lentera banggai edisi 2 tahun 2014
DESCRIPTION
Lentera Banggai adalah media komunikasi bagi komunitas pendidikan di Kabupaten Banggai, Sulawesi Selatan. Media ini diinisiasi oleh Pengajar Muda Kabupaten Banggai, Sulawesi Selatan.TRANSCRIPT
Celoteh Anaka LENTERA |16
MENCEGAH GEMPA
(cerita di SDN Trans Batui 5)
Guru : “Anak-anak gempa bisa dicegah
tidak?”
Murid : hening seketika
Murid A : (dengan bersemangat) “Saya tahu
Bu, bisa!”
Guru : “Bisa? Bagaimana, Nak?”
Murid A : “Dengan berdoa, Bu.”
*lalu ia senyum dengan polosnya
TEMPAT SAMPAH DI RUMAH
(cerita di SDN Trans Batui 5)
Guru : “Anak-anak kalau membuang sampah
di mana?”
Murid : (serempak) “Di tempat sampah, Bu.”
Guru : “Nah, kalau di rumah kalian ada
tempat sampah tidak?”
Murid : Sebagian menjawab ada, sebagian
lainnya tidak.
Guru : “Kira-kira kalau di rumah tidak ada
tempat sampah, apa yang bisa kita
jadikan tempat sampah ya?”
Murid B : “Belanga, Bu.”
Guru : berpikir sejenak, belanga itu kan
tempat untuk memasak. “Kenapa
belanga, Nak?”
Murid B : “Kan belanganya sudah rusak, Bu.”
UANG PAPAK DIPEGANG MAMAK! ☺☺☺☺
(cerita di SD Inpres Moilong)
Di tengah pelajaran IPS, saya tengah
menerangkan dan mencoba menanamkan
tentang pentingnya menghargai uang.
Saya : “Anak-anak, kalau di rumah, misalnya
kalian minta uang sama papak,
biasanya langsung dikasih tidak?”
Murid : “Tidak, Enci!”
*Bagus, tepat sasaran pertanyaan saya
Saya : “Kira-kira kenapa ya, uangnya tidak
langsung dikasih?”
Rahmat : “Karena cari uang itu susah, Enci!”
Saya : “Jawaban yang bagus sekali, Rahmat.
Coba ada yang mau memberi Enci
pendapat lain?”
Afdal : (dengan muka serius) “Karena cari
uang itu nyawa taruhannya, Nci! “
Saya : “Waw, betul yaah. Beberapa pekerjaan
orang tua kita bahkan sampai
mempertaruhkan nyawa untuk mencari
uang untuk keluarganya.
Ada yang punya pendapat lain?”
Dallo : “Karena uang papak dipegang sama
mamak, Nci! Makanya tidak dikasih.”
Tajuk Rencana
Pendidikan Untuk Semua:
Catatan Tentang
ABK di Banggai
(hal. 6)
LENTERA
KELAS INSPIRASI Cuti Sehari,
Seumur Hidup Menginspirasi
Pertama kali saya menginjakkan kaki untuk mengajar di Pulau
Tembang, sebuah pertanyaan yang sangat sederhana saya lontarkan
pada murid-murid saya di kelas III. “Anak-anak, coba ceritakan cita-
cita kalian!”
Tangan-tangan mungil bermunculan di udara. Mereka dengan
antusias menjawab.
Anak pertama dengan semangat berkata, “Saya ingin jadi nelayan,
Pak!”
Giliran anak kedua menjawab, “Saya ingin jadi pemanah ikan, Pak!”
Lalu anak ketiga menjawab tak kalah semangatnya, “Kalau saya mau
jadi pencari ikan, Pak!”
Saya terkesima. Sesungguhnya tak ada yang salah dengan menjadi
nelayan. Nyatanya, anak-anak di pulau ini memang berkutat dengan
pekerjaan melaut seumur hidup mereka. Ayah mereka, kakek mereka,
buyut mereka, dan generasi sebelumnya, semua berprofesi sebagai
nelayan. Tak heran bila nelayan adalah satu-satunya profesi yang
mereka kenal.
Tentang Indonesia Mengajar
Iuran Publik
Indonesia Mengajar (hal. 2)
Profil
Krisyana, si Jago
Sains dari Bualemo
(hal. 12)
Cerita PM
Merekam Jejak UN
di Sekolahku (hal. 14)
Liputan
Fandy, Murid SMP 4 Toili,
Belajar Toleransi Lewat
Pertukaran Pelajar
(hal. 8)
Edisi Edisi Edisi Edisi 2222/Tahun 2014/Tahun 2014/Tahun 2014/Tahun 2014 NNNNeeeewwwwsssslllleeeetttttttteeeerrrr PPPPeeeennnnggggaaaajjjjaaaarrrr MMMMuuuuddddaaaa BBBBaaaannnnggggggggaaaaiiii
Tentang Indonesia Mengajara LENTERA | 2
IURAN PUBLIK INDONESIA MENGAJAR
____________________
Sumber foto: indonesiamengajar.org
Indonesia Mengajar percaya bahwa kontribusi masyarakat adalah salah
satu pilar penting bagi sebuah gerakan publik. Kontribusi iuran
masyarakat yang signifikan menunjukkan bahwa sebuah gerakan memang
dipercaya oleh publik secara luas untuk mengemban dan mengejar
sebuah misi dan cita-cita bangsa.
