mirza_ghulam_ahmad_of_qadian.as-terj.pdf

114
1 lain Adamson Mirza Ghulam Ahmad Of Qadian Diterjemahkan oleh: H. Suhadi Madyohartono, BA. Elite International Publication Limited Tidak diperjualbelikan

Upload: thaifurrahman

Post on 29-Oct-2015

111 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

1

lain Adamson

Mirza Ghulam Ahmad

Of Qadian

Diterjemahkan oleh: H. Suhadi Madyohartono, BA.

Elite International Publication Limited

Tidak diperjualbelikan

Page 2: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

2

Page 3: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

3

SEPATAH KATA PENTERJEMAH

Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Segala puji bagi Allah Swt.; shalawat dan salam terlimpah selalu bagi Muhammad, saw., Penghulu sekalian Nabi dan Rasul. Amin.

Saya memilih buku “MIRZA GHULAM AHMAD OF QADIAN” untuk saya terjemahkan, karena ditulis oleh seorang novelis non-Ahmadi, non-Muslim, bahkan seorang Kristen.

Kalau penulisnya seorang Ahmadi, mudah disangkakan banyak memuji, menyanjung atau bahkan mungkin melebih-lebihkan segi-segi positifinya. Seorang Muslim non-Ahmadi akan banyak mencerca, mencela, mengejek dan menertawakan, dan banyak mengutip dari sumber-sumber yang memang membenci dan memusuhinya.

Iain Adamson adalah seorang novelis beragama Kristen. Seorang penulis professional yang sudah dikenal luas sebagai seorang novelis. Menulis biografi seorang tokoh pembaharu Muslim bukanlah pekerjaan ringan. Tentulah ia tidak akan sembarangan mengungkapkan riwayat, kecuali sesudah meyakini kebenarannya dari sumber terpercaya seluas-luasnya, ditelusuri dan diperbandingkan, baik dari pihak yang pro maupun yang anti, selagi ia masih ingin mempertahankan reputasi*.

Lagi pula ia seorang Kristen, bukan dari negeri Muslim -- apalagi Timur Tengah -- sebagaimana kasus penulis Salman Rushdie keturunan Iran, yang divonis mati karena tulisannya ”Ayat-ayat Setan”. Tetapi lain Adamson seorang berkebangsaan Inggris dan hidup di negeri Kristen, yaitu di Eropa yang masyarakatnya sudah biasa menghargai perbedaan pendapat, hidup dalam

Page 4: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

4

budaya "agree in disagreement". Bisa dipastikan ia memiliki kebebasan dan independensi penuh dalam mengungkapkan karyanya.

Ucapan terima kasih saya tujukan kepada Nurjamansyah dan Rahmat Ferri Adi, dua orang khudam yang sejak awal selalu siap dan sigap menolong mengatasi computer yang suka ngadat dan membenahi files sampai selesainya naskah ini. Selanjutnya kepada para pembaca dan pemerhati saya mengharapkan sumbangan pendapat, saran dan kritik untuk perbaikannya. Jazakumullah ahsanal jaza.

Wassalamu 'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.

Yogyakarta, awaIJanuari 2008. Penerjemah. H. Suhadi Madyohartono, BA. Sekretaris TaItm Jemaat Ahmadiyah Yogyakarta.

225

Page 5: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

224

_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

5

Kata sambutan Amir Nasional Jemaat Ahmadiyah Indonesia

Assalamu’alaikumWr.Wb ....................................................................................................................................................

Page 6: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

6 223

_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Page 7: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

222

(Alhamdullahi Robbil Alamin, 2 Syawal 1428 H, 14 Oktober 2007. Pent.)

Hadhrat M

7

Mirza Ghulam AAhmad as (18355-1908)

Page 8: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

8

221

Sebuah suratkabar di Lahore mengatakan bahwa, walaupun penulis komentar ini tidak mempercayai Ahmad sebagai Al-Masih Yang Dijanjikan, tidak ada keraguan sedikitpun bahwa:

“Dia sungguh seorang pribadi yang amat suci dan pemimpin yang yang diunggulkan yang memiliki daya kesalihan yang mampu menaklukkan hati-hati yang paling keras. Ia seorang ahli yang mumpuni, seorang pembaharu yang berkarisma besar yang menyuguhkan contoh hidup saleh ... ketauladan dan kepemimpinannya memang memiliki kualitas ka-Masih-an bagi ruhani yang telah mati".

Lawannya yang abadi, suratkabar dari Hindu sekte Arya Samaj berkomentar, bahwa ketika namanya membawa kembali perdebatanperdebatan yang pahit, adalah benar untuk dikatakan bahwa gagasangagasannya tentang Islam jauh lebih liberal daripada kebanyakan orang Muslim dan bahwa ia mirip Muhammad dalam hal kesabaran dan ketabahannya:

"la bersikukuh disitu sampai nafasnya yang terakhir dan tidak pernah bergeming satu derajatpun."

The Time dari London, dalam sebuah obituary yang panjang meliput ajaran-ajarannya, mengatakan bahwa sejumlah orang-orang terhormat dan berpendidikan tinggi adalah termasuk dari antara pengikut-pengikutnya. Penulis itu mengutip kata-kata dari salah satu lawannya seorang Kristiani. Katanya, tentang dia itu, "terhormat dalam tampilannya, laksana magnet dalam kepribadiannya clan aktif intelektuainya". Pada tahun 1989, seratus tahun setelah kematiannya – dihitung sejak Ahmad melaksanakan pembaiatan pertama -- berjuta-juta manusia seluruh dunia telah mengenal dia sebagai Utusan Tuhan yang diramalkan sejak berabad-abad dalam semua agama besar dunia sebagai Al-Masih-al-Mau’ud, The Promised Messiah, Masih Yang Dijanjikan.

Page 9: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

220

pekuburan kecil sebuah masjid dan menyaksikan jasad pemiimpin mereka dalam lipatan-lipatan kain di pemakaman itu, maka kesedihan mereka tiada terhingga. Di sore itu ada pertemuan semua warga Jamaah Ahmadiyah yang hadir di Qadian, dan Nurud-Din -- orang pertama ketika 19 tahun yang lampau berbai'at kepada Ahmad di Ludhianna -- secara aklamasi dipilih menjadi khalifah penggantinya yang pertama. Nurud-Din duduk di atas selembar karpet di bawah sebuah pohon mangga dalam kebun mawar, dan satu per satu, dengan cara yang sama -- sebagaimana Ahmad telah melaksanakannya dulu -- menerima tangan kanan dan ikrar kesetiaan (baiat) mereka untuk tuncluk kepadanya dalam semua amal kebajikan untuk dilaksanakan sepanjang hidup mereka. Ketika baiat terakhir telah selesai diikrarkan dan diterima, Khalifah Pertama memimpin doa pemakaman (shalat jenazah), dan pada jam enam jasad Ahmad dimakamkan dalam sebuah kuburan kecil. Sudah ada di kuburan itu beberapa dari antara para Sahabat awalnya yang berjumlah 313 orang yang dimakamkan di situ. Pada tahun-tahun berikutnya menyusul sahabat-sahabat lain yang dimakamkan di situ. Berlawanan sekali dari kegembiraan vulgar (kasar) massa yang berjingkrak-jingkrak di luar rumahnya ketika ada kabar kematiannya, tulisan-tulisan obituary (berita kematian diserai riwayar hidupnya) dunia luas justru menggambarkan pemandangan yang sebaliknya. Surat kabar harian di Delhi berkomentar:

"la telah mengubah secara menyeluruh bangunan polemik dan meletakkan dasar-dasar wacana baru di India -- Tulisan-tulisannya yang kokoh memiliki keagungan novel -- dan mempelajari beberapa karya tulisnya mengangkat para pembacanya masuk ke alam perenungan yang dalam."

9

Mirza Ghulam Ahmad of Qadian by lain Adamson

Elite International Publication

Al-Masih yang dijanjikan bagi dunia dalam segala agama-agama besar telah datang.

la bertugas menyatukan semua agama dan segenap manusia.

Kini jutaan manusia mengikuti ajarannya. Hanya dalam waktu 100 tahun Gerakan Ahmadiyah dalam Islam telah menjadi gerakan keagamaan yang tumbuh paling cepat. Al-Masih Al-Mau’ud telah mengungkapkan bahwa Yesus

tidak wafat di atasa salib. Beliau juga menemukan kuburannya.

Published by: Elite International Publication Limited 1989

CIP catalogue Record for this book is available from British Library,

ISBN 1 -85372-294-4 ISBN 1-85372-299-5 Pbk

Typeset and Printed by Unwin Brothers Ltd., The Gresham Press, Old Woking Surrey.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ketika saya memutuskan untuk menulis biografi, saya minta pertolongan Hadhrat Mirza Tahir Ahmad, Khalifah keempat dari Masih Mau'ud. Beliau membukakan arsip-arsip Gerakan kepada saya. Beliau tidak memberi batasan-batasan tentang apa yang saya tulis. Kepada Khalifatul Masih IV untuk itu terima kasih saya yang setulusnya. Saya juga ingin mencatat penghargaan saya atas pertolongan Tn. B.A. Rafiq, dahulu beliau Imam Masjid

Page 10: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

10

London, atas kesabaran dan kebaikannya mencukupkan bagi saya banyak dukumen dan informasi dalam pertemuan-pertemuan yang berlangsung selama bertahun-tahun itu.

Daftar buku Oleh pengarang yang sama (1ain Adamson)

The Old Fox A Life od Gilbert Beyfus, Q.c.

A Man of Quality A Life of Mr. Justice Cassells

The Great Detective A life of

Deputy Commander Reginald Spooner of Scotland Yard

HISTORY The story of the 204 Commando Mission to China.

ii

Kata Pengantar

“RAJA PENA” DARI QADIAN Menyelesaikan sebuah kerja yang membutuhkan pikiran, tenaga dan waktu, tentu mempunyai kelegaan tersendiri. Sama halnya ketika penerjemah menyelesaikan hasil karyanya, tentu yang tepat adalah rasa syukur kepada Allah Ta'ala. Buku “Mirza Ghulam Ahmad of Qadian” telah rampung dikerjakan tentu merupakan kebahagiaan tersendiri bagi penerjemahnya. Saya menyambut baik dan memberi penghargaan yang tinggi atas hasil karya ini, Insya Allah berberkah. Saya mengenal Mirza Ghulam Ahmad dari sebuah buku

219

Pada jam 10.30 pagi itu rupanya bagi mereka yang berada di sekelilingnya mendengar ia bernafas dalam-dalam dua kali. Kemudian wafat. Orang-orang awam dari orang-orang yang seumur-umur telah menentang dia bersuka ria atas kewafatannya dan hanya dalam waktu setengah jam jalanan di luar rumah dipenuhi preman-preman Lahore. Mereka bernyanyi dan berteriak-teriak, berloncatan dan menari serta terus-menerus memperolok-olokkan prosesi pemakaman. Di bagian dalam rumah tubuh Ahmad dimandikan, dibungkus dalam lipatan-lipatan kain, dan pada jam tiga siang itu doa jenazah dilaksanakan di pelataran rumah itu. Ketika beberapa perempuan dalam rumah tangga itu mulai meratap akan kepergiannya, isterinya menenangkan mereka agar dapat menahan kesedihan dan menguasai emosi mereka. Kepada putera-puterinya ia mengatakan:

"Janganlah membayangkan bahwa ayahanda kalian hanya meninggalkan bagi kalian sebuah rumah yang kosong. Beliau telah membangunkan landasan bagi kalian sejumlah kekayaan doa yang tak terhingga di surga, yang terus-menerus akan membuahkan keberkatan bagi kalian sepanjang waktu ke depan."

Pada malam harinya jenazahnya diusung di atas pundak para sahabatnya menuju stasiun untuk mengejar kereta malam menuju Batala. Mereka dilempari batu-batu ketika dalam perjalanan itu. Dari Batala para pengikutnya mengusung jenazahnya sejauh 11 mil sepanjang malam sampai mereka tiba di Qadian jam sembilan pagi berikutnya. Seribu dua ratus Ahmadi dikejutkan oleh telegram-telegram, mereka sampai di Qadian tengah hari. Banyak dari antara mereka telah mengira telegram-telegram itu olok-olok yang kejam dari para penentang mereka, tetapi sesampai di Qadian barulah mereka meyakininya. Ketika mereka berkumpul masuk ke kebun mawar di samping

Page 11: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

218

sedang cepat mendekat, karena baru saia ia menerima wahyu tentang hal itu. "Perpisahan, perpisahan. Kematian sudah dekat", begitu dia diberitahu. Wahyu ini tidak memberi peluang kesalahpahaman sedikitpun dan isterinya mengusulkan agar segera kembali ke Qadian. Ia menjawab mereka hanya akan kembali manakala Tuhan membawa mereka ke sana. Ia melanjutkan pekerjaannya menulis bukunya yang baru, berjudul Sebuah Pesan Perdamaian, yang menyarankan suatu skema dimana orang-orang Hindu dan Muslim hendaknya saling menghormati orang-orang suci semua agama mereka, mengenali bahwa mereka semua adalah anak-anak (yang dikasihi) dari satu Tuhan dan sama-sama menjadi penduduk satu negeri, maka mereka harus dapat hidup rukun. Ia menyelesaikan manuskrip itu pada tanggal 25 Mei, menyerahkannya kepada seorang sekretaris, dan setelah shalat ashar, mulai keluar rumah berlalan-jalan seperti biasanya. Sebuah kereta yang ditarik seekor kuda mengantarkannya keluar kota sehingga ia dapat berjalan-jalan lebih bebas di pedesaan. Ia kembali setelah satu jam dan tidur pada jam normal sehari-harinya. Ia merasa sakit malam itu dan seorang dokter dipanggil. Mereka menyadari bahwa ia sakit berat. Kadang-kadang sadar kadang-kadang tidak sadar. Masih dini pagi hari ia bertanya, "Apakah sudah waktu shalat?", dan seorang sahabatnya, berdiri di dekat dipannya menjawab, "Ya Tuan, ini waktu shalat". Kemudian ia bergerak-gerak layaknya berwudhu dan mulai shalat. Ia hilang kesadaran selagi shalat, kemudian sadar lagi dan melanjutkan shalat, menyelesaikan shalatnya perlahan-lahan. Ia kemudian dalam keadaan setengah sadar, tetapi manakala sadar lagi dapat didengar ia mengulang-ulangi, "Wahai Tuhan, Tuhan-ku Yang Maha Kasih".

11

yang berjudul Sirat Masih Mau'ud a.s. ditulis oleh Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad. Kata Mirza yang melekat pada Mirza Ghulam Ahmad menunjukkan beliau sebagai keturunan Farsi. Penggunaan kata Ahmad sebagai nama ringkas telah menjadi kebiasaan beliau memanggil nama dirinya. Hadhrat Ahmad lahir pada tanggal 13 Februari 1835 M, atau 14 Syawal 1250 H, hari Jum'at waktu shubuh, di rumah Mirza Ghulam Murtadha di desa Qadian. Beliau terlahir sebagai anak kembar bersamaan dengan saudara perempuannya yang tidak lama setelah lahir meninggal dunia. Desa Qadian terletak 57 kilometer timur kota Lahore dan 24 kilometer dari kota Amritsar provinsi Punjab, India. Nama desa Qadian berkaitan erat dengan asal latar belakang keluarga beliau yang keturunan raja. Adalah keturunan Hajji Barlas, raja kawasan Qesh yang bernama Mirza Hadi Beg, seorang cerdik pandai. Ia bekerja sebagai Qadhi (hakim) bagi sekeliling dimana ia tinggal, diangkat oleh Pemerintah Pusat Delhi. Dengan demikian daerah tempat tempat tinggal beliau disebut Islampur Qadhi, yang kemudian dikenal dengan nama Qadian saja. Dan Mirza Ghulam Ahmad, keturunan keluarga besar Mirza Hadi Beg melalui orang tua beliau Mirza Ghulam Murtadha yang berprofesi sebagai tabib yang sangat mahir dan dihormati. Pasang surut suhu politik telah banyak berpengaruh pada keadaan orang tua beliau. Pada saat wilayah Punyab jatuh ke tangan Inggris, maka tanah-tanah pusaka nenek moyang beliau yang dulu dirampas para raja Sikh -- dan baru sebagian kecil dikembalikan kepada keluarga Mirza -- berlanjut dikuasai pemerintah Inggris. Upaya

Page 12: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

12

memperjuangkan memperoleh kembali hak-hak keluarga besar ini berakhir kandas. Hadhrat Ahmad menulis catatan sebagai berikut:

"Ayahanda berduka dan bersedih karena kekalahan-kekalahan yang dialaminya, dalam perkara untuk mendapatkan kembali tanah-tanah pusakanya. Beliau membelanjakan 70.000 Rupees untuk perkara-perkara ini, yang semuanya tidak berhasil sedikitpun. Kehilangan semua harta pusaka dari tangan kami yang tidak mungkin diperoleh kembali. Kerugian ini sangat menyedihkan ayahanda. Dan beliau menjalani hidup penuh duka dan penyesalan yang amat mendalam. Melihat keadaan ayahanda demikian, saya tergerak memanfaatkan kesempatan mengadakan perubahan suci dan sejati bagi hidup saya. Pengalaman sedih dan pahit dari kehidupan ayahanda menjadi pelajaran bagi saya untuk menempuh hidup suci yang bersih dari kekotoran dunia.”

Tampaknya pengalaman pencarian jati diri beliau akan mencapai puncaknya ketika beliau harus memperlihatkan keindahan Islam dalam sebuah Konferensi Agama--agama di Lahore. Melalui tulisan beliau yang sarat dengan muatan filosifis, menguraikan pandangan Kitab Suci agamanya (Al-Qur'an) tentang lima perkara, yakni: (1) Keadaan alami, akhlak dan ruhani manusia, (2) Keadaan manusia sesudah mati, (3) Tujuan manusia hidup di dunia ini dan cara mencapainya, (4) Dampak perbuatan manusia di dunia dan di akhirat, (5) Jalan untuk memperoleh ilmu dan makrifat Ilahi. Naskah tulisan ini begitu menggemparkan saat dibacakan pada tanggal 26, 27 dan 28 Desember 1896, sehingga meskipun waktu tersedia yang dijadwalkan telah habis, namun atas keinginan semua peserta yang hadir maka jadwal diperpanjang sehingga seluruh makalah selesai.

217

tetapi jangan mengatakan tidak ada nabi setelah beliau."

Selanjutnya ia berkata: "Kalau tidak ada lagi sembarang kenabian dalam Islam, maka yakinlah bahwa Islam juga telah mati seperti agama-agama lainnya, dan tidak memiliki suatu pertanda yang istimewa."

Meskipun banyak dari pendengamya yang tidak sependapat dengan dia, tetapi jelas kentara adanya rasa hormat yang nyata disebabkan oleh ilmunya keislaman yang sangat mendasar dan ketulusannya yang dalam. Berbeda dengan penjelasannya yang sudah begitu terang itu, sebuah suratkabar memberitakan bahwa ia telah menanggalkan pengakuannya sebagai nabi. Maka, untuk itu dia menerbitkan pernyataan yang lebih lengkap:

”Ia bukanlah seorang nabi yang membawa syariat baru dan sama sekali tidak meniadakan hukum !slam”,

begitu tandasnya: "Saya bukan seorang nabi dalam pengertian bahwa saya memisahkan diri dari Islam, atau mengubah sesuatu perintah dalam Islam. Saya mengangkat Al-Quran Suci di atas pundak saya dan tidak ada satu orang pun berani mengubah satu kata atau bahkan satu bunyi yang manapun dari Al-Quran Suci."

Sekali lagi ia menandaskan bahwa Tuhan memang berkali-kali berbicara kepada dirinya, Dia mengungkap rahasia-rahasia kepadanya, memberi tahu dirinya tentang kejadian-kejadian masa depan dan begitulah ia menikmati kedekatannya dengan Tuhan:

"Demikian itulah saya menjadi nabi karena perintah wahyu, dan adalah satu dosa pada pihak saya apabila saya mengingkarinya, dan saya akan tetap bersiteguh sebagai nabi sampai saya berlalu dari dunia ini."

Sebelum menerbitkan pernyataan itu ia telah memberi tahu sahabat terdekat dan keluarga bahwa kematian

Page 13: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

216

kepada berbagai orang, yaitu. “Jangan merasa aman saat ini". Maka Ahmad menunda kepergiannya karena putera yang kecil sedang sakit di tempat tidur pada saat itu, dan ia ticlak begitu yakin arti dari wahyu yang diterimanya. Hari berikutnya puteranya sudah sangat membaik, maka Ahmad berangkat ke Lahore. Di sana, pada pertengahan bulan Mei, ia menerima wahyu lain: "Pemisahan, lagi perpisahan. Tuhan akan mengambil alih semua beban engkau". Di Lahore, ketika isterinya sedang menjalani pengobatan, ia bersiapsiap untuk memberi ceramah bagi orang-orang terkemuka kota itu pada sebuah acara makan pribadi (terbatas). Ia menyadari, sangat sedikit orang yang pemah mendengar dia berbicara, karena mereka itu jarang menghadiri pertemuan masal. Pada malam sebelum ia menyampaikan ceramah itu ia menerima wahyu. "Jangan mempercaya; hidup yang fana ini," begitu ia diberitahu. Ia menyadari bahwa wahyu ini menunjuk kepada kematian yang sudah mendekat, tetapi ia bekerja dengan kecepatan biasanya, dan pada pertemuan dengan orang-orang terkemuka itu ia berbicara selama dua jam. Ia memberi tahu mereka:

"Saya menyatakan bahwa Tuhan telah mengutus saya untuk memperbaharui kerusakan yang sudah amat parah saat ini. Saya tidak bisa menyembunyikan bahwa Tuhan berfirman kepada saya dan memuliakan saya kerapkali dengan wawancakap-Nya. Jumlah sebanyak ini adalah untuk kenabian, tetapi saya tidak memperoleh kemuliaan ini karena kuasa saya. Salah satu cara ialah dengan percakapan lisan. Wahyu yang terus menerus dan dalam frekwensi yang berkelimpahan itulah yang disebut kenabian."

Ia mengingatkan kata-kata Aisyah, isteri Muhammad, yang mengatakan:

"Katakanlah bahwa beliau adalah Khaataman Nabiyyin,

13

Maulvi Abdul Karim sebagai narator pidato Ahmad berhasil membacakannya dengan gaya pidato yang mempesona dan tidak membosankan selama tujuh setengah jam selama dua hari. Luar biasa. "Inilah karangan yang akan unggul atas semua karangan lainnya," demikian ilham dari Allah Ta'ala kepada beliau dalam bahasa Urdu. Diluar pendakwahan beliau sebagai Al-Masih-il Mau'ud,

yang saya pelajari adalah kehandalan beliau dalam menuliskan sejumlah buku, meskipun saya belum membacanya sebagian besar secara mendalam. Namun banyaknya karangan beliau yang secara prinsipa mengubah pandangan dan sesuai dengan tingkat inteligansi pembacanya merupakan hal yang khas dari buyku-buku beliau, sehingga cocok rasanya kalau beliau juga berjuluk “Raja Pena”, meskipun latar belakang pendidikan beliau relative sedikit atau sederhana. Beliau hanya belajar dari guru pribadi tentang Al-

Quran, bahasa Persia, nahwu sharaf, manthiq, ilmu ketabiban dan beberapa pengetahuan yang dipelajarinya dari perpustakaan pribadi ayahandanya. Tidak ditemukan dari berbagai sumber manapun kalau Hadhrat Ahmad secara formal pernah belajar kalam, filsafat, sufisme, metodologi dan pendekatan ilmiah. Padahal biasanya macam-macam ihnu ini dipelajari oleh pemikir Muslim lainnya sebagai perangkat penting bagi reformation of thought dalam berbagai macam keilmuan, khususnya keilmuan Islam. Walaupun demikian perkembangan intelektual dan spiritual beliau sangat phenomenal (Burhanuddin, A, 2005). Bagaimana beliau mempunyai keyakinan yang amat

tinggi tentang wafatnya Nabi Isa a.s. putera Maryam dan selanjutnya beliau membuktikannya. Bahkan akhimya

Page 14: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

14

keyakinan ini menjadi doktrin pokok yang membedakan Islam Ahmadiyah dengan mainstream Islam lainnya. Al-Masih Ibnu Maryam (Nabi Isa, a.s.) yang diutus

untuk Bani Israil telah wafat secara wajar dalam usia lanjut. Orang yang sudah wafat tidak akan bangkit kembali sebelum Hari Kiamat datang. Dalam pandangan Ahmadiyah, Al-Masih yang dijanjikan kedatangannya bukanlah pribadi Nabi Isa a.s. yang diutus untuk Bani Israil, melainkan salah seorang ummat Nabi Muhammad saw. yang mempunyai persamaan dengan Isa Al-Masih a.s., dan tokoh itu pulalah yang menjadi Al-Mahdi, sehingga sosok Al-Masih-il-Mau'ud adalah juga Al-Mahdi dalam satu pribadi, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:

Dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah urusan bertambah kecuali kesulitan, dunia tidak bertambah kecuali kemunduran; tidaklah bertambah manusia kecuali cucuran air mata, tidaklah hari kiamat tiba kecuali atas orang-orang yang jahat; dan tiada seorangpun sebagai Al-Mahdi kecuali Isa bin Maryam.”

Jikalau al-Masih yang dijanjikan itu datang, maka tidak ada Al-Mahdi yang lain dan dia sendirilah yang berpangkat Al-Mahdi. Doktrin ini menjadikan semua pertanyaan mereka yang meyakini kedatangan Nabi Isa a.s. di akhir zaman atau tentang Al-Masih-il-Mau'ud tuntas terjawab. Pertanyaan yang tersisa tinggal siapa sosok Al-Masih a.s. tersebut? Kemudian menjadi kontroversi baru ketika sosok al-Mahdi tersebut diklaim sendiri oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s.. Keadaan demikian ini menjadikan dirinya sosok yang fenomenal pemikiran, monumental kehadirannya dan kontroversial pendakwahannya. Itulah ciri seorang Utusan Allah Taala. Sama halnya ketika Hadhrat

215

menembusi polisi pengawal, adalah tidak sesuai aturan melarang ia masuk karena ia adalah penasihat hukum Ahmad. la masuk tepat saat hakim itu mengumandangkan denda berat sebesar 500 rupees. Sebelum ditegur, penasihat hukum itu cepat mengeluarkan uang dan menaruhkannya di meja di depan hakim san langsung minta tanda terima resmi sebagai bukti denda telah dilunasi. Hakim itu mencoba protes, tetapi menyadari bahwa ia telah diperdaya dan ia menerima pembayaran denda itu. Sebelum itu Ahmad telah menerima wahyu, bahwa walaupun ia akan diputus bersalah oleh hakim, Tuhan telah memberitahu dia bahwa keputusan itu akan dibatalkan oleh pengadilan atasannya. Maka benarlah terjadi. Penasihat hukumnya mengajukan perkara itu ke pengadilan banding yang membatalkan keputusan hakim semula dan memperoleh kembali denda yang telah dibayarkan. “Tidak ada fitnah” -- hakim berkata – “hanyalah sebuah pernyataan biasa akan fakta yang sepenuhnya adil sesuai dengan situasi lingkungannya”. la menambahkan, bahwa sangat mengherankan, bahwa soal yang begitu sepele telah berlarut-larut selama sekian tahun dengan sekian banyak saksi-saksi. Pada bulan April 1908, Ahmad berusia 73 tahun. Ia masih makan dengan hemat. Ia masih berjalan-jalan setiap hari apabila mungkin. Ia masih menjaga semua lima waktu shalatnya, tidak pemah gagal bangun pukul 2 dini hari untuk shalat Tahajjud. la masih mengkaji Al-Quran dengan penuh konsentrasi selama berjam-jam dan masih tetap dimohon oleh para pengurus untuk berbagai urusan Jemaatnya dari berbagai bagian dunia. Namun dia menyadari sudah semakin tua. Istrinya, yang ketika itu sedang kurang sehat untuk beberapa waktu, meminta dia menemani ke Lahore untuk periksa dokter. Ia setuju, tetapi pada malarn sebelum mereka berangkat, ia mendapat wahyu yang ia sampaikan

Page 15: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

214

diri engkau.” Serta-merta ia menjatuhkan kepalanya di antara dua lututnya dan muntah daah. Seorang dokter dipanggil, kebetulan seorang Inggris. Setelah pemeriksaan ia memberiahu parasahabat Ahmad bahwa dia haru beristirahat. Memuntahkan darah bagi seorang usia lanjut, itu berbahaya. Ia menandatangani surat keterangan yang menerangkan bahwa Ahmad sakit keras sehingga tidak diizinkan menghadiri sidang bulan berikutnya. Hakim itu marah karena Ahmad tidak datang di pengadilan. Ia memanggil dokter untuk mengecek kebenaran keterangan medis apakah bukan pemalsuan. Kemudian ia merancang tuntutan-tuntutan resmi bagi Ahmad. Demikianlah perkara itu berlarut-larut dengan penundaan dan penundaan berikutnya. Kemudian hakim itu diturunkan pangkat dan dipindah-tugaskan karena suatu perkara lain. Perkaranya kemudian akan dimulai oleh hakim lain. Ia juga seorang Hindu. Ia menolak memperbolehkan Ahmad duduk di atas kursi yang menjadi haknya sebagai tokoh yang punya kedudukan di wilayah Punjab, disamping usianya yang sudah lanjut, bahkan ia juga tidak mengizinkan Ahmad sekedar minum selama persidangan. Terakhir ia mengumumkan bahwa la akan memberikan keputusan pada hari tertentu. Kemudian ia mengubah harinya ke suatu hari Sabtu. Penasehat hukum Ahmad mengetahui bahwa keinginan dia ialah untuk mengumumkan sebuah denda yang berat tepat sebelum pengadilan ditutup pada hari Sabtu sore. Pasti Ahmad tidak langsung bisa membayar denda itu, dengan begitu akan menggunakan akhir pekannya di penjara.. . Sesaat sebelum persidangan itu ditutup, hakim itu memanggil Ahmad ke hadapannya, dan memberi perintah kepada polisi tidak mengizinkan siapapun memasuki ruang sidang. Tetapi pembela (pengacara) Ahmad merangsek

15

Muhammad saw. pertama kali menyatakan pendakwahannya sebagai utusan Allah (Rasulullah), sebagian besar masyarakat sekelilingnya yang memberinya julukan al-Amin kontan mendustakannya. Buku berjudul “Mirza Ghulam Ahmad of Qadian” hyang diterjemahkan ini cukup memadai sebagai referensi bagi para pembaca yang budiman untuk mempelajari sosok Mirza Ghulam Ahmad, baik latar belakang keluarga, pemikiran maupun sikap perilakunya dalam membela agama Islam. Penulisan yang bergaya novelis membantu para pembaca untuk terlibat secaea emosional memahami sepak terjang tokoh utama yang disajikan. Semoga bermanfaat dan meberi inspirasi bagi pembaca sekalian. Yogyakarta Oktober 2007. Ahmad Saifudin Mutaqi MJ.

Page 16: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

16

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI vi PENDAHULUAN: Janji Tuhan BAB 1 Pembaiatan BAB 2 Tanda-tanda Langit BAB 3 Kepala-kepala Suku Qadian BAB 4 Pertempuran-pertempuran Legal BAB 5 Islam dalam Kemunduran BAB 6 Pembela Agama BAB 7 Berkas-berkas Cahaya Spiritual BAB 8 Harta Kebenaran BAB 9 Wahyu-wahyu tentang Masa Depan BAB 10 Empat puluh Hari Menyendiri BAB 11 Di mana Yesus Wafat? BAB 12 Seorang Musuh Tuhan BAB 13 Suatu Konfrontasi dari Kristen BAB 14 Berita Gembira Bagi Para Pencari Kebenaran BAB 15 Kutukan Tuhan BAB 16 Tuduhan Pembunuhan BAB 17 Uskup Mengundurkan Diri BAB 18 Pengungkapan Tentang Agama Sikh BAB 19 Ikatan-Ikatan Ditempa BAB 20 Kesederhanaan, Kasih sayang dan Keberanian BAB 21 Nilai Doa BAB 22 Kehidupan Keluarga BAB 23 Menara Putih BAB 24 Islam Memandang ke Barat BAB 25 Para Syuhada Awal BAB 26 Kebangkitan Islam Kembali BAB 27 Nabi Utusan Tuhan

213

permintaan-pen-nintaan mereka. Ia berketetapan hati untuk membuat lelakon yang sesulit mungkin bagi Ahmad - dan bagi siapapun yang memberikan bukti pada pihaknya. Ia menyatakan bahwa ia berkuasa menahan orang dalam penjara tanpa bisa ditebus uang jaminan. Untunglah bagi Ahmad, pembicaraan itu diam-diam terdengar oleh seorang penulis pengadilan distrik dan mengungkapkan hal itu kepada pembela (pengacara) hukum Ahmad. Pegawai tadi seorang Muslim, meskipun bukan seorang Ahmadi, tetapi dia tidak berharap melihat seorang pemimpin Punjab dilecehkan oleh komplotan Hindu. Pembicaraan itu disampaikan kepada Ahmad ketika dia sedang terbaring sakit di Gurdaspur. Ia mengangkat tubuhnya setengah duduk di atas charpay tempat berbaringnya dan berkata:

"Aku, satu mangsa? Aku bukan seekor mangsa, aku seekor singa. Aku adalah Singa dari Tuhan. Biarlah orang-orang itu menjamahkan tangan-tangan mereka pada Singa Tuhan dan tunggulah apa yang akan terjadi!"

Raut mukanya memerah darah berlawanan dengan kepucatan sakitnya, dan suaranya demikian mengegema, sehingga orang-orang yang berada di luar kamar terdiam dan nyalang. Ia mengulang-ulang kata-kata "Singa dari Tuhan" beberapa kali. Sebentar kemudian kemerahan wajahnya mereda dan ia mengangkat tangannya. "Apa yang saya kerjakan?" ia bertanya.

"Beberapa kali saya memanjatkan permohonan kepada Tuhan bahwa saya siap mengenakan gelang-gelang besi pada pinggang saya, tetapi Dia setiap kali memberitahu saya, ”Aku tak akan membiarkan hal itu terjadi. Aku menjaga diri engklau dan tidak ada orang yang akan berani menjamahkan tangan-tangannya atas

Page 17: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

212

Tentu saja tidak semua pengunjung itu berniat baik. Seorang bernama Mian Hayat mengenang, dia di sekolahan pada waktu itu. "Guru kami memerintah kami mengumpulkan sampah dan kerikil serta membawa kami ke suatu loteng sebuah rumah, yang dari sana kami akan bisa melemparkannya ke arah dia. Maka kami keejakan seperti diperintahkan kepada kami." Pernah, ketika dia tinggal di Lahore, seorang ulama Muslim datang ke dekat rumahnya dan mulai bergembar-gembor kepada orang-orang yang berkumpul di sana. Tuduhan dia kepada Ahmad sebagai orang sesat dia nyatakan dengan kata-kata kotor. Ketika ia diusir oleh polisi karena menghalangi jalan rays, ia menyeberang jalan lalu memanjat sebuah pohon dan melaniutkan cembar-gembornya dari sana. Beberapa orang Ahmadi bermaksud membungkam dia, tetapi Ahmad melarang mereka. "Biarkan dia punya omongannya dan jangan menjawab dia”. Sebuah perkara hukum yang telah ditunda di Jehlum adalah salah satu hal yang menyibukkan Ahmad ketika Jemaatnya sedang bertumbuh. Walaupun oposisi Muhammad Hussain yang sepanjang umur itu kini telah menyusut, yang lain-lain menggantikannya. Seorang yang telah memulai di Jehlum ialah Karam Din yang menyatakan dia telah difitnah oleh Ahmad. Walaupun sebenarnya hanya sebuah perkara “fitnah” kecil, tetapi karena anggota-anggota sekte Arya Samaj Hindu telah membujuki seorang hakim, yang ia juga seorang Hindu. Pada suatu pertemuan pribadi hakim itu diberi tahu:

"la seekor mangsa di tangan anda. Anda bisa meremas-remas lehernya layaknya seekor burung kalau anda mau. Kalau anda melepas dia pergi anda akan menjadi musuh orang-orang anda sendiri."

Hakim itu tidak menaruh karaguan sedikitpun atas

17

Page 18: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

18

PENDAHULUAN

Janji Tuhan Muhammad, Nabi Suci Utusan Tuhan, mengumumkan bahwa setelah beliau akan datang Al-Masih Mau'ud (Al-Masih yang dijanjikan). Di antara tugas-tugasnya ialah untuk kebangkitan kembali Islam, berubahnya agama dunia dan penyatuan semua agama Pada tahun 1889 di sebuah kota kecil yang berdebu di wilayah Punjab, sekitar 90 mil jaraknya dari Lahore, seorang pengkhidmat Islam, Mirza Ghulam Ahmad, menerima baiat dari para pengikutnya yang pertama. Satu tahun kemudian ia mengumumkan bahwa Tuhan telah memberi wahyu kepadanya yang mengungkapkan bahwa Yesus telah wafat secara normal. Tuhan juga telah mengangkat dirinya sebagai Al-Masih Yang Dijanjikan. Tuhan juga telah menjanjikan kepada dirinya bahwa misinya akan sukses, ia umumkan. Tuhan telah memberi tahu dirinya, "Aku akan menyampaikan tablighmu sampai ke ujung-ujung dunia". Itu sebuah penyataan yang mengherankan dari seorang lelaki yang pengikutnya waktu itu belum berjumlah lima puluhan. Namun ia bukan tokoh yang tak dikenal. Karya tulisnya telah menarik perhatian seluruh dunia. "Sangat mendalam dan sangat benar," tulis seorang philosof Rusia Pangeran Leo Tolstoy mengomentari salah satu dari buku-bukunya. Kini Jemaat Ahmadiyah dalam Islam dipandang salah satu kekuatan keagamaan yang kokoh di dunia. Pengikut awalnya yang empat puluh orang itu telah menjadi lebih dari 10 juta. Ini suatu peningkatan matematis dalam 100 tahun yang tak ada bandingannya sejak munculnya Islam. Dari antara pengikutnya ada seorang peraih

211

sebagian atas kemauan sendiri, sebagian lain diundang oleh para ulama Muslim untuk berdemo menentang Ahmad. Sidang perkaranya ditunda, tetapi perjalanannya suatu sukses bagi Ahmad karena tercatat ada hampir seribu orang yang mengikrarkan baiat. Banyak dari antara mereka itu orang-orang yang semula diundang untuk berdemo menentang dia. Di Lahore terjadi kejadian yang semacam tersebut tadi. Lawanlawannya memukul-mukul genderang menentang dia, mengingatkan orang-orang, ketika dia masih berada dalam perjalanan yang lancar. Walaupun banyak orang datang memperolok-olokkan, selalu ada beberapa orang yang tinggal di belakang menjadi pengikutnya. Sebuah pertemuan besar dengan dia dilaksanakan di Lahore dimana 7.000 orang hadir. Keributan, ancaman-ancaman dan gembar-gembor pidato penentangan berlangsung sebelum pertemuan itu sedemikian gempar, sehingga aparat pemerintah mendatangkan tambahan pengawalan polisi, dan selama pertemuan itu, jalan-jalan sekitar dikelilingi patroli polisi dengan pedang terhunus. Di Sialkot, dimana dulu dia pernah bekeda sebagai pegawai, stasiun KA dipenuhi berjejal orang-orang sehingga polisi menemui kesukaran untuk membuat jalan untuk lewat kereta yang sedang mengangkut dia, dalam perjalanan jauh bermil-mil menuju ke suatu rumah dimana ia akan tinggal. Massa berjejal sepanjang perjalanan, memanjati gedung-gedung dan kereta-kereta dan pohon-pohon karena ingin menyaksikan dia meski hanya selintas. Dan tidak seperti larangan yang diumumkan oleh para ulama Muslim, belajar dari pengalaman di Jehlum, memberi tahu orang-orang agar tidak mendekati dia. Ketika ia mengadakan pertemuan publik, para ulama Muslim menempatkan regu-regu orang kotor yang garang di dekat pintu masuk, untuk menggagalkan orang-orang masuk mendengarkan dia.

Page 19: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

210

BAB 27

Nabi Utusan Tuhan Manakala ia meninggalkan Qadian, Ahmad dikelilingi pengawal dan tatacara khusus harus dibuat untuk melindunginya dari dikerubungi orang-orang yang berniat balk maupun orang-orang yang ingin mencederainya. Sementara jumlah pengikutnya terus bertambah demikian juga kebencian dari para pendengkinya. Dan kebencian mereka itu menanjak. “Kalau dia harus mati, itu bukan pembunuhan, tetapi adalah keadilan”, kata seorang penggerak massa. Seorang perempuan yang dibawa untuk menjadi juru masak sementara oleh isteri Ahmad, ketika mereka berada di Delhi, bertutur, tak menyadari dengan siapa dia bertutur itu:

"Ada orang yang datang ke Delhi, dia menyatakan bahwa dirinya itu Al-Masih Yang Dijanjikan. Pemimpin kami memberi tahu kami bahwa kita harus membunuh dia. Anak laki-laki saya kemarin mengambil sebilah pisau dan berangkat akan membunuh dia. Tetapi dia tidak dapat mendekat betapapun sudah berusaha keras. Ia mendatangi rumah itu, tetapi semua pintu terkunci."

Bagaimana pun, sudah biasa polisi bersenjata berpatroli di jalan-jalan selingkar rumah dimana dia sedang berada. Musuh-musuhnya terpaksa harus puas dengan pertemuan-pertemuan dan demo-demo di tempat terdekat ke rumah yang ditinggalinya sesuai yang diizinkan polisi. Di bulan Januari 1903, Ahmad harus menghadiri panggilan untuk suatu kasus hukum di Jhelum, sebuah kota berpenduduk 20.000 orang, sejauh 150 mil dari Qadian. Serenta diketahui ia datang maka akibatnya ada ribuan massa yang berkumpul untuk menjemputnya di setasiun KA. Banyak di antara mereka datang dari distrik terdekat,

19

Hadiah Nobel, ada seorang mantan Ketua Mahkamah Intemasional Perserikatan Bangsa-Bangsa, menteri-menteri pemerintahan, beberapa jenderal angkatan bersenjata, dokter-dokter, ilmuwan-ilmuwan, hartawan-hartawan dan berjuta-juta orang-orang awam dari berbagai negeri sejauh Indonesia, Amerika Serikat, Polandia, Cina dan bahkan Spanyol.

Misi jaringan organisasi yang luas telah mengokohkan Gerakan Ahmadiyah ini di 120 negeri1. Al-Quran Suci, atau bagian-bagian dari Kitab itu, telah diterjemahkan kedalam 117 bahasa, termasuk bahasa Cina dan Rusia.

Di negara-negara Dunia Ketiga, menyertai mini-misinya, telah berdiri sekolah-sekolah, rumahsakit-rumahsakit, dokter-dokter dan para ahli pertanian serta para insinyur. Setiap Ahmadi menganggap dirinya sebagai da'i (juru tabligh) dan siap meninggalkan tanah air di Eropa, Amerika Utara, Pakistan dan India, menjawab seruan para Khalifah Masih Mau’ud dan berkhidmat dimana pun yang dipertimbangkan paling bermanfaat

Dalam menyambut Seabad Gerakan Ahmadiyah dalam Islam, biografi ini ikut memperingati peri kehidupan, wahyu-wahyu, nubuwatan-nubuwatan dan mukjizat-mukjizat Al-Masih yang dijanjikan, termasuk penemuan makam pekuburan Yesus di Kashmir. Semua ini disimpulkan dari tulisan-tulisan Al-Masih yang dijanjikan, dokumen-dokumen sejarah dan kesaksian asli para sahabat Al-Masih yang dijanjikan yang berjumlah 313 orang. Biografi ini juga menguji interpretasi Al-Quran yang menubuwatkan kedatangan AlMasih yang dijanjikan dan pandangan para ulama Islam semenjak berabad-abad.

1 Sekarang, tahun 2007, Ahmadiyah exist di 190 negara

Page 20: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

20

209

Apabila Tuhan Yang Maha Kuasa mengambil seorang yang berkaliber dari kita, Dia pasti akan memberikan penggantinya."

Page 21: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

208

bertahan sesuai ikrar yang telah dibuatnya. Kalau tidak, mereka tidak lagi terhitung anggota Jemaat itu. Imbasnya tidak ada Ahmadi yang sekedar sambil lalu, loyo dan tak bergairah. Seorang komentator berkata:

"Kalau orang melihat ada seseorang yang bertipe tak agamis, dulunya suka mengejek ajaran-ajaran Islam, tiba-tiba menjadi salih, menjadi orang yang takut kepada Tuhan dan menjadi pengikut keyakinan yang khusyuk, mencintai ajaran-ajaran dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari mereka, dan memperoleh kegembiraan dalam pengkidmatan demi Islam, maka orang-orang akan merasa dalam hati mereka, bahwa titik balik seperti itu tidak mungkin akibat dari ajaran keyakinan yang sesat".

Mereka yang melakukan baiat di tangan Ahmad mengatakan bahwa mereka merasakan permulaan suatu hidup yang baru. Pengkhidmatannya kepada teman lama -- juga teman lama yang kemudian menjadi lawan-lawannya -- tidak bergeming. Muhammad Hussein termasuk dalam doa-doanya. Ia menulis dengan sedih:

"Pohon kasih yang dipelihara dan ditumbuhkan sejak masih masa kanak-kanak mengapa mesti dicabut?”

Ia menambahkan: "Saya tidak pernah melupakan musim semi persahabatan kita yang berada di lembah hati saya. Hati saya bukaniah gurun pasir dan tidak dipenuhi semata dengan batu-batu.”

Ketika seorang sahabatnya yang mukhlis, Abdul Karim, meninggal dan orang-orang meratap atas kehilangannya dan mengatakan bagaimana memperoleh pengganti tokoh ini, Ahmad menegur mereka:

"Mempercayai kepergiannya akan menimbulkan kekosongan adalah memanjakan nafsu, sebuah bentuk syirik. Kitatidak boleh mengkultuskan seseorang.

21

BAB 1

Pembai'atan Di kota kecil itu, semula orang-orang menjadi gaduh. Kedatangannya telah mengundang masuknya orang-orang dari desa-desa yang jauh, yang berhasrat menyaksikan dia. Sebagian ada yang meneriaki dan mencemoohkannya kapan saja ia keluar, yang lain diam-diam memandanginya dengan mata nyalang. Di warung-warung teh dan di keteduhan rumah-rumah di saat senja, mereka memperbincangkan tentang apa yang dia katakan atau apa yang dikatakan orang dia telah mengatakannya. Ada yang berbantahan dengan keras seperti mereka itu berteriak-teriak. Yang lain bertanya. Yang mana dari yang ia katakan yang salah, desaknya. Pengikut-pengikutnya berhati-hati. Pakaian mereka tidak menyolok. Tak ada sesuatu yang dapat membedakan mereka dengan penduduk asli. Mereka menghindar berbantah tentang akidah-akidah mereka. Hanya apabila pemimpin mereka keluar untuk shalat di masjid, maka yang terbilang masih muda membentuk perintang untuk menghalangi siapapun yang ingin melabrak atau mencacinya. Hari ini ia duduk sendiri (berkhalwat) dalam kamarnya. Di luar, di lorong-lorong rumah itu dan bahkan di jalan luar sana, para pengikutnya menunggu. Kemudian orang pertama masuk dan menutupkan pintu di belakangnya. Orang ini dulunya dokter pribadi seorang maharaja, seorang ilmuwan tersohor yang suks berdiskusi tentang karya sastra Shakespeare yang telah dia baca dalam terjemahan berbahasa Arab. Dalam kamar yang kosong itu Mirza Ghulam Ahmad, yang dalam tempo dekat harus mengumumkan diri bahwa dirinya Al-Masih Yang Dijanjikan, duduk di lantai dilapisi

Page 22: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

22

selembar karpet. Mantan tabib inilah orang pertama yang akan mengambil baiat. Ia menjulurkan tangan kanannya ke depan dan Ahmad mencondongkan badan ke depan dan mengenggam tangan tabib itu dengan tangan kanannya. Dan Ahmad menempatkan tangan kirinya di bawah siku kanannya untuk menguatkannya, suatu kecelakaan di masa kecil membekas pada tangan kanannya yang agak lemah. "Hari ini saya bertobat di tangan Ahmad atas semua dosa saya” ikrar tabib itu. Ketika ia telah menyelesaikan seluruh naskah baiat, Ahmad menengadahkan kedua tangannya berdoa dan begitu juga dokter itu. Ketika doa berakhir acara itu pun selesai. Pada hari itu ada 40 orang mengikuti tabib itu, satu per satu. Disusul mereka yang datang berkelompok. Pembaiatan pertama ini dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 1889. Seratus tahun kemudian suatu Perang Suci dengan kata-kata (pena) untuk mempersatukan segala agama di bawah kenabiannya dan untuk mengubah seluruh dunia secara damai kedalam keimanan Islamnya telah mengorbankan banyak syuhada.

