laringoskopi
DESCRIPTION
BAB IPENDAHULUAN Gambar 1. Anatomi LaringSumber : http//www.hanall.co.kr Pengertian pernafasan atau respirasi pernapasan adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi dalam tubuh. Manusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbon dioksida ke lingkungan.1,2,3,16 Salah satu bagian terpenting dari sistem organ pernafasan adalah laring. Laring tersusun atas 9 kartilago ( 6 kartilago kecil dan 3 kartilago besar ) Terbesar adalah kartilago tiroid yang berbentuk seperti kapal, bagian depan nya mengalami penonjolan membentuk “adam’s apple” dan di dalam cartilage ini ada pita suara. Sedikit di bawah kartilago tiroid terdapat kartilago kricoid. Laring menghubungkan Laringopharing dengan trakea, terletak pada garis tengah anterior dari leher pada vertebrata servikal 4 sampai 6. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.1BAB IIANATOMI LARING Gambar 2. Anatomi Laring. Sumber : http//www.hanall.co.kr Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan suatu rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi vertebra servikal IV – VI, pada anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih tinggi. Laring pada umumnya selalu terbuka, hanya kadang-kadang saja tertutup bila sedang menelan makanan.1Lokasi laring dapat ditentukan dengan inspeksi dan palpasi dimana didapatkannya kartilago tiroid yang pada pria dewasa lebih menonjol ke depan dan disebut Prominensia Laring atau disebut juga Adam’s apple atau jakun.1 Batas-batas laring berupa sebelah kranial terdapat Aditus Laring yang berhubungan dengan Hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior kartilago krikoid dan berhubungan dengan trakea, di sebelah posterior dipisahkan dari vertebra servikal oleh otot-otot prevertebral, dinding dan cavum laringofaring serta disebelah anterior ditutupi oleh fasia, jaringan lemak, dan kulit. Sedangkan di sebelah lateral ditutupi oleh otot-otot sternokleidomastoid, infrahioid dan lobus kelenjar tiroid.1 Laring berbentuk piramida triangular terbalik dengan dinding kartilago tiroidea di sebelah atas dan kartilago krikoidea di sebelah bawahnya. Os Hioid dihubungkan dengan laring oleh membrana tiroid. Tulang ini merupakan tempat melekatnya otot-otot dan ligamenta serta akan mengalami osifikasi sempurna pada usia 2 tahun.1 Secara keseluruhan laring dibentuk oleh sejumlah kartilago, ligamentum dan otot-otot.1KartilagoKartilago laring terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu :1 1. Kelompok kartilago mayor, terdiri dari : Kartilago Tiroidea, 1 buah, Kartilago Krikoidea, 1 buah, Kartilago Aritenoidea, 2 buah; 2. Kartilago minor, terdiri dari : Kartilago Kornikulata Santorini, 2 buah, Kartilago Kuneiforme Wrisberg, 2 buah, Kartilago Epiglotis, 1 buah Gambar 3. Tulang dan kartilago laring tampak lateralSumber : http://www.virtualpediatrichospital.org/providers/ElectricAirway/AnatImages/LarynxGrossAnatomy.jpg Gambar 4. Tulang dan Kartilago Laring tampak SagitalSumber : http://www.virtualpediatrichospital.org/providers/ElectricAirway/AnatImages/LarynxGrossAnatomy.jpg Gambar 5. Tulang dan Kartilago Laring tampak PosteriorSumber : http://www.virtualpediatrichospital.org/providers/ElectricAirway/AnatImages/LarynxGrossAnatomy.jpgKartilago Tiroid Merupakan suatu kartilago hialin yang membentuk dinding anterior dan lateral laring, dan merupakan kartilago yang terbesar. Terdiri dari 2 (dua) sayap (alatiroid) berbentuk seperti perisai yang terbuka dibelakangnya tetapi bersatu di bagian depan dan membentuk sudut sehingga menonjol ke depan disebut Adam’s apple. Sudut ini pada pria dewasa kira-kira 90 derajat dan pada wanita 120 derajat. Diatasnya terdapat lekukan yang disebut thyroid notch atau insisura tiroid, dimana di belakang atas membentuk kornu superior yang dihubungkanTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Gambar 1. Anatomi Laring
Sumber : http//www.hanall.co.kr
Pengertian pernafasan atau respirasi pernapasan adalah suatu proses mulai dari
pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi dalam tubuh.
Manusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbon
dioksida ke lingkungan.1,2,3,16
Salah satu bagian terpenting dari sistem organ pernafasan adalah laring. Laring
tersusun atas 9 kartilago ( 6 kartilago kecil dan 3 kartilago besar ) Terbesar adalah kartilago
tiroid yang berbentuk seperti kapal, bagian depan nya mengalami penonjolan membentuk
“adam’s apple” dan di dalam cartilage ini ada pita suara. Sedikit di bawah kartilago tiroid
terdapat kartilago kricoid. Laring menghubungkan Laringopharing dengan trakea, terletak
pada garis tengah anterior dari leher pada vertebrata servikal 4 sampai 6.
