lumpur pemboran jilid i
TRANSCRIPT
LUMPUR PEMBORAN
Jilid - I
DISUSUN OLEH
IR. KASWIR BADU
CEPU, APRIL 1998
i
FUNNEL
CUP
STOPWATCH
KATA PENGANTAR
Lumpur Pemboran merupakan faktor yang sangat penting dalam operasi
pemboran. Keberhasilan suatu operasi pemboran sangat tergantung
kepada lumpur yang digunakan.
Buku Lumpur Pemboran ini merupakan Jilid I yang berisikan tentang fungsi
dari lumpur, komponen-komponen lumpur dan parameter-parameter atau
sifat-sifat dari lumpur. Dalam buku ini juga diterangkan perhitungan
tentang lumpur yang harus diketahui.
Untuk mendalami lumpur pemboran lebih lanjut, dapat dibaca pada buku
Lumpur Pemboran Jilid II.
Buku ini dapat merupakan pegangan bagi pekerja pemboran dan
mahasiswa di Jurusan Teknik Perminyakan, karena isinya merupakan hal-
hal yang harus dikuasai.
Buku-buku Teknik Pemboran saat ini sulit didapat yang sudah berbahasa
Indonesia. Sedangkan kebutuhan pengetahuan tentang teknik pemboran
sangat diperlukan bagi pekerja pemboran dan mahasiswa di Jurusan
Teknik Perminyakan. Itulah sebabnya penulis berusaha membuat buku-
buku di bidang pemboran minyak dan gas bumi, maupun panas bumi.
Mudah-mudahan Yang Maka Kuasa memberikan kekuatan dan waktu
kepada penulis untuk membuat buku-buku Teknik Pemboran untuk topik-
topik yang lain.
Semoga tulisa ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi diri penulis sendiri.
Cepu, April 1998
Hormat penulis
ii
PENGUMUMAN
Bersama ini kami kabarkan bahwa telah terbit buku-buku Teknik
Pemboran sebagai berikut:
1. Teknik Pencegahan Semburan Liar (Well Control) Jilid I
2. Teknik Pencegahan Semburan Liar (Well Control) Jilid II
3. Teknik Pencegahan Semburan Liar (Well Control) Jilid III
4. Teknik Pencegahan Semburan Liar (Well Control) Jilid IV
5. Teknik Pencegahan Semburan Liar (Well Control) Jilid V
6. Teknik Pencegahan Semburan Liar (Well Control) Jilid VI
7. Teknik Pencegahan Semburan Liar (Well Control) Latihan Soal-soal dan
Kuncinya
8. Peralatan Pencegahan Semburan Liar (BOP) Jilid I
9. Lumpur Pemboran Jilid I
10.Lumpur Pemboran Jilid II
11.Hidrolika Pemboran Jilid I
12.Hidrolika Pemboran Jilid II
13.Peralatan Pemboran Jilid I
14.Peralatan Pemboran Jilid II
15.Perhitungan Teknik Pemboran Jilid I
16.Perhitungan Teknik Pemboran Jilid II
17.Perhitungan Teknik Pemboran Jilid III
18.Fishing Jilid I
19.Fishing Jilid II
20.Casing Jilid I
21.Cementing Jilid I
22.Pemboran Lurus Jilid I
23.Pemboran Berarah Jilid I
24.Mud Loss Jilid I
25.Pipa Terjepit Jilid I
26.Pemboran Lepas Pantai (Offshore Drilling) Jilid I
27.Latihan Soal Teknik Pemboran Jilid I
28.Latihan Soal Peralatan Pemboran Jilid I
Bagi anda yang berminat untuk mempunyai buku-buku tersebut diatas
dapat menghubungi:
iii
IR. KASWIR BADU
Jl. Dumai No.154 Nglajo, Cepu
Telp : 0296 – 422130
HP : 0815 5033671
Rek : BNI Cabang Cepu 252000005733.901
Harga buku per buah adalah Rp. 40.000,-.
Terima kasih atas perhatiannya.
Hormat penulis
iv
DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR
………………………………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI
………………………………………………………………………………………………… iV
DAFTAR GAMBAR
……………………………………………………………………………………….. v
I. PENDAHULUAN
……………………………………………………………………………………….. 1
II. PANDANGAN UMUM LUMPUR PEMBORAN
…………………………………………………. 3
2.1 Fungsi Lumpur Bor
…………………………………………………………………………….. 3
2.2 Komponen Lumpur Bor
………………………………………………………………………. 8
2.2.1 Zat cair lumpur pemboran
…………………………………………………………… 8
2.2.2 Zat padat lumpur pemboran
………………………………………………………… 8
2.2.3 Additive
……………………………………………………………………………………… 9
2.3 Soal untuk Bab II
……………………………………………………………………………….. 9
III. SIFAT-SIFAT LUMPUR PEMBORAN
……………………………………………………………. 13
3.1 Berat Jenis
………………………………………………………………………………………… 13
3.2 Soal Pertanyaan Berat Jenis Lumpur
…………………………………………………….. 31
PENUTUP
………………………………………………………………………………………………………
38
DAFTAR PUSTAKA
…………………………………………………………………………………………. 39
v
DAFTAR GAMBAR Hal
Gb. 01 : Lumpur mengangkat cutting ke permukaan
……………………………. 4
Gb. 02 : Lumpur menahan dinding lubang dari keruntuhan
…………………… 5
Gb. 03 : Lumpur menahan tekanan formasi
………………………………………… 6
Gb. 04 : Lumpur membuat suspensi cutting dalam lumpur
……………………. 6
Gb. 05 : Lumpur sebagai media logging
………………………………………………. 7
Gb. 6 : Lumpur sebagai media informasi
……………………………………………. 7
Gb. 07 : Tekanan hidrostatik
………………………………………………………………. 15
Gb. 08 : Sket mud balance
…………………………………………………………………. 22
1
I. PENDAHULUAN
Sistim pemboran putar (rotary drilling) saat ini sudah maju sedemikian
rupa. Diawal sistim rotary drilling lumpur hanya dimaksudkan untuk
mengangkat serbuk bor (cutting) dari dasar sumur ke permukaan. Tetapi
dengan majunya teknologi, lumpur mempunyai banyak fungsi dalam dunia
pemboran dalam mengatasi problema-problema yang terjadi.
Lumpur bor merupakan cairan yang berbentuk lumpur, dibuat dari
prcampuran zat cair, zat padat dan zat kimia. Zat cair disini sebagai bahan
dasar agar lumpur yang terejadi dapat dipompakan.
Zat padat ada dua macam yaitu untuk memberikan kenaikan beeerat jenis
dari lumpur dan untuk mmbuat lumpur mempunyai kekentalan tertentu.
Sedangkan zat kimia dapat berupa zat padat maupun zat cair yang
bertugas untuk mengontrol sifat-sifat lumpur agar sesuai dengan yang
diinginkan.
Sifat-sifat lumpur harus disesuaikan dengan kondisi lapisan yang akan
ditembus. Karena sifat lapisan-lapisan atau formasi-formasi yang akan
ditembus atau dilalui oleh lumpur adalah bermacam-macam atau
berubah-ubah, maka kita selalu mengubah sifat lumpur dengan
menambahkan zat kimia yang sesuai. Untuk itu sifat-sifat lumpur harus
selalu diukur, baik lumpur yang mau masuk kedalam lubang maupun
lumpur yang baru keluar dari dalam sumur.
