lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk …kc.umn.ac.id/2800/6/bab iii.pdfada 3 tokoh utama dalam...
TRANSCRIPT
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
BAB III
METODOLOGI
3.1. Gambaran Umum
Pada laporan tugas akhir ini, penulis melakukan penelitian mengenai perancangan
storyboard khususnya untuk chase dan fight scenes. Hasil dari penelitian dan
perancangan ini kemudian diterapkan pada film animasi pendek berjudul Ara.
3.1.1. Sinopsis
Ara adalah sebuah film animasi hybrid yang menggabungkan antara karakter 3D
dengan environtment 2D. Film ini menceritakan tentang perjuangan seorang anak
kecil dari suku Dayak melawan penyakitnya. Suku Dayak sendiri merupakan
salah satu suku yang ada di Indonesia, tepatnya di Kalimantan. Cerita yang
diangkat adalah kisah ritual penyembuhan dari suku Dayak. Dalam kepercayaan
suku Dayak, orang yang jatuh sakit itu disebabkan dirinya yang dirasuki oleh roh
jahat (Zahorka, 2008).
Film animasi ini menceritakan tentang seorang anak bernama Ara yang
jatuh sakit dan sedang berjuang melawan roh jahat tersebut. Divisualisasikan Ara
yang berada di dunia mimpinya (dunia fantasi) harus bertarung melawan monster
bernama Kambe, yang merupakan perwujudan dari roh jahat. Nama Ara sendiri
diambil dari kisah penciptaan menurut suku Dayak, mengenai dua ekor burung
bernama Ara dan Irik yang menciptakan dunia dari dua butir telur (Leeming,
2010). Dalam film animasi ini, Irik menjadi mentor Ara untuk melawan Kambe.
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Ada 3 tokoh utama dalam film animasi ini, yaitu: Ara, Kambe, dan Irik. Ara
adalah protagonist yang harus berjuang melawan penyakitnya, yang
divisualisasikan sebagai monster (Kambe), sedangkan Irik adalah mentor Ara
yang melatih dan mempersiapkan Ara untuk bertarung. Environtment dalam film
ini mengambil lokasi di hutan Kalimantan, namun dalam setting fantasi.
3.1.2. Peran Penulis
Proyek film animasi Ara ini dikerjakan oleh 5 orang, yaitu penulis, Jordy Aditya,
Irsan Permana, Mufti Harits Aslind, dan Yosi Yesaya. Penulis sendiri mengambil
peran sebagai scriptwriter dan storyboard artist yang membahas mengenai shot
dan komposisi dalam frame pada bagian chase dan fight scene antara Ara dan
Kambe.
3.2. Tahapan Kerja
Tiga tahapan kerja yang penulis lakukan dalam merancang storyboard untuk film
animasi Ara ini yaitu: tahap pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Berikut
adalah diagram yang menggambarkan tahapan kerja penulis dalam proses
pembuatan film animasi Ara secara garis besar.
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Gambar 3.1. Tahapan Produksi Film Animasi Ara
Pra Produksi Produksi Pasca Produksi
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Dan diagram yang menggambarkan tahapan kerja perancangan storyboard.
Gambar 3.2. Tahapan Perancangan Storyboard
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
3.3. Referensi
Referensi yang digunakan mencakup referensi dari film dan referensi storyboard
itu sendiri. Film yang penulis gunakan sebagai referensi sedapat mungkin diambil
dari film-film bergenre action atau setidaknya terdapat adegan bertarung dan
chase scene menyesuaikan dengan pembahasan penulis.
3.3.1. Referensi Film
Penulis mengambil referensi dari beberapa film terutama yang mengandung chase
dan fight scenes. Dari film-film tersebut penulis mengamati gerakan bertarung
masing-masing karakter dan pengambilan shot seperti apa yang digunakan agar
fight terlihat lebih seru.
Film pertama yang menjadi referensi penulis adalah Sword of The
Stranger karya Masahiro Ando, yang dirilis pada tahun 2007 lalu, di Jepang.
