larangan hidup berfoya foya
TRANSCRIPT
Larangan hidup berfoya foya (tabzir)
(QS17. Al Israa' ayat 26)
Dan berikanlah kepada keluarga
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Tafsir:
Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada kaum Muslimin agar
menunaikan hak kepada keluarga
dan orang-orang yang dalam perjalanan. Hak yang harus ditunaikan itu
ialah: "Mempererat tali persaudaraan dan hubungan kasih s
mengunjungi rumahnya dan bersikap sopan santun, serta membantu
meringankan penderitaan
umpamanya ada di antara keluarga
orang-orang miskin dan orang
memerlukan biaya yang diperlukan untuk keperluan hidupnya maka
hendaklah diberi bantuan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Orang-orang yang dalam perjalanan yang patut diringankan penderitaannya,
ialah orang yang melakukan perjalanan karena tuju
dibenarkan oleh agama. Orang yang demikian keadaannya perlu dibantu dan
ditolong agar segera tercapai apa yang menjadi maksud dan tujuannya.
Di akhir ayat Allah SWT melarang kaum muslimin membelanjakan harta
bendanya secara boros. Larangan
mengatur perbelanjaannya dengan perhitungan yang secermat
agar apa yang dibelanjakannya sesuai dan tepat dengan keperluannya; tidak
Larangan hidup berfoya foya (tabzir)
(QS17. Al Israa' ayat 26)
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu
hamburkan (hartamu) secara boros.
Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada kaum Muslimin agar
menunaikan hak kepada keluarga-keluarga yang dekat, orang-
orang yang dalam perjalanan. Hak yang harus ditunaikan itu
ialah: "Mempererat tali persaudaraan dan hubungan kasih s
mengunjungi rumahnya dan bersikap sopan santun, serta membantu
meringankan penderitaan-penderitaan yang mereka alami. Kalau
umpamanya ada di antara keluarga-keluarga yang dekat, ataupun
orang miskin dan orang-orang yang ada dalam perjalanan it
memerlukan biaya yang diperlukan untuk keperluan hidupnya maka
hendaklah diberi bantuan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan mereka.
orang yang dalam perjalanan yang patut diringankan penderitaannya,
ialah orang yang melakukan perjalanan karena tujuan-
dibenarkan oleh agama. Orang yang demikian keadaannya perlu dibantu dan
ditolong agar segera tercapai apa yang menjadi maksud dan tujuannya.
Di akhir ayat Allah SWT melarang kaum muslimin membelanjakan harta
bendanya secara boros. Larangan ini bertujuan agar kaum muslimin
mengatur perbelanjaannya dengan perhitungan yang secermat
agar apa yang dibelanjakannya sesuai dan tepat dengan keperluannya; tidak
keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu
Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada kaum Muslimin agar
-orang miskin
orang yang dalam perjalanan. Hak yang harus ditunaikan itu
ialah: "Mempererat tali persaudaraan dan hubungan kasih sayang,
mengunjungi rumahnya dan bersikap sopan santun, serta membantu
penderitaan yang mereka alami. Kalau
keluarga yang dekat, ataupun
orang yang ada dalam perjalanan itu
memerlukan biaya yang diperlukan untuk keperluan hidupnya maka
hendaklah diberi bantuan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan mereka.
orang yang dalam perjalanan yang patut diringankan penderitaannya,
-tujuan yang
dibenarkan oleh agama. Orang yang demikian keadaannya perlu dibantu dan
ditolong agar segera tercapai apa yang menjadi maksud dan tujuannya.
Di akhir ayat Allah SWT melarang kaum muslimin membelanjakan harta
ini bertujuan agar kaum muslimin
mengatur perbelanjaannya dengan perhitungan yang secermat-cermatnya,
agar apa yang dibelanjakannya sesuai dan tepat dengan keperluannya; tidak
boleh membelanjakan harta kepada orang
menerimanya, atau memberikan harta melebihi dari yang seharusnya.
Sebagai keterangan lebih lanjut, bagaimana seharusnya kaum muslimin
membelanjakan hartanya, disebutkan firman Allah SWT:
Artinya:
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di
tengah-tengah antara yang demikian." (Q.S. Al Furqan: 67)
Adapun keterangan yang dapat menjelaskan makna yang terkandung dalam
ayat yang ditafsirkan, yang dapat dari hadis
berikut:
وع�����ن عب�����د هللا اب�����ن عم�����ر ق�����ال: م�����ر رس�����ول هللا ص�����لى هللا علی�����ھ وس�����لم بس�����عد وھ�����و یتوض�����أ
فق���ال: م���ا ھ���ذا الس���رف ی���ا س���عد؟ ق���الArtinya:
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, ia berkata: "Rasulullah saw, bertemu dengan Saad pada
saat berwudu', lalu Rasulullah bersabda: "Alangkah borosnya wudu
berkata: "Apakah di dalam berwudu' ada pemborosan.? "Rasulullah saw bersabda: meskipun
kamu berada di tepi sungai yang mengalir".
(QS17. Al Israa' ayat 27)
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara
adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.
Tafsir:
Kemudian Allah SWT menyatakan bahwa pemboros
saudara-saudara setan. Ungkapan serupa ini biasa dipergunakan oleh
orang-orang Arab. Orang yang membiasakan diri mengikuti sesuatu
boleh membelanjakan harta kepada orang-orang yang tidak berhak
memberikan harta melebihi dari yang seharusnya.
