muslim. Dia

lahir di Cordoba, Spanyol, pada tahun 1126 dan

meninggal tahun 1198 di Marrakesh, Maroko,katanya

bersemangat. Seperti biasa Ustad Salman selalu

menceritakan sejarah dengan detail sampai tahun dan

tempat. Dia selalu bilang, untuk menulis yang baik

harus ditopang riset dan data yang lengkap. (Ahmad

Fuadi, 2013: 40)

11. Mba Eva

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Mba Eva

memiliki watak ramah. Hal itu terbukti pada cuplikan

di dalam novel sebagai berikut: Sebentar lagi ada

sambutan dari pemimpin redaksi. Silakan gabung

dengan semua wartawan baru di lantai tiga. Ini hari

pertama kita beroperasi sebagai sebuah majalah

lagi,kata Mbak Eva tersnyum melihat tingkahku bagai

seseorang yang akan mendapat makan siang gratis.

(Ahmad Fuadi, 2013: 48)

Page 65: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

53

12. Uda Ramon

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Uda Ramon

berwatak baik, terbukti pada cuplikan di dalam novel

sebagai berikut: Rupanya rantau membuatnya insaf.

Dia kini anak muda yang rajin salat, pekerja keras,

dan sering berkirim wesel ke amaknya. Konon ibu-

ibu di kampung kini memujinya sebagai anak yang

tahu diuntuang, dan mereka mulai berbisik-bisik

membicarakan kemungkinan menjodohkan anak

gadis mereka dengan Uda Ramon. (Ahmad Fuadi,

2013: 44)

13. Pasus Warta

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Pasus Warta

memiliki watak sebagai berikut:

a. Egois, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai

berikut: Doktor? Doktor apa? Aku bingung, menurutku

tidak ada yang lucu sama sekali. Mungkin selera

humoranya kelas rendah. Selain itu, dia memang suka

egois menikmati humornya sendiri. Tidak peduli orang

lain merasa lucu atau tidak. Aku coba juga bertanya,

“Hoi, kenapa kau ketawa?” (Ahmad Fuadi, 2013: 68)

b. Memiliki tekad yang kuat, terbukti pada cuplikan di

dalam novel sebagai berikut: Karena ditolak oleh

Page 66: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

54

satpam yang berjaga di rumah konglomerat ini, ia

bertekad melawan dengan cara paling sederhana.

Menginap di taman kecil pas di depan rumah

konglomerat itu. Benar-benar menginap. Dia sampai

membawa tenda dan tikar untuk tidur melingkar di

sana. Dia juga membawa kertas bertuliskan spidol,

“Mohon wawancara 5 menit saja.” Satpam telah

berkali-kali mengusirnya tapi Pasus membela diri

bahwa dia berhak tidur di lahan publik. Mungkin

karena bosan melihat muka Pasus selalu ada di depan

rumahnya, konglomerat ini menyerah juga. (Ahmad

Fuadi, 2013: 99)

c. Sombong, terbukti pada cuplikan di dalam novel

sebagai berikut: Dia terkekeh sendiri, tapi tidak

keberatan untuk ikut. “Little little I can speak-speak

lah,” katanya. Aku amati rasa percaya diri Pasus

meroket tajam sejak dia bisa menaklukan Om Chen

tempo hari.Kadar kesombonganya juga naik beberapa

kali lipat. (Ahmad Fuadi, 2013: 105)

14. Mas Aji

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, mas Aji memiliki

watak seperti penyair dalam tulisanya. Hal ini

terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai

Page 67: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

55

berikut: Di kalangan aktivis kampus dulu, dia

menjadi simbol suara perlawanan yang ditakuti rezim

Orde Baru. Bukan karena dia punya pasukan, tapi

karena syair dan tulisan kritisnya dibaca jutaan orang.

Kabarnya, dia pernah beberapa kali diculik serta

diinterogasi agar mau melinakkan tulisan-tulisannya.

Beberapa hari saja setelah dilepas, dia menulis lebih

tajam lagi. Dan dia diculik lagi dan begitu

selanjutnya. Anehnya, bagai kucing bernyawa

sembilan, dia masih hidup. Mungkin

“menghilangkannya” sangat beresiko buat pamor

Pemerintah. Namanya Sang Aji, atau akrab dipanggil

Mas Aji atau dengan inisialnya SA. (Ahmad Fuadi,

2013: 51)

15. Mas Malaka

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh mas Malaka

memiliki watak sebagai berikut.

a. Santai dan apa adanya, terbukti pada cuplikan di dalam

novel sebagai berikut:“Sersan” serius tapi santai.

Nikmati kerja kita, terang dia.Bahkan di sini rapat

boleh pakai apa saja, layaknya di rumah sendiri. Pakai

sarung saja boleh. Karena kami tidak melihat sarung,

Page 68: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

56

tapi melihat isi laporan kalian, katanya. (Ahmad Fuadi,

2013: 454)

b. Tegas, terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai

berikut: Dia melirikku tajam sekilas. “Sejak kapan aku

bercanda kalau bagi tugas. Kita sersan kan? Serius

dulu, santai belakangan.” (Ahmad Fuadi, 2013: 90)

16. Dida

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Dida memiliki

watak suka bercanda. Hal ini terbukti pada cuplikan

di dalam novel sebagai berikut:“Wah belum kenal,

udah naksir aja.” Dida cengar-cengir sambil

menjulurkan lidahnya. (Ahmad Fuadi, 2013: 88)

Page 69: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

57

17. Mbak Risa

Dalam novel “Rantau 1 Muara:, tokoh Mbak

Risa memiliki sifat yang sedikit cuek atau tidak

peduli. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam novel

sebagai berikut:Yak, tanda tangani tanda

terimanya,kata Mbak Risa seperti tidak peduli dan

menyodorkan sebongkah tumpukan uang yang

harum. Pasus membagi dua uang itu dan

menyodorkan separuhnya ke aku.

18. Pak Garda

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Pak Garda

mengagumi wartawan Derap. Hal ini terbukti pada

cuplikan di dalam novel sebagai berikut.

Selain mendapatkan wawancara yang bagus,

kami berhasil membuat Pak Garda kaget, karena

Pasus merebut bon restoran dari tangannya dan

membayar lunas harga makanan yang mencapai

sejuta rupiah dengan uang tunai yang kami tumpuk di

meja. Pak Garda menggeleng-geleng. “Baru kali ini

saya ditraktir wartawan. Padahal selama ini wartawan

meminta saya yang nraktir.” (Ahmad Fuadi, 2013:

82-83)

19. Om Chen

Page 70: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

58

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Om Chen

memiliki watak pecinta burung. Hal ini terbukti pada

cuplikan di dalam novel sebagai berikut:

Gampang,kata Pasus menjentikkan jari. Aku riset

kalau dia adalah penggemar burung dan ayam pelung.

Dia punya burung cucakrowo, kacer, cendet,

gletekan, kenari, dan banyak lagi. Di kampungku

dulu, bapakku punya beberapa burung kicau juara

kecamatan dan aku yang mengururs mereka. Jadi aku

mengerti sekali kualitas dan cara mengurus burung.

Begitu aku memuji kolksi burung Om Chen, kami

langsung akrab. Bahkan aku cerita makanan khusus

burungku di kampung sono. Dia mau mesen supaya

burung-burung piaraannya lebih bagus suaranya.

Diplomasi burung, kawan. (Ahmad Fuadi, 2013: 100)

20. Sutan Rangkayo Basa

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Sutan

Rangkayo Basa memiliki watak sebagai berikut.

a. Memperhatikan kesopanan, terbukti pada cuplikan di

dalam novel sebagai berikut: Tidak ada jalan lain selain

aku harus bicara dengan orangtua Dinara secepatnya.

Dan yang aku hadapi adalah seorang calon bapak

mertua bersuku Minang yang pasti sangat

Page 71: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

59

memperhatikan kesopanan dan adat dalam masalah

pinang-meminang. Pengalamanku terakhir bicara

dengan dia tidak begitu mengesankan. (Ahmad Fuadi,

2013: 2)

b. Keras dan egois, terbukti pada cuplikan di dalam novel

sebagai berikut: “Papanya Dinara orangnya keras dan

punya ego yang besar. Harus pelan-pelan masuknya.

Gini aja. Ibu akan pelan-pelan mulai bicara sama

papanya Dinara minggu ini. Minggu depan, kamu

telepon Ibu lagi untuk membicarakan bagaimana

situasinya.” Seperti kata Dinara, Ibu Utami memberi

lampu hijau kepadaku dan Dinara. (Ahmad Fuadi,

2013: 243)

21. Jenderal Broto

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Jenderal Broto

memiliki watak Anti wartawan, arogan dan kaku,

terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai

berikut: Siapa tidak kenal jenderal tinggi besar

dengan temperamen keras ini. Sangat antiwartawan,

gayanya arogan dan kaku. Dia kini konon dituntut di

luar negeri karena dianggap melanggar HAM di Irian

Jaya. Di mana aku harus mencari Pak Jenderal?