Penulis menggunakan film ini sebagai referensi karena mengandung banyak chase
dan fight scenes, selain itu shot yang digunakkan saat adegan pertarungan juga
sangat menarik dan dinamis.
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Gambar 3.3. Referensi Film (Sword of The Stranger, 2007)
Film kedua yang menjadi referensi penulis adalah The Boy and The Beast,
karya Mamoru Hosoda yang dirilis pada tahun 2015. Film ini penulis gunakkan
untuk melengkapi referensi film sebelumnya yang tidak memiliki karakter
monster. Karena dalam film animasi Ara ada adegan bertarung melawan monster,
maka penulis merasa perlu referensi adegan bertarung moster.
Dari film ini penulis memperhatikan gerakan-gerakan seekor monster
agar dapat terlihat jelas dalam sebuah shot. Seperti gerakan berlari, melompat,
menabrak, dan bagaimana mengkomposisikannya ke dalam sebuah frame.
Selain itu, film ini juga penulis gunakan sebagai bahan referensi untuk
menyusun atau mengatur komposisi penempatan kedua karakter yang memiliki
postur tubuh yang sangat berbeda, sama seperti karakter dalam film animasi Ara.
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Kedua karakter utama dari film Ara dan The Boy and The Beast adalah seekor
monster bertubuh besar dan seorang anak kecil bertubuh kecil.
Gambar 3.4. Referensi Film (The Boy and The Beast, 2015)
Selain dua film di atas, ada juga film animasi lain yang menurut penulis
cukup baik untuk dijadikan referensi, dari segi shot maupun gerakkan action. Film
animasi tersebut antara lain adalah film animasi pendek berjudul Monster karya
Stephanie Lin dan Thomas Shek, Le Royaume (The King and The Beaver) karya
Sebastien Hary, dan feature film animasi Paprika karya Satoshi Kon.
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Gambar 3.5. Referensi Film Animasi Pendek (http://payload232.cargocollective.com/1/13/438247/6944380/monster71000.png)
Film animasi pendek berjudul Monster terdapat adegan chase yang menjadi bahan
referensi penulis. Shot yang ada dalam animasi ini dapat diterapkan dalam film
animasi Ara, karena memiliki kesamaan pada 2 karakter utama, yaitu seorang
anak kecil dan monster.
Gambar 3.6. Referensi Film Animasi Pendek (The King and The Beaver, 2011)
Film The King and The Beaver diguakan sebagai referensi karena memiliki
kesamaan lokasi dengan film animasi Ara, yaitu di dalam hutan. Menjadi bahan
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
pertimbangan bagaimana mengkomposisikan karakter di dalam hutan yang padat
dengan pohon-pohon.
Gambar 3.7. Referensi Film Feature Animaton (Paprika, 2006)
Walaupun sangat sedikit adegan fight dan chase dalam film ini, penulis dapat
melihat banyak komposisi dan transisi shot yang sangat menarik.
3.3.2. Referensi Storyboard
Referensi storyboard yang digunakan adalah storyboard dari film series Avatar
The Last Air Bender dari Nickelodeon. Storyboard Avatar The Last Air Bender
digunakan karena mengandung chase dan fight scene.
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Gambar 3.8. Referensi Storyboard 1 (Avatar The Last Air Bender, 2010)
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Gambar 3.9. Referensi Storyboard 2 (Avatar The Last Air Bender, 2010)
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
3.4. Format storyboard
Merujuk pada referensi storyboard di atas, format storyboard yang dgunakan
cukup sederhana dengan tidak menghilangkan bagian atau elemen-elemen penting
dalam storyboard itu sendiri.
Gambar 3.10. Format Storyboard
Penulis menggunakan format 35 mm feature film atau HDTV karena
menyesuaikan dengan ukuran film yang akan dibuat. Kolom untuk numbering
panel dan scene terletak di atas gambar agar memudahkan keterbacaan. Kolom
dialog dan action berada di samping gambar untuk menjelaskan dengan lebih
detail mengenai gambar yang dimaksud.
3.5. Proses Perancangan Storyboard
Tahap paling awal dalam merancang storyboard tentu adalah dari ceritanya,
kemudian baru dimatangkan kembali dalam script secara mendetail. Dari segi
cerita, film animasi Ara tidak mengalami banyak perubahan. Secara garis besar
tetap sama, yaitu mengenai seorang anak kecil yang jatuh sakit dan harus
melawan penyakitya tersebut yang divisualisasikan sebagai monster.
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
3.5.1. Script
Script awal mengalami beberapa perubahan setelah melewati saran dan kritik dari
dosen pembimbing dan penguji. Jika pada script awal Ara harus melawan
beberapa monster, maka di cerita yang baru Ara hanya melawan 1 monster saja.
Sehingga dapat lebih ditunjukkan lagi perkembangan karakter dari tokoh Ara.
Berikut adalah script dari cerita awal, khususnya untuk scene yang merupakan
pembahasan penulis.
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Gambar 3.11. Sceen Shot Script Awal
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Kemudian berikut adalah script dari cerita finalnya.
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Gambar 3.12. Screen Shot Script Final
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Setelah mengalami perbaikkan di bagian script. Maka selanjutnya yang
digarap penulis lebih difokuskan lagi untuk adegan chase dan fightnya.
3.5.2. Chase Scene
Berikut adalah thumbnail yang menunjukkan perubahan atau perkembangan
storyboard, untuk chase scenes.
Gambar 3.13. Thumbnail Storyboard Chase Scene Awal
Dalam storyboard awal ini diperlihatkan Ara yang sedang beristirahat karena
kelelahan setelah selesai menuntaskan pertarungan sebelumnya. Ia sedang
termenung di pinggir sungai sambil menatap bercak hitam di dadanya yang tidak
kunjung membaik. Kemudian ia mendengar lagi raungan Kambe dari kejauhan
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
yang memaksanya bangkit untuk mencari tempat lain yang lebih aman. Namun
suara raungan tersebut terdengar semakin mendekat, Ara mempercepat larinya.
Gambar 3.14. Thumbnail Storyboard Chase Scene Awal
Pada storyboard ini penulis menggunakan teori travel with subject dari
Chrsitopher Kenworthy yang mengatakan bahwa terkadang tidak perlu
diperlihatkan siapa yang mengejar karena ruang kosong di belakang karakter akan
terlihat lebih menegangkan dari pada ada orang yang mengejarnya. Karena itu
pada storyboard chase scene awal ini penulis tidak terlalu memperlihatkan Kambe
dan fokus kepada Ara saja. Tentunya didukung dengan sound suara-suara raungan
Kambe.
Namun storyboard di atas merupakan storyboard dari cerita awal sehingga
kemudian diubah hampir seluruhnya untuk menyesuaikan dengan cerita yang
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
baru. Di sini chase scene sudah lebih ditunjukkan dimana Ara melarikan diri
terlebih dulu sebelum ia terpojok dan harus bertarung melawan Kambe. Selain itu
shot yang digunakan juga belum bervariasi sehingga penulis memutuskan untuk
menggarapnya lebih lagi.
Setelah thumbnail storyboard sudah selesai, maka selanjutnya adalah
membuat storyboard. Storyboard dibuat dalam versi digital yang kemudian
dilanjutkan menjadi animatic storyboard agar lebih jelas lagi alur film yang akan
dibuat. Berikut adalah hasil dari storyboard tersebut.
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Gambar 3.15. Storyboard Scene 4 Shot 6-9
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Gambar 3.16. Storyboard Scene 4 Shot 10-11
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Gambar 3.17. Storyboard Scene 4 Shot 12-13
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Gambar 3.18. Storyboard Scene 4 Shot 14-16
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Scene 4 shot 6-8 menjadi pembuka bagi adegan chase scene. Kambe yang sedang
merusak pohon mendengar langkah kaki Ara yang tidak sengaja menginjak
ranting pohon. Kambepun menoleh dan melihat Ara melarikan diri. Segera ia
mengejar Ara dan chase scenepun dimulai.
Scene 4 shot 9 menunjukan over shoulder Kambe yang memperlihatkan
Ara berlari kabur ketakutan. Penulis ingin menunjukkan kepada penonton pov dari
Kambe yang melihat Ara yang sedang melarikan diri, sehingga penonton lebih
paham posisi tiap karakter dalam sebuah adegan.
Gambar 3.19. Scene 4 Shot 10 dan Referensi (Monster, 2014)
Scene 4 shot 10 menggunakan teori travel with subject dari buku Kenworthy, C
(2012). Diperlihatkan Ara melarikan diri masuk jauh ke dalam hutan melewati
pohon-pohon, kamera mengikuti Ara. Selain itu, shot ini juga menggunakan teori
dari Sijll (2005) yang membahas arah masuk sebuah karakter ke dalam frame.
Karena pada shot ini karakter yang ditunjukan adalah Ara, maka digunakan X-
Axis left to right, untuk memberi kesan positif pada karakter Ara. Referensi yang
digunakan dari film Monster karya Stephanie Lin, adegan yang sama ketika
seorang anak dikejar oleh seekor monster.
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Scene 4 shot 11 memperlihatkan shot Kambe yang berlari mengejar Ara,
shot ini menggunakan teori shot passing through tight spaces yang penulis
pelajari dari buku Kenworthy, C (2012). Shot ini penulis gunakan untuk
memperlihatkan kekuatan dan kecepatan berlari Kambe, dan diambil dari low
angle untuk menambah kesan berbahaya pada Kambe.
Untuk scene 4 shot 12 penulis ingin menegaskan kembali Kambe yang
sedang mengejar Ara dengan cara memperlihatkan Ara dan Kambe dalam satu
shot. Shot ini menggunakan teori travel with subject. Diperlihatkan kamera yang
menyorot Ara dari arah depan dan mengikuti Ara berlari. Kemudian Ara pun maju
keluar dari kamera dan memperlihatkan di belakangnya ada Kambe yang berlari
mengejar.
Gambar 3.20. Scene 4 Shot 13 dan Referensi (The Boy and The Beast, 2015)
Scene 4 Shot 13 ingin memperlihatkan seberapa menyeramkannya karakter
Kambe ini. Kamera diambil dari low angle untuk memberi kesan seram, kuat dan
bahaya, sesuai dengan teori dari buku Vinneyard (2008) yang berjudul Setting Up
Your Shots. Penulis juga menggunakan referensi shot kamera dari film The Boy
and The Beast saat Kumatetsu berlari hendak menyerang lawannya.
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Gambar 3.21. Scene 4 Shot 14 dan Referensi (Sword of The Stanger, 2007)
Kebalikan dari shot sebelumnya, scene 4 shot 14 digunakan untuk memberikan
kesan kecil kepada Ara menggunakan high angle. Karena pada scene ini Ara
masih merupakan sosok yang lemah, belum mengalami perkembangan karakter.
Referensi penulis ambil dari shot saat Nanashi berlari, kedua shot ini sama-sama
menggunakan pengambilan angle dari atas atau high angle.
Scene 4 Shot 15 merupakan shot terakhir dari chase scene sebelum
dilanjutkan ke fight scene. Ara berlari ke arah cahaya terang dan transisi fade to
white, seakan Ara tenggelam dalam cahay tersebut.
3.5.3. Fight Scene
Berikut adalah beberapa thumbnail yang menunjukkan perubahan atau
perkembangan storyboard, untuk fight scenes.
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Gambar 3.22. Thumbnail Storyboard Fight Scene Awal 1
Gambar 3.23. Thumbnail Storyboard Fight Scene Awal 2
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Gambar 3.24. Thumbnail Storyboard Fight Scene Awal 3
Pada storyboard awal ini, cerita lebih difokuskan untuk adegan bertarung dan
lebih sedikit adegan chase. Dalam storyboard awal, Ara harus melawan beberapa
monster yang penulis tunjukan dengan mengguakan montage. Adegan bertarung
banyak mengalami perubahan dan perkembangan baik dari segi cerita maupun
shot. Dalam storyboard awal terdapat adegan bertarung yang diperlihatkan
dengan montage karena pada cerita awal Ara harus melawan beberapa monster,
sebelum diubah dan jadi hanya perlu melawan satu monster saja yaitu Kambe.
