182982724 laporan dbt bahan tanam media tanam docx

Upload: tirta-yoga-virgoo

Post on 13-Oct-2015

217 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

n

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUM

    DASAR BUDIDAYA TANAMAN Media Tanam dan Bahan Tanam

    Nama : Fikriyah Nuril Fiddin

    Nim : 125040201111018

    Kelompok : F1

    Asisten : Isa Apri Adi

    Program Studi Agroekoteknologi

    Fakultas Pertanian

    Universitas Brawijaya

    Malang

    2013

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Untuk memulai suatu budidaya tanaman diperlukan adanya bahan tanam dan media

    tanam. Bahan tanam adalah bagian dari tanaman yang digunakan untuk memulai suatu

    budidaya pertanian . Bahan tanam dapat berupa bibit atau benih. Benih adalah biji yang telah

    medapatkan perlakuan dan merupakan hasil dari penggabungan dua gamet. Perbanyakan

    melalui benih biasa disebut dengan perbanyakan generatif. Bahan tanam yang lain adalah

    bibit yang merupakan suatu tanaman muda. Jika ingin mendapatkan hasil produksi yang

    optimal, maka diperlukan pemilihan bibit atau benih yang unggul dan sesuai dengan media

    tanam dan kebutuhan tanman tersebut.

    Hal lain yang harus diperhatikan dalam memulai suatu budidaya tanaman adalah media

    tanam. Media tanam merupakan tempat suatu tamanan ditumbuhkan. Media tanam sangat

    berperan karena fungsinya yang menyediakan nutrisi bagi tanaman, tempat berkembangnya

    perakaran, tempat tersedianya air serta penompang tanaman agar tumbuh tegak. Media tanam

    dapat berupa media tanam organik seperti cocopeat, arang sekam, batang pakis, kompos dll.

    Dapat pula berupa media tanam anorganik, seperti gel/hidrogel, pasir, kerikil, pecahan batu

    bata, spons, dll. Semua dari macam bahan tanan harus disesuaikan dengan kebutuhan tanaman

    yang akan ditanam. Jika ingin mendapatkan hasil produksi yang optimal harus dipilih media

    tanam dan bahan tanamnya yang sesuai dan saling melengkapi, karena media tanam dan

    bahan tanam tidak dapat dipisahkan.

    Untuk itu pembahasan lebih lanjut tentang media tanam dan bahan tanam perlu dibahas

    dalam laporan ini.

    1.2 Tujuan

    Mengetahui pengertian media tanam

    Mengetahui pengertian bahan tanam

    Mengetahui macam-macam media tanam non tanah dan sifatnya

    Mengetahui fungsi media tanam

    Mengetahui pengertian perkecambahan

    Memahami proses pemecahan dormansi secara alami dan kimia

    Mengetahui macam-macam tipe perkecambahan

    Mengetahui pengertian perbanyakan vegetatif dan generatif

    Mengetahui macam-macam perkembangbiakan vegetatif

    Mengetahui kelebihan dan kekurangan perbanyakan vegetatif dan generatif

    Mengetahui faktor yang mempengaruhi keberhasilan perbanyakan vegetatif

    1.3 Manfaat

    Mahasiswa mampu memahami segala sesuatu tentang media tanam dan bahan tanam

    Mahasiswa mampu memahami segala sesuatu tentang perkecambahan

    Mahasiswa mampu memahami segala sesuatu tentang perkembang biakan vegetatif dan generatif

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian Media Tanam

    Media Tanam Adalah tempat untuk hidup/tumbuh bagi tanaman misalnya tanah, arang sekam dll. (Zulkarnain,2009)

    Media tanam merupakan tempat tanaman hidup, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan

    unsur hara. (Redaksi Ps, 2007)

    2.2 Pengertian Bahan Tanam

    Bahan Tanam Adalah bahan yang digunakan untuk memulai kehidupan baru dari suatu tanaan tertentu, bahan tanam dapat berupa benih, bibit dan biji.

    (Danoesastro,1984)

    Bahan tanam adalah dari pohon yang digunakan untuk memperbanyak tanaman, baik untuk perbanyakan vegetatif maupun perbanyakan generatif. Bahan tanam harus

    berasal dari pohon induk yang sehat dan telah diketahui silsilahnya, mudah

    dikembangkan produktivitas tinggi, berbatang kekar tumbuh normal serta memiliki

    perakaean kuat dan rimbum. (Redaksi Agromedia, 2010)

    2.3 Macam-macam Media Non-Tanah dan Sifatnya

    1. Media Tanam Organik

    Arang Arang bisa berasal dari kayu atau batok kelapa. Media tanam ini sangat

    cocok digunakan untuk tanaman anggrek di daerah dengan kelembapan

    tinggi. Hal itu dikarenakan arang kurang mampu mengikat air dalam

    jumlah banyak. Keunikan dari media jenis arang adalah sifatnya yang

    bufer (penyangga).

    Kompos Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal

    dari proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam,

    daun, rumput, dan sampah kota.

