modul pendidikan matematika sd

84
i MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD Dosen Pengampu NI LUH GEDE KARANG WIDIASTUTI, S.Pd.,M.Pd NIDN. 08-1809-8602 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS DWIJENDRA DENPASAR 2017

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

30 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

i

MODUL

PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

Dosen Pengampu

NI LUH GEDE KARANG WIDIASTUTI, S.Pd.,M.Pd NIDN. 08-1809-8602

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS DWIJENDRA

DENPASAR

2017

Page 2: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

ii

KATA PENGANTAR

Puja dan Puji Syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

karena atas Asung Kertha Wara Nugraha-Nya penulis dapat menyelesaikan Modul

mata kuliah Pendidikan Matematika SD. Undang-Undang menyatakan bahwa

pendidik adalah tenaga professional yang mampu membangun pembelajaran yang

menyenakngkan dan sesuai dengan karaketer peserta didik, melakukan bimbingan

dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Dengan demikian, salah satu kompetensi yang mesti dimiliki seorang pendidik adalah

mampu merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang inovatif.

Modul Pendidikan Matematika SD ini disusun sebagai bahan ajar bagi

mahasiswa di lembaga pendidikan tenaga kependidikan. Penguasaan terhadap materi

modul ini diharapkan memberi mereka kemampuan untuk melaksanakan

pembelajaran yang ideal. Penulis menyadari bahwa di dalam modul ini mungkin saja

masih terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan. Untuk itu masukan dari pembaca

demi perbaikan modul ini di masa yang akan datang sangat diharapkan. Kepada

semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan modul ini penulis ucapkan

terima kasih. Kiranya karya ini dapat memberi manfaat kepada pembaca, dan

menorehkan secercah manfaat bagi peningkatan kualitas mahasiswa sebagai calon

pendidik yang profesional.

Denpasar, 12 Juni 2017

Penulis

Page 3: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI

BAB I. HAKIKAT IPA.....................................................................................

1. Pengertian Pembelajaran Matematika di SD...........................................

2. Karakteristik Pembelajaran Matematika di SD.........................................

3. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD...................................................

BAB II. TEORI BELAJAR PIAGET DAN BRUNER SERTA

PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

SD................................................................................................................

1. Teori Belajar Piaget dan Penerapannya Dalam Pembelajaran

Matematika SD…....................................................................................

2. Teori Belajar Bruner dan Penerapannya Dalam Pembelajaran

Matematika SD….....................................................................................

BAB III. TEORI BELAJAR GAGNE DAN AUSUBEL SERTA

PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

SD.........................................................................................................

1. Teori Belajar Gagne dan Penerapannya Dalam Pembelajaran

Matematika SD........................................................................................

2. Teori Belajar Ausubel dan Penerapannya Dalam Pembelajaran

Matematika Sd..........................................................................................

BAB IV. PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI

SD…………........................................................................................

1. Pengertian dan Prinsip Pemilihan Pendekatan Pembelajaran

Matematika………...................................................................................

2. Jenis-jenis Pendekatan Pembelajaran dan Penerapannya Dalam

Pembelajaran Matematika di SD….........................................................

BAB V. METODE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD.....

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Matematika………………………………………………………………

2. Jenis-jenis Metode Pembelajaranmatematika di SD dan Penerapannya..

BAB VI. MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATKA DI SD……………....

1. Pengertian Media Pembelajaran Matematika..........................................

iii

1

1

5

7

10

10

15

21

21

27

31

31

33

42

42

44

58

58

Page 4: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

iv

2. Prinsip Pemilihan dan Pengguanan Media Pembelajaran.........................

3. Fungsi Media Pembelajaran……………………………………………..

4. Jenis-jenis Media Pembelajaran Matematika di SD................................

BAB VII. RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

MATEMATIKA SD..........................................................................

1. Pengertian rencana pelaksanaan pembelajaran…………………………

2. Komponen rencana pelaksanaan pembelajaran…………………………

3. Prinsip penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran………………..

4. Merancang rencana pelaksanaan pembelajaran…………………………

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

59

61

61

65

65

66

67

79

Page 5: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

1

1

BAB I

A. TUJUAN

Setelah mempelajari modul ini, anda diharapkan dapat menjelaskan pengertian,

karakteristik, dan tujuan pembelajaran matematika di SD.

B. POKOK-POKOK MATERI

1. Pengertian pembelajaran matematika di SD

2. Karakteristik Pembelajaran Matematika di SD

3. Tujuan pembelajaran matematika di SD

C. URAIAN MATERI

C.1 Pengertian Pembelajaran Matematika di SD

Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya

diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu

mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge,

science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir

sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan

asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat

dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio

(penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi

matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan

idea, proses, dan penalaran (Russeffendi ET, 1980 :148).

Bourne juga memahami matematika sebagai konstruktivisme sosial dengan

penekanannya pada knowing how, yaitu pelajar dipandang sebagai makhluk yang

aktif dalam mengontruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan

lingkungannya. Hal ini berbeda dengan pengertian knowing that yang dianut oleh

kaum absolutis, dimana pelajar dipandang sebagai makhluk yang pasif dan seenaknya

dapat diisi infornasi dari tindakan hingga tujuan.

Sujono mengemukakan beberapa pengertian matematika. Diantaranya,

matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi

secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang

penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia

mengartikan matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide

dan kesimpulan.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan

daya pikir manusia (Depdiknas, 2006:147). Sedangkan pembelajaran diartikan

HAKIKAT MATEMATIKA

Page 6: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

2

2

sebagai suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan

profesional yang dimiliki guru untuk menjadikan seseorang bisa mencapai tujuan

kurikulum (Kosasih, 2014:11). Suatu pembelajaran berlangsung secara efektif apabila

tujuannya tercapai sesuai dengan yang telah direncanakan.

Matematika merupakan alat untuk memberikan cara berpikir, menyusun

pemikiran yang jelas, tepat, dan teliti. Hudojo (2005) menyatakan, matematika

sebagai suatu obyek abstrak, tentu saja sangat sulit dapat dicerna anak-anak Sekolah

Dasar (SD) yang mereka oleh Piaget, diklasifikasikan masih dalam tahap operasi

konkret. Siswa SD belum mampu untuk berpikir formal maka dalam pembelajaran

matematika sangat diharapkan bagi para pendidik mengaitkan proses belajar

mengajar di SD dengan benda konkret.

Pembelajaran matematika merupakan suatu upaya untuk memfasilitasi,

mendorong, dan mendukung siswa dalam belajar Matematika. Pembelajaran

matematika di tingkat sekolah dasar merupakan salah satu kajian yang selalu menarik

karena adanya perbedaan karakteristik khususnya antara hakikat peserta didik dan

hakikat matematika. Untuk itu diperlukan adanya jembatan yang menetralisir

perbedaan tersebut. Anak usia tingkat sekolah dasar sedang mengalami

perkembangan pada tingkat berpikirnya.

Heruman (2008) menyatakan dalam pembelajaran matematika SD,

diharapkan terjadi reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah

menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas.

Selanjut Heruman menambahkan bahwa dalam pembelajaran matematika harus

terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep

yang akan diajarkan. Sehingga diharapkan pembelajaran yang terjadi merupakan

pembelajaran menjadi lebih bermakna (meaningful), siswa tidak hanya belajar untuk

mengetahui sesuatu (learning to know about), tetapi juga belajar melakukan (learning

to do), belajar menjiwai (learning to be), dan belajar bagaimana seharusnya belajar

(learning to learn), serta bagaimana bersosialisasi dengan sesama teman (learning to

live together).

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika di sekolah dasar merupakan salah satu kajian yang penting untuk

diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa

dengan kemampuan menghitung dan mengolah data. Kompetensi tersebut diperlukan

agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan

informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan

kompetitif. Pembelajaran matematika juga dapat digunakan untuk sarana dalam

pemecahan masalah dan mengomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan

simbol, tabel, diagram, dan media lain.

Siswa Sekolah Dasar (SD) berada pada umur yang berkisar antara usia 7

hingga 12 tahun, pada tahap ini siswa masih berpikir pada fase operasional konkret.

Page 7: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

3

3

Kemampuan yang tampak dalam fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir

untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek

yang bersifat konkret (Heruman, 2008). Siswa SD masih terikat dengan objek yang

ditangkap dengan pancaindra, sehingga sangat diharapkan dalam pembelajaran

matematika yang bersifat abstrak, peserta didik lebih banyak menggunakan media

sebagai alat bantu, dan penggunaan alat peraga. Karena dengan penggunaan alat

peraga dapat memperjelas apa yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa lebih

cepat memahaminya. Pembelajaran matematika di SD tidak terlepas dari dua hal

yaitu hakikat matematika itu sendiri dan hakikat dari anak didik di SD. Suwangsih

dan Tiurlina (2006) menyatakan ciri-ciri pembelajaran matematika SD yaitu:

1) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral

Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika merupakan pendekatan

di mana pembelajaran konsep atau suatu topik matematika selalu mengaitkan atau

menghubungkan dengan topik sebelumnya, topik sebelumnya merupakan prasyarat

untuk topik baru, topik baru merupakan pendalaman dan perluasan dari topik

sebelumnya. Konsep yang diberikan dimulai dengan benda-benda konkret kemudian

konsep itu diajarkan kembali dengan bentuk pemahaman yang lebih abstrak dengan

menggunakan notasi yang lebih umum digunakan dalam matematika.

2) Pembelajaran matematika bertahap

Materi pelajaran matematika diajarkan secara bertahap yaitu dimulai dari

konsep-konsep yang sederhana, menuju konsep yang lebih sulit, selain pembelajaran

matematika dimuali dari yang konkret, ke semi konkret, dan akhirnya kepada konsep

abstrak.

3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif

Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun karena sesuai tahap

perkembangan siswa maka pada pembelajaran matematika di SD digunakan

pendekatan induktif.

4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi

Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya

pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang lainnya. Suatu

pernyataan dianggap benar jika didasarkan kepada pernyataan-pernyataan

sebelumnya yang telah diterima kebenarannya. Meskipun di SD pembelajaran

matematika dilakukan dengan cara induktif tetapi pada jenjang selanjutnya

generalisasi suatu konsep harus secara deduktif.

5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna

Pembelajaran matematika secara bermakna merupakan cara mengajarkan

materi pelajaran yang mengutamakan pengertian dari pada hafalan. Dalam belajar

bermakna aturan-aturan, dalil-dalil tidak diberikan dalam bentuk jadi, tetapi

sebaliknya aturan-aturan, dalil-dalil ditemukan oleh siswa melalui contoh-contoh

secara induktif di SD, kemudian dibuktikan secara deduktif pada jenjang selanjutnya.

Page 8: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

4

4

Tentunya dalam mengajarkan matematika di Sekolah Dasar tidak semudah dengan

apa yang kita bayangkan, selain siswa yang pola pikirnya masih pada fase operasional

konkret, juga kemampuan siswa juga sangat beragam. Hudojo (2005) menyatakan

ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengajarkan matematika di tingkat

sekolah dasar yaitu sebagai berikut:

1) Siswa

Mengajar matematika untuk sebagian besar kelompok siswa berkemampuan

sedang akan berbeda dengan mengajarkan matematika kepada sekelompok kecil

anak-anak cerdas, sekelompok besar siswa tersebut perlu diperkenalkan matematika

sebagai suatu aktivitas manusia, dekat dengan penggunaan sehari-hari yang diatur

secara kreatif (oleh guru) agar kegiatan tersebut disesuaikan dengan topik

matematika. Untuk siswa yang cerdas, mereka akan mudah mengasimilasi dan

mengakomodasi teori matematika dan masalah-masalah yang tertera dalam buku teks.

2) Guru

Ada dua orientasi guru dalam mengajar matematika di SD sebagai berikut:

a) Keinginan guru mengarah ke kelas sebagai keseluruhan dan sedikit perhatian

individu siswa baik reaksinya maupun kepribadian. Biasanya mereka

membatasi dirinya ke materi matematika yang distrukturkan ke logika

matematika. Mengajar matematika berarti mentranslasikan sedekat-dekatnya ke

teori matematika yang sama sekali mengabaikan kesulitan yang dihadapi siswa.

b) Guru tidak terikat ketat dengan pola buku teks dalam mengajar matematika. Ia

mengajar matematika dengan melihat lingkungan sekitar bersama-sama dengan

siswa untuk mengeksplor lingkungan tersebut. Kegiatan matematika diatur

sedekat-dekatnya dengan lingkungan siswa sehingga siswa terbiasa terhadap

konsep-konsep matematika.

3) Alat Bantu

Mengajar matematika di lingkungan SD, harus didahului dengan benda-

benda konkret. Secara bertahap dengan bekerja dan mengobservasi, siswa dengan

sadar menginterpretasikan pola matematika yang terdapat dalam benda konkret

tersebut. Model konsep seyogianya dibentuk oleh siswa sendiri. Siswa menjadi

“penemu” kecil. Siswa akan merasa senang bila mereka “menemukan”.

4) Proses Belajar

Guru seyogianya menyusun materi matematika sedemikian hingga siswa

dapat menjadi lebih aktif sesuai dengan tahap perkembangan mental, agar siswa

mempunyai kesempatan maksimum untuk belajar.

5) Matematika Yang Disajikan

Matematika yang disajikan seyogianya dalam bentuk bervariasi. Cara

menyajikannya seyogianya dilandasi latar belakang yang realistik dari siswa. Dengan

demikian aktivitas matematika menjadi sesuai dengan lingkungan para siswa.

6) Pengorganisasian Kelas

Page 9: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

5

5

Matematika seyogianya disajikan secara terorganisasikan, baik antara

aktivitas belajarnya maupun didaktiknya. Bentuk pengorganisasian yang dimaksud

antara lain adalah laboratorium matematika, kelompok siswa yang heterogen

kemampuannya, instruksi langsung, diskusi kelas dan pengajaran individu. Semua itu

dapat dipilih bergantung kepada situasi siswa yang pada dasarnya agar siswa belajar

matematika.

Dengan memperhatikan keenam hal di atas, sangat diharapkan pembelajaran

matematika menyenangkan bagi siswa dan pembelajaran matematika menjadi efektif

sehingga siswa tidak hanya mampu menghafal konsep-konsep matematika, tetapi

juga harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, jadi sangat diharapkan

dalam proses pembelajaran yang dipraktekkan guru juga melibatkan dan

mengaktifkan siswa dalam proses menemukan konsep-konsep matematika. Sehingga

pembelajaran matematika di sekolah dasar mampu mengembangkan kompetensi-

kompetensi matematika seperti yang terdapat dalam kurikulum matematika.

C.2 Karakteristik Pembelajaran Matematika di SD

Mata pelajaran matematika diberikan pada tingkat SD selain untuk

mendapatkan ilmu matematika itu sendiri, juga untuk mengembangkan daya berpikir

siswa yang logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif dan mengembangkan pola

kebiasaan bekerjasama dalam memecahkan masalah. Kompetensi tersebut diperlukan

siswa dalam mengembangkan kemampuan mencari, memperoleh, mengelola dan

pemanfaatan informasi berdasarkan konsep berpikir logis ilmiah dalam rangka

bertahan dalam kehidupan yang serba tidak pasti.

Pembelajaran matematika yang diajarkan di SD merupakan matematika

sekolah yang terdiri dari bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuh

kembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi anak serta

berpedoman kepada perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Hal ini

menunjukkan bahwa matematika SD memiliki ciri-ciri yang dimiliki matematika,

yaitu: (1) memiliki objek kajian yang abstrak (2) memiliki pola pikir deduktif.

Pelajaran Matematika sebagai objek abstrak tentu saja sangat sulit untuk dapat

dipahami oleh peserta didik SD yang belum mampu berpikir formal, sebab

orientasinya masih terkait dengan benda-benda konkret. Ini tidak berarti bahwa

matematika tidak mungkin tidak diajarkan di jenjang pendidikan dasar, bahkan pada

hakekatnya matematika lebih baik diajarkan pada usia dini. Mengingat pentingnya

matematika untuk siswa di SD, perlu dicari suatu cara mengelola proses pembelajaran

di SD sehingga matematika dapat dicerna oleh mereka.

Disamping itu, matematika juga harus bermanfaat dan relevan dengan

kehidupannya, karena itu pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar harus

ditekankan pada penguasaan keterampilan dasar dari matematika itu sendiri.

Keterampilan yang menonjol adalah keterampilan terhadap penguasaan operasi-

Page 10: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

6

6

operasi hitung dasar (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian). Untuk

itu dalam pembelajaran matematika terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan,

yaitu: (1) matematika sebagai alat untuk menyelesaikan masalah, dan (2) matematika

merupakan sekumpulan keterampilan yang harus dipelajari. Karena itu dua aspek

matematika yang dikemukakan di atas, perlu mendapat perhatian yang proporsional.9

Konsep yang sudah diterima dengan baik dalam benak siswa akan memudahkan

pemahaman konsep-konsep berikutnya. Untuk itu dalam penyajian topik-topik baru

hendaknya dimulai pada tahapan yang paling sederhana ketahapan yang lebih

kompleks, dari yang konkret menuju ke yang abstrak, dari lingkungan dekat anak ke

lingkungan yang lebih luas.

Pembelajaran matematika SD mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral

Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika merupakan pendekatan yang

selalu menghubungkan suatu topik sebelumnya yang menjadi prasyarat untuk

mempelajari topik matematika berikutnya. Topik baru yang dipelajari merupakan

pendalaman dan perluasan dari topik sebelumnya. Pemberian konsep dimulai

dengan benda-benda konkrit kemudian konsep itu diajarkan kembali dengan

bentuk pemahaman yang lebih abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih

umum digunakan dalam matematika.

2) Pembelajaran matematika bertahap

Materi pelajaran matematika diajarkan secara bertahap yaitu dimulai dari konsep

yang sederhana, sampai kepada konsep yang lebih sulit. Selain itu pembelajaran

matematika dimulai dari yang konkret, dilanjutkan ke semi konkret dan akhirnya

menuju konsep abstrak.

3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif

Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun karena sesuai tahap perkembangan

mental siswa maka pada pembelajaran matematika di SD digunakan pendekatan

induktif.

Contoh: Pada materi bangun datar dan bangun ruang. Pengenalannya tidak

dimulai dari definisi, tetapi dimulai dengan memperhatikan contohcontoh dari

bangun tersebut dan mengenal namanya. Menentukan sifat-sifat yang terdapat

pada bangun tersebut sehingga didapat pemahaman konsepnya.

4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi

Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya tidak ada

pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang lainnya. Suatu

pernyataan dianggap benar jika didasarkan kepada pernyataan-pernyataan

sebelumnya yang telah diterima kebenarannya.

5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna

Pembelajaran secara bermakna merupakan cara mengajarkan materi pelajaran

yang mengutamakan pengertian daripada hafalan. Dalam pembelajaran bermakna

Page 11: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

7

7

siswa mempelajari matematika mulai dari proses terbentuknya suatu konsep

kemudian berlatih menerapkan dan memanipulasi konsep konsep tersebut pada

situasi baru. Dengan pembelajaran seperti ini, siswa terhindar dari verbalisme.

Karena dalam setiap hal yang dilakukannya dalam kegiatan pembelajaran ia

memahaminya mengapa dilakukan dan bagaimana melakukannya. Oleh karena itu

akan tumbuh kesadaran tentang pentingnya belajar.

C.3 Tujuan Pembelajaran Matematika di SD

Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar secara umum adalah

agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Selain itu pembelajaran

matematika dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan matematika.

Menurut Depdiknas (2001:9), kompetensi atau kemampuan umum pembelajaran

matematika di sekolah dasar sebagai berikut:

1) Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian

beserta operasi hitung campurannya, termasuk yang melibatkan pecahan.

2) Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang

sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas, dan volume.

3) Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat.

4) Menggunakan pengukuran: Satuan, kesetaraan antar satuan, dan penaksiran

pengukuran.

5) Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: Ukuran tertinggi,

terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan dan menyajikannya.

6) Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengomunikasikan gagasan

secara matematika.

Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar secara khusus menurut

Depdiknas, sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan

mengaplikasikan konsep atau algoritme.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan

dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi

yang diperoleh.

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-

hari.

Selain tujuan umum yang menekankan pada penataan nalar dan

pembentukan sikap siswa serta memberikan tekanan pada ketrampilan dalam

Page 12: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

8

8

penerapan matematika juga memuat tujuan khusus matematika SD yaitu: (1)

menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan berhitung sebagai latihan dalam

kehidupan sehari-hari, (2) menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat

dialihgunakan melalui kegiatan matematika, (3) mengembangkan kemampuan dasar

matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut, (4) membentuk sikap logis, kritis,

cermat, kreatif dan disiplin.