207

dan kekuasaan. Tetapi mereka semua tidak pemah berhasil membungkam dia. la selalu siap berdebat, memaparkan keyakinan-keyakinannya di depan publik clan membiarkan mereka menyimpulkannya sendiri. Lawan-lawannya selalu tidak begitu siap dan orang-orang Kristen tetap tidak berubah, selalu menolak berdebat melawan dia. Ketika dia ditanya mengapa selalu demikian? Ahmad menjawab, "Tuhan tidak pernah membantu orang-orang jahat. Dia tidak pemah membiarkan hamba-hamba yang tutus direndahkan". Tetapi, memang tak dapat diragukan, alasan paling kuat dan meyakinkan bagi keberhasilan misinya ialah citra yang ia paparkan tentang Islam dan pengaruh dari kata-kata, perilaku dan peri kehidupan para pengikutnya. “Al-Quran adalah sumber suci yang tidak pernah kering bagi kebijaksanaan”, kata Ahmad. Adalah sama sekali salah untuk berpikir, bahwa ilmu tentang Al-Quran kini telah lengkap dan bahwa tafsir dari para jamhur ilmu dari generasi-generasi awal dulu itu telah mewakilinya. Seperti halnya dunia fisik mengenai bumi dan lautan menemukan harta-harta yang baru setiap abad, demikianlah Al-Quran juga mengungkapkan kekayaan spiritual yang baru sesuai dengan tuntutan-tuntutan setiap zamannya. Ia menambahkan bahwa meskipun aturan hukum telah dibuat sempurna, perkembangan dan pertumbuhan ilmu Al-Quran tetap berlanjut, dan inilah salah satu bentuk mukjizat Al-Quran yang agung. Salah seorang di antara pengikutnya menulis bahwa penjabaranpenjabaran Ahmad. "Memaparkan keindahan dan kesempurnaankesempurnaan Al-Quran dalam kebenderangan sempurna dari cahaya siang hari bolong". Pemaparan-pemaparan itu laksana “mutiara dari aqua yang paling murni", kata pengikut yang fain. Mereka yang bergabung dalam Jemaat ini harus

Page 23: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

206

demikian tidak perlu harus segera dimengerti orang. Hal-hal itu tidaklah berkilau sebagaimana cahaya matahari di siang hari cerah. Kalau seperti itu keadaannya, kata Ahmad, maka keimanan semacam begitu tidak tidak akan berbuah dan tidak seorangpun pantas berbangga mendapatkan hadiah bagi keimanannya. Sebaliknya, Ahmad membandingkan perihal ilmu dan kuasa Tuhan itu ibarat cahaya bulan di waktu malam yang diselubungi awan, dimana orang yang penglihatannya tajam akan mudah mendapatkan jalannya, sedang mereka yang lemah penglihatan akan diam tertegun dalam keraguan. Banyak juga dari antara pengikut baru dia yang menceritakan tentang kemampuan Ahmad menolong mereka dalam masa sulit dengan langsung berdoa kepada Tuhan. Mereka menulis surat kepanya dalam jumlah ribuan dan Ahmad menyebut nama-nama mereka dalam doa-do'nya. Ahmad mengumumkan sebagaimana Tuhan telah menetapkan dirinya sebagal Masih Yang Dijanjikan dengan tugas khusus pembaharuan kemanusiaan, maka Tuhan sangat memperhatikan doa-doanya. Ketika wabah thaun (pes) melanda seluruh India, ada seseorang yang mendengarkan dia berdoa, dan di kemudian hari dia menceritakan, katanya, "Adalah ungkapan rasa pedih-perih dan sangat memilukan, sehingga siapapun yang mendengamya, hatinya pasti meleleh." Aksesnya kepada Tuhan tidak berarti bahwa semua doanya bagi kemanusiaan dikabulkan dalam segala kondisi, kata Ahmad, tetapi sebagian yang terbanyak memang terkabul. Namun penyebab lain dari sukses Ahmad yang terus-menerus ialah fakta keberhasilannya yang tak pemah berhenti. Para ulama Muslim berpropaganda melawan dia. Orang-orang Hindu menuduh dia. Demikian juga para misonaris Kristen. Mereka rata-rata punya uang, kedudukan

23

Pada abad yang lalu mereka dianiaya dan dilempari batu hingga mati. Dalam abad ini mereka telah diringkus hingga mati oleh massa yang diprovokasi. Pemerintah-pemerintah, teristimewa di Pakistan, telah meloloskan undang-undang anti mereka. Dituduhkan atas mereka – balk oleh kaum Kristiani maupun Muslim – bahwa mereka itu orang-orang sesat. Tetapi misi fanatik dari Jemaat Ahmadiyah ini tak pernah bergeming. Pengikraran bai'at pertama itu bukan bermaksud pemisahan diri dari Masyarakat Muslim lain atau konfrontasi dengan gereja Kristen. Tetapi satu tahun kemudian Ahmad memproklamasikan bahwa dirinya adalah Al-Masih Yang Dijanjikan dan dengan demikian dia adalah Utusan Tuhan bagi segala bangsa dan bagi semua agama. Ahmad juga mengumumkan bahwa Tuhan telah mewahyukan kepadanya bahwa Yesus tidak wafat di atas Salib. Beliau telah wafat secara wajar di India puluhan tahun kemudian. Ini suatu penyangkalan secara total atas akidah-akidah gereja Kristen dan juga atas kepercayaan hampir semua orang Islam waktu itu. Tuhan telah berwahyu (mewahyukan) kepadanya, kata Ahmad, bahwa Yesus hanyalah pingsan sewaktu beliau di atas salib. Ketika beliau diturunkan dari Salib diurapi dengan minyak-minyak parem dan salep dan kemudian diletakkan dengan tenang di dalam sebuah gua yang lebar berudara cukup, yang digali di lereng sebuah bukit. Di situ beliau semakin sembuh. Tiga hari kemudian beliau telah menampakkan dirinya kepada murid-muridnya ketika mereka sedang membayang-bayangkan dan meragukan Thomas yang telah merabakan tangannya pada luka-luka beliau. Kemudian Yesus benar-benar menghilang dari Yerusalem. Tetapi beliau tidak naik ke langit sebagai Anak Allah, sebagaimana orang-orang Kristen menyatakannya. Tidak pula beliau naik ke langit sebagai seorang nabi, yang

Page 24: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

24

harus kembali lagi ke bumi sebelum Hari Kiamat dengan badan wadag aslinya, sebagaimana dinyatakan orang-orang Muslim. Ahmad mengumumkan bahwa Tuhan telah mewahyukan kepadanya bahwa Yesus menyadari bahwa beliau tidak lagi dapat melanjutkan risalahnya di Galilea, mengembara ke India mencari suku-suku Israel yang hilang. Di sana beliau hidup lama dan terhormat. Beliau telah wafat secara biasa dan pusaranya di Kashmir dikenal dan dihormati sebagai makam Nabi Yuz Asaph yang dapat diartikan sebagai Yesus Sang Penghimpun. Wahyu Tuhan kepada Ahmad bahwa ia harus melakukan perang suci dengan hujjah (dalil/argumentasi) untuk merombak seluruh dunia hingga semua memeluk Islam. Dalam wahyu itu Tuhan telah memberi tahu dia bahwa para pengikutnya adalah orang-orang terpilih. Mereka akan unggul dalam segala hal di dunia. Inilah wahyu itu:

"Tuhan berkehendak mendirikan suatu masyarakat (jama'ah) orang-orang takwa untuk menyatakan Ke-Agungan dan Ke-Perkasaan-Nya. Dia akan membuat jama'ah ini berkembang dan mengokohkan kasih-sayang Tuhan, ketulusan, kesucian, kesalihan, damai dan kerjasama antar manusia. Ini akan terjadi atas sekelompok orang-orang yang mengabdi semata bagi Tuhan. Dia akan memperkokoh mereka dengan ruh-Nya sendiri serta akan memberkati clan mensucikan mereka."

Wahyu itu juga memberi tahu Ahmad bahwa jama'ahnya akan berkembang subur. Tuhan telah berjanji, katanya, bahwa “Jama'ah itu akan berlipat ganda luar biasa. Ribuan orang tulus akan bergabung dalam barisannya. Dia sendiri akan memelihara mereka dan membuat Jama'ah itu tumbuh, sedemikian banyak sehingga anggota-anggotanya dan kemajuannya akan mengejutkan

205

lainnya dari keindahan, yang akan tercermin melalui nama din kedua, yaitu Ahmad, maka dirinya adalah wujud bayangan kenabian dari nama yang kedua. Orang-orang yang mengenal Ahmad pada masa hidupnya mengenangi dia sebagai "pribadi yang berdaya magnet". Mereka berbicara tentang daya pengaruhnya secara moral dan spiritual serta kebajikan-kebajikannya yang sangat mudah dikenal. Bahkan orang-orang yang baru beberapa hari bergabung dengan dia, selalu mengenangnya sebagai masa paling indah dan paling menggairahkan dalam hidup mereka. Lawan-lawannya menyebut pesona pribadinya sebagai daya "sihir, magic", dan memperingatkan orang-orang mereka jangan menemuinya atau mengunjunginya di Qadian, kalau tidak ingin terperdaya oleh sihirnya. Ahmad pernah menulis tentang pribadi Muhammad (saw. pent.), "Wahai para pencari kebenaran, kalau kalian ingin mencari alasan tentang kebenaran Muhammad, maka cintailah dia. Pribadi Muhammad itu sendiri menjadi alasan yang sebenamya." Argumen semacam ini dapat dipakaikan sama kuatnya bagi diri Ahmad pribadi. Beratus-ratus, bahkan kemudian beribu-ribu orang telah menerima dia ketika sudah melihat clan menyaksikan dia, seraya katanya, "Ini bukan wajah seorang pendusta. Ini benar wajah Masih Mau'ud". Penyebab yang lain semakin banyaknya jumlah komunitas Ahmadiyah ialah dari pengaruh adanya tanda-tanda, mukjizat-mukjizat dan wahyu-wahyu yang Ahmad nyatakan telah dianugerahkan Tuhan kepadanya. Dari antara yang awal-awal ialah mengenai orang-perorang – balk tentang sahabat maupun tentang para penentang – dan tentang bangsa-bangsa. Ini semua memperteguh keyakinan para pengikutnya. Ramalan-ramalan, kata Ahmad, tentang ilmu dan kuasa, yang menjadi tiang penopang Keagungan Tuhan, hal-hal

Page 25: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

204

sesudahnya, orang-orang Ahmadi menggarisbawahi bahwa pernyataan kenabian ini sama sekali tidak mengurangi kedudukan Muhammad (saw. - pent.). Demikianlah, sebagaimana ditanyakan, tentang apakah kenabian itu? Jawab yang diberikan ialah bahwa suatu kedudukan spiritual yang tinggi, mengangkat seseorang sampai suatu maqam (martabat) dimana ia dianugerahi berlimpah percakapan ruhaniah dengan Tuhan dan pengetahuan yang banyak menyangkut kejadian-kejadian masa depan dan disebutkan sebagai seorang Utusan (Rasul) Tuhan. Hal demikian sama sekali tidak mengurangi kedudukan Muhammad (saw. - pent.). Itu suatu kesalahpahaman, demikian pembahasan berlanjut tentang arti "kenabian". Seorang nabi tidak selalu harus membawa syariat baru, tidak pula ia harus terpisah lepas dari nabi-nabi sebelumnya. Karena itu, kedatangan Masih Mau'ud, telah memberikan peluang untuk berbahagia bagi kaum Muslimin, bahwa kehadiran Muhammad (saw. - pent.) tidak untuk membatasi rahmat Tuhan, tetapi justru membukakan lebar-lebar gerbang kemurahan-Nya, bagi segenap manusia dari segala bangsa, bahwa segala macam karunia itu dapat diraih. Pernyataan Ahmad yang tanpa ragu bahwa dirinya adalah Utusan Tuhan segera diikuti suatu keputusan untuk memberi nama misinya sebagai “Jemaat Ahmadiyah dalam Islam". Sampai saat itu tidak ada suatu pembeda resmi antara pengikut-pengikut Ahmad dengan kaum Muslim yang lain. Tetapi pada tahun 1901 ada sensus nasional yang disiapkan oleh Pemerintah (Inggris, pent.) yang harus mencantumkan nama sekte komunitas-komunitas Islam. Ahmad menyatakan, bahwa dari teks Al-Quran jelas ada dua macam kemuliaan. Yang satu tanda kegagahan, keperkasaan, yaitu dalam nama Muhammad, dan yang

25

dunia." Ahmad mengambil perjanjian baiat pertama dari pengikut pengikutnya di kota Ludhiana wilayah Punjab, sebelah barat laut anak benua India. Pada masa itu Ludhiana berpenduduk 20.000 orang. Kota itu akan menjadi titik sambung kereta api yang penting, tetapi 100 tahun yang lalu kota ini tidak dikenal oleh masyarakat dunia, bahkan oleh kebanyakan orang India sendiri. Namun Ahmad mengumumkan bahwa misi gerakan yang ia dirikan di situ akan berkembang ke seluruh dunia:

"Jemaat ini akan menjadi mencusuar demikian tinggi sehingga menerangi empat penjuru dunia. Anggota-anggotanya akan berkhidmat sebagai contoh keberkatan-keberkatan Islami."

Para pengikutnya -- tegas Ahmad -- adalah orang-orang yang terpilih:

"Pengikut-pengikutku yang sejati akan mengungguli orang-orang lain. Mereka akan selalu bangkit di tengah mereka, sampal Hari Akhir, mereka itu akan terdiri dari orang-orang pilihan Tuhan dalam segala hal." Dan Ahmad mengakhiri pernyataannya dengan tegas, "Demikianlah Yang Maha Kuasa telah memutuskan hal itu. Dia lakukan sebagaimana kehendaki."

Mirza Ghulam Ahmad adalah orang yang penampakannya menarik perhatian. la agak tinggi, sekitar 5 fit 8 inci dengan janggut hitam, yang ketika usia masih 30 sudah bergores keperakan, dan menjelang usia 50 telah memutih semuanya. Kedua matanya gelap dan pelupuk matanya selalu terlihat setengah dirundukkan. Suara dan peri lakunya selalu amat lembut, tetapi beberapa tahun kemudian, salah seorang pengikutnya teringat tanggapannya atas sebuah berita pada suatu Sabtu yang lalu, bahwa lawan-lawannya sedang mengusahakan suatu dakwaan resmi agar ia dapat dipenjarakan Sabtu mendatang dengan tanpa kemungkinan adanya banding

Page 26: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

26

atau pembayaran denda. "Apakah mereka akan mencoba-coba mencelakakan Singa Tuhan?” sahut Ahmad dengan suara lantang. Hal demikian bukanlah karena menyangkut pribadinya, tetapi lebih karena menyangkut cercaan terhadap Tuhan. Benar, ketika ada konspirasi untuk memperkarakannya dengan tuduhan percobaan pembunuhan atas seorang misionaris Kristen, Ahmad mengangkat bahu atas dakwaan yang dibuat terhadap dirinya. Ketika tersangka pelaku pembunuhan membuka mulut (mengaku) bahwa ia telah dilatih dalam "pengakuannya" oleh si misionaris sendiri, maka pengadilan membatalkan perkara itu. Hakim memberi tahu Ahmad bahwa kalau ia ingin mengajukan tuntutan batik kepada si misionaris atas sumpah palsu dan tuduhan makar, maka pengadilan akan mengabulkannya. “Saya tidak akan menuntut itu. Urusan dia akan menghadap kepada Pengadilan maha tinggi," jawab Ahmad. Musuh-musuh yang lain tidak begitu beruntung. Ketika salah seorang dari mereka meramalkan kematiannya, Ahmad mengumumkan bantahan bahwa dirinya tidak akan mati sebagaimana diramalkan, sebaliknya, malanglah si penuduh akan mati dalam keadaan mengerikan. Temyata bantahannya terbukti menjadi kenyataan.

203

Tuhan telah wahyukan kepadanya: "Yang benar ialah bahwa firman suci yang turun kepada saya ialah berisi kata-kata 'utusan', 'pembawa risalah' dan 'nabi"' -- katanya. Ia melanjutkan -- "Kalau Nabi Suci adalah Penutup para Nabi, lalu bagaimana hal itu dipertentangkan, dapatkah seorang nabi muncul setelah beliau? Jawabannya ialah bahwa semua pintu kenabian telah ditutup kecuali pintu ketaatan yang tulus, sebagai ruh kefanaan (pembenaman) sempurna dalam kecintaan kepada Nabi Suci itu. Karena itu, mereka yang datang kepada Tuhan melalui pintu ini dipakaikan atasnya dalam bentuk cerminan dengan jubah kenabian Muhammad... ia tidak mencitrakan dirinya sendiri, tetapi bercitra dari sumbernya pribadi Nabi Suci. Kenabian dan kerasulan saya adalah karena menjadi Muhammad dan Ahmad dan bukan karena diri saya sendiri. Nama ini dikaruniakan oleh karena kefanaan (pembenaman) diri saya dalam pribadi Nabi.”

Belakangan ia menambahkan: "Saya bersumpah atas nama Tuhan, yang hidup saya berada dalam genggaman-Nya, bahwa Dia telah mengutus saya dan Dia telah menamai saya nabi ... sedang kepercayaan saya semula ialah bahwa saya bukanlah apa-apa dibanding dengan Al-Masih putera Maryam, beliau adalah seorang nabi dan kekasih Tuhan ... tetapi kemudian, ketika wahyu Tuhan turun kepada saya laksana hujan, hat itu mendalamkan kepercayaan saya semula dan dengan secara terang benderangsaya dianugerahi gelar seorang nabi – di satu segi sebagai nabi dan di segi satunya sebagai seorang 'pengikut' (ummati)."

Kualifikasi utama untuk kenabian, dia terangkan, ialah berlimpahannya wahyu suci dan sejumlah besar ilmu tentang perkara gaib. Dalam masa hidupnya dan

Page 27: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

202

BAB 26

Kebangkitan Islam Kembali

Tahun 1901 Ahmad memperingati ulang tahunnya yang ke enampuluh enam. Secara lahiriyah hampir tidak tampak berbeda dengan ketika usia lima puluh. Kulitnya masih halus tanpa keriput pada wajahnya atau satu garis pada dahinya. Rambutnya, putih keperakan sejak masuk usia limapuluhan, memberi dia penampiian dengan kesan terhormat, tetapi ini bertentangan dengan kegesitan jasmaniahnya. Ia masih jalan kaki beberapa mil sehari, kadang-kadang empat, lima atau pernah tujuh mil. Dan untuk beberapa waktu ia juga mengikuti club-club India demi menjaga tubuhnya fit dan aktif. Ia tidak mengurangi beban kerjanya. Puteranya yang kedua, Mahmud – yang kelak menjadi Pengganti (Khalifah) Kedua – mengenang ketika ia sedang mengerjakan suatu buku, terkadang ia tidak tidur:

"Kerapkali saya menyaksikan beliau sibuk dan saya biasa tidur. Ketika saya bangun biasa saya dapati beliau masih menulis dan beliau berlanjut sehari suntuk." Kerap sekali -- kata Mahmud -- beliau lupa makan kecuali ditegur dan diingatkan bahwa sudah tiba waktu makan”.

Puteri sulungnya punya kenangan-kenangan juga: "Beliau memiliki kepercayaan diri mutlak dan iman yang tak bisa digoyahkan dalam hal ketetapan arah dan ruhaniah. Ada rasa kesadaran yang pasti atas cita-cita dan usaha-usaha beliau. Semakin meningkat keyakinan dalam misinya, semakin tinggi tanggung-jawab dan ketabahannya dalam tugas beliau."

Maka ketika seorang dari antara pengikutnya menyatakan bahwa ia tidak pernah menyatakan diri sebagai seorang nabi, Ahmad merasa harus mengungkap apa yang

27

BAB 2

Tanda-Tanda Langit Mirza Ghulam Ahmad dilahirkan 13 Februari 1835, putera kedua dari Mirza Ghulam Murtadha. Lahir kembar, tetapi saudara kembar perempuannya i meninggal beberapa hari kemudian. Kelahirannya merupakan kegembiraan bagi keluarga, karena pada masa itu krisis keuangan juga baru saja berakhir bagi kehidupan keluarga itu. Lima buah desa, bagian dari estate milik keluarga yang disita sewaktu kaum Sikh menguasai Punjab, kini dikembalikan kepada mereka. Masa itu juga saat yang diramalkan oleh tradisi untuk datangnya Al-Masih Yang Dijanjikan. Ada semacam kesepakatan di antara kaum Muslimin bahwa Al-Mahdi -- yang bahasa Inggrisnya "The Guided One" atau "Seorang Yang Memperoleh Petunjuk" -- akan muncul pada awal abad ke-14 Hijrah, yang lebih kurang berbarengan dengan dekade tarakhir abad ke-19 Masehi. Yesus juga telah mengisyarakan bahwa kedatangannya yang kedua akan ditandai oleh peperangan-peperangan, epidemi dan bencana-bencana luas. Perang Dunia Pertama, penyakit flu Spanyol yang membunuh jutaan manusia cocok dengan kondisi-kondisi yang disebutkan. Dan di kalangan banyak sekte-sekte Kristen dipercayai bahwa akhir abad 19 atau awal abad 20 adalah saat ketika Yesus akan hadir kembali di dunia. Kepercayaan-kepercayaan ini berdasar pada sejumlah isyarah yang termuat dalam nubuwatan-nubuwatan yang disebutkan dalam catatancatatan suci agama Islam dan Kristen. Muhammad, Nabi Suci agama Islam juga telah mengatakan dengan sangat jelas bagaimana Al-Masih Yang Dijanjikan itu mesti diidentifikasi. Ini termuat dalam hadits (sabda-sabda lisan) yang kemudian dituliskan

Page 28: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

28

beberapa masa sesudah wafat beliau. Tentang Al-Mahdi, Muhammad diriwayatkan mengatakan, "Ada dua tanda yang akan ditunjukkan yang belum pernah muncul untuk seorang penyeru yang manapun sejak penciptaan seluruh langit dan bumi ini. Yaitu, pada masa kedatangannya, akan terjadi gerhana bulan pada malam pertama untuk malam-malam kejadian gerhananya dan suatu gerhana matahari pada hari-hari pertengahannya dan keduanya akan terjadi dalam satu bulan Ramadhan." Normalnya gerhana bulan terjadi tanggal 13, 14 atau 15 kalender qamariyah, sedangkan gerhana matahari terjadi pada tanggal 27, 28 atau 29. Kondisi-kondisi yang disabdakan Muhammad itu berarti bahwa bulan akan gerhana pada tanggal 13 dan gerhana matahari akan terjadi pada tanggal 28 qamariah yang terjadi dalam satu bulan Ramadhan. Tanda-tanda langit itu tidak menunjuk kepada kelahiran jasmani Al-Mahdi tetapi menunjuk kedatangan spiritualnya. Pada tanggal 13 Ramadhan 1311 Hijriyah (Selasa 21 Maret 1894) bulan bergerhana, dan pada tanggal 28 Ramadhan itu maka pada bulan yang sama (6 April 1894) terjadilah gerhana matahari. Kejadian yang sama seperti itu berulang di benua Amerika Utara pada tahun berikutnya. Demikianlah kriteria yang digariskan oleh Muhammad telah terpenuhi dengan tepat sekitar lima tahun setelah Mirza Ghulam Ahmad mengatakan bahwa dirinya adalah “Guru Yang Memperoleh Petunjuk” (the Guided Teacher) yang kedatangannya telah dikhabarkan. Juga diwahyukan kepadanya bahwa ia adalah Al-Masih Yang Dijanjikan yang kedatangannya telah dinubuwatkan tidak hanya dalam Islam, Kristen dan Yahudi, tetapi juga di dalam agama--agama besar seperti Buddha, Hindu dan Sikh. Wahyu dari Tuhan selanjutkan memperkenankan ia mengumumkan, bahwa ia adalah yang "dipilih oleh Tuhan

201

satu pemimpin: "Saya telah datang untuk menaburkan benih, yang kini telah dapat dipanen di tangan saya. Sekarang akan tumbuh, berkembang dan subur, dan tak seorang pun akan mampu menghalangi tumbuhnya"

demikian pernyataannya.

Page 29: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

200

kalian. Wahai negeri yang tidak beruntung, kalian telah jatuh dalam cengkeraman Tuhan bahwa tragedi besar telah diperagakan dalam negeri kalian."

Bahkan dalam masa paling pahit itu Ahmad menasihati penenangan. Berbicara menyinggung pensyahidan itu dia berkata kepada para anggota Jemaat Ahmadiyah:

"Kalau kalian bersiteguh kepada kebenaran dan keyakinan, para malaikat akan mendatangi kalian, kegembiraan samawi akan turun kepada kalian dan kalian akan ditolong oleh Ruh Kudus. Tuhan akan menyertai kalian dalam setiap langkah kalian, dan tak seorang pun mampu menaklukkan kalian. Tunggulah kemurahan Tuhan dengan sabar. Dengarkanlah caci maki dan tetaplah diam. Tahanlah meski dipukul dan bertahan sabarlah. Sejauh mungkin janganlah melawan kejahatan, sehingga kalian pantas diterima di surga."

Dan dia berjanji: “Dengarkanlah, wahai segenap manusia. ini adaliah nubuwat (kabargaib) dari Dia Yang telah menciptakan seluruh langit dan bumi. Dia akan meluaskan Jemaat ini ke segala negeri dan membuatnya mengungguli semuanya melalui penalaran, dialog dan argumentasi. Hari-hari itu pasti datang, sungguh semakin dekat, bahwa ini akan menjadi satu-satunya agama yang akan dihormati. Tuhan akan menurunkan karunia berlimpah--limpah atas Agama dan Jemaat ini. Dia akan membuat frustasi siapapun mereka yang berhasrat menghancurkannya. Keunggulan ini akan berlangsung sampai Hari Pembalasan."

Ia memperingatkan mereka bahwa tidak ada seorangpun yang akan turun dari langit, sebab Yesus telah wafat. Abad-abad akan berlalu dan tetap Yesus tidak akan muncul, orang-orang akan meninggalkan kepercayaan bahwa dia masih hidup. Dan kemudian hanya akan ada satu agama saja yang akan meluas di dunia dan hanya ada

29

dalam pakaian segenap para Nabi". Ia menambahkan bahwa dirinya sendiri bukanlah apa-apa dan menyatakan tidak berandil jasa apapun. Apa yang Tuhan Maha Perkasa telah anugerahkan kepadanya karena Rahmat-Nya itu semata karena dedikasi dan ketaatannya kepada Muhammad secara tuntas. Maka ia hanyalah refleksi (bayangan) spiritual sempurna pribadi Muhammad. Ia juga seorang nabi. Tetapi ia bukanlah nabi pembawa syariat, tegasnya. Muhammadlah nabi pembawa syariat yang terakhir. Tugasnya, kata Ahmad, adalah menghidupkan kembali Islam dan kemudian menyatukan semua agama dalam naungan Islam. Definisi peran yang ia katakan: Tuhan telah limpahkan kepadanya untuk penyelamatan manusia, inilah yang telah menimbulkan penolakan yang makin keras dari kaum Muslim yang lain, Kristen dan Hindu. Para pendeta dan misionaris Kristen, para mufti dan pemuka-pemuka agama Islam serempak dalam fatwa mereka: Mirza Ghulam Ahmad tidak hanya telah salah dalam pandangan-pandangannya, ia sendiri adalah setan. Setiap Muslim setuju bahwa Al-Masih Yang Dijanjikan memang diharapkan-harapkan. Dan pada umumnya sefaham bahwa manakala ia sungguh datang, ia akan datang dalam aqidah Islam. Aliran-aliran lain bersikukuh bahwa pintu bagi bisikan-bisikan (ilham) Tuhan, demikian juga wahyu Tuhan, kini telah tertutup rapat-rapat. Tidak demikian dalam Islam. Jadi kedatangan seorang guru dengan wahyu Tuhan adalah alur pikiran yang dimungkinkan hanya dalam agama Islam. Islamlah satu-satunya agama yang menuntut keimanan kepada semua nabi, dimanapun dan kapanpun mereka telah muncul. Dalam Al-Quran orang-orang Muslim diperintahkan untuk membenarkan:

Page 30: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

30

"Kami iman kepada Tuhan dan kepada apa-apa yang telah diturunkan kepada kami dan kepada apa-apa yang telah diturunkan kepada Ibrahim dan Yaqub dan anak-anaknya dan kepada apa-apa yang telah dianugerahkan kepada Musa dan `Isa dan kepada apa-apa yang telah dianugerahkan kepada semua Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membuat membeda-bedakan di antara mereka dan kepada-Nya kami berserah diri sepenuhnya."

Yesus telah menjelaskan bahwa "kedatangan yang kedua kali” berarti kedatangan seorang nabi lain yang berpakaian kuasa dan spirit nabi pertama. Yahya Pembaptis adalah kedatangan yang kedua dari Nabi Ilyas, sabda Yesus. Pengharapan akan hadirnya kembali seorang guru besar dan juru agama membisikkan satu pertanyaan: Apa gerangan misi dan fungsi beliau? Karena kedatangannya kembali telah dinubuwatkan dalam agama-agama besar dunia, akankah akan hadirnya guru yang beroleh petunjuk itu untuk setiap agama masing-masing dan akan samakah misi dan fungsi mereka? Tugas mereka itu sama saja, maka hanyalah satu guru saja yang diperlukan. Sekiranya tugas-tugasnya berlainan, maka kedatangan kembali sekian banyak guru-guru agama itu tidak akan membangun persatuan, kedamaian, keselarasan dan kepuasan batin, bahkan sebaliknya akan melahirkan permusuhan, percekcokan, kebencian dan kekacauan. Masih satu pertanyaan ialah: Apabila masing-masing guru hadir sekaligus dengan syariat agama masing-masing, akankah mereka itu bersiteguh kepada nilai-nilai bentukan agama semula? Apabila mereka telah meninggalkan sumbemya, lalu bagaimana cakupan dasar-dasar dan ajaran-ajaran mereka? Masing-masing ketidakpastian menimbulkan persoalan-persoalan yang sukar dipecahkan. Ummat manusia selalu ingin maju dalam suatu

199

ulama, Sahibzada Latif dibawa dengan borgol dan rantai-rantal, ke suatu lapangan di luar dinding-dinding kota dimana sebuah lobang telah digali. Ia dimasukkan berdiri di sana dan lobang itu ditimbun setinggi pinggang. Raja kemudian menanya dia sekali lagi. Bahkan sekarang, dia berkata, kalau dia melepaskan Masih Mau'ud akan dilepaskan dari maut. Raja mendesak untuk menaruh belas kasih kepada diri sendiri clan belas kasihan kepada anggota-anggota keluarga yang akan dicemari, tak dihormati dan dirampas harta warisan mereka karena kemurtadannya. Sekali lagi Sahibzada Latif menjawab, ia tidak bisa menanggalkan keyakinannya demi untuk menyelamatkan hidup dan keluarganya. Pada detik itu para ulama berteriak tidak ada keraguan lagi bahwa dia adalah pengkhianat agama Islam maka harus mati. Dengan itu maka raja memerintahkan hakim ketua untuk melemparkan batu pertama. Hakim berkata semestinya rajalah yang pertama karena dialah penguasa. Raja menjawab bahwa hakim ketua adalah pengemban hukum dan adalah kalimat dia yang harus dilaksanakan. Hakim ketua kemudian turun dari kudanya dan mengambil sebuah batu yang dia arahkan dengan kuat-kuat mengenai Sahibzada Latif. Lemparan tadi mengenai beliau tepat pada dahi beliau dan mengakibatkan dia merendahkan kepalanya. Kemudian Raja yang mengambil sebuah batu dan melayang keras pada Sahibzada Latif. Kemudian setiap orang dari massa mengambil sebuah batu dan dilemparkan kepadanya sehingga ia tertimbun dibawah gundukan batu-batu. Hari eksekusi itu adalah 14 Juli 1903. Ahmad mengutuk pensyahidan Sahibzada Latif dengan kata-kata yang dramatis:

"Wahai tanah Afghanistan, saksikanlah sebuah penganiayaan kejam telah dilaksanakan dalam negeri

Page 31: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

198

sehingga ia dapat menulis, tetapi delapan penjaga dengan panah terbentang berdiri mengelilinginya dari detik ke detik. Pada akhir perdebatan-perdebatan tertulis itu Sahibzada Latif ditanya: Kalau Ahmad adalah Masih Yang Dijanjikan apa pendapat dia tentang kedatangan Yesus yang kedua kalinya? Ia menjawab bahwa Yesus telah wafat, oleh karena itu tidak mungkin dia muncul kembali. Al-Quran menyatakan tentang kewafatannya dan ia mengimani Al-Quran. Pada jawaban ini para ulama itu meneriaki dengan penolakan teramat marah. Kini tidak ada lagi keraguan bahwa dia seorang murtad. Ia telah meninggalkan keimanan Islam. Oleh karena itu, kini mereka menyiapkan maklumat tentang kemurtadannya dan dikembalikan masuk sel dengan dimuati beban rantai dan borgol yang berat. Maklumat itu disampaikan kepada raja yang kemudian memutuskan hukuman mati. Pagi berikutnya Sahibzada Latif dibawa dengan rantai-rantai itu ke sebuah barak militer dimana telah berkumpui berlimpah orang-orang. Ketika raja tiba, ia memberitahu dia, "Tuan telah dinyatakan seorang murtad. Bersediakah Tuan bertobat ataukah tuan tunduk kepada keputusan hukuman?" Sahibzada Latif menjawab bahwa beliau tidak dapat bertobat untuk menyesali kebenaran dan tidak akan berdusta demi menebus hidupnya. Lagi-lagi Raja mendesaknya untuk bertobat, tetapi Sahibzada Latif menegaskan ia tidak dapat bertobat dan tidak akan menanggalkan kebenaran. Karena itu raja menuliskan perintah untuk pelaksanaan hukuman dengan lemparan batu (rajam). Surat perintah itu dikalungkan di lehemya. Sebuah lobang dibor pada hidungnya dan seutas tali dimasukkan, sehingga dapat ditarik layaknya seekor binatang menuju tempat eksekusi. Dengan iring-iringan orang banyak yang bersorak-sorai dan Raja beserta para pengawalnya, para hakim dan

31

kesatuan arah dan tujuan. Segala perkembangan yang telah terjadi, katakaniah dalam hal kepemimpinan agama, memberi pertanda bahwa Tangan Tuhan akan berwujud seorang persona dan AI-Masih Yang Dijanjikan tentulah berwujud satu orang juga, bukan beberapa orang dari agama-agama yang berbeda. Kaum Muslimin tidak ragu tentang fungsi dan tugas-tugas Al-Mahdi dan AI-Masih Yang Dijanjikan. la akan menggelar agama Islam mengungguli semua agama lain, bahkan agama-agama yang orang-orang Muslim menganggap sebagai penyembahan banyak tuhan atau multiple gods dengan satu tuhan tertinggi semacam agama Hindu dan Kristen. Ada sejumlah unsur, dapat dibuktikan, yang muncul mengisyaratkan bahwa Al-Masihil Mau'ud (Al-Masih yang dijanjikan) akan bangkit dari Islam, sebab ada, sebagai contoh, keuniversalan misi Muhammad. Coba pertimbangkan pernyataan-pernyataan Quran berikut ini:

"Umumkanlah, hai Nabi: Wahai Umat Manusia, sungguh aku adalah Utusan kepada kamu semua." "Kami telah mengutus engkau sebagal pembawa khabar-khabar suka dan sebagai Pemberi peringatan bagi segenap manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya."

"Kami telah mengutus engkau sebagal rahmat bagi dunia." Al-Quran, dapat dibuktikan, juga mengandung petunjuk yang menyeluruh (comprehensive) bagi segala manusia di segala waktu, seperti dinyatakan dalam ayat-ayat berikut ini:

"Seorang Rasul dari Tuhan membacakan ayat-ayat yang suci yang di dalamnya terkandung perintah-perintah (hukum-hukum) yang abadi." "AI-Quran adalah Juru-Peringat bagi segala bangsa." "Al-Quran adalah sumber kehormatan bagi seluruh

Page 32: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

32

umat manusia." "Maha-Berberkatlah Dia Yang telah menurunkan Kitab Penegas Kebenaran kepada hambanya agar ia menjadi Pemberi peringatan bagi segala bangsa."

Al-Quran adalah yang paling istimewa dari segala kitab-kitab suci, kata kaum Muslimin, dari awal sampai akhir, berupa versi yang tepat dan akurat dari kata per kata wahyu yang Muhammad nyatakan sebagaimana Tuhan telah mewahyukan kepadanya. Firman-firman Tuhan itu terjaga dari pemutarbalikan, kata Quran sendiri, atas ketentuan Tuhan, “Sungguh Kami yang telah menurunkan peringatan (Kitab) ini, dan sungguh Kami pasti menjaganya.” Jaminan samawi untuk penjagaan Quran ini tidak terbatas pada keutuhan text saja. Seorang pakar Islam telah menuliskan: Jaminan itu meliputi semua unsur yang mendukung penyelamatan Quran sebagai sumber petunjuk Ilahi yang sempurna, bagi segala bangsa di segala masa. Misalnya, adalah jaminan bahwa bahasa yang dengannya Al-Quran telah diwahyukan, yaitu bahasa Arab standard klasik, akan berlanjut menjadi bahasa yang hidup dalam jaman kini dan seterusnya, sehingga tidak bakal muncul kesulitan yang akan dihadapi dalam menganalisa dan mengerti makna AI-Quran itu. "Bahasa Arab Klasik kini dipergunakan orang dalam bahasa lisan maupun tulisan jauh lebih luas di muka bumi oleh ratusan kali lipat jumlah manusia yang berbahasa itu semasa Al-Quran diwahyukan. "Lagi pula, Nabi Suci itu menubuwatkan bahwa pada setiap permulaan abad Tuhan akan membangkitkan seseorang dari antara pengikut beliau yang akan memperbaharui berdasar Al-Quran itu petunjuk yang tepat diperlukan oleh manusia dari jaman ke jaman. Kitab-kitab suci yang lain tidak mempunyai integritas yang menjamin keaslian text, bahasa dan petunjuknya untuk

197

Sahibzada Latif mengirimkan kembali jawabannya bahwa dirinya seorang yang lumayan cerdas dan berkecukupan ilmu dan dikaruniai Tuhan cukup pertimbangan untuk memilah mana yang benar dan mana yang palsu. Ia menyadari, setelah beberapa bulan penelitian, bahwa Mirza Ghulam Ahmad itulah Al-Masih Mau'ud. “Saya menyakininya”, katanya, bahwa ia menaruhkan nyawanya dalam bahaya dan membuka peluang bagi hancurnya keluarga dengan membuat pernyataan ini, tetapi ia memegangi keyakinannya itu di atas segala kesenangan dan pertimbangan-pertimbangan duniawi. Setelah empat bulan Sahibzada Latif dihadapkan kepada Raja dan dikatakan bahwa kesabarannya sudah sampai batas. Kalau di depan publik ia mau menanggalkan ajaran Masih Mau'ud, ia dapat menyelamatkan hidup dan hartanya. Kalau tidak mau maka ia akan mati. Sahibzada menjawab bahwa adalah tidak mungkin baginya untuk menolak kebenaran. Penderitaan apapun yang ditimpakan kepadanya akan mengakhiri hidupnya hanya di dunia ini, tetapi apabila ia mengingkari Masih Mau'ud, berarti siksaan itu akan berlangsung abadi. Ia mendesak agar orang-orang terkemuka yang berlawanan keyakinan dengan dia seyogyanya mengadakan diskusi terbuka dan apabila alasan-alasan yang menunjang keyakinannya secara adil ditolak maka dia siap dikutuk dan dihukum. Raja mengabulkan permohonannya dan delapan ulama terkemuka dipilih untuk berdebat dengan dia. Perdebatan dilaksanakan di masjid terbesar di Kabul. Hadirin berlimpah tetapi tidak terdengar apa-apa, karena polemik pendapat-pendapat dan komentar-komentar serta referensi-referensi melulu dilaksanakan tertulis. Perdebatan dimulai jam 7 pagi dan berakhir jam 3 sore hari. Rantai dan borgol dilepas dari Sahibzada Latif

Page 33: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

196

perpisahan mereka dipenuhi kesedihan. Ahmad, yang mengantarkannya berjalan kaki sejauh tiga mil, kelak berkata, "Saya mellihat beliau sepenuhnya mencintal saya layaknya sebotol kristal mini penuh wewangian. Nampak kepada saya bahwa hati beliau berkilau secerah wajahnya." Sahibzada Latif menyadari bahwa ia kembali kepada kematiannya seperti tersebut pada sebuah wahyu yang telah ia terima, "Persembahkan kepala engkau! Persembahkan kepala engkau!" Kepada Ahmad beliau berkata, "Saya punya firasat bahwa akhir hidup saya sudah dekat. Mungkin saya tidak lagi punya kesempatan buat selama-lamanya untuk memandangi lagi wajah tuan yang suci." Ketika perjalanan masih di wilayah Inggris ia menulis pesan kepada kepada polisi di Kabul menjelaskan mengapa ia tidak dapat melanjutkan perjalanannya langsung ke tujuan yang telah dirancang dan memohon kiranya raja memperkenankan dirinya menghadap ke Kabul untuk menyampaikan hormatnya. Ia diberi tahu agar langsung menuju Kabul. Pada perjalanan menuju ke Kabul, bagaimanapun juga, dia singgah dulu di rumah. Tidak berapa lama dia ditahan oleh satu regu tentara raja dan dibawa ke Kabul dengan penjagaan. Di sana, dalam keadaan dirantai tangan dan kaki, ia dijebloskan dalam set di benteng utama dalam kota. Sang Raja, yang mengenal betul siapa dia beserta keluarganya, enggan untuk menjatuhkan hukuman mati bagi beliau – itu adalah hukuman bagi semua muslim di Afghanistan manakala mereka keluar dari Islam. Setiap satu dua minggu beliau menawarkan kepada Sahibzada Latif pembebasannya, tanah hak miliknya, dan semua jabatan serta kehormatan sebelumnya, asal ia mau membatalkan baiatnya kepada Al-Masihil-Mau'ud (Al-Masih yang dijanjikan).

33

dipertahankan." Muhammad mengungkapkan bahwa seorang nabi yang dibangkitkan dalam Islam tidak hanya akan mempertahankan Islam menghadapi serangan-serangan dari gabungan para pengikut dan para penganjur agama--agama lain, bahkan juga akan memantapkan keunggulan Islam dalam segala bidang atas semua agama lain. Karena itu, maka sepenuhnya dengan ajaran dan akidah-akidah Islam saja ketika Mirza Ghulam Ahmad mulai menerima wahyu-wahyu, yang dia umumkan, adalah dari Tuhan. Ini diawali pada tahun 1876. Ketika tahun-tahun berjalan terus, wahyu-wahyu itu berlipatganda dan semakin lebih pasti. Satu persatu dari wahyu-wahyu yang dia terima itu, kata seorang pakar, "jelas terbukti menjadi kenyataan sesuai dengan keperluan pada saat yang tepat. beberapa di antaranya yang berkenaan dengan pertstiwa-peristiwa masa depan telah terjadi sempurna dari waktu ke waktu sejak wafatnya. Beberapa yang lain sedang ditunggu.”

Page 34: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

34

BAB 3

Kepala-Kepala Suku Qadian Mirza Ghulam Murtadha, ayahanda Ahmad, adalah kepala wilayah Punjab dan tuan tanah desa Qadian. Ayahandanya telah menduduki jabatan di dewan durbar kerajaan Moghul dan hal itu dilanjutkan baginya di bawah pemerintahan-pemerintahan kaum Sikh dan Inggris. la juga memiliki rumah-rumah di kota-kota lain. Ini bukan berarti menunjukkan kekayaannya, tetapi itu berarti jasa-jasa pengabdian dan kedudukan dalam jajaran penguasa yang cukup dikenal. Itu juga berarti bahwa Ahmad dididik di rumah oleh berbagai guru panggilan. Keluarga itu berasal dari turunan kaum bangsawan, yang biasanya berarti bahwa dulunya mereka bermoyang seorang perwira perang yang berprestasi. Sekitar tahun 1530, Mirza Hadi Beg, seorang kepala suku Asia Tengah keturunan Persia, berhijrah dari Samarkand, diikuti keluarga dan kira-kira 200 orang pengawalnya memasuki Punjab dan menetap di area terbuka di distrik Gurdaspur, kurang lebih 70 mil tepat sebelah timur Lahore. Di situ beliau mendirikan sebuah desa yang bertembok dan berbenteng yang beliau beri nama Islampur. Mirza Hadi Beg adalah keturunan seorang paman Amir Taimur yang terkenal, juga sebagai seorang anak dari keluarga ningrat (bangsawan) yang mendirikan kerajaan Moghul, beliau dihadiahi suatu wilayah terdiri atas beberapa ratus desa dan ditunjuk sebagai hakim atau Qadhi membawahi beberapa distrik sekelilingnya. Islampur, desa yang beliau bangun, kemudian dikenal sebagai Islampur Qadhi. Dengan perjalanan waktu, kata "Islampur" tidak pernah terdengar dan desa itu disebut Qadhi, dan lama- kelamaan menjadi Qadhian. Keluarga ini mengalami sukses-sukses dan kegagalan-

195

BAB 25

Para Syuhada Awal Di negeri-negeri Islam, justru, mereka yang telah menerima Ahmad sebagai Al-Masih Yang Dijanjikan dan menolak keluar dari ikatan kesetiaan (baiat) mereka, malah diperlakukan dengan aniaya, bahkan ada yang menderita kematian mengerikan. Yang pertama ialah seorang terhormat bernama Abdur Rahman. Ia seorang setiawan (pengikut) dari seorang bangsawan, Sahibzada Syed Abdul Latif, yang semula ingin memangkas penghalang Ahmad di dalam masjid Qadian. Sahibzada Latif adalah wakil Raja Afghanistan di Komisi Durand yang menyelesaikan perbatasan-perbatasan antara India dan Afghanistan. Selama pertemuan-pertemuan mereka, seorang dari delegasi Britania menghadiahi Sahibzadz Latif sebuah buku karya Ahmad. Latif begitu terkesan, sehingga ia mengirim utusan ke Qadian meminta buku-buku yang lain. Terakhir ia mengirimkan surat baiat melalui tangan Abdur Rahman. Sekembali Abdur Rahman ke Afghanistan ia mulai menyiarkan berita kedatangan Al-Masih Yang Dijanjikan. Atas perintah raja ia ditahan. Pada tahun 1901 ia dipancung dalam tahanan, ia syuhada yang pertama. Satu tahun kemudian Sahibzada Latif memutuskan mengadakan perjalanan ke beberapa tempat suci di Arabia. la tidak memasukkan Qadian dalam daftar tujuan perjalanannya, tetapi serenta sudah melewati perbatasan, ia langsung menuju Qadian. Ia sedemikian terkesan oleh ajaran-ajaran Ahmad dan kemajuan masyarakat (Jemaat) Ahmadiyah, sehingga ia tinggal di Qadian selama beberapa bulan. Ketika akhirnya, dia harus kembali ke Afghanistan, dia laksanakan hal itu dengan hati yang berat. Dia dan Ahmad telah menjadi sahabat kental dan

Page 35: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

194

Berikut adalah beberapa komentar dari suratkabar-suratkabar Amerika:

"Ahmad dan para pengikutnya mungkin telah terbebas dari segi ketepatan dimana ramalan itu telah terpenuhi." "Orang Qadian itu meramalkan apabila Dowie menerima tantangan itu ia akan meninggalkan dunia di depan matanya dengan kesedihan dan siksaan luar biasa. Apabila Dowie menolak, akhir hidupnya hanya akan tertunda, kematian menunggunya selama waktu yang sama, dan kemudian musibah segera menimpa Zion. Itu sungguh ramalan yang agung: Zion akan berantakan dan Dowie akan mati sebelum Ahmad." “Dowie telah mati dengan kematian yang menyedihkan, bersamaan dengan Kota Zion yang tercabik-cabik oleh perselisihan dan pertengkaran intem."

Headline terbesar terbit di sebuah suratkabar Boston: GREAT IS MIRZA GHULAM AHMAD, THE MESSIAH (HEBATNYA MIRZA GHULAM AHMAD, AL-MASIH).