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga
melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.1
1
BAB II
ANATOMI LARING
Gambar 2. Anatomi Laring. Sumber : http//www.hanall.co.kr
Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan suatu
rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi vertebra servikal IV –
VI, pada anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih tinggi. Laring pada umumnya selalu
terbuka, hanya kadang-kadang saja tertutup bila sedang menelan makanan.1
Lokasi laring dapat ditentukan dengan inspeksi dan palpasi dimana didapatkannya kartilago
tiroid yang pada pria dewasa lebih menonjol ke depan dan disebut Prominensia Laring atau
disebut juga Adam’s apple atau jakun.1
Batas-batas laring berupa sebelah kranial terdapat Aditus Laring yang berhubungan
dengan Hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior kartilago krikoid dan
berhubungan dengan trakea, di sebelah posterior dipisahkan dari vertebra servikal oleh otot-
otot prevertebral, dinding dan cavum laringofaring serta disebelah anterior ditutupi oleh fasia,
jaringan lemak, dan kulit. Sedangkan di sebelah lateral ditutupi oleh otot-otot
2
sternokleidomastoid, infrahioid dan lobus kelenjar tiroid.1
Laring berbentuk piramida triangular terbalik dengan dinding kartilago tiroidea di
sebelah atas dan kartilago krikoidea di sebelah bawahnya. Os Hioid dihubungkan dengan
laring oleh membrana tiroid. Tulang ini merupakan tempat melekatnya otot-otot dan
ligamenta serta akan mengalami osifikasi sempurna pada usia 2 tahun.1
Secara keseluruhan laring dibentuk oleh sejumlah kartilago, ligamentum dan otot-
otot.1
Kartilago
Kartilago laring terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu :1 1. Kelompok kartilago mayor, terdiri
dari : Kartilago Tiroidea, 1 buah, Kartilago Krikoidea, 1 buah, Kartilago Aritenoidea, 2 buah;
2. Kartilago minor, terdiri dari : Kartilago Kornikulata Santorini, 2 buah, Kartilago
Kuneiforme Wrisberg, 2 buah, Kartilago Epiglotis, 1 buah
Gambar 3. Tulang dan kartilago laring tampak lateral
Sumber : http://www.virtualpediatrichospital.org/providers/ElectricAirway/AnatImages/
Larynx
GrossAnatomy.jpg
3
Gambar 4. Tulang dan Kartilago Laring tampak Sagital
Sumber : http://www.virtualpediatrichospital.org/providers/ElectricAirway/AnatImages/
Larynx
GrossAnatomy.jpg
Gambar 5. Tulang dan Kartilago Laring tampak Posterior
Sumber : http://www.virtualpediatrichospital.org/providers/ElectricAirway/AnatImages/
Larynx
GrossAnatomy.jpg
4
Kartilago Tiroid
Merupakan suatu kartilago hialin yang membentuk dinding anterior dan lateral laring,
dan merupakan kartilago yang terbesar. Terdiri dari 2 (dua) sayap (alatiroid) berbentuk
seperti perisai yang terbuka dibelakangnya tetapi bersatu di bagian depan dan membentuk
sudut sehingga menonjol ke depan disebut Adam’s apple. Sudut ini pada pria dewasa kira-
kira 90 derajat dan pada wanita 120 derajat. Diatasnya terdapat lekukan yang disebut thyroid
notch atau insisura tiroid, dimana di belakang atas membentuk kornu superior yang
dihubungkan dengan os hioid oleh ligamentum tiroid lateral, sedangkan di bagian bawah
membentuk kornu inferior yang berhubungan dengan permukaan posterolateral dari kartilago
krikoidea dan membentuk artikulasi krikoid. Dengan adanya artikulasio ini memungkinkan
kartilago tiroid dapat terangkat ke atas. Di sebelah dalam perisai kartilago tiroid terdapat
bagian dalam laring, yaitu : pita suara, ventrikel, otot-otot dan ligamenta, kartilago
aritenoidea, kuneiforme serta kornikulata.1
Permukaan luar ditutupi perikondrium yang tebal dan terdapat suatu alur yang
berjalan oblik dari bawah kornu superior ke tuberkulum inferior. Alur ini merupakan tempat
perlekatan muskulus sternokleidomastoid, muskulus tirohioid dan muskulus konstriktor
faring inferior.1
Permukaan dalamnya halus tetapi pertengahan antara insisura tiroid dan tepi bawah
kartilago tiroid perikondriumnya tipis, merupakan tempat perlekatan tendo komisura anterior.
Sedangkan tangkai epiglotis melekat kira-kira 1 cm diatasnya oleh ligamentum tiroepiglotika.
Kartilago ini mengalami osifikasi pada umur 20 – 30 tahun.1
Kartilago Krikoid
Kartilago ini merupakan bagian terbawah dari dinding laring. Kartilago hialin yang
berbentuk cincin stempel (signet ring) dengan bagian alasanya terdapat di belakang. Bagian
anterior dan lateralnya relatif lebih sempit daripada bagian posterior. Kartilago ini
berhubungan dengan kartilago tiroid tepatnya dengan kornu inferior melalui membrana
krikoid (konus elastikus) dan melalui artikulasi krikoaritenoid. Di sebelah bawah melekat
dengan cincin trakea I melalui ligamentum krikotiroid. Pada keadaan darurat dapat dilakukan
tindakan trakeostomi emergensi atau krikotomi atau koniotomi pada konus elastik.1
Kartilago krikoid pada dewasa terletak setinggi vertebra servikalis VI – VII
dan pada anak-anak setinggi vertebra servikalis III – IV. Kartilago ini mengalami osifikasi
setelah kartilago tiroidea.1
5
Kartilago Aritenoid
Kartilago ini juga merupakan kartilago hialin yang terdiri dari sepasang kartilago
berbentuk piramid 3 sisi dengan basis berartikulasi dengan kartilago krikoid, sehingga
memungkinkan pergerakan ke medio lateral dan gerakan rotasi. Dasar dari piramid ini
membentuk 2 tonjolan yaitu prosesus muskular yang merupakan tempat melekatnya m.
