minggu-15

75
Minggu 15 Aktiviti 1 : Cari maklumat apa yang dimaksudkan dengan Connectivism, Personal Learning Environment (PLE), teknologi e!"#$ (aplikasi%aplikasi yang terdapat dalam teknologi ini), Mo!ile Learning (M%Learning) dan sistem pengurusan pem!ela&aran (LM' Learning 'e!utan e%Learning "#$ mungkin al yang !aru !uat se!agian dari *am!a an versi "#$ di!elakang kata e%Learning se!enarnya menyiratkan adirnya sesuatu yang !aru dalam pengertian e%Learning itu sendiri dari versi se!elumnya yang e% Learning 1#$# +stila e%Learning "#$ digunakan untuk meru&uk kepada cara pandang !aru ter adap pem!ela&aran elektronik yang terinspirasi ole munculnya teknologi e! "#$# Sistem konvensional pembelajaran elektronik biasanya berbasis pada paket pelajar disampaikan kepada siswa dengan menggunakan teknologi Internet (biasanya melalui LMS) yang seringdisebutdengan VLE (Virtual Learning Environments). Peran siswa dalam pembelajaran terdiri dari pembaaan dan mempersiapkan tugas. !emudian tugas dievaluasi ole" guru. Sebaliknya# e$learning %.& memiliki penekanan pada pembelajaran yang sosial dan penggunaan perangkat lunak sosial (soial networking) seperti blog# wiki# pod dan Seond Li'e. enomena ini juga tela" disebut sebagai Long ail learning. Selain itu learning %.& erat "ubungannya dengan *eb %.&# soial networking (+ejaring Sosi Personal Learning Environments (PLE). +ika da"ulu pembelajaran elektronik sangat bersi'at 'ormal dalam Virtual Learning Enviro (VLE) dengan menggunakan Learning Management System seperti Moodle# ,lakboard atau sistem lainnya saja# maka dalam e$Learning %.&# peran perangkat web %.& menjadi suplemen bagi penggunaan LMS untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran. *a"ana jejaring sosial# yang memang sangat digemari ole" pelajar-peserta didik# seperti aebook dan witter# se penggunaan aplikasi web %.& lain seperti *ordPress# rou.Ps# oogle /os# Min 0ou ube# /iigo sangat mendobrak kebiasaan belajar 'ormal. 1amun dengan mengintegrasikan tool$tool seperti itu# peserta didik menjadi lebi" senang dalam belajar# diban dengan menggunakan lingkungan belajar 'ormal (LMS) saja. 2paka" pendekatan ini dapat e'ekti' diterapkan dalam perkulia"an3 +awabannya adala" iya Saya sendiri tela" membuktikan sendiri bagaimana pendekatan ini sangat mumpuni meningkatkan interakti'itas dan kreati'itas dalam kelas online yang ada dalam L menggunakan kelas online di Moodle# saya juga membuat sebua" grup di aebook# yang ternyata sangat e'ekti' untuk digunakan dalam menyebarluaskan in'ormasi perkulia

Upload: mohana-muthaiah

Post on 05-Nov-2015

60 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

m

TRANSCRIPT

Minggu 15Aktiviti 1 : Cari maklumat apa yang dimaksudkan dengan Connectivism, Personal Learning Environment (PLE), teknologi web2.0 (aplikasi-aplikasi yang terdapat dalam teknologi ini), Mobile Learning (M-Learning) dan sistem pengurusan pembelajaran (LMS Learning Sebutan e-Learning 2.0 mungkin hal yang baru buat sebagian dari Anda. Tambahan versi 2.0 dibelakang kata e-Learning sebenarnya menyiratkan hadirnya sesuatu yang baru dalam pengertian e-Learning itu sendiri dari versi sebelumnya yang e-Learning 1.0. Istilah e-Learning 2.0 digunakan untuk merujuk kepada cara pandang baru terhadap pembelajaran elektronik yang terinspirasi oleh munculnya teknologi Web 2.0.

Sistem konvensional pembelajaran elektronik biasanya berbasis pada paket pelajaran yang disampaikan kepada siswa dengan menggunakan teknologi Internet (biasanya melalui LMS) yang sering disebut dengan VLE (Virtual Learning Environments). Peran siswa dalam pembelajaran terdiri dari pembacaan dan mempersiapkan tugas. Kemudian tugas dievaluasi oleh guru. Sebaliknya, e-learning 2.0 memiliki penekanan pada pembelajaran yang bersifat sosial dan penggunaan perangkat lunak sosial (social networking) seperti blog, wiki, podcast dan Second Life. Fenomena ini juga telah disebut sebagai Long Tail learning. Selain itu juga, E-learning 2.0 erat hubungannya dengan Web 2.0, social networking (Jejaring Sosial) dan Personal Learning Environments (PLE).

Jika dahulu pembelajaran elektronik sangat bersifat formal dalam Virtual Learning Environment (VLE) dengan menggunakan Learning Management System seperti Moodle, Blackboard atau sistem lainnya saja, maka dalam e-Learning 2.0, peran perangkat web 2.0 menjadi suplemen bagi penggunaan LMS untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran. Wahana jejaring sosial, yang memang sangat digemari oleh pelajar/peserta didik, seperti Facebook dan Twitter, serta penggunaan aplikasi web 2.0 lain seperti WordPress, Grou.Ps, Google Docs, MindMeister, YouTube, Diigo sangat mendobrak kebiasaan belajar formal. Namun dengan mengintegrasikan tool-tool seperti itu, peserta didik menjadi lebih senang dalam belajar, dibandingkan hanya dengan menggunakan lingkungan belajar formal (LMS) saja.

Apakah pendekatan ini dapat efektif diterapkan dalam perkuliahan? Jawabannya adalah iya!. Saya sendiri telah membuktikan sendiri bagaimana pendekatan ini sangat mumpuni untuk meningkatkan interaktifitas dan kreatifitas dalam kelas online yang ada dalam LMS. Selain menggunakan kelas online di Moodle, saya juga membuat sebuah grup di Facebook, yang ternyata sangat efektif untuk digunakan dalam menyebarluaskan informasi perkuliahan dan meminta respon yang cepat dari peserta didik. Hal serupa juga diungkapkan oleh banyak dosen yang telah mengikuti program Pendidikan Jarak Jauh yang diinisiasi oleh DBE2 USAID. Dr. Ihsan Satrya Azhar dari IAIN Sumatera Utara misalnya, beliau telah menggunakan Facebook Group selama beberapa bulan ini dan mengatakan sangat puas dengan hasil yang ada.

Hal senada diungkapkan pula oleh Dr. Surjani Wonorahardjo dari Universitas Negeri Malang yang telah menggunakan Facebook Group untuk kelas Kimia Analitikum nya. Mahasiswa mereka merasa lebih mudah dan cepat dalam mendapatkan informasi dari dosen. Selain itu, hal ini juga memunculkan pandangan lain dari aplikasi jejaring sosial, bahwa ternyata aplikasi ini tidak hanya untuk bersenang-senang saja, melainkan dapat pula dimanfaatkan untuk mendukung proses pembelajaran.

Beberapa kelas online Moodle dari IAIN Walisongo Semarang misalnya, banyak dari kelas tersebut yang telah dilengkapi dengan widget Twitter, baik yang memanfaatkan hashtags tertentu (#) maupun hanya untuk menampilkan status terbaru dari dosennya. Yang pasti dengan seperti ini proses penyebaran informasi dan pengiriman respon dosen maupun mahasiswa dapat cepat tersampaikan dan tetap terekam. Tentunya dengan teknologi mobile, semua pesan yang ada dapat diakses dengan cepat dari mana saja dan kapan saja.

Selain berjejaring sosial, proses belajar siswa dalam e-Learning 2.0 juga mengalami perkembangan. Web 2.0 juga banyak menyediakan lingkungan berkreatif, sebut saja media blog yang dapat dimanfaatkan para siswa dalam membuat electronic portfolio sebagai hasil pembelajaran, khusunya untuk membuat dan mempublikasikan tulisan, paparan, review, dll. Selain itu dalam berkreatif, para siswa dapat juga mengintegrasikan berbagai aplikasi web 2.0 seperti Google Docs, Animoto, Wordle, dll sehingga hasil karya akan menjadi lebih kaya dan lebih interaktif.

Kolaborasi, jejaring sosial, berbagi informasi, penggunaan teknologi yang beragam, kreatifitas dan inovasi, kata kunci (tag), agregat (RSS), lingkungan belajar personal, user generated content merupakan senyawa dari E-Learning 2.0. Kedepan dengan hadirnya pendekatan serta teknologi baru bukan mustahil akan menghasilkan e-Learning 3.0 dan seterusnya. Yang pasti, sebagai tenaga pendidik kita harus selalu menyesuaikan diri dalam perubahan yang ada. Sepanjang hal tersebut baik untuk meningkatkan hasil pembelajaran, maka kita wajib untuk mencoba dan menerapkannya. Selamat berinovasi!.

Istilah e-Learning 2.0 digunakan untuk merujuk kepada cara pandang baru terhadap pembelajaran elektronik yang terinspirasi oleh munculnya teknologi Web 2.0. Sistem konvensional pembelajaran elektronik biasanya berbasis pada paket pelajaran yang disampaikan kepada siswa dengan menggunakan teknologi Internet (biasanya melalui LMS). Peran siswa dalam pembelajaran terdiri dari pembacaan dan mempersiapkan tugas. Kemudian tugas dievaluasi oleh guru. Sebaliknya, e-learning 2.0 memiliki penekanan pada pembelajaran yang bersifat sosial dan penggunaan perangkat lunak sosial (social networking) seperti blog, wiki, podcast dan Second Life. Fenomena ini juga telah disebut sebagai Long Tail learning.

Selain itu juga, E-learning 2.0 erat hubungannya dengan Web 2.0, social networking (Jejaring Sosial) dan Personal Learning Environments (PLE).Management System)

Kumpulan 1 : Jelaskan apakah ciri-ciri blog / edublog, podcastig dan vodcasting kemudian bincangkan bagaimana ianya dapat digunakan dalam aktiviti pengajaran dan pembelajaran

Podcast adalah satu medium digital yang terdiri daripada siri episod audio, video, radio digital, PDF, atau fail ePub melanggan dan dimuat turun melalui sindikasi web atau distrim dalam talian ke komputer atau peranti mudah alih. Perkataan ini adalah kata baru dan singkatan yang diperolehi daripada "siaran" dan "buah" dari kejayaan iPod, sebagai podcast audio sering mendengar pada players.mp3 media mudah alih

Merriam Webster mentakrifkan "Podcast" sebagai:. Program (seperti muzik atau ceramah) yang diadakan dalam format digital untuk muat turun automatik melalui Internet

Senarai semua audio atau video fail yang berkaitan dengan siri tertentu dikekalkan berpusat pada pelayan pengedar sebagai suapan web, dan pendengar atau penonton menggunakan khas perisian aplikasi pelanggan, yang dikenali sebagai podcatcher satu, yang boleh mengakses suapan web ini, cek untuk kemas kini, dan memuat turun apa-apa fail baru dalam siri ini. Proses ini boleh dilakukan secara automatik supaya fail baru dimuat turun secara automatik, yang mungkin kelihatan kepada pengguna seolah-olah kandungan yang sedang disiarkan atau "menolak" kepada mereka. Fail ini disimpan secara setempat pada komputer atau peranti lain sedia untuk digunakan di luar talian, memberikan akses pengguna ringkas dan mudah untuk kandungan. Podcasting berbeza dengan siaran web (streaming Internet), yang secara amnya tidak direka untuk offline mendengar pengguna-kandungan yang dipilih.

Seperti yang dibincangkan oleh Richard Berry, Podcasting adalah kedua-dua medium tertumpu membawa bersama-sama audio, web dan pemain media mudah alih dan teknologi yang menimbulkan gangguan yang telah menyebabkan beberapa dalam perniagaan radio untuk menimbang semula beberapa amalan ditubuhkan dan prasangka mengenai penonton, penggunaan, pengeluaran . dan pengedaran [4] Ini idea disruptiveness sebahagian besarnya adalah kerana tidak ada satu orang memiliki teknologi; ia bebas untuk mendengar dan membuat kandungan, yang berlepas dari model tradisional "pintu-disimpan" media dan alat-alat pengeluaran [4] Ia adalah sangat banyak bentuk media mendatar:. pengeluar adalah pengguna dan pengguna menjadi pengeluar dan melibatkan diri dalam perbualan dengan antara satu sama lain

Ramai orang dan kumpulan, termasuk Dawn dan Drew The Dawn dan Drew Show, Kris dan Betsy Smith dari Croncast, dan Dan Klass The Pil pahit menyumbang kepada kemunculan awal dan populariti podcast. [9] Bekas MTV VJ Adam Curry, dalam kerjasama dengan Dave Winer, pemaju RSS feed, dikreditkan dengan datang dengan idea untuk mengautomasikan penghantaran dan penyegerakan kandungan teks kepada pemain audio mudah alih.

Bermula kenaikan sebagai agen penting perubahan, khususnya dalam arena penyiaran, penerimaan arus perdana Podcasting telah didokumenkan dan dipelihara untuk generasi akan datang.

Podcasting, sekali kaedah kabur menyebarkan maklumat, telah menjadi satu medium diiktiraf untuk mengedarkan kandungan audio, sama ada untuk kegunaan korporat atau peribadi. Podcast A adalah sama dengan program radio dengan perbezaan utama: pendengar boleh tune ke kegemaran mereka menunjukkan mengikut keselesaan mereka dan mendengar podcast secara langsung pada peranti yang dibolehkan Internet atau boleh memainkan kandungan audio yang dimuat sisi.

