lentera banggai edisi 2 tahun 2014

9
Celoteh Anaka LENTERA |16 MENCEGAH GEMPA (cerita di SDN Trans Batui 5) Guru : “Anak-anak gempa bisa dicegah tidak?” Murid : hening seketika Murid A : (dengan bersemangat) “Saya tahu Bu, bisa!” Guru : “Bisa? Bagaimana, Nak?” Murid A : “Dengan berdoa, Bu.” *lalu ia senyum dengan polosnya TEMPAT SAMPAH DI RUMAH (cerita di SDN Trans Batui 5) Guru : “Anak-anak kalau membuang sampah di mana?” Murid : (serempak) “Di tempat sampah, Bu.” Guru : “Nah, kalau di rumah kalian ada tempat sampah tidak?” Murid : Sebagian menjawab ada, sebagian lainnya tidak. Guru : “Kira-kira kalau di rumah tidak ada tempat sampah, apa yang bisa kita jadikan tempat sampah ya?” Murid B : “Belanga, Bu.” Guru : berpikir sejenak, belanga itu kan tempat untuk memasak. “Kenapa belanga, Nak?” Murid B : “Kan belanganya sudah rusak, Bu.” UANG PAPAK DIPEGANG MAMAK! (cerita di SD Inpres Moilong) Di tengah pelajaran IPS, saya tengah menerangkan dan mencoba menanamkan tentang pentingnya menghargai uang. Saya : “Anak-anak, kalau di rumah, misalnya kalian minta uang sama papak, biasanya langsung dikasih tidak?” Murid : “Tidak, Enci!” *Bagus, tepat sasaran pertanyaan saya Saya : “Kira-kira kenapa ya, uangnya tidak langsung dikasih?” Rahmat : “Karena cari uang itu susah, Enci!” Saya : “Jawaban yang bagus sekali, Rahmat. Coba ada yang mau memberi Enci pendapat lain?” Afdal : (dengan muka serius) “Karena cari uang itu nyawa taruhannya, Nci! “ Saya : “Waw, betul yaah. Beberapa pekerjaan orang tua kita bahkan sampai mempertaruhkan nyawa untuk mencari uang untuk keluarganya. Ada yang punya pendapat lain?” Dallo : “Karena uang papak dipegang sama mamak, Nci! Makanya tidak dikasih.” Tajuk Rencana Pendidikan Untuk Semua: Catatan Tentang ABK di Banggai (hal. 6) LENTERA KELAS INSPIRASI Cuti Sehari, Seumur Hidup Menginspirasi Pertama kali saya menginjakkan kaki untuk mengajar di Pulau Tembang, sebuah pertanyaan yang sangat sederhana saya lontarkan pada murid-murid saya di kelas III. “Anak-anak, coba ceritakan cita- cita kalian!” Tangan-tangan mungil bermunculan di udara. Mereka dengan antusias menjawab. Anak pertama dengan semangat berkata, “Saya ingin jadi nelayan, Pak!” Giliran anak kedua menjawab, “Saya ingin jadi pemanah ikan, Pak!” Lalu anak ketiga menjawab tak kalah semangatnya, “Kalau saya mau jadi pencari ikan, Pak!” Saya terkesima. Sesungguhnya tak ada yang salah dengan menjadi nelayan. Nyatanya, anak-anak di pulau ini memang berkutat dengan pekerjaan melaut seumur hidup mereka. Ayah mereka, kakek mereka, buyut mereka, dan generasi sebelumnya, semua berprofesi sebagai nelayan. Tak heran bila nelayan adalah satu-satunya profesi yang mereka kenal. Tentang Indonesia Mengajar Iuran Publik Indonesia Mengajar (hal. 2) Profil Krisyana, si Jago Sains dari Bualemo (hal. 12) Cerita PM Merekam Jejak UN di Sekolahku (hal. 14) Liputan Fandy, Murid SMP 4 Toili, Belajar Toleransi Lewat Pertukaran Pelajar (hal. 8) Edisi Edisi Edisi Edisi 2 2 2/Tahun 2014 /Tahun 2014 /Tahun 2014 /Tahun 2014 N N Ne e ew w ws s sl l le e et t tt t te e er r r P P Pe e en n ng g ga a aj j ja a ar r r M M Mu u ud d da a a B B Ba a an n ng g gg g ga a ai i i

Upload: indonesia-mengajar

Post on 06-Apr-2016

242 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Lentera Banggai adalah media komunikasi bagi komunitas pendidikan di Kabupaten Banggai, Sulawesi Selatan. Media ini diinisiasi oleh Pengajar Muda Kabupaten Banggai, Sulawesi Selatan.

TRANSCRIPT

Page 1: Lentera Banggai edisi 2 tahun 2014

Celoteh Anaka LENTERA |16

MENCEGAH GEMPA

(cerita di SDN Trans Batui 5)

Guru : “Anak-anak gempa bisa dicegah

tidak?”

Murid : hening seketika

Murid A : (dengan bersemangat) “Saya tahu

Bu, bisa!”

Guru : “Bisa? Bagaimana, Nak?”

Murid A : “Dengan berdoa, Bu.”

*lalu ia senyum dengan polosnya

TEMPAT SAMPAH DI RUMAH

(cerita di SDN Trans Batui 5)

Guru : “Anak-anak kalau membuang sampah

di mana?”

Murid : (serempak) “Di tempat sampah, Bu.”

Guru : “Nah, kalau di rumah kalian ada

tempat sampah tidak?”

Murid : Sebagian menjawab ada, sebagian

lainnya tidak.

Guru : “Kira-kira kalau di rumah tidak ada

tempat sampah, apa yang bisa kita

jadikan tempat sampah ya?”

Murid B : “Belanga, Bu.”