    Moss Moss yang dijadikan sebagai media tanam berasal dari akar paku-pakuan.

    Media ini mempunyai banyak rongga sehingga memungkinkan akar

    tanaman tumbuh dan berkembang dengan leluasa.

    Cocopeat Sabut kelapa atau coco peat merupakan bahan organik alternatif yang

    dapat digunakan sebagai media tanam.

    Sekam Padi Sekam padi adalah kulit biji padi (Oryza sativa) yang sudah digiling.

    Sekam padi yang biasa digunakan bisa berupa sekam bakar atau sekam

    mentah (tidak dibakar). Sekam bakar dan sekam mentah memiliki tingkat

    porositas yang sama.

    2. Media Tanam Anorganik

    Gel Gel atau hidrogel adalah kristal-kristal polimer yang sering digunakan

    sebagai media tanam bagi tanaman hidroponik. Penggunaan media jenis

    ini sangat praktis dan efisien karena tidak perlu repot-repot untuk

  • mengganti dengan yang baru, menyiram, atau memupuk. Keunggulan

    lain dari gel yaitu tetap cantik meskipun bersanding dengan media lain.

    Pasir Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk

    menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan

    sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih,

    pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman.

    Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit

    tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media

    lain. Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam

    penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media

    tanam.

    Kerikil Penggunaan media ini akan membantu peredaran larutan unsur hara dan

    udara serta pada prinsipnya tidak menekan pertumbuhan akar. Kelebihan

    kerikil sintesis dibandingkan dengan kerikil biasa adalah kemampuannya

    yang cukup baik dalam menyerap air. Selain itu, sistem drainase yang

    dihasilkan juga baik sehingga tetap dapat mempertahankan kelembaban

    dan sirkulasi udara dalam media tanam. Namun, kerikil memiliki

    kemampuan mengikat air yang relatif rendah sehingga mudah basah dan

    cepat kering jika penyiraman tidak dilakukan secara rutin.

    Pecahan Batubata Semakin kecil ukurannya, kemampuan daya serap batu bata terhadap air

    maupun unsur hara akan semakin balk. Selain itu, ukuran yang semakin

    keeil juga akan membuat sirkulasi udara dan kelembapan di sekitar akar

    tanaman berlangsung lebih baik.Hal yang perlu diperhatikan dalam

    penggunaan media tanam ini adalah kondisinya yang miskin hara. Oleh

    karena itu, penggunaan media ini perlu ditambahkan dengan pupuk

    kandang yang komposisi haranya disesuaikan dengan kebutuhan

    tanaman.Walaupun miskin unsur hara, media pecahan batu bata tidak

    mudah melapuk. Dengan demikian, pecahan batu bata cocok digunakan

    sebagai media tanam di dasar pot karena memiliki kemampuan drainase

    dan aerasi yang baik.

    Gabus(Styrofoam) Styrofoam merupakan bahan anorganik yang terbuat dari kopolimer

    styren yang dapat dijadikan sebagai alternatif media tanam. Styrofoam

    sering digunakan sebagai campuran media tanam untuk meningkatkan

    porositas media tanam.

    ( Ngadiyanto,2010)

  • (Anonymous, 2013)

    2.4 Fungsi Media Tanam

    Tempat berdiri tegak tanaman

    Cukup kuat memegang tanaman agar tetap tegak (media cukup berat atau diperlukan

    penyangga) Ada keseimbangan ukuran tanaman dan BD (Bulk Density = Kerapan

    Massa) media.

    Suplai Nutrisi/Hara Total suplai dibatasi oleh ukuran wadah.Oleh karena itu media seharusnya memeliki

    CEC yg tinggi.pH dalam keadaan optimum.

    Tempat Suplai Air Porositas yg baik akan menyediakan air dan oksigen yg cukup bagi pertumbuhan

    tanaman.Aerasi yg baik akan memperlancar respirasi dan menjamin pergerakan CO2 untuk dapat keluar dari media.

    (Bambang . 2010)

    2.5 Pengertian Perkecambahan dan Proses Pemecahan Dormansi secara Alami dan Kimia

    Perkecambahan (Ing. germination) merupakan tahap awal perkembangan suatu

    tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang

    semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang

    menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal

    sebagai kecambah.

    ( Li et al,2007).

    Proses Pemecahan Dormansi

    Benih merupakan komponen teknologi kimiawi-biologis pada setiap musim tanam

    untuk komoditas tanaman pangan. Benih dari segi teknologi diartikan sebagai

    organisme mini hidup yang dalam keadaan istirahat atau dorman yang tersimpan dalam wahana tertentu yang digunakan sebagai penerus generasi.

    Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup

    atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung

    pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan

    fisik atau lingkungan tertentu.

    Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi.

    Selain itu, dormansi dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis dari benih

    dalam mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan lingkungannya,

    baik musim maupun variasi-variasi yang kebetulan terjadi. Bila suatu benih berada

    GEL KERIKIL

  • dalam suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan

    mendukung untuk terjadinya perkecambahan, itu juga berarti benih dalam keadaan

    dorman.