Ditinjau dari zat cair pembentuk lumpur, maka lumpur pemboran dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu water base mud dan oil base mud.
Lumpur berfasa air atau water base mud mempunyai fasa yang kontinyu
adalah air. Sedangkan lumpur berfasa minyak mempunyai fasa yang
kontinyu adalah minyak.
Pada lumpur berfasa minyak kalau terdapat air, fasa airnya merupakan
fasa yang teremulsi. Lumpur ini lebih dikenal dengan emulsion mud atau
oil in water emulsion mud atau disebut juga dengan inverts mud.
2
Pada pekerjaan penyelesaian sumur digunakan juga fluida. Fluida untuk
penyelesaian sumur atau komplesi sumur disebut dengan completion
fluid. Kegunaan dari banyak yang sama dengan drilling fluid, akan tetapi
pada completion fluid yang harus dipikirkan adalah fluida ini jangan
menyebabkan penurunan produktifitas dari lapisan produktif.
Pada pekerjaan well service dan workover juga digunakan fluida didalam
sumur. Persyaratan dari fluida ini hampir sama dengan persyaratan dari
completion fluid, karena fluida ini juga berhubungan langsung dengan
formasi produktif.
3
II. PANDANGAN UMUM LUMPUR PEMBORAN
Didalam bab ini dijelaskan pandangan umum terhadap lumpur yang
digunakan. Hal-hal yang dibicarakan adalah sbb:
- Fungsi lumpur bor
- Komponen lumpur bor
- Sifat lumpur bor
- Masalah formasi shale
Pada akhir bab ini diberikan pertanyaan-pertanyaan untuk memperjelas
pengertian dalam bab ini.
2.1 Fungsi Lumpur Bor
Sekarang lumpur mempunyai fungsi bermacam-macam, yaitu:
- Mengangkat cutting dari dasar lubang ke permukaan
- Menahan dinding lubang agar jangan runtuh selama pemboran
berlangsung
- Melumasi dan mendinginkan bit dan rangkaian pemboran
- Mengontrol tekanan formasi
- Menahan cutting dan material pemberat selama sirkulasi berhenti agar
jangan turun
- Sebagai media logging
- Sebagai media informasi
- Sebagai tenaga penggerak
- Menahan sebagian berat rangkaian pemboran
Pemboran menghasilkan lubang dan serpih bor (cutting). Cutting harus
diangkat ke permukaan segera mungkin dan sebersih mungkin dari dasar
lubang. Dengan jalan mensirkulasikan lumpur dari permukaan kedalam
lubang sumur dan kembali ke permukaan, cutting akan terangkat disaat
lumpur berjalan dari dasar lubang ke permukaan. Di permukaan lumpur
disaring dengan shale shaker dan dibuang.
Gambaran sirkulasi lumpur dari permukaan kedalam lubang bor dan aliran
dari dasar lubang yang membawa cutting ke permukaan dapat dilihat
pada gambar 1.
4DRILLPIPE
LUMPUR
DRILLCOLLAR
CUTTING
BIT
LUMPUR
SHALE SHAKER
LUMPURMASUK KEDALAM TANKI
Gb.1. Lumpur Mengangkat Cutting Ke Permukaan
Selama pemboran berlangsung dihindari agar dinding lubang jangan
runtuh. Kalau runtuh maka rangkaian pemboran akan terjepit. Ini
merupakan problema dalam dunia pemboran. Lumpur membentuk lapisan
padatan pada dinding lubang dan lumpur memberikan tekanan ke dinding
lubang. Dengan ini maka dinding lubang dapat terhindar dari keruntuhan
buat sementara. Untuk lubang yang sudah cukup dalam dinding lubang
cenderung untuk runtuh, sehingga harus dipasang casing.
Gambaran lumpur menahan dinding lubang bor, dalam rangka menahan
dinding lubang supaya tidak runtuh dapat dilihat pada gambar 2.
5
LUMPUR
DINDINGLUBANG
LAPISANPADATAN
Gb.2. Lumpur Menahan Dinding Lubang Supaya Tidak Runtuh
Bit yang selalu bersentuhan dengan formasi disaat sedang membor, akan
cepat aus bila tidak ada yang mendinginkan. Dengan adanya sirkulasi
lumpur maka bit akan didinginkan. Lumpur juga bertindak sebagai
pelumas, sehingga putaran dari rangkaian pemboran akan lebih baik.
Formasi yang ditembus mempunyai tekanan. Adakalanya tekanan ormasi
tinggi dan adakalanya pula tekanan formasi lemah. Bila tekanan formasi
tinggi, lumpur harus dapat melawan tekanan tsb sehingga lumpur dapat
menahan aliran fluida dari formasi. Kalau tidak, maka akan terjadi
blowout. Sebaliknya bila tekanan formasi adalah rendah, maka tekanan
yang diberikan oleh lumpur harus dikurangi pula agar formasi tidak pecah.
Tekanan lumpur untuk menahan tekanan formasi ini adalah tekanan
hidrostatis.
Gambaran lumpur menahan fluida formasi dapat dilihat pada gambar 3.
Disaat menambah drill pipe atau saat mencabut rangkaian sirkulasi dari
lumpur dihentikan, cutting yang berada dalam perjalanan di annulus
menuju permukaan juga akan berhenti. Disaat ini lumpur harus dapat
menahan cutting tsb agar jangan turun ke dasar lubang, sebab kalau
turun, cutting akan menjepit rangkaian pemboran.
6
Gambaran cutting dalam keadaan suspensi didalam lumpur diwaktu tidak
ada sirkulasi dapat dilihat pada gambar 4.
Dalam memperkirakan karakteristik formasi sering menggunakan logging
listrik. Lumpur disini bertindak sebagai pengantar aliran listrik dari
peralatan logging yang diturunkan kedalam lubang sumur ke formasi yang
diselidiki. Dengan demikian dapat dikatakan lumpur sebagai media
logging.
Logging yang dimaksud disini adalah elektrik logging. Lumpur yang
berfungsi sebagai media logging ini adalah lumpur dengan dasar air,
bukan lumpur dengan dasar minyak. Karena lumpur minyak daya hantar
listriknya kecil.
Gb.3. Lumpur Menahan Tekanan Formasi
Gb.4. Lumpur Membuat Suspensi Cutting Dalam Lumpur
7
Bila terjadi kick dimana fluida formasi masuk kedalam lubang sumur, akan
dapat diketahui segera dengan naiknya permukaan lumpur didalam
tangki. Disini lumpur bertindak sebagai media informasi. Gambarannya
dapat dilihat pada gambar 6.
LUMPUR
Ph = tekanan hidrostatik lumpur
Pf = tekanan formasi
Pf
Ph
CUTTINGS
LUMPUR
LUMPUR
ARUS LISTRIK
WIRE LINE
SONDE
LOGGING TRUCK
Gb.5. Lumpur Sebagai Media Logging
Diwaktu pembelokan lubang pada pemboran berarah, digunakan suatu
alat yang disebut dengan dyna drill. Rangkaian pemboran disini tidak
berputar, hanya bitlah yang berputar. Tenaga untuk memutar berasal dari
lumpur.