krikoaritenoid yang terletak di posterolateral, dan di bagian anterior terdapat prosesus vokal
tempat melekatnya ujung posterior pita suara. Pinggir posterosuperior dari konus elastikus
melekat ke prosesus vokalis. Ligamentum vokal terbentuk dari setiap prosesus vokal dan
berinsersi pada garis tengah kartilago tiroid membentuk tiga per lima bagaian membranosa
atau vibratori pada pita suara. Tepi dan permukaan atas dari pita suara ini disebut glotis.2
Kartilago aritenoid dapat bergerak ke arah dalam dan luar dengan sumbu sentralnya
tetap, karena ujung posterior pita suara melekat pada prosesus vokal aritenoid maka gerakan
kartilago ini dapat menyebabkan terbuka dan tertutupnya glotis. Kalsifikasi terjadi pada
dekade ke 3 kehidupan.1
Kartilago Epiglotis
Bentuk kartilago epiglotis seperti bet pingpong dan membentuk dinding anterior
aditus laring. Tangkainya disebut petiolus dan dihubungkan oleh ligamentum tiroepiglotika
ke kartilago tiroidea di sebelah atas pita suara. Sedangkan bagian atas menjulur di belakang
korpus hioid ke dalam lumen faring sehingga membatasi basis lidah dan laring. Kartilago
epiglotis mempunyai fungsi sebagai pembatas yang mendorong makanan ke sebelah
menyebelah laring. 1,3
Kartilago Kornikulata
Merupakan kartilago fibroelastis, disebut juga kartilago Santorini dan merupakan
kartilago kecil di atas aritenoid serta di dalam plika ariepiglotika.1
Kartilago Kuneiforme
Merupakan kartilago fibroelastis dari Wrisberg dan merupakan kartilago kecil yang
terletak di dalam plika ariepiglotika.1
6
Ligamentum dan membrana
Ligamentum dan membran laring terbagi atas 2 grup, yaitu :1 1. Ligamentum ekstrinsik,
terdiri dari : Membran tirohioid, Ligamentum tirohioid, Ligamentum tiroepiglotis,
Ligamentum hioepiglotis, Ligamentum krikotrakeal; 2. Ligamentum intrinsik, terdiri dari :
Membran quadrangularis, Ligamentum vestibular, Konus elastikus, Ligamentum krikotiroid
media, Ligamentum vokalis
Gambar 6. Ligamentum ekstrinsik
Sumber : Harry M. Tucker, The Larynx, Thieme 1987, p.8, fig.1.7
Gambar 7. Ligamentum intrinsik
Sumber : Harry M. Tucker, The Larynx, Thieme 1987, p.8, fig.1.7
7
Otot-otot
Otot–otot laring terbagi dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu otot-otot ekstrinsik dan
otot-otot intrinsik yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda.1,4
Otot-otot ekstrinsik.1,4
Otot-otot ini menghubungkan laring dengan struktur disekitarnya. Kelompok otot ini
menggerakkan laring secara keseluruhan. Terdiri atas : 1. Otot-otot suprahioid / otot-otot
elevator laring, yaitu : M. Stilohioideus, M. Geniohioideus, M. Genioglosus, M.
Milohioideus, M. Digastrikus, M. Hioglosus; 2. Otot-otot infrahioid / otot-otot depresor
laring, yaitu : M. Omohioideus, M. Sternokleidomastoideus, M. Tirohioideus
Gambar 8. Otot-otot ekstrinsik
Sumber : Harry M. Tucker, The Larynx, Thieme 1987, p.11,fig.1.10
Gambar 9. Otot-otot anteriorinferior
Sumber : Netter F, Atlas of Human Anatomy 2nd Ed. Novartis, East Hanover, New Jersey.
1997, p. 47
8
Gambar 10. Otot-otot posterosuperior
Sumber : Netter F, Atlas of Human Anatomy 2nd Ed. Novartis, East Hanover, New Jersey.
1997, p. 47
Kelompok otot-otot depresor dipersarafi oleh ansa hipoglossi C2 dan C3 dan penting
untuk proses menelan (deglutisi) dan pembentukan suara (fonasi). Muskulus konstriktor
faringe medius termasuk dalam kelompok ini dan melekat pada linea oblikus kartilago tiroid.
Otot-otot ini penting pada proses deglutisi.1,4
Otot-otot intrinsik
Menghubungkan kartilago satu dengan yang lain Berfungsi menggerakkan struktur
yang ada di dalam laring terutama untuk membentuk suara dan bernafas. Otot-otot pada
kelompok ini berpasangan kecuali m. interaritenoid yang serabutnya berjalan transversal dan
oblik. Fungsi otot ini dalam proses pembentukkan suara, proses menelan dan berbafas. Bila
m. interaritenoideus berkontraksi, maka otot ini akan bersatu di garis tengah sehingga
menyebabkan adduksi pita suara.1,4
Yang termasuk dalam kelompok otot intrinsik adalah :1 1. Otot-otot adduktor : 2 Mm.
Interaritenoideus transversal dan oblik, M. Krikotiroideus, M. Krikotiroideus lateral
(Berfungsi untuk menutup pita suara); 2. Otot-otot abduktor :1 M. Krikoaritenoideus posterior
(Berfungsi untuk membuka pita suara); 3. Otot-otot tensor :1 Tensor Internus : M.
Tiroaritenoideus dan M. Vokalis, Tensor Eksternus : M. Krikotiroideus
9
Pada orang tua, m. tensor internus kehilangan sebagian tonusnya sehingga pita suara
melengkung ke lateral mengakibatkan suara menjadi lemah dan serak.