Seiring pergerakan Indonesia Mengajar yang hampir memasuki tahun
kelima, gerakan ini menjadi semakin kaya dengan banyaknya orang yang
semakin turut terlibat dengan memberikan iuran (kontribusinya) masing-
masing. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang percaya
bahwa mendidik adalah kewajiban orang terdidik, bahwa berhenti
mengeluh tidaklah cukup, bahwa hanya berkata-kata indah dengan penuh
semangat juga tidak akan pernah cukup untuk mengubah masa depan
bangsa ini.
Bagi kami para Pengajar Muda kami, mengambil peran untuk
mendedikasikan diri selama setahun sebagai tenaga pengajar di daerah.
Lalu bagaimana dengan peran-peran yang lain?
REDAKSI
Editor:
Ade Sri Rahayu
Kontributor:
Fransisca C
Ade Sri Rahayu
Ade Susilo
Rahayu Pratiwi
Ahmad Frenki
Eva Bachtiar
Tata Letak:
Eva Bachtiar
Kontak redaksi:
lentera.banggai
@gmail.com
Redaksi menerima
kontribusi artikel & opini
terkait pendidikan di
Banggai
Cerita PM LENTERA |15
Di samping itu, beliau berpendapat bahwa kejujuran
dalam pelaksanaan ujian menjadi penting karena
nilai hasil ujian akan terus siswa bawa di tiap jenjang
karier dalam hidupnya. Di sinilah guru memegang
peranan penting untuk memastikan kejujuran
diterapkan.
Berkaca dari peristiwa tersebut, ada beberapa hal
yang dapat kita jadikan pembelajaran bersama.
• Mengajarkan siswa untuk menanamkan kejujuran
dalam dirinya.
• Mengajarkan siswa untuk mengatur waktu
mereka. Persiapan ujian tidak bisa dimulai H-1
atau yang biasa dikenal dengan sistem kebut
semalam. Banyak sekali materi yang diujikan
sehingga siswa mesti bersiap belajar lebih awal,
tentunya dengan bimbingan guru di sekolah.
• Mengajarkan siswa untuk bekerja keras. Apa yang
mereka usahakan, maka itu pula yang akan
mereka tuai. Siswa belajar untuk menimbang
dampak sebelum terjadi. Jika ingin berhasil
melewati tantangan ujian maka harus semangat
belajar. Teringat kembali saat saya sekolah dulu,
menjelang ujian adalah masa-masa paling sibuk
untuk belajar tambahan di sekolah dan latihan
mengerjakan soal bersama teman. Sudah cukup
keraskah usaha saya untuk belajar? Sudah berapa
banyak soal yang bisa saya kerjakan? Materi apa
yang belum saya kuasai? Bagaimana caranya ya
mengejar materi yang tertinggal itu?
• Nilai ujian adalah salah satu parameter yang bisa
digunakan sekolah untuk mengetahui kualitas
seluruh komponen sekolah. Evaluasi menjadi
penting dilakukan untuk mendesain program
sekolah agar terus terjadi perbaikan positif di
tahun berikutnya. Ingin kualitas lulusan sekolah
yang seperti apa? Maka program seperti apa
yang sesuai untuk mencapai target tersebut? dan
sebagainya. Hal tersebut merupakan pekerjaan
besar bagi para guru dan kepala sekolah. Dalam
skala lebih luas, pembenahan kualitas pendidikan
merupakan awal dari pembenahan kualitas
bangsa di berbagai bidang.
Nah, itulah sekilas cerita tentang pelaksanaan UN di
sekolah tempat saya bertugas. Bagaimana dengan
pelaksanaan UN di sekolahmu? (ASR)
Pak Tasmin, Kepala Sekolah SDN Transbatui 5
Cerita PM LENTERA |14
MEREKAM JEJAK UN DI SEKOLAHKU
Teng teng teng! Bel tanda pulang berbunyi. Tidak
biasanya Bapak Kepala Sekolah mempersilahkan
murid-murid untuk pulang lebih cepat. Berbeda
dengan hari ini, karena dewan guru di sekolahku -
SDN Trans Batui 5 akan melakukan rapat persiapan
pelaksanaan Ujian Nasional (UN).
“Budaya jujur sudah diterapkan sejak 12 tahun yang lalu dan “Budaya jujur sudah diterapkan sejak 12 tahun yang lalu dan “Budaya jujur sudah diterapkan sejak 12 tahun yang lalu dan “Budaya jujur sudah diterapkan sejak 12 tahun yang lalu dan
akan terus berlanjut, dengan atau akan terus berlanjut, dengan atau akan terus berlanjut, dengan atau akan terus berlanjut, dengan atau tanpa Pengajar tanpa Pengajar tanpa Pengajar tanpa Pengajar MMMMuda di uda di uda di uda di
sekolah ini. Seluruh guru dilarang kasih tunjuk ½ nomor pun sekolah ini. Seluruh guru dilarang kasih tunjuk ½ nomor pun sekolah ini. Seluruh guru dilarang kasih tunjuk ½ nomor pun sekolah ini. Seluruh guru dilarang kasih tunjuk ½ nomor pun
pada siswa, atau saya pada siswa, atau saya pada siswa, atau saya pada siswa, atau saya persilahkan keluar dari ruang ujian.”persilahkan keluar dari ruang ujian.”persilahkan keluar dari ruang ujian.”persilahkan keluar dari ruang ujian.”