Gb.6. Lumpur Sebagai Media Informasi
8
Lumpur memberikan gaya yang apung, menurut hukum Archimedes
benda yang berada dalam cairan akan berkurang beratnya sebesar zat
cair yang dipisahkan benda tsb. Jadi rangkaian pemboran dalam lumpur
akan berkurang beratnya.
2.2 Komponen Lumpur Bor
Lumpur terdiri dari tiga kelompok komponen, antara lain:
- zat cair
LUMPUR
FLUIDAFORMASI
TAMBAHAN VD-LUME LUMPURDALAM TANGKI
- zat padat
- zat kimia
Ketiga kelompok komponen ini dicampur sedemikian rupa sehingga
didapatkan lumpur pemboran yang sesuai dengan keadaaan formasi yang
akan ditembus.
2.2.1 Zat cair lumpur bor
Zat cair dari lumpur bor merupakan fasa dasar dari lumpur yang mana
dapat berupa air atau minyak. Dapat berupa air tawar maupun air asin,
hal ini tentu disesuaikan dengan lokasi setempat, manakah yang mudah
didapat dan juga disesuaikan dengan formasi yang akan ditembus.
Kalau fasa cair itu berupa minyak, maka sebaiknya minyak yang
digunakan merupakan minyak yang sudah diolah (refined oil).
2.2.2 Zat padat lumpur bor
Zat padat lumpur bor ada dua macam, yaitu:
- reactive solid
- inert solid
Reactive solid
Padatan yang bereaksi dengan zat cair lumpur bor disebut dengan
reactive solid. Padatan ini membuat lumpur menjadi kental atau
berbentuk koloid.
Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari sebagai reactive solid adalah
susu. Susu bila dicampurkan dengan air akan membuat air susu yang
berbentuk koloid.
9
Dalam lumpur bor yang bertindak sebagai reactive solid adalah reactive
solid adalah bentonite. Yang mana bila bentonite bercampur dengan air
maka terbentuk lumpur bor yang berbentuk koloid.
Air yang bercampur dengan bentonite ini adalah air tawar. Bila sebagai
bahan dasar air laut maka sebagai reactive solid adalah attapulgite.
Attapulgite dapat bereaksi dengan air tawar maupun air asin.
Inert Solid
Inert solid merupakan padatan yang tidak bersaksi dengan zat cair lumpur
bor. Dalam kehidupan sehari-hari pasir yang diaduk dengan air kalau kita
diamkan beberapa saat, akan turun ke dasar bejana dimana kita
mengaduknya. Disini pasir disebut dengan inert solid. Didalam lumpur bor
inert solid berguna untuk menambah berat atau berat jenis dari lumpur
yang tujuannya untuk menahan tekanan dari formasi. Sebagai contoh
yang umum digunakan sebagai inert solid dalam lumur bor adalah barite.
2.2.3 Zat Kimia
Zat kimia lumpur bor seperti telah diungkapkan dalam bagian
pendahuluan, berfungsi mengontrol sifat-sifat dari lumpur bpr. Atau
dengan kata lain membuat lumpur supaya mempunyai sifat-sifat yang
sesuai dengan yang diinginkan, yang mana tidak menimbulkan problema
diwaktu operasi pemboran berlangsung.
Salah satu contoh dalam menurunkan viskositas dari lumpur karena
viskositas lumpur yang keluar dari dalam lubang terlalu tinggi. Lumpur
ditambahi spersene agar viskositasnya turun.
Macam-macam zat kimia yang digunakan dalam lumpur akan ditempatkan
dalam halaman-halaman berikut.
2.3 Soal untuk Bab II
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar
1. Serbuk atau serpihan pemboran disebut dengan:
a. mud cake
b. cutting
c. filtrat
10
2. Fungsi lumpur adalah:
a. mengangkat cutting dari dasar lubang ke permukaan
b. memasukkan cutting dari permukaan kedasar lubang
c. mencuci rangkaian pemboran
3. Fungsi lumpur adalah:
a. menahan rangkaian supaya tidak runtuh
b. memasukkan cutting dari permukaan kedasar lubang
c. menahan dinding lubang agar jangan runtuh selama pemboran
berlangsung
4. Fungsi lumpur adalah:
a. melumasi dan mendinginkan bit dan rangkaian pemboran
b. melumasi rotary table
c. mendinginkan pompa
5. Fungsi lumpur adalah:
a. memecahkan formasi
b. menahan tekanan formasi
c. melarutkan cutting
6. Fungsi lumpur adalah:
a. menahan rangkaian pemboran selama sirkulasi berhenti agar
jangan turun
b. menahan cuttings dan material pemberat selama sirkulasi berhenti
agar jangan turun
c. membuat cutting dan material pemberat selama sirkulasi berhenti
agar turu
7. Lumpur menghantarkan arus listrik ke formasi saat menentukan tahan
listrik dari formasi. Disini lumpur adalah:
a. sebagai media logging
b. sebagai media informasi
c. sebagai tenaga penggerak
8. Saat sumur mengalami kick permukaan lumpur dalam tangki naik.
Disini lumpur adalah:
a. sebagai media logging
b. sebagai media informasi
c. sebagai tenaga penggerak
11
9. Bila pemboran berarah menggunakan down hole motor, lumpur
bertindak:
a. sebagai media logging
b. sebagai media informasi
c. sebagai tenaga penggerak
10.Berat rangkaian pemboran didalam lumpur bila dibandingkan dengan
berat rangkaian diluar akan:
a. bertambah
b. berkurang
c. tetap saja
11.Zat cair dari lumpur bor merupakan fasa dasar dari lumpur yang mana
dapat berupa:
a. air
b. minyak
c. jawaban a dan b benar
12.Air yang digunakan untuk lumpur bor dapat berupa:
a. air tawar
b. air asin
c. jawaban a dan b benar
13.Kalau fasa cair itu berupa minyak, maka sebaiknya minyak yang
digunakan merupakan:
a. minyak yang sudah diolah (refined oil)
b. minyak mentah
c. minyak dengan tingkat aromatik yang tinggi
14.Zat padat lumpur bor yang tidak bereaksi dengan fasa cairnya disebut
dengan:
a. reactive solid
b. inert solid
c. active solid
15.Zat padat lumpur bor yanf bereaksi dengan fasa cairnya disebut
dengan:
a. reactive solid
b. inert solid
c. active solid
12
16.Sebagai contoh zat padat lumpur bor yang tidak bereaksi dengan fasa
cairnya disebut dengan:
a. barite
b. bentonite
c. CMC
17.Sebagai contoh zat padat lumpur bor yang bereaksi dengan fasa
cairnya disebut dengan:
a. barite
b. bentonite
c. calcite
18.Bila sebagai bahan dasar lumpur adalah air laut maka sebagai reactive
solid adalah:
a. attapulgite
b. barite
c. calcite
19.Makin banyak reactive solid dalam lumpur, lumpurnya akan:
a. bertambah kental
b. semakin encer
c. semakin ringan
20.Semakin banyak inert solid dalam lumpur, lumpurnya akan:
a. bertambah ringan
b. semakin encer
c. semakin ringan
21.Zat kimia lumpur bor berfungsi untuk:
a. mengontrol sifat-sifat dari lumpur bor
b. membuat lumpur supaya mempunyai sifat-sifat yang sesuai dengan
yang diinginkan
c. jawaban a dan b benar
13
III. SIFAT – SIFAT LUMPUR PEMBORAN
Sifat-sifat dari lumpur bor diatur sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan problema diwaktu pemboran berlangsung. Kalau selama
pemboran berlangsung terjadi perubahan sifat-sifat dari lumpur maka
dilakukan perbaikan dengan segera dengan menambahkan zat-zat kimia.