“Tentu saja di Mabes-lah,” kata Pasus tersenyum jahil

Page 72: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

60

melihat aku berkeringat dingin mendapat tugas yang

aku “minta” sendiri ini. (Ahmad Fuadi, 2013: 114)

22. Ibu Utami

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh ibu Utami

watak Ramah, terbukti pada cuplikan di dalam novel

sebagai berikut: “Lewat sini saja. Jangan sungkan,

saya masih sambil kerja kok,” kata ibunya. (Ahmad

Fuadi, 2013: 143)

23. Amak

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Amak

memiliki watak bijaksana. Hal ini terbukti pada

cuplikan di dalam novel sebagai berikut: Begitu

Amak mendengar akau akan merantau setidaknya

selama dua tahun tanpa pulang, mukanya tampak

berkabut. Aku duduk bersimpuh di depan Amak dan

tidak berani beringsut sampai mendengar

jawabannya. Setelah beberapa saat diam, Amak

mengulang lagi nasihatnya, “Ke mana pun dan apa

pun yang wa’ang lakukann, selalu perbarui niat,

bahwa hidup singkat kita ini hanya karena Allah dan

untuk membawa manfaat. Jangan berorientasi pada

materi. Kalau memang sekolah jauh itu membawa

Page 73: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

61

manfaat dan wa’ang niatkan sebagai ibadah, pailah,

pergilah.” (Ahmad Fuadi, 2013: 174)

24. Mbak Hilda

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh mbak Hilda

memiliki watak ramah. Hal ini terbukti pada cuplikan

di dalam novel sebagai berikut: Begitu Mas Garuda

menguak pintu, hidungku diambut bau yang sangat

Indonesia. Ada bau sambal terasi yang menusuk

nikmat. Kepala seorang perempuan muncul dari

dapur sambil berteriak, “Wah ada tamu. Halo selamat

datang, saya Hilda.” Kepalanya diikat kain putih

seperti koki dan senyumnya selebar mukanya. Aku

tersenyum menyambut salamnya yang riang. (Ahmad

Fuadi, 2013: 205)

25. Mas Nanda

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh mas Nanda

memiliki watak suka membantu. Hal ini terbukti pada

cuplikan di dalam novel sebagai berikut:“Rumah ini

milik Mas Nanda dan istrinya Mbak Hilda, yang

sudah lama tinggal di sini. Dari Mas Nanda, saya

belajar bisnis kurir ini. Lumayan buat nabung modal

untuk saya pulang selamanya ke Indonesia tahun

depan,” katanya. (Ahmad Fuadi, 2013: 205)

Page 74: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

62

26. Prof. Deutsch

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Prof. Deutsch

memiliki watak yang senang menuntut ilmu. Hal ini

terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai

berikut:“I always a student at heart. My main interest

is research and the history of knowledge,” katanya

ketika aku tanya bagaimana dia bisa tahu begitu

banyak hal. Seorang profesor yang selalu merasa

dirinya seorang murid. (Ahmad Fuadi, 2013: 212)

27. Ustad Fariz

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Ustad Fariz

memiliki watak suka menasehati. Hal ini terbukti

pada cuplikan di dalam novel sebagai berikut:

Kepada Ustad Fariz aku berkeluh kesah. Dia menasehati,

“Kehilangan memang memilukan. Tapi kehilangan

hanya ada ketika kita sudah merasa memiliki.

Bagaimana kalau kita tidak pernah merasa memiliki?

Dan sebaiknya kita jangan terlalu merasa memiliki.

Sebaliknya, kita malah yang harus merasa dimiliki.

Oleh Sang Maha Pemilik.” (Ahmad Fuadi, 2013: 357)

1. Tom Watson

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Tom memiliki sikap

percaya terhadap tokoh Aku dan Dinara. Hal ini

Page 75: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

63

terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai

berikut: Tom Watson yang mengenal baik reputasi

Derap, memberi aku dan Dinara kepercayaan besar

untuk mengembangkan gaya liputan ala Derap

yang selalu ditopang riset dan perencanaan matang.

(Ahmad Fuadi, 2013: 312).

28. Mas Rama

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Mas Rama

memiliki watak putus asa. Hal ini terbukti pada

cuplikan di dalam novel sebagai berikut: Setiap dua

hari-kadang setiap hari-aku menelepon mas Rama.

“Jejaknya masih nihil,” begitu umumnya dia

menjawab. Dia mungkin juga sudah bosan ditanya

dan tidak tau harus memberikan jawaban apa lagi

kepadaku. Suaranya saat berbicara bernada frustasi

yang sama dengan nada bertanyaku. (Ahmad Fuadi,

2013: 353)

29. Rio

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Rio memiliki

watak baik. Hal ini terbukti pada cuplikan di dalam

novel sebagai berikut: Di ABN, kami mendapat

teman-teman baru yang tidak kalah seru, walau tak

ada yang seantik Pasus. Rekan kerja pertama yang

Page 76: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

64

aku kenal adalah Rio. Ketika jam makan siang, dia

mengetuk-ngetuk kubikelku. “Mas, yuk makan siang

bareng di meja rapat. Ntar coba ya green curry

Thailand yang gue masak sendiri.” Selain Rio sudah

memiliki jam terbang tinggi di dunia radio

broadcasting dan videography dia pintar memasak

dan membuat aku terus menambah nasi. (Ahmad

Fuadi, 2013: 315)

30. Arum

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Arum

memiliki watak suka bercanda dan tomboi. Hal ini

terbukti pada cuplikan di dalam novel sebagai

berikut: Arum yang tomboi, suka bercelana jeans dan

berjaket kulit, memakai jam sebesar jengkol dan

mengidolakan pria macho seperti Vin Diesel.

Sepanjang perjalanan ke DC, tak habis-habisnya aku

diledek. “Lif, bagi-bagi dong cokelatnya? Pekerja

pabrik pasti dapat gratis dong,” seloroh Arum.

(Ahmad Fuadi, 2013: 318)

31. Tere

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Tere memiliki

penampilan yang girly. Hal ini terbukti pada cuplikan

di dalam novel sebagai berikut: Sedangkan Tere yang

Page 77: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

65

girly, suka bergaun modis berwarna pastel, kerap

meneneteng kamera Nikon manual dan menyukai

cowok akademisi. (Ahmad Fuadi, 2013: 316)

32. Mas Tegal

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh mas Tegal

memiliki watak ramah. Hal ini terbukti pada cuplikan

di dalam novel sebagai berikut: Mas Tegal

mendekatiku. Giman Mas jadinya, dapat kerjaan di

pabrik coklat atau botol? Nanti kita kos bareng aja.

Biar hemat. Jadi kita bisa cepat nabung buat pulang

kampung. (Ahmad Fuadi, 2013: 317)

33. Atang

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Atang

memiliki kebiasaan mencatat alamat semua teman-

teman. Hal itu terbukti dari cuplikan di dalam novel

sebagai berikut: Malam kami habiskan bernostalgia

dan bercerita tiada henti tentang apa yang kami jalani

setelah tamat di PM. Atang, kawanku yang dulu

selalu rajin mencatat alamat orang, mempunyai

informasi lengkap tentang Sahibul Menara yang lain.

(Ahmad Fuadi, 2013: 373)

34. Raja

Page 78: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

66

Dalam novel “Rantau 1 Muara”, tokoh Raja memiliki

watak cinta kampung halaman. Hal itu terbukti dari

cuplikan di dalam novel sebagai berikut: Sebuah

sekolah di Medan sudah minta aku pulang untuk

membuat sistem sekolah Islam modern. Kampungku

lebih membutuhkan kami. (Ahmad Fuadi, 2013: 357)

4. Latar

Novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi berlatar tempat

pada negara Indonesia yaitu Bandung tempat Alif kuliah di

UNPAD, dan kemudian Jakarta tempat alif berkerja di kantor

Derap, kemudian ketika akan menuju Amerika. Tempat terakhir

dari cerita ini adalah Amerika.

Sedangkan dari segi latar waktu, novel ini berlatar pada tiga

konteks waktu yang berbeda, yaitu: masa akhir kuliah di UNPAD

Bandung, masa kerja di kantor Derap dan ketika masa perjuangan

pencarian cinta atau pendamping hidup.