Guru : berpikir sejenak, belanga itu kan

tempat untuk memasak. “Kenapa

belanga, Nak?”

Murid B : “Kan belanganya sudah rusak, Bu.”

UANG PAPAK DIPEGANG MAMAK! ☺☺☺☺

(cerita di SD Inpres Moilong)

Di tengah pelajaran IPS, saya tengah

menerangkan dan mencoba menanamkan

tentang pentingnya menghargai uang.

Saya : “Anak-anak, kalau di rumah, misalnya

kalian minta uang sama papak,

biasanya langsung dikasih tidak?”

Murid : “Tidak, Enci!”

*Bagus, tepat sasaran pertanyaan saya

Saya : “Kira-kira kenapa ya, uangnya tidak

langsung dikasih?”

Rahmat : “Karena cari uang itu susah, Enci!”

Saya : “Jawaban yang bagus sekali, Rahmat.

Coba ada yang mau memberi Enci

pendapat lain?”

Afdal : (dengan muka serius) “Karena cari

uang itu nyawa taruhannya, Nci! “

Saya : “Waw, betul yaah. Beberapa pekerjaan

orang tua kita bahkan sampai

mempertaruhkan nyawa untuk mencari

uang untuk keluarganya.

Ada yang punya pendapat lain?”

Dallo : “Karena uang papak dipegang sama

mamak, Nci! Makanya tidak dikasih.”

Tajuk Rencana

Pendidikan Untuk Semua:

Catatan Tentang

ABK di Banggai

(hal. 6)

LENTERA

KELAS INSPIRASI Cuti Sehari,

Seumur Hidup Menginspirasi

Pertama kali saya menginjakkan kaki untuk mengajar di Pulau

Tembang, sebuah pertanyaan yang sangat sederhana saya lontarkan

pada murid-murid saya di kelas III. “Anak-anak, coba ceritakan cita-

cita kalian!”

Tangan-tangan mungil bermunculan di udara. Mereka dengan

antusias menjawab.

Anak pertama dengan semangat berkata, “Saya ingin jadi nelayan,

Pak!”

Giliran anak kedua menjawab, “Saya ingin jadi pemanah ikan, Pak!”

Lalu anak ketiga menjawab tak kalah semangatnya, “Kalau saya mau

jadi pencari ikan, Pak!”

Saya terkesima. Sesungguhnya tak ada yang salah dengan menjadi

nelayan. Nyatanya, anak-anak di pulau ini memang berkutat dengan

pekerjaan melaut seumur hidup mereka. Ayah mereka, kakek mereka,

buyut mereka, dan generasi sebelumnya, semua berprofesi sebagai

nelayan. Tak heran bila nelayan adalah satu-satunya profesi yang

mereka kenal.

Tentang Indonesia Mengajar

Iuran Publik

Indonesia Mengajar (hal. 2)

Profil

Krisyana, si Jago

Sains dari Bualemo

(hal. 12)

Cerita PM

Merekam Jejak UN

di Sekolahku (hal. 14)

Liputan

Fandy, Murid SMP 4 Toili,

Belajar Toleransi Lewat

Pertukaran Pelajar

(hal. 8)

Edisi Edisi Edisi Edisi 2222/Tahun 2014/Tahun 2014/Tahun 2014/Tahun 2014 NNNNeeeewwwwsssslllleeeetttttttteeeerrrr PPPPeeeennnnggggaaaajjjjaaaarrrr MMMMuuuuddddaaaa BBBBaaaannnnggggggggaaaaiiii

Page 2: Lentera Banggai edisi 2 tahun 2014

Tentang Indonesia Mengajara LENTERA | 2

IURAN PUBLIK INDONESIA MENGAJAR

____________________

Sumber foto: indonesiamengajar.org

Indonesia Mengajar percaya bahwa kontribusi masyarakat adalah salah

satu pilar penting bagi sebuah gerakan publik. Kontribusi iuran

masyarakat yang signifikan menunjukkan bahwa sebuah gerakan memang

dipercaya oleh publik secara luas untuk mengemban dan mengejar

sebuah misi dan cita-cita bangsa.

Seiring pergerakan Indonesia Mengajar yang hampir memasuki tahun

kelima, gerakan ini menjadi semakin kaya dengan banyaknya orang yang

semakin turut terlibat dengan memberikan iuran (kontribusinya) masing-

masing. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang percaya

bahwa mendidik adalah kewajiban orang terdidik, bahwa berhenti

mengeluh tidaklah cukup, bahwa hanya berkata-kata indah dengan penuh

semangat juga tidak akan pernah cukup untuk mengubah masa depan

bangsa ini.

Bagi kami para Pengajar Muda kami, mengambil peran untuk

mendedikasikan diri selama setahun sebagai tenaga pengajar di daerah.

Lalu bagaimana dengan peran-peran yang lain?

REDAKSI

Editor:

Ade Sri Rahayu

Kontributor:

Fransisca C

Ade Sri Rahayu

Ade Susilo

Rahayu Pratiwi

Ahmad Frenki

Eva Bachtiar

Tata Letak:

Eva Bachtiar

Kontak redaksi:

lentera.banggai

@gmail.com

Redaksi menerima

kontribusi artikel & opini

terkait pendidikan di

Banggai

Cerita PM LENTERA |15

Di samping itu, beliau berpendapat bahwa kejujuran

dalam pelaksanaan ujian menjadi penting karena

nilai hasil ujian akan terus siswa bawa di tiap jenjang

karier dalam hidupnya. Di sinilah guru memegang

peranan penting untuk memastikan kejujuran

diterapkan.

Berkaca dari peristiwa tersebut, ada beberapa hal

yang dapat kita jadikan pembelajaran bersama.