    Sebagian besar benih menunjukkan perilaku ini. Penanaman benih secara normal

    tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya sedikit perkecambahan. Perlakuan

    tertentu perlu dilakukan untuk mematahkan dormansi sehingga benih menjadi tanggap

    terhadap kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan. Bagian tumbuhan yang lainnya

    yang juga diketahui berperilaku dorman adalah kuncup.

    Ciri-ciri benih yang mengalami dormansi ditandai oleh rendahnya/tidak adanya

    proses imbibisi air, proses respirasi tertekan/terhambat, rendahnya proses mobilisasi

    cadangan makanan, dam rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.

    Dormansi biji terbagi menjadi dua yaitu dormansi fisik dan fisiologis. Dormansi fisik

    disebabkan oleh impermeabilitas kulit biji terhadap air, resistensi mekanis kulit biji

    terhadap pertumbuhan embrio dan adanya zat penghambat. Sedangkan dormansi

    fisiologi merupakan keadaan dimana embrio yang belum sempurna pertumbuhannya

    atau belum matang. Maka dari itu, untuk mematahkan dormansi benih dapat dilakukan

    beberapa teknik untuk pematahan yaitu dengan menggunakan air panas, perlakuan

    mekanis (skarifikasi) maupun perlakuan kimia.

    (Sri Lestari, 2009).

    2.6 Macam- macam Tipe Perkecambahan 2.6.1. Perkecambahan Hipogeal

    Perkecambahan Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil sehingga

    menyebabkan plumula keluar dan menembus pada bijinya yang nantinya akan

    muncul di atas tanah, sedangkan kotiledonnya masih tetap berada di dalam tanah.

    2.6.2. Perkecambahan Epigeal

    Perkecambahan Epigeal adalah pertumbuhan memanjang yang mengakibatkan

    kotiledon dan plumula sampai keluar ke permukaan tanah, sehingga kotiledon

    terdapat di atas tanah.

    (Lestari. 2009)

  • 2.7 Penjelasan Perbanyakan Vegetatif dan Generatif

    Perbanyakan vegetatif dimana mengambil bahan tanam dari organ tubuh

    tanaman induk yang merupakan hasil pertumbuhan tanaman (bagian generatif) dan

    sifat dari keturunannya pasti sama dengan induknya. (Deden.2008)

    Perbanyakan generatif, mengacu pada suatu pengertian perkawinan antara 2

    tanaman induk yang terpilih melalui organ bunga pada salah satu induk, kemudian

    terjadi penyerbukan dan menjadi buah dengan kandungan biji di dalamnya.

    ( Tim Dosen, 2013)

    2.8 Macam- macam Perkembangbiakan Vegetatif 2.8.1 Perbanyakan vegetative alami

    Stolon Batang yang menebal dan tumbuh secara horizontal sepanjang atau tumbuh di

    bawah permukaan tanah dan pada intervaltertentu memunculkan tunas ke

    permukaan tanah.

    Corm Pangkal batang yang membengkok dan memadat serta mengandung cadangan

    makanan. Pada dasarnya cormus terdapat lubang tempat tumbuhnya akar

    sedangkan di bagian atas (ujung) terdapat mata tunas.

    Bulb (Umbi lapis) Bahan tanaman yang terdiri dari suatu batang dan pipih yang pendek berbentuk

    cawan dikelilingi sisik yang merupakan struktur seperti daun berdaging, sisik ini

    menutupi tunas (titik tumbuh).

    Tuber (Umbi batang) Batang yang mempunyai daging tebal yang terdapat di dalam tanah yang

    mengandungbeberapa mata tunas.

    Rhizome Akar rimpang yang memiliki mata tunas baru dan tiap mata tunas akan

    membengkok sebagai cadangan energy.

    Anakan Hasil pembiakan vegetative induk yang berkembang sendiri yang tumbuh di dekat

    tanaman induk. (puspitta,2011)

    2.8.2 Perbanyakan vegetative buatan 1. Tanpa perbaikan sifat

    Setek (cutting) Setek diartikan sebagai suatu perlakuan pemisahan/pemotongan beberapa

    bagian tanaman, seperti daun, tunas,batang, agar bagian-bagian tanaman

    tersebut membentuk ajar atau tanaman baru.

    Cangkok Cangkok adalah suatu cara perbanyakan vegetative tanaman dengan

    membiarkan suatu bagian tanaman menumbuhkan akar sewaktu bagian

    tersebut masih tersambung dengan tanaman induk. Suatu bagian batang

    (biasanya ujung) dikerat kulitnya hingga terlihat kayu. Bagian yang terbuka

    ini lalu dibungkus dengan bahan yang dapat menyimpan air dan kemudian

    dibebat dengan bahan kedap air. Setelah beberapa minggu kar telah terbentuk

    dan anakan dipisah dari pohon induk.

  • 2. Dengan perbaikan sifat

    Okulasi Okulasi adalah menempelkan mata tunas tanaman lain kepada batang muda

    dan dari varietas yang sama, atau antara varietas dalam spesies.