Gambar 11. Otot-otot intrinsik
Sumber : Harry M. Tucker, The Larynx, Thieme 1987, p.13, fig.1.13
Gambar 12. Otot-otot right postero-lateral
Sumber : Harry M. Tucker, The Larynx, Thieme 1987, p.14, fig.1.14
10
Gambar 13. Otot-otot right lateral
F, Atlas of Human Anatomy 2nd Ed. Novartis, East Hanover, New Jersey. 1997, p. 72
Persendian
Artikulasi Krikotiroid
Merupakan sendi antara kornu inferior kartilago tiroid dengan bagian posterior
kartilago krikoid. Sendi ini diperkuat oleh 3 (tiga) ligamenta, yaitu : ligamentum krikotiroid
anterior, posterior, dan inferior. Sendi ini berfungsi untuk pergerakan rotasi pada bidang
tiroid, oleh karena itu kerusakan atau fiksasi sendi ini akan mengurangi efek m. krikotiroid
yaitu untuk menegangkan pita suara.1
Artikulasi Krikoaritenoid
Merupakan persendian antara fasies artikulasi krikoaritenoid dengan tepi posterior
cincin krikoid. Letaknya di sebelah kraniomedial artikulasi krikotiroid dan mempunyai fasies
artikulasi yang mirip dengan kulit silinder, yang sumbunya mengarah dari mediokraniodorsal
ke laterokaudoventral serta menyebabkan gerakan menggeser yang sama arahnya dengan
sumbu tersebut. Pergerakan sendi tersebut penting dalam perubahan suara dari nada rendah
menjadi nada tinggi.3
11
Gambar 14. The Sendi laring
Sumber : Harry M. Tucker, The Larynx, Thieme 1987, p.6, fig.1.5
Anatomi laring bagian dalam
Cavum laring dapat dibagi menjadi sebagai berikut : 1,4 1. Supraglotis (vestibulum superior),
yaitu ruangan diantara permukaan atas pita suara palsu dan inlet laring; 2. Glotis (pars
media), yaitu ruangan yang terletak antara pita suara palsu dengan pita suara sejati serta
membentuk rongga yang disebut ventrikel laring Morgagni; 3. Infraglotis (pars inferior),
yaitu ruangan diantara pita suara sejati dengan tepi bawah kartilago krikoidea.
Beberapa bagian penting dari dalam laring : Aditus Laringeus, Rima Vestibuli, Rima
glottis, Vallekula, Plika Ariepiglotika, Sinus Piriformis (Hipofaring), Incisura Interaritenoid,
Vestibulum Laring, Plika Ventrikularis (pita suara palsu), Ventrikel Laring Morgagni (sinus
laringeus), Plika Vokalis (pita suara sejati)1
Beberapa bagian penting dari dalam laring : 1 1. Aditus Laring adalah Pintu masuk ke
dalam laring yang dibentuk di anterior oleh epiglotis, lateral oleh plika ariepiglotika, posterior
oleh ujung kartilago kornikulata dan tepi atas m. Aritenoideus; 2. Rima Vestibuli merupakan
celah antara pita suara palsu; 3. Rima glottis merupakan celah antara pita suara sejati, di
belakang antara prosesus vokalis dan basis kartilago aritenoidea; 4. Vallekula terdapat
diantara permukaan anterior epiglotis dengan basis lidah, dibentuk oleh plika
glossoepiglotika medial dan lateral; 5. Plika ariepiglotika dibentuk oleh tepi atas ligamentum
12
kuadringular yang berjalan dari kartilago epiglotika ke kartilago aritenoidea dan kartilago
kornikulata; 6. Sinus Piriformis (Hipofaring) terletak antara plika ariepiglotika dan
permukaan dalam kartilago tiroidea; 7. Insisura Interaritenoid adalah suatu lekukan atau takik
diantara tuberkulum kornikulatum kanan dan kiri; 8. Vestibulum laring merupakan ruangan
yang dibatasi oleh epiglotis, membrana kuadringularis, kartilago aritenoid, permukaan atas
proc. vokalis kartilago aritenoid dan m.interaritenoid; 9. Plika ventrikularis (pita suara palsu)
yaitu pita suara palsu yang bergerak bersama-sama dengan kartilago aritenoid untuk menutup
glottis dalam keadaan terpaksa, merupakan dua lipatan tebal dari selaput lendir dengan
jaringan ikat tipis di tengahnya; 10. Ventrikel laring morgagni (sinus laringeus) yaitu ruangan
antara pita suara palsu dan sejati. Dekat ujung anterior dari ventrikel terdapat suatu
divertikulum yang meluas ke atas diantara pita suara palsu dan permukaan dalam kartilago
tiroidea, dilapisi epitel berlapis semu bersilia dengan beberapa kelenjar seromukosa yang
fungsinya untuk melicinkan pita suara sejati, disebut appendiks atau sakulus ventrikel laring;
11. Plika Vokalis (pita suara sejati) terdapat di bagian bawah laring. Tiga per lima bagian
dibentuk oleh ligamentum vokalis dan celahnya disebut intermembranous portion, dan dua
per lima belakang dibentuk oleh prosesus vokalis dari kartilago aritenoidea dan disebut
intercartilagenous portion.
Perasarafan
Laring dipersarafi oleh cabang N. Vagus yaitu Nn. Laring Superior dan Nn. Laring
Inferior (Nn. Laring Rekuren) kiri dan kanan.5
Nn. Laringe Superior.1
Meninggalkan N. vagus tepat di bawah ganglion nodosum, melengkung ke depan dan
medial di bawah A. karotis interna dan eksterna yang kemudian akan bercabang dua, yaitu :
1. Cabang Interna ; bersifat sensoris, mempersarafi vallekula, epiglotis, sinus
pyriformis dan mukosa bagian dalam laring di atas pita suara sejati; 2. Cabang Eksterna ;
bersifat motoris, mempersarafi m. Krikotiroid dan m. Konstriktor inferior.