5. Sudut Pandang

Secara gamblang novel Rantau 1 Muara ini menggunakan

sudut orang pertama tunggal (aku/saya/awak/aden) sebagai tokoh

utamanya pada novel ini. “semoga kali ini aku lulus,kataku

membatin sambil melangkah ke pinggir jalan untuk menyetop

angkot” (Ahmad Fuadi 2013:26)

6. Gaya Bahasa

Page 79: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

67

a. Hiperbola

“Tiga hari tiga malam kita mendayung kano ini,ceritanya gak

akan selesai. Panjang Lif” (Ahmad Fuadi 2013:216)

b. Personifikasi

“mobil carry tua itu terkentut-kentut melarikan aku ke Jakarta”

(Ahmad Fuadi 2013:43)

c. Aximoron

“Biasanya menuliskan masalah bisa menenangkanku. Tapi mala m

ini bahkan aku tak bisa memincingkan mata” (Ahmad

Fuadi 2013:110)

7. Amanat

Amanat yang terdapat dalam novel Rantau satu muara

sebagai berikut:

a. Kita harus berusaha keras untuk meraih cita-cita

b. Tidak putus asa dan patah semangat

3. Sinopsis Novel Ranah 3 Warna

Rantau 1 Muara merupakan trilogi dari novel Negri 5 Menara dan

Ranah 3 Warna. Alif lulus dari Universitas Padjajaran Bandung

dengan nilai yang sangat memuaskan. Tentunya ia yakin perusahaan

akan berlomba mendapatkannya. Namun, ia di wisuda di waktu yang

kurang tepat. Pada saat itu, di akhir tahun 90-an, Indonesia mengalami

krisis moneter sehingga ia kesulitan mencari pekerjaan. Berkali-kali ia

mengirim lamaran pekerjaan, namun hasilnya nihil. Ia mengalami

Page 80: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

68

kegalauan yang sangat hebat. Di sisi lain ia juga harus membiayai

amak dan adiknya.

Dimulai dengan mulai mengirimkan surat lamaran pekerjaan,

kemudian menerima juga surat balasan yang ternyata isinya adalah

penolakan hingga sampai juga akhirnya ia merima surat yang

membawa angin segar bahwa ia diterima bekerja. Di Jakarta. Ketika ia

bersiap untuk pindah dari Bandung ke Jakarta, ada satu surat yang

datang membuatnya kembali limbung. Surat yang mengabarkan

bahwa penerimaannya oleh perusahaan dibatalkan.

Setitik sinar muncul ketika Alif diterima menjadi wartawan di

sebuah majalah terkenal di Jakarta. Di sana, ia bertemu dengan

seorang gadis yang dulu pernah dia curigai. Gadis itu bernama Dinara

yang ternyata adalah temannya Raisa. Lambat laun hatinya tertarik

pada Dinara.

Dari Jakarta, terbuka cakrawala baru. Alif meraih beasiswa

keWashington DC, dia kuliah sambil bekerja menjual tiket. Di sana ia

bertemu dengan Garuda, ia orang Indonesia asli orang Jawa.

Bersamanya ia tinggal di Amerika. Dia sangat menyayangi alif

layaknya adik sendiri. Cerita-ceritanya sangat menginspirasi Alif.

Baik itu cerita tentang keluarganya ataupun tentang calon istrinya.

Dari situ akhirnya alif mulai berfikiran untuk melamar gadis pujaan

hatinya, Dinara. Proses pendekatan kepada papa nya Dinara, itu yang

paling sulit. Karena awalnya papa nya Dinara tak merestui hubungan

Page 81: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

69

mereka. Namun Alif tak pernah menyerah, ia terus berusaha menarik

hati papanya. Yang pada akhirnya merestuinya. Dengan penuh

semangat, Alif terbang dari Amerika menuju Indonesia. Hal yang

paling dinantinya akhirnya tiba juga. Ia menikah dengan Dinara.

Usai pernikahan, mereka terbang lagi ke Amerika, dari situ mereka

menjalani hidup yang penuh luka-liku di Amerika. Dinara menjadi

wartawan di sebuah majalah terkemuka di Amerika, lalu setelah lulus

kkuliah Alif menyusul Dinara. Mereka hidup bahagia, gaji yang besar

membuat mereka mudah melakukan apapun di Amerika. Pun cita-

citanya untuk membantu Amak dan adik-adiknya di kampung tercapai

jua. Mereka jujga mampu menjadi wartawan yang paling berprestasi,

mampu menjadi wartawan teladan bagi semua wartawan di majalah

tersebut. Sampai terjadi peristiwa 11 September 2001 di World Trade

Center, New York, yang menggoyahkan jiwanya. Garuda, yang sudah

ia anggap sebagai kakak sendiri menjadi korban peristiwa tersebut.

Alif dipaksa memikirkan ulang misi hidupnya. Mantra ketiga “man

saara ala darbi washala” ( siapa yang berjalan di jalannya akan

sampai pada tujuan ) menuntun perjalanan pencarian misi hidup Alif.

Hidup hakikatnya adalah perantauan “Hidupku kini ibarat mengayuh

biduk membelah samudera hidup. Selamanya akan naik turun dilamun

gelombang dan ditampar badai. Tapi aku tidak akan merengek pada

air, pada angin, dan pada tanah. Yang membuat aku kukuh adalah aku

tahu kemana tujuan akhirku di ujung cakrawala.” ( hal.395 ).

Page 82: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

70

Rantau 1 Muara bercerita tentang konsistensi untuk terus berkayuh

menuju tujuan, tentang pencarian belahan jiwa, dan menemukan

tempat bermuara. Muara segala muara. “Muara manusia adalah

menjadi hamba sekaligus khalifah di muka bumi. Sebagai hamba,

tugas kita mengabdi. Sebagai khalifah, tugas kita bermanfaat. Hidup

adalah pengabdian dan kebermanfaatan”. Dalam hal ini, pembaca

diajarkan untuk memahami salah satu makna “man saara ala darbi

washala” yang sebenarnya bermuara pada satu tujuan, yakni menuju

kepada sang khaliq. Dalam novel ini juga, Ahmad Fuadi lewat trilogi

novel Negeri 5 Menara ingin mengajak para pembaca untuk tidak

takut bermimpi besar, berpetualang sejauh mata memandang,

mengayuh sejauh lautan terbentang, dan berguru sejauh alam

terkembang. Sesungguhnya Tuhan maha mendengar atas segala

harapan hamba-Nya.

Man Jadda Wajada! Bertualanglah sejauh mata memandang.

Mengayuhlah sejauh lautan terbentang. Bergurulah sejauh alam

terkembang.

Di dalam novel ini juga terdapat kelemahan yaitu penggunaan bahasa

minang yang tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia,

membuat imajinasi pembaca terhambat akibat tidak memahami

percakapan tersebut. Di dalam buku ini juga tersirat mendiskreditkan

pekerjaan seseorang, yakni penjual cokelat yang diulang dalam

beberapa bab. Terlalu banyak percakapan yang kurang penting, seperti

Page 83: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

71

contohnya di Bab Setan Merah yang kurang menarik dan bertele-tele.

Penulis tampaknya terlalu banyak memainkan kata-kata hingga

maknanya yang kental menjadi cair.

Untuk dapat memahami novel ini, setidaknya kita telah mengetahui

setting dalam cerita ini. Bagi pengarang, sebaiknya meletakan catatan

kaki untuk bahasa daerah agar tidak mengurangi persepsi pembaca.

Saya bisa memberi kesimpulan dari Novel yang dibuat oleh Ahmad

Fuadi ini, saya dapat mengambil beberapa pelajaran hidup yang

penting, seperti mantra-mantra yang diucapkan penulis. Man Jadda

Wa jada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Man

shabara zhafira (siapa yang bersabar akan beruntung), dan man saara

ala darbi washala (siapa yang berjalannya akan sampai ke tujuan).

Dalam buku ini dijelaskan betapa pentingnya merantau di negeri

orang, selain dapat melihat dunia, juga dapat mengeluarkan kita dari

zona nyaman. Dengan merantau Alif berhasil mendapatkan pekerjaan,

istri, dan juga jati dirinya. Bukan hanya tujuan kebahagiaan dan

keberhasilan dunia tapi juga tujuan hakiki. Ke tempat kita dulu

berasal. Ke Sang Pencipta (hal 359). Membuat kita sadar bahwa

kehidupan tidak kekal, dan sesukses apapun kita di dunia akan

kembali ke kehidupan yang abadi, apakah akan suskes juga di akhirat

kelak tergantung bekal kita di dunia.