Permohonan pertama untuk membuat proses ini dilaksanakan adalah iPodderX, yang dibangunkan oleh Ogos Trometer dan Ray Slakinski. Menjelang tahun 2007, melalui evolusi keupayaan internet, bersama-sama dengan perkakasan dan perisian murah, podcast audio lakukan apa yang sejarah dicapai melalui siaran radio , yang sejak tahun 1930 telah menjadi sumber menunjukkan bercakap radio dan program berita.

Pada bulan Jun 2005, Apple mengeluarkan iTunes 4.9 dengan sokongan asli untuk podcast. Walaupun ini dibuat menerima podcast lebih mudah, ia berkesan berakhir kemajuan sederhana podcast oleh pemaju bebas. Menambah kepada faktor penyejukan, Apple dikeluarkan Berhenti dan berhenti perintah kepada banyak pemaju aplikasi podcast dan pembekal perkhidmatan untuk menggunakan istilah "iPod" atau "Pod" dalam nama produk mereka 'itu. [15]

Logo yang digunakan oleh Apple untuk mewakili Podcasting

Permohonan cap dagang

10 Feb 2005, Shae Spencer Pengurusan, LLC di Fairport, New York memfailkan permohonan cap dagang mendaftar istilah "podcast" untuk "program radio online dirakam terlebih dahulu melalui internet". Pada 9 September 2005, Amerika Syarikat Paten dan Trademark Office menolak permohonan itu, memetik podcast Wikipedia sebagai menggambarkan sejarah istilah tersebut. Syarikat itu dipinda permohonan mereka pada bulan Mac 2006, tetapi USPTO menolak permohonan itu dipinda seperti tidak cukup dibezakan daripada yang asal. Pada bulan November 2006, permohonan itu telah ditandakan sebagai terbengkalai.

Pada September 20, 2005, tanda dagangan terkenal yang cuba untuk mengambil kesempatan daripada podcast termasuk: ePodcast, GodCast, GuidePod, MyPod, Pod-Casting, Podango, PodCabin, Podcast, Podcast Realty, Podcaster, PodcastPeople, Podgram PodKitchen, PodShop dan Podvertiser.

Pada bulan Februari 2007, telah ada 24 percubaan untuk mendaftar cap dagang yang mengandungi perkataan "podcast" di Amerika Syarikat, tetapi hanya "podcast READY" dari Podcast Ready, Inc telah diluluskan.

Perlindungan cap dagang ApplePada tarikh 26 September 2004, ia telah melaporkan bahawa Apple telah mula melumpuhkan perniagaan yang menggunakan string "POD", dalam nama produk dan syarikat. Apple menghantar berhenti dan berhenti surat itu minggu untuk podcast Ready, Inc., yang memasarkan aplikasi dikenali sebagai "myPodder". Peguam untuk Apple menegaskan bahawa istilah "pod" telah digunakan oleh orang ramai untuk merujuk kepada muzik Apple Pemain begitu meluas bahawa ia jatuh di bawah perlindungan cap dagang Apple. [20] aktiviti seperti ini telah membuat spekulasi untuk menjadi sebahagian daripada kempen yang lebih besar untuk Apple untuk memperluaskan skop cap dagang iPod yang sedia ada, termasuk trademarking "IPOD", "IPODCAST", dan " POD ". Pada November 16, 2006, Jabatan Cap Dagang Apple menyatakan bahawa Apple tidak membantah penggunaan pihak ketiga" istilah generik "" podcast "untuk merujuk kepada perkhidmatan Podcasting, dan bahawa Apple tidak memberi lesen kepada istilah. Walau bagaimanapun, tiada pernyataan yang dibuat sama ada atau tidak Apple percaya mereka diadakan hak kepadanya.

Tindakan undang-undang Audio peribadi Audio peribadi, syarikat yang disebut sebagai "menaja paten" oleh Frontier Foundation Elektronik, [23] memfailkan paten pada Podcasting pada tahun 2009 untuk ciptaan yang mendakwa pada tahun 1996. Pada bulan Februari 2013, Audio peribadi mula menyaman berprofil tinggi Penyiaran pod bagi royalti, termasuk The Adam Carolla Show dan podcast HowStuffWorks itu. Dicadangkan sebelum ini "SHIELD Akta" Kongres Amerika Syarikat, Peter DeFazio berhasrat untuk membendung Trolls paten.

Kelainan

Podcast dipertingkatkan Satu podcast dipertingkatkan boleh memaparkan imej-imej serentak dengan audio. Ini boleh mengandungi penanda bab, hyperlink, dan karya seni, semua yang disegerakkan ke program atau peranti tertentu. Apabila podcast dipertingkatkan dimainkan dalam program khusus atau peranti, semua maklumat yang sesuai perlu dipaparkan pada masa yang sama dan dalam tetingkap yang sama, menjadikannya lebih mudah untuk memaparkan bahan-bahan.

Novel Podcast A novel podcast (juga dikenali sebagai Audiobook atau podcast bersiri Audiobook) adalah format sastera yang menggabungkan konsep podcast dan Audiobook satu. Seperti sebuah novel tradisional, novel podcast adalah karya fiksyen sastera lama; Walau bagaimanapun, ini bentuk novel direkodkan ke dalam episod yang dihantar dalam talian dalam tempoh masa dan pada akhirnya didapati sebagai kerja lengkap untuk dimuat turun. Episod boleh diserahkan secara automatik melalui RSS, melalui sebuah laman web, blog, atau kaedah Sindiket lain. Fail-fail ini adalah sama ada mendengar secara langsung pada komputer pengguna atau dimuatkan ke dalam peranti media mudah alih untuk mendengar kemudian.

Jenis-jenis novel yang podcasted berbeza-beza dari perbuatan-perbuatan baru dari penulis baru yang tidak pernah dicetak, kepada penulis mapan yang telah wujud selama bertahun-tahun, Dengan karya-karya klasik sastera yang telah di mencetak selama lebih satu abad. Dalam gaya yang sama seperti Audiobook satu, novel podcast boleh rumit diriwayatkan dengan pelakon suara yang berasingan bagi setiap watak dan bunyi kesan, sama seperti mainan radio. Novel podcast lain mempunyai perawi tunggal membaca teks cerita dengan kesan bunyi yang sedikit atau tiada langsung.

Novel Podcast diedarkan di Internet, biasanya pada weblog. Novel Podcast dilepaskan dalam episod mengikut jadual tetap (contohnya, seminggu sekali) atau tidak tetap kerana setiap episod dilepaskan apabila siap, dan sama ada boleh dimuat turun secara manual dari laman web atau blog, atau dihantar secara automatik melalui RSS atau kaedah lain Sindiket . Akhirnya, novel bersiri podcast menjadi Audiobook lengkap.

Beberapa penulis novel podcast memberikan versi podcast percuma buku mereka sebagai satu bentuk promosi. Beberapa novelis seperti mempunyai kontrak penerbitan walaupun bercagar untuk mempunyai novel mereka dicetak. novelis Podcast telah mengulas bahawa Podcasting novel mereka membolehkan mereka membina penonton walaupun mereka tidak boleh mendapatkan penerbit untuk membeli buku-buku mereka. Ini khalayak kemudian membuat ia lebih mudah untuk mendapatkan satu perjanjian percetakan dengan penerbit pada masa akan datang. Ini novelis podcast juga mendakwa pendedahan yang melepaskan podcast percuma keuntungan mereka membuat untuk fakta bahawa mereka memberikan kerja mereka secara percuma.

Podcast video

Fail: The Crab Nebula NASA.ogv

A podcast video di Nebula Ketam oleh NASA

A podcast video (kadang-kadang dipendekkan kepada "vodcast") termasuk klip video. Siri televisyen Web sering diagihkan sebagai podcast video.

Sejak penyebaran Internet dan penggunaan sambungan TCP jalur lebar Internet, yang membantu untuk mengenal pasti pelbagai aplikasi, sambungan yang lebih cepat ke Internet telah dicipta dan jumlah jenis komunikasi telah diwujudkan. Podcast video telah menjadi sangat popular dalam talian dan sering dibentangkan sebagai klip video pendek, biasanya petikan rakaman yang lebih lama. Klip video yang digunakan di laman web pra-ditubuhkan, dan peningkatan bilangan laman web yang diwujudkan semata-mata bagi tujuan hosting klip video dan podcast. Podcast video yang distrim di intranet dan end dan rangkaian persendirian dan awam, dan mengambil komunikasi melalui Internet ke tahap yang baru.

Klip video yang paling kini dikemukakan dan dihasilkan oleh individu. [Tidak cukup khusus untuk mengesahkan] podcast Video juga digunakan untuk televisyen web, biasanya dirujuk sebagai Web TV, satu genre berkembang pesat hiburan digital yang menggunakan pelbagai bentuk media baru menyerahkan kepada penonton kedua-dua ditayang pertunjukan atau siri dan kandungan yang dicipta atau diserahkan pada asalnya dalam talian melalui jalur lebar dan rangkaian mudah alih, rancangan televisyen web, atau siri web. Contohnya termasuk Amazon, Hulu dan Netflix Pengaturcaraan asal. Lain-lain jenis podcast video yang digunakan untuk televisyen web mungkin pendek-bentuk, di mana sahaja 2-9 minit setiap episod, yang biasa digunakan untuk pengiklanan, blog video, filem amatur, kewartawanan, dan penumpuan dengan media tradisional. [Rujukan?] Sesetengah video popular podcast termasuk Yogpod dan Gigi Ayam, yang kedua-dua dipaparkan di iTunes, YouTube dan laman web mereka sendiri.

Podcasting Video juga membantu membina perniagaan, terutamanya dalam sektor pemasaran dan jualan. Melalui podcast video, perniagaan kedua-dua besar dan kecil boleh mengiklankan barangan dan perkhidmatan mereka dalam cara yang kos efektif yang moden. Pada masa lalu, perniagaan besar mempunyai akses yang lebih baik kepada studio mahal di mana iklan yang canggih telah dihasilkan, tetapi kini perniagaan kecil boleh membuat media berkualiti tinggi dengan hanya kamera, mengedit perisian, dan Internet.

Kegunaan

Rencana utama: Kegunaan Podcasting

Komuniti menggunakan podcast kerjasama untuk menyokong pelbagai penyumbang Podcasting melalui proses umumnya mudah, dan tanpa perlu untuk menjadi tuan rumah suapan individu mereka sendiri.podcast masyarakat juga boleh membenarkan anggota masyarakat (berkaitan dengan topik podcast) untuk menyumbang kepada podcast dalam pelbagai cara. Kaedah ini mula digunakan untuk siri podcast yang dianjurkan oleh Pusat Teknologi Pendidikan Serantau di Fordham University pada tahun 2005. Gronstedt meneroka bagaimana perniagaan seperti IBM dan EMC penggunaan podcast sebagai latihan pekerja dan saluran komunikasi. Kumpulan 2 : Bincangkan bagaimana pakej-pakej sosial network (seperti facebook dll) atau social learning network (social learning media/technology seperti edmodo, Linkedin dll) dapat digunakan dalam aktiviti pengajaran dan pembelajaran.

Rangkaian sosial merupakan satu perkhidmatan yang menumpukan kepada pembinaan dan pengesahan rangkaian sosial dalam talian untuk satu komuniti yang berkongsi kegemaran dan aktiviti atau bagi mereka yang berminat dalam mengetahui kegemaran dan aktiviti orang lain. Kebanyakan perkhidmatan rangkaian sosial adalah berasaskan web dan menawarkan pelbagai cara interaksi antara pengguna seperti perbualan dalam talian, bertukar pesanan, e-mel, video, perbualan suara, perkongsian fail, blog, kumpulan perbincangan dan sebagainya. Di antara perkhidmatan rangkaian sosial yang popular pada masa kini adalah MySpace, Bebo, Facebook dan Friendster.

Web 2.0 yang mengandungi pelbagai jenis alatan rangkaian sosial yang menyediakan kemungkinan untuk berkongsi dan membina pengetahuan. Proses pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan alatan rangkaian sosial menyediakan satu model pembelajaran dan juga penglibatan dalam masyarakat kepada pelajar. Menerusi penggunaan rangkaian sosial, pelajar mendapat keyakinan baru dan pengalaman perkembangan diri yang membolehkan mereka membina pengetahuan secara kreatif, terarah kendiri dan pembelajaran sepanjang hayat.

Bartlett-Bragg (2006) mendefinasikan rangkaian sosial sebagai ruang lingkup applikasi yang meluaskan kumpulan interaksi dan berkongsi ruang untuk berkolaborasi, hubungan sosial dan mengumpul pertukaran maklumat dalam persekitaran berasaskan web. Definisi ini memberi kefahaman tentang reka bentuk pengajaran dan pembelajaran dengan menggunakan pelbagai alatan dan aktiviti yang tersedia melalui rangkaian sosial.

Boyd dan Ellison (2007) pula mendefinasikan rangkaian sosial sebagai perkhidmatan berasaskan web yang membenarkan individu-individu untuk:

i. Membina profil umum atau separa-umum dalam sistem terbatas.

ii. Menyatakan senarai pengguna lain dengan orang yang mereka berkongsi suatu hubungan.

iii. Melihat dan menjelajah senarai hubungan mereka dan yang dibuat oleh orang lain dalam

system.