N. Laring Inferior (N. Laringeus Rekuren).5
Berjalan dalam lekukan diantara trakea dan esofagus, mencapai laring tepat di
belakang artikulasi krikotiroid. N. laring yang kiri mempunyai perjalanan yang panjang dan
dekat dengan aorta sehingga mudah terganggu. Merupakan cabang N. vagus setinggi bagian
13
proksimal A. subklavia dan berjalan membelok ke atas sepanjang lekukan antara trakea dan
esofagus, selanjutnya akan mencapai laring tepat di belakang artikulasi krikotiroid dan
memberikan persarafan : Sensoris, mempersarafi daerah sub glotis dan bagian atas trakea,
Motoris, mempersarafi semua otot laring kecuali M. Krikotiroidea,
Gambar 15. Persarafan laring
Sumber : Harry M. Tucker, The Larynx, Thieme 1987, p.11, fig1.11
Vaskularisasi
Laring mendapat perdarahan dari cabang A. Tiroidea Superior dan Inferior sebagai A.
Laringe Superior dan Inferior. 1
Arteri Laringeus Superior
Berjalan bersama ramus interna N. Laringe Superior menembus membran tirohioid
menuju ke bawah diantara dinding lateral dan dasar sinus piriformis. 1
Arteri Laringeus Inferior
Berjalan bersama N. Laringeus Inferior masuk ke dalam laring melalui area Killian
Jamieson yaitu celah yang berada di bawah M. Konstriktor Faring Inferior, di dalam laring
beranastomose dengan A. Laring Superior dan memperdarahi otot- otot dan mukosa laring.2
14
Gambar 16. Sistem arteri laring
Sumber : Harry M. Tucker, The Larynx, Thieme 1987, p.12,fig.1.12
Gambar 17. Darah vena dialirkan melalui V. Laring Superior dan Inferior ke V. Tiroid
Superior dan Inferior yang kemudian akan bermuara ke V. Jugularis Interna.2
15
Gambar 18. Sistem vena laring
Sumber : Harry M. Tucker, The Larynx, Thieme 1987, p.16,fig.1.15
16
FISIOLOGI LARING
Laring mempunyai 3 (tiga) fungsi dasar yaitu fonasi, respirasi dan proteksi disamping
beberapa fungsi lainnya seperti terlihat pada uraian berikut : 6
Fungsi Fonasi 5
Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks. Suara dibentuk
karena adanya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya interaksi antara udara dan pita
suara. Nada suara dari laring diperkuat oleh adanya tekanan udara pernafasan subglotik dan
vibrasi laring serta adanya ruangan resonansi seperti rongga mulut, udara dalam paru-paru,
trakea, faring, dan hidung. Nada dasar yang dihasilkan dapat dimodifikasi dengan berbagai
cara. Otot intrinsik laring berperan penting dalam penyesuaian tinggi nada dengan mengubah
bentuk dan massa ujung- ujung bebas dan tegangan pita suara sejati. Ada 2 teori yang
mengemukakan bagaimana suara terbentuk, yaitu teori Mioelastik – Aerodinamik dan teori
neuromuskular.
Teori Mioelastik – Aerodinamik 5
Selama ekspirasi aliran udara melewati ruang glotis dan secara tidak langsung
menggetarkan plika vokal. Akibat kejadian tersebut, otot-otot laring akan memposisikan plika
vokal (adduksi, dalam berbagai variasi) dan menegangkan plika vokalis. Selanjutnya, kerja
dari otot-otot pernafasan dan tekanan pasif dari proses pernafasan akan menyebabkan tekanan
udara ruang subglotis meningkat, dan mencapai puncaknya melebihi kekuatan otot sehingga
celah glotis terbuka. Plika vokal akan membuka dengan arah dari posterior ke anterior.
Secara otomatis bagian posterior dari ruang glotis yang pertama kali membuka dan yang
pertama kali pula kontak kembali pada akhir siklus getaran. Setelah terjadi pelepasan udara,
tekanan udara ruang subglotis akan berkurang dan plika vokalis akan kembali ke posisi saling
mendekat (kekuatan myoelastik plika vokalis melebihi kekuatan aerodinamik).
Kekuatan mioelastik bertambah akibat aliran udara yang melewati celah sempit
menyebabkan tekanan negatif pada dinding celah (efek Bernoulli). Plika vokal akan kembali
ke posisi semula (adduksi) sampai tekanan udara ruang subglotis meningkat dan proses
seperti di atas akan terulang kembali.
17
Teori Neuromuskular 6
Teori ini sampai sekarang belum terbukti, diperkirakan bahwa awal dari getaran plika
vokal adalah saat adanya impuls dari sistem saraf pusat melalui N. Vagus, untuk
mengaktifkan otot-otot laring. Menurut teori ini jumlah impuls yang dikirimkan ke laring
mencerminkan banyaknya / frekuensi getaran plika vokal. Analisis secara fisiologi dan
audiometri menunjukkan bahwa teori ini tidaklah benar (suara masih bisa diproduksi pada
pasien dengan paralisis plika vokalis bilateral).
Fungsi Proteksi 6
Benda asing tidak dapat masuk ke dalam laring dengan adanya reflek otot-otot yang
bersifat adduksi, sehingga rima glotis tertutup. Pada waktu menelan, pernafasan berhenti
sejenak akibat adanya rangsangan terhadap reseptor yang ada pada epiglotis, plika
ariepiglotika, plika ventrikular dan daerah interaritenoid melalui serabut afferen N. Laringeus
Superior. Sebagai jawabannya, sfingter dan epiglotis menutup. Gerakan laring ke atas dan ke
depan menyebabkan celah proksimal laring tertutup oleh dasar lidah. Struktur ini
mengalihkan makanan ke lateral menjauhi aditus dan masuk ke sinus piriformis lalu ke
introitus.