Cara mencapai tujuan pembelajaran matematika tersebut, seorang guru

hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan

siswa aktif membentuk, menemukan, dan mengembangkan pengetahuannya.

Kemudian siswa dapat membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu

proses belajar dan mengkonstruksinya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat

diproses dan dikembangkan lebih lanjut. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Jean

Piaget, bahwa pengetahuan atau pemahaman siswa itu ditemukan, dibentuk dan

dikembangkan oleh siswa itu sendiri.

D. RINGKASAN MATERI

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan

daya pikir manusia (Depdiknas, 2006:147). Sedangkan pembelajaran diartikan

sebagai suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan

profesional yang dimiliki guru untuk menjadikan seseorang bisa mencapai tujuan

kurikulum (Kosasih, 2014:11). Suatu pembelajaran berlangsung secara efektif apabila

tujuannya tercapai sesuai dengan yang telah direncanakan. Matematika merupakan

alat untuk memberikan cara berpikir, menyusun pemikiran yang jelas, tepat, dan teliti.

Hudojo (2005) menyatakan, matematika sebagai suatu obyek abstrak, tentu saja

sangat sulit dapat dicerna anak-anak Sekolah Dasar (SD) yang mereka oleh Piaget,

diklasifikasikan masih dalam tahap operasi konkret. Siswa SD belum mampu untuk

berpikir formal maka dalam pembelajaran matematika sangat diharapkan bagi para

pendidik mengaitkan proses belajar mengajar di SD dengan benda konkret.

Pembelajaran matematika merupakan suatu upaya untuk memfasilitasi, mendorong,

dan mendukung siswa dalam belajar Matematika. Pembelajaran matematika di

tingkat sekolah dasar merupakan salah satu kajian yang selalu menarik karena adanya

perbedaan karakteristik khususnya antara hakikat peserta didik dan hakikat

matematika. Untuk itu diperlukan adanya jembatan yang menetralisir perbedaan

tersebut. Anak usia tingkat sekolah dasar sedang mengalami perkembangan pada

tingkat berpikirnya.

Pembelajaran matematika SD mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1)

Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral, 2) Pembelajaran matematika

bertahap, 3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif, 4)

Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi, dan 5) Pembelajaran

Page 13: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

9

9

matematika hendaknya bermakna. Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar

secara khusus menurut Depdiknas, sebagai berikut: 1) Memahami konsep

matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau

algoritme, 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan

pernyataan matematika., 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan

memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan

menafsirkan solusi yang diperoleh, 4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol,

tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah, dan 5)

Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

E. Tugas dan latihan

1. Jelaskan apa yang Anda pahami mengenai pembelajaran matematika!

2. Menurut pendapat Anda apakah matematika penting untuk diajarkan di

sekolah dasar? Berikan alasan!

F. Rambu-rambu jawaban

1. Pembelajaran Matematika merupakan suatu upaya untuk memfasilitasi,

mendorong, dan mendukung siswa dalam belajar Matematika. Pembelajaran

matematika di tingkat sekolah dasar merupakan salah satu kajian yang selalu

menarik karena adanya perbedaan karakteristik khususnya antara hakikat

peserta didik dan hakikat matematika. Untuk itu diperlukan adanya jembatan

yang menetralisir perbedaan tersebut. Anak usia tingkat sekolah dasar sedang

mengalami perkembangan pada tingkat berpikirnya.

2. Jawaban Anda benar jika anda dapat menjelaskan lima tujuan pembelajaran

matematika di SD.

Page 14: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

10

10

BAB II

A. TUJUAN

Setelah mempelajari modul ini, anda diharapkan mampu menjelaskan teori belajar

Piaget dan Bruner serta menerapkanya dalam pembelajaran matematika SD.

B POKOK-POKOK MATERI

1. Teori Belajar Piaget dan penerapannya dalam pembelajaran matematika SD

2. Teori Belajar Bruner dan penerapannya dalam pembelajaran matematika SD

C. URAIAN MATERI

C.1 Teori Belajar Piaget dan Penerapannya dalam Pembelajaran Matematika

SD

C.1.1 Teori Belajar Piaget

Jean Piaget adalah seorang pakar psikologi perkembangan yang paling

berpengaruh dalam sejarah psikologi. Lahir di Swiss tahun 1896-1980. Setelah

memperoleh gelar doktornya dalam biologi, dia menjadi lebih tertarik pada psikologi,

dengan mendasarkan teori-teorinya yang paling awal pada pengamatan yang seksama

terhadap ketiga anaknya sendiri. Piaget menganggap dirinya menerapkan prinsip dan

metode biologi pada studi perkembangan manusia, dan banyak istilah yang dia

perkenalkan pada psikologi diambil langsung dari biologi.

Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelasakan

bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan dengan objek dan kejadian-

kejadian sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-

objek seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek sosial seperti diri,

orang tua, dan teman. Bagaimana cara anak mengelompokkan objek-objek untuk

mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami

penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek dan perisiwa-peristiwa dan untuk

membentuk perkiraan tentang objek-objek dan peristiwa tersebut.

Teori perkembangan Piaget ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang

berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif

sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat

bahwa kita membangun kemampuan kognitif sebagai proses yang di mana anak

secara aktif membangun sistem pengertian dan pemahaman tentang realitas melalui

pengalaman dan interaksi mereka.

TEORI BELAJAR PIAGET DAN BRUNER SERTA

PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN

MATEMATIKA SD

Page 15: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

11

11

Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi

perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang

bagi Piaget berarti kemampuan untuk lebih tepat merepresentasikan dunia dan

melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan.

Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata yaitu pola mental yang

menuntun perilaku, skemaTeorinya memberikan banyak konsep utama dalam

lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep

kecerdasan, yang bagi Piaget berarti kemampuan untuk lebih tepat merepresentasikan

dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada

kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata yaitu pola

mental yang menuntun perilaku, skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi

lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan saat seseorang memperoleh

cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Skema Piaget percaya

bahwa semua anak dilahirkan dengan kecendrungan bawaaan untuk berinteraksi

dengan lingkungan untuk memahaminya.

Pertumbuhan atau perkembangan kognitif terjadi melalui tiga proses yang

saling berhubungan, yaitu: organisasi, adaptif, dan ekuilibrasi.

a) Organisasi

Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk mengintegrasikan

pengetahuan kedalam sistem-sistem. Dengan kata lain, organisasi adalah sistem

pengetahuan atau cara berfikir yang disertai dengan pencitraan realitas yang semakin

akurat. Contoh: anak laki-laki yang baru berumur 4 bulan mampu untuk menatap dan

menggenggam objek. Setelah itu dia berusaha mengkombunasikan dua kegiatan ini

(menatap dan menggenggam) dengan menggenggam objek-objek yang dilihat. Dalam

sistem kognitif, organisasi memiliki kecenderungan untuk membuat struktur kognitif

menjadi semakin kompleks. Contoh: gerakan reflek menyedot pada bayi yaitu

gerakan otot pada pipi dan bibir yang menimbulkan gerakan menarik.

b) Adaptif/adaptasi

Merupakan cara anak untuk meyesuaikan skema sebagai tanggapan atas

lingkungan. Adaptasi ini dilakukan dengan dua langkah, yaitu asimilasi dan

akomodasi.

1) Asimilasi

Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada memahami

pengalaman baru berdasarkan skema yang sudah ada. Seorang individu

dikatakan melakukan proses adaptasi melalui asimilasi, jika individu tersebut

menggabungkan informasi baru yang dia terima kedalam pengetahuan mereka

yang telah ada. Contoh asimilasi kognitif: ketika anda memberi kepada bayi

sebuah objek kecil yang tidak pernah dia lihat sebelumnya tetapi menyerupai

objek yang sudah tidak asing lagi, dia mungkin akan memegangnya,

Page 16: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

12

12

menggigitnya, dan membantingnya. Dengan kata lain dia menggunakan

skema yang ada untuk memelajari benda yang belum dikenal ini.

2) Akomodasi

Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada mengubah

skema yang telah ada agar sesuai dengan situasi baru. Jadi, dikatakan

akomodasi jika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru. Melalui

akomodasi ini, struktur kognitif yang sudah ada dalam diri seseorang

mengalami perubahan sesuai dengan rangsangan-rangsangan dari objeknya.

Contoh: jika anda memberikan telur pada bayi yang mempunyai skema

dengan membanting objek kecil, apa yang akan terjadi dengan telur tersebut

sudah nampak jelas, yaitu akan pecah. Karena konsekuensi yang tidak terduga

dari membanting telur tersebut, bayi itu mungkin akan mengubah skema tadi.

Pada masa mendatang, bayi itu mungkin akan membanting objek dengan

keras dan objek lain dengan lembut.

c) Ekuilibrasi

Yaitu proses memulihkan keseimbangan antarapemahaman sekarang dan

pengalaman baru. Ekuilibrasi diartikan sebagai kemampuan yang mengatur

dalam diri individu agar ia mampu mempertahankan keseimbangan dan

menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Ketika ekuilibrium terganggu,

anak mempunyai kesempatan untuk tumbu dan berkembang. Pada akhirnya

muncul cara yang baru secara kualitatif untuk berpikir tentang dunia ini, dan

anak melangkah ke tahap perkembangan baru. Piaget percaya bahwa

pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan sangat berperan penting agar

terjadi perubahan perkembangan. Namun, dia juga percaya bahwa interaksi

sosial dengan teman sebaya, khususnya perdebatan dan diskusi, membantu

memperjelas pemikiran dan pada akhirnya menjadikannya lebih logis.

Contoh: bayi yang biasanya mendapat susu dari payudara ibu ataupun botol,

kemudian diberi susu dengan gelas tertutup (untuk latihan minum dari gelas).

Ketika bayi menemukan bahwa menyedot air gelas membutuhkan gerakan

mulut dan lidah yang berbeda dari yang biasa dilakukannya saat menyusu dari

ibunya, maka si bayi akan mengakomodasi hal itu dengan akomodasi skema

lama. Dengan melakukan hal itu, maka si bayi telah melakukan adaptasi

terhadap skema menghisap yang ia miliki dalam situasi baru yaitu gelas.

Dengan demikian asimilasi dan akomodasi bekerjasama untuk menghasilkan

ekuilibrium dan pertumbuhan.

Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya

melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring

pertambahan usia, yaitu: sensorimotor, praoperasi, operasi konkret, dan operasi

formal. Dia percaya bahwa semua anak melewati tahap-tahap tersebut dalam urutan

seperti ini dan bahwa tidak seorang anak pun dapat melompati satu tahap, walaupun

Page 17: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

13

13

anak-anak yang berbeda melewati tahap-tahap tersebut dengan kecepatan yang agak

berbeda. Adapun tahap-tahap perkembangan kognisi menurut Piaget yaitu:

a) Periode Sensori Motor (0-2 tahun)

Periode sensori motor menempati dua tahun pertama dalam masa

kehidupannya. Selama periode ini anak mengatur alamnya didominasi oleh indera-

inderanya (sensori) dan tindakan-tindakannya (motor). Selama periode ini bayi tidak

mempunyai konsepsi object permanence. Contohnya bila suatu benda

disembunyikan, ia gagal untuk menemukannya. Pengalaman terus bertambah selama

periode ini sampai mendekati akhir periode sensori motor, bayi mulai menyadari

bahwa benda yang disembunyikan itu masih ada, dan ia mulai mencarinya sesudah

dilihatnya benda itu disembunyikan. Konsep-konsep yang tidak ada pada waktu lahir,

antara lain konsep-konsep ruang, waktu, kausalitas, berkembang dan terinkorporasi

(terjadi, tergabung) ke dalam pola-pola perilaku anak.

b) Periode Pra-operasional (2-7 tahun)

Rentang umur anak 2 sampai 7 tahun inilah yang disebut oleh Piaget sebagai

periode pra-operasional. Dinamakan pra-operasional karena pada rentang umur ini

anak belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental, seperti yang telah

dikemukakan terdahulu, seperti menambah, mengurangi dan yang lain-lain. Ciri-ciri

yang dapat dikenali dari periode pra-operasional ini adalah 1) kemampuan menalar

transduktif; 2) berpikir irreversibel (tidak dapat balik); 3) sifat egosentris, dan 4)

lebih berpikir statis tentang suatu peristiwa daripada transformasi suatu keadaan ke

keadaan lain.

c) Periode Operasional Konkret (7-11 tahun)

Periode ini merupakan awal dari berpikir rasional, artinya anak memiliki

operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah konkret.

Operasi anak pada periode ini terikat pada pengalaman perorangan. Operasi-

operasiitu konkret bukan operasi-operasi formal. Anak belum dapat berurusan dengan

materi abstrak seperti hipotesis dan proposisi-proposisi verbal. Berpikir operasional

konkret lebih stabil dibanding dengan berpikir statis yang terdapat pada anak pra-

operasional. Adapun ciri-ciri umum yang ditunjukkan oleh anak pada periode

operasional konkret yaitu: 1) mampu menyusun urutan seri objek, 2) mengalami

kemampuan berbahasa, 3) sifat egosentris berkurang, bergeser ke sosiosentris dalam

berkomunikasi, dan 4) sudah dapat menerima pendapat orang lain.

d) Periode Operasional Formal (11 tahun ke atas)

Periode ini ditandai oleh kemampuan anak dalam operasi-operasi konkret

untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Periode ini disebut juga

tahap adolesen. Anak mulai dapat memecahkan masalah verbal yang serupa.

Adapaun ciri-ciri umum anak pada periode operasional formal yaitu: 1) berpikir

hipotetis-deduktif (dapat merumuskan banyak alternatif hipotesis dalam menanggapi

masalah, dan memeriksa data terhadap hipotesis untuk membuat kputusan yang

Page 18: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

14

14

layak; tetapi belum dapat menerima atau menolak hipotesis), 2) berpikir proposisional

(dapat menangani pernyataan/proposisi-proposisi yang memerikan data konkret, dan

dapat menangani proposisi yang berlawanan dengan fakta), 3) berpikir kombinatorial

(berpikir meliputi semua kombinasi benda-benda, gagasan-gagasan atau proposisi-

proposisi yang mungkin), 4) berpikir refleksif (dapat berpikir tentang berpikirnya)

Jadi berdasarkan teori ini, penerapannya dalam mengajar adalah bahwa

mengajar perlu memperhatikan tahap perkembangan intelektualnya. Setiap individu

dalam perkembangan intelektualnya selalu melalui tahapan-tahapan tersebut tetapi

yang dapat berbeda dalah kecepatan perkembangannya.

C.1.2 Penerapan Teori Belajar Piaget dalam Pembelajaran Matematika SD

Teori Piaget ini banyak digunakan dalam penentuan proses pembelajaran di

kelas SD terutama pembelajaran matematika. Berdasarkan teori di atas, hal-hal yang

perlu diperhatikan dalam penyusunan pembelajaran di kelas antara lain: bahwa Piaget

beranggapan anak bukan merupakan suatu botol kosong yang siapun untuk diisi,

melainkan anak secara aktif akan membangun pengetahuan dunianya. Suatu hal lagi,

teori Piaget mengajarkan kita pada suatu kenyataan bahwa seluruh anak mengikuti

pola perkembangan yang sama tanpa mempertimbangkan kebudayaan dan

kemampuan anak secara umum.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran (Zuriyani,

2019) yaitu:

a) Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru

mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.

b) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan

baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan

sebaik-baiknya.

c) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.

d) Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

e) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan

diskusi dengan teman-temanya.

Langkah-langkah pembelajaran menurut Piaget yaitu:

a) Menentukan tujuan Pembelajaran.

b) Memilih materi pembelajaran.

c) Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara aktif.

d) Menentukan kegiatan belajar yang sesuai dengan topik-topik tersebut, misalnya

penelitian, memecahkan masalah, diskusi, simulasi dan sebagainya,

e) Mengembangkan metode pembelajaran untuk merangsang kreativitas dan cara

berpikir siswa.

f) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Page 19: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

15

15

Dalam melaksanakan proses pembelajaran khususnya untuk mata pelajaran

matematika pokok bahasan bangun ruang hendaknya guru mengimplementasikan

teori belajar piaget ini sehingga guru bisa membantu siswa untuk cepat memahami

konsep dari bangun ruang.

Berikut contoh pembelajaran berdasar pada teori Piaget sesuai tahap

perkembangan kognitif anak usia sekolah.

Pokok Bahasan: Bangun Ruang.

Sub Pokoh Bahasan:

1) Kubus

2) Balok

3) Tabung

4) Prisma

5) Limas

6) Kerucut

7) Bola

Pada pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar (SD):

1) Anak sudah mulai diperkenalkan dengan pendalaman bentuk bangun yang dia

ketahui tersebut.

2) Pengelompokan bangun juga mulai hanya diperkenalkan, bahwa kubus, balok

dan yang lainnya termasuk bangun ruang.

3) Anak-anak juga berkontekstual dengan bangun-bangun tersebut sehingga ada

pemahamannya tentang apa-apa saja yang terdapat pada bangun itu. Seperti

kubus, tentu memiliki panjang, lebar dan juga tinggi.

4) Keterhubungan unsur yang dimiliki belum dijelaskan.

5) Melanjutkan pembelajaran di kelas-kelas berikutnya sampai pada operasi-

operasi sederhana yang terdapat pada bangun itu.

6) Contoh: Gambar & Bentuk Berbagai Bangun Ruang

Penjelasan:

Sesuai kurikulum pembelajaran tematik bangun ruang ini baru diperkenalkan

dikelas II SD, itu artinya pembelajaran-pembelajaran sebelumnya tentu masih

mengacu pada pra operasional. Dan pada pembelajaran selanjutnya di SD ini sudah

memasuki tahap Operasi Konkret sesuai teori perkembangan kognitif Piaget.

C.2 Teori Belajar Bruner dan Penerapannya dalam Pembelajaran Matematika

SD

C.2.1 Teori Belajar Bruner

Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome S. Bruner seorang ahli psikologi

(1915) dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori aliran psikologi

kognitif yang memberi dorongan agar pendidikan memberikan perhatian pada

pentingnya pengembangan berfikir. Bruner banyak memberikan pandangan mengenai

Page 20: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

16

16

perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar atau memperoleh

pengetahuan, menyimpan pengetahuan dan menstransformasi pengetahuan. Dasar

pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemeroses, pemikir dan

pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang

memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang

diberikan kepada dirinya.

Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu (1) proses perolehan

informasi baru, (2) proses mentransformasikan informasi yang diterima dan (3)

menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Perolehan informasi baru dapat terjadi

melalui kegiatan membaca, mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang

diajarkan atau mendengarkan audiovisual dan lain-lain. Informasi ini mungkin

bersifat penghalusan dari informasi sebelumnya yang telah dimiliki. Sedangkan

proses transformasi pengetahuan merupakan suatu proses bagaimana kita

memperlakukan pengetahuan yang sudah diterima agar sesuai dengan kebutuhan.

Informasi yang diterima dianalisis, diproses atau diubah menjadi konsep yang lebih

abstrak agar suatu saat dapat dimanfaatkan.

Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktivitas

belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual dan proses

internal. Kegiatana pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif itu sudah

banyakdigunakan. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan

strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan

dalam pendekatan behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam

proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa,

sedangkan kegiatan belajarnya mengikuti pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip

sebagai berikut:

a) Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya,

mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.

b) Anak usia sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik,

terutama jika menggunakan benda-benda kognitif.

c) Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya

dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi

pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.

d) Untuk menarik minat dan meningkatkanretensi belajar perlu mengkaitkan

pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki

si belajar.

e) Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan

menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.

f) Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar

bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan

pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukkan

Page 21: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

17

17

hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui

siswa.

g) Adanya perbedaan individual pada dirisiswa perlu diperhatikan, karena factor

ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut

misalnya, pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal

dan sebagainya. Dengan demikian, Bruner lebih banyak memberikaan

kebebasan kepada siswa untuk belajar sendirimelalui aktivitas menemukan

(discovery). Cara demikian akan mengarahkan siswa kepada bentuk belajar

induktif, yang menuntut banyak dilakukan pengulangan.