Sifat-sifat lumpur bor tersebut adalah sbb:
- berat jenis (mud weight)
- viskositas (viscosity)
- gelstrength
- water loss
- sand content
- Cl content
- Resistivity
3.1. Berat Jenis
Berat jenis lumpur adalah berat lumpur dibagi dengan volume lumpur.
Secara matematik dituliskan:
Gm
BJm = ----- ................................. (1)
Vm
Dimana:
BJm = berat jenis lumpur
Vm = volume lumpur
Gm = berat lumpur
Berat jenis lumpur bor (mud weight) sangat besar pengaruhnya dalam
mengontrol tekanan formasi. Sebab dengan menaikkan berat jenis lumpur
bor maka tekanan lumpur akan naik pula.
Hal ini diperlukan dalam hal formasi bertekanan tinggi. Seperti disebutkan
dalam halaman sebelumnya barite merupakan padatan yang umum
digunakan untuk menaikkan berat jenis lumpur bor. Selain dari barite
adalah sbb:
- galena
- ilmenite
14
- ottawa sand
Contoh soal
Berat lumpur adalah 10000 lbs dengan volume 1000 gal. Berapakah berat
jenis lumpur tsb?
Penyelesaian:
Dengan menggunakan persamaan 1, maka:
10000 lbBJm = ------------
1000 gal
lb= 10 ------- gal
= ppg
Umumnya dalam dunia pemboran, berat jenis lumpur juga dinyatakan
dalam bentuk specific gravity (SG). Specific gravity adalah perbandingan
berat jenis lumpur bor dengan berat jenis air tawar.
Secara matematis dinyatakan sbb:
BJmSG = ------- .................... (2)
BJw
Dimana:
SG = specific gravity, tanpa satuan
BJm = berat jenis lumpur bor, berat per vol
BJw = berat jenis air tawar yang biasanya adalah 8.33 pound per gallon
atau 1.0 gr/cc, atau 1.0 kg/ltr atau 62.4 lb/cuft
Contoh soal
Bila SG lumpur adalah 1.2. Berapakah berat jenis lumpur tsb dalam
satuan:
a. ppg
b. gr/cc
c. pcf
15
Penyelesaian
Rumus 2, dapat diubah bentuknya menjadi:
BJm = SGm x BJw
a. BJm= 1.2 x 8.33 ppg
= 9.996 ppg
b. BJm= 1.2 x 1.0 gr/cc
= 1.2 gr/cc
c. BJm= 1.2 x 62.4 lb/cuft
= 74.88 pcf
Untuk material lain hubungan antara specific gravity dengan berat jenis
analog dengan persamaan (2).
Tekanan Hidrostatis
Dalam merencanakan lumpur selalu harus dibuat berat jenis dari lumpur
memberikan tekanan hidrostatis lumpur yang lebih besar dari tekanan
formasi yang akan diembus supaya menghindari terjadi kick.
Untuk menurunkan tekanan hidrostatis lihat gambar 7 berikut ini.
Gb.7. Tekanan Hidrostatik
Suatu bejana berisi lumpur dengan berat jenisnya adalah BJ. Luas alas
bejana adalah A dan lumpur didalam bejana setinggi H.
Tekanan hidrostatis lumpur dalam bejana tsb didefinisikan berat per
satuan luas yang secara matematik dinyatakan sbb:
16
GPh = ----- .................... (3)
A
BJ
Ph
A
H
Dimana:
G = berat lumpur didalam bejana
Ph = tekanan hidrostatis lumpur
A = luas dasar bejana
Berat lumpur dalam bejana adalah:
G = Vol x BJ ........................... (4)
Dimana:
Vol = volume lumpur didalam bejana
BJ = berat jenis lumpur didalam bejana
Volume lumpur didalam bejana adalah:
Vol = A x H ...................... (5)
Dimana:
H = tinggi lumpur didalam bejana
Bila digabungkan persamaan 3, 4 dan 5, maka:
A x H x BJPh = -------------
A
= H x BJ ........................... (6)
Persamaan 6 merupakan persamaan dasar untuk tekanan hidrostatis
lumpur.
Untuk kebanyakan kontraktor production sharing di Indonesia, satuan dari:
Ph adalah lbin2 atau psi
BJ adalah lb/gal atau ppg
H adalah ft
Sehingga, kalau disesuaikan satuan yang digunakan maka:
lb lb----- = ------ x ft in2 gal
Dimana: 1 ft2 = 144 in2
1 ft3 = 7.48 gal
17
Maka
lb lb 7.48 gal ft2
----- = ------ x ft x ------------ x ----------
in2 gal ft3 144 in2
7.48 lb= -------- ----- 144 in2
lb= 0.0519 -----
in2
lb= 0.052 -----
in2
Jadi persamaan hidrostatis lumpur dengan menggunakan satuan-satuan
diatas adalah:
Ph = 0.052 x H x BJ ............................. (7)
Contoh soal
Berapakah tekanan hidrostatis lumpur pada kedalaman 2000 ft, bila berat
jenis lumpur adalah 11 ppg.
Penyelesaian:
Tekanan hidrostatik lumpur adalah:
Ph = 0.052 x H x BJ
Ph = 0.052 x 2000 x 11
= 1144 psi
Pertamina menggunakan satuan:
Ph adalah kg/cm2 atau ks
BJ adalah gr/cc
H adalah meter
Sehingga,
kgr gr kg 100 cm----- = meter x ------- x --------- x ----------cm2 cm3 1000 gr meter
100 kgr= -------- ------ 1000 cm2
18
kgr= 0.1 ------ cm2
Jadi persamaan hidrostatis lumpur dengan menggunakan satuan-satuan
diatas adalah:
Ph = 0.01 x H x BJ ....................... (8)
Contoh soal
Berapakah tekanan hidrostatik lumpur pada kedalaman 2000 meter, bila
berat jenis lumpur adalah 1.2 gr/cc.
Penyelesaian:
Tekanan hidrostatis lumpur adalah:
Ph = 0.1 x H x BJ
Ph = 0.1 x 2000 x 1.2
= 240 ksc
Caltex Pacific Indonesia menggunakan satuan:
Ph dalam Psi
BJ dalam lb/cuft
H dalam ft
Sehingga, lb lb ft2
----- = ft x ------- x --------- in2 ft3 144 in2
1 lb= ----- ----- 144 in2
lb= 0.0069 ----- in2
lb= 0.007 ---- in2
Jadi persamaan hidrostatis lumpur dengan menggunakan satuan-satuan
diatas adalah:
Ph = 0.007 x H x BJ .......................... (9)
19
Contoh soal
Berapakah tekanan hidrostatik lumpur pada kedalaman 2000 ft, bila berat
jenis lumpur adalah 95 pcf.