    Macam okulasi, yaitu : Okulasi bentuk batang, kotak, atau persegi, okulasi

    bentuk T, kulasi bentuk miring.

    Grafting (sambung tunas) Seni menyambung dua jaringan tanaman hidup sedemikian rupa sehingga

    keduanya bergabung dan tumbuh serta berkembang sebagai salah stu tanaman

    gabungan.

    Macam grafting, yaitu : side graft, cleft graft, wdge, notch or saw-kerf graft,

    bark graft, approach graft, dan top working.

    (Dosen pemuliaan tanaman,2012)

    2.9 Keuntungan Perbanyakan Vegetatif dan Generatif

    Cara pebanyakan tanaman buah dapat di golongkan menjadi dua bagian yaitu

    perbanyakan generatif dan perbanyakan vegetatif.

    Perbanyakan generatif (biji) Keuntungan :

    -. Sistem perakaran lebih kuat

    -. lebih mudah di perbanyak

    -. jangka waktu berbuah lebih panjang

    Kelemahan :

    -. waktu untuk mulai berbuah lebih lama

    -. sifat turunan tidak sama dengan induk

    -. ada banyak jenis tanaman produksi benihnya sedikit atau benihnya sulit untuk

    berkecambah

    Perbanyakan Vegetatif Keuntungan :

    -. lebih cepat berbuah

    -. sifat turunan sesuai dengan induk

    -. dapat digabung sifat-sifat yang diinginkan

    Kelemahan :

    -. perakaran kurang baik

    -. lebih sulit di kerjakan karena membutuhkan keahlian tertentu

    -. jangka waktu berubah menjadi pendek ( Tughino,2012)

    2.10 Faktor yang Mempengaruhi Perbanyakan Vegetatif

    a) Faktor Ekstern:

    1. Faktor Suhu / Temperatur Lingkungan

    Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang,

    reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman.Suhu yang baik bagi

    tumbuhan adalah antara 22 derajat celcius - 37 derajat celcius. Temperatur yang

    lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan

    yang lambat atau berhenti.

  • 2. Faktor Kelembaban / Kelembapan Udara

    Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan

    tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana tumbuhan

    dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan

    berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat.

    3. Faktor Cahaya Matahari

    Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis

    (khususnya tumbuhan hijau).Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka

    tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-kuningan

    (etiolasi).Pada kecambah, justru sinar mentari dapat menghambat proses

    pertumbuhan.

    4.jamur dan bakteri (biasanya sangat peka terhadap keadaan yang lembab, bahan

    tanam yang terlukai sangat rawan terhadap serangan jamur dan bakteri sehingga

    menyebabkan kebusukan)

    b) Faktor Intern :

    1. Faktor Hormon

    Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses

    perkembangan dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu

    perpanjangan sel, hormon giberelin untukpemanjangan dan pembelahan sel,

    hormon sitokinin untuk menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk

    mempercepat buah menjadi matang. ( Vega,2011)

  • BAB III

    METODOLOGI

    3.1 Alat, Bahan dan Fungsi

    1. Polibag : sebagai tempat media tanam 2. Cangkul : untuk menggali tanah 3. Sekop : sebagai alat bentu mengisi polibag dengan media tanam 4. Kamera : untuk mendokumentasikan objek pengamatan 5. Penggaris : mengukur tinggi tanaman 6. Alat tulis : mencatat hasil pengamatan 7. Timbangan : mengukur kapasitas aie lapang 8. Pisau : memotong dan melukai bahan tanam 9. Modul DBT : sebagia acuan praktikum 10. Benih jagung : sebagai bahan tanam 11. Bibit gladiol : sebagai bahan tanam 12. Benih kedelai : sebagai bahan tanam 13. Benih kacang panjang : sebagai bahan tanam 14. Daun cocor bebek : sebagai bahan tanam 15. Batang tebu : sebagai bahan tanam 16. Tanah : sebagai media tanam 17. Pupuk kandang : sebagai media tanam 18. Kompos : sebagai media tanam 19. Cocopeat : sebagai media tanam 20. Grajen : sebagai media tanam 21. Arang sekam : sebagai media tanam 22. Pacahan batubata : sebagai media tanam 23. Kerikil : sebagai media tanam 24. Air : untuk menyiram tanaman. 25. Pasir : Sebagai Media tanam

  • 3.2 Cara Kerja

    siapkan alat dan bahan

    isi polibag dengan media tanam hingga 2/3 bagian polibag

    tiap 1 jenis media tanam diisikan ke polibag sebanyak 6 polibag

    ukur kapasitas air lapang

    tanam bibit kedalam media tanam sedalam 2cm, untuk biji-bijian (jagung,kedelai,kacang panjang) tiap luabang diisi 2 bibit.

    siram dengan air

    amati pertumbuhan biji setiap minggunya selama 1 bulan. Dan siram tanamn seminggu 2x selama 1 bulan.