4. Keunggulan Novel Rantau Satu muara Karya Ahmad Fuadi

Page 84: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

72

Buku ini mampu membuat pergolakan batin ketika tragedi 11

September 01 terjadi, dimana Kakak angkat Alif, Garuda

menjadi korban dari pengeboman WTC. Buku ini mengupas

sepak terjang Alif dan awak media dalam mengupas dinamika

Jurnalis, sehingga bermanfaat bagi pembaca yang ingin

berkecimpung di dunia pers. Melihat kegigihan Alif dan teman-

temannya mendapatkan narasumber penting, hingga

pengalamannya meliput kamar Jenazah RSCM. Man Jadda

Wajada!. Dan yang paling terpenting buku ini menyelipkan

mantra yang amat penting yang dapat mengubah pola pikir

pembaca. Seperti mantra yang terucap dalam buku ini, “Man

Saara Ala Darbi Washala”, siapa yang berjalan di jalannya akan

sampai di tujuan. Buku ini mengajarkan kita untuk berani

mencari jati diri dalam mengambil sebuah keputusan yang akan

berdampak ke kehidupan kita selanjutnya. Di buku ini terselip

beberapa pepatah arab, contohnya fastabiqul khairat, berlomba-

lomba menuju kebaikan (Ahmad Fuadi 2013: 28) yang dapat

memotivasi pembaca.

B. Deskripsi Penelitian

1. Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Novel RANTAU 1 MUARA Karya

Ahmad Fuadi

a. Nilai pendidikan aqidah

Nilai pendidikan Kutipan

Page 85: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

73

Aqidah

Iman kepada Qada

dan

Qadar

Laporan dari kantor medical examiner New

York menyebutkan sekitar 3.000 jiwa

melayang saat peristiwa 9/11. Kebanyakan

korban terkubur di reruntuhan Twin Tower

WTC dan tidak pernah ditemukan.(Ahmad

Fuadi, 2013: 354)

Meyakini Sifat Allah Alhamdulillah,doa dan usaha itu memang

selalu didengar-Nya. (Ahmad Fuadi, 2013:

31)

Iman kepada Kiamat

Kecil

(Kemat

ian)

Laporan dari kantor medical examiner New

York menyebutkan sekitar 3.000 jiwa

melayang saat peristiwa 9/11. Kebanyakan

korban terkubur di reruntuhan Twin Tower

WTC dan tidak pernah ditemukan.(Ahmad

Fuadi, 2013: 354)

Iman kepada Alam

Ghaib

Dengan was-was aku berjalan maju.

Aku rapal doa-doa dan

bacaan suci lainya. Aku

tidak takut makhluk

halus, tapi kalau ketemu,

aku tidak mau. Jadi

wahai para jin dan setan,

menyingkirlah

jauh.(Ahmad fuadi,

2013:91)

Berpegang Teguh

kepada

Tali

Kemana pun dan apa pun yang wa‟ang

lakukan, selalu perbaharui niat, bahwa hidup

singkat kita ini hanya karena Allah dan untuk

Page 86: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

74

Allah membawa manfaat.(Ahmad Fuadi, 2013:

174)

b. Nilai Pendidikan Ibadah

1) Nilai-nilai Ibadah Vertikal

Nilai-nilai Ibadah Vertikal Kutipan

Berdoa Ya Allah, tunjukilah kami jalan untuk

menemukan mereka.(Ahmad Fuadi, 2013:

347)

Doa utamaku tetap berharap akan

keselamatan Mas Garuda. (Ahmad Fuadi,

2013: 356)

Salat Azan dari masjid di belakang kantor lamat-

lamat mengaliri udara senja.Aku meluruskan

badanku yang pegal karena duduk hampir dua

jam di depan komputer untuk menuntaskan

transkrip wawancara denagan saksi mata

kerusuhan Mei 1998. Laporan yang

menyeretku ke kenangan ketika aku melihat

Jakarta dibakar dan bergolak. Ujung jari

kakiku mengail-ngail sandal jepit di bawah

mejaku. Sambil menyeret kaki ke Mushola

(Ahmad Fuadi, 2013: 147-148)

Menuntut Ilmu ...Tidak lama lagi aku disekolahkan pula ke

Jerman... (Ahmad Fuadi, 2013: 152)

Salat Sunnah Cinta, kita salat Istikharah yuk(Ahmad Fuadi,

2013: 385)

Berzikir Aku kuatkan lafaz takbirku agar tidak kentara

Page 87: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

75

getar suaraku (Ahmad Fuadi, 2013: 148-149)

2) Nilai-nilai Ibadah Horizontal

Nilai-nilai Ibadah

Horizontal

Kutipan

Mengamalkan Ilmu Menjelang pengujungng Ramadan, aku

diminta Ustadz Fariz ikut menjadi juri lomba

azan dan mengaji, serta pernah pula jadi

imam salat tarawih.(Ahmad Fuadi, 2013:

362)

Menafkahi Keluarga Aku berbisik sendiri.”tenang adiak – adiak

kanduang,abang kalian ini sekarang sudah

dapat pekerjaan. Tenang-tenang saja kalian

dalam bersekolah, Abang akan bantu. Kita akan

punya rezeki, insya Allah tanggal muda bulan

depan.(Ahmad Fuadi, 2013: 64)

c. Nilai Pendidikan Akhlak

1) Nilai-nilai Akhlak Mahmudah

Nilai-nilai Akhlak

Mahmudah

Kutipan

Sabar Tiada teka teki lagi dari dia. Kali ini cukup

terang dan jelas. Tulisanku tidak akan

dimuatuntuk waktu yang tidak ditentukan.

Aku Cuma mengangguk – angguk seperti

burung beo. Dia menjulurkan tangannya

menyalamiku. “semoga harga kertas segera

stabil Lif,jadi kami bisa memuat tulisan

bermutu dari kamu lagi.”(Ahmad Fuadi,

Page 88: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

76

2013: 17)

Pantang Menyerah tentulah aku beruntung seandainya dia tahu

dan merasakan bagaimana aku mengorbankan

kenikmatan – kenikmatan sesaat untuk bisa

sampai “beruntung“. Berapa ratus malam sepi

yang aku habiskan sampai dini hari untuk

mengasah

kemampuan,belajar,membaca,menulis,dan

berlatih tanpa henti. Melebihkan usaha di atas

rata – rata orang lain agar aku bisa

meningkatkan harkat diriku ” (Ahmad Fuadi,

2013: 25

Bersyukur Alhamdulillah Bapak senang sekali dapat

kiriman kamu. (Ahmad Fuadi, 2013: 244)

Tawakal “Berusahalah untuk mencapai sesuatu yang

luar biasa dalam hidup kalian setiap tiga

sampai lima tahun. Konsistenlah selama

itu,maka Allah akan ada terobosan prestasi

yang tercapai.” (Ahmad Fuadi, 2013: 29)

Hidupku kini ibarat mengayuh biduk

membelah samudra hidup. Selamanya akan

naik turun dilamun gelombang dan ditampar

badai. Tapi aku tidak akan merengek pada air,

pada angin dan pada tanah. Yang membuat

aku kukuh adalah aku tahu kemana tujuan

akhirku di ujung cakrawala. (Ahmad Fuadi,

2013: 394-395)

Ikhlas Aku duduk bersimpuh di depan Amak dan

tidak berani beringsut sampai

Page 89: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

77

mendengar jawabannya. Setelah

beberapa saat diam, Amak

mengulang lagi nasihatnya, “Ke

mana pun dan apa pun yang

wa’ang lakukann, selalu

perbarui niat, bahwa hidup

singkat kita ini hanya karena

Allah dan untuk membawa

manfaat. Jangan berorientasi

pada materi. Kalau memang

sekolah jauh itu membawa

manfaat dan wa’ang niatkan

sebagai ibadah, pailah,

pergilah.” (Ahmadi Fuadi, 2013:

174)

Ramah Baru datang ya Mas? Saya belum

pernah lihat sampeyan

sebelumnya, katanya

ramah. Aku mengangguk

mengiyakan. (Ahmad

Fuadi, 2013: 202)

Penolong Jam 12 malam berdentang,saatnya kami boleh

pulang. Melihat dia harus naik taksi sendiri

ditengah hujan di malam buta, aku

menawarkan diri untuk naik taksi

menemaninya pulang. (Ahmad Fuadi, 2013:

142)

Dengan mulut diperban, Mas Nanda

mencoba bicara susah

payah. “Garuda...ingin

Page 90: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

78

bantu bayi kecil di

warung gyro itu abis

memapah saya ke sini dia

pergi lagi” Bicaranya

tidak lurus. Bibirnya baru

dijahit karena robek kena

pecahan kaca.Hanya soal

waktu saja. Kalaupun dia

telah mati, aku yakin dia

mati tidak dengan sia-sia.

Mas Garuda yang selalu

ringan tangan membantu

orang lain. Semoga dia

mendapatkan husnul

khatimah, akhir yang

baik. (Ahmad Fuadi,

2013: 250-251)

Pemaaf Dari belakang, aku sentuh pundaknya dan aku

dekap dia. “Maafkan abang, Cinta,”bisikku di

telinganya. Aku seka sebutir air mata yang

menggantung di dagu lonjongnya dengan

ujung ibu jariku. Lalu aku kecup keningnya.