• Mengajarkan siswa untuk menanamkan kejujuran

dalam dirinya.

• Mengajarkan siswa untuk mengatur waktu

mereka. Persiapan ujian tidak bisa dimulai H-1

atau yang biasa dikenal dengan sistem kebut

semalam. Banyak sekali materi yang diujikan

sehingga siswa mesti bersiap belajar lebih awal,

tentunya dengan bimbingan guru di sekolah.

• Mengajarkan siswa untuk bekerja keras. Apa yang

mereka usahakan, maka itu pula yang akan

mereka tuai. Siswa belajar untuk menimbang

dampak sebelum terjadi. Jika ingin berhasil

melewati tantangan ujian maka harus semangat

belajar. Teringat kembali saat saya sekolah dulu,

menjelang ujian adalah masa-masa paling sibuk

untuk belajar tambahan di sekolah dan latihan

mengerjakan soal bersama teman. Sudah cukup

keraskah usaha saya untuk belajar? Sudah berapa

banyak soal yang bisa saya kerjakan? Materi apa

yang belum saya kuasai? Bagaimana caranya ya

mengejar materi yang tertinggal itu?

• Nilai ujian adalah salah satu parameter yang bisa

digunakan sekolah untuk mengetahui kualitas

seluruh komponen sekolah. Evaluasi menjadi

penting dilakukan untuk mendesain program

sekolah agar terus terjadi perbaikan positif di

tahun berikutnya. Ingin kualitas lulusan sekolah

yang seperti apa? Maka program seperti apa

yang sesuai untuk mencapai target tersebut? dan

sebagainya. Hal tersebut merupakan pekerjaan

besar bagi para guru dan kepala sekolah. Dalam

skala lebih luas, pembenahan kualitas pendidikan

merupakan awal dari pembenahan kualitas

bangsa di berbagai bidang.

Nah, itulah sekilas cerita tentang pelaksanaan UN di

sekolah tempat saya bertugas. Bagaimana dengan

pelaksanaan UN di sekolahmu? (ASR)

Pak Tasmin, Kepala Sekolah SDN Transbatui 5

Page 3: Lentera Banggai edisi 2 tahun 2014

Cerita PM LENTERA |14

MEREKAM JEJAK UN DI SEKOLAHKU

Teng teng teng! Bel tanda pulang berbunyi. Tidak

biasanya Bapak Kepala Sekolah mempersilahkan

murid-murid untuk pulang lebih cepat. Berbeda

dengan hari ini, karena dewan guru di sekolahku -

SDN Trans Batui 5 akan melakukan rapat persiapan

pelaksanaan Ujian Nasional (UN).

“Budaya jujur sudah diterapkan sejak 12 tahun yang lalu dan “Budaya jujur sudah diterapkan sejak 12 tahun yang lalu dan “Budaya jujur sudah diterapkan sejak 12 tahun yang lalu dan “Budaya jujur sudah diterapkan sejak 12 tahun yang lalu dan

akan terus berlanjut, dengan atau akan terus berlanjut, dengan atau akan terus berlanjut, dengan atau akan terus berlanjut, dengan atau tanpa Pengajar tanpa Pengajar tanpa Pengajar tanpa Pengajar MMMMuda di uda di uda di uda di

sekolah ini. Seluruh guru dilarang kasih tunjuk ½ nomor pun sekolah ini. Seluruh guru dilarang kasih tunjuk ½ nomor pun sekolah ini. Seluruh guru dilarang kasih tunjuk ½ nomor pun sekolah ini. Seluruh guru dilarang kasih tunjuk ½ nomor pun

pada siswa, atau saya pada siswa, atau saya pada siswa, atau saya pada siswa, atau saya persilahkan keluar dari ruang ujian.”persilahkan keluar dari ruang ujian.”persilahkan keluar dari ruang ujian.”persilahkan keluar dari ruang ujian.”

Pak Kepala sekolah mengawali rapat dengan kalimat

pembuka yang membuat saya bangga menjadi

bagian dari sekolah ini. Sekolah yang menghargai

dan menanamkan nilai kejujuran dalam diri siswa.

Sedini mungkin.

“Tidak cuma di sini, tapi guru sekolah ini yang pergi

mengawas juga harus menjunjung tinggi budaya

sekolah kita dengan tetap menghormati pimpinan di

tempat bertugas.” tegas Bapak Kepala Sekolah.

Selain itu siswa di sekolah saya tidak mengeluarkan

dana apapun untuk ujian, sehingga para guru yang

siap sedia bekerjasama turun tangan untuk

menyiapkan segala kebutuhan dalam hal

pelaksanaan ujian. Nuansa kekeluargaan terasa sekali

di sekolah ini.

Hari yang telah ditunggu pun tiba. Semua siswa,

guru, kepala sekolah, serta pengawas melaksanaakan

tugasnya dengan baik. Pelaksanaan UN di sekolah ini

lancar tanpa kendala berarti.

Sebulan setelah pelaksanaan ujian, hasilnya pun

keluar. Nilai yang terpampang beragam sekali. Ada

siswa yang berhasil meraih nilai tertinggi di semua

pelajaran, ada pula siswa yang nilainya rendah sekali

di beberapa mata pelajaran.

Meskipun begitu, Pak Kepala Sekolah menanggapi

bahwa berapapun nilai anak didik kita, tetap kita

bangga, bangga dengan kejujuran. Namun dibalik

nilai tersebut ada tugas bersama bagi seluruh dewan

guru untuk lebih menaruh perhatian pada kualitas

pemahaman siswa, terutama siswa Kelas 6.