35

kegagalan selama lebih dua abad, pada suatu ketika mengendalikan angkatan perang terdiri atas 7000 orang di bawah kerajaan Moghul. Terakhir mereka menyatukan miliknya sekitar 85 desa dan kemudian, akibatnya, hanya setengah menguasai kira-kira enam puluh mil persegi. Tetapi pemerintahan Moghul dalam ketakutan, terutama di wilayah Punjab, dari expansi kaum Sikh. Pada awal abad ke-19 estate keluarga Mirza menyempit hanya tinggal desa Qadian sendiri, yang hanya menjadi sebuah benteng yang terkepung. Benteng itu dikelilingi tembok setinggi 22 kaki dan tebal 18 kaki. Ada empat menara yang di dalamnya ditempatkan penjaga kota. Mereka hanya memiliki beberapa senapan. Pada tahun 1802, ada yang mengatakan, oleh pengkhianatan seorang penduduk, kaum Sikh menyerbu masuk Qadian. Masjid-masjid dan rumah-rumah dirampok. Perpustakaan dan dokumen-dokumen keluarga Mirza dibakar. Sejumlah orang dibunuh. Keluarga Mirza sendiri dijadikan tawanan. Tidak lama kemudian mereka diusir dari desa itu, dan sebagai pengungsi, berjuang menyeberangi sungai Beas di dekatnya ke Begowal. Penguasa di daerah itu memberikan kepada mereka keuangan dan di situ mereka hidup dalam keadaan miskin sekali tetapi tetap terhormat selama 15 tahun. Menjelang tahun 1818 penguasa Sikh, Maharaja Ranjit Singh, setelah mengkonsolidasikan kekuasaannya maka mengizinkan keluarga Mirza kemball ke Qadian. Mirza Ghulam Murtadha bergabung dalam angkatan perang sang Maharaja, bertempur dalam banyak peperangan, dan pada tahun 1834, sebagai hadiah atas jasa-jasanya, sang Maharaja mengembalikan kepada beliau lima desa dari estate milik leluhur yang semula meliputi 85 desa. Dalam tahun 1839 Maharaja Ranjit Singh wafat, kerajaan Sikh mulai berpecah belah dan tidak lama kemudian Inggris meluaskan kekuasaannya masuk ke

Page 36: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

36

Punjab. Inggris menetapkan kepemilikan Mirza Ghulam Murtadha atas desa Qadian dan beberapa desa kecil yang berdekatan, tetapi menolak kepemilikan atas lima desa yang telah dikembalikan kepada beliau oleh Maharaja Ranjit Singh. Sebaliknya pemerintah memberikan sewa untuk seumur hidup kepada beliau sebesar 700 rupee setiap tahun. Pemerintah tidak menghiraukan sama sekali tentang 80 desa yang lain. Perbantahan menyangkut semua desa yang hilang lepas itu telah menyusahkan selama 50 tahun dan mengkondisikan permenungan Ahmad tentang apa nilai harta kekayaan di dunia ini. Keluarga Mirza tetap setia kepada maharaja Sikh ketika Inggris sedang menggulingkan kekuasaannya dengan janji akan memberikan tanah dan uang kepada para kepala-kepala suku, baik Sikh maupun Muslim, kalau nanti telah mengambil alih kekuasaan. Ini menjadi alasan, barangkali dengan maksud baik, bahwa kesetiaan kepada penguasa sebelumnya menjadi permasalahan bagi pemerintah Inggris ketika mempertimbangkan pengembalian tanah-tanah milik keluarga Mirza. Memang benar, beberapa kepada suku Muslim dan Sikh yang telah menolong Inggris sebelum berakhirnya pemerintahan Sikh, ternyata sukses memulihkan kembali hak atas tanah milik mereka, atau bahkan memperluasnya. Atau barangkali, melihat kepentingan pragmatic waktu itu, pemerintah Inggris menganggap bahwa untuk meredistribusikan tanah seperti ketika kaum Sikh berkuasa akan menyebabkan lebih menderita daripada membuatnya reda. Mirza Ghulam Murtadha melayani pemerintahan Inggris dengan setia seperti ketika beliau melayani pemerintahan Sikh sebelumnya. beliau beserta saudaranya memperolah pengakuan penghargaan tertulis dari beberapa jenderal Inggris untuk partisipasi mereka meredakan pemberontakan

193

tanda kemenangan besar sesuai dengan itu, dimana berjuta-juta manusia akan menerima putera Maryam sebagai Tuhan. Yang benar ialah bahwa Yesus adalah putera Maryam, itu dari saya dan saya dari Tuhan. Berbahagialah mereka yang mengenaliku dan paling tidak beruntung ialah mereka yang dari mata mereka saya tersembunyi."

Tantangan Masih Yang Dijanjikan itu memperoleh porsi penyiaran yang hebat di seluruh Amerika Serikat. Suratkabar The Argonaut dari San Fransisco, dengan sirkulasi lumayan besar, mengomentari bahwa Ahmad telah memberikan tantangan yang sukar untuk diabaikan. Dalam banyak pembicaraan ia mengatakan:

"Tn. Dowie dan saya masing-masing harus berdoa, bahwa siapa yang palsu, Tuhan akan mengambil nyawanya diwaktu yang lain masih hidup. Siapa yang doanya dikabulkan harus diakui sebagai yang benar dari Tuhan."

"Inilah yang paling rasional dan posisi yang paling adil," begitu kesimpulan komentar suratkabar Argonaut. Dowie tidak menerima tantangan. Sebaliknya ia berdoa di depan umum:

"Aku berdoa bahwa Islam akan segera lenyap dari bumi. Wahai Tuhan, kabulkanlah doa dariku ini. Wahai Tuhan, hancurkanlah Islam."

Ternyata Dowielah yang hancur. Kesehatannya makin menurun. Ia menghadapi kesulitan-kesulitan keuangan. Tahun 1905 ia terkena stroke dan harus berpindah dulu ke Jamaica, kemudian ke Mexico untuk mencari cuaca yang lebih hangat. Urusan-urusan Kota Zion harus dipindah-tangankan kepada nama lain yang kemudian memperkarakan dia. Istri dan anak-anaknya meninggalkan dia dan dia dituntut untuk sejumlah pelanggaran hukum dan praktek-praktek a moral. Ia mati mengenaskan di bulan Maret tanggal 9, 1907.

Page 37: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

192

Ada cara yang amat mudah untuk memastikan apakah Tuhannya Tuan Dowie yang benar ataukah Tuhan kami? Tn. Dowie tidak perlu mengulang-ulang ramalannya tentang kehancuran seluruh kaum Muslimin, tetapi cukupkan dengan diri saya sendiri dalam benaknya, dan doakanlah sehingga dari antara kita berdua, mana salah satu yang palsu akan mati sebelum yang lain ... Tn. Dowie mempercayai Yesus sebagai Tuhan sedang saya mempercayai beliau sebagai makhluk hamba Tuhan dan seorang Nabi."

Ia melanjutkan: "Saya bukan untuk pertama kali mengajukan doa semacam ini. Adalah Tn. Dowie yang melalui pengumuman-pengumumannya, telah meletakkan diri sendiri dalam posisi itu. Mengetahui hal ini, Tuhan Yang bergairah dengan kepedulian-Nya, telah memerintah saya maju dalam konfrontasi ini. Hendaklah diingat, saya bukanlah seorang warga biasa dalam negeri ini. Saya adalah Masih Yang Dijanjikan, yang ditunggu-tunggu oleh Tn Dowie. Perbedaannya satu-satunya ialah, kalau Tn. Dowie menyatakan Masih Yang Dijanjikan akan muncul dalam waktu 25 tahun lagi, dan saya menyatakan bahwa dia telah datang dan sayalah orangnya. Ratusan Tanda-tanda telah datang dalam rangka membantu saya di bumi dan dari langit. Komunitas saya berjumlah seratus ribu dan terus meningkat dengan cepat."

Mr. Dowie berusia 56 tahun waktu itu. Ahmad 10 tahun lebih tua dan kesehatan minim karena dia menderita diabetes, amoebic, disentri, migrain dan kekurangan darah. Hidupnya tidak tergantung dari kondisi kesehatan -- Ahmad berkata -- tetapi dalam kuasa Tuhan. Ia menyudahi:

"Kalau bukan penghancuran seluruh kaum Muslim -- seperti dicita-citakan Tn. Dowie -- dapat dilayani semata dengan kematian saya seorang, dia akan memperoleh

37

tahun 1857. Dengan biaya sendiri mereka menambah 50 pasukan berkuda. Jenderal Nicholson menulis surat dalam bulan Agustus 1857, "Setelah reda para pemberontak nanti, saya akan mempertimbangkan harta milik keluarga tuan.” Tetapi sebulan kemudian jenderal Nicholson meninggal dunia, dan sejak itu tidak ada pejabat Inggris yang mempedulikan secara personal menghargai jasa-jasa keluarga Mirza dengan cara memulihkan tanah milik moyang mereka. Yang diterima Mirza Ghulam Murtadha, hanyalah pensiun 200 rupees per tahun untuk balas jasa beliau selama pemberontakan. Ketika ayahanda Ahmad wafat beberapa tahun kemudian, Sir Robert Egerton, seorang komisi financial wilayah Punjab, menyurati kakanda Ahmad, yang saat itu menjadi kepala keluarga, "Saya akan selalu mengingat untuk memulihkan harta milik keluarga tuan manakala ada kesempatan yang baik. Tetapi kesempatan yang baik itu tidak pernah terjadi. Haruslah selalu dicatat, sejak itu, bagaimanapun keluarga Mirza - dan Ahmad sendiri –selalu diberikan perlakuan yang menyenangkan oleh pemerintah Inggris. Perjuangan untuk memulihkan kembali tanah milik keluarga yang melelahkan dan tanpa henti itu telah menghabiskan waktu dan perhatian ayahanda Ahmad sampai hampir akhir hayat beliau. Adalah Ahmad yang beliau perintahkan mengurus kasus-kasus tanah itu atas nama beliau.

Page 38: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

38

BAB 4

Pertempuran-pertempuran Legal

Tidak ada sekolahan atau akademi hampir di seluruh India ketika Ahmad dilahirkan. Pendidikan di rumah-rumah tangga Muslim berupa mempelajari Quran Suci, dan paling banter belajar membaca bahasa Urdu dan Persia. Guru yang dipanggil pertama ialah sewaktu Ahmad berusia kira-kira enam atau tujuh tahun, sekitar tahun 1841. Ia mengajarkan ayat-ayat Al-Quran dan mengawali sedikit dasar buku-buku berbahasa Persia. Ketika ia usia 10 tahun, seorang guru lain dipanggil. Ia bekerja keras bersama Ahmad dan ia mengajarinya dasar-dasar bahasa Arab. Beberapa anak laki-laki lain bergabung di rumahnya untuk ikut mengambil manfaat dan guru-guru yang berkhidmat itu. Salah satu guru kerap kali digodain, tetapi Ahmad tidak ikut-ikut menggodanya. Ia seorang santri yang serius, rajin belajar, dan ketika jam-jam belajar usai — yang diselenggarakan di ruang duduk keluarga — ia biasa masuk ke dalam kamamya di lantai sebelah atasnya, dan melanjutkan membaca. Ketika usianya 17 tahun, seorang guru lain dipanggil dan dia mengajarinya bahasa Arab lebih dalam dan pelajaran tentang logika. Demikianlah Ahmad menjalani hidup yang serba kecukupan dan menyenangkan. Kebanyakan anak-anak lelaki desa menggembala kambing sejak mereka usia sekitar enam tujuh tahun, dan orang-orang tua mereka tidak punya gambaran tentang pendidikan dan memang tidak tersedia sarana andaipun mereka berpunya (kaya). Ayahanda Ahmad, selain mewarisi kepemimpinan sebagai Rais (pemimpin) Qadian, dia seorang prajurit terlatih dan terbiasa memimpin pasukan dan arahannya selalu ditaati. Orang kebanyakan segan pada dia. Ia mudah marah baik kepada orang-orang sepadannya maupun kepada pegawai-

191

Majalah itu dinamai The Review of Religions. Distribusinya dimulai di negeri Britania (Inggris). Sebuah jurnal yang terbit dibawah asuhan Gereja Inggris, The Church Family, memberi komentar:

"Kita harus berusaha membuat bantahan literature yang diterbitkan dibawah tilikan Mirza Ghulam Ahmad, karena ia akan menciptakan bacaan yang sedemikian berlimpah melawan Kristen, yang berarti menghancurkan otorita Bibel sekaligus."

The Review of Religions kini terus berlangsung yang diterbitkan sejak 1902, menjadikannya satu di antara jurnal-jurnal keagamaan yang paling tua di dunia. Sebagaimana selama ini ia telah menolak membiarkan setiap kritik terhadap Islam tidak terjawab di India, maka sekarang ia menolak membiarkan setiap kritik terhadap Islam tanpa jawaban ke Amerika Serikat dan Britania Raya. Orang pertama yang datang menjadi perhatiannya ialah John Alexander Dowie. Ia seorang Skotlandia, kelahirkan Edinburgh, telah dilatih untuk jabatan pendeta dan berimigrasi ke Australia. Di sana ia memperoleh reputasi dalam penyembuhan. Pada tahun 1888 ia pindah ke Amerika Serikat, dan pada tahun 1901 mulai membangun sebuah kota di Illinois yang ia namai Kota Zion. Ia musuh Islam yang kental. Dalam jurnalnya yang tidak semestinya, bemama Leaves Of Healing (Lembar-lembar Penyembuhan), ia menulis:

"Aku pikir, kepalsuan Muhammad sangat keterialuan". -- Dan ia melanjutkan -- "Aku peringatkan orang-orang Kristen di Amerika Serikat dan Inggris bahwa Islam tidak mati. Islam punya kekuatan besar, meskipun Islam dan Muhammadanism harus dibinasakan."

Ahmad bangkit menanggapi tantangan: "Kami berharap dengan segala hormat, bahwa tidak ada perlunya menjadikan jutaan kaum Muslimin akan kehancuran mereka untuk pemenuhan cita-citanya.

Page 39: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

190

BAB 24

Islam memandang ke Barat

Ada duri-duri tajam yang timbul karena kedengkian dan permusuhan pribadi. Kini ia memasuki perdebatan-perdebatan yang menarik perhatian dunia. Menara dan muadzin yang memanggil orang-orang beriman mendirikan shalat melambangkan tradisi Islam yang telah tua. Kalau dia ingin mencapai jutaan manusia yang bahkan belum pernah mendengar penyebutan Islam, maka seyogianya dia mempergunakan peralatan-peralatan komunikasi modem. Surat-surat kabar menampung kemampuan untuk berbicara kepada orang-orang seluruh dunia dengan bahasa mereka masing-masing. Percetakan-percetakan di Qadian berubah menjadi suratkabar-suratkabar dalam beberapa bahasa dan didistribusikan ke seluruh India. Tetapi bahasa komunikasi untuk orang-orang terpelajar dan orang-orang kantor adalah bahasa Inggris. Bahasa itu telah melintasi batas sosial dan agama, termasuk perbatasan negeri-negeri para raja dan para maharaja tradisional. Lebih-lebih lagi, bahasa Inggris telah membuka pintu menuju dunia Barat. Dengan bahasa Inggris, Ahmad meyakini, ia bisa berbicara kepada orang-orang Amerika Serikat dan ke setiap negeri dalam cakupan kukuasaan Britania Raya. Pada saat itu bisa berarti mencakup sebagian besar Afrika, bagian-bagian besar Asia Tenggara sekaligus bisa masuk ke Cina dan Amerika Selatan. Maka, ia menganjurkan penerbitan jurnal (majalah) dengan bahasa Inggris yang akan menarik perhatian orang-orang yang suka berplkir. Sebagaimana ia telah meluncurkan Islam ke kesadaran masyarakat India dengan memperlihatkan keindahan-keindahan disamping agama-agama lain, maka kini ia mengadakan hal yang sama dengan majalahnya yang baru.

39

pegawai pemerintah. Pada suatu, acara pertemuan dengan pejabat Inggris, seorang Briton (Inggris) bertanya seberapa jauhkah Qadian. Pertanyaan Itu segera menimbulkan kesalahpahaman. Bagi pegawal orang Inggris hal seperti Itu merupakan kelaziman yang sopan dan tidak merugikan suatu apapun, menjadi cara untuk memulai suatu dialog. Tidak seperti itu Mirza menanggapinya. Ia membeliak. “Kalau anda ingin tahu berapa jauhnya tempat-tempat, tanyailah pembantu anda!” Begitu ia menggertak pejabat itu. "Aku bukan pembantu anda," tambahnya, sambil berpaling mau balik pulang. Pejabat Inggris itu bingung, dan segera minta maaf, barulah pembicaraan berlanjut lagi. Hal itu mungkin gambaran tentang rasa harga diri, atau mungkin juga di balik tampilannya yang kasar ia seorang yang berhati lembut. Ia telah mempelajaan pengobatan, dan karena tidak ada tabib (ahli pengobatan tradisional) di wilayahnya, ia menangani kesehatan semua orang di wilayah sekitarnya, dan tidak pernah minta bayar untuk jasanya. Harus dikatakan, beliau seorang tabib (ahli pengobatan tradisional) yang baik. Seorang pembesar Batala memanggil beliau ketika sakit, Ketika sembuh, pembesar tadi menawarkan kepada Mirza Ghulam Murtadha biaya sewa dua desa sebagai hadiah, tetapi Mirza Ghulam Murtadha menolak. Itu adalah dua desa di antara desa-desa wilayah peninggalan moyangnya. Maka untuk menerima dengan cara itu -- sedang beliau meyakini itu adalah hak miliknya yang benar -- berarti tidak sepadan dengan kehormatannya dan kehormatan leluhurnya. Anak-anak yang terbiasa sepermainan dengan Ahmad terkadang minta barang-barang yang mereka tidak punyai di rumah mereka. Suatu ketika minta gula, Ahmad mengisi sakunya sendiri dengan kristal putih, padahal ternyata itu garam!

Page 40: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

40

Ahmad bisa menunggang kuda dan berenang -- suatu ketika ia diselamatkan dari tenggelam oleh seorang tua yang kebetulan berada di dekat kejadian – dan ia mampu berlari cepat, tetapi ia tidak pernah ikut permainan-permainan dan lomba. Biasanya teman-temannya meminta dia menjadi wasit. Kebanyakan pemuda masa itu pada bermain perangperangan – anggar dulunya tenar – dan bagi seorang anggota keluarga Mirza adalah hal penting untuk terampil menggunakan pedang, panah dan senapan. Tetapi Ahmad tidak pernah terlibat di aneka olah raga perangperangan itu. Rupanya hidup masa depannya telah mulai mengambil bentuk. DI keluarga yang dunianya serba berkecukupan itu -- dimana penyesuaian gaya hidup dan pemulihan estate milik keluarga menjadi dua materi utama pembincangan sehari-hari -- Ahmad tertarik kepada dunia yang lain. Ketika masih anak-anak ia bersama dengan sepupu puteri bibi dari pihak ibunya yang bernama Hurmat Bibi, ketika perbincangan mengenai shalat muncul, bisa terjadi betapapun mereka masih anak-anak, Ahmad minta padanya, "Doakanlah agar aku memperoleh barakahnya shalat". Ketika berusia 17, ia dan Hurmat Bibi dinikahkan. Ini suatu pernikahan yang dirancang keluarga dan bukan pasangan karena saling mencinta, dan itu tidak serasi sejak awalnya. Mereka punya dua anak laki-laki, Sultan Ahmad dan Fadhal Ahmad yang lahir empat tahun pertama, yang sesudah itu cahaya perkawinan mereka memudar dan akhirnya lenyap. Hurmat Bibi dan dua, anaknya berpindah ke keluarga saudara tua Ahmad – yang beliau dan isterinya tidak berputera – dan Ahmad balik kembali masuk ke kamar lajang satu-satunya. Apabila ia tidak di dalam kamarnya membaca Al-Quran, keluarga tahu dimana mencari ia berada, ia pasti di masjid. Terjadi, suatu hari salah seorang teman ayahandanya berkunjung ke keluarga Itu, berkata, "Aku ingat tuan berkata

189

samawi dan kebangkitan ruhani telah datang. Ketiga, sebuah jam yang mendentangkan tanda-tanda waktu, yang menunjukkan bahwa kini, pada detik-detik ini juga, pintu-pintu surga dibuka, dan tidak lagi diperlukan perang dengan pedang untuk menundukkan dunia merasuk agama Islam. Musuh-musuh Ahmad di Qadian bersatu menentang usulannya. Pendirian menara itu akan mengganggu kebebasan pribadi mereka. Orang di atas menara dapat mengintip rumah-rumah mereka. Hal ini sebenarnya sangat sepele, tetapi perlawanan dan emosi dibangkitkan. Ketika aparat pemerintahan setempat meninjau ke Qadian untuk mencari fakta adanya penentangan yang paling seru dari musuh-musuh Ahmad, di antaranya ada yang bernama Lala Budha Mal. Sambil menunjuk kepada dia, Ahmad berkata, "Tanyakan kepadanya, sekiranya ada kesempatan untuk menganiaya saya, adakah yang dia melewatkannya? Tanyakan juga kepadanya, sekiranya ada kesempatan bagi saya untuk berbuat baik kepadanya, adakah yang saya melewatkannya?" Lala Budha Mal menundukkan kepala dan tidak mengucap sepatah katapun. Ketika laporan perkara itu sampai ke tangan yang berwenang, diputuskan tidak ada alasan apapun untuk menghalangi didirikannya menara itu. Namun meskipun fondasi telah diletakkan, pembangunan menara itu terlaksana setelah wafat Ahmad. Kini -- (gambar menara itu – pent.) -- dicantumkan pada semua terbitan Jemaat Ahmadiyah dan pada bendera yang diikibarkan pada setiap pertemuan mereka.

Page 41: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

188

"Kita tidak tertarik akan hal gugat-menggugat semacam itu. Itu layak bagi orang-orang yang tidak punya kerjaan dan sangat mendambakan kekayaan duniawi. Tuhan tidak mengutus saya untuk hal-hal semacam itu. Itu bukan tugas saya. Sekiranya saudara sepupu saya bermaksud mencelakakan saya, bukanlah kewajiban kita untuk membalas mencelakakan mereka."

Ada tuntutan hukum lebih lanjut mengenai didirikannya menara putih di Qadian, yang secara khusus melambangkan kehadiran Al-Masih Yang Dijanjikan. Kata manarah dalam bahasa Arab – yang diterjemahkan menara – sebenarnya berarti saat dan tempat cahaya. Menurut cerita, ini diambil dari menara pertama atau rumah cahaya yang dulu didirikan oleh Alexander Agung di Alexandria Mesir. Putih melambangkan kesucian, tak bernoda dan kecerdasan. Ada cerita yang tercatat dalam tradisi Islam, bahwa AI-Masih Yang Dijanjikan itu akan turun di dekat Menara Putih sebelah timur Damaskus. Hal ini, kata Ahmad, hendaknya tidak diartikan terlalu lugas (harfiah). Hal itu berarti, bahwa Masih-il-Mau’ud akan datang pada saat tidak adanya cahaya di seluruh dunia dan meskipun jauh tidak tersembunyi dari pandangan. Itu berarti juga bahwa kebenaran Islam akan mencuat seperti menara dan sedemikian tingginya mengokohkan superioritas di atas agama-agama yang lain. Meskipun demikian, Ahmad memutuskan untuk mewujudkan ramalan itu secara jasmani dan juga ruhani. Tujuannya ada tiga macam: Pertama, agar muadzin dapat mengumandangkan adzan lima kali sehari, menyatakan bahwa hanya ada satu Tuhan dan hanya Dia-lah yang pantas disembah. Kedua, cahaya-cahaya berderang akan dipasang pada puncak untuk mengusir kegelapan dan untuk memberi petunjuk kepada orang-orang bahwa abad untuk cahaya

41

punya dua anak taki-laki, tetapi selama ini yang aku tahu seorang saja, mana yang lain?" Ahmad dipanggil, remaja yang pemalu dan “tidak percaya diri” itu, begitulah diceritakan, matanya menatap tanah dan menjawab dengan sepatah kata pendek apabila ditanya. Di lain peristiwa, seorang kawan datang dan menemui Mirza berkeringat basah kuyup. Seorang pejabat pemerintah akan segera hadir dan ia harus menyiapkan akomodasinya, katanya. Kawan itu bertanya mengapa ia tidak menyuruh anak laki-lakinya melaksanakan hal itu? Mirza Ghulam Murtadha menerangkan bahwa anak lelaki yang tua bekerja di Gurdaspur dan pulang hanya sekali setiap seminggu atau 10 hari. "Ayo suruh anak lelaki yang lain," sarannya. Beliau mengajak kawan tadi ke sebuah kamar (di lantai atas) dimana Ahmad sedang duduk tenang membaca riwayat-riwayat Muhammmad (saw). Meski ada dua orang berdiri beberapa saat disitu, tetapi Ahmad tidak pemah menyadari apakah mereka pernah berada disitu. Ketika mereka berdua turun, Mirza Ghulam Murtadha meminta tanggapan kawannya, "Katakanlah, menurut persepsi anda, apakah ia berpijak di bumi yang hidup ini?” Ahmad kalau ia sedang membaca AI-Quran, ia biasa berjalan dari sisi kamar yang satu ke sisi yang lain, dan anggota-anggota keluarga lainnya mendengar bunyi langkahnya, dan selalu menertawakan perjalanannya yang jauh di kamarnya yang kecil itu. Kebiasaan mondar-mandir bila sedang membaca, mencatat-catat atau menulis karangan, seperti itu terus berlangsung sepanjang hayatnya. Kitab-kitab utama yang ia pelajari dalam periode hayatnya -- antara 13 sampai 20 tahun -- ialah Quran dan Bukhari yang terus-menerus selalu ia baca. Kitab lainnya ialah Dala-ilulkhairat dan Masnawi Maulana Rum, keduanya

Page 42: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

42

sangat ia sukai. Ia juga biasa membaca Tazkikiratul Aulia, Futhuhul Ghaib dan Safarus-Sa-aadat. Menjelang usia 16 ia juga telah mempelajari dengan sengaja baik Bibel dan kitab-kitab Veda agama Hindu serta komentar pengarangpengarang Kristiani. Ia membuat catatan-catatan pada bacaan itu dengan cermat seperti ia kerjakan untuk Al-Quran. “Saya telah mencurahkan perhatian yang serius atas keberatan-keberatan yang mereka tuduhkan terhadap Islam," begitu katanya kepada seorang sahabat. "Di kamar saya telah saya kumpulkan celaan-celaan mereka terhadap Muhammad, yang jumlahnya hampir 3000 macam." Mujahid Islam ini telah mengawali karirnya. Rupanya ketika ia menjelang berumur 20 tahun, ayahanda Ahmad menyadari bahwa puteranya telah menggunakan waktu terlalu banyak untuk membaca serta mengerjakan shalat dan terlalu sedikit waktu untuk belajar mencari nafkah. Beliau sangat waswas bagaimana nanti Ahmad akan bertahan hidup setelah meninggalnya. Selalu terjadi penolakan yang tajam atas cara hidup sehari-harinya. Tetapi rupanya Ahmad tidak mengerti apalah arti segala macam kerisauan itu. Apabila ia mendengar ada sahabat keluarga yang menyesalkan hilangnya suatu kesempatan bisnis, ia berkata mengapa orang begitu sangat peduli kepada uang dan sukses? “Tunggulah nanti kalau anda telah memiliki keluarga sendiri, tentulah anda akan berpikir lain, " kata orang itu. Terakhir sang Ayah memutuskan Ahmad harus menolong memanage (mengurusi) estate milik keluarga. Hendaknya ia juga membantu memperjuangkan pulihnya harta warisan keluarga yang telah terlepas. Dalam salah satu dari 85 kitab yang dikarangnya, Ahmad telah mengungkap perasaan ayahandanya atas dirinya. Beliau mengharapkannya menduduki suatu urusan dunia meskipun bertentangan dengan keinginannya.

187

bahwa Nizam-ud-Din adalah pemilik tanah yang di atasnya ia telah membangun dinding tembok. Pembela (pengacara) Ahmad mencoba menasihati Nizam-ud-Din agar menjual tanah itu dengan maksud menyelesaikan perkara yang tampaknya ia akan kalah. Usulan itu sebaliknya malah dijawab dengan cemoohan. Ia tidak hanya akan mempertahankan dinding tembok yang membelah jalan di situ, kata Nizam Din, bahkan ia dengan sombongnya, akan membangun tembok langsung mengelilingi rumah Ahmad sehingga tak seorangpun akan bisa masuk. Ia terlalu tergesa menyatakan kemenangannya. Penyidikan dokumen lebih lanjut membuka adanya sebuah dokumen yang ternyata disitu atas nama ayahanda Ahmad, Mirza Ghulam Murtadha. Hal itu membuktikan Ahmadlah yang berhak atas tanah itu. Hakim menyatakan bahwa persaksian yang diterbitkan oleh Mirza Nizam-ud-Din tidak dapat dipercaya, sedangkan persaksian Ahmad dapat dibenarkan dan dipakai. Maka ia memerintahkan agar tembok yang ada diibongkar dan Mirza Nizam-ud-Din membayar kompensasi atas kerugian yang telah ia perbuat. Kompensasi itu tidak dibayar, dan para pembela (pengacara) Ahmad -- diluar pengetahuannya -- mendapatkan kuasa pengadilan. Seorang penagih denda datang ke Qadian dan ketika Nizam-ud-Din tidak dapat membayar denda, maka si petugas mulai menyita barang-barang miliknya. Malam itu Nizam-ud-Din dan kakaknya yang juga terlibat dalam perkara, mengirimkan permohonan maaf kepada Ahmad. Ia tidak punya uang, katanya. Ia terpaksa harus menjual hak miliknya kalau harus membayar biaya-biaya perkara itu. Ahmad segera menjawab dalam suratnya bahwa ia telah memberikan pesan agar keputusan-keputusan itu dapat dicabut. Kepada para pengikutnya ia menerangkan:

Page 43: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

186

seorangpun, sebagai akibatnya Ahmadlah yang sekarang sebagai Rais Qadian. Ia dan suaminya dulu telah mengadopsi dua putera Ahmad sekaligus dari pernikahan Ahmad yang pertama. Putera sulungnya, Sultan Ahmad, telah menikah dengan puteri kakaknya, Mirza Nizam-ud-Din, yang tinggal berjajar dengan pekarangan keluarga. Akibat dari perkawinan ini Sultan Ahmad dilibatkan ke dalam persekongkolan melawan Ahmad, ayahnya sendiri. Selama bertahun-tahun Mirza Nizam-ud-Din suka mensiuli dan mengganggu setiap pengunjung Ahmad yang kebetulan dia pergoki ketika mereka lewat depan rumahnya. Kini ia berpikir untuk membuat ulah yang lebih kejam untuk memperdayai Ahmad, yaitu dengan melibatkan Sultan Ahmad. Pada bulan Januari 1900. Mirza Nizam-ud-Din membangun dinding setinggi 8 feet memotong jalan yang menuju ke rumah Ahmad. Itu berarti, sejak itu orang-orang yang akan mengunjungi Ahmad atau mau pergi ke masjid harus melintasi jalan berkelok-kelok yang jauh, lewat jalan-jalan Qadian sebelah belakang. Kebanyakan belum dikeraskan dan di musim penghujan lumpurnya semata kaki. Lintasan itu memaksa mereka melewati rumah-rumah kebanyakan orang yang menentang Ahmad, yang akibatnya, para pengunjung hampir selalu diganggu dengan ucapan-ucapan, kadang- kadang disemprot lumpur dan ada juga yang diserang dengan aniaya. Para pengunjung masjid juga tidak punya fasilitas untuk ke sumur mengambil air buat berwudlu sebelum shalat. Ahmad mencoba memperoleh semacam perjanjian dengan keponakannya mengenai dinding, tetapi ditolak dengan tertawaan. Akhimya, meski dengan rasa segan, ia memutuskan untuk mengajukan tuntutan hukum. Anak lelakinya ada di pihak lain. Ketika dokumen perkara telah dimasukkan ke pengadilan, seorang dari mereka rupanya membenarkan

43

"Setidaknya, demi hasrat baik selain demi keberhasilan ruhani, tetapi tidak semata-mata demi keberuntungan duniawi, saya berusaha mengikuti keinginan ayahanda dan demi beliau aku menduduki urusan dunia. Beliau kerapkali mengatakan bahwa hasrat beliau aku menduduki urusan duniawi “semata demi kepentingan masa depannya”, betapapun beliau juga menyadari bahwa agama itu sendiri memang pantas untuk dikejar, dan bahwa beliau menyadari telah banyak menyia-nyiakan waktu demi dunianya."

Pengadilan di India pada waktu itu bekerja dengan tidak peduli waktu. Satu tanggal ditetapkan untuk memulai proses, maka semua yang terlibat dalam perkara dihadirkan untuk didengar bersama sekaligus. Apabila hakim telah siap bersidang, seorang juru panggil akan muncul dan meneriakkan nama penggugat dan tergugat. Apabila telah ditunggu beberapa hari anda tidak berada di sana, maka anda akan merugi – pengadilan akan berlangsung tanpa kehadiran anda. Ahmad biasa memanfaatkan waktu penantian untuk mendalami Al-Quran, dan tentu tak tertupakan mengerjakan shalat fardhu. Pendalamannya akan AI-Quran sedemikian tekun sehingga tukang kusir andong menceritakan ketika suatu waktu ia mengantar Ahmad dari Oadian ke Batala yang jauhnya lebih kurang 11 mil. Perjalanan makan waktu dua jam, dan selama perjalanan itu Ahmad membaca, dan membaca hanya satu halaman, yaitu Surah Al-Fatihah, pembuka Al-Quran Suci. Banyak di antara kasus-kasus perkara ayahandanya disidangkan di Dalhousie, satu perbukitan kira-kira 100 mil dari Qadian, 8000 kaki di atas permukaan laut, atau di Lahore yang berjarak kira-kira 70 mil dari Qadian. Jalan-jalannya sedikit lebih baik dari pada jalan setapak, dan belum ada transportasi umum, artinya Ahmad berjalan kaki menempuh beberapa hari perjalanan.

Page 44: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

44

Meskipun ia tidak menyukai tujuan perjalanan ini, kelak Ahmad mengatakan bahwa ia menikmati keagungan pemandangan, keperkasaan larik-larik gunung, hijau-ranau tetumbuhan dan gemerlap sungai-sungai yang mengalir deras dari gunung -- lingkungan yang sama sekali berbeda dari Qadian yang panas berdebu di musim panas dan becek dan lembabnya di musim hujan, kalau Qadian kadang-kadang dikepung air, saat anda dapat mendayung sampan di sekeliling pedesaan -- "Saya merasakan kecantikan dan keagungan Tuhan di sekitarnya," katanya kelak. "Saya merasa lebih dekat dengan Tuhan.” Begitu juga dengan usaha-usaha resmi memutihkan kekayaan milik keluarga yang telah terlepas, ayah Ahmad kadang-kadang berurusan perkara dengan para penyewanya. Pernah sang Ayah menggugat beberapa penyewanya karena menebangi pohon-pohon di ladang yang beliau sewakan kepada mereka. Ahmad berpendapat bahwa ayahandanya keliru dalam bersikap. Pohon-pohon adalah produk dari ladang-ladang itu, sama halnya dengan panenannya, dengan sendirinya sebagian dari harga pohon-pohon itu menjadi hak para penyewanya. Sehari sebelum ia berangkat untuk mengurusi kasus-kasus legal itu, setelah shalat Isya ia biasa memberi tahu jamaat di masjid bahwa ia akan berangkat ke pengadilan atas perintah ayahandanya. Tolong doakan kepada Tuhan kiranya kebenaran akan menang. Saya tidak minta bahwa hakim akan memutus perkara untuk pihakku. Tuhan mengetahui dimana kebenaran berada. Siapapun yang berada dalam kebenaran, pada pandangan Tuhan, semoga ia itu yang menang dan berjaya." Lawan-lawannya tidak pemah ragu bahwa Ahmad akan bicara benar seadanya dan tidak akan mereka-yasa atau memelencengkan kenyataan untuk keuntungan pihaknya. Pernah di banyak kasus setelah itu, ketika pembela hukum keluarganya bertanya apa yang akan dikatakannya, Ahmad

185

Ahmad menganjurkan kesabaran dan toleransi, tetapi suatu hari ketika dia sedang pergi, salah seorang pengikutnya diserang. Kali ini tidak ada wibawa yang menahan, sehingga terjadilah perkelahian di jalan dan berlanjut orang-orang Sikh merampok rumah seorang Ahmadi. Polisi dipanggil dan, ketika jelas terbukti ada penjarahan, para penjarah ditahan, diborgol lalu diangkut ke penjara. Ahmad, dengan pedas mengecam pengikutnya yang menjawab provokasi, diseru oleh pemuka-pemuka Sikh. Ia menggunakan pengaruhnya sehingga perusuh-perusuh Sikh itu dibebaskan. Penganiayaan berlanjut, dan lagi-lagi Ahmad mempertimbangkan untuk pindah ke kota yang lebih besar. Nabi-nabi lain termasuk Muhammad (saw. pent.), telah diusir dari kampung mereka, sehingga mereka tidak menderita penganiayaan lagi. Ahmad segera ditawari rumah-rumah di berbagai kota wilayah Punjab, tetapi akhimya ia memutuskan tetap bertahan di Qadian. Salah satu dari orang-orang yang paling membenci dia di Qadian ialah janda kakaknya sendiri, Mirza Ghulam Qadir. Padanya terdapat ketidaksenangan pribadi, bukan masalah perbedaan menyangkut keagamaan. Adalah selalu lebih sulit untuk menerima kenyataan suksesnya seseorang yang selama ini anda pandang rendah, dan begitulah selama ini pada diri janda tadi pandangannya terhadap Ahmad. Sejak awal ia telah menjadi penghalang atas kekayaan suaminya secara menyeluruh estate milik keluarga. Dia mengabaikan hak Ahmad yang berhak atas separuh pendapatan masuk estate milik keluarga dan haknya menempati rumah tinggal yang ada. Kenyataan selama ini bahwa Ahmad hanya menempati sebuah kamar sempit dan makan bersama di situ, rupanya menambah ketidaksenangan dia terhadap Ahmad. Setelah suaminya meninggal, kebenciannya semakin menjadi-jadi. Mereka tidak dianugerahi putera-puteri

Page 45: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

184

BAB 23

Menara Putih Ahmad tidak pernah menghindari kontroversi, dan ia sekarang terlibat dalam perdebatan-perdebatan di seluruh India, selanjutnya nanti Di London, USA, dan di negeri-negeri lain. Ada ganguan-gangguan remeh, juga kini datang waktunmya jatuh korban-korban pertama. yang dieksekusi dengan kekejaman luar biasa, karena mereka tidak mau menanggalkan keyakinan mereka tentang kenabian Ahmad. Ketika Jemaat Ahmadiyah tumbuh dihargai dan berpengaruh ke seluruh India dan dunia, dengan sendirinya orang-orang yang di Qadian kecemburuannya meningkat cepat. Selalu ada perlawanan dari orang-orang Hindu. Muslim dan Sikh di Qadian, dan pada suatu saat cemoohan dan gangguan gangguan itu mendera para pengikut dan dirinya sendiri sedemikian rupa, sehingga Ahmad mempertimbangkan untuk meninggalkan Qadian. Seorang nabi tidak punya harga di negeri sendiri dan Ahmad sedang menemui kenyataan dari kebenaran ungkapan kuno itu. Tatkala pengikutnya mencoba mencari benda sepele -- semacam lumpur dari empang desa -- untuk membuat batu-batu bata, mereka didorong dengan kasar dan muatan mereka tumpah. Ketika Abdul Karim berkhutbah pada suatu Jum’at, salah seorang keponakan Ahmad yang membend dia, sudah siap membunyikan drumband dan mainan-mainan tiup. Setiap kali Abdul Karim mulai bicara maka band itu menghentak keras-keras. Abdul Karim dikenal kekuatan paru-paruna, meski demikian akhirnya ia terpaksa hanya mengulang-ulang satu ayat tunggal dari AI-Qu'an, "Celakalah kalian!" berulang-ulang dan lagi “Celakalah kalian!".

45

menjawab bahwa ia hanya akan berkata yang benar. Mendengar itu si pembela menggoyang-goyangkan bahu dan berkata bahwa tidak ada alasan untuk pergi ke pengadilan. Ketika kasus itu dipanggil maka ia menghadap hakim dan mencabut perkara. Dalam perkara lain lagi, pihak tergugat meminta Ahmad sebagai saksi untuk pembelaannya. Kesaksian Ahmad menentukan dan kasus itu diputus menguntungkan si tergugat. Hal itu menimbulkan banyak percekcokan dalam keluarga. "Saya tak bisa diharap mengingkari kebenaran" adalah satu-satunya komentar Ahmad. Sesungguhnyalah reputasinya dalam mengatakan yang benar -- apapun konsekwensinya -- sedemikian menonjol, sehingga kerap kali pihak tergugat memberi tahu hakim bahwa mereka beruntung dengan pernyataan Ahmad atas fakta-fakta yang sedang dalam perkara. Ahmad akan mengungkapkan fakta-fakta sejauh ia mengetahuinya dan kerap kali berakibat kasus itu diputus merugikan ayahandanya. Menyangkut perkara penebangan pohon-pohon, orang-orang desa meminta hakim, "Bertanyalah kepada Mirza Ghulam Ahmad bagaimana sebenarnya." Ahmad membeberkan pendapatnya yang sangat menguntungkan para petani, dan hakim memutuskan perkara yang merugikan sang Ayah. Pelayan-pelayan yang telah menyertai Ahmad pulang lebih awal sedikit dari dia, dan ketika sang Ayah menanyai mereka bagaimana jalannya sidang mereka takut menjawab. Mereka berkata tidak mengetahuinya. Ketika Ahmad muncul dan ditanya, dia tidak berusaha, menyembunyikan bahwa kesaksiannya telah membuat perkara ayahanda kalah. Sang Ayah meledak marahnya, "Pergilah engkau jauh dariku. Keluar dari rumah ini!" teriak sang Ayah padanya. "Dan tak usah lagi makan di sini!" katanya. Ibundanya, bagaimanapun, menyediakan dia makan

Page 46: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

46

beberapa hari sementara sang Ayah marah marah. Selanjutnya Ahmad berpindah ke Batala, di sana ada sebuah rumah milik keluarga. Ia di sana selama dua bulan sampai kemarahan ayahanda mereda dan kemudian la boleh kemball pulang. Pada peristlwa lain Ahmad sedang shalat zhuhur ketika perkaranya disidangkan. Tergugat mendesak agar perkaranya dimenangkan karena tak seorangpun hadir dari pihak penggugat. Tetapi hakim menolak tuntutan itu, meneliti lembaran kertas yang telah diserahkan Ahmad sebelumnya, menanya si tergugat dan kemudian menjatuhkan putusannya. Sedang Ahmad, setelah mengerjakan shalatnya, kembali ke pengadilan dimana ia diberi tahu bahwa perkaranya telah diputus. Ahmad memasuki ruang sidang, dan mengira putusan telah dijatuhkan dan ia dipihak yang kalah, ia memberi tahu hakim bahwa ia sedang shalat zhuhur ketika perkara disidangkan karena itu ia tidak hadir. Maka ia mohon putusan dapat didengar lagi. Hakim menggelengkan kepalanya dan tersenyum. Ia telah menjatuhkan putusan dan ia tidak akan mencabutnya, dimana putusan itu telah memenangkan ayahanda Ahmad. Perjuangan ayahandanya memulihkan hak atas desa-desa miliknya berlanjut dan karena naik banding ke tingkatan pengadilan yang lebih tinggi, biaya perkaranya semakin menumpuk. Ia harus mengeluarkan biaya yang jumlahnya amat besar. Pada perhitungan akhir diperkirakan menghabiskan 70.000 rupees, sedemikian besar kalau dibanding dengan gaji pensiun pengabdian militerriya hanya 200 rupees setahun dan uang sewa yang diterima dari lima desa selama ini hanya 700 rupees setahunnya. Pertempuran legal ini akhkimya harus pindah ke pengadilan di Lahore. Perkara ini memakan waktu berhari-hari dan setiap hari seorang pelayan dari sahabat keluarga

183

membimbing kepada ketabahan dan ketawakalan."

Page 47: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

182

gairah dan kebenaran yang mampu memindahkan gunung-gunung. Saya tidak takut kepada ancaman manapun. Di dalam belantara saya terus bergerak maju. Dalam perang, kalian tidak akan menyaksikan saya membalikkan punggung saya, meskipun kalian melihat kepala saya tergeletak berlumuran darah di debu. Hanya ada satu nyawa, tetapi sekiranya saya punya seribu nyawa, adalah gairah saya untuk mempersembahkan setiap nyawa-nyawa itu kepada Tuhan".

Kepada para pengikut baru ia memperingatkan: "Bila kalian meninggalkan tempat ini, orang-orang akan mengatakan pada kalian, bahwa kalian telah bersumpah setia (baiat) kepada seorang berpenyakit kusta dan seorang pembohong. Jangan hiraukan hal itu. Doakaniah mereka itu. Tuhan mudah-mudahan akan membimbing mereka sebagaimana Dia telah membimbing kalian. Kalau kalian mendapatkan mereka tidak mempedulukan seruan kalian maka tinggalkanlah. Manakala ada orang yang tidak ingin mengikuti jejak langkah saya, ia boleh pergi. Saya tidak tahu hutan belantara penuh duri macam apa yang menghadang di depan saya. Mereka yang lemah tidak bisa menghadapi cobaan-cobaan ini. Tetapi mereka yang menjadi milik saya tidak akan terpisahkan dari diri daya, betapapun cobaan-cobaan berat akan ditimpakan."

Ia menambahkan: "semua Nabi telah diperolok-olokkan. Itulah warisan para Nabi, maka bagaimana mungkin saya terhindar dari perlakuan semacam itu? Kalian harus memiliki pengendalian sempurna atas kemarahan, sehingga kalian tidak memiliki daya marah lagi. Tuhan memerintahkan kesabaran dan kita mesti patuh kepada-Nya. Pencerahan wahyu-wahyu Tuhan akan

47

dimana Ahmad tinggal, mengantarkan makan siangnya ke kantor pengadilan. Suatu hari Ahmad menyuruh pelayan itu membawa pulang antaran makannya dan ia akan menyantapnya di rumah. Ia merasa tidak perlu menunggui sidang lagi, katanya. Tidak lama kemudian Ahmad sampai di rumah dengan senyum ceria di wajahnya. “Apa dia menang?” Ia ditanya. “Tidak, kalah.” Jawab Ahmad. Mengapa ia tampak ceria? Itu berarti akhir dari proses pengadilan untuk selamanya, kata Ahmad. Perkaranya tidak dapat dilanjutkan lagi. Akibatnya ia tidak lagi akan disibukkan oleh usaha sia-sia yang menyedihkan. la bisa melupakan serbaserbi teknik peradilan resmi dan mempersembahkan lebih banyak waktu untuk berdoa dan studi (mempelajari) Al-Quran. Betapapun bagi ayahanda, berarti akhir dari sebuah mimpi dan ia merasakan pahit dan kecewa bila membandingkan apa yang dimiliki keluarga kini dan apa yang dulu dipunyai sewaktu beliau masih remaja. Kekhawatiran ayahanda bahwa Ahmad akan hidup miskin setelah kepergiannya tumbuh makin kuat. Pensiun dinas militernya akan berhenti sebagaimana bayaran sewaan kelima desa. Dari sumber inilah mereka melanjutkan hidup mereka, sedang uang sewa yang mereka tenma dari kekayaan Qadian amat kecil. Dan di saat kewafatannya nanti, warisan itu akan dibagi antara Ahmad dan saudara tuanya. Sampai tahun 1864, ketika Ahmad berusia 29 tahun, ketika sang Ayah mengambil caranya sendiri. Ia mencarikan dia pekerjaan menjadi penulis pengadilan urusan administrasi kependudukan di distrik Sialkot, beberapa mil jaraknya dari Qadian. Ia berpindah lokasi, tetapi tidak mengubah haluan hidupnya. Ia menyewa sebuah kamar sederhana dan kembali ke sana segera setelah selesai menjalankan pekerjaan dinasnya. Di situ ia mengunci pintunya, dan hanya dibuka bagi induk semang

Page 48: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

48

manakala mengantarkan makan sorenya. Ia juga biasa menggunakan aula kecil dimana ia bebas melaksanakan shalat tanpa terganggu. Dengan sendirinya ada kecurigaan tentang bagaimana Ahmad menggunakan waktunya, maka beberapa tetangga ada yang memperhatikan ke arah dalam ketika pintu sedang terbuka. Mereka mendapati Ahmad sedang shalat atau sedang membaca Quran. Kadang-kadang ia sedang tersungkur di atas sajadah, dengan posisi sujud bermohon yang khusyuk, demiklan itu berlangsung lama. Pernah ada yang mendengar ia berdoa, "Ya Allah, Tuhan-ku. Ini adalah Firman Suci-Mu. Adalah tak mungkin bagiku meraba kandungan artinya tanpa Engkau menolongku secara langsung." Ada satu dua di antara para petani yang kebetulan terlibat masalah hukum mengikuti Ahmad pulang ke pondokannya dengan maksud menyelamatkan urusan pribadinya dengan cara menyuap secara halus. Ahmad sama sekali menolak menemui mereka dan memberi penjelasan kepada pemilik tanah bahwa ia akan menguruskan perkaranya sejauh ia mampu pada jam kerja kantor buka. Meski ia tidak mau menolong orang-orang secara tidak jujur, ia menolong mereka dengan cara-cara yang lain. Kamar sewaannya yang sederhana dan makannya yang amat minim hanya memerlukan sebagian kecil gajinya. Ia gunakan sisa gajinya untuk menolong para tetangga yang keperluannya jelas. Dan sebagaimana ayahandanya telah melatihnya dalam pengobatan, ia juga membawakan obat-obatan dan mengkhidmati mereka. Tidak juga ia membebani orang-orang yang harus ia temui secara dinas. Ia kadang-kadang dikirim ke desa-desa jauh untuk mendata bukti-bukti terinci yang sedang jadi perkara yang akan dibawa ke sidang pengadilan. Pada peninjauan-peninjauan seperti ini kebanyakan petugas

181

lemah, Ahmad menasihatinya, bahwa ia mempunyai tugas suci untuk mencintai dan menghidmati ibunya. Ia memperingatkan dari sabda Muhammad (saw. pent.) bahwa ada dua orang yang sial nasibnya, yaitu seseorang yang sempat menemui bulan Ramadhan, tetapi tidak melaksanakan puasa, maka melewatkan bulan itu berlalu tanpa memperoleh pengampunan atas dosa-dosanya. Seorang sial yang lain ialah seseorang yang ketika orang tuanya masih hidup, tidak melayaninya dengan penghidmatan dan kepatuhan.” Ahmad terus-menerus memperingatkan para pengikutnya agar mereka selalu rendah hati, jujur (manah) dan rendah hati, berakibat banyak orang bergabung dalam Jamaah itu, karena mereka sedemikian rupa terkesan oleh salah seorang dari antara para pengikutnya. Khutbah pertama yang didengarkan oleh seseorang bernama Umar Din, menekankan kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan bagi keluarga terdekat. Ia pulang ke kampungnya di Kashmir, ia mengmbalikan kepada saudaranya sejumlah kekayaan yang telah ia rampas. Seorang pemuka agama Hindu menulis bahwa Ahmad selalu sabar, baik hati dan sopan, tetapi ia adalah seekor singa di panggung debat. Kata Ahmad:

"Saya jelaskan kepada semua orang, baik Muslim, Kristen, Hindu dan Arya, bahwa saya tidak punya musuh di dunia ini. Saya menyayangi semua manusia layaknya seorang ibu mengasihi anak-anaknya. Saya hanya berlawanan dengan kepercayaan-kepercayaan orang-orang yang merusak kebenaran."