Dia tidak bergerak dan tidak menjawab.

Namun pelan-pelan isak tangisnya susut dan

bahunya tenang. “Maafkan Dinara juga,

Abang. (Ahmad Fuadi, 2013: 294-295)

Hormat kepada Guru Tapi hatiku mencoba menenangkan

perasaanku yang panas. Mungkin ini bagian

dari perjuangan menuntut ilmu. Bukankah

Imam Syafi‟i pernah menasihati bahwa

Page 91: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

79

menuntut ilmu itu perlu banyak hal, termasuk

tamak dengan ilmu, waktu yang panjang, dan

menghormati guru. Kalau dia guruku, aku

harus hormat padanya dan bersabar menuntut

ilmu darinya… (Ahmad Fuadi, 2011: 76)

Berbakti kepada Orang Tua “Tarimo kasi, Yah. Berkat doa Ayah juga,”

kataku sambil menunduk mencium tangannya

dengan haru. (Ahmad Fuadi, 2011: 91)

Niat Lurus Waktu aden mengaji di Surau di kampung

dulu,angku guru selalu bilang ayat innamal

yusry yusro. Bersama setiap kesulitan itu ada

kemudahan .(Ahmad Fuadi, 2013: 45)

Pekerja Keras Berapa ratus malam sepi yang aku habiskan

sampai dini hari untuk mengasah

kemampuanku,belajar,membaca,menulis,dan

berlatih tanpa henti. Melebihkan usaha di atas

rata – rata orang lain agar aku bisa

meningkatkan harkat diriku.(Ahmad Fuadi,

2013: 8)

Dermawan Syaratnya, paling tidak aku harus punya uang

15 ribu dolar. Mana aku punya uang sebanyak

itu? Tiba-tiba,tanpa aku minta,Mas Garuda

sudah menuliskan cek 15 ribu dolar dan

menyerahkan ke tanganku.(Ahmad Fuadi,

2013: 265)

Berprasangka Baik

(Khusnudzon)

Aku malah berfikir sebaliknya, kalau aku

bercerita, mungkin aku mendapatkan banyak

Page 92: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

80

doa dan dukungan dari yang mendengarkan.

(Ahmad Fuadi, 2013: 156)

2) Nilai-Nilai Akhlak Madzmumah

Nilai-nilai Akhlak

Madzmumah

Kutipan

Sombong a. Dia terkekeh sendiri, tapi tidak keberatan

untuk ikut. “Little little I can speak-

speak lah,” katanya. Aku amati rasa

percaya diri Pasus meroket tajam sejak

dia bisa menaklukan Om Chen tempo

hari.Kadar kesombonganya juga naik

beberapa kali lipat. (Ahmad Fuadi, 2013:

105)

Emosi Dinara kesal dan emosi, aku lebih-lebih lagi.

(Ahmad Fuadi, 2013: 292)

Berbohong Jadi ini juga bisa dokumen bohongansemua?

Tentu tidak semualah mas. (Ahmad Fuadi,

2013: 288)

Iri Aku kadang menghujat diriku karena

gampang iri dan selalu melihat ke atas.

(Ahmad Fuadi, 2013: 152)

Mengeluh terhadap Cobaan

Tuhan (Al-Jaz’u)

…Kenapa semuanya datang bertubi-tubi? Ya

Tuhan, aku tahu harus sabar dan berusaha,

tapi sampai kapan? Sampai kapan? Gugatan

ini terngiang-ngiang terus… (Ahmad Fuadi,

2011: 102)

Kufur Nikmat Sampai di tempat kos, yang pertama aku

lakukan adalah salat dan melekatkan

keningku lama-lama dan kuat-kuat di kepala

Page 93: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

81

sajadah. Rasanya inilah sujudku yang paling

berarti selama ini. Betapa banyak nikmat

yang aku lupakan dan aku anggap wajar dan

biasa. Seakan-akan aku berhak mendapat

nikmat itu tanpa usaha. Karena itu betapa

sesatnya aku kalau sampai bermalas-malasan.

Setiap kemalasan artinya memboroskan

waktu sekarang, hari ini, detik ini… (Ahmad

Fuadi, 2011: 164)

Berprasangka Buruk

(Su’udzon)

Bagaimana mungkin gadis ibu kota yang

sekolah di SMA 6 dan masuk Komunikasi UI

serta bergaya gaul ini hafal yasin.(Ahmad

Fuadi, 2013: 150)

2. Karakteristik Tokoh Utama dalam Novel RANTAU 1 MUARA

Karya Ahmad Fuadi

Karakater utama dalam novel Rantau 1 Muara, Alif Fikri, sangat

memegang teguh nilai-nilai pendidikan Islam. Tergambar pada tabel

diatas yang berisi nilai pendidikan aqidah, nilai pendidikan ibadah dan

nilai pendidikan akhlak.

Page 94: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

82

BAB IV

PEMBAHASAN

Seperti yang telah dibahas pada Bab III bahwa nilai-nilai pendidikan

Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada pendidikan Islam yang

digunakan sebagai dasar manusia untuk mencapai tujuan hidup manusia yaitu

mengabdi pada Allah SWT. Lebih lanjut, penulis akan menganalisa nilai-nilai

pendidikan Islam dalam novel Rantau 1 Muara dengan berdasarkan pada tiga

cakupan besar macam pendidikan Islam, yaitu: nilai pendidikan aqidah, nilai

pendidikan ibadah, dan nilai pendidikan akhlak.

A. Nilai Pendidikan Aqidah

Menurut Zulkarnain, aspek pengajaran tauhid/aqidah dalam dunia

pendidikan Islam pada dasarnya merupakan proses pemenuhan fitrah

bertauhid. Dalam hal ini pemenuhan fitrah bertauhid adalah dengan meyakini

dalam hati, mengikrarkan dengan lisan, dan merepresentasikan dalam

perbuatan. (Zulkarnain, 2008: 27)

Demikian nilai-nilai pendidikan aqidah yang dapat penulis temukan

dalam novel Rantau 1 Muara antara lain:

1. Iman kepada Qada dan Qadar

Iman kepada Qada dan Qadar merupakan rukun iman yang

keenam. Secara singkat Qada dapat diartikan sebagai rencana Allah yang

akan terjadi, sedangkan Qadar adalah rencana yang sudah terjadi menjadi

kenyataan pada diri makhluk. Lebih lanjut, Qadar beserta semua usaha

manusia biasa disebut Takdir. Takdir sendiri dibagi menjadi dua, yaitu

Page 95: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

83

takdir mubram (ketetapan Allah yang tidak dapat berubah) dan takdir

muallaq (ketetapan Allah yang bisa berubah dengan usaha manusia).

(Awang, 2008: 2)

Di dalam novel Rantau 1 Muara, penggambaran dari iman kepada

takdir muallaq ini digambarkan dengan baik oleh tokoh utamanya, Alif

Fikri, dalam mengejar S2 di luar negeri.

Lebih lanjut, dalam menyikapi takdir muallaq ini, bolehlah

manusia berusaha, tetapi hasil dari usaha tetaplah Allah yang menentukan.

Hal tersebut tercermin saat Alif teringat pesan Kiai Rais waktu di Pondok

Madani. Dan janji Alif Fikri untuk mengubah takdirnya pada saat keadaan

kuliah dengan keinginan mencari kerja. Kemudian, penggambaran dari

Qada di dalam novel ini pada saat mas Garuda meninggal.

2. Meyakini Sifat Allah

Islam meyakini bahwa Allah SWT memiliki sifat-sifat yang

membedakan-Nya dari makhluk. Sifat-sifat Allah itu berjumlah 20. Di

antara sifat-sifat Allah yang disebutkan di dalam novel ini adalah bahwa

Allah Maha Mendengar.

3. Iman kepada Kiamat Kecil (Kematian)

Kematian merupakan hal yang paling pasti dari Allah. Kematian ini

juga merupakan kepastian dari Qada Allah, tidak ada satupun manusia

yang bisa menghindari ataupun menundanya. Allah berfirman:

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Al-Imran: 15)

Page 96: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

84

Gambaran kematian dalam novel ini adalah ketika teman Alif Fikri

meninggal dunia.

4. Iman kepada Alam Ghaib

Alif Fikri juga percaya bahwa akan ada alam ghaib setelah alam

dunia yang fana ini. Hal ini sejalan dengan firman Allah:

“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan

shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan

kepada mereka.” (QS. Al-Baqarah: 3)

Kepercayaan Alif Fikri akan alam ghaib ini tercemin pada saat

mendapat tugas mewawancarai mayat di rumah sakit.