Menurut Bruner seiring dengan pertumbuhan kognitif, para pembelajar harus

melalui tiga tahap intelektual, meliputi Tahap Enaktif, Ikonik dan Simbolik:

a) Enaktif, seseorang belajar tentang dunia melalui respon atau aksi-aksi terhadap

suatu objek. Dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan ketrampilan

dan pengetahuan motorik seperti meraba, memegang, mencengkram, menyentuh,

mengggit dan sebagainya. Anak-anak harus diberi kesempatan bermain dengan

berbagai bahan/alat pembelajaran tertentu agar dapat memahami begaimana

bahan/alat itu bekerja.

b) Ikonik, pembelajaran terjadi melalui penggunaan model- model dan visualisasi

verbal. Anak-anak mencoba memahami dunia sekitarnya melalui bentuk-bentuk

perbandingan (komparasi) dan perumpamaan, dan tidak lagi memerlukan

manipulasi objek-objek pembelajaran secara langsung.

c) Simbolik, siswa sudah mampu menggabarkan kapasitas berpikir dalam istilah-

istilah yang abstrak. Dalam memahami dunia sekitarnya anak-anak belajar melalui

simbol-simbol bahasa, logika, matematika dan sebagainya. Huruf dan lambang

bilangan merupakan contoh sistem simbol. Fase simbolik merupakan tahap final

dalam pembelajaran.

C.2.2. Penerapan Teori Belajar Bruner dalam Pembelajaran Matematika SD

Adapun langkah-langkah penerapannya adalah sebagai berikut:

a) Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.

b) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar

dan sebagainya).

c) Memilih materi pelajaran.

d) Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-

contoh ke generalisasi).

e) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas

dan sebagainya untuk dipelajari siswa.

f) Mengatur topic-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret

ke abstrak, atau dari tahap enaklit, ikonik sampai ke simbolik.

g) Mengevaluasi proses dan hasil belajar siswa.

Page 22: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

18

18

Dalam memudahkan pemahaman dan keberhasilan anak pada pembelajaran

matematika haruslah dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-tahapnya yaitu sebagai

berikut:

1) Setiap kita melakukan pembelajaran tentang konsep, fakta atau prosedur dalam

matematika yang bersifat abstrak biasanya diawali dari persoalan sehari-hari yang

sederhana (peristiwa di dunia sekitarnya), atau menggunakan benda-benda

real/nyata/fisik (kita mengenalnya sebagai model konkret).

2) Setelah memanipulasikan benda secara nyata melalui persoalan keseharian dari

dunia sekitarnya, dilanjutkan dengan membentuk modelnya sebagai bayangan

mental dari benda atau peristiwa keseharian tersebut. Model (Model matematika)

di sini berupa gambaran dari bayangan. (Model semi konkret atau model semi

abstrak).

3) Pada tahap ke-3 yang merupakan tahap akhir haruslah digunakan simbol-simbol

(lambang-lambang) yang bersifat abstrak sebagai wujud dari bahasa matematika

(Model abstrak)

Agar lebih jelas kita perhatikan contoh pembelajaran matematika di SD yang

melalui tiga tahapan tersebut di atas. Misalnya kita akan menjelaskan operasi hitung

(pengerjaan) penjumlahan pada anak-anak SD kelas 1.

1) Dimulai dari model konkret, yaitu menggunakan benda-benda nyata dalam hal ini

“buku” seperti berikut. “Tati mempunyai 3 buku, diberi lagi 2 buku oleh Ibunya,

berapa buah banyaknya buku Tati sekarang?”.

2) Langkah berikutnya dibuatkan modelnya, yaitu model semi konkret (model

gambar) yang tidak menggunakan benda-benda nyata seperti buku sebenarnya,

tetapi cukup dengan gambar buku atau model semi abstrak (model diagram), yang

tidak lagi dengan gambar tetapi cukup menggunakan tanda-tanda tertentu seperti

turus (tally) atau bundaran dan sebagainya.

Gambar 1. Model Semi Konkrit

3) Bisa digunakan simbol secara abstrak dan mereka akan dapat mengerti arti tiga

dan arti dua tanpa bantuan apa apa. Tahap terakhir merupakan wujud dari

pembelajaran matematika sebagai bahasa simbol yang padat arti dan bersifat

abstrak.

3 buku + 2 buku = … buku

3 + 2 = n

Page 23: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

19

19

D. RINGKASAN MATERI

Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelasakan

bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan dengan objek dan kejadian-

kejadian sekitarnya. Teori perkembangan Piaget ini digolongkan ke dalam

konstruktivisme. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami

dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih

seiring pertambahan usia, yaitu: sensorimotor, praoperasi, operasi konkret, dan

operasi formal.

Langkah-langkah pembelajaran menurut Piaget yaitu: 1) Menentukan tujuan

Pembelajaran, 2) Memilih materi pembelajaran, 3) Menentukan topik-topik yang

dapat dipelajari siswa secara aktif, 4) Menentukan kegiatan belajar yang sesuai

dengan topik-topik tersebut, misalnya penelitian, memecahkan masalah, diskusi,

simulasi dan sebagainya, 5) Mengembangkan metode pembelajaran untuk

merangsang kreativitas dan cara berpikir siswa, dan 6) Melakukan penilaian proses

dan hasil belajar siswa.

Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan

manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada

dirinya. Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu (1) proses

perolehan informasi baru, (2) proses mentransformasikan informasi yang diterima

dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Menurut Bruner seiring dengan

pertumbuhan kognitif, para pembelajar harus melalui tiga tahap intelektual, meliputi

Tahap Enaktif, Ikonik dan Simbolik.

Adapun langkah-langkah penerapan teori Bruner dalam pembelajaran

matematika SD adalah sebagai yaitu: a) Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran, b)

Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar dan

sebagainya), c) Memilih materi pelajaran, d) Menentukan topic-topik yang dapat

dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh ke generalisasi), e)

Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan

sebagainya untuk dipelajari siswa, f) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang

sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaklit, ikonik

sampai ke simbolik, dan g) Mengevaluasi proses dan hasil belajar siswa.

E. Tugas dan Latihan

1) Jelaskan tahap-tahap perkembangan kognisi menurut Piaget!

2) Deskripsikanlah langkah-langkah pembelajaran menurut Piaget!

3) Jelakan tahapan intelektual menurut Bruner!

4) Deskripsikanlah langkah-langkah pembelajaran menurut Bruner!

Page 24: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

20

20

F. Rambu-Rambu Jawaban

1) Jawaban Anda benar jika menjelaskan 4 tahapan seperti: 1) Periode Sensori

Motor (0-2 tahun), 2) Periode Pra-operasional (2-7 tahun), 3) Periode

Operasional Konkret (7-11 tahun), dan 4) Periode Operasional Formal (11

tahun ke atas).

2) Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a) Menentukan tujuan

Pembelajaran, b) Memilih materi pembelajaran, c) Menentukan topik-topik

yang dapat dipelajari siswa secara aktif, d) Menentukan kegiatan belajar yang

sesuai dengan topik-topik tersebut, misalnya penelitian, memecahkan masalah,

diskusi, simulasi dan sebagainya, e) Mengembangkan metode pembelajaran

untuk merangsang kreativitas dan cara berpikir siswa, dan f) Melakukan

penilaian proses dan hasil belajar siswa.

3) Jawaban Anda benar jika menjelaskan 4 tahapan seperti: 1) Eanktif, 2) Ikonik,

dan 3) Simbolik.

4) Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a) Menentukan tujuan-

tujuan pembelajaran, b) Melakukan identifikasi karakteristik siswa

(kemampuan awal, minat, gaya belajar dan sebagainya), c) Memilih materi

pelajaran, d) Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara

induktif (dari contoh-contoh ke generalisasi), e) Mengembangkan bahan-bahan

belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk

dipelajari siswa, f) Mengatur topic-topik pelajaran dari yang sederhana ke

kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaklit, ikonik sampai

ke simbolik, dan g) Mengevaluasi proses dan hasil belajar siswa.

Page 25: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

21

21

BAB III

A. TUJUAN

Setelah mempelajari modul ini, anda diharapkan mampu menjelaskan teori belajar

Gagne dan Ausubel serta menerapkanya dalam pembelajaran matematika SD.

B POKOK-POKOK MATERI

1. Teori Belajar Gagne dan penerapannya dalam pembelajaran matematika SD

2. Teori Belajar Ausubel dan penerapannya dalam pembelajaran matematika SD

B. URAIAN MATERI

C.1 Teori Belajar Gagne dan Penerapannya dalam Pembelajaran Matematika

SD

C.1.1 Teori Belajar Gagne

Profesor Robert M. Gagne seorang ahli psikologi telah menggunakan

matematika sebagai medium untuk menguji dan menggunakan teori belajar. Belajar

menurut Gagne mencakup tiga unsur yaitu siswa yang belajar, situasi stimulus, dan

respons sebagai akibat dari stimulus. Menurutnya, belajar bukan merupakan proses

tunggal melainkan proses yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan

perkembangan tingkah laku. Jadi, tingkah laku itu merupakan hasil dari efek

kumulatif belajar. Artinya, banyak keterampilan yang telah dipelajari memberikan

sumbangan bagi belajar keterampilan yang lebi rumit. Kapasitas itu diperoleh dari

(1) stimulus yang berasal dari lingkungan dan (2) proses kognitif yang dilakukan

siswa.

Belajar menurut Gagne adalah suatu proses di mana suatu organisasi (siswa)

berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Berdasarkan definisi ini,

diketahui bahwa belajar merupakan suatu proses yang akan memerlukan waktu untuk

melihat perubahannya. Perubahan yang dimaksudkan di sini adalah perubahan

perilaku dari kurang baik menjadi lebih baik. Seorang siswa dikatakan telah belajar

jika telah terdapat perubahan dalam perilakunya. Dalam hal ini terdapat beberapa

macam hasil belajar yang dikemukakan oleh Gagne, yaitu informasi verbal,

keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik.

Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karenabelajar itu

bersifat kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan

mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan,

TEORI BELAJAR GAGNE DAN AUSUBEL SERTA

PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN

MATEMATIKA SD

Page 26: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

22

22

perubahan sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut

bersifat menetap meskipun hanya sementara.

Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi

stimulus, dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat daristimulasi.

Selanjutnya, Gagne juga mengemukakan tentang sistematika delapan tipe belajar,

sistematika lima jenis belajar, fase-fase belajar, implikasi dalam pembelajaran, serta

aplikasi dalam pembelajaran. Menurut Robert M. Gagne, ada delapan tipe belajar

atau yang disebut sistematika delapan tipe belajar, yaitu:

a) Belajar Isyarat (Signal Learning)

Belajar isyarat mirip dengan conditioned respons atau respon bersyarat.

Seperti menutup mulut dengan telunjuk, isyarat mengambil sikap tidak bicara.

Lambaian tangan, isyarat untuk datang mendekat. Menutup mulut dan lambaian

tangan adalah isyarat, sedangkan diam dan datang adalah respons. Tipe belajar

semacam ini dilakukan dengan merespons suatu isyarat. Jadi respons yang dilakukan

itu bersifat umum, kabur dan emosional. Misalnya sikap positif dari siswa dalam

belajar matematika karena sikap atau ucapan guru yang menyenangkan.

b) Belajar Stimulus – Respons (Stimulus Respons Learning)

Berbeda dengan belajar isyarat, respons bersifat umum, kabur dan emosional.

Tipe belajar S – R, respons bersifat spesifik. 2 x 3 = 6 adalah bentuk suatu hubungan

S-R. Misalnya siswa menyebutkan atau menuliskan beberapa contoh bilangan bulat

yang negatif setelah guru memberikan penjelasan tentang bilangan bulat negatif.

c) Belajar Rangkaian (Chaining)

Rangkaian atau rantai dalam chaining adalah semacam rangkaian isalnya

seorang anak yang menggambar ruas garis melalui dua titik yang diketahui diawali

dengan mengambil mistar, meletakkan mistar melalui dua titik, mengambil pensil

(kapur tulis), dan akhirnya menarik ruas garis.

d) Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation)

Belajar yang berupa perbuatan lisan terurut dari dua kegiatan atau lebih

stimulus respons. Misalnya menyatakan atau mengemukakan pendapat tentang

simbol, definisi, aksioma, dalil, dan semacamnya.

e) Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning)

Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian. Seperti

membedakan beberapa lambang tertentu misalnya lambang-lambang ruas garis, sinar,

dan garis: --, →, ↔.

f) Belajar Konsep (Concept Learning)

Konsep merupakan simbol berpikir. Tipe belajar konsep ini disebut pula tipe

belajar pengelompokan, yaitu belajar mengenal atau melihat sifat bersama dari suatu

benda atau peristiwa. Misalnya untuk memahami konsep lingkaran siswa mengamati

cincin, gelang, permukaan drum, permukaan gelas, dan semacamnya.

Page 27: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

23

23

g) Aturan (Rule Learning)

Pada tipe ini siswa diharap mampu memberikan respons terhadap semua

stimulus dengan segala macam perbuatan misalnya siswa yang mampu menyebutkan

sifat penyebaran perkalian terhadap penjumlahan, tetapi belum mampu

menggunakannya atau sebaliknya.

h) Belajar Pemecahan masalah (Problem Solving Learning)

Memecahkan masalah adalah biasa dalam kehidupan. Ini merupakan

pemikiran. Upaya pemecahan masalah dilakukan dengan menghubungkan berbagai

urusan yang relevan dengan masalah itu. Dalam pemecahan masalah diperlukan

waktu, adakalanya singkat adakalanya lama. Juga seringkali harus dilalui berbagai

langkah, seperti mengenal tiap unsur dalam masalah itu, mencari hubungannya

dengan aturan (rule) tertentu. Dalam segala langkah diperlukan pemikiran.

Tampaknya pemecahan masalah terjadi dengan tiba-tiba. Dengan ulangan-ulangan

masalah tidak terpecahkan, dan apa yang dipecahkan sendiri-yang penyelesaiannya

ditemukan sendiri lebih mantap dan dapat ditransfer kepada situasi atau problem lain.

Kesanggupan memecahkan masalah memperbesar kemampuan untuk memecahkan

masalah-masalah lain.

Selain sistematika delapan jenis belajar ada juga sistematika lima jenis belajar.

Sistematika ini tidak jauh berbeda dengan sistematika delapan tipe belajar, dimana

isinya merupakan bentuk penyederhanaan dari sistematika delapan tipe belajar.

Uraian tentang sistematika lima jenis belajar ini memperhatikan pada hasil belajar

yang diperoleh siswa. Hasil belajar ini merupakan kemampuan internal yang telah

menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang tersebut melakukan

sesuatu yang dapat memberikan ptrestasi tertentu. Sistematika ini mencakup semua

hasil belajar yang dapat diperoleh, namun tidak menunjukkan setiap hasil belajar atau

kemampuan internal satupersatu. Akan tetapi memgelompokkan hasil-hasil belajar

yang memiliki ciriciri sama dalam satu kategori dan berbeda sifatnya dari kategori

lain. Maka dapat dikatakan, bahwa sistematika Gagne meliputi lima kategori hasil

belajar. Kelima kategori hasil belajar tersebut adalah informasi verbal, kemahiran

intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.

a) Informasi verbal (Verbal information)

Merupakan pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan

dalam bentuk bahasa, lisan, dan tertulis. Pengetahuan tersebut diperoleh dari sumber

yang juga menggunakan bahasa, lisan maupun tertulis. Informasi verbal meliputi”cap

verbal” dan”data/fakta”. Cap verbal yaitu kata yang dimiliki seseorang untuk

menunjuk pada obyek-obyek yang dihadapi, misalnya ’kursi’. Data/fakta adalah

kenyataan yang diketahui, misalnya ’Ibukota negara Indonesia adalah Jakarta’.

Page 28: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

24

24

b) Kemahiran intelektual (Intellectual skill)

Yang dimaksud adalah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan

hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan

berbagai lambang/simbol (huruf, angka, kata, dan gambar).

c) Pengaturan kegiatan kognitif (Cognitive strategy)

Merupakan suatu cara seseorang untuk menangani aktivitas belajar dan

berpikirnya sendiri, sehingga ia menggunakan cara yang sama apabila menemukan

kesulitan yang sama.

d) Keterampilan motorik (Motor skill)

Adalah kemampuan seseorang dalam melakukan suatu rangkaian gerak-gerik

jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik

berbagai anggota badan secara terpadu.

e) Sikap (Attitude)

Merupakan kemampuan seseorang yang sangat berperan sekali dalam

mengambil tindakan, apakah baik atau buruk bagi dirinya sendiri.

Dalam mempelajari objek-objek belajar, menurut Gagne (Bell, 1978) ada

beberapa fase utama yang dilalui seseorang, yaitu:

1) Fase pengenalan (apprehendingphase)

Pada fase ini siswa memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap

artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan

berbagai cara. ini berarti bahwa belajar adalah suatu proses yang unik pada tiap siswa,

dan sebagai akibatnya setiap siswa bertanggung jawab terhadap belajarnya karena

cara yang unik yang dia terima pada situasi belajar.

2) Fase perolehan (acqusitionphase)

Pada fase ini siswa memperoleh pengetahuan baru dengan menghubungkan

informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumnya. Dengan kata lain pada fase

ini siswa membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.

3) Fase penyimpanan (storagephase)

Fase storage adalah fase penyimpanan informasi. Dalam hal ini ada informasi

yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang. Pengulangan

informasi dalam memori jangka pendek dapat memindahkannya ke memori jangka

panjang.

4) Fase pemanggilan (retrievalphase).

Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau memanggil

kembali informasi yang ada dalam memori.

C.1.2 Penerapan Teori Belajar Gagne dalam Pembelajaran Matematika

Dalam proses pembelajaran, terutama di sekolah, melibatkan siswa dan guru.

Siswa merupakan subjek yang akan belajar, sedangkan guru bertindak sebagai

pemandu siswa dalam proses belajarnya. Oleh karena itu, sangat perlu dipersiapkan

Page 29: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

25

25

suatu rancangan pembelajaran yang akan menjadikan siswa belajar seperti yang

seharusnya.

Model mengajar menurut Gagne disebut kejadian-kejadian instruksional yang

ditujukan pada guru dalam menyajikan suatu pelajaran pada sekelompok siswa

(Puspita, 2014) meliputi:

1) Mengaktifkan Motivasi

Langkah pertama dalam pembelajaran adalah memotivasi para siswa untuk

belajar. Kerap kali ini dilakukan dengan membangkitkan perhatian mereka dalam isi

pelajaran, dan mengemukakan kegunaannya. Expectancy dapat pula dianggap sebagai

motivasi khusus dari pelajar untuk mencapai tujuan belajar. Expectancy dapat

dipengaruhi sehingga dapat mengaktifkan motif-motif belajar siswa, misalnya motif

untuk ingin tahu (curiosity) atau motif untuk menyelidiki, dan motif untuk ingin

mencapainya.

2) Memberitahu Pelajar Tentang Tujuan-Tujuan Belajar

Kejadian instruksi kedua ini sangat erat kaitannya dengan kejadian instruksi

pertama. Sebagian dari mengaktifkan motivasi para siswa ialah dengan memberitahu

mereka tentang mengapa mereka belajar, apa yang mereka pelajari, dan apa yang

akan mereka pelajari. Memberi tahu tujuan belajar juga menolong memusatkan

perhatian para siswa terhadap aspek-aspek yang relevan tentang pelajaran. Agar

seorang siswa secara komprehensif tahu tentang tujuan instruksional khusus yang

akan dicapainya setelah suatu pelajaran selesai diajarkan/dipelajari atau dalam buku

pelajaran sebaginya dicantumkan tujuan-tujuan khusus yang akan dicapai oleh siswa

setelah mempelajari buku tersebut.

3) Mengarahkan Perhatian

Gagne mengemukakan dua bentuk perhatian, diantaranya:

a) Perhatikan yang pertama berfungsi untuk membuat siswa atau pelajar siap

menerima stimulus atau rangsangan belajar.

b) Bentuk kedua dari perhatian disebut persepsi selektif.

Dengan cara ini siswa memilih informasi yang akan diteruskan ke

memori jangka pendek, cara ini dapat ditolong dengan cara mengeraskan

suara pada suatu kata atau menggaris bawah suatu kata atau beberapa kata

dalam satu kalimat.

4) Merangsang Ingatan

Menurut Gagne bagian yang paling kritis dalam proses belajar adalah

pemberian kode pada informasi yang berasal dari memori jangka pendek yang

disimpan dalam memori jangka panjang. Guru dapat berusaha untuk menolong siswa-

siswa dalam mengingat atau mengeluarkan pengetahuan yang disimpan dalam

memori jangka panjang itu. Cara menolong ini dapat dilakukan dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan pada siswa, yang merupakan suatu cara pengulangan. Adapun

cara yang dilakukan guru untuk merangsang ingatan siswa, yaitu:

Page 30: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

26

26

a) Guru dapat berusaha menolong siswa dalam mengingat atau memanggil

kembali pengetahuan yang disimpan dalam memori jangka panjang. Cara ini

dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada siswa.

b) Bila ternyata siswa tidak dapat juga ingat akan pengetahuan yang diinginkan

guru, karena sudah lama dipelajarannya, maka sebaiknya guru dapat

menggunakan teknik bertanya dengan jalan membimbing.