Tentang ancaman-ancaman untuk membunuhnya ia mencampakkannya. Ancaman-ancaman itu datang berbentuk surat-surat kaleng, surat-surat tanpa alamat hampir dari semua pos. Ia menyatakan:

“Jiwa saya tidak untuk dibinasakan/ Kegagalan bukanlah hal yang harus saya jumpai. Saya punya

Page 49: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

180

sedih. Ahmad sangat menyadari tugasnya sebagai seorang suami. Ia menasihati para pengikutnya, "Isteri-isteri kalian adalah saksi-saksi utama tentang tingkah laku dan bobot budi pekerti kalian serta bagaimana perhubungan kalian dengan Tuhan. Seorang lelaki yang tidak menghargai dan berbaik budi kepada isterinya, bagaimana mungkin ia bisa berbaik hati kepada orang-orang lain? Pertama-tama kalian harus baik kepada isteri-isteri kalian.”` Dan kepada seorang sahabat yang isterinya telah meninggal ia menulis dengan haru:

"Pernikahan adalah pertalian antar manusia yang sedemikian rupa, sehingga seseorang tidak dapat berpisah dari isterinya barang beberapa minggu saja. Suami dan isteri sebegitu banyak dalam kebersamaan, sedemikian rupa saling mengisi satu dengan yang lain, sehingga mereka menjadi bagian yang satu dari yang lain. Dengan karunia-karunia dari pertalian penikahan itu, kedukaan dan lelakon-lelakon berat terlupakan. Kesan dan kenangan dari pernikahan itu sedemikian dalam, sehingga ketika isteri seseorang meninggal, seseorang tidak bisa mengenang kembali pertalian ini tanpa air mata. Tuhan telah memperingatkan kita secara terus-menerus tentang sling cinta dan setia dalam perkawinan. Ini adalah sumber utama segala hubungan antar manusia."

Ahmad tidak pernah campur-tangan dalam hal isteri mengelola rumahtangga. Dalam satu hal kecil, salah seorang dari para pengikutnya mengatakan bahwa ia tidak sependapat dengan keputusan isteri beliau tentang renovasi dari suatu bangunan. Ahmad menjawab bahwa hal itu ada di wilayah wewenang isterinya, dan keputusannya itu tidak untuk dibicarakan. Ketika Abdul Karim mengeluh tentang perhatian yang harus dia curahkan untuk ibunya yang kini sudah tua dan

49

berharap diservis dengan makan dan akomodasi bagi mereka sendiri, dengan pelayan yang menyertai mereka bersama dengan kuda sekaligus, meskipun untuk tugas itu telah disediakan anggaran biayanya. Ahmad tidak demikian. Ia tidak hanya membawa makannya sendiri, juga makanan untuk kudanya. Dan bahkan si pelayanlah yang banyak menaiki kuda sepanjang perjalanan tugasnya. Kata Ahmad ia lebih suka berjalan kaki. Meskipun hanya sedikit ia diberi obrolan tentang urusan-urusan kantor ia memanfaatkan waktu siang bersama teman-teman sekerja dalam perjalanan pulang seusai kerja kantor. Ada percakapan timbul tentang siapa paling cepat berlari. Mereka sepakat berlomba, dan Ahmad meski tidak terlibat dalam percakapan, ia ikut berlomba. Mereka berlari tanpa sepatu. Menjadi keheranan teman-teman sekerja, ternyata Ahmad yang paling dahulu sampai di jembatan yang disepakati menjadi tempat finish. Sebenarnya kemenangannya tidaklah mengherankan karena ia berjalan beberapa mil setiap harinya sampai akhir hayatnya dan diet makannya -- meskipun jarang -- menjaga tubuhnya langsing dan fit. Di Slalkot itu, meskipun hidupnya tenang, banyak belajar dan kesunyian, Ahmad memaksa diri mengadakan diskusi-diskusl pribadl dengan orang-orang Hindu, orang-orang Kristen dan juga dengan orang-orang Muslim. Di antara teman-temannya ada ahli hukum Hindu, ketua rumah tangga Kantor pengadilan, ada kepala sebuah sekolah Kristen, ada seorang dokter dan ahli kimia. Suatu tempat yang mereka kerap kali bertemu ialah toko milik dokter yang ahli kimia itu, yang letaknya tidak jauh dari pondokan Ahmad. Dengan dia Ahmad banyak mempelajari masalah obat-obatan. Tetapi paling sering mereka berdiskusi tentang agama.

Page 50: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

50

Menjalankan shalat melulu tidaklah cukup, kata Ahmad pada suatu diskusi tentang shalat, ingatnya. Juga tidak cukup orang mengakrabkan diri dengan seorang pemimpin spiritual. Setiap orang haruslah berjuang sendiri. Dan ia menyitir sebuah ayat dari Al-Quran, "Dan sungguh, mereka yang berjuang di jalan Kami, pasti Kami bimbing mereka di jalan jalan yang membawa mereka kepada Kami." Ahmad juga menemui orang-orang missionaris Kristen yang pada waktu itu banyak bertabligh di bazar-bazar dan biasanya dengan berapi-api dalam pencelaan mereka terhadap agama Islam. Ahmad tidak terlibat dalam debat publik yang sengit melainkan berbentuk diskusi pribadi yang serius dengan beberapa orang missionaris. Salah satunya dengan Pendeta Butler dari Church Missionary Society, yang menjadi teman dekat. Ketika Fdt. Butler akan pulang ke Britain (Inggris), ia mendatangi kantor di Sialkot untuk berpamitan kepada Ahmad. Bangsa-bangsa Eropa di waktu itu mempunyai kepercayaan teguh bahwa mereka adalah klas penguasa dan tak akan bertindak sesuatu apapun yang kira-kira akan merendahkan martabat mereka. Tuan Butler kebetulan berjumpa dengan seorang komisaris ketika mengunjungi kantor itu, dan menyangka Tn. Butler ingin menemuinya. “Oo, tidak,” Tn. Butler mengaku. Ia datang untuk berpamitan kepada Ahmad. Pegawai-pegawai rendah Pemerintah waktu itu tidak mempunyai meja-kerja, dan Ahmad sedang duduk di atas tikar di lantai bersama dengan pegawai-pegawai lainnya. Tn. Butler duduk di bawah dan berkelakar dengan Ahmad menjadi acara perpisahan mereka, banyak mengherankan baik bagi pihak pejabat-pejabat orang Inggris maupun bagi pegawai-pegawai staf orang India. “Ahmad seorang pemikir agama yang besar”, Tn. Butler kelak menjelaskan, dan merasa bangga teiah berkenalan dengan dia. Berdua telah beradu paham berkali-kali dalam

179

Ketika Mahmud pulang sekolah pada suatu siang, ia memberi tahu adik lakinya, Mian Bashir, bahwa gurunya telah menugasi mereka mendiskusikan mana lebih berharga kekayaan atau pengetahuan. “Mana menurut engkau yang lebih bernilai?” tanyanya. Ahmad menyela, "Tidak satupun," katanya. "Hanya rahmat kemurahan Tuhan sajalah yang benar-benar punya nilai dan pantas diraih." Pada waktu yang lain ia mengatakan, "Kekayaan dunia ini, kerajaan-kerajaan dan kebesarannya, tidak perlu didambakan. Yang orang harus benar-benar dambakan ialah amalan ibadah semata demi Tuhan." Ia sangat yakin bahwa ia memerlukan pertolongan doa. Ia pernah minta kepada isteri yang pertama untuk mendoakannya ketika mereka berdua masih anak-anak. Kini ia meminta Mahmud, ketika dia baru be-umur sembilan tahun, agar mendoakan dia. Ia juga minta anak-anak yang lain untuk berdoa bagi dirinya. Ia menanamkan dalam diri anak-anaknya penghormatan dan kecintaan yang besar terhadap ibu mereka, mengingatkan sabda Nabi Suci bahwa surga terletak di bawah telapak kaki para ibu. Suatu waktu, ketika isterinya dan ibunya berselisih sehingga keduanya berlinang air mata, ia membimbing isterinya dihadapkan kepada ibundanya, disitu si isteri menundukkan kepalanya. Sang ibu segera mengangkat kepala puterinya dan memeluknya, sehingga semua kegalauanmenjadi lenyap. Tanpa mengucap satu patah kata pun Ahmad meninggalkan kamar dan naik ke lantai atas. Sewaktu puteri-sulungnya, Ismat, jatuh sakit, ia menjaganya dari malam ke malam. Akhirnya ia meninggal. Beberapa waktu kemudian putera bungsunya pun meninggal. Setelah memberi tahu khalayak perihal kematian mereka, ia tidak pernah berbicara tentang mereka di tempat umum. Para pengikutnya mengerti beliau sangat

Page 51: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

178

mereka memiliki sebagian sifat-sifat Tuhan menjadi penunjuk jalan yang benar. Mereka yang tanpa sengaja mendorong anak mereka ke arah tertentu, percaya diri seolah-olah mereka itu benar-benar pembimbing nasib anak-anak mereka, itu pun dosa syirik. Anak-anak perempuan dan anak-anak lelakinya ingat ketika Ahmad bermain dengan mereka selagi kenak-kanak, naik di atas pundaknya ketika berjalan-jalan, mencandai mereka dengan lembut bila mereka mau tidur. Ia tidak menempatkan dirinya lebih dari menjaga anak yang masih lemah. “Lihatlah, betapa benderangnya cahaya bintang itu” – seorang pengikutnya mendengar ia bicara kepada anak laki-lakinya, Mahmud, pada suatu larut malam ketika anak itu belum tidur. "Ayah, aku ingin pergi ke bintang itu," anaknya menjawab. Begitu, seorang pengikut mendengar beliau berkomentar atas istrinya, "Saya mendapat cara untuk mengalihkan perhatiannya, tetapi ia telah mendapat alasan lain untuk menangis lagi." Ia juga membimbing mereka menghargai makhluk-makkhluk Tuhan yang lain. Ketika Mahmud, selagi masih anak kecil, mencoba menangkap seekor burung gereja, dengan menutup pintu masjid, ia menasihati, "Tak ada orang yang menangkap seekor burung gereja dalam rumahnya sendiri. Orang yang tidak punya rasa kasihan tidak punya iman." Dan ketika Mahmud bertambah umur dan pergi berburu, kembali dengan seekor burung kakatua, Ahmad menasihati dia, "Itu memang daging, dan secara syariat tidak dilarang memakannya. Tetapi Tuhan tidak mencipta semua burung untuk dimakan. Beberapa burung berwarna indah adalah untuk kita lihat-lihat dan mengasyikinya, sedang burung-burung yang lain dikaruniai kemampuan secara alamiah menggembirakan kita dengan aneka kicaunya." Ia selalu menaruh perhatian atas pendidikan mereka.

51

masalah-masalah agama. Suatu ketika Tn. Butler mengatakan mengapa Yesus lahir dari seorang perawan sehingga suci dari noda dosa yang diwariskan Adam kepada semua keturunannya. Ahmad bertanya bagaimana itu mungkin, sedang Maryam sendiri keturunan Adam. Dan bukankah Hawa yang telah membujuk Adam memetik buah dari pohon terlarang sehingga mengubahnya menjadi orang berdosa? Tn. Butler, yang trainingnya sebagai missionary rupanya belum mencakup argumen teologis, tidak mampu menjawab. Seperti apakah cara Ahmad selaku pendekar Islam? Sebuah deskripsi begini:

"Ada semacam sinar dan kualitas khas yang memancar pada matanya. Perangainya rendah hati tetapi berwibawa. Temperamennya sejuk tetapi hangat keramahannya. Kemampuannya meredam kekasaran membuat seimbang dengan kerendahan hatinya. Ia bicara lembut dan nampak seolah tersenyum."

Wataknya yang seperti itu, senyum yang selalu menyungging, disebutkan berulang kali sepanjang hidupnya baik oleh kawan-kawan maupun lawan-lawannya. Seorang teman berkomentar menceritakan:

“Dia seolah mempunyai ‘sapaan bercahaya spiritual dan ketenangan serta percik keagungan yang supernatural’. Ada ‘suatu kelembutan yang penuh kasih’ yang keluar dari dirinya yang merupakan "perwujudan pribadi dari jiwanya.” Itu digabung dengan senyumnya yang bersinar dan ketenangan yang mantap".

Deskripsi halus-merdu yang lain membicarakan tentang "nyala spiritual dan damai-tenangnya". Tentang "nyala berkilau cahaya spirituainya" serta "senyum kemilau dan kecemerlangan yang penuh damai”, lebih lugas ialah penjelasan tentang dirinya secara jasmaniah:

Page 52: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

52

“la memiliki tampilan yang cerah - "hampir-hampir seperti gandum," kata abang iparnya. Tetapi kulitnya berwarna agak kemerahan yang lazim di India Utara. Ia tidak pemah berubah pucat meski pada puncak derita”.

Di saat tragedi pribadi hebat menimpa dirinya apakah ia menjerit di kamar pribadi rumahnya? Tak seorangpun yang hidup dapat mengatakan ya atau tidak. Tak seorang pun pernah menuliskan catatan perihal ini. Tetapi beberapa orang telah mencatat bahwa mereka kebetulan secara diam-diam mendengar ketika Ahmad sedang shalat sendirian kadang-kadang ia menangis tersedu-sedu selama itu. Sebuah keterangan mengatakan "tanah membasah di depan matanya'” tetapi barangkali itu dapat dianggap sebuah catatan puitis yang berlebihan. Keterangan yang lebih lugas tentang tampilannya pada saat ini bahwa rambutnya hitam, janggutnya tebal, matanya coklat gelap, bulu matanya "panjang dan berbayangan" dan dahinya "lumayan lebar, lurus dan tegap". Di dalam Al-Quran ada anjuran agar menghindarkan "pandangan mata yang tak perlu" -- yaitu "Ghadhi bashar" -- dan karena itu hendaklah sedapat mungkin menjaga mata mereka setengah tertutup. Ini suatu perintah yang Ahmad patuhi sepanjang umur. Di Sialkot, di balik diskusi-diskusinya dengan orang-orang misionari dan teman-temannya, hidupnya di sana -- secara umum -- serasa menjalani hukuman berat. Ia hidup di sana, "sendirian dalam kelompok dan single di tengah orang banyak", begitu katanya di kemudian hari. Atasannya langsung, seorang Hindu, benci Islam dan tidak pemah melewatkan kesempatan untuk melontarkan ucapan-ucapan yang meremehkan. Merasa sebagai atasan Ahmad, ia piker ia pasti selalu di atas angin dalam setiap perbincangan agama. Hal itu sukar bila berhadapan dengan Ahmad. Pernah seorang teman menasihati Ahmad, “Biarlah sang

177

piringnya dan menghampiri orang tua tadi kemudian duduk di sampingnya, "Marilah kita makan sama-sama” katanya. Anak-anak sama akrabnya dengan Ahmad. Mereka duduk di pangkuannya dan menceritakan dongengan-dongengan dari kamar tidur mereka tentang katak, burung gagak dan binatang-binatang. Ia mendongengkan cerita juga kepada mereka, sebagaimana hal itu dikenang. Anak-anak memperlakukan dia sebagai seorang sahabat. seorang sahabat isterinya pernah tinggal selama sebulan di rumahnya. Anak perempuan sahabat tadi kadang-kadang menghibur dirinya dengan masuk ke kamarnya dan mengipasinya selagi ia bekerja. Pada suatu hari anak itu merasa lebih nyaman duduk di dekat jendela. Ia berseru, "Kemarilah dan duduklah di sini. Aku merasa lebih enak disini." Ahmad bangkit dan duduk di tempat sesuai arahan si anak perempuan itu. Manakala anak-anak laki-laki berangkat untuk menempuh ujian matrikulasi, mereka memohon jabat tangannya untuk didoakan. Ketika baru saja ia membalikkan badan mau kembali masuk rumah, tiba-tiba jubahnya ditarik kuat-kuat dari belakang. "Hai, Tuan, aku teriewatkan," seru seorang anak laki-laki kecil. Ahmad membalikkan badan, tersenyum dan menjabat tangan anak laki-laki itu, “Semoga kalian semua lulus," katanya . Dengan anak-anaknya sendiri ia merupakan seorang ayah yang memanjakan tetapi penuh kewspadaan. “Doa-doa orang tua bagi anak-anaknya dan doa anak-anak bagi orang tuanya selalu menyenangkan Tuhan”, katanya. “Anak-anak harus dibimbing dengan contoh yang baik dan janganlah mereka dihukum jasmani”, nasihatnya. Para ayah yang memukul anak-anak mereka berarti telah menempatkan diri mereka sejajar dengan Tuhan, maka mereka berdosa sejenis dosa syirik, yang seolah-olah

Page 53: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

176

BAB 22

Kehidupan Keluarga Di dalam masjid, Ahmad tidak kelihatan menonjol. Ia biasanya berdiri di sebelah kanan jauh di shaf (jajaran) depan dan tidak di tengah-tengah sebagaimana kebanyakan orang menginginkannya -- Abdul Karim biasanya berdiri di sana -- dan kepada dialah kebanyakan pengunjung memperkenalkan diri. Di masa awalnya dulu rata-rata ada enam atau tujuh orang berjamaah, kini kerapkali yang berjamaah ada seribu orang. Apabila masjid penuh, Ahmad biasanya berdiri di sebelah belakang di dekat orang-orang melepaskan sandal-sepatu mereka. Untuk sebentar, pernah juga, ia memanjatkan doa-doanya di serambi masjid. Hal ini disebabkan ada seseorang yang lemah pengertiannya berdiri di samping dia,agar tingkah lakunya yang jenaka tidak akan menjadi perhatian jamaah yang besar. Meskipun petinggi-petinggi penting banyak yang mengunjungi Qadian – antara lain seorang utusan Sultan Turki, -- orang-orang awam tidak pernah merasa sungkan (enggan) terhadap Ahmad. Ia selalu punya waktu mendengarkan mereka, meskipun sementara sahabatnya menjadi tidak sabar manakala ada seorang petani kecil yang mengobrol tanpa arah tentang panenannya dan hal-hal sepele keseharian lainnya. Tetapi terhadap orangorang kecil begini pun Ahmad mendengarkannya dengan penuh minat dan akrab, sehingga mereka menganggapnya sebagai teman paling karib. Suatu waktu terjadi Ahmad mengetahui ada seorang tua yang semula duduk di dekatnya bergeser menjauh dan menjauh ketika ada orang-orang yang lebih penting berdatangan. Akhirnya ia duduk di luar pintu. Ketika saat makan malam tiba, Ahmad berdiri dan mengambil

53

atasan menang atas argumen-argumennya. Itu akan membuat anda lebih mudah dalam kerja”, sarannya. Tetapi Ahmad menolaknya mentah-mentah. “Saya tak bisa membiarkan Islam tak terbela”. Maka ia menanggung konsekwensi pedih atas ketelitian yang keterlaluan dari seorang atasan licik yang menjahati bawahan dalam kekuasaannya. “Sialkot laksana penjara bagiku”, ia katakan kepada seorang tetangga dari Qadian - yang membawa beberapa potong pakaian kiriman ibundanya - ketika ditanya bagaimana suka-dukanya dalam pekerjaannya yang baru. Kelak ia mengatakan bagaimana tidak menyukai pekerjaannya yang memaksa dia bertemu dengan bermacam-macam orang:

“Saya benar-benar heran akan cara hidup mereka. Saya temukan kebanyakan mereka sangat berselera mengumpulkan uang -- baik halal maupun haram -- yang semuanya semata berpamrih duniawi untuk hidup mereka yang pendek ini. Sedikit sekali saya temukan orang yang berusaha meningkatkan nilai-nilai moral, semacam kelembutan, keluhuran budi, kesucian, rendah hati, simpati (kepedulian) dan kejujuran. Saya temukan kebanyakan mereka dirundung kesombongan, penyelewengan, tak peduli akan nilai-nilai agama dan kebejatan moral ... selama itu saya serba terpaksa dan serba susah.”

Pada tahun 1868, kira-kira empat tahun setelah kehadirannya di Sialkot, Ahmad menerima surat dari ayahanda meminta dia melepas dinasnya dan segera pulang. Ibundanya sakit berat. Ahmad laksanakan itu. Di stasiun Batala, ayahanda mengirimkan sebuah yakka -- kereta yang ditarik seekor kuda -- menjemput dia. Kusir melapor kepadanya bahwa ibundanya semakin parah. Kerinduan Ahmad kepada ibundanya semakin mendalam. “Ini hanyalah suatu cara”, pikimya, “membukakan berita

Page 54: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

54

berangsung-angsur bahwa ibunda telah wafat”. Demikian itulah sebenamya. Ibundanya, yang bemama Chiragh Bibi, adalah seorang perempuan yang anggun, baik budi dan dermawan terhadap orang-orang yang sedang putus asa atau kelaparan. Ahmad kehilangan besar dan kerap kali berdoa bagi ibundanya.

175

"Kalau kalian menginginkan keselamatan maka ambillah perilaku orang-orang beriman yang bersahaja, dengan segala kerendahan hati, taruhlah leher kalian untuk memikul Al-Quran. Kehancuran menanti orang-orang jahat dan neraka buat kaum penindas. Tetapi siapa yang menekukkan lututnya akan diselamatkan dari kehancuran. Jadilah seperti seorang anak dalam hal mentaati perintah-perintah Tuhan. Biarlah kerendahan hati dan kesederhanaan menempati relung-relung hati kalian dan tunduklah tanpa syakwasangka.”

Page 55: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

174

letih. Sekiranya saya tidak diperintah Tuhan mungkin saya takut akan cad-maki mereka. Tetapi karena yakin saya dipilih oleh Tuhan, lalu mengapa saya harus mempedulikan hal-hal remeh seperti itu? Siapakah yang terluka oleh caci-makian itu? Mereka ataukah saya? Pengikut mereka telah berkurang, sedang penganut saya terus bertambah. Sekiranya pernyataan-pernyataan mereka ada nilainya, mengapa Jemaat saya telah sedemikian rupa berkembang?”

Ia tetap memperlihatkan kontrol (pengendalian) diri ketika hamper tiha hari seorang ulama Muslim yang menginap di salah satu guesthouse (rumah-rumah bagi para tamu) menghujat, mencerca dia secara pribadi selagi terjadi diskusi. Pada suatu hari ketika dia tidak dapat menemukan jawaban atas pernyataan Ahmad ia terdiam. Tetapi tidak lama kemudian menngata-ngatai, "Sekarang aku benar-benar yakin, engkau salah seorang anti-Christ (dajjal) sejati, yang mereka itu memiliki kekuatan untuk membuat orang-orang terdiam melawan kemauan mereka." Pada hari kepergiannya -- yang dihormati dengan pelepasan oleh anggota-anggota Jemaat -- ia mengirimkan pesan tertulis ke rumah Ahmad mengatakan bahwa ia seorang fakir dan memerlukan uang untuk perjalanan pulangnya. Ahmad keluar dan memberi dia 15 rupees. Para warga Jama'ah tidak mengetahui apapun tentang sedekah Ahmad itu sampai ulama Muslim itu sendiri mengeluarkan selebaran yang menceritakan kunjungannya ke Qadian dan hal permintaan terakhirnya kepada Ahmad. Ahmad berpesan kepada para pengikutnya bahwa mereka tidak akan dapat menegakkan kebenaran Islam hanya dengan logika. Tidak juga mereka akan menjadi jaya hanya dengan cara mentertawakan orang-orang yang lain sebagai jawaban alas ejekan-ejekan mereka. Mereka yang demikian itu akan menjadi orang yang keras kepala. la menambahkan:

55

BAB 5

Islam Dalam Kemunduran Kini Ahmad memanfaatkan sebagian besar harinya untuk mendalami Quran dan Sunnah Muhammad. Ia juga mengumpulkan sejumlah banyak tafsir Quran dan Hadits yang telah tertulis berabad-abad, kadang-kadang dalam beberapa edisi. la juga memiliki Bibel berbagai terbitan yang disebarkan oleh kelompok-kelompok Kristen Inggris dan Amerika oleh gereja Katholik Roma dan Taurat orang-orang Yahudi. Tak ketinggalan ia juga mempeiajari karangan-karangan dan komentar-komentar tentang agama Hindhu, Buddha dan Sikh. Kamar studinya sekaligus juga kamar tidurnya, sebuah kamar kecil kosong di lantai pertama, ruang buat laki-laki bagian rumah sebelah luar sama seperti yang ia tempati dulu di masa remajanya. Dengan begitu ia tidak akan terganggu bila sewaktu-waktu turun ke bawah untuk bersantap atau tersela oleh pelayan apabila datang mengantar makanan. Ahmad mengatur makanannya ditaruh di keranjang yang ia dapat menariknya ke atas apabila ia telah siap. la bisa berlanjut dengan telaahnya selagi ia makan. Ahmad -- dan banyak orang Muslim sependapat -- bahwa pada saat itu Islam tidak hanya mendapat serangan tetapi juga dalam kaadaan merosot. Penaklukan India oleh bangsa Inggris telah membuka benua itu bagi masuknya missionaris, kebanyakan dari negeri Inggris, tetapi juga dari Amerika Serikat, Jerman dan negeri-negeri Eropa yang lain, dan kebanyakan mereka menganggapnya sebagai kesempatan yang dikaruniakan Tuhan untuk mengubah bangsa-bangsa Timur masuk Kristen. Militer dan Pemerintah Inggris -- secara garis besar -- tidak menganggap penyebaran agama Kristen sebagal

Page 56: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

56

alasan kehadiran mereka di India. Di balik tekanan gencar serikat-serikat missionaris, mereka membebaskan semua agama bersaing tanpa intervensi. Piagam Damai Britania ini memperoleh simpati Ahmad sepenuh hati. Agama Kristen benar memperoleh sedikit perlakuan istimewa, tetapi sama penting adanya kenyataan bahwa Kristen adalah agama kelas penguasa. “Kalau anda menginginkan peningkatan status hidup, maka menjadi Kristen dapat menolong”, demikianlah yang sementara dipercaya orang. Tidak selamanya hal itu benar. Bangsa Inggris jarang memaksakan peradaban mereka, seperti halnya beberapa negeri kolonial lainnya. Agama Kristen adalah agama baru bagi kebanyakan orang India dan kehadirannya nampak terlihat. Sementara missionaris memenangkan pengikut-pengikut baru, banyak kaum Muslimin yang merasa agama Islam terkoyak-koyak oleh argumen masalah-masalah sepele. Masjid-masjid banyak, tetapi sedikit pengunjungnya. Muhammad meramalkan bahwa suatu waktu akan datang di masa itu orang-orang Islam akan lebih tertarik kepada tampilan lahiriyah daripada makna sebenarnya. Mereka akan mempercantik masjid-masjid dan menampilkan dekorasi-dekorasi yang indah serta membalut Quran dengan sutera. Tetapi mereka akan absen dari masjid dan melalaikan petunjuk yang terkandung dalam Qur'n. Adapun kewajiban [shalat] lima waktu banyak yang meninggalkan sama sekali, sedang bagi yang lain shalat mereka kosong dari ruh, merosot sekedar menjadi upacara sembahyang formal. Muhammad ( merumuskan kedatangan kondisi begini dalam satu ungkapan yang terkenal:

“Satu masa akan tiba dimana orang-orang Islam akan memujiu-muji seseorang karena keberaniannya, penampilannya yang menarik, yang anggun dan bijak, padahal sesungguhnya tidak ada sedzarrah iman dalam

173

sedang berdiskusi, lalu ada seorang Hindu lain masuk dan mulai mengata-ngatai Ahmad dengan bahasa yang kasar. Pemimpin agama Hindu itu menjadi malu atas ulah rekan seagamanya tersebut, meminta ia berhenti berulah, tetapi Ahmad memberi isyarat membiarkannya ia berlanjut. Ahmad mendengarkan dengan tenang dan meletakkan tangan pada mulutnya. Kadang-kadang ia bermaksud meletakkan ujung surbannya di mulut. Sampai akhirnya si pencela terdiam sendiri. Ahmad kemudian berkata, "Saudara, kalau masih ada yang ingin saudara katakan, lanjutkanlah." Tetapi orang tadi beringsut, berdiri, kemudian pergi. Pemimpin agama Hindu itu sangat terkesan dengan kontrol diri Ahmad dan sering menceritakan hal itu. “Kita pernah mendengar cerita kesantunan Kristus. Kini aku telah menyaksikannya dengan mata kepalaku sendiri." Ia menambahkan, "Adalah mustahil orang seperti itu tidak sukses." Ketika Ahmad ditanya tentang penolakannya untuk tersinggung kalau ada orang mencercanya, ia menjawab:

"Saya mempunyai kontrol atas diri saya sedemikian rupa, dan Tuhan telah membuat diri saya seorang Muslim -- yang kalaupun seseorang terus-menerus mencaci saya dengan bahasa yang paling kotor sepanjang satu tahun sekalipun, akhirnya dia sendirilah yang akan menjadi malu dan akan mengakui bahwa dia tidak mampu menjatuhkan atau menaklukkan saya.”

Ia menganjurkan kesabaran dan kontrol diri yang sama kepada para pengikutnya:

"Adalah seharusnya kalian bersabar" – pesannya -- "Sebuah cabang tidak pernah melampaui tinggi pohonnya. Pertimbangkanlah berapa lama mereka akan bertahan mencaci-maki kalian.saudara. Akhirnya mereka akan lelah sendiri. Bahasa dan cara-cara serta keburukan mereka tidak pernah bisa membuat saya

Page 57: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

172

tangannya tidak digenggam sedemikian kuatnya oleh Ahmad. Ahmad menasihati:

"Doa hendaknya dipanjatkan meski bagi orang-orang yang tidak mempercayainya. Ini akan menyucikan hati, melapangkan dada dan akan membangkitkan semangat. Oleh karena itu, kalau Jamaah tidak melaksanakan sikap begitu, maka hampir tidak ada beda mereka dari Muslim yang lain. Bagi saya hal ini penting .... Kebesaran Tuhan terletak dalam pengampunan bagi orang-orang kejam atas orang-orang salih."

Pada kesempatan lain ia menekankan, bahwa setiap kekejaman tidak perlu dilawan, bahkan sebaliknya lakukakanlah pemaafan – sebagaimana terjadi pada kasus pencurian beras – seyogyanya diterapkan.

"Sabarlah. Maklumilah dengan toleransi," – katanya -- "Tahanlah gejolak emosi kalian. Kalau kalian memasuki diskusi atau berbicara masalah keagamaan, kata-kata sopanlah yang digunakan dan jagalah tingkah laku. Bila ada yang kasar terhadap kalian maka katakanlah “selamat tinggal” dan pergilah segera. Jika ungkapan buruk digunakan atas kalian maka hati-hatilah, janganlah membalas sepadannya. Kebodohan tidak harus dilayani dengan kebodohan. Maka singkirkanlah dari antara kalian orang yang menjadi symbol kejahatan. kelicikan, penyimpangan dan kekacauan. Anggota Jemaat yang tidak dapat hidup dalam kefakiran, kejujuran, kebajikan, toleransi, kesopanan dan kesantunan tingkah laku, harus berpisah, karena Tuhan kita tidak menghendaki dia berada tetap di antara kita, Karena itu ingatlah untuk selalu berbudi serta berlaku santunlah dan benar sebagai perilaku hidup kalian."

Ahmad mengamalkan apa yang ia anjurkan. Pada suatu peristiwa di Lahore, ia dan seorang pemimpin agama Hindu

57

hatinya." Islam sedemikian terkotak-kotak sedang agama-agama lain mengintensifkan usaha missi mereka, Ahmad terheran-heran. Ia menjelaskan perasaannya dalam sebuah puisi berbahasa Persia:

“Di depan mata Islam tersungkur di debu. Helah apa kan kau ajukan di hadapan Tuhanmu, hai kaum

Muslimin, sedang kalian hidup bermewah-mewah?"

Utusan-utusan Kristen berada di India dan di semua negeri jajahan bangsa-bangsa Eropa di seluruh dunia, tetapi tidak ada utusan Islam di negeri Eropa dan Amerika Serikat. Islam berhenti diam dimana sesungguhnya ia tidak mati. “Kaum Muslimin mengabaikan nilai-nilai moral Islam yang agung”, kata Ahmad. “Yang semestinya mereka mensyukuri dan membanggakan keserbaragamannya yang abadi dan petunjuk yang terkandung dalam Quran. Nilai-nilai ajaran moral itu mestinya diamalkan di semua macam perilaku hidup mereka sehari-hari.” “Orang-orang Kristiani meyakini kebenaran Bibel, meskipun ada perbedaan-perbedaan menyangkut masalah-masalah kecil”, kesimpulan Ahmad. Tetapi ia menyatakan bahwa kaum Muslimin terbagi menjadi dua kubu menyangkut dasar-dasar Islam yang utama. Ada kelompok yang mengunggulkan Quran dan dalam prakteknya menolak hadits-hadits Muhammad sebagai tak layak dipercaya. Di kelompok lain terikat sedemikian rupa kepada hadits-hadits Muhammad dan menomorduakan Quran. Ahmad menyatakan Quran adalah pedoman utama, sedang haditshadits Muhammad adalah sumber petunjuk untuk memahami Quran. Suatu hadits, asal bersesuaian dengan Quran haruslah diterima. Tetapi ia menunjukkan bahwa contoh teladanl hidup, atau Sunnah Muhammad, yang telah tersaring selama

Page 58: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

58

berabad-abad langsung dari para Sahabat Muhammad adalah sumber petunjuk lebih layak dipercaya daripada Hadits, yang didokumentasikan lengkapnya tidak kurang dari dua ratus tahun setelah Muhammad wafat. Ia memformulasikan cara menilai semua hadits dengan kriteria yang tetap dan dengan demikian melestarikan bagi Islam khazanah yang besar bagi pemahaman clan pendalamannya. Tentang keaslian dan keabsahan Quran secara menyeluruh sebagal wahyu Ilahi, Ahmad memastikan keyakinannya tanpa sanggahan. Menurut beberapa jamhur Muslim ada bayak ayat-ayat Quran sejumlah kira-kira enam ratus, telah dimansuh (dibatalkan) oleh ayat-ayat yang diwahyukan kemudian. Ahmad menolak mentah-mentah pikiran nasih-mansukh atas satu ayat, satu phrasa, bahkan satu kata yang manapun dari Al-Quran. Kata-kata yang Tuhan telah diktekan kepada Muhammad tak bisa diubah atau dikurangi oleh siapapun dengan cara bagaimanapun, katanya. Di Batala ia berkenalan dengan seorang pemuda sebaya bernama Muhammad Hussain. Ia punya minat yang sama dengan Ahmad, maka mereka banyak berdiskusi. Mengenai masa muda itu Muhammad Hussain menulis:

"Semenjak dari masa kanak-kanaknya ia dikenal sangat menggemari durood (shalawat) dan wazaaif (wirid)). Ketika usia pemuda pada masa belajar, ia biasa menyimpan buku-buku seperti Tohfa-i-Hind, Tohfa-tul Honood, Khal'atul Honood dan juga bacaan-bacaan tentang Syiah, Sunni dan Kristen, dan juga buku-buku tentang Monazirah, dan cita-citanya dipenuhi hasrat untuk menerbitkan wacana yang membela Islam sehingga akan memenangkan agama ini melebihi agama-agama lain."

Tentang perwatakannya ia harus mengatakan bahwa: “Dia "bisa dipercaya, jujur, dan percaya diri dalam

171

kamar penerima tamu (guesthouses). Bagaimana ia dapat berkonsentrasi memusatkan pikiran? Begitulah pernah ditanyakan kepadanya. “Saya tidak mempedulikan apa yang tedadi di sekeliling saya maka saya tidak terganggu," jawabnya. Ahmad menampilkan kesantunan dan pemaafan tanpa kecuali. Hamid Ali, pelayannya, pemah meletakkan surat-surat tercatat dalam sakunya, artinya dia mesti mengeposkannya. Surat-surat tadi tercecer ketika ia mengosongkan sampah. Seorang anak menemukannya dan memberikannya kepada Ahmad. "Engkau menjadi sedikit pelupa, Hamid Ali," katanya lembut. Dari antara orang banyak yang datang ke Qadian itu, dengan sendirinya banyak orang skeptis (ragu-ragu/curiga). Seorang ahli agama mengatakan dia seorang yang dipilih oleh suatu kelompok khusus untuk menyelidiki pengakuan-pengakuan Ahmad. Ia bicara dengan gaya bahasa penuh hiasan dan berbunga-bunga, menggunakan kata-kata yang dirancang untuk lebih memberi kesan pesona kepada pendengar daripada maksud intinya. Pada suatu panggung ia melancarkan serangan pribadi terhadap Ahmad, mencemoohkan dia berhubungan dengan dialek Punjabinya. Seorang bangsawan yang cerdas asal Afganistan, Sahibzada Abdul Latif, yang sedang berada di Qadian saat itu, menjadi sangat tersinggung dan mulai berbicara dalam bahasa Persia yang pendatang baru tadi tidak mengerti. Ahmad yang duduk di samping Sahibzada Abdul Latif dan mendengar kemarahan kata-katanya itu, meletakkan tangan pada tangannya dan menggenggamnya kuat-kuat, sehingga memaksa Sahlbzada untuk mendengarkan dengan tenang caci-makian itu. Di belakang hari Sahibzada Latif mengatakan, bahwa caci-makian orang itu sedemikian tajamnya, sehingga ia tidak bisa menahan diri akan menghajamya sekiranya

Page 59: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

170

dari yang kita ketahui. Karena itu sebaiknya kita jangan terlalu kasar kepadanya. Memaafkan adalah sifat Tuhan." Suatu ketika ia minta tolong Nurud-Din, orang pertama yang melakukan baiat, untuk memberikan komentar atas sebuah naskah syair yang telah ia tulis. Dia berpesan untuk menyampaikannya kepada sekretaris manakala telah selesai komentarnya. Setelah beberapa waktu, sekretaris yang mengetahui tukang cetak sudah menanti, mendatangi Nurud-Din meminta naskah syair itu. Nurud-Din seketika pucat, mencari-cari pada pakaiannya dan mengaku ia telah menghilangkan naskah syair itu. Ketika Ahmad diberitahu bahwa Nurud-Din perlu ditegur, ternyata Ahmad berkata bahwa ia yakin Tuhan akan memberikan syair yang lebih baik daripada itu tanpa penangguhan. Ia menjawab dengan kalimat yang sama beberapa tahun kemudian. Ketika puteranya, Mahmood – saat itu ia berumur kira-kira empat tahun -- menemukan sekotak korek api dan ia masuk ke dalam kamar Ahmad bersama beberapa temannya. Ia memantikkan korek api dan akhirnya membakar beberapa lembar naskah. Kamar penuh bau asap yang tajam tetapi api akhirnya mati ketika sampai di lantai yang berubin. Ahmad berlanjut dengan pekerjaannya. Ia tidak menyadari apa yang terjadi. Kemudian ia mulai mencari lembaran-lembarnya dan seorang anak memberi tahu apa yang baru saja terjadi. “Tak apalah," katanya sambil tersenyum. “Tuhan dengan kemurahan-Nya sedang membimbing kita kepada masalah yang lebih baik." Ia juga tidak menyadari kapan makanan datang dan kapan pergi. Diceritakan makanan telah ditaruh di sampingnya ketika ia sedang bekerja. Seekor anjing masuk, menghabiskan makanan dan pergi lagi. Orang-orang tak henti-hentinya mengetuk pintunya. Salah satu puteranya keluar masuk 20 kali. Di luar, ketawa dan omongan orang-orang hiruk-pikuk sedang bekerja di kamar-

59

tampilannya; seseorang yang teguh pendirian dan cemeriang pemikirannya. Ia tidak hirau manakala ada penghalang akan cita-citanya yang besar."

Muhammad Hussain tidak terus-menerus memegangi pujiannya terhadap Ahmad itu.

Page 60: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

60

BAB 6

Pembela Agama Mirza Ghulam Murtadha berulang kali mendesak puteranya mengambil suatu pekerjaan tetap untuk menopang kehidupannya sepeninggal beliau nanti. Ia ditawari suatu jabatan dibidang pendidikan di Kapurthala, suatu wilayah yang dekat, tetapi ia menolaknya. Menjelaskan alasan kepada ayahanda, Ahmad menulis, "Ananda tidak menginginkan memperoleh suatu kedudukan apapun. Yang ananda mohon ialah dua stel pakaian rumah, tenun kampung yang kasar dan sepotong rob dari macam dan harga manapun seadanya. Itu saja." Dan di surat lain ia menulls, "Oleh karena itu ananda berharap dapat menggunakan sisa hari-hari ananda di dalam sudut yang sepi, terpisah dari kawanan orang-orang dan menyibukkan diri ananda dengan berdzikir mengingati Tuhan ... Tidak ada kedamaian di dunia ini. Seluruh hidup ialah transit (singgah) semata." Ayahanda Ahmad pemah berkata kepada sahabatnya, "Begitulah sikap hidupnya sendiri yang aku senangi. Aku tahu itu jalan benar yang sedang ia raih." Tetapi seringkali kekhawatirannya muncul lagi, "Ia tidak hirau kapan matahari terbit atau tenggelam", ceritanya kepada seorang teman. Ia duduk sepanjang hari dikelilingi buku-buku, kecuali kalau ia ke masjid. Meski ia berasal dari keluarga yang sangat terkemuka, Ahmad, karena tertutupnya, benar-benar tak dikenal orang kecuali orang-orang yang berminat agama. Mereka mengenal dia sebagai seseorang yang menguasal Al-Quran, dan pada kapasitas itulah ia diminta berhadapan dengan teman lamanya Muhammad Hussain. Muhammad Hussain telah pergi belajar ke Delhi dan ketika ia kembali ia menjadi anggota sekte Wahabi yang tangguh. Ini

169

BAB 21

Nilai Doa Kemurahan hati dan kedermawanan Ahmad tidak terbatas hanya bagi para sahabat dan Muslim yang lainnya. Tidak ada dokter saat itu di Qadian, maka petani-petani mendatangi Ahmad minta obat. Mereka datang bertubi-tubi (tiba-tiba) saja tanpa memberi tahu, mengetuk pintunya sembarang waktu sepanjang hari. Seorang teman yang menyaksikan menegur, dia telah selama tiga jam mengurusi obat-obatan pada hari itu. Ahmad juga slap membayar dokter yang memeriksa pasien dan membayar obat mereka. Ia menyisihkan sepersepuluh dari uang mana saja yang ia terima, disediakan untuk amal. Biasanya, seperti yang diingat oleh isterinya, ia mengeluarkan lebih banyak dari sepersepuluh nafkah mereka dalam beramal. Adalah baik -- pesannya kepada para pengikut -- secara nyata menyisihkan sepersepuluh tidak dianggap sebagai uang siap pakai. Sebaliknya, manakala pengeluaran lebih dari perkiraan, maka persediaan sepersepuluh itu yang ditombokkan. Terjadi, pada suatu musim dingin, tukang pos yang menyampaikan surat-surat, berkata bahwa betapa dinginnya cuaca dan ia tidak punya mantel. Ahmad segera masuk rumah dan kembali membawa dua mantel. "Mana yang anda, suka?" ia bertanya. Tukang pos berkata bahwa dia menyukai kedua-duanya. Maka Ahmad memberikan kedua mantel itu. Sukar baginya menegur orang, meski suatu teguran diperlukan. Ketika seorang perempuan kedapatan mencuri beras, orang biasa memaki-makinya. Ahmad kebetulan menyaksikannya dan ketika dia mendengar alasannya, ia berkomentar halus, "Ya, barangkali dia memerlukan lebih

Page 61: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

168

Ada yang membuat permintaan yang tak disangka-sangka. Ahmad mempunyai Al-Quran ukuran kecil yang sangat ia sayangi. Seorang tamu menyatakan ingin memilikinya sebagai kenang-kenangan dari Ahmad. Ahmad segera memberikannya. Ketika ditanya mengapa ia berikan begitu saja? Ia menjawab, "Saya memang sangat menyayanginya, tetapi saya ingat ayat Al-Quran Suci yang berfirman, bahwa “Jika engkau diminta sesuatu pertolongan, janganlah mengabaikan permintaan itu. Maka saya berikan Al-Quran itu."

61

menimbulkan kehebohan sementara tetangganya. Ketika suatu ketika Ahmad berkunjung ke Batala, seseorang yang mengenalinya menggunakan kunjungannya itu sebagai kesempatan untuk mempermalukan Muhammad Hussain. Ahmad akan menjadi jago mereka dan akan menunjukkan Muhammad Hussain betapa keliru keyakinan-keyakinan barunya. Dengan rasa segan Ahmad berada di tengah mereka, ada orang-orang yang berangkat menemul Muhammad Hussain. Ketika sedang jalan, kelompok ini makin bertambah banyak jumlahnya. Kebanyakan ingin tahu bagaimana perdebatan intelektual akan berlangsung, tetapi lebih banyak yang menginginkan dipermalukannya seorang tetangga. Mereka melihat Muhammad Hussain duduk di masjid itu. Ahmad duduk di depannya, dan ketika suara gaduh berhenti, pertanyaan pertama yang ia ajukan ialah menetapkan dasar aturan untuk perdebatan mereka berdua. Apa posisi (akidah) dia dan apa pernyataannya? Tanya Ahmad. Muhammad Hussain menjawab, "Posisi (akidah) saya ialah bahwa Quran itu menduduki tempat pertama, sebagai dasar semua pandangan-pandangan kami. Sabda-sabda Muhammad seperti yang tertera dalam Hadits di tempat kedua sesudah Quran. Apabila suatu hal tak sejalan atau bertentangan dengan dua sumber ini, maka tidak layak untuk mempermasalahkannya, tak pandang siapa yang mengatakannya." Begitu Ahmad mendengar jawaban tadiia bersuara lantang, "Kalau begitu pandangan engkau itu sangat rasional. Tak ada sesuatu yang perlu dikomentari." Ia beranjak berdiri untuk kembali ke Qadian. Menurut pendapatnya diskusi telah selesai. Serentak terdengar gemuruh teriak semua penonton. Suara kemarahan meninggi. Orang yang semula beniat melibatkan Ahmad dalam konfrontasi menjadi beringas.

Page 62: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

62

"Celaka. Celaka," teriaknya. "Engkau meninggalkan kami terhina. Apa engkau sama sekali tidak bisa berpikir sesuatu untuk dikatakan kepadanya?" Ahmad tak bergeming. Bagaimana mungkin ia akan berani mengatakan perintah-perintah Tuhan tertentu -- yang diwahyukan kepada Muhammad dan tercantum dalam AI-Quran -- harus dikesampingkan? Ia bertanya. Bagaimana ia akan berani menyarankan kedudukan yang lebih tinggi bagi kata-kata yang konon telah dicatat sebagai dikatakan oleh Muhammad? Tak ada bandingan untuk keduanya itu, katanya. Ahmad dicemoohkan karena -- pada pandangan banyak orang -- telah takluk begitu mudahnya. Tetapi ia tidak malo. Ia memang hanya mengatakan apa yang benar. Tak ada suatupun yang dapat diangkat superior terhadap wahyu sabda Tuhan, tegasnya lagi. Belakangan ia ungkapkan bahwa ia telah menerima wahyu Tuhan untuk sikapnya itu. "Tuhan engkau meridhai engkau atas sikap itu dan akan merahmati engkau." Suatu missi Kristen telah dibuka di Batala, tetapi tidak seperti halnya di Sialkot, Ahmad tidak pernah menghubunginya. Karena ia tidak tinggal di Batala, ia berpikir lebih baik pembelaan Islam ditangani oleh orang-orang Muslim yang segera siap di sana . Seorang Muslim dari Batala mendatangi Ahmad minta tolong untuk menangkal missi-missi Kristen itu. Ia seorang pegawai pajak, namanya Nabi Bakhsh. Ahmad mendiktekan kepadanya catatan-catatan mengenai hal-hal yang mungkin diajukan oleh orang-orang missi. Ia anjurkan Nabi Bakhsh untuk menyerang Islam sekejam-kejamnya sedemikian rupa agar ia (Ahmad) bisa mempertontonkan bahwa Islam dapat dipertahankan tak pandang serangan dari manapun datangnya. Pada waktu itu Ahmad menggunakan Bibel yang diterbitkan di Mirzapore. Ia membuat banyak corat-coret di

167

berusaha keras menjaga, sehingga tidak seorang pun tamu yang pernah dikecewakan. Seorang tamu, pemimpin agama terkenal, jatuh sakit serius dan nampaknya sudah mendekati ajal. Pada tengah malam beberapa orang ke rumah hunian Ahmad. Gelap gulita. Salah seorang mendekat ke suatu sudut yang dia ketahui tempat tidur Ahmad dan memanggil-manggil. Ahmad menjawab. Ketika orang-orang memberitahu betapa gawat sakit si penderita, Ahmad diam-diam berdoa. Kemudian ia meramu obat buat penderita, sambil katanya, "Minumkan obat ini, Tuhan akan menolongnya.” Ahmad memberitahu orang-orang itu. Pagi harinya, rupanya sang ulama itu mulai sembuh. "Do'a adalah senjata utama yang dimiliki seorang mukmin", Ahmad berkomentar kepada para pengantar sang ulama. "Obat hanyalah memperingan saja." Ahmad biasa makan menemani tamu-tamu untuk memberi mereka keyakinan bahwa mutu masakan dan pelayanan telah diusahakan sebaik-baiknya. Sesungguhnya beliau hanya sedikit menyantapnya, tetapi sambil menyibukkan diri melayani membawakan makanan dan roti bakar yang hangat kepada para tamunya. Kemudian ia biasa menggigit roti, mengambil cuilan-cuilan roti segar, menjaga kalau ada tamu yang mengetahui ia berhenti mengunyah, yang akan berakibat tamu tersipu malu melanjutkan santapnya. Ia juga tetap sopan dan ramah di waktu pagi. Betapapun ratusan orang sedang berada di situ, ia selalu yang pertama kali mengucapkan salam Islam "Assalamu 'alaikum". Kalau seorang tamu pergi berpisah dari dia, tampak seolah seorang keluarga yang amat akrab sedang berpamitan. Ia membuat ada sesuatu hal untuk mengatakan selamat berpisah dan mengharapkan mereka sungguh akan datang lagi kapan-kapan.

