meningkatkan kemampuan berbahasa anak ...repository.uinjambi.ac.id/2523/1/ismi winda yani...4. dr....
TRANSCRIPT
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK
MELALUI METODE BERMAIN PERAN MAKRO PADA KELAS B
TAMAN KANAK-KANAK AL-BAROKAH
KECAMATAN ALAM BARAJO
KOTA JAMBI
SKRIPSI
ISMI WINDAYANI
NIM TRA.151759
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK MELALUI
METODE BERMAIN PERAN MAKRO PADA KELAS B
TAMAN KANAK-KANAK AL-BAROKAH KECAMATAN BARAJO
KOTA JAMBI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Strata Satu (S1)
dalam Pendidikan Islam Anak Usia Dini Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
ISMI WINDAYANI
NIM TRA.151759
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
PERSEMBAHAN
“Tidak ada orang sukses tanpa do’a dan keringat dari dua manusia hebat,
malaikat tanpa sayap yang siap mengorbankan segalanya untuk
kesuksesan pendidikan anaknya, mereka adalah orang yang saya panggil
dengan sebutan ibu dan ayah”
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
Sadio & Roniah
Mereka adalah orang tua saya, dua orang hebat yang telah membesarkan
saya, memberikan seluruh kasih dan sayang kepada saya, orang yang
memberikan dan mengorbankan banyak hal untuk saya, orang yang selalu
meneteskan air mata karena kekhawatiranya, orang yang membanting
tulang demi anaknya menjadi lebih dari mereka
Ayah ibu
Terimakasih telah menjadi orang tua bagi saya
Semoga saya bisa menjadi anak yang Sholehan, berbakti kepada ibu dan
ayah dan berguna bagi orang banyak
Saya selalu mendoakan ayah dan ibu selalu diberi kesehatan dan
kebahagiaan oleh Allah SWT.
Teruntuk dua saudara laki-laki saya Eli Yamin dan Hamim Mahfudi, dua
saudara perempuan saya Khoiriah dan Musyaropah terima kasih karena
selalu menguatkan dan memberi motovasi kepada saya sehingga saya selalu
semangat dalam proses menyelesaikan pendidikan.
Kepada teman-teman PHM SQUAD ( Fazalina, Dwi Kurniawati Mirliani dan
Indah Ibrahim) terimakasih karena selalu menjadi teman pejuan dalam proses
ini
Kepada teman-teman PIAUD angkatan 2015 terimakasih yang tak
terhingga atas segala dukungan yang diberikan kepada saya
MOTTO
Artinya : “Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan Perkataan
yang tidak berguana untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa
pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu di olok-olokan. Mereka itu akan
memperoleh azab yang menghinakan” ( Q.A. Luqman: 6)
ABSTRAK
Nama : Ismi Winda Yani
Program Studi : Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Judul : Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak
Melalui Metode Bermain Peran Makro Pada
Kelas B Taman Kanak-Kanak Al-Barokah
Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi
Penelitian Tindakan Kelas ini berjudul “Meningkatkan
Kemambupan Berbahasa Anak Melalui Metode Bermain Peran Makro
Pada Kelas B Taman Kanak-kanak Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo
Kota Jambi” yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
berbahasa anak Kelas B Taman Kanak-kanak Al-Barokah Kecamatan
Alam Barajo Kota Jambi. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap
tahapan siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Subjek pada penelitian ini terdiri dari 15 anak diantaranya 3 anak laki-laki
dan 12 anak perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dengan cara observasi. Hasil analisis data menunjukkan peningkatan dari
Pra siklus, Siklus I dan Siklus II secara berturut-turut sebagai berikut
terdapat 1 orang anak (6,67%) yang berhasil melakukan kegiatan main
peran makro pada Pra siklus. Selanjutnya terdapat 6 orang anak (40%)
yang berhasil melakukan kegiatan main peran makro pada Siklus I. Dan 14
orang anak (93,33%) yang berhasil melakukan kegiatan main peran makro
pada siklus II. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa melalui
kegiatan meronce dapat Meningkatkan Motorik Halus Anak Kelas B Di
TK Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi.
Kata Kunci : Kemampuan Berbahasa, Main Peran Makro
ABSTRACT
Name : Ismi Winda Yani
Study Programs : Islamic Education Early Childhood
Title : Improving Children's Language Proficiency
Through Role Playing A Macro On A Class B
Kindergarten Al-Barokah Sub Nature Barajo The
City Of Jambi
This class action research titled "Improving Children's language skills by
playing macro role in Class B nursery Al-Barokah Alam Barajo Sub-district of
Jambi City" aims to determine the enhancement of children's language skills Class
B Kindergarten of Al-Barokah Alam Barajo Sub-district of Jambi City. The study
was conducted in two cycles. Each stage of the cycle includes planning,
implementation, observation and reflection. The subject of this study consisted of
15 children including 3 boys and 12 daughters. Data collection techniques used
with observation. The results of data analysis showed improvement of the pre
cycle, cycle I and cycle II respectively as follows 1 child (6.67%) That
successfully performs the macro role playing on the pre cycle. Next there are 6
children (40%) Who succeeded in playing macro role in Cycle I. And 14 children
(93.33%) Who succeeded in playing macro role in Cycle II. From the above
explanation can be concluded that through the activities can improve the fine
motor of grade B children in TK Al-Barokah Alam Barajo Sub-district of Jambi
City.
Keywords: Language Proficiency, Playing The Role Of Macro
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah puji syukur kepada Allah SWT, yang mana
dalam penyelesaikan skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan
kekuatan, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Di
samping itu, tidak lupa pula shalawat dan salam semoga senantia
tercurahkan kepada Nabi Muhamad SAW, yang telah membawa kita dari
masa kebodohan menuju masa ilmu berilmu pengetahuan sebaggaimana
yang kita jalani sekarang.
Dan dalam penyelesaian skripsi ini, penulis sangat mengakui,
tidak sedikit hambatan dan rintangan yang peneliti temui baik dalam
mengumpulkan data maupun dalam penyusunanya. Oleh karena itu, hal
yang pantas penulis ucapkan adalah terima kasih kepada semua pihak yang
turut membantu penyelesaian skripsi ini, dengan segala kerendahan hati
penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Prof. Dr. Suaidi Asyari, MA.Phd sebagai wakil Rektor I UIN Sulthan
Thaha saifuddin Jambi.
3. Dr. H. Hidayat, M.Pd sebagai wakil Rektor II UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
4. Dr. Hj. Fadilah Husen, M.Pd, sebagai wakil Rektor III UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
5. Ibu Dr. Hj. Armida, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
6. Dr. H. Lukman Hakim, M.Pd sebagai wakil dekan I Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Dr. Zawaqi Afdhal Jamil, M.Pd.I sebagai wakil dekan II Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
8. Dr. Kemas Imron Rosyadi, M.Pd.I sebagai wakil dekan III Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
9. Ibu Dra. Umil Muhsinin, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Islam Anak Usia Dini Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
10. Ibu Siti Maria Ulfa, M.Pd.I selaku Sekretasis Jurusan Pendidikan
Islam Anak Usia Dini Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
11. Bapak Dr. Zawaqi Afdal Jamil, M.Pd.I selaku dosen Pembimbing I
dan Bapak Achmad Fadlan, M.Pd.I selaku dosen Pembimbing II yang
telah meluangkan waktunya utnuk emmbimbing, mengarahkan dan
membantu penulis dalam penyusunan skripsi
12. Terimakasih Ibu Juniar, S.Pd sebagai Kepala Sekolah TK Al-barokah
Kecamatan Alam barajo Kota Jambi yang telah memberikan
kemudahan kepada penulis dalam memperoleh data di lapangan.
13. Ibu Lamsia, A.Ma sebagai guru kelas B yang telah memberikan
banyak informasi guna memudahkan penulis memperoleh data di
kelas.
14. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi tiada henti
hingga menjadi kekuatan pendorong bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Untuk teman-temanku yang telah memberikan dukungan
dan motivasi dan doa untuk menyelesaikan tugas skripsi ini.
Disamping itu disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karenanya diharapkan semua pihak untuk dapat
memberikan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada allah
SWT saya memohon ampunan-Nya, dan kepada manusia saya memohon
kemaafanya. Semoga amal dan kebijakan kita dinilai seimbang oleh Allah
SWT.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................... ii
PENGESAHAN ............................................................................................. iii
NOTA DINAS ................................................................................................ iv
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii
MOTTO ......................................................................................................... ix
ABSTRAK ..................................................................................................... x
ABSTRACT .................................................................................................... xi
KATA PENGANTAR ................................................................................... xii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah ............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 5
C. Batasan Masalah ......................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini ............................................... 8
B. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini ...................................................... 11
C. Metode Pembelajaran Main Peran ............................................................. 34
D. Hasil Penelitian Relevan ............................................................................ 46
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian ................................................................................ 47
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 48
C. Desain Prosedur Penelitian ......................................................................... 48
D. Prosedur Umum Penelitian ......................................................................... 48
E. Tahapan Tindakan ...................................................................................... 50
F. Instrumen Penelitian .................................................................................... 54
G. Sumber Data ................................................................................................ 55
H. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data .................................................. 56
I. Teknik Analisis Data .................................................................................. 57
J. Kriteria Keberhasilan PTK ......................................................................... 59
K. Jadwal Penelitian ........................................................................................ 60
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum ........................................................................................ 61
B. Temuan Khusus ....................................................................................... 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 76
B. Saran ........................................................................................................... 76
C. Kata Penutup ............................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 78
DAFTAR GAMBAR
3.1 Prosesur Penelitian ....................................................................................................... 54
3.2 Teknik Analisi Data ...................................................................................................... 62
4.1 Grafik Peningkatan Kemampuan Berbahasa Anak Kelas B Tk AL-Barokah ............. 78
DAFTAR TABEL
Tebel 2.1 Tingkat Pengetahuan Bahasa ........................................................................ 30
Tabel 2.2 Tingkat Pencapaian Bahasa PERMENDIKNAS
No 58 Tahun 2009 ......................................................................................... 32
Tebel 2.3 Perkembangan Awal Main Peran ................................................................... 44
Tabel 3.1 Tabel Populasi Ppenelitian anak Anak ......................................................... 51
Tabel 3.2 Tingkat Pencapaian Bahasa PERMENDIKNAS
No 58 Tahun 2009 ......................................................................... 58
Tebel 3.4 Rencana Waktu Penelitian dan Tahap Penelitian ......................................... 65
Tabel 4.1 Keadaan Guru TK Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo
Kota Jambi ......................................................................... 68
Tabel 4.2 Keadaan siswa TK Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo
Kota Jambi ......................................................................... 69
Tabel 4.3 Kondisi Awal Hasil Bermain Peran Makro Kelas B ................................... 69
Tabel 4.4 jadwal Perencanaan Siklus I ............................................................... ……… 71
Tabel 4.5 Peningkatan Kemempuan Berbahasa Anak
Kelas B TK Al-Barokah Siklus I .................................................................. 73
Tabel 4.6 Jadwal Perencanaan Siklus II ........................................................................ 74
Tabel 4.7 Peningkatan Kemampuan Berbahasa Anak
Kelas B TK Al-Barokah Siklus II ................................................................ 76
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan yang
diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan
perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada perkembangan
anak pada seluruh aspek kepribadian anak. (Suyadi, Maulidia: 2013). Anak
usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat bahkan anak usia dini dikatakan goden age
(usia emas) yaitu usia yang berharga dibanding usia selanjutnya, masa dimana
anak ada pada fase kehidupan yang unik dengan berbagai karakteristik khas
baik secara fisik, psikis, sosial dan moral. Anak pada usia dini memiliki
kemampuan belajar yang luar biasa, karena keinginan mereka untuk belajar
menjadi aktif dan eksploratif.
Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia
nomor 137 tahun 2014 mengenai standar tingkat pencapaian perkembangan
(STTPA) pasal 7 ayat 1, menyebutkan bahwa STTPA merupakan
pertumbuhan dan perkembangan anak yang dapat dicapai pada rentan usia
tertentu. Dalam hal ini tingkat capaian perkembangan dalam memahami
bahasa anak usia 5-6 tahun yaitu: (1) mengerti beberapa perintah secara
bersamaan, (2) mengulang kalimat yang lebih kompleks, (3) memahami
peraturan dalam suatu permainan, (4) senang dan menghargai bacaan. Serta
tingkat pencapaian perkembangan anak dalam mengungkapkan bahasa yaitu
anak mampu untuk: (1) Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks, (2)
menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama, (3)
berkomunuikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal
symbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis, dan berhitung, (4)
menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-
preedikat-keterangan), (5) memiliki banyak kata-kata untuk mengekspresikan
ide pada orang lain, (6) melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah
diperdengarkan, (7) menunjukkan pemahaman konsep–konsep dalam buku
cerita. Tingkatan capaian perkembangan bahasa dalam keaksaraan untuk anak
usia 5-6 tahuna yaitu: (1) Menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal (2)
Mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada di sekitarnya ( 3)
Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awal yang sama.
(4) Memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf (5) Membaca nama
sendiri (6) Menuliskan nama sendiri (7) Memahami arti kata dalam cerita.
Anak adalah amanah yang Allah SWT titipkan kepada orang tua untuk
diberi kasih sayang, diberi perlindungan dan juga pendidikan. Apapun bentuk
dari perkatakan dan perbuatan orang tua akan menjadi pendidikan yang
diterima oleh anak, oleh karena itu menjadi orang tua yang cerdas dalam
bertutur kata, mencontohkan segala tingkah laku dan apa yang disampaikan
kepada anak akan menjadi pendidikan yang akan tertanam dalam diri anak
dan menjadi karakter anak itu sendiri. Sehingga anak yang telah dititipkan
menjalani segala hal dalam hidup sebagai hal yang bernilai ibadah dan juga
selamat baik didunia dan diakhirat. Sebagaimana yang dijelaskan dalam
Qur‟an surah At-Tahrim ayat 66 sebagai berikut :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”( Al-Qur‟an Terjemahan: 560)
Ayat diatas menjelaskan bahwa orang beriman harus menjaga dirinya
dan keluarganya dari siksaan api neraka, agar kita menjadi manusia yang
dapat menjaga dirinya dari keluarganya maka pendidikan adalah hal yang
harus diberikan dalam segala bentuk pendidikan salah satunya mengajarkan
berbahasa kepada anak, baik orang tua maupun guru harus memulai dengan
bahasa yang baik, bahasa yang pantas dan bahasa yang beragam agar anak
dapat mencontoh dan mengembangkan bahasa dengan baik sehingga mampu
berinteraksi dengan baik pula dengan orang lain.
Era globalisasi didominasi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi dimana membutuhkan invidu yang bukan hanya cerdas secara
kognitif namun juga harus cerdas secara bahasa baik verbal ataupun non
verbal. Salah satu bentuk berkomunkasi paling efektif adalah berbicara, sejak
bayi mereka sering sekali menggunakan bahasa tubuh untuk berbicara sebagai
tanda anak mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Oleh
sebab itu keterampilan berbicara dan berbahasa harus dimiliki semua orang,
bagaimana individu satu dan individu lain berinteraksi satu sama lain
dimanapun dibelahan bumi ini menjadikan keterampilan berbahasa sangat
penting. Bukan hanya orang dewasa begitu juga dengan anak usia dini, mereka
telah berinteraksi bahkan saat mereka didalam kandungan dengan ibunya dan
ketika lahir sang ibu yang berbicara dengan anaknya lalu dibalas dengan
bahasa tubuh anak yang sangat mengemaskan, tangisan saat mereka sedang
ada pada situasi yang tidak nyaman itu semua merupakan proses interaksi
manusia.
Mursid (2015) mengatakan perkembangan bahasa anak terkait dengan
perkembangan kognitif, yang berarti faktor intelek sangat berpengaruh
terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Semakin anak itu tumbuh
berkembang kemampuan berbahasanya, maka kemampuan atau aspek
pertumbuhan anak yang lain juga ikut berkembang dengan saat yang
bersamaan. maka bahasa bisa berkembang dari tingkat yang sederhana menuju
yang lebih kompleks.(Mursid:2015).
Anak usia dini sudah mampu berinteraksi dengan teman-teman
sebayanya, orang-orang terdekat seperti orang tua dan guru di sekolah, mereka
sangat senang menceritakan berbagai pengalaman yang telah mereka lalui
kepada orang-orang terdekat, mereka juga mempunyai teman imajinasi yang
membuat mereka sering berfantasi setiap harinya karena mereka ada pada
masa atau tahap pra operasial, teman imajinasi mereka akan hilang seiring
berjalanya waktu sampai mereka masuk pada tahap operasional kongkret.
Bahasa merupakan hal pokok bagi masyarakat. Bahasa membentuk
dasar persepsi, komunikasi dan interaksi harian kita. Bahasa merupakan suatu
sistem simbol yang mengkategorikan, mengorganisasi dan mengklarifikasi
pikiran kita. Melalui bahasa kita menggambarkan dunia, tanpa bahasa
masyarakat dan budaya tidak akan pernah ada. Agar mampu berhasil dalam
masyarakat anak-anak perlu mengembangkan kemampuan berbahasanya
dengan luas. Tidak semata-mata perlu memperoleh bahasa lisan, anak-anak
juga harus menggunakan bahasa secara efektif diberbagai situasi dan kondisi,
berbicara melalui telfon dengan teman-temanya, berinteraksi dengan pelayan
ketika membayar sayuran, mendengar berbagai acara dengan berbagai gaya
bahasa dan penyampaian, bagaimana seorang pengacara sedang membela saat
persidangan dan bagaimana seorang professor saat sedang mengajar
mahasiswanya. Kemampuan bahasa kita membuat kita bisa berpatisipasi
secara efektif diberbagai kegiatan sosial dan konteks pekerjaan rutinitas kita
sehari-hari (Beverly:2015).
Studi awal yang telah dilakukan peneliti ditemukan anak didik kelas B
di Taman Kanak-kanak Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi
belum mampu berbahasa dengan baik saat berinteraksi dalam proses
pembelajaran maupun saat anak berada dilingkungan sekola, hal ini terlihat
dari persentase yang diperoleh saat melaksanakan pra siklus, dimana dari 15
anak hanya berhasil 1 anak dengan persentase 6,67% dan 14 anak dengan
persentase 93,33% masih dibawah nilai minimal yang telahditentukan. Hal ini
dibuktikan sebagian besar anak tidak mampu mengelola informasi yang
diterima, anak terlihat tidak mengerti pertanyaan yang diajukan dan tidak bisa
menentukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan, anak belum
memiliki banyak kosa kata, hal ini terlihat saat anak menjawab pertanyaan
anak belum mampu mengungkapkan jawaban yang kongkrit, anak juga belum
mampu mengkomukasikan kembali hasil karya yang telah mereka kerjakan.
Ada beberapa anak yang belum fasih berbicara dan dalam pengucapan fonem,
selain itu anak belum mampu mengekpresikan bahasa yang baik dalam
berbicara atau berinteraksi dengan orang lain. Selain itu juga di Taman
Kanak-kanak Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi masih
menggunakan model pembelajaran klasikal sehingga sentra main peran jarang
dipilih dalam metode pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan diatas maka bermain peran diharapkan
dapat menstimulasi untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak, dengan
bermain peran anak akan berpura-pura menjadi suatu tokoh atau menjadi
karakter yang bisa membantu anak dalam berbicara dan membantu anak
dalam berbahasa dengan baik dengan orang lain, dengan bermain peran anak
juga anak belajar kosa kata baru dan membiasakan mereka untuk berani
berinteraksi dengan orang lain, maka penulis melakukan penelitian tentang
“Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Melalui Merode Bermain
Peran Makro Pada Kelas B1 Taman Kanak-Kanak Al-Barokah
Kecamatan Alam Barajo Kota”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka identifikasi masalah
yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut:
1. Anak belum mampu memahami bahasa Indonesia dengan baik saat di
sekolah tepatnya pada saat proses pembelajran dan cara berbahasa yang
belum anak kuasai
2. Pengembangan bahasa yang belum menggunakan metode yang tepat
3. Metode bermain peran yang jarang digunakan saat proses pembelajaran
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas
dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Metode yang digunakan pada penelitian ini hanya terbatas pada metode
bermain peran makro.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas,
maka pada penelitian ini dapat dirumuskan masalah adalah:
Apakah metode bermain peran makro dapat meningkatkan kemampuan
berbahasa anak pada kelas B1 Taman Kanak-Kanak Al-Barokah Kecamatan
Alam Barajo kota Jambi?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui peningkatan
kemampuan berbahasa anak melalui metode bermain peran makro pada
kelas B1 Taman Kanak-Kanak Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo kota
Jambi?
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai
berikut:
a. Peneliti
Penelitian ini berguna untuk mengembangkan kelilmuan dan
profesionalitas dalam mempersiapkan diri menjadi sekorang
pendidik. Selain itu penelitian ini juga berguna untuk melatih dan
juga mengetahui bagaimana metode bermain peran bisa
berpengaruh terhadap perkembangan bahasa anak.
b. Guru
Penelitian ini bisa berguna untuk menjadi bahan masukan dan
tambahan sebagai medote yang digunakan dalam mengembangkan
berbagai aspek perkembangan anak dengan tujuan pengembangan
yang ingin dikembangan dan untuk meningkatkan proses
pembelajran menjadi kegiatan yang lebih menyenangkan.
c. Siswa
Penelitian ini diharapkan anak dapat bermain sambil belajar
dengan suasana dan metode yang dapat mengeksplorasi semua
kemampuan yang bisa anak kembangkan dalam diri mereka.
d. Sekolah
Penelitian ini berguna untuk masukan bagi pimpinan dan
pengelola sekolah dalam rangka memperbaiki kinerja guru secara
keseluruhan dalam proses belajar mengajar. Informasi ini
diharaipkan dapat menjadi pijakan bagi pimpinan dan para guru
lainya untuk mengembangakan strategi atau metode pembelajaran
yang digunakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini
1. Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini ditujukan kepada anak yang berusia 0-6 tahun,
dalam proses pendidikanya, biasanya dikelompokan menjadi beberapa
tahapan berdasarkan gelongan usia. Usia 2-3 tahun masuk kelompok
taman penitipan anak, usia 3-4 tahun masuk ke kelompok bermain dan 4-6
tahun masuk dalam kolompok taman kanak-kanak atau Raudhatul Atfhal.
Perkembangan anak usia dini berjalan sangan cepat. Hasil-hasil studi
neurologi mengungkapkan antara lain, bahwa ukuran otak anak ketika dua
tahun sudah mencapai 75% dari ukuran otak ketika dia dewasa, pada usia
lima tahaun telah mencapai 90% dari ukuran otak setelah ia dewasa (Novi
Mulyani:2016).
Dalam islam anak merupakan amanah dan nikmah bagi seluruh
orang tua di dunia ini, oleh sebab itu anak yang merupakan nikmat dan
anamah harus disyukuri dengan cara membina dan mendidik anak dengan
maksimal, jika orang tua tidak bisa mendidik dan mejaganya dengan baik
maka anak juga bisa menjadi fitnah bagi orang tua, maka dari itu
pendidikan yang tepat dan penanaman kepribadian yang baik, ketaatan
yang kuat terhadap Allah SWT harus ditanamkan kepada diri anak sedini
mungkin.
2. Pengetian Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini diselengarakan untuk memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau
menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Secara
institutional, pendidikan anak usia dini diselenggarakan yang menitik
beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan,
baik koordinasi motorik, kecerdasan emosi, kecerdasan jamak maupun
kecerdasan spiritual. Dalam pasal 1 atau 14 Undang-undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa
“pendididikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut” (Suyadi dan Mulidya
Alfah: 2013).
3. Perkembangan Anak Usia Dini
Berikut adalah masa perkembangan anak usia dini sesuai
dengan tahapanya, dalam bukunya Novan Ardy Wiyani (2014) terdapat
lima perkembangan anak usia dini.
a. Perkembangan moral dan agama pada anak usia dini
Moral berasal dari bahasa latin yaitu mos yang berarti adat
istiadat, kebiasaan, cara, tingkah laku dan kelakuan. Selain itu bisa pula
diartikan dengan mores yang berarti adat istiadat, kelakuan, tabiat, watak
dan akhlak, dan cara hidup.
Perkembangan moral anak usia dini adalah perubahan spikis pada
anak usia dini yang memungkinkanya dapat mengetahui mana perilaku
buruk dan mana perilaku yang baik yang harus dilakukan dan tau mana
yang harus dihindari berdasarkan norma-norma tertentu. Norma merupkan
atauran atau kaidah maupun aturan yang dilakukan sebagai tolak ukur
untuk menilai tau untuk membandingkan sesuatu.
Sedangkan perkembangan agama adalah sebagai perubahan spikis
yang dialami anak usia dini terkait dalam kemampuan memahami dan
melakukan perilaku yang baik serta memahami dan menghindari perilaku
yang buruk berdasarkan ajaran agama yang dianutnya.
b. Perkembangan Fisik-Motorik pada anak usia dini
Fisik secara bahasa diartikan sebagai jasmani, badan, tubuh.
Sedangkan motorik diartikan pergerakan. Jadi perkebangan fisik motoric
anak usia dini adalah perkembangan gerak atau perubahan bentuk tubuh
yang mempengaruhi keterampilan gerkanya.
c. Perkembangan Kognitif pada Anak Usia dini
Kognitif merupakan kata sifat yang berasal dari lata
kognisi(kata benda). Perkembangan kognitif pada anak usia dini dapat
diartikan sebagai perubahan spikis yang berpengaruh terhadap kemampuan
berfikir dengan anak usia dini. Dengan kekmampuan berfikirnya, anak
usia dini dapat mengekplorasi dirinya sendiri, orang lain, hewan dan
tumbuhan sebagai pengetahuan. Berbagai pengetahuan tersebut kemudian
digunakan sebagai bekal bagi anak usia dini untuk melangsungkan
hidupnya dan menjalankan tugasnya sebagai hamba Allah SWT.
d. Perkembangan sosial emosional anak usia dini
Secara bahasa sosial berarti suatu yang berkenaan dengan orang
lain atau masyarakat. Sosial juga bisa berarti suka memperhatikan
kepentingan umum, seperti suka menolong, menderma, dan lain
sebagainya. Sedangkan emosi secara bahasa berarti luapan perasaan yang
berkembang, keadaan dan reaksi psikologi dan fisiologi seperti
kegembiraan, kesedehinan, keharuan , kecintaan yang bersifat subjektif.
Berdasarkan pengertian diatas maka sosial emosional dapat
diartikan sebagai perbuatan yang disertai dengan perasaan-perasaan
tertentu yang melingkupi individu disaat berhubungan dnegan orang lain.
Jadi perkembangan anak usia dini adalah perubahan perilaku yang disertai
dengan perasaan-perasaan tertentu yang melingkupi anak usia dini saat
berhubungan dengan orang lain.
e. Perkembangan bahasa anak usia dini
Menurut kamus besar bahasa indonesia bahasa diartikan sebagai
sistem lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri.
Sedangkan perkembangan bahasa anak usia dini adalah perubahan sistem
lambing bunyi yang berpengaruh terhadap kemampuan berbicara anak usia
dini. Dengan kemampuan berbicaranya anak usia dini bisa
mengidentifikasi dirinya, dapat berinteraksi dan bekerja sama dengan
orang lain.
B. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
1. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Dalam buku meningkatakn kemampuan berkomunikasi aktif
pada AUD(Jovista dan Agstina:7) yang dikemukakan oleh Samuel A.
Krik, bahasa merupakan simbol yang diorganisasikan yang digunakan
untuk mengekspresikan dan menerima maksud atau pesan. Ketika bicara
diambil maknanya, hal itu menjadi bahasa. Akan tetapi bicara hanya
merupakan salah satu metode untuk menyampaikan atau mengirimkan
bahasa. Bahasa juga terdapat saat menulis dan membaca.
Sebagaimana sudah dijelaskan diatas, terlihat bahwa
perkembangan bahasa pada anak usia dini sangatlah penting, perubahan
sistem lambang bunyi pada anak akan mempermudah anak dalam
berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain, untuk itu bahasa anak dan
bagaimana berbahasa sangat penting dan juga harus ditanamkan kepada
anak sejak usia anak masih bahkan sangat dini.
2. Pandangan Teoritis Perkembangan Bahasa
Empat pandangan teoritis mengenai bagaimana perkembangan
bahasa pada anak yaitu: nativis, perkembangan kognitif, behavioris dan
interaksionis.
a. Pandangan nativis
Menekankan kemampuan pembawaan lahir manusia (sifat
dasar) yang bertanggung jawab pada perkembangan bahasa. Ahli
bahasa, Noam Chomsky beragumen bahwa semua manusia pada
dasarnya memiliki kapasitas memperoleh bahasa, karena adanya
susunan kognitif yang memproses bahasa secara berbeda-beda yang
diperoleh darri rangsangan orang lain. Focus utama pandangan nativis
adalah perolehan pengetahuan yang sifatnya sintaksis, yaitu
pengidentifikasian bahasa dan penggambaran system bahasa. (Beverly,
Otto, 2015:33)
Chomsky menjelaskan bahwa tata bahasa universal
menjelaskan kemampan bawaan pikiran manusia. Komponen ini
menjelaskan tentang kecakapan manusia dalam mempelajari budaya
dari bahasa tertentu. Kecakapan mempelajari bahasa adalah kualitas
yang dimilki spesies manusia, karena secara jelas manusia tidak
dirancang untuk menguasai hanya satu bahasa dari bahasa lainya. Bayi
yang terlahir sehat mampu mempelajari apapun dari 3000 bahasa
dunia(Rushton, Etiellgeorge & Zickafoose, 2003 : 13).
Menurut Chomsky dalam Sofyan (2014:24) bahasa di
strukturkan sendiri oleh anak-anak. Dengan hanya mendengarkan
secuplik tubuh ujaran, mereka langsung bisa menemukan aturan-
aturanya seolah dituntun oleh pengertian bawaan tentang bentuk-
bentuk aturan tersebut.
Dalam pandangan nativis anak mempelajari bahasa dengan
cara menggali stuktur bahasa mereka. ( chairns 1996) proses
penggalian ini diabntu oleh mekanisme bawaan sejak lahir yang
khusus untuk pembelajaran bahasa. Mekanisme ini disebut juga
dengan perangkat perolehan bahasa ( language acquisition device
LAD ), ( Chomsky, 1982: Harris 1992), perangkat ini memungkinkan
anak untuk memproses dan belajar bahasa melalui pengetahuan
bawaan dari kelas-kelas tata bahasa , landasan struktur dalam, dan
cara-cara yang digunakan.
b. Pandangan perkembangan kognitif
Pandangan perkembangan kognitif didasarkan kepada
penelitian Jean Piaget (1955). Penekanan pandangan ini adalah bahwa
bahasa diperoleh begitu kedewasaan terjadi dan kemampuan kognitif
berkembang. Ketika pandangan nativis menekankan mekanisme
bahasa adalah bawaan sejak lahir, pandangan perkembangan kognitif
ini justru mengasumsikan bahwa perkembangan kognitif merupakan
“prasyarat dan fondasi pembelajaran bahasa.”(karmiloff& karmiloff-
smith, 2001:5)
Pandangan ini juga menyatakan bahwa seseorang anak akan
mempelajari bahasa dengan menggunakan mekanisme yang sama bagi
pembelajaran lainya. Hubungan yang dekat antara perkembangan
kognitif dan bahasa adalah berdasarkan kepercayaan bahwa bahasa
bias berkembang jika perkembangan kognitif tertentu terjadi lebih
dulu.
Pada fase pertama perkembangan kognitif, yaitu fase sensorik
motorik, anak masih dalam masa pra-liguistik. Menurut piaget
pemahaman anak tyerhadap lingkunganya hanya berasal dari
pengalaman langsung yang terjadi didekatnya (sensorik) dan kegiatan
motorik ( gerakan) mereka. Cikal bakal penting kemunculan bahasa
adalah perkembangan dari permanensi objek. Permanensi objek
melingkupi suatu kesadaran bahwa objek akan terus ada meski objek
tak terlohat pandangan. Melalui pengalaman sensorik motoric pada
masa bayi, anak akan mengembangkan kemampuan kognitif untuk
memahami permanensi objek.
Menurut Piaget bahasa muncul ketika perkembangan kognitif
anak mencapai sebuah titik dimana mereka memainkan dan
menggunakan symbol. (Piaget, 1961, in Paciorek& Munro, 1999).
Definisi Piaget tentang bahasa lebih sempit daripada definisi daripada
psikolog bahasa lainnya. Agar “bahasa” itu ada, Piagaet berpendapat, “
kapasitas dari representasi mental haruslah ada.” (Brained, 1978: 110).
oleh karena itu vokalisasi dan ocehan yang terjadi selama masa bayi,
bukanlah termasuk bahasa, jelas Piaget. Perkembangan dari
representative simbolik mengubah pemikiran anak karena hal itu pada
masa sekarang untuk “mencari benda yang tidak hadir secara
perseptual, menkonstruksi masa lalu, atau untuk membuat rencana-
rencana masa depan.” ( Piaget, 1961, in Paciorek & Munro, 1999: 7)
Representatif simbolik adalah bukti dimana seorang anak
menggunakan tanda dan symbol dalam merespon situasi baru.
Sebaliknya pada masa awal, seorang anak akan menggunakan uji coba
“trial and error” untuk menghadapi suatu situasi. (Atkinson, 1983).
Misalnya jika seorang anak diberi kotak baru untuk dibuka, maka dia
akan membukanya dengan cara sedikit berbeda dari kotak-kotak
sebelumnya yang ia mainkan.
Representative simbolik terlihat jelas ketika seseorang anak
tidak hanya melakukan trial and error untuk menemukan cara
membuka kotak, tetapi ia tampaknya menggunakan pengalaman
sebelumnya sebagai cara simbolik dalam “mempertimbangkan” satu
solusi sebelum memainkan kotak tersebut. Sekitar usia satu tahun,
beberapa anak mulai mempresentasikan tindakan dan benda secara
simbolik.
Selama masa ini, hubungan antar tindakan dan benda
berkembang dan diatur dalam struktur kognitif abstrak yang disebut
dengan skemata (Brained, 1978). Salah satu corak khusus skemata
yaitu bahwa mereka merefleksikan pengalaman secara lebih luas dari
pada pribadi individual. Ini berarti bahwa konsep dan skemata
berkembang melaui interaksi interpersonal dn komunikasi.
Komunikasi ini bergantung pada “tanda” ( Piaget,1962). Piaget
menyatakan bahwa perkembangan tanda-tanda lisan atau kata-kata
memfasilitasi perkembangan kognitif, karena hal ini memungkinkan
terjadinya” tranformasi skema sensorik motorik menjadi konsep.”
(1962: 99)
Menurut Piaget tahapan kedua dari fase perkembangan
kognitif adalah fase pra-opeasional. Fase ini mulai terjadi sekitar umur
dua tahun dan terus berlanjut hingga usia tujuh tahun. Anak-anak pada
fase ini mulai “menggambarkan dunia dengan kata-kata, tampilan dan
gambar,”(Santrock,2001: 36). Piaget (1955), menyadari bahwa
pembicaraan awal anak, focus pada persepsi mereka yang mungkin
merefleksikan persepsi dan relasi secara bertahap, saat anak
berkembang secara kognitifi, ucapan mereka menjadi
tersosialisasikam, atau reflektif, atau lebih logis pikiranya. Karena
pandangan perkembanagan kognitif focus pada perkembangan skemata
dan penggunaan symbol. (Beverly, Otto, 2015:36)
Berdasarkan penjelasan tersebut maka bahasa juga dapat
dijadikan penilaian terhadap perkembangan kognitif anak. Pada
dasarnya anak dengan perkembangan bahasa yang baik memiliki
kemampuan kognitif yang baik pula. Hal ini dapat dilihat dari
kepemilikan kosa kata yang dimiliki anak. Semakin banyak kosa kata
yang dimiliki anak maka keterampilan komunikasi dan penggunaan
bahasa pada anak semakin baik. Anak dapat bercerita atau
mengutarakan perasaan dan emosinya dengan menggunakan struktur
bahasa yang baik. Anak dengan intelegensi normal atau diatas normal,
pada umumnya perkembangan bahasanya cepat (Jurnal Ilniah).
c. Pandangan Behavioris
Pandangan behavioris menekankan peran “pengasuhan” dan
memandang pembelajaran terjadi berdasarkan rangsangan, respons dan
bantuan yang terjadi didalam lingkungan. Seorang anak dianggap
sebagai “tabula rasa” ( karmillof & Karmiloff dan Smith, 2001) dan
pembelajaran terjadi karena adanya hubungan yangn dibangun dari
rangsangan, respons, dan kejadian-kejadian yang terjadi setelah
perilaku direspons. Bahasa dipelajari dari hasil hubungan tersebut.
Penguatan terhadap tanggapan lisan seorang anak terhadap bahasa
yang ditunjukkan kepadanya bertanggungjawab terhadap pembelajaran
bahasa yang bisa terjadi. Dengan demikian, bahasa adalah “pemikiran”
yang terjadi melalui situasi dimana seorang anak didorong untuk
meniru ucapan orang lain untuk mengembangkan hubungan antara
rangsangan lisan( kata-kata dan benda. ( Harris, 1992). Ucapan yang
rumit seperti frase dan kalimat-kalimat yang dihasilkan oleh anak
kecil, dianggap sebagai bukti bahwa rangkaian kesatuan ucapan telah
diperkuat. (Cairns,1996). Penguatan sering kali berbentuk perhatian,
pengulangan, persetujuan. (Pucket and Black,2011). Model
pengkondisian pembelajaran ini disebut dengan “pengkondisian
operan” (Skinner, 1957).
Penggunaan kata operan membenarkan peran aktif anak dalam
proses pembelajaran. Model pemmbelajaran ini terjadi ketika
konsekuensi lingkungan bergantung pada peerilaku tertentu. Ketika
perilaku diikuti oleh hasil tertentu pula, maka konsekuensi
mempengaruhi apakah perilaku tersebut akan diulangi. Pandangan ini
digunakan untuk menjelaskan suatu ucapan yang produktif. (
Bohannon & Bonvillian, 1997). Misalnya ketika bayi bersuara saat ada
orangtua dan berkata “ma-ma”, orangtua barangkali bergegas
merespon bayi, menunjukkan isyarat gembitra, dan berkata: “Oh, kamu
bilang „ma-ma!” respon positif dari orangtua ini akan meningkatkan
peluang bagi bayi untuk mengulang kata-kata itu. Demikian juga
ucapan yang menimbulkan ketiadaan respons atau pengabaian
biasanya cenderung tidak diulangi. (Beverly, Otto, 2015:38).
Banyak jenis dari respon lingkungan yang berfungsi sebagai
penguat. Penguatan positif mungkin berasal dari respons yangn
menyenangkan dari orangtua terhadap usaha lisan anak. Hal itu
barangkali juga berasal dari kesuksesan saat berkomunikasi dalam
mengekspresikan keinginan atau kebutuhan. Seorang anak yang haus
dan bias bilang: “minum” dengan caranya sendiri, yang bias
membuatnya diberi minum , secraa positif akan mendapatkan
penguatan positif untuk usahanya itu. Ketika orang dewasa
mengajarinya bilang “dadah”, usaha sang anak sering kali diikuti oleh
penguatan positif seperti pellukan, rangkulan, atau pujian lisan. Secara
spesifik, pandangan behavioris tidak menjelasskna bagaimana
sesseorang anak belajar mengexpresikan ungkapan-ungkapan yang
baru.
Dalam Penney Upton (2012:117) menyatakan bahwa
pandangan behaviorisme terhadap bahasa dipelajari melalui proses
penguatan dan peniruan. Ketika bayi mengoceh, ia biasanya akan
berkata “dada”. Ini diinterprestasikan oleh ibunya sebagai upaya bayi
untuk mengatakan “daddy” (ayah). Pelukan, ciuman dan pujian yang
diberikan kepada si bayi menguatkan perilaku ini, sehingga lebih besar
kemungkinan bunyi ocehan itu akan diulangi. Secara bertahap bayi
akan belajar mengasosiasikan bunyi tertentu dengan suatu obyek atau
orang. Mereka mulai belajar bagaimana menyebutkan objek dan apa
yang pada awalnya merupakan ocehan tak bermakna menjadi bahasa
yang bermakna. Selain itu, dikatakan bahwa anak-anak juga meniru
bahasa yang dibuat oleh orang lain.
d. Pandangan Interaksionis
Pandangan interaksionis focus pada peran primer interaksi
social budaya dalam perkembangan bahasa anka. ( Bruner, 1983, 1990:
John Steiner, Panofsky, &Smith,1994: Schieffelin & Och, 1986).
Pandangan ini menyatakan bahwa anak memperoleh bahasa melalui
usaha mereka saat berinteraksi dengan dunia luar disekitar mereka.
Pandangan ini memberikan kontribusi kepada pemahaman kita akan
beberapa cara yang digunakan anak dalam memperoleh pengetahuan
bahasa pragmatic. Bahasa diperoleh dari individu dari kebutuhan akna
fungsinya didalam masyarakat dan kebutuhan yang menyertai
pengetahuan tentang bagaimana fungsinya didalam masyarakat dan
kebutuhan yang menyertai pengetahuan tentang bagaimana fungsi
bahasa didalam masyarakat. ( Halliday, 1975, in Reutzel & Cooter,
2004).
Penelitian terbaru dari Vygotsky menekankan peran interaksi
social dalam perkembangan bahasa. ( 1962, 1978: John Steiner et
al..1994). premis dasar Vygotsky adalah bahwa perkembangan bahasa
dipengaruhi oleh masyarakat dimana seseorang tinggal: “fungsi-fungsi
mental yang lebih tinggi secara social dibentuk dan secara budaya
ditransmisikan.” (Vygotsky, 1978,h. 126). Ujaran memiliki asal usul
social. Ujaran tersebut berkembang dalam situasi dimana orang-orang
berinteraksi dengan satu sama lainya dalam kondisi yang komunikatif
Aspek lain dari interaksionis adalah fokusnya pada proses
perkembangan bahasa ketimbang focus pada bahasa sebagai produk
perkembangan. Dengan cara ini pendekatan interaksionis dibangun
berdasarkan tiga teori sebelumnya tentang perkembangan bahasa.
Lebih spesifiknya pandangan ini mengakui: penghargaan behaviorisme
terhadap respons lingkungan akan usaha komunikatif anak, pengakuan
nativisme akan kapasitas manusia untuk memprooses informasi
linguistic dan pernyataan perkembangan kognitif tentang
perkembangan bahasa yang dipengaruhi oleh karakteristik alamiah dan
urutan perkembangan kognitif. (Beverly, Otto, 2015:40).
Dalam Aliah B ( 2006:219) Dari perspektif interaksionis, anak
secara biologis memilki persiapan untuk melakukan akuisisi bahasa,
namun lingkungan juga memainkan peran penting dalam pembelajaran
bahasa. Anak memilki susunan saraf yang berangsur-angsur
mengalami kematangan, yang merupakan predisposisi anak untuk
mengembangkan gagasan yang sama pada kisaran usia yang sama,
yang memotivasi mereka untuk selalu berbagi dengan temnaya-
temanya. Lingkungan memperkaya bahasa ketika lawan bicara terus
menerus mengenalkan aturan dan konsep linguistic dalam memulai
percakapan yang dapat dimengerti anak dengan mudah.
Peran orang dewasa dalam pandangan interaksionis dalam
proses komunikasi sangatlah penting untuk mendukung perkembangan
bahasa anak. (Bruner, 1990; Vygotsky, 1978). Karena sang anak
adalah komunikator pemula, orang dewasa menjadi pembantu pemula
kedua dalam komunikasi sebagai tenaga ahli yang mampu
menciptakan kondisi efektif percakapam. Perbedaan antara apa yang
dapat dilakukan sendiri oleh anak dan apa yang diselesaikan dengan
medisi atau bantuan orang dewasa (atau teman sebaya yang lebih
mampu) disebut Zona Perkembangan Proksimal. ( Vygotsky, 1978)
apa yang dapat dilakukan anak sendiri adlah tingkat perkembanganya.
Contoh, zona perkembangan proksimal ini dapat dilihat dalam
beberapa situasi dimana orang dewasa menginterprestasikan atau
memediasi usaha sang anak dalam berkomunikasi. Dalam kondisi
seperti ini orang dewasa menyediakan berbagai bahasa pendukung
yang mendukung untuk memberikan kesempatan dari anak
berpartisipasi bagi percakapan. Zona perkembangan proksinal tidak
hanya memberikan kepada kita suatu perkembangan gaggasan yang
muncul, tetapi juga menekan peran penting orang dewasa terhadap
perkembangan bahasa anaknya. Orang-orang dewasa bertugas sebagai
mediator yang mengenalkan anaknya tahapan yang lebih tinggi dengan
memfungsikan rangkaian bahasa penopang.
3. Aspek-aspek Pengetahuan Bahasa
Beverly Otto dalam bukunya Perkembangan Bahasa Pada
Anak Usia Dini (2015), ketika anak-anak mempelajari bahasa, mereka
sedang mengembangkan lima aspek atau komponen yang berbeda yaitu:
fonetik, semantik, sintaksis, morfemik, dan pragmatik. Berikut adalah
penjabaran dari lima aspek pengetahuan bahasa:
a. Pengetahuan Fonetik
Ketika anak-anak mendengar dan memahami bahasa lisan,
mereka belajar bahwa bahasa melekat disistem bahasa-simbol.
Pengetahuan fonetik merujuk pada pengetahuan mengenai buhungan
bahasa-simbol didalam bahasa. Perkembangan pengetahuan fonetik pada
anak dibantu oleh kemampuan mereka memahami perbedaan bunyi dan
juga bagaimana bahasa digunakan disekeliling mereka. Pengetahuan
fonetik anak selama masa bayi dan balita terlihat jelas ketika anak
menghasilkan dan membedakan antara bunyi yang diguankan dalam
bahasa ibunya untuk berkomunikasi dengan mereka yang berada
disekitarnya. Ketika anak-anak sudah berada di usia prasekolah, mereka
akan memperoleh pengetahuan kesadaran dan pemahaman yang lebih
mengenai bunyi ujaran yang berbeda didalam bahasa mereka dan
menggunakan bahasanya dengan penuh pertimbangan.
b. Pengetahuan Semantik
Pengetahuan semantik diperoleh di dalam mempelajari simbol
oral atau bahasa lisan yang bermakna. Perkembangan pengetahuan
semantik berkaitan erat dengan perkembangan pengetahuan konseptual.
Perkembangan kata-kata berkaitan erat dengan kemampuan linguistic
secara umum dan pemahaman membaca. Anak-anak dengan kosa kata
yang lebih banyak dan lebih berkembang mempunyai lebih banyak pilihan
untuk mengekspresikan apa yang ingin mereka katakana sehingga
mempunyai fleksibelitas linguistik yang lebih besar. Perkembangan
Pengetahuan semantik anak juga dipengaruhi oleh kesadaran mereka akan
struktur tata bahasa atau sintaksis memiliki makna yang tersirat.
c. Pengetahauan Sintaksis
Untuk menggunakan bahasa secara efektif, perlu mengetahui
bagaimana menghubungkan kata-kata untuk membentuk ekspresi yang
bermakna. Setiap sisitem bahasa memilki aturan atau tata bahasa yang
menentukan bagaimana kata-kata digabungkan untuk membentuk kalimat
atau frasa atau ajuran yang bermakna. Anak-naka belajar bahwa urutan
kata atau sintaks, penting dalam membangun makna dan dalam memahami
pesan orang lain.
d. Pengertian morfemik
Pengetahuan morfemik merujuk pada pengetahuan stuktur
kata. Dalam memperoleh pengetahuan sintaksis, anak-anak belajar bahwa
beberapa kata mempunyai hubungan makna tetapi digunakan secara
berbeda degan berbicara dan dalam bahasa tulis, serta mempunyai sruktur
kata yang juga berbeda. Anak-anak memeperoleh pengetahaun morfemik
yang muncul dalam lingkungan linguistiknya. Dalam kondisi dimana
dialek tertentu diucapkan dilingkunganya, maka anak pertama-tama anak
akan memperoleh pengetahuan morfemik yang ditujukan dalam dialek
tersebut.
e. Pengetahuan Pragmatik
Pengetahuan pragmatik meliputi pengetahuan atau kesadaran
terhadap keseluruhan maksud komunikasi dan bagaimana bahasa
digunakan untuk memperoleh maksud tersebut. Pengetahuan pragmatik
mengcangkup maksud pembicara, bentuk tertentu ujaranya dan antisipasi
terhadap ujaran yang mungkin diutarakan oleh pendengar. Pemilihan
maksud atau tujuan dalam komunikasi dan cara bagaimana bahasa
digunakan berkontribusi terhadap perkembangan kemampuan komunikatif
anak. Pengetahuan pragmatik juga berkontibusi terhadap kesadaran kita
mengenai bagaimana berbicara dengan orang lain, bagaimana untuk
berpartisipasi secara lisan dalam berbagai kondisi sosial, dan bagaimana
untuk menghasilkan percakapan yang saling berhubungan seperti cerita
atau narasi. Anak juga memperoleh pengetahuan mengenai bahasa
digunakan dalam hubungan dengan orang lain. Anak-anak juga
memperoleh pengetahuan pragmatik mengenai bagaimana bahasa
digunakan untuk menceritakan narasi dan mengkomunikasikan informasi
melalui pengalaman-pengalaman awal mereka dengan buku-buku cerita
narasi dan mengkomunikasikan informasi melalui pengalaman-
pengalaman awal mereka dengan buku-buku cerita.
4. Tahapan Bahasa Anak
Menurut Piaget dan Vigotsy, tahap-tahap perkembangan
bahasa anak yaitu tahap meraban pertama (pralinguistik), tahap meraban
kedua (linguistik).
a. Tahap Meraban (Pralinguistik)
1) Tahap Pertama (0,0-0,5)
Pada tahap ini selama berbulan-bulan awal kehidupan,
bayi menangis, mendekut, mendenguk, menjerit dan tertawa.
Bunyi-bunyian seperti itu dapat ditemui dalam segala bahasa
didunia. Tahap meraban pertama ini dialami oleh anak usia 0-5
bulan. Pembangian kelompok usia ini sifatnya umum dan tidak
berlaku persis pada setiap anak. Berikut adalah perincian tahapan
perkembangan anak usia 0-5 bulanberdasarkan hasil penelitian
beberapa ahli yang dikutip oleh Clark (1997):
a) 0-2 minggu: Anak sudah dapat menghadapkan muka ke
arah suara. Mereka sudah dapat membedakan suara
manusia dengan suara lainya.
b) 1-2 bulan: Dapat membedakan suku kata, bisa
merespon secara berbeda terhadap kualitas emosional
suara manusia.
c) 3-4 bulan: Mereka sudah dapat membedakan suara laki-
laki dan perempuan
d) 6 bulan: Mulai memperhatikan intonasi dan ritme dalam
ucapan. Pada tahap ini, mereka mulai mereban
(mengoceh) dengan suara melodis
2) Tahap Kedua
Pada tahap ini anak mulai aktif artinya nak tidak
sepasif sewaktu ia ada pahap meraban pertama. Secara fisik ia
sudah dapat melakukan gerakan-gerakan seperti memegang dan
mengangkat mengangkat benda atau menunjuk. Berkomukasi
dengan mereka mulai mengasyikan karena mereka mulai aktif
memulai komunikasi, kita lhat apa saja yang dapat mereka lakukan
pada tahap ini. Anak berusi 5-6 bulan dari segi komprehensi
kemampuan bahasa anak semakin baik dan luas, anak semakin
mengerti bebrapa makna kata. Disamping itu anak, bayi mulai
dapat melakukan gerakan-gerakan seperti mengangkat benda dan
secara spontan memperlihatkan kepada orang lain. Pada tahap ini
bayi mengoceh (babbling) mengeluarkan bunyi-bunyi yang makin
bertambah variasinya dan semakin kompleks kombinasinya.
Mereka mengombinasikan vocal konsonan menjadi struktur yang
mirip dengan silabik (suku kata), missal: ma-ma-ma, ba-ba-ba, pa-
pa-pa, da-da-da. Ocehan ini tidak memiliki makna, da nada
kemungkinan tidak dipakai lagi setelah anak dapat berbicara
(mengucapkan kata atau kalimat). Ocehan ini akan semakin
bertambah sehingga anak mampu memproduksi perkataan pertama
atau periode satu kata yang muncul sekitar usia anak satu tahun.
Pada saat anak mulai aktif mengoceh orang tua juga harus
rajin merespons suara dan gerak isyarat anak. Menurut Tarigan
(1985), orang harus mengumpan balik auditori untuk memelihara
vokalisasi anak, maksudnya adalah agar anak tetap aktif mereban.
Sebaagai langkah awal latihan ialah mengucapkan kata-kata yang
bermakna.
Pada periode ini merabanya disertai gerakan-gerakan
memperlihatkan barang, misalnya gerakan-gerakan mengangkat
mainan. Hal tersebut harus mendapatkan respon. Anak akan
bahagia dan puas jika mendapatkanya. Biasanya, pada tahap ini
orang tua mulai membelikan mainan yang dapat dipegang anak
dari segi bentuk dan warna juga tidak membahayakan anak.
Dengan demikian, seorang ibu yang bijaksana akan memanfaatkan
masa ini untuk memperkenalkan nama benda sebanyak mungkin
dan berulang-ulang. Dapat dibayangkan apabila seorang anak pada
tahap ini jarang atau tidak mendapatkan respon ketika sedang
meraban atau ibu tidak pernah mengacuhkan bayinya ketika
memperlihatkan sesuatu padanya.
Anak berumur 7-8 bulan, jika tadi membicarakan tahap
perkembangan bahasa anak umur 5-6 bulan yang memiliki
keterampilan mengoceh dan kombinasi gerakan-gerakan
mengangkat benda untuk menarik perhatian orang dewasa, pada
masa itu bayi belum mengikuti aturan-aturan bahasa yang berlaku.
Pada usia sekitar 7-8 bulan orang tua sudah bisa mengenalkan hal-
hal baru bagi anak, artinya anak sudah bisa mengenal bunyi kata
untuk objek yang sering diajarkan dan dikenalkan oelh orang
tuanya srcara berulang-ulang. Orang dewasa biasanya memulai
menggunakan gerakan-gerakan isyarat seperti menunjuk. Gerakan
ini diguankan untuk menarik perhatian anak, karena ibu ingin
menunjukan sesuatu dan menwarkan sesuatu yang baru dan
menarik.
Kemampuan anak untuk merespon apa yang dikenalkan
secara berulang-ulang akan semakin baik, missal: melambaikan
tangan ketika ayahnya atau orang yang dikenalnya akan pergi,
bertepuk tangan dan menggoyangkan tubuhnya ketika mendegar
nyanyian. Seperti halnya anak-anak, oarng tua akan merasa puas
dan gembira jika segala usaha untuk mengajari anaknya mendapat
respon, artinya segala usaha orang tua ketika mengatakan sesuatu,
menunjukan atau mempertlihatakan sesuatau kepada anak;
mendapat respon dari anak ketika anak paham dan perkembangan
bahasanya sesuai dengan perkembangan bahasanya.
Anak umur 8 bulan-1 tahun, setelah anak melewati periode
mengoceh, anak mulai mengucapakan segmen-segmen fonetik
berupa suku kata kemudian baru berupa kata, missal bunyi “nu”
kemudian “bubu” dan berahir dengan dpat mengucapkan kata
“ibu”.
Pada tahap ini anak sudah dapatberinisitif memulai
komunikasi. Ia selalu menarik perhatian orang dewasa, selain
mengoceh ia pun pandai mengunakan bahasa isyarat, misalnay
dengan cara menunjukan atau meraih benda-benda. Menurut Clark,
isyarat tersebut memiliki dua fungsi yaitu untuk
mengkomunikasikan sesuatu atau meminta penjelasan, contohnya
ketika anak merahih benda, tujuanya adalah ia meminta sesuatu
atau meminta penjelasan. Anak akan merasa puas jika orang
dewasa melihat kearah benda yang menarik perhatianya.
b. Tahap Linguistik
1) Tahap I, tahap Holofrastik (Tahap Linguistik Pertama)
Sejalan dengan perkembangan biologisnya,
perkembangan bahasa anak mulai meningkat. Pada usia 1-2 tahun
masukan kebahasaan berupa pengetahuan anak tentang kehidupan
di sekitarnya semakin banyak, missal: nama-nama keluarga,
binatang, mainan, amkanan, kendaraan, perabotan rumah tangga
dan jenis-jenis pekerjaan. Factor-faktor masukan inilah yang
memungkinkan anak memperoleh semantic (makna kata) dan
kemudia secara bertahap dapat mengucapkannya.
Tahap ini adalah tahap dimana dimana anak sudah sudah
mulai mengucapkan satu kata. Menurut Tarigan ucapan-ucapan
satu lata pada periode ini disebut holofrasal/holofrastik karena
anak-anak menyatakan makna keseluruhan frasa atau kalimat
dalam satu kata yang diucapkanya itu. Tahap holofrasa ini dialami
oleh anak normal yang berusia sekitar 1-2 tahun. Waktu
berakhirnya tahap ini tidak sama pada setiap anak, ada anak yang
lebih cepat mengakhirinya, ada pula yang sampai umur tiga tahun.
Pada tahap ini, gerakan fisik seperti menyentuh, menunjuk,
mengangkat beda dikombinasikan dengan satu kata. Seperti halnya
gerak isyarat, kata pertama yang ingin digunakan bertujuan untuk
memberi komentar terhadap objek atau kejadian didalam
lingkunganya. Satu kata itu dapat berupa perintah, pemberitahuan,
penolakan, pernyataan dan lain-lain. Di samping itu, menurut Clark
anak berumur 1 tahun menggunakan bahasa isyarat dan kata
manfaatnya bagi anak itu sebanding. Dengan kata lain, kata dan
gerak itu sama pentingnya bagi anak tahap holofrasa ini.
Adapun kata-kata pertama yang diucapkan berupa objek
atau kejadian yang sering ia dengar dan ia lihat, contohnya kata
pipis, mamam, dada (sambil melambaikan tangan), mah, pah, dah
bobo. Kata-kata yang biasanya digunakan utnuk bertanya adalah:
apa dan kenapa, sedangkan kata-kata perintah: sini, sana, lihat.
2) Tahap Lingistik II. Kalimat dua kata
Pada tahap ini biasanya anak sudah mampu mengucapkan
dua holofrasa dalam rangkaian yang cepat. Missal: mama masak,
adik minum, papa pigi (pergi). Ucapan-ucapan ini awalnya tidak
jelas seperti “di” maksudnya adik, “num” maksudnya “minum”.
Selain mengucapkan dua kata, ternyata pada periode ini
anak terampil melonarkan kombinasi anatar informasi lama dan
baru. Keterampilan tersebut muncul pada anak dikarenakan
bertambahnya pembendaharaan kata yang diperolahnya dari
lingkunganya dan juga karena perkembangan kognitif serta fungsi
biologis pada anak.
3) Tahap Linguistik III: Pengembangan tata bahasa
Tahap ini dimulai sekitar usia 2,6 tahun, tetapi ada juga
sebagian anak yang memeasuki tahap ini ketika usia 2 tahun.
Bahkan ada juga anak yang lambat yaitu ketika anak berumur 3
tahun. Pada umumnya, tahap ini anak-anak telah mulai
menggunakan elemen-elemen tata bahasa yang lebih rumit, seperti:
pola-pola kalimat sederhana, kata-kata tugas (di, ke, dari, ini, itu
dan sebagainya), penjamakan, perimbunan terutama awalan dan
akhiran yang mudah bentuknya seserhana (Hartini: 2000).
Meskipun demikian, kalimat-kalimat yang dihasilkan masih seperti
bentuk telegram, contoh: “ini adi nani kan?” (adi maksudnya adik).
Perkembangan anak pada tahap ini makin luar biasa. Marat
(1983) menyebutkan perkembangan ini dengan kalimat lebih dari
dua kata dan periode diferensiasi. Tahap ini pada umumnya
dialami oleh anak berusia sektar 2,5 tahun hingga 5 tahun.
Sebernarnya perkembangan bahasa anak pada tahap ini bervariasi.
Hal ini bergantung pada perkembangan bahasa anak pada tahap ini
anak sudah mulai dapat bercakap-cakap dengan teman sebayanya
dan mulai aktif memulai percakapan.
4) Tahap Linguistik IV: Tata Bahasa Pradewasa
Tahap perkembangan bahasa anak yang cepat ini biasanya
dialami oleh anak yang sudah berumur antara 4-5 tahun. Pada tahp
ini, anak-anak sudah mulai menrapkan struktur tata bahasa dari
kalimat-kalimat yang agak lebih rumit, misalnya “kakak, adik dari
mana?”.
Menurut Tarigan, walaupun anak-anak sudah dianggap
mampu menyusun kalimat komplekss tetapi mereka masih
membuat kesalahan-kesalahan. Kesalahan tersebut dalam hal
menyusun kaliamat, memilih kata dan imbuhan yang tepat. Untuk
memperbaikinya mereka harus banyak berlatih bercakap-cakap
dengan orang tua atau guru sebagai modelnya.
Pada tahap ini, anak sudah tidak mengalami kesulitan
dalam mengucapkan bunyi-bunyi suara. Walaupun mungkin anda
masih menemukan sebagian kecil anak yang tidak dapat
menucapkan bunyi-bunyi tertentu. Menurut Clark (1977) pada
tahap ini anak masih megalami kesulitan dalam mengungkapkan
pikitanya ke dalam kata-kata yang bermakna. Hal ini karena anak
memiliki keterbatasan-keterbatasan seperti; penguasaan struktur
tata bahasa, kosakata dan imbuhan. Pada tahap ini anak-anak sulit
mengucapkan kata-kata yang tidak muncul dari hati nuraninya.,
tetapi pada dasarnya anak-anak senang mempelajari sesuatu.
Lambat laun mereka dapat mempelajari bahwa jika bersalah
mereka harus minta maaf dan mengucapkan terimakasih bila
ditolog atau diberi sesuatu.
Sebenarnya anak itu tidak mau menggunakan kata-kata yang
menurutnya tidak bermakna (Clark:1997). Jadi, jika kata-kata
seperti maaf, terimakasih, nada bicara tertentu, dan lain-lain yang
tidak dipahami/tidak ada artinya bagi mereka atau tidak penting
bagi anak-anak, maka sulitlah bagi mereka untuk mengucapkanya.
Disinilah pentingnya peranan dan kesabaran orang tua, guru, atau
pengasuh anak utnuk membimbing dan membri contoh
penggunaan kata-kata yang fungsional, kontekstual dan
menyenangkan bagi anak.
5) Tahap Linguistik V: Kompetensi Penuh
Sekitar usia 5-7 tahun, anak-anak mulai memasuki tahap
yang di sebut sebagai kompetensi penuh. Sejak usia 5 tahun pada
umumnya anak-anak yang perkembangannya normal telah
menguasai elemen-elemen sintaksis bahasa ibunya dan telah
memiliki kompetensi (pemahaman dan produktivitas bahasa)
secara memadai. Walau demikian, perbendaharaan katanya masih
terbatas tetapi terus berkembang\bertambah dengan kecepatan yang
mengagumkan.
Berikutnya anak memasuki usia sekolah dasar selama
periode ini, anak-anak di hadapkan pada tugas utama mempelajari
bahasa tulis.hal ini di mungkinkan setelah anak-anak menguasai
bahasa lisan. Perkembangan bahasa anak pada periode usia sekolah
dasar ini meningkat dari bahasa lisan ke bahasa tulis. Kemampuan
mereka menggunakan bahasa berkembang dengan adanya
pemerolehan bahasa tulis atau written language acquisition.
Bahasa yang di peroleh dalam hal ini adalah bahasa yang di tulis
oleh penutur bahasa tersebut, dalam hal ini guru atau penulis. Jadi,
anak mulai mengenal media lain pemerolehan bahasa yaitu tulisan,
selain pemerolehan bahasa lisan pada masa awal kehidupannya.
Menurut Tarigan salah satu perluasa bahasa sebagai alat
komunikasi yang harus mendapat perhatian khusus di sekolah
dasar adalah pengembangan baca tulis. (Dadan Suryana, 2018:113-
125).
5. Tingkat Pengetahuan Bahasa
Beverly (2015) Tingkat lima aspek bahasa bisa dikategorikan
dalam tiga tingkat: linguistik, metalinguistik dan verbalisasi
megalinguistik. Berikut adalah tabel tingkat pengetahuan Bahasa:
Tabel 2.1. Tingkat Pengetahuan Bahasa
No Tingkat Pengetahuan Anak
Level Pengertian Uisa Anak Contoh
1. Pengetahuan
Linguistik
Pengetahua
n mengenai
bagaimana
menggunak
an naskah
bahasa
untuk
berkomunn-
nikasi
Balita dan
anak-anak
prasekolah
Mulai menggunakan
bahasa secara efektif
unutk
mengkomunkasikan
apa yang ia
butuhkan dan apa
yang ia inginkan
2. Pengetahuan
Megalinguistik
Pemahaman
secara sadar
mengenai
fitur-fitur
tertentu
pada bahasa
Anak-anak
usia
prasekolah
dan taman
kanak-kanak
Mulai fokus dan
menggunaakan
bunyi-bunyi tertentu
dalam permainan
rima,
memperhatikan
bagaimana bunyi
yang diprsentasikan
oleh huruf-huruf
alfabetnya
3. Verbalisasi
dan
pengetahuan
Metalinguistik
Bisa
merespon
secara lisan
pertanyaan
mengenai
fitur bahasa
tertentu
Akhir taman
kanak-kanak
dan sekolah
dasar
Mampu menjelas
bagaimana cup
dengan pup
terdengar mirip
6. Fungsi Bahasa Bagi Anak Usia Dini
Berikut adalah beberapa fungsi dari bahasa bagi anak usia
dini menurut Novy Ardy Wiyani (2014):
a. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan anak.
b. Bahasa merupakan alat untuk menjalin komunikasi anak dengan
orang lain
c. Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh anak untuk hidup
bersama dengan orang lain disekitarnya.
d. Peran Penting Kemampuan Bahasa Lisan Anak
7. Tingkat Pencapaian Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Ardy (2014:106) Pengembangan kemampuan bahasa meliputi
pengemabangan aspek mendengar, berbicara, menulis dan membaca. Dari
segi rentang usia 5-6 tahun adalah sebagai berikut:
a. Sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kata
b. Sudah mampu berrkomunukasi dengan jelas
c. Mampu menjawab telepon dengan baik
d. Lingkup kosa kata yang dapat diucapkan anak menyangkut warna,
ukuran, bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan,
perbandingan, jarak dan permukaan kasar atau halus.
e. Mengenal banyak huruf
f. Anak usia 5-6 tahun dapat melakukan peran sebagai pendengar yang
baik (Good listener).
g. Mampu berpartisipasi dalam suatu percakapan
h. Percakapan yang dilakukan oleh anak usia 5-6 tahun telah menyangkut
berbagai komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh diinya sendri
dan orang lain srta apa yag dilihatnya. Anak pada usia 5-6 tahun ini
sudah dapat melakukan ekspektasi diri, menulis, membaca bahkan
berpuisi.
8. Tingkat Pencapaian (lingkup perkembangan bahasa) Menurut
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 2009.
Tingkat Pencapaian (lingkup perkembangan bahasa) menurut
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
58 Tahun 2009 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2
Tingkat Pencapaian Bahasa PERMENDIKNAS NO 58 TAHUN
2009
Umur Tingkat Pencapaian
4-6 tahun 1. Menerima bahasa
a. Menyimak perkataan orang lain
b. Mengerti dua perintah yang diberikan
bersamaan
c. Memahami cerita yang dibacakan
d. Mengenal pembendaharaan kata
mengenai kata sifat
e. Mengerti beberapa perintah secara
bersamaan
f. Mengulang kalimat yang lebih
kompleks
g. Memahami aturan dalam suatu
permainan
2. Mengungkapkan bahasa
a. Mampu mengulang dan menjawab
pertanyaan sederhana
b. Mengungkapkan perasaan dengan kata
sifat
c. Mengungkapkan pendapat
d. Mengatakan alas an terhadap sesuatu
yang disukai dan tidak disukai
e. Menceritakan kembali cerita atau
dongeng yang didengar
f. Menjawab pertanyaan yang lebih
kompleks
g. Menyebutkan kelompok gambar yang
memiliki bunyi yang sama
h. Berkomunikasi secara lisan, memiliki
perbendaharaan kata, serta mengenal
simbol-simbol untuk persiapan
membaca, menulis dan berhitung.
i. Menyusun kalimat sederhana dalam
struktur (pokok kalimat-predikat-
keterangan)
j. Memiliki lebih banyak kata-kata utnuk
mengekspresikan ide pada orang lain.
k. Melanjutkan sebagian cerita/dongeng
yang telah diperdengarkan.
9. Fungsi Bahasa dan Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
bahasa Anak Usia Dini
Dalam buku psikologi perkembangan anak usia dini Novan
Ardy Wiyani (2014:97) fungsi bahasa dan faktor yang mempengaruhi
perkembangan bahasa bagi anak dini adalah sebagai berikut:
a. Fungsi bahasa bagi anak usia dini
1) Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan anak
Bahasa merupakan simbol yang digunakan oleh anak
untuk mengungkapkan pikiran dan perasaanya. Hasil dari aktivitas
berfikir anak akan diekspresikan dengan bahasa, dan berbagai
perasaan yang melingkupi anak akan ditampilkan dengan
kemampuan berbahasanya pula. Hal itu menegaskan jika aspek
berbahasa pada anak usia dini juga berhububgan dengan aspek
kognitif dan aspek emosi.
2) Bahasa merupakan alat untuk menjalin komunikasi anak
dengan orang lain.
Sejak dilahirkan anak sudah berkomunikasi dengan
orang lain meskipun dengan bahasa yang sangat sederhana, yaitu
berupa tangisan. Pada saat bayi lapar, ia akan menangis agar
ibunya menyusuinya, pada saat bayi merasa tidak takut atau tidak
nyaman, ia juga akan menangis agar ibunya menggendongnya.
3) Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh anak untuk hidup
bersama dengan orang lain disekitarnya.
Tidak ada seorang manusiapun yang bisa hidup
sendirian. Selain sebagai mahluk individu, manusia merupakan
makhluk sosial yang sering diistilahkan mahkluk mono-dualis.
Seorang inDividu membutuhkan bantuan individu lainnya baik
secara langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, demikian juga dengan seorang anak. Anak
juga membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, untuk itu anak harus hidup bersama dengan orang lain
disekitarnya. Dalam kebersamaan tersebut anak akan menjalin
kerjasama, dimana sukses atau tidaknya kerjasama diantara mereka
dipengaruhi oleh bahasa yang digunakanya.
b. Faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak usia
dini
Ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
pada anak usia dini, yaitu:
1) Kematangan fisiologis
Perkembangan bahasa berhubungan erat dengan
kematang fisiologis dan sistem saraf pusat dalam otak anak. Setiap
anak memang telah dibekali dengan kemampuan utnuk
berkomunikasi maupun berbahasa sejak dari dalam kandungan,
tetapi kemampuan tersebut tidak langsung berkembang sempurna.
Dasar-dasar potensi berbahasa akan berkembang semakin
kompleks melalui proses perubahan evalutif yang cukup panjang.
Hal itu menjadikan seorang anak akan dapat berbahasa,
bekomunikasi, maupun berinteraksi dengan orang tua atau anak-
anak lain. Kematangan fisiologis dapat tecapai dengan baik
manakala petumbuhan berbagai fisik berjalan dengan normal tanpa
ada ganguan-gangguan pada otak, pada sistem saraf, tenggorokan,
pharinc, lidah mulut atau sistem pernafasan. Berbagai organ
tersebut sangat mendukung perkembangan kemampuan untuk
berbahasa maupun mengungkapkan berbagai pesan komunkasi
dengan jelas dan dapat dipahami oleh orang lain.
2) Perkembangan Sistem Saraf dalam Otak
Otak mampu bekerja untuk menerima stimulus eksternal
yang diberikan dari lingkungan hidupnya. Setiap stimulus
eksternal yang dapat diterima, ditangkap, maupun dipahami akan
menjadi bahan-bahan jejak ingatan. Sistem saraf dalam otak bayi
yang pernah memperoleh pengalaman berkomunikasi maupun
berbahasa dengan lingkungan eksternal akan berkembang sangat
baik. Setiap stimulus yang diberikan oleh lingkungan eksternal
dan diterima dengan baik akan membentuk sistem jaringan
neuron dalam otak, walaupun sistem jaringan neuron pada otak
bayi masih tergolong sederhana, tetapi seiring dnegan
perkembangan usia dan berbagai pengalaman yang diperoleh
melalui interaksi dengan lingkunagn sosialnya, sistem jaringan
neuron tersebut akan semakin kompleks dan padat.
C. Metode Pembelajaran Main Peran
1. Jenis-Jenis Metode Belajar Mengajar untuk Anak Usia Dini
Metode adalah cara yang digunakan oleh guru untuk proses
belajar mengajar. Mursid (2015) menjelaskan jenis-jenis metode
pembelajaran sebagai berikut:
1) Metode Bermain
Bermaian adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang
hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah
permainan. Anak usia dini tidak membedakan bermain, belajar dan
bekerja. Anak-anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan
terus melakukanya dimanapun mereka memiliki kesempatan. Bermain
bagi anak usia dini merupakan kebutuhan, sama seperti kebutuhan
yang lain, seperti kebutuhan makan, minum, kesehatan, kasih sayang,
pakaian dan lain-lain, oleh karena itu dunia anak adalah dunia bermain,
anak belajar malalui bermain dan bermain seraya belajar.
Bermaian merupakan istilah yang digunakan secara bebas
sehingga arti utamanya mungkin hilang. Menurut Harlock arti bermain
yang tepat adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan
yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain
dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar
atau kewajiban. Bermain bagi anak merupakan kegiatan yang
menyenangkan, tidak ada paksaaan, timbul dari dalam dirinya,
merupakan kegiatan yang utama, bersifat pura-pura, mengutamakan
cara dari tujuan, tidak mengutamakan hasil dan bersifat lentur.
2) Metode Bernyanyi
Bernyanyi merupakan salah satu kegiatan yang digemari oleh
anak-anak. Melalui nyanyian atau lagu, banyak hal dapat kita pesankan
pada anak-anak, terutama pesan-pesan moral dan agama. Melalui
kegiatan bernyanyi, suasana pembelajaran akan lebih menyenangkan,
mengairahkan, membuat anak bahagia, menghilangkan rasa sedih,
anak-anak merasa terhibur, dan lebih bersemangat, sehingga pesan-
pesan yang kita berikan akan lebih mudah dan lebih cepat diterima
serta diserap oleh anak-anak.
3) Metode Bercerita (Mendongeng)
Melalui cerita atau dongeng banyak hal tentang hidup dan
kehidupan yang dapat kita informasikan kepada anak-anak. Begitu
juga pesan-pesan moral dan juga nilai-nilai agama dapat kita tanamkan
kepada anak-anak melalui tokoh-tokoh yang ada dalam cerita atau
dongeng tersebut.
4) Metode Karyawisata
Karyawisata salah satu metode pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mengamati atau
mengobservasi, memperoleh informasi dan mengkaji dunia secara
langsung, seperti binatang, tanaman, dan benda-benda lain disekitar
anak. Melalui kegiatan karya wisata, anak-anak akan memperoleh
pengalaman belajar secara langsung dengan menggunakan selauruh
panca indera, sehingga apa yang diperoleh dari lapangan dapat lebih
berkesan dan pada giliranya akan lebih lama tersimpan di memori
anak.
5) Metode Demonstrasi
Metode ini menekankan pada cara-cara mengerjakan sesuatu
dengan penjelasan, petunjuk dan peragaan secara langsung dari guru.
Melalui metode ini diharapkan anak-anak dapat mengenal dan
mencermati langkah-langkah pelaksanaan dalam melakukan suatu
kegiatan, yang pada giliranya anak-anak diharapkan dapat meniru dan
melakukan apa yang didemonstrasikan oleh guru dengan baik dan
benar. Misalnnya keterampilan melipat kertas (origami), menggambar
sesuai pola, meggulung, menggunting.
2. Fungsi Bermain Bagi Anak sia Dini
Permainan dan bermaian memiliki arti dan makna tersendiri
bagi anak. Permainan mempunyai arti sebagai sarana
mensosialisasikan diri (anak) artinya permainana digunakan sebagai
sarana membawa anak kedalam masyarakat. Mengenalkan anak
menjadi anggota suatu masyarakat, mengenalkan dan menghargai
masyarakat. Dalam situasi bermaian anak akan dapat menunjukan
bakat, fantasi dan kecenderungn-kecenderungannya. Saat bermain
anak menghayati berbaga kondisi emosi yang mungkin muncul seperti
rasa senang, gembira, tenang, kepuasan dan mungkin rasa kecewa.
Permaianan merupakan sebuah alat pendidikan karena memberikan
rasa kepuasan, kegembiraan dan kebahagiaan. Dengan permainan
memberikan kesempatan untuk menggenal aturan-aturan, menjatuhi
norma-norma dan larangan-larangan, berperilaku jujur, setia dan lain
sebagainya. Dalam permainaan anak menggunakan semua fungsi
kejiwaan/psikologis dengan suasana yang bervariasi.
3. Bermain Peran
Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermain harus dilakukan atas
inisiatif anak atas keputusan anak itu sendiri. Bermain harus dilakukan
dengan rasa senang, sehingga semua kegiatan bermaian yang
menyenangkan akan menghasilkan proses belajar pada anak. Metode
bermain peran atau role playing merupakan metode pembelajaran
dengan kegiatan berpura - pura melakukan peran orang lain (bermain
drama). Menurut Latif, dkk (2014:130) bahwa bermain peran (role
playing) yaitu sebagai aktivitas belajar dapat mengembangkan
pengetahuan mereka tentang dun ia disekitarnya, seperti kemampuan
bahasa, Elah Kurniyati, Ajo Sutarjo, Neneng Sri Wulan. Peranan
Metode Bermain Peran (Role Playing) Dalam Keterampilan Berbicara
Anak Usia Dini. kemampuan mengambil sudut pandang, dan rasa
empati dengan melalui kegiatan bermain peran tersebut. Sesuai
dengan penjelasan tersebut bahwa bermain peran dapat
mengembangkan keterampilan berbicara anak. Metode berm ain peran
atau role playing yakni suatu metode pembelajaran dengan kegiatan
bermain berpura - pura, menggambarkan kisah orang lain atau
berperilaku tidak seperti dirinya, dapat mengasah imajinasi anak
dengan menghayalkan peran nya , tujuannya agar anak bisa me
rasakan kisah orang lain,
Menurut Jean Piaget anak menciptakan sendiri pengetahuan
mereka tentang duanianya melalui interaksi mereka, mereka berlatih
menggunakan informasi-informasi yang sudah mereka dengar
sebelumnya dengan menggabungkan informasi baru dengan
keterampilan yang sudah dikenal, mereka juga menguji pengalamanya
dengan gagasan-gagasan baru. Sedangkan menurut Vygostsky
berpendapat bahwa bermain mepunyai peran langsung terhadap
perkembangan kognisi sebagai anak. Vigotsky menekankan
pemusatan hubungan sosial sebagai hal penting yang mempengaruhi
perkembangan kognitif anak karena pertama-tama anak menemukan
pengetahuan dalam dunia sosialnya, kemudian menjadi bagian dari
perkembangan kognitifnya. Bermain merupakan cara berfikir anak
dan cara anak memecahkan masalah.(Diana:2013)
4. Dasar Pemikiran Bermain Peran
Mukhtar Latif, dkk(2014) mengemukakan main peran yang
menjadi pijakan bermain anak berasal dari teori:
1) Erik Erikson
Menyatakan, manusia membangun kemampuan untuk
menghadapi pengalaman dengan membuat suatu keadaan yang
semestinya dan menguasai kenyataan melalui uji coba dan
perencanaan dan semua ini disusun anak melalui bermain.
Dalam keadaan yang anak buat sendiri, ia akan memperbaiki
kesalahannya dan memperkuat harapannya. Anak mengantisipasi
keadaan-keadaan masa depan melalui uji coba ini. Menurut Erik
Erikson, ada dua jenis main peran, yaitu main peran Mikro dan
main peran Makro.
1) Main Peran Mikro
Anak memainkan peran melalui alat bermain atau benda yang
berukuran kecil. (Muhktar Latif, dkk, 2014: 207). Contohnya:
a) Rumah boneka; perabotan dan ruang.
b) Kereta api; rel lokomotif, gerbong-gerbongnya.
c) Bandar udara; pesawat, boneka, dan truk-truknya.
d) Kebun binatang; boneka-boneka binatang liat, boneka
pengunjung.
e) Jalan-jalan kota; jalan, orang, kota, mobil.
2) Main Peran Makro
Anak bermain menjadi tokoh menggunakan alat berukuran
seperti sesungguhnya yang digunakan anak untuk menciptakan dan
memainkan peran-peran. (Muhktar Latif, dkk, 2014: 207).
Contohnya:
a) Rumah sakit; dokter, perawat, pengunjung, apoteker.
b) Kantor polisi; polisi, penjahat.
c) Kantor pos; pengantar surat, pegawai kantor pos.
d) Kantor; direktur, sekretaris, pegawai biasa, cleaning
service.
Menurut Erik Erikson, main adalah suatu cara bagi anak
untuk mengembangkan pengendalian diri dan memahami tuntutan
dari luar yang dating setiap hari, dengan main peran anak dapat
membongkar pengalaman emosinya.
2) Menurut Gowen (1995)
Main peran dipandang sebagai sebuah kekuatan yang menjadi
dasar perkembangan daya cipta, tahapan, ingatan, kerja sama
kelompok, penyerapan kosakata, konsep hubungan kekeluargaan,
pengendalian diri, keterampilan mengambil sudut pandang spasial,
afeksi, dan kognisi (Muhktar Latif, dkk, 2014: 208).
Pada tahap main peran awal, anak akan melakukan macam-
macam percobaan dengan bahan-bahan di sekitarnya dan berbagai
macam peran. Melalui pengalaman main peran, anak “memeriksa
egonya”, belajar menghadapi pertentangan emosi, memperkuat diri
sendiri untuk masa depan, menciptakan kembali masa lalu, dan
mengembangkan keterampilan khayalan.
Dalam main peran anak dibolehkan untuk memproyeksikan
dirinya ke masa depan dan menciptakan kembali masa lalu. Melalui
main peran anak belajar bermain dan bekerja, di mana hal ini
merupakan latihan untuk pengalaman-pengalaman di dunia nyata.
Orang dewasa haruslah peduli pada ekspresi wajah, karena wajah
adalah mainan pertama. Ekspresi wajah antara lain: menjawab dengan
senyuman, hubungan timbal balik dan ekspresi badan. Ekspresi
seluruh badan, kemudian permainan denngan wajah dan gerakan
badan ini adalah dasar untuk main peran selanjutnya.
3) Vygotsky
Vygotsky percaya bahwa fungsi mental yang lebih tinggi
berakar pada hubungan sosial dan kegiatan kerja sama. Teori vygotsky
tentang main peran mendukung munculnya dua kemampuan penting
(Muhktar Latif, dkk, 2014: 208), yaitu:
1) Kemampuan untuk memisahkan pikiran dari kegiatan dan benda.
2) Kemampuan menahan dorongan hati dan menyusun tindakan yang
diarahkan sendiri dengan sengaja dan fleksibel.
Melalui main peran anak dapat membangun kemampuan untuk
menunda kepuasan melalui pembangunan main imajinasi dan main
tersebut dapat dilakukan melebihi kemampuannya. Main peran sangat
mendukung kemampuan anak untuk meraih lebih jauh tahap
perkembangan tertinggi mereka. Anak yang terlibat dalam main peran
dapat menggunakan kesadarannya. Kesadaran ini untuk menyusun
perkembangan kemampuan-kemampuannya yang masih berusaha
dipelajarinya hingga harapannya terpenuhi. Melalui main anak dapat
melebihi tahap perkembangannya saat ini, dan imajinasi merupakan
sesuatu yang harus dibangun karena belum ada dalam kesadaran anak
yang masih sangat kecil dan sama sekali tidak ada pada binatang.
4) Piaget (1962)
Main peran mulai muncul saat anak kira-kira berumur satu
tahun. Pada saat ini anak-anak melakukan kegiatan yang tidak bisa
diterapkan dalam kehidupan nyata misalnya mengaduk pasir dalam
mangkuk dan pura-pura mencicipi. Anak akan mengulang ingatan
yang menyenangkan seperti melihat botol bayi dan mencoba memberi
susu pada bonekanya. Untuk main yang lebih tinggi anak biasanya
melakukan collective symbolism. Anak melakukan percakapan lisan
dengan diri sendiri yang disebut dengan idiosyneratie soliloquies.
Melalui percakapan ini anak menciptakan kesepakatan kebutuhan
sementara dari Id dan kesadaran rasional dari ego (Latif, Mukhtar,
2014: 209).
5) Sara Smilansky
Menurut Sara Smilansky, anak-anak yang tidak terlibat main
peran sering terlihat tidak ada rangkaian dalam kegiatan dan
percakapan mereka. Mereka terlihat kaku, monoton dan mengulang-
ulang perilaku (Muhktar Latif, dkk, 2014: 209). Menurut Sara, ciri-ciri
main peran antara lain:
1) Anak meniru sebuat peran.
2) Anak tetap pada peran untuk beberapa menit.
3) Anak memakai tubuh dan objek atau merepresentasikan
imajinasinya dengan objek dan orang.
4) Anak berinteraksi dengan anak lain.
5) Anak bertukar kata.
6) Sigmund Freud
Anak berperan sesungguhnya menjadi seseorang atau sesuatu. Hal
ini merupakan suatu jalan di mana anak usia dini belajar menghadapi
serangan dari luar terhadap egonya. Anak usia satu tahun dikendalikan
oleh Id-nya (keinginan). Apa yang mereka inginkan harus ada
SEKARANG. Mereka tidak dapat menunggu giliran dan tidak dapat
menunda kepuasan (Muhktar Latif, dkk, 2014: 210). Mutu
pengalaman main peran tergantung pada:
1) Memiliki latar belakang pengalaman yang sama, misalnya
hasil pengalaman kunjungan anak pada suatu tempat tertentu.
2) Waktu yang cukup untuk main.
3) Tempat dan alat yang tepat, terutama dalam mendukung tema
yang sedang dibahas.
4) Orang dewasa yang dapat terlibat sesuai dengan kebutuhan
untuk dapat memberikan pijakan pengalaman main peran.
Kemampuan yang dibangun melalui main peran:
1) Pengulangan kata-kata yang lebih baik.
2) Kosakata lebih kaya.
3) Bahasa keseluruhan lebih tinggi.
4) Tahap bahasa lebih tinggi.
5) Strategi pemecahan masalah lebih baik.
6) Lebih ingin tahu.
7) Kemampuan melihat sudut pandang orang lain lebih baik.
8) Kemampuan intelektual lebih tinggi.
9) Bermain dengan teman lebih banyak.
10) Kegiatan kelompok lebih banyak.
11) Kerja sama teman sebaya lebih baik.
12) Agresi menurun.
13) Empati lebih banyak.
14) Pengendalian terhadap dorongan dari dalam diri lebih baik.
15) Meramalkan kecenderungan dan hasrat anak lebih baik.
16) Penyesuaian sosial dan emosi lebih baik.Inovasi lebih banyak.
17) Lebih imajinatif.
18) Waktu perhatian lebih panjang.
19) Kemampuan perhatian lebih besar.
Kekayaan dan keunikan kesempatan main peran yang disediakan dalam
ruang kelas hanya dibatasi oleh keterbatasan daya cipta orang dewasa.
Selanjutnya, mereka akan menjadi memiliki kesulitan mengembangkan tema,
pikiran, atau permainan. Pengalaman mereka terpisah tidak terkait, seperti anak
yang sering ditinggal sendirian di rumah (Muhktar Latif, dkk, 2014: 211).
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli,
maka dapat disimpulkan bahwa main peran adalah anak melakukan kegiatan
berpura-pura untuk mencapai aspek perkembangan yang ada yaitu aspek moral
dan agama; kognitif; bahasa; fisik motorik; sosial emosional dan seni, baik dalam
bentuk main peran makro ataupun mikro dan didampingi oleh orang yang lebih
dewasa (pendidik).
Table 2.3 Perkembangan Awal Main Peran
Tkt. Kategori Uraian Contoh
1. Awal pura-pura Anak terlibat dalam
tindakan pura-pura tetapi
belum ada bukti dia main
pura-pura.
Anak sekilas menyentuh
telepon mengangkatnya ke
telinga, sekilas
menempelkan botol ke
mulut boneka.
2. Pura-pura
dengan dirinya
Anak terlibat dengan
perilaku pura-pura, di
arahkan pada dirinya
sendiri, di mana pura-pura
terlihat jelas
Anak mengangkat cangkir
ke bibir, menyentuh
cangkir, membuat suara
seperti sedang minum.
3. Pura-pura
dengan yang
lain
Anak terlibat dengan
perilaku pura-pura, di
arahkan oleh anak ke yang
lainnya, berpura-pura
berperilaku tentang orang
lain.
Anak memberi makan
boneka dengan botol
mainan atau cangkir,
mendorong truk mainan di
atas lantai dan membuat
kegaduhan dengan
mengeluarkan suara-suara.
4. Pengganti Anak menggunakan objek
seadanya dalam cara yang
kreatif atau sesuai
khayalan, atau
menggunakan objek dalam
cara yang berbeda dari
biasanya.
Anak memberi makan
boneka dengan
menggunakan balok
sebagai botol bay;
meletakkan sepotong
playdough dalam piring
dan menyebutnya sebagai
kue.
5. Pura-pura
dengan objek
atau benda
Anak pura-pura bahwa
objek, bahan, orang, atau
beinatang itu ada.
Anak menuang teko
kosong ke cangkir dan
berkata, “kopi”, bergerak
seputar ruangan membuat
suara motor, seolah-olah
sedang mengendarai
sepeda motor.
6. Agen aktid Anak menghidupkan
mainan (seperti boneka,
binatang mainan) yang
mewakili mainan menjadi
agen yang aktif di dalam
kegiatan pura
-pura.
Anak melompat-
lompatkan binatang
dengan satu kaki melewati
karpet seolah-olah
binatang itu sedang
berlari, menaruh tangan
boneka ke mulut boneka
seolah-olah boneka itu
sedang makan sendiri,
berbicara dengan suara
tinggi seolah-olah boneka
sedang bicara.
7. Urutan yang
belum berbentuk
cerita
Anak mengulang-ulang
satu tindakan/adegan
kepada beberapa orang.
Anak memberi ibu
secangkir minuman
kemudian memberikan
bonekanya secangkir
minuman pula.
8. Urutan cerita Anak menggunakan lebih
dari satu adegan dalam
main peran.
Anak mengaduk cangkir,
minum dari cangkir dan
berkata “mmm, rasanya
enak”.
9. Perencanaan Anak terlibat dalam main
peran dengan bukti ada
perencanaan lebih dahulu.
Anak berkata bahwa ia
akan memberi makan bayi
sebelum meletakkan botol
minum bayi ke mulut
boneka.
5. Pijakan Main Peran
1) Pijakan Pengalaman Main Peran untuk Setiap Anak
1) Memberikan anak waktu untuk:
2) Merumuskan gagasan mereka;
3) Mengajak pemain lainnya;
4) Menetapkan perang yang akan dimainkan;
5) Menetapkan objek main;
6) Memperkuat dan memperluas bahasa anak.
7) Memberi contoh komunikasi yang tepat.
8) Memberi pijakan hubungan sosial.
2) Pijakan Pengalaman Setelah Main Peran
1) Mendukung anak untuk mengingat kembali pengalaman
mainnya dan saling menceritakan pengalaman mainnya.
2) Menggunakan waktu membereskan sebagai pengalaman belajar
positif melalui pengelompokan, urutan, dan pengelolaan
lingkungan main peran secara tepat.
6. Jenis- jenis Main Peran
Main peran disebut juga main simbolis, pura-pura. Fantasi,
imajinasi atau drama, sangat penting untuk pertimbangan kognisi dan
sosial pada anak usia 3-6 tahun.(Diana;2013).
Jenis permainan ini antara lain meliputi sandiwara, dara atau
bermain peran dan jenis permainan lain dimana anak memainkan
peran sebagai orang lain. Permainan ini sangat baik untuk
mengembangkan kemampuan bahasa, komunikasi dan memahami
peran-peran dalam masyarakat.
a. Makro
Anak berperan sesungguhnya dan menjadi seseoarang atau
sesuatu. Saat anak memiliki pengalaman sehari-hari dengan main
peran makro, mereka belajar banyak keterampilan praakademisi
seperti: mendengarkan, tetap dalam tugas, menyelesaikan masalah,
dan bermain kerjasama dengan yang lain.
b. Mikro
Anak memegang atau menggerak-gerakan benda-benda
berukuran kecil untuk menyusun adegan. Saat anak main peran
mikro, mereka belajar untuk menghubungkan dan mengambil
sudut pandang dari orang lain.
7. Tujuan dan Asumsi Bermain Peran
Menurut Bruce Joyce dalam Sesilia Pradita Novita Sari (2017)
inti dari bermain peran adalah keterlibatan peserta dan pengamat dalam
situasi masalah yang nyata dan keinginan untuk resolusi dan
pemahaman yang menimbulkan keterlibatan ini. Proses role-playing
menyediakan contoh hidup dari perilaku manusia yang berfungsi
sebagai wahana bagi siswa untuk: (1) mengeksplorasi perasaan
mereka, (2) mendapatkan informasi tentang sikap, nilai-nilai, dan
persepsi mereka, (3) mengembangkan keterampilan dan sikap dalam
pemecahan masalah mereka, dan (4) mengeksplorasi materi pelajaran
dengan cara yang bervariasi.Sebagai sebuah kesimpulan, dimana
hakikat atau intisari dari metode bermain peran ini adalah terletak pada
keterlibatan peserta didik dan pengamat dalam situasi permasalahan
yang nyata, dan keterlibatan tersebut akan membuat personal menjadi
paham akan permasalah yang diungkapkan. Bermain peran yang
menyediakan contoh hidup dari perilaku manusia (tampilan berbagai
ekspresi dari tokoh yang diperankan) dapat berfungsi sebagai sarana
bagi siswa untuk mewujudkan perasaan mereka. Siswa mendapatkan
informasi tentang sikap, nilai-nilai dan persepsi mereka, serta
mengembangkan keterampilan dalam pemecahan masalah mereka, dan
tidak kalah pentingnya adalah dapat mengekspolari (menyampaikan)
materi pelajaran dengan cara yang bervariasi.
D. Hasil Penelitian Relevan
Penelitian relevan merupakan penelitian yang hampir serupa dengan
yang sudah dilakukan oleh penelitian lain yang relavan dengan masalah yang
diteliti. Oleh sebab itu, dikemukakan beberapa penelitian lain yang pernah
dilakukan berikut ini.
Penelitian dilakukan oleh Yulia siska dengan judul “Penerapan
Metode Bermain Peran (Role Playing) Dalam Meningkatkan Keterampilan
Sosial dan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini” yang diakses pada tahun
2011 dalam jurnal ilmiah pendidikan anak usia dini. Letak kesamaan
penelitian ini adalah metode yang digunakan dalam penelitian, yaitu
menggunakan metode bermain peran. Letak perbedaan dari penelitian ini
ingin mengembangkan kemampuan berbahasa anak dan setting penelitian.
Penelitian dilakukan oleh Tien Kartini dengan judul “Penggunaan
Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Minat Siswa Dalam Pembelajaran
Pengetahuan Sosial di kelas V SDN Cileunyi I Kecamatan Cileunyi
Bandung” yang diakses 2007 dalam jurnal proposal penelitian relevan. Letak
kesamaan penelitian ini adalah metode yang digunakan. Letak perbedaan
pada penelitian ini adalah fokus pada mengingkatkan minat siswa dalam
pembelajaran dan meningkataka kemampuan berbahasa anak.
Selanjutnya penelitian dilakukan oleh Elah Kurniati, Ajo Sutarno dan
Neneng Sri Wulan dengan Judul “Penerapan Metode Bermain Peran (Role
Playing) Dalam Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini” yang diakses 2016
dalam jurnal pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Persamaan
penelitian ini adalah metode yang digunakan. Perbedaan penelitian ini adalah
fokus penelitian yaitu keterampilan bicara anak dan kemampuan berbahasa
anak.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Metodelogi Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Menurut
kemmis dan Mc. Taggart (1998:23) penelitian tindakan kelas adalah studi
yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri
yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan dengan sikap yang mawas.
Sedangkan menurut Zainal Aqib (2009:18) mengemukakan bahwa PTK
terdiri atas tiga kata yaitu Penelitian, Tindakan dan Kelas. Ketiga kata
tersebut dapat diartikan seperti: penelitian adalah kegiatan mencermati suatu
objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang
menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah suatu gerak
kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam
penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan. Sedangkan kelas adalah
sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang
sama dari seorang guru. Menurut Mc. Niff dalam M. Asrori (2007)
mengatakan penelitaian tidnakan kelas merupakan bentuk penelitian yang
dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat
untuk pengembangan dan perbaikan pembelajaran (Jakni, 2017:2).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan PTK
adalah penelitian yang dilakukan dengan suatu pengamatan yang dilakukan
secara berualang terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Penelitian ini lakukan secara kolaboratif dangan kepla sekolah dan juga guru
kelas untuk manyamakan pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan,
pengambilan keputusan yang melahirkan kasamaan tindakan yang bertujujan
untuk mengembangkan bahasa anak usia dini malalui metode bermain peran.
Dalam penelitian ini peneliti malkukan tindakan dengan langkah-langkah
yang harus diikuti dalam melakukan penelitian tindakan kelas. Berikut
adalah desain penelitian.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Taman Kanak-Kanak Al-Barokah
Kelurahan Mayang Mangurai Kecamatan Alam Barajo kota Jambi.
Lokasi sekolah srtategis karena berada ditengah-tengah perumahan dan
sangat dengan pasar juga dekat dari rumah masyarakat. Peneliti
melakukan penelitian ditempat ini karena sekolah belum
memaksimalkan metode pembelajaran sentra sehingga anak jarang
bermain peran dalam proses pembelajaran.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan selama 6 bulan sejak
pertengahan bulan September 2018.
C. Desain dan Prosedur Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas
yang menggunakan metode penelitian eksperimen yang menggunakan
rancangan One Group Pretest-Posttest Design. Populasi dan Teknik
Pengambilan Sampel.
Tabel 3.1
Tabel Populasi Penelitian
NO Kelas Jumlah Anak
1 TK B 15
Jumlah 15
D. Prosedur Umum Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas (PTK) ini disampaikan dalam
Tiara Asriandah (2012:48) terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang
dilakukan secara berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap
siklus melalui prosedur penelitian sebagai berikut: 1) perencanaan, 2)
pelaksanaan, 3) pengamatan dan 4) refleksi. Apabila siklus I belum
berhasil, maka peneliti akan merancang tindakan berikutnya pada siklus ke
II. Kegiatan pada siklus ke II mempunyanyi bebrapa tambahan untuk
Pelaksanaan Dan Pengamatan
perbaikan dari tambahan dan kesulitan yang ditemukan dalam tindakan
siklus ke I. Dengan menyusun kegiatan pada siklus II, maka peneliti
melanjutkan kegiatan Penelitia Tindakan Kelas (PTK) seperti pada siklus I.
jika telah melaksanakan siklus II, apapbila peneliti belum tercapai untuk
perbaikan dan peningkatan atas tindakan tersebut, peneliti akan melanjutkan
penelitian ke dalam siklus III, cara pelaksanaanya sama seperti siklus
sebelumnya.
Hal ini tergantung dengan hasil penelitian yang dilakukan, jika
hasil penelitian telah menemukan hasil yang memuaskan dalam
perbaikanpeneliti dapat menghentikan dapat menentukan dan mengambil
kesimpulan, nemun disarankan sebaiknya prosedur PTK dilakukan paling
kurang dua siklus (Iskandar, 2012:48). Untuk lebih jelas prosedur penelitian
ini, maka dapat dilihat pada bagian berikut ini:
Gambar 3.1
Model Kemmis & Mc. Taggart
Prosedur Penelitian
Berdasarkan bagan diatas dapat dijelaskan bahwa penelitian
tindakan kelas diawaki dengan perencanaan, tindakan, pengamatan
selanjutnya merekfleksi dengan mengevaluasi tindakan pelaksanaan
untuk selanjutnya melakukan perbaikan disiklus selanjutnya.
Pelaksanaan dan Pengamatan
Perencanaan Refleksi
Siklus I
Perencanaan Refleksi Siklus II
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian berbasis kelas
kolaboratif, yaitu suatu penelitian yang bersifat praktis, situasional dan
kontekstual berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan
pembelajaran sehari-hari di Raudhatul atfhal Almira. Kepala sekolah,
guru dan peneliti senantiasa berupaya memperoleh hasil yang optimal.
E. Tahapan Tindakan
a. Siklus I
Plaksanaan PTK dimulai dengan siklus I yang terdiri dari
embat kegiatan yaitu: perencanaan, pelaksanaan (tindakan)
pengamatan, dan refleksi. Berikut ini dijelaskan rincian kegiatan dari
masing-masing tahap tersebut.
1) Perencanaan
Pada tahan ini peneliti menetukan fokus peristiwa yang perlu
mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudia membuat
sebuah instrument pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi
selama tindakan berlangsung. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
pada tahap ini meliputi: Rancangan Proses Pembelajaran Hharian
(RPPH) , bahan ajar, media pembelajaran, evaluasi dan penelitian.
a) Rencana kegiatan harian dilaksanakan pada prasiklus
dilakukan 1x pertemuan dengan pembelajaran sesuai dengan
tema semester 2. Siklus I dilakukan sebanyak 3x pertemuan
sesuai tema dengan pembelajaran.
b) Menyiapkan bahan ajar dan media yang akan digunakan saat
proses pembelajaran seperti cerita yang diperankan oleh anak,
c) Membuat format penilaian berupa penilaian ceklis
2) Tindakan
Tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran
yang telah disiapkan pada persiapan tindakan. Secara umum tahapan
dalam pelaksanaan tindakan ini adalah:
a) Menyiapkan setting kelas
b) Kegiatan bermain peran diawali dengan kegiatan
pembelajaran dikelas dimana guru melakukan apersepsi yang
mengarah ke tema cerita yang akan dimainkan anak.
c) Memperkenalkan alat dan bahan dan juga property yang akan
digunakan anak saat bermain peran.
d) Guru atau peneliti memulai bermain peran dengan membagi
peran anak dan memandu permainan dengan menjadi dalang
saat permainan berlangsung
3) Pengamatan (observasi)
Observasi adalah cara untuk mengadakan penelitian dengan
jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis.
Pengamatan terhada pembelajaran menggunakan lembar observasi
yang berupa lembar observasi aktivitas guru, siswa dan peneliti. Pada
tahap ini dilakukan saat anak melakukan kegiatan bermain peran,
yaitu:
a) Mengamati anak saat guru mulai memimpin cerita yang akan
segera dimulai
b) Mengamati anak apakah anak mengerti dengan apa yang
dijelaskan oleh guru
c) Mengamati bagaimana anak memrankan peranya saat
bermain
d) Mengamati anak saat berbicara
e) Mengamati anak apakah masih membutuhkan bantuan dari
teman atau guru dalam kegiatan bermain peran
f) Mengamati bagaimana anak merangkai kata dan mengutaran
kalimat yang mereka sampaikan
4) Refleksi
Data yang diperoleh baik aktivitas siswa maupun hasil belajar,
akan dianalisis dengan menggunakan perhitungan data penilaian
setelah siklus II berlangsung. Analisis ini merupakan kegiatan
reflaksi untuk menentukan apakah tindakan yang dilakukan dapat
mengatasi permasalahan maka dilakukan perbaikan pada siklus
berikutnya.
b. Siklus II
1) Perencanaan
Pada tahap ini disususn rencana kegiatan dalam rangka
meningkatkan kemampuan berbahasa anak melalui metode
bermain peran pada kelas A Raudhatul Atfhal Almira Aurduri I
Kecamatan Telanaipura Kota Jambi dengan menggunakan
penerapan perangkat pelaksanaan pembelajaran meliputi:
Rancangan Proses Pembelajaran Harian (RPPH) , bahan ajar,
media pembelajaran, evaluasi dan penelitian.
a) Rencana kegiatan harian yang dilaksanakan pada
prasiklus dilakukan 1x pertemuan dengan pembelajran
ssuai pada tema di semester 2 siklus II dilakukan
sebanyak 3x pertemuan sesuai dengan tema
pembelajaran.
b) Menyiapkan bahan ajar dan media yang akan digunakan
saat proses pembelajaran seperti cerita yang diperankan
oleh anak,
c) Membuat format penilaian berupa penilaian ceklis
2) Tindakan
a) Menyiapkan setting kelas
b) Kegiatan bermain peran diawali dengan kegiatan
pembelajaran dikelas dimana guru melakukan apersepsi
yang mengarah ke tema cerita yang akan dimainkan
anak.
c) Memperkenalkan alat dan bahan dan juga properti yang
akan digunakan anak saat bermain peran.
d) Guru atau peneliti memulai bermain peran dengan
membagi peran anak dan memandu permainan dengan
menjadi dalang saat permainan berlangsung
3) Observasi
a) Mengamati anak saat guru mulai memimpin cerita yang
akan segera dimulai
b) Mengamati anak apakah anak mengerti dengan apa yang
dijelaskan oleh guru
c) Mengamati bagaimana anak memrankan peranya saat
bermain
d) Mengamati anak saat berbicara
e) Mengamati anak apakah masih membutuhkan bantuan
dari teman atau guru dalam kegiatan bermain peran
f) Mengamati bagaimana anak merangkai kata dan
mengutaran kalimat yang mereka sampaikan
4) Refleksi
Data yang diperoleh baik aktivitas siswa maupun hasil
belajar, akan dianalisis dengan menggunakan perhitungan data
penilaian setelah siklus II berlangsung. Analisis ini merupakan
kegiatan reflaksi untuk menentukan apakah tindakan yang
dilakukan dapat mengatasi permasalahan maka dilakukan
perbaikan pada siklus berikutnya.
Setelah melaksanakan keempat kegiatan tersebut, maka
akan dilakukan evaluasi untuk mengetahui perkembangan anak
yang telah dicapai dari proses pelaksanaan tindakan. Evaluasi
dilaksanakan setelah proses kegiatan belajar mengajar pada
setiap akhir siklus dengan memberikan simulai nilai akhir dari
indikator perkembangan anak yang telah dinilai. Evaluasi
dgunakan untuk melihat tingkat keberhasilan yang telah
diperoleh anak setelah mengikuti proses pelaksanaan
pembelajaran.
F. Instrumen Penelitian
1. Definisi Konseptual
Perkembangan bahasa yang dimaksud dalam penelitian adalah
melatih kemampuan berkomunikasi anak secara lisan, mengembangkan
ide, gagasan dan bagaimana mereka harus mengungkapkan bahasa
dengan baik saat situasi atau kondisi yang mereka hadapi. Dimana
kemampuan berbahasa pada anak usia 5-6 tahun dapat dinilai dari
bagaimana anak mampu, memahami bahasa, mengungkapkan bahasa
dan keaksaraan.
Main peran merupakan suatu metode yang dapat megembangkan
kemampuan berbahasa anak. dengan bermin peran anak akan berlatih
bagaimana berkomunikasi dengan orang lain, menyikapi sebuah kejadian
dengan bahasa yang baik, anak juga akan belajar mengelola informasi
yang mereka dapat saat bemain, anak akan menyimak dengan baik
berbagai intruksi saat bermain dan anak akan belajar mengungkapkan
berbagai persaan yang ada dalam hatinya. Dengan berbagi alur cerita dan
karakter yang dimainkan oleh anak akan mengembangkan kemampuan
berbahasa anak dengan optimal.
2. Definisi Operasional
Indikator dalam penelitian ini diambil berdasarkan Tingkat
Pencapaian (lingkup perkembangan bahasa) Menurut Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 yaitu:
Tabel 3.2
Tingkat Pencapaian Bahasa menurut PERMENDIKNAS RI No. 58
2009
Usia 4-6 tahun Menerima bahasa
1. Menyimak perkataan orang lain
2. Mengerti dua perintah yang diberikan
bersamaan
3. Memahami cerita yang dibacakan
4. Mengenal pembendaharaan kata
mengenai kata sifat
5. Mengerti beberapa perintah secara
bersamaan
6. Mengulang kalimat yang lebih kompleks
7. Memahami aturan dalam suatu permainan
Mengungkapkan bahasa
8. Mampu mengulang dan menjawab
pertanyaan sederhana
9. Mengungkapkan perasaan dengan kata
sifat
10. Mengungkapkan pendapat
11. Mengatakan alas an terhadap sesuatu
yang disukai dan tidak disukai
12. Menceritakan kembali cerita atau
dongeng yang didengar
13. Menjawab pertanyaan yang lebih
kompleks
14. Menyebutkan kelompok gambar yang
memiliki bunyi yang sama
15. Berkomunikasi secara lisan, memiliki
perbendaharaan kata, serta mengenal
simbol-simbol untuk persiapan membaca,
menulis dan berhitung.
16. Menyusun kalimat sederhana dalam
struktur (pokok kalimat-predikat-
keterangan)
17. Memiliki lebih banyak kata-kata utnuk
mengekspresikan ide pada orang lain.
18. Melanjutkan sebagian cerita/dongeng
yang telah diperdengarkan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala Likert dengan bentuk
checklist. Dalam Sugiyono (2015:134) skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena social yang disebut sebagai variabel penelitian.
G. Sumber Data
1. Data Primer
Data Primer yang peneliti ambil didapatkan dari informasi atau
orang yang dapat memberikan informasi tentang data penelitian.
Informasi dalam penelitian ini adalah anak kelas TK B Tahun akademik
2018-2019 beserta kolaborator. Data tersebut diambil dari kegiatan
bermain peran dengan mengamati kemampuan berbahasa anak.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang peneliti ambil berdsarkan buku-buku
pendukung dan melalui bebrapa teknik pengumpulan data baik melalui
data sisiwa, sumber data tidak langsung memberikan data kepada
pengumpulan data jenis data sekunder yang digunakan dalam penelitian
ini misalnya dokumentasi/arsip.
H. Teknik dan instrument Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan data
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan lansung yang peneliti lakukan
terhadap objek penelitian. Observasi berkaitan dengan fokus
penelitian ditujukan kepada kepala sekolah, observasi berguna untuk
mendapatkan informasi secara akurat melalui pengamatan langsung
oleh peneliti. Observasi dilakukan secara tringulasi yaitu wawancara
dan dokumentasi.
b. Instrument Pengumpulan data
Instrument penelitian yang diguanakan terdiri dari:
1) Lembar observasi
Lembar observasi diguanakan untuk mengumpulkan data
dan menggambarkan tentang aktifitas siswa dalam pembelajaran,
serta peningkatanya pada setiap siklus. Instrument penelitian
yang diguanakan berupa lembar pengamatan dengan memberikan
ceklis (√), instrument obsevasi berupa rating scale dengan jujur
berdasarkan pengamatan yang dilakukan dan dengan
menggunakan pedoman skala penilaian dengan symbol BB =
belum berkembang, MB = mulai berkembang, BSH =
berkembang sesuai harapan dan BSB = Berkembang dengan
baik.
2) Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian
yang berlangsung secara lisan dalam percakapan dua orang atau
lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-
informasi atau keteerangan-keterangan.(Jani:72).
Wawancara dilakukan terhadap guru kelas B, untuk
memperoleh informasi tentang unpaya guru dalam meningkatkan
kemampuan berbahasa anak TK Al-Barokah Kecamatan Alam
Barajo Kota Jambi.
I. Teknik analisis data
Metode analisis data yang diguanakan dalam penelitian ini adalah
metode analisi data kualitatif. Dalam buku penelitian tindakan kelas
(2017:97 - 81) menjelaskan pada umumnya kualitatif terhadap data PTK
dapat dilakukan dengan tahap-tahap: menyeleksi, menyederhanakan,
mengklasifikasi, memfokuskan, mengorganisasikan (mengaitkan gejala
secara sisitematis dan logis), membuat abstraksi atas kesimpulan makna
hasil analisis. Model analisis kualitatif tekenal adalah model Miles dan
Huberman yang meliputi: reduksi data (memilah data penting, relevan, dan
bermaka dari yang tidak berguna), sajian deskriptif (narasi, visual gambar,
tabel) dengan alur sajian yang sisitematis dan logis, penyimpulan dari hasil
yang disajikan)dampak PTK dan efektivitasnya). Model analisis ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.2
Teknis Analisis Data
Dari gambar diatas dapat diuraikan maksud dari keempat tahapan analisis
data kualitatif diatas, yaitu:
a. Pengumpulan data
Penjaringan data yang diperlukan dalam pengumpulan data
masih bersifat data kasar yang muncul dari catatan tertulis dari peneliti.
Hal ini dapat diartikan bahwa ketika peneliti turun kelapangan untuk
ketempat penelitian, maka peneliti harus mencari data yang berkaitan
dnegan penelitian itu, peneliti tidak melihat apakah data itu sudah sesuai
dengan apa yang diteliti atau belum, melainkan semua data yang
diproses diambil. Data yang diperoleh dari proses penjaringan data ini
selanjutnya akan direkduksi dari proses penjaringan data ini selanjutnya
Pengumpulan Data Penyajian Data
Reduksi Data Verifikasi/Penrikan
Kesimpulan
akan direduksi, diferivikasi dan disimpulkan sesuai dengan proses
analisis data model interaktif
b. Reduksi data
Diartikan sebagai proses pemilihan, penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan
tertulis dilapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama
penelitian ini berlangsung dalam proses reduksi data ini penelitian mulai
memilih mana data yang valid dan reduksi data ini terus menerus
berlangsung sampai akhir penelitian.
c. Penyajian Data
Diartiakan sebagai perangkat informasi yang terorganisir, yang
memungkinkan ditariknya kesimpulan data atau pengambilan tindakan,
yang merupakan bagian sekunder yang harus ada pada analisis ini.
Penyajian data dalam penelitian ini mencangkup ringkasan-ringkasan
terstruktur dari kerangka piker lainya.
d. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan
Verifikasi dan penarikan kesimpulan didefinisikan sebagai
penarikan, artinya dari data yang terampil dapat melibatkan pemahaman
peneliti banyak taktik yang digunakan dalam proses ini, diantara lain
menggunakan perbandingan baik secara luas atau khusus, pencatatan
plog dan tema, pengelompkan, penggunaan mkt untuk taktik penegasan
seperti trigulasi, pencapaian-pencapaian kasus-kasus negatif, pengadaan
tindak lanjut, hal-hal yang diluar dugaan, serta memperiksa hasil-hasil
dengan responden-responden.
Pada data kualitatif yang merupakan hasil observasi aktifitas siswa
dapat dihitung melalui:
1) Penilaian peningkatan hasil belajar anak
Peningkatan anak =
Keterangan : A = pemerolehan skor nilai
B = Jumlah Siswa keseluruhan
A X 100
B
2) Penilaian Ketuntasan hasil belajar siswa dapat dihitung dengan
menggunakan:
Siswa yang tuntas belajar dengan penilaian:
a) 0-20: Sangat Rendah
b) 21-40: Rendah
c) 41-60: Cukup Tingggi
d) 61-80: Tinggi
e) 81-100: Sangat Tinggi (Almiati, 2008:208)
J. Kriteria Keberhasilan Penlitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila minimal 71% dari jumlah
keseluruhan anak yaitu 15 orang anak, 10 dari 15 anak mencapai Tingkat
Capaian Perkembangan (TCP) minimal yang ditentukan bersama
kolaborator 65%.(Jurnal Yusria:2006)
P = ∑(siwa yang tuntas belajat) x 100%
∑n (seluruh siswa)
K. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian akan dilakukan selama 2 bulan, yaitu bulan
februari sampai maret 2019. Jadwal penelitian ini masih bersifat tentative,
artinya dapat berubah berdasarkan situasi dan kondisi dilapangan
dilapangan. Berikut ini dapat diberikan uraian tahap-tahap yang dilakukan
selama penelitian dilaksanakan.
Tabel 3.4
Waktu dan Tahap Penelitian
No
Kegiatan
Bulan
D
e
s
j
a
n
F
e
b
M
a
r
t
A
p
rl
M
e
i
j
u
n
i
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan judul
dan pengesahan
judul
√
2. Penyusunan
proposal
proposal
√ √ √ √ √ √ √ √
3. Seminar
proposal
√
4. Perbaikan hasil
seminar
proposal
√ √ √
5. Pengurusan dan
penerbitan izin
penelitian
√ √ √
6. Pengumpulan
data dilapangan
√ √ √ √ √
7. Analisis dan
penyusunan
laporan
√ √ √ √ √ √
8. Seminar hasil
ujian skripsi
√
9. Perbaikan hasi
ujian skripsi
√
10
.
Pengesahan
hasil ujian
Pengesahan
hasil skripsi
√
11 Penggandaan
dan
penyerahaan
laporan
√
Cacatan : Jadwal penelitian ini masih dapat berubah sesuai dengan situsi dan
kondisi dilapangan.
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. TEMUAN PENELITIAN
1. Temuan Umum
a. Historis Sekolah
Taman Kanak-kanak Al-Barokah Berada di Jln. Kh. Ismail
Malik No. 03 Rt.32 Kelurahan Mayang Mangurai Kecamatan Alam
Barajo Kota Jambi. Berdirinya Taman Kanak-kanak Kecamatan Alam
Barajo diawali oleh bebrapa guru yang bekerja disebuah sekolah yang
sama sebelumnya. Para guru tersebut merasa ada ketidak adilan dari
sekolah sebelumnya dan akhirnya memutuskan untuk mendirikan
lembaga pendidikan sendiri. Untuk mewujudkan ini para guru tersebut
melakukan bebrapa upaya:
1) Pada tahun 2017 mendirikan lembaga dengan dana pribadi agar
mendapatkan tempat yang layak untuk menyelenggarakan
pendidikan.
2) Selanjutnya mulai tanggal 01 April 2017 Taman Kanak-kanak
Al- Barokah resmi didirikan dan mulai menyelenggarakan
kegiatan belajar mengajar.
b. Geografis Sekolah dan Lingkungan Sosial
Taman Kanak-kanak Al-Barokah berada di Jln. Kh. Ismail
Malik No. 03 Rt.32 Kelurahan Mayang Mangurai Kecamatan Alam
Barjo Kota Jambi secara goegrafis mudah dijangkau karena
keberadaannya berada di tengah permungkiman penduduk dan
berjarak beberapa meter dari perumahan. Kondisi sosial masyarakat
disekitar TK Al-Barokah khususnya sosial dan ekonomi sangat
heterogen, mulai dari pejebat pemerintah, guru, sampai pekerja kasar
seperti buruh bangunan dan jasa angkutan roda dua(ojek).
c. Visi dan Misi Sekolah
Visi
Menjadikan anak yang memiliki masa depan yang cerdas kreatif,
terampil, mandiri dan berakhlak mulia.
Misi
1) Membiasakan anak bersikap sopan dan santun terhadap orang
yang lebih tua
2) Melatih anak untuk berperilaku disiplin dan bertanggung jawab
3) Membina dan mengajarkan dengan kecerdasan spiritual,
intelektual dan emosional.
d. Keadaan Guru dan Siswa Sekolah
Tenaga pengajar di TK Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo
Kota jambi merupakan tenaga edukatif yang langsung berhadapan
dengan siswa yang mempunyai tugas utama mendidik, memberikan
ilmu sebagai orang tua siswa disekolah. Oleh karena itu guru harus
mempunyai pengetahuan dan pemahaman tentang mendidik dan
mencetak siswa agar tujuan dapat dilaksanakan dengan baik. Adapun
guru di TK AL-Barokah berjumlah 3 orang diantaranya:
Table 4.1
Keadaan Guru TK AL-Barokah Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi
No Nama Jabatan Pendidikan terakhir
1. Juniar S.Pd
NIP.
Kepala
Sekolah
S1
2. Ermaneli S.Pd
NIP.
Guru Kelas S1
3. Lamsiah A. Ma
NIP.
Guru Kelas D III
Table 4.2
Keadaan siswa TK Al-Barokah Kecamtan Alam Barajo Kota Jambi
No
Kelas Jumlah Siswa Wali Kelas
L P Jumlah
1. TK A 4 11 15 Ermaneli S.Pd
2. TK B 3 13 15 Lamsiah A.Ma
Total 30
2. Temuan Khusus
a. Kondisi Awal Hasil Belajar Murid Pra Siklus
Kondisi awal hasil belajar siswa kelas TK B Taman Kanak-
kanak Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi dalam hal
perkembangan bahasa masih rendah. Hal ini dibuktikan dari
pemerolehan lembar observasi yang dilakukan saat prasiklus
berlangsung pada tanggal 11 Maret 2019.
Tabel 4.3 Kondisi awal hasil bermain peran makro Kelas B
No Nama Siswa
Skor
Nilai Pra
Siklus
Ketuntasan
1. Almira 23 57.5 Tidak Tuntas
2. Rizki 11 27.5 Tidak Tuntas
3. Sifa 11 27.5 Tidak Tuntas
4. Bulan Prameswari Putri 16 40 Tidak Tuntas
5. Hery Kurniawan 27 67.5 Tuntas
6. Ziva Zainuri 25 62.5 Tidak Tuntas
7. Navisa Febrianti 22 55 Tidak Tuntas
8 Nabila Nurhajijah 23 57.5 Tidak Tuntas
9. Indah Purnama Sari 26 65 Tidak Tuntas
10. Azka Ramadhan 22 55 Tidak Tuntas
11. Ataya Aulia 23 57.5 Tidak Tuntas
12. Nurin Hafizah 23 57.5 Tidak Tuntas
13. Alya Humairoh 24 60 Tidak Tuntas
14. Naura Arzilia 10 25 Tidak Tuntas
15. Indira Salsabila 22 55 Tidak Tuntas
Jumlah 770 1
Data dalam tabel diatas terlihat hasil belajar siswa masih
rendah. Jumlah siswa yang berhasil hanya 1 siswa atau 6,67 dari jumlah
keseluruhan 15 siswa sedangkan jumlah yang belum berhasil 14 siswa
atau 93,33 dari 15 jumlah keseluruhan.
Selain itu nilai rata-rata yang diperoleh siswa juga rendah yaitu
51,3. Maka dari itu peneliti memulai melakukan penelitian tindakan kelas
guna untuk memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar
siswa dengan menggunakan metode bermain peran makro untuk
meningkatkan perkembangan bahasa anak.
b. Hasil Temuan Setiap Siklus
Langkah-langkah penelitian ini, peniliti laksanakan mulai
bulan maret tahun 2019 yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus
dilakukan tiga kali tatap pertemuan dengan langkah-langkah
perencanaan, pelaksanaan (tindakan), observasi (pengamatan),
refleksi.
1) Siklus I
a) Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan pada siklus I adalah
dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH) yang sesuai dengan tema. Dalam proses
pembelajaran peneliti menggunakan penerapan media gambar
dan beberapa alat komunikasi yang dibuat dari kardus dan
Nilai Rata-Rata Siswa 51.3
Jumlah Murid Yang Berhasil 1
Persentase Keberhasilan Siswa 6.67 %
Jumlah Siswa Yang Belum Berhasil 14
Persentase Siswa yang Belum
Berhasil
93.33%
karton untuk mempermudah anak memahami materi yang
akan disampaikan. Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti
mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH), lembar observasi berupa penilaian ceklis untuk
mengetahui tingkat pencapaian keberhasilan anak.