Pak Kepala sekolah mengawali rapat dengan kalimat
pembuka yang membuat saya bangga menjadi
bagian dari sekolah ini. Sekolah yang menghargai
dan menanamkan nilai kejujuran dalam diri siswa.
Sedini mungkin.
“Tidak cuma di sini, tapi guru sekolah ini yang pergi
mengawas juga harus menjunjung tinggi budaya
sekolah kita dengan tetap menghormati pimpinan di
tempat bertugas.” tegas Bapak Kepala Sekolah.
Selain itu siswa di sekolah saya tidak mengeluarkan
dana apapun untuk ujian, sehingga para guru yang
siap sedia bekerjasama turun tangan untuk
menyiapkan segala kebutuhan dalam hal
pelaksanaan ujian. Nuansa kekeluargaan terasa sekali
di sekolah ini.
Hari yang telah ditunggu pun tiba. Semua siswa,
guru, kepala sekolah, serta pengawas melaksanaakan
tugasnya dengan baik. Pelaksanaan UN di sekolah ini
lancar tanpa kendala berarti.
Sebulan setelah pelaksanaan ujian, hasilnya pun
keluar. Nilai yang terpampang beragam sekali. Ada
siswa yang berhasil meraih nilai tertinggi di semua
pelajaran, ada pula siswa yang nilainya rendah sekali
di beberapa mata pelajaran.
Meskipun begitu, Pak Kepala Sekolah menanggapi
bahwa berapapun nilai anak didik kita, tetap kita
bangga, bangga dengan kejujuran. Namun dibalik
nilai tersebut ada tugas bersama bagi seluruh dewan
guru untuk lebih menaruh perhatian pada kualitas
pemahaman siswa, terutama siswa Kelas 6.
Tentang Indonesia Mengajara LENTERA | 3
Indonesia Menyala, adalah salah satu kanal dari
Gerakan Indonesia Mengajar yang memberikan akses
bagi siapa saja yang ingin memberikan donasi berupa
buku pelajaran dan bacaan bagi anak-anak di daerah
yang dituju oleh Gerakan Indonesia Mengajar. Kanal
Indonesia Menyala (indonesia-menyala.org) ini
memiliki misi agar anak di seluruh
Indonesia memiliki minat baca
yang tinggi, selain memperoleh
pengetahuan baru.
Kemudian Ruang Belajar
(belajar.indonesiamengajar.org),
adalah salah satu kanal
di website Indonesia Mengajar
yang memberikan akses bagi siapa
saja yang mau berbagi ilmu
seputar ide dan metode belajar
mengajar bagi anak usia sekolah dasar.
Sedangkan bagi mereka kaum profesional di
bidangnya yang juga memiliki semangat untuk berbagi
cerita di depan kelas namun memiliki waktu yang
terbatas, Gerakan Indonesia Mengajar juga membuka
akses melalui Kelas Inspirasi ( www.kelasinspirasi.org )
yang sampai hari ini sudah berhasil menjangkau
beberapa kota & kabupaten di luar Jawa. Kelas
Inspirasi merupakan salah satu cara dari Indonesia
Mengajar untuk membuka jalan bagi mereka
masyarakat Indonesia meluangkan waktunya dalam 1
hari menjadi bagian dari semangat menginspirasi.
Lalu siapa yang memberikan bantuan yang digunakan
untuk menjalankan Gerakan Indonesia Mengajar
sampai hari ini yang sudah memberangkatkan 8
angkatan? Kembali lagi kepada semangat Gerakan
Indonesia Mengajar melalui iuran publik, Gerakan
Indonesia Mengajar mengajak masyarakat selain
upaya partisipasi di atas yakni dengan menjadi donatur
(www.indonesiamengajar.org/iuran). Baik individu
maupun korporat, Gerakan Indonesia Mengajar
memberikan akses untuk bekerjasama agar semangat
untuk menginspirasi ini terus berjalan.
Sampai saat ini, Gerakan Indonesia Mengajar
berkomitmen untuk menjalin kerjasama tanpa
melibatkan pihak asing dan tetap bebas kepentingan
tertentu. Oleh karenanya, Gerakan Indonesia
Mengajar memang berkomitmen untuk membangun
Indonesia juga dari tangan-tangan masyarakat
Indonesia, dan dikelola secara transparan oleh orang
Indonesia pula.
Agar semangat berbagi dan menginspirasi ini terus
berjalan, kami mengajak Anda yang menjadi bagian
dari masyarakat Indonesia untuk mengambil peran
dalam pengembangan dan kemajuan pendidikan di
Indonesia.