Tentang Indonesia Mengajara LENTERA | 3

Indonesia Menyala, adalah salah satu kanal dari

Gerakan Indonesia Mengajar yang memberikan akses

bagi siapa saja yang ingin memberikan donasi berupa

buku pelajaran dan bacaan bagi anak-anak di daerah

yang dituju oleh Gerakan Indonesia Mengajar. Kanal

Indonesia Menyala (indonesia-menyala.org) ini

memiliki misi agar anak di seluruh

Indonesia memiliki minat baca

yang tinggi, selain memperoleh

pengetahuan baru.

Kemudian Ruang Belajar

(belajar.indonesiamengajar.org),

adalah salah satu kanal

di website Indonesia Mengajar

yang memberikan akses bagi siapa

saja yang mau berbagi ilmu

seputar ide dan metode belajar

mengajar bagi anak usia sekolah dasar.

Sedangkan bagi mereka kaum profesional di

bidangnya yang juga memiliki semangat untuk berbagi

cerita di depan kelas namun memiliki waktu yang

terbatas, Gerakan Indonesia Mengajar juga membuka

akses melalui Kelas Inspirasi ( www.kelasinspirasi.org )

yang sampai hari ini sudah berhasil menjangkau

beberapa kota & kabupaten di luar Jawa. Kelas

Inspirasi merupakan salah satu cara dari Indonesia

Mengajar untuk membuka jalan bagi mereka

masyarakat Indonesia meluangkan waktunya dalam 1

hari menjadi bagian dari semangat menginspirasi.

Lalu siapa yang memberikan bantuan yang digunakan

untuk menjalankan Gerakan Indonesia Mengajar

sampai hari ini yang sudah memberangkatkan 8

angkatan? Kembali lagi kepada semangat Gerakan

Indonesia Mengajar melalui iuran publik, Gerakan

Indonesia Mengajar mengajak masyarakat selain

upaya partisipasi di atas yakni dengan menjadi donatur

(www.indonesiamengajar.org/iuran). Baik individu

maupun korporat, Gerakan Indonesia Mengajar

memberikan akses untuk bekerjasama agar semangat

untuk menginspirasi ini terus berjalan.

Sampai saat ini, Gerakan Indonesia Mengajar

berkomitmen untuk menjalin kerjasama tanpa

melibatkan pihak asing dan tetap bebas kepentingan

tertentu. Oleh karenanya, Gerakan Indonesia

Mengajar memang berkomitmen untuk membangun

Indonesia juga dari tangan-tangan masyarakat

Indonesia, dan dikelola secara transparan oleh orang

Indonesia pula.

Agar semangat berbagi dan menginspirasi ini terus

berjalan, kami mengajak Anda yang menjadi bagian

dari masyarakat Indonesia untuk mengambil peran

dalam pengembangan dan kemajuan pendidikan di

Indonesia.

Sudah siapkah Anda mengambil peran? Mari

bergabung bersama 12.000 orang lainnya yang sudah

menjadi bagian dari Gerakan Indonesia Mengajar

untuk mengambil peran penting dalam membangun

masa depan Indonesia yang lebih baik. (FC)

Page 4: Lentera Banggai edisi 2 tahun 2014

Aktivitas LENTERA | 4

KELAS INSPIRASI Cuti Sehari, Seumur Hidup Menginspirasi

– sambungan dari hal.1

Tapi jauh di lubuk hati terdalam, saya ingin

mengenalkan dunia luas di luar sana. Membuka

cakrawala anak-anak bahwa kalau mereka mau

berusaha lebih keras, tak ada yang mustahil untuk

mereka capai.

Maka berawal dari semangat inilah, lahir

gerakan Kelas Inspirasi. Kelas Inspirasi adalah

sebuah kegiatan sehari mengajar yang melibatkan

para profesional, untuk menjadi guru di SD. Di satu

hari yang kami sebut sebagai Hari Inspirasi ini,

mereka hadir di kelas, bercerita tentang profesi

mereka, memukau anak-anak, dan yang terpenting:

mengajak generasi masa depan bangsa ini untuk

berani bermimpi.

Harapannya sederhana, semoga cerita yang

mereka dengar tersebut bisa menginspirasi anak-

anak ini untuk terus bersekolah, semangat belajar,

dan menggapai cita-cita.

Setelah sukses diselenggarakan di puluhan kota di

Indonesia, kini Kelas Inspirasi perdana hadir di

Banggai. Hari Inspirasi dilaksanakan hari Rabu,

tanggal 10 September 2014, yang bertempat di 4 SD

di Luwuk Utara, yaitu di SD Inpres Buon, SDN

Kamumu, SDN Salodik, dan SDN Lenyek.

Siswa SD Inpres Buon terpukau dengan cerita Ali Sofyan

Profil LENTERA |13

Keyakinan dan dukungan dari orangtua beserta guru

di sekolah menjadikan Krisyana semakin percaya diri

saat semifinal. Anak yang sempat dua kali maju

sampai babak semifinal ini menceritakan kepada

orangtuanya bahwa soal OSK Semifinal tahun ini

cukup mudah dan hanya ragu dengan beberapa soal

saja. Hal ini diucapkan lantaran Krisyana selalu

belajar dengan giat, bahkan seringkali harus

diingatkan ketika waktu makan tiba.

Himran Djawaba A.Ma.Pd selaku Kepala Sekolah

menyatakan kebanggaan tersendiri bagi para guru,

ada anak didik yang lolos sampai tingkat nasional.

Hal ini membuktikan bahwa dengan terbatasnya

sarana dan prasarana yang ada, anak–anak pelosok

mampu bersaing dengan sekolah yang memiliki semua

akses dan kemudahan sebagai sarana penunjang

untuk berprestasi.

Hal senada juga diungkapkan oleh KUPT Dinas

Pendidikan dan Olahraga Bualemo, Syamsurizal

Labolo, S.Pd. KUPT Dikpora Bualemo ini mengaku

sangat bangga karena Krisyana merupakan satu–

satunya peserta dari Kabupaten Banggai yang berhasil

mencapai babak Final OSK 2014 di Jakarta. Sebuah

prestasi besar yang dihantarkan oleh anak pelosok

Bualemo yang berbakat di bidang sains atau biasa

yang lebih dikenal dengan Ilmu Pengetahuan Alam.

Selama di Jakarta, Osin mengikuti serangkaian

kegiatan. Mulai dari ujian tulis Sains Kuark hingga

percobaan atau eksperimen sains. Selain itu, juga ada

malam penghargaan Finalis OSK 2014 di Kebun

Wisata Pasirmukti, Bogor, Jawa Barat. Dimana pada

kegiatan ini, Osin bersama pendampingnya

mengenakan pakaian adat Banggai sebagai identitas

kedaerahan yang dibanggakan.

Dengan senyum manis, Osin menceritakan

pengalamannya selama di Jakarta. “Saya senang

sekali. Disana saya berkenalan dengan banyak teman.

Tidak hanya tes tulis, saya juga mengikuti banyak

kegiatan yang menyenangkan seperti eksperimen

sains” seraya menunjukkan medali penghargaan yang

ia dapatkan sebagai finalis OSK 2014. Panitia Pusat

OSK 2014 juga memberikan penghargaan kepada SDN

2 Bualemo berupa alat percobaan sains sebagai

penghargaan terhadap sekolah yang bersemangat

mengikuti OSK 2014.

Keberangkatan Osin didukung oleh banyak pihak.

Mulai dari guru-guru sekolah tempat ia belajar, KUPT

Dikpora Bualemo dan juga Dikpora Kabupaten

Banggai. Wabup Herwin Yatim memberikan apresiasi

atas prestasi yang dicapai Osin. Beliau menyempatkan

bertemu langsung dengan Osin dan memberikan

bantuan sebelum keberangkatan Osin ke Jakarta. ((((AAAASSSS))))

Page 5: Lentera Banggai edisi 2 tahun 2014

Profil LENTERA |12

KRISYANA Si Jago Sains dari Bualemo

Matahari sudah terbenam

di ufuk barat. Bersamaan

dengan mendaratnya

pesawat dari Jakarta yang

ditumpangi oleh Krisyana,

finalis OSK 2014 dari

Banggai. Krisyana telah

mengikuti serangkaian

kegiatan Final Olimpiade

Sains Kuark 2014 pada

21-22 Juni di Prasetya

Mulya Business School

(PMBS) di Cilandak Jakarta

Selatan dan di Kebun

Wisata Pasirmukti, Bogor,

Jawa Barat. Selama

kegiatan, Krisyana

ditemani oleh ibunda,

Santi Sasmita Tuamadji,

dan Kepala Sekolah SDN

2 Bualemo, Himran

Djawaba, A.Ma.Pd.

Krisyana berhasil menjadi

yang terbaik setelah melewati babak penyisihan dan

semifinal di Luwuk dengan menyisihkan sekitar 22 ribu

peserta OSK dari seluruh Indonesia. Sebuah

kebanggaan tersendiri karena Krisyana adalah siswa

yang pertama dan satu–satunya peserta yang berhasil

lolos hingga ke babak Final dari kabupaten Banggai

tahun ini.

Krisyana merupakan salah satu dari 100 orang yang

lolos dalam Final OSK 2014. Olimpiade Sains Kuark

dibagi dalam tiga level. Level satu untuk siswa kelas I

dan II, level dua diikuti siswa SD kelas III dan IV,

serta level tiga diikuti anak siswa SD kelas V sampai

kelas VI. Di Kabupaten Banggai, dari 393 semifinalis

Olimpiade Sains Kuark

yang digelar di SDN

Pembina Luwuk 26 April

2014 lalu, Krisyana, satu–

satunya yang lolos dalam

Final OSK. Bersamanya

turut serta tiga orang

siswa SD lainnya dari

Sulawesi Tengah yakni

dari Kota Palu dan

Donggala yang lolos ke

Jakarta.

Santi Sasmita Tuamadji,

ibunda Osin –panggilan

akrab Krisyana,

menceritakan, anaknya

memang seorang kutu

buku. Hampir tak ada

waktu yang dilewatinya

selain untuk belajar.

“Sepulang sekolah dia

bahkan lupa makan, lebih

memilih mengerjakan

pekerjaan rumah yang diberikan guru-gurunya,” ucap

Santi saat ditemui di Luwuk. Menurut ibunya,

meskipun Osin seorang kutu buku, namun dirinya

tetap aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, baik di

internal sekolah maupun kegiatan lainnya yang

dilombakan oleh pemerintah setempat.

“Dari kelas satu sampai kelas enam dia selalu juara

kelas. Dia juga aktif ikut kegiatan di sekolah dan

meraih juara,” tuturnya. Prestasi itu, diraih karena

Osin tak mengenal waktu belajar, baik pelajaran di

sekolah maupun sekedar membaca buku. ”Jika meraih

juara, Osin selalu meminta dibelikan buku sebagai

hadiah, terutama buku cerita,” ujar sang ibu.

Aktivitas LENTERA | 5

Terdapat 13 relawan inspirator dari berbagai

ragam profesi yang terlibat, antara lain marketing,

penerjemah bahasa Rusia, aktivis pemerhati

perempuan dan anak, pesulap, guru seni, penyiar

radio, anggota DPR, pekerja sosial, petani kelapa

profesional, staff komunikasi perusahaan, hingga

manajer operasional.

13 inspirator ini juga berasal dari berbagai

daerah, antara lain dari Jakarta, Gorontalo, Palu,

Poso, dan dari Banggai sendiri.