Penyelesaian
Tekanan hidrostatik lumpur adalah:
Ph = 0.007 x H x BJ
Ph = 0.007 x 2000 x 95
= 1330 psi
tekanan formasi
Dalam merencanakan lumpur diperkirakan terlebih dahulu tekanan
formasi yang akan ditembus.
Tekanan formasi umumnya dinyatakan sbb:
Pf = BPF x D ................... (10)
Dimana:
Pf = tekanan formasi
GPF = gradien tekanan formasi
D = kedalaman
Contoh soal
Bila gradien tekanan formasi adalah 0.6 psift, berapakah tekanan formasi
pada kedalaman 3000 ft.
Penyelesaian
Tekanan formasi adalah:
Pf = GPF x D
Pf = 0.6 psi/ft x 3000 ft
= 1800 psi
Agar fluida formasi tidak masuk kedalam lubang, maka tekanan
hidrostatik lumpur harus lebih besar dari tekanan formasi.
Jadi, Ph > Pf
Atau Ph = Pf (1 + ob) .................. (11)
Dimana cb: over balance
Over balance untuk lapangan yang berbeda, bisa berbeda pula. Harga
over balance dapat dinyatakan dengan:
20
- persen
- satuan berat jenis
- satuan tekanan
Contoh soal
Gradient tekanan formasi adalah 0.55 psi/ft. Over balance adalah 8%.
Kedalaman 3000 ft. Berapakah berat jenis lumpur yang diberikan.
Penyelesaian
Tekanan formasi = 0.55 psi/ft x 3000 ft = 1650 psi
Tekanan hidrostatis = 1650 (1 + 0.03)
= 1782 psi
= 0.052 x 3000 x BJ
Berat jenis lumpur yang diberikan
1782BJ = -----------------
0.052 x 3000
= 11.42 ppg
Contoh soal
Gradient tekanan formasi adalah 0.55 psi/ft. Over balancenya adalah 100
psi. Kedalaman 3000 ft. Berapakah berat jenis lumpur yang diberikan
Penyelesaian
Tekanan formal = 0.55 psi/ft x 3000 ft = 1650 psi
Tekanan hidrostatis = 1650 + 100
= 1750 psi
= 0.052 x 3000 x BJ
Berat jenis lumpur yang diberikan
1750BJ = ----------------
0.052 x 3000
= 11.22 ppg
21
Contoh soal
Gradient tekanan formasi adalah 0.55 psi/ft. Over balancenya adalah 0.4
ppg. Kedalaman 3000 ft. Berapakah berat jenis lumpur yang diberikan.
Penyelesaian
Tekanan formasi = 0.55 psi/ft x 3000 ft = 1650 psi
Berat jenis lumpur yang diberikan
1650BJ = ----------------- + 0.4
0.052 x 3000
= 10.98 ppg
Untuk gradient tekanan formasi antara 0.433 psi/ft sampai dengan 0.465
psi/ft, formasi dikatakan bertekanan normal. Bila gradient tekanan lebih
besar dari 0.465 psi/ft, formasi bertekanan abnormal dan lebih kecil dari
0.433 psi/ft bertekanan sub normal.
Jadi tekanan hidrostatis lumpur harus berada diantara tekanan rekah
formasi dan tekanan formasi. Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut
yang mana dapat dilihat tekanan hidrostatis lumpur berada diantara
tekanan rekah dan tekanan formal untuk setiap kedalaman sumur.
Pengukuran Berat Jenis Lumpur Bor
Di lapangan berat jenis lumpur bor diukur dengan menggunakan suatu
alat yang disebut dengan mud balance.
Bagian-bagian dari mud balance adalah sbb:
- mangkok beserta tutupnya (cup)
- lengan bersekala (balance arm)
- anak timbangan (rider)
- gelas pengatur level (level glass)
- penyangga (base and fulcrum)
Untuk lebih jelasnya tentang bagian dari mud balance, lihat gambar 8.
Prosedur pengukuran berat jenis adalah sbb:
1. Isi mangkok sampai penuh dan tutup
Pastikan bahwa ada lumpur yang keluar dari lubang penutup, supaya
pasti dalam mangkok betul-betul penuh berisi lumpur.
22
Gb. 8. Mud Balance
KETERANGAN GAMBAR :
1
2
3 45
6
1. MUD CUP 4. CALIBRATION
2. BALANCE ARM 5. LEVEL GLASS
3. RIDER 6. PENTANGGA
2. Tutup lubang mangkok dengan jari, cuci lumpur yang ada pada
penutup dan lengan mud balance. Ini agar lumpur yang ditimbang
betul-betul yang berada dalam mangkok.
3. Letakkan diatas penyangga. Atur rider sampai posisi lengan betul-betul
horizontal
4. Baca berat jenis lumpur yang ditunjukkan oleh rider
Pada lengan bersekala dapat terbaca berat jenis dalam satuan ppg,
ataupun dengan satuan gr/cc. Juga ada yang menyatakan SG dari lumpur.
Peralatan ini harus dikalibrasi secara periodik, cara melakukan kalibrasi
adalah sbb:
- isi mangkok dengan air tawar
- tutup dan bersihkan
- tepatkan rider pada angka 8.33 ppg atau 1.0 gr/cc
- atur anak timah yang terdapat pada ujung lengan sampai posisi lengan
betul-betul level (mendatar)
Perhitungan Berat Jenis Lumpur
Sebagaimana dijelaskan pada halaman-halaman sebelumnya, lumpur
dibuat dari zat cair ditambah denganzat padat serta dikontrol oleh
penambahan zat kimia.
Anggapan yang diambil dalam perhitungan adalah volume dan berat dari
setiap komponen adalah kumulatif.
23
Bila:
Volume dari fasa cairan = Vc
Volume dari fasa padatan = Vs
Volume dari fasa kimia = Vk
Berat dari fasa cairan = Wc
Berat dari fasa padatan = Ws
Berat dari fasa kimia = Wk
Berat jenis dari fasa cairan = BJc
Berat jenis dari fasa padatan = BJs
Berat jenis dari fasa kimia= BJk
Dari gambar berikut, persamaan volume dapat dibuat bahwa
Vc + Vs + Vk = Vm ....................... (12)
Persamaan berat dari komponen-komponen lumpur adalah
Wc + Ws + Wk = Wm..................... (13)
Karena
W = BJ x V .................................... (14)
Dimana:
W = adalah berat
V = adalah volume
BJ = adalah berat jenis
Maka:
(BJc x Vc) + (BJs x BJVs) + (BJk x Vk) = (BJm x Vm) ...................... (15)
Kalau lumpur yang dibuat dari air tawar ditambah dengan bentonite,
berlaku suatu volume sbb:
Vw + Vbt = Vm ................................ (16)
Dimana:
Vw = volume air
Vbt = volume bentonite
Vm = volume lumpur yang terjadi
Persamaan berat, juga berlaku disini
Ww = Wbt = Wm ..................... (17)
24
Dimana:
Ww = berat air
Wbt = berat bentonite
Wm = berat lumpur yang terjadi
Persamaan berat dapat diubah bentuknya menjadi:
Vw x BJw x Vbt x BJbt = Vm x BJm ................................ (18)
Buat lumpur dengan mencampurkan 100 bbl air tawar (BJ = 8.4 ppg)d
engan bentonite (SG = 2.6), 100 lb/sack.