Fungsi Respirasi 3
Pada waktu inspirasi diafragma bergerak ke bawah untuk memperbesar rongga dada
dan M. Krikoaritenoid Posterior terangsang sehingga kontraksinya menyebabkan rima glotis
terbuka. Proses ini dipengaruhi oleh tekanan parsial CO 2 dan O 2 arteri serta pH darah. Bila
pO 2 tinggi akan menghambat pembukaan rima glotis, sedangkan bila pCO 2 tinggi akan
merangsang pembukaan rima glotis. Hiperkapnia dan obstruksi laring mengakibatkan
pembukaan laring secara reflektoris, sedangkan peningkatan pO 2 arterial dan hiperventilasi
akan menghambat pembukaan laring. Tekanan parsial CO 2 darah dan pH darah berperan
dalam mengontrol posisi pita suara.
Fungsi Sirkulasi 5
Pembukaan dan penutupan laring menyebabkan penurunan dan peninggian tekanan
intratorakal yang berpengaruh pada venous return. Perangsangan dinding laring terutama
18
pada bayi dapat menyebabkan bradikardi, kadang-kadang henti jantung. Hal ini dapat karena
adanya reflek kardiovaskuler dari laring. Reseptor dari reflek ini adalah baroreseptor yang
terdapat di aorta. Impuls dikirim melalui N. Laring Rekurens dan Ramus Komunikans N.
Laring Superior. Bila serabut ini terangsang terutama bila laring dilatasi, maka terjadi
penurunan denyut jantung.
Fungsi Fiksasi 3,7
Berhubungan dengan mempertahankan tekanan intratorakal agar tetap tinggi,
misalnya batuk, bersin dan mengedan.
Fungsi Menelan 6
Terdapat 3 (tiga) kejadian yang berhubungan dengan laring pada saat berlangsungnya
proses menelan, yaitu : Pada waktu menelan faring bagian bawah (M. Konstriktor Faring
Superior, M. Palatofaring dan M. Stilofaring) mengalami kontraksi sepanjang kartilago
krikoid dan kartilago tiroid, serta menarik laring ke atas menuju basis lidah, kemudian
makanan terdorong ke bawah dan terjadi pembukaan faringoesofageal. Laring menutup untuk
mencegah makanan atau minuman masuk ke saluran pernafasan dengan jalan
menkontraksikan orifisium dan penutupan laring oleh epiglotis.
Epiglotis menjadi lebih datar membentuk semacam papan penutup aditus laringeus,
sehingga makanan atau minuman terdorong ke lateral menjauhi aditus laring dan maduk ke
sinus piriformis lalu ke hiatus esophagus.
Fungsi Batuk 8
Bentuk plika vokal palsu memungkinkan laring berfungsi sebagai katup, sehingga
tekanan intratorakal meningkat. Pelepasan tekanan secara mendadak menimbulkan batuk
yang berguna untuk mempertahankan laring dari ekspansi benda asing atau membersihkan
sekret yang merangsang reseptor atau iritasi pada mukosa laring.
Fungsi Ekspektorasi 8
Dengan adanya benda asing pada laring, maka sekresi kelenjar berusaha
mengeluarkan benda asing tersebut.
Fungsi Emosi 8
Perubahan emosi dapat meneyebabkan perubahan fungsi laring, misalnya pada waktu
menangis, kesakitan, menggigit dan ketakutan.
19
INDIKASI LARINGOSKOPI
Laringoskopi adalah suatu tindakan medis yang dilakukan untuk melihat daerah
larinks (pita suara).9,10 Indikasi laringoskopi pada dasarnya adanya setiap kecurigaan akan
adanya kelainan laring. 11,12
Tujuan dan keuntungan pemeriksaan ini adalah melihat langsung larinks untuk
mendeteksi adanya tumor, benda asing, kerusakkan saraf atau struktur lain atau kelainan-
kelainan lain. Ada dua cara pemeriksaan ini agar dapat memeriksa laring secara langsung.
Pertama, dengan menggunakan selang yang lentur (fleksibel) dengan suatu alat serat optik
yang disusupkan melalui hidung dan dimasukkan terus hingga masuk ke dalam tenggorok.
Metode lainnya adalah menggunakan selang kaku yang dimasukkan langsung dari mulut
hingga ke dalam laring. Kedua metode ini, pada endoskopnya terdapat sebuah lampu dan
lensa. Selang endoskopik ini juga dilengkapi dengan alat penyedot lendir atau kotoran.
Disamping itu juga dapat berfungsi sebagai biopsi untuk mengambil contoh jaringan.9
KONTRAINDIKASI LARINGOSKOPI
Kontraindikasi laringoskopi indirek / tidak langsung sebeneranya tidak ada. Pada
keadaan tertentu dikatan merupakan kontra indikasi, karena pemeriksaan tidak dapt
dilakukan, misalnya pada penderita trismus yang hebat, stenosis faring dan trauma. 11
20
CARA PEMERIKSAAN LARINGOSKOPI
Pemeriksaan pada laring disebut laringoskopi. Ada 2 macam laringoskopi yaitu
Laringoskopi langsung dan Laringoskopi tidak langsung.11,12,13,16
Laringoskopi tidak langsung11,12,16
Cara melihat laring secara tidak langsung dengan bantuan kaca laring, Alat-alat yang
digunakan : Lampu kepala dan Hartman, Kaca laring dan nasofaring. Melihat laring dari luar
dengan cermat adalah mutlak sangat penting untuk mengetahui kelainan di laring tersebut.
Adanya kelainan di laring kadang-kadang dapat diduga sebelumnya. Dengan palpasi
diketahui adanya nyeri tekan, gerakan laring waktu menelan makanan atau minuman,
limfonodi leher yang teraba metastase dan mengetahui dimana kira-kira letak keganasan yang
merupakan sumber atau induk.