Kajian menunjukkan ramai pengguna laman rangkaian sosial berkomunikasi dengan orang yang telah sedia dikenali bagi mengekalkan persahabatan berbanding untuk mencari rakan baru (Boyd & Ellison, 2007). Secara demografi, majoriti pengguna Web 2.0 merupakan golongan muda. Kajian di Amerika Syarikat menunjukkan bahawa pelajar yang sibuk dengan pelajaran sekalipun akan terlibat dengan rangkaian sosial seperti Facebook sekurang-kurangnya 30 minit setiap hari (Pempek, et. al, 2010) Ini menunjukkan penggunaan rangkaian sosial telah diintegrasikan ke dalam kehidupan harian golongan muda di sana.

Berdasarkan dapatan kajian Batchelder (2010), penglibatan aktif dalam rangkaian sosial memberi makna kepada pelajar dari segi :

i. Membina keyakinan terhadap keupayaan untuk mencari apa yang diperlukan.

ii. Kebolehan sebenar dan perkembangan diri.

iii. Menyelesaikan masalah melalui komunikasi dengan orang lain.

iv. Menjalin hubungan dengan orang-orang yang telah dikenali.

Antara aktiviti pelajar dalam rangkaian sosial adalah menggabungkan maklumat-maklumat, tag dan mentadbir maklumat, mengurus dan menyimpan sumber maklumat, berkolaborasi dan mengawas proses untuk menyelesaian masalah secara khusus. Ini semua dapat dilakukan menerusi penggunaan alatan rangkaian sosial secara efektif (Batchelder , 2010).

Alatan Rangkaian Sosial

Terdapat banyak produk yang diklasifikasikan sebagai alatan rangkaian sosial. Jenis produk yang digunakan oleh pendidik dapat dikategorikan mengikut aktiviti produk berkaitan. Alatan rangkaian sosial adalah bersifat baca/tulis, yang memberikan perkhidmatan interaktif kepada pengguna dalam talian. Oleh itu, pengguna boleh mengawal data dan maklumat sendiri (Maloney, 2007). Teknologi ini menjadikan perkongsian isi kandungan dalam kalangan pengguna dan peserta menjadi lebih mudah berbanding masa dulu dan mengubah cara dokumen dicipta, digunakan, dikongsi dan disebarkan.

Alatan rangkaian sosial juga dilihat mempunyai peranan penting untuk mengubah proses pengajaran dan pembelajaran (Alexander & Levine, 2008). Alatan rangkaian sosial yang memberi perkhidmatan khusus dalam pendidikan termasuklah blog, mikroblog, wiki, social bookmarking, perkongsian media dan laman rangkaian sosial.

Integrasi Pengajaran dan Pembelajaran Menggunakan Alatan Rangkaian Sosial

Teknologi web 2.0 adalah sebahagian daripada alatan terkini yang mana guru dapat memanfaatkannya untuk merancang dan membantu pembelajaran pelajar. Memandangkan pengguna alatan rangkaian sosial terdiri daripada golongan muda, mereka pastinya telah mempunyai kepelbagaian pengalaman, kebiasaan, sikap dan pengharapan terhadap teknologi atas talian. Kebanyakan mereka menggunakan alatan tersebut di luar konteks bilik darjah dan bukan untuk tujuan pendidikan (Pempek, et. al, 2010). Oleh itu, para pendidik perlu menyesuaikan model pedagogi jika hendak menggunakan alatan rangkaian sosial untuk pengajaran dan pembelajaran supaya dapat disesuaikan dengan generasi pelajar baru ini.

Pengunaan Rangkaian Sosial dalam Proses Pengajaran dan Pembelajaran

Penggunaan alatan rangkaian sosial menyokong pembentukan pelajar kreatif dan kolektif. Pemikiran kreatif yang maju ke hadapan selalunya merupakan hasil daripada pengetahuan yang kolektif yang terbentuk melalui perkongsian idea dan pengetahuan antara individu-individu secara bebas bagi mendapatkan keputusan yang terbaik. Pengetahuan yang dikongsi secara kolektif ini terus berkembang dan berubah hasil pertanyaan dan penambahbaikan berterusan bersama-sama para penyumbangnya. Kreativiti, pemikiran aras tinggi dan pembinaan pengetahuan boleh digalakkan menerusi aplikasi, produksi dan penerbitan yang direka bentuk dengan baik (Nelson et. al, 2009).

Pembelajaran menjadi lebih bermakna apabila pelajar mencipta dan membina pengetahuan mereka sendiri. Menurut Batchelder (2010), aktiviti-aktiviti dalam rangkaian sosial menyediakan pelajar dengan proses aktif yang memberi makna signifikan kepada mereka. Pelajar dimotivasikan secara semulajadi melalui amalan pedagogi yang berkesan dan penggunaan teknologi. Internet dan alatan rangkaian sosial mampu memberi peluang kepada pelajar untuk mencari maklumat, mengumpul bahan mereka sendiri, berkomunikasi, membina makna, dan menilai hasil akhir. Pelajar dengan amalan pembelajaran terarah kendiri akan mewujudkan suasana pembelajaran aktif.

Integrasi alatan rangkaian sosial yang dimanfaatkan oleh guru yang berkemahiran akan dapat meningkatkan pembelajaran pelajar dan memudahkan pembangunan kemahiran sepanjang hayat seperti kolaborasi, pemikiran kreatif dan pembinaan pengetahuan. Ini bukan membawa maksud kemahiran penting tidak boleh diajar tanpa teknologi, namun kerjasama antara pelajar daripada pelbagai latar belakang akan menambahkan dan mendalamkan lagi pengalaman pelajar. Menurut Batchelder (2010), pengalaman dan aktiviti-aktiviti rangkaian sosial turut memberi pengetahuan baru kepada pelajar tentang sesuatu konsep berdasarkan aktiviti dan keinginan mencari maklumat yang berterusan

Penggunaan rangkaian sosial berkesan dalam aktiviti Pengajaran dan Pembelajaran kerana ia merupakan cara terbaik untuk memanfaatkan nilai pendidikan dalam laman sosial. Ada pendidik telah membuat kajian di mana pelajar lebih suka berada di ruangan sembang (chat room), blog, dan sebagai nya untuk membuat tugasan serta ulangkaji. Aktiviti ini menarik minat pelajar, walaupun kepada pelajar yang jarang menghadiri kelas..Para guru boleh memuat naik tugasan/bahan pengajaran untuk pelajar ke dalam laman sosial. Dengan ini, pelajar akan memberikan maklum balas tentang jawapan atau masalah yang mereka hadapi dalam menyelesaikan masalah serta merta. Pelajar akan mendapat jawapan dari keraguan yang mereka hadapi dalam subjek tersebut terus menerusi dari guru nyata perlu menunggu dalam jangka masa yang lama.

Kerajaan perlu mengkaji semula dasar laman jaringan sosial ini. Masih banyak sekolah dan institusi pengajian masih melarang dan menyekat penggunaan Internet kerana bimbang akan pengaruh buruk yang dibawa dari Internet ke dalam pemikiran pelajar. Jadi, untuk menjadikan ia lebih mudah, nilai pendidikan perlu diterapkan dan jelas. Hal yang sama juga perlu diterapkan pada jaringan sosial. Dasar keselamatan masih penting supaya para pelajar tahu tentang keselamatan yang perlu dititikberatkan ketika melayari Internet, tahu apa yang seharusnya mereka layari di Internet agar tidak menyimpang dari tujuan sebenarnya yang untuk menegak sesi ilmu pengetahuan .Para pengajar boleh menggunakan laman sosial tersebut untuk membincangkan isu-isu dalam pendidikan secara langsung dengan pelajarnya berhubung dengan subjek/kursus yang diajar. Dengan ini, dapat melahirkan pelajar yang berkemahiran menggunakan ICT dan laman sosial serta berdikari menyelesaikan masalah pembelajaran dan tugasan mereka.

Alat ICT yang selalu diguna untuk pembelajaran ialah komputer dan perisian pendidikan sama ada yang disimpan di dalam CD-ROM, cakera keras ataupun laman web. Istilah Computer Assisted Instruction (CAI) diguna untuk menggambarkan penggunaan komputer dalam P&P. Kemudiannya istilah Intelligent Computer Assisted Instruction atau Intelligent Tutoring System pula digunakan. Perubahan ini seiring dengan perkembangan yang berlaku dalam reka bentuk perisian pendidikan yang berciri kecerdasan. Ciri ini melahirkan perisian Rangkaian sosial pendidikan yang berupaya menyesuai maklumat yang disampai dengan kemampuan dan keperluan murid. Dengan perkembangan ICT, perisian kursus yang ada pada hari ini kebanyakannya berciri Rangkaian sosial multimedia. Secara umum, setiap

perisian pendidikan mengandung satu atau lebih daripada komponen berikut:

mempersembahkan maklumat,

membimbing,

menyediakan/memberi latihan

menilai pencapaian

Sebahagian besar perisian pendidikan yang diguna dalam pembelajaran dibentuk berdasar kepada model Tradisional P&P, model transmisi, yang melihat guru sebagai penyampai maklumat utama dan murid sebagai penerima. Rangkaian sosial boleh di adaptasi dalam pendidikan (Clack dan Sun, 1996). Bagimanapun, guru harus berhati-hati dalam melaksana pendekatan ini. Kesilapan dalam memberikan pertimbangan boleh:

mengakibat pembaziran masa dan tenaga.

menghalang penggunaan kemudahan ICT yang lebih produktif.

menjurus ke arah penyalahgunaan kemudahan ICT.

mengakibatkan lebih banyak ganguan dan masa yang lama diperlukan oleh murid untuk

belajar sesuatu bidang ilmu.

Penggunaan Rangkaian sosial secara berfikrah, terancang dan bersesuaian dengan keperluan dalam pembelajaran:

Berupaya meningkatkan kefahaman dan penguasaan murid terhadap pelajaran.

Memberi peluang pembelajaran yang sama kepada semua murid yang pelbagai keupayaan.

Meningkatkan motivasi murid.

Membolehkan pembelajaran bersendiri (individualise learning) dan berkumpulan

Membolehkan murid mengakses maklumat yang sukar diperolehi.

Membolehkan murid mengumpul maklumat yang perlukan masa yang lama atau terlalu mahal untuk diperoleh.

Mewujudkan suasana pembelajaran yang menyeronokkan dan mencabar.

Membolehkan murid mencuba atau melaksana eksperimen yang sukar, terlalu mahal,

mustahil atau bahaya untuk dilaksana dengan cara biasa.

Meningkat daya kreativiti dan imaginasi murid.

Memberi peluang kepada murid belajar secara berkesan dengan bimbingan yang minimum.

Meningkat kemahiran ICT.

Kelebihan Mengguna Rangkaian Sosial Untuk Pembelajaran adalah seperti :

Memberi peluang kepada murid untuk menentukan haluan dan kemajuan pembelajaran

masing-masing.

Mendorong murid terlibat secara lebih aktif dalam pembelajaran.

Memberi peluang kepada murid untuk menangani masalah sebenar di dalam kelas.

Memberi peluang kepada guru menerapkan teori pembelajaran moden seperti

constructivism, multiple intelligence dan lain-lain.

Situasi ini turut mengambarkan pengoperasian teori pembelajaran sosio-budaya (socio-cultural learning) yang menyatakan budaya atau persekitaran sosial turut membantu pembelajaran murid saling mempelajari dan membantu sesama mereka membangunkan kemahiran kognitif, metakognitif, bertutur (verbal) dan bekerjasama (Brown, 1994; Perkins, 1992; McInerney & McInerney, 1998) Dengan bantuan aplikasi-aplikasi ini, murid akan dapat memberikan tumpuan melakukan aktiviti pembelajaran yang autentik.

Kelebihan Mengguna Rangkaian Sosial Sebagai Alat Aplikasi ialah:

Murid boleh memberikan tumpuan kepada melakukan aktiviti pembelajaran yang autentik.

Guru boleh mengemuka masalah yang lebih mencabar minda murid.

Murid dapat meningkat kecekapan dan ketepatan hasil pembelajaran

Masa kini terdapat banyak aplikasi pembelajaran rangkaian sosial yang boleh digunakan oleh guru-guru khusus untuk tujuan pembelajaran dan pengajaran bagi sesebuah kelas atau sekelompok murid terpilih. Terdapat ramai di kalangan guru-guru di Malaysia yang menggunakan peluang menggunakan aplikasi ini untuk tujuan P&P dan beberapa tujuan yang lain. Sebagai contohnya Edmodo yang mana membolehkan guru mewujudkan kelas maya bagi kelas-kelas yang diajarnya. Kelas maya ini memberi peluang kepada murid-murid untuk berkolaborasi bersama guru dan rakan-rakan mereka tidak kira masa dan di mana sahaja asalkan ada talian internet.

Ringkasnya jika aplikasi-aplikasi pembelajaran rangkaian sosial dapat digunakan sepenuhnya, maka ia merupakan satu alternatif yang sangat berkesan bagi proses pengajaran dan pembelajaran. Namun begitu sudah menajdi lumrah semakin banyak peluang yang ada semakin banyak juga persoalan dibelakangnya. Melihat situasi kita di Malaysia, antara persoalan penting adalah kemudahan insfrastruktur seperti komputer yang mencukupi di sekolah, talian internet sama ada laju atau tidak dan juga jadual penggunaan makmal di sekolah. Perkara tersebut tidak menjadi persoalan jika murid-murid tidak mempunyai masalah menggunakan internet di luar sekolah seperti adanya internet di rumah dan mudah jika hendak ke kafe siber.