Page 63: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

166

itu. Ia mendapati Ahmad dan si pembantu sedang bergegas memukul-mukul suatu kerangka untuk dibentuk sebuah charpay. Semua dipan telah terisi, dan karena tidak ingin mengganggu orang-orang yang biasanya bertugas untuk pelayanan itu, Ahmad memberiahu si kuli tali, bahwa mereka berdua akan menyiapkan dipan mereka sendiri. Pelayanannya menjadi sama terkenalnya dengan kerendahan hatinya. Bila tamu-tamu datang ia selalu menanyakan makanan jenis apa yang mereka sukai, apa yang tidak mereka sukai, dan pilihan-pilihan sehubungan dengan tidur mereka. Suatu ketika beberapa tamu datang, dan pembantu -- karena sibuk -- menyuruh para tamu dengan agak kasar agar menurunkan sendiri bawaan mereka dari pedati. Tamu-tamu itu tersinggung, lalu naik kembali ke pedati dan bergegas pergi meninggalkan tempat. Ahmad, begitu mendengar apa yang telah terjadi, ia bergegas mengejar para tamu dengan berjalan kaki. Ia mencapai mereka setelah sejauh lima mill. Ia minta maaf atas penerimaan yang mengecewakan atas kedatangan mereka, dan menemani mereka kembali ke Qadian, sekaligus menolong sendiri menurunkan bawaan para tamunya. Ahmad tidak menyalahkan para pembantu secara langsung. Ia tidak pernah begitu. Beberapa hari berikutnya, bagaimanapun, di masjid ia mengatakan, hendaknya mereka semua berpikir lebih banyak tentang cara penerimaan tamu yang layak diterapkan bagi orang-orang yang mengunjungi Qadian. Kalau orang telah bepergian bermil-mil dan menderita beratnya perjalanan tentu merasa lega jika sampai di tempat tujuan. Kalau mereka tidak ditemui dengan penerimaan yang betul-betul memadai pastilah mereka akan kecewa. Semua orang hendaklah

63

pinggirannya dan akan membuatkan singkatan dari hal-hal penting bagi Nabi Bakhsh untuk dihafal. Ahmad telah memberinya metoda debat -- baik Ilzami maupun Tahqiqi -- untuk berdebat di muka umum dengan missi Kristen, ia nasehatkan menggunakan metoda Ilzami, katanya, dengan tepat akan membuat mereka bungkam, bagi khalayak yang kurang terpelajar akan memberi kesan satu nilai keunggulan bagi pembicara di pihak Islam. Dalam diskusi pribadi dengan seorang pencari kebenaran, seyogyanya -- Ahmad menyarankan -- metoda Tahqiqi yang akan melibatkan perbandingan yang jauh mendalam antara ajaran-ajaran Islam dengan pandangan agama-agama lain. Apabila jawaban Ilzami dikemukakan kepada penanya serius pada awalnya, maka ada bahaya yang nyata munculnya kesan bahwa tidak ada jawaban yang benar atas kritik yang terkandung dalam pertanyaan. Manakala terjadi serangan kelompok-kelompok besar terhadap Islam, Ahmad dengan enggan memutuskan terlibat dalam keributan. Tiga agama besar di anak benua India: Islam, Hindu clan Buddha, pada umumnya saling bertoleransi. Mereka tidak saling menyerang. Keadaan itu tiba-tiba berubah dengan munculnya sekte Hindu Arya Samaj yang sedang tumbuh di seputar tokoh dan ajaran-ajaran Swami Dayanand. Ia benar-benar anti Muslim dan berkhotbah menentang Muhammad dan Al-Quran. Ahmad berketetapan serangan-serangan ini harus dijawab. Ia tidak ingin melepas kesunyiannya, oleh karena itu ia minta kepada para sahabat keluarganya agar diperbolehkan menggunakan nama-nama mereka dalam menjawab serangan-serangan. Salah satu di antara nama tokoh tua yang ia gunakan ialah Sheikh Raheem Bakhsh, ayahanda Muhammad Hussain. Bagaimanapun, ia memakai namanya sendiri ketika ia mengumandangkan tantangan. Dasar utama dari kebajikan manusia dalam hubungan kemanusiaan adalah sifat

Page 64: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

64

amanah (kejujuran), katanya, menurut pendapatnya, orang dapat mengukur nilai suatu agama dari kriteria seberapa jauh ia menekankan pentingnya kualitas amanah (kejujuran) itu. Ia belajar agama selama 20 tahun dan ia telah berkesimpulan bahwa tidak ada agama yang sedemikian rupa mengutamakan sifat amanah (jujur) sebagaimana Islam. Dapatkah setiap orang Kristen, Hindu atau Sikh menerbitkan dari kitab-kitab suci mereka tentang nilai amanah (kejujuran) sebanyak ia dapat kemukakan dari Al-Quran? tantangnya. Dapatkah mereka me-nerbitkan separuh atau sepertiga saja dari jumlah yang ia kemukakan? la siap menyerahkan hadiah 500 rupees bagi siapapun yang bisa. Tetapi tak satu orang pun sanggup menjawab tantangannya. Segera setelah itu ada tampilan praktis dimana Ahmad menjalani hidup sesuai dengan prinisip-prinsip yang ia kemukakan. Ia mengirimkan sebuah artikel kepada suatu percetakan dengan paket yang terbuka di kedua ujungnya. Dengan begitu paket itu dianggap sebagai barang cetakan dan dikirim dengan tarif yang lebih murah. Dalam paket itu ia memasukkan selembar surat yang berisi pesan-pesan bagi percetakan. Kalau ini dianggap sebagai surat biasa maka itu bertentangan dengan aturan-aturan Kantor Pos. Ada hukuman berat yang cukup mengejutkan bagi pelanggar - denda sampai sejumlah 500 rupees atau bahkan hukuman penjara enam bulan lamanya. Pemilik percetakan yang kepadanya paket itu dikirimkan adalah seorang Kristen -- dan pastilah ia harus dianggap seorang Kristen fanatik -- karena ia segera melapor kepada pejabat berwenang adanya selembar kertas berisi pesan. Ahmad dipastikan harus tampil di pengadilan di Gurdaspur dengan dakwaan telah menipu kantor pos. Ia berkonsultasi dengan seorang penasehat hukum dan

165

menolong -- agar dia teringankan untuk melakukan hal-hal yang lebih penting, Ahmad menjawab bahwa itu tidak penting, dia tahu di mana saja segala sesuatunya berada. Pada suatu makan malam, ketika sahabat-sahabat dan tamu-tamunya ada yang berdebat tentang acar -- ada yang suka ada tidak suka—tiba-tiba ia meninggalkan ruangan. Ketika kembali telah membawa botol berisi acar untuk seorang yang mengatakan amat gemar acar. Mengapa ia (Ahmad) tidak menyuruh seorang pembantu mengambilkannya? seorang tamu bertanya. Ia diberitahu bahwa Ahmad tidak pernah merasa superior terhadap siapa saja. Beliau tidak pernah berlaku layaknya pimpinan yang hanya menyuruh-nyuruh. Kalau dipan-dipan, kyrsi-kursi atau atau kopor-kopor harus dipindah-pindahkan -- dan Ahmad kebetulan menemukan pembantu rumah sedang mengerjakannya -- kerapkali tiba-tiba Ahmad sudah berada di ujung dipan yang lain menolongnya. Ketika wabah pes melanda India, Ahmad meyakinkan bahwa anjuran kesehatan dari Pemerintah sedang dilaksanakan – termasuk menganjurkan perempuan membuka pardahnya untuk diperiksa para dokter. Tetapi ia sendiri juga membantu mengapur halaman dan menaburkan disinfectans ke dalam saluran-saluran sekeliling rumah. Di keluarga-keluarga Hindu, urusan-urusan pembersihan saluran-saluran itu biasa dikerjakan oleh kasta tertentu, yaitu kasta Paria. Ahmad tidak pernah merasa dirinya terlalu mulia untuk mengerjakan pekerjaan apapun. Seorang tamu datang sudah larut malam ketika semua orang sudah tidur. Ahmad dan seorang khadim (pembantu) melayani ketukan pintunya. Ahmad menyilakan dia duduk, menyuguhkan segelas susu dan meminta dia duduk dengan nyaman, dan dia dengan si pembantu menyiapkan tempat tidur. Si tamu menunggu cukup lama, kemudian ia tertarik oleh suara pukulan-pukulan, lalu ia menuju ke arah bunyi

Page 65: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

164

Ia juga tidak peduli dengan makanan. Di suatu kota, dimana ia mengunjungi suatu pertemuan, ia bekerja dengan notesnya sampai larut malam. Kemudian menyadari bahwa dirinya lapar. Ia tidak makan sesuatupun sejak sarapan. Ada penyesalan di antara para sahabatnya. Mereka lupa tidak melayaninya dengan makanan. Semua orang telah makan beberapa jam yang lalu, tidak tersedia lagi makanan di rumah itu dan semua warung sudah tutup. Ahmad menggoyangkan bahunya, tersenyum dan berkata itu tidak penting, ia yakin tentu ada remukan-remukan roti yang tersisa di keranjang-keranjang tempat orang-orang makan. Ia berjalan masuk ruang makan, mencari-cari dan muncul dengan berhasil, memegang tiga atau empat cuil roti. “Ini sudah cukup”, katanya, dan kembali ke lantai atas melanjutkan pekerjaannya. Kesederhanaan tingkah lakunya dikenang oleh para sahabatnya dalam beragam cerita. Abdul Karim menceritakan, pada suatu sore ia berada di kamar Ahmad. Saat itu musim panas dan kebanyakan orang tertidur karena udara yang panas itu. la merebahkan diri di charpay Ahmad, beristirahat sekedar beberapa menit, tetapi ia tidur pulas. Ketika bangun, ia melihat Ahmad sedang duduk di lantai yang berubin pada kaki dipan. Abdul Karim merasa malu sekali. Ahmad mengusir rasa malu menyesalnya itu seraya berkata, “Saya berjaga-jaga, karena anak-anak di luar bersuara gaduh dan anda jelas sangat letih”, begitu katanya. Pada peristiwa lain, ketika itu pembantu Ahmad sedang pergi. Seorang sahabatnya meminta dirinya boleh bermalam di tempatnya agar dia bisa membantu keperluan-keperluan Ahmad. Ia duduk dengan siaga melayani, sewaktu-waktu ada yang perlu ditolong. Tetapi daripada melayani, ia malah dilayani. Ahmad sendiri mengambil dua gelas susu sebelum beristirahat. Ketika sahabat protes, ia ingin mengambilkan apa-apa yang perlu -- dengan harapan

65

diberi nasihat bahwa satu-satunya cara untuk menolak tuntutan ialah dengan mengelak bahwa ia telah memasukkan surat itu dalam paket. Ia hendaknya mengatakan bahwa seorang pelayan telah dengan tak sengaja memasukkan surat itu dalam paket untuk menghemat uang Ahmad. Ahmad menolak pikiran untuk berdusta seperti itu. Penasehat menolak membela dia dan Ahmad melaksanakan sendiri pembelaannya. Ia mengakui bahwa ia sendiri yang telah memasukkan surat pesanan itu sekaligus dalam naskah artikel. Tetapi itu bukanlah surat pribadi, melainkan berisi pesan-pesan bagaimana artikel itu harus dicetak. Oleh karena itu ia tidak merasa berbuat salah. Pegawai pos -- yang orang Inggris -- mengomentari dengan lancar tentang kesalahan itu, barangkali terlalu lancar untuk menghakimi suatu kesalahan yang begitu kecil. Tetapi setiap kali setelah pengakuan, hakim menggelengkan kepala dan mengatakan tidak. Dan pada kesimpulan akhir ia mengatakan dakwaan seperti ini tidak perlu disidangkan. Ini hampir menyerupai sebuah fitnah. Ia sangat terkesan dengan penjelasan Ahmad yang amat lugu. Maka ia membatalkan perkara itu. Kini Ahmad memastikan bahwa ia segera harus menjawab setiap serangan terhadap Islam. Ia juga menjawab setiap pernyataan yang ia anggap bertentangan dengan dasar-dasar Islam atau bahkan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung semua agama secara bersama-sama. Ketika Swami Dayanand, pendiri sekte Hindu Arya Samaj, mengumumkan bahwa jumlah jiwa itu tak terbatas dan bahkan tidak diketahui Tuhan, Ahmad membantah kepercayaan ini. Argumen yang ia kemukakan begitu meyakinkan dan menyadarkan, sehingga Sekretaris Samaj Pusat menerbitkan suatu pernyataan mengatakan bahwa

Page 66: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

66

mereka bukanlah pengikut Swami Dayanand yang taklid. Mereka tidak menerima apa kata Swami, kecuali hal yang masuk akal. Ahmad juga memastikan bahwa lebih banyak hal diperlukan dari sekadar membela Islam menghadapi serangan, tetapi Islam haruslah terus berkiprah. Komentar seorang pakar Muslim, "Telaahnya tentang Al-Quran, perenungannya yang dalam tentang segi-segi abadi, keyakinannya yang penuh akan kasih dan kemurahan Tuhan serta penghayatannya berkomunikasi dengan-Nya telah membekali dia martabat yang bermutu sebagai andalan Islam. Disertai dorongan inspirasi yang luhur ia bergerak untuk memulai sebuah proyek yang tidak hanya akan menolong Islam menghadapi serangan-serangan dahsyat, tetapi juga akan dengan jelas dan nyata menegakkan serta memantapkan keunggulan Islam atas segala agama yang lain. Ia berketetapan mengungkapkan kesempurnaan Islam dengan sebuah karya monumental berjudul “Braheen Ahmadiyya." Pengumpulan dan penyusunan karya monumental ini sedemikian berat pengerjaannya. Ahmad memanfaatkan pustaka keluarga, yang walaupun telah rusak semasa pendudukan kaum Sikh, kini telah direnovasi secukupnya. Ia sendiri yang memiliki perpustakaan ini, tetapi ya hanya itu saja. Ia tidak memanfaatkan fasilitas-fasilitas lain di luar Qadian. Inilah saatnya, ketika telaahnya yang bertahun-tahun, perenungannya yang mendalam tentang arti setiap ayat mulai berbuah. Puteranya yang pertama, Sultan Ahmad, mengenai tahun-tahun itu ia berkomentar, "Saya sungguh yakin bahwa pada tahun-tahun itu beliau telah menamatkan Al-Quran 10.000 kali." Begitullah, apabila perlu menemukan ayat Al-Quran yang tepat yang akan ia gunakan memperkuat suatu argumen, ingatannya dapat mengingat segera dimana ayat

163

itu dalam sakunya, dan minta agar dia menyimpankannya, karena kapan-kapan akan dia gunakan untuk bermain. Kamar sempit tempat dia tidur dan bekerja tetap kosong dan amat sederhana. Beberapa tamu suatu hari dipersilakan masuk ketika Ahmad sedang kurang sehat. Ahmad sedang duduk di atas charpay dengan bingkai kayu dengan kertas-kertas dan buku-buku di sekelilingnya. Tidak ada kursi dan mereka terpaksa duduk di atas sebuah kotak kayu warna hijau, di sebuah peti besi dan di lantai. Tidak selembar pun tikar di lantai, seorang dari mereka mengingatnya, dan selimut di tempat tidur ada tercabik kapasnya menyembul keluar keluar. Kadang-kadang dia tidak kembali ke kamarnya untuk tidur. Seorang pengikut mengingatnya ketika ia semalam suntuk berjaga di flat masjid bersama Ahmad. Setelah menyarungi tubuhnya, ia meletakkan badannya di atap yang tak bertegel. “Orang berfikir bahwa mereka tidak bisa tidur pulas di atas lantai tanpa dipan. Dengan karunia Tuhan, saya menikmati tidure pulas di atas lantai tanpa alas” – katanya – “Kesalihan dan senang kemewahan tidak dapat berjalan seiring.” Pada penglihatan para sahabatnya, tampaknya Ahmad tidak pernah tidur lebih dari lima menit terus-menerus. Ia membuka matanya lalu bergumam "Segala puji bagi Tuhan" dan kemudian tidur lagi. Selama berdebat dengan Athim, Ahmad dan para pengikutnya naik ke bagian atap rumah dimana mereka tinggal, dan Ahmad duduk di atas selembar tikar di bayangan dinding. Tuan rumah, mengira telah menghina tamunya yang terhormat sehingga kurang nyaman, dan berkata akan mengambilkan karpet katun baginya agar bisa beristirahat. Ahmad menolak. "Saya tidak perlu berbaring untuk tidur. Tidur mendatangkan halangan-halangan dan hari-hari ini bukan hari-hari untuk tidur."

Page 67: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

162

bahwa benik-benik itu telah menghabiskan banyak waktu. Suatu ketika ia diberi hadiah sepasang sepatu model Barat, yang dibentuk untuk kaki kiri dan kaki kanan. Ahmad memberi tanda padanya dengan maksud meski sekilas segera tampak jelas mana yang kiri mana yang kanan. Tetapi kerapkali ia salah memakainya. Hal demikian itu, baginya adalah pemborosan waktu, padahal hal demikian tidak ada risiko apapun, maka ia kembali menggunakan sandal selopnya yang telah ia pakai seumur-umur. Ahmad memakai pici cap di bawah surban putihnya. Suatu ketika, setelah berwudlu sebelum shalat, ia minta tolong anak perempuan tuan rumah untuk mengambilkan pici capnya yang terlupa ketinggalan di kamar berwudlu tadi. Anak perempuan itu masuk, mencari-cari, tetapi hanya melihat sebuah pici tua yang ia yakin pasti bukan pici miliknya. Ia kembali dan melapor bahwa picinya tidak berada di sana. Ahmad mengatakan bahwa ia yakin picinya tertinggal di sana. Tiga kali anak perempuan itu masuk dan mencari, setiap kali melapor tentang ketidakberadaan pici tua tadi. Akhirnya putera Ahmad sendiri yang masuk dan segera kembali membawa pici tua itu. la tidak pernah membayangkan, anak perempuan akan bercerita kepada temannya, bahwa Ahmad memiliki pici tua semacam itu, dan hidupnya begitu sederhana sehingga benda-benda seperd itu tidak penting baginya. Pernah ia mengeluh kepada pembantunya, Hamid Ali, bahwa ia sudah tiga hari ini merasakan sakit di pinggulnya setiap kali ia duduk. Mungkin ada sesuatu dalam pakaiannya, katanya. Hamid Ali terheran-heran, menggerayangi pakaian Ahma, dan dari dalam saku rompinya ia keluarkan sepotong bata yang lumayan tebal. Itulah yang melukai Ahmad. Ahmad tersenyum. "Oh, ya, aku ingat," katanya. Mahmood -- puteranya -- telah menyimpan potongan bata

67

itu tercantum. Pikirannya dapat menemukan dan menghubungkan ayat-ayat serta kata-kata dengan cepat, tepat dan bulat pemahamannya. Caranya menulis sangat menarik. la punya tinta di dua dinding kamarnya. Tinta ditaruh di cawan dan dikuatkan dengan tameng lumpur (tanah liat) melingkar, sehingga tidak mudah tergeser jatuh. Selagi ia berjalan menyeberangi kamarnya ia menulisi kertas yang dibawanya, mencelupkan pena di cawan tinta pada dinding kamar dimana ia telah sampai, kemudian kembali lagi ke dinding yang lain dimana ia mengisi penanya dari cawan tinta yang telah ia taruh disitu. Dengan cara itu ia tidak pernah berhenti menulis.

Page 68: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

68

BAB 7

Berkas-Berkas Cahaya Spiritual Layak kita cermati bagaimana kebiasaan hidup Ahmad di masa ini. Ada sejumlah saksi. Pertama-tama ada saudara sepupunya, Mirza Din Muhammad yang semula tidak tahu-menahu kalau dia itu ada. Ia menulis:

"Saya menyangka bahwa Mirza Ghulam Murtadha hanya punya seorang anak lelaki, karena Ahmad itu hidup begitu tertutup di dalam rumah sehingga saya jarang melihat dia. Di masjid saya sering melihat dia dan lama-kelamaan saya tahu dia itu anak kedua Mirza Ghulam Murtadha." Saya berketetapan hati untuk menemui dia. Saya sedang duduk di masjid bersama ayahnya, ketika saya lihat Ahmad meninggalkan masjid. Segera saya beranjak dan mengejar dia. Sampai sampai padanya ketika sedang masuk kamar dan sedang mengunci pintu kamarnya dari dalam. Ia membuka pintunya bagi saya dan menanya saya apakah ada suatu urusan? Saya jawab bahwa saya ingin menemui dia. Ia persilakan saya duduk dan menanya saya berasal dari mana….. Demikianlah kami berdua mulai berteman."

Setelah itu kapan saja Mirza Din Muhammad berkunjung ke Qadian, ia menjenguk Ahmad dan belajar dengan bimbingannya. Ia juga tidur di kamarnya ketika mereka sudah bekerja sampai larut malam. Kamar itu kecil, dan mebel yang ada hanya sebuah charpay, tempat tidur dari kayu yang kasar dengan tali-tali pilin yang membentuk semacam jala yang lebar, di atasnya dapat digelar tikar atau kasur dan sebuah takhtposh yaitu bangku tertutup. Ahmad menyilakan Mirza Din Muhammad tidur di atas charpay. Dan kira-kira jam 2 malam Ahmad biasanya bangun untuk shalat tahajjud. Ia membangunkan Mirza Din

161

kebanggaan, keras hati dan kecintaan kepada kemewahan. Ahmad tidak serta-merta menjadi organisator yang efisien menangani orang-orang dan uang. Tidak juga dia menyadarkan orang-orang dengan menjebak mereka dengan sukses duniawi -- lebih kaya dan makanan yang istimewa, pakaian bagus, perlengkapan rumah yang anggun. Adalah watak pribadinya, kata-kata yang dia ucapkan dan gaya hidup yang ia jalani yang telah menyadarkan mereka bahwa ia adalah sungguh AI-Masih Yang Dijanjikan. Para pengikutnya memanggilnya dengan "Hadhrat”, yang berarti "Yang Mulia" sebagai pertanda rasa kasih-sayang dan penuh pengertian. Dan ia, sebaliknya, menyapa mereka dengan sopan, "Saudara-saudaraku". Hanya sekali terjadi ia meminta sehelai pakaian tertentu – dan hal itu terjadi karena dia risau kalau-kalau seseorang jadi tersinggung. Ia melihat salah seorang perempuan, yang nampak agak kebingungan, membawa sebuah jas lelaki. Ia bertanya ada masalah apa gerangan, dan perempuan itu menjawab bahwa ia telah disuruh untuk memberikan jas itu kepada salah seorang pengikut oleh paman si pengikut itu. Tetapi ia (yang diberi) menolaknya karena tidak tertarik untuk memakai pakaian bekas orang lain. “Berikanlah itu kepada saya” ,sahut Ahmad. "Beritahukan kepada pamannya itu bahwa saya menyukainya. Kalau dia tidak keberatan saya akan menyimpannya dan memakainya. Dengan cara demikian” -- ia menambahkan – “si paman tidak akan merasa tersinggung atas penolakan pemberiannya.” Itu tidak berarti Ahmad tertarik pakaian itu, ia mengabaikannya. Pikirannya ada di masalah-masalah yang lain. Ia kerapkali memasangkan benik (kancing) pada rompinya pada lubang yang keliru. Ketika benik-benik itu lepas — karena regangan (tarikan) yang berkali-kali — ia berkomentar, menjadikannya lelucon bagi para sahabatnya,

Page 69: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

160

BAB 20

Kesederhanaan, Kasih Sayang dan Keberanian

Apa yang dibawa oleh transformasi (perubahan) ini? Telah banyak penganjur-penganjur dan pemimpin-pemimpin agama di banyak negeri dalam berbagai bahasa, tetapi cahaya lilin pidato-pidato mereka yang telah menyala terang -- meredup kembali setelah tahun-tahun berlalu -- tiba-tiba benderang lagi ketika batang lilin meleleh seluruhnya, kemudian ... gelaplah. Apa yang berbeda dari Ahmad? Pembeda utama dia adalah keyakinannya yang total dan tak pernah goyah bahwa dia adalah Al-Masih Yang Dijanjikan. Ia Utusan Tuhan, ucapnya. Tak peduli siapa yang berhadapan dengan dia, atau betapa sedikit yang menyertai dirinya -- atau bahkan semua orang meninggalkan dia sama-sekali -- ia akan tetap melaksanakan tugas yang Tuhan telah berikan kepadanya. Ulama Muslim, Hindu dan Kristen telah berserikat mengutuk dia, tetapi orang-orang awam berkerumun mendengarkan dia. Untuk mengerti sukses dia dan sukses Jemaat Ahmadiyah yang terus-menerus, orang harus mencermati watak pribadinya, tindakan-tindakannya, pedoman-pedoman dasar yang di atasnya ia menjalani hidupnya, dan menganjurkan hal yang sama kepada para pengikutnya kalau mereka mau menjadi anggota Jemaat Ahmadiyah dan ingin berhasil menyatukan segala agama dalam wadah Islam. Sifat-sifat yang ia pujikan ialah cinta-kasih, keramah-tamahan, toleransi, kesabaran dan simpati. Ia menganggap kesederhanaan dan kerja keras adalah perilaku yang utama. “Bagiku orang-orang yang menjalani hidup sederhana adalah sangat berharga”, katanya. Ia membenci

69

Muhammad pelan-pelan dengan percikan titik-titik air persis seperti yang dilakukan Muhammad atas pengikut-pengikutnya di gurun sahara Arab lebih 1300 tahun yang lalu. Sekali, beberapa tahun sesudah itu sebuah diskusi muncul tentang kesukaran bangun pada jam sekian itu di kala dini, Ahmad berkata, sebaiknya mengikuti contoh dia -- "Aku berkata pada diriku: Ahmad, bangunlah untuk sujud, kemudian begitulah aku terbangun." Ahmad tidak kembali tidur. Ia menyalakan sebuah lampu dari tanah liat, mulai mengaji dan shalat sampai terdengar adzan shubuh kira-kira seperempat jam sebelum matahari terbit. Begitulah ia menggunakan sebagian besar setiap malamnya dalam keadaan jaga dan shalat yang sunyi. Ia seringkali bicara tentang nilai shalat. Ada seseorang berkata bahwa ia shalat, tetapi ia pikir shalatnya tidak banyak mendatangkan kebaikan, maka ia tidak tertarik masalah ini. Ahmad mengatakan, "Apakah anda suka atau tidak sebaiknya anda terus-menerus melaksanakan shalat anda. Seorang yang sakit tidak ingin menelan makanan, tetapi orang yang merawatnya mencoba membujuknya agar makan sesuatu. Kadang-kadang hampir-hampir ia harus memaksakannya. Demikian itulah, apakah anda suka shalat atau tidak, anda harus terus melaksanakannya." Ia menambahkan, "Apabila saya tidak mengerti suatu perkara atau saya dihadapkan pada suatu kesulitan, saya melupakan kesulitan itu dan mulailah saya bermohon kepada Tuhan, itu menyelesaikan masalah." Di waktu yang lain ia mengatakan bahwa berdoa itu seperti halnya orang menggali sumur. "Kadang-kadang orang-orang putus asa dan berhenti menggali ketika -- sekiranya mereka melanjutkan menggali beberapa kaki lagi -- maka mereka akan menemukan air. Demikianlah tentang berdoa. Anda harus terus-menerus berdoa. Tak berguna

Page 70: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

70

berdoa banyak-banyak beberapa hari dan kemudian berhenti tak berdoa lagi." Bahkan ketika ia di tempat tidur Ahmad tidak berhenti mengingat dan berdoa kepada Tuhan. Bibirnya tak pemah berhenti bergerak, itu diceritakan orang, dan mereka yang pernah tidur berdekatan dia dapat menilai apakah ia sedang mengagumi Muhammad atau sedang mengulang- ulang memuji Tuhan. Ia kerapkali memberikan nasihatnya, "Jadikanlah satu kebiasaan berada dalam keadaan mengucap doa atau berdzikir, baik ketika terjaga di tengah malam atau sedang berubah posisi." Di rumah tangga Mirza ada kesiapan menjamu sanak famili atau tamu yang manapun ketika datang dan menginap, karena keluarga ini besar, dan sebagai pendiri cikal-bakal perkampungan maka dengan sendirinya terkemuka. Kepada semua tamu disuguhkan makan. Ahmad tidak bergabung dengan mereka. Ia menyisakan makannya ditaruh di dalam keranjang yang akan ditarik ke jendela kamarnya di lantai atas. Kalau Mirza Din Muhammad berada disitu, porsi makannya juga ditaruh di keranjang itu. Suatu ketika tamu lain, bernama Hafiz Mui’ud Din ada di sana, maka Ahmad memintakan makan buat dia juga. Ketika Hafiz sudah selesai lebih dulu, Ahmad kerapkali bertanya apakah ia ingin menambah? Kemudian Ahmad biasa memberikan dari porsinya – “dan kadang- kadang porsiku juga", kata Mirza Din Muhammad. Ahmad makan sangat lambat, perlu waktu lama mengunyah suapnya. Sesekali, ketika Hafiz memanfaatkan peluang yang begitu bebasnya atas tawaran Ahmad, makan sebagian besar dari dua porsi makan mereka, Ahmad biasanya memberi Mirza Din Muhammad coin kecil untuk membeli nasi panggang yang amat murah. Ini diupayakan mencukupi keperluan hari itu. Ahmad mengambil amat sedikit dari makanan ini. "Ia biasanya menaruh sejumput

159

kemudian tiap harinya ada 500 orang menyatakan baiat! Ramalannya yang diumumkan lebih dua puluh tahun yang lalu bahwa jalan menuju Qadian akan menjadi jalur-jalur yang aus dan becek karena banyaknya orang yang datang untuk bertemu dengan dia, ternyata menjadi kenyataan. Suatu ketika Ahmad kebetulan menemui seorang tukang kayu sedang memasah halus-halus sepotong kayu untuk gedung baru. Itu tidak perlu, katanya menasehati tukang kayu, yang utama ialah menyelesaikan gedung berdiri kokoh agar para tamu dapat menginap di sini. Tidak perlu mewah. Di rumah penginapan antara 50 sampai 60 perempuan masak dan membersihkan bagi tamu-tamu, dan ada 150 anak-anak laki terdaftar masuk sekolah. Tidak tersedia cukup ruang kelas, maka banyak pelajaran yang dilangsungkan di luar dan anak-anak duduk di tanah, sedangkan di toko percetakan ada 15 orang bekerja.

Page 71: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

158

riwayatnya. Hanya ada satu Tuhan dan hanya kepada-Nya-lah doa dipanjatkan. Inovsi-inovasi yang disetujui dalam musyawarah dibiayai oleh anggota Gerakan Ahmadiyah. Waktu itu belum ada anggota yang kekayaannya sangat menonjol di antara mereka. Ada para dokter, pegawai pemerintah lokal, tuan-tuan tanah kecil, pedagang dari berbagai tingkat, tetapi sebagian besar adalah para buruh harian. Banyak juga yang sangat miskin, tetapi setiap bulannya setiap anggota itu memberikan iuran (candah) sesuai kesanggupan masing-masing. Tidak dimasalahkan betapa kecilnya yang anggota bisa usahakan, barangkali cuma satu coin kecil setiap bulan, tetapi haruslah dibayarkan dengan teratur. Lama-kelamaan setiap anggota memberikan dengan propsentase yang tetap dari nafkah mereka. Pengelolaan keuangan kini menjadi penting, karena sampai waktu itu para pengikut dan para tamu harus memberikan apa yang mereka inginkan untuk makan dan akomodasi mereka. Jumlahnya mungkin cukup untuk memenuhi selama tinggal mereka di situ. Kadang-kadang begitu kecil sehingga tidak cukup untuk makan mereka. Nafkah keluarga Ahmad akan menutup kekurangannya. Suatu ketika, ketika diberi tabu kepadanya bahwa tidak ada lagi makan untuk para tamu dan tidak ada uang untuk membeli, iz mengirim utusan kepada istrinya. Ketika kembali, utusan itu menyerahkan sepotong perhiasan emas yang disedekahkan untuk membeli makan. Tiba-tiba kelompok orang-orang yang mendatangi Qadian untuk mendengarkan dia membanjir. Pada tahun 1900 ada 70, 80, dan kadang-kadang lebih dari seratus pengunjung sehari-harinya ke Qadian. Kebanyakan tinggal beberapa malam di guest house (rumah penginapan), yang secara terus-menerus direnovasi dan diperluas. Jumlah pengikutnya meningkat secara dramatis. Ahmad mengatakan jumlah itu mencapai 30.000. Dua tahun

71

nasi panggang dalam mulutnya dan bertahan mengunyahnya sedemikian lama," tutur Mirza Din Muhammad. Kesan seolah Ahmad berpenampilan petapa yang kesunyian dan murung, jadinya keliru. Teman-temannya ingat dia bicara ceria, suaranya meninggi bila ia berkehendak mengedepankan suatu masalah penting. Meski banyak orang di lingkungan desa merasa takut mendekati ayahanda Ahmad yang keras dan berwibawa, tidak seperti itu perihalnya dengan Ahmad. Tutur Mirza Din Muhammad, "Pengalaman saya, dia selalu bersikap santun, la tidak pernah marah. Kami tidak pemah sedikit pun merasa ragu atau takut mendekati dia kapan saja kami ingin menjumpainya. Ia tidak pernah menolak kehadiran kami karena terialu sibuk atau kurang sehat. Terkadang kami mengganggu dia selagi dia sedang tidur. Meski dalam keadaan demikian ia tentu bangkit dan membuka pintu, tidak pemah dia katakan lebih baik sekiranya tidak mengganggu dia. Selagi pintunya selalu tertutup rapat, kadang-kadang saya lemparkan dua-tiga kerikil dari kejauhan. Bahkan suara yang sayup-sayup pun cukup, untuk membuat dia membukakan pintunya." Mirza Din Muhammad sedang belajar medicine (pengobatan) dan dalam salah satu bukunya ada satu kupasan tentang melancholia, sebab-sebab dan gejala- gejalanya. Salah satu gejalanya ialah hidup memencilkan diri. Dalam hal itu Ahmad berkomentar, bahwa para dokter tidak mengecualikan siapapun, yakni mengelompokkan orang-orang sebagai kurang waras, kalau semata-mata hidup memencilkan diri. Mirza Din Muhammad menceritakan:

"Saya tertawa, dan dengan kelakar berkata kepadanya: Persis seperti mereka katakan tentang diri engkau." Ahmad ikut ketawa pula, tanpa sedikitpun menegur saya akan hal itu. Kelak saya merasa malu akan

Page 72: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

72

ucapan itu, tetapi kemudian saya berpikir tidak perlu meminta maaf. Sebab saya tahu Ahmad tidak pemah menganggap penting hal-hal semacam itu, tidak pernah menyimpan dalam pikirannya dengan keinginan untuk membalas seseorang.”

Menjelang akhir tahun 1875 Ahmad diberi tahu dalam sebuah kasyaf bahwa ia mulai sekarang harus mengikuti teladan para nabi dan menjalani suatu puasa. Agar tidak merepotkan ayahanda ia berketetapan mengerjakannya secara rehasia. Maka ia mengatur dengan beberapa anak- anak miskin agar mereka siap di bawah jendela kamarnya pada jam-jam tertentu saat ia akan membagi-bagikan makanan di antara mereka. la mengurangi jatah makannya sampai ia hanya makan satu kali sesudah matahari tenggelam. Setelah dua tiga minggu, ia kurangi lagi porsi makannya itu sehingga hanya beberapa kerat roti untuk setiap 24 jam. Di kemudian hari Ahmad menuliskan catatan untuk puasanya itu:

"Saya berlanjut dengan disiplin puasa saya ini selama lebih dari delapan atau sembilan bulan, dan walaupun makan yang sangat kurang itu saya jalani tetapi Tuhan Yang Maha Kuala menjaga diri saya dari segala macam gangguan. Selama itu saya menghayati banyak rahasia-rahasia ruhani.Saya berjumpa dengan beberapa nabi terdahulu dan beberapa wali Muslim terkenal yang telah wafat. Pada suatu peristiwa, dalam keadaan sadar penuh saya mellhat Nabi Suci (saw, pent.) ... sedang ditemani dua cucu lelaki, puteri beliau, Fatimah, dan keponakan sekaligus menantu beliau Ali ... Ini sama sekali bukan mimpi melainkan dalam keadaan sadar jaga penuh. Selain pengalaman-pengalaman seperti itu, saya menyaksikan berkas- berkas cahaya spiritual, dari berbagai warna: putih, hijau dan merah, yang indah dan mempesona tak terkatakan. Berkas-berkas itu

157

Ketiga keputusan ini adalah batu-batu tonggak yang di atasnya Jemaat Ahmadiyah berhasil ditegakkan. Pendidikan bagi semua anak-anak anggota jemaah dengan donasi dari setiap warga menjanjikan kesuburan jemaah di masa mendatang. Pembiayaan misi-misi berarti Islam sekali lagi akan memburu pemeluk-pemeluk baru. Keputusan mendirikan percetakan, dimaksudkan Islam memanfaatkan teknologi baru sebagai sarana mengimankan dunia. Satu akibat dari keputusan itu ialah Ahmad menyetujui photonya diambil supaya orang yang tidak pemah menjumpai bisa melihat seperti apa dia. Orang-orang Islam fundamentalis menyatakan bahwa photografi termasuk penyembahan berhala karena membuat kemiripan atau penyerupaan. Ahmad meniadakan keberatan ini. Mirip penyembahan berhala ialah kalau ada maksud untuk disembah. Tukang photo telah terbiasa dengan persepsi Victorian, seperti apa suatu photo dikatakan baik. Ia berkali-kali meminta Ahmad agar membuka matanya lebar-lebar, dan lurus melihat ke kamera, tetapi Ahmad -- mengingat perintah A]-Quran yang melarang 'pandangan mata sengaja lebar" – ia tetap menatap dengan mata setengah tertutup. Dan akhimya si tukang photo menyerah. Ia memotret dengan teknik lain yang memadai. Selang beberapa tahun kemudian Eddison menemukan gramophone. Ahmad mencoba memanfaatkannya menjadi sarana membawakan mini Islam. Ahmad sangat bersikukuh bahwa tidak ada apa pun yang berhubungan dengan dirinya untuk menjadi objek pemujaan. Semula ada seorang pengikut yang memohon salah satu dari baju-baju yang dipakainya. Ahmad tidak memintanya kembali, tetapi dia berpesan dengan menekankan manakaia orang itu meninggal, maka baju itu harus dikubur bersama dia, dengan begitu tamatlah

Page 73: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

156

akan terdengar selama pertemuan yang, penting untuk peningkatan keimanan, pemantapan pribadi dan ilmu. Para sahabat akan memperoleh hak akan doa-doa khusus dan perhatian istimewa. Usaha harus diupayakan dihadapan Tuhan Yang Maha Pemurah agar Dia berkenan menarik mereka mendekat keharibaan-Nya dan menerima mereka serta vmenganugerahi mereka karunia-karunia besar." “Ada keuntungan yang lebih jauh dalam pertemuan tahunan semacam itu” -- Ahmad menambahkan. “Setiap tahun orang-orang akan menyaksikan dan bertemu pengikut-pengikut baru, dan pengenalan pribadi akan meningkatkan persahabatan dan cinta kasih. Kami akan berusaha sekuat tenaga lewat doa-doa untuk padunya ikatan spiritual di antara semua dan akan mengatasi setiap keterasingan, kesunyian dan perbedaan."

Pada konferensi (Jaslah Salanah) yang kedua jumlah yang menghadiri meningkat sampai 500 orang, bertentangan dengan oposisi dari pihak ulama Muslim yang memfatwakan bahwa pertemuan semacam itu dosa. Lebih dari 300 orang datang dari luar Punjab. Untuk mengakomodasi mereka Itu sejumiah gedung dengan tergesa-gesa dibangun, dan dari tahun ke tahun, bertambah luas dan lebih permanen. Sejumlah keputusan dibuat dalam konferensi itu, yang meskipun tampaknya lebih administratif dari pada keagamaan pada saat itu, telah meletakkan dasar-dasar Jemaat Ahmadiyah yang mendunia. Gerakan memutuskan untuk membiayai missinya yang pertama dengan nama Sayid Muhammad Ahsan, dan mendirikan percetakan di Qadian. Printing press ini untuk menerbitkan brosur-brosur, buku-buku tipis dan nantinya sebuah suratkabar. Dan pada konferensi berikutnya diputuskan mendirikan sebuah sekolahan, akan didirikan di Qadian.

73

sedemikian terkait dengan hati saya, sehingga mencermatinya hati saya menjadi hanyut, keceriaannya tiada bandingan. Saya berpikir bahwa berkas-berkas itu adalah suatu contoh ikatan cinta antara Tuhan dan manusia. Satu cahaya mencuat dari hati dan melesat naik dan cahaya yang lain melayang turun dari atas. Ketika keduanya bertemu membentuk semacam bentuk berkas. Ini adalah pengalaman-pengalaman ruhani yang diluar kemampuan upaya manusia, tetapi di dunia ini ada orang-orang yang dikaruniai pengetahuan semacam ini. Keuntungan lain yang saya peroleh dari latihan ini, yang saya temukan, ialah tuntutan yang meningkat, saya dapat bertahan dalam kelaparan dalam waktu lama. Saya merasa sekiranya seorang pegulat kuat harus menghadapi saya dalam ketahanan berlapar-lapar, niscaya ia akan mati jauh sebelum saya. Saya juga merasa bahwa bila jasmani seseorang belum terbiasa dengan penderitaan berat ia belum siap untuk menghayati rahasia-rahasia ruhani yang lebih tinggi. Tetapi saya tidak menasihati (tidak menganjurkan) siapapun untuk mencoba latihan semacam ini. Saya pun tidak melakukannya atas kemauan saya sendiri. Saya mengambilnya (melaksanakannya) semata atas perintah Ilahi yang disampaikan kepada saya dalam kasyaf yang jelas. Pada akhir dari delapan atau sembilan bulan saya mengakhirinya, dan sejak itu saya hanya mengulanginya dalam peristiwa-peristiwa yang jarang."

Sekitar tahun 1876 ayahanda Ahmad, Mirza Ghulam Murtadha, tengah memasuki usia 80-an dan setiap merenungi kematian, ia semakin sedih atas pernyataannya akan kesempatan-kesempatan yang sia-sia, dan atas segala usaha duniawinya. la menghubungkannya dengan sebuah mimpi yang belum lama ia alami. "Aku melihat

Page 74: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

74

Muhammad, Nabi Suci saw, menghampiri rumahku. Aku berlari menjemput beliau dan menyampaikan penghormatanku. Ketika aku makin dekat, sesuatu terjadi atas diriku, bahwa aku juga harus menyampaikan kepada beliau suatu macam hadiah tertentu, dan aku memasukkan tanganku ke dalam saku. Tetapi satu-satunya yang aku peroleh hanya uang satu rupee, dan ketika aku mengamatinya aku sadari uang itu palsu." Mirza Ghulam Murtadha menerjemahkan mimpi ini sebagai ibarat bahwa kalau kecintaan Tuhan dicampur-aduk dengan karat duniawiah maka itu sama halnya dengan uang palsu. Ia juga biasa membacakan puisi dari ayahandanya, yang wafat dalam pengasingan dan tidak memiliki lagi semua kekayaannya, tulisnya:

Kapan saja aku menyiapkan suatu rencana, Nasib menertawakan usaha-usaha kerasku

la sekarang kerapkali minta Ahmad membacakan baginya di malam hari dari Al-Qur'an. Sebagai cara untuk bertobat ia juga memutuskan untuk mendirikan sebuah masjid. Pertama kali ia mencoba mengusahakan kembalinya sebuah masjid desa, yang ketika kaum Sikh merampas Qadian telah diubah menjadi sebuah candi Sikh. Tetapi ia kalah juga dalam kasus hukum terakhir ini. Karenanya, maka ia menempati tempat kosong yang telah diduduki oleh penguasa setempat semasa pemerintahan Sikh. Ketika si pemilik mengetahul mengapa Mirza Ghulam Murtadha menginginkan tanah, mereka tahu ia pasti tidak mau dirintangi. Maka harganya dilipatkan oleh -- seolah-olah -- pembeli-pembeli lain, sehingga akhimya Mirza Ghulam Murtadha membayarnya berlipat ganda sejumlah 700 rupees. Pembangunan masjid langsung dimulai pada akhir tahun 1875, dlan ia minta agar kelak dikubur di pekarangan masjid, supaya sekiranya dalam hidupnya selama ini

155

BAB 19

lkatan-lkatan Ditempa

Empat puluh orang telah mengikat baiat kepada Ahmad pada bulan Maret 1091 di Ludhianna. Tujuh tahun kemudian, pada 1896 naftar nama-nama pengikutnya berjumlah 313. Itu berarti bahwa ia hanya memperoleh tambahan 273 pengikut dalam jangka 7 tahun atau kira-kira sekitar 40 orang pengikut baru setiap tahunnya. Puteranya yang kedua, Mirza Bashir Ahmad, belakangan menulis bahwa ini adalah masa prihatin yang berat bagi komunitas ini:

"Pada masa itu, ketika jamaah ini dihadapkan kepada perlawanan yang sengit dari segala arah, kemajuannya sedemikian lambat sehingga musuh-musuh menantikan dengan penuh harap jama'ah ini segera mati. Ini adalah masa menahan derita dan tekanan yang berat, juga bagi Masih Mau’ud (Al-Masih yang dijanjiikan). Kemajuan Jamaah yang layaknya secepat siput ini adalah pengalaman yang menyedihkan bagi jiwa yang bergerak cepat. Tetapi ia tahu ini adalah watak dari semua pembaharu dan bahwa tidak ada jalan melarikan diri dari ujian berat semacam itu, yang justru perlu untuk menggalang konsolidasi dan menguji kesetiaan Jamaah."

Konferensi (Jalsah Salanah – pent,) pertama seluruh pengikutnya terjadi tanggal 27 Desember 1891. Jumlah orang yang menghadiri sedikit – antara 75 dan 80 – tetapi itu sedemikian sukses sehingga pada hari terakhir Ahmad mengumumkan mulal sejak itu ke depan akan dilaksanakan pertemuan tahunan (Jalsah Salanah) di Qadian. Setiap orang hendaknya berjuang keras untuk menghadirinya, pesannya.

"Kebenaran-kebenaran dan kata-kata bijak (hikmah)

Page 75: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

154

Muslim. Ia pernah bertemu dengan Baba Nanak dalam kasyaf (penglihatan ruhaniah), katanya, dan bercakap-cakap dengan beliau. Guru Nanak memberi tahu dia bahwa ia menjadi Muslim karena Islam adalah agama yang benar.