Berapa sack bentonite yang dicampurkan dan berapa bbl lumpur yang
terjadi?
Penyelesaian:
Berat bentonite yang dicampurkan adalah
W bent = 20 lb/bbl x 100 bbl
= 2000 lb
Jumlah barite yang dicampurkan:
2000 lb= --------------- 100 lb/sack
= 20 sack
Volume bentonite yang dicampurkan
W bentVol bent = -----------
BJ bent
2000 lb= --------------- 2.6 x 8.33 lb
----- gal
bbl= 92.34 gal x --------
42 gal
= 2.20 bbl
Volume lumpur yang terjadi
Vol m = 100 + 2.2 bbl
= 102.2 bbl
25
Berat air yang dicampurkan adalah:
8.4 lb 42 galWw = 100 bbl x --------- x ---------
gal bbl
= 35280 lb
Berat lumpur yang terjadi:
Gm = G bent + Gw
= 2000 + 35280 lb
= 37280 lb
Berat jenis lumpur yang terjadi:
GmBJm = ---------
Volm
37280 lb= ------------ 42 gal 102.2 bbl x ---------
bbl
= 8.69 ppg
Menaikkan berat jenis lumpur
Untuk menaikkan berat jenis lumpur ditambahkan material pemberat.
Atau ditambahkan lumpur dengan berat jenis yang jauh lebih tinggi.
Gambaran lumpur yang dinaikkan berat jenisnya dengan material
pemberat (contohnya barite) dapat dilihat pada gambar 11.
Dari gambar 11 dapat dibuat persamaan volume sbb:
VMI + Vbr = VmII .......................... (19)
Dimana:
VmI : volume lumpur yang mau dinaikkan berat jenisnya
Vbr : volume barite yang harus ditambahkan
VmII : volume lumpur yang terjadi
26
Dari gambar 11 dapat juga dibuat persamaan berat sebagai berikut:
WmI + Wbr = WmII ...................... (20)
Dimana:
WmI : berat lumpur yang mau dinaikkan berat jenisnya
Wbr : berat barite yang harus ditambahkan
WmII : berat lumpur yang terjadi
Karena, W = V x BJ, maka persamaan 16 dapat diubah menjadi:
Vm I x BJm I + Vbr x BJbr = Vm II x BJm II .......................... (17)
Dimana:
BJm I : berat jenis lumpur yang mau dinaikkan berat jenisnya
Bjbr : berat jenis barite yang harus ditambahkan
BJm II : berat jenis lumpur yang terjadi
Contoh soal
2000 bbl lumpur mempunyai berat jenis 10 ppg. Naikkan berat jenis
lumpur tsb menjadi 12 ppg dengan menambahkan barite yang
mempunyai berat jenis 35 ppg, berat barite 100 lb/sack. Berapa sack
barite ditambahkan?
Penyelesaian:
Volume lumpur yang terjadi adalah:
Vm II = Vm I + Vbr
= 2000 + Vb
Berat lumpur yang terjadi:
(Vm II x BJm II) = (VM I x BJm I) + (Vbr x BJbr)
(2000 + Vb)12 = (2000 x 10) + (Vb x 35)
Vb (35-12) = 2000 (12 – 10)
2000 (12 – 10)
Vbr = -------------------
(35 – 12)
=173.91 bbl
27
Jadi volume barite yang ditambahkan adalah 173.91 bbl.
Berat barite yang ditambahkan adalah
Wbr = Vbr x BJbr
lb 42 gal= 173.91 bbl x 35 ----- x --------
gal bbl
= 7304.35 lb
Jumlah sack barite yang ditambahkan adalah
sack
= 7304.35 lb x -------- 100 lb
= 73.04 sack
Menaikkan Berat Jenis Lumpur dengan Menambahkan Lumpur Berat
Pada pemboran eksplorasi atau pada pemboran yang beresiko terjadi
blowout, umumnya disediakan lumpur berat sebelum dilakukan
pemboran. Hal ini dilakukan agar menaikkan berat jenis lumpur dapat
dilakukan dengan cepat yaitu mencampurkan lumpur berat dengan
lumpur lama lalu diaduk.
Volume lumpur yang terjadi adalah:
Vm III = Vm I + Vm II ........................... (21)
Dimana:
VM III = volume lumpur yang terjadi
VM I = volume lumpur lama
VM II = volume lumpur berat yang ditambahkan
Berat lumpur yang terjadi:
Gm III = Gm I + Gm II
Dalam bentuk lain:
Vm III x BJm III = Vm I x BJm I + Vm II x BJm II
Dimana:
BjmI : berat jenis lumpur yang mau dinaikkan berat jenisnya
BJ II : berat jenis lumpur berat yang harus ditambahkan
BJm III: berat jenis lumpur yang terjadi
28
Contoh soal:
1000 bbl lumpur mempunyai berat jenis 10 ppg. Naikkan berat jenis
lumpur tersebut menjadi 11 ppg dengan menambahkan lumpur berat
yang mempunyai berat jenis 16 ppg. Berapa bbl berat tsb harus
ditambahkan?
Penyelesaian:
Volume lumpur yang terjadi:
Volume lumpur yang terjadi:
Vm III = Vm I + Vm II
= 1000 + Vm II
Berat lumpur yang terjadi:
(Vm III x BJm III) = (Vm I x BJm I) + (Vm II x BJm II)
(Vm III x 11 = (1000 x 10) + (Vm II x 16)
(1000 + Vm II) x 11 = (1000 x 10) + (Vm II x 16)
Vm II (16-11) = 1000 (11-10)
1000 (11-10)Vm II = ----------------
(16-11)
= 200 bbl
Jadi volume lumpur dengan berat jenis 16 ppg yang ditambahkan adalah
200 bbl.
Menurunkan berat jenis lumpur
Untuk menurunkan berat jenis lumpur dapat ditambahkan air atau lumpur
yang mempunyai berat jenis lebih rendah.
Volume lumpur yang terjadi:
Vm II = Vm I + Vw .............................. (23)
Dimana:
Vm I : volume lumpur yang mau diturunkan berat jenisnya
Vw : volume air yang harus ditambahkan
Vm II : volume lumpur yang terjadi
Berat lumpur yang terjadi:
Gm II = Gml + Gw ............................. (24)
Dimana:
WmI : berat lumpur yang mau diturunkan berat jenisnya
Ww : berat air yang harus ditambahkan
29
Wm II : berat lumpur yang terjadi
Karena W = V x BJ, maka persamaan 24 dapat diubah menjadi:
Vm II x BJm II = Vm I x BJm I x Vw x BJw .................... (25)
Dimana:
BjmI : berat jenis lumpur yang mau diturunkan berat jenisnya
BJw : berat jenis air yang harus ditambahkan
BJm II : berat jenis lumpur yang terjadi
Contoh soal:
2000 bbl lumpur mempunyai berat jenis 12 ppg. Turunkan berat jenis
lumpur tsb menjadi 11 ppg dengan menambahkan air yang mempunyai
berat jenis 8.4 ppg. Berapa bbl air harus ditambahkan?