Antara persolan lagi adalah melihat kepada kepentingan penggunaan aplikasi itu sendiri. Jika seseorang guru itu sedar kepentingannya seperti memudahkan beliau menjalankan P&P walaupun tiada di sekolah maka dengan sendirinya aplikasi tersebut menjadi platform terbaik mengelakkan murid-murid ketinggalan dalam pelajaran. Di negara-negara maju, aplikasi-aplikasi ini telah lama didedahkan seawal sekolah rendah lagi yang mana anda boleh buat cariannya di youtube. Guru-guru perlu berganjak paradigma dan mencuba walaupun adanya kekangan. Jika tidak dapat menggunakan sepenuhnya namun cukup jika ia memberi peluang kepada murid-murid untuk merasai sedikit suasana lain dalam pembelajaran kerana arus teknologi semakin berkembang dan rasanya rugi jika persiakan peluang yang ada.

Berikut merupakan antara rangkaian sosial yang sering mendapat perhatian untuk P&P :

i. Google Drive (https://drive.google.com)

ii. Frog VLE (http://frogasia.com)

iii. Edmodo (www.edmodo.com)

iv. Nicenet (www.nicenet.org)

v. I Think (http://www.ithinkinc.com)

vi. Google Groups (http://groups.google.com)

vii. Einztein (http://einztein.com/)

viii. Busuu (http://www.busuu.com/)

Selaras dengan projek 1BestariNet yang menambahbaik prasarana ICT di mana salah satunya lebar Jalur - Kelajuan (2mbps atau 4 mbps) , begitu banyak sekolah yang telah bertukar daripada schoolnet kepada YES. Berikutan itu KPM telah bergerak pantas dengan memperkenalkan VLE Frog sebuah aplikasi pembelajaran rangkaian sosial. Pada masa kini ia didedahkan kepada sekolah-sekolah yang telah menerima YES. VLE Frog jika ia digunakan dengan maksimum oleh guru-guru maka P&P menjadi semakin mudah, menarik, cepat dan teratur. Contoh Penerapan Alatan Rangkaian Sosial dalam Pendidikan adalah seperti :

Facebook

Penggunaan Facebook dalam pengajaran dan pembelajaran adalah perkara baru dalam inovasi pendidikan di Malaysia. Sebagai pereka bentuk pendidikan di sekolah, guru boleh membina Facebook yang interaktif bagi membolehkan aktiviti pengajaran dan pembelajaran dijalankan dengan lebih efektif dan fleksibel. Perhubungan dan komunikasi berkembang dengan pesat sejak Internet diperkenalkan di seluruh dunia. Perkembangan ini juga menyebabkan peningkatan populariti Social Network Services (SNS) atau yang lebih dikenali sebagai jaringan sosial. Jaringan sosial yang sangat popular pada masa ini ialah Facebook.

Facebook pada saat ini telah menarik minat berbagai kalangan tenaga pengajar untuk dimanfaatkan dalam komunikasi berkaitan dengan pengajaran dan pembelajaran secara online. Fenomena ini menarik, kerana pada awalnya Facebook sebagai salah satu jaringan sosial yang bertujuan sebagai tempat saling berinteraksi antara seorang individu dengan individu lain kemudian dilihat oleh sebagian para akademik sebagai peluang untuk dimanfaatkan bagi tujuan pengajaran dan pembelajaran online.

Sebagai seorang guru, kita mestilah mempunyai pelbagai cara dan kreativiti untuk menarik minat pelajar untuk belajar. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan "Facebook" dan Twitter". Melalui laman sosial ini, pelajar akan lebih berminat untuk mencubanya. Tetapi guru hendaklah menetapkan syarat terlebih dahulu dengan mewajibkan semua pelajar mempunyai akaun "Facebook" dan "Twitter" terlebih dahulu. Kemudian, guru mewajibkan semua pelajar untuk menyertai segala perbincangan yang akan dimuat turun sepanjang aktiviti P&P dalam "Facebook" tersebut berlangsung.

Kebanyakan guru memilih saluran komunikasi Facebook kerana melalui Facebook mudah untuk berkomunikasi dengan para pelajar. Guru boleh berkomunikasi dengan pelajar mereka pada bila-bila masa dan di mana-mana saja mereka berada selagi terdapat kemudahan Internet. Faedah yang paling ketara ialah bagi pelajar yang sukar untuk memberi idea atau bercakap semasa di dalam kelas atau makmal, maka melalui Facebook mereka akan mudah terangsang atau teruja untuk memberi idea sekiranya terdapat dikalangan pelajar-pelajar lain yang memberi komen mengenai sesuatu isu yang telah dibangkitkan oleh guru. Secara tidak langsung guru akan tahu sebenarnya semua pelajar mereka boleh berkomunikasi dengan baik.

Facebook juga sangat berfaedah bagi pelajar yang kurang faham semasa guru mengajar dalam kelas maka semasa diluar waktu kelas pelajar berkenaan boleh menggunakan saluran Facebook untuk meluahkan ketidakfahaman mereka dengan mendapat tindak balas dari pelajar lain atau guru berkenaan. Dengan adanya Facebook, komunikasi dapat dibuat dengan kos percuma atau rendah.

Blog

Blog merupakan tempat dimana penulis dapat menulis pengalaman sebenar beliau iaitu dengan cara memautkan rangkaian bersama blog setiap ahli kelas atau sesuatu bidang yang memudahkan lagi pengesanan. Melalui Blog, guru atau individu yang terlibat dapat memberikan maklum balas kepada para pelajar dengan cepat dan berkesan. Selain itu para pelajar juga berpeluang untuk mengemukakan idea atau pendapat mereka bersama dengan rakan sebaya untuk membina pengetahuan sendiri terutamanya bagi mengemaskini setiap maklumat baru contohnya kerja rumah atau tugasan.

Bukan itu sahaja, pelajar juga dapat menggunakan komen yang terdapat di dalam blog tersebut bagi menggalakkan sikap saling membantu antara para pelajar dalam penulisan mereka dan mendapatkan respon terhadap sesuatu soalan tanpa memberikan jawapan yang sama.

Microblog

Komuniti bilik darjah, meneroka penulisan kolaboratif, respon pembaca, kolaborasi antara sekolah, negeri, pengurusan projek, menilai pendapat, tempat untuk metakognisi, seminar atau sebahagian persembahan atau bengkel, untuk rujukan atau penyelidikan, membimbing perbincangan kelas maya, mencipta pengalaman pembelajaran dan suatu Rangkaian Pembelajaran Personal (Personal Learning Network).

Ianya digunakan sebagai medium penyebaran bahan dan penerbitan guru, menempatkan sumber asal idea, petikan kata-kata, membenarkan maklum balas yang lebih fokus dan konkrit supaya pelajar menyaring pemikiran dan meningkatkan kemahiran mereka, menggalakkan hubungan professional, penyelidikan bukan formal, penceritaan, mendapatkan maklum balas terhadap idea serta mengemaskini sesuatu peristiwa.

Wiki

Digunakan ketika pelajar menjalankan dan melaksanakan sesuatu projek berkumpulan untuk kolaborasi idea dan menguruskan dokumen serta sumber-sumber daripada individu samada pelajar mahupun kumpulan. Juga berfungsi sebagai alat persembahan (e-portfolio), sebagai satu kumpulan projek penyelidikan bagi bidang tertentu, mengurus dokumen sekolah dan bilik darjah, digunakan sebagai edaran kolaboratif untuk pelajar dan bahan penulisan pelajar. Tempat untuk mencipta dan mengekalkan soalan berkala dalam bilik darjah sebagai perbincangan bilik darjah dan ruang debat, mengumpul sumber web, menyokong jawatankuasa dan sebagainya.

Perkongsian Foto/Slaid (Photo/Slide sharing)

Laman dimana berlaku perkongsian komen dan menambah catatan terhadap foto atau imej yang hendak digunakan dalam bilik darjah. Di sini, pelajar akan dapat dirangsang untuk menghasilkan penulisan dan kreativiti atau mencipta satu rangkaian persembahan dengan menggunakan gambar foto. Hanya dengan menggunakan tag sahaja, pelajar akan dapat mencari foto-foto tempat dan peristiwa yang berlaku di seluruh dunia untuk digunakan dalam bilik darjah. Setelah itu, pelajar akan dapat menghantar persembahan yang telah di buat kepada para penonton autentik bagi mendapatkan maklum balas dari seluruh dunia, berkongsi bahan perkembangan profesionalisme dan menjadikannya tersebar sedia di semua tempat, masa dan kepada sesiapa sahaja.

Perkongsian Video (Video Sharing)

Guru atau para pelajar dapat membangunkan video perkembangan professional berdasarkan terma sendiri, mencipta video mata pelajaran tertentu dengan pelajar serta menggunakan laman perkongsian video untuk mencari video-video berkaitan isu semasa dan sebagainya.

Social Bookmarking

Mencipta satu set bahan sumber yang boleh dicapai pada mana-mana komputer yang dihubungkan dengan internet, mengendalikan penyelidikan dan berkongsi dengan rakan sebaya. Menjejak pengarang dan buku yang dikemaskini; kumpulan pelajar melaksanakan projek dalam bilik darjah berkongsi bookmark mereka; mengulas bookmark utuk membantu pelajar memilih bahan sumber berguna, menetapkan tag kumpulan untuk berkongsi sumber pendidikan

Laman Rangkaian Sosial (Social Networking Sites)

Sokongan peristiwa dan pengekalan, sokongan pasukan dan komuniti, pengumpulan aplikasi media sosial, persekitaran pembelajaran peribadiKumpulan 3 : Bincangkan bagaimana perkongsian dan kolaborasi di internet dapat meningkatkan aktiviti pembelajaran. (anda boleh menggunakan tools seperti google app, zoho, box, yahoo.group dan lain-lain sebagai contoh) Pengenalan

Ilmu dan teknologi terutama teknologi informasi berkembang sangat pesat. Kemajuan teknologi maklumat ini telah meningkatkan penggunaan internet, laman web dan jaringan (networking) dalam pelbagai bidang. Pesatnya perkembangan teknologi ini ternampak juga pada pelbagai perubahan sosial budaya. Misalnya e-perniagaan merupakan perubahan radikal dalam aspek ekonomi masyarakat moden saat ini. Di sektor pemerintahan terdapat e-kerajaan. Demikian pula di sektor pendidikan sudah berkembang dengan apa yang dikenali sebagai e-pembelajaran (e-learning).

Umumnya e-pembelajaran merujuk kepada sebarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik sama ada menerusi Local Area Network (LAN), World Area Network (WAN) atau internet untuk menyampaikan isi kandungan, interaksi ataupun pemudahcaraan. Pengajaran boleh disampaikan secara synchronously (pada waktu yang sama) ataupun asynchronously (pada waktu yang berbeza). Menurut Learnframe (2001) bahan pengajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini mempunyai teks, grafik, animasi dan simulasi, audio dan video. Ia juga menyediakan.

Kemudahan untuk perbincangan kumpulan (discussion group) dan bantuan profesional isi pelajaran secara dalam talian (on-line). Teknologi informasi tersebut telah meningkatkan interaksi antara tenaga pengajar dengan pelajar (Neuwirth dan Mojahn, 1996) serta menyenangkan perbincangan kelas di samping menukar cara interaksi antara pengajar dengan pelajar (Bonk dan King, 1995).

Pembelajaran secara kolaboratif telah menjadi satu metodologi dalam sistem pendidikan. Ia menggalakkan penglibatan pelajar secara aktif dalam proses pembelajaran. Semasa aktiviti pengajaran dan pembelajaran kolaboratif berjalan, interaksi berlaku di antara pelajar dengan bahan pengajaran, pelajar dengan pelajar dan pelajar dengan pengajar. Schrage (1990) menyatakan pembelajaran kolaboratif melebihi aktiviti bekerjasama kerana ia melibatkan perkongsian hasil penemuan dan hasil pembelajaran baru. Menurut Jonassen (1996), pembelajaran secara kolaboratif dapat membantu pelajar membina pengetahuan yang lebih bermakna jika dibandingkan dengan pembelajaran secara individu. Dengan menjalankan aktiviti dan projek pembelajaran secara kolaboratif, kemahiran berkomunikasi akan dipelajari oleh pelajar.

Menurut Tinzmann et al. (1990), terdapat beberapa ciri utama dalam pembelajaran kolaboratif, iaitu:

i. Perkongsian ilmu pengetahuan di antara pengajar dan pelajar.

Dalam pengajaran dan pembelajaran traditional, peranan pengajar hanya menyalurkan pengetahuan seberapa banyak yang boleh kepada pelajar. Pengajar perlu mempunyai pengetahuan yang dalam tentang isi pelajaran dan mempunyai kemahiran serta menyalurkannya kepada pelajar. Dalam pembelajaran kolaboratif pula, pengajar perlu menilai dan membina satu persekitaran pengetahuan yang meliputi pengalaman individu, bahasa, strategi dan budaya yang boleh membawa pelajar kepada satu situasi pembelajaran yang efektif. Pelajar digalakkan berkongsi ilmu pengetahuan serta pengalaman pembelajaran serta strategi pembelajaran dengan pengajar serta pelajar lain.

ii. Perkongsian autoriti di antara pengajar dan pelajar.