5. Berpegang Teguh kepada Tali Allah

Dalam mengarungi kehidupan di dunia ini, manusia diperintahkan

untuk selalu berpegang pada tali Allah yaitu dengan beriman atas semua

ketetapannya. Hal ini pula yang dipetuahkan oleh Kiai Rais, guru dari Alif

Fikri untuk selalu berpegang teguh kepada tali Allah dengan beriman

kepada Allah dan bersabar.

B. Nilai Pendidikan Ibadah

Menurut Zulkarnaen, nilai pendidikan ibadah dalam Islam dapat

dikelompokkan dalam dua jalur, yaitu ibadah secara vertikal (hablun

minallah), dan ibadah secara horizontal (hablun minannas).

(Zulkarnaen,2008: 28)

Page 97: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

85

Dalam kaitannya dengan kedua jalur ibadah tersebut, penulis berhasil

menganalisa nilai-nilai pendidikan ibadah dalam novel Rantau 1 Muara

sebagai berikut:

1. Nilai-nilai Ibadah Vertikal

Nilai-nilai ibadah vertikal dalam novel Rantau 1 Muara antara lain:

a. Berdoa

Dalam Islam, berdoa secara etimologis adalah “meminta kepada

Allah”. Doa mempunyai tujuan-tujuan yang bukan saja bersifat

ukhrawi, melainkan juga bersifat duniawi, karena doa bukanlah untuk

kepentingan Allah melainkan untuk kepentingan manusia itu sendiri.

Doa merupakan pengejawantahan yang paling nyata tentang ibadah

vertikal (langsung kepada Allah). Allah berfirman:

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,

Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan

permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka

hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah

mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam

kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186)

Demikian, di dalam novel Rantau 1 Muara ini banyak sekali

doa-doa yang diucapkan guna beribadah dan memohon langsung

kepada Allah SWT untuk limpahan rizki dan rahmat-Nya. Seperti

Amak Alif Fikri yang mendoakan untuk keberhasilan anaknya.

Kemudian doa Alif Fikri ketika bimbang menentukan pilihan antara

Page 98: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

86

pulang ke Indonesia atau menerima tawaran kerja. Dan Alif Fikri

berdoa ketika ia resah.

b. Salat

Salat merupakan rukun Islam yang kedua. Salat merupakan

tiang agama dan amal yang pertama kali dihisab (dihitung). Salat

merupakan representasi ibadah langsung kepada Allah. Salat juga

ekspresi paling nyata iman kepada Allah.

“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan

shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan

kepada mereka.” (QS. Al-Baqarah: 3)

Penulis novel Rantau 1 Muara banyak sekali menyebutkan

gambaran salat, pada saat Alif sholat magrib dikantor derap bersama

Dinara. Serta pada saat sholat istikharah bersama Dinara.

c. Menuntut Ilmu

Menuntut ilmu itu juga merupakan sebuah bentuk ibadah. Setiap

muslim laki-laki dan perempuan diwajibkan untuk menuntut ilmu dari

mulai buaian sampai ke liang lahat. Rosulullah SAW bersabda:

عليه وسلهم طل رسول عن أنس بن مالك قال قال صلهى الله ب العلم فريضة على الله

كل مسلم. )ابن ماجه وغيره( “Dari Anas bin Malik r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Menuntut ilmu adalah satu fardu yang wajib atas tiap-tiap seorang

Islam.” (Ibnu Majah dan Lain-lainnya).

Semangat menuntut ilmu sebagai sebuah ibadah ditampilkan

oleh penulis ketika Alif menyelesaikan S2 nya.

Page 99: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

87

d. Berzikir

Umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak zikir (mengingat)

kepada Allah. Berzikir dengan mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah

(baik). Keutamaan berzikir adalah untuk menentramkan hati. Allah

berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama)

Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya

diwaktu pagi dan petang.” (QS. Al-Ahzab: 41-42)

Cerminan berzikir dalam novel ini adalah ketika Alif Fikri

membaca zikir.

2. Nilai-nilai Ibadah Horizontal

Nilai-nilai ibadah horizontal dalam novel Rantau 1 Muara antara

lain:

a. Mengamalkan Ilmu

Sebuah syair Arab mengatakan, “Ilmu yang tidak diamalkan

adalah bagai pohon yang tak berbuah.” Mengamalkan ilmu merupakan

sebuah ibadah yang mulia, yang tidak hanya memberi manfaat bagi

pengajarnya tapi juga kepada umat manusia. Bahkan lebih jauh, Imam

Ahmad mengatakan, “Menuntut ilmu dan mengajarkannya lebih utama

daripada berjihad dan amal sunnah lainnya.” (Gibb, 1986: 272)

Demikian, mengingat pentingnya mengamalkan ilmu, penulis

novel memberikan gambaran keutamaan mengamalkan ilmu ketika

ustadz Fariz menjadi imam masjid dan mengajar ngaji.

Page 100: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

88

b. Menafkahi Keluarga

Memberi nafkah kepada keluarga merupakan sebuah ibadah

yang mulia. Juga termasuk kedalam golongan ibadah ghoiru mahdhoh.

Rosulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh

Muslim, Ahmad, dan Baihaqi:

“Dinar yang engkau infakkan di jalan Allah, dinar yang engkau

infakkan untuk membebaskan budak, dinar yang engkau

sedekahkan kepada orang miskin, dan dinar yang engkau

nafkahkan kepada keluargamu, pahala yang paling besar adalah

dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu.” (Al-Asyqari,

1980, 280)

Representasi menafkahi keluarga dalam novel ini adalah Alif

berkerja untuk menghidupi keluarga dan membiayai kuliahnya.

C. Nilai Pendidikan Akhlak

Ibnu Maskawaih dalam kitab Tahdzibul Akhlak menyatakan bahwa:

“Akhlak ialah keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan

perbuatan dengan tidak menghajatkan pemikiran”. (Ibnu Maskawaih dalam

Mujiono, 2002: 86). Lebih lanjut, di dalam Islam telah dijelaskan panjang

lebar bahwa akhlak pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu akhlak

mahmudah (terpuji), dan aklak madzmumah (tercela) (Barmawi, 1995: 5).

Demikian nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam novel Rantau 1

Muara karya Ahmad Fuadi terbagi dalam dua klasifikasi yaitu nilai akhlak

mahmudah dan nilai akhlak madzmumah.

1. Nilai-nilai Akhlak Mahmudah dalam Novel Rantau 1 Muara

Nilai-nilai akhlak mahmudah yang dapat penulis temukan dalam

novel Rantau 1 Muara antara lain:

Page 101: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

89

a. Sabar

Kata “sabar” secara bahasa berarti menahan. Al-Qahthany

mendefinisikan sabar sebagai akhlak jiwa yang mampu menahan

pemiliknya dari perbuatan yang tidak baik dan tidak senonoh. (Al-

Qahthany 2004: 3)

Sabar merupakan kekuatan jiwa yang dengannya jiwa menjadi

baik dan tingkah laku menjadi lurus. Dan kekuatan ini menjadikan

manusia mampu menahan jiwanya untuk memikul berbagai bentuk

kelelahan, kesulitan dan penderitaan. Lebih lanjut, Allah SWT telah

menganjurkan hambanya untuk bersabar dan tak kurang dari 90 ayat di

dalam Al-Qur‟an menerangkan tentang anjuran untuk bersabar.

Sabar dalam novel ini adalah ketika Alif mendapat kesulitan

dalam hidupnya.

b. Pantang Menyerah

Sikap pantang menyerah merupakan sikap di mana manusia

dianjurkan untuk terus berjuang dalam memperjuangkan hidup sesuai

dengan kemampuannya. Allah SWT juga menganjurkan hambanya

untuk tidak menyerah mendapatkan rahmat-Nya seperti dalam firman-

Nya:

“Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf

dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.

Page 102: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

90

Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum

yang kafir”. (QS. Yusuf: 87)

Sifat pantang menyerah yang diperlihatkan oleh Alif Fikri ini

tercermin seperti saat dia mencari temannya yang hilang karna tragedi

11 September 2001 yang tak kenal lelah untuk mencari keberadaan

temannya yang hilang entah kemana. Bahkan di saat Alif Fikri lelah

dalam pencariannya, dia selalu berusaha untuk membuang rasa lelah

itu.

c. Bersyukur

Syukur menurut arti bahasa adalah pujian atas kebaikan.

Sedangkan menurut istilah, Imam Al-Qusyairi (dalam Abdul Karim,

1994: 34) memaknai syukur sebagai, “Mengungkapkan pujian kepada

Allah dengan mengakui dengan hati akan nikmat Allah, dan

menggunakan nikmat tersebut sesuai dengan kehendak Allah”.