5) Menyediakan Bimbingan Belajar

Untuk memperlancar masuknya infomasi ke memori jangka panjang,

diperlukan bimbingan langsung dalam pemberian kode pada informasi. Untuk

mempelajari informasi verbal, bimbingan itu dapat diberikan dengan cara

mengkaitkan informasi baru itu dengan pengalaman siswa. Untuk mempelajari

informasi verbal, bimbingan itu dapat diberikan dengn cara mengaitkan informasi

baru itu dengan pengalaman siswa. Bimbingan yang diberikan guru dapat berupa

pertanyaan, juga dapat berupa gambar-gambar atau ilustrasi.

6) Meningkatkan Retensi

Retensi atau bertahannya materi yang dipelajari dapat diusahakan baik oleh

guru atau pun oleh siswa. Usaha yang dapat diusahakan agar materi yang diajarkan

dapat bertahan lama adalah dengan cara:

a) Mengulang pelajaran yang sama berulang kali.

b) Dengan memberi berbagai contoh atau ilustrasi yang sederhana dan dapat

dicerna oleh siswa, seperti menggunakan tabel-tabel grafik, dan gambar.

7) Membantu Transfer Belajar

Tujuan transfer belajar ialah menerapkan apa yang telah dipelajari pada situasi

yang baru. Untuk dapat melaksanakan ini para siswa tentu diharapkan telah

menguasai fakta-fakta, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan yang

dibutuhkan. Melalui tugas pemecahan masalah dan diskusi kelompok guru dapat

membantu transfer balajar kepada para siswa.

8) Memperlihatkan/Perbuatan dan Memberikan Umpan Balik

Hasil belajar perlu diperlihatkan melalui suatu cara, agar guru dan siswa itu

sendiri mengetahui apakah tujuan belajar telah tercapai. Untuk itu sebaiknya guru

tidak menunggu hingga seluruh pelajaran selesai. Sebaiknya guru memberikan

kesempatan sedini mungkin pada siswa untuk memperlihatkan hasil belajar mereka,

agar dapat diberi umpan balik, sehingga pelajaran selanjutnya berjalan dengan lancar.

Cara-cara yang dilakukan adalah pemberian tes atau mengamati prilaku siswa umpan

balik bila bersifa positif menjadi pertanda bagi siswa bahwa ia telah mencapai tujuan

belajar.

Page 31: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

27

27

C.2 Teori Belajar Ausubel dan Penerapannya dalam Pembelajaran Matematika

SD

C.2.1 Teori Belajar Ausubel

David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan yang terkenal

dengan teori belajar bermakna (meaningfull). Ausubel membedakan antara belajar

menemukan dengan belajar menerima. Pada belajar menerima siswa hanya

menerima, jadi tinggal menghafalkannya, tetapi pada belajar menemukan konsep

ditemukan oleh siswa, jadi tidak menerima pelajaran begitu saja.

Menurut Ausubel (Burhanuddin, 1996; 112) pembelajaran bermakna

merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang

terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif meliputi fakta-fakta,

konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah

struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang

studi tertentu dan pada waktu tertentu. Pembelajaran bermakna terjadi apabila

seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam struktur

pengetahuan mereka. Dalam proses belajar seseorang mengkonstruksi apa yang telah

ia pelajari dan mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru ke

dalam struktur pengetahuan mereka.

Ada beberapa tipe belajar menurut Ausubel, yaitu:

1) Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang

telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu. Atau sebaliknya,

siswa terlebih dahulu menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari

kemudian pengetahuan baru tersebut ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah

ada.

2) Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari

ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah

dimilikinya, kemudian dia hafalkan.

3) Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang telah

tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian

pengetahuan yang baru ia peroleh itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang

telah dimiliki.

Menurut Ausubel dan Novak (Burhanuddin, 1996: 115) ada tiga kebaikan

belajar bermakna, yaitu:

1) Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat.

2) Informasi baru yang telah dikaitkan dengan konsep-konsep relevan sebelumnya

dapat meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya sehingga

memudahkan proses belajar mengajar berikutnya untuk memberi pelajaran yang

mirip.

Page 32: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

28

28

3) Informasi yang pernah dilupakan setelah pernah dikuasai sebelumnya masih

meninggalkan bekas sehingga memudahkan proses belajar mengajar untuk materi

pelajaran yang mirip walaupun telah lupa.

Prasyarat agar belajar menerima menjadi bermakna menurut Ausubel, yaitu:

1) Belajar menerima yang bermakna hanya akan terjadi apabila siswa memiliki

strategi belajar bermakna.

2) Tugas-tugas belajar yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan pengetahuan

yang telah dimiliki siswa.

3) Tugas-tugas belajar yang diberikan harus sesuai dengan tahap perkembangan

intelektual siswa.

C.2.2. Penerapan Teori Belajar Ausubel dalam Pembelajaran Matematika SD

David P. Ausubel menyebutkan bahwa pengajaran secara verbal adalah lebih

efisien dari segi waktu yang diperlukan untuk menyajikan pelajaran dan menyajikan

bahwa pembelajar dapat mempelajari materi pelajaran dalam jumlah yang lebih

banyak.

Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah

diketahui oleh siswadalam mengaitkan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur

kognitif dikumukakan 2 prinsip oleh Ausubel yaitu:

1) Prinsip Diferensiasi Progresif (progressive differentiation)

Dalam diferensiasi progresif, konsep-konsep yang diajarkan dimulai dengan

konsep-konsep yang umum menuju konsep-konsep yang lebih khusus.

2) Prinsip Rekonsiliasi integratif (integrative reconciliation)

Dalam rekonsiliasi integratif, konsep-konsep atau gagasan-gagasan perlu

diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari

sebelumnya

Langkah-langkah Belajar Bermakna Menurut Ausubel:

1) Menentukan tujuan pembelajaran.

2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, motivasi, gaya

belajar, dan sebagainya).

3) Memilih materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya

dalam bentuk konsep-konsep inti.

4) Menentukan topik-topik dan menampilkannya dalam bentuk advance organizer

yang akan dipelajari siswa.

5) Mempelajari konsep-konsep inti tersebut, dan menerapkannya dalam bentuk

nyata/konkret.

6) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Page 33: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

29

29

D. RINGKASAN MATERI

Belajar menurut Gagne mencakup tiga unsur yaitu siswa yang belajar, situasi

stimulus, dan respons sebagai akibat dari stimulus. Menurutnya, belajar bukan

merupakan proses tunggal melainkan proses yang luas yang dibentuk oleh

pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku. Jadi, tingkah laku itu merupakan hasil

dari efek kumulatif belajar. Artinya, banyak keterampilan yang telah dipelajari

memberikan sumbangan bagi belajar keterampilan yang lebih rumit. Kapasitas itu

diperoleh dari (1) stimulus yang berasal dari lingkungan dan (2) proses kognitif yang

dilakukan siswa. Menurut Robert M. Gagne, ada 8 tipe belajar atau yang disebut

sistematika delapan tipe belajar, yaitu: a) Belajar Isyarat (Signal Learning), b) Belajar

Stimulus – Respons (Stimulus Respons Learning), c) Belajar Rangkaian (Chaining),

d) Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation), e) Belajar Diskriminasi (Discrimination

Learning), Belajar Konsep (Concept Learning), g) Belajar Aturan (Rule Learning),

dan h) Belajar Pemecahan masalah (Problem Solving Learning). Selain sistematika

delapan jenis belajar ada juga sistematika lima jenis belajar meliputi: a) Informasi

verbal (Verbal information), b) Kemahiran intelektual (Intellectual skill), c)

Pengaturan kegiatan kognitif (Cognitive strategy), d) Keterampilan motorik (Motor

skill), dan

f) Sikap (Attitude).

Dalam proses pembelajaran, terutama di sekolah, melibatkan siswa dan guru.

Siswa merupakan subjek yang akan belajar, sedangkan guru bertindak sebagai

pemandu siswa dalam proses belajarnya. Oleh karena itu, sangat perlu dipersiapkan

suatu rancangan pembelajaran yang akan menjadikan siswa belajar seperti yang

seharusnya.Model mengajar menurut Gagne disebut kejadian-kejadian instruksional

yang ditujukan pada guru dalam menyajikan suatu pelajaran pada sekelompok siswa

meliputi: a) Mengaktifkan motivasi, b) Memberitahu pelajar tentang tujuan-tujuan

belajar, c) Mengarahkan perhatian, d) Merangsang ingatan, e) Menyediakan

bimbingan belajar, f) Meningkatkan retensi, g) Membantu transfer belajar, dan h)

Memperlihatkan/perbuatan dan memberikan umpan balik.

Menurut Ausubel (Burhanuddin, 1996: 112) pembelajaran bermakna

merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang

terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif meliputi fakta-fakta,

konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.

Ada beberapa tipe belajar menurut Ausubel, yaitu: a) Belajar dengan penemuan yang

bermakna, b) Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, dan c) Belajar

menerima (ekspositori) yang bermakna.

Langkah-langkah Belajar Bermakna Menurut Ausubel meliputi: a)

Menentukan tujuan pembelajaran, b) Melakukan identifikasi karakteristik siswa

(kemampuan awal, motivasi, gaya belajar, dan sebagainya), c) Memilih materi

pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep-

Page 34: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

30

30

konsep inti, d) Menentukan topik-topik dan menampilkannya dalam bentuk advance

organizer yang akan dipelajari siswa, e) Mempelajari konsep-konsep inti tersebut,

dan menerapkannya dalam bentuk nyata/konkret, dan f) Melakukan penilaian proses

dan hasil belajar siswa.

E. Tugas dan Latihan

1) Jelaskan tahap-tahap perkembangan kognisi menurut Piaget!

2) Deskripsikanlah langkah-langkah pembelajaran menurut Gagne!

3) Jelakan tahapan intelektual menurut Bruner!

4) Deskripsikanlah langkah-langkah belajar bermakna menurut Ausubel!

F. Rambu-Rambu Jawaban

1) Jawaban Anda benar jika menjelaskan delapan tipe belajar seperti: a) Belajar

Isyarat (Signal Learning), b) Belajar Stimulus – Respons (Stimulus Respons

Learning), c) Belajar Rangkaian (Chaining), d) Asosiasi Verbal (Verbal

Assosiation), e) Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning), Belajar

Konsep (Concept Learning), g) Belajar Aturan (Rule Learning), dan h)

Belajar Pemecahan masalah (Problem Solving Learning).

2) Adapun langkah-langkah pebelajaran menurut Gagne meliputi: a)

Mengaktifkan motivasi, b) Memberitahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar,

c) Mengarahkan perhatian, d) Merangsang ingatan, e) Menyediakan

bimbingan belajar, f) Meningkatkan retensi, g) Membantu transfer belajar, dan

h) Memperlihatkan/perbuatan dan memberikan umpan balik.

3) Jawaban Anda benar jika menjelaskan tiga tipe belajar seperti: a) Belajar

dengan penemuan yang bermakna, b) Belajar dengan penemuan yang tidak

bermakna, dan c) Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna.

4) Adapun langkah-langkah belajar bermakna menurut Ausubel meliputi: a)

Menentukan tujuan pembelajaran, b) Melakukan identifikasi karakteristik

siswa (kemampuan awal, motivasi, gaya belajar, dan sebagainya), c) Memilih

materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam

bentuk konsep-konsep inti, d) Menentukan topik-topik dan menampilkannya

dalam bentuk advance organizer yang akan dipelajari siswa, e) Mempelajari

konsep-konsep inti tersebut, dan menerapkannya dalam bentuk nyata/konkret,

dan f) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Page 35: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

31

31

BAB IV

A. TUJUAN

Setelah mempelajari modul ini, anda diharapkan mampu:

1. Menjelaskan dan memahami pengertian dan prinsip pemilihan pendekatan

pembelajaran matematika.

2. Menjelaskan dan memahami jenis-jenis pendekatan pembelajaran dan

penerapannya dalam pembelajaran matematika di SD.

B POKOK-POKOK MATERI

3. Pengertian dan prinsip pemilihan pendekatan pembelajaran matematika.

4. Jenis-jenis pendekatan dalam pembelajaran matematika di SD.

5. Penerapan jenis-jenis pendekatan pembelajaran dan penerapannya dalam

pembelajaran matematika.

C. URAIAN MATERI

C.1 Pengertian dan Prinsip Pemilihan Pendekatan Pembelajaran Matematika

Pendekatan pembelajaran dapat berarti aturan pembelajaran yang berusaha

meninngkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa

dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar. Selain itu pendekatan

pembelajaran adalah arah suatu kebijaksanaan yang ditempuh guru atau siswa dalam

mencapai tujuan pengajaran dilihat dari bagaimana materi disajikan. Pengertian lain

dari pendekatan pembelajaran adalah jalan atau cara yang digunakan oleh guru atau

pembelajar untuk memungkinkan siswa belajar.

Pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan

pembelajaran. Kegiatan tersebut berupa, apakah guru akan menjelaskan pengajaran

materi bidang studi yang sudah tersusun dalam urutan tertentu atau menggunakan

materi yang terkait satu dengan yang lainnya dalam tingkat kedalaman yang berbeda,

atau materi yang terintegrasi dalam suatu kesatuan multi disiplin ilmu.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan

pembelajaran adalahcara yang digunakan oleh guru dalam menyajikan suatu materi

yangmemungkinkan siswa belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Ada delapan komponen utama dalam pendekatan pembelajaran yaitu sebagai berikut:

a) Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections)

Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif

dalam mengembangkan minatnya secara individu, orang yang dapat bekerja

sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil

berbuat.

b) Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work)

Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks

yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan anggota

masyarakat.

PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DI SD

Page 36: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

32

32

c) Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning)

Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan; ada tujuannya, ada urusannya

dengan orang lain, ada hubungannya dengan penentuan pilihan, dan ada

produknya/hasilnya yang sifatya nyata.

d) Bekerja sama (collaborating)

Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam

kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling

mempengaruhi dan saling berkomunikasi.

e) Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking)

Siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan

kreatif; dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah,

membuat keputusan, dan menggunakan logika dan bukti-bukti.

f) Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual)

Siswa memelihara pribadinya, mengetahui, memberi perhatian, memiliki

harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri.

g) Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards)

Siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi; mengidentifikasi tujuan

dan memotivasi siswa untuk mencapainya.

h) Menggunakan penilaian autentik (using authentic assesment)

Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk

suatu tujuan yang bermakna.

Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan,

yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa

(student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau

berpusat pada guru (teacher centered approach). Berdasarkan pendekatan

pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi

pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003)

mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:

a) Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (output)

dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi

dan selera masyarakat yang memerlukannya.

b) Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang

paling efektif untuk mencapai sasaran.

c) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan

dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.

d) Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran

(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement)

usaha.

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:

a) Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan

profil perilaku dan pribadi peserta didik.

b) Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang

dipandang paling efektif.

c) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode

dan teknik pembelajaran.

Page 37: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

33

33

d) Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau

kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

C.2 Jenis-jenis Pendekatan Pembelajaran dan Penerapannya Dalam

Pembelajaran Matematika di SD

Beberapa pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk

membelajarkan matematika di SD yaitu:

1) Pendekatan Induktif

Pendekatan ini pertama dikemukakan oleh filosof Inggris Prancis Bacon

(1561) yang menghendaki agar penarikan kesimpulan di dasarkan dari fakta yang

konkrit. Menurut Purwanto dalam Sagala (2003:77) tepat atau tidaknya kesimpulan

atau cara berpikir yang diambil secara induktif bergantung pada representatif atau

sampel yang diambil mewakili fenomena keseluruhan. Pendekatan induktif

menekankan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan

pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan

pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum. Pendekatan induktif

menggunakan penalaran induktif yang bersifat empiris. Dengan cara ini konsep-

konsep matematika yang abstrak dapat dimengerti murid melalui benda-benda

konkret.

Pendekatan induktif adalah suatu strategi yang direncanakan untuk membantu

siswa mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi dan kreatif melalui

observasi, membandingkan, penemuan pola, dan menggeneralisasikannya. Guru

biasanya menciptakan suasana aktif belajar dengan mendorong siswa mengadakan

pengamatan dan memfokuskan pengamatan melalui pertanyaan-pertanyaan. Pada

pendekatan induktif ini seorang siswa harus lebih aktif. Biasanya pembelajaran

dilakukan dengan cara eksperimen, diskusi, dan demonstrasi. Metode ini sering

disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan keputusan dari khusus menjadi

umum (going from specific to the general).

Marpaung (2003) diacu dalam Rochmad (2007:110-112) pembelajaran

dengan melibatkan pola pikir induktif efektif untuk mengajarkan suatu konsep

matematika, dan memberi peluang kepada siswa untuk memahami konsep atau

memperoleh generalisasi dengan cara yang lebih bermakna. Siswa memperoleh

pengalaman ketika melakukan pengamatan langsung secara cermat pada kasus-kasus

khusus yang diberikan guru, dalam mengkonstruk matematika ini siswa terlibat

dengan proses adaptasi dan organisasi, sehingga mempelajari konsep matematika

dengan cara seperti ini dipandang lebih bermakna dari sekedar menghafalkannya.

Pada permulaan pengajaran, guru akan memberikan beberapa contoh yang

khusus tetapi mengandung satu prinsip yang sama. Berdasarkan ada contoh-contoh

yang diberikan, siswa dibimbing berpikir, mengkaji, mengenal pasti dan menafsirkan

maklumat yang terkandung dalam contoh-contoh khusus itu, kemudian membuat

generalisasi atau kesimpulan yang berkenaan. Pendekatan induktif memiliki karakteristik yaitu:

1) Pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan melakukan pengamatan terhadap

hal-hal yang bersifat khusus dan kemudian siswa dibimbing guru untuk dapat

Page 38: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

34

34

menyimpulkan hal-hal yang bersifat khusus tersebut menjadi lebih umum

berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan.

2) Kegiatan utama siswa adalah mengamati, menyelidiki, memeriksa, memikirkan,

dan menganalisis berdasarkan kemampuan masing-masing hal-hal yang bersifat

khusus dan membangun konsep atau generalisasi atau sifat-sifat umum berdasar

hal-hal khusus tersebut.

3) Siswa mempunyai kesempatan ikut aktif di dalam menemukan suatu rumus atau

formula, akan tetapi formula atau rumus yang diperoleh dari cara induktif ini

belum lengkap bila ditinjau dari proses belajar matematika, misalnya saja latihan

dan aplikasinya masih diperlukan untuk memahami rumus yang dipelajari tersebut.

4) Adanya semangat untuk menemukan, adanya kesadaran akan hakikat pengetahuan,

dan mampu berfikir logis.

5) Menemukan dan memahami rumus atau teorema tersebut membutuhkan waktu

yang lama.

Rahmawati (2011:75) langkah-langkah yang dapat digunakan dalam

pendekatan induktif adalah:

1) Memilih konsep, prinsip, aturan, yang akan disajikan dengan pendekatan

induktif.

2) Menyajiakan contoh-contoh khusus konsep, prinsip atau aturan itu

memungkinkan siswa memperkirakan (hipotesis) sifat umum yang terkandung

dalam contoh-contoh itu.

3) Disajikan bukti-bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau

menyangkal perkiraan itu.

4) Disusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan

langkah-langkah yang terdahulu.

Penyajian pembelajaran matematika perlu dimulai dari contoh-contoh, yaitu

hal-hal yang bersifat khusus, selanjutnya secara bertahap menuju kepada

pembentukan suatu kesimpulan yang bersifat umum. Kesimpulan yang didapat

berupa definisi atau teorema.

Contoh penerapan pendekatan induktif dalam pembelajaran matematika yaitu:

1) Penentuan Pola Bilangan

Selidiki jumlah 1 + 3 + 5 + 7 + 9 + 11 + …..

Jawab:

1 = 1 = 1.1

1 + 3 = 4 = 2.2

1 + 3 + 5 = 9 = 3.3

1 + 3 + 5 + 7 = 16 = 4.4

1 + 3 + 5 + 7 + 9 = 25 = 5.5

1 + 3 + 5 + 7 + 9 + 11 = 36 = 6.6

Page 39: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

35

35

2) Penentuan Pola Geometri

Perhatikan gambar berikut ini!

Gambar 2. Pola Geometri

Dapatkah kita menduga dua bilangan sesudah 10!

Jawab:

Dua bilangan sesudah 10 adalah 15 dan 21.

2) Pendekatan Deduktif

Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang

menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion)

berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang

kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Pendekatan deduktif

merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan khusus

sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip

umum dan diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum

ke dalam keadaan khusus.