Pembelajaran kolaboratif memerlukan perkongsian autoriti di antara pengajar dan pelajar. Autoriti dari perspektif pelajar bermaksud pelajar berhak memberi pendapat dalam proses membuat sesuatu keputusan. Manakala dari perspektif pengajar, pengajar berhak untuk menyediakan beberapa pilihan bagi tajuk tugasan dan aktiviti kelas yang sesuai dengan minat dan tahap pencapaian pelajar dan pelajar boleh membuat pilihan sendiri. Pengajar perlu mengalakkan pelajar mengaplikasikan apa yang telah dipelajari serta memastikan pelajar berkongsi pengetahuan dan strategi pembelajaran. Dengan itu, pelajar boleh belajar menerima pendapat pengajar atau pelajar lain dan membina kemahiran pemikiran kritis dan kreatif.

iii. Pengajar sebagai fasilitator

Dalam perkongsian pengetahuan dan autoriti di antara pengajar dan pelajar, pengajar berperanan sebagai fasilitator. Seorang fasilitator yang berjaya akan membantu pelajar menghubungkaitkan pembelajaran baru kepada pengalaman dan pembelajaran dalam bidang yang lain. Pengajar perlu menilai tahap informasi dan bantuan yang diberi untuk memaksimakan keupayaan pelajar untuk belajar.

Pembelajaran kolaboratif dalam sistem e-pembelajaran banyak digunakan dalam pembelajaran jarak jauh yang berasaskan internet. Pengaplikasian pembelajaran kolaboratif dalam sistem e-pembelajaran akan membentuk komuniti dalam talian seperti group chatting di kalangan pelajar berasaskan sistem pengurusan pembelajaran atau learning management system (LMS) yang dikenali sebagai MoodleTM. Perkataan Moodle merupakan singkatan bagi perkataan Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment. Sistem pengurusan pembelajaran (LMS) merupakan satu sistem perisian yang digunakan untuk mengakses pendidikan dalam talian. Antara fasiliti LMS yang telah digunakan secara meluas dalam web termasuklah forum perbincangan, chats dan journal. Manakala contoh aplikasi bagi LMS termasuk WebCT dan blackboard. Secara umumnya, LMS mempunyai dua kriteria yang utama, iaitu:

iv. Pelajar mempunyai kebebasan untuk belajar berdasarkan tahap penguasaan mereka.

Pengaplikasian e-pembelajaran dalam sistem pendidikan boleh diperlihatkan dari pelbagai aspek. Pengaplikasian e-pembelajaran telah menggantikan pembelajaran bersemuka (face-to-face) terutamanya dalam sistem pendidikan jarak jauh di mana pelajar mengakses bahan pembelajaran melalui web dan komunikasi dalam kelas digantikan dengan komunikasi berasaskan komputer sepenuhnya. Kajian telah menunjukkan terdapat peningkatan dalam prestasi pelajar berbanding dengan penyampaian pelajaran menerusi kuliah (Schutte, 1997; Zhang, 1998).

PENUTUP

e-pembelajaran yang berkonsepkan kolaboratif telah memberi banyak manfaat kepada masyarakat Malaysia dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan keseluruhannya. Selain daripada itu, ia turut memberi implikasi positif kepada golongan guru dan pelajar dalam proses pengajaran dan pembelajaran mereka di dalam bilik darjah. Walau bagaimanapun, implikasi ini hanya boleh dicapai sekiranya ia digunakan secara optimum dan berkesan. Oleh yang demikian, kerajaan perlu mewujudkan kesedaran kepentingan penggunaan portal kepada masyarakat umumnya dan para guru serta pelajar khususnya

Kumpulan 4 : Jelaksan apakah ciri-ciri LMS Moodle dan M-Learning, kemudian bincangkan bagaimana LMS dan M-Learning berfungsi sebagai medium untuk aktiviti pengajaran dan pembelajaran.

BAHAGIAN I: Pengenalan

Transformasi sistem pendidikan tinggi awam seharusnya selaridengan dasar Malaysia yang ingin menjadi negara maju dan melahirkangenerasi yang kreatif, inovatif dan kompeten. Walaupun pembelajaran secaramaya atau atas talian agak baharu di Malaysia, perkembangan pesat ini telahmendorong IPTA untuk mengaplikasi e-Pembelajaran untuk terus berdayasaing. Demi menyahut cabaran ini, setiap IPTA mengambil pendekatan masing-masing untuk melaksanakan e-Pembelajaran bagi menyokong prosespengajaran dan pembelajaran yang memerlukan perubahan. Pelajar masakini banyak terdedah dengan perkembangan TMK dan kebanyakan bahanpengajaran dapat dicapai secara atas talian melalui kemudahan Internet.Justeru, pensyarah juga seharusnya perlu dimantapkan dengan kemahiran TMKbagi menyokong pelaksanaan e-Pembelajaran. Pelbagai sistem pengurusanpembelajaran atau Learning Management System (LMS) telah dibangunkanoleh IPTA sebagai medium antara pensyarah dengan pelajar secara atas talian

2 [email protected] bertemu secara bersemuka di dalam bilik kuliah. Setelah hampir limatahun pelaksanaan e-Pembelajaran IPTA berkembang dengan pesat, makadirasakan perlunya perkongsian amalan terbaik atau best practice antara satusama lain bagi meningkatkan kualiti pengajaran dan pembelajaran. Perkongsian ini telah diterjemahkan melalui penubuhan satu KumpulanKetua-Ketua Penyelaras e-Pembelajaran di IPTA. Mesyuarat pertama telahdiadakan di Universiti Utara Malaysia (UUM) pada 12 November 2007 yangdikenali sebagai Persidangan Meja Bulat e-Pembelajaran. Semua 20 wakilIPTA telah dijemput hadir untuk berkongsi pengalaman dalam pelaksanaane-Pembelajaran melalui sesi pembentangan yang diadakan. Dengan kejayaanpersidangan pertama ini, persidangan kedua telah diadakan di UiTM (30-31Januari 2008), ketiga di UMS (31 Mac-2 April 2008), keempat di UIA (24-25Julai 2008), kelima di UTM (4-5 November 2008), keenam di UPM (27 April2009), ketujuh di UKM (3 Disember 2009), kelapan di UPSI (2 Mac 2010),kesembilan di USM (11 Mei 2010) dan kesepuluh di UMT (28-29 Julai 2010).FungsiPersidangan MEIPTA kali kedua di UiTM pada 30-31 Januari 2008 telahmenghasilkan satu kertas dasar penubuhan MEIPTA untuk kelulusanKementerian Pengajian Tinggi (KPT). Ahli persidangan MEIPTA telahbersetuju menggariskan dua objektif seperti berikut:i.Menjadi platform untuk usaha perkongsian dan kerjasama antara IPTA berkaitan e-Pembelajaran.ii. Menggembleng kepakaran dan sumber untuk memajukan e-Pembelajaran di IPTA. Falsafah dan peranan MEIPTA yang dipersetujui adalah seperti berikut:i.Berdasarkan kepada premis bahawa IPTA dibiayai oleh dana awam, maka Majlis akan berfungsi berlandaskan kepada falsafah perkongsian kepakaran dan sumber untuk memajukan serta memantapkan pembangunan sistem pengurusan pembelajaran, bahan pembelajaran dan amalan penggunaan e-Pembelajaran dalam kalangan IPTA.ii.Berperanan sebagai penghubung antara IPTA dengan KPT dalam hal berkaitan e-Pembelajaran.iii. Membincangkan isu-isu bersama tentang e-Pembelajaran di IPTA.iv.Meninjau peluang-peluang perkongsian dan kerjasama antara IPTA dalam hal-hal berkaitan e-Pembelajaran.v.Menjalankan aktiviti penyelidikan dan penerbitan bersama tentang e-Pembelajaran.

MEIPTA 3Keahlian MEIPTAPelantikan sebagai ahli MEIPTA oleh Kementerian Pengajian Tinggi (KPT),iaitu dua wakil IPTA yang terdiri daripada ahli akademik dan pegawaipentadbiran. Ahli MEIPTA bagi 20 IPTA untuk Januari 2010 Disember 2011adalah seperti Jadual 1. Jadual 1 Keahlian MEIPTA 2010 -2011Bil. Nama Ahli IPTA Prof. Dr. Mohamed Amin Embi (Pengerusi) UKM1 Prof. Dr. Mahamod Ismail Prof. Madya Dr. Norazah Mohd Nordin2 Prof. Dr. Abdul Halim Sulaiman UM Dr. David Asiruatham Prof. Dr. Hanafi Atan (sehingga Jun 2010) USM3 Prof. Dr. Abd. Karim Alias (mulai Julai 2009) En. Zulham Hamdan Prof. Madya Dr. Zaidan Abdul Wahab (Timb. Pengerusi) UPM4 Prof. Dr. Sidek Ab Aziz Pn. Hamidah Meseran5 Prof. Dr. Mohamed Noor Hasan UTM Prof. Madya Hanizam Sulaiman6 Tn. Hj. Nazri Mohd Saad UPSI Dr. Sadiah Baharom Dr. Azam Othman (Sehingga Jun 2010) UIAM7 Prof. Madya Dr. Noor Lide Abu Kassim Dr. Lihanna Borhan8 Prof. Madya Dr. Syed Jamal Abdul Nasir b. Syed Mohamed UiTM Prof. Madya Hjh. Haziah Jamaluddin9 Prof. Madya Dr. Nurahimah Mohd Yusoff UUM Dr. Osman Ghazali10 Dr. Tan Choon Keong UMS Pn. Salfarah Abdullah11 Prof. Madya Dr. Chen Chwen Jen UNIMAS Pn. Sharifah Norizan Wan Zain12 En. Zainal Abidin Sayadi UTHM En. Hemmy Abd. Jalal13 Prof. Madya Dr. Abdullah Ibrahim UMP En. Aziman Abdullah

4 [email protected] Dr. Mohd Lazim Abdullah UMT Pn. Rosnaidi Jusoh UNIMAP15 Dr. Ku Mohd Nabil Ku Ismail USIM En. Nasyrudin Abd. Syukor UTeM UPNM16 Prof. Madya Dr. Norita Md. Norwawi UNISZA En. Mohd Ilias Shuhud UMK17 Prof. Madya Dr. Sazilah Salam Dr. Hjh. Norasiken Bakar18 Dr. Jowati Juhary En. Akram Abd Azid19 Prof. Madya Dr. Mohd Nordin Abdul Rahman Tn. Hj. Abd. Rahim Ramli20 Prof. Rosdi Abd Rahman En. Mansor bin Che Din @ Noordin Selain daripada wakil IPTA, keanggotaan MEIPTA turut diwakili olehKementerian Pengajian Tinggi, iaitu Prof. Madya Dr. Mohd. Majid Konting(Timbalan Pengarah Pengajaran dan Pembelajaran) dari Akademi KepimpinanPengajian Tinggi. Pengerusi dan Timbalan Pengerusi MEIPTA dipilih secara undian olehahli MEIPTA untuk tempoh dua tahun. Prof. Madya Dr. Ahmad Jelani Shaari(UUM) telah dipilih sebagai Pengerusi pertama MEIPTA (November 2007 Disember 2009), manakala Prof. Madya Dr. Posiah Mohd Isa (UiTM) dipilihsebagai Timbalan Pengerusi yang pertama. Dr. Osman Ghazali (UUM) telahmemangku jawatan pengerusi selama enam bulan. Kini, jawatan PengerusiMEIPTA disandang oleh Prof. Dr. Mohamed Amin Embi (UKM), manakalaTimbalan Pengerusi adalah Prof. Madya Dr. Zaidan Abdul Wahab (UPM)untuk tempoh Januari 2010 Disember 2011. Mesyuarat MEIPTA bertarikh3 Disember 2009 bersetuju seketariat tetap dipilih untuk tempoh dua tahun.Urus Setia MEIPTAUrus setia MEIPTA dilantik untuk tempoh dua tahun dan secara bergilir antaraIPTA. Universiti yang diwakili oleh pengerusi MEIPTA yang dilantik secaraautomatik akan menjadi urus setia. Antara bidang tugas urus setia MEIPTAadalah seperti berikut:i.Mengeluarkan surat jemputan kepada semua ahli MEIPTA yang dilantik setiap kali sebelum mesyuarat berlangsung.ii.Menyediakan minit mesyuarat, laporan, kertas kerja dan sebagainya pada setiap kali mesyuarat dijalankan. Minit mesyuarat lepas hendaklah

MEIPTA 5 diedarkan sebelum mesyuarat berlangsung untuk makluman dan tindakan oleh ahli.iii.Sentiasa berhubung dengan IPTA yang menjadi tuan rumah sebelum mesyuarat berlangsung untuk memastikan mesyuarat dapat berjalan dengan berkesan.iv.Sentiasa berhubung dengan setiap ahli dari semasa ke semasa untuk memaklumkan perkembangan terkini sama ada melalui emel, telefon dan surat.v.Memaklumkan kepada KPT untuk pelantikan ahli MEIPTA.Persidangan MEIPTAPersidangan MEIPTA diadakan tiga atau empat kali setahun secara berkaladan tuan rumah dipilih secara bergilir antara IPTA. Sejak November 2007,mesyuarat telah berjaya diadakan sebanyak 10 kali.Persidangan Kali Pertama (Universiti Utara Malaysia)Persidangan Meja Bulat MEIPTA yang pertama telah berlangsung pada12 November 2007 di UUM yang telah dihadiri oleh 19 wakil daripada 15IPTA. Pada persidangan tersebut, satu resolusi untuk menubuhkan majlis telah dipersetujui bersama dan UUM dilantik sebagai Pengerusi Pro Temuntuk menyediakan kertas kerja penubuhan tersebut. Prof. Madya Dr. AhmadJelani Shaari (UUM) telah dilantik sebagai Pengerusi, manakala jawatanTimbalan Pengerusi disandang oleh Prof. Madya Dr. Posiah Mohd. Isa(UiTM). Persidangan tersebut juga bersetuju pelantikan jawatan Pengerusidan Timbalan Pengerusi secara pusingan untuk tempoh dua tahun. Sesipembentangan oleh setiap wakil IPTA yang hadir mengenai perkembanganpelaksanaan e-Pembelajaran telah berjaya diadakan pada persidangan pertamaini.Persidangan Kali ke-2 (Universiti Teknologi MARA)Dalam Persidangan kali ke-2 yang diadakan di UiTM pada 30 dan 31 Januari2008, tiga keputusan utama telah dipersetujui, iaitu Pembangunan Sistem,Formulasi Polisi, Penyelidikan dan Kolaborasi. Selain itu, perkara yang turutdibincangkan seperti Kursus Moodle dan Persidangan e-Pembelajaran.Persidangan Kali ke-3 (Universiti Malaysia Sabah)UMS telah dipilih sebagai tuan rumah persidangan kali ke-3 yang berlangsungpada 31 Mac hingga 2 April 2008 dan pembangunan Polisi e-PembelajaranIPTA menjadi agenda utama. Ahli MEIPTA dibahagikan mengikut limakumpulan perbincangan, iaitu Peranan Pensyarah, Peranan Pelajar,Peranan Pengurusan Universiti, Peranan Fakulti/ Sekolah, Peranan Jabatan(Pengurusan e-Pembelajaran) dan Reka Cipta. Selain itu, persidangan jugaberkongsi pengalaman tentang penggunaan Moodle oleh IPTA melalui sesipembentangan.