Tokoh Alif Fikri digambarkan sebagai seseorang yang banyak

bersyukur atas nikmat Allah. Seperti saat dia mendapatkan pendamping

hidup,mendapat pekerjaan, dan mendapatkan pekerjaan.

d. Tawakal

Tawakal atau tawakkul berarti mewakilkan atau menyerahkan.

Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada

Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau

menanti akibat dari suatu keadaan.

Page 103: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

91

Berikut adalah nilai ketawakalan yang tercermin ketika Alif

telah mencoba berkali-kali untuk memasukkan lamaran pekerjaan saat

lulus kuliah S1.

e. Ikhlas

Ikhlas berasal dari kata akhlasha yang berarti, murni, bersih,

jernih, tanpa campuran. Secara umum, ikhlas adalah melakukan amal

perbuatan syariat yang ditujukan hanya kepada Allah secara murni atau

tidak mengharapkan imbalan dari orang lain.

Sejalan dengan arti kata ikhlas di atas, berikut ini adalah

gambaran tindakan ikhlas yang terdapat di dalam novel Ranah 3

Warna.

Alif Fikri mengikhlaskan hasil upaya kerja kerasnya dalam

pencarian temannya yang hilang. Dan ketika Alif mengikhlaskan

dirinya dipecat karna krisis moneter yang menimpa Indonesia.

f. Sopan Santun

Islam mengajarkan agar setiap muslim menjaga sopan santun

dan kehormatan dirinya dan keluarganya, agar bersopan santun kepada

orang lain, kepada orang yang lebih tua, dan kepada siapa saja.

Nilai sopan santun yang dipesankan oleh Amak Alif Fikri

kepada anaknya.

g. Mencari Ilmu

Rosulullah SAW pernah bersabda, “Carilah ilmu sampai ke

negeri China.” (Al-„Azizi: 231). Hadits ini secara umum mengandung

Page 104: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

92

makna bahwa umat Islam sangat dianjurkan untuk selalu haus ilmu, dan

mencari ilmu sampai ke berbagai pelosok dunia.

Demikian, makna dari nilai haus akan ilmu ini direpresentasikan

oleh Prof. Duch yang merasa dirinya selalu menjadi murid.

h. Pemaaf

Memaafkan merupakan salah satu sifat ihsan yang juga sangat

dianjurkan dalam Islam. Di dalam Al-Qur‟an, Allah SWT

menggambarkan diri-Nya sebagai Maha Pemaaf.

“Demikianlah, dan Barangsiapa membalas seimbang dengan

penganiayaan yang pernah ia derita kemudian ia dianiaya (lagi), pasti

Allah akan menolongnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha

Pema'af lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Hajj: 60)

Dan begitulah Alif Fikri dan Dinara yang saling memaafkan

ketika mereka saling bertengkar.

i. Hormat kepada Guru

Hormat (ta’dzim) merupakan suatu perbuatan atau sikap di mana

sikap ini mencerminkan perilaku sopan dan menghormati pada orang

lain terlebih pada orang yang lebih tua darinya atau pada seorang kyai,

guru dan orang yang di anggap dimulyakan olehnya. Hormat kepada

guru sangat ditekankan dalam Islam karena adanya kepercayaan bahwa

ilmu murid akan berkah (baca: bermanfat) dengan ridlo dari gurunya.

(As‟ad, 1995: 2)

Page 105: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

93

Hormat Alif kepada dosen ketika Alif menjalani kuliah S2 di

Amerika.

j. Berbakti kepada Orang Tua

Perintah berbakti kepada orang tua menempati rangking ke-2

setelah beribadah kepada Allah. Begitu pentingnya menghormati orang

tua sampai-sampai Allah berfirman:

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan

sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak.” (QS.

An-Nisa: 36)

Kejadian-kejadian yang menggambarkan bakti Alif Fikri kepada

kedua orang tuanya ketika Alif berterima kasih kepada ibunya dengan

menunduk dan mencium tangannya. Alif mendo‟akan ayahnya yang

meninggal dunia sebagai wujud hormatnya. Alif memberi kiriman uang

kepada ibunya walau tak seberapa.

k. Niat Lurus

Niat yang lurus merupakan kunci dari kesuksesan. Dalam Hadits

Arba‟in, tema niat berada di posisi nomer satu. Hal ini dikarenakan niat

menjadi dasar dikerjakannya berbagai hal seperti ibadah, usaha,

perbuatan, dan seterusnya.

Cerminan niat lurus yang membawa Alif Fikri kepada

kesuksesan. Dengan selalu mengingat mantra yang diajarkan di pondok

Madani dulu.

Page 106: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

94

l. Bekerja Keras

Bekerja keras hampir sama dengan pantang menyerah, yaitu

sikap totalitas yang disertai dengan fokus dalam mengejar tujuan.

Penulis novel Rantau 1 Muara menggambarkan semangat kerja

keras Alif Fikri dalam memperjuangkan cita-citanya.

m. Berprasangka Baik (Khusnudzon)

Khusnudzon adalah suatu akhlak terpuji yang mengandung arti

berbaik sangka dan lawannya adalah su’udzon yang artinya berburuk

sangka. Jadi setiap apa yang terjadi akan ditafsirkan secara baik oleh

seseorang apabila mempunyai sikap khusnudzon (berbaik sangka).

Rosulullah bersabda dalam Hadits Qudsi bahwa, “Allah berfirman:

„Aku tergantung pada prasangka hamba-Ku”.

Demikian, Alif mencoba untuk berprasangka baik ketika tragedi

11 September.

2. Nilai-nilai Akhlak Madzmumah dalam Novel Rantau 1 Muara

Nilai-nilai akhlak madzmumah yang dapat penulis temukan dalam

novel Rantau 1 Muara antara lain:

a. Sombong

Sombong yang dalam istilah Islam adalah takabur adalah sifat

yang tidak terpuji di mana seseorang merasa paling hebat dan

mengingkari rasa syukur kepada Allah. Allah menghukum orang-orang

yang sombung seperti dalam berfirman-Nya:

Page 107: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

95

“Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang telah Kami binasakan,

yang sudah bersenang-senang dalam kehidupannya; Maka Itulah

tempat kediaman mereka yang tiada di diami (lagi) sesudah mereka,

kecuali sebahagian kecil. dan Kami adalah Pewaris(nya).” (QS. Al-

Qashas: 58)

Gambaran rasa sombong yang menghinggapi hati Alif Fikri

ketika menjadi salah satu lulusan terbaik yang bisa menjelajahi separuh

dunia tanpan membayar sepeser pun.

b. Emosi

Akhlak yang tidak terpuji selanjutnya adalah gampang emosi.

Perilaku gampang emosi ini menunjukkan bahwa seseorang kurang bisa

menahan rasa sabarnya.

Gambaran emosi Alif Fikri saat bertengkar pada istrinya di

Apartemenya.

c. Iri

Sifat iri merupakan salah satu penyakit hati yang perlu dihindari.

Sifat ini timbul manakala seseorang merasa tidak senang melihat orang

lain mendapat nikmat dan rizki. Islam melarang umatnya untuk

bersikap iri karena hal tersebut akan menimbulkan terjadinya

permusuhan. Rasa iri juga menjadi tanda mengingkari nikmat Tuhan.

Lebih lanjut, ternyata Alif Fikri juga sempat memendam rasa iri

atas kebahagiaan teman-temannya.

Page 108: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

96

d. Mengeluh terhadap Cobaan Tuhan (Al-Jaz’u)

Mengeluh merupakan sifat dasar manusia. Akan tetapi terus-

menerus mengeluh terhadap cobaan Allah merupakan tanda

ketidaksabaran dan hilangnya keikhlasan. Allah berfirman:

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.

Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah.” (QS. Al-Ma‟arij: 19-

20)

Gambaran mengeluh terhadap cobaan Tuhan ketika keluhan Alif

Fikri atas ujian yang ditimpakan kepadanya yaitu pada saat usahanya

mencari kerja terasa sulit.

e. Kufur Nikmat

Kufur nikmat berarti mengingkari kenikmatan yang telah

dianugerahkan oleh Allah SWT. Gambaran kufur nikmat ini dijelaskan

dalam Al-Qur‟an surat Al-A‟raf ayat 10:

“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi

dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat

sedikitlah kamu bersyukur.” (QS. Al-A‟raf: 10)

Gambaran penyesalan dari kufur nikmat tercermin ketika rasa

malas menghinggapi badan Alif.

Page 109: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

97

f. Berprasangka Buruk (Su’udzon)

Berperasangka buruk adalah kebalikan dari sifat berperasangka

baik. Sifat ini kalau terus menerus mengendap akan mengakibatkan

seseorang kehilangan kepercayaan terhadap orang lain di sekelilingnya.