Cara laringoskopi tidak langsung : Penderita disuruh duduk tegak, kepala atau dagu
agak dikedepankan sedikit, Penderita disuruh membuka mulut untuk melihat faring dan
menentukan kira-kira ukuran cermin laring yang dipakai. Ukuran kaca laring yang dipakai ini
penting karena kaca yang terlalu besar akan menyentuh tonsil dan dinding laring yang akan
menyebabkan muntah, Tangan kiri memegang kain kasa guna memegang lidah, sedang
tangan kanan memegang kaca yang telah dipanasi dan dikontrol dengan punggung tangan,
Penderita diminta menjulurkan lidah, yang kemudian dipegang dengan jari tengah yang
dialasi kain kasa. Jari telunjuk dipergunakan untuk menahan bibir atas, Dengan sangat hati-
hati kaca dimasukan hingga berada pada posisi dekat dinding belakang orofaring. Ingat,
jangan sampai menyentuh bagian belakang lidah, atau tonsil atau dinding laring, karena akan
menyebabkan muntah, Dengan seksama amati bayangan pada laring.
Laringoskopi tidak langsung dilakukan tanpa anastesi. Namun pada penderita yang
sensitif bisa diberikan anastesi lokal dengan tablet hisap atau semprot.
Laringoskopi langsung12,16
Laringoskopi langsung adalah pemeriksaan laring secara visual langsung dengan
menggunakan laringoskopi atau alat lain sebagai laringoskop. Kesan visual yang didapatkan
pada laringoskopi langsung lebih natural bila dibandingkan dengan laringoskopi tidak
langsung. Alat yang digunakan adalah laringoskop kaku satu tabung dari logam dengan
lampu penerangan yang terletak diujung depan atau belakang.
21
TEKNIK LARINGOSKOPI
Rigid laringoskopi17
Persiapan untuk intubasi termasuk memeriksa perlengkapan dan posisi pasien. TT
harus diperiksa. Sistem inflasi cuff pipa dapat ditest dengan menggembungkan balon dengan
menggunakan spuit 10 ml. Pemeliharaan tekanan balon menjamin balon tidak mengalami
kebocoran dan katup berfungsi. Beberapa dokter anestesi memotong TT untuk mengurangi
panjangnya dengan tujuan untuk mengurangi resiko dari intubasi bronchial atau sumbatan
akibat dari pipa kinking. Konektor harus ditekan sedalam mungkin untuk menurunkan
kemungkinan terlepas, jika mandren digunakan ini harus dimasukan ke dalam TT dan ini
ditekuk menyerupai stik hoki. Bentuk ini untuk intubasi dengan posisi laring ke anterior.
Blade harus terkunci di atas handle laringoskop dan bola lampu dicoba berfungsi atau tidak.
Intensitas cahanya harus tetap walaupun bola lampu bergoyang. Sinyal cahaya yang berkedap
kedip karena lemahnya hubungan listrik, perlu diingat untuk mengganti batre. Extra blade,
handle, TT ( 1 ukuran lebih kecil atau lebih besar) dan mandren harus disediakan. Suction
diperlukan untuk membersihkan jalan nafas pada kasus dimana sekresi jalan nafas tidak
diinginkan, darah, atau muntah.
Keberhasilan intubasi tergantung dari posisi pasien yang benar. Kepala pasien harus
sejajar atau lebih tinggi dengan pinggang dokter anestesi untuk mencegah ketegangan bagian
belakang yang tidak perlu selama laringoskopi. Rigid laringoskop memindahkan jaringan
lunak faring untuk membentuk garis langsung untuk melihat dari mulut ke glotis yang
terbuka. Elevasi kepala sedang (sekitar 5-10 cm diatas meja operasi) dan ekstensi dari
atlantoocipito join menempatkan pasien pada posisi sniffing yang diinginkan. Bagian bawah
dari tulang leher adalah fleksi dengan menepatkan kepala diatas bantal.
Fleksibel laringoskopi17
Kedua lubang hidung dipersiapkan dengan pemberian tetes vasokonstriktor.
Identifikasi lubang hidung dimana pasien bernafas lebih mudah. O2 dapat diinsuflasi ke
melalui ujung suction dan saluran untuk aspirasi dari FOB untuk memperbaiki oksigenasi dan
membuang sekret dari ujung tip.
Pilihan lain, jalan nafas nasal yang lebar dapat dipasang dalam lubang hidung
kolateral. Breathing sirkuit dapat langsung dihubungkan pada ujung dari nasal airway untuk
22
memberikan O2100% selama laringoskopi. Jika pasien tidak sadar dan tidak bernafas spontan,
mulut dapat diplester dan ventilasi dilakukan melalui nasal airway tunggal. Bila teknik ini
digunakan adekuat ventilasi dan oksigenasi harus di konfirmasi dengan capnograph dan pulse
oximetry. TT yang telah diberi pelumas dan dimasukkan ke dalam lubang hidung lainnya
sepanjang nasal airway. Tangkai dari FOB yang telah diberi pelicin dimasukan ke dalam
lubang TT. Selama endoskopi, jangan dimajukan jika hanya dinding dari TT atau membran
mukosa yang terlihat. Ini juga penting untuk mempertahankan tangkai bronkoskop relatif
lurus, jadi jika kepala dari bronkhoskop diputar secara langsung, ujung distal akan bergerak
dengan derajat yang sama. Ketika ujung dari FOB masuk ujung distal dari TT, epiglotis dan
glotis harus tampak. Ujung dari bronchoskop dimanipulasi untuk melewati pita suara yang
telah abduksi.