Persidangan Kali ke-4 (Universiti Islam Antarabangsa Malaysia)Persidangan MEIPTA kali ke-4 telah berlangsung pada 24 dan 25 Julai 2008di UIA. Pembangunan Polisi e-Pembelajaran IPTA diteruskan sebagai agendautama untuk memurnikan polisi tersebut. Pembentangan setiap kumpulanpolisi tersebut diadakan bagi mendapatkan pandangan dan maklum balasuntuk kesesuaian digunakan oleh semua IPTA.

Persidangan Kali ke-5 (Universiti Teknologi Malaysia)UTM telah dipilih sebagai lokasi Persidangan MEIPTA ke-5 yang berlangsungpada 4 dan 5 November 2008. Persidangan ini telah dirasmikan oleh TimbalanNaib Canselor (Akademik dan Antarabangsa) UTM. Usaha menghasilkanPolisi e-Pembelajaran yang komprehensif diteruskan dalam persidanganini dan sesi pembentangan turut diadakan. Selain itu, program lawatan keMakmal Pembangunan Multimedia dan studio rakaman di Pusat Pengajarandan Pembelajaran dan Pusat Teknologi Maklumat telah diaturkan oleh pihakUTM.Persidangan Kali ke-6 (Universiti Putra Malaysia)UPM menjadi tuan rumah Persidangan MEIPTA ke-6 pada 27 April 2009yang berlangsung di Palm Garden IOI Resort, Putrajaya. Persidangan telahmembincangkan pembangunan Polisi e-Pembelajaran untuk diserahkankepada KPT. Sempena persidangan ini, UPM dengan kerjasama KPT danMEIPTA turut menganjurkan Seminar Kebangsaan Teknologi dan InovasiPengajaran dan Pembelajaran (SKTIP09) pada 28 dan 29 April 2009.Persidangan Kali ke-7 (Universiti Kebangsaan Malaysia)Persidangan MEIPTA anjuran UKM telah berlangsung pada 3 Disember 2009di Cyberview Lodge Resort, Cyberjaya yang dirasmikan oleh Prof. DatoIr. Dr. Hassan Basri, Timbalan Naib Canselor, Hal-ehwal Akademik danAntarabangsa UKM. Sempena dengan persidangan ke-7 ini yang bertemakanPembangunan e-Kandungan, UKM turut melancarkan Portal SPIN (SistemPengurusan Pengajaran dan Pembelajaran Interaktif) dan e-LOK (e-LearningOnline Kiosk). Setiap wakil IPTA membuat pembentangan berdasarkan temapersidangan tersebut. Selain itu, UKM dengan kerjasama Persatuan Mobile Learning Malaysia(Malaysian M-Learning Association) dan In-Learn Station Sdn. Bhd. telahmenganjurkan National Workshop on Development of e-Content pada 4 dan 5Disember 2009 serta semua wakil IPTA hadir dalam bengkel tersebut.

Persidangan Kali ke-8 (Universiti Pendidikan Sultan Idris)Persidangan MEIPTA kali ke-8 yang bertemakan Latihan e-Pembelajarananjuran UPSI telah berlangsung pada 2 Mac 2010. Persidangan ini dijalankansecara serentak dengan Mesyuarat Pengarah-Pengarah ICT IPTA (MAPITA)yang telah dirasmikan oleh Prof. Dato Dr. Aminah Ayob, Naib Canselor UPSI.Kertas kerja penyelidikan e-Pembelajaran bertajuk Amalan, Keberkesanan danCabaran Pelaksanaan e-Pembelajaran di IPTA Malaysia telah dibentangkandan dipersetujui semua ahli. Kertas tersebut telah mendapat kelulusan KPTdan dana permulaan sebanyak RM 100 ribu telah diluluskan. Sempena denganpersidangan ini, UPSI selaku tuan rumah telah menjemput pihak OracleCorporation Malaysia Sdn. Bhd. untuk membuat demonstrasi E-Learning &Cloud Computing pada 1 Mac 2010.

Persidangan Kali ke- 9 (Universiti Sains Malaysia)Persidangan MEIPTA ke-9 yang bertemakan Governancece and Managementof e-Learning telah berlangsung di USM pada 11 Mei 2010. Perasmiannyatelah disempurnakan oleh Prof. Ahmad Shukri Mustafa Kamal, TimbalanNaib Canselor (Akademik dan Antarabangsa) USM. Cadangan penerbitanbuku bertajuk e-Pembelajaran di IPTA telah dipersetujui untuk ditulis olehsemua IPTA. Sempena persidangan ini, USM telah menganjurkan SeminarTransforming Nurturing and Learning dan Bengkel Learning ActivtityManagement System serta Bengkel e-Learning Policy Formulation pada12 hingga 14 Mei 2010 yang telah dihadir oleh semua wakil IPTA.Persidangan Kali ke-10 (Universiti Malaysia Terengganu)UMT bersetuju menjadi tuan rumah Persidangan MEIPTA ke-10 yang telahberlangsung 28 dan 29 Julai 2010. Persidangan yang bertemakan Isu, Cabarandan Perancangan Masa Depan e-Pembelajaran sangat bertepatan denganhasrat KPT untuk terus memperkukuhkan pelaksanaan e-Pembelajaran diIPTA Malaysia. Bersempena dengan persidangan ini, Bengkel Pemurnianbuku e-Pembelajaran di IPTA telah diadakan beserta sesi pembentangan drafbab buku oleh setiap wakil IPTA.

Aktiviti Semasa PersidanganPelbagai aktiviti dan program seperti seminar, bengkel dan demonstrasiberkaitan e-Pembelajaran biasanya diaturkan sempena Persidangan MEIPTAberlangsung. Aktiviti yang dilaksanakan ini amat bermanfaat kepada semuaahli MEIPTA bagi memantapkan pelaksanaan e-Pembelajaran di IPTA masing-masing.National Workshop on Development of e-ContentUKM selaku tuan rumah Persidangan MEIPTA ke-7 telah menganjurkanNational Workshop on Development of e-Content pada 5 Disember 2009dengan kerjasama Persatuan M-Pembelajaran Malaysia (Malaysian M-LearnAssociation) dan In-Learn Station Sdn. Bhd. Peserta yang hadir seramai 30orang terdiri daripada wakil semua IPTAdan telah dilatih membangunkan bahankuliah interaktif. Peserta didedahkan dengan penggunaan perisian CamtasiaStudio, Raptivity dan Code Charge. Selain daripada Prof. Dr. Mohamed AminEmbi sebagai penceramah, bengkel ini dibantu oleh En. Mustafa dan En. Azalidari In-Learn Station Sdn. Bhd. sebagai fasilitator.Demonstration on e-Learning & Cloud ComputingDemonstrasi produk e-Learning & Cloud Computing anjuran UPSI diadakanpada 1 Mac 2010 bersempena dengan Persidangan MEIPTA ke-8. Seramai 80peserta telah hadir yang terdiri daripada ahli MEIPTA dan MAPITA daripadasemua IPTA.

Sempena dengan Persidangan MEIPTA ke-9, USM selaku tuan rumah telahmenganjurkan Seminar Transforming Nurturing and Learning pada 12 Mei2010. Seminar ini telah mengundang Prof. John Hedberg (Millennium Professorof ICT and Education, Australia) untuk menyampaikan ceramah bertajukLearning in Digital Age: Rethinking our Pedagogies. Manakala Miss LeanneCameron (Macquarie e-Learning Centre of Excellence, Macquarie University,Sydney, Australia) yang berkongsi pengalaman mengenai LAMS: Designing,Managing and Delivering online Collaborative Learning Acitivities. Di samping itu, seminar ini turut menjemput dua pemenang AnugerahAkademik Negara (Kategori Pengajaran), iaitu Prof. Dr. MohamaedAmin Embi(UKM) dan Prof. Dr. Abd. Karim Alias (USM) untuk berkongsi pengalamanpengaplikasian e-Pembelajaran dalam Pengajaran dan Pembelajaran yangdiiktiraf di peringkat kebangsaan. Dalam seminar ini, USM turut berkongsipengalaman dalam membangun dan melaksana e-Learn@USM di KampusInduk dan Kampus Kesihatan.Bengkel Learning Activtity Management System dan Bengkel e-LearningPolicy FormulationUSM selaku tuan rumah Persidangan MEIPTA ke-9 juga telah menganjurkandua bengkel Hands-on pada 13 dan 14 Mei 2010. Bengkel LearningActivtity Management System (LAMS) yang diadakan pada 13 Mei 2010disampaikan oleh Miss Leanne Cameron (Macquarie e-Learning Centre ofExcellence, Macquarie University, Sydney, Australia). Pada 14 Mei 2010,Prof. John Hedberg (Millennium Professor of ICT and Education, Australia)telah membentangkan berkaitan e-Learning Policy Formulation.

Pembangunan Polisi e-Pembelajaran IPTAPolisi berperanan sebagai panduan dan sangat penting bagi melaksanakansesuatu perkara dengan lebih sistematik dan efisien untuk jangka masa yangpanjang. Polisi yang komprehensif dapat membantu organisasi bergerakdengan menyokong visi dan misi bagi mencapai hala tuju yang ditetapkan.Begitu juga dengan perkembangan e-Pembelajaran IPTA Malaysia yangmemerlukan polisi yang jelas untuk mendepani dunia yang semakin pantasberubah. Idea pembentukan Polisi e-Pembelajaran IPTA terjelma sewaktuPersidangan MEIPTAke-2 di UiTM pada 30 dan 31 Januari 2008. Pembentukanpolisi ini menjadi agenda utama dan dapat dizahirkan dalam PersidanganMEIPTA di UMS pada 31 Mac hingga 2 April 2008. Ahli MEIPTA bersetujupolisi tersebut dibahagikan kepada lima perkara utama seperti berikut:i.Peranan Pensyarah.ii.Peranan Pelajar.iii.Peranan Pengurusan Universiti Peranan Fakulti/ Sekolah.iv.Peranan Jabatan (Pengurusan e-Pembelajaran).v.Reka Cipta. Setiap tajuk tersebut dilantik seorang ketua dan dibantu oleh limahingga enam orang ahli untuk membangunkan dan memperhalusi denganlebih terperinci. Maklum balas daripada setiap kumpulan diperoleh ketikasesi pembentangan oleh setiap kumpulan tersebut. Dalam PersidanganMEIPTA ke-3 di UIA dan ke-4 di UTM, permurnian polisi diteruskan untukmenghasilkan Polisi e-Pembelajaran yang komprehensif. Dalam Persidangan MEIPTA ke-6 di UPM, mesyuarat bersetujumenubuhkan Jawatankuasa Khas Polisi e-Pembelajaran IPTA di UniversitiMalaya (UM) dengan menjemput pakar undang-undang dan pakar bahasaUM. Jawatankuasa ini turut dianggotai oleh UKM, UPM, UIA, UiTM danUPSI untuk menghadiri Mesyuarat Jawatankuasa Khas Polisi e-Pembelajaran

Mesyuarat dan bengkel telah diadakan untuk memantapkan polisitersebut dan telah diserahkan kepada KPT untuk pertimbangan dan kelulusan(Sila lihat lampiran 1 untuk polisi lengkap).Seminar dan Persidangan Anjuran Bersama MEIPTAICeL20092nd International Conference of e-Learning 2009 anjuran UiTM dengankerjasama MEIPTA dan AKEPT telah berlangsung pada 1 dan 2 Disember2009 yang bertemakan Online Learning and Mobile Learning. Seminar yangdirasmikan oleh Naib Canselor UiTM telah dihadiri seramai 190 orang pesertadan sebanyak 65 kertas kerja berjaya dibentangkan. Sesi selari dibahagikankepada lima sub tema, iaitu (i)Design and Development (ii)Teaching andLearning (iii)Learners and Users (iv)Management of e-Learning andM-Learning dan (v)Adoption and Implementation. Tiga ucaptama telah dibentangkan dalam seminar ini, iaitu Challengesin Online and M-Learning Practise in Malaysia oleh Prof. Tan Sri DatukDr. Anwar Ali (President of Open University Malaysia), Beyond e-Learningdisampaikan oleh Dr. Marc J Rosenberg (USA) dan Creative dan EffectiveContent for Online and M-Learning oleh Mr. Lucifer Chu (Taiwan).Prof. Tan Sri Datuk Dr. Marc J Mr. Lucifer Chu Dr. Anwar Ali RosenbergSKTIP09UPM dengan kerjasama KPT dan MEIPTA telah menganjurkan SeminarKebangsaan Teknologi dan Inovasi Pengajaran-Pembelajaran 2009(SKTIP09) pada 28 dan 29 April 2009 di Palm Garden Hotel IOI ResortPutrajaya. Seminar yang bertemakan Teknologi dan Inovasi Berkualiti Asas