Sutrisman (1987) diacu dalam Samosir (1997:80) mendefinisikan pendekatan

deduktif sebagai suatu cara mengajar yang dikembangkan berdasarkan penalaran

deduktif, jadi pendekatan deduktif adalah pendekatan yang dimulai dari definisi

kemudian diikuti dengan contoh-contoh. Pembelajaran dengan pendekatan deduktif

terkadang sering disebut pembelajaran tradisional yaitu guru memulai dengan teori-

teori dan meningkat ke penerapan teori (contoh). Pembelajaran dengan pendekatan

deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan kepada

siswa.

Pendekatan deduktif memiliki karekteristik yaitu:

1) Pembelajaran yang menekankan pada guru mentransfer informasi atau

pengetahuan kepada siswa (berupa pemaparan abstraksi, definisi dan penjelasan

istilah-istilah), yaitu cenderung berorientasi pada perolehan materi.

2) Dilandasi suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berjalan dengan baik

bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya dan konsep dasarnya.

3) Menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke yang bersifat khusus yaitu guru

memberikan materi dan kemudian memberika contoh-contoh soalnya.

4) Lebih menekankan ingatan siswa dan siswa bersifat pasif dalam kegiatan

pembelajaran. Guru berperan banyak dalam kegiatan pembelajaran, siswa hanya

menurut pola pengajaran yang disajikan oleh gurunya.

Page 40: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

36

36

Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan deduktif dalam

pembelajaran adalah:

1) Memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan.

2) Menyajikan aturan, prinsip yang berifat umum, lengkap dengan definisi dan

buktinya.

3) Disajikan contoh-contoh khusus agar peserta didik dapat menyusun hubungan

antara keadaan khusus dengan aturan prinsip umum.

4) Disajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa

keadaan khusus itu merupakan gambaran dari keadaan umum

Pendekatan pembelajaran deduktif dimulai dengan guru menentukan materi

pembelajaran yang akan dipelajari oleh siswa sehingga konsep atau prinsip (teorema

atau rumus) yang disampaikan sesuai dengan materi, menjelaskan secara rinci kepada

siswa teorema atau rumus dan definisi lengkap dengan pembuktiannya, dan kemudian

guru memberikan contoh-contoh soal yang sesuai dengan penerapan teorema atau

rumus-rumus tersebut kepada siswa.

Contoh penerapan pendekatan deduktif dalam pembelajaran matematika yaitu

dalam menentukan volume kerucut:

Sebuah kerucut berdiameter 14 cm dan tingginya 8 cm. Hitunglah volume kerucut!

Jawab:

Premis mayor : Volume kerucut = x Luas alas x tinggi kerucut

Premis minor : Kerucut dengan diameter 14 cm dan tinggi 8 cm.

Kesimpulan : Volume kerucut 410,67 cm3

Keterangan :

Premis mayor : xr2 x t

Premis minor : d = 14 cm dan t = 8 cm.

Kesimpulan : Volume kerucut = 410,67 cm3

Kesimpulan dapat diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:

d = 14 cm berarti r = 7 cm

t = 8 cm

Volume Kerucut = x (7 cm)2 x 8 cm

= x 49 cm2 x 8 cm

= 410,67 cm3

Jadi kesimpulannya adalah volume kerucut 410,67 cm3.

3) Pendekatan Spiral

Dalam kegiatan belajar mengajar, teknik spiral berarti siswa memahami suatu

konsep pengetahuan yang sama, tetapi semakin tinggi tingkat kesukarannya semakin sulit atau dengan kata lain semakin tinggi konsep itu maka semakin meluas dan

mendalam.

Pendekatan spiral merupakan suatu prosedur pembahasan konsep yang dimulai

dengan cara sederhana dari konkret ke abstrak, dari cara intuitif ke analisis, dari

penyelidikan (eksplorasi) ke penguasaan, dari tahap paling rendah hingga tahap yang

Page 41: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

37

37

paling tinggi, dalam waktu yang cukup lama, dan dalam selang-selang waktu

terpisah-pisah.

Pada pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan spiral, suatu

konsep tidak diajarkan dari awal sampai akhir secara sebagian-sebagian, berulang-

ulang, atau dalam selang waktu yang terpisah-pisah. Tetapi dalam pembelajaran,

mula-mula konsep tersebut dikenalkan dengan cara dan dalam bentuk sederhana yang

makin lama makin kompleks dan dalam bentuk abstrak. Pada akhirnya digunakan

bentuk umum dalam matematika, di antara selang waktu yang terpisah itu diberikan

konsep-konsep lain.

Pendekatan spiral dalam belajar matematika, konsep-konsep matematika yang

sering dikembangkan disekolah adalah konsep bilangan, luas, bukti, menghitung,

fungsi dan limit. Konsep tersebut dikembangkan dalam satu spiral berjalan dari

definisi dan aplikasi yang konkret dan khusus menuju ke definisi dan aplikasi yang

makin abstrak dan umum. Sesudaah siswa matang secara intelektual mereka lebih

mampu memahami dan menggunakan konsep yang lebih abstrak.

Pembelajaran spiral adalah belajar berlanjut dari yang konkret menuju yang

abstrak dan umum. Setiap konsep dan prinsip hendaknya didefinisikan dan disajikan

dengan cara yang cukup konkret dan cukup terperinci agar konsisten dengan

perkembangan intelektual anak dan kematangan matematikanya. Setelah itu dapat

diajarkan perkembangan konsep selanjutnya dan ini merupakan perkembangan

kronologis mental manusia. Belajar spiral sesuai dengan tahap perkembngan

intelektual anak. Murid seharusnya tidak diajarkan keterampilan menjumlahkan

pecahan sebelum mereka dapat menambah, mengalikan, membagi dan mengetahui

simbol dalam matematika.

Misalkan konsep bilangan. Dikelas 1 SD murid diajarkan menghitung, mengenal

lambamg bilangan, menulis lambang bilangan. Di kelsa 3 suda mempelajari konsep

himpunan bilangan asli, konsep pecahan dapat disajikan dan siswa dapat belajar sifat

pecahan bilangan positif. Selanjutnya diajarkan sebagai penyajian baru pecahan

desimal, disajikan setelah mengetahui konsep bilangan cacah dan pecahan. Pada

kelas berikutnya konsep bilangan digeneralisasikan, mencakup bilangan negatif dan

pecahan negatif. Kemudian dalam aljabar sistem bilangan digeneralisasikan lagi lebih

lanjut, bilangan rill yang lebuh abstrak.

Pembelajaran dengan pendekatan spiral semakin keatas spiral tersebut

melingkar semakin besar, yang menggambarkan makin lama materi yang dibahas

semakin tinggi tingkatannya dan semakin luas. Misalnya dalam kurikulum 1994.

Konsep luas mulai diajarkan di kelas III SD sampai di kelas II SMP.

1) Di kelas III SD, mula-mula dikenalkan dengan perbandingan luas permukaan

benda dengan bangun persegi atau persegipanjang, menghitung luas daerah

persegi dan persegipanjang dengan membilang petak persegi, kemudian

meluas untuk permukaan tidak teratur namun masih menggunakan cara yang

sama.

2) Di Kelas IV SD, menghitung luas persegi dan persegipanjang dengan

membilang petak persegi satuan (ulangan), dilanjutkan dengan cara

mengalikan banyak petak persegi pada kolom dan baris, dan dikenal rumus

luas persegi dan persegipanjang dan satuan bakunya.

Page 42: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

38

38

3) Di kelas V SD, dikenalkan rumus luas segitiga.

4) Di kelas VI SD, mulai dikenalkan luas jajargenjang dengan membandingkan

luas persegi panjang yang tinggi dan alasnya sama, dikenalkan rumus

lingkaran dan penggunaannya.

5) Di SMP kelas I Catur wulan 2, mengingat kembali mengenai luas persegi dan

persegipanjang (ulangan), dilanjutkan menentukan luas bidang kubus dan

balok.

6) Di SMP kelas I Catur wulan 3, mengingat kembali mengenai luas persegi dan

persegipanjang (ulangan), dilanjutkan menemukan rumusnya, kemudian

menghitung luas bangun datar lain (jajargenjang, segitiga) menggunakan luas

persegipanjang, dan dalam selang lain baru dikenalkan menemukan rumus

segitiga.

7) Di SMP kelas II Catur wulan I, dikenalkan menemukan rumus luas belah

ketupat, layinglayang, dan trapezium.

8) Di SMP kelas II Catur wulan 3, mengingat pengertian luas lingkaran,

menggunakan pendekatan luas lingkaran dengan menghitung persegi satuan,

menemukan rumus luas lingkaran dan menggunakannya.

Agar kegiatan belajar dengan menggunakan teknik spiral dapat berjalan secara

tepat guru harus menggunakan langkah-langkah. adapun langkah-langkah

penggunaan teknik pembelajaran spiral dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1) Guru menuliskan sebuah kata, misalnya kata ibu (sebagai subjek) atau dalam

pembelajaran operasi hitung bilangan campuran guru dapat menyajikan

operasi hitung campuran yang terdiri atas dua bilangan, misalnya 10 x 3 =…...

2) Langkah berikutnya guru menambahkan sebuah frasa misalnya sedang

memasak (sebagai predikat) atau dalam pembelajaran operasi hitung bilangan

campuran, bilangan tersebut diperluas dengan satu bilangan lagi, misalnya 10

x 3 + 4 =……

3) Langkah selanjutnya guru menambahkan lagi sebuah kata misalnyanasi

(sebagai objek) atau dalam pembelajaran operasi hitung bilangan campuran,

bilangan tersebut diperluas dengan satu bilangan lagi, misalnya 10 x 3 + 4 : 2

= ……

4) Langkah terakhir, guru menambahkan lagi sebuah frasa misalnya di dapur

(sebagai keterangan tempat) atau dalam pembelajaran operasi hitung bilangan

campuran bilangan tersebut diperluas dengan satu bilangan lagi, misalnya

10 x 3 + 4 : 2 15 =……

4) Pendekatan Konstruktivisme

Pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme baik sosial

maupun individual, maka perlu memandang matematika sebagai aktivitas manusia

(human activity). Kita perlu memandang bahwa belajar matematika itu sebagai suatu

kegiatan bermatematika (melakukan aktivitas matematika). Jadi belajar matematika

adalah bermatematika (learning mathematics is doing mathematics). Sehingga

seorang pembelajar matematika perlu menyediakan aktivitas-aktivitas matematika

yang harus dilakukan oleh pembelajarnya, agar tujuan pembelajaran (kompetensi)

yang diinginkan dapat tercapai. Melalui aktivitas bermatematika siawa mengkonstruk

(membangun) matematika di dalam pikirannya. Selain menyediakan aktivitas

Page 43: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

39

39

bermatematika bagi siawa, tugas guru adalah mendorong (memberi motivasi),

merefleksi dan memberi kemudahan bagi terjadinya konstruksi matematika di dalam

pikiran siswa. Guru matematika yang konstruktivistik perlu memiliki (menguasai)

matematika terutama bahan ajar agar dapat menyususn aktivitas-aktivitas matematika

yang diperlukan dalam melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran konstruktivistik

tidak menjelaskan matematika kepada siawanya, tetapi menyediakan aktivitas

matematika, mendorong siswa melakukan aktivitas, memonitor agar bisa membuat

refleksi tentang apa yang sedang dilakukan siswa, memberi kemudahan jika

diperlukan, menggalakkan interaksi dan mengecek apakah siswa siswa telah

mengkonstruk atau belum, agar dapat menentukan kemudahan apa yang perlu

diberikan dan langkah selanjutnya menilai kemajuan dan perolehan siswa.

Pandangan–pandangan kontruktivisme yang telah dijelaskan masih bersifat

umum, maka untuk keperluan penerapannya secara efektif dalam pembelajaran di

kelas, maka perlu dirumuskan kegiatan-kegiatan operasional dalam setiap komponen

pada rencana pengajaran. Praktik-praktik konstruktivistik terbagi menjadi 4 aspek

yaitu:

1) Perencanaan kegiatan

a) Mencoba menggali dan menggunakan pertanyaan serta ide-ide siswa untuk

mengarahkan pelajaran dan unit-unit pembelajaran seluruhnya.

b) Menerima dan menggalakkan siswa untuk memulai menyampaikan ide

c) Menggalang kepemimpinan oleh siswa, kerja sama antar siswa, pencarian

sumber informasi dan pengambilan tindakan nyata sebagai hasil proses

pembelajaran.

2) Strategi dalam kelas

a) Menggunakan pemikiran, pengalaman, dan minat siswa untuk mengarahkan

pembelajaran.

b) Menggalakkan pemanfaatan sumber-sumber informasi alternative berupa

materi tertulis dan “pakar” selain buku teks.

c) Menggunakan pertanyaan terbuka

3) Kegiatan siswa

a) Menggalakkan siswa untuk mengelaborasi pertanyaan dan jawaban mereka.

b) Menggalakkan siswa untuk memberikan argumentasi untuk setiap keputusan

yang diambil.

c) Menggalakkan siswa untuk memprediksi konsekuensi.

d) Menggalakkan siswa untuk menguji ide mereka sendiri, misalnya menjawab

pertanyaan mereka, membuat dugaandugaan mengenai penyebab dan

membuat prediksiprediksi mengenai konsekuensi.

4) Teknik mengajar

a) Mencari ide-ide siswa sebelum menyebutkan ide-ide guru atau sebelum

mempelajari ide-ide dari buku teks atau sumber-sumber lain

b) Menggalakkan siswa untuk saling membandingkan dan mendebat ide dan

konsep teman-temannya

c) Menggunakan strategi pembelajaran kooperatif yang menekankan kolaboratif,

menghormati, individualitas, dan menggunakan teknik pembagian kerja

d) Menggalakkan pemberian waktu yang cukup untuk melakukan refleksi dan

analisis.

Page 44: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

40

40

e) Menghargai dan menggunakan semua ide yang dikemukakan siswa.

f) Menggunakan analisis pribadi, pengumpulan bukti-bukti nyata untuk

mendukung ide, perumusan kembali ide setelah ada pengalaman dan bukti

baru.

Berikut contoh penerapan pendekatan kontruktivistik dalam pembelajaran

matematika di SD yaitu:

1) Kompetensi

Memahami konsep bilangan bulat

2) Motivasi

Anak-anak, kalian tentu masih ingat pada waktu di TK dulu pernah belajar tentang

bilangan, angakat tangan! (diharapkan semua atau sebagian besar anak

mengangkat tangannya masingmasing. Baik sekali, B/I sangat senang karena

ternyata kalian ingin dan senang belajar agar kelak bias jadi anak yang pandai.

3) Kemudahan/Fasilitas

Setiap anak memperoleh satu kotak berisi seperangkat alat peraga untuk bilangan

bulat. Selain itu mereka mendapat arahan atau petunjuk dari guru.

4) Aktivitas

Isi oval macam benda pada kertas-kertas yang baru kalian terima dengan satu

macam benda yang kalian ambil dari kotak kalian, yang banyaknya sesuai dengan

bilangan yang tertera diatasnya.

5) Interaksi

Diskusi/bicarakan dengan temanmu apakah jawabanmu sudah benar atau belum.

6) Monitoring

Guru berkeliling melihat apakah anak bekerja sesuai dengan yang diberikan,

memberi bantuan seperlunya kepada siswa yang melakukan kesalahan, atau

mengalami kemacetan.

7) Pengecekan

Guru meminta satu atau dua siswa menampil jawaban yang benar di papan,

memberi peluang siswa yang lain untuk memberi tanggapan atau mengajukan

pertanyaan.

8) Pemantapan guru mereview bahan yang baru dipelajari

9) Penilaian

Tes dan non tes meliputi keaktifan, penyelesaian tugas dilakukan selama dan akhir

pembelajaran.

D. RINGKASAN MATERI

Pendekatan pembelajaran dapat berarti aturan pembelajaran yang berusaha

meninngkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa

dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar. Selain tu pendekatan

pembelajaran adalah arah suatu kebijaksanaan yang ditempuh guru atau siswa dalam

mencapai tujuan pengajaran dilihat dari bagaimana materi disajikan. Pengertian lain

dari pendekatan pembelajaran adalah jalan atau cara yang digunakan oleh guru atau

pembelajar untuk memungkinkan siswa belajar.

Page 45: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

41

41

Beberapa pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk

membelajarkan matematika di SD yaitu: 1) pendekatan induktik, 2) pendekatan

deduktif, 3) pendekatan spiral dan 4) pendekatan kontruktivisme.

E. Tugas dan Latihan

1) Jelaskan komponen utama dalam pendekatan pembelajaran menurut

pemahaman Anda!

2) Sebutkan dan jelaskan pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam

pembelajaran matematika SD!

F. Rambu-Rambu Jawaban

1) Jawaban Anda benar jika menjelaskan delapan komponen pembelajaran

meliputi: 1) Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful

connections), 2) Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing

significant work), 3) Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning), 4)

Bekerja sama (collaborating), 5) Berpikir kritis dan kreatif (critical and

creative thinking), 6) Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the

individual), 7) Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards), dan

8) Menggunakan penilaian autentik (using authentic assesment).

2) Jawaban Anda benar jika menjelaskan empat pendekatan pembelajaran yang

dapat digunakan dalam pembelajaran matematika SD meliputi: 1) pendekatan

induktik, 2) pendekatan deduktif, 3) pendekatan spiral dan 4) pendekatan

kontruktivisme.

Page 46: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

42

42

BAB V

A. TUJUAN

Setelah mempelajari modul ini, anda diharapkan mampu:

1. Menjelaskan dan memahami pengertian metode pembelajaran matematika

2. Menjelaskan dan memahami jenis-jenis metode pembelajaran matematika di SD

dan penerapannya.

B POKOK-POKOK MATERI

3. Pengertian metode pembelajaran matematika

4. Jenis-jenis metode pembelajaran matematika di SD dan penerapannya

D. URAIAN MATERI

C.1 Pengertian Metode Pembelajaran Matematika

Metode pembelajaran merupakan sebuah perencanaan yang utuh dan

bersistem dalam menyajikan materi pelajaran. Metode pembelajaran dilakukan secara

teratur dan bertahap dengan cara yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan tertentu

dibawah kondisi yang berbeda. Penggunaan metode pembelajaran sangat penting

karena dengan metode guru dapat merencanakan proses pembelajaran yang utuh dan

bersistem dalam menyajikan materi pembelajaran.

Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektifitas dan

efisiensi pembelajaran. Pembelajaran matematika perlu dilakukan dengan sedikit

ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada

interaksi peserta didik. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu

peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran matematika.

Adapun ciri-ciri metode yang baik untuk proses belajar mengajar adalah

sebagai berikut:

a) Bersifat luwes, fleksibel dan memiliki daya yang sesuai dengan watak murid

dan materi.

b) Bersifat fungsional dalam menyatukan teori dengan praktik dan mengantarkan

murid pada kemampuan praktis.

c) Tidak mereduksi materi, bahkan sebaliknya mengembangkan materi.

d) Memberikan keleluasaan pada murid untuk menyatakan pendapat.

e) Mampu menempatkan guru dalam posisi yang tepat, terhormat dalam

keseluruhan proses pembelajaran.

Sedangkan dalam penggunaan suatu metode pembelajaran harus

memperhatikan beberapa hal berikut:

a) Metode yang digunakan dapat membangkitkan motif, minat atau gairah

belajar murid.

METODE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD

Page 47: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

43

43

b) Metode yang digunakan dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian

murid.

c) Metode yang digunakan dapat memberikan kesempatan kepada murid untuk

mewujudkan hasil karya.

d) Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar

lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi.

e) Metode yang digunakan dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri

dan cara memperoleh ilmu pengetahuan melalui usaha pribadi.

f) Metode yang digunakan dapat meniadakan penyajian yang bersifat verbalitas

dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan.

g) Metode yang digunakan dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai

serta sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang

baik dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika seorang guru dalam memilih metode pembelajaran untuk

digunakan dalam praktik mengajar, maka harus mempertimbangkan hal-hal

sebagai berikut:

a) Tidak ada metode yang paling unggul karena semua metode mempunyai

karakteristik yang berbeda-beda dan memiliki kelemahan serta keunggulannya

masing-masing.

b) Setiap metode hanya sesuai untuk pembelajaran sejumlah kompetensi tertentu

dan tidak sesuai untuk pembelajaran sejumlah kompetensi lainnya.

c) Setiap kompetensi memiliki karakteristik yang umum maupun yang spesifik

sehingga pembelajaran suatu kompetensi membutuhkan metode tertentu yang

mungkin tidak sama dengan kompetensi yang lain.

d) Setiap siswa memiliki sensitifitas berbeda terhadap metode pembelajaran.

e) Setiap siswa memiliki bekal perilaku yang berbeda serta tingkat kecerdasan

yang berbeda pula.

f) Setiap materi pembelajaran membutuhkan waktu dan sarana yang berbeda.

g) Tidak semua sekolah memiliki sarana dan fasilitas lainnya yang lengkap.

h) Setiap guru memiliki kemampuan dan sikap yang berbeda dalam menerapkan

suatu metode pembelajaran.