75

kurang perhatiannya kepada Tuhan, maka ia akan memperolehnya dalam kematiannya, dapat mendengarkan firman Tuhan diagungkan. Semoga itu menjadi sarana memperoleh ampunan, katanya. Menjelang pertengahan tahun 1986 konstruksi masjid itu hampir lengkap. Ahmad sedang berada di Lahore, ketika tiba-tiba ia mempunyai firasat bahwa kewafatan ayahandanya sudah dekat. Ia bergegas kembali ke Qadian. Ayahandanya tidak tampak sakit, tetapi beliau sedang berbaring di bed menderita disenteri ringan. Setelah bersama ayahanda beberapa jam ayahandanya menyuruh dia masuk kamar dan beristirahat lantaran baru saja datang dari jauh dan hari terasa sangat panas. Ahmad melaksanakannya. Di dalam kamarnya ia memperolah kasyaf bahwa ayahandanya akan wafat pada hari itu juga setelah matahari tenggelam. Berita itu menyebabkan dia sedemikian sedih sewajar instink (pembawaan alami) insaniah dan:

“Karena beberapa sumber penghasilan keluarga kami yang penting berkaitan dengan hidupnya – pensiun dan tunjangan hari tua – pikiran itu juga melintas dalam angan saya apa yang akan terjadi setelah wafat beliau. Muncul kebingungan dalam hati saya, barangkali inilah datangnya masa-masa kemiskinan dan penderitaan. Kegelisahan-kegelisahan itu melintas dalam angan saya laksana kilatan petir. Segera datang menyelubungi saya keadaan trance (semacam kantuk) dan saya memperoleh wahyu yang kedua, “Tidakkah Tuhan sepenuhnya mencukupi bagi hamba-Nya?” Firman Tuhan itu segera diikuti oleh suasana mental yang mengendor, seolah-olah suatu luka yang pedih tiba-tiba telah sembuh karena obat oles yang mujarab ... Saya mengerti bahwa Tuhan tidak akan membiarkan aku lenyap."

Pada malam setelah matahari tenggelam ayahandanya

Page 76: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

76

wafat. Berusia antara 80 – 85 tahun, dan, seperti yang ia kehendaki dimakamkan di pekarangan masjid itu. Ahmad menyuruh kata-kata dari wahyu itu dipahatkan pada batu semi mulia dan dibuat menjadi cincin berstempel. Ia kelak harus berbicara tentang hidup dan mati. "Siapa bilang hidup itu lama?" tanya dia. "Tidak ada musim untuk kematian, itu bisa merenggut kita kapan saja. Oleh karena itu kita, harus menghargai waktu untuk apa waktu yang kita punyai. Kita tidak akan memperolehnya lagi. Yang tinggal hanyalah kenangan."

153

waktunya, mantel suci itu berpindah ke tangan para keturunan Baba Nanak. Setelah penyelidikan pendahuluan oleh empat orang pengikutnya, Ahmad berangkat ke Dera Baba Nanak. Ahmad meminta agar mantel itu dilepas dari pembungkus-pembungkusnya. Si penjaga ragu-ragu. Ini suatu permintaan yang belum pernah dia alami sebelumnya. Ahmad mendesak, dia ingin melihat tulisan yang diberitakan dihiaskan pada mantel itu. Akhirnya si penjaga menyetujui, lalu menjemput anak kunci perak yang diperbolehkan untuk membuka mantel yang terbungkus. Mantel itu temyata dibungkus sekitar tiga ratus lembar kain pembungkus dari perak, katun dan wool yang bagus-bagus. Beberapa lembar di antaranya ada yang bertuliskan penjelasan tentang pend penyumbangnya. Itu semua dibuka pelahan-lahan, selembar demi selembar, sampai lebih dari sata jam kemudian mantel itu terentang di depan mereka. Sesuai dengan suka cita Ahmad, hiasan pada mantel itu berisi kata-kata yang dia harapkan. Ialah kata-kata inti keyakinan Islam: “Tak ada yang pantas disembah kecuali Tuhan dan Muhammad adalah Utusan Tuhan”. Beberapa ayat Al-Quran, termasuk Surat Al-Fatihah lengkap disulamkan pada mantel itu. Ada sketsa yang menunjukkan dimana tepatnya ayat-ayat itu ditempatkan. Beberapa waktu sesudah itu Ahmad menyelidiki peninggalan otentik Baba Nanak yang lain yang tersimpan di desa Gura Har Sahai di distrik Ferozepore. Sama, benda itu dibungkus dengan banyak lembaran kain sutera dan katun. Ketika lembaran-lembaran kain itu dibuka, benda itu ternyata Al-Quran edisi kecil yang diperuntukkan bagi para pelancong. Dirancang dapat disilangkan di atas bahu. Dalam bahasa Urdu dinamai Hima-il-Sharif. Penyelidikan Ahmad atas peninggalan-peninggalan itu bukan satusatunya alasan baginya untuk menyatakan dengan pasti bahwa Baba Nanak adalah seorang wali

Page 77: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

152

dongengan-dongengan yang diakui yang sekarang tercampur dengan catatan-catatan suci itu. Kata-kata Baba Nanak tetap benar, katanya. Adalah para penulis berikutnya yang telah memasukkan pikiran-pikirannya sendirl. Seperti inilah pandangan para pakar yang menulis tentang agama Sikh dalam Encyclopaedia Britannica dan menyatakan bahwa Baba Nanak adalah seorang Muslim, dan pemisahan kepercayaan Sikh dari agama Islam "begitu perlahan dan berkenaan dengan sebab-sebab politis sehingga pemisahan menjadi semakin mantap berbeda dari ajaran-ajaran pendiri aliran Sikh". Di bagian kedua dari bukunya, Ahmad menyimpulkan riset-riset yang telah dilakukannya dan aneka peninggalan Baba Nanak, sehingga ia menegaskan sesungguhriya Baba Nanak adalah seorang Muslim yang shalih. Yang terpenting ialah mantel (jubah) yang dikenal sebagai Chola Sahib yaitu jubah suci. Mantel itu milik satu keluarga Sikh yang tinggal di desa Dea Baba Nanak, distrik Gurdaspur. Mantel ini diyakini orang-orang Sikh sebagai mantel yang langsung diberikan Tuhan kepada Baba Nanak. Para pemimpin pengganti awal sampai yang kelima menyarungkan mantel itu pada kepala mereka agar mereka memperoleh kebijaksanaan dari itu. Upacara demikian berlangsung sampai jaman Ardan Das. Salah seorang pengikutnya diberi tugas mengerjakan suatu bangunan dekat Amritsar, dan Arjan Das puas dengan karya orang itu, sehingga ketika hadiah telah diberikan ia menawarkan apa saja yang dia inginkan selain hadiah itu, apa pun akan dipenuhi. Si pengikut itu, sedemikian berani, dia memohon untuk memiliki mantel suci, Chola Sahib, yang sedang dipakai Sang Guru melingkar di kepalanya. Arjan Das, karena dia telah menjawab tawaran dengan jawaban yang tulus, memberikan mantel suci itu kepada yang meminta. Pada

77

BAB 8

Harta Kebenaran

Wafat ayahnya memberi Ahmad dua peluang kebebasan yang longgar dan sekaligus sempit. Kakaknya, Mirza Ghulam Qadir, mengambil alih semua urusan kekayaan, sehingga Ahmad memperoleh kebebasan untuk menggunakan waktunya untuk studi (belajar). Meskipun pemasukan hasil-hasil sewa seharusnya dibagi dua, tetapi kakandanyalah yang memegang penuh keuangan. Ketika Ahmad minta uang untuk berlangganan suratkabar dijawab mereka tidak bisa menyediakannya. Kakaknya banyak mirip dengan ayahanda, sikapnya terhadap cara hidup Ahmad dan selalu mendesak dia untuk mendapat suatu kedudukan yang dapat menunjang hidupnya dengan gaji yang memadai. Hanya bedanya, kalau pernyataan-pernyataan ayahanda disertai dengan sapaan yang lembut, tidak demikian halnya dengan kakaknya. Isteri kakaknya bertentangan total terhadap Ahmad, dan selama kakaknya setiap kali selalu di luar rumah selama tujuh sampai sepuluh hari, maka sang isterilah yang mengendalikan rumah tangga. Porsi Ahmad kini hanyalah sekedar sisa dari meja yang telah disantap orang-orang. Ahmad menuturkan hal ini dalam kata-kata, "Ada masa ketika jatah hidup saya hanyalah sisa-sisa hidangan meja orang-orang lain." Ahmad selama tujuh tahun terus-menerus menderita pelecehan ini. Bagaimanapun ia bisa bertahan hidup dan dapat mengerahkan seluruh waktunya untuk menyelesaikan karya tulisnya Baraheen-Ahmadiyya. la tidak punya dana untuk membiayai penerbitannya – penerbit komersial tidak ada di masa itu di India – tetapi suatu seruan untuk bantuan finansial telah menjamin cukup untuk membiayai

Page 78: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

78

pencetakan dua bagian yang pertama. Terbitan itu muncul pada tahun 1880. Tanggapannya cukup mencuat. Buku ini berisi 300 argumen tentang kebenaran Islam. Ayat-ayat, yang dikutip pada tempat-tempat yang sesuai, berjumlah sekitar dua pertiga dari Al-Quran. Seorang pengamat, yang diketahul seorang teman Ahmad mengatakan:

"Buku ini menyadarkan orang-orang yang kafir, membangkitkan orang-orang yang tak acuh, menguatkan dasar-dasar ajaran pokok Islam dan menghapuskan keraguan-keraguan yang ditiupkan para penentang Islam."

Para sarjana dari semua aliran Islam sangat bersemangat menyambut [buku Baraheen-i-Ahmadiyya]. Muhammad Hussain, temannya yang tinggal di Batala, menulis sebuah tinjauan setebal dua ratus halaman:

"Dalam pandangan kita, sejauh terpikir di abad ini dan kondisi kini, ini sebuah kitab yang kitab semutu ini belum pernah diterbitkan sampai hari ini, entah nanti di masa akan datang. Pengarangnya membuktikan dirinya sedemikian konsisten dalam pengkhidmatannya terhadap Islam dengan pena, uang dan lisannya, yang sedikit sekali contoh semacam ini ditemukan di kalangan orang-orang Muslim. Pengarang Baraheen Ahmadiyya -- seperti telaah baik kawan maupun lawan -- mengatur hidupnya sesuai dengan hukum Islam dan seorang yang shalih serta persona (pribadi) yang jujur. Adalah sudah menjadi pengertian umum bahwa bisikan-bisikan setan adalah palsu, tetapi tidak satu pun wahyu-wahyu yang diterima oleh penulis Baraheen Ahmadiyya terbukti palsu sampai hari ini ... Dapatkah seorang Muslim pengikut Al-Quran percaya bahwa setan dapat diberi ilmu, seperti halnya para Nabi dan Malaikat, tentang masalah-masalah ghaib, sehingga tidak satu pun dari paparan-

151

kesalahan, maka harus diberi koreksi – tetapi bukan untuk menyenangkan orang-orang Muslim, Hindu Sikh, atau agama-agama lain”. Sebagaimana ia telah mempertahankan Islam ketika sekte Arya Samaj menyerang pribadi Muhammad, Ahmad juga mempertahankan nama baik Baba Nanak, pendiri agama Sikh, ketika tokoh ini diserang oleh pimpinan sekte Arya Samaj. “Baba Nanak adalah seorang yang tak berilmu!”, kata pimpinan Arya Samaj dalam buku baru yang mereka terbitkan. “Ia tidak mengenal bahasa Sanskrit, ia tampil seolah seorang terpelajar karena kesombongan dan hanyalah setelah kematiannya para pengikutnya mulai mempropagandakan agar orang-orang menganggap dia seorang wali”. Ahmad telah mempelajari Grantha Sahib, catatan-catatan suci kaum Sikh, seperti halnya dia telah mempelajari Kitab-kitab Weda agama Hindu dan Bibel Kitab suci orang Kristen, dan dia bangkit membela Baba Nanak yang ia katakan adalah seorang dari antara para wali Tuhan. Baba Nanak lahir dekat Lahore pada tahun 1469 dalam keluarga Hindu, tetapi pada awal hidupnya ia menyadari ke-Esa-an Tuhan dan sangat berbeda dari politeisme Hindu maupun dengan kesekutuan seseorang atau suatu benda dengan Tuhan. Pemikirannya itu bersesuaian dengan akidah-akidah Islam, dan berlawanan dengan banyaknya tuhan dalam kepercayaan Hindu dan Trinitas orang-orang Kristen. Baba Nanak berkelana jauh, dipercayai orang bahwa dia telah berkunjung ke Mekab dan Madinah, tanah air Muhammad. Wafat pada tahun 1539. Ahmad membantah tuduhan-tuduhan yang dialamatkan kepada Baba Nanak dalam sebuah buku berjudul Sat Bachan. Ada kontradiksi-kontradiksi dalam kitab Grantha Sahib, dan Ahmad memisahkan kenyataan sejarah dari

Page 79: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

150

kekisruhan tanpa alasan. Tidakkah Muslim menyadari bagaimana beruntung mereka hidup di bawah pemerintahan Inggris, begitu pertanyaannya berulang kali. Jika bangsa Inggris pergi, itu bukan berarti mereka harus hidup dibawah pemerintahan Muslim. Mungkin Sikh mungkin Hindu. Masih banyak orang-orang yang ingat bagaimana kekejaman yang mereka alami ketika kaum Sikh mengambil alih dan menguasai Punjab. Kesengsaraan itu berakhir ketika bangsa Inggris datang. Kini semua orang dapat menjaiani hidup beragama mereka dengan bebas tanpa ketakutan. Dan undang-undang mereka melarang menghina agama-agama lain. Penghinaan akan menimbulkan kerusuhan dan itu berarti penyerangan. Pujian Ahmad akan keberuntungan-keberuntungan adanya pemerintahan bangsa Inggris berakibat tuduhan yang menuding-nuding dia telah dibayar oleh pemerintah Inggris. Tuduhan-tuduhan itu terutama dimunculkan di abad ke-20. Inilah satu kegagalan utama di pihak para pencatat sejarah dan biografi dalam menilai situasi kondisi abad 19 dengan standard situasi kondisi abad 20. Pada masa itu belum ada tuntutan untuk berpemerintahan sendiri. Tentu saja perasaan itu ada, tetapi sekadar sebagai gambaran kemungkinan masa depan. Di jaman itu, bagi sebagian besar penduduk, masalah utama 'alah ketersediaan makanan cukup. Sebagaimakan pada lazimnya, pemerintah Inggris punya kemampuan untuk meninggalkan tata praja dalam bentuk kesatuan yang sedang berlangsung, yang berbeda dengan struktur biasaan mereka dulu, yaitu dengan penguasa para pangeran, raja-raja, atau para maharaja. Islam bukanlah gerakan politik, begitu penegasan Ahmad. “Kalau sebuah pemerintahan bagus dan memberi jaminan kebebasan beragama bagi Muslim, maka kita wajib membantunya. Kalau pemerintahan melakukan kesalahan-

79

paparannya tentang masalah ghaib cela dari kebenaran?"

Ia menyimpulkan dengan himbauan begini: "Kesempurnaan buku ini dan keuntungannya bagi Islam akan dikenal oleh mereka yang membaca dengan hati terbuka ... Oleh karena itu, dengan mengikuti prinsip buah dari kebajikan adalah kebajikan, kami menganggap penting menolong penerbitan buku ini dengan sumbangan-sumbangan yang merintis ke arah pencetakannya, adalah kewajiban yang mesti dipikul oleh seluruh masyarakat Muslim. Pengarang Barahin Ahmadiyyah -- dengan menulis buku ini -- telah menjaga kehormatan kaum Muslim dan telah menantang penentang-penentang Islam dengan lantang dan dahsyat. Ia telah mengumumkan kepada seluruh dunia kalau ada orang yang meragukan kebenaran Islam, baiklah ia datang padanya dan sebaiknya ia menyaksikan bukti-bukti intelektual dan spiritual yang didasarkan Al-Quran dan penjabaran yang menakjubkan dari kenabian Muhammad (saw. pent.) sebagai peneguh kebenaran Islam."

Seorang tokoh Muslim yang lain menulis: “Islam sedang diserang dari segala jurusan. Atheisme sedang berkembang dan penolakan agama sedang meningkat. Orang-orang [Hindu] Brahma Samaj sedang berusaha sekuat-kuatnya meneguhkan superioritas keyakinan-keyakinan mereka di atas Islam melalui kupasan-kupasan filosofis mereka. Saudara-saudara kita Kristen sedang mengerahkan usaha-usaha mereka untuk melenyapkan Islam. Mereka menyadari, sepanjang matahari Islam terus memancarkan cahayanya atas dunia, segala usaha dari pihak Kristen akan menjadi sia-sia dan Trinitas tidak akan dapat ditegakkan. Pendek kata, pemeluk dari semua agama ingin memadamkan cahaya Islam.

Page 80: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

80

Sudah sekian lama kami menginginkan dari tokoh-tokoh Muslim ada kiranya satu orang yang diihami oleh Tuhan untuk tegak menolong dan mempertahankan keyakinan agama, yang menulis sebuah buku yang sesuai dengan tuntutan jaman, dan yang memulal, dengan dasar penalaran dan argumen-argumen spiritual, membuktikan bahwa Quran Suci adalah Firman Ilahi dan Nabi Suci adalah Utusan Tuhan yang benar. Kami benar-benar bersyukur kepada Tuhan bahwa kerinduan kami itu akhimya telah terpenuhl. Inilah buku itu, yang penulisannya telah sekian lama kami nanti-nantikan. Judulnya Barahin Ahmadiyyah dan penullsnya telah memaparkan di dalamnya memuat 300 argumen yang tegas tentang kebenaran Qur'an Suci dan kenabian Muhammad (saw.pen.)... Pengarang buku ini adalah seorang yang terbaik dari antara para jamhur, yang menjadi kebanggaan Muslim India, yang diridhai Tuhan Yang Maha Kuasa ... Tuhan Maha Terpuji! Alangkah mengherankannya kompilasi (penghimpunan) ini, yang setiap patah katanya membuktikan kebenaran Islam dan mempertontonkan kebenaran AI-Quran dan kenabian Muhammad. Penentang-penentang Islam disuguhi argumen-argumen yang terang dan tegas. Setiap pernyataan rasional dan disertai dengan argumen yang cemerlang dengan citra yang sedemikian positif, sehingga tak seorang mampu mempertanyakannya dan semua orang akan tertunduk karenanya, asalkan mereka menelitinya dengan adil dan hati yang terbuka. Pengarang telah membukakan kebenaran Islam dengan argumenargumen yang sedemikian positif, sehingga setiap orang yang adil akan menerima bahwa Al-Quran adalah Kitab Tuhan, bahwa Kenabian Nabi Suci adalah benar semata, bahwa Islam adalah agama yang didirikan oleh Tuhan.

149

BAB 18

Pengungkapan Tentang Agama Sikh

Telaah Ahmad menelusuri agama-agama lain telah menyadarkan dia bahwa kecaman pahit yang tertuju kepada agama-agama lain sama sekail tidak meningkatkan pengetahuan agama, demikian juga kecil manfaatnya bagi kesejahteraan manusia. Catatan yang menyakitkan hati lebih membuatnya parah lagi. Para Nabi telah hadir dalam wujud-wujud tersamar di banyak negerl kepada banyak bangsa, tetapi tujuan utama mereka lalah penyelamatan manusia. Oleh karena itu penghargaan pantas bagi mereka semua. Tetapi penghormatan itu tidak berarti mengecilkan kebenaran pasti agama Islam dan tugas pembebasan seperti dinyatakan oleh Muhammad. Islam melebihi semua agama itu. Penghormatan atas agama-agama lain dan penyiaran agama secara damai barangkali adalah yang terbaik dipertontonkan oleh Ahmad seperti yang dia utarakan terus-menerus bahwa perang suci (jihad) secara Al-Quran bukanlah perang militer yang akan menyadarkan manusia dengan kesakitan dan kematian, justru Islam adalah satu-satunya jalan kepada pengampunan, Keyakinan seperti itu, kata Ahmad, sama berlawanan dengan firman Tuhan dalam Al-Quran. Di mana pun dalam Al-Quran tidak didapati Tuhan memberi ijin menyuruh orang masuk Islam terkecuali dengan persuasi, himbauan damai. Segala bangsa, nanti pada akhirnya akan menerima Islam. Tetapi hal demikian terjadi karena kemauan mereka sendiri, tidak karena dipaksa. Bicara tentang perang suci tidak sekadar palsu, itu sangat berbahaya, kata Ahmad. Mempermasalahkan perang suci dengan tujuan mengusir bangsa Inggris keluar dari India hanya akan menambah

Page 81: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

148

tetapi kami berkeberatan atas alur logika dalam propaganda-propaganda yang digunakan dalam diskusi agama. Sekiranya semua Muslim telah membenarkan pengakuan-pengakuan Mirza, akankah Yang Mulia Pendeta petinggi Lahore akan mengubah pandangannya tentang misi dia ? Keyakinan-keyakinan agama di negeri ini dalam keadaan gamang akhir-akhir ini. Menjadi perlu bagi mereka yang sangat ingin mengetahui kejelasan yang pasti tentang kebenaran, untuk tidak sekadar menggunakan argumen-argumen dari perangai yang tidak benar-benar tulus."

Umpatan yang mengutuk sikap Uskup Lahore sampai sejauh itu tidak mungkin dilebihkan lagi. Adapun lima topik yang diusulkan untuk acara debat ialah:

• Yang mana dari antara dua Nabi -- Yesus dan Muhammad -- dapat diteropong dengan kitab suci masing-masing dan dengan alasan-alasan lain, yang tidak punya dosa secara sempurna?

• Nabi mana, dengan kriteria yang sama, yang layak menyandang sebutan sebagai "Nabi yang Hidup" dan memiliki Kuasa Ilahiah?

• Nabi mana, dengan kriteria yang sama, yang dapat dipertimbangkan layak disebut sebagai perantara kepada Tuhan?

• Yang mana dari dua agama itu yang dapat disebut Agama yang Hidup?

• Mana dari dua ajaran itu yang ditetapkan oleh Al-Quran Suci dan Bibel Suci, Ke-Esa-an ataukah Trinitas, yang lebih sempuma dan alamiah?

81

Sedemikian berlimpah-limpahnya bukti-bukti sehingga tidak ada ruang untuk menghindar dan tidak ada cara untuk tangkisan yang tersisa bagi penentang. Setiap argumen jelas. Setiap bukti cerdas benderang. Buku ini adalah cermin agama dan penuh dengan Al-Quran sampai ketepiannya. Ia menuju ke jalan lurus. Menjadi obor yang menyinari jalan yang sebenarnya. Perbendaharaan yang penuh kebenaran. Menjadi tambang petunjuk. Ia menjadi kilat yang menyambar gudang perbekalan musuh dan membakar habis semua alasannya. Bagi kaum Muslimin buku ini menjadi peneguh kuat bagi Kitab Suci dan menjadi bukti yang benderang bagi Induknya Kitab. Ia telah menggoyahkan dan menggelisahkan setiap musuh agama.

Kaum Muslimin bangga dengan keunggulan Islam, tetapi banyak orang Hindu dan Kristen meyakini agama mereka sedang dijatuhkan. Sebuah koran Hindu betakangan menulis:

"Kemampuan wacananya benar-benar diakui. Ia telah menulis banyak buku dan semuanya jitu."

Tetapi pada situasi seperti itu Pandit Lekh Ram, dari sekte Hindu Arya Samaj, menyerang balik dengan sebuah buku berjudul Penolakan untuk Barahin Ahmadiyyah. Ia meninggal secara tragic beberapa tahun kemudian selagi Ahmad masih hidup.

Page 82: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

82

BAB 9

Wahyu-wahyu tentang Masa Depan

Perkawinan Ahmad dengan Hurmat Bibi tidak pernah rujuk lagi. Kakaknya dan isterinya – masih belum berputera – kini memelihara dua anak laki-laki Ahmad sebagai anak sendiri. Ketika Ahmad kembali dari Sialkot ia balik ke kamar tunggal yang lama, di rumah bagian ruang untuk laki-laki. Selama 26 tahun ia hidup menduda. Pada tahun 1881, betapapun, ketika ia berusia 46 tahun, ia menerima sebuah wahyu, bahwa beberapa waktu lagi di masa yang akan datang, ia akan kembali menjadi seorang ayah. Ia telah mulai memperoleh wahyu-wahyu beberapa saat sebelum ayahandanya wafat. "Kami memberi engkau kabar suka tentang seorang anak lelaki," begitu bunyi wahyu itu. Beberapa bulan kemudia ia menerima wahyu lain, "Bersyukurlah karena karunia-Ku ialah engkau memperoleh Khadijah-Ku". Khadijah adalah isteri pertama Muhammad (saw. pent.) dan karena itu Ahmad meyakini bahwa Tuhan menghendaki dia nikah lagi. Belakangan ia menerima wahyu lain, "Segala puji semata milik Tuhan yang telah menganugerahkan kepada engkau satu keluarga terhormat melalui perkawinan dan keturunan yang terhormat." November tanggal 17, 1884 ia menikah dengan Nusrat Jahan Begum2. Ayahnya -- yang telah mengenal Ahmad selama bertahun-tahun -- tidak meyakini sepenuhnya bahwa perkawinan itu akan sukses. Ada beda umur yang jauh. Reputasinya yang tidak hirau sama sekali akan uang dapat dimengerti, hal itu bukanlah sebuah aset yang prospektif di mats ayah mertuanya. Tetapi ternyata itu satu

2 Nama dia itu dalam bahasa Indonesia berarti "seorang perempuan yang menolong seluruh dunia".

147

suratkabar dan jurnal-jurnal ke seluruh India, telah membangkitkan minat meski bagi mereka yang tidak ada perhatian kepada agama, dan penolakan Uskup mengipasi kontroversi itu. Suratkabar Indian Spectator menulis:

“Uskup Lahore rupanya harus berhenti dari tugasnya lebih dini daripada harga dirinya karena satu tantangan yang ia sendiri telah lontarkan. 'Yang Mulia ketika itu telah melangkah mundur dari kewajiban membuktikan kepada pendengar Muslim bahwa Kristus adalah A]-Masih yang sebenarnya, sehingga tantangan demikian mestinya serta merta disanggupinya .... Yang Mulia telah bicara tentang Mirza Ghulam Ahmad sebagai menggelar suatu celaan dan penghinaan yang keji bagi Kristus dengan mempertaruhkan menyebut dirinya sendiri Al-Masih. Orang-orang Yahudi 2000 tahun yang lalu menyalibkan Kristus dengan alasan yang sama. Mereka merasa didirendahkan karena dia mempertaruhkan dirinya dengan menyebut diri sendiri Al-Masih. Yang lebih aneh lagi, bahwa Uskup telah mengemukakan kenyataan bahwa pernyataan-pernyataan Mirza Ahmad telah dicemoohkan dan dikutuk oleh sebagian besar Muslim Punjab, sebuah kesimpulan yang meyakinkan akan kepalsuan klaim-klaimnya (pendakwaannya) itu. Ketika Pilatus bertanya kepada massa orang-orang Yahudi, siapa yang mereka pilih untuk dibebaskan pada hari Pembebasan – Kristus ataukah Barrabas? – mereka serentak memilih si pencuri yang tak menyesali diri. Apakah itu tidak membuktikan bahwa klaim (pendakwaan) Kristus akan ke-Masih-annya juga tak berdasar? "Kami tidak termasuk pengikut Mirza Ahmad dan tidak ada maksud untuk mengunggulkan klaim-klaimnya (pendakwaannya) seperti halnya klaim-klaim Kristus,

Page 83: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

146

menyisihkan lima hari saja sebagaimana waktu yang diusulkan untuk acara perdebatan itu? ini bukanlah pertanyaan yang sok pintar kalau dimunculkan. itu membuat Uskup ternoda. Alasan banyaknya tugas-tugas administratif, sangat tidak meyakinkan Para penandatangan Muslim menambahkan hal-hal itu ketika mereka memberitahu Ahmad, bahwa Uskup tidak dapat bertatap muka dengan dia secara bersahabat, Ahmad menjawab:

"Saya tidak memandang siapapun sebagai musuh saya. Saya tidak membenci orang perorang, tetapi yang saya bend ialah keyakinan palsu yang telah mereka senangi. Adapun tentang perseorangan, perasaan saya terhadap mereka penuh dengan simpati dan harapan-harapan yang bagus. Bagaimana saya bisa memperlakukan seseorang sebagai musuh -- seseorang yang dihormati di lingkungan sesame agamanaya -- lebih-lebih lagi ia dimuliakan karena jabatan dan ilmunva? Saya mencintai dia meskipun sdaya tidak menyukai ajaran-ajarannya .... Tidak seorang juga bisa berbuat kebajikan terhadap orang yang ia anggap sebagai musuh, tetapi saya mengatakan dengan sesungguhnya, bahwa sekiranya ada keberuntungan yang menawarkan dirinya kepada saya dengan disertai kekuasaan dipegangkan pada tangan saya untuk berbuat yang baik maupun yang buruk terhadapnya maka saya akan berbuat yang sebaik-baiknya terhadapnya sedemikian rupa sehingga akan mencengangkan dunia. Kekuatan untuk mengajak manusia kepada keshalihan dan hasrat yang penuh damba untuk transfomasi ke arah kemajuan tumbuh dalam cinta yang sejati. Permusuhan hanya mengerdilkan kearifan dan membinasakan simpati.”

Surat-menyurat yang telah dipublikasikan di berbagai

83

perkawinan yang berlangsung panjang, bahagia dan berbuah banyak. Ia melahirkan baginya empat putera dan dua puteri. Sahabat-sahabatnya gelisah ketika pertama kali ia mengumumkan sedang memusatkan perhatiannya untuk pernikahan yang kedua, karena kesehatannya tidak bagus – la menderita diabet dan migrain dan baru saja ia sembuh dari sakit yang diperkirakan tbc.. Ahmad sendiri juga menyadari kesukaran-kesukaran pernikahan kedua yang mungkin akan beruntut. Ia di belakang hari menulis:

"Sehubungan dengan kehidupan pensiun yang aku jalani, hatiku menciut karena harus menanggung beban hidup berkeluarga. Dalam kondisi merana seperti itu aku menerima wahyu: "Aku akan mencukupi segala yang mungkin diperlukan untuk keperluan perkawinan engkau". Tuhan sedemikian memberkati saya sehingga saya menyadari bahwa Dia telah menganugerahi saya kesehatan dan kekuatan penuh seperti dinikmati oleh seseorang yang normal kesehatannya ... sekiranya saya tidak takut bahwa saya akan dicurigal sebagal berlebih-lebihan, maka saya dapat mengungkapkan secara rinci perubahan ajaib yang terjadi atas diri saya, sehingga akan diketahui tanda-tanda dari Kekuasaan Tuhan yang ditampakkan dalam segala hal dan bentuknya, yang diistimewakan bagi para hamba-Nya yang Dia perkenankan."

Isteri baru Ahmad sangat berkeinginan untuk menyenangkan, dan ketika ia tahu bahwa suaminya sangat menggemari semacam puding dari beras, dibuat dengan gula kasar yang kental berbentuk tetes, maka ia, memutuskan untuk membuat kejutan baginya. Karena tidak punya resep ia menggunakan sedikitnya empat kali berat gula, ukuran semestinya, yang hasilnya lebih menyerupai jelly dari pada puding beras.

Page 84: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

84

Ia membayangkan akibat yang mengerikan ketika Ahmad tiba, kisahnya. Ia memandang isterinya dan ia tahu isterinya sedang kebingungan. Kemudian ia berkata bahwa ia menyukai puding beras yang dimasak dengan banyak gula dan memakannya yang tampak seolah menyukainya. "Beliau terus saja berbicara kepadaku sehingga kesedihan dan kegalauan lenyap," ceritanya. Ia harus menghargai tidak hanya cintanya tetapi teladan hikayatnya tahun-tahun berjalan dan kerap mengulangi nasihat Muhammad (saw. pent.), "Yang paling baik dari antara kalian ialah yang paling balk perilakunya terhadap isterinya". Ada banyak kenangan tentang pernikahan mereka yang sempurna ideal . Adik lelaki si isteri menceritakan dari sejak masa anak-anak ia tidak pernah dapat mengingat Ahmad bercakap-cakap kasar terhadap isterinya. Ia seialu menyapa dia dengan bahasa Urdu yang paling sopan, sedang terhadap anak-anak mereka ia bicara dengan dialek Punjabi. Wahyu yang memerintahkan ia harus nikah lagi datang pada tahun 1881, dan hal itu belum terlaksana sampai tahun 1884. Di pertengahannya turun wahyu bahwa dia adalah Pembaharu (Mujaddid) zaman itu. Ini suatu sebutan yang kebanyakan kaum Muslimin telah menerimanya. Berikut ini bagaimana ia menjelaskan wahyu yang dia katakan memberitahu tentang tugasnya di masa depan:

"Suatu malam saya sedang sibuk menulis, ketika rasa kantuk menguasai diri saya dan saya berangkat tidur. Pada waktu ltu saya melihat Nabi Suci Muhammad. Wajahnya berkilau laksana bulan purnama. Beliau mendekati saya dan seolah beliau berhasarat memeluk diri saya. Saya menyaksikan berkas-berkas cahaya memancar dari beliau dan merasuk ke dalam diri saya. Saya dapat melihat berkas-berkas cahaya itu persis sama dengan

145

hasil yang diharapkan ialah penerimaan agama yang pernyataan-pernyataannya tampak terbagus diperagakan oleh salah satu dari para pembicaranya. Ia mengakhiri suratnya dengan mengatakan bahwa ia tidak bisa menyisihkan waktu untuk debat publik. Sebagal seorang Uskup waktunya tersita dengan tugas-tugas administratif. Uskup tersebut telah berlaku tidak jujur kepada diri sendiri dalam jawabannya, sebagaimana ia sendirilah yang telah berinisiatif mengadakan debat publik dengan mengundang orang-orang Muslim mendatangi ceramahnya, untuk mendiskusikan komentar-komentarnya. Dan ia telah mengumumkan undangan-undangannya dengan tema yang telah ia pilih, ketika orang-orang Muslim menunjukkan kesiapan mereka untuk menjawab penolakannya.

"Inisiatif tuan ketika mengundang orang-orang Muslim untuk membuktikan bahwa Nabi mereka (Muhmmad saw. – pent.) tidak berdosa kalau dibanding dengan kehidupan Yesus Kristus, adalah semacam kontroversi -- dimana satu pihak sangat tidak siap dan tidak terwakili - itulah yang lebih jauh mempengaruhi orang-orang Muslim melawarkan kepada Tuan yang mulia satu kesempatan diskusi dimana kebaikan-kebaikan kedua agama dengan masing-masing pendirinya dapat diuji secara proporsionai dan obyektif Untuk menguji dengan jujur tentang posisi dan telenta tuan, seorang lawan telah disediakan, yang orangnya tidak dari martabat sembarangan….. ... Dengan dua persona (pribadi) yang sudah menokoh dan dikenal luas sebagai pakar-pakar puncak dari d besar dunia ini, maka publik (masyarakat) tidak akan dibiarkan terus-menerus dalam kegelapan atas satu masalah yang menjadi pertanyaan besar dari abad ke abad."

Sibuk karena Jabatan Tingginya, tidakkah beliau bisa

Page 85: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

144

selalu amat mengidam-idamkan diadakannya satu telaah, satu kajian yang mengungkap jasa-jasa kebaikan, nilai-nilai dan kesempurnaan-kesempurnaa komparatif dari agama Kristen clan Islam." “Mereka telah mendengarkan ceramah Tuan Uskup” -- surat itu berlanjut -- “dan kami semua sependapat bahwa di antara orang-orang Kristen di negeri ini, tuan tak tertandingi dalam ilmu agama. Telah kami temukan bahwa tidak ada orang lain yang terbaik menyuguhkan agama Kristen daripada tuan sendiri karena pengetahuan tuan yang luas dan praktis, pengenalan tuan akan bahasa Arab, Persia dan Urdu serta perilaku yang ramah dan tertib."

Untuk itu mereka mengusulkan diadakannya dialog (debat publik) antara Uskup dan Ahmad tentang lima buah pokok bahasan. Tetapi Uskup Lahore itu tidak terperangkap oleh pujian-pujian dan sanjungan-sanjungan seperti itu:

“Saya menolak berjumpa dengan Mirza Ghulam Ahmad dalam pertemuan yang bersahabat sebagaimana akan dilaksanakan dalam diskusi yang ands sarankan" -- ia menjawab. “Dengan menyebut dirinya Al-Masih Yang Dijanjikan, Ahmad telah mengambil nama yang kami orang Kristen sangat memuliakannya, maka itu merupakan "suatu ejekan dan penghinaan yang paling keji bagi Dia Yang paling saya muliakan sebagai Tuhan dan Penguasa. Bagaimana mungkin saya harus menemui dia dalam pertemuan yang bersahabat?"

Surat jawabannya sama seperti himbauan undangannya, panjang dan dengan pillihan kata-kata yang sangat berhati-hati. Ia katakan, ia tidak yakin bahwa kelebihan suatu agama dan agama yang lain dapat diselesaikan dengan argumen intelektual. Ia lebih senang mempelajari tulisan-tulisan yang akan memberi dia pengertian yang lebih terang tentang ajaran Islam, tetapi adalah berbeda dari ikut serta dalam debat publik dimana

85

seperti melihat cahaya yang biasa, dan saya merasa bahwa saya sedang melihat berkas-berkas itu dengan mata batin saya, tetapi dengan mata jasmani juga. Setelah Nabi Suci memeluk diri saya, saya tidak bisa mengatakan apakah Nabi Suci telah melepaskan diri saya setelah pelukan itu atau tidak. Kemudian pintu-pintu wahyu dibukakan untuk saya dan Tuhan saya berfirman kepada saya, “Ya Ahmad, Tuhan telah memberkati engkau. Serangan yang telah engkau lancarkan terhadap musuh bukanlah engkau yang melaksanakan tetapi oleh Tuhan. Tuhan telah menganugerahi engkau ilmu tentang Al-Quran Suci agar engkau memberi ingat kepada orang-orang yang bapak-bapak mereka belum pernah diingatkan, dan agar jalan mereka yang ingkar menjadi jelas dan nyata”. "Katakan kepada orang-orang bahwa engkau telah dipanggil kepada misi Ilahiyah dan bahwa diri engkau sendirilah yang pertama-tama harus mengimani misi itu."

"Serangan" yang dimaksud tentulah penerbitan Barahin Ahmadiyyah serta penyangkalannya terhadap agama-agama lain.

Page 86: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

86

BAB 10

Empatpuluh Hari Menyendiri

Ahmad berlanjut terus menerima wahyu-wahyu berikutnya dari Tuhan, katanya, dan pada tahun 1883, satu tahun setelah penerbitan Baraheen Ahmadiyya, Tuhan memberi tahu dia bahwa dia sekarang dibangkitkan di antara manusia dengan kedudukan Yesus (Isa a.s. pent.). Berikut penuturan Ahmad mengungkapkan wahyu itu:

"Penulis ini telah diberi ilmu pengetahuan bahwa ia adalah Mujaddid (Pembaharu) era kini, dan secara ruhani pangkat dan sifat-sifatnya menyerupai pangkat dan sifat-sifat Masih putera Maryam, kami berdua dekat dan sedemikian serupa antara yang satu dengan yang lain. Berkat dari ketaatan saya terhadap Nabi Suci Muhammad (saw. pent), sebagai contoh sifat-sifat semua Nabi, kepada saya telah dianugerahkan kekhususan dalam hal tingkat dan kedudukan yang lebih dari kebanyakan manusia unggul sebelumnya. Berjalan pads jalanku kini akan menjadi sumber keberkatan, sedangkan kebalikan dengan Itu akan menjadi sumber kekecewaan dan kesengsaraan."

Kini Ahmad sedang menunggu wahyu-wahyu berikutnya. la menyadari ia memerlukan petunjuk lebih lanjut dan memastikan diri untuk menjalani khalwat, sebagaimana dikenal dalam Islam, selama empatpuluh hari bersunyi diri, dzikir dan kontemplasi, disitu ditingkatkan perhubungan dengan Tuhan. Masa 40 hari telah dikenali di antara orang-prang suci dari abad ke abad. Musa (a.s. pent.) telah menyendiri di gunung selama 40 hari 40 malam. Yesus berada di gurun selama 40 hari 40 malam. Tak terhitung para wali Allah lain yang telah mencarl petunjuk sepanjang sekian waktu itu dengan doa dan kontemplasi.

143

Kristen -- kata Ahmad -- disertai dengan pengakuan-pengakuan ketuhanan. Tetapi menurut Islam tidak ada dosa yang lebih besar dari pada penyembahan berhala dan pernyataan diri sendiri sebagai Tuhan. Tidak punya dosa adalah kebajikan pasif yang masih negatif. Menjauhi keburukan bukan merupakan prestasi yang besar. Berbuat kebajikan baru layak beroleh penghargaan, ada nilai, ada kreditnya, demikian pernyataannya. Pokok pembicaraan akan punya nilai layak yang lebih, umpamanya "Nabi yang Ideal" begitu sarannya. Beberapa bulan berikut, sebuah surat terbuka yang ditandatangani oleh sejumlah besar Muslim dari berbagai penjuru Punjab dikirimkan kepada Uskup Lahore itu. Surat ini juga dikirimkan kepada semua surat kabar. Surat tadi dalam bahasa Inggris, diungkapkan dengan amat sopan dan fasih, dengan sentuhan rasa bahasa ke-Timur-an:

“Selagi hidup dunia kita yang sementara ini akan segera berlalu, layaknya awan musim panas, dan waktu kian mendekat serta segera ditinggalkan untuk masuk alam yang abadi ... adalah menjadi kepedulian kita yang terdalam bahwa wisata hidup kita ini seyogianya semakin mendekat kepada keshalehan dan keberkatan samawi, dan agar nafas-nafas kita yang terakhir sebagai penyandang utama misi agama akan menunjukkan jalan kepada Kehendak Tuhan. Maka apabila kami ini tidak berada di jalan yang benar, seyogyanya kami siap, jiwa dan raga, lahir batin, untuk meninggalkan eyakinan itu, dengan syarat diungkap sejelas-jelasnya kepada kami dengan argumen-argumen yang bendenrang dan kokoh. Apabila ada seseorang yang mampu mengerahkan keberaniannya untuk tampil dan membuktikan kepada kami kebenaran agama Kristen, ia boleh membebankan di atas pundak kami kewajiban-kewajiban yang paling berat. Adalah hasrat kami yang paling dalam dan kami

Page 87: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

142

BAB 17

Uskup Mengundurkan Diri

Missionary Kristen sekali lagi diberi tahu untuk tidak terlibat dalam perdebatan degan Ahmad. Dia itu ilmunya terlalu luas tentang semua agama kalau berhadapan dengan missionaries Eropa yang berkeyakinan bahwa agama Kristen pasti benar. Sebuah contoh tentang keyakinan sepenuhnya akan superioritas Kristen harus terjadi beberapa tahun kemudian, ketika Pendeta G. A. Lefroy, Uskup Lahore, memberikan ceramah umum. Temanya "Nabi yang Tak berdosa", dan ia menyatakan bahwa Yesus itulah satu-satunya nabi yang tak berdosa. Ketika ceramahnya selesai, ia menanya apakah ada hadirin Muslim yang ingin mengajukan pendapat? Ada seorang. Ia minta perhatian kepada Uskup tentang kata-kata Yesus, "Mengapa kalian mengatakan aku baik? Tiada yang baik kecuali satu, yaitu Tuhan". (Matius, 19:17). Ahmad, ketika mendengar komentar Uskup, bermaksud memberikan jawaban. Konsepsi tentang dosa dalam beragam agama sangat berbeda, ia kemukakan, diskusi seperti itu tidak banyak bermanfaat. Misalnya, minum alkohol itu dosa pada satu agama dan menjadi [bagian dari] ritual pada agama yang lain. Pada beberapa agama adalah zina memandangi perempuan dengan berahi. Di lain agama, perbuatan sexual niyog3 dianggap sebagal kepentingan sosial dan agama. Membunuh kutu atau cacing dianggap suatu dosa bagi beberapa lainnya, sedang beberapa agama yang lain memperlakukan sapi dan domba tidak lebih utama dari pada sayur-mayur. Yesus ditonjolkan tidak punya dosa oleh orang-orang

3 Menyuruh istri sendiri untuk bergaul dengan lelaki lain agar memperoleh anak lelaki – pent.

87

Meskipun demikian demikian, Ahmad belum tahu dimana ia harus melaksanakan khalwat, dan belum sampal Januari 1886, Tuhan memberi tahu dia agar pergi ke sebuah kota kecil Hoshiarpur. Seorang penduduk kota itu, ketika mendengar Ahmad ingin datang ke sana, mempersilakan dia menempati rumah kecil bertingkat dua pada pinggiran kota itu. Ahmad menerimanya, dan pada akhir Januari 1886 pergi ke Hoshiarpur berkendaraan sebuah delman yang ditarik sapi jantan. Tiga sahabat telah minta diperbolehkan menyertainya, menemaninya. Ketika mereka menyeberangi sungai Beas dalam sebuah perahu yang kuna dan bocor, Ahmad mencermati, bahwa menemani seorang suci dalam perjalanan begitu seperti yang kini ia jalani, adalah seperti sedang menyeberangi sebuah sungai – adanya harapan untuk menemukan daratan yang aman di tepi seberang sana, tetapi juga ada bahaya bisa tenggelam! Ahmad meminta salah satu sahabatnya agar setiap harinya ia membawakan dua kali porsi makannya kemudian meletakkan dan meninggalkannya [di depan pintu] tanpa bicara. Tidak seorang pun dibolehkan menemui berbicara dengan dia, katanya. Setelah hari-hari kewaspadaan (pemisahan diri) itu selesai, ia akan tinggal di dalam rumah untuk sejumlah hari lainnya – ia tidak tahu berapa lama - dan siapa saja yang menginginkan boleh datang pada waktu itu. Ahmad meninggalkan rumah hanya pada hari-hari Jum’at ketika mereka pergi ke suatu masjid terpencil yang terletak di suatu pekarangan di luar kota itu. Di sana Ahmad memimpin shalat zhuhur, yaitu shalat jam satu. Ahmad tidak memberi tahu para sahabatnya, apa yang terjadi selama ini, tetapi telah dimaklumi bahwa ini adalah suatu pendahuluan dan persiapan untuk acara pengangkatannya sebagai utusan Tuhan kepada dunia. "Tanda yang agung" yang Ahmad nanti-nantikan dari Tuhan juga telah diberikan kepadanya, dan hal ini disampaikan

Page 88: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

88

kepada dunia pada Februari 1886: Tuhan Yang Maha Kuasa, Pemilik Kehormatan dan Keagungan, Maha Pengasih, Maha Pemurah, Yang Ditinggikan, Yang memiliki segala kuasa untuk melaksanakan segala yang Dia kehendaki (kemuliaan bagi-Nya dan Dipujikan Nama-Nya) telah menganugerahi aku wahyu berikut: "Aku anugerahkan kepada engkau satu tanda dari rahmat-Ku sesuai dengan permohonan engkau, dan telah menerima dengan baik doa engkau dengan penerimaan melalui kemurahan-Ku dan telah memberkati perjalanan engkau. Satu Tanda kuasa, rahmat dan kedekatan kepada-Ku kini dianugerahkan kepada engkau, satu Tanda rahman dan rahim dihadiahkan kepada engkau, dan engkau dianugerahi kunci kesuksesan dan kemenangan ... "Bersukacitalah karenanya" -- wahyu itu berlanjut -- "bahwa seorang anak lelaki yang tampan dan murni akan diberikan kepada engkau. Engkau akan memperoleh pemuda (putera) yang cerdas yang akan menjadi benih engkau dan anak-keturunan engkau ... Ia akan dibekali dengan ruh suci dan akan bebas dari segala kepalsuan ... Ia akan sedemikian tinggi kecerdasannya dan pemahamannya dan akan sedemikian lembut hatinya dan akan dipenuhi pengetahuan sekular dan spiritual ... Kemasyhurannya akan menyebar ke seluruh pelosok dunia ... dan bangsa-bangsa akan dirahmati melalui dia. Kemudian ia akan diangkat ke maqam (martabat) spiritual di surga. Ini adalah satu perkara yang telah menjadi putusan. "Rumah engkau akan dipenuhi aneka rahmat ... Aku akan membuat kemajuan besar dalam keturunan engkau... Anak keturunan engkau akan berkembang luas di banyak negeri ... Keturunan engkau ... akan terus berkembang sampai akhir jaman. Tuhan akan

141

mencapai nadirya ketika ia terpaksa hidup dari mengajar dengan bayaran yang minim, lebih-lebih lagi anak-anaknya masuk ke sekolah yang didirikan oleh Komunitas Ahmadiyah di Qadian. Abdul Hamid yang telah berperan sekadar sebagai ujung kuku dalam persekongkolan, tetapi ia dikejar-kejar oleh penguasa karena pemalsuan dan persekongkolan. Semula ia tidak tertangkap, tetapi kemudian ditahan dan dihukum sembilan bulan penjara dengan kerja keras dan 44 hari dikurung dalam penyekapan. Dr. Clark, meskipun oleh Captain Douglas dianggap otak persekongkolan, terbebas dari hukuman. Hal itu barangkali karena sukar untuk membuktikan, ia telah memohon karena dia juga menjadi korban dan dia hanyalah melanjutkan informasi yang diberikan kepadanya. Atau hal demikian terjadi karena dinilai tidak bijak untuk menuntut seseorang missionaries Kristen.