Bahanya, sifat su‟udzon yang akut akan menggiring pada fitnah yang

sangat dibenci dalam Islam.

Gambaran berprasangka buruk tercermin ketika Alif Fikri

melihat berita TV kepada temennya yang terkena tragedi 11 September.

Page 110: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

98

Page 111: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

99

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menganalisis novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi,

maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Novel Rantau 1 Muara sarat dengan nilai-nilai pendidikan Islam. Nilai-

nilai pendidikan Islam yang dapat ditemukan di dalam novel Rantau 1

Muara terbagi dalam 3 kelompok besar, yaitu: nilai pendidikan aqidah

antara lain: iman kepada Qada dan Qadar, meyakini sifat-sifat Allah, iman

kepada kematian, iman kepada alam ghaib, dan berpegang teguh pada tali

Allah. Nilai pendidikan ibadah terbagi 2, yaitu: ibadah vertikal dan ibadah

horizontal. Yang termasuk ke dalam nilai ibadah vertikal antara lain:

berdoa, salat, menuntut ilmu, dan berzikir. Sedangkan yang termasuk ke

dalam ibadah horizontal antara lain: mengamalkan ilmu dan menafkahi

keluarga. Dan nilai pendidikan akhlak juga terbagi ke dalam 2 kelompok,

yaitu: nilai akhlak mahmudah (baik) dan nilai ibadah madzmumah (buruk).

Yang termasuk nilai akhlak mahmudah antara lain: sabar, pantang

menyerah, bersyukur, tawakal, ikhlas, sopan santun, mencari ilmu sampai

ke ujung dunia, pemaaf, hormat kepada guru, berbakti kepada orang tua,

niat lurus, bekerja keras, dan berprasangka baik. Sedangkan yang termasuk

ke dalam nilai akhlak madzmumah antara lain: sombong, emosi,

berbohong, iri, mengeluh terhadap cobaan Tuhan, pendendam, dan

berprasangka buruk.

Page 112: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

100

2. Karakater utama dalam novel Rantau 1 Muara, Alif Fikri, sangat

memegang teguh nilai-nilai pendidikan Islam. Hal ini dikarenakan Alif

Fikri merupakan lulusan Pondok Madani. Dari Pondok Madani inilah Alif

Fikri menerima tempaan yang keras untuk selalu berpegang teguh dengan

nilai-nilai pendidikan Islam dalam mengarungi ujian dan cobaan. Salah

satu nilai pendidikan Islam yang ia pegang teguh sampai mengantarkannya

merengguk madu kesuksesan yang luar biasa adalah mantra “man saara

ala darbi washala ” (siapa yang berjalan di jalannya akan sampai

ditujuan).

B. Saran

Berkaca pada hasil analisis novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi

yang fenomenal ini, maka penulis berkenan untuk memberikan sedikit saran

untuk pembaca antara lain:

1. Nilai-nilai pendidikan Islam sangat penting untuk diajarkan kepada

generasi muda guna memberikan mereka bekal benteng agama dalam

mengarungi mimpi, cita-cita, serta ujian hidup yang mendera.

2. Agar para pembaca berani untuk bermimpi dan bercita-cita yang tinggi,

tentunya dengan disertai dengan usaha yang keras dan kesabaran yang

seluas samudra.

3. Bahwa membaca karya-karya sastra seperti novel yang berkualitas ini

perlu untuk dikembangkan guna mengambil manfaat pesan-pesan dan

hikmah kehidupan.

Page 113: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi. 1992. Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Aditya

Media

Al-Attas, Syed Muhammad al-Naquib. 1984. Konsep Pendidikan dalam Islam.

Bandung: Mizan

Al-'Azizi, Syekh Ali. 1980. As-Sirajul Munir. Beirut: Dar An-Nufasa‟

Al-Asyqari, Dr. Umar Sulaiman. 2006. Ahkamuz Zawaj. Beirut: Dar An-Nufasa‟

Al-Qahthany, Sa‟id bin Ali bin Wahf. 2004. Indahnya Kesabaran. Solo: At-

Tibyan

Al-Qusyairy, Abdul Karim ibnu Hawazin. 1994. Risalah Sufi Al-Qusyairi.

Terjemahan. NJ: Crown Publisher

Al-Syaibany. 1979. Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang

Amir Faisal, Yusuf. 1995. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insani

Press

An-Nahlawi, Abdurrahman. 1995. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan

Masyarakat. Jakarta: Gema Insani Press

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta. Cet. Ke-4

As‟ad, Aliy. 1995. Terjemah Ta’limul Muta’allim. Kudus: Menara Kudus

Daradjat, Zakiah. 1995. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah.

Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Fuadi, Ahmad. 2011. Rantau 1 Muara. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Gibb, H. A. R. et al. 1986. Aḥmad B. Ḥanbal: Encyclopaedia of Islam. Leiden: Brill

Academic Publishers

Hafizh, M. Nur Abdul. 1997. Manhaj Tarbiyah Al Nabawiyyah Li Al-Thifl.

Terjemahan. Bandung: Al Bayan Cet. I

Halim, M. Nippan Abdul. 2001. Anak Shaleh Dambaan Keluarga. Yogyakarta:

Mitra Pustaka

H. Titus, M.S, et al. 1984. Persoalan-persoalan Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang

Page 114: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

Jumali, dkk. 2004. Landasan Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah University

Press

Kosasih Djahiri, A. 1996. Menelusuri Dunia Efektif – Nilai Moral dan

Pendidikan Nilai Moral Norma. Bandung: Lab. PPKN FPIPS IKIP

Bandung

Makluf, Luis. 1986. Al-Mujid fi al-Lughat wa al-A’lam. Beirut: Dar al-Masyriq

Marimba, Ahmad D. 1981. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-

Ma‟arif

MC. Donald, Frederick J. 1959. 1959. Educational Psychology. Tokyo: Overseas

Publication LTD

Miles, M.B. dan Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber

Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UI Press

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Mujiono, Imam et.Al. 2002. Ibadah dan Akhlak dalam Islam. Yogyakarta: UII

Press Indonesia. Cet II

Mulayana, Deddy. 2004. Ilmu Komunikasi; Suatu Pengantar. Bandung:

Rosdakarya

Nata, Abuddin. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung: Angkasa

Nurgiantoro, Burhan. 1988. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press

Poerbakawatja, Soegarda, et. al. 1981. Ensiklopedi Pendidikan. Jakarta: Gunung

Agung

Poerwadarminta, W.J.S. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka

Qardawi, Yusuf. 2000. Merasakan Kehadiran Tuhan. Yogyakarta: Mitra Pustaka

Ramayulis. 2011. Sejarah Pendidikan Islam: Napaktilas Perubahan Konsep,

Filsafat, dan Metodologi Pendidikan Islam dari Era Nabi SAW sampai

Ulama Nusantara. Jakarta: Kalam Mulia

Shihab, M. Quraish. 1996. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan

Page 115: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

Syuhud, Fatih. 2012. Dermawan dalam Islam. PP Al-Khoirot Malang.

http://www.fatihsyuhud.net/2012/08/dermawan-dalam-islam/ diakses pada

10 Februari 2013

Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Umari, Barmawi. 1995. Materi Akhlak. Solo: Ramadhani

Zuhairini, et. al. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara

Page 116: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

LAMPIRAN

Page 117: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,

CURRICULUM VITAE

Muhammad Fadholi lahir 03 Juni 1992 di Dusun Karangguli, Desa Padaan,

Kecamatan Pabelan, Kab. Semarang. Pendidikan formal RA Rodhotul Alfa

Karangguli Padaan (1996-1998) MI Falahul Mu‟minin 01 (1998-2004) Mts.

Tarqiyatul Himmah (2004-2007) MAN Salatiga 01 (2004-2007). Pendidikan

terakhir adalah IAIN Salatiga dengan program studi Pendidikan Agama Islam

(PAI) pada fakultas Tarbiyah. Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mapala

Mitapasa.

PRESTASI

Juara Jenis Prestasi Tempat Tingkat

a. 3 ( pertama )

PL2M Tahun

2011

Olahraga

Orientasi Medan

IAIN Cirebon Nasional

( se-Indonesia)

KEGIATAN DILUAR STUDI

Organisasi Kota Bidang

Pekerjaan Jabatan

Lama

Kerja/

Aktifitas

Status

Pegawai

(Kontrak

/ Tetap) Tgl

masuk

Tgl

berhenti

a. Mapala

MITAPASA

IAIN

Salatiga

Divisi

Logistik

dan

Sekretaris

Anggota

b.

FPTI

(Federasi

Panjat

Tebing

Indonesia)

Kota

Salatiga

Salatiga Humas

2013 Anggota

Page 118: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL RANTAU ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/224/1/Muhammad...Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh,