mengevaluasi perang melawan penjajah kolonial hindia belanda
TRANSCRIPT
Mengevaluasi Perang Melawan Penjajah Kolonial Hindia BelandaPerang Banjar, Aceh Berjihad, Perang Batak
Perang Banjar
Penyebab, Strategi Perang, Medan Perang, Akhir Perang, Akibat Perang
Penyebab
Sebab Umum
▪ Rakyat tidak senang dengan merajalelanya Belanda
▪ Belanda terlalu banyak campur tangan dalam urusan intern kesultanan
▪ Belanda bermaksud menguasai daerah Kalimantan Selatan karena ditemukannya tambang batubara
Sebab Khusus
Pangeran Hidayatullah yang seharusnya menjadi Sultan Banjar tidak disetujui oleh Belanda yang kemudian menganggap Tamjidullah sebagai sultan yang sebenarnya tidak berhak menjadi sultan. Kemudian setelah Belanda mencopot Tamjidullah dari kursi sultan, Belanda membubarkan Kesultanan Banjar
Strategi Perang
Pangeran Hidayatullah dan Pangeran Antasari menggunakan strategi perang gerilya dengan membuat kerajaan baru di
pedalaman dan membangun benteng-benteng pertahanan di hutan-hutan.
Medan Perang
Daerah pertempuran berada di daerah Kalimantan Selatan dan sebagian Kalimantan Tengah. Termasuk di daerah sungai Barito.
Akhir Perang
Setelah Pangeran Hidayatullah tertangkap dan Pangeran Antasari wafat, perjuangan tetap berlanjut yang di pimpin oleh Gusti Mat
Seman, Gusti Acil, Gusti Muhammad Arsyad, dan Antung Durrahman. Oleh pemimpin-pemimpin tersebut, rakyat masih
bergerilya dengan se-sekali melakukan serangan kepada Belanda sampai awal abad ke-20
Akibat Perang
Bidang Politik
▪ Daerah Kalimantan Selatan dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah kolonial Belanda
▪ Dibubarkannya negara Kesultanan Banjar.
Bidang Ekonomi
Dikuasainya tambang batubara dan perkebunan di daerah Kalimantan Selatan.
Aceh Berjihad
Latar Belakang, Periode, Siasat Snouck Hurgronje, Taktik Perang, Surat Tanggapan Tanda Menyerah
Panglima besar angkatan perang Belanda, Jenderal J.H.R. Kohler tewas ditembak oleh penembak jitu Aceh pada tahun 1873
Latar Belakang
▪ Akibat dari Perjanjian Siak 1858, Sultan Ismail menyerahkan wilayah Deli, Langkat, Asahan dan Serdang kepada Belanda. Belanda melanggar perjanjian Siak, maka berakhirlah perjanjian London tahun 1824
▪ Akibat perjanjian Sumatera 1871, Aceh mengadakan hubungan diplomatik dengan Konsul Amerika Serikat, Kerajaan Italia dan Kesultanan Usmaniyah di Singapura. Akibat upaya diplomatik tsb, Belanda menjadikannya sebagai alasan untuk menyerang Aceh
Van Heutsz sedang memperhatikan pasukannya dalam penyerangan ke Batee Iliek.
Periode
▪ Perang Aceh Pertama (1873-1874) dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Mahmud Syah melawan Belanda yang dipimpin Köhler
▪ Perang Aceh Kedua (1874-1880). Pasukan Belanda dipimpin oleh Jenderal Jan van Swieten
▪ Perang ketiga (1881-1896), perang dilanjutkan secara gerilya dan dikobarkan perang fi sabilillah
Perang Samalanga pertama pada tanggal 26 Agustus 1877. Panglima besar Belanda, Mayor Jenderal Karel van der Heijden kembali ke pasukannya setelah mendapatkan perawatan pada matanya yang tertembak
Siasat Snouck Hurgrounje
golongan Keumala (yaitu Sultan yang berkedudukan di Keumala) dengan pengikutnya dikesampingkan dahulu. Tetap menyerang
terus dan menghantam terus kaum ulama. Jangan mau berunding dengan pimpinan-pimpinan gerilya. Mendirikan pangkalan tetap di Aceh Raya. Menunjukkan niat baik Belanda kepada rakyat Aceh, dengan cara mendirikan langgar, masjid, memperbaiki jalan-jalan
irigasi dan membantu pekerjaan sosial rakyat Aceh.
Taktik Perang
▪ Taktik perang gerilya Aceh ditiru oleh Van Heutz, di mana dibentuk pasukan maréchaussée yang dipimpin oleh Hans Christoffel dengan pasukan Colone Macan
▪ Taktik berikutnya yang dilakukan Belanda adalah dengan cara penculikan anggota keluarga gerilyawan Aceh
▪ Taktik selanjutnya, pembersihan dengan cara membunuh rakyat Aceh yang dilakukan di bawah pimpinan Gotfried Coenraad Ernst van Daalen yang menggantikan Van Heutz
▪ Taktik terakhir menangkap Cut Nyak Dhien yang masih melakukan perlawanan secara gerilya, Cut Nyak Dien ditangkap dan diasingkan ke Sumedang
Divisi Marsose pertama pada tahun 1892, Kapten Notten dan Letnan Nolthenius beserta komandan brigade
Surat Perjanjian Tanda Menyerah
Raja (Sultan) mengakui daerahnya sebagai bagian dari daerah Hindia Belanda, Raja berjanji tidak akan
mengadakan hubungan dengan kekuasaan di luar negeri, berjanji akan mematuhi seluruh perintah-perintah yang
ditetapkan Belanda
Perang Batak
Perang Batak (1878-1907), merupakan perang antara Kerajaan Batak melawan Belanda. Perang ini berlangsung selama 29 tahun
Alasan Meletusnya Perang
▪ Raja Sisingamangaraja XII tidak senang daerah kekuasaannya diperkecil oleh Belanda. Kota Natal, Mandailing, Angkola dan Sipirok di Tapanuli Selatan dikuasai oleh Belanda.
▪ Belanda berusaha mewujudkan Pax Netherlandica
▪ Pada tahun 1894, Belanda melancarkan serangan untuk menguasai Bakkara, pusat kedudukan dan pemerintahan Kerajaan Batak
▪ Pada tahun 1907, Pasukan Marsose di bawah pimpinan Kapten Hans Christoffel berhasil menangkap Boru Sagala, istri Sisingamangaraja XII serta dua orang anaknya, sementara itu Sisingamangaraja XII dan para pengikutnya berhasil melarikan diri ke hutan Simsim
▪ Tanggal 17 Juni 1907, Sisingamangaraja XII gugur bersama dengan putrinya Lopian dan dua orang putranya Sutan Nagari dan Patuan Anggi. Gugurnya Sisingamangaraja XII menandai berakhirnya Perang Tapanuli.