Sudah siapkah Anda mengambil peran? Mari
bergabung bersama 12.000 orang lainnya yang sudah
menjadi bagian dari Gerakan Indonesia Mengajar
untuk mengambil peran penting dalam membangun
masa depan Indonesia yang lebih baik. (FC)
Aktivitas LENTERA | 4
KELAS INSPIRASI Cuti Sehari, Seumur Hidup Menginspirasi
– sambungan dari hal.1
Tapi jauh di lubuk hati terdalam, saya ingin
mengenalkan dunia luas di luar sana. Membuka
cakrawala anak-anak bahwa kalau mereka mau
berusaha lebih keras, tak ada yang mustahil untuk
mereka capai.
Maka berawal dari semangat inilah, lahir
gerakan Kelas Inspirasi. Kelas Inspirasi adalah
sebuah kegiatan sehari mengajar yang melibatkan
para profesional, untuk menjadi guru di SD. Di satu
hari yang kami sebut sebagai Hari Inspirasi ini,
mereka hadir di kelas, bercerita tentang profesi
mereka, memukau anak-anak, dan yang terpenting:
mengajak generasi masa depan bangsa ini untuk
berani bermimpi.
Harapannya sederhana, semoga cerita yang
mereka dengar tersebut bisa menginspirasi anak-
anak ini untuk terus bersekolah, semangat belajar,
dan menggapai cita-cita.
Setelah sukses diselenggarakan di puluhan kota di
Indonesia, kini Kelas Inspirasi perdana hadir di
Banggai. Hari Inspirasi dilaksanakan hari Rabu,
tanggal 10 September 2014, yang bertempat di 4 SD
di Luwuk Utara, yaitu di SD Inpres Buon, SDN
Kamumu, SDN Salodik, dan SDN Lenyek.
Siswa SD Inpres Buon terpukau dengan cerita Ali Sofyan
Profil LENTERA |13
Keyakinan dan dukungan dari orangtua beserta guru
di sekolah menjadikan Krisyana semakin percaya diri
saat semifinal. Anak yang sempat dua kali maju
sampai babak semifinal ini menceritakan kepada
orangtuanya bahwa soal OSK Semifinal tahun ini
cukup mudah dan hanya ragu dengan beberapa soal
saja. Hal ini diucapkan lantaran Krisyana selalu
belajar dengan giat, bahkan seringkali harus
diingatkan ketika waktu makan tiba.
Himran Djawaba A.Ma.Pd selaku Kepala Sekolah
menyatakan kebanggaan tersendiri bagi para guru,
ada anak didik yang lolos sampai tingkat nasional.
Hal ini membuktikan bahwa dengan terbatasnya
sarana dan prasarana yang ada, anak–anak pelosok
mampu bersaing dengan sekolah yang memiliki semua
akses dan kemudahan sebagai sarana penunjang
untuk berprestasi.
Hal senada juga diungkapkan oleh KUPT Dinas
Pendidikan dan Olahraga Bualemo, Syamsurizal
Labolo, S.Pd. KUPT Dikpora Bualemo ini mengaku
sangat bangga karena Krisyana merupakan satu–
satunya peserta dari Kabupaten Banggai yang berhasil
mencapai babak Final OSK 2014 di Jakarta. Sebuah
prestasi besar yang dihantarkan oleh anak pelosok
Bualemo yang berbakat di bidang sains atau biasa
yang lebih dikenal dengan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama di Jakarta, Osin mengikuti serangkaian
kegiatan. Mulai dari ujian tulis Sains Kuark hingga
percobaan atau eksperimen sains. Selain itu, juga ada
malam penghargaan Finalis OSK 2014 di Kebun
Wisata Pasirmukti, Bogor, Jawa Barat. Dimana pada
kegiatan ini, Osin bersama pendampingnya
mengenakan pakaian adat Banggai sebagai identitas
kedaerahan yang dibanggakan.
Dengan senyum manis, Osin menceritakan
pengalamannya selama di Jakarta. “Saya senang
sekali. Disana saya berkenalan dengan banyak teman.
Tidak hanya tes tulis, saya juga mengikuti banyak
kegiatan yang menyenangkan seperti eksperimen
sains” seraya menunjukkan medali penghargaan yang
ia dapatkan sebagai finalis OSK 2014. Panitia Pusat
OSK 2014 juga memberikan penghargaan kepada SDN
2 Bualemo berupa alat percobaan sains sebagai
penghargaan terhadap sekolah yang bersemangat
mengikuti OSK 2014.
Keberangkatan Osin didukung oleh banyak pihak.
Mulai dari guru-guru sekolah tempat ia belajar, KUPT
Dikpora Bualemo dan juga Dikpora Kabupaten
Banggai. Wabup Herwin Yatim memberikan apresiasi
atas prestasi yang dicapai Osin. Beliau menyempatkan
bertemu langsung dengan Osin dan memberikan
bantuan sebelum keberangkatan Osin ke Jakarta. ((((AAAASSSS))))
Profil LENTERA |12
KRISYANA Si Jago Sains dari Bualemo
Matahari sudah terbenam
di ufuk barat. Bersamaan
dengan mendaratnya
pesawat dari Jakarta yang
ditumpangi oleh Krisyana,
finalis OSK 2014 dari
Banggai. Krisyana telah
mengikuti serangkaian
kegiatan Final Olimpiade
Sains Kuark 2014 pada
21-22 Juni di Prasetya
Mulya Business School
(PMBS) di Cilandak Jakarta
Selatan dan di Kebun
Wisata Pasirmukti, Bogor,
Jawa Barat. Selama
kegiatan, Krisyana
ditemani oleh ibunda,
Santi Sasmita Tuamadji,
dan Kepala Sekolah SDN
2 Bualemo, Himran
Djawaba, A.Ma.Pd.
Krisyana berhasil menjadi
yang terbaik setelah melewati babak penyisihan dan
semifinal di Luwuk dengan menyisihkan sekitar 22 ribu
peserta OSK dari seluruh Indonesia. Sebuah
kebanggaan tersendiri karena Krisyana adalah siswa
yang pertama dan satu–satunya peserta yang berhasil
lolos hingga ke babak Final dari kabupaten Banggai
tahun ini.
Krisyana merupakan salah satu dari 100 orang yang
lolos dalam Final OSK 2014. Olimpiade Sains Kuark
dibagi dalam tiga level. Level satu untuk siswa kelas I
dan II, level dua diikuti siswa SD kelas III dan IV,
serta level tiga diikuti anak siswa SD kelas V sampai
kelas VI. Di Kabupaten Banggai, dari 393 semifinalis
Olimpiade Sains Kuark
yang digelar di SDN
Pembina Luwuk 26 April
2014 lalu, Krisyana, satu–
satunya yang lolos dalam
Final OSK. Bersamanya
turut serta tiga orang
siswa SD lainnya dari
Sulawesi Tengah yakni
dari Kota Palu dan
Donggala yang lolos ke
Jakarta.
Santi Sasmita Tuamadji,
ibunda Osin –panggilan
akrab Krisyana,
menceritakan, anaknya
memang seorang kutu
buku. Hampir tak ada
waktu yang dilewatinya
selain untuk belajar.
“Sepulang sekolah dia
bahkan lupa makan, lebih
memilih mengerjakan
pekerjaan rumah yang diberikan guru-gurunya,” ucap
Santi saat ditemui di Luwuk. Menurut ibunya,
meskipun Osin seorang kutu buku, namun dirinya
tetap aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, baik di
internal sekolah maupun kegiatan lainnya yang
dilombakan oleh pemerintah setempat.
“Dari kelas satu sampai kelas enam dia selalu juara
kelas. Dia juga aktif ikut kegiatan di sekolah dan
meraih juara,” tuturnya. Prestasi itu, diraih karena
Osin tak mengenal waktu belajar, baik pelajaran di
sekolah maupun sekedar membaca buku. ”Jika meraih
juara, Osin selalu meminta dibelikan buku sebagai
hadiah, terutama buku cerita,” ujar sang ibu.
Aktivitas LENTERA | 5
Terdapat 13 relawan inspirator dari berbagai
ragam profesi yang terlibat, antara lain marketing,
penerjemah bahasa Rusia, aktivis pemerhati
perempuan dan anak, pesulap, guru seni, penyiar
radio, anggota DPR, pekerja sosial, petani kelapa
profesional, staff komunikasi perusahaan, hingga
manajer operasional.
13 inspirator ini juga berasal dari berbagai
daerah, antara lain dari Jakarta, Gorontalo, Palu,
Poso, dan dari Banggai sendiri.
Kegiatan ini juga menggugah anggota DPR
RI, Pak Murad Nasir yang turut berpartisipasi hadir
menjadi relawan inspirator dan berbagi cerita
tentang pengalaman masa kecilnya hingga sukses
seperti sekarang ini.
Di Hari Inspirasi, para inspirator mengajar
anak SD dengan berbagai metode belajar kreatif
yang menyenangkan. Anak-anak dan pihak sekolah
juga terlihat sangat antusias menyambut baik
hadirnya Kelas Inspirasi di
sekolah mereka.
Kegiatan ini juga
didukung penuh oleh Dinas
Dikpora Kab. Banggai, yaitu
Haris Dayanun selaku
Kepala Dinas dan Paiman
Karto selaku Kepala Bidang
Pendidikan Dasar, yang
menyempatkan untuk hadir
dan menyaksikan langsung
pelaksanaan Kelas Inspirasi.
Di akhir pelaksanaan,
tiap sekolah menutup
kegiatan dengan cara yang
unik. SDN Kamumu dan
SDN Lenyek dengan pelepasan balon cita-cita, SDN
Salodik dengan penanaman bibit pohon kelapa, dan
SD Inpres Buon dengan membuat toples impian.
Fikri, seorang aktivis LSM di Thailand,
mengungkapkan bahwa ia memang mengajar di
kelas, tapi sesungguhnya ia yang lebih banyak
belajar. Asri, seorang petani kelapa profesional,
juga dengan antusias berkata bahwa ia sangat
senang karena dapat membuat anak-anak semakin
mencintai dunia pertanian.
Dalam evaluasi ini, panitia meyakini bahwa
Kelas Inspirasi bisa menjadi wadah bagi semua
orang dari berbagai kalangan untuk turun tangan
langsung memajukan pendidikan.
Harapannya, setelah Kelas Inspirasi akan
banyak lagi inisiatif-inisiatif yang digalang oleh
relawan untuk terlibat lebih banyak dalam dunia
pendidikan. (EB)
Acara Pelepasan Balon Cita-cita di SDN Kamumu
Tajuk Rencana LENTERA | 6
PENDIDIKAN UNTUK SEMUAPENDIDIKAN UNTUK SEMUAPENDIDIKAN UNTUK SEMUAPENDIDIKAN UNTUK SEMUA Catatan Kecil Tentang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Di Banggai i
Apakah Anda setuju dengan pernyataan bahwa
untuk membangun sebuah negara, yang
pertama-tama harus dibangun adalah
manusianya? Membangun manusianya berarti
melalui jalur pendidikan termasuk perangkat di
dalamnya, yakni guru dan fasilitas penunjangnya.
Untuk itu, saya mencoba menulusuri apa yang
terjadi di lingkungan saya saat ini.
Sesungguhnya pendidikan di Indonesia bukan
hanya hak bagi anak–anak yang normal saja.
Realita di lapangan berbicara bahwasanya,
terdapat anak berkebutuhan khusus (ABK) yang
juga memiliki hak yang sama untuk mengenyam
pendidikan.
Berbicara tentang ABK tak lepas dari wacana
sekolah inklusi, yakni sekolah biasa yang
menerima ABK di kelas normal yang materi
pelajaran dan tenaga pengajarnya memang telah
disesuaikan untuk ABK juga.
Seiiring berjalannya waktu, wacana tersebut
kemudian lebih banyak digulirkan di perkotaan
yang secara infrastruktur cukup siap. Namun,
kondisi di Banggai ini cukup jauh dari apa yang
saya bayangkan dengan kondisi ideal. Saya
mendapati data yang menyebutkan terdapat 58
ABK dari berbagai jenjang pendidikan, SD, SMP
hingga SMA, yang saat ini bersekolah di SLBN
Luwuk (2014). Sayangnya, selain ke-58 anak
tersebut masih terdapat anak–anak lain yang
juga butuh fasilitas dan perhatian khusus.
Kali ini, saya bertemu Mila (9). Sekilas ia tampak
seperti murid normal lainnya. Ia selalu
bersemangat ketika datang ke sekolah. Namun,
ketika saatnya menerima pelajaran, Mila selalu
merasa kesulitan meski materi yang disampaikan
cukup sederhana untuk anak lain seusianya.
Mila juga menemui kendala dalam calistung
(baca, tulis, hitung). Semakin diperhatikan, Mila
ternyata memiliki keterbatasan yaitu tidak bisa
menulis tanpa meniru, dan saat diminta
membaca pun suaranya terlampau lirih hingga
nyaris tak bersuara. Gadis kecil ini memang sulit
menerima materi pelajaran yang disampaikan
meski disampaikan berkali–kali.
Usut punya usut, bisa dikatakan Mila termasuk
dalam kategori slow learner (lambat dalam belajar).
Sumber gambar: amavola.wordpress.com
Galeria
Andi dan Inal mengajak anak-anak simulasi siaran radio
Penerjemah Bahasa Rusia, Renu, memperkenalkan profesinya
ke murid SDN Salodik
Ningsih menceriakan hari siswa SDN Lenyek
LE
Perayaan Hari Inspirasi Banggai 10 September 2014
KELAS INSPIRASI BANGGAI
10 SEPTEMBER 2014
anak simulasi siaran radio
Penerjemah Bahasa Rusia, Renu, memperkenalkan profesinya
Ningsih menceriakan hari siswa SDN Lenyek
Murad Nasir, berbagi cerita dan motivasi
kepada anak-anak SDN Kamumu
ENTERA |11
Inspirasi Banggai 10 September 2014
KELAS INSPIRASI BANGGAI
10 SEPTEMBER 2014
Murad Nasir, berbagi cerita dan motivasi
anak SDN Kamumu
Ruang Belajar LENTERA |10
BERMAIN - PERPINDAHAN PANAS
Macam dan pengertian perpindahan panas pada benda bisa diajarkan kepada siswa secara menarik dengan metode roleplay (drama). Saya meminta beberapa anak untuk maju kedepan kelas dan mereka akan bermain peran di sana.
Radiasi: Seorang anak akan naik diatas kursi dengan membawa tulisan/gambar matahari. Disitu ia akan berperan sebagai matahari, sementara murid-murid lain yang duduk menjadi manusia yang merasakan panas. Drama ini membuat saya mudah menjelaskan bahwa panas matahari memancar secara radiasi dimana ia tidak memerlukan perantara untuk membawa panas tersebut sampai ke bumi.
Konduksi: Kata kuncinya adalah “Menular” maksudnya bahwa panas ditularkan dari partikel satu ke partikel lain tanpa perpindahan partikel itu sendiri. Beberapa anak saya minta untuk berdiri berdekatan, seorang anak yang paling dekat dengan sumber panas (api) saya minta membawa kertas bertuliskan panas, nah lama kelamaan kertas itu akan terus berpindah ke teman di sampingnya dan terus begitu hingga seluruh teman membawa kertas bertuliskan panas. Drama ini cukup menggambarkan konsep perpindahan panas secara konduksi yaitu perpindahan panas tanpa pergerakan partikel.
Konveksi: Kata kuncinya adalah “Bergerak”. Beberapa anak saya minta untuk membuat formasi mengumpul di depan kelas. Seorang anak yang dekat dengan sumber panas (api) akan membawa kertas panas, lama kelamaan anak ini akan bergerak menjauh dari sumber panas, digantikan teman yang lain, terus teman tersebut mendapat kertas panas, dia akan bergerak menjauh (dengan pola melingkar) demikian seterusnya hingga semua anak mendapat kertas bertuliskan panas. Drama ini membantu anak memahami bahwa perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan panas dengan pergerakan partikel. (FC)
Tajuk Rencana LENTERA | 7
Kondisi ini membuat saya berpikir, apa yang
bisa dilakukan oleh para orangtua murid dan
kami para tenaga pengajar? Sebagian dari kami
mungkin tidak cukup akrab dengan kondisi
anak-anak yang sebenarnya membutuhkan
perhatian dan perlakuan khusus saat sekolah.
Bagi orangtua yang paham, muncul keengganan
untuk menyekolahkan anak mereka di SLB kota
Luwuk, pertimbangannya adalah soal jarak dan
stigma yang akan muncul di masyarakat jika
diketahui anak mereka bersekolah di SLB.
Menangani ABK memang bukan perkara mudah,
karena menyangkut kesiapan guru dan fasilitas
penunjang yang harus diadakan untuk
menunjang kelangsungan proses belajar
mengajar. Terdapat berbagai klasifikasi ABK,
yang masing–masing membutuhkan penanganan
khusus. Materi pelajaran dan kurikulum yang
diterapkan pun juga tidak sama dengan yang
digunakan untuk anak–anak normal, terkait juga
dengan standar nilai ketuntasan juga tak bisa
disamakan dengan standar normal.
Munculnya wacana sekolah biasa untuk
merangkap menjadi sekolah inklusi ini adalah
salah satu solusi yang ditawarkan pemerintah
untuk menjangkau anak–anak berkebutuhan
khusus sehingga mereka dapat bergabung
dengan teman–temannya di sekolah normal.
Solusi ini juga yang dirasa paling menjanjikan
untuk kabupaten Banggai saat ini.
Bagaimana pun anak anak seperti Mila tidak
bisa terus terusan terkurung dalam sistem
pendidikan yang jelas-jelas tampak kedodoran
untuk mereka. Dicanangkannya sekolah biasa
yang menjadi sekolah inklusi juga dimaksudkan
agar mengeliminasi stigma negatif yang muncul
di masyarakat atas ABK.
Orangtua merasa percaya diri untuk
menyekolahkan anaknya, anak-anak yang
terindikasi ABK bisa mendapatkan kesempatan
untuk menerima pendidikan yang sesuai, serta
anak yang normal bisa mulai belajar menghargai
keterbatasan dan kelebihan para anak ABK.
Melihat kondisi demikian, saya ingin mengajak
semua pihak untuk bersama–sama menyikapi
persoalan ini dengan bijak. Orangtua siswa tidak
perlu ragu apalagi malu menceritakan kondisi
anaknya jikalau dirasa anak–anaknya diharuskan
menerima perlakuan khusus ketika bersekolah.
Saya juga ingin mengajak masyarakat
untuk menyadari kondisi ABK dan perlahan
mengeliminasi stigma negatif yang muncul di
masyarakat. Anak–anak ini berhak mendapatkan
haknya untuk mengenyam pendidikan yang
bebas dari rasa takut dan ketidakpercayaan diri.
Pun dengan pihak regulator pendidikan yang
saya harapkan mampu membaca situasi dan
kebutuhan anak–anak istimewa ini agar mereka
dapat bersekolah dengan normal seperti teman-
temannya yang lain.
Saya berharap para pemimpin agar mampu
menjangkau anak–anak di setiap sudut negeri
kita tercinta. Menciptakan pendidikan Indonesia
tanpa deskriminasi tentunya. Semoga cerita dari
Luwuk ini memberikan secercah harapan baru
bagi anak–anak spesial di Indonesia. Salam. ((((FFFFCCCC))))
Sumber gambar: tholearies.blogspot.com
Liputan LENTERA | 8
FANDY, MURID SMP 4 TOILI
Belajar Toleransi Lewat Program Pertukaran Pelajar
Fandy bersama pak Ahok (Wakil Gubernur DKI Jakarta) dan pak Abraham Samad (Ketua KPK)
Ada yang berbeda dari libur sekolah Fandy kali
ini. Jika biasanya ia menghabiskan liburan
sekolahnya dengan membantu orangtuanya
bersih-bersih rumah dan halaman, kali ini siswa
kelas IX SMPN 4 Toili ini mengikuti program
Sabang Merauke selama 2,5 minggu.