Adapun prinsip-prinsip penentuan metode dalam proses belajar mengajar

adalah sebagai berikut:

a) Prinsip motivasi dan tujuan belajar

Motivasi memiliki kekuatan yang sangat dahsyat dalam proses belajar

mengajar. Belajar tanpa motivasi seperti badan tanpa jiwa. Demikian juga

tujuan, proses belajar mengajar yang tidak mempunyai tujuan yang jelas akan

tidak terarah.

Page 48: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

44

44

b) Prinsip kematangan dan perbedaan individual

Semua perkembangan pada anak memiliki tempo yang berbeda-beda, karena

itu setiap guru agar memperhatikan waktu dan irama perkembangan anak,

motif, intelegensi dan emosi kecepatan menangkap pelajaran, serta

pembawaan dan faktor lingkungan.

c) Prinsip penyediaan peluang dan pengalaman praktis

Belajar dengan memperhatikan peluang sebesar-besarnya bagi partisipasi anak

didik dan pengalaman langsung akan lebih memiliki makna dari pada belajar

verbalistik.

d) Integrasi pemahaman dan pengalaman

Penyatuan pemahaman dan pengalaman menghendaki suatu proses

pembelajaran yang mampu menerapkan pengalaman nyata dalam suatu proses

belajar mengajar.

e) Prinsip fungsional

Belajar merupakan proses pengalaman hidup yang bermanfaat bagi kehidupan

berikutnya. Setiap belajar nampaknya tidak bisa lepas dari nilai manfaat,

sekalipun bisa berupa nilai manfaat teoritis atau praktis bagi kehidupan sehari-

hari.

f) Prinsip penggembiraan

Belajar merupakan proses yang terus berlanjut tanpa henti, tentu seiring

kebutuhan dan tuntutan yang terus berkembang. Berkaitan dengan

kepentingan belajar yang terus menerus, maka metode mengajar jangan

sampai memberi kesan memberatkan, sehingga kesadaran pada anak untuk

belajar cepat berakhir.

Dengan memperhatikan prinsip-prinsip penentuan metode pembelajaran di

atas, diharapkan dalam proses belajar mengajar dapat lebih efektif dan efisien dan

dapat mengoptimalkan tercapainya tujuan yang hendak dicapai, karena dengan

memperhatikan prinsip-prinsip tersebut seorang guru bisa mempertimbangkan mana

metode yang sesuai yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar.

C.2 Jenis-jenis Metode Pembelajaran Matematika di SD dan Penerapannya

Metode belajar yang dipilih menenetukan kegiatan belajar atau interaksi

antara guru dan siswa. Seorang guru harus menguasai metode pembelajaran untuk

mempermudah siswa dalam menguasai suatu materi. Berikut ini jenis – jenis metode

yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika:

1) Metode Ceramah

Metode ceramah adalah metode memberikan uraian atau penjelasan kepada

sejumlah murid pada waktu dan tempat tertentu. Dengan kata lain metode ini adalah

sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara

lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ini

Page 49: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

45

45

disebut juga dengan metode kuliah atau metode pidato. Penggunaan metode ini

sifatnya sangat praktis dan efisien bagi pemberian pengajaran yang bahannya banyak

dan mempunyai banyak peserta didik. Metode ceramah merupakan cara mengajar

yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan, oleh

karena itu metode ini boleh dikatakan sebagai metode pengajaran tradisional karena

sejak dulu metode ini digunakan sebagai alat komunikasi guru dalam menyampaikan

materi pelajaran. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru

dapat menggunakan alat-alat bantu media pembelajaran seperti gambar dan audio

visual lainnya.

Metode ceramah memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan

metode ceramah:

a) Materi yang diberikan terurai dengan jelas.

b) Suasana kelas berjalan dengan tenang, karena murid melakukan aktivitas yang

sama, sehingga guru dapat mengawasi murid sekaligus secara komprehensif.

c) Tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama, dengan waktu

yang cukup singkat murid dapat menerima pelajaran sekaligus secara

bersama.

d) Pelajaran bisa dilaksanakan dengan cepat, karena dalam waktu yang sedikit

dapat diuraikan bahan yang banyak.

e) Melatih para pelajar untuk menggunakan pendengarannya dengan baik

sehingga mereka dapat menangkap dan enyimpulkan isi ceramah dengan

cepat dan tepat.

Kelemahan metode ceramah:

a) Guru lebih aktif sedangkan murid pasif karena perhatian hanya terpusat pada

guru saja.

b) Murid seakan diharuskan mengikuti segala apa yang disampaikan oleh guru,

meskipun murid ada yang bersifat kritis karena guru dianggap selalu benar.

c) Interaksi cenderung bersifat Centred (berpusat pada guru)

d) Guru kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana siswa telah

menguasai bahan ceramah.

e) Mungkin saja siswa memperoleh konsep-konsep lain yang berbeda dengan

apa yang dimaksudkan guru.

f) Siswa kurang menangkap apa yang dimaksud oleh guru, jika ceramah berisi

ceramah-ceramah yang kurang atau tidak dimengerti oleh siswa dan akhirnya

mengarah verbalisme.

Dalam menerapkan metode ceramah di dalam pembelajaran matematika,

adapaun tahap-tahapnya yaitu:

1) Tahap persiapan

Yaitu tahapan dimana guru menciptakan kondisi belajar yang baik sebelum

mengajar.

Page 50: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

46

46

2) Tahap penyajian

Tahap ini merupakan tahap penyampaian materi pembelajaran.

3) Tahap asosiasi

Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghubungkan

dan membandingkan bahan ceramah yang diterimanya. Pada tahap ini guru dan

siswa melakukan tanya jawab

4) Tahap generalisasi dan kesimpulan:

Tahap ini kelas menyimpulkan hasil ceramah yang umumnya siswa mencatat

bahan yang diceramahkan

5) Tahap evaluasi

Merupakan tahap terakhir untuk melakukan penilaian terhadap pemahaman siswa

tentang materi yang telah disampaikan oleh guru sebelmunya.

Gambaran pengajaran matematika dengan metode ceramah adalah sebagai

berikut. Guru mendominasi kegiatan belajar mengajar. Definisi dari rumus

diberikannya. Penurunan rumus atau pembuktian dalil dilakukan sendiri oleh guru.

Diberitahukannya apa yang harus dikerjakan dan bagaimana menyimpulkannya.

Contoh-contoh soal diberikan dan dikerjakan pula oleh guru. Langkah-langkah guru

diikuti dengan teliti oleh murid. Mereka meniru cara kerja dan cara penyelesaian yang

dilakukan oleh guru.

2) Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode yang sering digunakan guru

matematika dalam mendemontrasikan sesuatu hal. Metode ini dilakukan dengan

memperagakan barang, kejadian aturan atau suatu tahapan menggunakan media

atau alat peraga yang ada yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.

Sanjaya (2006), dan Sumantri dan Permana (1998/1999) mengemukakan

bahwa demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan

mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang

sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang

dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan

yang harus didemonstrasikan. Metode Demonstrasi biasanya berkenaan dengan

tindakan-tindakan atau prosedur yang dilakukan misalnya: proses mengerjakan

sesuatu, proses menggunakan sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain,

atau untuk mengetahui/melihat kebenaran sesuatu.

Tujuan metode demonstrasi:

a) Memperlihatkan suatu proses atau prosedur yang harus dikuasai siswa.

b) Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada siswa.

c) Mengembangkan kemampuan indera penglihatan dan indera pendengaran

siswa.

Page 51: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

47

47

Metode demonstrasi memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan

dan kelemahan yaitu sebagai berikut:

Kelebihan metode demonstrasi:

1) Perhatian siswa lebih dapat terpusatkan pada pelajaran yang diberikan.

2) Kesalahan-kesalahan yang terjadi bila pelajaran itu diceramahkan dapat

diatasi melalui pengamatan dan contoh yang konkrit.

3) Memberi motivasi yang kuat untuk siswa agar lebih giat belajar.

4) Siswa dapat berpartisipasi aktif dan memperoleh pengalaman langsung

5) Siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang didemontrasikan

itu.

6) Proses pembelajaran akan sangat menarik, sebab siswa tak hanya

mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.

7) Menyajikan materi yang tidak bisa disajikan oleh metode lain.

Kelemahan metode demonstrasi:

1) Bila alatnya terlalu kecil atau penempatannya kurang tepat menyebabkan

demonstrasi itu tidak dapat dilihat jelas oleh seluruh siswa.

2) Bila waktu tidak tersedia cukup, maka demonstrasi akan berlangsung

terputus-putus atau berjalan tergesa-gesa. Tidak semua guru dapat melakukan

demonstrasi dengan baik. Terbatasnya sumber belajar, alat pelajaran, media

pembelajaran, situasi yang sering tidak mudah diatur dan terbatasnya waktu.

Metode demonstrasi memerlukan persiapan dan perancangan yang matang.

Dalam menerapkan metode demonstrasi di dalam pembelajaran matematika,

adapaun urutan kegiatan menggunakan metode demonstrasi diawali dengan kegiatan

perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut.

1) Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:

a) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi

berakhir.

b) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan.

c) Lakukan uji coba demonstrasi.

2) Tahap Pelaksanaan

a) Langkah pembukaan. Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang

harus diperhatikan, di antaranya:

- Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat

memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.

- Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.

- Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya

siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari

pelaksanaan demonstrasi.

Page 52: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

48

48

b) Langkah pelaksanaan demonstrasi.

- Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa

untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaanpertanyaan yang mengandung

teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan

demonstrasi.

- Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang

menegangkan.

- Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan

memerhatikan reaksi seluruh siswa

- Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih

lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.

3) Langkah mengakhiri demonstrasi. Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses

pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada

kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan

pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami

proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada

baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses

demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.

3) Metode Eksperimen

Metode eksperimen merupakan pengembangan dari metode ilmiah yang

terdapat dalam matematika. Metode ini membantu siswa dalam memahami materi

sesuai dengan fakta yang sebenarnya, karena siswa dapat mengamati secara langsung

fakta yang ada pada sesuatu benda atau suatu proses. Metode eksperimen ini

bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sikap ilmiah serta

keterampilan proses matematika siswa.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan metode

eksperimen adalah sebagai berikut:

1) Tetapkan tujuan eksperimen

2) Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan

3) Persiapkan tempat eksperimen

4) Pertimbangkan jumlah peserta didik sesuai denganalat-alat yang tersedia.

5) Perhatikan keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindarkan

risiko yang merugikan atau berbahaya.

6) Perhatikan disiplin atau tata tertib, terutama dalam menjaga peralatan dan bahan

yang akan digunakan.

7) Berikan penjelasan tentang apa yang harus dikerjakan dan tahapan-tahapan yang

mesti dilakukan peserta didik, termasuk yang dilarang danyang membahayakan.

Metode eksperimen memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan

dan kelemahan yaitu sebagai berikut:

Page 53: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

49

49

Kelebihan metode eksperimen:

1) Siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala

masalah.

2) Mereka lebih aktif berfikir dan membuktikan sendiri kebenaran suatu teori.

3) Siswa dalam melaksanakan eksperimen selain memperoleh ilmu pengetahuan

juga menemukan pengalaman praktis serta ketrampilan menggunakan alat-alat

percobaan.

4) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan

percobaannya.

5) Dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan

penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.

6) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran

umat manusia.

Kelemahan metode eksperimen:

1) Seorang guru harus benar-benar menguasai materi yang diamati dan harus

mampu memanage siswanya

2) Memerlukan waktu dan biaya yang sedikit lebih dibandingkan yang lain

3) Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi.

4) Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak

selalu mudah diperoleh dan kadangkala mahal.

5) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.

6) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena

mungkin ada factor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan

atau pengendalian.

Dalam menerapkan metode eksperimen di dalam pembelajaran matematika,

adapaun langkah-langkah metode ini meliputi:

a) Memberi penjelasan secukupnya tentang apa yang harus dilakukan dalam

eksperimen

b) Menentukan langkah-langkah pokok dalam membantu siswa dengan

eksperimen

c) Sebelum eksperimen di laksanakan terlebih dahulu guru harus menetapkan:

- Alat-alat apa yang diperlukan

- Langkah-langkah apa yang harus ditempuh

- Hal-hal apa yang harus dicatat

- Variabel-variabel mana yang harus dikontrol

d) Setelah eksperimen guru harus menentukan apakah follow-up (tindak lanjut)

eksperimen contohnya:

- Mengumpulkan laporan mengenai eksperimen tersebut

- Mengadakan tanya jawab tentang proses

- Melaksanakan teks untuk menguji pengertian siswa.

Page 54: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

50

50

4) Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab merupakan cara menyajikan bahan ajar dalam bentuk

pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban untuk mencapai tujuan. Dalam

metode tanya jawab, pertanyaan-pertanyaan bisa muncul dari guru, bisa juga dari

peserta didik, demikian pula halnya jawaban yang dapat muncul dari guru maupun

peserta didik. Oleh karena itu, dengan menggunakan metode ini siswa menjadi lebih

aktif daripada belajar mengajar dengan metode ekspositori.

Dalam metode tanya jawab, pertanyaan dapat digunakan untuk merangsang

keaktifan dan kreativitas berpikir siswa/peserta didik, sehingga mereka harus

didorong untuk mencari dan menemukan jawaban yang tepat dan memuaskan.

Sebelum pertanyaan-pertanyaan itu diberikan, sebagai pengarahan diperlukan pula

cara informatif. Bahan yang diajarkan masih terbatas pada hal-hal yang ditanyakan

oleh guru. Inisiatif dimulai dari guru. Sesudah pengarahan, dimulailah dengan

pengajuan pertanyaan .Jika pertanyaan terlalu sulit, jawaban siswa mungkin hanya

“tidak tahu”, “tidak dapat”, gelengan kepala, atau hanya diam saja. Kelas diam bisa

juga diakibatkan oleh sikap atau tindakanguru yang tidak menyenangkan siswa. Hal

ini dapat menjengkelkan guru. Kalau guru marah karena hal tersebut, murid akan

menjadi (lebih) takut untuk menjawab atau bertanya.

Pertanyaan yang baik memiliki kriteria sebagai berikut :

1) Memberi acuan, pertanyaan yang memberi acuan adalah suatu bentuk pertanyaan

yang sebelumnya diberikan uraian singkat tentang apa-apayang akan ditanyakan,

jadi pertanyaan tersebut merupakan kelanjutan dari ceramah guru.

2) Memusatkan jawaban, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan perlu dipusatkan pada

apa-apa yang menjadi tujuan kegiatan pembelajaran.

3) Memberi tuntunan, guru dapat menuntun peserta didik dengan pertanyaan-

pertanyaan yang menuntun mereka pada jawaban yang benar.

4) Melacak jawaban peserta didik, guru mengajukan beberapa pertanyaan kembali

meskipun jawaban atas pertanyaan pertama sudah benar.

Metode tanya jawab memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan

dan kelemahan yaitu sebagai berikut:

Kelebihan metode tanya jawab:

1) Guru dapat mengetahui penguasaan pelajar terhadap bahan yang telah

disajikan.

2) Dapat digunakan untuk menyelidiki pembicaraan-pembicaaraan untuk

menyemangatkan pelajar.

3) Memotivasi siswa untuk mempersiapkan diri dan mengikuti proses

pembelajaran secara aktif.

4) Mendorong siswa berfikir kritis dan memperkaya pemahaman terhadap materi

yang diajarkan.

5) Dapat digunakan untuk menguji pengetahuan factual siswa untuk berbagai

tingkat kemampuan atau taxonomi untuk semua ranah terutama ranah

kognitif.

Page 55: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

51

51

6) Dapat digunakan sebagai alat motivasi ekstrinsik yang akan meningkatkan

semangat belajar siswa serta ketertarikan terhadap materi yang diajarkan.

7) Dapat digunakan untuk mengarahkan siswa kepada hasil belajar yang hendak

dicapai karena tanya jawab dapat memfokuskan perhatian siswa kepada

materi pembelajaran.

8) Mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

Kelemahan metode tanya jawab:

1) Guru hanya memberikan giliran pada pelajar tertentu saja.

2) Hanya dikuasai oleh siswa yang pandai.

3) Bila terjadi perbedaan pendapat, akan banyak menyita waktu untuk

menyelesaikannya.

4) Tanya jawab dapat menimbulkan penyimpangan dari pokok persoalan/ materi

pembelajaran, hal ini terjadi jika guru tidak dapat mengendalikan jawaban atas

segala pertanyaan siswanya

5) Membutuhkan waktu lama untuk merangkum materi pembelajaran

6) Tanya jawab akan dapat membosankan jika yang ditanyakan tidak ada variasi

Dalam menerapkan metode tanya jawab di dalam pembelajaran matematika,

adapaun langkah-langkah metode ini meliputi:

1) Pertanyaan-pertanyaan disusun berdasarkan tujuan yang jelas dan pasti.

2) Pertanyaan terarah pada pencapaian tertentu serta tidak memberikan

pertanyaan tertentu serta tidak memberikan pertanyaan yang menimbulkan

kebingungan dalam berpikir kepada anak didik.

3) Kata-kata dan kalimat pertanyaan supaya tersusun secara tepat dan terarah.

4) Menggunakan perbendaharaan bahasa sesuai dengan tingkat pemahaman

siswa dalam suatu kelas.

5) Metode Penemuan (Discovery)

Discovery learning adalah salah satu metode dalam pengajaran teori kognitif

dengan mengutamakan peran guru dalam menciptakan situasi belajar yang

melibatkan siswa belajar secara aktif dan mandiri. Metode pembelajaran discovery

(penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa

sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu

tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.

Pembelajaran dengan metode penemuan lebihmengutamakan proses daripada hasil

belajar. Dalam metode ini tidak berarti sesuatu yang ditemukan oleh peserta didik

(siswa) benar-benar baru sebab sudah diketahui oleh orang yang lain.

Metode penemuan (discovery) memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun

kelebihan dan kelemahan yaitu sebagai berikut:

Kelebihan metode penemuan (discovery):

1) Dapat membangkitkan kegairahan belajar pada diri siswa.

Page 56: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

52

52

2) Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang

dan maju sesuai dengan kampuan masing-masing.

3) Teknik ini mampu membantu siswa mengembangkan, memperbanyak

kesiapan serta penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif atau

pengarahan siswa.

4) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sebagai sangat pribadi atau

individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa

tersebut.

Kelemahan metode penemuan (discovery):

1) Ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu meningkatkan proses

pengertian saja

2) Teknik ini tidak memberikan kesempatan berfikir secara kreatif

3) Para siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental

4) Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini kurang berhasil

5) Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran

tradisional akan kecewa bila diganti dengan teknik penemuan

Dalam menerapkan metode penemuan (discovery) di dalam pembelajaran

matematika, adapaun langkah-langkah metode ini meliputi:

1) Adanya masalah yang akan dipecahkan.

2) Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik.

3) Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui kegiatan

tersebut perlu dikemukakan dan ditulis secara jelas.

4) Harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan.

5) Susunan kelas diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus

bebas pikiran peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.

6) Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengumpulkan data.

7) Guru harus memberikan jawaban dengan cepat dan tepat dengan data dan

informasi yang diperlukan peserta didik.

6) Metode Inquiri

Metode inquiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada

situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi,

ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari

jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan yang lain,

membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain.

metode inkuiri merupakan suatu metode yang pelaksanaannya memaksimalkan

kegiatan siswa secara aktif sehingga siswa akan lebih berfikir kritis dan logis dalam

menganalisis masalah.

Page 57: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

53

53

Metode inquiry memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dan

kelemahan yaitu sebagai berikut:

Kelebihan metode inquiry:

1) Mendorong siswa untuk berfikir dan atas inisiatifnya sendiri, bersifat

obyektif, jujur, dan terbuka.

2) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.

3) Dapat membentuk dan mengembangkan sel consept pada diri siswa.

4) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi belajar yang

baru.

5) Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri.

Kelemahan metode inquiry:

1) Siswa perlu memerlukan waktu menggunakan daya otaknya untuk berfikir

memperoleh pengertian tentang konsep.

Sebuah tujuan mengajar dengan inquiri adalah agar siswa tahu dan belajar

metode ilmiah dengan inquiri dan mampu mentransfernya ke dalam situasi lain.

Metode ini terdiri dari 4 tahap, yaitu :

1) Guru merangsang siswa dengan pertanyaan, masalah, permainan, teka-teki,

dan sebagainya.

2) Sebagai jawaban atas rangsangan yang diterimanya, siswa menentukan

prosedur mencari dan mengumpulkan informasi atau data yang

diperlukannyauntuk memecahkan pertanyaan, pernyataan, masalah, dan

sebagainya.