Page 89: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

140

menimbulkan kekaguman dari orang-orang yang bukan pengikutnya. Pengecaranya ingin melemahkan tuduhan dengan cara menghancurkan pribadi (karakter) para saksinya. Maka ia minta ijin Ahmad untuk menanya Muhammad Hussain berkenaan dengan asal-usul keluarganya. Ahmad sama sekali melarangnya. "Tuhan melarang pembicaraan yang tidak senonoh," katanya. Pengacaranya, yang bukan Ahmadi, kerap kali mengenangnya bertahun-tahun kemudian, "Di sini saya sedang membela dia dengan tuduhan makar untuk membunuh, namun dia melarangnya karena itu bisa membuat malu seorang saksi yang membenci dia." Pengadilan, yang dimaksud untuk menghancurkan Ahmad, berakibat sebaliknva. Adalah Ahmad yang telah ditampakkan berkata benar. Dan kalau dalam perkara seperti ini ia terbukti telah berkata jujur, maka apakah tidak mungkin bahwa ia bicara jujur tentang wahyu-wahyunya dari Tuhan? Jumlah orang yang berdatangan ke Qadian untuk mendengarkan tablighnya semakin banyak. Pengadilan itu juga tidak merugikan karir Captain Douglas. Ia mengakhiri karirnya dengan pangkat Colonel, Komisaris Kepala dari salah satu negara bagian India, dan menerima medali Commander of the Indian Empire (Komandan Kekaisaran India). Ia tak pernah ragu bahwa keputusannya benar dan keadilan ditegakkan. Dalam masa pensiunnya dia berkata, “'Begitu Ahmad memasuki blik saksi dan saya melihat wajahnya, saya muiai berpikir bahwa ada hal yang salah dalam tuduhan-tuduhan itu. Saya meyakini bahwa seorang dengan wajah yang begitu bagus ltu tidak mungkin terlibat dalam kelakuan-kelakuan seperti yang dituduhkan kepadanya. Tampilan wajahnya berseri, terbuka dan bersahaja". Permusuhan Muhammad Hussain berlanjut meski pengaruhnya kini semakin pudar. Kemerosotannya itu

89

mempertahankan nama engkau dengan kehormatan sampai harl ketika dunia berakhir dan akan menyanyampalkan risalah engkau sampai di ujung-ujung dunia”.

Kata-kata terakhir dianggap sebagai yang terpenting dalam deretan wahyu itu. Tuhan tidak hanya berkehendak Ahmad mempertahankan Islam. Tuhan kini berkehendak Ahmad menyiarkan berita tentang Islam ke seluruh dunia dan Dia akan menjamin hal itu terlaksana di seluruh dunia. Wahyu itu berlanjut:

"Aku akan meninggikan engkau dan memanggil engkau kepada-Ku Sendiri, tetapi nama engkau tidak akan terhapus dari permukaan bumi ... segala orang yang bernafsu menghinakan engkau dan menggagalkan engkau dan bernafsu menghancurkan engkau akan frustrasi dan akan mati, dan akan punah. Aku akan menumbuh-kembangkan para sahabat engkau yang benar-benar setia pada engkau dan akan memberkati kehidupan mereka dan harta milik mereka, dan mereka akan terus meningkat dalam jumlah, dan mereka akan selalu unggul atas yang lain yang pada cemburu tentang diri engkau dan memusuhi engkau”. "Engkau bagi Aku seperti nabi-nabi Bani Israil. Engkau bagi aku laksana Kesatuan-Ku. Engkau dari Aku dan Aku dari engkau. Waktu sedang mendekat ... dimana Tuhan akan menempatkan kecintaan engkau di hati para raja-raja dan para bangsawan, sedemikian sehingga mereka akan memperoleh keberkatan dari pakaian-pakaian engkau.”

Satu bulan berikutnya, pada 22 Maret 1886, ia menyatakan: "Ini bukanlah satu ramalan. Ini adalah satu Pertanda Langit yang Tuhan Maha Kuasa telah perlihatkan untuk menggelar kebenaran dan kebesaran dari Nabi yang santun dan penuh kasih, Muhammad ... Pertanda ini seratus kali lebih agung, sempurna dan lebih sempurna,

Page 90: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

90

lebih terpuji dan lebih lengkap daripada menghidupkan orang mati. Suatu peristiwa besar, yang kemungkinannya terbuka bagi pertanyaan, semata membawa suatu jiwa hidup kembali hanya dengan permohonan doa kepada Tuhan. Dalam kejadian ini Tuhan Yang Maha Kuasa, telah menjanjikan mengutus ruh suci yang keberkatan-keberkatannya yang nyata dan tersembunyi akan menyebar ke seluruh bumi…..”

Satu tahun setelah wahyu Hoshiarpur itu Ahmad dibimbing untuk meletakkan azas-azas suatu komunitas (jamaah/jemaat). Tetapi barulah pada bulan Desember 1888 ia mengumumkannya kepada publik. Bulan berikutnya, Januari tgl. 12, 1889, ia menyampaikan sepuluh syarat baiat bagi terbentuknya jama'ah Ahmadiyah. Para anggota Jama'ah sejak sekarang berjanji akan:

Dalam ibadah tidak ada sesuatupun diserikatkan dengan Tuhan. Mereka akan menjauhkan diri dari kebohongan, penyelewengan moral, kekejaman, tidak jujur, pemberontakan dan tidak akan tunduk kepada dorongan nafsu-nafsu. Mereka akan melaksanakan shalat lima waktu. Mereka tidak akan mencederai (menyusahkan) makhluk Tuhan pada umumnya, dan khsususnya kepada kaum Muslimin, baik dengan tangan, lidah maupun dengan cara apa pun. Dalam suka maupun duka, dalam kecukupan maupun kekurangan, mereka harus tetap setia kepada Tuhan dan siap sedia mengalami penghinaan dan derita, dan dalam masa sulit tidak akan berpaling dari Tuhan, tetapi justru semakin mendekat kepada-Nya. Mereka tidak akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan buruk, tetapi akan menjaga diri dari keinginan buruk. Mereka akan membuang jauh takabur dan sombong

139

salah seorang Rais Punjab, Ahmad sudah dengan sendirinya punya hak untuk itu, terlepas dari kenyataan tidak mungkin ia berhari-hari harus berdiri sampai akhir pengadilan. Muhammad Hussain menyatakan bahwa ia pun seorang "Kursi Nashin" seperti ayahnya dulu. Itu sebuah tingkat kehormatan memperoleh satu kursi yang disandang seseorang kapan saja dia berurusan dengan masalah pemerintahan. Tetapi Captain Douglas tidak menginginkan itu semua. Ia bicara amat tajam, "Diam! Dan berdirilah tegak kalau sedang memberikan kesaksian di persidangan." Pembebasan dari tuntutan tidak menjadikan kejutan bagi Ahmad dan para pengikutnya. Sher Ali, satu dari antara 313 sahabatnya yang sejati, telah bersama dia di Qadian dalam bulan Juli tahun itu. Sebelum Dr. Clark Mengajukan tuntutan. Sher Ali adalah seorang lulusan Universitas, kerap kali mengenangkan bulan itu pada masa tuanya. Biasanya apabila Ahmad menerima suatu wahyu ia menunggu sampai selesai shalat sebelum menceritakannya kepada para pengikutnya. Tetapi pada suatu pagi di buian Juli itu Ahmad memanggil para pengikutnya datang ke rumahnya. Dia membacakan dari buku catatan yang telah ditulisi apa yang telah ia lihat dan diperdengarkan kepadanya sepanjang tadi malam. Ahmad menceritakan bahwa ia telah melihat ada kilat mendatangi rumahnya dari barat. Ketika semakin dekat rumah, kilat itu berubah menjadi sebuah bintang. Kemudian ia mendengar firmanTuhan, “Itu adalah suatu ancaman dari para penguasa, tetapi engkau akan dibebaskan.” Jadi Ahmad tahu bahwa suatu penuntutan resmi akan dilancarkan segera terhadap dirinya, tetapi itu tidak akan berhasil, kata Sher Ali. Ahmad juga sudah memberitahu mereka rincian persekongkolan yang akan direkayasa terhadap dirinya, ia menambahkan. Tingkah laku Ahmad selama dalam persidangan

Page 91: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

138

tidak punya maksud untuk membunuh Dr. Clark. Saya langsung membebaskan Ahmad dan mengakhiri perkara.”

Ia menambahkan, kalau Ahmad berkehendak menggugat balik Dr. Clark atas tuntutan jahatnya maka pengadilan akan memperkenankannya. Ahmad menjawab bahwa ia tidak menginginkan hal itu. Dr. Clark harus menjawab ke Pengadilan Tinggi di sana kelak. Ada saat-saat yang humor dan yang khidmat terjadi selagi berlangsung persidangan. Kerumunan orang berjejal di gedung pengadilan setiap hari mendengarkan komentar yang berlangsung dari mereka yang cukup beruntung bisa masuk di ruang sidang. Mereka dari dua kubu. Orang-orang Muslim termasuk yang tidak mempercayai terdakwa, mereka mencurigai adanya konspirasi (persekongkolan). Lawan Ahmad yang tangguh, Muhammad Hussain, satu dari antara lima saksi penuntut, mula-mula menduduki kursi di beranda ruang sidang. Ia disuruh pergi oleh seorang pegawai pengadilan dengan membentak dan wajah yang bersungut-sungut. Melihat kejadian itu, seorang dari antara penonton menawarkan sorbannya, yaitu kain lumayan panjang yang biasa dipakai di India sebagai selempang menutup seputar bahu di musim kering atau bila malam ketika dingin atau di siang hari melindungi kepala dari panas matahari atau untuk alas duduk. Ia bisa membentangkannya di tanah untuk duduk selagi masih menanti, kata penonton itu. Orang yang menawarkan itu berpikir bahwa Muhammad Hussain datang untuk memberi kesaksian di pihak Ahmad. Ketika ia mengetahui bahwa Muhammad Hussain adalah saksi di pihak penuntut ia sangat marah. Ia memaksanya berdiri dan mengembalikan sorbannya. Di persidangan ketika Muhammad Hussain memberikan kesaksiannya, ia menggerutu ketika melihat Ahmad duduk di kursi sedang ia tidak ditawari tempat duduk. Sebagai

91

dan menjalani hari-hari dengan rendah hati, menghormati orang, sopan dan lembut. Mereka akan mengangkat (meninggikan) agama, kehormatan dan keselamatan Islam lebih tinggi dari pada hidup, kekayaan dan bahkan anak-anak mereka. Sebagai tanda syukur kepada Tuhan, mereka akan menaruh simpati kepada makhluk-Nya pada umumnya, dan akan merelakan pengkhidmatan dengan kemampuan yang dimilikinya bagi kesejahteraan mereka.

Dan terakhir, pernyataan Ahmad: Mereka akan menjalin persaudaraan dengan dirinya dengan ketaatan kepadanya dalam segala kebalkan dan harus memegang teguh pertalian ini sampai akhir hayat, dan pertalian ini sedemikian tinggi derajatnya yang keserupaannya tidak ditemukan dalam ikatan duniawiah.

Dua bulan setelah Ahmad pergi ke Ludhianna dan bulan Maret tgl. 23, 1889, pembai'atan resmi dimulai. Seorang yang dulunya tabib [kerajaan], Nurud-Din, adalah yang pertama memegang tangan kanan Ahmad dan berikrar. la sebelum ini tengah membangun sebuah klinik di Bhera, setelah mendengar seruan Ahmad, ia kemudian mengadakan lawatan ke Qadian untuk berwawancara dengannya. Semula ia bermaksud akan bermalam satu malam, tetapi atas undangan Ahmad ia tinggal untuk beberapa hari. Beberapa hari itu menjadi beberapa minggu. Kemudian ia menyuruh memboyong perpustakaannya dan kemudian memerintahkan agar kliniknya yang setengah jadi itu dijual. Ia bertempat tinggal di Qadian sampai akhir hayatnya. Ketika Ahmad wafat, dan sebelum itu Tuhan telah memberi wahyu kepadanya bahwa dialah AI-Masih Yang Dijanjikan, Nurud-Din menjadi Pengganti (Khalifah) Pertama bagi Masih Mau'ud.

Page 92: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

92

BAB 11

Dimana Yesus Wafat?

Ikrar baiat kepada Ahmad di Ludhiana pada tahun 1889 terjadi 9 tahun setelah Baraheen Ahmadiyya terbit. Upacara perjanjian setia itu tidak telah dari sekedar pernyataan bahwa dirinya adalah Pembaharu zaman atau Mujaddid – Tuhan telah mengangkat dia untuk mengabdi kepada Islam dengan menunjukkan kepercayaan-kepercayaan dan praktek-praktek keliru yang teiah tumbuh dalam Islam laksana benalu. Hal-hal itu harus benar-benar dipangkas agar sama sekali punah. Telah banyak Pembaharu yang telah diakui semenjak kenabian Muhammad (saw. pent.), biasanya pada akhir atau permulaan setiap abad. Ahmad menyatakan bahwa ia Pembaharu abad 14 sejarah Islam dan pembaharuan ini harus dilaksanakan dengan spirit Yesus. Dalam sebuah surat kepada Maulwi Nurud-Din pada tahun 1885 aa menulis, bahwa ia "telah ditunjuk oleh Tuhan untuk berupaya -- dalam spirit nabi dari Nazareth, Al-Masih Israil -- untuk membangun kembali manusia dengan kerendahan hati, kelembutan, kesederhanaan dan keprihatinan dan memberi petunjuk kepada mereka yang tidak tahu jalan, dengan berjalan dimana pembebasan (keselamatan) sejati dicapai di dunia ini juga, ditunjukkan tanda-tanda kehidupan surgawi, berkas-berkas pengabulan doa dan kecintaan." Pada saat itu Ahmad tidak menyatakan diri sebagal Mahdi atau Pemimpin. Juga tidak menyatakan diri sebagai seorang Nabi atau Utusan Tuhan. Dan ia benar-benar tidak menyatakan bahwa dirinya adalah Al-Masih yang dijanjikan untuk umat manusia seperti diyakini berbagai agama dunia. Adapun untuk ikrar setia (baiat), banyak orang-orang suci membolehkan pengikut-pengikut mengikrarkannya

137

Marchand, bahwa ia telah berbohong seluruhnya dalam pernyataan-pernyataannya, katanya. Semuanya palsu. Tidak ada makar yang dirancang oleh Ahmad dan pengikut-pengikutnya untuk membunuh Dr. Clark. Cerita itu telah dikarang oleh orang-orang missi. Mereka telah melatihnya beberapa hari bagaimana cara ia harus menceritakannya. Salah satu contohnya mereka telah mengubah beberapa kata dari pemyataan pertama sebelumnya untuk membuat kesaksian menjadi lebih seram. Ketika Abdul Hamid lancar penghafalannya, seorang dari mereka berkata, "Terima kasih. Tujuan kita terpenuhi." Di persidangan, salah seorang pengacara pembela menanya Abdul Hamid, "Saudara bukan seekor burung, bagaimana saudara akan melarikan diri setelah membunuh Dr. Clark?” Orang-orang missi yang melatih Abdul Hamid mengambil secarik catatan dan mempersiapkan Abdul Hamid dengan satu jawaban sekiranya pertanyaan serupa muncul lagi, ia harus mengatakan bahwa seseorang telah menawarkan kepadanya untuk melarikan diri. Agar Abdul Hamid tidak akan lupa akan jawaban itu, salah seorang menorehkan tulisan itu pada telapak tangan Abdul Hamid. Seolah bermaksud memberi gambaran bagaimana tuduhan dan kesaksian itu diolah oleh pembuat makar, Abdul Hamid menambahkan, "Dia menuliskannya dengan pensil, yaitu yang biasa dipakai oleh penasihat Dr. Clark". Mengingati jalannya pengadilan itu, Captain Douglas mengatakan, bahwa kecurigaannya pertama muncul oleh cara Abdul Hamid menyampaikan kesaksian, ia bicara cepat-cepat dengan banyak rincian. Dan ketika Abdul Hamid membenarkan bahwa ia pertama harus menuju ke Missi Amerika – walau pun jelas ia datang ke Amritsar untuk membunuh Dr. Clark -- Captain Douglas memutuskan bahwa sampai disitu, itu sudahlah cukup:

"Jawaban itu memastikan dalam pikiran saya bahwa dia

Page 93: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

136

Bertahun-tahun kemudian Captain Douglas menjelaskan perasaannya saat itu:

"Saya pikir cerita dia (Abdul Hamid – pent.) sangat mustahil. Ada hal-hal yang tidak sesuai antara versi yang diungkap di Amritsar dibandingkan dengan apa yang terekam pada saya. Tidak juga saya yakin dengan sikap dia selagi memberikan kesaksian. Saya mencatat, lebih-lebih lagi, semakin lama ia bertempat tinggal dibawah pengawasan missi di Batala, semakin berlebih-lebihan dan terinci bukti yang dia ungkapkan. Ada banyak dari penyataanpernyataan pertama kepada saya yang belum dia ungkap ketika diperiksa di pengadilan distrik Aritsar. Dan ketika dia saya periksa lagi sehari sesudahnya begitu banyaknya rincian yang dia tambahkan."

Penilaiannya, kata Captain Douglas, ialah bahwa Abdul Hamid sedang dilatih setiap malamnya apa yang mesti dia katakan di sidang pengadiian, atau ia mengetahul lebih banyak daripada elah dia ungkapkan. Captain Douglas memerintahkan polisi untuk memindahkan Abdul Hamid dari asrama Dr. Clark dan memeriksa dia tersendiri. Pemeriksaan dilakukan oleh Superintendent Pulisi Le Marchand bersama seorang Inspektur Pulisi. Abdul Hamid bersikukuh dengan cerita bahwa Ahmad telah menyuruhnya membunuh Dr. Clark dan ia telah setuju untuk melaksanakannya. Akhimya, Inspektur Polisi menyatakan, "Tak ada gunanya. Pemuda ini tetap pada pernyataannya. Lebih balk dia dikembalikan saja." Le Marchand setuju. Bagaimanapun, ia memutuskan harus ada laporan investigasi. la mulai menanyai Abdul Hamid lagi, menuliskan jawaban-jawabannya. Ia menyelesaikan dua lembar pertanyaan dan jawaban — yang semua disesuaikan dengan kesaksian yang semula telah diberikan — ketlka itu tiba-tiba Abdul Hamid menangis tersedu-sedu dan menjatuhkan dirinya pada kaki Le

93

dengan memegangi tangan mereka, sehingga pengumuman dan upacara di Ludhianna tidak membangkitkan perlawanan dari para ulama. Seorang cendekiawan Muslim menulis:

"Kenyataannya, ia diakui sebagai seorang jenderal Islam yang besar, seorang suci yang menonjol kejujuran dan kesalihannya dan seorang yang diiihami dengan semangat yang menghidupi bagi pengabdian kepada Islam. Memang dia diakui sebagai pahlawan agama dan sebagai pembela yang ulung. "Non-Muslim juga mengakui dia sebagai sebagai seorang jenderal Islam yang terkemuka dan menyadari benar tullsan-tulisannya yang tajam."

Tetapi pengakuan semua golongan Muslim akan peran dia sebagai pembela Islam itu tidak berlangsung lama. Kontroversi besar segera pecah. Pada akhir tahun 1890, kira-kira 19 bulan setelah peristiwa ikrar baiat yang pertama, Ahmad mengungkapkan bahwa ia menerima wahyu baru dari Tuhan bahwa Nabi Isa tidak hidup di Langit. Kedahsyatan pernyataan ini sangat mengejutkan, baik bagi kalangan Muslimin maupun Kristiani. Karena meskipun kaum Kristiani mempercayai bahwa Yesus, sebagai Anak Allah, hidup di langit dan akan datang kembali ke bumi, kaum Muslimin sama kuat mempercayai dia dengan jasmaninya masih hidup di langit di samping Tuhan, dan akan turun sebelum Hari Pembalasan untuk menghukum kaum yang ingkar, dan menegakkan untuk selama-lamanya Kerajaan Tuhan. Tuhan tidak hanya telah mewahyukan kepadanya bahwa Yesus telah wafat, sebagaimana pada umumnya semua makhluk pasti mati -- tak peduli seberapa pun tinggi kesalihan clan kesuciannya, kata Ahmad. Tuhan juga mewahyukan kepadanya bahwa seorang Pembaharu besar pasti datang dengan spirit Yesus. Tuhan telah memberi

Page 94: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

94

tahu dia bahwa dialah orang yang dipilih itu. Tepatnya wahyu itu berbunyi:

"Al-Masih, putera Maryam, Utusan Tuhan, telah wafat. Engkau inilah yang bangkit dalam spiritnya, sesuai dengan janji. Dan janji Tuhan selalu jadi."

Para ulama Muslim marah besar dan Ahmad difatwakan sebagai murtad, penipu dan seorang musuh Agama. Badai perlawanan tidak menggoyahkan dia, dan ia menjawab semua dengan paparan yang rasional, dan mengajak mengikuti bukti yang tertera dalam Quran Suci. Tak ada satu ayatpun yang menclukung pendapat bahwa Yesus telah diangkat secara jasmaniah hidup di langit, katanya, tetapi banyak ayat yang menerangkan Yesus telah wafat. Muhammad (saw. pent.) telah wafat, jadi mengapa mereka percaya bahwa Yesus secara jasmani masih hidup? Ahmad bertanya. la menasihati bahwa kaum Muslimin telah salah arah dengan mengikuti suatu ungkapan khilafiah, dan sialnya lagi, selama berabad-abad, kepercayaan Kristiani yang meyakini Yesus masih hidup di langit secara pelan telah ditambahkan kepada keyakinan-keyakinan Islam yang benar. Yesus sendiri telah menunjukkan bahwa kedatangan kembali Eliyas telah terpenuhi oleh kedatangan John Pembaptis (Nabi Yahyaa.s. – pent.). Dengan cara yang sama kedatangannya memenuhi janji akan kembalinya Yesus. Ahmad mengatakan bahwa sebagaimana ia sebagai Al-Masih, ia jugs sebagai Imam atau Mahdi yang juga dijanjikan pada waktu yang bersamaan. Itu bukan dua persona (pribadi) berlainan, katanya, tetapi dua jabatan yang disandang oleh satu orang. Janji bahwa Al-Mahdi akan membunuh semua orang kafir dan akan mengubah segala bangsa masuk Islam, tidak berarti ia akan memaksa mereka dengan teror kilatan pedang, tetapi bahwa, dengan dikaruniai argumen yang kuat dan tak terkalahkan, ia akan

135

Apakah Abdul Hamid menyimpang dari rencana yang telah disusun sebelumnya dengan pergi langsung ke missi Dr.Clark dengan maksud pura-pura untuk membunuh Dr. Clark -- seperti pengakuannya disuruh oleh Ahmad? Ataukah ketika Abdul Hamid sampai di pos Dr. Clark, lalu bercerita dimana ia telah tinggal selama 14 hari sebelumnya, dan Dr. Clark menangkap apa yang selama ini dia pikirkan sebagai kesempatan emas untuk menghancurkan Ahmad? Kala itu Captain Douglas masih muda. Barangkali itulah alasan mengapa Dr. Clark sangat menginginkan agar perkara itu ditangani oleh dia, Meski demikian, keputusannya untuk menerima tawaran bantuan dari pengacara Hindu itu juga aneh. Sama anehnya keputusannya menyerahkan Abdul Hamid pada pengawasan Dr. Clark, padahal proses pengadilan sedang berlangsung. Abdul Hamid telah mengatakan bahwa hidupnya dalam bahaya. Dr. Clark telah menawarkan untuk menjaga (melindungi) dia, dan Captain Douglas tanpa menaruh curiga -- meski agak naïf -- setuju. Captain Douglas adalah seorang pembaca Macbeth dan sandiwara-sandiwara Shakespeare yang tekun, dan barangkali telah memaklumi bahwa gagasan-gagasan yang gelap bersembunyi di balik raut wajah yang tersenyum. Tetapi orang-orang Inggris di India saling percaya satu kepada yang lain tanpa syak-wasangka. Menjelang hari ketiga peradilan ia menyadari, bahwa ada sesuatu yang terialu jauh menyimpang dari bukti yang dikemukakan ke hadapannya. Ketika menanti di platform setasiun KA, ia ungkapkan kekhawatirannya kepada juru tulis pengadilan. Juru tulis itu mungkin lebih menyadari desas-desus yang beredar sekelilingnya, menyarankan agar Abdul Hamid ditarik dari penjagaan Dr. Clark dan diperiksa sendiri secara terpisah.

Page 95: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

134

Kristen, Muhammad Hussain, mewakili para ulama Muslim, dan Mr. Dutt dari pihak Arya Samaj Hindu. Dr. Clark mengakui dalam persidangan ketika ditanya apakah ia menyediakan bayaran untuk Pandit Ram Bhaj Dutt? Ia menjawab, "Ya, semua orang ikut serta menuntut seseorang yang menjadi musuh kita semua." Pernyataan ini, dan adanya fakta dimana Dr. Clark dapat menyatukan sekian banyak saksi dari berbagai bagian negeri begitu cepatnya, tidak cocok dengan pernyataan yang ia kemukakan di persidangan bahwa sampai dengan 31 Juli ia telah berpikir untuk mengajukan Ahmad sebagai tersangka yang mencoba membunuh dia. Berkas penuntutan memerlukan waktu tiga hari untuk menyimpulkannya. Yang ditampilkan sebagai pembunuh, Abdul Hamid, adalah seorang pemuda jangkung yang kurus. Bagi yang menyaksikannya ia terkesan tidak meyakinkan dan pemalas -- seorang pengemis yang siap memungut makanan, tempat bermalam dan pakaian dimana pun ia memperolehnya -- sejauh ini ia tidak perlu bekerja. “Ia bukanlah pengikut Kristen yang fanatik”, kata seorang missionary Amerika, Dr. Grey. Dan untuk penyanggahannya sebagai seorang Kristen ia menganggapnya sebagai seorang Kristen gadungan. Di kali lain ia menyatakan dirinya seorang Muslim dan kali lain mengaku seorang Hindu. Pertama kali Abdul Hamid sampai di Amritsar, ia segera menuju ke American Mission (Markas Missi Amerika). Missi Amerika menyediakan dia makan dan penginapan yang ia harapkan dan berlanjut di missi itu yang dikelola Dr. Clark beserta para pembantunya. Sebelum itu ia berada di Qadian dimana ia tinggal selama 14 hari di guest house (rumah untuk tamu) Ahmadiyah. Apakah ia telah dikirim ke sana oleh Dr. Clark dan orang-orang missinya dengan maksud untuk menghacurkan Ahmad?

95

mampu mengalahkan lawan-lawan dan membuktikan keunggulan Islam. Pertempuran terpenting yang la harus menangkan, berulang kall Ahmad mengumumkan, ialah menyadarkan kaum Kristiani akan kesalahan yang sangat menyedihkan yang menganggap Yesus sebagai Tuhan atau bagian dari Tuhan. Yesus itu manusia biasa, dan seorang nabi seperti halnya Musa, Eliyas, dan John Pembaptist (Yahya), adalah manusia-manusia biasa dan nabi-nabi. Yesus sendiri tidak pernah menganggap dirinya sebagai siapa kecuali tidak lebih dari seorang nabi. Tidak juga para pengikutnya. Banyak dari antara kitab-kitab asli Bibel hanya mengatakan bahwa Yesus adalah seorang nabi, kata Ahmad, tetapi hal-hal ini telah diberangus oleh pemimpin-pemimpin Gereja sejak mereka telah memutuskan dalam berbagai pertemuan, Kisah-kisah para Rasul mana yang boleh dicantumkan dalam Bibel dan mana yang tidak. "Editing-editing” oleh pertemuan-pertemuan ruhani inilah yang telah menjadi perbedaan mendasar di antara Al-Quran, kata Ahmad. Kitab Bibel adalah hasil tangan banyak orang selama lebih dari seratus tahun dan telah dibangun serta diubah oleh pertemuan-pertemuan gereja beberapa ratus tahun sesudahnya. Sebaliknya AI-Quran, adalah firman yang diwahyukan oleh Tuhan, lama setelah wafat Nabi Isa, kata Ahmad, kaum Kristiani telah mulai menggunakan kata-kata yang dinisbahkan bahwa Yesus itu sendiri adalah Tuhan, bagian dari Trinitas. Menyembah seorang manusia, sekalipun ia seorang nabi, adalah dosa yang pedih, kata Ahmad. Hanya Tuhan yang bisa disembah. Tuhan adalah unik dan sendiri. Tak sesuatupun dapat disejajarkan dengan Tuhan. Semata mengatakan bahwa Isa telah wafat tidaklah cukup, bagaimanapun juga. Karena itu Ahmad memohon pencerahan dari Tuhan apa yang sebenamya telah terjadi pada penyaliban. Delapan tahun kemudian, pada tahun

Page 96: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

96

1889, setelah banyak studi (menelaah), Ahmad mengumumkan, walaupun Yesus telah benar-benar disalib beliau tidak wafat di tiang Salib. Beliau telah pingsan karena kesakitan luar biasa yang beliau alami dari paku yang ditancapkan pada tangan-tangan dan kaki-kaki beliau. Prajurit-prajurit Romawi mengira beliau telah wafat – yang mestinya tidak demikian karena beliau berada di atas Salib beberapa jam saja, dan biasanya orang-orang yang disalib bertahan hidup selama berhari-hari. Betapapun sesudah begitu, biasanya mereka akan menerapkan crurifragium untuk memastikan bahwa ia telah mati. Dilanjutkan dengan mematah-matahkan tulang kaki si tersalib sehingga ia tidak akan sanggup bertumpu pada sepotong balok kayu di bawah kakinya. Berakibat ia terpaksa hanya bergantung pada kedua tangannya saja, sakit parah luar biasa membuatnya pingsan dan kematian segera menyusul karena gagal jantung. Para murid Yesus telah meyakinkan bahwa beliau tidak diperlakukan dengan cara demikian, kata Ahmad. Sebaliknya pinggang beliau dicocok dengan ujung tombak kemudian darah dan air mengalir. Ini saja suatu tanda bahwa jantung beliau masih bekerja dan darah masih beredar di tubuh beliau. Ketika beliau ditempatkan di bilik makam yang luas dan longgar udaranya – setelah tubuh beliau dibalur dengan ramuan dedaunan dan minyak – pelan-pelan sembuh. Berabad-abad berlalu, banyak orang berspekulasi bahwa Yesus dalam keadaan hidup tatkala diturunkan dari salib dan menelaah kenyataan beliau menyamar sebagai tukang kebun, bahwa beliau kelihatan sangat sakit, sehingga Thomas tidak menyadari bahwa beliau benar-benar Yesus sehingga ia menyentuhkan jari-jarinya pada lobang luka bekas paku-paku. Para dokter telah mendiskusikan apakah darah dan air berasal dari banyaknya bagian tubuh yang melepuh akibat

133

untuk segera memulai menyidangkan Ahmad tanpa ditunda-tunda. Selang puluhan tahun kemudian, Captain Douglas, yang telah tingkat senior dan pensiun, menceritakan apa yang waktu itu terjadi:

"Saya beritahu dia bahwa ini sungguh-sungguh serius. Perkara ini harus menjadi urusan polisi untuk penyidikan, baru kemudian ke persidangan-persidangan. Ini peradilan yang jauh lebih tinggi.

Dr. Clark menjawab: “Saya sedang dan saya segera harus pergi. Saya khawatir saksi saya bisa diganggu. Saya inginkan kasus ini segera diproses.”

Douglas mengatakan bahwa hal itu tidak mungkin: “Saya tidak mungkin menuntut Ghulam Ahmad dengan suatu dakwaan sampai setelah ada investigasi. Tidak ada bukti yang cukup."

Setelah berpikir beberapa saat ia menambahkan: "Tetapi saya melihat tidak ada keberatan untuk minta perlindungan agar keamanan terjamin, kalau bukti yang telah anda miliki mencukupi untuk menuntut."

Setelah perbincangan lebih jauh Dr. Clark menyetujuinya. Surat panggilan dibuat untuk memerintahkan Ahmad tampil di pengadilan di Batala pada tanggal 10 Agustus. Dr. Clark adalah saksi utama, tetapi yang mendukung dia sejumlah lawan-lawan Ahmad, termasuk Muhammad Hussain. Secara resmi orang-orang Hindu tidak ada wakilnya, tetapi aneh sekali, Pandit Ram Bhaj Dutt, seorang pengacara terkenal dari Lahore, dengan sukarela menyediakan diri selaku penasihat resmi. Ia membantu penuntutan dan dengan demikian boleh dikata bahwa sekte Arya Samaj terwakili dengan cara yang menyolok dan posisinya menentukan. Begitulah kasus itu ditangani oleh tiga musuh Ahmad yang paling sengit: Dr. Clark mewakili pihak missionari

Page 97: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

132

antara kaum Muslimin. Karena itulah maka mereka merancang satu konspirasi untuk menjatuhkan Ahmad sedemikian rupa, sehingga ia akan terbungkam untuk selama-lamanya. Bisa diduga Dr. Martin Clark adalah arsitek rancangan ini. Memang dialah tokoh utamanya. Masyarakat Ahmadi melihat kesamaan yang persis antara penghakiman terhadap Yesus di depan Pontius Pilatus, yang diributkan oleh konspirasi (persekongkolan) yang begitu jelas antara ahli-ahli kitab dan kaum Pharisee dengan peradlian terhadap Ahmad di depan haklm Captain William Douglas, yang sama-sama menyadari adanya konspirasi di antara semua musuh-musuh keagamaan Ahmad, dari kalangan Kristen, Hindu dan Muslim. Satu Agustus 1897, Dr. Martin Clark memasukkan dakwaan di Pengadilan Distrik Amritsar yang isinya menuntut Ahmad, dengan tuduhan telah melakukan percobaan pembunuhan atas dirinya. Ia mengajukan seorang pemuda bernama Abdul Hamid yang mengucapkan sumpah bahwa !a telah disuruh oleh Ahmad pergi ke Amritsar untuk membunuh Dr. Clark. Pengadilan segera menerbitkan surat perintah penahanan atas Ahmad. Berita tentanq surat perintah penahanan itu tersebar amat cepat. Musuh-musuhnya bergembira dan setiap hari kerumunan orang-orang berkumpul di stasiun Amritsar, mengharap dapat me!ihat Ahmad dituntun keluar dari gerbong dengan tangan diborgol. Mereka terpaksa kecewa. Surat perintah itu diahlihkan ke pengadilan di Gusdaspur. Sidang-sidang sudah mulai dilangsungkan di sana hanya tujuh hari kemudian, yaitu tanggal 8 Agustus. Bahwa segala sesuatu dilaksanakan begitu segera adalah karena atas usaha Dr. Clark. Ia mengunjungi Captain Douglas -- Hakim Distrik Gusdarpur -- yang masih muda, segera setelah ia mengetahui surat perintah penahanan Ahmad telah dipindahkan ke Gusdarpur. Ia meminta Captain Douglas

97

deraan sebelumnya, sedang ilmu medika akhir-akhir telah memberi peluang untuk mempermasalahkan kondisi-kondisi medis yang tepat yang mungkin muncul selama penyaliban. Dalam satu masalah, para dokter, bagaimanapun juga mereka sependapat. Secara medik ada kemungkinan yang meyakinkan bagi Yesus, mampu bertahan dalam penyalibannya dan kemudian dalam waktu tiga hari cukup sembuh untuk bertemu dan berbicara dengan murid- muridnya. “Tuhan telah memberi tahu saya”, kata Ahmad, bahwa tidak hanya Yesus telah bertahan hidup dari penyaliban, juga ke mana Yesus pergi setelah ia menghilang dari pandangan mata para muridnya, ketika akhirnya ia wafat, dan terpenting dari semua itu, dimana ia clikuburkan. Yesus selalu tegak bertahan, bahwa ia telah diutus sebagai nabi untuk bangsa Israildan bukan sebagai nabi untuk semua bangsa. Maka diriwayatkan bahwa beliau berkata (Matius 15:24) "Tidaklah aku diutus kecuali kepada domba-domba Bani Israil yang hilang". Dan lagi, "Dan domba lain aku punya, yang bukan kawanan ini ... mereka akan mendengar suaraku," (Johanes 10, 16) Dalam Diaspora besar, sekitar 700 tahun sebelum kelahiran Kristus, kesepuluh suku bangsa Israil telah tersebar jauh. Tidak semuanya kembali. Karenanya, untuk suku-suku yang hilang itulah kata-kata Yesus tertuju, kata Ahmad. Beliau tidak lagi aman tinggal di Palestina, sebab pasti ia langsung segera ditangkap begitu ia menampakkan diri. Tetapi rupanya ia masih sempat tinggal di sana selama 12 bulan setelah apa yang disebut penyaliban itu, tatkala Saul -- di kemudian hari Paul -- telah mengikuti beliau. Benar, beberapa orang telah menyimpulkan bahwa masuk Kristennya Paul dimulai sejak perjumpaannya langsung dengan Yesus, dan itu terjadi setelah Yesus mengawali perjalanan-perjalanan beliau menemukan suku-suku Israil yang hilang.

Page 98: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

98

Ahmad yakin bahwa Paul tahu, bahwa Yesus telah meninggalkan negeri itu, dan barangkali secara tidak sengaja, menyalah-artikan perintah-perintah beliau. Adalah Paul yang pertama kali mengemukakan ketuhanan Yesus dan dengan demikian, kata Ahmad, memperkenalkan polytheisme. Yesus serta beberapa muridnya, kata Ahmad, sampai ke negeri Nasibin, kira-kira 450 km dari Yerusalem. Kemudian melanjutkan perjalanannya melalui Persia masuk Afghanistan, mengunjungi Tibet clan beberapa bagian India sebelum terakhir sampai dan menetap di Kashmir. Yesus dinamal Al-Masih, adalah bahasa Arab yang artinya pejalan dan dikenal sebagal Pemlmpin para Pejalan, karena beliau banyak berkelana, kata seorang penulis Muslim. Dan dalam Kanzul-Umal -- sebuah koleksi hadis Muhammad (saw. pent.) -- diriwayatkan bahwa Tuhan memberi peringatan kepada Yesus dalam wahyu yang berbunyi, "Hai Isa, pindahlah dari satu tempat ke tempat yang lain, kalau tidak pasti engkau akan dikenali dan disiksa”. Di Kashmir Yesus dihormati sebagai seorang nabi besar dengan nama Yus Asaph. Kata 'Yus' adalah bentuk lain dari "Yuyu'”yang artinya Yesus dalam bahasa Persia Kuno. "Asaph' adalah nama yang cligunakan di Bibel berarti pengumpul' atau penghimpun . Missi Yesus, seperti beliau sendiri katakan, ialah menghimpun suku-suku Bani Israil yang hilang. Ada banyak bukti yang menunjukkan kehadiran -- paling tidak -- satu suku Israil di negeri Punjab dan Afghanistan yang kuat diri-diri pengaruh Semitiknya. Ada banyak kata-kata dan nama-nama desa serta kota yang erat hubungannya dengan nama-nama di Bibel; banyak pengelana yang mencatat tampang Semitik para lelaki dan perempuan, dan yang terpenting ialah orang orang

131

Bab 16

Tuduhan Pembunuhan

Abdullah Athim meninggal 27 Juli, 1896. Ini tiga tahun setelah ramalan menakutkan yang Ahmad umumkan pada saat-saat kesimpulan perdebatan mereka. Ia mengumumkan bahwa Tuhan memberi dia khabar gaib, bahwa dalam waktu 15 bulan -- setiap bulannya bersesuaian dengan ke 15 hari-hari perdebatan -- Athim akan dilemparkan ke neraka, kecuali bila ia mengubah sikapnya terhadap Islam. Tuhan akan memastikan demikian karena Athim menyadari bahwa dirinya jelas-jelas mengikuti kepalsuan. Ketika 15 bulan berlalu clan Athim masih hidup, musuh-musuh Ahmad menertawakan dan mengatakan bahwa itu satu ramalan palsu. Karena itu Ahmad meminta Athim mau bersumpah bahwa ia tidak mengubah sikapnya terhadap Islam. la kemukakan bahwa sewaktu debat Athim selalu minta maaf dan selalu mengulangi, "Saya menyesal, saya menyesal. Saya tidak bermaksud merendahkan". Tetapi Athim menolak untuk bersumpah. ia menjauh dari publik dan tak mengucapkan satu patah kata pun terhadap Muhammad (saw. pent.). Diduga keras ia hidup dalam ketakutan yang amat sangat akan sisa hidupnya, hampir terus-menerus mabuk dengan minuman keras dan selalu dipindahtugaskan oleh missionary dari satu kota ke kota lain. Dr. Clark, seorang dokter missionary medik Kristen yang semula mengusulkan diadakannya perdebatan, yakin bahwa hal ini akan menjadi penyebab berbondong-bondongnya kaum Muslimin masuk agama Kristen, menjadi semacam sihir yang manjur nantinya. Kaum Hindu Arya Samaj -- sektenya Lekh Ram – menjadi marah, demikian juga lawan-lawan Ahmad dari

Page 99: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

130

Hindu terbentuk dan hadiah ditawarkan bagi orang yang berhasil membunuhnya. Kabar burung mengatakan akan diberikan hadiah bagi si pembunuh 30.000 rupees, suatu jumlah yang sungguh amat besar.

99

Afghanistan, dan tempat-tempat di antara Iran dan Kashmir, mengaku sebagai Bani Israil, berarti Keturunan Israil. Ahmad mengatakan bahwa Yesus telah hidup di Kashmir, suatu negeri yang dilukiskan para penulis sejak berabad-abad sebagai surga di bumi, gunung-gunung yang bertopi salju, banyak air terjun dan buah-buahan dari berbagai jenis di lembah-lembahnya. Di situlah ia wafat seperti diceritakan dalam Al-Quran. Ia dikuburkan di suatu makam yang kini terletak di suatu jalan yang dikenal sebagai Khan Yar di kota Srinagar. Penyelidikan akhir-akhir ini telah mengungkap adanya suatu pahatan di dasar makam gambaran lukisan kaki-kaki yang tertusuk di tengahnya seolah-olah tancapan paku-paku dan bahwa ada banyak torehan-torehan serupa salib di tempat-tempat di dekatnya. Ada nama-nama yang kemungkinan nama Yesus. Di India Barat Daya di tempat yang bernama Taxila, sebuah inskripsi telah ditemukan dalam bahasa Arami yang berbunyi:

"Hai tukang kayu tersayang dari negeri asing, Setiawan yang salih dari Putera Tuhan, membangun istana ini dari kayu cedar dan gading untuk sang raja".

Pada tahun 115, jadi kira-kira kurang dari 100 tahun setelah yang dianggap wafat Kristus, seorang sejarawan bernama Sutta menulis sebuah buku berbahasa Sanskrit dengan judul Bhavisya-ma-purana, yang menceritakan, bahwa seorang raja yang memerintah lembah-lembah Kashmir antara tahun 39 – 50, sedang keluar mengendarai kuda ketika suatu hari berjumpa dengan seorang asing mengenakan jubah putih. Raja menanyakan nama dan orang asing itu menjawab "Saya dikenal sebagai Putera Tuhan dan lahir dari seorang dara". Orang asing itu bercerita kepada raja bahwa beliau telah banyak menderita karena menyiarkan firman Tuhan. Raja bertanya agama apa yang ia siarkan? Suatu terjemahan dari jawaban orang asing itu ada di bawah ini.

Page 100: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

100

Perlu diketahui sebelumnya, bahwa sebutan Mleechas ialah kata lain untuk orang-orang asing.

“Ketika kebenaran punah, dan semua batas kesopanan telah dilanggar, di negeri Mleechas aku muncul sebagai Isha-Masih. Aku menerima Ke-Masih-an di tanah Mieechas"

Dan beliau mengakhlri jawabannya: “Bingkai Tuhan yang sempuma, murni dan berberkah telah merasuk dalam jiwaku, demikianlah namaku telah ditegakkan, dan disebar luaskan sebagai Isha-Masih”. .

Wahyu yang diterima Ahmad tentang perjalanan-perjalanan dan kewafatan Yesus di India telah menguatkan keimanan para pengikutnya. Tetapi hal-hal itu telah menyatukan orang-orang Muslim lain dan umat Kristiani menentang dia.

129

ramalan Lekh Ram, tetapi Lekh Ram belum melampaui masa ramalan Ahmad. Pada suatu awal sore, kira-kira antara jam 6 dan 7, hari Sabtu, bulan Maret tanggal 6, 1897, dalam rumah Lekh Ram yang terkunci rapat dan terjaga ketat, seseorang yang kokoh perkasa menancapkan sebilah belati ke perut Lekh Ram dan memutarnya, mengoyak jeroannya beberapa kali. Istri dan ibu Lekh Ram, yang berada di kamar bersebelahan, lari cepat masuk ketika mendengar jeritan-jeritannya. Sang Ibu terjerembab ke lantai ketika si pembunuh lari meninggalkan rumah itu. Kematian Lekh Ram membangkitkan keributan besar. Ada dituduhkan pastilah pembunuhan itu adalah atas suruhan Ahmad, karena dialah yang telah meramalkannya dengan sedemikian jelas. Ahmad lolos dari dakwaan, dan menyatakan tidak ada seorang pemuka agama pun mampu beroleh kehormatan, kalau ia menganjurkan pengikutnya melakukan pembunuhan semacam itu, Kematian Lekh Ram adalah semata kepastian Tuhan dan yang telah dikabarkan kepadanya. Adalah tangan Tuhan yang telah mematikan dia, sedang pembunuh adalah sekadar alat Tuhan tersembunyi, namun apakah itu orang atau malaikat pencabut nyawa, ia tidak tidak bisa mengatakannya. "Sekiranya aku berada di sana, niscaya saya pasti mencoba menyelamatkannya sebagal kewajiban saya terhadap sesama manusia”, katanya menambahkan. Si pembunuh tidak pemah terlacak, dan beberapa tahun kemudian seorang ahli hukum dari sekte Arya- Samaj, menulis bahwa, ”Adalah suatu kebetulan ramalan Ahmad terpenuhi dengan kematian Lekh Ram. Tuhan sedirilah yang mengetahui apakah ini suatu siksaan yang ditimpakan Tuhan atau perbuatan rekayasa manusia”, katanya. Kematian Lekh Ram berarti bahwa Ahmad harus lebih-lebih dijaga oleh para pengikutnya. Suatu kelompok rahasia

Page 101: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

128

bila anda menyatakan saya tidaklah diutus oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, dan jangan katakana bahwa saya bicara atas perkenan-Nya.”

Ada kritik yang menilai ramalan itu hanyalah olok-olok dan apapun bisa terjadi dalam jangka waktu enam tahun. Untuk itu Ahmad menambahkan ramalannya:

"Jika tak ada lagi yang terjadi maka akan muncul demam atau nyeri biasa ... yang bukan suatu pemenuhan ramalan ... tak seorang pun yang terbebas dari kekacauan semacam itu ... sekiranya ramalan terpenuhi dalam bentuk yang sedemikian rupa sebagaimana kutukan Tuhan jelas-jelas terjadi, maka hendaklah kalian ketahui bahwa ini benar-benar dari Tuhan. "Saya tidak punya kebencian pribadi kepada Lekh Ram atau kepada siapapun ... tetapi orang ini telah membuktikan dirinya musuh kebenaran dan telah melontarkan caci makian terhadap manusia sempurna, suci, mata air segala kebenaran."

Pada bulan April 1893, ia menambahkan kepada ramalannya:

"Pagi ini saya melihat diri saya sedang duduk di suatu aula luas dimana ada beberapa sahabat yang hadir ketika suatu sosok yang besar dan kokoh dengan wajah yang seram datang dan berdiri di depan saya ... Ketika saya pandangi dia, dia bertanya, 'Dimana Lekh Ram?” ... Kemudian saya tahu bahwa inilah sosok yang telah ditunjuk untuk melaksanakan siksaan bagi Lekh Ram."

Ia menambahkan: “Ketahuilah, hai orang yang dungu dan musuh yang salah arah, takutlah pedang Muhammad!”