MEIPTA 15Kecemerlangan Pengajaran-Pembelajaran telah dihadiri seramai 200 orangpeserta. Sebanyak 55 kertas kerja telah dibentangkan berdasarkan empatsub tema, iaitu: (i) Perancangan dan strategi penggunaan teknologi dalampengajaran-pembelajaran, (ii) Analisis, pembangunan dan pelaksanaanteknologi dalam pengajaran-pembelajaran, (iii) Pengalaman dan penilaiandalam penggunaan ICT dalam pengajaran-pembelajaran dan (iv) Isu semasateknologi pengajaran-pembelajaran. Tiga ucaptama telah disampaikan dalam seminar ini, iaitu PenggunaanTeknologi dalam Perancangan, Penyampaian dan Pentaksiran ProgramAkademik di IPT (Prof. Dr. Rujhan Mustafa, Jabatan Pengajian Tinggi,KPT); Memperkasa Pengajaran dan Pembelajaran Universiti Melalui SistemPengurusan Pembelajaran (LMS) (Prof. Datuk Dr. Nik Mustapha R. Abdullah,Naib Canselor, Universiti Putra Malaysia); dan Pembangunan dan PelaksanaanTeknologi dan Inovasi ICT bagi memperkasakan pengajaran-pembelajaran:Pengalaman Universiti APEX (Prof. Dr. Rosni Abdullah, Universiti SainsMalaysia)Forum Maya MEIPTASelain bermesyuarat, ahli MEIPTA juga berpeluang menyatakan idea danpandangan berkaitan e-Pembelajaran melalui forum yang yang dibangunkanoleh UM melalui portal Academic Development Centre (http://adec.um.edu.my). Berdasarkan pendekatan ini, perkongsian kepakaran dan amalan terbaikantara semua IPTA dapat dimantapkan. Rajah 1.1 dan Rajah 1.2 merupakanpaparan utama dan ruangan forum MEIPTA.

MEIPTA 17Projek Penyelidikan MEIPTAMEIPTA dengan kerjasama Kementerian Pengajian Tinggi Malaysia sedangmenjalankan penyelidikan bertajuk Amalan, Keberkesanan dan CabaranPelaksanaan e-Pembelajaran di IPT Malaysia bagi tempoh 9 bulan yangbermula dari Mei 2010 sehingga Januari 2011. Peruntukan sebanyak RM100 ribu telah diluluskan oleh KPT untuk menjayakan projek penyelidikanini yang meliputi 20 IPTA, tujuh IPTS dan dua Politeknik. Soal-selidiktersebut dibangunkan secara atas talian dan dibahagikan kepada tiga set iaitu,Pentadbir, Kakitangan Akademik dan Pelajar. IPTS yang terpilih adalah Asiae-University, Open University Malaysia, Multimedia University, WawasanOpen University, Sunway University College, Nilai University College, danHELP University College. Manakala Politeknik Shah Alam, Politeknik JohorBharu dan Politeknik Ipoh telah terpilih menjayakan projek penyelidikan ini. Projek penyelidikan ini diketuai oleh Prof. Dr. Mohamed Amin Embi(UKM) dan dianggotai oleh Prof. Dr. Abdul Halim Sulaiman (UM), Prof. Dr.Hanafi Atan (USM), Prof. Madya Dr. Zaidan Abdul Wahab (UPM), Prof. Dr.Mahamod Ismail (UKM). Seramai tiga ahli penyelidik bersama telah dilantikuntuk menjayakan projek ini yang terdiri daripada Prof. Madya Dr. NorazahMohd Nordin (UKM), Prof. Madya Dr. Supyan Hussin (UKM) dan Dr. AfendiHamat (UKM). Tiga siri bengkel telah diadakan bagi pembangunan instrument soal selidikpenyelidikan tersebut dengan menggunakan perisian Survey Monkey dan telahmendapat maklum balas daripada beberapa wakil IPTA, IPTS dan Politekniksebagai pilot projek. Melalui persidangan MEIPTA ke-10 di UMT pada 28dan 29 Julai 2010, set soal selidik kategori Pentadbir IPTA telah dijawab olehwakil IPTA yang hadir, manakala soal selidik untuk kategori KakitanganAkademik dan Pelajar sedang diisi secara atas talian sehingga 30 Ogos 2010.Bagi menggalakkan lebih ramai kakitangan akademik dan pelajar mengisi soalselidik tersebut, hadiah cabutan bertuah (Pentadbir: satu External Hard Disk),Kakitangan Akademik (20 External Hardisk) dan (Pelajar: 20 MP4) telahdisediakan. Hasil penyelidikan ini amat bermanfaat dan akan digunakan olehKPT dalam merangka strategi jangka masa panjang bagi pelaksanaan danpengukuhan e-Pembelajaran IPT di Malaysia yang seterusnya dapat bersaingdalam kalangan semua IPT di seluruh dunia.

Penerbitan buku ini amat bermakna kepada semua IPTA di Malaysia dalamusaha untuk melestarikan pelaksanaan e-Pembelajaran dengan lebih efektifdan berfokus. Amalan terbaik yang telah dilaksanakan boleh dikongsi bersamadan menjadi rujukan kepada IPTA lain untuk terus berusaha melaksanakanagenda e-Pembelajaran. Persidangan MEIPTA yang dilaksanakan secaraberkala dapat memberi ruang kepada IPTA menyokong usaha pihak KPT bagimelonjakkan IPTA Malaysia untuk terus bersaing dipersada antarabangsa.

BAHAGIAN II: Amalan, Keberkesanan & Cabaran Pelaksanaane-Pembelajaran di IPTA Malaysia

Bab 2 Amalan Pelaksanaan e-Pembelajaran di IPTA Malaysia Mohamed Amin EmbiPengenalanPelaksanaan e-Pembelajaran di Institusi Pengajian Tinggi Awam (IPTA)Malaysia bermula seawal tahun 2000. Namun, belum ada dokumentasiterperinci mengenai pelaksanaannya dalam kalangan semua IPTA di Malaysia.Bab ini bertujuan memperihalkan amalan pelaksanaan e-Pembelajaran diIPTA Malaysia daripada pelbagai aspek termasuk polisi, tadbir urus, sistempengurusan pembelajaran (LMS), latihan, pembangunan e-Kandungan sertajaminan kualiti. Data diperoleh daripada soal selidik Malaysian IHL e-learningQuestionaire (e-Learning/IT Manager) yang dilengkapkan oleh semua 20wakil IPTA.Polisi e-PembelajaranDaripada 20 IPTA yang terdapat di Malaysia, 40% atau lapan IPTA sahajayang mempunyai polisi tentang e-Pembelajaran, iaitu UKM, UPM, UTM,UiTM, UPSI, UUM, UMS dan UTeM seperti yang dipaparkan dalam Jadual2.1. Daripada jumlah tersebut, pihak yang terlibat membangunkan Polisie-Pembelajaran ialah pengurusan tertinggi universiti serta wakil Fakulti/Pusat/Jabatan seperti yang ditunjukkan dalam Rajah 2.1. Polisi tersebut biasanyadiluluskan oleh Senat (75%); walaupun ada yang diluluskan oleh pengurusantertinggi universiti (25%).

PTA Mempunyai Polisi Mempunyai e-Pembelajaran Polisi e-PembelajaranUniversiti Kebangsaan Malaysia XUniversiti Putra Malaysia XUniversiti Malaya XUniversiti Sains Malaysia XUniversiti Teknologi Malaysia XUniversiti Teknologi MARA XUniversiti Islam Antarabangsa Malaysia XUniversiti Pendidikan Sultan Idris XUniversiti Utara Malaysia XUniversiti Malaysia Sabah XUniversiti Malaysia Sarawak XUniversiti Malaysia Perlis XUniversiti Malaysia Pahang XUniversiti Malaysia Kelantan XUniversiti Malaysia Terengganu XUniversiti Pertahanan Nasional Malaysia XUniversiti Sultan Zainal Abidin XUniversiti Teknikal Melaka XUniversiti Tun Hussein Onn Malaysia XUniversiti Sains Islam Malaysia X

Amalan Pelaksanaan e-Pembelajaran di IPTA Malaysia 23 Rajah 2.1 Pihak yang terlibat membangunkan Polisi e-Pembelajaran Seperti yang dipaparkan dalam Rajah 2.2, cara utama Polisi e-Pembelajarandisebar kepada warga universiti masing-masing melalui program latihanyang biasanya diadakan sercara formal. Hampir semua IPTA (87.5%) yangmempunyai Polisi e-Pembelajaran mempunyai pelan implementasi masing-masing dan mewajibkan penggunaan e-Pembelajaran dalam kalanganpensyarah dan pelajar mereka. Separuh (50% atau empat IPTA) telahmengimplimentasikan Polisi e-Pembelajaran mereka lebih dari tiga tahun, tigaIPTA antara satu hingga tiga tahun, manakala satu IPTA kurang dari setahun.

24 [email protected] Rajah 2.2 Cara penyebaran Polisi e-Pembelajaran masing-masing Seperti yang dipaparkan dalam Rajah 2.3, komponen yang paling kurangdiperincikan dalam Polisi e-Pembelajaran masing-masing ialah insentif dananugerah serta jaminan kualiti. Bagi sebahagian besar (87.5%) IPTA yangterlibat, Polisi e-Pembelajaran merupakan sebahagian daripada pelan strategikuniversiti masing-masing, manakala 62.5 peratus atau lima IPTA menjadikanagenda e-Pembelajaran sebagai KPI universiti masing-masing. Akhir sekali,daripada lapan IPTA yang mempunyai Polisi e-Pembelajaran masing-masing,hanya dua universiti yang tidak mempunyai pelan implimentasi e-Pembelajaranyang jelas.

Amalan Pelaksanaan e-Pembelajaran di IPTA Malaysia 25 Rajah 2.3 Komponen yang terdapat dalam Polisi e-PembelajaranTadbir Urus e-PembelajaranDaripada segi tadbir urus atau governances, hanya dua IPTA, iaitu UniversitiSains Malaysia dan Universiti Malaysia Kelantan yang tidak mempunyaiPusat/Jabatan/Unit yang khusus untuk menguruskan e-Pembelajaran diuniversiti masing-masing. Seperti yang ditunjukkan dalam Rajah 2.4,lazimnya tadbir urus e-Pembelajaran diletakkan di bahagian Pusat TeknologiMaklumat, diikuti oleh Pusat Pembangunan Akademik serta Pusat Pengajarandan Pembelajaran universiti masing-masing. Hampir separuh IPTA (45%)mempertanggungjawabkan pengurusan e-Pembelajaran kepada koordinatore-Pembelajaran. Selain itu, sebahagian besar IPTA (85%) mempunyaiJawatankuasa e-Pembelajaran di peringkat universiti.

Pusat yang bertanggungjawab menguruskan e-Pembelajaran Separuh daripada IPTA (50%) di Malaysia menyediakan bajet pengurusantahunan yang khusus untuk e-Pembelajaran. Rajah 2.5 menunjukkankomponen utama yang digunakan dalam perbelanjaan tersebut iaitu latihan(100%), diikuti oleh pembelian perisian pengarangan (90%) dan infrastrukturfizikal (60%).

Amalan Pelaksanaan e-Pembelajaran di IPTA Malaysia 27Rajah 2.5 Komponen utama bajet e-PembelajaranSistem Pengurusan PembelajaranKesemua 20 IPTA di Malaysia mempunyai sistem pengurusan pembelajaranatau LMS masing-masing. Sebahagian besar (65%) menggunakan platformSumber Terbuka atau Open Source Platform. Sembilan IPTA menggunakanMoodle, manakala dua IPTA menggunakan platform Claroline seperti yangdipaparkan dalam Jadual 2.2. Sebahagian besar IPTA (55% atau 11 IPTA)telah menggunakan LMS tersebut melebihi tiga tahun.Jadual 2.2 Perbandingan LMS di IPTA MalaysiaIPTA Cara Perolehan Jenis/Nama Catatan LMS Ubah suaiUniversiti Kebangsaan Malaysia Beli dari vendor SPIN tempatan Ubah suai Ubah suaiUniversiti Putra Malaysia Beli dari vendor PutraLMS Ubah suai tempatanUniversiti Malaya Open source MoodleUniversiti Sains Malaysia Open source Moodle

Teknologi Malaysia Open source Moodle Ubah suaiUniversiti Teknologi MARA Beli dari vendor iLearn System Ubah suai tempatanUniversiti Islam Antarabangsa Beli dari vendor LearningCare -Malaysia tempatanUniversiti Pendidikan Sultan Idris Open source MyGuru2 Ubah suaiUniversiti Utara Malaysia Open source Moodle Ubah suaiUniversiti Malaysia Sabah Open source Moodle Ubah suaiUniversiti Malaysia Sarawak Open source Moodle Ubah suaiUniversiti Malaysia Perlis Open source Claroline -Universiti Malaysia Pahang Beli dari vendor - Ubah suai tempatanUniversiti Malaysia Kelantan Open source Moodle Ubah suaiUniversiti Malaysia Terengganu Open source Moodle -Universiti Pertahanan Nasional Beli dari vendor LearningCube Ubah suaiMalaysia tempatanUniversiti Sultan Zainal Abidin Open source Moodle -Universiti Teknikal Melaka Open source Claroline Ubah suaiUniversiti Tun Hussein Onn Malaysia Beli dari vendor Blackboard - antarabangsaUniversiti Sains Islam Malaysia Beli dari vendor myLMS Ubah suai tempatan Daripada segi komponen utama LMS, kesemua IPTA mempunyai aplikasiyang biasanya terdapat dalam LMS yang standard (seperti yang dipaparkandalam Jadual 2.3). Walau bagaimanapun, hanya sebahagian IPTA yangmempunyai LMS yang mempunyai ciri penglibatan pelajar seperti Groupworkdan Portfolio. Terdapat juga beberapa LMS yang mengintegrasikan aplikasiWeb 2.0 seperti Wiki dan sebagainya. Daripada segi integrasi LMS dengansistem maklumat lain yang terdapat di universiti masing-masing, hanya 70%yang disepadukan dengan Sistem Maklumat Pelajar dan hanya 60% sahajayang disepadukan dengan Sistem Maklumat Kakitangan (sila lihat Rajah 2.6).Data juga menunjukan bahawa hampir 3/4 (70%) LMS yang terdapat di IPTAMalaysia adalah SCORM Compliant. Di samping itu, hampir 3/4 (70%) IPTAsebelum ini mempunyai LMS yang berlainan tetapi berpindah kepada platformyang baharu berdasarkan sebab seperti yang ditunjukkan dalam Rajah 2.7,terutamanya kerana sistem baharu yang lebih kos efektif.