    dokumentasikan objek pengamatan

    catat hasil pengamatan (tinggi dan jumlah daun)

    Laporan

  • BAB IV

    HASIL dan PEMBAHASAN

    4.1 Tabel Data Hasil Pengamatan

    Minggu pertama 14-03-2013

    Media

    Tanam

    Kedelai Jagung Kacang

    Panjang Tebu

    Cocor

    Bebek Gladiol

    A

    (cm) B

    A

    (cm) B

    A

    (cm) B

    A

    (cm) B

    A

    (cm) B

    A

    (cm) B

    P. Kandang+

    Tanah (1:1) 4,8 - 10 - 4,7 - 6,7 - - - - -

    Sekam 4,5 - 8,2 - 5 - - - - - - -

    Pasir 4,2 - 2,8 - 5 - 2,8 - - - - -

    Cocopeat 5,4 - 6,6 - - 2,5 - - - - -

    Kompos +

    tanah (1:1) 5,6 - 9,1 - 8,5 - 1 - - - - -

    Grajen 5,1 - 8,2 - 6,5 - 5 - - - - -

    Batu Bata 8,3 - 7 - 7,5 - - - - - - -

    Tanah +

    Pasir (1:1) 5,5 - 10,8 - 10 - 6,5 - - - - -

    Tanah 3,8 - 8,4 - 8 - 0,5 - - - - -

    Krikil - - - - - - - - - - - -

    Minggu kedua 21-03-2013

    Media

    Tanam

    Kedelai Jagung Kacang

    Panjang Tebu

    Cocor

    Bebek Gladiol

    A B A B A B A B A B A B

    P. Kandang+

    Tanah (1:1) 14 3 36 2 15 2 32 2 - - - -

    Sekam 7 - 10 - 7 1 - - - - - -

    Pasir 14 - 29 2 15 1 26 2 - - - -

    Cocopeat 11 1 18 - - - 17 - - - - -

    Kompos +

    tanah (1:1) 9 - 31 1 21 2 16 3 - - - -

    Grajen 9 1 20 1 12 2 33 - - - - -

    Batu Bata 9 2 18 2 12 1 - - - - - -

    Tanah +

    Pasir (1:1) 12 - 23 1 20 3 30 2 - - - -

    Tanah 7 - 28 - 15 - 29 - - - - -

    Krikil - - 11 - - - - - - - - -

  • Minggu ketiga 28-03-2013

    Media Tanam Kedelai Jagung

    Kacang

    Panjang Tebu

    Cocor

    Bebek Gladiol

    A B A B A B A B A B A B

    P. Kandang+

    Tanah (1:1) 14 16 44 7 17 8 38 3 - - - -

    Sekam 7 2 15 2 10 5 - - - - - -

    Pasir 11 2 25 3 18 5 45 4 - - - -

    Cocopeat 9,5 - 19 8 - - 28 2 0,5 - - -

    Kompos +

    tanah (1:1) 16 7 48 4 25 9 45 4 - - - -

    Grajen 10 9 22 7 15 5 39 3 - - - -

    Batu Bata 12 10 21 7 14 5

    1,2 - - -

    Tanah + Pasir

    (1:1) 20 5 31 5 21 7 46 2 - - - -

    Tanah 13 6 33 4 20 - 37 3 - - -

    Krikil - - 11,5 - - - - - - - - -

    Minggu keempat 04-04-2013

    Media Tanam Kedelai Jagung

    Kacang

    Panjang Tebu Cocor Bebek Gladiol

    A B A B A B A B A B A B

    P. Kandang+

    Tanah (1:1) 27 24 50 7 33 11 59 4 - -

    - -

    Sekam 14 9 19 3 14 6 - - - -

    Pasir 20 11 30 32 11 50 5 - - - -

    Cocopeat 10 2 27 4 34 3 1 - - -

    Kompos +

    tanah (1:1) 22 4 52 7 48 12 51 5 - -

    - -

    Grajen 19 13 28 4 22 8 45 4 0,8 - - -

    Batu Bata 20 16 36 6 20 8 0 0 1,5 - - -

    Tanah + Pasir

    (1:1) 23 8 38 7 25 9 52 3 0,5 -

    - -

    Tanah 20 11 37 6 30 11 40 4 0,3 - - -

    Krikil 14 4 - - - -

    A = Tinggi Tanaman (cm)

    B = Jumlah Daun

    Gladiol tidal mengalami pertumbuahan hingga minggu 4

  • Kapasitas Air Lapang Pada Setiap Media Tanam

    Media Tanam Berat Kering

    (Kg) Berat Basah

    (Kg) Kapasitas Air Lapang

    (Kg)