3) Siswa menghayati pengetahuan yang diperolehnya dengan inquiri yang baru

dilaksanakan.

4) Siswa menganalisis metode inquiri dan prosedur yangditemukan untuk

dijadikan metode umum yang dapat diterapkannya ke situasi lain.

Adapun kegiatan-kegiatan dalam menerapkan metode inquiri, sebagai berikut :

1) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam;

2) Merumuskan masalah yang ditemukan;

3) Merancang dan melakukan eksperimen;

4) Mengumpulkan dan menganalisis data;

5) Menarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah, yakni: objektif, jujur,

hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan, dan tanggung jawab.

7) Metode Latihan atau Drill

Metode drill (latihan) merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk

menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara

kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat juga digunakan untuk

memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan. Metode ini

tepat untuk memperoleh:

Page 58: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

54

54

a) Kecakapan memoris : mengucapkan kata-kata, tanya jawab, pemakaian tata

bahasa (grammar) yang tepat dalam pengajaran bahasa asing.

b) Kecakapan mental: dalam perkalian, menjumlah, mengurang, membagi, dan

lainlain.

Tujuan penerapan metode drill agar siswa dapat secara langsung memahami

materi yang diajarkan guru. Guru perlu merumuskan tujuan yang jelas dan hendak

dicapai oleh siswa. Metode drill biasanya digunakan dengan tujuan sebagai berikut:

1) Agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap.

2) Untuk memperoleh pengetahuan, setelah melaksanakan latihan akan

memperluas dan memperkaya pengetahuan serta keterampilan siswa di

sekolah, melalui kegiatan-kegiatan di luar sekolah.

3) Dengan melaksanakan latihan siswa aktif belajar.

4) Merasa terangsang untuk meningkatkan belajar yang lebih baik. Memupuk

inisiatif dan berani bertanggung jawab sendiri.

5) Selalu memanfaatkan waktu senggangnya untuk hal-hal yang menunjang

belajarnya.

Metode drill dipergunakan apabila suatu pokok bahasan atau aspek-aspek

tertentu yang memerlukan latihan yang lebih banyak atau memerlukan penjelasan

lebih lanjut melalui eksperimen atau sumber-sumber informasi lain yang lebih luas.

Dalam keadaan darurat, di mana guru karena sesuatu hal tidak dapat mengajar baik

untuk sebagian maupun seluruh jam pelajaran dan tidak ada guru lain maka siswa

dapat mengerjakan latihan mandiri.

Metode latihan atau driil memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun

kelebihan dan kelemahan yaitu sebagai berikut:

Kelebihan metode latihan atau driil:

1) Ketegasan dan ketrampilan siswa meningkat atau lebih tinggi dari apa yang

telah dipelajari.

2) Seorang siswa benar-benar memahami apa yang disampaikan

3) Bahan pelajaran yang diberikan dalam suasana yang sungguh-sungguh akan

lebih kokoh tertanam dalam daya ingatan murid, karena seluruh pikiran,

perasaan, kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan.

4) Anak didik akan dapat mempergunakan daya fikirannya dengan bertambah

baik, karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik akan menjadi

lebih teratur, teliti dan mendorong daya ingatnya.

5) Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang segera serta langsung dari

guru, memungkinkan murid untuk melakukan perbaikan kesalahan saat itu

juga. Hal ini dapat menghemat waktu belajar disamping itu juga murid

langsung mengetahui prestasinya.

Page 59: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

55

55

Kelemahan metode latihan atau driil:

1) Dalam latihan sering terjadi cara-cara atau gerak yang tidak berubah sehingga

menghambat bakat dan inisiatif siswa.

2) Sifat atau cara latihan kaku atau tidak fleksibel maka akan mengakibatkan

penguasaan ketrampilan melalui inisiatif individu tidak akan dicapai

Dalam menerapkan metode latihan atau drill di dalam pembelajaran

matematika, adapaun langkah-langkah metode ini meliputi:

1) Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini, guru melakukan persiapan berdasarkan penerapan

metode drill. Guru mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, instrumen

penelitian, daftar kehadiran siswa, dan soal latihan siswa untuk setiap pertemuan.

Pada saat membuat latihan, guru harus mempertimbangkan: tujuan yang akan dicapai,

jenis latihan yang jelas dan tepat sehingga siswa mengerti apa yang diberikan, sesuai

dengan kemampuan siswa, ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan

siswa, dan sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan latihan tersebut.

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan harus berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran

menggunakan penerapan metode drill. Kegiatan awal dimulai dengan menyampaikan

kompetensi dasar, kompetendi inti, indikator dan tujuan pembelajaran. Selanjutnya

kegiatan inti, dimulai dengan menyampaikan materi pembelajaran sesuai indikator

pembelajaran. Pokok bahasan yang dijelaskan oleh guru adalah Integral. Kegiatan

selanjutnya adalah pelaksanaan latihan. Langkah ini meliputi: diberikan

bimbingan/pengawasan oleh guru, diberikan dorongan sehingga siswa mau bekerja,

diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain, dan dianjurkan

agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik.

3) Tahap Pelaksanaan Pengamatan (Observasi) dan Evaluasi

Pada tahap ini dilakukan proses observasi selama kegiatan pembelajaran

berlangsung. Pada akhir siklus diadakan tes tertulis untuk mengukur hasil belajar.

Langkah ini meliputi laporan siswa secara tertulis dari apa yang telah dikerjakannya,

ada tanya jawab/diskusi kelas, penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes

maupun nontes atau cara lainnya. Siswa akan mendalami dan mengalami sendiri

pengetahuan yang dicarinya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya tinggal lama

dalam pikiran atau jiwanya. Jika siswa dalam melaksanakan latihannya ditunjang

dengan minat dan perhatian serta kejelasan tujuan belajarnya, maka latihan tersebut

dapat mengembangkan daya berpikir inisiatif, kreatif dan melatih siswa bertanggung

jawab.

4) Tahap Refleksi

Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi, selanjutnya

dianalisis. Dari hasil tersebut, peneliti akan merefleksi diri tentang keberhasilan

kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan pada setiap siklus. Data yang

Page 60: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

56

56

dilaksanakan dalam tahap ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk melaksanakan

siklus selanjutnya.

8) Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Metode pemecahan masalah atau problem solving adalah cara mengajar yang

dilakukan dengan cara melatih para murid menghadapi berbagai masalah untuk

dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama (Alipandie, 1984:105). Menurut

Sudirman (1987:146) metode problem solvingadalah cara penyajian bahan pelajaran

dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan

disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.

Pemecahan masalah memegang peranan penting dalam pembelajaran matematika.

Hal ini bertujuan agar pembelajaran dapat berlangsung secara fleksibel.

Metode pemecahan masalah atau problem solving memiliki kelebihan dan

kelemahan. Adapun kelebihan dan kelemahan yaitu sebagai berikut:

Kelebihan metode pemecahan masalah atau problem solving:

1) Masing-masing siswa diberi kesempatan yang sama dalam mengeluarkan

pendapatnya sehingga para siswa merasa lebih dihargai dan yang nantinya

akan menumbuhkan rasa percaya diri.

2) Para siswa akan diajak untuk lebih menghargai orang lain.

3) Untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan lisannya.

Kelemahan metode pemecahan masalah atau problem solving:

1) Karena tidak melihat kualitas pendapat yang disampaikan terkadang

penguasaan materi sering diabaikan.

2) Metode ini sering kali menyulitkan mereka yang sungkan mengutarakan

pendapat secara lisan.

Dalam menerapkan metode pemecahan masalah atau problem solving di

dalam pembelajaran matematika, adapaun langkah-langkah metode ini meliputi:

1) Merasakan adanya masalah-masalah yang potensial;

2) Merumuskan masalah;

3) Mencari jalan keluar;

4) Memilih jalan ke luar yang paling tepat;

5) Melaksanakan pemecahan masalah;

6) Menilai apakah pemecahan masalah yang dilakukan sudah tepat atau belum.

D. RINGKASAN MATERI

Metode pembelajaran merupakan sebuah perencanaan yang utuh dan

bersistem dalam menyajikan materi pelajaran. Metode pembelajaran dilakukan secara

teratur dan bertahap dengan cara yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan tertentu

dibawah kondisi yang berbeda. Penggunaan metode pembelajaran sangat penting

Page 61: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

57

57

karena dengan metode guru dapat merencanakan proses pembelajaran yang utuh dan

bersistem dalam menyajikan materi pembelajaran.

Adapun prinsip-prinsip penentuan metode dalam proses belajar mengajar

adalah sebagai berikut: 1) Prinsip motivasi dan tujuan belajar, 2) Prinsip kematangan

dan perbedaan individual, 3) Prinsip penyediaan peluang dan pengalaman praktis, 4)

Integrasi pemahaman dan pengalaman, 5) Prinsip fungsional, dan 6) Prinsip

penggembiraan.

Jenis – jenis metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika

yaitu: 1) metode ceramah, 2) metode demonstrasi, 3) metode eksperimen, 4) metode

tanya jawab, 5) penemuan atau discovery, dan 6) metode inquiry, 7) metode latihan

atau drill, dan 8) metode pemecahan masalah atau problem solving.

E. Tugas dan Latihan

1) Jelaskan prinsip-prinsip penentuan metode dalam proses belajar mengajar

menurut pemahaman Anda!

2) Sebutkan dan jelaskan metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam

pembelajaran matematika SD!

F. Rambu-Rambu Jawaban

1) Jawaban Anda benar jika menjelaskan delapan komponen pembelajaran

meliputi: 1) Prinsip motivasi dan tujuan belajar, 2) Prinsip kematangan dan

perbedaan individual, 3) Prinsip penyediaan peluang dan pengalaman praktis,

4) Integrasi pemahaman dan pengalaman, 5) Prinsip fungsional, dan 6) Prinsip

penggembiraan.

2) Jawaban Anda benar jika menjelaskan enam metode pembelajaran yang dapat

digunakan dalam pembelajaran matematika SD meliputi: 1) metode ceramah,

2) metode demonstrasi, 3) metode eksperimen, 4) metode tanya jawab, 5)

penemuan atau discovery, dan 6) metode inquiry, 7) metode latihan atau drill,

dan 8) metode pemecahan masalah atau problem solving.

Page 62: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

58

58

BAB VI

A. TUJUAN

Setelah mempelajari modul ini, anda diharapkan mampu:

1. Menjelaskan dan memahami pengertian media pembelajaran matematika.

2. Menjelaskan dan memahami prinsip pemilihan dan pengguanan media pembelajaran.

3. Menjelaskan dan memahami fungsi media pembelajaran dalam pembelajaran.

4. Menjelaskan dan memahami jenis-jenis media pembelajaran matematika di SD

B POKOK-POKOK MATERI

5. Pengertian media pembelajaran matematika

6. Prinsip pemilihan dan pengguanan media pembelajaran

7. Fungsi media pembelajaran

8. Jenis-jenis media pembelajaran matematika di SD

C. URAIAN MATERI

C.1 Pengertian Media Pembelajaran Matematika

Media pembelajaran matematika merupakan segala sesuatu yang bisa

menyalurkan pengetahuan dari pendidik (sumber informasi) kepada siswa (penerima

informasi) dalam pembelajaran matematika. Beberapa ahli memberikan definisi

tentang media pembelajaran sebagai berikut:

1) Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi

pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

2) Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk

menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya.

Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media

pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-

dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas

disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat

menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta

didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.

3) Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam

kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran.

Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk

mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –

20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio,

sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat

MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD

Page 63: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

59

59

ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan

interaktif, seperti adanya komputer dan internet.

Berdasarkan definisi dari beberapa para ahli maka media pembelajaran adalah

suatu perantara yang digunakan untuk menyampaikan suatu gagasan dari penyampai

kepada penerima pesar dalam hal ini adalah guru agar pembelajaran berjalan lebih

efektif, Media pembelajaran juga merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang

perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai

tujuan pembelajaran tertentu.

Media pembelajaran matematika memiliki ciri-ciri:

1) Penyampaian pesan melalui simbol-simbol visual.

2) Sifatnya kongkret, bisa mengatasi batasan ruang dan waktu.

3) Bisa memperjelas suatu masalah dalam bidang masalah apa saja serta pada

tingkat usia berapa saja.

4) Terkandung pesan yang bersifat interpretative.

C.2 Prinsip Pemilihan dan Pengguanan Media Pembelajaran

Media pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau

mempertinggi mutu proses kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu harus

diperhatikan prinsip-prinsip penggunaanya antara lain:

1) Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian integral

dari suatu sistem pengajaran dan bukan hanya sebagai alat bantu yang

berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila dianggap perlu dan hanya

dimanfaatkan sewaktu-waktu.

2) Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang

digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses

belajar-mengajar.

3) Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu media

pengajaran yang digunakan.

4) Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan suatu media

pengajaran.

5) Penggunaan media pengajaran harus diorganisir secara sistematis bukan

sembarang mengunakannya.

6) Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari macam media,

maka guru dapat memanfaatkan multi media yang menguntungkan dan

memperlancar proses belajar-mengajar dan juga dapat merangsang siswa

dalam belajar.

Beberapa syarat umum yang harus dipenuhi dalam pemanfaatan media

pembelajaran, yakni:

Page 64: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

60

60

1) Media pengajaran yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran

yang telah ditetapkan.

2) Media pengajaran tersebut merupakan media yang dapat dilihat atau didengar.

3) Media pengajaran yang digunakan dapat merespon siswa belajar.

4) Media pengajaran juga harus sesuai denga kondisi individu siswa.

5) Media pengajaran tersebut merupakan perantara (medium) dalam proses

pembelajaran siswa.

Dalam merencanakan dan menyelenggarakan pembelajaran perlu melakukan

hal-hal berikut, yaitu: memahami karakteristik siswa, menentukan tujuan

pembelajaran, menentukan jembatan atau penghubung antara pengetahuan,

keterampilan, dan prilaku siswa dengan tujuan yang akan dicapai melalui

pembelajaran, menetukan metode dan format media yang cocok atau tepat,

menggunakan media, melibatkan siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, dan

melakukan evaluasi dan revisi terhadap pembelajaran.

Format media adalah bentuk fisik yang berisi pesan untuk disampaikan atau

ditunjukan, misalnya: berupa clip charts, slide, audio, film video, atau komputer

multimedia, yang dapat bersifat visual tidak bergerak, visual bergerak, kata-kata yang

tercetak, atau kata-kata yang disimpan secara lisan. Setiap format memiliki kelebihan

dan kekurangan serta untuk memilih format harus memperhatikan antara lain :

1) Situasi atau setting pembelajaran (misalkan kelompok kecil, kelompok besar,

atau individu),

2) Variabel siswa (seperti kecenderungan sebagai pembaca, bukan pembaca).

3) Atau sifat dari tujuan pembelajaran seperti kognitif, efektif, psikomotor, atau

interpersonal.

Dalam menyediakan media pembelajaran, guru dapat dihadapkan pada 3 kondisi

yaitu:

1) Memilih dari bahan media yang sesuai benar dengan tujuan pembelajaran

yang akan dilakukan.

2) Memilih dari bahan media yang kurang sesuai dengan tuuan sehingga perlu

dimodifikasi, atau

3) Merancang media baru.

Untuk menggunakan media pembelajaran seorang guru haruslah memperhatikan:

1) Memahami media yang akan digunakan dan dengan menyajikan dan

mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang media yang akan

digunakan.

2) Menyiapkan media dan mencobanya sebelum digunakan di depan kelas

3) Mengatur fasilitas dan lingkungan yang terkait dengan penggunaan media,

seperti tempat duduk, ventilasi, penerangan, suasana dan kondisi kelas

Page 65: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

61

61

4) Menyiapkan siswa, misal dengan menyampaikan garis besar materi pelajaran,

latar belakangnya, keuntunganmempelajarinya, atau penekanan terhadap hal-

hal penting.

5) Menyediakan pengalaman belajar bagi siswa.

C.3 Fungsi Media Pembelajaran

Secara gari besar menurut Levie & Lentz dalam Azhar (2013) mengemukakan

empat fungsi media pembelajaran:

1) Fungsi atensi

Media dapat menarik dan mengerahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi

kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan

materi pelajaran. Dapat dicontohkan saat diawal pembelajaran, siswa

sebelumnya didalam kelas merasa bosan, namun dengan kedatangan guru

yang pada hari itu membawa kucing, maka siswa akan perhatian dan

penasaran terhadap media yang dibawa oeleh guru.

2) Fungsi afektif

Media dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya saat guru

memberikan gambar tentang korban banjir, akan membuat siswa akan merasa

iba (menggugah emosi).

3) Fungsi kognitif

Media pembelajaran dapat memperlancarpencapaian tujuan untuk memahami

dan mengingatinformasi atau pesan yang terkandung pada media, misalnya

materi tentang ciri khusus pada makhluk hidup, guru memberikan media

gambar tentang cicak yangmemiliki ciri khusus untuk diamati. Melalui

gambar tersebut mempermudah siswa untuk mengingat setiap detail ciri

khusus pada hewan cicak.

4) Fungsi kompensatoris

Media dapat mengakomodasikan fungsi siswa yang lemah dan lambat

menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau verbal.

C.4 Jenis-jenis Media Pembelajaran Matematika di SD

Adapun jenis-jenis media pembelajaran secara umum yaitu:

1) Media Visual yaitu media yang hanya dapat dilihat, seperti: foto, gambar,

poster, kartun, grafik serta lain sebagainya.

2) Media Audio yaitu media yang hanya dapat didengar saja, seperti: kaset

audio, mp3, radio.

3) Media Audio Visual yaitu media yang dapat didengar sekaligus dilihat,

seperti: film bersuara, video, televise, sound slide.

4) Multimedia yaitu media yang dapat menyajikan unsur media secara lengkap,

seperti: animasi. Multimedia sering diidentikan dengan komputer, internet dan

pembelajaran berbasis komputer.

Page 66: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

62

62

5) Media Realita yaitu media nyata yang ada di dilingkungan alam, baik

digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan, seperti: binatang,

spesimen, herbarium serta lain sebagainya.

Media yang digunakan dalam pembelajaran matematika di SD biasanya

menggunakan media seperti berikut:

1) Media Kongkrit/Nyata

Media kongkrit adalah benda apa adanya atau benda asli tanpa perubahan.

Dengan penggunaan benda konkrit siswa dapat meningkatkan kualitas pembelajaran

matematika karena siswa tidak hanya belajar produk matematika saja tapi juga

memperoleh pengetahuan matematika melalui keterampilan proses. Pada materi

bangun datar yang dikenalkan kepada siswa kelas rendah mencangkup bangun-

bangun yang berbentuk persegi panjang, persegi, segitiga dan lingkaran. Guru

mengajak siswa mengamati berbagai benda yang ada dilingkungan sekitar, misalnya:

papan tulis merupakan bangun datar yang berbentuk bangun persegi panjang, kancing

baju merupakan bangun datar yang berbentuk lingkaran dan penggaris yang

berbentuk segitiga dan keramik merupakan bangun datar yang berbentuk persegi.

2) Media Cetak

Media cetak adalah media yang disiapkan di atas kertas untuk pengajaran dan

informasi,dengan memakai media ini pembelajaran akan berjalan dengan mudah

karena materi yang akan diajarkan telah tersedia.

3) Media Elektronik

Media yang dipakai dengan bantuan alat-alat elektronik ,contohnya kartulator,

OHP, TV, DVD ,VCD dan komputer,.Dalam penggunaan media elekronik biasanya

data berformat vidio, gambar, gambar animasi atau sebuah film pendek. Penggunaan

media elektronik biasanya dipakai sebagai penekanaan pada materi mata pelajaran

yang penting yang harus di mengerti oleh siswa, contohnya dengan memakai video

guru dapat menjelaskan bagaimana pengaplikasian rumus intergral pada saat proses

terbang pada pesawat. Atau dengan menggunakan MATLAB guru bisa mengajarkan

membuat bangun intergral dengan menentukan titik kordinatnya.

4) Media Peta Konsep

Media peta konsep tujuannya untuk membangun pengetahuan siswa dalam

belajar secara sistematis, yalmi sebagai teknik untuk meningkatkan pengetahuan

siswa dalam penguasaan konsep belajar dan pemecahan masalah. Peta konsep adalah

media pendidikan yang bisa menunjukkan konsep ilmu yang sistematis, yaknki

dimulai dari inti permasalahan sampai pada bagian pendukung yang memiki

hubungan satu dengan lainnya, sehingga bisa membentuk pengetahuan dan

mempermudah pemahaman sebuah topik pelajaran.