Kegiatan ini juga menggugah anggota DPR

RI, Pak Murad Nasir yang turut berpartisipasi hadir

menjadi relawan inspirator dan berbagi cerita

tentang pengalaman masa kecilnya hingga sukses

seperti sekarang ini.

Di Hari Inspirasi, para inspirator mengajar

anak SD dengan berbagai metode belajar kreatif

yang menyenangkan. Anak-anak dan pihak sekolah

juga terlihat sangat antusias menyambut baik

hadirnya Kelas Inspirasi di

sekolah mereka.

Kegiatan ini juga

didukung penuh oleh Dinas

Dikpora Kab. Banggai, yaitu

Haris Dayanun selaku

Kepala Dinas dan Paiman

Karto selaku Kepala Bidang

Pendidikan Dasar, yang

menyempatkan untuk hadir

dan menyaksikan langsung

pelaksanaan Kelas Inspirasi.

Di akhir pelaksanaan,

tiap sekolah menutup

kegiatan dengan cara yang

unik. SDN Kamumu dan

SDN Lenyek dengan pelepasan balon cita-cita, SDN

Salodik dengan penanaman bibit pohon kelapa, dan

SD Inpres Buon dengan membuat toples impian.

Fikri, seorang aktivis LSM di Thailand,

mengungkapkan bahwa ia memang mengajar di

kelas, tapi sesungguhnya ia yang lebih banyak

belajar. Asri, seorang petani kelapa profesional,

juga dengan antusias berkata bahwa ia sangat

senang karena dapat membuat anak-anak semakin

mencintai dunia pertanian.

Dalam evaluasi ini, panitia meyakini bahwa

Kelas Inspirasi bisa menjadi wadah bagi semua

orang dari berbagai kalangan untuk turun tangan

langsung memajukan pendidikan.

Harapannya, setelah Kelas Inspirasi akan

banyak lagi inisiatif-inisiatif yang digalang oleh

relawan untuk terlibat lebih banyak dalam dunia

pendidikan. (EB)

Acara Pelepasan Balon Cita-cita di SDN Kamumu

Page 6: Lentera Banggai edisi 2 tahun 2014

Tajuk Rencana LENTERA | 6

PENDIDIKAN UNTUK SEMUAPENDIDIKAN UNTUK SEMUAPENDIDIKAN UNTUK SEMUAPENDIDIKAN UNTUK SEMUA Catatan Kecil Tentang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Di Banggai i

Apakah Anda setuju dengan pernyataan bahwa

untuk membangun sebuah negara, yang

pertama-tama harus dibangun adalah

manusianya? Membangun manusianya berarti

melalui jalur pendidikan termasuk perangkat di

dalamnya, yakni guru dan fasilitas penunjangnya.

Untuk itu, saya mencoba menulusuri apa yang

terjadi di lingkungan saya saat ini.

Sesungguhnya pendidikan di Indonesia bukan

hanya hak bagi anak–anak yang normal saja.

Realita di lapangan berbicara bahwasanya,

terdapat anak berkebutuhan khusus (ABK) yang

juga memiliki hak yang sama untuk mengenyam

pendidikan.

Berbicara tentang ABK tak lepas dari wacana

sekolah inklusi, yakni sekolah biasa yang

menerima ABK di kelas normal yang materi

pelajaran dan tenaga pengajarnya memang telah

disesuaikan untuk ABK juga.

Seiiring berjalannya waktu, wacana tersebut

kemudian lebih banyak digulirkan di perkotaan

yang secara infrastruktur cukup siap. Namun,

kondisi di Banggai ini cukup jauh dari apa yang

saya bayangkan dengan kondisi ideal. Saya

mendapati data yang menyebutkan terdapat 58

ABK dari berbagai jenjang pendidikan, SD, SMP

hingga SMA, yang saat ini bersekolah di SLBN

Luwuk (2014). Sayangnya, selain ke-58 anak

tersebut masih terdapat anak–anak lain yang

juga butuh fasilitas dan perhatian khusus.

Kali ini, saya bertemu Mila (9). Sekilas ia tampak

seperti murid normal lainnya. Ia selalu

bersemangat ketika datang ke sekolah. Namun,

ketika saatnya menerima pelajaran, Mila selalu

merasa kesulitan meski materi yang disampaikan

cukup sederhana untuk anak lain seusianya.

Mila juga menemui kendala dalam calistung

(baca, tulis, hitung). Semakin diperhatikan, Mila

ternyata memiliki keterbatasan yaitu tidak bisa

menulis tanpa meniru, dan saat diminta

membaca pun suaranya terlampau lirih hingga

nyaris tak bersuara. Gadis kecil ini memang sulit

menerima materi pelajaran yang disampaikan

meski disampaikan berkali–kali.

Usut punya usut, bisa dikatakan Mila termasuk

dalam kategori slow learner (lambat dalam belajar).

Sumber gambar: amavola.wordpress.com

Galeria

Andi dan Inal mengajak anak-anak simulasi siaran radio

Penerjemah Bahasa Rusia, Renu, memperkenalkan profesinya

ke murid SDN Salodik

Ningsih menceriakan hari siswa SDN Lenyek

LE

Perayaan Hari Inspirasi Banggai 10 September 2014

KELAS INSPIRASI BANGGAI

10 SEPTEMBER 2014

anak simulasi siaran radio

Penerjemah Bahasa Rusia, Renu, memperkenalkan profesinya

Ningsih menceriakan hari siswa SDN Lenyek

Murad Nasir, berbagi cerita dan motivasi

kepada anak-anak SDN Kamumu

ENTERA |11

Inspirasi Banggai 10 September 2014

KELAS INSPIRASI BANGGAI

10 SEPTEMBER 2014

Murad Nasir, berbagi cerita dan motivasi

anak SDN Kamumu

Page 7: Lentera Banggai edisi 2 tahun 2014

Ruang Belajar LENTERA |10

BERMAIN - PERPINDAHAN PANAS

Macam dan pengertian perpindahan panas pada benda bisa diajarkan kepada siswa secara menarik dengan metode roleplay (drama). Saya meminta beberapa anak untuk maju kedepan kelas dan mereka akan bermain peran di sana.

Radiasi: Seorang anak akan naik diatas kursi dengan membawa tulisan/gambar matahari. Disitu ia akan berperan sebagai matahari, sementara murid-murid lain yang duduk menjadi manusia yang merasakan panas. Drama ini membuat saya mudah menjelaskan bahwa panas matahari memancar secara radiasi dimana ia tidak memerlukan perantara untuk membawa panas tersebut sampai ke bumi.

Konduksi: Kata kuncinya adalah “Menular” maksudnya bahwa panas ditularkan dari partikel satu ke partikel lain tanpa perpindahan partikel itu sendiri. Beberapa anak saya minta untuk berdiri berdekatan, seorang anak yang paling dekat dengan sumber panas (api) saya minta membawa kertas bertuliskan panas, nah lama kelamaan kertas itu akan terus berpindah ke teman di sampingnya dan terus begitu hingga seluruh teman membawa kertas bertuliskan panas. Drama ini cukup menggambarkan konsep perpindahan panas secara konduksi yaitu perpindahan panas tanpa pergerakan partikel.

Konveksi: Kata kuncinya adalah “Bergerak”. Beberapa anak saya minta untuk membuat formasi mengumpul di depan kelas. Seorang anak yang dekat dengan sumber panas (api) akan membawa kertas panas, lama kelamaan anak ini akan bergerak menjauh dari sumber panas, digantikan teman yang lain, terus teman tersebut mendapat kertas panas, dia akan bergerak menjauh (dengan pola melingkar) demikian seterusnya hingga semua anak mendapat kertas bertuliskan panas. Drama ini membantu anak memahami bahwa perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan panas dengan pergerakan partikel. (FC)

Tajuk Rencana LENTERA | 7

Kondisi ini membuat saya berpikir, apa yang

bisa dilakukan oleh para orangtua murid dan

kami para tenaga pengajar? Sebagian dari kami

mungkin tidak cukup akrab dengan kondisi

anak-anak yang sebenarnya membutuhkan

perhatian dan perlakuan khusus saat sekolah.

Bagi orangtua yang paham, muncul keengganan

untuk menyekolahkan anak mereka di SLB kota

Luwuk, pertimbangannya adalah soal jarak dan

stigma yang akan muncul di masyarakat jika

diketahui anak mereka bersekolah di SLB.

Menangani ABK memang bukan perkara mudah,

karena menyangkut kesiapan guru dan fasilitas

penunjang yang harus diadakan untuk

menunjang kelangsungan proses belajar

mengajar. Terdapat berbagai klasifikasi ABK,

yang masing–masing membutuhkan penanganan

khusus. Materi pelajaran dan kurikulum yang

diterapkan pun juga tidak sama dengan yang

digunakan untuk anak–anak normal, terkait juga

dengan standar nilai ketuntasan juga tak bisa

disamakan dengan standar normal.

Munculnya wacana sekolah biasa untuk

merangkap menjadi sekolah inklusi ini adalah

salah satu solusi yang ditawarkan pemerintah

untuk menjangkau anak–anak berkebutuhan

khusus sehingga mereka dapat bergabung

dengan teman–temannya di sekolah normal.

Solusi ini juga yang dirasa paling menjanjikan

untuk kabupaten Banggai saat ini.

Bagaimana pun anak anak seperti Mila tidak

bisa terus terusan terkurung dalam sistem

pendidikan yang jelas-jelas tampak kedodoran

untuk mereka. Dicanangkannya sekolah biasa

yang menjadi sekolah inklusi juga dimaksudkan

agar mengeliminasi stigma negatif yang muncul

di masyarakat atas ABK.

Orangtua merasa percaya diri untuk

menyekolahkan anaknya, anak-anak yang

terindikasi ABK bisa mendapatkan kesempatan

untuk menerima pendidikan yang sesuai, serta

anak yang normal bisa mulai belajar menghargai

keterbatasan dan kelebihan para anak ABK.

Melihat kondisi demikian, saya ingin mengajak

semua pihak untuk bersama–sama menyikapi

persoalan ini dengan bijak. Orangtua siswa tidak

perlu ragu apalagi malu menceritakan kondisi

anaknya jikalau dirasa anak–anaknya diharuskan

menerima perlakuan khusus ketika bersekolah.

Saya juga ingin mengajak masyarakat

untuk menyadari kondisi ABK dan perlahan

mengeliminasi stigma negatif yang muncul di

masyarakat. Anak–anak ini berhak mendapatkan

haknya untuk mengenyam pendidikan yang

bebas dari rasa takut dan ketidakpercayaan diri.

Pun dengan pihak regulator pendidikan yang

saya harapkan mampu membaca situasi dan

kebutuhan anak–anak istimewa ini agar mereka

dapat bersekolah dengan normal seperti teman-

temannya yang lain.