Berikut adalah thumbnail dari storyboard dari cerita yang sudah fix. Dari
thumbnail storyboard ini masih mengalami beberapa perubahan lagi seperti
penambahan dan pengurangan shot untuk penyesuaian keseluruhan film.
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Gambar 3.25. Thumbnail Storyboard Fight Scene Fix 1
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Gambar 3.26. Thumbnail Storyboard Fight Scene Fix 2
Setelah cerita diubah, storyboardpun berubah. Ara hanya perlu melawan Kambe
saja. Difokuskan di cerita yang baru ini untuk perkembangan karakter Ara dari
yang takut bertarung melawan Kambe sehingga ia melarikan diri di pertarungan
pertamanya, sampai Ara yang berani melawan Si Monster, dan menghadapi
takdirnya.
Scene yang penulis bahas difokuskan untuk fight scene pertama Ara,
dimana Ara kalah kemudian melarikan diri untuk kedua kalinya. Scene ini
merupakan lanjutan dari chase scene sebelumnya yang juga penulis bahas.
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Gambar 3.27. Storyboard Scene 5 Shot 1-2
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Gambar 3.28. Storyboard Scene 5 Shot 3-4
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Gambar 3.29. Storyboard Scene 5 Shot 5-7
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Gambar 3.30. Storyboard Scene 5 Shot 8-9
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Gambar 3.31. Storyboard Scene 5 Shot 10-12
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Gambar 3.32. Storyboard Scene 5 Shot 13-14
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Gambar 3.33. Scene 5 Shot 1 dan Referensi (Monster, 2014)
Scene 5 Shot 1 menunjukan Ara yang berada di sebuah tanah kosong dan terlihat
kebingungan karena tidak ada lagi pepohonan dan ia tidak bisa bersembunyi. Lalu
tangan kambe masuk ke dalam frame menunjukan Kambe yang juga sudah tiba di
tanah kosong tersebut tepat di belakang Ara. Referensi shot dari film animasi
pendek berjudul Monster.
Ditunjukan ekspresi kelelahan dan kebingungan Ara yang tiba di tanah
kosong dalam scene 5 shot 2. Shot yang digunakan adalah medium shot agar
mampu menangkap ekspresi Ara, namun tetap cukup untuk menyembunyikan
yang kemudian menunjukan pula Kambe di belakangnya seperti gambar di
bawah.
Gambar 3.34. Scene 5 Shot 2 dan Referensi (Sword of The Stanger, 2007)
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Untuk scene 5 shot 2 penulis mengambil referensi dari film Sword of The
Stranger. Shot awal memperlihatkan wajah Ara yang bingung dan kecapaian
sehabis berlari, Ara sampai disebuah tanah kosong yang lapang di mana ia tidak
dapat bersembunyi lagi. Kemudian Ara menengok ke belakang bersamaan dengan
gerak kamera yang memperlihatkan Kambe di belakangnya siap untuk
menyerang. Dari shot seperti ini penonton akan tahu bahwa kedua karakter siap
bertarung.
Gambar 3.35. Scene 5 Shot 3 dan Referensi (Monster, 2014)
Scene 5 shot 3 diambil dari low angle untuk menunjukkan kesan kuat dan
mengancam pada karakter Kambe. Kambe mengamuk kemudian maju menyerang
Ara. Kamera tracking gerakan Kambe sampai sebelum Kambe melompat
melewati kamera, keluar dari frame. Referensi diambil dari film animasi pendek
berjudul Monster. Diperlihatkan juga dalam film ini karakter monster yang berlari
menghampiri karakter anak kemudian berlari sambil melompat sampai keluar dari
kamera atau frame.