    P. Kandang+ Tanah

    (1:1) 3,2 3,9 0,7

    Sekam 0,7 1,5 0,8

    Pasir 5,3 6,2 0,9

    Cocopeat 1,1 2,5 1,4

    Kompos + tanah (1:1) 3,3 3,9 0,6

    Grajen 1,5 2,8 1,3

    Batu Bata 4,5 5,8 1,3

    Tanah + Pasir (1:1) 4,5 4,7 0,2

    Tanah 3,1 3,2 0,1

    Krikil 4,7 5,5 0,8

    4.2 Grafik Parameter Pengamatan

    4.2.1 Jumlah Daun

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    Kacang Panjang

    Kacang Panjang Minggu 1

    Kacang Panjang Minggu 2

    Kacang Panjang Minggu 3

    Kacang Panjang Minggu 4

  • 0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    Kedelai

    Kedelai Minggu 1

    Kedelai Minggu 2

    Kedelai Minggu 3

    Kedelai Minggu 4

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    Tebu

    Tebu Minggu 1

    Tebu Minggu 2

    Tebu Minggu 3

    Tebu Minggu 4

  • 4.2.2 Tinggi Tanaman

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    Jagung

    Jagung Minggu 1

    Jagung Minggu 2

    Jagung Minggu 3

    Jangung Minggu 4

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    Kacang Panjang

    Kacang Panjang Minggu 1

    Kacang Panjang Minggu 2

    Kacang Panjang Minggu 3

    Kacang Panjang Minggu 4

  • 0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    Kedelai

    Kedelai Minggu 1

    Kedelai Minggu 2

    Kedelai Minggu 3

    Kedelai Minggu 4

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    Tebu

    Tebu Minggu 1

    Tebu Minggu 2

    Tebu Minggu 3

    Tebu Minggu 4

  • 0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    Jagung

    Jagung Minggu 1

    Jagung Minggu 2

    Jagung Minggu 3

    Jagung Minggu 4

    0

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    1.2

    1.4

    1.6

    Cocor Bebek

    Cocor Bebek Minggu 1

    Cocor Bebek Minggu 2

    Cocor Bebek Minggu 3

    Cocor Bebek Minggu 4

  • 4.3 Pembahasan

    4.3.1 Tipe Perkecambahan

    Tipe perkecambahan pada tanaman kedelai adalah epigeal. Hal tersebut ditandai

    dengan muculnya kotiledon ke permukaan tanah karena adanya pertumbuhan

    memanjang. Sedangkan pada kacang panjang tipe perkecambahannya adalah hipogeal.

    Hal tersebut ditandai dengan adanya pertumbuhan memanjang pada epikotil biji yang

    menyababkan plumula menumbus bijinya dan keluar ke permukaan tanah, namun

    kotiledonya akan tetap dibawah tanah. Tanaman jagung juga memiliki tipe

    perkecambahan yang sama dengan tanaman kacang panjang yaitu percekambahan

    hipogeal.

    Tanaman tebu, cocor bebek dan gladiol merupakan perbanyakan tanaman

    mengunakan bibit yang biasa disebut perbanyakan vegatatif. Tebu bagian tanaman yang

    digunakan untuk bibit adalah batangnya, sehingga disebut stek batang. Sedangkan pada

    tanaman cocor bebek bagian tanaman yang digunakan sebagai bibit adalah daunnya,

    sehingga disebut stek daun. Sedangkan pada gladiol bagian tanaman yang digunakan

    adalah subangnya

    4.3.2 Pengaruh Berbagai Media pada Keberhasilan Bahan Tanam

    a) Kedelai Pada tanaman kedelai, setalah dilakukan pengamatan selam 4 minggu, hasilnya

    adalah kedelai dapat tumbuh pada semua media tanam kecuali kerikil. Karena kedelai

    dapat tumbuh pada keadaan media tanam yang tidak terlalu basah dan berdainase baik

    namun tetap tersedia air, sedangkan kerikil mempunyai drainase yang baik namun

    tidak dapat mengikat air dengan baik. Hal tesebut didukung oleh Waristek (2013) yang

    menyatakan bahwa pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak

    terlalu basah, tetapi air tetap tersedia.

    Dalam masa pertumbuhan keldelai diperlukan adanya unsur hara dan air yang

    cukup namun tidak terlalu basah media tanamnya. Kedelai dapat tumbuh pada 9 media

    tanam, yaitu tanah pasir, pasir, kompos, arang sekam, cocopeat, tanah, pupuk kandang

    dan grajen. Karena media tanam tersebut dapat menyediakan unsur hara dan air.

    Namun pada sekam pertumbuhnya kurang maksimal, karena tidak mampu mengikat

    air dengan baik dan kandungan unsur haranya sedikit. Hal tersebut didukung oleh Tim

    dosen (2013) dalam modul DBT yang menyatakan bahwa media arang sekam

    cencerung miskin unsur hara dan tidak mudah mengikat air. Pada media tanam pasir

    yang notabenya cepat kering karena mempunyai pori makro, kedelai dapat tumbuh,

    karena kebutuhan unsur hara dan air yang cukup. Tanah berpasir dapat ditanami

    kedelai, asal air dan hara tanaman untuk pertumbuhannya cukup (Waristek, 2013).

    b) Jagung Dari hasil pengamatan selama 4 minggu, tanaman jagung dapat tumbuh pada

    semua media tanam. Karena jagung hanya membutuhkan unsur hara dan air yang

    cukup untuk tumbuh dan tidak membutuhkan syarat khusus untuk tanah. Menurut

    AAK (1993) jagung tidak membutuhkan persyaratan tanah yang khusus, hampir

    berbagai macam tanah dapat diusahakan untuk pertanaman jagung.