Sebagai keterangan lebih lanjut, bagaimana seharusnya kaum muslimin
membelanjakan hartanya, disebutkan firman Allah SWT:
) 67(قواما والذین إذا أنفقوا لم یسرفوا ولم یقتروا وكان بین ذلك
orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di
tengah antara yang demikian." (Q.S. Al Furqan: 67)
Adapun keterangan yang dapat menjelaskan makna yang terkandung dalam
ayat yang ditafsirkan, yang dapat dari hadis-hadis Nabi adalah sebagai
وع�����ن عب�����د هللا اب�����ن عم�����ر ق�����ال: م�����ر رس�����ول هللا ص�����لى هللا علی�����ھ وس�����لم بس�����عد وھ�����و یتوض�����أ
أو ف���ي الوض���وء س���رف؟ ق���ال نع���م وإن كن���ت عل���ى نھ���ر ج���ار فق���ال: م���ا ھ���ذا الس���رف ی���ا س���عد؟ ق���ال
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, ia berkata: "Rasulullah saw, bertemu dengan Saad pada
saat berwudu', lalu Rasulullah bersabda: "Alangkah borosnya wudu-mu itu hai Saad!". Saad
dalam berwudu' ada pemborosan.? "Rasulullah saw bersabda: meskipun
kamu berada di tepi sungai yang mengalir".
(QS17. Al Israa' ayat 27)
pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu
adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.
Kemudian Allah SWT menyatakan bahwa pemboros-pemboros itu adalah
saudara setan. Ungkapan serupa ini biasa dipergunakan oleh
orang Arab. Orang yang membiasakan diri mengikuti sesuatu
orang yang tidak berhak
memberikan harta melebihi dari yang seharusnya.
Sebagai keterangan lebih lanjut, bagaimana seharusnya kaum muslimin
والذین إذا أنفقوا لم یسرفوا ولم یقتروا وكان بین ذلك
orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di
Adapun keterangan yang dapat menjelaskan makna yang terkandung dalam
hadis Nabi adalah sebagai
،وع�����ن عب�����د هللا اب�����ن عم�����ر ق�����ال: م�����ر رس�����ول هللا ص�����لى هللا علی�����ھ وس�����لم بس�����عد وھ�����و یتوض�����أ
أو ف���ي الوض���وء س���رف؟ ق���ال نع���م وإن كن���ت عل���ى نھ���ر ج���ار
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, ia berkata: "Rasulullah saw, bertemu dengan Saad pada
mu itu hai Saad!". Saad
dalam berwudu' ada pemborosan.? "Rasulullah saw bersabda: meskipun
saudara setan dan setan itu
pemboros itu adalah
saudara setan. Ungkapan serupa ini biasa dipergunakan oleh
orang Arab. Orang yang membiasakan diri mengikuti sesuatu
peraturan dan sesuatu kaum atau mengikuti jejak langkahnya, disebut
saudara-saudara kaum itu. Jadi orang-orang yang memboroskan hartanya,
berarti orang-orang yang mengikuti langkah setan. Dan yang dimaksud
pemboros-pemboros dalam ayat ini ialah orang-orang yang
menghambur-hamburkan harta bendanya dalam perbuatan maksiat dan
perbuatan itu tentunya di luar perintah Allah. Orang-orang yang serupa
inilah yang disebut kawan-kawan setan. Di dunia mereka itu tergoda oleh
setan, dan di akhirat mereka akan dimasukkan ke dalam neraka Jahanam
bersama-sama setan itu pula.
Allah SWT berfirman:
حمن نقیض لھ شیطانا فھو لھ قرین ) 36(ومن یعش عن ذكر الرArtinya: Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Alquran) Kami adakan baginya setan (yang menyesatkannya), maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (Q.S. Az Zukhruf: 36) Dan firman Allah SWT:
احشروا الذین ظلموا وأزواجھم وما كانوا یعبدون Artinya:
(Kepada malaikat diperintahkan): "Kumpulkanlah orang-orang yang lalim beserta teman
sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah." (Q.S. As Saffat: 22)
Di akhir ayat Allah SWT menjelaskan bahwa setan itu adalah sangat ingkar
kepada Tuhannya, maksudnya sangat ingkar kepada nikmat Allah yang
diberikan kepadanya, dan tidak mau mensyukurinya, bahkan setan itu
membangkang tidak mau menaati perintah Allah, malah menggoda manusia
agar berbuat maksiat. Maka apabila setan itu dinyatakan kafir (sangat
ingkar), tentulah teman-temannya, yaitu orang-orang yang mengikuti
ajakan setan itu akan menjadi kayu bakar api neraka.
Al Karkhi menjelaskan bahwa demikian pulalah keadaan orang yang diberi
limpahan harta dan kemuliaan, kemudian apabila orang itu memanfaatkan
harta dan kemuliaan itu di luar batas-batas yang diridai Allah, maka orang
itu mengingkari nikmat Allah. Orang yang berbuat seperti itu, baik sifat
ataupun perbuatannya, dapat disamakan dengan perbuatan setan.
Ayat ini diturunkan Allah dalam rangka menjelaskan perbuatan orang-orang
Jahiliah. Telah jadi kebiasaan orang-orang Arab menumpuk harta yang
mereka peroleh dari harta rampasan perang. Perampokan-perampokan dan
penyamunan, kemudian harta itu mereka pergunakan untuk foya-foya,
untuk dapat kemasyhuran. Orang-orang musyrik Quraisy pun menggunakan
harta untuk menghalangi tersebarnya agama Islam, melemahkan
pemeluk-pemeluknya, dan membantu musuh-musuh Islam, maka turunlah
ayat itu untuk menyatakan betapa jeleknya usaha mereka.