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Gambar 3.36. Scene 5 Shot 4 dan Referensi (Monster, 2014)
Kebalikan dari shot sebelumnya, shot 4 diambil dari high level untuk menunjukan
kesan lemah pada si karakter. Shot ini diambil seolah-olah dari pov Kambe.
Diperlihatkan juga dalam shot ini bayangan Kambe yang seakan-akan
menyelubungi Ara. Referensi diambil dari film animasi Monster, di mana karakter
anak terlihat seperti diselubungi bayangan monster.
Gambar 3.37. Scene 5 Shot 5
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Gambar 3.38. Tilted Horizon Referensi (Sword of The Stanger, 2007)
Gambar 3.39. Balance Composotion Referensi (The Boy and The Beast, 2015)
Dalam shot 5 ini penulis mengambil referensi dari film Sword of The Stranger
yang dipadukan dengan shot dari film The Boy and The Beast. Teori yang
digunakan untuk shot ini adalah tilted horizon, canted angle. Karena ingin
menunjukan sebuah pertarungan antara dua karakter secara profile dan long shot
agar lebih jelas, namun tidak membosankan, maka digunakanlah tilted horizon ini.
Selain itu teori lain yang penulis gunakan untuk shot 5 adalah balanced
composition dengan meletakan kedua karakter pada tengah-tengah frame, selain
itu karena ingin menunjukan fokus pada interaksi dua karakter yang sedang
bertarung, sekelilingnya hanya aja pohon-pohon yang berdiri dikejauhan sehingga
mata penonton tidak rancu menangkap objek.
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Scene 5 shot 6 merupakan adegan di mana Ara terjatuh setelah menerima
pukulan dari Kambe. Tameng terlepas dari genggamannya dan ia terguling lebih
jauh. Kemudian Kambe bergerak maju masuk ke dalam frame menunjukan posisi
Ara yang terkapar dari over shoulder Kambe.
Scene 5 shot 7 menunjukan Ara yang tertatih berusaha untuk bangun dan
di depannya ada Kambe yang sudah bergerak maju lagi bersiap menyerang
dirinya. Shot ini diambil dari low angle untuk memberikan kesan mengancam
pada Kambe, dan kesan lemah pada Ara.
Gambar 3.40. Scene 5 Shot 8 dan Referensi (Sword of The Stanger, 2007)
Shot 8 mengambil referensi dari adegan final battle Sword of Stranger. Di mana
adegan Nanashi dan Luo Lang sedang bertarung dan Nanashi sedang terdesak.
Terlihat di dalam frame ekspresi seram LuoLang dari over shoulder Nanashi. Dari
shot ini penonton dapat mengetahui siapa yang dalam posisi kalah dan siapa
dalam posisi menang.
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017
Gambar 3.41. Scene 5 Shot 9 dan Referensi (Sword of The Stanger, 2007)
Shot ini merupakan kebalikan dari shot sebelumnya, dengan masih
menggambarkan adegan yang sama. Shot ini digunakan untuk memperlihatkan
ekspresi takut Ara dengan lebih jelas dan kembali menegaskan posisi Ara yang
berada di bawah Kambe.
Ara dilempar Kambe pada shot sebelumnya terpental dan menabrak
pohon. Scene 5 shot 10 menggunakan teori balanced composition, menempatkan
Ara pada tengah-tengah frame. Kemudian datang Kambe yang menabrak pohon.
Scene 5 shot 11 dan 12 menunjukkan kuku Kambe yang menancap dan
tersangkut di batang pohon, memberikan waktu untuk Ara melarikan diri. Ara
berlari keluar dari frame meninggalkan Kambe.
Pada scene 5 shot 13 Kambe berhasil mencabut kukunya dari batang
pohon, namun melihat Ara yang sudah tidak ada di tempat iapun meraung marah.
Scene 5 shot 14 merupakan shot terakhir dari fight scene yang penulis
bahas. Selanjutnya Ara kembali melarikan diri dan masuk jauh ke dalam hutan.
perancanaan storyboard...,Abigial Tanujaya,FSD UMN,2017