Saya berharap para pemimpin agar mampu

menjangkau anak–anak di setiap sudut negeri

kita tercinta. Menciptakan pendidikan Indonesia

tanpa deskriminasi tentunya. Semoga cerita dari

Luwuk ini memberikan secercah harapan baru

bagi anak–anak spesial di Indonesia. Salam. ((((FFFFCCCC))))

Sumber gambar: tholearies.blogspot.com

Page 8: Lentera Banggai edisi 2 tahun 2014

Liputan LENTERA | 8

FANDY, MURID SMP 4 TOILI

Belajar Toleransi Lewat Program Pertukaran Pelajar

Fandy bersama pak Ahok (Wakil Gubernur DKI Jakarta) dan pak Abraham Samad (Ketua KPK)

Ada yang berbeda dari libur sekolah Fandy kali

ini. Jika biasanya ia menghabiskan liburan

sekolahnya dengan membantu orangtuanya

bersih-bersih rumah dan halaman, kali ini siswa

kelas IX SMPN 4 Toili ini mengikuti program

Sabang Merauke selama 2,5 minggu.

Sabang Merauke (Seribu Anak Bangsa

Merantau untuk Kembali) merupakan program

pertukaran pelajar antar daerah di Indonesia,

dengan tujuan membuka cakrawala anak-anak

Indonesia untuk memahami pentingnya

pendidikan bagi masa depan dan

menanamkan nilai ke-Bhinneka-an, sehingga

anak-anak Indonesia dapat memahami,

menghargai, serta menerima keanekaragaman

yang dimiliki bangsa Indonesia.

Nilai akademis Fandy yang baik di sekolah,

dilengkapi dengan sikapnya yang supel dan

percaya diri dalam bergaul, membuat Fandy

berhasil lolos seleksi program ini, bersama 14

siswa SMP dari seluruh Indonesia.

Ketika harus berangkat ke Jakarta sendirian,

Fandy sempat khawatir karena ia belum pernah

sekalipun naik pesawat. Akan tetapi ia

mengaku sangat semangat dan antusias.

Di Jakarta Fandy tinggal bersama keluarga

angkat yang telah ditunjuk, Pak Fajar seorang

wiraswasta, Bu Nita dosen di Universitas

Indonesia, serta kedua anak mereka. Keluarga

ini dianggap memiliki nilai-nilai yang luhur dan

pencapaian penghidupan yang baik sehingga

bisa menjadi panutan nyata bagi para peserta.

Liputan LENTERA | 9

Selama 2,5 minggu, berbagai aktivitas dijalani

Fandy. Diantaranya berkunjung ke Sanggar

Kesenian KunoKini untuk belajar cara

memainkan alat musik tradisional, berkeliling ke

Universitas Indonesia untuk melihat berbagai

fakultas dan berdialog langsung dengan

mahasiswa berprestasi di sana, mengenal lebih

jauh budaya Indonesia di Taman Mini Indonesia

Indah, serta menonton film di

Teater Keong Emas.

Selanjutnya Fandy dan teman-

temannya diajak ke Balai Kota

Jakarta untuk berbincang

dengan Pak Ahok, Wakil

Gubernur Jakarta. Setelah itu,

mereka mampir ke Gedung KPK

dan berbincang dengan

Abraham Samad, Ketua KPK.

Pak Abraham Samad yang juga

orang asli Sulawesi ini

menceritakan tentang masa

kecil beliau hingga masa ia

menjabat sebagai Ketua KPK.

Esoknya anak ASM belajar

tentang indahnya perbedaan dan toleransi

dengan berkunjung dan berdialog ke berbagai

rumah ibadah di Jakarta, yaitu: Sikh Temple,

Gereja Katedral, dan Masjid Istiqlal.

Dalam hal pendidikan, Fandy juga diajarkan

tentang konsep wirausaha, berkunjung ke

perusahaan makanan terkemuka di Jakarta –

Nutrifood, dimana mereka belajar tentang

berbagai profesi, belajar mencintai bumi

dengan berkunjung ke Kawasan Eko Wisata

Mangrove untuk belajar tentang pentingnya

fungsi mangrove/bakau lalu langsung

menanam bibit bakau di sana, serta ikut

kampanye SaveSharks yang merupakan upaya

perlindungan hiu di Indonesia.

Tapi bagi Fandy, yang paling berkesan adalah

saat ia dan teman-temannya berkunjung ke

PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia).

Di sana Fandy sangat bahagia karena dapat

melihat langsung para atlit jagoannya yang

sedang berlatih, seperti: Tontowi Ahmad, Liliana

Natsir, Bellatrix Mannuputi, Greysia Polli dan

masih banyak lagi. Selain itu ia juga bertemu

dua atlit bulutangkis kebanggaan Indonesia,

yakni Rexy Mainaky dan Ricky Subagja. Kak

Rexy dan Kak Ricky lalu bercerita tentang masa-

masa perjuangannya meraih juara dunia serta

menyempatkan melatih dan bermain bulu

tangkis bersama para peserta.

Testimoni orang-orang di sekitar Fandy

mengatakan, Fandy merupakan sosok yang

sangat ramah, suka mengeksplorasi dan belajar

hal baru, peka dengan kondisi disekitarnya,

cepat belajar, serta cerdas baik secara

akademik dan emosional. Selama jauh dari

keluarga, Fandy juga menampakkan dirinya

sebagai anak yang mandiri dan mampu

menyelesaikan masalah dengan baik.

Fandy pulang ke rumahnya di Toili dengan

membawa banyak momen berkesan,

pengalaman berharga, dan pelajaran penting

untuk diterapkan dalam hidupnya. Fandy tak

segan-segan menegaskan bahwa ia merasa

sangat beruntung bisa terpilih menjadi salah

satu bagian dari Anak Sabang Merauke.

Kini Fandy telah kembali dan melanjutkan

rutinitasnya sebagai murid SMP, tapi kini telah

tersemat sebuah tugas di pundaknya:

menyebarkan virus toleransi, pendidikan, dan

ke-Indonesia-an pada teman-temannya. (EB)

Peserta ASM bersama Rexy Mainaky dan Ricky Subagja di PBSI

Page 9: Lentera Banggai edisi 2 tahun 2014