Ini tidak perlu dilakukan dengan cepat karena pasien sadar dapat bernafas adekuat dan
pada pasien dianestesi, jika ventilasi dan oksigenasi tidak adekuat, FOB ditarik danlakukan
ventilasi dengan face mask. Minta asisten untuk jaw thrust atau lakukan tekanan pada krikoid
dapat membantu penglihatan pada kasus sulit. Jika pasien bernafas spontan, tarik lidah
dengan klem dapat memfasilitasi intubasi.
Sekali dalam trakhea, FOB didorong masuk ke dekat carina. Adanya cincin trakhea
dan carina adalah membuktikan posisi yang tepat. TT di dorong dari FOB. Sudut sekitar
cartilago arytenoid dan epiglotis dapat mencegah mudahnya memasukan pipa. Penggunaan
pipa yang berkawat baja biasanya menurunkan masalah ini disebabkan lebih besarnya
fleksibilitas dan sudut pada bagian distal lebih tumpul. Posisi TT yang tepat dikonfirmasi
dengan melihat ujung dari pipa diatas karina sebelum FOB ditarik.
23
KOMPLIKASI
Komplikasi jarang terjadi tetapi dapat mencakup batuk, tersedak, bersin sementara,
dan atau perdarahan. Beberapa individu dapat bereaksi negatif terhadap anestesi yang
digunakan dalam prosedur.
Cedera dapat terjadi pada hidung tenggorok mulut, atau sebagai hasil dari prosedur.
Iritasi dari saluran napas menyempit sudah bisa kompromi pernapasan, dan mengakibatkan
kebutuhan untuk intubasi trakea dan ventilasi mekanik.14,15
HASIL PEMERIKSAAN
Pemeriksaan dengan laringoskop direk atau indirek dapat membantu menegakkan
diagnosis laringitis akut. Dari pemeriksaan ini plika vokalis berwarna merah dan tampak
edema terutama dibagian atas dan bawah glottis.17
Gambar : Laringitis akut
Laringitis akut, gambaran ini mengambarkan laring wanita 53 tahun, dengan gejala utama
serak dan suara terengah-engah. Catatan daerah-daerah eritem dan mukosa normal yang
bergantian pada plika vokalis. Juga ditandai irregularitas pada kontur lipatam-lipatan vocal.
24
BAB III
RESUME
Laringoskopi adalah suatu tindakan medis yang dilakukan untuk melihat daerah
larinks (pita suara).
Tujuan dan keuntungan pemeriksaan ini adalah melihat langsung larinks untuk
mendeteksi adanya tumor, benda asing, kerusakkan saraf atau struktur lain atau kelainan-
kelainan lain. Ada dua cara pemeriksaan ini agar dapat memeriksa larinks secara langsung
dan tidak langsung.
Laringoskopi tidak langsung dilakukan tanpa anastesi. Namun pada penderita yang
sensitif bisa diberikan anastesi lokal dengan tablet hisap atau semprot. Laringoskopi ada 2
teknik yaitu rigid dan fleksibel laringoskopi. Rigid laringoskop memindahkan jaringan lunak
faring untuk membentuk garis langsung untuk melihat dari mulut ke glotis yang terbuka.
Elevasi kepala sedang (sekitar 5-10 cm diatas meja operasi) dan ekstensi dari atlantoocipito
join menempatkan pasien pada posisi sniffing yang diinginkan. Bagian bawah dari tulang
leher adalah fleksi dengan menepatkan kepala diatas bantal.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Ballenger, J.J. Anatomy of the larynx. In : Diseases of the nose, throat, ear, head and
neck. 13th ed. Philadelphia, Lea & Febiger. 1993.
2. Brown Scott : Orolaryngology. 6th ed. Vol. 1. Butterworth, Butterworth & Co Ltd.
1997.
3. Graney, D. and Flint, P. Anatomy. In : Cummings C.W. Otolaryngology - Head and
Neck Surgery. Second edition. St Louis : Mosby, 1993.
4. Adams George L., Boies Lawrence R., and Lilger Peter A. BOIES. Buku Ajar
Penyakit THT. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokeran. EGC. 1994.
5. Hollinshead, W.H. The pharynx and larynx. In : Anatomy for surgeons. Volume 1 :
Head and Neck. A hoeber-harper international edition, 1966 : 425-456.
6. Lee, K.J. Cancer of the Larynx. In; Essential Otolaryngology Head and Neck
Surgery . Eight edition. Connecticut. McGraw-Hill, 2003 : 724-736, 747, 755-760.
7. Moore, E.J and Senders, C.W. Cleft lip and palate. In : Lee, K.J. Essential
Otolaryngology Head and Neck Surgery . Eight edition. Connecticut. McGraw-Hill,
2003: 241-242.
8. Woodson, G.E. Upper airway anatomy and function. In : Byron J. Bailey. Head and
Neck Surgery-Otolaryngology. Third edition. Volume 1. Philadelphia : Lippincot
Williams and Wilkins, 2001: 479-486.
9. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003851.htm
10. David C. Dugdale, III, MD, Professor of Medicine, Division of General Medicine,
Department of Medicine, University of Washington School of Medicine. Also
reviewed by David Zieve, MD, MHA, Medical Director, A.D.A.M., Inc.
11. http://www.healthhype.com
12. http://www.airwaycam.com/laryngoscopy.html
13. http://www.entsleep.com/ent-procedures/laryngoscopy.asp
14. http://www.thirdage.com/hc/p/14834/laryngoscopy-complications
15. http://www.mdguidelines.com/laryngoscopy/complications
16. http://en.wikipedia.org/wiki/Laryngoscopy
17. Morgan, G. Edward. Clinical Anesthesiology, 4th Edition. Mc Graw-Hill Companies,
Inc. United State. 2005.
26