    Dari data dan grafik , diketahui bahwa jagung tumbuh dengan baik pada media

    tanam kompos dan kandang. Karena media tanam kompos banyak terdapat kandungan

    bahan organik yang dibutuhkan oleh jagung. Pada pupuk kandang juga mengandung

    bayak unsur hara makro seperti N, P dan K yang sangat penting bagi pertumbuhan

    tanaman jagung (Tim Dosen, 2013).

  • c) Kacang panjang Dari hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa kacang panjang pada media

    cocopeat dan kerikil tidak dapat tumbuh. Hal tersebut terjadi karena pada media tanam

    kerikil kemampuan untuk mengikat airnya rendah, sehingga kacang tanah akan

    kekurangan air. Pada media tanam cocopeat kacang panjang tidak tumbuh karena

    cocopeat mengandung tannin yang menghambat proses fisiologi tanaman kacang

    panjang (Tim Dosen, 2013)

    Tanaman kacang panjang berhasil tumbuh pada media tanam pupuk kandang,

    kompos, sekam, pasir, garjen, batu bata, tanah pasir dan tanah. Media tanam tersebut

    cocok untuk tanaman kacang panjang karena dapat memenuhi kebutuahan hara dan

    air. Menurut Rukmana (1995) hampir semua jenis tanah dan media tanam dapat

    digunakan untuk budidaya pertanian kacang panjang, tetapi harus subur, gembur, serta

    memiliki drainase dan aerasi yang baik.

    d) Tebu Dari hasil praktikum, dapat diketahui bahwa tebu yang diamati selama 4 minggu

    dapat tumbuh pada media tanam pupuk kandang, kompos, cocopeat, grajen, tanah,

    tanah pasir dan pasir. Pada media tanam pasir, tebu dapat tumbuh karena pasir ccock

    untuk media perakaran stek batang tanaman (Tim Dosen, 2013). Selain itu, pasir

    memiliki struktur tanah yang gembur, sehingga mempunyai aerasi yang baik dan

    smedia perakarab yang baik. Menurut Syakir (2010) struktur tanah yang baik untuk

    pertanaman tebu adalah tanah yang gembur sehingga aerasi udara dan perakaran

    berkembang sempurna.

    Pada media tanam pupuk kandang dan kompos, tebu dapat tumbuh dengan baik

    karena keduannya mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman tersebut.

    Pupuk kandang mengandung unsur hara makro, seperti N, P dan K, sedangkan

    kompos mengandung bahan organik yang dapat memperbaiki sifat tanah (Tim Dosen,

    2013). Pada media tanam batu bata dan kerikil, tebu tidak dapat tumbuh. Hal tersebut

    terjadi karena batu bata dan kerikil miskin unsur hara, walaupun aerasi dan

    draenasenya baik. Karena pada masa pertumbuhan vegatatif, tebu banyak

    membutuhkan unsur hara dan air.

    e) Cocor bebek Dari hasil pengamatan selama 4 minggu, cocor bebek tumbuh saat sudah minggu

    ke-3 HST. Pada saat setelah penanaman, cocor bebek mendapatkan air yang

    jumlahnya terlalu banyak, karena selama 2 minggu berturut-turut setelah menanaman

    terjadi hujan. Menurut Yunara (2013) cocor bebek merupakan tumbuhan berair yang

    tidak suka banyak air atau kering.

    Cocor bebek berhasil tumbuh pada media tanam cocopeat, grajen, batu bata, tanah

    pasir dan tanah. Karena media tanam tersebut dapat menyediakan unsur hara dan air

    yang cukup untuk pertumbuhan cocor bebek.

    f) Gladiol Pada pengamatan selam 4 minggu, tidak ada tanaman gladiol yang dapat tumbuh

    pada berbagai jenis media tanam. Seharusnya tanaman tersebut pasti masih bisa hidup

    pada media tanam tanah, namul hal tersebut tidak terjadi. Gladiol menyukai media

    taman yang bayak mengadung bahan organik, memiliki daya adaptasi yang tinggi

    terhadap berbagi kondisi tanah, dari tanah berpasir hingga tanah berlempung (Redaksi

    Agromedia, 2010)

    Faktor yang menyebabkan gladiol yang tidak tumbuh adalah masa dormansi.

    suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau bagiannya sebagai

    tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Gladiol

    memiliki masa dormansi yang panjang. Pada saat penamanan mungkin bibit gladiol

    tersebut masih dalam masa dormansi, sehingga belum ada yang tumbuh

  • BAB V

    PENUTUP 5.1 Kesimpulan

    Media tanam adalah suatu tempat untuk membudidayakan tanaman dan tempat

    tanaman hidup. Media tanam terdiri dari media tanam organik dan anorganik. Media tanam

    organik adalah media tanam yang berasal dari sisa makhluk hidup, seperti kompos, sekam

    padi, arang, cocopeat dll. Sedangkan media tanam anorganik adalah media tanam yang

    berasal dari pelapukan batuan, seperti krikil, batu bata, steroform, dll. Media tanam yang baik

    adalah media tanam yang dapat menyediakan kebutuhan tanaman seperti unsur hara dan air

    yang cukup. Karena untuk tumbuh, tanaman membutuhkan unsur hara dan air yang sesuai.