Page 67: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

63

63

5) Alat Peraga

Alat peraga adalah alat atau peraga yang dipakai untuk memperagakan fakta,

konsep prinsip atau prosedur tertentu supaya tampak lebih nyata /kongkrit. Dalam

proses pembelajaran alat peraga terbagi menjadi 2 bentuk yakni alat non material dan

alat material .Alat non material contohnya perintah,suruhan, larangan serta

nasehat,dll,sedangkan alat material contohnya bangun balok, segetiga, prisma, jajar

genjang, bola, globe, dan lainsebagainya.

D. RINGKASAN MATERI

Media pembelajaran matematika merupakan segala sesuatu yang bisa

menyalurkan pengetahuan dari pendidik (sumber informasi) kepada siswa (penerima

informasi) dalam pembelajaran matematika. Media pengajaran digunakan dalam

rangka upaya peningkatan atau mempertinggi mutu proses kegiatan belajar-mengajar.

Oleh karena itu harus diperhatikan prinsip-prinsip penggunaanya antara lain: 1)

Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian integral dari

suatu sistem pengajaran dan bukan hanya sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai

tambahan yang digunakan bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-

waktu, 2) Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang

digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar-

mengajar, 3) Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu media

pengajaran yang digunakan, 4) Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya

pemanfaatan suatu media pengajaran, 5) Penggunaan media pengajaran harus

diorganisir secara sistematis bukan sembarang mengunakannya, dan 6) Jika sekiranya

suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari macam media, maka guru dapat

memanfaatkan multi media yang menguntungkan dan memperlancar proses belajar-

mengajar dan juga dapat merangsang siswa dalam belajar.

Secara gari besar menurut terdapat empat fungsi media pembelajaran yaitu: 1)

fungsi atensi, 2) fungsi afektif, 3) fungsi kognitif, dan 4) fungsi kompensatoris. Media

yang digunakan dalam pembelajaran matematika di SD biasanya menggunakan media

yaitu: 1) media kongkrit/nyata, 2) media cetak, 3) media elektronik, 4) media peta

konsep, dan 5) alat peraga.

Page 68: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

64

64

E. Tugas dan Latihan

1) Sebutkan jenis-jenis media yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran

matematika!

2) Jelaskan fungsi media dalam pembelajaran matematika!

F. Rambu-Rambu Jawaban

1) Jawaban Anda benar jika menjelaskan sebelas media pembelajaran yang

dimanfaatkan dalam pembelajaran matematika meliputi: 1) media

kongkrit/nyata, 2) media cetak, 3) media elektronik, 4) media peta konsep,

dan 5) alat peraga.

2) Jawaban Anda benar jika menjelaskan empat fungsi media pembelajaran

yaitu: 1) fungsi atensi, 2) fungsi afektif, 3) fungsi kognitif, dan 4) fungsi

kompensatoris.

Page 69: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

65

65

BAB VII

A. TUJUAN

Setelah mempelajari modul ini, anda diharapkan mampu memahami dan

merancang RPP matematika di SD sesuai dengan permendikbud No. 22 Tahun 2016.

B POKOK-POKOK MATERI

5. Pengertian rencana pelaksanaan pembelajaran

6. Komponen rencana pelaksanaan pembelajaran

7. Prinsip penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran

8. Merancang rencana pelaksanaan pembelajaran

C. URAIAN MATERI

C.1 Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan

pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari

silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya

mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan

berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran

berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau

subtema yang dilaksanakan kali pertemuan atau lebih.

C.2 Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Sesuai dengan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang standar proses

pendidikan dasar dan menengah, komponen yang harus dimuar dalam RPP meliputi:

1) Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;

2) Identitas mata pelajaran atau tema/subtema;

3) Kelas/semester;

4) Materi pokok;

5) Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan

beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia

dalam silabus dan KD yang harus dicapai;

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

MATEMATIKA SD

Page 70: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

66

66

6) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan

menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

7) Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;

8) Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang

relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator

ketercapaian kompetensi;

9) Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang

disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai;

10) Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk

menyampaikan materi pelajaran;

11) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar,

atau sumber belajar lain yang relevan;

12) Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti,

dan penutup; dan

13) Penilaian hasil pembelajaran.

C.3 Prinsip Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Sesuai dengen Permendikbud No. 22 Tahun 2016 dalam menyusun RPP

hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat

intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya,

norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.

2) Partisipasi aktif peserta didik.

3) Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi,

minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.

4) Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk

mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan

berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program

pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.

6) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran,

kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi, penilaian, dan

sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.

7) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata

pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

8) Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis,

dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

Page 71: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

67

67

C.4 Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SD Negeri 2 Sesetan

Tema 1 : Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk

Hidup

Sub Tema 2 : Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia

Pembelajaran : 1

Kelas / Semester : III (Tiga) / 1

Materi Pokok : 1. Mengidentifikasi perbedaan pertumbuhan

dan perkembangan

2. Sifat-sifat operasi hitung pada bilangan

cacah

3. Mengidentifikasi gerak kuat dan lemah

pada tangan dalam suatu tari dengan benar.

Alokasi Waktu : 6 x 35 menit

Hari / Tgl Pelaksanaan : ..................... / ........................

A. KOMPETENSI INTI (KI)

KI 1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan

percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan

tetangganya.

KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,

melihat, membaca dan menanya) dan menanya berdasarkan rasa ingin

tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan

benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.

KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis,

dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan

anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan peri-laku anak

beriman dan berakhlak mulia.

Page 72: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

68

68

B. KOMPETENSI DASAR (KD)

Bahasa Indonesia

NO KOMPETENSI DASAR (KD) INDIKATOR

1 3.4 Mencermati kosakata dalam teks

tentang konsep ciri-ciri,

kebutuhan (makanan dan tempat

hidup), pertumbuhan, dan

perkembangan makhluk hidup

yang ada di lingkungan setempat

yang disajikan dalam bentuk

lisan, tulis, visual, dan/atau

eksplorasi lingkungan.

3.4.1 Mengidentifikasi

perbedaan pertumbuhan

dan perkembangan.

3.4.2 Menjelaskan perbedaan

pertumbuhan dan

perkembangan.

2 4.4 Menyajikan laporan tentang

konsep ciri-ciri, kebutuhan

(makanan dan tempat hidup),

pertumbuhan, dan perkembangan

makhluk hidup yang ada di

lingkungan setempat secara

tertulis menggunakan kosakata

baku dalam kalimat efektif.

4.4.1 Mengidentifikasi

pertumbuhan dan

perkembangan dirinya.

4.4.2 Menuliskan perbedaan

pertumbuhan dan

perkembangan dirinya.

Matematika

NO KOMPETENSI DASAR (KD) INDIKATOR

1 3.1 Menjelaskan sifat-sifat operasi

hitung pada bilangan cacah.

3.1.1 Menentukan hasil

penjumlahan.

2 4.1 Menyelesaikan masalah yang

melibatkan penggunaan sifat-

sifat operasi hitung pada

bilangan cacah.

4.1.1 Menyelesaikan masalah

sehari-hari terkait

penjumlahan.

SBdP

NO KOMPETENSI DASAR (KD) INDIKATOR

1 3.3 Mengetahui dinamika gerak

tari.

3.3.1 Mengidentifikasi gerak kuat dan

lemah pada tangan dalam suatu

tari dengan benar.

2 4.3 Meragakan dinamika gerak

tari.

4.3.1 Memeragakan gerak kuat dan

lemah pada tangan dalam suatu

tari dengan percaya diri.

Page 73: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

69

69

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Setelah membaca, siswa dapat mengidentifikasi perbedaan pertumbuhan

dan perkembangan dengan tepat.

2. Setelah membaca, siswa dapat menjelaskan perbedaan pertumbuhan dan

perkembangan dengan tepat.

3. Setelah membaca, siswa dapat mengidentifikasi pertumbuhan dan

perkembangan dirinya dengan tepat.

4. Setelah mengamati, siswa dapat menuliskan perbedaan pertumbuhan dan

perkembangan dirinya dengan tepat.

5. Setelah mengamati contoh, siswa dapat menentukan hasil penjumlahan

dengan benar.

6. Setelah mengamati contoh, siswa dapat menyelesaikan masalah sehari-hari

terkait penjumlahan dengan benar.

7. Dengan melakukan kegiatan menari, siswa dapat mengidentifikasi gerak

kuat dan lemah pada tangan dalam suatu tari dengan benar.

8. Setelah mengidentifikasi gerak, siswa dapat memeragakan gerak kuat dan

lemah pada tangan dalam suatu tari dengan percaya diri.

Karakter siswa yang diharapkan : Religius

Nasionalis

Mandiri

Gotong Royong

Integritas

D. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

Waktu

Pendahuluan Guru menyapa siswa, menanyakan kabar, dan

mengecek kehadiran siswa.

Siswa berdoa bersama sesuai dengan agama dan

kepercayaan masing-masing dipimpin oleh salah satu

siswa. Religius

Menyanyikan lagu “Indonesia Raya” bersama-sama.

dilanjutkan lagu Nasional “Tanah Airku”. Nasionalis

Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan.

Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai.

Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan

pertanyaan tentang kegiatan menari yang pernah dilakukan siswa.

Pembiasaan Membaca 15 menit. Literasi

10 menit

Page 74: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

70

70

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

Waktu

Inti Siswa membaca teks tentang pertumbuhan dan

perkembangan manusia.

Siswa menjawab pertanyaan guru tentang pertumbuhan

dan perkembangan berdasarkan teks yang dibaca.

Mandiri Siswa mengidentifkasi pertumbuhan dan

perkembangan Udin sejak kelas I sampai kelas III dan

menuliskan hasil pengamatan pada tempat yang

tersedia. Critical Thinking and Problem Solving

Siswa mengidentifikasi pertumbuhan dan

perkembangan dirinya. Untuk melengkapi informasi

tentang pertumbuhan dan perkembangan dirinya, siswa

diminta untuk membuat pertanyaan yang akan

disampaikan pada orang tuanya. Mandiri

Siswa menuliskan minimal 5 pertanyaan yang akan

disampaikan pada orang tua.

Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai

pertambahan kekuatan tangan saat bayi dan sesudah

besar. Communication

Kuat dan lemah tenaga juga digunakan dalam

melakukan gerak tangan pada sebuah tarian.

Siswa berlatih menunjukkan gerakan tangan sedang

mendorong meja.

Lalu siswa mencoba menunjukkan gerakan tangan saat

memegang kapas.

Minta mereka menjelaskan perbedaan keduanya.

Simpulkan secara bersama-sama bahwa gerakan kuat

adalah gerakan seperti mengangkat suatu beban. Daya

mengangkat tangan dengan penuh tekanan.

Collaboration Siswa berlatih mempraktikkan gerak lemah dan kuat

dalam sebuah tarian.

Gerakan pertama adalah mengangkat tangan kanan,

lalu kiri. Angkat tangan dengan kuat seperti sedang

mengangkat beban.

150

menit

Page 75: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

71

71

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

Waktu

Gerakan kedua adalah turunkan kedua tangan secara

perlahan, sambil menggerakan jari-jari tangan

menirukan air hujan turun.

Gerakan ketiga adalah rentangkan kedua tangan ke

samping. Lalu bengkokkan sehingga membentuk huruf

“U”.

Gerakan keempat adalah gerakan memutar pergelangan

tangan secara perlahanlahan.

Page 76: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

72

72

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

Waktu

Gerakan kelima adalah mengacungkan tangan ke depan

dengan kuat. Lalu dibalikkan kedua telapak tangan

dengan arah yang berbeda.

Gerakan keenam adalah bertepuk tangan. Tepuk tangan

dapat divariasikan dari gerakan yang lemah sampai

kuat. Misalnya bertepuk dengan dua jari, empat jari,

enam jari, delapan jari, dan terakhir sepuluh jari.

Lakukan kegiatan tersebut secara berulang-ulang. Ikuti

kegiatan sesuai instruksi guru atau temanmu dalam

sebuah permainan!

Siswa mendengarkan penjelasan guru bahwa

peningkatan terhadap materi termasuk proses

perkembangan. Communication

Siswa mengingat kembali cara penyelesaian soal

penjumlahan.

Siswa mengamati penjelasan tentang cara penyelesaian

soal penjumlahan dengan nilai bilangan ribuan.

Siswa dikenalkan dengan cara penjumlahan dengan

teknik menyimpan.

Contoh penjumlahan tanpa teknik menyimpan.

2.653 + 3.302 = ...

Ribuan ratusan puluhan satuan

2 6 5 3

3 3 0 2 +

5 9 5 5

Jadi 2.653 + 3.302 = 5.955

Contoh penjumlahan dengan teknik menyimpan.

Angka 2 pada bilangan 1.200 ada pada tempat ratusan

dan bernilai 200.

Angka 9 pada bilangan 2.900 ada pada tempat ratusan

dan bernilai 900.

Jadi 200 + 900 = 1.100

1 ribuan pada bilangan 1.100 berpindah tempat ke

Page 77: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

73

73

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

Waktu

tempat ribuan sehingga ditulis angka satu pada gambar

di atas.

Untuk mempermudah penyelesaian dapat juga

menggunakan bantuan tabel nilai tempat.

Page 78: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

74

74

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi

Waktu

Penutup Guru dan siswa melakukan refleksi mengenai kegiatan

pembelajaran.

a. Apa saja yang sudah dipelajari pada hari ini?

b. Bagaimana perasaan setelah berlatih menari

dengan gerakan kuat dan lemah?

c. Apa kegiatan yang paling disukai?

d. Informasi apa yang ingin diketahui lebih lanjut?

e. Bagaimana cara siswa mendapatkan informasi

tersebut?

Pertanyaan yang diajukan guru dapat dijawab secara

lisan atau tulisan. Jika guru menginginkan siswa

menuliskan jawaban pertanyaan refleksi, sebaiknya

siswa memiliki buku tulis khusus untuk refleksi.

Kegiatan kelas diakhiri dengan doa bersama sesuai

dengan agama dan kepercayaan masing-masing

dipimpin siswa yang diberi tugas.

Menyanyikan lagu daerah “Ampar-Ampar Pisang”

Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan

keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan

pembelajaran) Religius

15 menit

E. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN

Buku Pedoman Guru Tema : Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk

Hidup Kelas III (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018).

Buku Siswa Tema : Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup

Kelas III (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan, 2018).

Gambar contoh pertumbuhan dan perkembangan manusia.

Buku teks siswa dan guru.

Mengetahui

Kepala SD Negeri 2 Sesetan Denpasar, 24 April 2018

Wali Kelas V

Ni Nyoman Senin, S.Pd ........................................................

NIP. 19651231 198606 2 032

Page 79: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

75

75

LAMPIRAN 1

A. MATERI PEMBELAJARAN

Mengidentifikasi ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan manusia.

Membuat pertanyaan untuk mewawancarai orang tua.

Berlatih menari dengan gerakan lambat pada tangan.

Berlatih menyelesaian soal penjumlahan tanpa teknik menyimpan.

B. METODE PEMBELAJARAN

Pendekatan : Saintifik

Metode : Permainan/simulasi, diskusi, tanya jawab, penugasan dan

ceramah

Page 80: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

76

76

LAMPIRAN 2

Penilaian

ii. Penilaian Sikap

No Nama

Perubanan tingkah laku

Santun Peduli Tanggung

Jawab

K C B SB K C B SB K C B SB

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 ...................

2 ...................

3 ……………..

4 ……………..

5 ……………..

dst ……………..

Keterangan:

K (Kurang) : 1, C (Cukup) : 2, B (Baik) : 3, SB (Sangat Baik) : 4

iii. Pengetahuan: tes tertulis

a. Menuliskan pertanyaan minimal 5.

Skor setiap soal 20.

Nilai = jawaban benar × 20

Kunci jawaban.

Jawaban bisa beragam sesuai dengan pendapat siswa. Beberapa alternatif

pertanyaan diantaranya adalah :

1) Dimana tempat aku dilahirkan?

2) Berapa berat badanku saat lahir?

3) Berapa tinggi badanku saat lahir?

4) Berapa usiaku saat pertama kali bisa merangkak?

5) Berapa usiaku saat pertama kali bisa berjalan?

6) Dan seterusnya.

b. Untuk mengetahui pemamahan siswa tentang dinamika gerak tangan pada

tarian, minta siswa menunjukkan gerakan sesuai instruksi. Hal ini dapat dilihat

langsung saat siswa praktik gerakan tarian sederhana.

c. Menyelesaikan soal penjumlahan bagian I

Skor maksimal 100.

Page 81: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

77

77

Nilai = jumlah benar / 3 × 100

Kunci jawaban

1) 1.693 + 5.204 = 6.897

2) 4.025 + 1.102 = 5.127

3) 7.143 + 1.602 = 8.745

4) Menyelesaikan soal penjumlahan bagian II

Skor maksimal 100.

Nilai = jumlah benar / 4 × 100

Kunci jawaban:

2. Penilaian Keterampilan

a. Rubrik Kegiatan Menari

Page 82: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

78

78

b. Rubrik Kegiatan Wawancara Orang tua (diisi oleh orang tua)

D. RINGKASAN MATERI

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan

pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari

silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya

mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan

berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran

berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau

subtema yang dilaksanakan kali pertemuan atau lebih.

E. Tugas dan Latihan

1) Rancanglah rencana pelaksanaan pembelajaran dengan tema bebas!

F. Rambu-Rambu Jawaban

1) Jawaban Anda benar jika merancang RPP sesuai dengan permendikbud No.

22 tahun 2016 dengan format sesuai dengan contoh yang telah diberikan.

Page 83: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

79

79

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Susanto, 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta:

Kencana Prenadamedia Group.

Anak Ciremai. 2011. Pengertian Belajar Bermakna. Diakses pada 6 Maret 2018

pada: http://www.anakciremai.com/2011/11/pengertian-belajar-

bermakna.html.

Andi Hakim, N. (1980). Landasan Matematika, Jakarta : Bharata Aksara.

Ausubel,D.P.(1980). Education for rational thinking: a critique, 1980AETS

yearbook, The Psychology for Teaching For Thinking and Creativity, Ohio:

The Ohio State University.Bandung.

Budiningsih, A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. PT Rinerka Cipta : Jakarta.

Burhanuddin; Nur Wahyuni, Esa. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta:

Penerbit Ar-Ruzz Media.

Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar, Jakarta: Penerbit Erlangga

Darhim. Work shop matematika modul 1-6. (Jakarta: Depdikbud Direktorat Jendral

pendidikan dasar dan menengah bagian proyek penataran guruSLTP setara

D-III, 1992).

Dina Octaria. Teori Belajar Bermakna dari David P Ausubel. Diakses pada 16 Maret

2017 pada: http://dinaoctaria.wordpress.com/2012/10/15/teori-belajar-

bermakna-dari-david-p-ausubel/.

Dimyati & Mudjiono, (1994), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta,

Jakarta

Djamarah. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cita.

Erman, S dan Winataputra, U.S. (1993). Strategi Belajar Mengajar Matematika.

Jakarta : Universitas Terbuka.

Hamalik,O.,2007, Preses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.

Hudojo, H. 1998. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud

Kevin Lehmann, 1996. Bad Chemistry. Dept of Chemistry, Princeton University, NJ.

Diakses pada 8 April pada:

2017. http://www.princeton.edu/~lehmann/BadChemistry.html

Page 84: MODUL PENDIDIKAN MATEMATIKA SD

80

80

Lisnawaty, S. (1992). Metode Mengajar Matematika 1, Jakarta : PT. Rineka Cipta

Mardhiyanti, D. 2010. Teori Belajar Bermakna dari David P. Ausubel. (Online)

Diakses pada 16 Maret 2017 pada:

http://mardhiyanti.blogspot.com/2010/03/teori-belajar-bermakna-dari-david-

p.html

Mulyati. 2005. Psikologi Belajar, Yogyakarta: C.V. Andi Offset

Nasution, S., Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bumi

Aksara. 2000.

Ruseffendi, E.T. (1988). Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini Untuk Guru

dan SPG, Bandung : Tarsito.

Ruseffendi, E.T. (1988). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA,

Bandung : Tarsito.

Ruseffendi, E.T, dkk. (1992), Pendidikan Matematika 3, Jakarta : Depdikbud.

Suherman. 2000. Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta: EGC.

Suwangsih. 2012. Pendekatan Pembelajaran Matematiak BBM 4. Diakses pada

tanggal 6 Maret 2017 pada: http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-

MODES/MODEL_PEMBELAJARAN_MATEMATIKA/BBM4_Dra._Erna_

Suwangsih%2C_M.Pd..pdf

Winataputra, S. Udin, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:

Universitas Terbuka

Wragg, E.C. (1997). Keterampilan Mengajar Di Sekolah Dasar, Jakarta : Gramedia