Tabel 4.4. Jadwal Perencanaan Siklus I
No Hari/tanggal Pertemuan Materi
1. Selasa, 12
Maret 2019
I a. Pengenalan tema
alat komunikasi
b. Berdiskusi
tentang manfaat
alat komunikasi
c. Main peran
berbicara
dengan penyiar
radio
2. Rabu, 13
Maret 2019
II a. Simulasi
berbicara di
telepon
b. Bermain peran
jual beli alat
komunikasi
3. Kamis, 14
Maret 2019
III c. Ujian Main
Peran makro
mengirim surat
melalui kantor
pos dan menjadi
pak pos
b) Pelaksanaan
Tindakan dilaksanakan dengan menyelenggarakan
pembelajaran siklus I pada tanggal selasa 12 Maret 2019, rabu
13 maret 2019 dan 14 maret 2019. Teknik pelaksanaan
tindakan adalah sebagai berikut:
(1) Kegiatan Awal
(a) Membuka pembelajaran dengan SOP pembukaan
(b) Bernyayi tentang alat komunikasi
(2) Kegiatan inti
(a) Peneliti menjelaskan tema dan sub tentang alat
komunikasi
(b) Peneliti berdiskusi dengan siswa tentang alat
komunikasi dan manfaat alat komunikasi
(c) Peneliti bertanya tentang alat komunikasi yang
pernah digunakan oleh anak
(d) Anak melakukan main peran bagaimana menelpon
penyiar radio
(3) Kegiatan Akhir
(a) Peneliti menanyakan perasaan anak setelah
bermain peran
(b) Peneliti menanyakan peran atau apa yang
dibicarakan saat menelpon penyiar radio saat
bermain peran
(c) Memberikan infomasi kepada siswa tentang
materi pertemuan selanjutnya.
c) Observasi
Untuk melihat seberapa besar hasil belajar pada
peningkatakan perkembangan bahasa anak melalui bermain
peran yang telah dilaksanakan pada siklus I. berikut hasil
belajar yang diperoleh siswa pada siklus I:
Tabel 4.5. Peningkatan kemampuan berbahasa siklus I
No Nama Siswa
Skor
Nilai Pra
Siklus
Ketuntasan
1. Almira 26 65 Tuntas
2. Rizki 16 40 Tidak Tuntas
3. Sifa 24 60 Tidak Tuntas
4. Bulan Prameswari Putri 23 57.5 Tidak Tuntas
5. Hery Kurniawan 30 75 Tuntas
6. Ziva Zainuri 27 67.5 Tuntas
7. Navisa Febrianti 25 62.5 Tidak Tuntan
8. Nabila Nurhajijah 25 62.5 Tidak Tuntas
9. Indah Purnama Sari 27 67.5 Tuntas
10. Azka Ramadhan 28 70 Tuntas
11. Ataya Aulia 25 62.5 Tidak Tuntas
12. Nurin Hafizah 24 60 Tidak Tuntas
13. Alya Humairoh 30 75 Tuntas
14. Naura Arzilia 10 25 Tidak Tuntas
15. Indira Salsabila 23 57.5 Tidak Tuntas
Jumlah 907.5 6
D
Dari tabel diatas diketahui nilai rata-rata siswa belum mencapai
atau memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hal ini terlihat dari
nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus I yaitu, 60,5 jumlah
siswa yang berhasil atau tuntas 6 siswa atau 40% dari jumlah 15 siswa
keseluruhan dan siswa yang belum berhasil sebanyak 9 siswa atau 60%
dari jumlah 15 siswa keseluruhan artinya tindakan yang diberikan pada
siklus I belum mencapai hasil yang diinginkan dari metode bermain
peran makro yang telah dilakukan. Oleh sebab itu peneliti melanjutkan
ke siklus II untuk meningkatan kembali perkembangan bahasa anak di
TK Al-Barokah Al-Barokah Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi, ini
dikarenakan pada siklus I belum mencapai peningkatan sebanyak 71%.
Oleh sebab itu peneliti melanjutkan tindakan pada siklus II.
d) Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil lembar observasi siswa dan guru,
pelaksanaan siklus I belum berhasil maka diperlukan tindakan hal ini
Nilai Rata-Rata Siswa 60.5
Jumlah Murid Yang Berhasil 6
Persentase Keberhasilan Siswa 40%
Jumlah Siswa Yang Belum
Berhasil
9
Persentase Siswa yang Belum
Berhasil
60%
disebabkan anak masih belum terbiasa dengan main peran mikro dan
anak belum mampu melaksanakan seluruh aturan yang ada, anak juga
belum mampu mengembangkan imajinasinya sendiri sesuai dengan alur
cerita. Selanjutnya untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak
melalui metode bermain peran makro. Hal ini terlihat dari jumlah siswa
yang berhasil belum mencapai 71% .
2) Siklus II
a) Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi siklus I hasil dari peningkatan
perkembangan bahasa anak belum mencapai target yang ditentukan
maka peneliti melaksanakan perenaan kembali disiklus II. Pada
siklus II main peran yang akan dimainkan adalah korban bencana
alam “Gunung Meletus” sesuai dengan puncak tema mingguan TK
Al-Barokah.
Tabel 4.6 Jadwal Perencanaan Siklus II
No Hari/tanggal Pertemuan Materi
1. Senin, 18
Maret 2019
I a. Memperkenalkan
anak tentang alam
semesta
b. Memperkenalkan
apa saja yang
berkaitan dengan
alam semesta
2. Selasa, 19
Maret 2019
II a. Memperkenalkan
bencana alam yang
bisa terjadi
b. Menjelasakan sebab
akibat terjadinya
bencana alam
c. Simulasi gunung
meletus
3. Rabu, 20
Maret 2019
III Bermain peran makro tema
“ korban bencana alam”
b) Pelaksanaan
Tindakan dilaksanakan pada hari Senin tangga 18 Maret 2019,
Selasa Maret 2019 dan Rabu 20 Maret 2019. Teknik pelaksanaan
tindakan adalah sebagai berikut:
(1) Kegiatan awal
(a) Membuka dengan SOP Pembelajaran
(b) Mengenalkan tema dan subtema
(c) Berdiskusi tentang alam semesta
(2) Kegiatan inti
(a) Memberikan pengarahan atau pijakan kepada anak tentang
permainan yang akan dilakukan
(b) Memulai permainan dengan arahan dari peneliti
(c) Mengamatai jalan permainan peran makro
(3) Kehiatan akhir
(a) Mengarahkan anak untuk duduk melingkar
(b) Menanyakan perasaan setelah bermaian
(c) Tanya jawab tokoh yang dimaiankan
(d) Tanya jawab alur dan tokoh yang diperankan
(e) Mengambil kesimpulan dari permainan peran makro yang
telah dilakukan
c) Observasi
Tabel 4.7 hasil peningktan perkembangan bahasa siklus II
No Nama Siswa
Skor
Nilai Pra
Siklus
Ketuntasan
1. Almira 32 80 Tuntas
2. Rizki 29 72.5 Tuntas
3. Sifa 32 80 Tuntas
4. Bulan Prameswari Putri 31 77.5 Tuntas
5. Hery Kurniawan 36 90 Tuntas
6. Ziva Zainuri 38 95 Tuntas
7. Navisa Febrianti 31 77.5 Tuntas
8. Nabila Nurhajijah 33 82.5 Tuntas
9. Indah Purnama Sari 34 85 Tuntas
10. Azka Ramadhan 31 77.5 Tuntas
11. Ataya Aulia 28 70 Tuntas
12. Nurin Hafizah 28 70 Tuntas
13. Alya Humairoh 32 80 Tuntas
14. Naura Arzilia 10 25 Tidak Tuntas
15. Indira Salsabila 27 67.5 Tuntas
Jumlah 1.130 14
Dari tabel diatas terlihat bahwa pekembangan bahasa anak
sudah mengalami peningkatan. Murid yang tuntas sebanyak 14 siswa
atau atau 93.33% dari 15 keseluruhan jumlah siswa, sedangkan jumlah
siswa yang tidak tuntas sebanyak 1 siswa atau 6.67% dari 15
keseluruhan jumlah siswa. Selain itu nilai rata-rata murid 75.33. KKM
yang telah ditentukan dalam kriteria penilaian adalah 65.00 artinya
siswa yang meningkat perkembangan bahasanya pada siklus II lebih
tinggi presentasinya disbanding siklus I.
d) Refleksi Siklus II
Berdasarkan hasil evaluasi yang diadakan melalui bermain
peran, perkembangan bahasa yang diperoleh sudah mengalami
peningktan sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan analisa
terhadap nilai-nilai yang dihasilkan pada lembar observasi siklus I,
dapat diketahui bahwa tindakan yang dilakukan pada siklus ini telah
berhasil meningkatkan perkembangan bahasa anak.
Nilai Rata-Rata Siswa 75.33
Jumlah Murid Yang Berhasil 14
Persentase Keberhasilan Siswa 93.33%
Jumlah Siswa Yang Belum
Berhasil
1
Persentase Siswa yang Belum
Berhasil
6.67%
Berikut adalah rincian kondisi hasil peningkatan
perkembangan bahasa yang diperoleh dalam proses pembelajaran
dengan metode bermain peran makro.
Tabel 4.8 peningkatan bahasa anak melalui metode bermain peran
pada setiap siklus (I dan II)
No Variabel yang diamati Jumlah atau persentase
Siklus I Siklus II
1. Nilai Rata-rata 60.5 75.33
2. Banyak siswa yang telah berhasil
dalam pembelajaran
6 dari 15 siswa 14 dari 15
siswa
3. Banyak siswa yang belum
berhasil berhahasil dalam
pembelajran
9 dai 15 sisiwa 1 dari 15 siswa
4. Persentase siswa yang berhasil
dalam pembelajaran
40% 93,33%
5. Persentase siswa yang belum
berhasil dalam pembelajaran
93,33% 6,67%
Gambar 4.1.
Grafik Peningkatan Kemampuan Berbahasa Anak Kelas B TK AL-Barokah
Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
100.00%
Pra siklus siklus I siklus II
Dari tabel 4.9 diketahui nilai rata-rata siswa telah mencapai atau
memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hal ini terlihat dari nilai rata-
rata yang diperoleh siswa pada siklus I yaitu 60.5 Jumlah siswa yang berhasil
atau tuntas 6 siswa atau 40% dari 15 jumlah siswa keseluruhan dan siswa
yang belum berhasil sebanyak 9 atau 60% dari 15 jumlah siswa keseluruhan.
Artinya tindakan yang diberikan pada siklus I belum dapat meningkatkan
perkembangan bahasa anak pada kelas B TK Al-Barokah Kecamatan Alam
Barajo Kota Jambi, selanjutnya peneliti melanjutkan memberikan tidakan
pada siklus II guna meningkatkan perkembangan bahasa anak memalalui
metode bermain peran.
B. PEMBAHASAN
1. Kurangnya Medote Pembelajaran Yang Digunakan
Medote pembelajaran merupakan cara yang bisa diguanakan oleh
guru dalam proses pembelajaran, dalam PAUD ada banyak metode
pembelajaran yang bisa digunakan seperti medotde diskusi, demontrasi,
bernyanyi, kelompok, bercerita dan dengan banyaknya macam-macam main
yang dapat digunakan guru khususnya metode bermain peran makro.
Metode pembelajaran sudah digunakan oleh guru namun terlihat
sangat kurang maksimal, nyanyian-nyanyian yang hanya diulang-ulang setiap
hari dan masih saja menerapkan calistung secara berlebihan. Metode bermain,
bercerita, demontrasi masih sangat jarang sekali digunakan karena alasan
media yang sangat minim. Terlebih metode main peran makro yang belum
pernah diguanakan sebelumnya karena sulitnya menyiapkan cerita dan media
terbatas.
Sebagai seorang guru dituntut harus kreatif dalam proses
pembelajaran, metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan
pembelajaran yang akan disampaikan adalah poin yang sangat penting.
Sebagai seorang guru harus kreatif agar pembelajaran bisa berjalan dengan
efektif dan menyenangkan. Dengan berbagai metode yang digunakan dan
media yang bervariasi, dengan nyanyian-nyanyian baru, dengan cerita-certita
yang menarik dan dengan berbagai permainan yang dapat mengembangkan
aspek perkemangan anak.
2. Fasilitas Media Pembelajaran
Dalam pelaksanakan penelitian di TK Al-Barokah Kecamatan
Alam Barajo Kota Jambi peneliti menemukan bahwa dalam proses
pembelajran media yang digunakan sangat minim, guru hanya
menggunakan media seadanya dalam proses pembelajan seperti buku paket,
buku tulis dan buku gambar.
Faktor pendidikan dan komponen pembelajaran sangat jelas
menentukan bahwa alat atau media pendidikan adalah syarat yang harus
dipenuhi saat proses pembelajaran. Terlebih dalam proses pembelajaran
pendidikan anak usia dini yang tidak bisa dipisahkan dengan dunia bermain
anak. Selain itu tugas dari seorang guru PAUD harus memfasilitasi sesuai
dengan perkembangan yang akan dikembangkan. Anak usia dini berada
pada masa atau fase Pra Oprerasional Kongrit dimana media sangat
dibutuhkan untuk memberikan pemahaman yang nyata kepada anak.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan anak saat pembelajaran yaitu
media guru harus mampu berfikir kreatif dengan memiliki atau menciptakan
ide-ide untuk bisa mendapatkan media yang sesuai dengan pembelajaran
yang akan disampaikan kepada anak.
3. Kurangya Efektifitas Pada Awal Main Peran Makro
Main peran adalah main pura-pura yang sangat baik untuk
pekembangan bahasa anak. Main peran merupakan salah satu jenis main
yang disukai anak. Main peran dibagi menjadi dua jenis yaitu main peran
makro dan main peran mikro. Main peran sangat baik untuk berbagai aspek
perkembangan khususnya perkembangan bahasa. Dengan main peran anak
akan berinteraksi sesuai dengan alur cerita yang telah kita siapkan.
Namun main peran makro belum pernah dilakukan sebelumnya
sehingga saat main peran makro dilakukan pada saat pra siklus tidak
berlangsung efektif. Hal ini terjadi karena anak belum terbiasa dalam
bermain. Setelah anak mengerti bagaimana cara bermain peran makro anak
sangat menyukai dan perkembangan berbahasa anak meningkat.
4. Anak ABK yang Menjadi Kendala Main Peran Makro
Anak berkebutuhan khusus di TK Al-Barokah menjadi salah satu
kendala saat proses bermain peran makro berlangsung. Anak berkebutuhan
khusus harus tetap mengikuti kegiatan main seperti anak lainya, namun anak
berkebutuhan khusus harus memiliki guru pendamping yang selalu
membantu anak tersebut. Terlebih anak tersebut mengalami keterlambatan
bicara yang jelas merupakan salah satu gangguan bahasa. Hal ini
menyebabkan anak sulit untuk mengikuti main peran makro dengan baik.
Selain itu anak berkebutuhan khusus juga hiper aktif sehingga tidak mampu
fokus dan sangat sulit mengikuti main peran kecuali harus didampingi dan
benar-benar dibantu oleh wali kelas, anak hiper aktif juga cendrung selalu
menggangu teman, merusak barang-barang disekitar sehingga menjadi
kendala bagi peneliti untuk melaksanaan main peran makro. Namun berkat
bantuan guru kelas main peran makro mampu berjalan dengan baik dan
dengan hasil yang sngat memuaskan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas di Kelas B TK Al-
Barokah Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi pada siklus I, dan siklus II
dapat disimpulakan bahwa dengan menggunakan metode bermain peran
makro dapat meningkatan perkembangan bahasa anak. Hal ini terlihat dari
peningkatan yang terjadi dari siklus I dan II yang dilihat dari lembar
observasi anak. Pada siklus I yang dilakukan nilai rata-rata siswa 60,5
dengan jumlah siswa yang berhasil 6 dari 15 jumlah siswa keseluruhan
(40%) dan meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata siswa 75,33 dan
jumlah siswa yang berhasil 14 dari 15 jumlah siswa keseluruhan (93,33%).
B. Saran
Berdasarakan kesimpulan diatas serta untuk meningkatkan
kemampuan berbahasa anak, maka penulis menyarankan beberapa hal:
1. Diharapkan kepada guru agar dapat menggunakan metode bermain peran
makro dalam pemilihan metode yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran.
2. Diharapkan kepada guru untuk lebih mempersiapkan terlebih dahulu baik
rencana pembelajaran dan juga alat atau media dan yang digunakan
3. Penelitian ini masih sangat terbatas sehingga diharapkan untuk lebih
lanjut dilakukan medote pembelajaran metode bermain peran agar anak
terbiasa dengan metode bermain peran guna utnuk meningkatakn
berbagai aspek perkembangan khususnya perkembangan bahasa anak.
C. Kata Penutup
Dengan mengucapkan rasa syukur Alhamdulillah kepada ALLAH
SWT, yang telah menganugrahkan rahmat dan hidayahnya kepada peneliti,
sehingga peneliti dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
dengan baik walaupun dalam bentuk sederhana. Peneliti menyadari bahwa
didalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini belum tentu sempurna, baik
dalam penulisan, pengaturan dan dari segi tata bahasanya. Dalam hal ini
peneliti dengan senang hati dan lapang dada menerima kritikan dan saran
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan penelitian tindakan
kelas (PTK) ini. Harapan peneliti semoga laporan penelitian tindakan
penelitian ini dapat memberikan manfaat serta memberi pedoman bagi
semua kalangan yang membutuhkan khusunya bagi Jurusan Pendidikan
Islam Anak Usia dini (PIAUD). Akhir kata peneliti mendo‟akan semoga
kita selalu dalam lindungan ALLAH SWT, Amin Ya Robbal „Alamin.
Jambi, 13 Me 2019
Penulis
Ismi Winda Yani
NIM.TRA.151759
DAFTAR PUSTAKA
Anonim: Al-Qur‟an dan Terjemahan, Mushaf Al-Kamil, 2013
Aqib Zainal. (2017). Penelitian Tindakan Kelas TK/RA-SLB/SDLB. Yogyakata:
ARRUZZ MEDIA
Diana Mutiah. (2013). Psikologi Bermaian Anak Usia Dini. Jakarta: Prenada
Putra Utama
Elizabeth B. Hurlock,2017. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Fauziddin Mohammad. (2015). Pembelajran Paud Bermain, Cerita dan Menyanyi
Secara Islam. Bandung: Pt Rosdakarya
Jakni. (2017). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta
Mulyani Novi.(2016). Dasar-dasar Pendidikan Aanak Usia Dini. Bandung :
Kalimedia
Mursid. (2015). Belajar dan Pembelajaran PAUD. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Otto Beverly.(2015). Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Dini. Jakarta:
Prenada
Media
Suryana Dadan.(2018). Stimulasi dan Aspek Perkembangan Anak. Jakarta:
PRENADA MEDIA
Suyadi dan Ulfa Media,( 2013). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Bandung:
PR Remaja Rosdakarya
Tiara Asriandah. (2015). Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui
KegiatanBeronce Pada Anak Usia 4-5 Tahun di TK Negeri
Pembina Kayuagung. Skripsi
Wiyani Novan Ardy.(2014). Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini.