Amalan Pelaksanaan e-Pembelajaran di IPTA Malaysia 29 Jadual 2.3 Komponen/aplikasi utama dalam LMS di IPTA MalaysiaIPTA Comm. Productivity Student Admin Course Content Involvement Delivery DevelopmentUKM X X X XX XUPM X X X XXUM X X X XX XUSM X X X XXUTM X X XUiTM X X X XX XUIAM X X XX XUPSI X X X XX XUUM X X X XX XUMS X X X XX XUNIMAS X X X XXUniMAP X X X XX XUMP X XXUMK X X XUMT X X X XXUPNM X X X XXUniSZA X X XX XUTeM X X XX XUTHM X X XX XUSIM X X XX X

Amalan Pelaksanaan e-Pembelajaran di IPTA Malaysia 31Latihan e-PembelajaranKesemua IPTA mengendalikan latihan e-Pembelajaran kepada staf akademik.Walau bagaimanapun, hanya 60% atau 12 IPTA yang menjalankan latihankepada staf sokongan; manakala hanya 50% IPTA yang mengendalikanlatihan e-Pembelajaran kepada pelajar. Di samping itu, seperti yang ditunjukandalam Jadual 2.4, latihan biasa tertumpu kepada memahirkan staf denganaplikasi yang terdapat dalam LMS masing-masing (100%) dan pengenalankepada e-Pembelajaran (85%). Hanya lebih sedikit daripada separuh IPTAyang memberi latihan berkaitan dengan Pedagogi e-Pembelajaran (60%) danPembangunan e-Kandungan (60%). Selain itu, hanya 1/3 (35%) IPTA yangmemberi pendedahan tentang aplikasi Web 2.0. Jadual 2.4 Aspek/Topik latihan e-Pembelajaran di IPTA MalaysiaIPTA Overview of Policy of Pedagogy of LMS e-Content Web e-Pembelajaran e-Pembelajaran e-Pembelajaran Dev. 2.0UKM X X X XX XUPM X XX XUM X XX XUSM XUTM X X X XX XUiTM X X X XXUIAM X X XXUPSI X X X XX XUUM X X X XXUMS X X X XX XUNIMAS XXUniMAP X XXUMP X XXUMK X XUMT XUPNM X XUniSZA X XUTeM X X X XXUTHM X X XX XUSIM X X

Dalam hampir semua IPTA(90%), latihan berkaitan e-Pembelajaran merupakansebahagian daripada program latihan dan pembangunan akademik universiti.Lapan IPTA menjalankan latihan berkaitan e-Pembelajaran sebanyak satuhingga tiga kali setahun, lapan IPTA menjalankan latihan melebihi enam kalisetahun; manakala empat IPTA melaksanakannya empat hingga enam kalisetahun. Sebahagian besar (50%) latihan diadakan selama sehari; manakalayang lain diadakan separuh hari (25%) atau lebih satu hari (25%). Modutama latihan yang dijalankan (Rajah 2.8) adalah secara bersemuka (100%)diikuti oleh kaedah one-to-one (40%) dan blended (35%). Terdapat jugaIPTA yang menyediakan pembelajaran secara kendiri melalui manual yangdisediakan secara atas talian seperti UKM dan USIM. Hanya empat IPTAyang mewajibkan latihan kepada semua staf akademik; manakala tujuh IPTAmewajibkan latihan tersebut hanya kepada staf baharu sahaja. Sembilan IPTAmelaksanakan latihan tersebut secara sukarela (Rajah 2.9). Rajah 2.8 Mod utama latihan e-Pembelajaran di IPTA Malaysia

Amalan Pelaksanaan e-Pembelajaran di IPTA Malaysia 33 Rajah 2.9 Pendekatan latihan oleh IPTA di Malaysia Latihan biasanya dikendalikan oleh staf universiti masing-masing,walaupun ada beberapa universiti yang menjemput pakar dari luar untukmengendalikan sebahagian daripada program latihan e-Pembelajaran masing-masing.Pembangunan e-KandunganTidak sampai separuh (45%) IPTA yang mempunyai Pusat/Jabatan/Unit yangkhusus untuk menguruskan pembangunan e-Kandungan termasuk UKM, UM,UTM, UiTM, UPSI, UMT, UTeM dan UTHM. Strategi utama yang digunakanoleh sebahagian besar IPTA di Malaysia adalah dengan mengadakankolaborasi antara Pusat/Jabatan/Unit khusus ini dengan pakar isi kandunganatau pensyarah seperti yang ditunjukkan dalam Rajah 2.10. Alat pengaranganutama yang digunakan ialah Flash (88.9%), diikuti oleh Articulate (55.6%),Adobe Captivate (44.4%), Camtasia Studio (33.3%), Lecture Maker (22.2%)dan Raptivity Interactive Builder (11.1%). Pecahan mereka yang terlibat dalampembangunan e-Kandungan adalah seperti dalam Rajah 2.11. Selain pensyarahatau pakar mata pelajaran (100%), pereka grafik (88.9%) serta pembangun multimedia (88.9%) merupakan golongan utama yang terlibat dalam prosesini. Rajah 2.12 menunjukkan sokongan utama yang disediakan oleh IPTA diMalaysia kepada pensyarah yang ingin membangunkan e-Kandungan. Selainkhidmat nasihat (100%), sokongan utama adalah dalam bentuk alat/perisianpengarangan (88.9%) dan latihan berkaitan pembangunan e-Kandungan(77.8%). Setakat ini, belum ada (0%) IPTA di Malaysia yang menyediakangeran pembangunan e-Kandungan kepada staf akademik. Rajah 2.10 Strategi pembangunan e-Kandungan di IPTA Malaysia

Amalan Pelaksanaan e-Pembelajaran di IPTA Malaysia 35 Rajah 2.11 Staf yang terlibat dalam pembangunan e-KandunganRajah 2.12 Kemudahan sokongan yang disediakan oleh IPTA Malaysia untuk staf akademik yang ingin membangunkan e-Kandungan

Hanya empat IPTA (UKM, UTM, UiTM dan UTeM) yang menyediakaninsentif untuk pensyarah yang membangunkan e-Kandungan sendiri. TigaIPTA memberikan insentif dalam bentuk Anugerah, dua IPTA dalam bentukhonorarium dan dua IPTA dalam bentuk pengurangan beban pengajaran.Jaminan KualitiDaripada aspek jaminan kualiti, hanya tiga IPTA (UKM, UiTM dan UTeM)yang mempunyai garis panduan tentang kualiti berkaitan e-Pembelajaranmanakala hanya empat IPTA(UKM, USM, UiTM dan UTeM) yang menjadikane-Pembelajaran sebagai sebahagian daripada proses CQI (Continuous QualityImprovement) universiti masing-masing. Urusan jaminan kualiti bagi universitiyang terlibat ini biasanya dikendalikan oleh Pusat Pembangunan Akademik(atau yang setara) masing-masing.PenutupBab ini memperihalkan amalan pelaksanaan e-Pembelajaran di IPTA Malaysiadaripada aspek polisi, tadbir urus, sistem pengurusan pembelajaran (LMS),latihan, pembangunan e-Kandungan serta jaminan kualiti. Untuk beberapaaspek yang dibincangkan, perbandingan dibuat bagi meneliti persamaanserta perbezaan yang terdapat dalam kalangan semua 20 IPTA di Malaysiabagi tujuan memberi gambaran menyeluruh dan terperinci tentang statuspelaksanaan e-Pembelajaran sehingga kini.

Bab 3 Keberkesanan Pelaksanaan e-Pembelajaran di IPTA Malaysia Mohamed Amin EmbiPengenalanBab ini memperihalkan tentang keberkesanan pelaksanaan e-Pembelajarandi IPTA Malaysia daripada aspek polisi, penggunaan, tadbir urus, platforme-Pembelajaran, latihan serta pemantuan berterusan. Data utama diperolehdaripada soal selidik Malaysian IHL e-Learning Questionaire (e-Learning/ITManager) yang telah dilengkapkan oleh Pengurus/Penyelaras e-Pembelajarandi semua IPTA di Malaysia.Keberkesanaan Pelaksanaan Penawaran Kursus secara Atas TalianSecara umumnya, seperti yang dipaparkan dalam Rajah 3.1 dan Jadual 3.1,daripada 20 IPTA yang terdapat di Malaysia, hanya 40% atau lapan IPTA(UKM, UPM, UTM, UiTM, UPSI, UMP, UMT, dan USIM) menawarkanlebih daripada 50% kursus secara atas talian di IPT masing-masing. Sebanyak15% atau tiga IPTA menawarkan 0-10% kursus secara atas talian, 15% atautiga IPTA menawarkan 11-20% kursus secara atas talian, 10% atau duaIPTA menawarkan 21-30% kursus secara atas talian, 10% atau dua IPTAmenawarkan 31-40% kursus secara atas talian, manakala 10% atau dua IPTAmenawarkan kursus secara atas talian. Seperti yang dipaparkan dalam Rajah3.2, bentuk e-Pembelajaran yang paling popular dalam kalangan IPTA ialahsecara suplimenteri kepada kaedah bersemuka diikuti oleh kaedah blendedlearning.

Peratus kursus ditawarkan secara atas talian oleh IPTA MalaysiaJadual 3.1 Perbandingan IPTA berdasarkan peratus kursus ditawarkan secara atas talianIPTA 0-10% 11-20% 21-30% 31-40% 41-50% More than 50%UKM XUPM XUM X XUSM X XUTMUiTM X XUIAM XUPSIUUMUMS X X XUNIMAS X XUniMAPUMPUMK

Keberkesanan Pelaksanaan e-Pembelajaran di IPTA Malaysia 39UMT X XUPNM XUniSZA XUTeM X XUTHMUSIM Rajah 3.2 Bentuk kursus e-Pembelajaran yang ditawarkan di IPTA Malaysia Secara umumnya, bahan-bahan yang disediakan secara atas talian bolehdicapai dengan mudah di 75% atau 15 IPTA, manakala di 25% atau 5 IPTAlagi bahan-bahan tersebut boleh dicapai dengan sangat mudah (lihat Rajah3.3). Daripada segi compatibility (seperti dalam Rajah 3.4), 70% berada padatahap compatible, 25% berada pada tahap very compatible, manakala 5%berada pada moderately compatible. Rajah 3.5 pula menunjukkan bahawadaripada segi interaktiviti bahan-bahan yang terdapat secara atas talian, hanya5% berada pada tahap sangat interaktif, 30% pada tahap interaktif, 50% padatahap sederhana interaktif dan 15% pada tahap tidak interaktif.Kumpulan 5 : Jelaskan apakah yang dimaksudkan sebagai Connectivism dan PLE, kemudian bincangkan bagaimana fahaman (teori) connectivism ini berfungsi sebagai satu pendekatan/fahaman pembelajaran kini dalam konteks PLE.

Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Konstruktivisme merupakan pandangan filsafat yang pertama kali dikemukakan oleh Giambatista Vico tahun 1710, ia adalah seorang sejarawan Italia yang mengungkapkan filsafatnya dengan berkata Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan. Dia menjelaskan bahwa mengetahui berarti mengetahui bagaimana membuat sesuatu. Ini berarti bahwa seseorang baru mengetahui sesuatu jika ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu (Suparno, 1997:24).

Filsafat konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia melalui interaksi dengan objek, fenomena pengalaman dan lingkungan mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Poedjiadi (2005 :70) bahwa konstruktivisme bertitik tolak dari pembentukan pengetahuan, dan rekonstruksi pengetahuan adalah mengubah pengetahuan yang dimiliki seseorang yang telah dibangun atau dikonstruk sebelumnya dan perubahan itu sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya. Menegaskan pendapat tersebut, Karli (2003:2) menyatakan konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif yang hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri dan pada akhir proses belajar pengetahuan akan dibangun oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interkasi dengan lingkungannya. Konflik kognitif tersebut terjadi saat interaksi antara k