Lekh Ram ketawa atas ramalan itu. “Ia membuat ramalan buat dirinya sendiri”, sesumbarnya. “Ahmad akan mati karena cholera dalam waktu tiga tahun”. Tahun demi tahun berialu. Ahmad telah selamat melampaui masa

101

BAB 12

Seorang Musuh Tuhan

Ahmad mengumumkan -- baik kitab Bibel maupn Al-Quran memperkuat wahyu yang turun kepada dirinya -- bahwa Yesus tidak akan turun kembali ke dunia melainkan seseorang akan datang dengan spirit beliau: "Kalian tidak akan melihat aku lagi sejak sekarang, sampai kalian akan berkata, “Berberkatlah dia yang yang datang atas nama Tuhan.” (Matius 24:39), jelas bermaksud” -- kata Ahmad -- bahwa “Yesus sendiri tidak akan muncul kembali, tetapi orang lain yang akan muncul atas nama beliau”. Dan Abu Hurairah, salah seorang sahabat Muhammad meriwayatkan, bahwa Muhammad telah memberitahukan kepada mereka, "Adalah mungkin salah seorang di antara kalian yang hidup akan menjumpai Yesus, putera Maryam, dia adalah Mahdi dan Hakim yang adil”. Itu sangat jelas bermaksud, kata Ahmad, bahwa seseorang yang akan datang di dunia dengan peran Yesus sekaligus sebagal Mahdi. Manakala Yesus telah hadir kembali ia akan "mematahkan salib dan membunuh babi". Itu bukan semata-mata berarti, seperti diperdebatkan, bahwa orang-orang Kristiani akan dibunuhi. Itu adalah suatu cara mengatakan bahwa kesalahan-kesalahan yang telah dibuat tentang penyaliban akan ditolak dengan penalaran (akal/logika) dan alasan (dalil). Sama-sama dengan cara damai beliau akan membebaskan dunia dari keserakahan – dosa si “babi”. Muhammad (saw. pent.) telah menambahkan keterangan, bahwa nabi yang akan datang dengan menyandang spirit Yesus itu akan hadir "dari antara kalian sendiri". Ini sebuah petunjuk yang jelas, kata Ahmad, bahwa Masih yang dijanjikan itu tidak akan turun dari langit,

Page 102: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

102

seperti diyakini kaum Kristiani, juga bukan secara jasmani putera Maryam yang dulu itu yang hidup 19 abad sebelumnya seperti diyakini banyak kaum Muslimin. Al-Masih yang dijanjikan kepada dunia itu, artinya, orang yang datang akan menyandang spirit Yesus, kata Ahmad, dan ia berasal dari kaum Muslimin sendiri. Yang pertama mendengarkan Ahmad adalah kaum Muslimin, oleh karena itu dari antara merekalah datang penolakan yang keras atas wahyunya -- bahwa dia adalah Al-Masih Yang Dijanjikan. Dia seorang bid'ah, di luar agama Islam dan musuh Agama, kata para ulama Muslim. Tidak semua cercaan berakibat seperti diinginkan, begitulah. Seorang bernama Mian Nizam-ud- Din menclengar seorang tokoh agama menyatakan bahwa Ahmad telah terkena penyakit lepra karena cercaan-cercaannya tertuju kepada Muhammad. Ia memutuskan untuk berkunjung ke Qadian untuk menyaksikan sendiri dan menemukan Ahmad sehat serta sejahtera. Mian Nizam-ud Din menjadi salah satu di antara para Sahabat Ahmad yang jumiahnya 313 orang. Menjawab hujatan-hujatan itu – dan yang pertama justru dari teman sekolah karibnya dulu, Muhammad Hussain – Ahmad menerbitkan suatu pernyataan dari Ludhianna pada bulan Maret tgl. 26, 1891, bunyinya:

"Tentang kebenaran bahwa Yesus wafat dan ruhnya tinggal bersama ruh Johannes Pembaptist (Yahya Pembaptis) di langit kedua. Al-Masih untuk abad ini, yang kedatangannya dalam pengertian spiritual telah dinubuwatkan dalam hadits-hadits yang shahih, ialah saya sendiri. Ini adalah pekerjaan Tuhan."

Muhammad Hussain terpaksa mengatakan bahwa adalah karena pujiannya yang telah mengundang perhatian dunia Muslim kepada Ahmad. Adalah atas jerih payahnya, sehingga Ahmad dibicarakan secara luas kemungkinan dia sebagai seorang wali dan penerima amanah Tuhan.

127

yang Ahmad telah umumkan, yaitu adab sopan-santun yang ia harapkan sepanjang melaksanakan debat keagamaan. Pada suatu peristiwa Ahmad sedang menunggu kereta api di persimpangan KA Ludhianna ketika waktu shalat tiba. Ahmad mulai shalat dan sebentar setelah itu datanglah Lekh Ram. Ia mencoba menangkap pandang mata Ahmad dengan cara berjalan dari sisi satu ke sisi yang lain. Ahmad berlaku seolah tak melihat dia. Ketika seorang pengikutnya memohon perhatian Ahmad akan kehadiran Lekh Ram, Ahmad mengatakan, "Ia mencerca junjunganku Nabi Suci Muhammad dan berharap menghormati aku. Bahkan sedikit pun aku tidak ingin melihat wajahnya". Pada bulan Maret 1886, mengumumkan bahwa dia menerima suatu wahyu, sebagian berkenaan dengan sahabat-sahabatnya dan sebagian lain tentang musuh-musuhnya. Sebagian dari wahyu-wahyu itu tidak menggembirakan dan perwujudannya akan menyebabkan kepedihan, katanya. Oleh karena itu bagi siapa yang menginginkan dia tidak buka suara silakan memberi tahu dia. Salah satu dari orang-orang yang [nasib di] masa depannya telah dibukakan kepadanya ialah Lekh Ram. Lekh Ram menuntut agar Ahmad segera mengumumkan ramalannya. Ahmad menurutinya.

"Enam tahun dari sekarang, 20 Februari 1893, orang ini akan direnggut dengan siksaan ngeri sebagai hukuman atas penghinaan yang telah ia lontarkan terhadap Nabi Suci. Dengan mengumumkan hal ini saya member tahu semua orang Muslim, Kristen dan semua pengikut agama lainnya, bahwa sekiranya orang ini tidak binasa dalam jangka waktu enam tahun dari sekarang dengan siksaan yang amat khas berbeda dari penderitaan pada umumnya, dan yang akan mengandung cirri-ciri luar biasa yang khas sebagai siksaan Tuhan, maka benarlah

Page 103: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

126

menggambarkan kesempurnaan dan keunggulan Islam bila dibandingkan dengan agama manapun. Ahmad menantang kaum Hindu, Kristen dan yang lain untuk membandingkan tulisan-tulisan suci mereka dengan ayat-ayat dari Al-Quran. Sejumlah orang merespons tantangan Ahmad, tetapi selain Pandit Lekh Ram, seorang anggota Arya Samaj dari sekte Hindu, mereka pada menghilang. Ia menjadi seorang anggota Arya Samaj yang bergairah dan menggunakan seluruh hidupnya menyiarkan keyakinannya. la mendirikan sekte itu di Peshawar dan ia datang ke Lahore tahun 1884. la terpilih menjadi editor Arya Gazette yang diterbitkan di Ferozpore. Lekh Ram menulis jawaban untuk Baraheen-i-Ahmadiyya yang ia beri judul Sanggahan atas Baraheen-i-Ahmadiyya. Sebuah suratkabar Kristen bernama Noor Afshan, yang biasanya sama sekali tidak ramah terhadap Ahmad dan terhadap Muslim yang lain, menanggapi jawaban Lekh Ram itu sbb.:

"Pengarang telah benar-benar melampaui batas, bahkan oleh seorang fanatik terburuk sekalipun, dalam hal mengutuk, meremehkan, mendusta dan membual. Ia telah menuliskan hal-hal yang sedemikian absurd (kisruh) dan nonsense sehingga tak satu pun orang yang terpelajar dan beradab pernah mengucapkannya, apalagi menuliskannya dengan tinta di kertas putih.”

Lekh Ram bermalam 25 hari di Qadian atas undangan Ahmad, tetapi pertemuan secara kekeluargaan itu tidak membuat membuat balk hubungan mereka, dan selama bertahun-tahun Lekh Ram tetap berlanjut melontarkan cercaan terhadap Islam. Ia melontarkan kata-kata yang kasar dan menyakitkan. Terutama, ia amat merendahkan Muhammad tidak hanya sebagai nabi, tetapi juga mengenal perilaku hidupnya dengan cara yang hanya membangkitkan kemarahan yang mendalam bagi seorang Muslim. Hal yang sama sekali berlawanan dengan apa

103

Ada beberapa kali usaha-usaha untuk menyelenggarakan debat antara Ahmad dan Muhammad Hussain dan akhirnya terselenggara dimulai bulan Juli tgl. 20, 1891, pada sebuah rumah milik seorang ulama Muslim. Debat harus dilaksanakan selama 12 hari dan harus diselenggarakan dengan kertas-kertas yang ada tanda tangan yang ditulisi baik oleh Ahmad maupun Muhammad Hussain, dipertukarkan dan kemudian dibacakan keras kepada khalayak penonton. Ada banyak pembicaraan tentang hal-hal pendahuluan sebelum debat dimulai. Ahmad akhirnya mengeluarkan pernyataan mendefinisikan ajaran-ajaran yang ia pertahankan dan hal-hal yang dengan salah telah clituduhkan kepadanya.

"Hendaklah dimengerti satu-satunya masalah yang sedang diperdebatkan ialah kepercayaan bahwa Yesus masih hidup dengan jasmaninya di langit. Saya tidak mempercayai itu. Tidak ada termuat dalam Al-Quran maupun dalam hadits-hadis shahih yang mendukung itu. Tuduhan- tuduhan lain ... semuanya palsu dan tidak berdasar. Kepercayaan- kepercayaan saya adalah sama dengan yang dipegangi oleh masyarakat tradisional ... pendek kata semua keberatan yang diarahkan kepada saya – kecuali pengakuan saya yang membuktikan kewafatan Yesus dan sebagai Masih Yang Dijanjikan – adalah salah, semrawut dan tersebab oleh salah pemahaman."

Pada akhir perdebatan Ahmad mengumumkan suatu tantangan: "Mereka yang menuduh saya seorang penipu dan menganggap diri mereka sebagai orang-orang yang benar dan suci mengetahui bahwa saya siap mempertahankan posisi saya terhadap mereka sesuai dengan ayat Quran, "Berusahalah sesuai dengan kemampuan anda; aku juga akan berusaha".

"Marilah kita pastikan 40 hari untuk keperluan dan kita

Page 104: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

104

cari tanda pembeda samawi, dan siapa yang terbukti benar dalam hal ini dan mampu memperlihatkan rahasia-rahasia Ketuhanan, melalui pertolongan-Nya, dialah yang harus diakul benar. "Dengarkanlah saya, wahai semua yang hadir di sini, bahwa saya mengumumkan dengan sumpah paling dalam, bahwa apabila Muhammad Hussain mampu, dengan menghadapkan dirinya kepada Tuhan, memperlihatkan tanda-tanda samawi atau mengungkapkan rahasia-rahasia Ketuhanan sebagaimana saya mampu, maka saya bersedia disembelih. "Seorang Juru-pemberi-ingat telah datang ke dunia dan dunia tidak menerima dia. Tetapi Tuhan akan menerima dia dan akan menegakkan kebenarannya dengan tanda-tanda yang perkasa”.

Ada sekitar 300 sampai 500 orang yang mengunjungi perdebatan-perdebatan itu setiap harinya – termasuk editor-editor dari dua harian lokal. Terjadi banyak teriakan dan cemoohan, sehingga kerapkali hanya sedikit saja yang dapat didengar ketika paparan-paparan sedang dibacakan. Beberapa di antara penonton ada yang menyembunyikan batu dalam pakaian mereka dan mereka lemparkan ke panggung dimana dua orang itu sedang menulis. Yang terbanyak diarahkan kepada Ahmad. Di luar gedung, tempat perdebatan berlangsung, massa berdesakan berkumpul pada hari terakhir, banyak yang mengacungkan pisau dan tongkat. Aparat setempat memutuskan bahwa rupanya kekacauan akan terjadi dan memerintahkan perdebatan ditutup. Sebuah kendaraan dipesan untuk Ahmad dan rombongannya, tetapi pengemudi sedemikian ketakutan untuk jalan di tengah kerumunan massa. Akibatnya Ahmad dipaksa menunggu di tengah kerumunan massa itu sementara tambah lama tambah menakutkan. Akhirnya superintendant polisi datang

125

Ramalan lain berkenaan dengan pemisahan provinsi Bengali yang telah diperintahkan oleh Lord Curzon, waktu itu Viceroy (Wakil Penguasa) di India. Hal ini tidak disukai oleh kebanyakan bangsa India, dan kampanye politik besar-besaran telah dimulai oleh Konggres Nasional India yang baru saja terbentuk, agar keputusan itu dibatalkan. Tetapi, bertentangan dengan huru-hara yang beriangsung, ketika penguasa baru, Lord Minto, tiba dan dipetisi, ia mengumumkan bahwa pemisahan itu tidak akan tidak akan dicabut atau diubah. Sekretaris Jendwral Negeri India, Menteri Kabinet Britania yang bertanggung jawab untuk urusan-urusan India, menolak dengan tegas semua perwakilan yang diutus menghadapnya. Tampaknya seolah--olah pemisahan itu harus diterima. Pada bulan Februari 1906, Ahmad menerima wahyu dalam bahasa Urdu berbunyi, "Tentang keputusan yang telah diumumkan mengenai Bengali, mereka kini akan dibikin lega." Ramalan itu diterima dengan cercaan dan makian orang-orang Hindu yang telah mulai menerima keputusan pemisahan sebagai sesuatu yang tak mungkin akan diubah. Tak ada sesuatupun bisa diperbuat tentang hal itu karena Pemerintah Britania adalah penguasa absolut India. Tetapi meski demikian, dalam bulan Desember 1911, ramalannya itu menjadi kenyataan. Pada malam menjelang Wisuda Durbar di Delhi, George V, Kaisar India, mengumumkan ditangguhkannya pemisahan negeri Bengali. Ramalannya tentang kematian Lekh Ram sepenuhnya khas dan melibatkan Ahmad lumayan kerepotan. Terjadi kira-kira setelah penerbitan Baraheen-i Ahmadiyya dimana untuk pertama kali Ahmad mengumumkan bahwa ia menerima wahyu dari Tuhan dan bahwa ia diangkat Tuhan sebagai Mujaddid abad ini. Baraheen-i-Ahmadiyya menyuguhkan dalam bentuk paparan dan syair yang

Page 105: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

124

ketakutan yang merajalela dan musibah-musibah dahsyat terjadi, bahkan burung-burung, binatang dan tumbuh-tumbuhan pun terpengaruh juga. Kebinasaan Tsar Rusia, yang saat itu salah satu dari antara kerajaan-kerajaan absolut di dunia, juga dia ramalkan. Ketika mengumumkan ramalan-ramalan itu, Ahmad menyeru kepada para penyanggahnya untuk tidak bergegas menyanggah dan membantahnya. “Biarlah waktu sendiri yang akan menunjukkan, apakah saya benar atau salah”, katanya. Tetapi, sebenarnya, tidak semua orang mencurahkan perhatian akan ramalan-ramalannya yang umum itu, kecuali mereka yang mengenali atau yang memusuhi dia. la tidak punya perhatian yang khusus akan masalah-masalah Rusia dan keluarga penguasanya. Tidak pula dia mempunyal pengetahuan khusus tentang Rusia. Pembantalan besar-besaran Perang Dunia Pertama, kengerian bombardement (pemboman) atas Front Barat antara tentara Sekutu Perancis dan Inggris melawan Jerman, ketika setiap pepohonan terkoyak dan hewan-hewan liar banyak terkurangi, adalah kenyataan yang amat mendukung kesamaan dan benarnya wahyu-wahyu yang diterima Ahmad. Demikian juga kemalangan akhir Tsar Rusia beserta keluarganya. Lebih khas lagi adalah wahyunya dalam bahasa Persia tentang kejatuhan Kekaisaran Persia: “Istana Kaisar Persia telah terkoyak”, ia umumkan bulan Januari tgl. 15, 1906. Pada saat itu kaisar tampak duduk dengan aman dan mantap di atas Singgasana Merak yang tersohor, satu dari antara kerajaan-kerajaan dunia yang tertua. Ternyata ia wafat kurang dari satu tahun setelah itu dan terjadilah revolusi yang melanda putera mahkota penggantinya beserta dinasti mereka dari Mahkota Merak, untuk selama-lamanya.

105

beserta kekuatan anak buahnya dan membukakan jalan menembus massa baginya. Bahkan rumah dimana Ahmad tinggal pun tidak aman. Sekelompok orang mengelilingi rumah itu dan mencoba mendobrak pintu-pintu. Mereka bisa ditolak keluar. Kemudian mereka mencoba menyerang rumah itu lagi, kali ini kedudukan orang-orang yang bertahan pada pintu-pintu, jendela- jendela dan yang lain memanjat tangga-tangga dan masuk bagian ruangan atas. Beberapa berhasil berkelahi memasuki rumah, tetapi bisa didesak keluar setelah terjadi perkelahian keras. Muhammad Hussain adalah orator penggerak utama, akibatnya, Penguasa Distrik memerintahkan dia untuk meninggalkan kota. Berita tentang pengakuan Ahmad sebagai Al-Masih Yang Dijanjikan dan emosi yang memanas selama 12 hari perdebatan telah membuat ia dikenal di seluruh pelosok Punjab dan propinsi-propinsi sekitamya. Pengikutnya masih sedikit, tetapi gerak maju telah dimulai, dan cerca makian makin menjadi-jadi. Tidak lama kemudian, itu bukan sekedar cerca makian. Ulama-ulama Muslim mengeluarkan fatwa menyatakan bahwa Ahmad dan pengikut-pengikutnya tidak bisa diterima sebagai Muslim. Mereka menyatakan bahwa adalah tidak sah (haram) memberi salam kepada Ahmad dan setiap pengikutnya apalagi berhubungan dengan mereka itu. Perkawinan antara pengikut Ahmad dan Muslim lain sekarang dilarang, begitu juga penguburan mereka dilarang di pekuburan-pekuburan Muslim. Satu fatwa berbunyi: "Mirza Qadiani adalah salah satu Dajjal (Anti-Christ) yang dinubuwatkan hadits-hadits Nabi Suci. Orang Islam harus membuang jauh hipokrit dusta semacam itu dan jangan berhubungan dengan dia dalam masalah-masalah agama ... Jangan berteman dengan mereka atau mengikut dalam shalat dan mendoakan penguburan jenazah mereka ... Dia, dan orang-orang

Page 106: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

106

semacam dia, adalah pencuri-pencuri agama, dan mereka adalah setan-setan pembohong dan terkutuk ... Tidak ada keraguan tentang ahli bid'ahnya Qadiani pendusta ini ... Dia orang kafir ... dia terburuk di antara makhluk ... dia itu musuh Tuhan ... dan Tuhan adalah musuhnya ... barang siapa mempercayai Qadiani ini pasti ditolak Tuhan.” Fatwa lain yang clikeluarkan oleh para ulama Muslim menyatakan bahwa perkawinan-perkawinan perempuan manapun dengan pengikut Ahmad sekarang dibatalkan. "Siapa saja yang mau boleh mengawini mereka," begitu bunyinya.

123

tahun 1989, yaitu seratus tahun kemudian, Gerakan Ahmadiyah dalam Islam telah berdiri di seluruh dunia dengan berjuta-juta pengikut. Satu dari antara ramalan-ramalan jenis lain, dengan perantaraan Tuhan bagi seorang yang keadaannya sudah sekarat, pada tahun 1907. Terjadi atas Abdul Karim, yang kelak akan menjadi salah seorang di antara para pengikutnya. Saat itu Abdul Karim berumur 12 tahun, dikirim ke Qadian dari Hyderabad, India Selatan, sejauh lebih kurang seribu mil, untuk belajar ilmu-ilmu agama. Di Qadian ia digigit anjing gila dan segera dilarikan ke Pasteur Institute di Kasauli untuk diobati. Ia kembali ke Qadian, tetapi beberapa hari kemudian timbul gejala sakit hydrophobia atau rabies. Satu telegram dikirimkan ke Institut Pasteur menanyakan apa yang mesti dilakukan untuk menolong si sakit. Telegram jawaban datang mengatakan: "Menyesal, tidak sesuatupun dapat diperbuat untuk menolong Abdul Karim". Ketika Ahmad dilapori tentang jawaban telegram itu, ia sangat tersentuh, dan dalam keadaan mendoa amat khusyuk ia memohon kepada Tuhan untuk kesembuhan anak muda itu. Dalam waktu 24 jam kondisi Abdul Karim mulai membaik. Begitulah berangsur-angsur dalam waktu yang cukup ia sembuh sama sekali. Dalam abad 19, apabila hydrophobia muncul, penyembuhan amat jarang terjadi, biasanya dikatakan tidak mungkin. Kini, dengan perawatan yang segera dan dengan menggunakan obat-obatan terakhir, orang terkena gigitan anjing gila masih bisa disembuhkan, demikian kata para pakar medis, penyakit tidak berlanjut parah. Telegram jawaban dari Institut Pasteur itu masih tersimpan di arsip Gerakan Ahmadiyah. Ahmad mengungkapkan sejumlah ramalan tetang kejadian-kejadian dunia yang besar. Salah satunya tentang kondisi dunia ketika sungai darahakan mengalir dan

Page 107: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

122

Apabila ia kalah nantinya dalam kontest ini, ia akan mengumumkan bahwa ia bukanlah orang yang diutus Tuhan, dan bahwa semua pengakuannya palsu belaka. Tetapi saya yakin seyakin-yakinnya bahwa Tuhan tidak akan menentukan seperti itu dan tidak akan membiarkan diriku hancur", katanya.

Ternyata tidak ada seorang pun jua, baik pemuka Hindu, Kristen, Sikh, Buddhis atau pun ulama Muslim -- yang menjawab tantangan itu. Benarlah, setelah terjadi debat dengan Athim, maka misionaris dari Gereja Inggris -- seperti telah diberitakan secara khusus -- tidak lagi akan mengikuti acara debat publik yang manapun dengan Ahmad atau para pengikutnya. Menilai kebenaran suatu ramalan atau mukjizat tidaklah mudah. Bagaimana seseorang meletakkan patokan-patokan atau ukuran-ukuran dengan itu bisa dipastikan sesuatu sukses atau gagal. Apakah sebenarnya mukjizat itu? Ahmad sendiri sejak semula telah mengemukakan, bahwa ada empat macam mukjizat: intelektual, ilmiah, karunia yang spiritual dan yang dengan keikutsertaan hukum alam yang nyata sudah diketahui umum. Tiga yang awal jauh lebih penting daripada yang terakhir itu, katanya. Penilaian demikian akan membatalkan banyak mukjizat yang dulu dinyatakan oleh pihak Kristen, dan yang belakangan di pihak banyak para "santa”, yang konon tidak hanya bisa menyembuhkan penderita-penderita sakit, tetapi bahkan dapat berbicara dengan burung, lebih lagi tingkahnya dari ito, dapat terbang seperti hainya burung-burung. Satu dari antara wahyu-wahyu intelektual yang diterima Ahmad ialah yang berbunyi, "Aku akan sampaikan tablighmu ke pelosok-pelosok bumi." Pada waktu itu Ahmad hanyalah seorang Muslim yang sekedar bisa membaca dan belajar sendiri di sebuah dusun terpencil di India. Pada

107

BAB 13

Suatu Konfrontasi dari Kristen

Tuduhan bahwa ia musuh Tuhan dan para Rasul-Nya adalah tanggungan yang paling melukai hati Ahmad. Ia menulis:

"Mereka menamai saya tukang bid'ah, setan dan tukang mengada-ada. Ini nama-nama aneh yang aku peroleh karena saya prihatin demi kebaikan Islam. Demi Ahmad [saw.] yang aku junjung tinggi, saya bersumpah di hadapan wajah engkau, semata demi engkaulah saya menanggung beban ini."

Ia menjawab tuduhan-tuduhan lain, dengan mengutip banyak ayatayat Quran, hadits-hadits Muhammad (saw. - pent.), Bibel dan dari sumber-sumber lain yang otentik untuk menunjang pengakuannya. Dan mulailah ia mengadakan perjalanan ke kota-kota utama seperti Delhi dan Lahore untuk memberi tahu orang-orang tentang missi kenabiannya. Tuhan menganugerahi dia jaminan berulang-ulang akan pertolongan-Nya dalam banyak wahyu, Ahmad mengumumkan. Salah satu berbunyi:

"Engkau akan nampak sebagai taklukan tetapi akan berjaya pada akhirnya dan milik engkaulah kemenangan final (akhir) itu ... Tuhan telah berkehendak menyebarkan keunikan engkau, kebesaran engkau dan kesempurnaan engkau ... Tuhan akan mengungkapkan wajah engkau dan akan memanjangkan bayangan engkau ... Akan Aku kumandangkan engkau sampal ke pelosok-pelosok bumi dan akan Aku tinggikan nama engkau dan membuat manusia mencintai engkau."

Ahmad juga menerima wahyu bahwa dari antara tugas-tugasnya ialah pengislaman dunia Barat:

Page 108: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

108

"Terbitnya matahari dari Barat berarti bahwa negeri-negeri Barat, yang selama berabad-abad dalam kegelapan kekafiran dan kesesatan, akan disinari dengan matahari kebenaran, dan akan ikut memperoleh keberkatan-keberkatan Islam."

Dalam waktu kurang dari satu dekade Ahmad sudah memulai pengislaman Barat. Bagaimanapun konfrontasi dengan orang-orang Kristen sementara ini telah dimulai. Sejak 1799 Gereja dari England Church Missionary Society telah lebih dahulu mengokohkan landasannya di India. Kemudian banyak disusul oleh berbagai organisasi-organisasi missi yang lain termasuk the Church of Scotland, the American United Presbyterian Church, English Baptists, American Methodists dan the United Brethren of Germany. Menjelang 1851 ada 19 macam perkumpulan missi yang bekerja di India dan pada tahun-tahun 1890-an telah berkembang menjadi sebanyak 73 buah dan masih ada sejumlah missi yang tak terikat dengan suatu nama perkumpulan. Pada tahun 1851 telah dihitung ada sekitar 91.000 orang Kristiani India. Hanya dalam waktu tiga puluh tahun kemudian, tahun 1881, jumlah ini telah berlipat ganda mencapai 41.711.372. Pada tahun 1882 Pendeta Dr. Henry Martyn Clark mendirikan sebuah cabang Church Missionary Society's Medical Mission di desa Jandilaya distrik Amritsar. Di situ telah ada missionariy-missionary sejak 1854 tetapi mereka baru sebagiannya yang sukses. Semula mereka menghadapi sedikit perlawanan karena missionary-missionary itu mensyiarkan cinta kasih Tuhan. Kemudian arah missi mereka berubah dan mereka membicarakan bagaimana salahnya Islam dan kebodohan-kebodohannya. Mulai sekitar tahun 1890 orang-orang desa tidak lagi berdiam diri manakala missionary mulai mempertanyakan keabsahan Islam. Mereka merasa keberatan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

121

yang ditentukan para penderita itu dihadapkan kepada para ulama yang mengikuti kontes doa agar mereka dapat ditanyai dan dipastikan apakah layak untuk dimohonkan pertolongan Tuhan. Kalau daftar lengkap telah siap, nama-nama mereka dibagikan secara acak kepada para pendeta dan para ulama, agar memperolah uluran campur-tangan Tuhan di pihak mereka. Dengan begitu bisa terjadi seorang Muslim mendoakan seorang Kristen dan seorang Kristen mendoakan seorang Hindu. Dalam waktu satu tahun setelah itu, maka para kontestan setiap hari mendoakan pasiennya yang menjadi tanggungannya, untuk meningkatkan kesehatan mereka. Kalau seorang penderita meninggal dalam waktu 12 bukan, maka diputuskan bahwa Tuhan dengan rencananya yang khas, telah menyingikirkan dia dari arena kontes dan berarti bahwa doa-doanya tidak membuktikan adanya pertolongan Tuhan baginya, jadi pengakuannya palsu. Hasil akhir dari para pendoa yang mengikuti kontest doa dinilai dari bagaimana kemajuan sebagian besar penderita yang menjadi tanggungan setiap pendoa masing-masing setelah dia mintakan kepada Tuhan. Ahmad menekankan perlunya jumlah penderita yang cukup banyak, sebab kalau tidak demikian, nantinya hasil akhir tidak bisa disimpulkan dengan tepat. Kalau hanya dua tiga penderita saja yang didoakan, barangkali hasilnya tidak tepat, karena mungkin Tuhan telah menentukan nasib mereka itu. Ia menambahakan:

"Saya telah menyarankan dimasukkannya daftar orang-orang yang menderita dari berbagai-bagai bencana, sehingga kemurahan Tuhan dapat ditampakkan dalam berbagai bentuknya, sehingga orang-orang dari berbagai watak mudah dapat mencapai kesimpulan akhir yang benar ditinjau, dari berbagai sudut pandang yang manapun.

Page 109: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

120

BAB 15

Kutukan Tuhan

Salah satu dari empat perkara yang dapat menguatkan klaim (pernyataan) seseorang sebagai seorang Utusan (Rasul) Tuhan, ungkap Ahmad, ialah dikabulkannya doa. Ini bukan berarti bahwa sekiranya ada satu atau dua doa yang rupa-rupanya diterima oleh Tuhan maka sudah cukup jelas bahwa seseorang itu adalah Utusan Tuhan. Sama halnya, sekiranya ada kegagalan satu atau beberapa doa dari seseorang, lalu dengan sendirinya dia itu bukan Utusan Tuhan. [Karena] barangkali, seseorang yang untuknya doa dipanjatkan berada dalam satu takdir Tuhan yang sudah tak terelakkan dan sudah tak bisa ditolong dengan doa maupun permohonan yang manapun, tak peduli doa itu dipanjatkan oleh siapa pun juga. Yang bisa dikenali ialah apabila yang terjadi ialah terkabulnya sejumlah besar dari doa dan permohonan. Untuk itu, Ahmad menyarankan dibentuk suatu komite yang mendaftar nama-nama, orang, khususnya yang kiranya sedang dirundung sakit keras atau bernasib malang. Doa dapat menolong mereka, ungkap Ahmad. Doa dapat meringankan beban penderitaan mereka. Kadang-kadang doa dapat menarik seseorang yang sedang sekarat kembali hidup. Meskipun begitu, tidak ada masalah dengan mengembalikan orang mati menjadi hidup, karena mati dan hidup sudah takdir. Ahmad mengajak mengikuti kontest ini para ulama dari agama-agama lain, atau juga para ulama Islam, agar pernyataannya sebagal Utusan Tuhan dan dalam hal menerima pertolongan Tuhan dapat dibuktikan kebenarannya. Panitia, kata Ahmad, hendaknya mengumpulkan daftar para penderita sakit datam waktu yang disetujui. Pada hari

109

Keramahtamahan pecah berantakan, terjadilah kemarahan dan perkelahian. Dr. Martyn Clark -- yang terlatih sebagai dokter setelah menamatkam tingkat pertama – memutuskan, bahwa cara terbaik untuk menyebarkan agama Kristen ialah dengan mengadakan debat umum. Dengan tidak secukupnya dipikirkan secara matang maka keinginannya ialah menelanjangi pengetahuan orang-orang desa yang terbatas tentang Islam, sekalifus menarangi jalan bagi keuntungan-keuntungan agama Kristen. Oleh karena itu ia mengajukan sebuah usul untuk melakukan perdebatan dengan para tetua desa. Mereka meneruskan suratnya kepada Ahmad yang menyatakan menerima. Dr. Martyn Clark tidak ingin berdebat dengan Ahmad. Ia segera menyuruh mencetal leaflet pada American Mission Press di Ludhiana yang disebarkan ke seluruh desa. Artikel itu juga dicetak ulang sebagai iklan di sebuah harian local. Bukankah Ahmad dianggap bukan seorang Muslim, bagaimana ia dapat mewakili golongan Islam? Kata Dr. Clark. Ia menunjuk ke alasan-alasan dan pernyataan (fatwa) yang ditulis oleh Muhammad Hussain. Tetapi para tetua desa bersiteguh kepada putusan mereka, mereka menginginkan Ahmad mewakili mereka. Seorang perwakilan menemui Dr. Clarc di Amritsar. “Jandilaya hanyalah sebuah desa kecil”, mereka menegaskan, “mereka tidak punya seorang pun yang cukup terpelajar untuk mewakili mereka. Mereka menginginkan Ahmad. Dr. Clark mengakui hal itu. Disepakati perdebatan akan dibagi dua bagian, masing-masing enam hari. Akan dimulai pukul 6.00 pagi – untuk memanfaatkan kesejukan pagi – dan diakhiri pukul 11.00. Hanya 20 orang Kristiani dan 20 orang Muslim diperbolehkan hadir, dan masalah-masalah perdebatan yang telah disepakati harus dibatasi secara

Page 110: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

110

ketat. Perdebatan ini disebut Perang Suci oleh pengikut Kristiani, dan ketika sebuah kelompok missi lain, Pendeta Robert Clark, menuliskan kenangannya beberapa tahun kemudian dengan judul "The Missions of the CMS in the Punjab and Sindh" (Missi-missi CMS dl Punjab dan Sindh) menyebutnya “kontroversi besar”. Masalah yang disepakati untuk enam hari pertama ialah masing- masing agama membuktikan kebenarannya dengan tanda-tanda yang hidup (nyata), dan kedua, segala masalah tentang ketuhanan Yesus. Tema yang pertama diterima dengan enggan oleh pihak Kristen yang menyatakan bahwa mukjizat yang segar tidak perlu diperiihatkan untuk menunjukkan kebenaran agama Kristen. Namun apabila Ahmad dapat menampakkan mukjizat-mukjizat semacam itu, kata mereka, dengan senang hati mereka akan menyaksikannya dan akan segera menjadi pengikutnya. Ahmad menandaskan dasar utama bagi perdebatan itu, bahwa pembela suatu agama hendaknya mengemukakan pernyataan- pernyataannya dengan alasan-alasan nalar yang didasarkan pada kitab-kitab agama yang telah diketahui umum. Tak ada keraguan siapa yang menang dalam perdebatan itu. Seorang missionary Amerika melaporkan perdebatan itu dalam suatu harian mengatakan jawaban-jawaban juru debat Kristen tidak memadai. Banyak orang yang harus muncul berhadapan dengan secara beruntun selama hidup Ahmad. Yang pertama ialah Muhammad Hussain, yang kedua Lekh Ram dari sekte Arya Samaj Hindu, yang ketiga Dr. Martyn Clark. la harus berhadapan dengan Ahmad lagi. Dr. Clark, missionary Kristen, dan Muhammad Hussain, ulama Muslim, menjadi semacam sekutu yang aneh.

119

judul The Teachings of Islam. Pangeran Leo Tolstoy, seorang filosof Rusia yang terkenal menulis:

"Saya sangat setuju dengan [topic] “'Bagaimana Melepaskan Diri dari Dosa' dan "Kehidupan Akhirat Kelak.” Pikiran-pikiran itu sangat cemerlang dan sangat benar”.

Theosophical Notes, sebuah jurnal keagamaan yang dihormati saat itu, menulis:

"Presentasi (pemaparan) terbaik dan paling menarik dari agama Muhammad, yang baru kali ini kita temui”.

The Indian Review mengomentari: “Cerdas, menyeluruh dan filosofis". Di Amerika Utara The Spiritual Journal menyatakannya sebagai "Injil murni”, sedang di Britania Raya terbitan bisa sampai di tangan seorang reviewer keagamaan West Country, majalah mingguan, yang menyatakan:

"Jelas, bukan sembarang orang yang mampu memperkenalkan dirinya kepada bangsa Barat".

Ahmad harus terus terlibat dalam kontroversi keagamaan, tetapi kini musuh-musuhnya berserikat.

Page 111: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

118

Sahabat yang terpilih untuk membacakan makalah ialah Abdul Karim. Ia mulai pada jam 1.30 siang dan direncanakan selesai dua jam kemudian. Tetapi hampir jam 3.30 paparan Ahmad tentang tema yang pertama -- Keadaan alamijasmani, moral (akhlak) dan spiritual (ruhani) manusia -- belum selesai. Tetapi sebaliknya, pembicara berikutnya menyatakan bahwa paparan Ahmad itu sangat penting, sehingga ia lebih senang kalau Abdul Karim bersedia melanjutkan membacanya. Para hadirin bertepuk tangan. Paparan tema pokok pertama itu belum juga selesai sampai jam 4.30, ketika acara kerja hari itu mestinya berakhir, dan ketika ada usulan dari pihak hadirin agar konferensi itu diakhiri sampai masalah pertama selesai. Paparan temo pokok pertama Ahmad itu akhimya selesai pads 5.30 sore hari. Karena masih ada sekian paparan yang belum terbacakan, diusulkan agar konferensi dilanjutkan dengan satu hari tambahan agar makalah itu dapat dituntaskan. Diperkirakan ada 7.000 sampai 8.000 orang mengunjungi konferensi itu. Suratkabar utama kota Lahore saat itu ialah Civil and Military Gazette. Laporannya tentang konferensi itu berbunyi:

"Perhatian khusus telah berpusat pada ceramah Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian, seorang master pembela Islam. Pertemuan besar dari segala sekte-sekte berdatangan dari jauh dan dekat menyatu mendengarkan ceramah itu, yang dibacakan oleh salah seorang pakar dari kelompoknya. Pada tanggal 27 ceramah itu berlangsung selama tiga setengah jam dan didengarkan dengan perhatian penuh, meskipun selama itu baru mengenai masalah yang pertama."

Bahkan pujian lebih hangat diterima ketika ceramah itu diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan

111

BAB 14

Berita Gembira bagi Para Pencari Kebenaran

Gejolak yang ditimbulkan oleh wahyu -- bahwa Yesus tidak wafat di tiang salib -- sangat mempersulit Ahmad. Ia telah datang dengan spiritualitas Yesus sebagai Pembaharu Zaman. Tugasnya untuk meregenerasi spiritual manusia. Risalahnya damai. Ia tidak punya keinginan untuk menyerang agama lain, tetapi bukan berarti debat keagamaan harus disumbat, tetapi hendaknya hal itu jangan memberikan peluang untuk menyerang dengan keji tokoh-tokoh suci dan para syuhada di pihak agama-agama lain. Karena itulah Ahmad membuat sebuah proposal terbuka, bahwa harus ada batasan-batasan tertentu dimana diskusi dan perdebatan dapat diselenggarakan. Ketentuan-ketentuan itu ialah: Pertama, para penganjur suatu agama tidak boleh mencela agama-agama lain atas dasar dugaan-dugaan palsu. Yang kedua, perbedaan harus dibatasi oleh hal-hal yang secara luas sudah diketahui dan berdasar kitab suci masing-masing agama. Sekitar 5.000 orang telah menandatangani suatu peringatan yang mendesak ini, yaitu agar debat masalah agama harus dilaksanakan dengan cara seperti itu, tetapi pemimpin-pemimpin agama yang lain tidak mau mendukung himbauannya itu. Hasrat Ahmad untuk perdebatan keagamaan yang rasional guna menanggulangi cerca makian, disebabkan oleh serangan-serangan yang semakin gencar tertuju kepada pribadi dan riwayat hidup Muhammad (saw. pent.) oleh orang-orang Kristen dan Hindu. Beberapa serangan

Page 112: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

112

yang paling keji ialah oleh pengikut-pengikut baru Kristen yang mengunggulkan pendapat-pendapatnya dengan cara memfitnah kepercayaan-kepercayaan lain. Ketika ada lagi suatu serangan yang seperti oleh missionary Kristen, Ahmad menerbitkan bantahan 80 halaman. “Kita harus jelaskan, bahwa kami menghormati tinggi-tinggi berkenaan pribadi Yesus, dan kami sadardi hati bahwa beliau adalah utusan Tuhan yang benar dan dikasihi ... Dari antara ratusan utusan-utusan yang mengkhidmati hukum Musa, beliau juga adalah salah satunya. Jadi kami menghormati beliau sebagaimana martabat beliau.” Tetapi orang-orang Kristen, kata Ahmad, “telah menyajikan kepada kita seorang Yesus yang mengatakan bahwa beliau adalah Tuhan dan bahwa semua manusia adalah terkutuk, kecuali beliau sendiri. Mereka itu salah dalam banyak perilaku buruk dan pantas memperoleh kutukan Tuhan. “Model Yesus yang kurang ajar dan kasar muiut seperti itu, tidak ada dalam Al-Quran”, kata Ahmad.. Maka apabila ia mengritik Yesus, itu adalah tertuju kepada "imagi Yesusnya orang-orang Kristen ... bukan untuk Yesus hamba Tuhan yang lugu, Isa, putera Maryam" yang kami umat Muslim tahu dari Al-Quran.” Ahmad menindaklanjuti himbauannya agar semua pemimpin agama mematut kepantasan bahasa mereka dengan menyarahkan suatu Konferensi Agama-agama dimana semua aliran agama hendaknya mengambil peran. Dengan begitu orang-orang dapat mengambil keputusan adil yang terang. Konferensi itu akan bertangsung selarna 30 hari dan silsilah kekunoan agama agama akan menentukan urutan pembicara, yaitu hari pertama adalah dikhususkan bagi pembicara yang mengaku agamanya adalah yang tertua. Akan diikuti pembicara yang agamanya tertua kedua dan begitu selanjutnya.

117

"Saya merasa tergerak pada kesempatan ini dengan rasa simpati bagi sesama manusia untuk menuliskan catatan ini. Saya mengundang siapapun untuk datang dan menyaksikan keindahan-keindahan Al-Quran suci, untuk datang dan mellhat betapa tidak adilnya para kritisi yang mencintal kegelapan dan membenci cahaya. Tuhan Yang Maha-tahu telah memberi tahu saya, bahwa makalah saya akan terbukti mengungguli semua makalah lain pada konferensi itu. Cahayanya, kebenaran, kebijaksanaan dan ilmunya akan memancar benderang dibanding makalah-makalah yang lain ... Hal itu demikian karena Tuhan Yang Maha-perkasa telah metakdirkan bahwa pada hari itu Kitab Suci-Nya akan menyinarkan wajah-Nya yang berkilauan ... Dari pemandangan batin (kasyaf) seperti itu saya berpindah kepada keadaan menerima wahyu dan saya menerima wahyu "Sungguh Tuhan bersama engkau. Sungguh Tuhan berdiri dimana engkau berdiri." Ini suatu jaminan tentang bantuan Ilahi dalam bahasa metaphors (kiasan). "Saya beritahu siapa saja hendaklah mereka hadir ... kalau mereka hadir, peningkatan pengertian dan keimanan mereka akan menjangkau jauh lebih tinggi dari yang mereka perkirakan."

Kamal-ud-Din tidak tergugah oleh wahyu Ahmad tadi dan ketika dia dan teman-temannya telah sampai di Lahore ia malas menyuruh poster itu dipasang. “Itu akan membuat kita diketawakan”, katanya kepada teman-temannya. Mereka mendesak dia mengerjakan seperti yang diminta oleh Ahmad, tetapi dia menolak sampai saat-saat yang terakhir. Kemudian, pada malam gelap gulita Desember tanggal 26, hanya beberapa jam sebelum makalah Ahmad harus dibacakan, ia menyetujui poster itu dipasang. Tetapi ia memilihkan posisi dan tempat yang kecil kemungkinan diperhatikan orang.

Page 113: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

116

datar dan tidak mengesankan tentang kelima pokok masalah itu. Teolog-teolog terkenal dari seluruh India nantinya akan menghadiri konferensi itu, para editor mengirimjan tim-tim dan reporter-reporter mereka, dan ribuan orang diharap kedatangannya. Itu semua akan ditertawakan, tegasnya, kalau hanya ini yang mereka paparkan mewakili pihak Islam. Kritiknya mengherankan pengikut-pengikut lain dan membuat Ahmad sedih, sehingga sekarang ia terpaksa mengungkapkan wahyu bahwa Tuhan telah memberi tahu dia bahwa makalah-makalah itu akan diunggulkan dalam konferensi. Dan bersenjatakan pengetahuan itu ia telah menyiapkan sebuah poster (selebaran) yang ia ingin Kamal-ud-din menyuruh memancangkannya di jalan-jalan kota Lahore. Diberi judul: BERITA AGUNG BAGI PARA PENCARI KEBENARAN dan bunyinya:

"Konferensi antar Agama-Agama Besar termasuk sebuah makalah oleh hamba yang lemah, yang tema-temanya ialah kesempurnaan-kesempurnaan dan mukjizat-mukjizat AI-Quran Suci. Tulisan ini bukan tampilan atas usaha-usaha manusia melainkan merupakan Tanda-tanda kekuasaan Tuhan yang ditulis dengan bantuan istimewa dari-Nya. la mengungkapkan keindahan-keindahan dan kebenaran-kebenaran AI-Quran Suci dan membuktikan -- seperti matahari benderang slang -- bahwa Al-Quran adalah firman-firman Tuhan sendiri, satu kitab yang diwahyukan Tuhan seluruh ciptaan. Siapapun yang mendengarkan tulisan ini dari awal sampai selesai, dengan memperhatikan cara penyajian saya atas kelima tema yang dirancang untuk diskusi, akan memperoleh -- saya yakin -- suatu keimanan baru dan cahaya baru. la akan menemukan tafsir atas seluruh Kitab Suci itu. Makalah ini terbebas dari kelemahan manusia, bualan kosong dan pendapat yang sia-sia.

113

Kepentingan konferensi itu ialah untuk mendiskusikan: Alasan-alasan mempercayai Tuhan, dengan rujukan istimewa kepada penalaran yang diacu dari tulisan-tulisan suci agama pembicara yang bersangkutan, dan pentingnya agama secara umum, dengan keyakinan di pihak agama pembicara secara khusus, demi memperoleh penyelamatan. Sejalan dengan pernyataan sebelumnya, untuk penenangan situasi, Ahmad mengajukan:

"Setiap pembicara dimohon untuk tidak membuat rujukan atau kiasan berasal dari agama lain dalam pidatonya, tetapi memberikan paparan melulu tentang keindahan-keindahan dari agamanya sendiri dan kesempumaan ajaran-ajaran pokoknya. Para pembicara mempunyal kebebasan penuh menyampaikan alasan-alasan untuk menguatkan pengakuan-pengakuan mereka, tetapi menyerang agama lain atau menyampaikan pendapat yang menghinakan agama-agama lain harus dihindarkan sejauh-jauhnya.”

Tetapi Ahmad ingin lebih tinggi iagi dari sekedar catatan terjemahan dari setiap ayat-ayat sakral masing-masing agama:

"Alasan-alasan dari setiap pembicara haruslah seluruhnya berdasar atas kata demi kata kitab sucinya. Hendaknya ia kutipkan dalam bahasa aslinya dengan ciri-ciri khususnya. Sebagai contoh, pembicara Muslim harus membacakan ayat-ayat dari Al-Quran dan tidak mengandalkan terjemahannya saja. Demiklan pula bagi pembicara Kristen atau teolog Arya Hindu akan mengutip dari Bibel dan Veda yang asli disertai dengan terjemahan dan referensi-referensinya."

la menambahkan: "Hanya tokoh-tokoh yang dapat dengan mudah membaca dan menerjemahkan teks-teks aslinya yang

Page 114: MIRZA_GHULAM_AHMAD_of_QADIAN.as-terj.pdf

114

layak tampil dalam konferensi ini. Mereka yang hanya memiliki ilmu dari setengah-setengah melalui terjemahan tak dapat dipertimbangkan layak pada mata pencahari kebenaran."

la menyimpulkan alasan-alasan penyelenggaraan konferensi itu dengan kata-kata:

"Saya mohon persona-persona (pribadi-pribadi) terpelajar dari setiap komunitas untuk menjawab seruan saya ... demi menegakkan kebenaran, kesucian dan perdamaian di dunia. Dalam pandangan saya hal ini dapat dilaksanakan hanya dengan mengikutu satu ajaran agama yang benar. Saya berharap konferensi akan kondusif untuk melipat gandakan keberkatan-keberkatan. Ini akan menyediakan platform yang aman dan damal bagi berbagai agama, dimana semua pengajurnya bebas mempertahankan kepercayaan mereka dengan mempertontonkan keindahan-keindahan mereka kepada dunia. "Waktu 30 hari nampak bagi sementara orang terlalu lama ... tetapi saya berpikir waktu sekian itu tidak terlalu lama. Saya berharap bahwa orang-orang yang berhati mulia, yang jiwanya selalu condong kepada studi (belajar) dan riset yang serius, akan ikut berperan dengan kemauan yang tulus. Saya mengundang demi rasa kemanusiaan dan kebudimanan mereka, dan saya berharap semoga mereka sadari bahwa agamalah satu-satunya sumber bagi kemajuan peradaban manusia ... Saya berdoa semoga Tuhan akan mengilhami sahabat-sahabat saya untuk maju membantu saya dalam menegakkan keagungan-Nya yang benar di dunia."

Ide konferensi yang disusun dengan sponsor Ahmad itu menjadi beban yang terlalu berat bagi lawan Ahmad, dan himbauannya itu ditolak. Ahmad kecewa tetapi tidak sedih. Jalan untuk menolong kemanusiaan dengan menegakkan kembali kebenaran Islam - yang menjadi tugas yang

115

dipercayakan Tuhan kepadanya - ia sadar, ialah untuk memaparkan keindahan Islam di depan khalayak pada jumlah yang sebanyak-banyaknya. Manakala idenya tentang penyelenggaraan konferensi yang dia sponsori tidak dapat diterima, maka biarlah diselenggarakan dengan sponsor orang-orang lain. Ia memulai pembicaraan ide penyelenggaraan konferensi kepada aneka sponsor yang mungkin mau di Lahore dan kemudian ide itu djambil alih oleh seorang pendeta Hindu, Swami Shugan Chandra. [Peserta] Konferensi antar Agama-agama Besar diundang ke Lahore tanggal 26, 27 dan 28 Desember 1896. Saran-saran yang dikemukakan Ahmad diikuti seluruhnya - tidak ada serangan yang ditujukan kepada agama lain dan konferensi harus dilaksanakan dengan pembacaan makalah yang telah disiapkan lebih dulu tentang lima pokok masalah yang terpisah. Yaitu:

• Kondisi jasmani, moral dan spiritual manusia. • Keadaan manusia sesudah mati. • Tujuan hidup manusia di dunia dan sarana untuk

mencapainya. • Pengaruh amalan manusia dalam hidup dan di

akhirat kelak. • Usaha-usaha untuk mencapai ilmu spiritual.

Ahmad memutuskan untuk tidak hadir dalam konferensi untuk menghindari kontroversi. Sebaliknya ia siap untuk menuliskan aneka makalah itu untuk dibacakan. Ia menulis makalah-makalah itu dalam waktu yang tidak terlalu lama dan kemudian bergabung di Qadian bersama mereka yang akan menghadiri konferensi. Salah satunya ada seorang ahli hukum bernama Kamal-ud-Din. Wajahnya semakin memanjang sewaktu ia mendengarkan pembicaraan Ahmad. Ketika Ahmad selesai, ia menyatakan kekecewaannya. Paparanpaparan itu, katanya, adalah komentar yang terasa