Penyelesaian:
Volume lumpur yang terjadi
Vm II = Vm I + Vw
= 2000 + Vw
Berat lumpur yang terjadi
(Vm II x BJm II) = (Vm I x BJm I) + (Vw x BJw)
(2000 + Vw) II = (2000 x 12) + Vw x 8.4)
Vw (11 – 8.4) = 2000 (12-11)
2000 (12 – 11)Vw = -------------------
(11 – 8.4)
= 769.23 bbl
Jadi volume air yang ditambahkan adalah 769.23 bbl.
Dalam perhitungan lumpur sering juga dilakukan perhitungan tentang
prosentase padatan dalam bentuk volume atau dalam prosentase berat
padatan dalam lumpur.
Prosentase volume padatan dalam lumpur adalah:
Vs% Vol solid = ------ x 100% .................... (27)
Vm
Dimana Vs adalah volume padatan yang ada dalam lumpur.
Sedangkan prosentase berat padatan dalam lumpur:
Vs x BJs% Brt solid = ------------- x 100% ....................... (28)
Vm x BJm
30
Kalau digabung persamaan (15) dengan (16) maka,
BJs% brt solid = % vol solid x ------- ......................... (29)
BJm
Contoh soal
Lumpur dibuat dari 216.7 bbl bentonite dan 1748.3 air tawar. Berat jenis
bentonite adalah 21.6 ppg dan air tawar adalah 8.4 ppg. Volume lumpur
adalah 2000 bbl dan
berat jenisnya adalah 10 ppg. Berapakah prosentase volume dan
prosentase berat bentonite dalam lumpur tsb?
Penyelesaian:
Prosentase volume bentonite dalam lumpur adalah
Vs% vol solid = ----- x 100%
Vm
216.7% vol solid = ------- x 100%
2000
= 10.84%
Prosentase berat bentonite dalam lumpur adalah:
BJs% brt solid = % vol solid x --------
BJm
21.6= 10.84 x -------
10
= 23.41%
31
3.2 Soal pertanyaan berat jenis lumpur
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar
1. Berat jenis lumpur adalah
a. berat lumpur dibagi dengan volume lumpur
b. berat lumpur dikalikan dengan volume lumpur
c. volume lumpur dibagi dengan berat lumpur
2. istilah populer dari berat jenis lumpur adalah:
a. mud cake
b. mud weight
c. mud balance
3. Satuan yang sering digunakan untuk berat jenis lumpur adalah:
a. ppg
b. kgr/liter
c. jawaban a dan b benar
4. Material yang dapat ditambahkan untuk menaikkan berat jenis lumpur
adalah:
a. galena
b. ilmenite
c. jawaban a dan b benar
5. Material yang dapat ditambahkan untuk menaikkan berat jenis lumpur
adalah:
a. Ottawa sand
b. Barite
c. Jawaban a dan b benar
6. Specify gravity adalah perbandingan:
a. berat jenis zat padat atau zat cair dengan berat jenis air tawar
b. berat jenis air tawar dengan berat jenis gas
c. berat jenis zat padat atau zat cair dengan berat jenis gas
7. Satuan dari specific gravity adalah:
a. ppg
b. kgr/liter
c. jawaban a dan b benar
32
8. Berat jenis air tawar adalah:
a. 8.33 pound per gallon
b. 1.0 gr/cc
c. jawaban a dan b benar
9. Berat jenis air tawar adalah:
a. 1.0 kg/ltr
b. 62.4 lb/cuft
c. jawaban a dan b benar
10.Berat lumpur adalah 20000 lbs dengan volume 1500 gal. Berat jenis
lumpur tsb adalah:
a. 11.33 ppg
b. 12.33 ppg
c. 13.33 ppg
11.Bila SG lumpur adalah 1.1. Berapakah berat jenis lumpur tsb:
a. 9.26 ppg
b. 9.16 ppg
c. 9.06 ppg
12.Bila SG lumpur adalah 1.1. Berapakah berat jenis lumpur tsb:
a. 64.16 pcf
b. 66.14 pcf
c. 68.64 pcf
13.Bila SG lumpur adalah 1.1. Berapakah berat jenis lumpur tsb:
a. 1.1 gram/cc
b. 1.1 kgr liter
c. jawaban a dan b benar
14.Tekanan hidrostatik lumpur tergantung kepada harga:
a. tinggi kolom lumpur
b. berat jenis lumpur
c. jawaban a dan b benar
15.Bila lubang tidak penuh tekanan hidrostatik lumpur didasar lubang
tergantung kepada harga:
a. tinggi kolom lumpur
b. kedalaman lubang
c. jawaban a dan b benar
33
16.Bila lubang penuh, tekanan hidrostatik lumpur didasar lubang
tergantung kepada harga:
a. tinggi kolom lumpur
b. kedalaman lubang
c. jawaban a dan b benar
17.Kedalaman lubang yang mempengaruhi tekanan hidrostatik lumpur
didasar lubang adalah:
a. measured depth
b. true vertikal depth
c. jawaban a dan b benar
18.Bila:
PH adalah lb/in2 atau psi
BJ adalah lb/gal atau ppg
H adalah ft
Persamaan untuk menghitung tekanan hidrostatik lumpur adalah:
a. Ph = 0.052 x H x BJ
b. Ph = 0.007 x H x BJ
c. Ph = 0.100 x H x BJ
19.Bila:
PH adalah lb/in2 atau psi
BJ adalah lb/cuft atau pcf
H adalah ft
Persamaan untuk menghitung tekanan hidrostatik lumpur adalah:
a. Ph = 0.052 x H x BJ
b. Ph = 0.007 x H x BJ
c. Ph = 0.100 x H x BJ
20.Bila:
PH adalah kg/cm2 atau ksc
BJ adalah gr/cc
H adalah meter
Persamaan untuk menghitung tekanan hidrostatik lumpur adalah:
a. Ph = 0.052 x H x BJ
b. Ph = 0.007 x H x BJ
c. Ph = 0.100 x H x BJ
34
21.Berapakah tekanan hidrostatik lumpur pada kedalaman 3000 ft bila
berat jenis lumpur adalah 11 ppg.
a. 1617 psi
b. 1716 psi
c. 1176 psi
22.Berapakah tekanan hidrostatik lumpur pada kedalaman 3000 meter,
bila berat jenis lumpur adalah 1.2 gr/cc.
a. 160 ksc
b. 260 ksc
c. 360 ksc
23.Berapakah tekanan hidrostatik lumpur pada kedalaman 3000 meter,
bila berat jenis lumpur adalah 95 pcf.
a. 1595 psi
b. 1995 ksc
c. 1995 psi
24.Bila gradien tekanan formasi adalah 0.5 psi/ft, berapakah tekanan
formasi pada kedalaman 3000 ft.