    Bahan tanam adalah bagian dari tumbuhan yang digunakan untuk memulai suatu

    budidaya tanaman. Bahan tanam terdiri atas benih dan bibit. Benih adalah bahan tanam yang

    berasal dari biji, sedangkan bibit berasal dari organ vegetatif suatu tanaman. Tipe

    perkecambahan biji antara lain adalah hypogeal dan epigeal. Perabyakan vegatatif dapat

    berupa grafting, stolon, okulasi, stek batang, stek daun dll. Bahan tanam yang baik adalah

    bahan tanam yang berpotensi untuk berproduksi tinggi dan tahan terhadap hama.

    Dari hasi praktikum, tanaman jagung tumbuh pada semua media tanam. Pada tanaman

    kedelai, tumbuh pada media tanam selain kerikil. Sedangkan pada tanaman tebu tidak tumbuh

    pada media tanam sekam dan kerikil. Pada tanaman kacang panjang tidak tumbuh pada media

    tanam cocopeat dan krikil. Sedangkan pada tanaman cocor bebek yang tumbuh hanya pada

    media tanam cocopeat, grajen, batu bata, tanah pasir dan tanah. Untuk tanaman galdiol tidak

    tumbuh pada semua media tanam.

  • Daftar Pustaka

    AAK. 1993. Jagung. Yogyakarta: Kanisius

    Anonymous. 2012. Media Tanam( Online ) http://hidrogeal.bisnisant.web.id/. Diakses 12

    April 2013

    Bambang, Santoso. 2010. Menejemen Pembibitan dan Produksi Hortikultura.pdf

    Danoesastro, Harjono. 1984. Bercocok Tanam Umum. Yogyakarta: Andi Offset

    http://kangtoo.wordpress.com/macam-macam-media-tanam/ . Diakses 12 April 2013

    Dosen Pemuliaan Tanaman.2012. Modul 7 Perbanyakan Vegetatif (Online )

    labpemuliaantanaman.staff.ub.ac.id/files/2012/04/modul7-perbanyakan-vegetatif.pdf.

    Diakses 12 April 2013

    Lestari, Sri Endang & Indun kistinah. 2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya.

    Jakarta: Esis

    Li et al. 2007. Repression of AUXIN RESPONSE FACTOR10 by microRNA 160 is critical

    for seed germination and post-germination stages. The Plant Journal 52:133-146.

    Ngadiyanto. 2010. Macam-macam Media Tanam | Tugas Sekolah ( Online ) http://kangtoo.

    wordpress .com/macam-macam-media-tanam/. Diakses 12 April 2013

    Puspitta.2011. Perbanyakan Vegatatif (Online) blog.ub.ac.id /puspitta/2011/03/12

    /perbanyakan-vegetatif/. Diakses 12 April 2013

    Redaksi Agromedia. 2010a. Kunci Sukses Memperbanyak Tanaman. Jakarta Selatan:

    Agromedia

    Redaksi Agromedia. 2010b. Tips Merawat Tanaman Hias. Jakarta Selatan: Agromedia

    Redaksi Ps. 2007. Media Tanam Untuk Tanaman Hias. Bogor: Penebar Swadaya

    Rukmana, Rahmat. 1995. Kacang Panjang. Yogyakarat: Kanisius

    Syakir, M. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Tebu. Jakarta: ESKA Media

    Tim Dosen. 2013. Modul Praktikum Dasar Budidaya Tanaman. Malang: FP-UB

    Tugino.2012. Perkembangbiakan Tumbuhan Secara Vegetatif ~ Media Belajar (Online)

    http://mastugino.blogspot.com/2012/07/perkembangbiakan-vegetatif.html. Diakses 12

    April 2013

    Vega. 2011. Perbanyakan Vegetatif | veganojustice (Online) http://veganojustice.

    wordpress. com /2011/07/18/perbanyakan-vegetatif/. Diakses 12 April 2013

    Waristek. 2013. Budidaya Petanian Kedelai (online). http://www.warintek.ristek.go.id /

    pertanian/kedelai.pdf. Diakses 17 April 2013

    Yunara, Nelli. 2013. Cocor Bebek (online) http://nellilinggayunara. blogspot.com/ 2008/07/

    cocor-bebek.html. Diakses 17 April 2013

    Zulkarnain, Dr.H. 2009. Dasar-Dasar Hortikultura. Jakarta: Bumi Aksara