Sabang Merauke (Seribu Anak Bangsa
Merantau untuk Kembali) merupakan program
pertukaran pelajar antar daerah di Indonesia,
dengan tujuan membuka cakrawala anak-anak
Indonesia untuk memahami pentingnya
pendidikan bagi masa depan dan
menanamkan nilai ke-Bhinneka-an, sehingga
anak-anak Indonesia dapat memahami,
menghargai, serta menerima keanekaragaman
yang dimiliki bangsa Indonesia.
Nilai akademis Fandy yang baik di sekolah,
dilengkapi dengan sikapnya yang supel dan
percaya diri dalam bergaul, membuat Fandy
berhasil lolos seleksi program ini, bersama 14
siswa SMP dari seluruh Indonesia.
Ketika harus berangkat ke Jakarta sendirian,
Fandy sempat khawatir karena ia belum pernah
sekalipun naik pesawat. Akan tetapi ia
mengaku sangat semangat dan antusias.
Di Jakarta Fandy tinggal bersama keluarga
angkat yang telah ditunjuk, Pak Fajar seorang
wiraswasta, Bu Nita dosen di Universitas
Indonesia, serta kedua anak mereka. Keluarga
ini dianggap memiliki nilai-nilai yang luhur dan
pencapaian penghidupan yang baik sehingga
bisa menjadi panutan nyata bagi para peserta.
Liputan LENTERA | 9
Selama 2,5 minggu, berbagai aktivitas dijalani
Fandy. Diantaranya berkunjung ke Sanggar
Kesenian KunoKini untuk belajar cara
memainkan alat musik tradisional, berkeliling ke
Universitas Indonesia untuk melihat berbagai
fakultas dan berdialog langsung dengan
mahasiswa berprestasi di sana, mengenal lebih
jauh budaya Indonesia di Taman Mini Indonesia
Indah, serta menonton film di
Teater Keong Emas.
Selanjutnya Fandy dan teman-
temannya diajak ke Balai Kota
Jakarta untuk berbincang
dengan Pak Ahok, Wakil
Gubernur Jakarta. Setelah itu,
mereka mampir ke Gedung KPK
dan berbincang dengan
Abraham Samad, Ketua KPK.
Pak Abraham Samad yang juga
orang asli Sulawesi ini
menceritakan tentang masa
kecil beliau hingga masa ia
menjabat sebagai Ketua KPK.
Esoknya anak ASM belajar
tentang indahnya perbedaan dan toleransi
dengan berkunjung dan berdialog ke berbagai
rumah ibadah di Jakarta, yaitu: Sikh Temple,
Gereja Katedral, dan Masjid Istiqlal.
Dalam hal pendidikan, Fandy juga diajarkan
tentang konsep wirausaha, berkunjung ke
perusahaan makanan terkemuka di Jakarta –
Nutrifood, dimana mereka belajar tentang
berbagai profesi, belajar mencintai bumi
dengan berkunjung ke Kawasan Eko Wisata
Mangrove untuk belajar tentang pentingnya
fungsi mangrove/bakau lalu langsung
menanam bibit bakau di sana, serta ikut
kampanye SaveSharks yang merupakan upaya
perlindungan hiu di Indonesia.
Tapi bagi Fandy, yang paling berkesan adalah
saat ia dan teman-temannya berkunjung ke
PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia).
Di sana Fandy sangat bahagia karena dapat
melihat langsung para atlit jagoannya yang
sedang berlatih, seperti: Tontowi Ahmad, Liliana
Natsir, Bellatrix Mannuputi, Greysia Polli dan
masih banyak lagi. Selain itu ia juga bertemu
dua atlit bulutangkis kebanggaan Indonesia,
yakni Rexy Mainaky dan Ricky Subagja. Kak
Rexy dan Kak Ricky lalu bercerita tentang masa-
masa perjuangannya meraih juara dunia serta
menyempatkan melatih dan bermain bulu
tangkis bersama para peserta.
Testimoni orang-orang di sekitar Fandy
mengatakan, Fandy merupakan sosok yang
sangat ramah, suka mengeksplorasi dan belajar
hal baru, peka dengan kondisi disekitarnya,
cepat belajar, serta cerdas baik secara
akademik dan emosional. Selama jauh dari
keluarga, Fandy juga menampakkan dirinya
sebagai anak yang mandiri dan mampu
menyelesaikan masalah dengan baik.
Fandy pulang ke rumahnya di Toili dengan
membawa banyak momen berkesan,
pengalaman berharga, dan pelajaran penting
untuk diterapkan dalam hidupnya. Fandy tak
segan-segan menegaskan bahwa ia merasa
sangat beruntung bisa terpilih menjadi salah
satu bagian dari Anak Sabang Merauke.
Kini Fandy telah kembali dan melanjutkan
rutinitasnya sebagai murid SMP, tapi kini telah
tersemat sebuah tugas di pundaknya:
menyebarkan virus toleransi, pendidikan, dan
ke-Indonesia-an pada teman-temannya. (EB)
Peserta ASM bersama Rexy Mainaky dan Ricky Subagja di PBSI