a. 1500 psi
b. 1600 psi
c. 1700 psi
25.Kedalaman sumur 6000 ft MD, 5900 ft TVD. Permukaan lumpur di
annulus pada kedalaman 100 ft TVD. Berat jenis lumpur didalam
lubang adalah 11 ppg. Tekanan hidrostatis di dasar lubang adalah:
a. 3317 psi
b. 3374 psi
c. 3243 psi
26.Contoh (sample) lumpur untuk diukur berat jenisnya diambil dari:
a. tangki isap (suction tank)
b. flow line
c. jawaban a dan b benar
27.Di lapangan berat jenis lumpur bor diukur dengan menggunakan:
a. mud balance
b. marsh balance
c. marsh funnel
35
28.Mangkok (cup) adalah:
a. tempat diisikan lumpur
b. tempat pembacaan berat jenis
c. alat yang digeser-geser untuk menentukan harga berat jenis
29.Lengan berskala (balance arm) adalah:
a. tempat diisikan lumpur
b. tempat pe,bacaan berat jenis
c. alat yang digeser-geser untuk menentukan harga berat jenis
30.Anak timbangan (rider) adalah:
a. tempat diisikan lumpur
b. tempat pembacaan berat jenis
c. alat yang digeser-geser untuk menentukan harga berat jenis
31.Gelas pengatur (level glass) adalah:
a. alat untuk melihat apakah balance arm sudah datar
b. tempat pembacaan berat jenis
c. alat yang digeser-geser untuk menentukan harga berat jenis
32.Sebagai tanda bahwa mangkok sudah penuh
a. ada lumpur yang keluar dari lubang penutup
b. lumpur sudah sampai pada garis tanda yang ada pada mud cup
c. tidak ada lumpur yang keluar dari lubang penutup
33.Setelah mud cup penuh
a. Letakkan diatas penyangga
b. Tutup lubang mangkok dengan jari, cuci lumpur yang ada pada
penutup dan lengan mud balance, lap sampai kering
c. Atur rider sampai posisi lengan betul-betul horizontal
34.Pada lengan bersekala dapat terbaca berat jenis dalam satuan
a. ppg
b. gr/cc
c. jawaban a dan b benar
35.Mud balance harus dikalibrasi secara periodik, cara melakukan
kalibrasi menggunakan:
a. air tawar
b. air asin
c. minyak diesel
36
36.Buat lumpur dengan mencampurkan 200 bbl air tawar (BJ = 8.4 ppg)
dengan bentonite 15 lb/bbl (SG = 2.6), 100 lb/sack. Berat barite yang
dicampurkan:
a. 2000 lb
b. 3000 lb
c. 4000 lb
37.Buat lumpur dengan mencampurkan 200 bbl air tawar (BJ = 8.4 ppg)
dengan bentonite 15 lb/bbl. (SG = 2.6), 100 lb/sack. Jumlah sack barite
yang dicampurkan:
a. 20 sack
b. 30 sack
c. 40 sack
38.1000 bbl lumpur mempunyai berat jenis 10 ppg. Naikkan berat jenis
lumpur tsb menjadi 12 ppg dengan menambahkan barite yang
mempunyai berat jenis 35 ppg, berat barite 100 lb/sack. Volume barite
ditambahkan.
a. 96.86 bbl
b. 86.96 bbl
c. 98.66 bbl
39.1000 bbl lumpur mempunyai berat jenis 10 ppg. Naikkan berat jenis
lumpur tsb menjadi 12 ppg dengan menambahkan barite yang
mempunyai berat jenis 35 ppg, berat barite 100 lb/sack. Jumlah sack
barite ditambahkan:
a. 1087 bbl
b. 1187 bbl
c. 1287 bbl
40.1000 bbl lumpur mempunyai berat jenis 10 ppg. Naikkan berat jenis
lumpur tsb menjadi 12 ppg dengan menambahkan barite yang
mempunyai berat jenis 35 ppg, berat barite 100 lb/sack. Volume
lumpur yang terjadi:
a. 3043 sack
b. 127826 sack
c. 1278 sack
37
41.2000 bbl lumpur mempunyai berat jenis 10 ppg. Naikkan berat jenis
lumpur tsb menjadi 11 ppg dengan menambahkan lumpur berat yang
mempunyai berat jenis 16 ppg. Volume berat tsb harus ditambahkan?
a. 1000 bbl
b. 1500 bbl
c. 2000 bbl
42.2000 bbl lumpur mempunyai berat jenis 10 ppg. Naikkan berat jenis
lumpur tsb menjadi 11 ppg dengan menambahkan lumpur berat yang
mempunyai berat jenis 16 ppg. Volume lumpur yang terjadi:
a. 1500 bbl
b. 2000 bbl
c. 3000 bbl
43.200 bbl lumpur mempunyai berat jenis 12 ppg. Turunkan berat jenis
lumpur tsb menjadi 11 ppg dengan menambahkan air yang
mempunyai berat jenis 8.4 ppg. Volume air yang harus ditambahkan:
a. 76.9 bbl
b. 67.9 bbl
c. 96.7 bbl
44.Lumpur dibuat dari 200 bbl bentonite dan 1700 bbl air tawar. Berat
jenis bentonite adalah 21.6 ppg dan air tawar adalah 8.4 ppg. Volume
lumpur adalah 2000 bbl dan berat jenisnya adalah 10 ppg. Prosentase
volume bentonite adalah:
a. 9%
b. 10%
c. 11%
45.Lumpur dibuat dari 200 bbl bentonite dan 1700 bbl air tawar. Berat
jenis bentonite adalah 21.6 ppg dan air tawar adalah 8.4 ppg. Volume
lumpur adalah 2000 bbl dan berat jenisnya adalah 10 ppg. Prosentase
berat bentonite adalah:
a. 21.6%
b. 26.1%
c. 16.2%
38
PENUTUP
Puji syukur penulis haturkan kepada Ilahi, karena penulisan buku
Peralatan Pemboran Jilid I ini dapat penulis selesaikan tanpa halangan
yang berarti.
Buku ini merupakan revisi yang pertama dan terdapat koreksi dan
tambahan dari seri yang pertama.
Buku ini berisikan peralatan pengangkat dan dengan mempelajari buku ini
diharapkan pembaca sudah dapat menguasai sebagian peralatan
pengangkat, yaitu:
- menara
- sebagian drawwork
Mudah-mudahan penulis diberi kesempatan oleh Yang Maha Kuasa untuk
melanjutkan buku Peralatan Pemboran untuk jilid-jilid selanjutnya.
Semoga buku ini bermanfaat dan terima kasih.
Cepu, 14 Maret 2002
Hormat Penulis
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Eldin Edial: “Drilling Equipment”, Pendidikan dan Latihan Driller, PPT
Migas, Cepu, 1983.
2. Huffco Indonesia: “Industri Perminyakan”, Operasi dan Perlengkapan
Pemboran Edisi ke 3, Houston, Texas, 1983.
3. Petroleum Extension Service: “The Rotary Rig and Its Components”,
IADC, The University of Texas, Austin, 1976.
4. Martinus Ilyas: “Rig Rating”, Bor, Akamigas, Cepu, 1982.