Bandung:Gava Media
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun
2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini: Jakarta
https://doi.org/10.21009/JPUD.102
https://scholar.google.co.id/citations?user=Y5X4Q9wAAAj&hl=en#d=gs_
_citad&p=&u%2Fcitations%3Fview_op%3Dview_citation%26hl%
Den%26sr%DY5X4Q9WAAAJ%26citation_for_view%33DY5X4
Q9wAAAJ%3AqjMakFHDy7Sc%26tzom%3D-42
Sesilia Pradita Novita Sari. (2016). PENGGUNAAN METODE
BERMAIN PERAN (ROLEPLAYING) UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN DAN SIKAP BEKERJA
SAMA DALAM BERMAIN DRAMA PADA SISWA KELAS
VIII B SMP INSTITUT INDONESIA YOGYAKARTA. Tersedia
di: https://repository.usd.ac.id/9856/2/121224022_full.pdf
Siska, Y. (2011). Penerapan Metode Bermain Peran (Role Playing) dalam
Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Keterampilan Berbicara
Anak Usia Dini. Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011. ISSN 1412-
565X. [online] Terdedia di: http://jurnal.upi.edu/file/4-Yulia_Siska-
edit.pdf. diakses 29Januari 2019 Maret 2016
L
A
M
P
I
R
A
N
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) KURIKULUM 2013 TK AL-BAROKAH TAHUN AJARAN 2018/2019
Semester / Minggu / Hari ke : II / / 2 Hari, tanggal : Selasa, 12 Maret 2019 Kelompok usia : 5 – 6 Tahun Tema / subtema / sub subtema : alat komunikasi Siklus : Siklus I Kompetensi Dasar (KD) : 1.2 – 2.2 – 2.3 – 2.7 – 3.9 – 4.9 – 3.12 – 4.12 – 3.15 – 4.15 Materi Kegiatan : - Menghargai hasil karya orang lain
- Mengetahui apa yang terjadi - Berkreasi dengan berbagai media - Mendengarkan temannya bicara - bermain peran
Materi Pembiasaan : - Bersyukur sebagai ciptaan Tuhan - Mengucapkan salam masuk dalam SOP penyambutan dan
penjemputan - Doa sebelum belajar dan mengenal aturan masuk ke dalam SOP
pembukaan - Mencuci tangan dan menggosok gigi masuk dalam SOP sebelum
dan sesudah makan. Alat dan bahan : radio, telepon, telpon rumah, Koran, Tv, Kotak Pos A. KEGIATAN PEMBUKA
1. Penerapan SOP pembukaan 2. Berdiskusi tentang alat komunikasi 3. Mengenalkan kegiatan dan aturan yang digunakan bermain
B. KEGIATAN INTI 1. Menyanyi lagu tentang alat komunikasi 2. Tanya jawbab tentang manfaat alat komunikasi 3. Bermain peran makro sebagai penyiar radio
C. RECALLING
1. Merapikan alat-alat yang telah digunakan 2. Diskusi tentang perasaan diri selama melakukan kegiatan bermain 3. Bila ada perilaku yang kurang tepat harus didiskusikan bersama 4. Menceritakan dan menunjukkan hasil karyanya 5. Menceritakan tokoh yang dimainkan saat main peran 6. Penguatan pengetahuan yang didapat anak
D. KEGIATAN PENUTUP
1. Menanyakan perasaannya selama hari ini 2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkannya hari ini, mainan apa yang
paling disukai
3. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan 4. Penerapan SOP penutupan
E. RENCANA PENILAIAN
1. Sikap a. Menghargai hasil karya orang lain b. Menggunakan kata sopan pada saat bertanya
2. Pengetahuan dan ketrampilan a. Anak mengetahui berbagai alat komunikasi b. Anak mengetahui manfaat dari alat komunikasi c. Anak mampu berkomunikasi dengan baik saat bermain peran d. Anak memerankan tokoh main peran dengan baik
Mengetahui, Kepala Sekolah Peneliti ……………………………… …………………………
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) KURIKULUM 2013 TK AL-BAROKAH TAHUN AJARAN 2018/2019
Semester / Minggu / Hari ke : II / / 3 Hari, tanggal : Rabu, 13 Maret 2019 Kelompok usia : 5 – 6 Tahun Tema / subtema / sub subtema : Alat Komunikasi / Elektronik / Telepon Kompetensi Dasar (KD) : 1.2 – 2.2 – 2.5 – 2.7 – 2.14 – 3.2 – 4.2 – 3.9 – 4.9 – 3.12 – 4.12 – 3.13 – 4.13 Siklus : Siklus I Materi Kegiatan : - Menghargai hasil karya orang lain
- Mengetahui apa yang terjadi - Menyampaikan pendapat lewat telepon - Mendengarkan temannya bicara - Berbicara sopan - Ucapan salam - Alat tehnologi sederhana - Mengendalikan emosi
Materi Pembiasaan : - Bersyukur sebagai ciptaan Tuhan - Mengucapkan salam masuk dalam SOP penyambutan dan penjemputan - Doa sebelum belajar dan mengenal aturan masuk ke dalam SOP pembukaan - Mencuci tangan dan menggosok gigi masuk dalam SOP sebelum dan sesudah
makan. Alat dan bahan : telpon genggam dan telfon rumah A. KEGIATAN PEMBUKA
1. Penerapan SOP pembukaan 2. Berdiskusi tentang guna telepon 3. Membedakan telepon rumah dan telepon genggam 4. Berdiskusi tentang bicara sopan di telepon 5. Mengenalkan kegiatan dan aturan yang digunakan bermain
B. KEGIATAN INTI 1. Bermain melengkapi gambar telepon 2. Bermain peran sebagai pembeli dan penjual telepon dan berbicara ditelepon
C. RECALLING 1. Merapikan alat-alat yang telah digunakan 2. Diskusi tentang perasaan diri selama melakukan kegiatan bermain 3. Bila ada perilaku yang kurang tepat harus didiskusikan bersama 4. Menceritakan dan menunjukkan hasil karyanya 5. Penguatan pengetahuan yang didapat anak
D. KEGIATAN PENUTUP
1. Menanyakan perasaannya selama hari ini 2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkannya hari ini, mainan apa yang paling disukai 3. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan 4. Menginformasikan kegiatan untuk besok 5. Penerapan SOP penutupan
E. RENCANA PENILAIAN
1. Sikap a. Menghargai hasil karya orang lain b. Menggunakan kata sopan pada saat bertanya
2. Pengetahuan dan ketrampilan a. Dapat menyebutkan guna telepon b. Dapat melengkapi gambar telepon c. Dapat menceritakan cara menelepon d. Dapat bicara sopan saat menelepon e. Dapat membedakan anak yang sopan saat menelpon dan tidak sopan
Mengetahui, Kepala Sekolah Peneliti ……………………………… …………………………
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) KURIKULUM 2013
TK AL-BAROKAH TAHUN AJARAN 2018/2019
Semester / Minggu / Hari ke : II / / 4 Hari, tanggal : Kamis, 14 Maret 2019 Kelompok usia : 5 – 6 Tahun Tema / subtema / sub subtema : Alat Komunikasi / Elektronik / kotak Pos Kompetensi Dasar (KD) : 1.2 – 2.2 – 2.5 – 2.7 – 2.14 – 3.2 – 4.2 – 3.9 – 4.9 – 3.12 – 4.12 – 3.13 – 4.13 Siklus : Siklus I Materi Kegiatan : - Menghargai hasil karya orang lain
- Mengetahui apa yang terjadi - Menyampaikan pendapat lewat telepon - Mendengarkan temannya bicara - Berbicara sopan - Ucapan salam - Alat tehnologi sederhana - Mengendalikan emosi
Materi Pembiasaan : - Bersyukur sebagai ciptaan Tuhan - Mengucapkan salam masuk dalam SOP penyambutan dan penjemputan - Doa sebelum belajar dan mengenal aturan masuk ke dalam SOP pembukaan - Mencuci tangan dan menggosok gigi masuk dalam SOP sebelum dan sesudah
makan. Alat dan bahan : Kotak Pos, kertas, pensil, lem, prangko, lem A. KEGIATAN PEMBUKA
1. Penerapan SOP pembukaan 2. Bernyanyi tentang pak pos 3. Mengenalkan kegiatan dan aturan yang digunakan bermain
B. KEGIATAN INTI
1. peragaan menulis surat, menempel prangko dan meminta pak pos mengirim surat 2. bermain peran makro mengirim surat dan menjadi pak pos
C. RECALLING 1. Merapikan alat-alat yang telah digunakan 2. Diskusi tentang perasaan diri selama melakukan kegiatan bermain 3. Bila ada perilaku yang kurang tepat harus didiskusikan bersama 4. Menceritakan dan menunjukkan hasil karyanya 5. Penguatan pengetahuan yang didapat anak
D. KEGIATAN PENUTUP
1. Menanyakan perasaannya selama hari ini 2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkannya hari ini, mainan apa yang paling disukai 3. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan 4. Menginformasikan kegiatan untuk besok 5. Penerapan SOP penutupan
E. RENCANA PENILAIAN
1. Sikap a. Menghargai hasil karya orang lain b. Menggunakan kata sopan pada saat bertanya
2. Pengetahuan dan ketrampilan a. Dapat menyebutkan guna kantor dan pak pos b. Dapat menulis surat dan menempel prangko c. Dapat menceritakan cara mengirim surat d. Dapat menceritakan tokoh yang diperankan
Mengetahui, Kepala Sekolah Peneliti ……………………………… …………………………
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) KURIKULUM 2013 TK AL-BAROKAH TAHUN AJARAN 2018/2019
Semester / Minggu / Hari ke : II / / 1 Hari, tanggal : Senin, 18 Maret 2019 Kelompok usia : 5 – 6 Tahun Tema / subtema / sub subtema : Alam Semesta Kompetensi Dasar (KD) : 1.2 – 2.2 – 2.5 – 2.7 – 2.14 – 3.2 – 4.2 – 3.9 – 4.9 – 3.12 – 4.12 – 3.13 – 4.13 Siklus : 2 Materi Kegiatan : - Menghargai hasil karya orang lain
- Mengetahui apa yang terjadi - Mendengarkan temannya bicara - Berbicara sopan - Ucapan salam - mengetahui isi alam semesta - Mengendalikan emosi
Materi Pembiasaan : - Bersyukur sebagai ciptaan Tuhan - Mengucapkan salam masuk dalam SOP penyambutan dan penjemputan - Doa sebelum belajar dan mengenal aturan masuk ke dalam SOP pembukaan - Mencuci tangan dan menggosok gigi masuk dalam SOP sebelum dan sesudah
makan. Alat dan bahan : gambar bulan, bintang A. KEGIATAN PEMBUKA
1. Penerapan SOP pembukaan 2. Bernyanyi tentang alam semesta 4. Mengenalkan kegiatan dan aturan yang digunakan bermain
B. KEGIATAN INTI
1. berdiskusi dan Tanya jawab tentang alam semesta 2. mengenal alam sekitar 3. mewarnai gambar alam 4. membiasakan diri mengucap syukur jika melihat alam semesta yang menagjubkan
C. RECALLING 1. Merapikan alat-alat yang telah digunakan 2. Diskusi tentang perasaan diri selama melakukan kegiatan bermain 3. Bila ada perilaku yang kurang tepat harus didiskusikan bersama 4. Menceritakan dan menunjukkan hasil karyanya 5. Penguatan pengetahuan yang didapat anak
D. KEGIATAN PENUTUP
1. Menanyakan perasaannya selama hari ini 2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkannya hari ini, mainan apa yang paling disukai 3. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan 4. Menginformasikan kegiatan untuk besok 6. Penerapan SOP penutupan
E. RENCANA PENILAIAN
3. Sikap a. Menghargai hasil karya orang lain b. Menggunakan kata sopan pada saat bertanya
4. Pengetahuan dan ketrampilan a. Dapat menyebutkan rasa syukur b. Dapat menyebutkan apa saja alam semesta c. Dapat menceritakan tokoh yang diperankan
Mengetahui, Kepala Sekolah Peneliti ……………………………… …………………………
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) KURIKULUM 2013 TK AL-BAROKAH TAHUN AJARAN 2018/2019
Semester / Minggu / Hari ke : II / / 2 Hari, tanggal : Selasa, 19 Maret 2019 Kelompok usia : 5 – 6 Tahun Tema / subtema / sub subtema : Alam Semesta Kompetensi Dasar (KD) : 1.2 – 2.2 – 2.5 – 2.7 – 2.14 – 3.2 – 4.2 – 3.9 – 4.9 – 3.12 – 4.12 – 3.13 – 4.13 Siklus : 2 Materi Kegiatan : - Menghargai hasil karya orang lain
- Mengetahui apa yang terjadi - Mendengarkan temannya bicara - Berbicara sopan - Ucapan salam - mengetahui isi alam semesta - Mengendalikan emosi
Materi Pembiasaan : - Bersyukur sebagai ciptaan Tuhan - Mengucapkan salam masuk dalam SOP penyambutan dan penjemputan - Doa sebelum belajar dan mengenal aturan masuk ke dalam SOP pembukaan - Mencuci tangan dan menggosok gigi masuk dalam SOP sebelum dan sesudah
makan. Alat dan bahan : gunung dari karton, soda, rinso, pewarna makanan, air A. KEGIATAN PEMBUKA
1. Penerapan SOP pembukaan 2. Bernyanyi tentang alam semesta 5. Mengenalkan kegiatan dan aturan yang digunakan bermain
B. KEGIATAN INTI
1. berdiskusi dan Tanya jawab tentang alam semesta 2. bersiskusi tentang gejala alam 3. berdiskusi tentang penyebab gejala alam 4. simulasi erupsi gunung meletus
C. RECALLING 1. Merapikan alat-alat yang telah digunakan 2. Diskusi tentang perasaan diri selama melakukan kegiatan bermain 3. Bila ada perilaku yang kurang tepat harus didiskusikan bersama 4. Menceritakan dan menunjukkan hasil karyanya 5. Penguatan pengetahuan yang didapat anak
D. KEGIATAN PENUTUP
1. Menanyakan perasaannya selama hari ini 2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkannya hari ini, mainan apa yang paling disukai 3. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan 4. Menginformasikan kegiatan untuk besok 7. Penerapan SOP penutupan
E. RENCANA PENILAIAN
5. Sikap a. Menghargai hasil karya orang lain b. Menggunakan kata sopan pada saat bertanya
6. Pengetahuan dan ketrampilan a. Dapat menyebutkan rasa syukur b. Dapat menyebutkan apa saja alam semesta c. Dapat menceritakan tokoh yang diperankan d. dapat mengatahui proses erupsi gunung merapi
Mengetahui, Kepala Sekolah Peneliti ……………………………… …………………………
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN (RPPH) KURIKULUM 2013 TK AL-BAROKAH TAHUN AJARAN 2018/2019
Semester / Minggu / Hari ke : II / / 2 Hari, tanggal : Rabu, 20 Maret 2019 Kelompok usia : 5 – 6 Tahun Tema / subtema / sub subtema : Alam Semesta Kompetensi Dasar (KD) : 1.2 – 2.2 – 2.5 – 2.7 – 2.14 – 3.2 – 4.2 – 3.9 – 4.9 – 3.12 – 4.12 – 3.13 – 4.13 Siklus : 2 Materi Kegiatan : - Menghargai hasil karya orang lain
- Mengetahui apa yang terjadi - Mendengarkan temannya bicara - Berbicara sopan - Ucapan salam - mengetahui isi alam semesta - Mengendalikan emosi
Materi Pembiasaan : - Bersyukur sebagai ciptaan Tuhan - Mengucapkan salam masuk dalam SOP penyambutan dan penjemputan - Doa sebelum belajar dan mengenal aturan masuk ke dalam SOP pembukaan - Mencuci tangan dan menggosok gigi masuk dalam SOP sebelum dan sesudah
makan. Alat dan bahan : jubah relawan, jubbah dokter, alat-alat kedokteran mainan A. KEGIATAN PEMBUKA
1. Penerapan SOP pembukaan 2. Bernyanyi tentang alam semesta 6. Mengenalkan kegiatan dan aturan yang digunakan bermain
B. KEGIATAN INTI
1. berdiskusi dan Tanya jawab tentang alam semesta 2. bersiskusi tentang gejala alam 3. berdiskusi tentang penyebab gejala alam 4. Bermain korban bencana alam
C. RECALLING 1. Merapikan alat-alat yang telah digunakan 2. Diskusi tentang perasaan diri selama melakukan kegiatan bermain 3. Bila ada perilaku yang kurang tepat harus didiskusikan bersama 4. Menceritakan dan menunjukkan hasil karyanya 5. Penguatan pengetahuan yang didapat anak
D. KEGIATAN PENUTUP
1. Menanyakan perasaannya selama hari ini 2. Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkannya hari ini, mainan apa yang paling disukai 3. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan 4. Penerapan SOP penutupan
E. RENCANA PENILAIAN
1. Sikap a. Menghargai hasil karya orang lain b. Menggunakan kata sopan pada saat bertanya
c. Pengetahuan dan ketrampilan a. Dapat menyebutkan rasa syukur b. Dapat menyebutkan apa saja alam semesta c. Dapat menceritakan tokoh yang diperankan d. mampu memerankan karakter yang sesuai dengan tokoh yang didapat
Mengetahui, Kepala Sekolah Peneliti ……………………………… ………………
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Wawancara Pratindakan (Prasiklus)
No Pertanyaan Sebelum Penelitian
1. Apakah ibu pernah mengikuti seminar atau pelatihan
metode bermain peran?
2. Apa yang ibu ketahui tentang metode bermain peran?
3. Bagaimana cara ibu memilih cerita yang akan dimainkan
anak?
4. Bagaimana sikap ibu ketika anak ada yang tidak
mendengarkan instruksi saat bermain peran?
5. Menurut ibu apa manfaat bermain peran bagi anak?
6. Apakah menurut ibu metode bermain peran dapat
meningkatkan kemampuan berbahasa anak?
No Jawaban Pertanyaan Sebelum Penelitian
1. Belum Pernah
2. Iya, bermain peran sama dengan bermain drama yang
skenarionya dibuat oleh guru dan guru memberikan
perintah kepada siswa.
3. Cara memilih ceritanya dengan menyesuaikan dengan
tema, contohnya alat komunikasi kita bisa mengajak anak-
anak untuk bermian pak pos
4. Membuat anak fokus dengan apa yag diperintahkan atau
anak harus berada duduk dekat dengan kita agar kita
mampu mengontrol anak
5. Sebenarnya main peran menurut saya mampu
mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak,
apalagi bahasa dan sosial emosianal. Karena anak secara
langsung melakukan interaksi dan berbagai percakapan.
6. Ya, seperti yang saya jelaskan saat bermain peran anak
pasti akan melalukan berbagai interaksi
Wawancara Setelah tindakan
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
No Pertanyaan Sebelum Penelitian
1. Bagaimana menurut ibu, apakah metode bermain peran makro
sudah berhasil diterapkan dikelas B?
2. Apakah cerita yang peneliti pilih sudah sesuai?
3. Apakah menurut ibu peneliti sudah mampu menangani kesulitan-
kesulitan saat main peran berlangsung?
4. Menurut ibu, setelah melakukan main peran makro apakah
perkembangan bahasa anak kelas B meningkat dari sebelumnya?
5. Apa saja kendala-kendala yang peneliti alami saat proses
penelitin berlangsung?
No Jawaban Pertanyaan Sebelum Penelitian
1. Sudah
2. Sudah, cerita yang dipilih sudah sesuai tema pembelajaran
3. Sudah, namun masih perlu bantuan.
4. Sudah jauh berkembang dari sebelumnya, anak sudah terbiasa
berbicang dengan temanya pada siklus ke II, mengikuti alur
cerita dengan baik dan sudah mempu berimajinasi
mengembangkan alur cerita.
5. Tidak ada kendala yang serius, hanya saja diawal pembelajaran
percobaan penerapan main peran makro sedikit sulit diterapkan
anak main peran makro asing bagi anak, anak belum terbiasa dan
belum memahami bagaimana main peran makro tersebut.
Tabel Kisi-kisi Instrumen penelitian
Variable Descriptor No item
Tingkat
Pencapaian
Bahasa
1. Anak memperhatikan apa yang
disampaikan oleh guru
2. Anak memahami 2 perintah secara
1 & 5
2 & 3
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
bersamaan yang diberikan oleh guru
3. Anak mampu memperlihatkan dan
mengungkapkanya perasaanya dengan
kata sifat
4. Anak mamahami aturan permainan
yang dijelaskan oleh guru
5. Anak mampu mengulang dan mampu
menjawab pertnyaan dengan jawabab
yang jelas dan kongkrit
6. Anak mampu mengembangkan
imajinasinya
7. Anak mampu menceritakan
pengalaman bermainya
8. Anak berani mengungkapkan
gagasanya dengan kalimat sederhana
9. Anak mampu mebgkomunikasikan
kembali apa yang telah ia mainkan,
tohoh apa yang mereka perankan dan
apa yang ia lakukan saat menjadi
tokoh tersebut
10. Anak mampu berkomunikasi saat
proses bermain itu berlangsung
4 & 9
7
6 & 8
10 & 11
12 & 13
15 & 16
17
15
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
KETERANGAN
No Item adalah Simbol dari descriptor lembar observasi sebagai pedoman dalam
penilaian prosrs pembelajaran.
No Item Deskriptor
1 & 5 Anak memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru
2 & 3 Anak memahami 2 perintah secara bersamaan yang diberikan
oleh guru
4 & 9 Anak mampu memperlihatkan dan mengungkapkanya perasaanya
dengan kata sifat
7 Anak mamahami aturan permainan yang dijelaskan oleh guru
6 & 8 Anak mampu mengulang dan mampu menjawab pertnyaan dengan
jawabab yang jelas dan kongkrit
10 & 11 Anak mampu mengembangkan imajinasinya
12 & 13 Anak mampu menceritakan pengalaman bermainya
15 & 16 Anak berani mengungkapkan gagasanya dengan kalimat
sederhana
17 Anak mampu mebgkomunikasikan kembali apa yang telah ia
mainkan, tohoh apa yang mereka perankan dan apa yang ia
lakukan saat menjadi tokoh tersebut
15 Anak mampu berkomunikasi saat proses bermain itu berlangsung
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Skor Jumlah Nilai Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
No Nama Siklus No item Jmlh
1,5 2,3 4,9 7 6,8 10,11 12,13 15,16 17 15
1.
AL
Pra 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 23
I 3 3 3 2 2 3 2 2 2 4 26
II 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 32
2.
AK
Pra 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 23
I 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 26
II 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 28
3.
BP
Pra 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 16
I 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 23
II 3 3 2 3 3 2 2 4 3 4 31
4.
HK
Pra 2 3 2 3 3 3 2 2 3 4 27
I 2 3 3 3 2 3 4 3 3 4 30
II 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 36
5.
ZZ
Pra 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 25
I 3 3 2 3 3 3 3 2 2 4 27
II 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 38
6.
IP
Pra 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 26
I 3 3 2 3 2 3 3 2 2 4 27
II 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 34
7.
AR
Pra 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 22
I 3 3 2 2 2 2 3 4 3 4 28
II 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 31
8.
IS
Pra 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 22
I 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 23
II 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 27
9.
AH
Pra 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 24
I 4 3 3 3 3 2 3 3 3 30
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
II 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 32
10.
NP
Pra 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 22
I 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 25
II 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 31
11.
NA
Pra 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
I 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
II 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
12.
ALS
Pra 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
I 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 16
II 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 29
13.
MO
Pra 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
I 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 24
II 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 32
14.
NN
Pra 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 23
I 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 25
II 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 33
15.
NH
Pra 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 23
I 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 24
II 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 28
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Dokumentasi
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(CURRICULUM VITAE)
Nama : Ismi Winda Yani
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Kuala Tungkal, 28-08-1998
Alamat (Asal/Sekarang) : Puri Masurai 2
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat E-mail : [email protected]
No Kontak : 085896586280
Pengalaman – Pengalaman
Pendidikan Formal
1. SDN Kadirejo 03 Pabelan, Semarang : 2009
2. SMPN 4 Kuala Tungkal, Tanjab Barat : 2012
3. SMAN 2 Kuala Tungkal, Tanjab Barat : 2015
4. UIN STS Jambi, Tahun Tamat : 2019